Fathia Zahra1102014096LI 1. Memahami Dan Menjelaskan
Hipersensitivitas
LO 1.1 Definisi HipersensitivitasHipersensitivitas adalah
peningkatan reaktivitas atau sensitivitas terhadap antigen yang
pernah dipajankan atau dikenal sebelumnya (Buku imunologi) Atau
respon imun yang berlebihan dan yang tidak diinginkan karena dapat
menimbulkan kerusakan jaringan tubuh. (Buku IPD)
LO 1.2 Klasifikasi Hipersensitivitasa. Menurut waktu timbulnya
reaksi Reaksi cepatReaksi cepat terjadi dalam hitungan detik,
menghilang dalam 2 jam. Ikatan silang antara alergen dan IgE pada
permukaan sel mast menginduksi penglepasan mediator vasoaktif.
Manifestasi reaksi cepat berupa anafilaksis sistemik atau
anafilaksis berat. Reaksi intermedietReaksi intermediet terjadi
setelah beberapa jam dan menghilang dalam 24 jam. Reaksi
intermediet diawali oleh IgG dan kerusakan jaringan pejamu yang
disebabkan oleh sel neutrofil atau sel NK. Manifestasi reaksi
intermediet berupa :1. Reaksi transfusi darah (eritroblastosis,
fetalis, dan anemia hemolitik autoimun).2. Reaksi Arthus lokal dan
reaksi sistemik (serum sickness, vaskulitis nekrotis,
glomerulonefritis, artritis reumatoid dan LES). Reaksi lambatReaksi
lambat terlihat sekitar 48 jam setalah terjadi pajanan dengan
antigen yang terjadi oleh aktivasi oleh sel Th. Pada DTH, sitokin
yang dilepas sel T mengaktifkan sel efektor makrofag yang
menimbulkan kerusakan jaringan. Contoh reaksi lambat adalah
dermatitis kontak, reaksi M. Tuberkulosis dan reaksi penolakan
tandur.
PerbedaanReaksi cepatReaksi intermedietReaksi lambat
Waktu timbul reaksiHitungan detikTerjadi setelah beberapa jam
terpajanTerjadi setelah 48 jam terpajan
b. Menurut Gell dan Coombs-Reaksi hipersensitivitas tipe I atau
reaksi cepat atau reaksi alergi.-Reaksi hipersensitivitas tipe II
atau reaksi sitotoksik.-Reaksi hipersensitivitas tipe III atau
reaksi kompleks imun.-Reaksi hipersensitivitas tipe IV atau reaksi
lambat.
LI 2. Memahami Dan Menjelaskan Hipersensitivitas Tipe I
LO 2.1 Definisi Hipersensitivitas Tipe IReaksi hipersensitifitas
tipe I adalah suatu reaksi yang terjadi secara cepat atau reaksi
anafilaksis atau reaksi alergi mengikuti kombinasi suatu antigen
dengan antibodi yang terlebih dahulu diikat pada permukaan sel
basofilia (sel mast) dan basofil.
LO 2.2 Etiologi Hipersensitivitas Tipe IKontak pertama, alergen
menstimulasi sel B untuk memproduksi antibodi, yaitu IgE. Ig E
kemudian masuk ke aliran darah dan berikatan dengan reseptor di sel
mastosit dan basofil sehingga sel mastosit atau basofil menjadi
tersensitisasi.Kontak ulang, allergen akan berikatan dengan Ig E
yang berikatan dengan antibody di sel mastosit atau basofil dan
menyebabkan terjadinya granulasi. Degranulasi menyebakan pelepasan
mediator inflamasi primer dan sekunder.
LO 2.3 Mekanisme Hipersensitivitas Tipe IPada tipe I terdapat
beberapa fase, yaitu :1. Fase sensitasi yaitu waktu yang dibutuhkan
untuk membentuk IgE sampai diikat silang oleh reseptor spesifik
pada permukaan sek mast/basofil.2. Fase aktivasi yaitu waktu yang
diperlukan antara pajanan ulang dengan antigen yang spesifik dan
sel mast/basofil melepas isinya yang berisikan granul yang
menimbulkan reaksi. Hal ini terjadi oleh ikatan silang antara
antigen dan IgE.3. Fase efektor yaitu waktu yang terjadi respon
yang kompleks (anafilaksis) sebagai efek mediator-mediator yang
dilepas sel mast/basofil dengan aktivasi farmakologik.
Source: Imunologi dasar
Pajanan dengan mengaktifkan sel Th2 yang merangsang sel B
berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi IgE. Molekul IgE
yang dilepas diikat oleh FceR1 pada sel mast dan basofil (banyak
molekul IgE dengan berbagai spesifisitas dapat diikat FceR1).
Pajanan kedua dengan alergen menimbulkan ikatan silang antara
antigen dan IgE yang diikat sel mast, memacu penglepasan mediator
farmakologis aktif (amin vasoaktif) dari sel mast dan basofil.
