This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
DAFTAR ISI
Daftar Isi…………………………………………………………………………1
Skenario………………………………………………………………………….2
Kata Sulit………………………………………………………………………...3
Pertanyaan……………………………………………………………………….3
Jawaban Pertanyaan…………………………………………………………….4
Hipotesis …………………………………………………………………………5
Sasaran Belajar………………………………………………………………….6
LO. 1 Memahami dan Menjelaskan Eritrosit…………………………………7
LO. 2 Memahami dan Menjelaskan Hemoglobin…………………………….16
LO. 3 Memahami dan Menjelaskan Anemia…………………………………25
LO. 4 Memahami dan Menjelaskan Anemia Defisiensi Besi………………..35
Daftar Pustaka………………………………………………………………….45
1
SKENARIO 1
LEKAS LELAH BILA BEKERJA
Yani, 19 tahun, memeriksakan diri ke dokter dengan keluhan sering
merasa lekas lelah setelah melakukan aktivitas. Keluhan ini sudah dialami 3 bulan
terakhir. Sebelumnya tidak pernah mengalami hal seperti ini.
Pada anamnesis tambahan didapatkan keterangan bahwa sejak usia kanak-
kanak pola makan Yani tidak terarur, jarang makan sayur, ikan, maupun daging,
hanya tahu/tempa dan kerupuk. Tidak dijmpai riwayat penyakit yang diderita
sebelumnya dan riwayat pengobatan tidak jelas.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
Wajah terlihat lelah, TD 110/60 mmHg, frekuensi nadi 88 x/menit,
frekuensi pernafasan 20x/menit, suhu tubuh 36,8C, TB=160 cm, BB=60
kg, konjungtiva palpebral inferior pucat
Pemeriksaan jantung paru dan abdomen dalam batas normal
Hasil pemeriksaan darah dijumpai:
Pemeriksaan Kadar Nilai normal
Hemoglobin (Hb) 10,5 g/dL 12-14 g/dL
Hematokrit (Ht) 37 % 37-42 %
Eritrosit 4,75 x 106/ul 3,9-5,3 x 106/ uL
MCV 70 fL 82-92 fl
MCV 20 pg 27-31 pg
MCHV 22 % 32-36 %
Leukosit 6500 / uL 5000-10.000 /uL
Trombosit 300.000/ uL 150.000-400.000 /uL
2
KATA SULIT
1. Konjungtiva Anemis : Suatu keadaan dimana konjungtiva seseorang
pucat karena darah tidak sampai ke perifer yang bias menjadi salah satu
tanda bahwa seseorang mengalami anemia
2. Ikterik : Perubahan warna kuning pada kulit, selaput lender, da
bagian putih mata yang disebabkan oleh peningkatan bilirubin dalam
darah.
3. MCV : Nilai rata-rata volume eritrosit
4. MCH : Jumlah rata-rata hemoglobin dalam eritrosit
5. MCHC : Persentase hemoglobin dalam eritrosit
6. Hemoglobin : Pigmen merah pembawa O2 pada eritrosit, dibentuk oleh
eritrosit yang berkembang disumsum tulang.
7. Hematokrit : Persentase volume eritrosit dalam 100 ml darah.
PERTANYAAN
1. Kenapa pasien cepat lelah ?
2. Apa diagnosis sementara pasien?
3. Mengapa wajah pasien pucat ?
4. Apa yang menyebabkan konjungtiva anemis ?
5. Apa hubungan pola makan dengan penyakit yang diderita ?
6. Kenapa MCV,MCH,MCHC menurun, ada hubungannya atau tidak dengan
diagnose pasien ?
7. Apa yang menyebabkan hemoglobin menurun dan hematocrit normal ?
8. Cara menghitung MCHC, jika MCHC meningkat atau menurun apa
dampaknya ?
3
JAWABAN
1. Karena jumlah Hb menurun, fungsi hb adalah untuk mengikat oksigen jika
hb menurun maka oksigen yang terdistribusi ditubuh mengurang dan
oksigen untuk respirasi aerob terganggu yang akan menyebabkan produksi
ATP berkurang.
2. Anemia defisiensi besi
3. Karena hb menurun dimana fungsi hb untuk pemberi warna pada sel darah
merah
4. Karena jumlah Hb menurun, fungsi hb adalah untuk mengikat oksigen jika
hb menurun maka oksigen yang terdistribusi ditubuh mengurang dan
oksigen untuk respirasi aerob terganggu
5. Kurang intake makanan yang mengandung zat besi
6. Karena hb menurun (MHC, MCHC )
7. Hb menurun karena defisiensi besi sedangkan hematocrit normal karena
pembentukan eritrosit normal.
