Wilayah Tawuran dan Wilayah Damai Tawuran Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat Abiram Benhard Mauliate, Triarko Nurlambang, dan Djamang Ludiro Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia E-mail: [email protected]Abstrak Kecamatan Johar Baru merupakan suatu daerah yang memiliki jumlah kepadatan penduduk dan jumlah pemukiman kumuh yang tinggi. Tingginya kepadatan penduduk dan pemukiman kumuh akan berdampak terhadap timbulnya konflik kekerasan yaitu tawuran. Tawuran antar geng sudah membentuk wilayah-wilayah tawuran di Kecamatan Johar Baru. Namun, tidak semua wilayah di Kecamatan Johar Baru merupakan wilayah tawuran, terdapat wilayah-wilayah damai tawuran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi terbentuknya wilayah tawuran dan wilayah damai tawuran di Kecamatan Johar Baru. Hasil Penelitian menunjukkan bila wilayah tawuran berada pada wilayah dengan jumlah kepadatan penduduk tinggi dan pemukiman kumuh yang ditandai adanya wilayah kekuasaan geng. Sedangkan, wilayah damai tawuran berada pada wilayah dengan jumlah kepadatan penduduk yang rendah dan pemukiman tidak kumuh yang tidak memiliki wilayah kekuasaan geng. The Brawl and Area of Peace in Kecamatan Johar Baru, Central Jakarta Abstract Kecamatan Johar Baru is a region which has a high population density and a high number of slums. The high number of population density and slums will have an effect on conflict such as brawl. Brawl between gangs has already caused a forming of brawl area at Kecamatan Johar Baru. However, not all of the region in Kecamatan Johar Baru are brawl area, there are even peaceful area. This research is to find out the factors that may cause the brawl area and the peaceful area at Kecamatan Johar Baru. The result of the research shows that brawl area is located at an area with high population density and slums that marked the gang’s territory. On the other hand, the peaceful area is located at on area with has low population density and is not considered a slums that not have gang’s territory. Keywords: Population Density, Slums, Brawl, Brawl Area, Peace Area. Pendahuluan Kecamatan Johar Baru adalah kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk yang paling tinggi di Kotamadya Jakarta Pusat yang dihuni oleh 116.261 jiwa dengan luas wilayah 237,70 hektar. Tingginya kepadatan penduduk akan menyebabkan suatu wilayah memiliki potensi konflik yang sangat besar. Hal ini dibuktikan dengan adanya penamaan pada Kecamatan Johar Baru yakni “Kampung Tawuran”. Tawuran di Kecamatan Johar Baru didominasi oleh Tawuran antar Geng. Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014
21
Embed
Wilayah Tawuran dan Wilayah Damai Tawuran Kecamatan Johar ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Wilayah Tawuran dan Wilayah Damai Tawuran
Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat
Abiram Benhard Mauliate, Triarko Nurlambang, dan Djamang Ludiro
Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia
Kecamatan Johar Baru merupakan suatu daerah yang memiliki jumlah kepadatan penduduk dan jumlah pemukiman kumuh yang tinggi. Tingginya kepadatan penduduk dan pemukiman kumuh akan berdampak terhadap timbulnya konflik kekerasan yaitu tawuran. Tawuran antar geng sudah membentuk wilayah-wilayah tawuran di Kecamatan Johar Baru. Namun, tidak semua wilayah di Kecamatan Johar Baru merupakan wilayah tawuran, terdapat wilayah-wilayah damai tawuran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi terbentuknya wilayah tawuran dan wilayah damai tawuran di Kecamatan Johar Baru. Hasil Penelitian menunjukkan bila wilayah tawuran berada pada wilayah dengan jumlah kepadatan penduduk tinggi dan pemukiman kumuh yang ditandai adanya wilayah kekuasaan geng. Sedangkan, wilayah damai tawuran berada pada wilayah dengan jumlah kepadatan penduduk yang rendah dan pemukiman tidak kumuh yang tidak memiliki wilayah kekuasaan geng.
The Brawl and Area of Peace in Kecamatan Johar Baru, Central Jakarta
Abstract
Kecamatan Johar Baru is a region which has a high population density and a high number of slums. The high number of population density and slums will have an effect on conflict such as brawl. Brawl between gangs has already caused a forming of brawl area at Kecamatan Johar Baru. However, not all of the region in Kecamatan Johar Baru are brawl area, there are even peaceful area. This research is to find out the factors that may cause the brawl area and the peaceful area at Kecamatan Johar Baru. The result of the research shows that brawl area is located at an area with high population density and slums that marked the gang’s territory. On the other hand, the peaceful area is located at on area with has low population density and is not considered a slums that not have gang’s territory.
Keywords: Population Density, Slums, Brawl, Brawl Area, Peace Area.
Pendahuluan
Kecamatan Johar Baru adalah kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk yang
paling tinggi di Kotamadya Jakarta Pusat yang dihuni oleh 116.261 jiwa dengan luas wilayah
237,70 hektar. Tingginya kepadatan penduduk akan menyebabkan suatu wilayah memiliki
potensi konflik yang sangat besar. Hal ini dibuktikan dengan adanya penamaan pada
Kecamatan Johar Baru yakni “Kampung Tawuran”. Tawuran di Kecamatan Johar Baru
didominasi oleh Tawuran antar Geng.
Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014
Tawuran yang sering terjadi di Kecamatan Johar Baru adalah tawuran antar geng.
Tingginya tingkat tawuran akan membentuk wilayah konflik yang dapat disebut sebagai
Wilayah Tawuran. Namun, bukan hanya wilayah tawuran saja yang ada di Kecamatan Johar
Baru, melainkan wilayah damai tawuran pun ada di wilayah kecamatan ini. Dalam tawuran
geng ini tergambar berbagai geng yang terbentuk dari solidaritas sosial yang kuat, baik
berdasarkan ruang sosial maupun perasaan senasib menjadi kendala bagi para anggota geng
untuk dapat memiliki kehidupan sosial yang lebih baik. Geng-geng yang sangat banyak
bermunculan menjadi pemeran dalam kekerasan kolektif.
