Top Banner
Skenario Mencegah Penyakit Dengan Vaksinasi Seorang bayi berumur 2 bulan mendapat vaksinasi BCG di lengan kanan atas untuk mencegah penyakit dan mendapatkan kekebalan. Empat minggu kemudian bayi tersebut dibawa kembali ke RS karena timbul benjolan di ketiak kanan. Setelah Dokter melakukan pemeriksaan didapatkan pembesaran nodus limfatikus di regio axilaris dekstra. Hal ini disebabkan adanya reaksi terhadap antigen yang terdapat dalam vaksin tersebut dan menimbulkan respon imun tubuh.
54

WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

Jan 18, 2016

Download

Documents

riesha amanda
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

Skenario

Mencegah Penyakit Dengan Vaksinasi

Seorang bayi berumur 2 bulan mendapat vaksinasi BCG di lengan kanan atas untuk mencegah penyakit dan mendapatkan kekebalan. Empat minggu kemudian bayi tersebut dibawa kembali ke RS karena timbul benjolan di ketiak kanan. Setelah Dokter melakukan pemeriksaan didapatkan pembesaran nodus limfatikus di regio axilaris dekstra. Hal ini disebabkan adanya reaksi terhadap antigen yang terdapat dalam vaksin tersebut dan menimbulkan respon imun tubuh.

Page 2: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

LO.1 Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Organ Limfoid 1.1 Definisi Organ Limfoid

Organ limfoid adalah organ dari sistem limfatik yang merupakan sistem pengumpulan satu jalur yang mengumpulkan serta mengalirkan cairan yang disaring dan bahan-bahan selular yang menumpuk dalam ruang antar sel. Lapisan pembuluh limfe mengalir dalam vena, yang kembali ke limfe ke sirkulasi darah.Organ Limfoid adalah Organ-organ yang terkait dengan sistem kekebalan tubuh.organ limfoid adalah jaringan limfoid yang membentuk bangunan sendiri.Organ limfoid terbagi menjadi dua, yaitu :A.Organ limfoid primer: sumsum tulang dan timusB.Organ limfoid sekunder: lien, limfonodulus, jaringan sistem imun kulit, jaringan sistem imun mukosa (MALT), kelompokan limfosid di jaringan ikat, dansemua organ kecuali sistem saraf pusat.

Organ-organ limfoid dapat dibagi menjadi organ primer dan organ sekunder. Organ primerOrgan limfoid primer diperlukan untuk pematangan, diferensiasi dan proliferasi sel T dan B sehingga menjadi limfosit yang dapat mengenal antigen. Ada dua organ limfoid primer yaitu kelenjar thymus dan bursa fabricus seperti sumsum tulang.Organ sekunder Organ limfoid sekunder mempunyai fungsi untuk menangkap dan mengumpulkan antigen dengan efektif, proliferasi, diferensiasi limfosit yang disensitasi oleh antigen spesifik dan merupakan tempat utama produksi antibodi.

1.2 Makroskopik dan Mikroskopik Organ LimfoidMakroskopik

Sistem limfatikus adalah sistem sirkulasi sekunder pada tubuh yang berfungsi mengalirkan cairan limfa atau disebut juga sebagai getah bening yang ada di dalam tubuh. Cairan limfe berasal dari plasma darah yang keluar dari pembuluh darah kapiler arteriole sistem kardivaskular ke dalam jaringan sekitarnya.

Jaringan limfoid terdiri dari 4 buah, yaitu dan ini termasuk dari organ limfois sekundr atau perifer:

1. Limfonodus

Terletak disekitar pembuluh darah yang berfungsi untuk memproduksi limfosit dan anti bodi untuk mencegah penyebaran infeksi lanjutan, menyaring aliran limfatik sekurang-kurangnya oleh satu nodus sebelum dikembalikan kedalam aliran darah melalui duktus torasikus, sehingga dapat mencegah penyebaran infeksi lebih luas. Terdapat permukaan cembung dan bagian hillus (cekung) yang merupakan tempat masuknya pembuluh darah dan saluran limfe eferen yang membawa aliran limfe keluar dari limfonodus. Saluran afferen memasuki limfonodus pada daerah sepanjang permukaan cembung.

a. Bentuk Limfonodus

Page 3: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

Oval seperti kacang tanah atau kacang merah dengan pinggiran cekung (hillus)b. Ukuran Limfonodus

Sebesar kepala peniti atau buah kenari, dapat diraba pada daerah leher, axilla, dan inguinal dalam keadaan infeksi.

Daerah tubuh yang terdapat limfonodus

1. Dilihat dari letaknya pada tubuha. Limfonodus superfisial b. Limfonodus servikal (leher)c. Limfonodus axilla (ketiak)d. Limfonodus inguinal (lipat paha)

2. Limfonodus profundusa. Limfonodus iliaka (berkenaan dengan ilium)b. Limfonodus lumbal (sepanjang vertebra lumbalis)c. Limfonodus torasikus (pada pangkal paru)d. Limfonodus mesenterikus (melekat pada mesenterium usus haluse. Limfonodus portal (pada fissura portal hepar/ celah porta hati)

3. Menurut Snell’s letak limfonodus terbagi atas a. Kepala dan leher bagian lateral dan belakang yaitu di sepanjang

m.sternocleidomastoideus, lingual, pharynx, cavum nasi, palatum, muka, mandibular/dasar mulut.

b. Extremitas superior yaitu manus, antebrachii, brachii, dan region axillaris.c. Kelenjar mammae yaitu dibawah musculo pectoralis meliputi kulit dan otot.d. Thorax yaitu meliputi dinding thorax, jantung, pericardium dan paru, pleura,

esophagus menuju aliran limfe thorax dan kelenjar mamae masuk ke dalam node limfaticus abterior dan posterior.

e. Abdomen dan pelvis yaitu meliputi daerah peritoneum dan disekitar aorta, vena cava inferior serta pembuluh darah intestinum. Aliram limfe superficialis bagian depan dan lateral dan belakang diatas pusat masuk menuju nn II axillaris anterior dan posterior dan dibawah pusat ke nn llmfatisi inguinalis superficialis.

f. Extremitas inferior yaitu disepanjang a,v tibialis, region popliteal, region inguinale. Aliran limfe masuk limfonodus inguinale.

2. Lien

Page 4: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

Merupakan organ limfoid yang terbesar, lunak, rapuh, vaskular berwarna kemerahan karena banyak mengandung darah dan berbentuk oval. Pembesaran limpa disebut dengan splenomegali. Pembesaran ini terdapat pada keaadan leukimia, cirrosis hepatis, dan anemia berat.

a. Letak LienRegio hipochondrium sinistra intra peritoneal. Pada proyeksi costae 9, 10, dan 11. Setinggi vertebrae thoracalis 11-12. Batas anterior yaitu gaster, ren sinistra, dan flexura colli sinistra. Batas posterior yaitu diafragma, dan costae 9-12.

b. Ukuran Lien Sebesar kepalan tangan masing-masing individu.

c. Fiksasi 1. Fiksasi lien ke renal melalui ligamentum renolienalis.2. Fiksasi lien ke gaster melalui ligamentum gastrolienalis.3. Fiksasi lien ke colon melalui ligamentum colic

d. Aliran darah Aliran darah akan masuk kedaerah hillus lienalis yaitu arteri lienalis dan keluar melalui vena lienalis ke vena porta menuju hati.

Lien dibungkus oleh jaringan perlekatan peritoneum pada permukaan yang disebut kapsula lienalis dan lien memiliki serat otot polos yang membantu pengaturan volume darah didalam lien, juga serat kolagen dan elastis.

3. Thymus

Timus tumbuh terus hingga pubertas. Setelah mulai pubertas, timus akan mengalami involusi dan mengecil seiring umur kadang sampai tidak ditemukan. akan tetapi masih berfungsi untuk menghasilkan limfosit T yang baru dan darah. Mempunyai 2 buah lobus, mempunyai bagian cortex dan medulla, berbentuk segitiga, gepeng dan kemerahan. Thymus mempunyai 2 batasan, yaitu :

a. Batasan anterior : manubrium sterni dan rawan costae IVb. Batasan atas : Regio colli inferior (trachea)

a. Letak TimusTerdapat pada mediastinum superior, dorsal terhadap sternum. Dasar timus

bersandar pada perikardium, ventral dari arteri pulmonalis, aorta, dan trakea. Batas anterior yaitu manubrium sterni, dan rawan costae IV. Batas Atas yaitu regio colli inferior (trachea).

Page 5: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

b. Perdarahan TimusBerasal dari arteri thymica cabang dari arteri thyroidea inferior dan mammaria

interna. Kembali melalui vena thyroidea inferior dan vena mammaria interna.