8. MCHC= hb/ht x 100%
Meningkat : anemia makrositik
Menurun : anemia mikrositik hipokrom
4
HIPOTESIS
Kekurangan asupan zat besi dapat menyebabkan menurunnya sintesis
hemoglobin. Turunnya kadar hemoglobin mengakibatkan distribusi oksigen dan
respirasi aerob terganggu, sehingga ATP berkurang dan tubuh merasa lemas.
Hasil pemeriksaan lab pada pasien ini didapatkan anemia mikrositik hipokrom
dengan MCHC rendah. Diagnosis pasien adalah anemia defisiensi besi.
5
SASARAN BELAJAR
LO. 1 Memahami dan Menjelaskan Eritrosit
1.1 Pembentukan eritrosit (Eritropoeisis)
1.2 Struktur dan morfologi eritrosit
1.3 Fungsi eritrosit
1.4 Jumlah normal
1.5 Kelainan pada eritrosit
LO. 2 Memahami dan Menjelaskan Hemoglobin
2.1 Pembentukan hemoglobin
2.2 Struktur dan fungsi hemoglobin
2.3 Peranan zat besi dalam pembentukan hemoglobin
2.4 Reaksi oksigen dengan hemoglobin
LO. 3 Memahami dan Menjelaskan Anemia
3.1 Definisi
3.2 Etiologi
3.3 Klasifikasi
3.4 Manifestasi Klinis
3.5 Pemeriksaan Laboratorium
LO. 4 Memahami dan Menjelaskan Anemia Defisiensi Besi
4.1 Definisi
4.2 Etiologi
4.3 Patofisiologi
4.4 Manifestasi Klinis
4.5 Diagnosis dan Diagnosis banding
4.6 Tata laksana
4.7 Komplikasi
4.8 Pencegahan
6
LO. 1 Memahami dan Menjelaskan Eritrosit
1.1 Pembentukan eritrosit (Eritropoeisis)
Eritropoesis adalah proses pembuatan eritrosit (sel darah merah), pada janin
dan bayi proses ini berlangsung di limfa dan sumsum tulang, tetapi pada orang
dewasa terbatas hanya pada sumsum tulang. (Dorland, 2012)
Sel darah berasal dari sel stem hemopoetik pluripoten yang berada pada
sumsum tulang. Sel ini kemudian akan membentuk bermacam macam sel darah
tepi. Asal sel yang akan terbentuk selanjutnya adalah sel stem commited, Sel ini
akan dapat meghasilkan Unit pembentuk koloni eritrosit (CFU-E) dan Unit
granulosit dan monosit (CFU-GM).
Pada eritropoesis, CFU-E membentuk banyak sel Proeritroblas sesuai
dengan rangsangan. Proeritroblas akan membelah berkali-kali menghasilkan
banyak sel darah merah matur ya itu Basofil Eritroblas. Sel ini sedikit sekali
mengumpulkan hemoglobin. Selanjutnya sel ini akan berdifferensiasi menjadi
Retikulosit dengan sel yang sudah dipenuhi dengan hemoglobin. Retikulosit
7
masih mengandung sedikit bahan basofilik. Bahan basofilik ini akan menghilang
dalam waktu 1-2 hari dan menjadi eritrosit matur.
Eritropoeisis terjadi di sumsum tulang hingga terbentuk eritrosit matang
dalam darah tepi yang dipengaruhi dan dirangsang oleh hormon eritropoietin.
Eritropoietin adalah hormon glikoprotein yang terutama dihasilkan oleh sel-sel
interstisium peritubulus ginjal, dalam respon terhadap kekurangan oksigen atas
bahan globulin plasma, untuk digunakan oleh sel-sel induk sumsum tulang.
Eritropoietin mempercepat produksi eritrosit pada semua stadium terutama saat
sel induk membelah diri dan proses pematangan sel menjadi eritrosit. Di samping
mempercepat pembelahan sel, eritropoietin juga memudahkan pengambilan besi,
mempercepat pematangan sel dan memperpendek waktu yang dibutuhkan oleh sel
untuk masuk dalam sirkulasi.
Selama perkembangan intrauterus, eritrosit mula-mula dibentuk oleh yolk
sac dan kemudian oleh hati dan limpa sampai sumsum tulang terbentuk dan
mengambil alih produksi eritrosit secara ekslusif.
Pada anak, sebagian tulang terisi oleh sumsum tulang merah yang mampu
memproduksi sel darah. Namun, seiring dengan pertambahan usia, sumsum tulanh
kuning yang tidak mampu melakukan eritropoiesis secara perlahan menggantikan
sumsum merah, yang tersisa hanya di beberapa tempat, misalnya sternum, iga dan
ujung-ujung atas tulang panjang ekstremitas.