Tawuran yang sudah menjadi konflik di Johar Baru mendapatkan penyelesaian, salah
satunya dengan membangun upaya damai. Damai yang didambakan oleh seluruh warga johar
baru sampai sekarang belum bisa terwujud apabila setiap geng masih melakukan tawuran.
Tawuran di Kecamatan Johar Baru telah berlangsung lama dan hampir menjadi budaya,
karena sangat sering dilakukan, sehingga banyak terdapat lokasi-lokasi yang sering menjadi
arena tawurang geng. Lokasi-lokasi tawuran geng sebagian besar terletak di jalan-jalan yang
berdekatan dengan pemukiman yang kumuh dan miskin. Namun, disamping banyaknya
lokasi-lokasi baik jalan maupun wilayah yang menjadi wilayah tawuran, terdapat pula
wilayah-wilayah aman dan tidak terkena konflik yang dapat dikatakan wilayah tersebut
menjadi wilayah damai dari kejadian tawuran. Dalam penelitian ini memiliki 2 rumusan
masalah yaitu :
1. Dimanakah lokasi wilayah tawuran dan wilayah damai tawuran di Kecamatan
Johar Baru?
2. Bagaimana kondisi sosial-ekonomi wilayah tawuran dan wilayah damai
tawuran di Kecamatan Johar Baru?
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui faktor-faktor apa yang dapat
mempengaruhi terbentuknya wilayah tawuran dan wilayah damai tawuran di Kecamatan
Johar Baru.
Tinjauan Teoritis
Tawuran adalah termasuk tingkah laku kolektif yang dilakukan para individu yang
biasanya dalam kehidupan sehari-hari bertingkah laku normal, dalam arti selalu tunduk
hukum, taat terhadap nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku. Para individu yang
biasanya bertingkah laku pro sosial tersebut kemudian terlibat dalam tindak kekerasan yang
bukan merupakan karakter kepribadiannya adalah karena di bawah pengaruh kerumunan
Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014
(Mustofa, 1998:57). Miller (1982) mendefinisikan geng adalah suatu asosiasi diri yang
dibentuk dari individu-individu yang disatukan oleh kepentingan bersama yang memiliki
pemimpin dan organisasi internal yang bertindak secara kolektif untuk mencapai tujuan
tertentu. Termasuk pelaksanaan kegiatan ilegal dan pengontrolan suatu wilayah tertentu. Dari
pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa tawuran geng adalah perkelahian yang yang
dilakukan oleh sekelompok orang yang mana perkelahian tersebut dilakukan oleh kelompok
geng yang bertujuan untuk menguasai wilayah, menyakiti dan merusak. Curry dan Spergel
(1988) juga berpendapat bahwa geng yang terorganisir secara kompleks akan terlibat dalam
berbagai kejahatan kekerasan, konflik dengan geng lainnya dan sering menunjukkan wilayah
kekuasaan/wilayah khas dan tanda-tanda geng.
Peristiwa tawuran yang menjadi suatu tindakan kriminal berkaitan dengan
Enviromental Criminology, adalah suatu teori yang mencari suatu keterkaitan antara kejadian
kriminal dengan kondisi sekitar dimana kejadian itu berlangsung (Wortley dan Mazerolle,
2008). Environmental Criminology menjelaskan bahwa suatu kejadian kriminal harus
dipahami sebagai gabungan dari pelaku, korban atau target kriminal, dan hukum yang berlaku
dalam suatu situasi spesifik di waktu dan tempat tertentu (Brantingham dan Brantingham,
1991 dalam Wortley dan Mazerolle, 2008). Environmental Criminology bertujuan bukan
untuk menjelaskan mengapa seorang penjahat melakukan suatu kejahatan tapi untuk
memahami berbagai aspek yang ada dalam suatu kejadian kriminal untuk mengidentifikasi
pola perilaku dan faktor lingkungan yang membuat munculnya kesempatan untuk tindak
kejahatan dan aktivitas yang tidak diinginkan lainnya (Brantingham dan Brantingham, 1990
dalam Boba, 2008).
Melihat Tawuran dari sudut pandang kriminologi yang sosiologis, konflik sosial dapat
dibagi menjadi dua perspektif, yaitu konflik dianggap sebagai sesuatu yang selalu eksis dan
mewarnai segenap aspek interaksi manusia dan struktur sosial. Perspektif yang kedua ialah
pertikaian yang terbuka yaitu tawuran. Contoh lain dari konflik kedua (pertikaian terbuka)
yaitu perang, gerakan pemberontakan, aksi mogok dan pergerakan revolusi ( Kuper & Jessica
Kuper, 2000). Tawuran ini merupakan fenomena laten, yang suatu saat bisa muncul kapan,
dimana dan tiba-tiba (Sheila, 2001). Tawuran memang bukan hanya fenomena yang terjadi di
Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Di kota-kota besar di negara-negara lain pun
perilaku ini menjadi persoalan dari zaman ke zaman.
Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014
Melihat tawuran dalam hubungannya dengan wilayah sama dengan mengakui
kehadiran suatu kaitan erat antara berbagai gejala tersebut dan struktur perkotaan. Fanneman
(1916) mengatakan wilayah adalah area yang mempunyai karakteristik kenampakan
permukaan yang sama dan kenampakan ini sangat berbeda dengan kenampakan-kenampakan
lain di daerah sekitarnya. Wilayah tawuran adalah suatu area yang memiliki kesamaan pada
tindak kekerasan dalam bentuk perkelahian antar kelompok. Terbentuknya wilayah tawuran
geng tidak lepas dari berbagai faktor yang dapat membentuk wilayah tersebut. faktor-faktor
pembentuk wilayah tawuran yaitu sebagai berikut :
1. Faktor Internal
• Wilayah Kekuasaan Geng
Kelompok geng berada diantara kelompok kriminal dan kelompok
masyarakat, mereka mencoba untuk mendapatkan kontrol atas wilayah dan
untuk mengawasi kegiatan kriminal didaerah tersebut dan untuk melindungi
orang-orang yang tinggal di daerah mereka. Mereka akan memberi perlawanan
apabila ada sesuatu hal yang ikut campur dalam wilayah mereka (Oliver
Bangerter, 2010).
Hampir setiap geng yang ada di suatu wilayah bertujuan agar geng
yang mereka bentuk mendapat pengakuan dari masyarakat dan geng lainnya.
Ridwan (2006) menyatakan, alasan terlibatnya para remaja dalam tawuran
adalah keinginan untuk diakui oleh teman sekelompoknya. Mereka
mengharapkan pengakuan akan keberadaannya terhadap orang lain, terutama
di lingkungan pertemanan dan tempat mereka tinggal. Karena dengan
melakukan tawuran, mereka akan mendapat perhatian lebih dan menjadi lebih
oleh kalangan teman-temannya dan geng-geng lain, yang hal ini dinilai sebagai
tindakan positif oleh para pelaku tawuran. Wilayah kekuasaan geng akan
menjadi perbatasan wilayah antar geng. Dimana tawuran dapat terjadi apabila
salah satu dari geng melakukan sesuatu hal yang negatif di wilayah geng
lainnya. Wilayah kekuasaan geng dapat ditunjukan berdasarkan tempat kumpul
geng dan simbol-simbol geng.
2. Faktor Eksternal
• Kondisi Sosial-Ekonomi
Kondisi tempat tinggal dan lingkungannya adalah faktor eksternal yang
menjadi rangsangan terhadap respon yang muncul pada individu dan kelompok
Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014
tertentu. Bagaimana individu atau kelompok menyikapi kualitas tempat
tinggalnya akan menyebabkan terjadinya perbedaan perilaku yang timbul pada
masing–masing individu dan kelompok. Baik buruknya kondisi lingkungan
fisik tempat tinggal merupakan salah satu unsur dalam membangun interaksi
antara remaja sebagai subyek dan lingkungan sebagai obyek (Saad, 2003).
Berdasarkan definisi kondisi tempat tinggal yang ada, karakteristik
remaja dengan kondisi lingkungan tempat tinggal yang tidak berkualitas,
kumuh dan miskin, kepadatan penduduk yang tinggi, kurang memenuhi
prasyarat kesehatan, serta tingkat kriminalitas tinggi atau dapat dikatakan
buruk akan menyebabkan kecenderungan remaja untuk mengikuti atau
mencontoh perlakuan yang ada dalam lingkungan mereka semakin besar.
Durkheim (1912) mengatakan bahwa kepadatan penduduk yang
maksimal mengakibatkan persaingan dan kompetisi dikalangan penduduk
menjadi sangat ketat. Kepadatan penduduk yang tinggi akan menyebabkan
tekanan penduduk terhadap lahan menjadi meningkat pula. Nilai tekanan
penduduk yang sudah mencapai ambang batas akan berpotensi menimbulkan
beberapa ancaman permasalahan seperti konflik agraria, konflik politik,
konflik kekerasan, kemiskinan, sulitnya mencari kerja, bencana alam, dan
masalah lain.
Berdasarkan definisi tersebut persaingan dan kompetisi ditimbulkan
oleh tingginya tingkat kesesakan dan persenggolan antar penduduk disuatu
wilayah. Persaingan dapat menimbulkan dampak negatif dan dampak positif.
Dampak positif persaingan dapat menimbulkan proses asosiatif yang berupa
kerjasama, akomodasi dan lainnya. Sedangkan dampak negatif yang
ditimbulkan dari persaingan adalah proses disosiatif yang berupa konflik,
pertengkaran, perang, dan tindak kekerasan lainnya.
Duska dan Whelan (1982) menyatakan bahwa, mutu lingkungan sosial
mempunyai pengaruh yang signifikan kepada cepatnya perkembangan
penalaran moral dan tingkatan perkembangan yang dicapai seseorang. Remaja
yang tinggal di lingkungan konflik perkelahian akan cenderung untuk meniru
dan mengikuti perilaku kekerasan yang dilihatnya. Realitas ini perlu mendapat
perhatian tersendiri, karena perkembangan akhlak, watak, kepribadian dan
moral seseorang akan sangat ditentukan oleh kondisi dan situasi yang terdapat
dalam lingkungan sekitarnya (Mardiya, 2005).
Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014
Umumnya coping strategi dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk
mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya. dan coping dipandang
sebagai suatu usaha untuk menguasai situasi tertekan, tanpa memperhatikan akibat dari
tekanan tersebut. Namun ingat coping bukanlah suatu usaha untuk menguasai seluruh situasi
yang menekan, karena tidak semua situasi tertekan dapat benar-benar dikuasai. Kehidupan
manusia tidak selamanya berjalan dengan lurus, tenang, penuh kegembiraan, dan
kebahagiaan. Kadangkala manusia diharuskan menghadapi berbagai persoalan, rintangan,
hambatan dan konflik dalam kehidupannya. Beberapa dari persoalan tersebut sederhana dan
dapat diselesaikan, tetapi ada juga beberapa persoalan yang sangat sulit untuk diatas sehingga
dapat menimbulkan tekanan psikologis dan keadaan yang tidak seimbang. Menurut Parry
(1992) keadaan tersebut membuat suatu individu maupun kelompok melakukan berbagai
usaha yang bertujuan untuk dapat menguasai, meredakan, atau menghilangkan berbagai
tekanan yang dialaminya. Berbagai usaha tersebut dikenal dengan istilah coping.
