SKENARIO 3
PEMBIAYAAN KESEHATAN
Dr. Ahmad, 31 tahun, praktek di sebuah klinik dokter keluarga.
Klinik ini dikelola dengan baik sehingga dalam waktu yang relatif
singkat mengalami kemajuan yang cukup pesat dan dikenal luas di
masyarakat. Suatu hari klinik ini dikunjungi seorang pasien, Ny. A,
38 tahun dengan kehamilan trimester 1 pada G5P2A2. Pasien ingin
melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin di klinik Dr. Ahmad
karena pasien mendapat informasi bahwa pelayanan di klinik ini
baik. Pasien mempunyai keluhan sering mual, muntah, lemas, cepat
lelah, dan sesak. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan fisik
bersama bidan. Pada pemeriksaan ditemukan bahwa kandungan dalam
kondisi yang baik namun ibu tampak pucat, takikardi, murmur,
takipneu, dan terdapat nyeri tekan epigastrium.Dr. Ahmad
menyarankan agar pasien mengikuti pemeriksaan ANC yang teratur dan
menjelang partus kelak pasien akan dirujuk ke spesialis Obgyn yang
sudah bekerja sama dengan klinik dokter keluarga tersebut. Pasien
menanyakan ke dokter tentang pilihan pembiayaan persalinan,
mengingat kemungkinan membutuhkan biaya yang lebih besar.
4KATA-KATA SULIT
Rujukan: Upaya melimpahkan wewenang dan tanggung jawab
penanganan kasus penyakit yang sedang ditangani oleh seorang
dokterkepada dokter lain yang sesuai. ANC (Antenatal Care) :
Pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksa keadaan ibu
dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi
terhadap penyimpangan yang ditemukan
PERTANYAAN
1. Kenapa pasien ini harus di rujuk ke dr. Spesialis bukan di
Dokter Keluarga?2. Apakah ada pembiayaan di Klinik Dokter Keluarga
ini memiliki syarat-syarat penggunaan atau pengelolaan asuransi?3.
Bagaimana pengelolaan pembiayaan milik Klinik Dokter Keluarga?4.
Apa perbedaan pembiayaan di Klinik Dokter Keluarga dan di Rumah
Sakit?5. Kenapa dr. Ahmad menyarankan pasien untuk mengikuti ANC
(Antenatal Care)?6. Mengapa pada skenario di atas bidan ikut
terlibat dalam pemeriksaan?7. Sebutkan macam-macam pembiayaan
persalinan?
JAWABAN
1. Kemungkinan karena bukan kompetensinya Dokter Keluarga
tersebut dikarenakan ada penyakit mendasar di pasien tersebut.2.
Ada, tapi berasal dari badan swasta bukan dari pemerintah.3. Dari
masyarakat memberikan iuran ke pemerintah, lalu pemerintah memberi
uangnya keDokter Keluarga di daerah tersebut.4. Klinik Dokter
Keluarga lebih murah dari pada pembiayaan di Rumah Sakit, karena
diKlinik Dokter Keluarga tidak terkena pajak bangunan.5. Untuk
memantau kondisi ibu dan janinnya.6. Karena ia termasuk ke dalam
organisasi proses persalinan.7. Terdapat pembiayaan paket untuk
pasien yang tidak mampu atau yang mampu.
HIPOTESIS
Ny. A umur 38 tahun hamil, mengunjungi Klinik Dokter Keluarga
untuk melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) dengan dibantu oleh
bidan untuk mengetahui kondisi ibu dan janinnya. Hasil pemeriksaan
di curigai adanya risiko tinggi pada kehamilan, sehingga saat
menjelang partus Dokter Keluarga ini merujuk pasien ke dr.
Spesialis Obgyn dikarenakan ini merupakan hal yang di luar
kompetensi dr. Ahmad (Dokter Keluarga tersebut). Dokter Keluarga
ini juga menyarankan untuk melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC)
secara teratur. Selanjutnya pasien menanyakan mengenai pembiayaan
persalinan, dan Dokter Keluarga tersebut menjelaskan tentang
jenis-jenis pembiayaannya.
STEP I
LI 1. Memahami Dan Menjelaskan Klinik Dokter KeluargaLO.1.1.
Struktur Organisasi dan Fungsional Klinik Dokter KeluargaLO.1.2.
Pembiayaan Kesehatan di Klinik Dokter Keluarga dan
PengelolaannyaLO.1.3. Standar Pelayanan dan Jenis Pelayanan
kesehatan di Klinik Dokter KeluargaLO.1.4. Manajemen Sumber Daya
Manusia, Sarana, dan Mitra Kerja di Klinik Dokter Keluarga
LI 2. Memahami Dan Menjelaskan Sistem RujukanLO.2.1. Sistem
Rujukan Secara KeseluruhanLO 2.2. Sistem Rujukan pada Klinik Dokter
Keluarga
LI 3. Memahami Dan Menjelaskan Pembiayaan Kesehatan Secara
UmumLO.3.1. Definisi Pembiayaan KesehatanLO.3.2. Jenis Biaya
KesehatanLO.3.3. Unsur-Unsur Pembiayaan KesehatanLO.3.4. Tujuan
Pembiayaan KesehatanLO.3.5. Prinsip Subsistem Pembiayaan Kesehatan
(di Indonesia) LO.3.6. Sumber Biaya KesehatanLO.3.7. Pembiayaan
Kesehatan Menurut Islam
STEP IITUGAS MANDIRI
STEP III
LI.1. Memahami Dan Menjelaskan Klinik Dokter Keluarga
LO.1.1. Struktur Organisasi dan Fungsional Klinik Dokter
Keluarga
Struktur Organisasi Manajemen Klinik Dokter Keluarga Man1. Medis
: Dokter Keluarga, Spesialis, Paramedis2. Non Medis :
Administrasi,Teknisi, Operator komputer, dll3. Lin-lain Money1.
Sistem Pra Upaya2. Sistem Sharing, individu, kolektif, dll3. Sistem
Fee for services MaterialProduk Pelayanan Dokkel : 10 paket
pelayanan kesehatan dokter keluarga MachineSentra : - Peralihan
pelatihan/pendidikan dokter keluarga- Pelayanan kesehatan : sub
klinik DK, klinik DK type I,II Methode1. Organisasi : Struktur, job
discription, alur kerja2. Standarisasi : - Produk Yankes-dokter
keluarga- Fasilitas-klinik DK- Prosedur-pelayanan+rujukan+report-
Sistem informasi-komunikasi/data- Biaya- Evaluasi- Intervensi
Organisasi : - Intraklinik- Interklinik- Ekstra klinik : 1. Dr.
Spesialis2. Rumah sakit/klinik rujukan3. Apotik/Lab medis4. Org.
Profesi kesehatan lain Standarisasi : Module, Form : Hidup sehat,
panduan, SOP, Software.
Klinik dokter keluarga adalah suatu satuan organisasi pelayanan
kesehatan primer yang menyelenggarakan pelayanan kedokteran
keluarga.
Bentuk praktek Dokter Keluarga :a. Pelayanan dokter keluarga
sebagai bagian dari pelayanan rumah sakitb. Pelayanan dokter
keluarga dilaksanakan oleh Klinik Dokter Keluarga (family
clinic)
c. Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan melalui praktek dokter
keluarga (family practice)
Jenis Klinik Dokter Keluarga :a. Klinik keluarga mandiri
(free-standing family clinic)-Dapat dilaksanakan secara
solo-Bersama sama dalam satu kelompokb. Klinik keluarga merupakan
bagian dari rumah sakit (satelite family clinic)
Hal hal essensial yang harus dipenuhi :a. Menyelenggarakan
pelayanan kesehatan primerb. Terletak ditempat strategis (mudah
dicapai dengan kendaraan umum)c. Bangunannya memenuhi syarat untuk
pelayanan kesehatand. Dilengkapi dengan sarana administratif yang
memenuhi syarat e. Dilengkapi dengan sarana komunikasif.Mempunai
sejumlah tenaga dokter yang telah lulus pelatihan DKg. Mempunyai
sejumlah tenaga pembantu klinik dan paramedi telah lulus pelatihan
pembantu DK
LO.1.2. Pembiayaan Kesehatan di Klinik Dokter Keluarga dan
Pengelolaannya
Keuangan dalam praktik DOGA tercatat secara seksama dengan cara
yang umum dan bersifat transparansi. Manajemen keuangannya dapat
mengikuti sistem pembiayaan praupaya maupun sistem pembiayaan fee
for service.
BPJS : Badan Pengelola Jaminan Sosial
Dalam pelayanan di klinik kedokteran keluarga sumber biaya utama
adalah dari pasien sebagai imbalan atas jasa pelayanan kesehatan
yang mereka peroleh. Sumber-sumber lainnya, misalnya donasi dari
pemerintah atau hibah (charity) dari yayasan atau LSM atau dari
institusi pendidikan (klinik pendidikan).
Metode pembayaran di klinik dokter keluarga :1)Fee for
service2)Asuransi, ciri asuransi di klinik kedokteran keluarga :a.
Dokter keluarga melakukan pembinaan kesehatan pada keluarga yang
menjadi kliennya. Targetnya adalah penurunan angka kesakitan.
Bentuknya berapa kunjungan secara berkala ke rumah asien dan
memberikan penyuluhan.b. Dokter dibayar secara flat setiap
bulannya, bukan berdasarkan jumlah kasus yang ditangani.c. Bila
jumlah kasus sedikit maka dokter untung, namun bila banyak maka
dokter tidak akan memperoleh keuntungan.d. Premi ditetapkan secara
kapitasi, yaitu dihitung berdasarkan faktor resiko dari setiap
individu, frekuensi terjadinya penyakit dalam setahun, dan
kemungkinan biaya yang dibutuhkan bila ia sakit.
