Top Banner
Wilayah Tawuran dan Wilayah Damai Tawuran Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat Abiram Benhard Mauliate, Triarko Nurlambang, dan Djamang Ludiro Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Kecamatan Johar Baru merupakan suatu daerah yang memiliki jumlah kepadatan penduduk dan jumlah pemukiman kumuh yang tinggi. Tingginya kepadatan penduduk dan pemukiman kumuh akan berdampak terhadap timbulnya konflik kekerasan yaitu tawuran. Tawuran antar geng sudah membentuk wilayah-wilayah tawuran di Kecamatan Johar Baru. Namun, tidak semua wilayah di Kecamatan Johar Baru merupakan wilayah tawuran, terdapat wilayah-wilayah damai tawuran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi terbentuknya wilayah tawuran dan wilayah damai tawuran di Kecamatan Johar Baru. Hasil Penelitian menunjukkan bila wilayah tawuran berada pada wilayah dengan jumlah kepadatan penduduk tinggi dan pemukiman kumuh yang ditandai adanya wilayah kekuasaan geng. Sedangkan, wilayah damai tawuran berada pada wilayah dengan jumlah kepadatan penduduk yang rendah dan pemukiman tidak kumuh yang tidak memiliki wilayah kekuasaan geng. The Brawl and Area of Peace in Kecamatan Johar Baru, Central Jakarta Abstract Kecamatan Johar Baru is a region which has a high population density and a high number of slums. The high number of population density and slums will have an effect on conflict such as brawl. Brawl between gangs has already caused a forming of brawl area at Kecamatan Johar Baru. However, not all of the region in Kecamatan Johar Baru are brawl area, there are even peaceful area. This research is to find out the factors that may cause the brawl area and the peaceful area at Kecamatan Johar Baru. The result of the research shows that brawl area is located at an area with high population density and slums that marked the gang’s territory. On the other hand, the peaceful area is located at on area with has low population density and is not considered a slums that not have gang’s territory. Keywords: Population Density, Slums, Brawl, Brawl Area, Peace Area. Pendahuluan Kecamatan Johar Baru adalah kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk yang paling tinggi di Kotamadya Jakarta Pusat yang dihuni oleh 116.261 jiwa dengan luas wilayah 237,70 hektar. Tingginya kepadatan penduduk akan menyebabkan suatu wilayah memiliki potensi konflik yang sangat besar. Hal ini dibuktikan dengan adanya penamaan pada Kecamatan Johar Baru yakni “Kampung Tawuran”. Tawuran di Kecamatan Johar Baru didominasi oleh Tawuran antar Geng. Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014
21

Wilayah Tawuran dan Wilayah Damai Tawuran Kecamatan Johar ...

Nov 01, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Wilayah Tawuran dan Wilayah Damai Tawuran Kecamatan Johar ...

Wilayah Tawuran dan Wilayah Damai Tawuran

Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat

Abiram Benhard Mauliate, Triarko Nurlambang, dan Djamang Ludiro

Departemen Geografi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Kecamatan Johar Baru merupakan suatu daerah yang memiliki jumlah kepadatan penduduk dan jumlah pemukiman kumuh yang tinggi. Tingginya kepadatan penduduk dan pemukiman kumuh akan berdampak terhadap timbulnya konflik kekerasan yaitu tawuran. Tawuran antar geng sudah membentuk wilayah-wilayah tawuran di Kecamatan Johar Baru. Namun, tidak semua wilayah di Kecamatan Johar Baru merupakan wilayah tawuran, terdapat wilayah-wilayah damai tawuran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa yang dapat mempengaruhi terbentuknya wilayah tawuran dan wilayah damai tawuran di Kecamatan Johar Baru. Hasil Penelitian menunjukkan bila wilayah tawuran berada pada wilayah dengan jumlah kepadatan penduduk tinggi dan pemukiman kumuh yang ditandai adanya wilayah kekuasaan geng. Sedangkan, wilayah damai tawuran berada pada wilayah dengan jumlah kepadatan penduduk yang rendah dan pemukiman tidak kumuh yang tidak memiliki wilayah kekuasaan geng.

