SKENARIO I
DEMAM SORE HARI
Seorang wanita 30 tahun, mengalami demam sejak 1 minggu yang
lalu. Demam dirasakan lebih tinggi pada sore dan malam hari
dibandingkan pagi hari. Pada pemeriksaan fisik kesadaran somnolen,
nadi bradikardia, suhu tubuhhiperpireksia (pengukuran jam 20.00
WIB), lidah terlihat kotor (coated tongue). Dokter menyarankan
pemeriksaan darah untuk membantu menegakan diagnosis dan cara
penanganannya.
IDENTIFIKASI KATA-KATA SULIT
1. Demam: Peningkatan suhu tubuh diatas suhu normal (36,5
37,5).2. Hiperpireksia: suatu keadaan dimana terjadi kenaikan suhu
tubuh hingga mencapai 41,20c atau lebih.3. Bradikardia: perlambatan
denyut jantung, yang ditandai dengan perlambatan frekuensi denyut
jantung kurang dari 60 kali/menit.4. Somnolen: kesadaran menurun
dimana keadaan yang masih bisa pulih bila dirangsang.
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apa mikroorganisme yang dapat menimbulkan gejala seperti di
skenario?2. Kenapa demam ini lebih tinggi pada sore dan malam
hari?3. Kenapa lidah pasien terlihat kotor?4. Kenapa demam dapat
menyebabkan nadi bradikardia?5. Pemeriksaan apa saja yang dapat
dilakukan?6. Pencegahan apa yang dapat dilakukan?7. Bagaimana cara
penanganan demam?8. Apa penyakit yang diderita pasien?9. Bagaimana
mekanisme yang terjadi pada pasien hingga terjadi demam?10. Jenis
demam apakah pada pasien ini?
ANALISA MASALAH
1. Mikroorganismen yang menyebabkan kasus pada scenario adalah
Demam Typoid : salmonella typhi Demam paratyphoid : salmonella
paratyphi A,b,c2. Demam lebih tinggi pada sore dan malam hari
karena Infeksi mengikuti irama sirkardia Suhu tubuh meningkat untuk
memproduksi makrofag lebih banyak3. Lidah pasien terlihat kotor
karena kuman berkembang biak dalam lidah.4. Demam dapat menyebabkan
nadi bradikardia karena pada saat demam suhu meningkat dan
menyebabkan vasokonstriksi sehingga tekanan dara naik dan pompa
jantung menurun.5. Jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan :a.
Pemeriksaan Widal b. kultur darah dan pemeriksaan tinjac. Uji IgM
Dipstickd. Uji tubex, Uji tybidote. PCR untuk mendeteksi kuman6.
Pencegahannya antara lain :a. Cuci tangan sebelum makan dan
memasakb. Makan makanan yang bersihc. Lingkungan bersihd. Vaksine.
Pola hidup sehat7. Cara penanganan demam :a. Pemberian anti
piuretikb. Dikompres, istirahat dan makan makanan bergizic. Banyak
minum air putih8. Diagnosis pada pasien tersebut adalah demam
typoid9. Mekanisme demam pada pasien yaitu masuknya bakteri dalam
darah akan di fagosit oleh limfosit, makrofag, leukosit. Setelah
itu bakteri dicerna dan sel mengeluarkan pirogen endogen yang akan
memberikan rangsangan ke hipotalamus untuk meningkatkan suhu tubuh
sehingga terjadi demam. Pirogen endogen memicu pengeluaran
prostatglandin.10. Jenis demam pada pasien adalah demam septic atau
demam kontinyu.
HIPOTESIS
Demam merupakan gejala dari respon tubuh yang mengubah set point
di hipotalamus yang akan meningkatkan suhu tubuh, salah satu jenis
demam adalah demam typoid, demam ini disebabkan oleh Salmonella
typhi yang ditandai dengan demam septik, lidah kotor, nadi
bradikardi, untuk mementukan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan
darah perifer, pemeriksaan widal, kultur darah dan tinja, demam
dapat dicegah dengan makan dan minum yang bersih dan pola hidup
sehat.