A.Manajemen Pembiayaan Klinik Doga
Berdasarkan bagan tersebut, dapat disimpulkan bahwa sistem
pembiayaan klinik dokter keluarga dapat berasal dari asuransi
sosial, asuransi komersial, dan out of pocket. Model pembiayaan
yang diterapkan sesuai dengan kebutuhan.Untuk dapat
menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga tentu diperlukan
tersedianya dana yang cukup. Tidak hanya untuk pengadaan pelbagai
sarana dan prasarana medis dan non medis yang diperlukan
(investment cost), tetapi juga untuk membiayai pelayanan dokter
keluarga yang diselenggarakan
(operational cost) Seyogiyanyalah semua dana yang diperlukan ini
dapat dibiayai oleh pasien dan atau keluarga yang memanfaatkan jasa
pelayanan dokter keluarga. Masalah kesehatan seseorang dan atau
keluarga adalah tanggung jawab masing-masing orang atau keluarga
yang bersangkutan. Untuk dapat mengatasi masalah kesehatan tersebut
adalah amat diharapkan setiap orang atau keluarga bersedia
membiayai pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya.Mekanisme
pembiayaan yang ditemukan pada pelayanan kesehatan banyak macamnya.
Jika disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam.
Pertama, pembiayaan secara tunai (fee for service), dalam arti
setiap kali pasien datang berobat diharuskan membayar biaya
pelayanan. Kedua, pembiayaan melalui program asuransi kesehatan
(health insurance), dalam arti setiap kali pasien datang berobat
tidak perlu membayar secara tunai, karena pembayaran tersebut telah
ditanggung oleh pihak ketiga, yang dalam hat ini adalah badan
asuransi.Tentu tidak sulit dipahami, tidaklah kedua cara pembiayaan
ini dinilai sesuai untuk pelayanan dokter keluarga. Dari dua cara
pembiayaan yang dikenal tersebut, yang dinilai sesuai untuk
pelayanan dokter keluarga hanyalah pembiayaan melalui program
asuransi kesehatan saja. Mudah dipahami, karena untuk memperkecil
risiko biaya, program asuransi sering menerapkan prinsip membagi
risiko (risk sharing) dengan penyelenggara pelayanan, yang untuk
mencegah kerugian, tidak ada pilihan lain bagi penyelenggara
pelayanan tersebut, kecuali berupaya memelihara dan meningkatkan
kesehatan, dan atau mencegah para anggota keluarga yang menjadi
tanggungannya untuk tidak sampai jatuh sakit. Prinsip kerja yang
seperti ini adalah juga prinsip kerja dokter keluarga.
Bentuk - Bentuk Pembiayaan Pra-UpayaMengingat bentuk pembayaran
pra-upaya banyak menjanjikan keuntungan, maka pada saaat ini bentuk
pembayaran pra-upaya tersebut banyak diterapkan. Pada dasarnya ada
tiga bentuk pembiayaan secara pra-upaya yang dipergunakan. Ketiga
bentuk yang dimaksud adalah:
1. Sistem kapitasi (capitation system)Yang dimaksud dengan
sistem kapitasi adalah sistem pembayaran dimuka yang dilakukan oleh
badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan
kesepakatan harga yang dihitung untuk setiap peserta untuk jangka
waktu tertentu. Dengan sistem pembayaran ini, maka besarnya biaya
yang dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan
yang tidak ditentukan oleh frekwensi penggunaan pelayanan kesehatan
oleh peserta, melainkan ditentukan oleh jumlah peserta dan
kesepakatan jangka waktu jaminan.
2. Sistem paket (packet system)Yang dimaksud dengan sistem paket
adalah sistem pembayaran di muka yang dilakukan oleh badan asuransi
kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan
harga yang dihitung untuk suatu paket pelayanan kesehatan tertentu.
Dengan sistem pembayaran ini, maka besarnya
biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara
pelayanan kesehatan tidak ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan, melainkan oleh paket pelayanan kesehatan yang
dimanfaatkan. Penyakit apapun yang dihadapi, jika termasuk dalam
satu p aket pelayanan yang sama, mendapatkan biaya dengan besar
yang sama. Sistem pernbiayaan paket ini dikenal pula dengan nama
sistem pembiayaan kelompok diagnosis terkait (diagnosis related
group) yang di banyak negara maju telah lama diterapkan.
3. Sistem anggaran (budget system)Yang dimaksud dengan sistem
anggaran adalah sistem pembayaran di muka yang dilakukan oleh badan
asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan berdasarkan
kesepakatan harga, sesuai dengan besarnya anggaran yang diajukan
penyelenggara pelayanan kesehatan. Sama halnya dengan sistern
paket, pada sistem anggaran ini, besarnya biaya yang dibayar oleh
badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan kesehatan tidak
ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan yang diselenggarakan,
melainkan oleh besarnya anggaran yang telah disepakati.
Info terbaru terkait sistem pembiayaan dalam SKN:Salah satu
solusi yang dilakukan dalam sumber pembiayaan (termasuk nantinya
pembiayaan praktek dokter keluarga) untuk menyelenggarakan Sistem
Kesehatan Nasional yang baik adalah dengan menyelenggarakan amanat
Undang-Undang Sistem Jaminan Sosial Nasional. Undang-Undang yang
telah ditetapkan tahun 2004 ini mengalami kendala dalam
realisasinya terkait pembentukan badan penyelenggaranya (BPJS) yang
seharusnya telah ditetapkan saat 2009. Akhirnya pada hari rabu, 28
oktober 2011 sekitar pukul20.40 WIB, RUU BPJS disahkan menjadi UU
BPJS dengan kesepakatan bahwa BPJS I yang mengurus jaminan
kesehatan diselenggarakan oleh ASKES akan mulai beroperasi pada
tanggal 1 januari 2014. Sedangkan BPJS II (Jamsostek, Taspen, dan
Asabri) yang mengurus ketenagakerjaan selambat- lambatnya
beroperasi 1 juli 2015. Dengan demikian diharapkan penyelenggaraan
sistem dokter keluarga dapat menjadi lebih baik.
B.Asuransi kesehatan
Health insurance : The payment for the excepted cost of a group
resulting from medical utilization based on the excepted expense
incurred by the group. The payment can be based on community or
experience rating. (JacobsP., 1997)
Definisi di atas ada beberapa kata kunci :1)Ada pembayaran, yang
dala istilah ekonomi ada suatu transaksi dengan pengeluaran
sejumlah uang yang disebut premi.2)Ada biaya, yang diharapkan harus
dikeluarkan karena penggunaan pelayanan medik.
3) Pelayanan medik tersebut didasarkan pada bencana yang mungkin
terjadi yaitu sakit.4) Keadaan sakit merupakan sesuatu yang tidak
pasti (uncertainty), tidak teratur dan mungkin jarang terjadi.
Tetapi bila peristiwa tersebut benar-benar terjadi, implikasi biaya
pengobatan dapat demikian besar dan membebani ekonomi rumah tangga.
Kejadian sakit yang mengakibatkan bencana ekonomi bagi pasien atau
keluarganya biasa disebut catastrophic illness. (Murti B.,
2001)Asuransi Kesehatan adalah suatu mekanisme pengalihan resiko
(sakit) dari resiko perorangan menjadi resiko kelompok. Dengan cara
mengalihkan resiko individu menjadi resiko kelompok, beban ekonomi
yang harus dipikul oleh masing-masing peserta asuransi akan lebih
tetapu mengandung kepastian karena memperoleh jaminan.
Manfaat asuransi kesehatan :1)Asuransi merubah peristiwa tidak
pasti menjadi pasti dan terencana.2) Asuransi membantu mengurangi
resiko perorangan ke resiko sekelompok orang dengan cara
perangkuman resiko (risk pooling). Dengan demikian terjadi subsidi
silang, yang muda membantu yang tua, yang sehat membantu yang
sakit, yang kaya membantu yang miskin.
Unsur-unsur asuransi kesehatan:a.ada perjanjianb.ada pembelian
perlindunganc.ada pembayaran premi oleh masyarakat
Jenis-jenis asuransi kesehatan di Indonesia:a)Asuransi kesehatan
sosial (social health insurance)Asuransi ini memegang teguh
prinsipnya bahwa kesehatan adalah sebuah pelayanan sosial,
pelayanan kesehatan tidak boleh semata-mata diberikan berdasarkan
status sosial masyarakat sehingga semua lapisan berhak untuk
memperoleh jaminan pelayanan kesehatan. contoh: PT.askes,
PT.jamsostek Prinsip kerja:keikutsertaannya bersifat
wajibmenyertakan tenaga kerja dan keluarganyaiuran/premi
berdasarkan persentase gaji/pendapatan. Idealnya harus dihitung5%
dari GDPpremi untuk tenaga kerja ditanggung bersama (50%) oleh
pemberi kerja dan tenaga kerjapremi tidak ditentukan oleh resiko
perorangan tetapi didasarkan pada resiko kelompok (collective risk
sharing)tidak diperlukan pemeriksaan awaljaminan pemeliharaan
kesehatan yang diperoleh bersifat menyeluruh(universal
coverage)peran pemerintah sangat besar untuk mendorong
berkembangnya asuransi kesehatan sosial di Indonesia. Semua pegawai
negeri diwajibkan untukmengikuti asuransi kesehatan
10
b)Asuransi kesehatan komersial perorangan (private voluntary
health insurance) Jenis asuransi ini dapat dibeli preminya baik
individu maupun segmen masyarakat kelas menengah keatas.contoh:
lipo life, BNI life, Tugu Mandiri dll. Prinsip kerja:kepersertaan
bersifat perorangan dan sukarelaiuran/premi berdasarkan angka
absolut, ditetapkan berdasarkan jenis tanggungan yang dipilih.Premi
berdasarkan atas resiko perorangan dan ditentukan faktor usia,
jenis kelamin, jenis pekerjaan.Dilakukan pemeriksaan kesehatan
awalSantunan diberikan sesuai kontrakPeranan pemerintah relatif
kecil
c)Asuransi kesehatan komersial kelompok (regulated private
health insurance)Ini merupakan alternatif lain sistem asuransi
kesehatan komersial dengan prinsip-prinsip dasar sbb:keikutsertaan
bersifat sukarela berkelompokiuran/preminya dibayar berdasarkan
atas angka absolutperhitugan premi bersifat community rating yang
berlaku untuk kelompok masyarakatsantunan (jaminan pemeliharaan
kesehatan) diberikan sesuai dengan kontraktidak diperlukan
pemeriksaan awalperanan pemerintah cukup besar dengan membuat
peraturan perundang- undangan.