The Brawl and Area of Peace in Kecamatan Johar Baru, Central Jakarta

Abstract

Kecamatan Johar Baru is a region which has a high population density and a high number of slums. The high number of population density and slums will have an effect on conflict such as brawl. Brawl between gangs has already caused a forming of brawl area at Kecamatan Johar Baru. However, not all of the region in Kecamatan Johar Baru are brawl area, there are even peaceful area. This research is to find out the factors that may cause the brawl area and the peaceful area at Kecamatan Johar Baru. The result of the research shows that brawl area is located at an area with high population density and slums that marked the gang’s territory. On the other hand, the peaceful area is located at on area with has low population density and is not considered a slums that not have gang’s territory.

Keywords: Population Density, Slums, Brawl, Brawl Area, Peace Area.

Pendahuluan

Kecamatan Johar Baru adalah kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk yang

paling tinggi di Kotamadya Jakarta Pusat yang dihuni oleh 116.261 jiwa dengan luas wilayah

237,70 hektar. Tingginya kepadatan penduduk akan menyebabkan suatu wilayah memiliki

potensi konflik yang sangat besar. Hal ini dibuktikan dengan adanya penamaan pada

Kecamatan Johar Baru yakni “Kampung Tawuran”. Tawuran di Kecamatan Johar Baru

didominasi oleh Tawuran antar Geng.

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014

Page 2: Wilayah Tawuran dan Wilayah Damai Tawuran Kecamatan Johar ...

Tawuran yang sering terjadi di Kecamatan Johar Baru adalah tawuran antar geng.

Tingginya tingkat tawuran akan membentuk wilayah konflik yang dapat disebut sebagai

Wilayah Tawuran. Namun, bukan hanya wilayah tawuran saja yang ada di Kecamatan Johar

Baru, melainkan wilayah damai tawuran pun ada di wilayah kecamatan ini. Dalam tawuran

geng ini tergambar berbagai geng yang terbentuk dari solidaritas sosial yang kuat, baik

berdasarkan ruang sosial maupun perasaan senasib menjadi kendala bagi para anggota geng

untuk dapat memiliki kehidupan sosial yang lebih baik. Geng-geng yang sangat banyak

bermunculan menjadi pemeran dalam kekerasan kolektif.

Tawuran yang sudah menjadi konflik di Johar Baru mendapatkan penyelesaian, salah

satunya dengan membangun upaya damai. Damai yang didambakan oleh seluruh warga johar

baru sampai sekarang belum bisa terwujud apabila setiap geng masih melakukan tawuran.

Tawuran di Kecamatan Johar Baru telah berlangsung lama dan hampir menjadi budaya,

karena sangat sering dilakukan, sehingga banyak terdapat lokasi-lokasi yang sering menjadi

arena tawurang geng. Lokasi-lokasi tawuran geng sebagian besar terletak di jalan-jalan yang

berdekatan dengan pemukiman yang kumuh dan miskin. Namun, disamping banyaknya

lokasi-lokasi baik jalan maupun wilayah yang menjadi wilayah tawuran, terdapat pula

wilayah-wilayah aman dan tidak terkena konflik yang dapat dikatakan wilayah tersebut

menjadi wilayah damai dari kejadian tawuran. Dalam penelitian ini memiliki 2 rumusan

masalah yaitu :

1. Dimanakah lokasi wilayah tawuran dan wilayah damai tawuran di Kecamatan

Johar Baru?

2. Bagaimana kondisi sosial-ekonomi wilayah tawuran dan wilayah damai

tawuran di Kecamatan Johar Baru?

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui faktor-faktor apa yang dapat

mempengaruhi terbentuknya wilayah tawuran dan wilayah damai tawuran di Kecamatan

Johar Baru.

