Top Banner
WORK BASED LEARNING (Model Pembelajaran Berbasis Kerja) Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori dan Model-model Pembelajaran PKn Yang dibimbing Oleh: Dr. Hj. Kokom Komalasari, M.Pd. Disusun oleh: Fauzi Abdillah (1302311) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014
14

Work Based Learning

Sep 29, 2015

Download

Documents

Yoga Rian

Work Based Learning
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • WORK BASED LEARNING

    (Model Pembelajaran Berbasis Kerja)

    Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

    Teori dan Model-model Pembelajaran PKn

    Yang dibimbing Oleh: Dr. Hj. Kokom Komalasari, M.Pd.

    Disusun oleh:

    Fauzi Abdillah (1302311)

    PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

    SEKOLAH PASCASARJANA

    UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

    2014

  • i

    DAFTAR ISI

    DAFTAR ISI ............................................................................................................ i

    KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

    BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

    Latar Belakang .................................................................................................... 1

    Rumusan Masalah ............................................................................................... 2

    Tujuan ................................................................................................................. 2

    Ruang Lingkup .................................................................................................... 2

    Metode Penulisan ................................................................................................ 2

    BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................................. 3

    Definisi Work-based Learning ............................................................................ 3

    Karakteristik Work-based Learning .................................................................... 4

    Manfaat Work-based Learning ........................................................................... 5

    Implementasi Work-based Learning ................................................................... 8

    Model-model Pembelajaran Berbasis Kerja (WBL) ........................................... 8

    1. Role Playing .......................................................................................... 8

    2. Mendatangkan Model Pekerja ke Kelas ............................................... 9

    3. Studi Lapangan Kerja ........................................................................... 9

    4. Aktivitas Ekstrakurikuler dan Pengembangan Diri .............................. 9

    BAB III KESIMPULAN ....................................................................................... 10

    DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, karena atas ijin-Nya

    penulis mampu menyelesaikan makalah dengan judul Work-based Learning:

    Model Pembelajaran Berbasis Kerja. Makalah ini ditulis untuk memenuhi salah

    satu tugas mata kuliah Teori dan Model-model Pembelajaran PKn yang dibina oleh

    Dr. Hj. Kokom Komalasari, M.Pd.

    Penulis sadar makalah ini jauh dari sempurna, akan tetapi besar harapan

    penulis makalah ini dapat membantu mahasiswa sebagai referensi tentang

    pembelajaran Kontekstual, khususnya mengenai Model Pembelajaran berbasis

    kerja (work-based learning) bagi pendidikan dunia pendidikan dan persekolahan.

    Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

    membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga amal kebaikannya

    mendapatkan balasan oleh Allah swt. Amien.

    Bandung, 05 Desember 2014

    Penulis

  • 1

    BAB I PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Berbagai macam teori dan model pembelajaran telah diciptakan oleh para

    praktisi dan para ahli dalam pendidikan. Pendidikan bukan hanya perkara transfer

    pengetahuan begitu saja, tetapi ada proses dan mekanisme tersendiri agar tujuan

    pembelajaran bisa tercapai sesuai target yang telah ditentukan. Aktivitas belajar itu

    melibatkan penguasaan dan pengubahan pengetahuan, keterampilan, strategi,

    keyakinan, sikap, dan perilaku. (Schunk, 2012). Dalam pendidikan, segala proses

    di dalamnya sistematis dan terencana yang semuanya terangkum oleh model

    pembelajaran.

    Model pembelajaran adalah rangkaian utuh sebuah kesatuan antara

    pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teknik

    pembelajaran, dan taktik pembelajaran. (Komalasari, 2013). Jadi, model

    pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari

    awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

    Maka, agar para pendidik dapat melaksanakan tugasnya secara profesional,

    para pendidik harus paham dan terampil dalam mengembangkan berbagai macam

    model pembelajaran secara efektif, kreatif dan menyenangkan. Tentu haruslah

    pendidik menggunakan dan mengembangkan model yang sesuai dengan kondisi

    nyata di kelas dan diasumsikan dapat mencapai target-target dalam pembelajaran.