Sumsum tulang tidak hanya memproduksi SDM tetapi juga merupakan
sumber leukosit dan trombosit. Di sumsum tulang terdapat sel punca pluripotent
8
tak berdiferensiasi yang secara terus menerus membelah diri dan berdiferensiasi
untuk menghasilkan semua jenis sel darah.
Ginjal mendeteksi penurunan/ kapasitas darah yang mengakngkut oksigen.Jika
O2 yang disalurkan ke ginjal berkurang, maka ginjal mengeluarkan hormone
eritropoietin dalam darah yang berfungsi merangsang eritropoiesis (produksi
eritrosit) dalam sumsum tulang.Tambahan eritrosit di sirkulasi meningkatkan
kemampuan darah mrngangkut O2.Peningkatan kemampuan darah mengangkut
O2 menghilangkan rangsangan awal yang memicu sekresi eritropoietin.
1) Rubriblast
Rubriblast disebut juga pronormoblast atau proeritroblast, merupakan sel
termuda dalam sel eritrosit. Sel ini berinti bulat dengan beberapa anak inti
dan kromatin yang halus. Ukuran sel rubriblast bervariasi 18-25 mikron.
Dalam keadaan normal jumlah rubriblast dalam sumsum tulang adalah
kurang dari 1 % dari seluruh jumlah sel berinti.
2) Prorubrisit
Prorubrisit disebut juga normoblast basofilik atau eritroblast basofilik.
Ukuran lebih kecil dari rubriblast. Jumlahnya dalam keadaan normal 1-4
% dari seluruh sel berinti.
3) Rubrisit
Rubrisit disebut juga normoblast polikromatik atau eritroblast
polikromatik. Inti sel ini mengandung kromatin yang kasar dan menebal
secara tidak teratur, di beberapa tempat tampak daerah-daerah piknotik.
Pada sel ini sudah tidak terdapat lagi anak inti, inti sel lebih kecil daripada
prorubrisit tetapi sitoplasmanya lebih banyak, mengandung warna biru
karena asam ribonukleat (ribonucleic acid-RNA) dan merah karena
9
hemoglobin. Jumlah sel ini dalam sumsum tulang orang dewasa normal
adalah 10-20 %.
4) Metarubrisit
Sel ini disebut juga normoblast ortokromatik atau eritroblast ortokromatik.
Ini sel ini kecil padat dengan struktur kromatin yang menggumpal.
Sitoplasma telah mengandung lebih banyak hemoglobin sehingga
warnanya merah walaupun masih ada sisa-sisa warna biru dari RNA.
Jumlahnya dalah keadaan normal adalah 5-10%
5) Retikulosit
Pada proses maturasi eritrosit, setelah pembentukan hemoglobin dan
penglepasan inti sel, masih diperlukan beberapa hari lagi untuk
melepaskan sisa-sisa RNA. Sebagian proses ini berlangsung di dalam
sumsum tulang dan sebagian lagi dalam darah tepi. Setelah dilepaskan dari
sumsum tulang sel normal akan beredar sebagai retikulosit selama 1-2
hari. Dalam darah normal terdapat 0,5 – 2,5% retikulosit.
6) Eritrosit
Eritrosit normal merupakan sel berbentuk cakram bikonkaf dengan ukuran
diameter 7-8 mikron dan tebal 1,5- 2,5 mikron. Bagian tengan sel ini lebih
tipis daripada bagian tepi. Dengan pewarnaan Wright, eritrosit akan
berwarna kemerah-merahan karena mengandung hemoglobin. Umur
eritrosit adalah sekitar 120 hari dan akan dihancurkan bila mencapai
umurnya oleh limpa.
1.2 Struktur dan morfologi eritrosit
Eritrosit berbentuk seperti piringan yang bikonkaf dengan
cekungan di bagian tengahnya. Eritrosit mempunyai garis tengah 8
µm, ketebalan 2 µm di tepi luar, dan ketebalan 1 µm di bagian
tengah. Bentuk eritrosit yang bikonkaf menghasilkan luas permukaan
yang lebih besar untuk difusi O2 menembus membran dibandingkan
dengan bentuk sel bulat dengan volume yang sama. Tipisnya sel
10
memungkinkan O2 cepat berdifusi antara bagian paling dalam sel dan eksterior
sel. (Sherwood, 2011)
Membran eritrosit juga sangat lentur sehingga eritrosit dapat mengalami
deformitas secara luar biasa sewaktu mengalir satu per satu melewati celah kapiler
yang sempit dan berkelok-kelok. Dengan kelenturan membran tersebut, eritrosit
dapat menyalurkan O2 di tingkat jaringan tanpa pecah selama proses tersebut
berlangsung. Ciri anatomik terpenting yang memungkin eritrosit mengangkut
oksigen adalah adanya hemoglobin di dalamnya. (Sherwood, 2011)
Eritrosit memiliki enzim penting yang tidak dapat diperbarui, yaitu enzim
glikolitik dan enzim karbonat anhidrase. Enzim glikolitik berperan dalam
menghasilkan energi yang dibutuhkan untuk mekanisme transpor aktif yang
berperan dalam mempertahankan konsentrasi ion yang sesuai di dalam sel. Enzim
karbonat anhidrase berperan dalam transpor CO2. Enzim ini dapat mengubah CO2
yang dihasilkan dari proses metabolisme tubuh menjadi ion bikarbonat (HCO3-),
yaitu bentuk utama pengangkutan CO2 dalam darah. Eritrosit memperoleh energi
dari hasil proses glikolisis karena eritrosit tidak memiliki mitokondria.