4. Tonsil

Tonsil terletak dalam satu lekukkan yang dikenal sengan Fossa Tonsilaris yamh dibatasi 2 otot yang melengkung berbentuk arcus Palatoglosus dan arcus Palatopharyngeus. Dasar fossa tonsilaris dinamakan dengan istilah Tonsila bed dan tonsil termaksud salah satu dari organ limfoid yang terdiri atas 3 buah tonsila yaitu Tonsila Palatina, Tonsila Lingualis, Tonsila Pharyngealis. Ketiga tonsil tersebut membentuk cincin pada saluran limf yang dikenal dengan “Ring of Waldeyer” hal ini yang menyebabkan jika salah satu dari ketiga tonsila ini terinfeksi dua tonsila yang lain juga ikut meradang. Organ limfoid yang terdiri atas 3 buah tonsila, yaitu :

a. Tonsila palatine1. Terletak pada dinding lateralis, orofaring dekstra dan sinistra2. Terletak dalam satu lekukan yang dikenal dengan fossa tonsilaris, dasar

dari lekukan itu adal tonsil bed3. Tonsil membuka ke cavum oris terdiri dari 12-15 crypta tonsilaris4. Ditutupi oleh selapis jaringan ikat fibrosa yang berbentuk capsula5. Persyarafan tonsil oleh N IX (Glossopharyngues) dan N palatinus (N V2)6. Pendarahan berasal dari arteria tonsilaris cabang a.maxillaris externa

(facialis) dan arteria tonsilaris vabang a.pharyngica ascendens lingualisb. Tonsila inguialis

1. Terletak dibelakang lidah, 1/3 bagian posterior, tidak mempunya papilla sehingga terlihat permukaan berbenjol-benjol (folikel).

2. Pendarahan tonsil berasal dari arteria dorsalis lingue (cabang arteria lingualis), arteria carotis eksterna

c. Tonsila pharyngealis1. Terdapat di daerah nasofaring dibelakang pintu hidung belakang

Page 6: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

2. Bila membesar disebut adenoid, dapat menyebabkan sesak nafas karena dapat menyumbat pintu nares posterior (choanae), terletak di daerah nasopharynx, tepatnya diatas torus tobarius dan OPTA

Perdarahan tonsil yaitu aliran darah berasal dari arteri tonsillaris yang merupakan cabang dari arteri maxillaris externa (fascialis) dan arteri pharyngica ascendens lingualis.

Mikroskopik

1. LIMFONODUS

A. Korteks

a. Korteks luar : - susunan limfosit membentuk nodulus limfatikus.

- Terlihat terang, ada limfosit besar dan mikrofag : germinal

center. Germinal center adalah terjadi diferensiasi limfosit

B menjadi sel plasma.

b. Korteks dalam : - limfosit difus, dan didominasi oleh limfosit T.

B. Medula

Terdapat korda medularis yang menjadi dinding dari sinus-sinus medularis.

2. LIENLien berwarna merah tua karena banyak mengandung darah.

Tampak bintik2 putih dlm parenkim nodulus limfatikus (pulpa putih/pulpa alba) Pulpa alba tdp dlm jaringan merah tua yg penuh dg darah pulpa merah/pulpa

rubra.Pulpa rubra tda bangunan memanjang yaitu Korda limpa (korda billroth) yg tdpt diantara sinusoid

Page 7: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

3. THYMUSa. Cortex : zona merah yang gelap dan terdapat banyak limfosit T.b. Medula : zona pusat yang terang, dan terdapat badan hassal.

4. TONSILa. Tonsil lingualis

Page 8: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

Epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.

Terdapat di 1/3 bagian posterior lidah.

Limfonodulus umumnya mempunyai germinal center yang umumnya

terisi limfosit dan sel plasma.

Lebih kecil dan banyak dan masing mempunyai kriptus.

b. Tonsil palatina

Epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk.

Terletak di dinding lateral faring.

Bagian melipat jauh masuk kedalam disebut “kriptus”

Terdapat germinal center

Page 9: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

c. Tonsila faringea atau adenoid

Epitel bertingkat torak bersilia dengan sel goblet.

Terletak dipermukaan medial dari dinding dorsal nasofaring.

1.3 Fungsi Organ Limfoid

Organ limfoid primer/sentralOrgan limfoid primer berfungsi sebagai tempat diferensiasi limfosit yang berasal dari jaringan myeloid. Terdapat dua jaringan limfoid primer , yaitu kelenjar thymus yang merupakan diferensiasi limfosit T dan sumsum tulang yang merupakan diferensiasi limfosit B. Pada aves, limfosit B berdiferensiasi dalam bursa fabricius. Organ limfoid primer mengandung banyak sel-sel limfoid diantara sedikit sel makrofag dalam anyaman sel stelat yang berfungsi sebagai stroma dan jarang ditemukan serabut retikuler.

Organ limfoid perifer/sekunderOrgan limfoid sekunder berfungsi sebagai tempat menampung sel-sel limfosit yang telah mengalami diferensiasi dalam jaringan sentral menjadi sel-sel yang imunokompeten yang berfungsi sebagai komponen imunitas tubuh. Dalam organ limfoid sekunder, sebagai stroma terdapat sel retikuler yang berasal dari mesenkim dengan banyak serabut-serabut retikuler. organ limfoid yang terdapat dalam tubuh sebagian besar tergolong dalam organ ini, contohnya nodus lymphaticus, limfa dan tonsilla

a.Fungsi TimusFungsinya adalah untuk limfopoiesis yg terutama terjadi pada masa fetal danawal masa pasca lahir. Pengangkatan timus segera sesudah lahir mengakibatkan defisiensi limfosit dan kekurangan imunitas. Kalaupengangkatannya bbrp hari sesudah lahir tdk terjadi defisiensi limfosit dankekurangan imunitas karena dalam sirkulasi darah sudah mengandung sel T.Pada org dewasa timus merupakan sumber limfosit kecil yang penting,terutama bila seseorg telah mengalami berkurangnya organ limfoid karenaradiasi.b. Fungsi Tonsil

Page 10: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

Tonsila turut serta dlm pembentukan limfosit dan membantu melindungi tubuhterhadap serangan bakteri, virus dan protein asing lainnya.

Fungsi limpao Pembentukan limfosit dibentuk dalam pulpa putih pulpa rubra

sinusoid bercampur darah o Destruksi eritrosit : dilakukan oleh makrofag dalam korda pulpa

merah o Pertahanan organisme : oleh karena kandungan limfosit B, limfosit

T, sel antigen presenting dan makrofag

LO.2 Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Pertahanan Tubuh 2.1 Definisi Perthanan Tubuh

Imunitas atau kekebalan adalah sistem mekanisme pada organisme yang melindungi tubuh terhadap pengaruh biologis luar dengan mengidentifikasi dan membunuh patogen serta sel tumor. Sistem ini mendeteksi berbagai macam pengaruh biologis luar yang luas, organisme akan melindungi tubuh dari infeksi, bakteri, virus sampai cacing parasit, serta menghancurkan zat-zat asing lain dan memusnahkan mereka dari sel organisme yang sehat dan jaringan agar tetap dapat berfungsi seperti biasa. Deteksi sistem ini sulit karena adaptasi patogen dan memiliki cara baru agar dapat menginfeksi organisme.

2.2 Klasifikasi ImunitasJenis-jenis imunitas :

Imunitas Alami (Imunitas Nonspesifik)

Imunitas alami yang merupakan kekebalan nonspesifik sudah ditemukan pada saat lahir. Imunitas alami akan memberikan respons nonspesifik kepada setiap penyerang asing tanpa memperhatikan komposisi penyerang tersebut. Dasar pertahanan alami semata-mata berupa kemampuan untuk membedakan antara sahabat atau musuh atau antara “diri sendiri” dan “bukan diri sendiri”. Mekanisme alami semacam ini mencakup sawar “barier” fisik dan kimia, kerja sel-sel darah putih dan proses inflamasi.Komponen dari sistem kekebalan yang terlibat dalam kekebalan bawaan adalah magrofag, neutrofil dan komplemen. Komponen tersebut menunjukkan reaksi dan pengenalan antigen yang sama terhadap semua benda asing.

Imunitas Didapat (Imunitas Spesifik)Imunitas didapat atau spesifik terbentuk sesudah lahir. Imunitas didapat biasanya terjadi setelah seseorang terjangkit penyakit atau mendapatkan imunisasi yang menghasilkan respons imun yang bersifat protektif. Beberapa minggu atau bulan setelah seseorang terjangkit penyakit atau mendapatkan imunisasi akan timbul respons imun yang cukup kuat untuk mencegah terjadinya penyakit atau jangkitnya ulang.

Page 11: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

Ada dua tipe imunitas yang didapat, yaitu aktif dan pasif. Pada imunitas yang didapat aktif, pertahanan imunologi akan dibentuk oleh tubuh orang yang dilindungi oleh imunitas tersebut. Imunitas ini umumnya berlangsung selama bertahun-tahun atau seumur hidup.Imunitas yang didapat pasif merupakan imunitas temporer yang ditransmisikan dari sumber lain yang sudah memiliki kekebalan setelah menderita sakit atau mendapatkan imunisasi.Tanda dari kekebalan spesifik adalah kemampuan untuk mempelajari, menyesuaikan dan mengingat. Sistem kekebalan memiliki suatu rekaman atau ingatan dari setiap antigen yang ditemui baik melalui pernafasan, makanan atau kulit. Hal ini dimungkinkan karena limfosit memiliki umur yang panjang.Jika bertemu dengan suatu antigen untuk yang kedua kalinya, maka limfosit dengan segera akan memberikan respon spesifik terhadap antigen tersebut. Dengan adanya respon spesifik ini, maka seseorang tidak akan menderita cacar air atau campak lebih dari 1 kali dan karena respon spesifik ini pula maka vaksinasi berhasil mencegah terjadinya penyakit. Contohnya, untuk mencegah polio diberikan vaksinasi yang berasal dari virus polio yang di lemahkan.