SASARAN BELAJAR
LO.1. Memahami dan Menjelaskan Demam1.1 Definisi demam1.2 Pola
demam 1.3 Mekanisme demam1.4 Suhu tubuh normal
LO.2. Memahami dan Menjelaskan Salmonella enterica2.1 Morfologi
Salmonella enterica2.2 Cara infeksi Salmonella enterica2.3 Siklus
hidup Salmonella enterica2.4 Klasifikasi Salmonella enterica2.5
Pemeriksaan laboratorium Salmonella enterica
LO.3. Memahami dan Menjelaskan demam typoid3.1 Definisi demam
typoid3.2 Etiologi dari demam typoid3.3 Patogenesis demam typoid3.4
Pataofisiologi demam typoid3.5 Manifestasi klinik dari demam
typoid3.6 Diagnosis pada demam typoid3.7 Diagnosis Banding demam
typoid3.8 Penatalaksanaan demam typoid3.9 Komplikasi dari demam
typoid3.10 Prognosis demam typoid3.11 Epidemiologi demam typoid
LO.1. Memahami dan Menjelaskan Demam1.1 Definisi DemamDemam
adalah suatu kondisi saat suhu badan lebih tinggi dari pada
biasanya atau di atas suhu normal. Umumnya terjadi ketika seseorang
mengalami gangguuan kesehatan. Suhu badan normal manusia biasanya
berkisar antara 36-37 derajat celcius.Secara patofisiologis demam
adalah peningkatan thermoregulatory set point dari pusat
hipotalamus yang diperantarai oleh interleukin 1 (IL-1). Sebagai
respon terhadap perubahan set point ini, terjadi proses aktif untuk
mencapai set point yang baru. Hal ini dicapai secara fisiologis
dengan meminimalkan pelepasan panas dan memproduksi panas. Secara
klinis demam adalah peningkatan suhu tubuh 1oC atau lebih besar di
atas nilai rerata suhu normal di tempat pencatatan. International
Union of Physiological Sciences Commission for Thermal Physiology
mendefinisikan demam sebagai suatu keadaan peningkatan suhu inti,
yang sering (tetapi tidak seharusnya) merupakan bagian dari respon
pertahanan organisme multiselular (host) terhadap invasi
mikroorganisme atau benda mati yang patogenik atau dianggap asing
oleh host.1.2 Pola Demam a. Demam SeptikPada tipe demam septik,
suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi
hari.Bila demam yang tinggi tersebut turun ke tingkat yang normal
dinamakan juga demam heptik.
b. Demam RemitenPada tipe demam remiten, suhu badan dapat turun
setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.
Perbedaan suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua derajat dan
tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat pada demam septik.
c. Demam IntermitenPada tipe demam intermiten, suhu badan turun
ke tingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila
demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali disebut tersiana
dan bila terjadi dua hari bebas demam diantara dua serangan demam
disebut kuartana. Contoh penyakitnya : malaria, limfoma,
endocarditis.
d. Demam Kontinyu Pada demam kontinyu variasi suhu sepanjang
hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada tingkat demam
terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia. Contoh penyakit
: Malaria falciparum malignan
e. Demam SiklikPada demam siklik terjadi kenaikan suhu badan
selama beberapa hari yang diikuti oleh periode bebas demam untuk
beberapa hari yang kemudian diikuti oleh kenaikan suhu seperti
semula.
1.3 Mekanisme Demam
Demam yang disebabkan oleh infeksi atau peradangan,
mengakibatkan suatu respon yang terjadi di dalam tubuh. Demam yang
terjadi di dalam tubuh bermanfaat dalam mengatasi infeksi, serta
demam juga dapat memperkuat respon peradangan dan mungkin dapat
menghambat perkembangan bakteri.Demam terjadi sebagai respons
terhadap masuknya mikroba yang melepaskan pirogen eksogen,
kemuadian sel-sel fagositik tertentu (makrofag) melepaskan bahan
kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen dari dalam leukosit yang
bekerja pada pusat termoregulasi hipotalamus untuk menaikkan set
point. Pirogen adalah protein yang indentik dengan interkleuin-1.
Di dalam hipotalamus zat ini merangsang pelepasan asam arakidonat
serta mengakibatkan peningkatan sintesis prostaglandin E2 yang
dapat menyebabkan demam. Hipotalamus mendeteksi bahwa suhu normal
pra demam terlalu dingin dan memicu mekanisme respons dingin untuk
meningkatkan suhu tubuh. Secara spesifik, hipotalamus memicu
menggigil agar produksi panas meningkat, dan mendorong
vasokontriksi kulit untuk segera mengurangi pengeluaran panas,
kedua tindakan ini mendorong suhu agar naik.Setelah suhu baru
tercapai, suhu tubuh dianggap sebagai suhu normal dalam respon
terhadap panas dan dingin, tetapi pada set point lebih tinggi.
Karena itu, terjadi demam sebagai respon terhadap infeksi. Demam
dapat memperkuat respon peradangan dan menghambat perkembangbiakan
bakteri.
1.4 Suhu tubuh normal
Tempat pengukuranJenis thermometerRentang; rerata suhu normal
(oC)Demam (oC)
AksilaAir raksa, elektronik34,7 37,3; 36,437,4
SublingualAir raksa, elektronik35,5 37,5; 36,637,6
RektalAir raksa, elektronik36,6 37,9; 3738
TelingaEmisi infra merah35,7 37,5; 36,637,6
LO.2. Memahami dan Menjelaskan Salmonella enterica2.1 Morfologi
Salmonella enterica Berbentuk batang, tidak berspora, bersifat
negatif pada pewarnaan Gram. Ukuran Salmonella bervariasi 13,5 m x
0,50,8 m. Besar koloni rata-rata 24 mm. Sebagian besar isolat motil
dengan flagel peritrik. Tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif
anaerob pada suhu 1541oC (suhu pertumbuhan optimal 37,5oC) dan pH
pertumbuhan 68. Mudah tumbuh pada medium sederhana, misalnya garam
empedu. Tidak dapat tumbuh dalam larutan KCN. Membentuk asam dan
kadang-kadang gas dari glukosa dan manosa. Menghasikan H2S. Antigen
O: bagian terluar dari lipopolisakarida dinding sel dan terdiri
dari unit polisakarida yang berulang. Beberapa polisakarida
O-spesifik mengandung gula yang unik. Antigan O resisten terhadap
panas dan alkohol dan biasanya terdeteksi oleh aglutinasi bakteri.