Coping juga diperkuat dengan adanya antisipasi dan akomodasi yang dilakukan oleh
suatu individu maupun kelompok untuk dapat menyesuaikan diri dengan suatu stress.
Menurut Soekanto (2005), akomodasi sebuah bentuk usaha untuk mengurangi pertentangan
antara orang perorang atau kelompok-kelompok di dalam masyarakat akibat perbedaan paham
atau pandangan. Sedangkan antisipasi adalah suatu perhitungan tentang hal-hal yang belum
terjadi, penyesuaian mental terhadap peristiwa yang akan terjadi KBBI (Kamus Besar Bahasa
Indonesia). Dengan terbentuknya tindak antisipasi dan akomodasi yang tepat maka konflik
pun diharapkan dapat berkurang demi terciptanya wilayah yang aman, tentram dan damai.
Semua manusia yang ada di dunia ini sangat menginginkan kehidupan yang tentram,
aman dan nyaman. Menurut (Johan Galtung, 1967) damai memiliki dua wajah. Pertama,
damai yang negatif. Damai yang negatif adalah ketidakadaan perang atau kondisi tanpa
konflik langsung (absent of conflict). Kondisi tanpa konflik ini bukanlah kondisi yang tercipta
dengan sendirinya, namun membutuhkan prasyarat- prasyarat agar konflik tidak terjadi, yaitu
tidak adanya sebab-sebab yang mendorong terjadinya konflik. Wajah kedua dari perdamaian,
menurut Galtung adalah damai positif (positive peace). Damai yang positif adalah suasana
dimana terdapat kesejahteraan, kebebasan, dan keadilan. Sebabnya, damai hanya dapat terjadi
jika terdapat kesejahteraan, kebebasan, dan keadilan di dalam masyarakat. Tanpa itu tidak
akan pernah terjadi kedamaian yang sesungguhnya di dalam masyarakat.
Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014
Dalam membentuk dan membangun suatu wilayah yang damai tidak terlepas dari
kerjasama lingkungan pada wilayah tersebut. Pembangunan perdamaian adalah kegiatan-
kegiatan yang ditujukan untuk mengkonsolidasikan atau menginstitusi-onalisasikan
perdamaian. Semenjak tahun 1990-an kajian pembangunan perdamaian semakin meluas yang
meliputi berbagai aspek, seperti menciptakan atau memperkuat penegakan hukum dan
keamanan, institusionalisasi perdamaian, perbaikan ekonomi, dan penyediaan pelayanan-
pelayanan publik dasar bagi penduduk (Betrand, 2008). Terbentuknya wilayah damai tawuran
tidak lepas dari berbagai faktor yang dapat membentuk wilayah tersebut. Faktor-faktor
pembentuk wilayah damai tawuran yaitu sebagai berikut :
1. Faktor Internal
• Pencegahan Konflik
Fisher (2000) mengatakan bahwa pencegahan konflik adalah suatu
upaya untuk mencegah timbulnya konflik yang keras. Sedangkan dalam
Undang-Undang No.7 Tahun 2012 Pasal 1 Ayat 3 mengatakan bahwa
pencegahan konflik adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk
mencegah terjadinya Konflik dengan peningkatan kapasitas kelembagaan dan
sistem peringatan dini. Dengan demikian, pencegahan konflik di satu sisi
mengacu pada strategi-strategi untuk mengatasi konflik laten dengan harapan
dapat mencegah meningkatnya tindak kekerasan seperti tawuran. Pencegahan
konflik berperan sebagai tindakan antisipasi dan akomodasi yang dilakukan
oleh masyarakat sebelum terjadinya konflik tawuran. Adanya tindakan
antisipasi dan akomodasiterhadapa konflik ini akan membentuk suatu wilayah
yang tentram, aman dan damai.
2. Faktor Eksternal
• Kondisi Sosial-Ekonomi
Damai adalah sebuah kondisi yang diharapkan oleh setiap manusia
untuk memenuhi hak dasar terhadap kebutuhan sosial dan ekonominya dengan
baik serta memiliki rasa aman. Damai merupakan kondisi dalam masyarakat
yang tidak mengalami konflik pada komunitasnya dan hidup secara selaras
serasi seimbang.
Baik buruknya kondisi lingkungan fisik tempat tinggal merupakan
salah satu unsur dalam membangun interaksi antara remaja sebagai subyek dan
Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014
lingkungan sebagai obyek (Saad, 2003). Lingkungan tempat tinggal yang baik
akan membuat masyarakat terhindar dari suatu konflik seperti tawuran.
Lingkungan yang dapat baik dapat terlihat dari tingkat kriminalitas yang
rendah, sanitasi lingkungan yang sehat dan nyaman, dan rendahnya tingkat
kemiskinan di wilayah tersebut. Tingkat kemiskinan secara langsung dapat
terlihat dari kemampuan ekonominya dalam bentuk fisik rumah di lingkungan
tersebut. Pada umumnya fisik rumah semi permanen dan non-permanen
menunjukkan ekonomi yang rendah, sedangkan fisik rumah permanen
menunjukkan tingkat ekonomi yang tinggi.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian participatory acation research,menggunakan
metode wawancara, pemetaan lokasi kognitif dan rekaman suara. Untuk menjaga validitas dan
realibilitas diterapkan triangulasi data.