(Bratawidjaja&Rengganis,2012)

Berdasarkan responnya terhadap suatu jenis penyakit, sistem imun dibagi menjadi 2 macam, yaitu Sistem Imun Non-Spesifik dan Sistem Imun Spesifik.

1. Sistem Imun Non-Spesifik / Innate / Non-Adaptif

Sistem imun non-spesifik adalah sistem imun yang melawan penyakit dengan cara yang sama kepada semua jenis penyakit. Sistem imun ini tidak membeda-bedakan responnya kepada setiap jenis penyakit, oleh karena itu disebut non-spesifik. Sistem imun ini bekerja dengan cepat dan selalu siap jika tubuh di datangkan suatu penyakit. 

Sistem imun non-spesifik punya 4 jenis pertahanan :

a. Pertahanan Fisik / Mekanis

Pertahanan fisik dapat berupa kulit, lapisan mukosa / lendir, silia atau rambut pada saluran nafas, mekanisme batuk dan bersin. Pertahanan fisik ini umumnya melindungi tubuh dari penyakit yang berasal dari lingkungan atau luar tubuh kita. Pertahanan ini merupakan pelindung pertama pada tubuh kita.

b. Pertahanan Biokimia

Pertahanan biokimia ini adalah pertahanan yang berupa zat-zat kimia yang akan menangani mikroba yang lolos dari pertahanan fisik. Pertahanan ini dapat berupa pH asam yang dikeluarkan oleh kelenjar keringat, asam lambung yang diproduksi oleh lambung, air susu, dan saliva.

c. Pertahanan Humoral

Page 12: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

Pertahanan ini disebut humoral karena melibatkan molekul-molekul yang larut unutk melawan mikroba. Biasanya molekul yang bekerja adalah molekul yang berada di sekitar daerah yang dilalui oleh mikroba. Contoh molekul larut yang bekerja pada pertahanan ini adalah Interferon (IFN), Defensin, Kateisidin, dan Sistem Komplemen.

d. Pertahanan Selular

Pertahanan ini melibatkan sel-sel sistem imun dalam melawan mikroba. Sel-sel tersebut ada yang ditemukan pada sirkulasi darah dan ada juga yang di jaringan. Neutrofil, Basofil, Eusinofil, Monosit, dan sel NK adalah sel sistem imun non-spesifik yang biasa ditemukan pada sirkulasi darah. Sedangkan sel yang biasa ditemukan pada jaringan adalah sel Mast, Makrofag dan sel NK.

2. Sistem Imun Spesifik / Adaptif

Sistem Imun Spesifik adalah sistem imun yang membutuhkan pajanan atau bisa disebut harus mengenal dahulu jenis mikroba yang akan ditangani. Sistem imun ini bekerja secara spesifik karena respon terhadap setiap jenis mikroba berbeda. Karena membutuhkan pajanan, sistem imun ini membutuhkan waktu yang agak lama untuk menimbulkan respon. Namun jika sistem imun ini sudah terpajan oleh suatu mikroba atau penyakit, maka perlindungan yang diberikan dapat bertahan lama karena sistem imun ini mempunyai memory terhadap pajanan yang didapat. Sistem imun ini dibagi menjadi 2 :

    a. Sistem Imun Spesifik Humoral

Yang paling berperan pada sistem imun spesifik humoral ini ada Sel B atau Limfosit B. Sel B ini berasal dari sumsum tulang dan akan menghasilkan sel Plasma lalu menghasilkan Antibodi. Antibodi inilah yang akan melindungi tubuh kita dari infeksi ekstraselular, virus dan bakteri, serta menetralkan toksinnya.

    b. Sistem Imun Spesifik Selular

Pada sistem imun ini, sel T atau Limfosit T yang paling berperan. Sel ini juga berasal dari sumsum tulang, namun dimatangkan di Timus. Fungsi umum sistem imun ini adalah melawan bakteri yang hidup intraseluler, virus, jamur, parasit dan tumor. Sel T nantinya akan menghasilkan berbagai macam sel, yaitu sel CD4+ (Th1, Th2), CD8+, dan Ts (Th3).

Page 13: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

2.3 Mekanisme Respon ImunMekanisme respon imun

-Kulit Biokimia -Fagosit sel B sel T-Selaput lendir -Lisozim >mononuklear -IgG -Th1-Silia -Sekressisebaseus>polimorfonuklear -IgA -Th2-Batuk -asamlambun -sel NK -IgM -Ts/Tr/Th3-Bersin -laktoferin -sel mast -IgE -Tdth

-asam neuraminik -basofil -IgD -CTL/TcHumoral -eosinofil sitokin -NKT-komplemen -SD -Th17-APP-Mediator asal lipid-sitokin

1. Sistem imun nonspesifik Tidak ditujukan terhadap mikroba tertentu, telah ada dan siap berfungsi

sejak lahir. Mekanismenya tidak menunjukan spesifitas terhadap benda asing dan

mampu melindungi tubuh terhadap banyak pathogen potensial. Pertahan terdepan dalam menghadapi serangan berbagai mikroba dan

dapat memberikan respon langsung Pertahanan fisik/mekanik: kulit, selaput lendir, silia saluran nafas, batuk

dan bersin adalah pertahanan terdepan terhadap infeksi. Pertahanan biokimia: beberapa mikroba bisa masuk melalui,

Kelenjar sebaseus dan folikel rambut, pH asam keringat dan sekresi sebaseus, berbagai asam lemak yang dilepas kulit mempunya efek denaturasi terhadap protein membrane sel sehingga dapat mencegah infeksi

Lizosim pada keringat,ludah, air mata dan air susu ibu melindungi tubuh dari kuman Gram (+) dengan menghancurkan lapisan peptidoglikan

Laktooksidase dan asam neuraminik di air susu ibu mempunyai sifat antibacterial terhadap E.coli dan stafilokokus

Di saliva mengandung laktooksidase yang merusak dinding sel mikroba dan menimbulkan kebocoran sitoplasma dan

Page 14: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

mengandung antibody yang komplemen yang berfungsi sebagai opsonin dalam lisis sel mikroba

Asam hidroklorida dalam lambung, enzim proteolitik, antibody dan empedu dalam usus halus membantu menciptakan lingkungan yang mencegah infeksi mikroba

Mekanisme imunitas nonspesifik terhadap bakteri tingkat sawar fisik seperti kulit atau permukaan mukosa

Bakteri yang bersifat simbiotik atau komensalisme yang ditemukan hanya menggunakan sedikit nutrient sehingga kolonisasi pathogen sulit terjadi

Kulit merupakan sawar fisik efektif dan pertumbuhan bakteri dihambat sehingga agen pathogen yang menempel akan dihambat pH rendah dari asam laktat yang terkandung didalam sebum yang dilepas kelenjar kulit

Sekret dipermukaan mukosa mengandung enzim destruktif seperti lizosim

Saluran napas dilindungi oleh gerakan mukosiliar sehingga lapisan mukosa secara terus menerus digerakkan menuju arah nasofaring

Bakteri ditangkap oleh mucus sehingga dapat disingkirkan dari saluran napas

Sekresi mukosa saluran napas dan saluran cerna mengandung peptide antimicrobial yang dapat memusnahkan mikroba pathogen

Mikroba pathogen yang berhasil menembus sawar fisik dan masuk ke jaringan dibawahnya dapt dimusnahkan dengan bantuan komplemen dan dicerna oleh fagosit

Pertahanan humoral: sistem imun nonspesifik menggunakan berbagai molekul, diantaranya adalah peptide antimikroba seperti defisiensi, katelisidin dan IFN dengan efek antiviral.

a. Komplemen Komplemen akan rusak pada pemanasan 56oC selama 30

menit Komplemen terdiri atas jumlah besar protein yang bila

diaktifkan dapat memberikan efek proteksi terhadap infeksi dan berperan dalam respon inflamasi

Komplemen dengan spectrum aktivitas yang luas diproduksi oleh hepatosit dan monosit serta langsung dapat diaktifkan oleh mikroba atau produknya

Komplemen berperan sebagai opsonin yang meningkatkan fagositosis, sebagai factor kemotaktik, menimbulkan destruksi/lisis bakteri dan parasit

antibody diinduksi oleh infeksi subklinis antibody dengan bantuan komplemen akan menghancurkan membrane lapisan lipopolisakarida dinding sel bila LPS lemah maka lizosim, mukopeptida dapat menembus membrane bakteri dan menghancurkan lapisan mukopeptida

Page 15: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

MAC dari sistem komplemen dapat membentuk lubang-lubang kecil dalam sel membrane bakteri sehingga bahan sitoplasma yang mengandung bahan-bahan vital keluar sel dan menimbulkan kematian mikroba

b. Protein fase akut (PFA) Selama fase akut infeksi, terjadi perubahan pada kadar

protein dalam serum yang disebut APP Protein yang meningkat atau menurun selama fase akut

disebut juga APRP yang berperan dalam pertahanan dini. Diinduksi oleh sinyal yang berasal dari tempat cedera atau infeksi melalui darah. Hati merupakan tempat sintesis APRP

C-reactive protein (CRP) merupakan salah satu PFA, termasuk golongan protein yang kadarnya dalam darah meningkat pada infeksi akut sebagai respon imunitas nonspesifik. Sebagai opsonin, CRP mengikat berbagai mikroorganisme. Pengukuran CPR digunakan untuk, menilai aktivitas penyakit inflamasi dan jika tetap tinggi maka menunjukkan infeksi yang persisten. CRP dapat meningkat dengan bantuan Ca++.