Antibodi terhadap antigen O terutama adalah IgM. Antigen Vi atau K:
terletak di luar antigen O, merupakan polisakarida dan yang lainnya
merupakan protein. Antigen K dapat mengganggu aglutinasi dengan
antiserum O, dan dapat berhubungan dengan virulensi. Dapat
diidentifikasi dengan uji pembengkakan kapsul dengan antiserum
spesifik. Antigen H: terdapat di flagel dan didenaturasi atau
dirusak oleh panas dan alkohol. Antigen dipertahankan dengan
memberikan formalin pada beberapa bakteri yang motil. Antigen H
beraglutinasi dengan anti-H dan IgG. Penentu dalam antigen H adalah
fungsi sekuens asam amino pada protein flagel (flagelin). Antigen H
pada permukaan bakteri dapat mengganggu aglutinasi dengan antibodi
antigen O.
2.2 Cara infeksi Salmonella entericaa. Manusia terinfeksi oleh
makanan yang terkontaminasi Salmonella typhib. Setelah masuk dalam
saluran pencernaan, usus halus rusak dan terjadi peradangan oleh
Salmonella typhic. Salmonella typhi masuk ke kapiler darah dengan
cara menembus dinding usus halus dan ke organ lain sehingga terjadi
komplikasid. Substansi racun dikeluarkan oleh Salmonella typhi dan
mengganggu keseimbangan tubuhe. Salmonella typhi berkembang biak di
usus halusf. Feses manusia mengandung Salmonella typhi yang dapat
hidup berminggu-minggu atau berbulan-bulan di media air atau
tanah
2.3 Siklus hidup Salmonella entericInfeksi terjadi dari memakan
makanan yang terkontaminasi dengan feses dari organisme pembawa
(hosts) yang terdapat bakteri Salmonella typhi. Setelah masuk dalam
saluran pencernaan maka Sal. Typhimurium menyerang dinding usus
yang menyebabkan kerusakan dan peradangan. Infeksi dapat menyebar
ke seluruh tubuh melalui aliran darah karena dapat menembus dinding
usus kemudian ke organ-organ lain seperti hati, paru-paru, limpa,
tulang-tulang sendi, plasenta dan dapat menembusnya sehingga
menyerang fetus pada wanita atau hewan betina yang hamil, dan ke
membran yang menyelubungi otak. Subtansi racun diproduksi oleh
bakteri ini dapat dilepaskan dan mempengaruhi keseimbangan tubuh.
Di dalam hewan atau manusia yang terinfeksi Salmonella typhi, pada
fesesnya terdapat kumpulan Salmonella typhi yang bisa bertahan
sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan. Bakteri ini tahan
terhadap range yang lebar dari temperature sehingga dapat bertahan
hidup berbulan-bulan dalam tanah atau air.
Makanan yang mengandung Salmonella belum tentu menyebabkan
infeksi Salmonella, tergantung dari jenis bakteri, jumlah dan
tingkat virulensi (sifat racun dari suatu mikroorganism, dalam hal
ini bakteri Salmonella).Misalnya saja Salmonella enteriditis baru
menyebabkan gejala bila sudah berkembang biak menjadi 100.000.
Dalam jumlah ini keracunan yang terjadi bisa saja menyebabkan
kematian penderita. Salmonella typhi dengan jumlah 11.000 sudah
dapat menimbulkan gejala. Jenis Salmonella lain ada yang
menyebabkan gejala hanya dengan jumlah 100 sampai 1000, bahkan
dengan jumlah 50 sudah dapat menyebabkan gejala. Perkembangan
Salmonella pada tubuh manusia dapat dihambat oleh asam lambung,
disamping itu dapat dihambat pula oleh bakteri lain.
2.4 Klasifikasi Salmonella entericKingdom : Eubacteria Phylum :
Proteobacteria Class : Gamma Proteobacteria Ordo:
EnterobacterialesFamili: EnterobacteriaceaeGenus:
SalmonellaSpesies: Salmonella entericSubspesies: Salmonella
enterica enteric Salmonella enterica salamae Salmonella enterica
arizonae Salmonella enterica diarizonae Salmonella enterica
houtenae Salmonella enterica indicaKlasifikasi salmonella sangat
rumit karena organisme tersebut merupakan rangkaian kesatuan dan
bukan tertentu. Anggota genus Salmonella awalnya diklasifikasikan
berdasarkan epidemiologi, jangkauan pejamu, reaksi biokimia, dan
struktur antigen O, H, dan Vi.