1. Pengumpulan data primer :
a) Wawancara
Kuisioner ini berisikan pertanyaan yang akan dijawab langsung oleh anggota
geng yang mejadi pelaku tawuran di kelurahan masing- masing. Dalam
kuisioner ini narasumber diharapkan dapat menjawab pertanyaan seputar
Umumnya geng-geng ini terbentuk karena adanya kebiasaan pemuda untuk
“nongkrong” atau berkumpul di sekitar daerah tempat tinggalnya. Para pemuda di Kecamatan
Johar Baru sangat terkenal dengan “nongkrong malam” atau dapat disebut berkumpul dari
malam hari hingga dini hari biasanya dimulai dari jam 19.00 - 04.00 Wib. Kegiatan yang
biasa dilakukan pemuda saat nongkrong yaitu merokok, berbicara tentang pertandingan bola,
berbicara tentang wanita-wanita yang biasanya lewat didepan “tongkrongan” (tempat kumpul)
mereka, dan apabila hari sudah semakin malam para anggota geng biasa meminum minuman
ber-alkohol dan mengkonsumsi narkoba.
Geng-geng yang ada di Kecamatan Johar Baru membentuk wilayah kekuasaan geng.
Adanya wilayah kekuasaan geng menunjukkan penguasaan wilayah oleh geng dan akan
menjadi perbatasan wilayah antar geng. Tujuan utama geng membentuk wilayah kekuasaan
adalah untuk mendapat pengakuan dari masyarakat dang geng lainnya. Pada gambar 2
Wilayah kekuasaan geng ditandai dengan adanya lokasi tempat berkumpulnya geng dan
simbol-simbol dari geng.
Berdasarkan hasil wawancara dengan anggota geng, menunjukkan bahwa Kelurahan
Tanah Tinggi memiliki jumlah geng yang lebih banyak dibandingkan dengan kelurahan lain.
Besarnya jumlah geng yang berada pada suatu kecamatan berpengaruh pada wilayah
kekuasaan geng, apabila semakin meningkatnya jumlah geng, maka wilayah-wilayah
kekuasaan juga akan ikut meningkat. Wilayah kekuasaan geng terbagi menjadi dua yaitu :
wilayah kekuasaan sendiri dan wilayah kekuasaan bersama. Dimana wilayah kekuasaan
sendiri dimiliki hanya oleh satu geng, sedangkan wilayah kekuasaan bersama dimiliki oleh
beberapa geng.
Setiap geng di setiap kelurahan di Kecamatan Johar Baru memiliki musuh yang
berbeda-beda. Namun, banyak pula geng-geng yang melakukan aliansi dan menyatukan
kekuatan untuk melawan geng lain. Dimana pada saat tawuran antar dua geng terjadi, maka
tidak jarang aliansi dari geng yang bertikai datang membantu sehingga tawuran akan
berkembang menjadi tawuran yang lebih besar. Hal ini sudah menjadi tradisi dan dendam
dalam waktu yang cukup lama sehingga menjadi suatu kebiasaan yang ada dalam suatu geng
tersebut. Dimana setiap geng akan tawuran dengan geng lawan yang sama pada waktu yang
berulang-ulang.
Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014
Pada gambar 3, dapat terlihat adanya permusuhan antar geng-geng di Kecamatan Johar
Baru. Pada Kelurahan Tanah Tinggi Geng Gang 10 paling banyak memiliki musuh berjumlah
5 geng yaitu : Geng Gang 12, Margalung, Amabrul, Tamper, dan Pingrel. Pada Kelurahan
Kampung Rawa Geng Gogat paling banyak memiliki musuh berjumlah 4 geng yaitu : Geng
Kota Paris, Madesu, Bhengal, dan Gembrong. Pada Kelurahan Johar Baru Geng Kramat Jaya
yang memiliki banyak musuh berjumlah 4 geng yaitu : Geng PBR, Gempal, Jotet, dan
Bonawi. Sedangkan pada Kelurahan Galur terlihat permusuhan geng terlihat lebih sedikit
dibandingkan kelurahan lainnya.
Adanya fakta bahwa permusuhan antar geng bisa terjadi bukan karena hanya dalam
satu kelurahan yang sama, melainkan lintas kelurahan dan bahkan lintas kecamatan. Dalam
gambar3, menunjukkan adanya permusuhan pada lintas kelurahan yaitu antara Geng Kota
Paris (Kelurahan Kampung Rawa) dan Geng Baladewa (Kelurahan Tanah Tinggi). Sedangkan
pada lintas luar Kecamatan Johar Baru Geng Gang 10 sering bermusuhan dengan anak-anak
Gambar 2. Wilayah Kekuasaan Geng, Kec. Johar Baru Gambar 3. Permusuhan Geng, Kec. Johar Baru
Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014
geng daerah Kecamatan Senen dan Kecamatan Kemayoran, seperti yang dituturkan oleh
informan sebagai berikut :
“Ya, kita juga pernah tawuran tapi bukan sama anak-anak sini.. Contohnya aja neh yang paling deket tuh Kecamatan Senen, sering kita ribut sama anak-anak kwitang situ, tongkrongannya di gang listrik yang paling gede.. Kalo mau lebih jauh lagi nih kita juga ribut sama anak pejambon di monas, kadang kita yang nyamperin kesana.. (Informan Bennay, anggota geng Gang 10, Kelurahan Tanah Tinggi)
Pada gambar 4, terdapat gambaran dari aliansi-aliansi yang dibentuk geng pada
setiap kelurahan. Garis aliansi yang terlihat dalam gambar, menunjukkan bahwa aliansi-
aliansi memiliki pola yang sama yaitu berdekatan dengan geng-geng aliansinya. Telihat pada
Gang 12 yang mempunyai aliansi dengan geng yang berdekatan yaitu geng : tamper, amabrul,
dan margalung. Geng 12 melakukan aliansi dikarenakan sedikitnya anggota geng dan untuk
pertahanan wilayah saat tawuran dengan Geng Gang 10. Jarak aliansi antar geng memiliki
jarak yang cukup dekat di dalam suatu wilayah kelurahan. Hal ini dapat terjadi bukan karena
adanya solidaritas pertemanan yang kuat di antara geng, melainkan aliansi ini dibentuk untuk
mempertahankan wilayah dari serangan apabila tawuran semakin besar. Apabila terjadi
tawuran yang besar, maka anggota geng bersiap-siap dan berjaga jaga di daerah mereka
Gambar 4. Aliansi Geng, Kec. Johar Baru
Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014
masing-masing untuk mencegah pelaku tawuran masuk, melempari, dan merusak wilayah
mereka.