LO.1.3. Standar Pelayanan dan Jenis Pelayanan kesehatan di
Klinik Dokter Keluarga
a) Merupakan klinik yang menyelenggarakan Sistem Pelayanan
Dokter Keluarga(SPDK),b) Sebaiknya mudah dicapai dengan kendaraan
umum. (terletak di tempat strategis), c) Mempunyai bangunan yang
memadai,d) Dilengkapi dengan saraba komunikasi,e) Mempunyai
sejumlah tenaga dokter yang telah lulus pelatihan DK,f)Mempunyai
sejumlah tenaga pembantu klinik dan paramedis telah lulus
perlatihan khusus pembantu KDK,g) Dapat berbentuk praktek mandiri
(solo) atau berkelompok. h) Mempunyai izin yang berorientasi
wilayah,i)Menyelenggarakan pelayanan yang sifatnya paripurna,
holistik, terpadu, dan berkesinambungan,j)Melayani semua jenis
penyakit dan golongan umur,k) Mempunyai sarana medis yang memadai
sesuai dengan peringkat klinik ybs.
STANDAR PELAYANAN MEDIS DOGA:a) Anamnesisb) Pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang c) Penegakkan diagnosis dan diagnosis
banding d) Prognosise) Konseling membantu pasien (dan keluarga)
untuk menentukan pilihan terbaik penatalaksanaan untuk pasien
sendiri.f) Konsultasi jika diperlukan, dokter keluarga dapat
melakukan konsultasi ke dokter lain (dokter keluarga lain, dokter
keluarga konsultan, dokter spesialis, atau dinas kesehatan) yang
dianggap lebih berpengalaman.g) Rujukanh) Tindak lanjut
i)Tindakanj)Pengobatan rasionalk) Pembinaan keluarga dilakukan bila
dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan lebih baik jika adanya
partisipasi keluarga.
Jenis Pelayanan Pada Praktek Dokter Keluarga
Pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga
banyak macamnya. Secara umum dapat dibedakan atas tiga macam:
1. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalanPada bentuk ini,
pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga hanya
pelayanan rawat jalan saja. Dokter yang menyelenggarakan praktek
dokter keluarga tersebut tidak melakukan pelayanan kunjungan dan
perawatan pasien di rumah atau pelayanan rawat inap di rumah sakit.
Semua pasien yang membutuhkan pertolongan diharuskan datang ke
tempat praktek dokter keluarga. Jika kebetulan pasien tersebut
memerlukan pelayanan rawat inap, pasien tersebut dirujuk ke rumah
sakit.
2. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan
perawatan pasien dirumahPada bentuk ini, pelayanan yang
diselenggarakan pada praktek dokter keluarga mencakup pelayanan
rawat jalan serta pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di
rumah. Pelayanan bentuk ini lazimnya dilaksanakan oleh dokter
keluarga yang tidak mempunyai akses dengan rumah sakit.
3. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan
perawatan pasien di rumah, serta pelayanan rawat inap di rumah
sakitPada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek
dokter keluarga telah mencakup pelayanan rawat jalan, kunjungan dan
perawatan pasien di rumah, serta perawatan rawat inap di rumah
sakit. Pelayanan bentuk ini lazimnya diselenggarakan oleh dokter
keluarga yang telah berhasil menjalin kerja sama dengan rumah sakit
terdekat dan rumah sakit tersebut memberi kesempatan kepada dokter
keluarga untuk merawat sendiri pasiennya di rumah sakit.
Tentu saja penerapan dari ketiga bentuk pelayanan dokter
keluarga ini tidak sama antara satu negara dengan negara lainnya,
dan bahkan dapat tidak sama antara satu daerah lainnya. Di Amerika
Serikat misalnya, pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah
mulai jarang dilakukan. Penyebabnya adalah karena mulai timbul
kesadaran pada diri pasien tentang adanya perbedaan mutu pelayanan
antara kunjungan dan perawatan pasien di rumah dengan di tempat
praktek. Pasien akhirnya lebih senang mengunjungi tempat praktek
dokter, karena telah tersedia pelbagai peralatan kedokteran yang
dibutuhkan.Di beberapa negara lainnya, terutama di daerah pedesaan,
karena dokter keluarga tidak mempunyai akses dengan rumah sakit,
maka dokter keluarga tersebut hanya menyelenggarakan pelayanan
rawat jalan saja. Pelayanan rawat inap dirujuk sertakan sepenuhnya
kepada dokter yang bekerja dirumah sakit. Tetapi pengaturan rujukan
untuk pelayanan rawat inap tersebut, tetap dilakukan oleh dokter
keluarga. Dokter keluarga memberikan bantuan sepenuhnya, dan bahkan
turut mencarikan tempat perawatan dan jika perlu turut
mengantarkannya ke rumah sakit.Sekalipun pelayanan yang
diselenggarakan pada praktek dokter keluarga tidak sama, perlulah
diingatkan bahwa orientasi pelayanan dokter keluarga yang
diselenggarakan tetap tidak boleh berbeda. Orientasi pelayanan
dokter keluarga bukan sekedar menyembuhkan penyakit, tetapi
diarahkan pada upaya pencegahan penyakit. Atau jika tindakan
penyembuhan yang dilakukan, maka pelaksanaannya, kecuali harus
mempertimbangkan keadaan pasien sebagai manusia seutuhnya, juga
harus mempertimbangkan pula keadaan sosial ekonomi keluarga dan
lingkungannya. Praktek dokter keluarga tidak menangani keluhan
pasien atau bagian anggota badan yang sakit saja, tetapi individu
pasien secara keseluruhan.
LO.1.4. Manajemen Sumber Daya Manusia, Sarana, dan Mitra Kerja
di Klinik DokterKeluarga
A. Manajemen Sumber Daya Manusia yang Berkualitas Berdasarkan
Fakta (Evidence Based) dalam Penyelesaian Masalah Kesehatan
Individu Sebagai Komponen Keluarganya
Program menjaga mutu adalah suatu upaya yang berkesinambunagn,
sistematis dan objektif dalam memantau dan menilai pelayanan yang
diselenggrakan dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan,
serta menyelesaikan masalah yang ditemukan untuk memeperbaiki mutu
pelayanan. (Maltos and Keller, 1989)
Karakteristik program menjaga mutu ada empat macam :1) Program
menjaga mutu harus dilakukan secara berkesinambungan. Artinya
pelaksanaan program menjaga mutu tidak hanya satu kali, tetapi
harus terus menerus. Dalam kaitan perlunya memenuhi sifat
berkesinambungan, program menjaga mutu sering pula disebut dengan
nama program meningkatkan mutu berkelanjutan (continous quality
improvement program).2) Program menjaga mutu harus dilaksanakan
secara simpatis. Artinya pelaksanaan program menjaga mutu harus
mengikuti alur kegiatan serta sasaran yang baku. Alur kegiatan yang
dimaksud dimulai dengan menetapkan masalah dan penyebab masalah
mutu, dilanjutkan dengan menetapkan dan melaksanakan upaya
penyelesaian masalah, untuk kemudian diakhiri dengan melakukan
penilaian serta menyusun saran-saran untuk tindak lanjut. Sedangkan
sasaran yang dimaksud adalah semua unsur pelayanan yakni
lingkungan, masukan proses serta keluaran pelayanan.3) Program
menjaga mutu harus dilaksanakan secara objektif. Artinya
pelaksanaan program menjaga mutu, terutama pada waktu menetapkan
masalah penyebab masalah dan penilaian, tidak dipengaruhi oleh
berbagai pertimbangan lain. Kecuali atas dasar data yang ditemukan.
Untuk menjamin objektifitas, dipergunakanlah berbagai standar dan
indikator.4) Program menjaga mutu harus dilakukan secara terpadu.
Artinya pelaksanaan program menjaga mutu harus terpadu dengan
pelayanan yang diselengarakan, bukanlah program menjaga mutu yang
baik. Karena adanya sifat terpadu ini. Program menjaga mutu disebut
pula sebagai manajamen mutu terpadu (total quality management).
Unsur program menjaga mutu banyak macamnya. Unsur-unsur yang
dimaksud :1) Mutu pelayanan. Mutu pelayanan yang dimaksud adalah
menunjuk kepada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang
diselenggrakan, yang di satu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada
setiap pasien sesuai dengan tinkat kepuasan rata-rata penduduk,
serta di pihak lain tata cara penyelengaraannya sesuai dengan kode
etik dari standar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.2)
Sasaran program menjaga mutu. Untuk melaksanakan hal ini diperkukan
empat hal :
a. Unsur masukan. Yang dimaksud adalah semua hal yang diperlukan
untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Yang termasuk
dalam hal ini adalah tenaga pelaksana, sarana dan dana.b.Unsur
lingkungan. Yang dimakud lingkungan adalah keadaan sekitar yang
mempengaruhi pelayanana kesehatan. Untuk satu saran pelayanan
kesehatan yang terpenting adalah kebijakan (policy), struktur
organisasi (organization) serta sistem manajemen (management) yang
diterapkan.c. Unsur proses. Yang dimaksud dengan unsur proses di
sini adalah semua tindakan yang dilakukan pada pelayanan kesehatan.