2.5 Pemeriksaan Laboratorium Salmonella enteric2.1 Pemeriksaan
laboratorium secara mikroskopik1) Spesimen Darah : harus diambil
berulang kali, dan (+)pada minggu pertama penyakit Biakan sumsum
tulang Biakan urin : (+) setelah minngu kedua Spesimen feses :
diambil berulang ulang dan (+) mulai minggu kedua atau ketiga2)
Metode serologi Digunakan untuk mengidentifikasi biakan yang tidak
diketahui dengan serum yang telah diketahui Juga digunakan untuk
menentukan titter antibodi pada pasien yang tidak diketahui
penyakitnya (tidak terlalu bermanfaat untuk diagnosis infeksi
salmonella )1. Uji aglutinasi Serum yang telah diketahui dan biakan
yang tidak diketahui dicampur diatas slide. Dapat dilihat dalam
beberapa menit bila ada gumpalan Terutama berguna untuk
identifikasi preliminer biakan dengan cepat2. Uji aglutinasi
pengenceran tabung (tes widal) 2 spesimen serum diambil dalam
selang waktu 7 10 hari, untuk membuktikan adanya kenaikan titer
antibodi Pengenceran serial (2xlipat) dari serum yang tidak
diketahui diuji terhadap antigen salmonella, interpretasi hasilnya
: Titer O tinggi ( 1:160) menandakan adanya infeksi Titer H tinggi
( 1:160) menunjukkan riwayat imunisasi atau infeksi masa lampau
Titer antibodi yang tinggi terhadap antigen Vi timbul pada beberapa
carrierInterpretasi hasil serologi harus secara hati hati, karena
kemungkinan adanya antibodi yang bereaksi silang, sehingga
membatasi penggunaan serologi dalam diagnosis infeksi
salmonella.
LO.3. Memahami dan Menjelaskan demam typoid3.1 Definisi demam
typoidDemam typoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang
disebabkan oleh salmonella typhi. Demam paratifoid adalah penyakit
sejenis yang disebabkan oleh salmonella paratyphi A, B, C. Gejala
dan tanda kedua penyakit tersebut hampir sama, tetapi menifestasi
klinis paratifoid lebih ringan. Kedua penyakit tersebut disebut
typoid.(Widoyono. 2005. Penyakit Tropis. Jakarta : Erlangga)
3.2 Etiologi dari demam typoidDemam typoid merupakan infeksi
sistemik yang disebabkan oleh Salmonella enterica serovar typhi (S.
typhi). Bakteri ini akan mati pada pemanasan 57 oC selama beberapa
menit. Masa inkubasinya adalah 10-20 hari. Manusia adalah
satu-satunya penjamu yang alamiah dan merupakan reservoir untuk
Salmonella typhi. Bakteri tersebut dapat bertahan hidup selama
berhari-hari di air tanah, air kolam, atau air laut dan selama
berbulan-bulan dalam telur yang sudah terkontaminasi atau tiram
yang dibekukan. Pada daerah endemik, infeksi paling banyak terjadi
pada musim kemarau atau permulaan musim hujan. Dosis yang infeksius
adalah 103-106 organisme yang tertelan secara oral. Infeksi dapat
ditularkan melalui makanan atau air yang terkontaminasi oleh
feses.
3.3 Patogenesis demam typoidMasuknya kuman Salmonella typhi ke
dalam tubuh manusia terjadi melalui makanan yang terkontaminasi.
Sebagian kuman dimusnahkan dalam lambung, sebagian lolos masuk
kedalam usus dan selanjutnya berkembang biak. Bila respon imunitas
humoral mukosa (IgA) usus kurang baik, makan kuman akan menembus
sel-sel epitel (terutama sel-M) dan selanjutnya ke lamina propia.
Di lamina propia kuman berkembang biak dan di fagosit oleh sel-sel
fagosit terutama oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang
biak di dalam makrofag dan selanjutnya melalui duktus torasikus
kuman yang terdapat di dalam makrofag ini masuk kedalam sirkulasi
darah (mengakibatkan bakteremia pertama yang asimtomatik) dan
menyebar keseluruh organ retikulo endotelial tubuh terutama hati
dan limpa. Di organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit
dan kemudian berkembang biak diluar atau ruang sinusoid dan
selanjutnya masuk kedalam sirkulasi darah lagi (mengakibatkan
bacteremia yang kedua kalinya) dengan disertai tanda-tanda dan
gejala penyakit infeksi sistemik.Kuman dapat masuk kedalam kandung
empedu, berkembang biak, dan bersama cairan empedu diekskresikan
secara intermiten kedalam lumen usus. Sebagian kuman dikeluarkan
melalui feses dan sebagian masuk lagi ke dalam sirkulasi setelah
menembus usus. Proses yang sama terulang kembali, karena makrofag
yang telah teraktivasi, hiperaktif; maka saat fagositosis kuman
Salmonella, terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi yang
selanjutnya akan menimbulakan gejala reaksi inflamasi sistemik
seperti edema, malaise, malgia, sakit kepala, sakit perut, gangguan
vascular, mental, dan koagulasi.