Mediator-mediator tersebut menimbulkan kontraksi otot polos,
meningkatkan permeabilitas vaskular dan vasodilatasi, kerusakan
jaringan dan anafilaksis.LI 2.4 Performed MediatorMediator primer
utama pada hipersensitivitas Tipe 1
MediatorEfek
HistaminPeningkatan permeabilitas kapiler, vasodilatasi,
kontraksi otot polos, sekresi mukosa gaster
ECF-AKemotaksis eosinofil
NCF-AKemotaksis neutrofil
Eosinophil chemotactic Kemotaktik untuk eosinofil
Neutrophil chemotactic Kemotaktik untuk neutrofil
ProteaseSekresi mukus bronkial, degradasi membran basal pembuluh
darah, pembentukan produk pemecah komplemen
PAFAgregasi dan degranulasi trombosit, kontraksi otot polos
paru
Hidrolase asamDegradasi matriks ekstraseluler
NCAKemotaksis neutrofil
BK-AKalikrein : kininogenase
ProteoglikanHeparin, kondrotin sulfat, sulfat dermatan; mencegah
komplemen yang menimbulkan koagulasi (?)
EnzimKimase, triptase, proteolisis
Mediator sekunder utama pada Hipersensitivitas Tipe 1
MediatorEfek
SitokinAktivasi berbagai sel radang
BradikininPeningkatan permebilitas kapiler, vasodilatasi,
kontraksi otot polos, stimulasi ujung saraf nyeri
Prostaglandin D2Kontraksi otot polos paru, vasodilatasi,
agregasi trombosit
LeukotrienKontraksi otot polos, peningkatan permeabilitas,
kemotaksis
LO 2.5 Jenis ReaksiReaksi AlergiJenis AlergiAlergen
UmumGambaran
AnafilaksisObat, serum, kacang-kacanganEdema dengan peningkatan
permeabilitas kapiler, okulasi trakea , koleps sirkulasi yang dapat
menyebabkan kematian
Urtikaris akutSengatan seranggaBentol, merah
Rinitis alergiPolen, tungau debu rumahEdema dan iritasi mukosa
nasal
AsmaPolen, tungau debu rumahKonstriksi bronkial, peningkatan
produksi mukus, inflamasi saluran nafas
MakananKerang, susu, telur, ikan, bahan asal gandumUrtikaria
yang gatal dan potensial menjadi anafilaksis
Ekzem atopiPolen, tungau debu runah, beberapa makananInflamasi
pada kulit yang terasa gatal, biasanya merah dan ada kalanya
vesikular
LO 2.6 Manifestasi Klinis Hipersensitivitas Tipe IManifestasi
khas: anafilaksis sistemik dan lokal seperti rinitis, asma,
urtikaria, alergi makanan dan ekzem. a. Reaksi lokalReaksi
hipersensitifitas tipe 1 lokal terbatas pada jaringan atau organ
spesifik yang biasanya melibatkan permukaan epitel tempat alergan
masuk. Kecenderungan untuk menunjukkan reaksi Tipe 1 adalah
diturunkan dan disebut atopi. Sedikitnya 20% populasi menunjukkan
penyakit yang terjadi melalui IgE seperti rinitis alergi, asma dan
dermatitis atopi. IgE yang biasanya dibentuk dalam jumlah sedikit,
segera diikat oleh sel mast/basofil. IgE yang sudah ada pada
permukaan sel mast akan menetap untuk beberapa minggu. Sensitasi
dapat pula terjadi secara pasif bila serum (darah) orang yang
alergi dimasukkan ke dalam kulit/sirkulasi orang normal. Reaksi
alergi yang mengenai kulit, mata, hidung dan saluran nafas.
b. Reaksi sistemik anafilaksisAnafilaksisi adalah reaksi Tipe 1
yang dapat fatal dan terjadi dalam beberapa menit saja. Anafilaksis
adalah reeaksi hipersensitifitas Gell dan Coombs Tipe 1 atau reaksi
alergi yang cepat, ditimbulkan IgE yang dapat mengancam nyawa. Sel
mast dan basofil merupakan sel efektor yang melepas berbagai
mediator. Reaksi dapat dipacu berbagai alergan seperti makanan
(asal laut, kacang-kacangan), obat atau sengatan serangga dan juga
lateks, latihan jasmani dan bahan anafilaksis, pemicu spesifiknya
tidak dapat diidentifikasi.
c. Reaksi pseudoalergi atau anafilaktoidReaksi pseudoalergi atau
anafilaktoid adalah reaksi sistemik umum yang melibatkan
pengelepasan mediator oleh sel mast yang terjadi tidak melalui IgE.
Mekanisme pseudoalergi merupakan mekanisme jalur efektor nonimun.
Secara klinis reaksi ini menyerupai reaksi Tipe I seperti syok,
urtikaria, bronkospasme, anafilaksis, pruritis, tetapi tidak
berdasarkan atas reaksi imun. Manifestasi klinisnya sering serupa,
sehingga kulit dibedakan satu dari lainnya. Reaksi ini tidak
memerlukan pajanan terdahulu untuk menimbulkan sensitasi. Reaksi
anafilaktoid dapat ditimbulkan antimikroba, protein, kontras dengan
yodium, AINS, etilenoksid, taksol, penisilin, dan pelemas otot.
LI 3. Memahami Dan Menjelaskan Hipersensitivitas Tipe II
LO 3.1 Definisi Hipersensitivitas Tipe IIReaksi
hipersensitivitas tipe II disebut juga reaksi sitolitik atau
sitotoksik, karena dibentuk Antibodi jenis IgG atau IgM terhadap
antigen yang merupakan bagian sel pejamu.