    Salah satu dari model pembelajaran yang dikembangkan, adalah Work-

    based Learning atau Pembelajaran berbasis kerja. Depdiknas (2003:11)

    mengemukakan bahwa belajar berbasis kerja (work-based learning) adalah suatu

    strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa menggunakan konteks tempat

    kerja untuk mempelajari materi pembelajaran berbasis sekolah dan bagaimana

    materi tersebut dipergunakan kembali di tempat kerja atau sejenisnya dan berbagai

    aktivitas dipadukan dengan materi pelajaran untuk kepentingan siswa. Model ini

    biasa dikembangkan di institusi vokasi, atau sekolah kejuruan yang memang

    berorientasi melatih calon tenaga ahli untuk siap bekerja.

  • 2

    Akan tetapi implementasi Work-based learning (WBL) tidak hanya terbatas

    pada sekolah kejuruan saja, tetapi di berbagai jenjang sekolah juga, model ini bisa

    kita pergunakan untuk memaksimalkan hasil dan pencapaian target dari

    pembelajaran PKn. Dalam kajian civics atau PKn, bidang ini menekankan pada

    upaya memahami persoalan pekerjaan dalam kaitannya dengan kesejahteraan

    secara umum serta kajian warga negara yang didasarkan pada dunia kerja warga

    negara. (Wahab & Sapriya, 2011)

    Rumusan Masalah

    Dari latar belakang yang diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa

    hal diantaranya yaitu:

    1. Apakah definisi dari Work-based learning (WBL) ?

    2. Bagaimanakah karakteristik WBL?

    3. Apakah manfaat dari WBL?

    4. Bagaimana implementasi model WBL dalam pembelajaran PKn?

    Tujuan

    Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini ini adalah:

    1. Untuk mendefinisikan WBL

    2. Ingin mengetahui karakteristik dari WBL

    3. Ingin mengetahui manfaat dari WBL

    4. Agar mengetahui proses implementasi model WBL dalam pembelajaran

    Ruang Lingkup

    Mengingat luasnya cakupan yang akan dibahas dalam makalah ini, maka

    penulis akan mengacu pada konsep model work-based learning dan seputar

    implementasinya dalam pembelajaran.

    Metode Penulisan

    Data penulisan makalah ini diperoleh dengan metode studi kepustakaan.

    Metode studi kepustakaan yaitu suatu metode dengan membaca telaah pustaka

    mengenai Work-based Learning beserta implementasinya.

  • 3

    BAB II KAJIAN PUSTAKA

    Definisi Work-based Learning

    Banyak definisi yang dikemukakan berkaitan dengan pengertian work-

    based learning. Beberapa definisi menjelaskan bahwa work-based learning sebagai

    semua bentuk pembelajaran melalui tempat kerja, apakah berwujud pengalaman

    kerja (work experience) atau kerja dalam bimbingan (work shadowing) dalam

    waktu tertentu. Definisi lain menyatakan bahwa WBL adalah semua pembelajaran

    yang terjadi sebagai hasil aktivitas di tempat kerja (Little, 2006)

    Pembelajaran berbasis kerja atau Work-Based Learning (WBL) sebagai

    pendekatan pembelajaran memainkan peran dalam meningkatkan pengembangan

    profesi dan pembelajaran. Fink, Rokkjaer & Schrey (Fink, Rokkjaer, & Schrey,

    2007) mengemukakan:

    Work-Based Learning is an approach with focuses upon the

    practical utility of learning and is therefore directly relevant to

    learners and their work environment. A WBL approach to learning

    acknowledges that learning can take place in variety of situations and

    settings, and is not restricted that developed through the classroom or

    lecture theatre. All WBL programmes utilise a range of tools to aid

    and enhance guided learning activities. This blended learning

    approach enables WBL programmes to be tailored to student needs

    and preferences, whilst still operating within an academic framework.

    WBL is a practical and successful way of creating university-level

    learning that is directly related to the workplace.