3.4 Patofisiologi demam typoidKuman Salmanella typhi ,
Salmanella paratyphi masuk ke saluran cerna
Sebagian dimusnahkan asam lambungSebagian masuk usus halus
Peningkatan asam lambung Di ileum terminalis membentuk limfoid
plaque peyeri
Mual, muntah Sebagian hidup dan menetap Sebagian menembus lamina
propia
Intake kurangPerdarahanMasuk aliran limfe
Gangguan nutrisi, kurangdari kebutuhan tubuh PerforasiMasuk
dalam kelenjar limfe mesentrial
PERITONITIS Menembus dan masuk aliran darah
Masuk dan bersarang dihati dan limpaNyeri TekanHepato megali,
Splenomegali
Infeksi Salmonella typhi, Paratyphi dan Endotoksin
Dilepasnya zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang
meradang
DEMAM TIFOID
3.5 Manifestasi klinik dari demam typoidMenifestasi klinis demam
tifoid tergantung pada virulensi dan daya tahan tubuh. Suatu
percobaan pada manusia dewasa menunjukan bahwa 107 mikroba dapat
menyebabkan 50% sukarelawan menderita sakit, meskipun 1000 mikroba
juga dapat menyebabkan penyakit. Gejala klinis demam typoid sangat
bervariasi, dari gejala klinis ringan tidak memerlukan perawatan
khusus sampai gejala klinis berat dan memerlukan perawatan khusus.
Variasi gejala ini disebabkan faktor jalur Salmonella, status
nutrisi dan imunologik pejamu serta lama sakit di rumah.( Sumarmo
et al, 2010)
Pada minggu pertama setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari,
gejala penyakit itu pada awalnya sama dengan penyakit infeksi akut
yang lain, seperti demam tinggi yang berkepanjangan yaitu setinggi
39 C hingga 40 C, sakit kepala, pusing, pegal-pegal, anoreksia,
mual, muntah, batuk, dengan nadi antara 80-100 kali permenit,
denyut lemah, pernapasan semakin cepat dengan gambaran bronkitis
kataral, perut kembung dan merasa tak enak, sedangkan diare dan
sembelit silih berganti. Pada akhir minggu pertama, diare lebih
sering terjadi. Khas lidah pada penderita adalah kotor di tengah,
tepi dan ujung merah serta bergetar atau tremor. Epistaksis dapat
dialami oleh penderita sedangkan tenggorokan terasa kering dan
meradang. Ruam kulit (rash) umumnya terjadi pada hari ketujuh dan
terbatas pada abdomen di salah satu sisi dan tidak merata,
bercak-bercak ros (roseola) berlangsung 3-5 hari, kemudian hilang
dengan sempurna. Jika pada minggu pertama, suhu tubuh
berangsur-angsur meningkat setiap hari, yang biasanya menurun pada
pagi hari kemudian meningkat pada sore atau malam. Pada minggu
kedua suhu tubuh penderita terus menerus dalam keadaan tinggi
(demam). Suhu badan yang tinggi, dengan penurunan sedikit pada pagi
hari berlangsung. Terjadi perlambatan relatif nadi penderita, yang
semestinya nadi meningkat bersama dengan peningkatan suhu, saat ini
relatif nadi lebih lambat dibandingkan peningkatan suhu tubuh.
Umumnya terjadi gangguan pendengaran, lidah tampak kering, nadi
semakin cepat sedangkan tekanan darah menurun, diare yang meningkat
dan berwarna gelap, pembesaran hati dan limpa, perut kembung dan
sering berbunyi, gangguan kesadaran, mengantuk terus menerus, dan
mulai kacau jika berkomunikasi. Pada minggu ketiga suhu tubuh
berangsur-angsur turun, dan normal kembali di akhir minggu. Hal itu
terjadi jika tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan
membaik, gejala-gejala akan berkurang dan temperatur mulai turun.
Meskipun demikian justru pada saat ini komplikasi perdarahan dan
perforasi cenderung untuk terjadi, akibat lepasnya kerak dari
ulkus. Sebaliknya jika keadaan semakin memburuk, dimana septikemia
memberat dengan terjadinya tanda-tanda khas berupa delirium atau
stupor, otot-otot bergerak terus, inkontinensia alvi dan
inkontinensia urin. Tekanan abdomen sangat meningkat diikuti dengan
nyeri perut. Penderita kemudian mengalami kolaps. Jika denyut nadi
sangat meningkat disertai oleh peritonitis lokal maupun umum, maka
hal ini menunjukkan telah terjadinya perforasi usus sedangkan
keringat dingin, gelisah, sukar bernapas, dan kolaps dari nadi yang
teraba denyutnya memberi gambaran adanya perdarahan. Degenerasi
miokardial toksik merupakan penyebab umum dari terjadinya kematian
penderita demam typoid pada minggu ketiga. Minggu keempat merupakan
stadium penyembuhan meskipun pada awal minggu ini dapat dijumpai
adanya pneumonia lobar atau tromboflebitis vena femoralis. Pada
mereka yang mendapatkan infeksi ringan dengan demikian juga hanya
menghasilkan kekebalan yang lemah, kekambuhan dapat terjadi dan
berlangsung dalam waktu yang pendek. Kekambuhan dapat lebih ringan
dari serangan primer tetapi dapat menimbulkan gejala lebih berat
daripada infeksi primer tersebut. Sepuluh persen dari demam typoid
yang tidak diobati akan mengakibatkan timbulnya relaps.