c. Pencegahan Konflik Sebagai Penghalang Tawuran
Menurut Johan Galtung (1967) damai yang negatif dapat diartikan dengan tidak
adanya perang atau kondisi tanpa konflik langsung. Tidak adanya suatu konflik tidak dapat
tercipta dengan sendirinya, namun membutuhkan syarat-syarat agar konflik tidak dapat
terjadi, yaitu tidak adanya sebab-sebab yang mendorong terjadinya konflik. Wajah yang
kedua yaitu damai positif yaitu adalah suasana terdapat adanya kesejateraan, kebebasan, dan
keadilan di dalam masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian, Kecamatan Johar Baru memiliki wilayah damai negatif
yang dapat dikatakan sebagai wilayah damai tawuran. Namun wilayah damai ini pun tidak
mudah untuk dapat terbentuk. Berdasarkan definisi damai negatif, suatu wilayah harus
memiliki syarat-syarat untuk dapat mengurangi sebab-sebab terjadinya suatu konflik agar
kasus seperti tawuran tidak terjadi berulang-ulang di Kecamatan Johar Baru. Para anggota
geng memberi pengertian menurut mereka tentang wilayah damai sebagai berikut :
Wilayah yang pemuda nongkrongnya sedikit, yang tidak ada konflik masalah terhadap kelompok nongkrong yang lain. Menurut Saya lokasi tersebut jarang terlibat tawuran karena orangtua anak tersebut mengajarkan yang positif agar berperilaku baik terhadap lingkungan sekitarnya, sedangkan dengan wilayah yang kelompok nongkrong yang terlibat tawuran perbedaannya kelompok nongkrong yang negatif. Kenapa saya bilang negatif karena kelompok nongkrong tersebut ada yang setiap malamnya berpestas minuman ber-alkohol dan ada yang menghisap ganja dan ada yang mengkonsumsi obat-obatan menurut saya merekalah yang terlibat tawuran di Kecamatan Johar Baru (Informan Rey, Anggota Geng Gogat, Kelurahan Kampung Rawa)
Dimana suatu warga merasa aman dan nyaman, suatu geng saling menghormati, dan mengadakan hal-hal yang berbau positif (Informan Cylle, Anggota Geng Gang 10, Kelurahan Tanah Tinggi)
Berdasarkan ungkapan yang diberikan para anggota geng, dapat menunjukkan bahwa
wilayah damai dapat terbentuk dengan adanya suatu syarat yaitu tidak adanya konflik, adanya
keberadaan geng, dan adanya usaha yang dilakukan untuk mencegah adanya konflik. Hal ini
sejalan dengan adanya strategi coping pada wilayah Kecamatan Johar Baru. MacArthur
(1999) mendefinisikan strategi coping sebagai upaya-upaya khusus, baik behavioral maupun
psikologis, yang digunakan orang untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau
meminimalkan dampak kejadian yang menimbulkan stress. Tawuran merupakan sumber
stress dan perlu diberikan berbagai upaya untuk dapat mengurangi dan meminimalisir
dampak-dampak yang terjadi dari tawuran tersebut.
Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014
Gowan (1999) mendefinisikan strategi coping sebagai upaya yang dilakukan oleh individu
untuk mengelola tuntutan eksternal dan internal yang dihasilkan dari sumber stres. Untuk
dapat mengurangi stress diperlukan adanya tindakan antisipasi dan akomodasi. Untuk dapat
mengurangi stress diperlukan adanya tindakan antisipasi dan akomodasi. Antisipasi adalah
suatu tindakan yang bertujuan untuk dapat mencegah tawuran terjadi, sedangkan akomodasi
adalah sebuah bentuk tindakan untuk mengurangi terjadinya tawuran. Bentuk tindakan
antisipasi dapat terlihat berdasarkan keamanan lingkungan dan tindak akomodasi yaitu denan
adanya penolakan masyarakat terhadap adanya geng di Kecamatan Johar Baru Adanya
tindakan pencegahan konflik dapat membentuk wilayah-wilayah yang dapat dikatakan
sebagai wilayah damai. Wilayah ini ditandai dengan tidak adanya keberadaan geng dan
konflik antar geng. Namun, tindakan pencegahan konflik bukan semata sebagai faktor yang
dapat membentuk wilayah damai tawuran.
Pada gambar 5, Kondisi sosial-ekonomi wilayah juga mempunyai pengaruh yang menjadi
acuan suatu wilayah dapat dikatakan sebagai wilayah damai tawuran. Dengan tidak adanya
pemukiman kumuh dan rendahnya jumlah kepadatan penduduk di suatu wilayah dapat
menggambarkan wilayah tersebut dikatakan sebagai wilayah yang damai. Berdasarkan hasil
penelitian, wilayah Kelurahan Johar Baru berpotensi sebagai wilayah yang damai. Pada
kelurahan ini memiliki jumlah pemukiman kumuh yang sedikit dan memiliki kepadatan
penduduk yang rendah.
d. Wilayah Tawuran dengan Kondisi Sosial-Ekonomi
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa tingkat kepadatan penduduk yang tinggi akan
berpotensi menimbulkan suatu konflik. Durkheim (1912) mengatakan bahwa kepadatan
penduduk yang maksimal mengakibatkan persaingan dan kompetisi dikalangan penduduk
menjadi sangat ketat. Kepadatan penduduk yang tinggi akan menyebabkan tekanan penduduk
terhadap wilayah menjadi meningkat pula. Nilai tekanan penduduk yang sudah mencapai
ambang batas akan berpotensi menimbulkan beberapa ancaman permasalahan seperti konflik
agraria, konflik politik, konflik kekerasan, kemiskinan, sulitnya mencari kerja, bencana alam,
dan masalah lain.