LO 3.2 Etiologi Hipersensitivitas Tipe II
LO 3.3 Mekanisme Hipersensitivitas Tipe IIReaksi diawali oleh
reaksi antara ab dan determinan antigen yang merupakan bagian dari
membran sel tergantung apakah komplemen atau molekul asesori dan
metabolisme sel dilibatkan. Ab terhadap antigen permukaan sel
menimbulkan destruksi sel dengan bantuan komplemen atau ADCC.LO 3.4
Jenis-jenis Reaksi Hipersensitivitas Tipe II
LO 3.5 Manifestasi Klinis Hipersensitivitas Tipe IIManifestasi
khas: reaksi transfusi, eritroblastosis fetalis, anemia hemolitik
autoimun .1). Reaksi transfusia. Sejumlah besar protein dan
glikoprotein pada membran SDM disandi oleh berbagai gen.b. Individu
golongan darah A mendapat transfusi golongan B terjadi reaksi
transfusi, karena anti B isohemaglutinin berikatan dengan sel darah
B yang menimbulkan kerusakan darah direk oleh hemolisis masif
intravascular. Reaksi dapat cepat atau lambat .
-Reaksi cepat : Disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah
ABO yang dipacu oleh IgM. Dalam beberapa jam hemoglobin bebas dapat
ditemukan dalam plasma dan disaring melalui ginjal dan menimbulkan
hemaglobinuria. Beberapa hemaglobin diubah menjadi bilirubin yang
pada kadar tinggi bersifat toksik.Gejala khas: Demam, menggigil,
nausea, bekuan dalam pembuluh darah, nyeri pinggang bawah, dan
hemoglobinuria.-Reaksi lambat:Terjadi pada orang yang mendapat
transfusi berulang dengan darah yang kompatibel ABO namun
inkompatibel dengan golongan darah yang lain. Terjadi 2-6 hari
setelah transfusi. Darah yang ditransfusikan memacu pembentukan IgG
terhadap berbagai antigen membran golongan darah, tersering adalah
golongan resus, Kidd, Kell, dan Duffy
2). Penyakit hemolitik pada bayi baru lahirDitimbulkan oleh
inkompatibilitas Rh dalam kehamilan, yaitu pada ibu dengan golongan
darah rhesus dan janin dengan rhesus (+).
3). Anemia hemolitika. Antibiotika tertentu seperti penisilin,
sefalosporin, dan streptomisin dapat diabsorbsi non spesifik pada
protein membran SDM yang membentuk kompleks serupa kompleks molekul
hapten pembawab. Pada beberapa penderita, kompleks membentuk ab
yang selanjutnya mengikat obat pada SDM dan dengan bantuan
komplemen menimbulkan lisis dengan dan anemia progresif.
LI 4. Memahami Dan Menjelaskan Hipersensitivitas Tipe III
LO 4.1 Definisi Hipersensitivitas Tipe IIIReaksi
hipersensitivitas tipe III atau yang disebut juga reaksi kompleks
imun adalah reaksi imun tubuh yang melibatkan kompleks imun yang
kemudian mengaktifkan komplemen sehingga terbentuklah respons
inflamasi melalui infiltrasi masif neutrofil.LO 4.2 Etiologi
Hipersensitivitas Tipe III
LO 4.3 Mekanisme Hipersensitivitas Tipe III
Kompleks imun dan hipersensitivitas tipe III
Dalam keadaan normal, kompleks imun yang terbentuk akan diikat
dan diangkut oleh eritrosit ke hati, limpa dan paru untuk
dimusnahkan oleh sel fagosit dan PMN. Kompleks imun yang besar akan
mudah untuk di musnahkan oleh makrofag hati. Namun, yang menjadi
masalah pada reaksi hipersensitivitas tipe III adalah kompleks imun
kecil yang tidak bisa atau sulit dimusnahkan yang kemudian
mengendap di pembuluh darah atau jaringan.
1. Kompleks Imun Mengendap di Dinding Pembuluh DarahMakrofag
yang diaktifkan kadang belum dapat menyingkirkan kompleks imun
sehingga makrofag dirangsang terus menerus untuk melepas berbagai
bahan yang dapat merusak jaringan. Kompleks yang terjadi dapat
menimbulkan:- Agregasi trombosit- Aktivasi makrofag- Perubahan
permeabilitas vaskuler- Aktivasi sel mast- Produksi dan pelepasan
mediator inflamasi- Pelepasan bahan kemotaksis- Influks
neutrofil
2. Kompleks Imun Mengendap di JaringanHal yang memungkinkan
kompleks imun mengendap di jaringan adalah ukuran kompleks imun
yang kecil dan permeabilitas vaskuler yang meningkat. Hal tersebut
terjadi karena histamin yang dilepas oleh sel mast.