    Blended learning ini menjadi tren dalam pendidikan, karena mempengaruhi

    kepuasan pembelajar dan meningkatkan peran tutor dalam pembelajaran (Woltering,

    Herrler, Spitzer, & Spreckelsen, 2009). Credit for Work-based Learning may

    begained in work related context within a module or programme of study offered

    orrecognised by the university and its partners (Birmingham University, 2008 : 2).

    Depdiknas (2003:11) mengemukakan bahwa belajar berbasis kerja (work-

    based learning) adalah suatu strategi pembelajaran yang memungkinkan siswa

  • 4

    menggunakan konteks tempat kerja untuk mempelajari materi pembelajaran berbasis

    sekolah dan bagaimana materi tersebut dipergunakan kembali di tempat kerja atau

    sejenisnya dan berbagai aktivitas dipadukan dengan materi pelajaran untuk

    kepentingan siswa. Bern dan Erickson (2001:8) dalam Komalasari (Komalasari,

    2013) menegaskan bahwa pembelajaran berbasis kerja, atau seperti tempat terka

    terintegrasi dengan materi di kelas untuk kepentingan para siswa dalam memahami

    dunia kerja terkait.

    Karakteristik Work-based Learning

    David Boud (Boud & Solomon, 2003) mendeskripsikan bahwa program-

    program WBL secara tipikal memiliki karakteristik: (1) merupakan kemitraan

    antara organisasi eksternal dengan institusi pendidikan yang ditetapkan dengan

    kontrak; (2) pembelajar dilibatkan sebagai pekerja (dengan membuat perencanaan

    belajar yang dinegosiasikan); (3) program pembelajaran dirumuskan dari

    kebutuhan tempat kerja dan peserta, dan tidak hanya dari kurikulum akademik

    yang telah disusun; (4) program pembelajaran diadaptasi secara individu

    setiap pembelajar sesuai pengalaman pendidikan/kerja/latihan mereka

    sebelumnya; (5) program pembelajaran sebagai proyek/tugas-tugas yang

    terintegrasi di tempat tugas; (6) luaran pembelajaran diukur oleh institusi

    pendidikan.

    Menurut Work-Based Learning Guide (Morley, 2010) karakteristik kunci

    dalam pelaksanaan program Work-Based Learning: (1) program dikoordinasikan

    oleh koordinator yang kualified dan memiliki dedikasi; (2) pembelajar

    mengikuti program berdasarkan sikap, kebutuhan, interes, dan tujuan okupasi yang

    jelas; (3) tempat-tempat pelatihan di tempat kerja dikembangkan oleh koordinator

    untuk menyediakan penga-laman on-the-job/di tempat kerja yang langsung

    berkaitan dengan kebutuhan dan tujuan karir pembelajar; (4) bimbingan karir yang

    dilakukan mencakup informasi-informasi tentang okupasi-okupasi tradisional dan

    non-tradisional. Karakteristik selanjutnya: (5) instruksi yang relevan direncanakan

    dan langsung berkait dengan pengalaman dan kebutuhan OJT pembelajar; (6)

    aturan-aturan yang dikembangkan ditentukan secara jelas dan tanggungjawab yang

    tepat diukur dari pedoman/panduan program; (7) aktivitas evaluasi memungkinkan

  • 5

    para koordinator guru untuk memonitor program; (8) komite penasehat untuk

    menyeimbangkan aspek jender/etnik/komunitas okupasi memberi sa-ran dan

    penugasan dalam perencanaan, pengembangan dan implementasi; (9)

    kesepakatan/perjanjian pelatihan tertulis dan rencana-rencana pembelajar

    perseorangan dikembangkan secara cermat dan disetujui oleh pengusaha/pemilik

    perusahaan, sponsor pelatihan, pembelajar dan koordinator; (10) pengusaha

    memberi kompensasi dan penghargaan kredit (sks) pada para pembelajar untuk

    penyelesaian pengalaman OJT yang lengkap; (11) tempat-tempat pelatihan WBL

    melekat/mengacu pada ketentuan hukum negara bagian ataupun federal dalam hal

    praktik-praktik ketenagakerjaan.