Lektin/kolektin merupakan molekul larut dalam plasma yang dapat mengikat manan/manosa dalam polisakarida (karenanya disebut MBL) yang merupakan permukaan banyak bakteri seperti galur pneumokokus dan banyak mikroba, tetapi tidak pada sel vertebrata. Lektin berperan sebagai opsonin yang mengaktifkan komplemen

Protein fase akut lainnya adalah α1-antitripsin, amilod serum A, haptoglobin, C9, factor B dan fibrinogen yang juga berperan pada peningkatan laju endap darah akibat infeksi, namun dibentuk jauh lebih lambat dari CRP

Mekanisme fosfolipid diperlukan untuk produksi PG dan LTR yang berguna untuk meningkatkan respons inflamasi melalui peningkatan permeabilitas vascular dan vasodilatasi

Sitokin IL-1, IL-6, TNF-α disebut sitokin proinflamasi, merangsang hati untuk mensintesis dan melepas sejumlah protein plasma. Pertahanan selular: fagosit, sel NK, sel mast dan eosinofil berperan dalam sistem imun nonspesifik selular. Sel-sel tersebut dapat ditemukan di jaringan atau di dalam sirkulasi dan dapat mengenal produk mikroba esensial yang diperlukan untuk hidupnya.

2. Sistem imun spesifik Mempunyai kemampuan untuk mengenal benda yang dianggap asing

bagi dirinya. Pajanan tersebut menimbulkan sensitasi, sehingga antigen yang sama dan masuk tubuh untuk kedua kali akan dikenal lebih cepat dan kemudian dihancurkan

Sistem imun spesifik humoral: yang berperan adalah limfosit B ata sel B yang berasal dari sel asal multipoten di sumsum tulang. Sel B yang dirangsang oleh benda asing akan berpoliferasi, berdefisiensi dan

Page 16: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi antibody. Antibody yang dilepas ditemukan didalam serum, berfungsi untuk pertahanan terhadap infeksi ekstraselular, virus dan bakteri serta menetralkan toksinnya.

Sistem imun spesifik selular: yang berperan adalah limfosit T atau sel T yang dibentuk dalam sumsum tulang, tetapi proliferasi dan diferensiasinya terjadi di dalam kelenjar timus. Faktor timus disebut timosin yang dapat ditemukan dalam peredaran darah sebagai hormone asli dan dapat mempengaruhi diferensiasi sel T diperifer. Fungsi utama sistem imun spesifik selular adalah pertahanan terhadap bakteri yang hidup intraselular,virus, jamur, parasit dan keganasan.

(Bratawidjaja&Rengganis,2012)

2.4 Fungsi

1. Melindungi tubuh dari invasi penyebab penyakit; menghancurkan & menghilangkan mikroorganisme atau substansi asing (bakteri, parasit, jamur, dan virus, serta tumor) yang masuk ke dalam tubuh.

2. Menghilangkan jaringan atau sel yg mati atau rusak untuk perbaikan jaringan.3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.Sasaran utama: bakteri patogen & virusLeukosit merupakan sel imun utama (disamping sel plasma, makrofag, & sel mast)

LO.3 Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Antigen dan Antibodi

3.1 Definisi Antigen dan AntibodiAntigen adalah suatu molekul yang besar, kompleks, unik yang memicu respon imun spesifik terhadapnya sendiri ketika masuk kedalam tubuh.

Antibodi adalah molekul immunoglobulin yang bereaksi dengan antigen spesifik yang menginduksi sintesisnya dan dengan molekul yang sama; digolongkan menurut cara kerja seperti agglutinin, bakteriolisin, hemolisin, opsonin, atau presipitin. Antibodi disintesis oleh limfosit B yang telah diaktifkan dengan pengikatan antigen pada reseptor permukaan sel. Antibodi biasanya disingkat penulisaanya menjadi Ab.

3.2 Klasifikasi Antigen dan AntibodiMacam-macam antigen antara lain imunogen adalah  bahan yang dapat merangsang

respon imun dan hapten adalah bahan yang dapat bereaksi dengan antibodi. Antigen tersusun atas epitop dan paratop. Epitop atau Determinan adalah bagian dari antigen yang dapat mengenal/ menginduksi pembenntukan antibodi, sedangkan paratop adalah bagian dari antibodi yang dapat mengikat epitop. Antigen dapat dibagi menurut epitope, spesifisitas, ketergantungan terhadap sel T dan sifat kimiawi :

1. Pembagian antingen menurut epitop atau determinannya a. Unideterminan, univalen

Page 17: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

Hanya satu jenis determinan/ epitop pada satu molekul.Contoh: hapten

b. Unideterminan, multivalenHanya satu jenis determinan tetapi dua atau lebih determinan tersebut ditemukan pada satu molekul.Contoh: polisakarida

c. Multideterminan, univalenBanyak epitop yang bermacam-macam tetapi hanyasatu dari setiap macamnya (kebanyakan protein).Contoh: protein

d. Multideterminan, multivalenBanyak macam determinan dan banyak dari setiap macam pada satu molekul (antigen dengan berat molekul yang tinggi dan kompleks secara kimiawi).Contoh: kimia kompleks

2. Pembagian antigen menurut spesifisitasa. Heteroantigen, yang memiliki oleh banyak spesiesb. Xenoantigen, yang hanya dimiliki spesies tertentuc. Aloantigen (isoantigen), yang spesifik untuk individu dalam satu spesiesd. Antigen organ spesifik, yang hanya dimiliki organ tertentue. Autoantigen, yang dimiliki alat tubuh sendiri.

3. Pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap sel Ta. T dependen, yamg memerlukan pengenalan oleh sel T terlebih dahulu untuk dapat

menimbulkan respons antibodi. Kebanyakan antigen protein termasuk dalam golongan ini.

b. T independen, yang dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel T untuk membentuk antibodi. Kebanyakan antigen golongan ini berupa molekul besar polimerik yang dipecah di dalam tubuh secara perlahan-lahan, misalnya polisakarida, ficoll, dekstran, levan dan flagelin polimerik bakteri.

4. Pembagian antigen menurut sifat kimiawia. Hidrat arang (polisakarida)

Hidrat arang pada umumnya imunogenik. Glikoprotein yang merupakan bagian permukaan sel banyak mikroorganisme dapat menimbulkan respons imun terutama pembentukan antibodi.

b. Lipid Lipid biasanya tidak imunogenik tetapi dapat menjadi imonogenik bila diikat oleh protein pembawa. Lipid dianggap sebagai hapten.

c. Asam nukleat Asam nukleat tidak imunogenik , tetapi dapat menjadi imunogenik bila diikat protein molekul pembawa. DNA dalam bentuk heliksnya biasanya tidak imunogenik. Respons imun terhadap DNA terjadi pada penderita dengan LES.

d. ProteinKebanyakan protein adalah imonogenik dan pada umumnya multideterminan dan univalen.

Jenis antigen berdasarkan kandungan bahan kimianya:

a.Karbohidrat merupakan  imunogenik

Page 18: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

b.Lipid: tidak imunogenik merupakan hapten

c.Asam nukleat merupakan antigen yang tidak imunogenik

d.Protein merupakan imunogenik

ANTIBODI

Imunoglobulin G ( IgG) disebut juga rantai – γ (gamma)

Immunoglobulin yang paling banyak di dalam tubuh, dihasilkan dalam jumlah besar ketika tubuh terpajan ulang ke antigen yang sama. Ia memberikan proteksi utama pada bayi terhadap infeksi selama beberapa minggu setelah lahir karena IgG mampu menembus jaringan plasenta. IgG yang dikeluarkan melalui cairan kolostrum dapat menembus mukosa usus bayi dan menambah daya kekebalan. IgG lebih mudah menyebar ke dalam celah-celah ekstravaskuler dan mempunyai peranan utama menetralisis toksin kuman dan melekat pada kuman sebagai persiapan fagosistosis serta memicu kerja system komplemen. Dikenal 4 subklas yang disebut IgG1, IgG2, IgG3 dan IgG4. Perbedaannya terletak pada rantai berat (H) yang disebut 1, 2, 3 dan 4.