LO 4.4 Jenis-jenis reaksi Hipersensitivitas Tipe III
LO 4.5 Manifestasi klinis Hipersensitivitas Tipe IIIManifestasi
khas: reaksi lokal seperti Arthus dan sistemik seperti serum
sickness, vaskulitis dengan nekrosis, glomerulonefritis, AR dan LES
.A. Reaksi Lokal atau Fenomena ArthusPada mulanya, Arthus
menyuntikkan serum kuda ke kelinci secara berulang di tempat yang
sama. Dalam waktu 2-4 jam, terdapat eritema ringan dan edem pada
kelinci. Lalu setelah sekitar 5-6 suntikan, terdapat perdarahan dan
nekrosis di tempat suntikan. Hal tersebut adalah fenomena Arthus
yang merupakan bentuk reaksi kompleks imun. Antibodi yang ditemukan
adalah presipitin. Reaksi Arthus dalam kilinis dapat berupa
vaskulitis dengan nekrosis.Mekanisme pada reaksi arthus adalah
sebaga berikut :1. Neutrofil menempel pada endotel vaskular
kemudian bermigrasi ke jaringan tempat kompleks imun diendapkan.
Reaksi yang timbul yaitu berupa pengumpulan cairan di jaringan
(edema) dan sel darah merah (eritema) sampai nekrosis. 2. C3a dan
C5a yag terbentuk saat aktivasi komplemen meningkatkan
permeabilitas pembuluh darah sehingga memperparah edema. C3a dan
C5a juga bekerja sebagai faktor kemotaktik sehingga menarik
neutrofil dan trombosit ke tempat reaksi. Neutrofil dan trombosit
ini kemudian menimbulkan statis dan obstruksi total aliran darah.
3. Neutrofil akan memakan kompleks imun kemudian akan melepas
bahan-bahan seperti protease, kolagenase dan bahan-bahan vasoaktif
bersama trombosit sehingga akan menyebabkan perdarahan yang
disertai nekrosis jaringan setempat.
B. Reaksi Sistemik atau Serum SicknessAntibodi yang berperan
dalam reaksi ini adalah IgG atau IgM dengan mekanisme sebagai
berikut:1. Komplemen yang telah teraktivasi melepaskan
anafilatoksin (C3a dan C5a) yang memacu sel mast dan basofil
melepas histamin. 2. Kompleks imun lebih mudah diendapkan di daerah
dengan tekanan darah yang tinggi dengan putaran arus (contoh:
kapiler glomerulus, bifurkasi pembuluh darah, plexus koroid, dan
korpus silier mata)3. Komplemen juga menimbulkan agregasi trombosit
yang membentuk mkrotrombi kemudian melepas amin vasoaktif.
Bahan-bahan vasoaktiv tersebut mengakibatkan vasodilatasi,
peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan inflamasi.4. Neutrofil
deikerahkan untuk menghancurkan kompleks imun. Neutrofil yang
terperangkap di jaringan akan sulit untuk memakan kompleks tetapi
akan tetap melepaskan granulnya (angry cell) sehingga menyebabkan
lebih banyak kerusakan jaringan. 5. Makrofag yang dikerahkan ke
tempat tersebut juga meleaskan mediator-mediator antara lain
enzim-enzim yang dapat merusak jaringanDari mekanisme diatas,
beberapa hari minggu setelah pemberian serum asing akan mulai
terlihat manifestasi panas, gatal, bengkak-bengkak, kemerahan dan
rasa sakit di beberapa bagian tubuh sendi dan kelenjar getah bening
yang dapat berupa vaskulitis sistemik (arteritis),
glomerulonefritis, dan artiritis. Reaksi tersebut dinamakan reaksi
Pirquet dan Schick.
LI 5. Memahami Dan Menjelaskan Hipersensitivitas Tipe IV
LO 5.1 Definisi Hipersensitivitas Tipe IVMerupakan
hipersensitivitas tipe lambat yang dikontrol sebagian besar oleh
reaktivitas sel T terhadap antigen. Reaksi hipersensitivitas tipe
IV telah dibagi dalam DTH yang terjadi melalui sel CD4 dan T Cell
Mediated Cytolysis yang terjadi melalui sel CD8 .
LO 5.2 Etiologi Hipersensitivitas Tipe IV
LO 5.3 Mekanisme Hipersensitivitas Tipe IVDelayed Type
Hypersensitivity Tipe IV :a. Fase sensitasiMembutuhkan waktu 1-2
minggu setelah kontak primer dengan antigen. Th diaktifkan oleh APC
melalui MHC-II. Berbagai APC (sel Langerhans/SD pada kulit dan
makrofag) menangkap antigen dan membawanya ke kelenjar limfoid
regional untuk dipresentasikan ke sel T sehingga terjadi
proliferasi sel Th1 (umumnya).
b. Fase efektorPajanan ulang dapat menginduksi sel efektor
sehingga mengaktifkan sel Th1 dan melepas sitokin yang menyebabkan
:- Aktifnya sistem kemotaksis dengan adanya zat kemokin (makrofag
dan sel inflamasi). Gejala biasanya muncul nampak 24 jam setelah
kontak kedua.- Menginduksi monosit menempel pada endotel vaskular,
bermigrasi ke jaringan sekitar.- Mengaktifkan makrofag yang
berperan sebagai APC, sel efektor, dan menginduksi sel Th1 untuk
reaksi inflamasi dan menekan sel Th2.
Mekanisme kedua reaksi adalah sama, perbedaannya terletak pada
sel T yang teraktivasi. Pada Delayed Type Hypersensitivity Tipe IV,
sel Th1 yang teraktivasi dan pada T Cell Mediated Cytolysis, sel
Tc/CTL/ CD8+ yang teraktivasi.Granuloma terbentuk pada : TB, Lepra,
Skistosomiasis, Lesmaniasis dan Sarkoidasis .