Tindakan ini secara umum dapat dibedakan atas dua macam. Pertama,
tindakan medis (medical procedure) mulai dari anamesis sampai
dengan pengobatan. Kedua, tindakan non medis (non medical
procedure) seperti tata cara rekam medis, persetujuan tindakan
medis, penerimaan dan perawatan pasien dan lain selanjutnya yang
seperti ini.d.Unsur keluaran. Yang dimaksud dengan unsur keluaran
adalah yang menunjukan pada penampilan pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan. Penampilan pelyanan tersebut dibedakan atas dua
macam :a)Penampilan aspek media (medical performance) seperti
misalnya kesembuhan penyakit, kecacatan dan atau
kematian.b)Penampilan aspek non medis (non mediacal performance)
seperti misalnya kepuasan dan keluhan pasien.
Evidence-based medicine (EBM) adalah suatu pendekatan medik yang
didasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini untuk kepentingan
pelayanan kesehatan penderita. Dengan demikian, dalam praktek, EBM
memadukan antara kemampuan dan pengalaman klinik dengan bukti-bukti
ilmiah terkini yang paling dapat dipercaya. (Sackett et al. 1996)
Evidence based medicine (EBM) adalah proses yang digunakan secara
sistematik untuk menemukan, menelaah/me-rewew, dan memanfaatkan
hasil-hasil studi sebagai dasar dari pengambilan keputusan klinik.
Secara lebih rinci EBM merupakan keterpaduan antara:1. Best
research evidence. Di sini mengandung arti bahwa bukti-bukti ilmiah
tersebut harus berasal dari studi-studi yang dilakukan dengan
metodologi yang sangat terpercaya (khususnya randomized controlled
trial), yang dilakukan secara benar. Studi yang dimaksud juga harus
menggunakan variabel-variabel penelitian yang dapat diukur dan
dinilai secara obyektif (misalnya tekanan darah, kadar Hb, dan
kadar kolesterol), di samping memanfaatkan metode-meiode pengukuran
yang dapat menghindari risiko bias dari penulis atau peneliti.2.
Clinical expertise. Untuk menjabarkan EBM diperlukan suatu
kemampuan klinik (clinical skills) yang memadai. Di sini termasuk
kemampuan untuk secara cepat mengidentifikasi kondisi pasien dan
memperkirakan diagnosis secara cepat dan tepat, termasuk
mengidentifikasi faktor-faktor risiko yang menyertai serta
memperkirakan kemungkinan manfaat dan risiko (risk and benefit)
dari bentuk intervensi yang akan diberikan. Kemampuan klinik
ini
hendaknya juga disertai dengan pengenalan secara baik terhadap
nilai- nilai yang dianut oleh pasien serta harapan-harapan yang
tersirat dari pasien.3. Patient values. Setiap pasien, dari manapun
berasal, dari suku atau agama apapun tentu mem-punyai nilai-nilai
yang unik tentang status kesehatan dan penyakitnya. Pasien juga
tentu mempunyai harapan- harapan atas upaya penanganan dan
pengobatan yang diterimanya. Hal ini harus dipahami benar oleh
seorang klinisi atau praktisi medik, agar setiap upaya pelayanan
kesehatan yang dilakukan selain dapat diterima dan didasarkan pada
bukti-bukti ilmiah juga mempertimbangkan nilai- nilai subyektif
yang dimiliki oleh pasien.
Mengingat bahwa EBM merupakan suatu cara pendekatan ilmiah yang
digunakan untuk pengambilan keputusan terapi, maka dasar-dasar
ilmiah dari suatu penelitian juga perlu diuji kebenarannya untuk
mendapatkan hasil penelitian yang selain update, juga dapat
digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
Standar Sumber Daya Manusia :a. Dokter keluargaDokter keluarga
yang bekerja di KDK adalah dokter yang bersertifikat dokter
keluarga dan patut menjadi panutan masyarakat dalam hal perilaku
kesehatanb. PerawatPerawat yang bekerja pada pelayana dokter
keluarga telah mengikuti pelatihan pelayanan dengan pendekatan
kedokteran keluargac. BidanBidan yang bekerja pada pelayana dokter
keluarga telah mengikuti pelathian pelayann dengan pendekatan
kedokteran keluargad. Administratir kliniPegawai administrasi yang
bekerja pada pelayana dokter keluarga telah mengikuti pelatihan
untuk menunjang pelayanan pendekatan kedokteran keluarga
B.Peranan Dokter serta Mitra Kerjanya di Klinik Dokter
Keluarga
Sistem Pelayanan Dokter Keluarga (SPDK)Pada dasarnya sistem
perlayanan dokter keluarga (selanjutnya digunakan SPDK), haruslah
menerapkan ketiga tahapan pelayanan medis sesempurna mungkin.
Komponen sistem, yang sekarang biasa disebut sebagai pemegang saham
(stakeholders), paling tidak terdiri atas:1.DPU/DK (Sebagai
Penyelenggara Pelayanan Tingkat Primer)2.DSp (sebagai Penyelenggara
Pelayanan Tingkat Sekunder)3.DSpK (sebagai Penyelenggara Pelayanan
Tingkat Tersier)4.Dokter gigi5.Pihak pendana (Asuransi Kesehatan,
Pemerintah, dsb.)6.Regulasi (perundangan, Sistem Kesehatan
Nasional, dsb.)7.Pasien (dengan keluarga dan masyarakatnya)
8.Farmasi (profesional dan pengusaha)9.Staf klinik selain dokter
(Bidan, perawat, dsb)10. Karyawan non-medis11. Dsb.
Mereka harus bekerjasama secara mutualistis mewujudkan pelayanan
kesehatan yang bermutu. Semua pemegang saham mempunyai andil, hak
dan kewajiban yang sama dalam mewujudkan pelayanan kesehatan yang
bermutu. Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan yang bermutu
adalah pelayanan kesehatan yang memuaskan bagi pasien, tidak
melanggar aturan atau perundangan maupun etika profesi, dan
menjamin kesejahteraan bagi penyelenggaranya. Jika salah satu
komponen sistem merusak tatanan, menyalahi aturan main agar
memperoleh keuntungan bagi dirinya, maka akibat negatifnya akan
dirasakan oleh seluruh komponen sistem termasuk, pada akhirnya,
yang menyalahi aturan itu. Oleh karena itu diperlukan kerjasama
profesional yang mutualistis di antara anggota sistem.Dengan kata
lain, dalam sistem pelayanan dokter keluarga pelayanan
diselenggarakan oleh tim kesehatan yang bahu-membahu mewujudkan
pelayanan yang berumutu. Setiap komponen sistem mempunyai tugas
masing- masng dan harus dikerjakan sungguh-sungguh sesuai dengan
tatanan yang berlaku. Bidan dan perawat membantu dokter di klinik
misalnya, memberikan obat kepada pasien d ibawah tanggung-jawab
dokter. Jadi bidan dan perawat tidak memberikan obat tanpa
persetujuan dokter. Sebaliknya dokter harus memberikan perintah
tertulis di dalam rekam medis untuk setiap pemberian obat. Bidan
dan perawat dibenarkan mengingatkan dokter jika perintah pemberian
obat itu tidak jelas atau belum dicantumkan. Demikian pula dokter
keluiarga yang sebenarnya dokter praktik umum dibenarkan
mengingatkan dan diharuskan bertanya langsung kepada dokter
spesialis yang dikonsuli atau dirujuki jika ada hal yang kurang
jelas atau berbeda pendapat. Demikianpula komponen system yang lain
termasuk masyarakat pasien dibenarkan dan bahkan diharuskan saling
kontrol saling mengingatkan agat tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.
Dapat di lihat bentuk komunikasi atau kerjasama antara dokter
dan teman sejawatnya di lakukan dalam berbagai hal seperti
:1.Merujuk pasienPada pasien rawat jalan, karena alasan kompetensi
dokter dan keterbatasan fasilitas pelayanan, dokter yang merawat
harua merujuk pasiennya pada teman sejawat lainnya.2.Bekerjasama
dengan sejawatDokter harus memperlakukan teman sejawat tanpa
membeda-bedakan jenis kelamin, ras, usia, kecacatan, agama, status
sosial atau perbedaan kompetensi yang dapat merugikan hubungan
profesional antar sejawat.3.Bekerja dalam timAsuhan kesehatan
selalu di ingatkan melalui kerjasama dalam tim multidisiplin.
4.Mengatur dokter pengganti.Ketika seorang dokter berhalangan,
dokter tersebut harus menentukan dokter pengganti serta mengatur
proses mengalihkan yang efektif dan komunikatif dengan dokter
pengganti.5.Mematuhi tugasSeorang dokter yang bekerjapada institusi
pelayanan atau pendidikan kedokteran harus mematuhi tugas yang
digariskan pimpinan institusi, termasuk sebagai dokter
pengganti.6.Pendelegasian wewenangPendelegasian wewenang kepada
perawat, peseta prograrm pendidikan spesialis, mahasiswa kedokteran
dalam hal pengobatan atau perawatan atas nama dokter yang merawat,
harus disesuaikan dengan kompetensi dalam melaksanakan prosedur dan
terapi yang sesuai dengan peraturan baru.
Komunikasi Dokter-Profesi Lain
1.KolaborasiPengertian Menurut Shortridge, et al (1986)Hubungan
timbal balik di mana [pemberi pelayanan] memegang tanggung jawab
paling besar untuk perawatan pasien dalam kerangka kerja bidang
respektif mereka.Elemen-elemen Kolaborasi1. Struktur2. Proses3.
Hasil AkhirModel Kolaboratif Tipe I1. Menekankan Komunikasi Dua
Arah2. Masih menempatkan Dokter pada posisi utama3. Masih membatasi
Hubungan Dokter dengan PasienModel Kolaboratif Tipe II1. Lebih
berpusat pada Pasien2. Semua Pemberi Pelayanan harus bekerja sama3.