Imunoglobulin A ( IgA) disebut juga rantai –α (alpha)

IgA dihasilkan paling banyak dalam bentuk dimer yang tahan terhadap proteolisis berkat kombinasi dengan suatu zat protein khusus, disebut secretory component, oleh sel-sel dalam membrane mukosa. Imunoglobin yang dikeluarkan secara selektif di dalam sekresi air ludah, keringat, air mata, lendir hidung, kolostrum, sekresi saluran pernapasan dan sekresi saluran pencernaan. IgA yang keluar dengan sekret juga diproduksi secara lokal oleh sel plasma. Kehadirannya dalam kolostrum (air susu pertama keluar pada mamalia yang menyusui) membantu melindungi bayi dari infeksi gastrointestinal. Fungsi utama IgA adalah untuk mencegah perlautan virus dan bakteri ke permukaan epitel. Fungsi IgA setelah bergabung dengan antigen pada mikroorganisme mungkin dalam pencegahan melekatnya mikroorganisme pada sel mukosa.

Imunoglobulin M ( IgM) disebut juga rantai –µ (mu)

IgM adalah antibody pertama yang bersirkulasi sebagai respons terhadap pemaparan awal ke suatu antigen. Konsentrasinya dalam darah menurun secara cepat. Hal ini secara diagnostic bermanfaat karena kehadiran IgM umumnya mengindikasikan adanya infeksi baru oleh pathogen yang menyebabkan pembentukannya. IgM terdiri dari lima monomer yang tersusun dalam struktur pentamer. IgM berfungsi sebagai reseptor permukaan sel B untuk tempat antigen melekat dan disekresikan dalam tahap-tahap awal respons sel plasma. IgM sangat efisien untuk reaksi aglutinasi dan reaksi sitolitik, dan karena timbulnya cepat setelah infeksi dan tetap tinggal dalam darah maka IgM merupakan daya tahan tubuh penting pada bakterimia.

Page 19: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

Imunoglobulin D ( IgD) disebut juga rantai –δ (delta)

Imunoglobulin ini tidak mengaktifkan system komplemen dan tidak dapat menembus plasenta. IgD terutama ditemukan pada permukaan sel B, yang kemungkinan berfungsi sebagai suatu reseptor antigen yang diperlukan untuk memulai diferensiasi sel-sel B menjadi plasma dan sel B memori.

Imunoglobulin E ( IgE) disebut juga rantai –ε (epsilon)

Dihasilkan pada saat respon alergi seperti asma dan biduran. Peranan IgE belum terlalu jelas. Di dalam serum, konsentrasinya sangat rendah, tetapi kadarnya akan naik jika terkena infeksi parasit tertentu, terutama yang disebabkan oleh cacing. IgE berukuran sedikit lebih besar dibandingkan dengan molekul IgG dan hanya mewakili sebagian kecil dari total antibodi dalam darah. Daerah ekor berikatan dengan reseptor pada sel mast dan basofil dan, ketika dipicu oleh antigen, menyebabkan sel-sel itu membebaskan histamine dan zat kimia lain yang menyebabkan reaksi alergi.

3.3 Struktur Antigen dan Antibodi

Antigen memiliki struktur tiga dimensi dengan dua atau lebih determinant site.

Determinant site merupakan bagian dari antigen yang dapat melekat pada bagian sisi pengikatan pada antibody. Antigen dapat berupa protein ,sel bakteri,atau zat kimia yang dikeluarkan mikro organisme

STRUKTUR ANTIBODY

Antibodi memiliki struktur seperti huruf Y dengan dua lengan dan satu kaki. Lengan tersebut dinamakan antigen binding site,yakni tempat melekatnya antigen.

Page 20: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

Sebuah antigen mempunyai bagian pada permukaan suatu organisme atau substansi tertentu yang dapat berikatan dengan antibodi. Bagian tersebut dinamakan epitop atau determinan antigenik. Semua epitop tentu akan berikatan dengan antibodi yang sesuai. Sehingga permukaan bakteri, misalnya, yang berperan sebagai antigen seluruhnya dapat ditutupi oleh banyak jenis antibodi.

Antibodi merupakan protein terdiri atas satu atau lebih molekul yang berbentuk huruf Y. Empat rantai proteinnya disusun oleh ikatan sulfida. Dua rantai berat yang identik merupakan batang dan sebagian lengan Y. Sedangkan dua rantai ringan yang identik berada pada bagian lainnya. Pada kedua molekul berbentuk Y terdapat daerah variable (V) rantai berat dan rantai ringan. Dinamakan seperti itu karena pada bagian V memiliki urutan asam amino yang bervariasi dari satu antibodi ke antibodi lainnya.

Page 21: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

Umumnya antibodi terdiri atas sekelompok protein yang berada pada fraksi-fraksi globulin serum. Fraksi-fraksi globulin serum ini dinamakan imunoglobulin atau disingkat Ig. Imunoglobulin ini bermanfaat apabila di dalam tubuh terjadi reaksi imun. Manusia memiliki beberapa tipe imunoglobulin dengan berbagai struktur. Adapun tipe-tipe imunoglobulin tersebut meliputi imunoglobin M (IgM), imunoglobulin G (IgG), imunoglobulin A (IgA), imunoglobulin D (IgD), dan imunoglobulin E (IgE).

Setiap molekul antibodi terdiri dari dua rantai polipeptida yang identik, terdiri dari rantai berat dan rantai ringan. Struktur yang identik menyebabkan rantai-rantai polipeptida membentuk bayangan kaca terhadap sesamanya. Empat rantai pada molekul antibodi dihubungkan satu sama lain dengan ikatan disulfida (–s–s–) membentuk molekul bentuk Y. Dengan membandingkan deretan asam amino dari molekul-molekul antibodi yang berbeda, menunjukkan bahwa spesifikasi antigen-antibodi berada pada dua lengan dari Y. Sementara cabang dari Y menentukan peran antibodi dalam respon imun.

Page 22: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

3.4 Fungsi dan Sifat Antigen dan Antibodi ANTIGENKarakteristik antigen yang sangat menentukan imunogenitas respon imun adalah sebagai berikut:

1) Asing (berbeda dari self )Pada umumnya, molekul yang dikenal sebagai self tidak bersifat imunogenik, jadi untuk menimbulkan respon imun, molekul harus dikenal sebagai nonself.

2) Ukuran molekulImunogen yang paling poten biasanya merupakan protein berukuran besar. Molekul dengan berat molekul kurang dari 10.000 kurang bersifat imunogenik dan yang berukuran sangat kecil seperti asam amino tidak bersifat imunogenik.

3) Kompleksitas kimiawi dan strukturalJumah tertentu kompleksitas kimiawi sangat diperlukan, misalnya homopolimer asam amino kurang bersifat munogenik dibandingkan dengan heteropolimer yang mengandung dua atau tiga asam amino yang berbeda.

4) Determinan antigenic (epitop)Unit terkecil dari antigen kompleks yang dapat dikat antibody disebut dengan determinan antigenic atau epitop. Antigen dapat mempunyai satu atau lebih determinan. Suatu determinan mempunyai ukuran lima asam amino atau gula.

5) Tatanan genetic penjamuDua strain binatang dari spesies yang sama dapat merespon secara berbeda terhadap antigen yang sama karena perbedaan komposisi gen respon imun.

6) Dosis, cara dan waktu pemberian antigenRespon imun tergantung kepada banyaknya natigen yang diberikan, maka respon imun tersebut dapat dioptmalkan dengan cara menentukan dosis antigen dengan cermat (termasuk jumlah dosis), cara pemberian dan waktu pemberian (termasuk interval diantara dosis yang diberikan).

ANTIBODIIgG IgA IgM IgD IgE

Sifat Utama Paling banyak ditemukan dalam cairan tubuh terutama ekstraselular, untuk memerangi mikroorganisme dan toksiknya

Ig utama sekresi seromukosa untuk menjaga permukaan luar tubuh

Aglutinor yang sangat efektif, diproduksi dini pada respon imun. Pertahanan terdepan terhadap bacteremia

Umumnya ditemukan pada permukaan limfoit

Pengerahan agen anti microbial. Meningkat pada gejala alergi atopi.

Page 23: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

Fungsi Opsonisasi, ADCC, imunitas neonatal

Ditemukan dalam sekresi(asam lambung). Proteksi terhadap mukosa disekresi dalam ASI

Mengikat komp

Menimbulkan alergi, syok anafilaksis. Pertahanan terhadap parasit

Ikatan sel Mononuclear, limfosit. Neutrophil, trombosit

Limfosit neutrofil

Limfosit, resep

Reseptor sel B

Sel mast, basophil, limfosit

Fiksasi komplemen klasik alternative ++

-

+

-

+++

-

-

-

--

Lewat plasenta

++ - - - -

Sensitisasi sel mast dan basophil

- - - - +++

Ikatan makrofag dan polimorfisme

+++ + - - -

Page 24: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

LO.4 Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Vaksin 4.1 Definisi Vaksin

Vaksin berasal dari bahasa latin vacca (sapi) dan vaccinia (cacar sapi). Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau “liar”. Vaksin dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan sehingga tidak menimbulkan penyakit. Vaksin dapat juga berupa organisme mati atau hasil-hasil pemurniannya (protein, peptida, partikel serupa virus, dsb.). Vaksin akan mempersiapkan sistem kekebalan manusia atau hewan untuk bertahan terhadap serangan patogen tertentu, terutama bakteri, virus, atau toksin. Vaksin juga bisa membantu sistem kekebalan untuk melawan sel-sel degeneratif (kanker). Pemberian vaksin diberikan untuk merangsang sistem imunologi tubuh untuk membentuk antibodi spesifik sehingga dapat melindungi tubuh dari serangan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin. Ada beberapa jenis vaksin. Namun, apa pun jenisnya tujuannya sama, yaitu menstimulasi reaksi kekebalan tanpa menimbulkan penyakit.