LO 5.4 Jenis-jenis reaksi Hipersensitivitas Tipe IV
LO 5.5 Manifestasi klinik Hipersensitivitas Tipe IVManifestasi
khas : Dermatitis kontak, Lesi tuberculosis dan penolakan tandur .-
Dematitis kontakMerupakan penyakit CD8+ yang terjadi akibat kontak
dengan bahan yang tidak berbahaya seperti formaldehid, nikel, bahan
aktif pada cat rambut (contoh reaksi DTH).- Hipersensitivitas
tuberkulinBentuk alergi spesifik terhadap produk filtrat
(ekstrak/PPD) biakan Mycobacterium tuberculosis yang apabila
disuntikan ke kulit (intrakutan), akan menimbulkan reaksi ini
berupa kemerahan dan indurasi pada tempat suntikan dalam 12-24 jam.
Pada individu yang pernah kontak dengan M. tuberkulosis, kulit akan
membengkak pada hari ke 7-10 pasca induksi. Reaksi ini diperantarai
oleh sel CD4+.- Reaksi Jones MoteReaksi terhadap antigen protein
yang berhubungan dengan infiltrasi basofil yang mencolok pada kulit
di bawah dermis, reaksi ini juga disebut sebagai hipersensitivitas
basofil kutan. Reaksi ini lemah dan nampak beberapa hari setelah
pajanan dengan protein dalam jumlah kecil, tidak terjadi nekrosis
jaringan. Reaksi ini disebabkan oleh suntikan antigen larut
(ovalbumin) dengan ajuvan Freund.- Penyakit CD8+Kerusakan jaringan
terjadi melalui sel CD8+/CTL/Tc yang langsung membunuh sel sasaran.
Penyakit ini terbatas pada beberapa organ saja dan biasanya tidak
sistemik, contoh pada infeksi virus hepatitis.
LI 6. Memahami Dan Menjelaskan Antihistamin Dan
Kortikosteroid
LO 6.1 Antihistamin
LO 6.1.1 Definisi Antihistamin atau antagonis histamin adalah
zat yang mampu mencegah pelepasan atau kerja histamin. Ada banyak
golongan obat yang termasuk dalam antihistamin, yaitu antergan,
neontergan, difenhidramin, dan tripelenamin yang efektif untuk
mengobati edema, eritem, dan pruritus, dan yang baru ini ditemukan
adalah burinamid, metiamid, dan simetidin untuk menghambat sekresi
asam lambung akibat histamin. Ada 2 jenis antihistamin, yaitu
Antagonis reseptor H1 (AH1) dan Antagonis reseptor H2 (AH2).
6.1.2 Farmakodinamik Antagonis reseptor H1 (AH1)AH1 menghambat
efek histamin pada pembuluh darah, bronkus, bermacam otot polos,
selain itu AH1 bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas
atau keadaan lain yang disertai penglepasan histamin endogen
berlebihan. Antagonis reseptor H2 (AH2) Simetidin dan
RanitidinSimetadin dan ranitidin menghambat reseptor H2 secara
selektif dan reversible. Kerjanya menghambat sekresi asam lambung.
Simetadin dan ranitidin juga mengganggu volume dan kadar pepsin
cairan lambung. FamotidinFamotidin merupakan AH2 sehingga dapat
menghambat sekresi asam lambung pada keadaan basal, malam, dan
akibat distimulasi oleh pentagastrin. Famotidin 3 kali lebih poten
daripada ramitidin dan 20 kali lebih poten daripada simetidin.
NizatidinPotensi nizatin daam menghambat sekresi asam lambung.
6.1.3 Farmakokinetik Antagonis reseptor H1 (AH1):Efek yang
ditimbulkan dari antihistamin 15-30 menit setelah pemberian oral
dan maksimal setelah 1-2 jam. Lama kerja AH1 umumnya 4-6 jam. Kadar
tertinggi terdapat pada paru-paru sedangkan pada limpa, ginjal,
otak, otot, dan kulit kadarnya lebih rendah. Tempat utama
biotransformasi AH1 ialah hati. AH1 disekresi melalui urin setelah
24 jam, terutama dalam bentuk metabolitnya
Antagonis reseptor H2 (AH2) Simetidin dan RanitidinAbsorpsi
simetidin diperlambat oleh makan, sehingga simetidin diberikan
bersama atau segera setelah makan dengan maksud untuk memperanjang
efek pada periode pasca makan. Ranitidin mengalami metabolisme
lintas pertama di hati dalam jumlah cukup besar setelah pemberian
oral. Ranitidin dan metabolitnya diekskresi terutama melalui
ginjal, sisanya melalui tinja. FamotidinFamotidin mencapai kadar
puncak di plasma kira kira dalam 2 jam setelah penggunaan secara
oral, masa paruh eliminasi 3-8 jam. Metabolit utama adalah
famotidin-S-oksida. Pada pasien gagal ginjal berat masa paruh
eliminasi dapat melibihi 20 jam. NizatidinKadar puncak dalam serum
setelah pemberian oral dicapai dalam 1 jam, masa paruh plasma
sekitar 1,5 jam dan lama kerja sampai dengn 10 jam, disekresi
melalui ginjal.