    Enam karakteristik berikutnya adalah: (12) waktu yang cukup (minimum

    satu setengah jam per minggu per orang) disediakan untuk koordinator guru untuk

    mengadakan koordinasi dan supervisi; (13) para koordinator guru menyediakan

    kontrak yang diperluas untuk membantu para sponsor pelatihan, mengembangkan

    rencana pelatihan, memperbaharui catatan, mensupervisi pembelajar dan

    menangani/mengem-bangkan program/kegiatan; (14) para penasehat/pembimbing

    dan koordinator guru bekerja sama secara erat dalam upaya pelaksanaan WBL; (15)

    hasil studi tindak lanjut yang diadakan oleh koordiantor guru dan pembimbing

    dimanfaatkan untuk meningkatkan program dan rencana kedepan; (16) fasilitas

    yang cukup disediakan untuk para koordinator guru termasuk kantor, telepon, dan

    kelas instruksional yang cukup; (17) para koordinator guru harus mengetahui

    manfaat WBL dan mempromosikan pengalaman WBL ke berbagai kalangan

    termasuk ke para siswa, orangtua, pengusaha, dan komunitas mereka.

    Manfaat Work-based Learning

    Berikut manfaat Work-based Learning (Morley, 2010):

    a. Manfaat bagi peserta

    1) Meningkatkan motivasi

  • 6

    2) Mengembangkan tanggungjawab dan kematangan dengan penguatan

    sumber-daya manusia, ketrampilan menyelesaikan masalah,

    kepercayaan diri, dan disiplin diri.

    3) Memberikan kesempatan untuk mengembangkan pilihan okupasi

    dalam pembuatan pendidikan dan pelatihan jangka panjang atau

    investasi masa depan.

    4) Menawarkan perencanaan organisasi pelatihan dalam pekerjaan dalam

    kondisi bisnis aktual.

    5) Mengembangkan ketrampilan human relation melalui interaksi personal

    dalam setting pekerjaan.

    6) Menyediakan ketrampilan profesional untuk membantu pembelajar

    membuat transisi dari sekolah ke bekerja.

    7) Meningkatkan kepedulian tanggungjawab sosial dan kemasyarakatan.

    8) Meningkatkan kemungkinan mendapatkan pekerjaan dan keahlian.

    9) Menambah sumber finansial.

    10) Mengurangi peluang resiko siswa tinggal kelas.

    11) Memberikan pendidikan teknis yang lebih dibanding yang diberikan

    sekolah.

    12) Membuat instruksi akademik lebih relevan dan aplikatif dalam

    pekerjaan.

    b. Manfaat bagi pengusaha

    1) Memperoleh calon pekerja yang lebih baik

    2) Mengurangi biaya pelatihan

    3) Memiliki fungsi skrening/seleksi pekerja bersama sekolah

    4) Memberikan kesempatan untuk menilai pekerja sebelum diputuskan

    untuk dipekerjakan sebagai tenaga kerja penuh.

  • 7

    5) Mempersiapkan pekerja dengan rekam kehadiran yang lebih baik

    6) Menguji pengusaha untuk memperoleh pajak kompensasi

    7) Memberikan pada para pekerja memperoleh gagasan-gagasan baru,

    pendekatan segar, dan antusiasme dalam bekerja

    8) Menawarkan masukan langsung dalam pendidikan dan latihan yang

    disedia-kan oleh pihak sekolah.

    9) Meningkatkan image dan prestise dari industri dan atau bisnis di antara

    sesama pembelajar dan dengan komunitas.

    c. Manfaat bagi sekolah

    1) Meningkatkan hubungan dan jaringan kerja dengan dunia usaha/industri

    2) Mengembangkan kemitraan di antara sekolah dengan komunitas

    3) Membuat kurikulum yang relevan dengan memperluas pengalaman di

    kelas dengan diintegrasikan antara teori dan praktek.

    4) Dosen memperoleh informasi yang lebih baik dan peduli terhadap

    kecenderungan mutakhir dari dunia usaha/industri.