(Sherwood, 2011)
1.3 Fungsi eritrosit
Sel darah merah memiliki 2 fungsi utama yaitu:
1. Mengangkut Oksigen dari Paru paru dan sumber lainnya ke seluruh jaringan
di seluruh tubuh manusia.
2. Mengangkut karbon dioksida dari jaringan dan sel akibat proses metabolisme
dan gas lainnya yang mampu terikat pada hemoglobin menuju tempat
pembuangannya atau penampungannya seperti paru paru dan lainnya.
Fungsi Sekunder Sel Darah Merah
Selain, 2 fungsi utama sel darah merah diatas, terdapat fungsi sekunder dari sel
darah merah yaitu:
1. Fungsi sel darah merah yang pertama: memperlebar pembuluh darah
sehingga aliran darah menjadi normal sehingga membantu manusia saat stress.
11
Saat sel darah merah menjadi stress akibat kekurangan oksigen, sel darah
merah akan mengeluarkan ATP sehingga akan mengakibatkan pembuluh
darah mengalami pelebaran pembukaan (dilatasi).
2. Fungsi sel darah merah yang kedua : Membantu jaringan tubuh agar tidak
rusak. Saat hemoglobin pada daerah tertentu mengalami kekurangan oksigen,
akan mengeluarkan S-Nitrosotiol yang akan mengakibatkan pelebaran
pembuluh darah, sehingga sel darah merah akan mengalir lebih cepat ke
jaringan tersebut.
3. Fungsi sel darah merah yang ketiga: Membantu dalam sistem imun tubuh.
Ketika sel darah merah pecah dikarenakan serangan bakteri atau lainnya,
hemoglobin akan melepaskan substansi radikal bebas yang akan merusak
membran dan dinding sel bakteri tersebut dan akhirnya membunuhnya.
Berbagai keadaan dapat menimbulkan defisiensi besi tetapi anemia
defisiensi besi terjadi tdak tergantung kepada penyebabnya, kekurangan zat besi
berkembang secara lambat laun, dimulai dari kekeurangan pada simpanan zat besi
yang ditandai dengan penurunan ferritin dalam serum dan tidak adanya zat besi
yang dapat diwarnai pada sumsumtulang. Perubahan ini diikuti oleh penurunan
kadar zat besi dalam serum dan peningkatan transferrin. Akhienya kemampuan
untuk membentuk hemoglobin, miglobin, dan protein-protein lain yang
mengandung zat besi berkurang, menyebabkan anemia krositik, gangguan kinerja
fisi dan kognitf, dan bahkan kekebalan juga menurun.
37
4.4 Manifestasi Klinis
Gejala umum anemia yang di sebut sebagai sindrom anemia di jumpai pada
anemia defisiensi besi apabila kadar hemoglobin turun di bawah 7-8 g/dl.
Gejala ini berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang kunang,
serta telinga mendenging. Pada anemia defisiensi besi karena penurunan
kadar hemoglobin yang terjadi secara perlahan.
Ciri khas :
Pucat
Koilonychias
Kuku sendok, kuku menjadi rapuh, bergaris garis vertical mejadi cekung
sehingga mirip seperti sendok
Athrofipapil lidah
Permukaan lidah mejadi licin dan mengkilat di karnakan papil lidah
menghilang
Satomatitis angularis
Adanya keradangan pada sudut mulut sehingga tampak bercak berwarna
pucat keputihan
Disfalgia
Nyeri menelan di karnakan kerusakan hipofaring
Atrofi mukosa gaster
Pica
38
iron depleted state cadangan besi kosong
iron deficiency erythropoiesis
kekurangan besi berlanjut penyediaan besi untuk eritopoesis berkurangganggua pada bentuk eritrositanemia secara klinis belum terjadi
iron deficiency anemia
timbul anemia hipokronik mikrositikkekurangan besi pada epitelkehilangan beberapa enzim yang menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut dan faring an lain lain
Keinginan untuk memakan bahan yang tidak lazim, seperti tanah liat, es,