6.1.4 Indikasi Antagonis reseptor H1 (AH1):AH1 berguna untuk
pengobatan simtomatik berbagai penyakit alergi dan mencegah atau
mengobati mabuk perjalanan. Antagonis reseptor H2 (AH2): Simetidin
dan RanitidinEfektif untuk mengtasi gejala akut tukak duodenum dan
mempercepat penyembuhannya. Selain itu, juga efektif untuk
mengatasi gejala dan mempercepat penyembuhan tukak lambung. Dapat
pula untuk gangguan refluks lambung-esofagus. FamotidinEfektifitas
pbat ini untuk tukak duodenum dan tukak lambung, refluks
esofagitis, dan untuk pasiendengan sindrom Zollinger-Ellison.
NizatidinEfektifitas untuk tukak duodenum diberikan satu atau dua
kali sehari selama 8 minggu, tukak lambung, refluks esofagitis,
sindrom Zollinger-Ellion.
6.1.5 KontraIndikasi
6.1.6 Efek samping Antagonis reseptor H1 (AH1):Efek samping yang
paling sering adalah sedasi. Efek samping yang berhubungan dengan
AH1 adalah vertigo, tinitus, lelah, penat, inkoordinasi,
penglihatan kabur, diplopia, euforia, gelisah, insomnia, tremor,
nafsu makan berkurang, mual, muntah, keluhan pada epigastrium,
konstipasi atau diare,mulut kering, disuria, palpitasi, hipotensi,
sakit kepala, rasa berat, dan lemah pada tangan. Antagonis reseptor
H2 (AH2): Simetidin dan Raitidin Efek sampingnya rendah, yaitu
penghambatan terhadap resptor H2, seperti nyeri kepala, pusing,
malaise, mialgia, mual, diare, konstipasi, ruam, kulit, pruritus,
kehilangan libido dan impoten. FamotidinEfek samping ringan dan
jarang terjadi, seperti sakit kepala, pusing, konstipasi dan diare,
dan tidak menimbulkan efek antiandrogenik. NizatidinEfek samping
ringan saluran cerna dapat terjadi, dan tidak memiliki efek
antiandrogenik.
6.1.6 Jenis Antihistamin
LO 6.2 Kortikosteroid
Kortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid yang
dihasilkan di kulit kelenjar adrenal. Hormon ini berperan pada
banyak sistem fisiologis pada tubuh, misalnya tanggapan terhadap
stres, tanggapan sistem kekebalan tubuh, dan pengaturan inflamasi,
metabolisme karbohidrat, pemecahan protein, kadar elektrolit darah,
serta tingkah laku. Kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi
kecepatan sintesis protein. Molekul hormon memasuki sel melewati
membran plasma secara difusi pasif.
6.2.2 Farmakodinamik:
Kortikosteroid mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein,
dan lemak. Selain itu juga mempengaruhi fungsi sistem
kardiovaskular, ginjal, otot lurik, sistem saraf dan organ lain.
Dalam klinik umumnya kortikosteroid dibedakan menjadi dua golongan
besar yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid. 1. Efek utama
glukokortikoid ialah pada penyimpanan glikogen hepar dan efek
anti-inflamasi, sedangkan pengaruhnya pada keseimbangan air dan
elektrolit kecil.2. Efek pada mineralokortikoid ialah terhadap
keseimbangan air dan elektrolit, sedangkan pengaruhnya pada
penyimpanan glikogen hepar sangat kecil.
Sediaan kortikosteroid dapat dibedakan menjadi 3 golongan
berdasarkan massa kerjanya.1. Sediaan kerja singkat mempunyai masa
paruh biologis kurang dari 12 jam.2. Sediaan kerja sedang mempunyai
masa paruh biologis antara 12-36 jam.3. Sediaan kerja lama
mempunyai masa paruh biologis lebih dari 36 jam.
6.2.3 Farmakokinetik:Perubahan struktur kimia sangat
mempengaruhi kecepatan absorpsi, mulai kerja dan lama kerja karena
juga mempengaruhi afinitas terhadap reseptor dan ikatan
protein.Glukokortikoid dapat di absorpsi melalui kulit, sakus
konjungtiva dan ruang sinovial. Penggunaan jangka panjang atau pada
daerah kulit yang luas dapat menyebabkan efek sistematik, antara
lain supresi korteks adrenal.
6.2.4 Indikasi:Dari pengalaman klinis diajukan 6 prinsip yang
harus diperhatikan sebelum obat ini digunakan: Untuk tiap penyakit
pada tiap pasien, dosis efektif harus ditetapkan dengan trial dan
error dan harus di evaluasi dari waktu ke waktu sesuai dengan
perubahan penyakit. Suatu dosis tunggal besar kortikosteroid
umumnya tidak berbahaya. Penggunaan kortikosteroid untuk beberapa
hari tanpa adanya kontraindikasi spesifik, tidak membahayakan
kecuali dengan dosis sangat besar. Bila pengobatan diperpanjang
sampai 2 minggu atau lebih dari hingga dosis melebihi dosis
substisusi, insidens efek samping dan efek letal potensial akan
bertambah. Kecuali untuk insufisiensi adrenal, penggunaan
kortikosteroid bukan merupakan terapi kausal ataupun kuratif tetapi
hanya bersifat paliatif karena efek anti-inflamasinya. Penghentian
pengobatan tiba-tiba pada terapi jangka panjang dengan dosis besar,
mempunyai risiko insufisiensi adrenal yang hebat dan dapat
mengancam jiwa pasien.