Ada kerja sama dengan Pasien4. Tidak ada pemberi pelayanan yang
mendominasi secara terus-menerusHubungan perawat-dokter adalah satu
bentuk hubungan interaksi yang telah cukup lama dikenal ketika
memberikan bantuan kepada pasien. Perspektifyang berbeda dalam
memandang pasien, dalam prakteknya menyebabkan munculnya
hambatan-hambatan teknik dalam melakukan proses kolaborasi. Kendala
psikologis keilmuan dan individual, factor sosial, serta budaya
menempatkan kedua profesi ini memunculkan kebutuhan akan upaya
kolaborasi yang dapat menjadikan keduanya lebih solid dengan
semangat kepentingan pasien.Hambatan kolaborasi dokter dan perawat
sering dijumpai pada tingkat profesional dan institusional.
Perbedaan status dan kekuasaan tetap menjadisumber utama
ketidaksesuaian yang membatasi pendirian profesional dalam aplikasi
kolaborasi. Dokter cenderung pria, dari tingkat ekonomi lebih
tinggi
dan biasanya fisik lebih besar dibanding perawat, sehingga iklim
dan kondisi sosial masih medukung dominasi dokter. Inti
sesungguhnya dari konflik perawat dan dokter terletak pada
perbedaan sikap profesional mereka terhadap pasien dan cara
berkomunikasi diantara keduanya.Kolaborasi adalah suatu proses
dimana praktisi keperawatan atau perawat klinik bekerja dengan
dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan dalamlingkup praktek
profesional keperawatan, dengan pengawasan dan supervisi sebagai
pemberi petunjuk pengembangan kerjasama atau mekanisme yang
ditentukan oleh peraturan suatu negara dimana pelayanan diberikan.
Perawat dan dokter merencanakan dan mempraktekan bersama sebagai
kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batas-batas lingkup
praktek dengan berbagi nilai-nilai dan pengetahuan serta respek
terhadap orang lain yang berkontribusi terhadap perawatan individu,
keluarga dan masyarakat.Elemen kunci kolaborasi dalam kerja sama
team multidisipliner dapat digunakan untuk mencapai tujuan
kolaborasi team :a) Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas
dengan menggabungkan keahlian unik profesional.b)Produktivitas
maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya c)Peningkatnya
profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitasd) Meningkatnya
kohesifitas antar profesionale) Kejelasan peran dalam berinteraksi
antar profesional,f) Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan
menghargai dan memahami orang lainKesuksesan kolaborasi dalam suatu
pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh faktor-faktora) Faktor
interaksi (interactional determinants), yaitu hubungan
interpersonal diantara anggota tim yang terdiri dari kemauan untuk
berkolaborasi, percaya, saling menghargai dan berkomunikasi .b)
Faktor Organisasi (organizational determinants) yaitu kondisi di
dalam organisasi tersebut yang terdiri dari:1.Organizational
structure (struktur horisontal dianggap lebih berhasil daripada
struktur hierarkis);2.Organizations philosophy (nilai nilai
keterbukaan, kejujuran, kebebasan berekspresi, saling
ketergantungan, integritas dan sikap saling
percaya;3.administrative support (kepemimpinan);4.team resource
(tersedianya waktu untuk bertemu dan berinteraksi, membagi lingkup
praktek dengan profesional lain, bekerja dalam suatu unit yang
kecil) ;5.coordination mechanism (pertemuan formal untuk diskusi,
standarisasi prosedur dalam bekerja ).c) Faktor lingkungan
organisasi(organizations environment/ systemic determinants) yaitu
elemen diluar organisasi, seperti sistem sosial, budaya, pendidikan
dan profesional.
2.Pendekatan Praktik Hirarkis Menekankan Komunikasi satu arah
Kontak Dokter dengan Pasien terbatas Dokter merupakan Tokoh yang
dominan Cocok untuk diterapkan di keadaan tertentu, spt IGDSebelum
ada model Kolaborasi, hubungan yang ada adalah Model PRAKTIK
HIRARKIS. Praktik Hirarkis merupakan salah satu pendekatan yang
dilakukan sebelum profesi perawat semakin berkembang. Selanjutnya
dikenal ada 2 (dua) model Kolaborasi yang lain (Model 1 dan
Pendekatan Praktik Hirarkis). Pendekatan ini sekarang masih dominan
dalam praktek dokter di Indonesia.
DOKTER
REGISTERED NURSE
PEMBERI PELAYANAN LAIN
PASIEN
Komunikasi Dokter-ApotekerUntuk dapat berkomunikasi dengan baik,
dokter perlu mengetahui apa yang menjadi tanggung jawab profesi
apoteker dalam pelayanan farmasi. Pelayanan farmasi dapat dilakukan
di berbagai tempat seperti rumah sakit, Puskesmas, Poliklinik,
Apotek, dll. Adanya pemahaman masing-masing pada profesi mitra
kerjanya akan memudahkan terjadinya komunikasi yang baik antar
profesi .
Empat unsur Pelayanan Farmasi Pelayanan Farmasi yang baik.
Pelayanan profesi apoteker dalam penggunaan obat. Praktik
dispensing yang baik.Pelayanan profesional apoteker yg proaktif
dalam berbagai kegiatan yg bertujuan untuk meningkatkan mutu
pelayanan kepada pasien.
C. Sarana di Klinik Dokter Keluarga Peralatan Medis Rutin
Termometer Tensimeter Pengukur berat dan tinggi badan
20 Stetoskop Penekan lidah Senter/lampu kepala Spekulum hidung
Khusus: Otoskop Optalmoskop Glukometer Penunjang: Laboratorium
klinik EKG USG Pemeriksa visus Pemeriksa buta warna Ronsen
Kedaruratan Oksigen + regulator Semprit dari berbagai ukuran Jarum
suntik dari berbagai ukuran Perangkat infuse
Peralatan non-medis Bangunan Rekam medis Ruangan Untuk kegiatan
medis Untuk kegiatan non-medis Sarana komunikasi Sarana
administrasi
Klinik Dokter Keluuarga merupakan klinik yang menyelenggarakan
SistemPelayanan Dokter Keluarga (SPDK), Sebaiknya mudah dicapai
dengan kendaraan umum. (terletak di tempat strategis), Mempunyai
bangunan yang memadai, Dilengkapi dengan sarana komunikasi,
Mempunyai sejumlah tenaga dokter yang telah lulus pelatihan DK,
Mempunyai sejumlah tenaga pembantu klinik dan paramedis telah lulus
perlatihan khususpembantu KDK, Dapat berbentuk praktek mandiri
(solo) atau berkelompok. Mempunyai izin yang berorientasi wilayah,
Menyelenggarakan pelayanan yang sifatnya paripurna, holistik,
terpadu, danberkesinambungan, Melayani semua jenis penyakit dan
golongan umur, Mempunyai sarana medis yang memadai sesuai dengan
peringkat klinik ybs
LI.2.Memahami Dan Menjelaskan Sistem Rujukan
LO.2.1. Sistem Rujukan Secara Keseluruhan
Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No.032/Birhup/72
tahun 1972 yang dimaksud dengan rujukan adalah pelimpahan wewenang
dan tanggung jawab pengelolaan suatu kasus penyakit dan ataupun
masalah kesehatan secara timbal balik, yang dapat dilakukan secara
vertikal, dalam arti antar sarana pelayanan kesehatan yang berbeda
stratanya, atau secara horizontal, dalam arti antar sarana
pelayanan kesehatan yang sama stratanya.Konsultasi adalah upaya
meminta bantuan profesional terkait penangan s uatu kasus penyakit
yang sedang ditangani oleh seorang dokter, kepada dokter lain yang
lebih ahli di bidangnya. Namun kewenangan penanganan masih berada
pada dokter keluarga yang bersangkutan. Konsultasi dapat dilakukan
mendahului rujukan, namun tidak jara ng langsung melakukan rujukan.
Meskipun demikian, ada kalanya keduanya dipergunakan bersama-sama.
Rujukan dalam pelayanan kedokteran ini umumnya kepada pelayan yang
lebih tinggi ilmu, peralatan dan strata yang lebih tinggi dalam
rangka mengatasi kasus atau problem tersebut.Karakteristik1.Ruang
lingkup kegiatan : konsultasi memintakan bantuan profesional dari
pihak ketiga. Rujukan melimpahkan wewenang dan tanggung jawab
penanganan kasus penyakit yang sedang dihadapi kepada pihak
ketiga.2.Kemampuan dokter : konsultasi ditujukan kepada dokter yang
lebih ahli atau yang lebih berpengalaman. Pada rujukan hal ini
tidak mutlak.3.Wewenang dan tanggung jawab : konsultasi wewenang
dan tanggung jawab tetap pada dokter yang meminta konsultasi. Pada
rujukan sebaliknya.
Dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) rujukan di Indonesia
dibedakan atas dua macam, yakni :1) Rujukan medis. Untuk masalah
kedokteran dan untuk menyembuhkan penyakit dan atau memulihkan
status kesehatan pasien. Rujukan medis dibedakan atas tiga macam :
a. Rujukan pasien (transfer of patient)b. Rujukan ilmu pengetahuan
(transfer of knowledge)c. Rujukan bahan pemeriksaan laboratorium
(transfer of specimens)2) Rujukan kesehatan. Untuk masalah
kesehatan masyarakat, dan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
ataupun mencegah penyakit yang ada di masyarakat. Rujukan kesehatan
dibedakan atas tiga macam :a. Rujukan tenaga b. Rujukan saranac.
Rujukan operasional
Manfaat sistem rujukan1. Pemerintah: efektifitas dan efisiensi
penyelenggaraan pelayanan kesehatan,2. Penyelenggara pelayanan :
kejelasan jenjang karier,3. Masyarakat; kejelasan pola pelayanan,
efektifitas dan efisiensi pemanfaatan pelayanan kesehatan.