    5) Membangun relasi publik yang positif, sehingga reputasi sekolah

    meningkat dan menarik para siswa baru

    6) Meningkatkan kualitas lulusan

    7) Menyediakan fasilitas pelatihan dunia usaha dan industri yang

    umumnya sulit untuk disediakan secara finansial oleh sekolah

    8) Menciptakan fleksibilitas kebutuhan individu siswa dengan tujuan

    d. Manfaat bagi komunitas

    1) Meningkatkan prospek lulusan untuk tetap tinggal dalam komunitas

    2) Melibatkan komunitas dalam menemukan kebutuhan pelatihan yang

    cocok

  • 8

    3) Membesarkan keberanian para anggota masyarakat muda untuk tetap

    peduli sekolah, hingga mengurangi problem komunitas dalam resiko

    drop out.

    4) Menghasilkan warga masyarakat yang lebih bertanggung jawab dalam

    usia yang lebih awal

    5) Mempromosikan hubungan yang lebih erat antara komunitas dengan

    sekolah.

    Implementasi Work-based Learning

    Adapun terkait implementasi model ini, Siswanto (Siswanto, 2011)

    mengutip WBL Guide menyebutkan berbagai bentuk/model WBL, antara lain :

    program magang (apprenticeship opportunities), Kepenasehatan karir (career

    mentorship), pengalaman kerja kooperatif (cooperative work experience), kredit

    belajar yang diakui (credit for prior learning-CPL), masa pembelajaran

    (internship), kerja terdampingi (job shadowing), praktik kerja (practicum),

    kewirausahaan berbasis sekolah (school-based enterpreunership), belajar memberi

    pelayanan (service learning), eksternship guru (teacher externship), persiapan

    pendidikan vokasi (tech-prep), organisasi mahasiswa vokasi (vocational student

    organizations), pelayanan sukarela (volunteer service), kunjungan lapangan

    (worksite field trip). Dibawah ini kami memaparkan implementasi WBL yang

    berkaitan dengan pelajaran PKn. (Komalasari, 2013)

    Model-model Pembelajaran Berbasis Kerja (WBL)

    1. Role Playing

    Role Playing adalah suatu model penguasaan bahan-bahan pelajaran

    melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan

    imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya

    sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya

    dilakukan lebih dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang

    diperankan.

    Kelebihan metode role playing

  • 9

    Melibatkan seluruh siswa di mana siswa dapat berpartisipasi dan

    mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja

    sama.

    a. Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.

    b. Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan

    dalam situasi dan waktu yang berbeda.

    c. Guru dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan

    pada waktu melakukan permainan.

    d. Permainan merupakan pengalaman belajar yang menyenangkan bagi

    anak.

    Misalnya siswa memerankan tokoh-tokoh yang terlibat dalam proses

    persidangan (hakim, jakwa, terdakwa, saksi, pembela, panitera, dan

    sebagainya) dan memahami fungsi peran masing-masing tokoh dalam

    proses persidangan serta memahami alur proses persidangan.

    2. Mendatangkan Model Pekerja ke Kelas

    Siswa memahami jenis pekerjaan tertentu beserta fungsi dan

    perannya secara langsung dari pekerja sebagai model yang didatangkan

    dalam pembelajaran di kelas. Misalnya untuk pembelajaran tentang

    peraturan perundang-undangan, guru mendatangkan anggota DPRD. Untuk

    pembelajaran tentang sistem hukum Indonesia, guru mendatangkan hakim

    atau jaksa.

    3. Studi Lapangan Kerja

    Siswa memahami jenis pekerjaan tertentu beserta fungsi dan

    perannya secara langsung dengan mendatangi lokasi atau instansi tempat

    bekerja. Misalnya untuk mempelajari tentang pemerintahan desa, siswa

    melakukan kunjungan ke kantor desa. Untuk mempelajari proses

    persidangan maka siswa diajak ke pengadilan negeri.