Pada Kecamatan Johar Baru yang notabene adalah wilayah yang memiliki kepadatan
penduduk yang tinggi, sehingga persaingan-persangan akan timbul lebih banyak. Persaingan
yang ada di Kecamatan Johar Baru bukan termasuk persaingan yang positif, melainkan
persaingan negatif yang ditandai dengan adanya tindakan kekerasan seperti tawuran.
Berdasarkan gambar 6, terlihat bahwa Kelurahan Kampung Rawa merupakan kelurahan yang
Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014
memiliki kepadatan penduduk paling tinggi sebesar 88.013 Jiwa/Km2, dan pada peringkat
kedua yaitu Kelurahan Tanah Tinggi sebesar 72.243 Jiwa/Km2 pada tahun 2012. Pada urutan
ketiga yaitu Kelurahan Galur sebesar 69.384 Jiwa/Km2, dan Keluraha Johar Baru yang
memiliki kepadatan penduduk yang paling rendah dibanding kelurahan lainnya sebesar
36.698 Jiwa/Km2.
Berdasarkan hasil penelitian (lihat gambar 6) terdapat 6 wilayah tawuran di
Kelurahan Kampung Rawa, 4 wilayah tawuran berada di bagian barat dan tengah wilayah
kelurahan dan 2 wilayah tawuran lainnya berada pada perbatasan Kelurahan Johar Baru. Pada
Kelurahan Johar Baru yang terdapat 5 wilayah tawuran, 2 wilayah berbatasan dengan
Kelurahan Kampung Rawa dan sisanya berada di sebelah barat wilayah Kelurahan Johar
Baru. Pada Kelurahan Galur hanya terdapat 2 wilayah tawuran. Pada Kelurahan Tanah Tinggi
terdapat 7 wilayah tawuran yang tersebar, wilayah Kelurahan Tanah Tinggi memiliki jumlah
wilayah tawuran yang lebih besar, hal ini terjadi karena tingginya kepadatan penduduk dan
didukung jumlah geng yang banyak di Kelurahan Tanah Tinggi. Berdasarkan data tersebut
Gambar 5. Wilayah Damai Tawuran, Kec. Johar Baru
Gambar 6. Kepadatan Penduduk pada Wilayah Tawuran, Kec. Johar Baru
Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014
dapat menunjukkan bahwa kepadatan penduduk berpengaruh sebagai pemicu persaingan
negatif hingga membentuk konflik tawuran yang terjadi di Kecamatan Johar Baru
Buruknya kualitas fisik dan lingkungan di pemukiman kumuh turut membuat
pengaruh yang buruk pula terhadap tumbuh kembang pemuda di kecamatan ini. Para anggota
geng yang sering melakukan tawuran umumnya tinggal pada wilayah yang kumuh dan penuh
dengan konflik. Tindak kekerasan dan wilayah-wilayah kekuasaan yang yang ada pada
wilayah Kecamatan Johar Baru menjadi suatu bukti adanya pengaruh dari kualitas fisik dan
lingkungan yang buruk pada wilayah ini.
Pada gambar 7, dapat terlihat bahwa hampir seluruh wilayah-wilayah tawuran di
berada pada kawasan pemukiman kumuh yang dikelompokkan ke dalam RW Kumuh..
Tingginya tingkat kemiskinan pada Kecamatan Johar Baru juga dapat terwakilkan
berdasarkan data RW Kumuh. Berdasarkan kondisi sosial-ekonomi wilayah di masing masing
kelurahan, dapat menggambarkan bahwa wilayah-wilayah tawuran tersebar pada wilayah
yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dan berada pada fisik dan lingkungan
Gambar 7. Konfidi Fisik dan Lingkungan Wilayah
Tawuran, Kec. Johar Baru
Gambar 8. Kondisi Sosial-Ekonomi Wilayah Damai Tawuran, Kec. Johar Baru
Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014
pemukiman kumuh di Kecamatan Johar Baru. Wilayah-wilayah tawuran juga terbentuk
dengan adanya konflik antar geng yang dapat dibuktikan bahwa wilayah-wilayah tawuran
berada pada perbatasan dari wilayah-wilayah kekuasaan geng di Kecamatan Johar Baru.
e. Wilayah Damai Tawuran dengan Kondisi Sosial-Ekonomi
Berdasarkan hasil dari penelitian wilayah damai dapat terbentuk oleh rendahnya
persaingan negatif berupa tawuran pada suatu wilayah. Pemicu persaingan negatif tersebut
salah satunya adalah kepadatan penduduk. Situasi kepadatan penduduk yang tinggi akan
menimbulkan kesesakan pada suatu wilayah dan menjadikan wilayah tersebut menjadi sangat
rentan terkena konflik, sedangkan kepadatan penduduk yang rendah dapat bertahan untuk
tidak terkena konflik seperti tawuran.
Pada gambar 5, menunjukkan wilayah damai mendominasi pada wilayah Kelurahan
Johar Baru. Wilayah ini dapat terbentuk karena tingkat kepadatan penduduk yang rendah.
Kepadatan penduduk yang rendah menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan penduduk di
Kelurahan Johar Baru juga rendah. Jumlah kepadatan penduduk di Kelurahan Johar Baru pada
tahun 2012 yaitu sebesar 36.698 Jiwa/Km2, lebih kecil dibandingkan jumlah penduduk di
kelurahan lain (lihat gambar 1). Dalam kurung waktu 2 tahun mulai pada 2010-2012
Kelurahan Johar Baru hanya mengalami kenaikan 4.590 Jiwa/Km2.