6.2.5 Kontraindikasi:Sebenarnya sampai sekarang tidak ada
kontraindikasi absolut kortikosteroid. Pemberian dosis tunggal
besar bila diperlukan selalu dapat dibenarkan, keadaan yang mungkin
dapat merupakan kontraindikasi relatif dapat dilupakan, terutama
pada keadaan yang mengancam jiwa pasien.Bila obat akan diberikan
untuk beberapa hari atu beberapa minggu, kontraindikasi relatif
yaitu diabetes melitustukak peptik/duodenum, infeksi berat,
hipertensi atau gangguan sistem kardiovaskular lainnya.
6.2.6 Efek Samping:
Efek samping dapat timbul karena peenghentian pemberian secara
tiba-tiba atau pemberian terus-menerus terutama dengan dosis besar.
Pemberian kortikosteroid jangka lama yang dihentikan tiba-tiba
dapat menimbulkan insifisiensi adrenalm akut dengan gejala demam,
malgia, artralgia dan malaise. Komplikasi yang timbul akibat
pengobatan lama ialah gangguan cairan dan elektrolit ,
hiperglikemia dan glikosuria, mudah mendapat infeksi terutama
tuberkulosis, pasien tukak peptik mungkin dapat mengalami
pendarahan atau perforasi, osteoporosis dll. Alkalosis hipokalemik
jarang terjadi pada pasien dengan pengobatan derivat kortikosteroid
sintetik. Tukak peptik ialah komplikasi yang kadang-kadang terjadi
pada pengobatan dengan kortikosteroid. Sebab itu bila bila ada
kecurigaan dianjurkan untuk melaakukan pemeriksaan radiologik
terhadap saluran cerna bagian atas sebelum obat diberikan.
6.2.7 Jenis Kortikosteroid:
LO 7. Memahami Dan Menjelaskan Batasan alergi obat dalam hukum
Islam.
Maslahah:Kitab al-Mustashfa, Imam al-Ghazali mengemukakan
penjelasan tentang al-maslahah yaitu: Pada dasarnya al-maslahah
adalah suatu gambaran untuk mengabil manfaat atau menghindarkan
kemudaratan, tapi bukan itu yang kami maksudkan, sebab meraih
manfaat dan menghindarkan kemudaratan terseut bukanlah tujuan
kemasalahatan manusia dalam mencapai maksudnya. Yang kami maksud
dengan maslahah adalah memelihara tujuan syara.Ungkapan al-Ghazali
ini memberikan isyarat bahwa ada dua bentuk kemaslahatan, yaitu 1.
Kemasalahatan menurut manusia, dan2. Kemaslahatan menurut
syariat.
Dalam sebuah riwayat dari Abu Hurairah dikisahkan bahwa seorang
Anshar terluka di perang Uhud. Rasulullah pun memanggil dua orang
dokter yang ada di kota Madinah, lalu bersabda, Obatilah dia.Dalam
riwayat lain ada seorang sahabat bertanya,Wahai Rasulullah, apakah
ada kebaikan dalam ilmu kedokteran? Rasullah menjawab, Ya,
Begitu pula yang diriwayatkan dari Hilal bin Yasaf bahwa seorang
lelaki menderita sakit di zaman Rasulullah. Mengetahui hal itu,
beliau bersabda, Panggilkan dokter. Lalu Hilal bertanya, Wahai
Rasulullah, apakah dokter bisa melakukan sesuatu untuknya? Ya,
jawab beliau. (HR Ahmad dalam Musnad: V/371 dan Ibnu Abi Syaibah
dalam Mushannaf: V/21)Hilal meriwayatkan bahwa Rasulullah mnjenguk
orang sakit lalu bersabda, Panggilkan dokter! kemudian ada yang
bertanya, Bahkan engkau mengatakan hal itu, wahai Rasulullah? Ya,
jawab beliau.Berdasarkan pemaparan di atas, tampak jelas bagaimana
Rasulullah menganjurkan kita untuk berobat dan berusaha menggunakan
ilmu kedokteran yang diciptakan Allah untuk kita. Kita juga
ditekankan agar tidak menyerah pada penyakit karena Rasulullah
bersabda, Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai
Allah daripada mukmin yang lemah. (HR Muslim (34) dan Ahmad:
II/380)Di antaranya yang ada di Musnad Ahmad. Hadits Ziyadah bin
Alaqah dari Usamah bin Syuraik menuturkan,Aku berada bersama Nabi
lalu datanglah sekelompok orang Badui dan bertanya,Wahai
Rasulullah, apakah kita boleh berobat? Rasulullah menjawab, Ya,
wahai hamba Allah, berobatlah. Sesungguhnya Allah tidak menciptakan
penyakit kecuali Allah menciptakan obatnya, kecuali satu macam
penyakit. Mereka bertanya,Apa itu? Rasulullah menjawab,Penyakit
tua.(HR Ahmad dalam Musnad : IV/278, Tirmidzi dalam Sunan
(2038))Nabi bersabda,Setiap penyakit pasti ada obatnya. Jika obat
tepat pada penyakitnya maka ia akan sembuh dengan izin Allah. (HR
Muslim: I/191)Abu Hurairah meriwayatkan secara marfu, Tidaklah
Allah menurunkan panyakit kecuali menurunkan obatnya.(HR Bukhari:
VII/158)Dari Ibnu Abbas, Nabi bersabda, Kesembuhan ada pada tiga
hal, minum madu, pisau bekam, dan sengatan api. Aku melarang umatku
menyengatkan api. (HR Bukhari dan Muslim)Dari firman Allah disini
dapat dipahami: bahwasanya agama islam di bagun untuk kemaslahatan
artinya : semua syariat dalam perintah dan larangannya serta
hukum-hukumnya adalah untuk mashoolihi (manfaat-manfaat) dan makna
masholihi adalah : jamak dari maslahat artinya : manfaat dan
kebaikan.Misal : Allah melarang minuman keras dan judi karena
mudharat (bahayanya) lebih besar dari pada manfaatnya, sebagaimana
dikatakan dalam QS : Al-Baqorah :219 2:219. Mereka bertanya
kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: Pada keduanya itu
terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa
keduanya lebih besar dari manfaatnya.1. Firman Allah taala : ( :
157)Dan dia menghalalkan yang baik bagi mereka serta mengharamankan
bagi mereka segala sesuatu yang buruk ( al araf : 157 )Rokok
termasuk hal yang buruk dan membahayakan diri sendiri , dan orang
lain serta tak sedap baunya.