    4. Aktivitas Ekstrakurikuler dan Pengembangan Diri

    Aktivitas siswa dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler dan pengembangan

    diri merupakan suatu wahana pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.,

    misalnya kepemimpinan, tanggung jawab, kerja sama, toleransi,

  • 10

    penghargaan terhadap perbedaan pendapat, dan sebagainya. Oleh karena itu,

    di dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan guru hendaknya

    memberikan penilaian dan penghargaan terhadap siswa yang aktif dalam

    kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri merupakan kegiatan

    pembiasaan nilai, sikap, dan perilaku yang sesuai dengan norma sekolah,

    agama dan hukum dalam kehidupan di sekolah. Oleh karena itu, guru

    hendaknya memiliki catatan harian tentang sikap dan perilaku siswa.

    Kegiatan ekstrakurikuler dan pengembangan diri ini mendukung

    pencapaian hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan terutama terkait

    dengan pembentukan civic skills dan civic dispositions.

    BAB III KESIMPULAN

    Work-based Learning (WBL) secara ekspresif menggabungkan antara teori

    dengan praktik, pengetahuan dengan dunia nyata. Secara garis besar, WBL patut

    digunakan dan implementasikan di sekolah kejuruan/vokasi untuk berbagai macam

    mata pelajaran termasuk PKn, karena beberapa hal, antara lain: WBL menawarkan

    kesempatan yang banyak untuk belajar diluar pembelajaran tradisional. WBL

    muncul karena adanya tuntutan untuk mencapai mutu lebih tinggi, efisiensi dan

    keterkaitan pendidikan dengan pekerjaan. Selain itu, WBL dibutuhkan karena

    perlunya pengembangan keterampilan kerja para siswa untuk masa depan

    ketenagakerjaan. WBL diperlukan karena kebutuhan untuk life-long education dan

    career-long education di tempat kerja. WBL diperlukan karena kebutuhan untuk

    pengembagan karir dan pengembangan profesional. Pada prinsipnya WBL adalah

    untuk memposisikan kembali kerjasama antara pendidikan tinggi dan dunia kerja.

    Kerangka pembelajaran dikerjakan ditempat kerja akan tetapi tidak serupa dengan

    bekerja. Melalui WBL diperkenalkan bagaimana prior learning mendapat tempat

    atau dapat diakreditasi. WBL menuntut fleksibilitas yang tinggi dari perusahaan

    maupun dari perguruan tinggi. Dunia kerja berubah sedemikian cepat, oleh karena

    itu pembelajaran di perguruan tinggi harus sedekat dan erelevan mungkin dengan

    dunia kerja.

  • 11

    DAFTAR PUSTAKA

    Boud, D., & Solomon, N. (2003). Work-based Learning: A New Higher Education.

    Great Britain: Marston Book Services Limited, Oxford.

    Fink, K. F., Rokkjaer, O., & Schrey, K. (2007). Work based learning and facilitated

    work based learning. Aalborg: TREE (Teaching and Research in

    Engineering in Europe).

    Komalasari, K. (2013). Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT. Refika Aditama.

    Little, B. (2006). Employability and work-based learning. London: HEA.

    Morley, R. (2010). Workplace Learning Guide 2010: Learning for Life in the 21st

    Century. ED Options.

    Schunk, D. H. (2012). Learning Theories: An Education Perspective. Teori-teori

    Pembelajaran: Perspektif Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

    Siswanto, B. T. (2011). Pendidikan Vokasi, Work-Based Learning, dan

    Penyelenggaraan Program Praktik Pengalaman Lapangan. Workshop

    Penyusunan Buku Panduan Penulisan Laporan KP, TA, Skripsi Fakultas

    Teknik Universitas Muhammadiyah Magelang, (hal. 1-18). Magelang.

    Wahab, A. A., & Sapriya. (2011). Teori dan Landasan Pendidikan

    Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta.

    Woltering, V., Herrler, A., Spitzer, K., & Spreckelsen, C. (2009). Blended learning

    positively affects students satisfaction and the role of the tutor in problem

    based learning process : results of a mixed method evaluation. Adv in Health

    Sci Educ, 725-738.