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa kualitas fisik dan lingkungan suatu wilayah dapat
terlihat dari citra pemukiman di wilayah tersebut. Maka penilaian kualitas fisik dan
lingkungan dapat diketahui berdasarkan status pemukiman yang ditempati. Berdasarkan
Duska dan Whelan (1982) menyatakan bahwa, mutu lingkungan sosial mempunyai pengaruh
yang signifikan kepada cepatnya perkembangan penalaran moral dan tingkatan perkembangan
yang dicapai seseorang. Kawasan kumuh dapat pula menjadi sumber masalah sosial seperti
kejahatan, tindak kekerasan, distribusi narkoba dan minuman keras. Remaja yang tinggal di
lingkungan konflik perkelahian akan cenderung untuk meniru dan mengikuti perilaku
kekerasan yang dilihatnya.
Bila dilihat berdasarkan teori menunjukkan (lihat gambar 8) bahwa wilayah damai
ditandai dengan kondisi fisik dan lingkungan yang baik, berada pada RW (Rukun Warga)
yang tidak kumuh, dan sebagian besar RW yang tidak kumuh berada pada wilayah Kelurahan
Johar Baru. Wilayah-wilayah damai mengelompok di bagian selatan wilayah Kelurahan Johar
Baru yang dominan berada pada RW Non-Kumuh. Hal tersebut juga didukung dengan tidak
adanya keberadaan geng pada wilayah tersebut, dengan demikian wilayah-wilayah damai
dapat terbentuk di Kelurahan Johar Baru.
Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014
f. Wilayah Tawuran dan Wilayah Damai Tawuran
Faktor-faktor pembentuk wilayah tawuran yaitu ditandai dengan adanya konflik geng
yang berada pada wilayah tersebut. Berdasarkan adanya wilayah kekuasaan geng, simbol-
simbol geng dan kondisi sosial-ekonomi yang buruk dan didukung dengan kepadatan
penduduk yang tinggi dan kondisi fisik dan lingkungan yang buruk pula maka dapat
membentuk wilayah-wilayah yang rawan menjadi wilayah konflik. Sedangkan pada faktor-
faktor pembentuk wilayah damai yaitu ditandai dengan tidak adanya konflik geng yang
berada pada wilayah tersebut. Berdasarkan adanya tindakan pencegahan konflik berupa
tindakan antisipasi dan tindakan akomodasi berdasarkan strategi coping. Pada wilayah damai
juga ditandai dengan kondisi sosial-ekonomi yang baik yang ditandai dengan kepadatan
penduduk yang rendah dan kondisi fisik dan lingkungan yang baik pula.
Terlihat Pada gambar 9, yang menunjukan batas wilayah tawuran dan wilayah tawuran di
Kecamatan Johar Baru. Berdasarkan hal tersebut maka wilayah tawuran dan wilayah damai
dapat dideliniasi menjadi kedua wilayah yang ada dalam wilayah Kecamatan Johar Baru yang
saling bertolak belakang yaitu wilayah yang memiliki konflik tawuran dan wilayah yang tidak
Gambar 9. Wilayah Tawuran dan Wilayah Damai Tawuran, Kec. Johar Baru
Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014
memiliki konflik tawuran. Sehingga terdapat batas diantara kedua wilayah tersebut, dengan
mengacu pada faktor-faktor yang dapat membentuk kedua wilayah.
Kesimpulan
Wilayah tawuran tersebar pada perbatasan antar wilayah kekuasaan geng yang
ditandai dengan adanya simbol-simbol geng dan wilayah tersebut memiliki kondisi sosial-
ekonomi yang buruk dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan termasuk kedalam
pemukiman kumuh. Wilayah damai tawuran mengelompok pada wilayah yang tidak
berbatasan dengan wilayah kekuasaan geng yang ditandai dengan adanya tindakan
pencegahan konflik dan keamanan lingkungan dengan kepadatan penduduk yang rendah dan
tidak termasuk kedalam pemukiman kumuh.
Daftar Referensi
Adjis, Chairil Anwar. 2003. "Tawuran antar Geng di Mallbog": Tinjauan berdasarkan perspektif juvenille gang, Tesis. Departemen Kriminologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok.
Badan Pusat Statistik Kota Administrasi Jakarta Pusat. 2013. Kecamatan Johar Baru Dalam Angka 2013. Jakarta : Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik. 2010. Penduduk Indonesia Menurut Provinsi dan Kabupaten/Kota Sensus Penduduk 2010. Jakarta : Badan Pusat Statistik.
Bangerter, Olivier. 2010. Territorial Gangs and Their Consequences for Humanitarian Players. International Review of the Red Cross, Volume 92, Number 878. Switzerland: International Committee of the Red Cross.
Darmajanti, Linda. 2012. ”The Art Of Violence”:Arts Renconstruction Of Violence Culture In Multicultural Community Urban Poor Jakarta. Depok : Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik, Universitas Indonesia.
Galtung, Johan. 1967. Theories of Peace : A Synthetic Approach to Peace Thinking. Oslo: International Peace Research Institute.
Miller, W.B. (1982). Crime by youth gangs and groups in the United States . Report to The Office of Juvenile Justice and Delinquency Prevention, National Institute for Juvenile Justice and Delinquency Prevention. Washington, D.C : U.S. Department of Justice
Tadie, Jerome. 2009. Wilayah Kekerasan di Jakarta. Depok: Masup Jakarta.
Wood, Jane. et.al. 2010. Street gang theory and research: Where are we now and where do we go from here. University of Kent: Aggression and Violent Behavior 15 (2010) 100–111.
Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014