2. ( : 195 )Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri
kedalam kebinasaan ( al baqoroh : 195)Rokok mengakibatkan penyakit
yang bisa membinasakan seperti kanker, penyakir paru-paru dan lain
sebagainya.
3. ( : 29 )Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya
Allah terhadap kalian Maha menyayangi ( an nisa : 29 )Rokok bisa
membunuh penghisapnya secara perlahan-lahan.
4. ( : 19 )Dosa keduanya ( minuman keras dan judi ) lebih besar
dari pada manfaatnya. (QS Al-Baqoroh : 219 )Rokok bahayanya lebih
besar dari pada manfaatnya baik bagi dirinya sendiri ataupun orang
lain.
5. ( : 26 )Janganlah menghambur-hamburkan ( hartamu ) dengan
boros, sesungguhnya pemborosan itu adalah saudaranya syaithon. (QS
Al-Isra : 26 )Membeli rokok adalah merupakan pemborosan dan
pemborosan termasuk perbuatannya syaithon.
6. Rasulullah Shallallahualaihi wasallam bersabda : tidak boleh
membahayakan diri sendiri ataupun orang lain Merokok membahayakan
si perokok, menganggu orang lain dan membuang-buang harta.
7. Sabda Nabi Muhammad Shallallahualaihi wasallam : ( ) ( )
Allah membenci untukmu perbuatan menyia-yiakan harta. ( HR
bukhari-muslim ).Merokok adalah menyia-nyiakan harta dan dibenci
Allah.8. Sabda Rasulullah Shallallahualaihi wasallam : (
)Perumpamaan kawan duduk yang baik dengan kawan duduk yang jelek
ialah seperti pembawa minyak wangi dengan peniup api (tukang pandai
besi) (HR Bukhari-Muslim)Perokok adalah kawan duduk yang jelek yang
meniup api yang bisa membakar orang di sekitarnya ataupun
menyebabkan bau yang tidak sedap.
9. ( )Barang siapa menghirup (meminum) racun hingga mati maka
racun itu akan berada di tangannya lalu dihirupkan slama-lamanya di
neraka jahannam. (HR Muslim).Rokok mengandung racun (nikotin) yang
membunuh penghisapnya perlahan-lahan dan menyiksanya.
10. Sabda Rasulullah Shallallahualaihi wasallam : ( )Barang
siapa makan bawang putih atau bawang merah hendaknya menyingkir
(menjauh) dari kita dan menjauhi masjid kami dan duduklah dirumah.
(HR Bukhari-Muslim).Rokok lebih busuk baunya dari pada bawang putih
ataupun bawang merah .11. Sebagian besar ahli fiqh mengharamkan
rokok, sedang yang tidak mengaharamkan rokok belum melihat
bahayanya yang nyata yaitu penyakit kanker dan paru-paru yang bisa
membunun penghisapnya.
Al-Quran obat terbaik :Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu
yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dan
Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang zalim selain
kerugian. (Al-Isra:82)Dalam hal ini Rasulullah bersabda, Di dalam
tubuh terdapat segumpal darah, jika ia baik maka seluruh tubuh akan
menjadi baik.(HR Bukhari: I/153 (53) dalam Fathul Bari)Mafsadah :
Al-mafsadah, yaitu sesuatu yang banyak keburukkannya, tidak ada
manfaatnya.
DAFTAR PUSTAKA :
Baratawidjaja, Karnen Garna, Iris Rengganis. (2012). Imunologi
Dasar. Ed. 10. FKUI : Jakarta.
Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth. (2011).
Farmakologi dan Terapi. Edisi V, Jakarta : Departemen Farmakologi
dan Terapeutik FKUI.
http://solekha.multiply.com/reviews/item/107
1