3.6 Diagnosis demam typoida. Anamnesis Demam lebih dari 1
minggu, sifatnya sore dan malam hari lebih tinggi daripada pagi dan
siang hari. Gangguan kesadaran : lamanya, sifatnya (apatis sampai
somnolen) mengigau, halusinasi, dll. Gangguan saluran cerna : mulut
bau, perut kembung atau tegang dan nyeri pada perabaan, konstipasi
atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir atau tinja
berwarna hitam, anoreksia, muntah. Gejala lain : kejang, sesak
nafas. Pengobatan yang telah diberikan, jenis dan lamanya.b.
Pemeriksaan fisik1. Demam, kesadaran menurun, mulut bau, bibir
kering dan pecah-pecah (rhagaden), lidah kotor (coated tongue)
dengan ujung dan tepi kemerahan dan tremor, perut kembung,
pembesaran hati dan limpa yang nyeri pada perabaan.2. Tanda
komplikasi di dalam saluran cerna : Perdarahan usus : tinja
berdarah (melena). Perforasi usus : pekak hati hilang dengan atau
tanpa tanda-tanda peritonitis, bising usus hilang. Peritonitis :
nyeri perut hebat, dinding perut tegang dan nyeri tekan, bising
usus melemah/hilang.3. Tanda komplikasi di luar saluran cerna :
Meningitis, kolesistitis, hepatitis, ensefalopati,
Bronkhopneumonia, dehidrasi dan asidosis.c. Pemeriksaan
penunjangPemeriksaan laboratorium untuk membantu menegakkan
diagnosis demam tifoid dibagi dalam empat kelompok, yaitu : 1.
Pemeriksaan darah tepi Penelitian oleh beberapa ilmuwan mendapatkan
bahwa hitung jumlah dan jenis leukosit serta laju endap darah tidak
mempunyai nilai sensitivitas, spesifisitas dan nilai ramal yang
cukup tinggi untuk dipakai dalam membedakan antara penderita demam
typoid atau bukan, akan tetapi adanya leukopenia dan limfositosis
relatif menjadi dugaan kuat diagnosis demam typoid.2. Pemeriksaan
bakteriologis dengan isolasi dan biakan kumanDiagnosis pasti demam
tifoid dapat ditegakkan bila ditemukan bakteri Salmonella typhi
dalam biakan dari darah, urine, feses, sumsum tulang, cairan
duodenum atau dari rose spots. Berkaitan dengan patogenesis
penyakit, maka bakteri akan lebih mudah ditemukan dalam darah dan
sumsum tulang pada awal penyakit, sedangkan pada stadium berikutnya
di dalam urine dan feses. Hasil biakan yang positif memastikan
demam typoid akan tetapi hasil negatif tidak menyingkirkan demam
typoid, karena hasilnya tergantung pada beberapa faktor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil biakan meliputi (1) jumlah
darah yang diambil; (2) perbandingan volume darah dari media
empedu; dan (3) waktu pengambilan darah.3. Uji Serologis Uji
WidalPrinsip uji Widal adalah memeriksa reaksi antara antibodi
aglutinin dalam serum penderita yang telah mengalami pengenceran
berbeda-beda terhadap antigen somatik (O) dan flagela (H) yang
ditambahkan dalam jumlah yang sama sehingga terjadi aglutinasi.
Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan aglutinasi menunjukkan
titer antibodi dalam serum.Hasil positif dinyatakan dengan adanya
aglutinasi. Karena itu antibodi jenis ini dikenal sebagai Febrile
aglutinin. Hasil uji ini dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga
dapat memberikan hasil positif palsu atau negatif palsu. Hasil
positif palsu dapat disebabkan oleh faktor-faktor, antara lain
pernah mendapatkan vaksinasi, reaksi silang dengan spesies lain
(Enterobacteriaceae sp), reaksi anamnestic (pernah sakit), dan
adanya faktor rheumatoid (RF). Hasil negatif palsu dapat disebabkan
oleh karena antara lain penderita sudah mendapatkan terapi
antibiotika, waktu pengambilan darah kurang dari 1 minggu sakit,
keadaan umum pasien yang buruk, dan adanya penyakit imunologik
lain. Diagnosis demam typoid dinyatakan bila titer O = 1/160 ,
bahkan mungkin sekali nilai batas tersebut harus lebih tinggi
mengingat penyakit demam tifoid ini endemis di Indonesia. Tes
TUBEXTes TUBEX merupakan tes aglutinasi kompetitif semi kuantitatif
yang sederhana dan cepat (kurang lebih 2 menit) dengan menggunakan
partikel yang berwarna untuk meningkatkan sensitivitas.