Tinjauan Teoritis

Tawuran adalah termasuk tingkah laku kolektif yang dilakukan para individu yang

biasanya dalam kehidupan sehari-hari bertingkah laku normal, dalam arti selalu tunduk

hukum, taat terhadap nilai-nilai dan norma-norma sosial yang berlaku. Para individu yang

biasanya bertingkah laku pro sosial tersebut kemudian terlibat dalam tindak kekerasan yang

bukan merupakan karakter kepribadiannya adalah karena di bawah pengaruh kerumunan

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014

Page 3: Wilayah Tawuran dan Wilayah Damai Tawuran Kecamatan Johar ...

(Mustofa, 1998:57). Miller (1982) mendefinisikan geng adalah suatu asosiasi diri yang

dibentuk dari individu-individu yang disatukan oleh kepentingan bersama yang memiliki

pemimpin dan organisasi internal yang bertindak secara kolektif untuk mencapai tujuan

tertentu. Termasuk pelaksanaan kegiatan ilegal dan pengontrolan suatu wilayah tertentu. Dari

pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa tawuran geng adalah perkelahian yang yang

dilakukan oleh sekelompok orang yang mana perkelahian tersebut dilakukan oleh kelompok

geng yang bertujuan untuk menguasai wilayah, menyakiti dan merusak. Curry dan Spergel

(1988) juga berpendapat bahwa geng yang terorganisir secara kompleks akan terlibat dalam

berbagai kejahatan kekerasan, konflik dengan geng lainnya dan sering menunjukkan wilayah

kekuasaan/wilayah khas dan tanda-tanda geng.

Peristiwa tawuran yang menjadi suatu tindakan kriminal berkaitan dengan

Enviromental Criminology, adalah suatu teori yang mencari suatu keterkaitan antara kejadian

kriminal dengan kondisi sekitar dimana kejadian itu berlangsung (Wortley dan Mazerolle,

2008). Environmental Criminology menjelaskan bahwa suatu kejadian kriminal harus

dipahami sebagai gabungan dari pelaku, korban atau target kriminal, dan hukum yang berlaku

dalam suatu situasi spesifik di waktu dan tempat tertentu (Brantingham dan Brantingham,

1991 dalam Wortley dan Mazerolle, 2008). Environmental Criminology bertujuan bukan

untuk menjelaskan mengapa seorang penjahat melakukan suatu kejahatan tapi untuk

memahami berbagai aspek yang ada dalam suatu kejadian kriminal untuk mengidentifikasi

pola perilaku dan faktor lingkungan yang membuat munculnya kesempatan untuk tindak

kejahatan dan aktivitas yang tidak diinginkan lainnya (Brantingham dan Brantingham, 1990

dalam Boba, 2008).

Melihat Tawuran dari sudut pandang kriminologi yang sosiologis, konflik sosial dapat

dibagi menjadi dua perspektif, yaitu konflik dianggap sebagai sesuatu yang selalu eksis dan

mewarnai segenap aspek interaksi manusia dan struktur sosial. Perspektif yang kedua ialah

pertikaian yang terbuka yaitu tawuran. Contoh lain dari konflik kedua (pertikaian terbuka)

yaitu perang, gerakan pemberontakan, aksi mogok dan pergerakan revolusi ( Kuper & Jessica

Kuper, 2000). Tawuran ini merupakan fenomena laten, yang suatu saat bisa muncul kapan,

dimana dan tiba-tiba (Sheila, 2001). Tawuran memang bukan hanya fenomena yang terjadi di

Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia. Di kota-kota besar di negara-negara lain pun

perilaku ini menjadi persoalan dari zaman ke zaman.

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014

Page 4: Wilayah Tawuran dan Wilayah Damai Tawuran Kecamatan Johar ...