LO 2.2. Sistem Rujukan pada Klinik Dokter Keluarga
Rujukan pelayanan dokter keluarga tidak termasuk dalam kelompok
rujukan kesehatan, melainkan kelompok rujukan medis.rujukan pada
pelayanan dokter keluarga mempunyai beberapa karakteristik khusus,
yakni :1) Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab pada rujukan
pelayanan dokter keluarga tidak bersifat total, melainkan hanya
untuk masalah penyakit yang sedang ditanggulangi saja. Sedangkan
masalah penyakit lainnya atau kesehatan pasien secara keseluruhan,
tetap berada ditangan dokter keluarga.2) Dalam melakukan rujukan
pasien dalam pelayanan dokter keluarga, pertimbangan tidak hanya
atas dasar keadaan penyakit pasien saja, melainkan keadaan sosial
ekonomi keluarga secara keseluruhan.3) Tujuan rujukan pada
pelayanan dokter keluarga tidak terbatas hanya pada penyembuhan
penyakit dan ataupun pemulihan status kesehatan saja, melainkan j
uga peningkatan derajat kesehatan dan ataupun pencegahan
penyakit.
Masalah Konsultasi dan Rujukan
1. Apabila konsultasi dan atau rujukan tersebut dilakukan atas
inisiatif dokter serta penjelasan yang dilakukan tidak dapat
meyakinkan pasien, daat menimbulkan rasa kurang percaya pasien
terhadap dokter. Sebenarnya timbul rasa kurang percaya pasien ini
tidak perlu terlalu dirisaukan dalam praktik sehari-hari. Malah
telah terbukti, dokter yang bijaksana serta berpikiran dewasa,
untuk kebaikan pasien tidak segan-segan melakukan konsultasi atau
rujukan. Yang perlu dilakukan di sini hanyalah memberikan
penjelasan yang sebaik-baiknya kepada pasien tentang alasan serta
maksud dilaksanakannya konsultasi atau rujukan tersebut.2. Apabila
konsultasi dan atau rujukan tersebut dilakukan atas permintaan
pasien, dapat menimbulkan rasa kurang senang pada diri dokter.
Dalam hal ini dokter harus meyakinkan pasien tentang perlu atau
tidaknya konsultasi atau rujukan yang dimintakan pasien tersebut.
Tetapi apabila pasien tetap meminta, dokter yang bijaksana lazimnya
tidak menolak permintaan pasien.3. Apabila tidak ada jawaban dari
konsultasi4. Apabila tidak sependapat dengan saran/tindakan dokter
konsultan5. Apabila ada pembatas dalam melakukan konsultasi dan
ataupun rujukan. Ada yang berasal dari dokter, misalnya sikap dan
perilaku yang tidak menunjang. Ada yang berasal dari pasien,
misalnya tidak bersedia dan ataupun yang terpenting karena tidak
cukup biaya atau karena kesulitan transportasi. Atau ada pula yang
berasal dari pihak ketiga, misalnya berbagai ketentuan program
asuransi kesehatan, dan ataupun perusahaan yang menanggung biaya
pelayanan kesehatan. Penyelesaian terhadap berbagai pembatas ini
harus dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya, dengan catatan
seyogyanya sikap dan perilaku dokter sendiri tidak bersifat negatif
terhadap konsultasi atau rujukan.6. Apabila pasien tidak bersedia
untuk dikonsultasikan dan ataupun dirujuk. Banyak yang berperan di
sini. Mulai dari hambatan sosial budaya sampai dengan hambatan
sosial ekonomi. Di Indonesia hambatan yang paling banyak
ditemukan
adalah karena keadaan ekonomi penduduk yang belum memuaskan, dan
karenanya tidak bersedia dan atau tidak dapat memenuhi anjuran
konsultasi dan atau rujukan tersebut.
Tata cara rujukan
Pasien harus dijelaskan selengkap mungkin alasan akan dilakukan
konsultasi dan rujukan. Penjelasan ini sangat perlu, terutama jika
menyangkut hal-hal yang peka, seperti dokter ahli tertentu.Dokter
yang melakukan konsultasi harus melakukan komunikasi langsung
dengan dokter yang dimintai konsultasi. Biasanya berupa surat atau
bentuk tertulis yang memuat informasi secara lengkap tentang
identitas, riwayat penyakit dan penanganan yang dilakukan oleh
dokter keluarga.Keterangan yang disampaikan tentang pasien yang
dikonsultasikan harus selengkap mungkin. Tujuan konsultasi pun
harus jelas, apakah hanya untuk memastikan diagnosis,
menginterpretasikan hasil pemeriksaaan khusus, memintakan nasihat
pengobatan atau yang lainnya.Sesuai dengan kode etik profesi,
seyogianya dokter dimintakan konsultasi wajib memberikan bantuan
profesional yang diperlukan. Apabila merasa diluar keahliannya,
harus menasihatkan agar berkonsultasi ke dokter ahli lain yang
lebih sesuai.Terbatas hanya pada masalah penyakit yang dirujuk
sajaTetap berkomunikasi antara dokter konsultan dan dokter yg
meminta rujukanPerlu disepakati pembagian wewenang dan
tanggungjawab masing-masing pihak
Pembagian wewenang & tanggungjawab
1.Interval referral, pelimpahan wewenang dan tanggungjawab
penderita sepenuhnya kepada dokter konsultan untuk jangka waktu
tertentu, dan selama jangka waktu tersebut dokter tsb tidak ikut
menanganinya.2.Collateral referral, menyerahkan wewenang dan
tanggungjawab penanganan penderita hanya untuk satu masalah
kedokteran khusus saja.3.Cross referral, menyerahkan wewenang dan
tanggungjawab penanganan penderita sepenuhnya kepada dokter lain
untuk selamanya.4.Split referral, menyerahkan wewenang dan
tanggungjawab penanganan penderita sepenuhnya kepada beberapa
dokter konsultan, dan selama jangka waktu pelimpahan wewenang dan
tanggungjawab tersebut dokter pemberi rujukan tidak ikut
campur.
LI.3. Memahami Dan Menjelaskan Pembiayaan Kesehatan Secara
Umum
LO.3.1. Definisi Pembiayaan Kesehatan
Yang dimaksud dengan biaya kesehatan adalah besarnya dana yang
harus disediakan untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan
berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat. (Azrul A., 1996)
Dari pengertian di atas, tampak ada dua sudut pandang ditinjau
dari :1) Penyelenggara pelayanan kesehatan (provider) yaitu
besarnya dana untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang berupa
dana investasi serta dana operasional.2) Pemakai jasa pelayanan
yaitu besarnya dana yang dikeluarkan untuk dapat memanfaatkan suatu
upaya kesehatan.
Biaya kesehatan dapat dilihat dari dua sudut:1. Penyedia
pelayanan kesehatan (health provider)Besarnya dana yang harus
disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya kesehatan dan lebih
menunjuk pada seluruh biaya investasi (investment cost) dan biaya
operasional (operational cost). Ini merupakan persoalan utama dari
pihak
pemerintah atau swasta yakni pihak-pihak yang menyelenggarakan
upaya kesehatan.2. Pemakai jasa kesehatan (health consumer)Besarnya
dana yang harus disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa
pelayanan.ini menjadi persoalan utama para pemakai jasa
pelayanan.
LO.3.2. Jenis Biaya Kesehatan
Dilihat dari pembagian pelayanan kesehatan, biaya kesehatan
dibedakan :1) Biaya pelayanan kedokteran yaitu biaya untuk
menyelenggarakan dan atau memanfaatkan pelayanan kedokteran, tujuan
utamanya lebih ke arah pengobatan dan pemulihan dengan sumber dana
dari sektor pemerintah maupun swasta.2) Biaya pelayanan kesehatan
masyarakat yaitu biaya untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan
pelayanan kesehatan masyarakat, tujuan utamanya lebih ke arah
peningkatan kesehatan dan pencegahan dengan sumber dana terutama
dari sektor pemerintah.
Terdapat 3 jenis pembiayaan kesehatan berdasarkan ideologi
negara di dunia, yaitu :1.Sosialis (welfare state). Pada
negara-negara tersebut, negara mempunyai kewajiban penuh untuk
memenuhi biaya kesehatan. Bisa juga disebut tanggungan negara
100%.2.Liberalis-kapitalis. Di sini biaya kesehatan diserahkan pada
mekanisme pasar atau pemerintah tidak menanggung biaya kesehatan)
sehingga pelayanan kesehatan menjadi berorientasi pada keuntungan
semata.3.Kombinasi antara sosialis dan kapitalis. Biaya kesehatan
pada negara yang mengacu sistem pembiayaan kombinasi ditanggung
oleh pemerintah, swasta, dan masyarakat.
Berdasarkan dari jenis pembiayaan kesehatan tersebut, dapat
ditentukan Indonesia mengikuti sistem kombinasi dimana pihak
pemerintah, swasta, dan masyarakat sama-sama menanggung beban
pembiayaan kesehatan.
LO.3.3. Unsur-Unsur Pembiayaan Kesehatan
DanaDana digali dari sumber pemerintah baik dari sektor
kesehatan dan sektor lain terkait, dari masyarakat, maupun swasta
serta sumber lainnya yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan
pembangunan kesehatan. Dana yang tersedia harus mencukupi dan dapat
dipertanggung-jawabkan. Sumber dayaSumber daya pembiayaan kesehatan
terdiri dari: SDM pengelola, standar, regulasi dan kelembagaan yang
digunakan secara berhasil guna dan berdaya guna dalam upaya
penggalian, pengalokasian dan pembelanjaan dana kesehatan untuk
mendukung terselenggaranya pembangunan kesehatan.