4.2 Klasifikasi Vaksin

1.        Live attenuated vaccine

Vaksin hidup yang dibuat dari bakteri atau virus yang sudah dilemahkan daya virulensinya dengan cara kultur dan perlakuan yang berulang-ulang, namun masih mampu menimbulkan reaksi imunologi yang mirip dengan infeksi alamiah. Sifat vaksin live attenuated vaccine, yaitu :

Vaksin dapat tumbuh dan berkembang biak sampai menimbulkan respon imun sehingga diberikan dalam bentuk dosis kecil antigen

Respon imun yang diberikan mirip dengan infeksi alamiah, tidak perlu dosis berganda Dipengaruhi oleh circulating antibody sehingga ada efek netralisasi jika waktu

pemberiannya tidak tepat. Vaksin virus hidup dapat bermutasi menjadi bentuk patogenik Dapat menimbulkan penyakit yang serupa dengan infeksi alamiah Mempunyai kemampuan proteksi jangka panjang dengan keefektifan mencapai 95% Virus yang telah dilemahkan dapat bereplikasi di dalam tubuh, meningkatkan dosisi

asli dan berperan sebagai imunisasi ulangan

Contoh : vaksin polio (Sabin), vaksin MMR, vaksin TBC, vaksin demam tifoid, vaksin campak, gondongan, dan cacar air (varisela).

2.        Inactivated vaccine (Killed vaccine)

Vaksin dibuat dari bakteri atau virus yang dimatikan dengan zat kimia (formaldehid) atau dengan pemanasan, dapat berupa seluruh bagian dari bakteri atau virus, atau bagian dari bakteri atau virus atau toksoidnya saja. Sifat vaksin inactivated vaccine, yaitu :

Vaksin tidak dapat hidup sehingga seluruh dosis antigen dapat dimasukkan dalam bentuk antigen

Page 25: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

Respon imun yang timbul sebagian besar adalah humoral dan hanya sedikit atau tidak menimbulkan imunitas seluler

Titer antibodi dapat menurun setelah beberapa waktu sehingga diperlukan dosis ulangan, dosis pertama tidak menghasilkan imunitas protektif tetapi hanya memacu dan menyiapkan system imun, respon imunprotektif baru barumuncul setelah dosis kedua dan ketiga

Tidak dipengaruhi oleh circulating antibody Vaksin tidak dapat bermutasi menjadi bentuk patogenik Tidak dapat menimbulkan penyakit yang serupa dengan infeksi alamiah

Contoh : vaksin rabies, vaksin influenza, vaksin polio (Salk), vaksin pneumonia pneumokokal, vaksin kolera, vaksin pertusis, dan vaksin demam tifoid.

3.        Vaksin Toksoid

Vaksin yang dibuat dari beberapa jenis bakteri yang menimbulkan penyakit dengan memasukkan racun dilemahkan ke dalam aliran darah. Bahan bersifat imunogenik yang dibuat dari toksin kuman. Hasil pembuatan bahan toksoid yang jadi disebut sebagai natural fluid plain toxoid yang mampu merangsang terbentuknya antibodi antitoksin. Imunisasi bakteri toksoid efektif selama satu tahun. Bahan ajuvan digunakan untuk memperlama rangsangan antigenik dan meningkatkan imunogenesitasnya. Contoh : Vaksin Difteri dan Tetanus4.     Vaksin Acellular dan Subunit

Vaksin yang dibuat dari bagian tertentu dalam virus atau bakteri dengan melakukan kloning dari gen virus atau bakteri melalui rekombinasi DNA, vaksin vektor virus dan vaksin antiidiotipe. Contoh vaksin hepatitis B, Vaksin hemofilus influenza tipe b (Hib) dan vaksin Influenza.5.     Vaksin Idiotipe

Vaksin yang dibuat berdasarkan sifat bahwa Fab (fragment antigen binding) dari antibodi yang dihasilkan oleh tiap klon sel B mengandung asam amino yang disebut sebagai idiotipe atau determinan idiotipe yang dapat bertindak sebagai antigen. Vaksin ini dapat menghambat pertumbuhan virus melalui netralisasai dan pemblokiran terhadap reseptor pre sel B.6.     Vaksin Rekombinan

Vaksin rekombinan memungkinkan produksi protein virus dalam jumlah besar. Gen virus yang diinginkan diekspresikan dalam sel prokariot atau eukariot. Sistem ekspresi eukariot meliputi sel bakteri E.coli, yeast, dan baculovirus. Dengan teknologi DNA rekombinan selain dihasilkan vaksin protein juga dihasilkan vaksin DNA. Penggunaan virus sebagai vektor untuk membawa gen sebagai antigen pelindung dari virus lainnya, misalnya gen untuk antigen dari berbagai virus disatukan ke dalam genom dari virus vaksinia dan imunisasi hewan dengan vaksin bervektor ini menghasilkan respon antibodi yang baik. Susunan vaksin ini (misal hepatitis B) memerlukan epitop organisme yang patogen. Sintesis dari antigen vaksin tersebut melalui isolasi dan penentuan kode gen epitop bagi sel penerima vaksin.7.     Vaksin DNA (Plasmid DNA Vaccines)

Vaksin dengan pendekatan baru dalam teknologi vaksin yang memiliki potensi dalam menginduksi imunitas seluler. Dalam vaksin DNA gen tertentu dari mikroba diklon ke dalam suatu plasmid bakteri yang direkayasa untuk meningkatkan ekspresi gen yang diinsersikan ke

Page 26: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

dalam sel mamalia. Setelah disuntikkan DNA plasmid akan menetap dalam nukleus sebagai episom, tidak berintegrasi kedalam DNA sel (kromosom), selanjutnya mensintesis antigen yang dikodenya.

Selain itu vektor plasmid mengandung sekuens nukleotida yang bersifat imunostimulan yang akan menginduksi imunitas seluler. Vaksin ini berdasarkan isolasi DNA mikroba yang mengandung kode antigenyang patogen dan saat ini sedang dalam perkembangan penelitian. Hasil akhir  penelitian pada binatang percobaan menunjukkan bahwa vaksin DNA (virus dan bakteri) merangsang respon humoral dan selular yang cukup kuat,sedangkan penelitian klinis pada manusia saat ini sedang dilakukan.

4.3 Cara Pemberian Vaksin

1. Vaksin BCG

Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan.

Vaksin disuntikkan secara intrakutan pada lengan atas, untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 mL.

Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis.

Page 27: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita leukemia, penderita yang menjalani pengobatan steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV).

Reaksi yang mungkin terjadi: 1) Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan

timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut.

2) Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.

Komplikasi yang mungkin timbul adalah: Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena

penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan menggunakan jarum) dan bukan disayat.

Limfadenitis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.

2. Vaksin Hepatitis B Dosis pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki

HBsAg negatif, bisa diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan. Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan antara suntikan HBV I dengan HBV II, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan HBV II dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah suntikan HBV III. Sebelum memberikan imunisasi ulangan dianjurkan untuk memeriksa kadar HBsAg. Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha.

Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin HBV pada lengan kiri dan 0,5 mL HBIG (hepatitis B immune globulin) pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada saat anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga diberikan pada saat anak berumur 6 bulan.

Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui, diberikan HBV I dalam waktu 12 jam setelah lahir. Pada saat persalinan, contoh darah ibu diambil untuk menentukan status HBsAgnya; jika positif, maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi berumur lebih dari 1 minggu). Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benar-benar pulih. Vaksin HBV dapat diberikan kepada ibu hamil.

Efek samping dari vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa hari.

3. Vaksin Polio Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis.

Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan kematian.

Page 28: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

Terdapat 2 macam vaksin polio :o IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio

yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan o OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup

yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. Bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen (MOPV) efektif melawan 1 jenis polio.

Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun).

Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 mL) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula.

Kontra indikasi pemberian vaksin polio: o Diare berat o Gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi,

kortikosteroid) o Kehamilan.

Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-kejang. Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan

primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibobi sampai pada tingkat yang tertinggi.

Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi dasar, kepada orang dewasa tidak perlu dilakukan pemberian booster secara rutin, kecuali jika dia hendak bepergian ke daerah dimana polio masih banyak ditemukan. Kepada orang dewasa yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio dan perlu menjalani imunisasi, sebaiknya hanya diberikan IPV. Kepada orang yang pernah mengalami reaksi alergi hebat (anafilaktik) setelah pemberian IPV, streptomisin, polimiksin B atau neomisin, tidak boleh diberikan IPV. Sebaiknya diberikan OPV. Kepada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita AIDS, infeksi HIV, leukemia, kanker, limfoma), dianjurkan untuk diberikan IPV. IPV juga diberikan kepada orang yang sedang menjalani terapi penyinaran, terapi kanker, kortikosteroid atau obat imunosupresan lainnya.

IPV bisa diberikan kepada anak yang menderita diare. Jika anak sedang menderita penyakit ringan atau berat, sebaiknya pelaksanaan imunisasi ditunda sampai mereka benar-benar pulih.