Melihat tawuran dalam hubungannya dengan wilayah sama dengan mengakui

kehadiran suatu kaitan erat antara berbagai gejala tersebut dan struktur perkotaan. Fanneman

(1916) mengatakan wilayah adalah area yang mempunyai karakteristik kenampakan

permukaan yang sama dan kenampakan ini sangat berbeda dengan kenampakan-kenampakan

lain di daerah sekitarnya. Wilayah tawuran adalah suatu area yang memiliki kesamaan pada

tindak kekerasan dalam bentuk perkelahian antar kelompok. Terbentuknya wilayah tawuran

geng tidak lepas dari berbagai faktor yang dapat membentuk wilayah tersebut. faktor-faktor

pembentuk wilayah tawuran yaitu sebagai berikut :

1. Faktor Internal

• Wilayah Kekuasaan Geng

Kelompok geng berada diantara kelompok kriminal dan kelompok

masyarakat, mereka mencoba untuk mendapatkan kontrol atas wilayah dan

untuk mengawasi kegiatan kriminal didaerah tersebut dan untuk melindungi

orang-orang yang tinggal di daerah mereka. Mereka akan memberi perlawanan

apabila ada sesuatu hal yang ikut campur dalam wilayah mereka (Oliver

Bangerter, 2010).

Hampir setiap geng yang ada di suatu wilayah bertujuan agar geng

yang mereka bentuk mendapat pengakuan dari masyarakat dan geng lainnya.

Ridwan (2006) menyatakan, alasan terlibatnya para remaja dalam tawuran

adalah keinginan untuk diakui oleh teman sekelompoknya. Mereka

mengharapkan pengakuan akan keberadaannya terhadap orang lain, terutama

di lingkungan pertemanan dan tempat mereka tinggal. Karena dengan

melakukan tawuran, mereka akan mendapat perhatian lebih dan menjadi lebih

oleh kalangan teman-temannya dan geng-geng lain, yang hal ini dinilai sebagai

tindakan positif oleh para pelaku tawuran. Wilayah kekuasaan geng akan

menjadi perbatasan wilayah antar geng. Dimana tawuran dapat terjadi apabila

salah satu dari geng melakukan sesuatu hal yang negatif di wilayah geng

lainnya. Wilayah kekuasaan geng dapat ditunjukan berdasarkan tempat kumpul

geng dan simbol-simbol geng.

2. Faktor Eksternal

• Kondisi Sosial-Ekonomi

Kondisi tempat tinggal dan lingkungannya adalah faktor eksternal yang

menjadi rangsangan terhadap respon yang muncul pada individu dan kelompok

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014

Page 5: Wilayah Tawuran dan Wilayah Damai Tawuran Kecamatan Johar ...

tertentu. Bagaimana individu atau kelompok menyikapi kualitas tempat

tinggalnya akan menyebabkan terjadinya perbedaan perilaku yang timbul pada

masing–masing individu dan kelompok. Baik buruknya kondisi lingkungan

fisik tempat tinggal merupakan salah satu unsur dalam membangun interaksi

antara remaja sebagai subyek dan lingkungan sebagai obyek (Saad, 2003).

Berdasarkan definisi kondisi tempat tinggal yang ada, karakteristik

remaja dengan kondisi lingkungan tempat tinggal yang tidak berkualitas,

kumuh dan miskin, kepadatan penduduk yang tinggi, kurang memenuhi

prasyarat kesehatan, serta tingkat kriminalitas tinggi atau dapat dikatakan

buruk akan menyebabkan kecenderungan remaja untuk mengikuti atau

mencontoh perlakuan yang ada dalam lingkungan mereka semakin besar.

Durkheim (1912) mengatakan bahwa kepadatan penduduk yang

maksimal mengakibatkan persaingan dan kompetisi dikalangan penduduk

menjadi sangat ketat. Kepadatan penduduk yang tinggi akan menyebabkan

tekanan penduduk terhadap lahan menjadi meningkat pula. Nilai tekanan

penduduk yang sudah mencapai ambang batas akan berpotensi menimbulkan

beberapa ancaman permasalahan seperti konflik agraria, konflik politik,

konflik kekerasan, kemiskinan, sulitnya mencari kerja, bencana alam, dan

masalah lain.

Berdasarkan definisi tersebut persaingan dan kompetisi ditimbulkan

oleh tingginya tingkat kesesakan dan persenggolan antar penduduk disuatu

wilayah. Persaingan dapat menimbulkan dampak negatif dan dampak positif.