Pengelolaan Dana KesehatanProsedur/Mekanisme Pengelolaan Dana
Kesehatan adalah seperangkat aturan yang disepakati dan secara
konsisten dijalankan oleh para pelaku subsistem pembiayaan
kesehatan, baik oleh Pemerintah secara lintas sektor, swasta,
maupun masyarakat yang mencakup mekanisme penggalian, pengalokasian
dan pembelanjaan dana kesehatan.
LO.3.4. Tujuan Pembiayaan Kesehatan
Tersedianya pembiayaan kesehatan dengan jumlah yang mencukupi,
teralokasi secara adil dan termanfaatkan secara berhasil-guna dan
berdaya-guna, untuk menjamin terselenggaranya pembangunan kesehatan
guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya.
Pokok utama dalam pembiayaan kesehatan adalah:a) Mengupayakan
kecukupan dan kesinambungan pembiayaan kesehatan pafa tingkat pusat
dan daerahb) Mengupayakan pengurangan pembiayaan OOP dan meniadakan
hambatan pembiayaan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan terutama
kelompok miskin dan rentan melalui pengembangan
jaminanc)Peningkatan efisiensi dan efektifitas pembiayaan
kesehatan
Organisasi kesehatan dunia (WHO) memberi fokus strategi
pembiayaan kesehatan yang memuat isu-isu pokok, tantangan, tujuan
utama kebijakan dan program aksi itu pada umumnya adalah dalam area
sebagai berikut:a.Meningkatkan investasi dan pembelanjaan publik
dalam bidang kesehatanb.Mengupayakan pencapaian kepesertaan semesta
dan penguatan permeliharaan kesehatan masyarakat miskinc.
Pengembangan skema pembiayaan praupaya termasuk didalamnya asuransi
kesehatan sosial (shi)d.Penggalian dukungan nasional dan
internasionale.Penguatan kerangka regulasi dan intervensi
fungsionalf. Pengembangan kebijakan pembiayaan kesehatan yang
didasarkan pada data dan fakta ilmiahg.Pemantauan dan evaluasi.
LO.3.5. Prinsip Subsistem Pembiayaan Kesehatan (di
Indonesia)
1.Jumlah dana untuk kesehatan harus cukup tersedia dan dikelola
secara berdaya- guna, adil dan berkelanjutan yang didukung oleh
transparansi dan akuntabilitas .2.Dana pemerintah diarahkan untuk
pembiayaan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perorangan bagi masyarakat rentan dan keluarga miskin.3.Dana
masyarakat diarahkan untuk pembiayaan upaya kesehatan perorangan
yang terorganisir, adil, berhasil-guna dan berdaya-guna melalui
jaminan pemeliharaan kesehatan baik berdasarkan prinsip solidaritas
sosial yang wajib maupun sukarela, yang dilaksanakan secara
bertahap.
4.Pemberdayaan masyarakat dalam pembiayaan kesehatan diupayakan
melalui penghimpunan secara aktif dana sosial untuk kesehatan
(misal: dana sehat) atau memanfaatkan dana masyarakat yang telah
terhimpun (misal: dana sosial keagamaan) untuk kepentingan
kesehatan.5.Pada dasarnya penggalian, pengalokasian dan
pembelanjaan pembiayaan kesehatan di daerah merupakan tanggung
jawab pemerintah daerah. Namun untuk pemerataan pelayanan
kesehatan, Pemerintah menyediakan dana perimbangan (maching grant)
bagi daerah yang kurang mampu.
LO.3.6. Sumber Biaya Kesehatan
Sumber biaya kesehatan: Pemerintah, swasta, masyarakat, sumber
lain (hibah, pinjaman dari luar negeri). Pelayanan kesehatan
dibiayai dari berbagai sumber, yaitu :1) Pemerintah, baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah (propinsi dan kabupaten
atau koya) dengan dana berasal dari pajak (umum dan penjualan),
deficit financial (pinjaman luar negeri) serta asuransi
sosial.2)Sebagian ditanggung oleh masyarakatmasyarakat diajak
berperan serta, baik dalam menyelenggarakan upaya kesehatan ataupun
pada waktu memanfaatkan jasa pelayanan kesehatan. Dapat ditemukan
pelayanan kesehatan swasta,dalam hal ini masyarakat diharuskan
membayar pelayanan kesehatan yang dimanfaatkannya.3) Swasta, dengan
sumber dana dari perusahaan, asuransi kesehatan swasta, sumbangan
sosial, pengeluaran rumah tangga serta communan self help.
LO.3.7. Pembiayaan Kesehatan Menurut Islam
Penyelenggaraan kesehatan dalam pandangan Islam termasuk
pengertian riayatus suun(pelayanan umum) yang wajib dilakukan oleh
negara atas seluruh rakyatnya, baik muslim maupun non muslim, kaya
ataupun miskin. Seluruh biaya yang diperlukan secara wajib di
tanggung oleh Baitul Mal (kas negara). Adapun peran non-pemerintah
(swasta) dalam pembiayaan kesehatan bukanlah hal yang utama.Negara
bertanggung jawab menjamin pemenuhan kebutuhan dasar itu. Nabi saw
Bersabda : Imam (Khalifah) laksana pengembala dan ia bertanggung
jawab atas rakyatnya ( HR al-Bukhari). Tidak terpenuhinya atau
terjaminnya kesehatan dan pengobatan akan mendatangkan dharar bagi
masyarakat. Oleh karena itu, penyediaan layanan kesehatan menjadi
tanggung jawab dan kewajiban negara (Khilafah). Khilafah wajib
membangun berbagai rumah sakit, klinik, laboratorium medis, apotik
, pusat dan lembaga litbang kesehatan, sekolah kedokteran ,
apoteker, perawat, bidan dan sekolah lainnya yang menghasilkan
tenaga medis, serta berbagai sarana prasarana kesehatan dan
pengobatan lainnya.Semua pelayanan kesehatan dan pengobatan harus
dikelola sesuai dengan aturan syariah. Juga harus memperhatikan
faktor ihsan dalam pelayanan yaitu wajib memenuhi 3 (tiga) prinsip
baku yang berlaku umum untuk setiap pelayanan mas yarakat dalam
sistem Islam: pertama, sederhana dalam peraturan (tidak
berbelit-belit). Kedua, cepat dalam pelayanan. Ketiga, profesional
dalam pelayanan, yakni dikerjakan oleh orang yang kompeten dan
amanah
Sejarah Asuransi Syariah
Pada jaman Nabi Muhammad SAW, konsep asuransi syariah sudah
dikenal dengan sebutan Al-Aqila. Saat itu suku arab terdiri atas
berbagai suku besar dan suku kecil. Sebagaimana kita ketahui,
Rasulullah adalah keturunan suku Qurais, salah satu suku yang
terbesar. Menurut dictionary of islam, yang ditulis Thomas Patrick,
jika ada salah satu anggota suku yang terbunuh oleh anggota suku
lainnya, sebagai kompensasi, keluarga terdekat dari si pembunuh
akan membayar sejumlah uang, darah atau diyat kepada pewaris
Qurban.Alaql adalah denda, sedangkan makna alaqil adalah orang yang
menbayar denda. Beberapa ketentuan system Aqilah yang merupakan
bagian dari asuransi social ditungkan oleh Nabi Muhammad SAW dalam
piagam madina yang merupakan konstitusi pertama setelah Nabi hijrah
ke madina. Dalam pasal 3 Konstitusi madina, Rasullulah membuat
ketentuan mengenai penyelamatan jiwa para tawanan. Ketentuan
tersebut menyatakan bahwa jika tawanan tertahan oleh musuh karena
perang, pihak tawanan harus membayar tebusan pada musuh untuk
membebaskannyaKonsep dasar asuransi syariah adalah tolong menolong
dalam kebaikan dan ketakwaan (al birri wat taqwa). Konsep tersebut
sebagai landasan yang diterapkan dalam setiap perjanjian transaksi
bisnis dalam wujud tolong menolong (akad takafuli) yang menjadikan
semua peserta sebagai keluarga besar yang saling menanggung satu
sama lain di dalam menghadapi resiko, yang kita kenal sebagai
sharing of risk, sebagaimana firman Allah SWT yang memerintahkan
kepada kita untuk taawun (tolong menolong) yang berbentuk al birri
wat taqwa (kebaikan dan ketakwaan) dan melarang taawun dalam bentuk
al itsmi wal udwan (dosa dan permusuhan).Dalam asuransi
konvensional, asuransi merupakan transfer of risk yaitu pemindahan
risiko dari peserta/tertanggung ke perusahaan/penanggung sehingga
terjadi pula transfer of fund yaitu pemindahan dana dari
tertanggung kepada penanggung. Sebagai konsekwensi maka kepemilikan
dana pun berpindah, dana peserta menjadi milik perusahaan
ausransi.Beberapa perbedaan asuransi syariah dengan asuransi
konvensional, di antaranya adalah sebagai berikut:
Akad (Perjanjian)Setiap perjanjian transaksi bisnis di antara
pihak-pihak yang melakukannya harus jelas secara hukum ataupun
non-hukum untuk mempermudah jalannya kegiatanbisnis tersebut saat
ini dan masa mendatang. Akad dalam praktek muamalah menjadi dasar
yang menentukan sah atau tidaknya suatu kegiatan transaksi secara
syariah. Hal tersebut menjadi sangat menentukan di dalam praktek
asuransi syariah. Akad antara perusahaan dengan peserta harus
jelas, menggunakan akad jual beli (tadabuli) atau tolong menolong
(takaful).Akad pada asuransi konvensional didasarkan pada akad
tadabuli atau perjanjian jual beli. Syarat sahnya suatu perjanjian
jual beli didasarkan atas adanya penjual, pembeli, harga, dan
barang yang diperjual-belikan. Sementara itu di dalam perjanjian
yang diterapkan dalam asuransi konvensional hanya memenuhi
persyaratan adanya penjual, pembeli dan barang yang
diperjual-belikan. Sedangkan untuk harga tidak dapat dijelaskan
secara kuantitas, berapa besar premi yang harus dibayarkan oleh
peserta asuransi utnuk mendapatkan sejumlah uang pertanggungan.