IPV bisa menyebabkan nyeri dan kemerahan pada tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung hanya selama beberapa hari.

4. Vaksin DPT (difteri, pertusis dan tetanus) Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri,

pertusis dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat

menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai

dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking.

Page 29: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak.

Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang.

Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang dari 7 tahun.Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot lengan atau paha.

Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan DT, bukan DPT.

Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya diberikan booster vaksin Td pada usia 14-16 tahun kemudian setiap 10 tahun (karena vaksin hanya memberikan perlindungan selama 10 tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan booster). Hampir 85% anak yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang mengandung vaksin difteri, akan memperoleh perlindungan terhadap difteri selama 10 tahun.

DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin.

Pada kurang dari 1% penyuntikan, DTP menyebabkan komplikasi berikut :o demam tinggi (lebih dari 40,5 Celsius) o kejang o kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah

mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya) o syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon).

Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi DPT bisa ditunda sampai anak sehat. Jika anak pernah mengalami kejang, penyakit otak atau perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT sering ditunda sampai kondisinya membaik atau kejangnya bisa dikendalikan.

1-2 hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan, nyeri, kemerahan atau pembengkakan di tempat penyuntikan. Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen (atau ibuprofen). Untuk mengurangi nyeri di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih sering menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai yang bersangkutan.

5. Vaksin Campak Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak

(tampek). Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian. Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5 mL.

Page 30: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

Kontra indikasi pemberian vaksin campak : o infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38?Celsius o gangguan sistem kekebalan o pemakaian obat imunosupresan o alergi terhadap protein telur o hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin o wanita hamil.

Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis dan gejala kataral serta ensefalitis (jarang).

6. Vaksin Hib Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b.

Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat yang bisa menyebabkan anak tersedak.

Vaksin Hib melindungi anak melalui 2 mekanisme yaitu (1) anak yang sudah diimunisasi terlindungi dari invasi Hib, dan (2) anak yang sudah diimunisasi jarang menjadi karier Hib ssehingga dapat mengurangi transmisi Hib populasi.

Imunisasi Hib reelatif aman meskipun menimbulkan reaksi lokal berupa rasa nyeri dan kemerahan pada sekitar 5-15% bayi.

Vaksin Hib diberikan sebanyak 3 kali suntikan, biasanya pada saat anak berumur 2, 4 dan 6 bulan.

7. Vaksin Varisela Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air.

Cacar air ditandai dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara perlahan mengering dan membentuk keropeng yang akan mengelupas.

Anak yang berumur 12-18 bulan dan belum pernah menderita cacar air dianjurkan untuk menjalani imunisasi varisella. Anak-anak yang mendapatkan suntikan varisella sebelum berumur 13 tahun hanya memerlukan 1 dosis vaksin. Kepada anak-anak yang berumur 13 tahun atau lebih, yang belum pernah mendapatkan vaksinasi varisella dan belum pernah menderita cacar air, sebaiknya diberikan 2 dosis vaksin dengan selang waktu 4-8 minggu.

Cacar air disebabkan oleh virus varicella-zoster dan sangat menular. Biasanya infeksi bersifat ringan dan tidak berakibat fatal; tetapi pada sejumlah kasus terjadi penyakit yang sangat serius sehingga penderitanya harus dirawat di rumah sakit dan beberapa diantaranya meninggal. Cacar air pada orang dewasa cenderung menimbulkan komplikasi yang lebih serius.

Vaksin ini 90-100% efektif mencegah terjadinya cacar air. Terdapat sejumlah kecil orang yang menderita cacar air meskipun telah mendapatkan suntikan varisella; tetapi kasusnya biasanya ringan, hanya menimbulkan beberapa lepuhan (kasus yang komplit biasanya menimbulkan 250-500 lepuhan yang terasa gatal) dan masa pemulihannya biasanya lebih cepat.

Vaksin varisella memberikan kekebalan jangka panjang, diperkirakan selama 10-20 tahun, mungkin juga seumur hidup.

Efek samping dari vaksin varisella biasanya ringan, yaitu berupa : o demam o nyeri dan pembengkakan di tempat penyuntikan

Page 31: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

o ruam cacar air yang terlokalisir di tempat penyuntikan.

Efek samping yang lebih berat adalah :o kejang demam, yang bisa terjadi dalam waktu 1-6 minggu setelah

penyuntikan o pneumonia o reaksi alergi sejati (anafilaksis), yang bisa menyebabkan gangguan

pernafasan, kaligata, bersin, denyut jantung yang cepat, pusing dan perubahan perilaku. Hal ini bisa terjadi dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam setelah suntikan dilakukan dan sangat jarang terjadi.

o ensefalitiso penurunan koordinasi otot.

Imunisasi varisella sebaiknya tidak diberikan kepada : Wanita hamil atau wanita menyusui Anak-anak atau orang dewasa yang memiliki sistem kekebalan yang

lemah atau yang memiliki riwayat keluarga dengan kelainan imunosupresif bawaan

Anak-anak atau orang dewasa yang alergi terhadap antibiotik neomisin atau gelatin karena vaksin mengandung sejumlah kecil kedua bahan tersebut

Anak-anak atau orang dewasa yang menderita penyakit serius, kanker atau gangguan sistem kekebalan tubuh (misalnya AIDS)

Anak-anak atau orang dewasa yang sedang mengkonsumsi kortikosteroid

Setiap orang yang baru saja menjalani transfusi darah atau komponen darah lainnya

Anak-anak atau orang dewasa yang 3-6 bulan yang lalu menerima suntikan immunoglobulin.

8. Vaksin DT (Difteri dan tetanus) Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan

oleh kuman penyebab difteri dan tetanus. Vaksin DT dibuat untuk keperluan khusus, misalnya pada anak yang tidak

boleh atau tidak perlu menerima imunisasi pertusis, tetapi masih perlu menerima imunisasi difteri dan tetanus.

Cara pemberian imunisasi dasar dan ulangan sama dengan imunisasi DPT. Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha sebanyak 0,5 mL. Vaksin ini tidak boleh diberikan kepada anak yang sedang sakit berat atau menderita demam tinggi. Efek samping yang mungkin terjadi adalah demam ringan dan pembengkakan lokal di tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung selama 1-2 hari.

9. Vaksin Pertusis Ada dua jenis vaksin pertusis yaitu a) vaksin seluruh sel yaitu vaksin yang

mengandung seluruh bakteri pertusis yang dimatikan dengan bahan kimia yang panas, dan b) vaksin aseluler yang baru-baru ini diperkenalkan di negara-negara maju.

Page 32: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

Vaksin pertusis efektif untuk mencegah penyakit serius tetapi tidak dapat melindungi secara sempurna oleh infeksi Bordetella pertussis.

10. Vaksin Hepatitis A Vaksin hepatitis A terdiri atas virus dimatikan yang cukup efektif,diberikan

kepada orang dengan resiko misalnya : dalam perjalanan/mengunjungi negara denngan risiko.

11. Vaksin Parotitis Sebelum adanya imunisasi parotitis penyakit ini merupakan penyebab

terbanyak ensefalitis pada anak. Vaksin parotitis adalah suatu vaksin virus hidup yang dilemahkan dengan

ditumbukan pada kultur sel embrio ayam. Vaksin ini harus disimpan pada suhu dingin(5-8) karena tidak tahan sinar

matahari dan panas. Efek samping:biasanya berupa pembengkakan kelenjar liur yang timbul 10-14

hari setelah vaksinansi.

12. Vaksin MMR(measles,mumps, and rubella) Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan dan

campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali. Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata

berair. Campak juga menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia. Campak juga bisa menyebabkan masalah yang lebih serius, seperti pembengkakan otak dan bahkan kematian. Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada salah satu maupun kedua kelenjar liur utama yang disertai nyeri. Gondongan bisa menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput otak dan korda spinalis) dan pembengkakan otak. Kadang gondongan juga menyebabkan pembengkakan pada buah zakar sehingga terjadi kemandulan. Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa menyebakban pembengkakan otak atau gangguan perdarahan.

Jika seorang wanita hamil menderita rubella, bisa terjadi keguguran atau kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkannya (buta atau tuli). Terdapat dugaan bahwa vaksin MMR bisa menyebabkan autisme, tetapi penelitian membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara autisme dengan pemberian vaksin MMR.

Vaksin MMR adalah vaksin 3-in-1 yang melindungi anak terhadap campak, gondongan dan campak Jerman. Vaksin tunggal untuk setiap komponen MMR hanya digunakan pada keadaan tertentu, misalnya jika dianggap perlu memberikan imunisasi kepada bayi yang berumur 9-12 bulan.

Suntikan pertama diberikan pada saat anak berumur 12-15 bulan. Suntikan pertama mungkin tidak memberikan kekebalan seumur hidup yang adekuat, karena itu diberikan suntikan kedua pada saat anak berumur 4-6 tahun (sebelum masuk SD) atau pada saat anak berumur 11-13 tahun (sebelum masuk SMP).

Page 33: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

Imunisasi MMR juga diberikan kepada orang dewasa yang berumur 18 tahun atau lebih atau lahir sesudah tahun 1956 dan tidak yakin akan status imunisasinya atau baru menerima 1 kali suntikan MMR sebelum masuk SD.