Dampak positif persaingan dapat menimbulkan proses asosiatif yang berupa

kerjasama, akomodasi dan lainnya. Sedangkan dampak negatif yang

ditimbulkan dari persaingan adalah proses disosiatif yang berupa konflik,

pertengkaran, perang, dan tindak kekerasan lainnya.

Duska dan Whelan (1982) menyatakan bahwa, mutu lingkungan sosial

mempunyai pengaruh yang signifikan kepada cepatnya perkembangan

penalaran moral dan tingkatan perkembangan yang dicapai seseorang. Remaja

yang tinggal di lingkungan konflik perkelahian akan cenderung untuk meniru

dan mengikuti perilaku kekerasan yang dilihatnya. Realitas ini perlu mendapat

perhatian tersendiri, karena perkembangan akhlak, watak, kepribadian dan

moral seseorang akan sangat ditentukan oleh kondisi dan situasi yang terdapat

dalam lingkungan sekitarnya (Mardiya, 2005).

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014

Page 6: Wilayah Tawuran dan Wilayah Damai Tawuran Kecamatan Johar ...

Umumnya coping strategi dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk

mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya. dan coping dipandang

sebagai suatu usaha untuk menguasai situasi tertekan, tanpa memperhatikan akibat dari

tekanan tersebut. Namun ingat coping bukanlah suatu usaha untuk menguasai seluruh situasi

yang menekan, karena tidak semua situasi tertekan dapat benar-benar dikuasai. Kehidupan

manusia tidak selamanya berjalan dengan lurus, tenang, penuh kegembiraan, dan

kebahagiaan. Kadangkala manusia diharuskan menghadapi berbagai persoalan, rintangan,

hambatan dan konflik dalam kehidupannya. Beberapa dari persoalan tersebut sederhana dan

dapat diselesaikan, tetapi ada juga beberapa persoalan yang sangat sulit untuk diatas sehingga

dapat menimbulkan tekanan psikologis dan keadaan yang tidak seimbang. Menurut Parry

(1992) keadaan tersebut membuat suatu individu maupun kelompok melakukan berbagai

usaha yang bertujuan untuk dapat menguasai, meredakan, atau menghilangkan berbagai

tekanan yang dialaminya. Berbagai usaha tersebut dikenal dengan istilah coping.

Coping juga diperkuat dengan adanya antisipasi dan akomodasi yang dilakukan oleh

suatu individu maupun kelompok untuk dapat menyesuaikan diri dengan suatu stress.

Menurut Soekanto (2005), akomodasi sebuah bentuk usaha untuk mengurangi pertentangan

antara orang perorang atau kelompok-kelompok di dalam masyarakat akibat perbedaan paham

atau pandangan. Sedangkan antisipasi adalah suatu perhitungan tentang hal-hal yang belum

terjadi, penyesuaian mental terhadap peristiwa yang akan terjadi KBBI (Kamus Besar Bahasa

Indonesia). Dengan terbentuknya tindak antisipasi dan akomodasi yang tepat maka konflik

pun diharapkan dapat berkurang demi terciptanya wilayah yang aman, tentram dan damai.

Semua manusia yang ada di dunia ini sangat menginginkan kehidupan yang tentram,

aman dan nyaman. Menurut (Johan Galtung, 1967) damai memiliki dua wajah. Pertama,

damai yang negatif. Damai yang negatif adalah ketidakadaan perang atau kondisi tanpa

konflik langsung (absent of conflict). Kondisi tanpa konflik ini bukanlah kondisi yang tercipta

dengan sendirinya, namun membutuhkan prasyarat- prasyarat agar konflik tidak terjadi, yaitu

tidak adanya sebab-sebab yang mendorong terjadinya konflik. Wajah kedua dari perdamaian,

menurut Galtung adalah damai positif (positive peace). Damai yang positif adalah suasana

dimana terdapat kesejahteraan, kebebasan, dan keadilan. Sebabnya, damai hanya dapat terjadi

jika terdapat kesejahteraan, kebebasan, dan keadilan di dalam masyarakat. Tanpa itu tidak

akan pernah terjadi kedamaian yang sesungguhnya di dalam masyarakat.