Karena hanya
Allah yang tahu kapan kita meninggal. Perusahaan akan
membayarkan uang pertanggunggan sesuai dengan perjanjian, akan
tetapi jumlah premi yang akan disetorkan oleh peserta tidak jelas
tergantung usia. Jika peserta dipanjangkan usia maka perusahaan
akan untung namun apabila peserta baru sekali membayar ditakdirkan
meninggal maka perusahaan akan rugi. Dengan demikian menurut
pandangan syariah terjadi cacat karena ketidakjelasan (gharar)
dalam hal berapa besar yang akan dibayarkan oleh pemegang polis
(pada produk saving) atau berapa besar yang akan diterima pemegang
polis (pada produk non-saving).
Gharar (Ketidakjelasan)Definisi gharar menurut Madzhab Syafii
adalah apa-apa yang akibatnya tersembunyi dalam pandangan kita dan
akibat yang paling kita takuti.Gharar/ketidakjelasan itu terjadi
pada asuransi konvensional, dikarenakan tidak adanya batas waktu
pembayaran premi yang didasarkan atas usia tertanggung, sementara
kita sepakat bahwa usia seseorang berada di tangan Yang Mahakuasa.
Jika baru sekali seorang tertanggung membayar premi ditakdirkan
meninggal, perusahaan akan rugi sementara pihak tertanggung merasa
untung secara materi. Jika tertanggung dipanjangkan usianya,
perusahaan akan untung dan tertanggung merasa rugi secara
financial. Dengan kata lain kedua belah pihak tidak mengetahui
seberapa lama masing-masing pihak menjalankan transaksi tersebut.
Ketidakjelasan jangka waktu pembayaran dan jumlah pembayaran
mengakibatkan ketidaklengkapan suatu rukun akad, yang kita kenal
sebagai gharar. Para ulama berpendapat bahwa perjanjian jual
beli/akad tadabuli tersebut cacat secara hukum.Pada asuransi
syariah akad tadabuli diganti dengan akad takafuli, yaitu suatu
niat tolong-menolong sesama peserta apabila ada yang ditakdirkan
mendapat musibah.Mekanisme ini oleh para ulama dianggap paling
selamat, karena kita menghindari larangan Allah dalam praktik
muamalah yang gharar.Pada akad asuransi konvensional dana peserta
menjadi milik perusahaan asuransi (transfer of fund). Sedangkan
dalam asuransi syariah, dana yang terkumpul adalah milik peserta
(shahibul mal) dan perusahaan asuransi syariah (mudharib) tidak
bisa mengklaim menjadi milik perusahaan.
Tabarru dan TabunganTabarru berasal dari kata
tabarraa-yatabarra-tabarrawan, yang artinya sumbangan atau derma.
Orang yang menyumbang disebut mutabarri (dermawan). Niatbertabbaru
bermaksud memberikan dana kebajikan secara ikhlas untuk tujuan
saling membantu satu sama lain sesama peserta asuransi syariah,
ketika di antaranya ada yang mendapat musibah. Oleh karena itu dana
tabarru disimpan dalam rekening khusus. Apabila ada yang tertimpa
musibah, dana klaim yang diberikan adalah dari rekening tabarru
yang sudah diniatkan oleh sesama peserta untuk saling
menolong.Menyisihkan harta untuk tujuan membantu orang yang terkena
musibah sangat dianjurkan dalam agama Islam, dan akan mendapat
balasan yang sangat besar dihadapan Allah, sebagaimana digambarkan
dalam hadist Nabi SAW,"Barang siapa memenuhi hajat saudaranya maka
Allah akan memenuhi hajatnya."(HR Bukhari Muslim dan Abu Daud).
30Untuk produk asuransi jiwa syariah yang mengandung unsur
saving maka dana yang dititipkan oleh peserta (premi) selain
terdiri dari unsur dana tabarru terdapat pula unsur dana tabungan
yang digunakan sebagai dana investasi oleh perusahaan. Sementara
investasi pada asuransi kerugian syariah menggunakan dana tabarru
karena tidak ada unsur saving. Hasil dari investasi akan dibagikan
kepada peserta sesuai dengan akad awal. Jika peserta mengundurkan
diri maka dana tabungan beserta hasilnya akan dikembalikan kepada
peserta secara penuh.Prof. Mustafa Ahmad Zarqa berkata bahwa dalam
asuransi konvensional terdapat unsur gharar yang pada gilirannya
menimbulkan qimar. Sedangkan al qimar sama dengan al maisir.
Muhammad Fadli Yusuf menjelaskan unsur maisir dalam asuransi
konvensional karena adanya unsur gharar, terutama dalam kasus
asuransi jiwa. Apabila pemegang polis asuransi jiwa meninggal dunia
sebelum periode akhir polis asuransinya dan telah membayar preminya
sebagian, maka ahliwaris akan menerima sejumlah uang tertentu.
Pemegang polistidak mengetahui dari mana dan bagaimana cara
perusahaan asuransi konvensional membayarkan uang pertanggungannya.
Hal ini dipandang karena keuntungan yang diperoleh berasal dari
keberanian mengambil risiko oleh perusahaan yang bersangkutan.
Muhammad Fadli Yusuf mengatakan, tetapi apabila pemegang polis
mengambil asuransi itu tidak dapat disebut judi. Yang boleh disebut
judi jika perusahaan asuransi mengandalkan banyak/sedikitnya klaim
yang dibayar. Sebab keuntungan perusahaan asuransi sangat
dipengaruhi oleh banyak/sedikitnya klaim yang dibayarkannya.
RibaDalam hal riba, semua asuransi konvensional menginvestasikan
dananya dengan bunga, yang berarti selalu melibatkan diri dalam
riba. Hal demikian juga dilakukansaat perhitungan kepada peserta,
dilakukan dengan menghitung keuntungan di depan. Investasi asuransi
konvensional mengacu pada peraturan pemerintah yaitu investasi
wajib dilakukan pada jenis investasi yang aman dan menguntungkan
serta memiliki likuiditas yang sesuai dengan kewajiban yang harus
dipenuhi. Begitu pula dengan Keputusan Menteri Keuangan No.
424/KMK.6/2003 Tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan
Perusahaan Reasuransi. Semua jenis investasi yang diatur dalam
peraturan pemerintah dan KMK dilakukan berdasarkan sistem
bunga.Asuransi syariah menyimpan dananya di bnak yang berdasarkan
syariat Islam dengan sistem mudharabah. Untuk berbagai bentuk
investasi lainnya didasarkan atas petunjuk Dewan Pengawas Syariah.
Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imron ayat130,"Hai orang-orang
yang beriman janganlah kamu memakan riba yang memang riba itu
bersifat berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu
mendapatkan keberuntungan." Hadist, "Rasulullah mengutuk pemakaian
riba,pemberi makan riba, penulisnya dan saksinya seraya bersabda
kepada mereka semuasama."(HR Muslim)
Dana HangusKetidakadilan yang terjadi pada asuransi konvensional
ketika seorang peserta karena suatu sebab tertentu terpaksa
mengundurkan diri sebelum masa reversing period.Sementara ia telah
beberapa kali membayar premi atau telah membayar sejumlah uang
premi. Karena kondisi tersebut maka dana yang telah dibayarkan
tersebut
menjadi hangus. Demikian juga pada asuransi non-saving atau
asuransi kerugian jika habis masa kontrak dan tidak terjadi klaim,
maka premi yang dibayarkan akan hangus dan menjadi milik
perusahaan.Kebijakan dana hangus yang diterapkan oleh asuransi
konvensional akan menimbulkan ketidakadilan dan merugikan peserta
asuransi terutama bagi merekayang tidak mampu melanjutkan karena
suatu hal. Di satu sisi peserta tidak punya dana untuk melanjutkan,
sedangkan jika ia tidak melanjutkan dana yang sudah masuk akan
hangus. Kondisi ini mengakibatkan posisi yang dizalimi. Prinsip
muamalah melarang kita saling menzalimi, laa dharaa wala dhirara (
tidak ada yang merugikan dan dirugikan).Asuransi syariah dalam
mekanismenya tidak mengenal dana hangus, karena nilai tunai telah
diberlakukan sejak awal peserta masuk asuransi. Bagi peserta yang
baru masuk karena satu dan lain hal mengundurkan diri maka
dana/premi yang sebelumnya dimasukkan dapat diambil kembali kecuali
sebagian kecil dana yang dniatkan sebagai dana tabarru (dana
kebajikan). Hal yang sama berlaku pula pada asuransi kerugian. Jika
selama dan selesai masa kontrak tidak terjadi klaim, maka asuransi
syariah akan membagikan sebagian dana/premi tersebut dengan pola
bagi hasil 60:40 atau 70:30 sesuai kesepakatan si awal perjanjian
(akad). Jadi premi yang dibayarkan pada awal tahun masih dapat
dikembalikan sebagian ke peserta (tidak hangus). Jumlahnya sangat
tergantung dari hasil investasinya,
DAFTAR PUSTAKA
1. Anies. 2006. Kedokteran Keluarga & Pelayanan Kedokteran
yang Bermutu. Semarang.2. Gani A. Pembiayaan Kesehatan. FKM UI.
19963. Prasetyawati, Arsita Eka. Kedokteran Keluarga dan
Wawasannya. Fakultas KedokteranUniversitas Sebelas Maret4. Sistem
Pembiayaan Kesehatan Indonesia. 20105. Tristantoro L.
Prinsip-Prinsip Asuransi Kesehatan Untuk Mahasiswa Kedokteran
DanResiden. FK UGM.