Spesifisitas ditingkatkan dengan menggunakan antigen O9 yang
benar-benar spesifik yang hanya ditemukan pada Salmonella serogrup
D. Tes ini sangat akurat dalam diagnosis infeksi akut karena hanya
mendeteksi adanya antibodi IgM dan tidak mendeteksi antibodi IgG
dalam waktu beberapa menit. Metode Enzyme-Linked Immunosorbent
Assay (Elisa)Uji Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA) dipakai
untuk melacak antibodi IgG, IgM dan IgA terhadap antigen LPS O9,
antibodi IgG terhadap antigen flagella d (Hd) dan antibodi terhadap
antigen Vi Salmonella typhi. Uji ELISA yang sering dipakai untuk
mendeteksi adanya antigen Salmonella typhi dalam spesimen klinis
adalah double antibody sandwich ELISA.4. Pemeriksaan kuman secara
molekuler
3.7 Diagnosis Banding demam typoid1. Influenza2. Bronchitis3.
Broncho Pneumonia4. Gastroenteritis5. Tuberculosa6. Malaria3.8
Penatalaksanaan (nonfarmakologi dan farmakologi) demam typoid1. Non
farmakologi Istirahat dan perawatan, dengan tujuan mencegah
komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Tirah baring dan perwatan
professional bertujuan untuk mencegah komplikasi. Tirah baring
dengan perawatan sepenuhnya di tempat seperti makan, minum, mandi,
buang air kecil, dan buang air besar akan mempercepat masa
pertumbuhan. Diet dan terpai penunjang (simtomatik dan suportif),
dengan tujuan mengembalikan rasa nyaman dan kesehatan pasien secara
optimal.
2. FarmakologiPemberian antimikroba dengan tujuan untuk
menghentikan dan mencegah penyebaran kuman KloramfenikolObat untuk
demam typoid. Dosis yang diberikan 4 X 500 mg perhari dan dapat
diberikan secara peroral atau intravena. Diberikan sampai dengan 7
hari bebas panas. TiamfenikolHampir sama dengan kloramfenikol akan
tetapi komplikasi hematologi seperti kemungkinan terjainya anemia
aplastik lebih rendah dibandingkan dengan kloramfenikol. Dosis
tiamfenikol adalah 4 X 500 mg, demam rata-rata menurun pada hari ke
5 sampai ke 6. KotrimoksazolEfektivitas obat ini dilaporkan hampir
sama dengan kloramfenikol. Dosis untuk orang dewasa adalah 2 x 2
tablet (1 tablet mengandung sulfametoksazol 400 mg dan 80 mg
trimethoprim) diberikan selama 2 minggu. Ampisilin dan
amoksisilinKemampuan obat ini untuk menurunkan demam lebih rendah
dibandingkan dengan kloramfenikol, dosis yang dianjurkan berkisar
antara 50 -150 mg/kg BB dan digunakan selama 2 minggu. Sefalosporin
generasi ketigaGolongan ke 3 seftriakson, dosis yang dianjurkan
adalah 3-4 gram dalam sekstrosa 100 cc diberikan selama jam
perinfus sekali sehari, diberikan selama 3 hingga 5 hari.
FluorokuinolonGolongan fluorokuinolon. Golongan ini beberapa
jenis bahan sediaan dan aturan Norfloksasi dosis 2 X 400 mg/hari
selama 14 hari Siprofloksasin dosis 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
Ofloksasin dosis 2 x 400 mg/hari selama 7 hari Pefloksasin dosis
400 mg/hari selama 7 hari Fleroksasin dosis 400 mg/hari selama 7
hari Levofloksasin dosis 1 x 500 mg/hari selama 5 hari
AztromisinAztromisin diberikan 2 x 500 mg menunjukan bahwa
penggunaan obat ini jika dibandingkan dengan fluorokuinolon.