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014

Page 7: Wilayah Tawuran dan Wilayah Damai Tawuran Kecamatan Johar ...

Dalam membentuk dan membangun suatu wilayah yang damai tidak terlepas dari

kerjasama lingkungan pada wilayah tersebut. Pembangunan perdamaian adalah kegiatan-

kegiatan yang ditujukan untuk mengkonsolidasikan atau menginstitusi-onalisasikan

perdamaian. Semenjak tahun 1990-an kajian pembangunan perdamaian semakin meluas yang

meliputi berbagai aspek, seperti menciptakan atau memperkuat penegakan hukum dan

keamanan, institusionalisasi perdamaian, perbaikan ekonomi, dan penyediaan pelayanan-

pelayanan publik dasar bagi penduduk (Betrand, 2008). Terbentuknya wilayah damai tawuran

tidak lepas dari berbagai faktor yang dapat membentuk wilayah tersebut. Faktor-faktor

pembentuk wilayah damai tawuran yaitu sebagai berikut :

1. Faktor Internal

• Pencegahan Konflik

Fisher (2000) mengatakan bahwa pencegahan konflik adalah suatu

upaya untuk mencegah timbulnya konflik yang keras. Sedangkan dalam

Undang-Undang No.7 Tahun 2012 Pasal 1 Ayat 3 mengatakan bahwa

pencegahan konflik adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

mencegah terjadinya Konflik dengan peningkatan kapasitas kelembagaan dan

sistem peringatan dini. Dengan demikian, pencegahan konflik di satu sisi

mengacu pada strategi-strategi untuk mengatasi konflik laten dengan harapan

dapat mencegah meningkatnya tindak kekerasan seperti tawuran. Pencegahan

konflik berperan sebagai tindakan antisipasi dan akomodasi yang dilakukan

oleh masyarakat sebelum terjadinya konflik tawuran. Adanya tindakan

antisipasi dan akomodasiterhadapa konflik ini akan membentuk suatu wilayah

yang tentram, aman dan damai.

2. Faktor Eksternal

• Kondisi Sosial-Ekonomi

Damai adalah sebuah kondisi yang diharapkan oleh setiap manusia

untuk memenuhi hak dasar terhadap kebutuhan sosial dan ekonominya dengan

baik serta memiliki rasa aman. Damai merupakan kondisi dalam masyarakat

yang tidak mengalami konflik pada komunitasnya dan hidup secara selaras

serasi seimbang.  

Baik buruknya kondisi lingkungan fisik tempat tinggal merupakan

salah satu unsur dalam membangun interaksi antara remaja sebagai subyek dan

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014

Page 8: Wilayah Tawuran dan Wilayah Damai Tawuran Kecamatan Johar ...

lingkungan sebagai obyek (Saad, 2003). Lingkungan tempat tinggal yang baik

akan membuat masyarakat terhindar dari suatu konflik seperti tawuran.

Lingkungan yang dapat baik dapat terlihat dari tingkat kriminalitas yang

rendah, sanitasi lingkungan yang sehat dan nyaman, dan rendahnya tingkat

kemiskinan di wilayah tersebut. Tingkat kemiskinan secara langsung dapat

terlihat dari kemampuan ekonominya dalam bentuk fisik rumah di lingkungan

tersebut. Pada umumnya fisik rumah semi permanen dan non-permanen

menunjukkan ekonomi yang rendah, sedangkan fisik rumah permanen

menunjukkan tingkat ekonomi yang tinggi.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian participatory acation research,menggunakan

metode wawancara, pemetaan lokasi kognitif dan rekaman suara. Untuk menjaga validitas dan

realibilitas diterapkan triangulasi data.