Dewasa yang lahir pada tahun 1956 atau sebelum tahun 1956, diduga telah memiliki kekebalan karena banyak dari mereka yang telah menderita penyakit tersebut pada masa kanak-kanak. Pada 90-98% orang yang menerimanya, suntikan MMR akan memberikan perlindungan seumur hidup terhadap campak, campak Jerman dan gondongan. Suntikan kedua diberikan untuk memberikan perlindungan adekuat yang tidak dapat dipenuhi oleh suntikan pertama.

Efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh masing-masing komponen vaksin:

o Komponen campak 1-2 minggu setelah menjalani imunisasi, mungkin akan timbul ruam kulit. Hal ini terjadi pada sekitar 5% anak-anak yang menerima suntikan MMR. Demam 39,50 Celsius atau lebih tanpa gejala lainnya bisa terjadi pada 5-15% anak yang menerima suntikan MMR. Demam ini biasanya muncul dalam waktu 1-2 minggu setelah disuntik dan berlangsung hanya selama 1-2 hari. Efek samping tersebut jarang terjadi pada suntikan MMR kedua.

o Komponen gondongan Pembengkakan ringan pada kelenjar di pipi dan dan dibawah rahang, berlangsung selama beberapa hari dan terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah menerima suntikan MMR.

o Komponen campak Jerman Pembengkakan kelenjar getah bening dan atau ruam kulit yang berlangsung selama 1-3 hari, timbul dalam waktu 1-2 mingu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini terjadi pada 14-15% anak yang mendapat suntikan MMR. Nyeri atau kekakuan sendi yang ringan selama beberapa hari, timbul dalam waktu 1-3 minggu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini hanya ditemukan pada 1% anak-anak yang menerima suntikan MMR, tetapi terjadi pada 25% orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Kadang nyeri/kekakuan sendi ini terus berlangsung selama beberapa bulan (hilang-timbul). Artritis (pembengkakan sendi disertai nyeri) berlangsung selama 1 minggu dan terjadi pada kurang dari 1% anak-anak tetapi ditemukan pada 10% orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Jarang terjadi kerusakan sendi akibat artritis ini. Nyeri atau mati rasa pada tangan atau kaki selama beberapa hari lebih sering ditemukan pada orang dewasa. Meskipun jarang, setelah menerima suntikan MMR, anak-anak yang berumur dibawah 6 tahun bisa mengalami aktivitas kejang (misalnya kedutan). Hal ini biasanya terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah suntikan diberikan dan biasanya berhubungan dengan demam tinggi.

Page 34: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

Keuntungan dari vaksin MMR lebih besar jika dibandingkan dengan efek samping yang ditimbulkannya. Campak, gondongan dan campak Jerman merupakan penyakit yang bisa menimbulkan komplikasi yang sangat serius.

Jika anak sakit, imunisasi sebaiknya ditunda sampai anak pulih. Imunisasi MMR sebaiknya tidak diberikan kepada:

o anak yang alergi terhadap telur, gelatin atau antibiotik neomisin o anak yang 3 bulan yang lalu menerima gamma globulino anak yang mengalami gangguan kekebalan tubuh akibat kanker,

leukemia, limfoma maupun akibat obat prednison, steroid, kemoterapi, terapi penyinaran atau obati imunosupresan.

o wanita hamil atau wanita yang 3 bulan kemudian hamil.

13. Vaksin Rubela Vaksin rubela adalah vaksin virus hidup yang dilemahkan dan ditumbuhkan

pada sel-sel diploid manusia (sel W138). Vaksin rubela dapat diberikan tersendiri atau kombinasi dengan vaksin

campak tetapi paling sering dikombinasi dengan vaksin campak dan parotitis,sebagai vaksin MMR.

Vaksin ini juga harus disimpan pada suhu yang dingin,sekitar 5-8 C. Wanita usia subur yang mendapat imunisasi rubela harus menunda kehamilan

sampai sekurang-kurangnya 3 bulan. Wanita hamil tidak boleh diimunisasikan karena adanya risiko terhadap janin.

Efek samping pasca-vaksinasi biasanya sangat ringan,hanya seperti terinfeksi rubela ringan, yaitu demam ringan, nyeri tenggorokan, pusing, arthralgia, ruam dan pembengkakan kelenjar.

14. Toksoid Tetanus Toksoid tetanus adalah preparat toksin tetanus yang diinaktifkan denagn

formaldehid dan diabsorbsi pada garam alumunium untuk meningkatkan antigenensitasnya.

Diberikan pada ibu hamil, imunisasi TT diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat kehamilan berumur 7 bulan dan 8 bulan.

Vaksin ini disuntikan pada otot paha atau lengan sebanyak 0,5 ml.

LO.5 Mahasiswa Mampu Memahami dan Menjelaskan Hukum Pemberian Vaksin dalam Perspektif Islam

Page 35: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

Imunisasi hukumnya boleh dan tidak terlarang, karena termasuk penjagaan diri dari penyakit sebelum terjadi. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda : “Barangsiapa yang memakan tujuh butir kurma ajwah, maka dia akan terhindar sehari itu dari racun dan sihir”(HR. Bukhari : 5768, Muslim : 4702).

Hadits ini menunjukkan secara jelas tentang disyari’atkannya mengambil sebab untuk membentengi diri dari penyakit sebelum terjadi. Demikian juga kalau dikhawatirkan terjadi wabah yang menimpa maka hukumnya boleh sebagaimana halnya boleh berobat tatkala terkena penyakit.

Boleh dalam kondisi darurat dalil firman Allah : “… Sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya….” (QS. Al- An’am [6]:119)

1. Penggunaan Vaksin Polio Khusus (IPV)Setelah sekelumit informasi tantang imunisasi di atas, sekarang kita masuk

kepada permasalahan inti yang menjadi polemik hangat akhir-akhir ini, yaitu imunisasi dengan menggunakan vaksin polio khusus (IPV) yang dalam proses pembuatannya menggunakan enzim yang berasal dari babi. Bagaimanakah gambaran permasalahan yang sebenarnya ? Dan bagaimanakah status hukumnya?

2. Dhorurat dalam Obat

Dhorurat (darurat) adalah suatu keadaan terdesak untuk menerjang keharaman, yaitu ketika seorang memilki keyakinan bahwa apabila dirinya tidak menerjang larangan tersebut niscaya akan binasa atau mendapatkan bahaya besar pada badanya, hartanya atau kehormatannya. Dalam suatu kaidah fiqhiyyah dikatakan:“Darurat itu membolehkan suatu yang dilarang”Namun kaidah ini harus memenuhi dua persyaratan: tidak ada pengganti lainya yang boleh (mubah/halal) dan mencukupkan sekadar untuk kebutuhan saja.Oleh karena itu, al-Izzu bin Abdus Salam mengatakan : “Seandainya seorang terdesak untuk makan barang najis maka dia harus memakannya, sebab kerusakan jiwa dan anggota badan lebih besar daripada kerusakan makan barang najis.”20

3. Kemudahan Saat KesempitanSesungguhnya syari’at islam ini dibangun di atas kemudahan. Banyak sekali dalil-dalil yang mendasari hal ini, bahkan Imam asy-Syathibi mengatakan: “Dalil-dalil tentang kemudahan bagi umat ini telah mencapai derajat yang pasti”.20Semua syari’at itu mudah. Namun, apabila ada kesulitan maka akan ada tambahan kemudahan lagi. Alangkah bagusnya ucapan Imam asy-Syafi’i tatkala berkata :

“Kaidah syari’at itu dibangun (di atas dasar) bahwa segala sesuatu apabila sempit maka menjadi luas.”21

Page 36: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

tentang hukum imunisasi IPV ini, yaitu kami memandang bolehnya imunisasi jenis ini dengan alasan-alasan sebagai berikut :

1.Imunisasi ini sangat dibutuhkan sekali sebagaimana penelitian ilmu kedokteran.2.Bahan haram yang ada telah lebur dengan bahan-bahan lainnya.3.Belum ditemukan pengganti lainnya yang mubah.4.Hal ini termasuk dalam kondisi darurat.5.Sesuai dengan kemudahan syari’at di kala ada kesulitan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 37: WRAP UP MPT SKE.1 B-11.docx

Baratawidjaja, K.G & Rengganis, I. (2012).Imunologi Dasar Edisi ke-10. Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Dorland, W.A Newman.(2002).Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta : EGC

http://fungsi.info/wp-content/uploads/2012/11/LIMPA.jpg

http://infoimunisasi.com/vaksin/definisi-vaksin/ http://www.islamfeqh.com http://kesehatanmuslim.com/imunisasi-dalam-pandangan-syariat/

http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/125942-S-5525-Hubungan%20cakupan-Literatur.pdf

http://php.med.unsw.edu.au/embryology/images/e/e2/Spleen_histology_11.jpg

Raden, Inmar. (2013). Anatomi Sistem Limfatikus. Jakarta

(2013). Penuntun Praktikum Mahasiswa Blok Mekanisme Pertahanan Tubuh. Jakarta

Sherwood, Lauralee. 2007. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta:EGC.