ObatDosisRute
First-line AntibioticsKloramfenikol500 mg 4x /hariOral, IV
Trimetofrim -Sulfametakzol160/800 mg 2x/hari, 4-20 mg/kg bagi 2
dosisOral, IV
Ampicillin/ Amoxycillin1000-2000 mg 4x/hari ; 50-100 mg/kg ,
bagi 4 dosisOral, IV, IM
Second-line Antibiotics( Fluoroquinolon)Norfloxacin2 x 400
mg/hari selama 14 hariOral
Ciprofloxacin2 x 500 mg/hari selama 6 hariOral , IV
Ofloxacin2 x 400 mg/hari selama 7 hariOral
Pefloxacin400 mg/hari selama 7 hariOral, IV
Fleroxacin400 mg/hari selama 7 hariOral
CephalosporinCeftriaxon1-2 gr/hari ; 50-75 mg/kg : dibagi 1-2
dosis selama 7-10 hariIM, IV
Cefotaxim1-2 gr/hari, 40-80 mg/hari: dibagi 2-3 dosis selama 14
hariIM, IV
Cefoperazon1-2 gr 2x/hari 50-100 mg/kg dibagi 2 dosis selama 14
hariOral
Antibiotik lainnyaAztreonam1 gr/ 2-4x/hari ; 50-70 mg/kgIM
Azithromycin1 gr 1x/hari ; 5-10 mg/kgOral
(RM. Santillan, 2000)
3.9 Komplikasi dari demam typoid Komplikasi yang sering terjadi
pada demam typoid adalah perdarahan usus dan perforasi yang
merupakan komplikasi serius dan perlu diwaspadai dari demam typoid
yang muncul pada minggu ke-3. Perdarahan usus, ditandai : keluhan
nyeri perut, perut membesar, nyeri pada perabaan, seringkali
disertai dengan penurunan tekanan darah dan terjadinya syok,
diikuti dengan perdarahan saluran cerna sehingga tampak darah
kehitaman yang keluar bersama tinja.
1. Komplikasi Intestinal yang dapat terjadi :1) Perdarahan
Intestinal Pada plak peyeri usus yang terinfeksi (terutama ileum
terminalis) dapat terbentuk tukak/luka berbentuk lonjong dan
memanjang terhadap sumbu usus. Bila luka menembus lumen usus dan
mengenai pembuluh darah maka terjadi perdarahan dan terjadi
perforasi. Perdarahan hebat bisa terjadi hingga penderita mengalami
syok. Perdarahan akut bedah ditegakkan dengan perdarahan sebanyak
5ml/Kg BB/jam dengan faktor hemostatis dalam batas normal.
Transfusi darah dapat diberikan bila terdapat kehilangan darah
akibat perdarahan intestinal.2) Perforasi Usus Perforasi usus
terjadi pada sekitar 3% dari penderita yang dirawat dan biasanya
timbul pada minggu ketiga ataupun minggu pertama. Keluhan penderita
demam typoid dengan perforasi berupa : nyeri perut yang hebat
terutama di daerah kuadran kanan bawah yang kemudian menyebar ke
seluruh perut dan disertai dengan tanda-tanda ileus. Bising usus
melemah, nadi cepat, tekanan darah turun, dan bahkan dapat syok.
Faktor yang menyebabkan peningkatan kejadian perforasi adalah umur,
lama demam, modalitas pengobatan, beratnya penyakit, dan mobilitas
penderita.
2. Komplikasi Ekstra-Intestinal yang dapat terjadi adalah
Komplikasi kardiovaskular : gagal sirkulasi perifer, miokarditis
dan trombolfebitis Komplikasi darah : anemia hemolitik,
trombositopenia, KID, dan thrombosis Komplikasi paru : pneumonia,
empiema dan pleuritis Komplikasi hepatobiler : hepatitis dan
kolestitis Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis dan
perinefritis Komplikasi tulang : osteomielitis, periostitis,
spondilitis, dan arthritis Komplikasi neuropsikiatrik atau tifoid
toksik Komplikasi hematologi berupa trombositopenia ditemukan pada
kebanyakan pasien demam tifoid karena menurunnya produksi trombosit
di sumsum tulang dan koagulasi intravascular deiseminata (KID) yang
penyebabnya belum jelas pada demam tifoid namun dapat diberi
transfusi darah untuk menanganinya.
3. Komplikasi lain yang lebih jarang, antara lain : 1. Anak
dengan panas tinggi umumnya tidak mau makan karena ada diare,
menyebabkan dehidrasi 2. Kejang Demam 3. Gangguan Kesadaran
3.10 Prognosis demam typoidPrognosis demam typoid tergantung
dari umur, keadaan umum, derajat kekebalan tubuh, jumlah dan
virulensi Salmonella, serta cepat dan tepatnya pengobatan. Angka
kematian pada anak-anak 2,6%, dan pada orang dewasa 7,4%, rata-rata
5,7%.
3.11 Epidemiologi demam typoidSejak awal abad ke 20, insiden
demam typoid menurun di USA dan Eropa dengan ketersediaan air
bersih dan sistem pembuangan yang baik yang sampai saat ini belum
dimiliki oleh sebagian besar negara berkembang. Secara keseluruhan,
demam typoid diperkirakan menyebabkan 21,6 juta kasus dengan
216.500 kematian pada tahun 2000.Insiden demam typoid tinggi
(>100 kasus per 100.000 populasi per tahun) dicatat di Asia
Tengah dan Selatan, Asia Tenggara, dan kemungkinan Afrika Selatan;
yang tergolong sedang (10-100 kasus per 100.000 populasi per tahun)
di Asia lainnya, Afrika, Amerika Latin, dan Oceania (kecuali
Australia dan Selandia Baru); serta yang termasuk rendah (