1. Pengumpulan data primer :

a) Wawancara

Kuisioner ini berisikan pertanyaan yang akan dijawab langsung oleh anggota

geng yang mejadi pelaku tawuran di kelurahan masing- masing. Dalam

kuisioner ini narasumber diharapkan dapat menjawab pertanyaan seputar

kejadian tawuran, nama-nama geng pelaku tawuran, permusuhan antar geng

dan dapat memberi gambaran tentang wilayah damai tawuran.

b) Peta Kognitif

Peta ini dibuat untuk mengetahui tingkat awareness dan pemahaman wilayah

oleh anggota geng untuk dapat menggambarkan lokasi nongkrong geng,

wilayah tawuran dan wilayah-wilayah kekuasaan geng pada setiap kelurahan.

Peta yang digunakan yaitu peta jaringan jalan di setiap kelurahan, dan

kemudian anggota-anggota geng dapat menggambarkan wilayah kekuasaan

geng mereka dan wilayah kekuasaan geng yang lain. Dalam peta ini juga akan

menggambarkan lokasi wilayah-wilayah tawuran yang berada pada setiap

kelurahan di Kecamatan Johar Baru.

c) Rekaman Suara

Rekaman suara ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam tentang tawuran,

wilayah tawuran dan wilayah damai tawuran di Kecamatan Johar Baru. Hasil

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014

Page 9: Wilayah Tawuran dan Wilayah Damai Tawuran Kecamatan Johar ...

dari rekaman ini akan dibuat naskah yang berbentuk teks verbatim berupa

percakapan antara peneliti dan narasumber.

2. Pengumpulan data sekunder :

a) Kepadatan Penduduk

Data ini dapat menunjukkan wilayah padat yang berpotensi terjadinya

tawuran.

b) Pemukiman Kumuh (RW Kumuh)

Data ini dapat menjadi gambaran kondisi sosial-ekonomi penduduk Kecamatan

Johar Baru.

3. Pengolahan Data :

a) Pengelompokan Geng

Pengelompokan geng bertujuan untuk dapat mengetahui geng yang melakukan

tawuran pada suatu wilayah kelurahan. Dalam pengelompokan ini dapat akan

terlihat geng-geng yang saling bermusuhan dan membentuk aliansi

b) Faktor-faktor Pemicu Wilayah Tawuran

Mengolah variabel-variabel yang dapat memicu terjadinya tawuran yaitu :

Wilayah Kekuasaan Geng, Tempat Nongkrong Geng, Simbol Geng (Graffiti)

dan Kondisi Sosial-Ekonomi.

c) Faktor-faktor Pemicu Wilayah Damai Tawuran

Mengolah variabel-variabel yang dapat membentuk wilayah damai tawuran

yaitu : Pencegahan Konflik, Keamanan Lingkungan dan Kondisi Sosial-

Ekonomi.

4. Analisis wilayah Tawuran dan Wilayah Damai Tawuran.

Dilakukan analisis mengenai persebaran wilayah-wilayah tawuran dan wilayah damai

tawuran berdasarkan variabel-variabel yang digunakan. Sehingga dapat mengetahui

kondisi-sosial di kedua wilayah tersebut.

Hasil Penelitian

a. Kondisi  Sosial-­‐Ekonomi  Kecamatan  Johar  Baru  

Kondisi sosial-ekonomi dapat dikatakan sebagai tolak ukur tingkat kesejahteraan

masyarakat pada suatu wilayah. Tinggi rendahnya kondisi ini dapat berpengaruh pada

kehidupan sosial masyarakat tersebut. Kecamatan Johar Baru adalah salah satu contoh

wilayah dengan kondisi sosial-ekonomi rendah. Berdasarkan hasil penelitian, kondisi sosial-

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014

Page 10: Wilayah Tawuran dan Wilayah Damai Tawuran Kecamatan Johar ...

ekonomi dikatakan oleh para anggota geng sebagai faktor eksternal pemicu tawuran. Tawuran

yang terjadi di Kecamatan Johar Baru tidak terlepas dari pertumbuhan penduduk yang tinggi

serta kualitas fisik dan lingkungan wilayah yang sangat buruk. Pertumbuhan Penduduk dapat

terlihat dari tingginya jumlah kepadatan penduduk pada setiap wilayah kelurahan di

Kecamatan Johar Baru. Sedangkan, kualitas fisik dan lingkungan suatu wilayah dapat terlihat

dari pemukiman yang berada pada wilayah tersebut.

Kepadatan penduduk dapat diartikan sebagai jumlah penduduk pada luas wilayah

tertentu. Tingginya jumlah penduduk pada suatu wilayah akan menimbulkan kesesakan

penduduk pada wilayah tersebut. Kesesakan akan membuat kesempatan bersenggolan yang

tinggi antar penduduk. Akibat tingginya tingkat persenggolan antar penduduk seringkali dapat

menimbulkan suatu konflik. Konflik yang ada pada Kecamatan Johar Baru sangat beragam,

tetapi terdapat suatu konflik yang sudah sejak lama terjadi di wilayah ini yaitu tawuran geng.

Pada gambar 1 terlihat kepadatan penduduk tiap kelurahan di Kecamatan Johar Baru dari

tahun 2010 hingga tahun 2012 mengalami kenaikan.

Baik buruknya kondisi lingkungan fisik tempat tinggal merupakan salah satu unsur

dalam membangun interaksi antara individu sebagai subyek dan lingkungan sebagai obyek

(Saad, 2003). Kualitas fisik dan lingkungan suatu wilayah pemukiman perlu diketahui karena

memiliki peranan penting pada suatu pemukiman, karena apabila suatu wilayah memiliki

kulitas fisik dan lingkungan yang baik, maka berpengaruh baik pula terhadap berbagai macam

aspek yang ada pada wilayah tersebut. Sebaliknya, apabila kondisi fisik dan lingkungan tidak

baik, maka akan berpengaruh negatif terhadap berbagai aspek yang ada di wilayah tersebut.  

Gambar  1.  Kepadatan Penduduk Kec. Johar Baru Tahun 2010 & 2012

Kondisi fisik dan lingkungan yang buruk dapat terlihat jelas pada pemukiman kumuh.

Pemukiman kumuh adalah lingkungan hunian yang kualitasnya sangat tidak layak huni, ciri-

cirinya antara lain berada pada lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan/tata ruang,

0.00  20,000.00  40,000.00  60,000.00  80,000.00  100,000.00  

Johar  Baru   Kampung  Rawa  

Tanah  Tinggi   Galur  

Jumlah  Kepadatan  Penduduk  Per  Kelurahan  

Tahun  2010  

Tahun  2012  

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014

Page 11: Wilayah Tawuran dan Wilayah Damai Tawuran Kecamatan Johar ...

kepadatan penduduk dan bangunan yang tinggi, rawan penyakit sosial dan penyakit

lingkungan, serta kualitas bangunan yang sangat rendah, tidak terlayani prasarana lingkungan

yang memadai dan membahayakan keberlangsungan kehidupan dan penghidupan

penghuninya (Budiharjo 1997). Berdasarkan hasil observasi lapang, Kecamatan Johar Baru

memiliki banyak jumlah pemukiman kumuh. Pemukiman kumuh terlihat menyebar diseluruh

wilayah kecamatan (lihat Gambar 1). Dalampengelompokan pemukiman kumuh, kecamatan

mengelompokkan pemukiman-pemukiman tersebut kedalam satuan RW (Rukun Warga) yang

disebut sebagai RW Kumuh. Berikut adalah data RW Kumuh per kelurahan di Wilayah

Kecamatan Johar Baru :

• Kel. Johar Baru : RW. 01, 02, dan 03

• Kel. Kampung Rawa : RW. 01, 02, 03, 04, 06, dan 07

• Kel. Galur : RW. 01, 02, 03, 04, 05, 06, dan 07

• Kel. Tanah Tinggi : RW. 01,03, 04, 06, 07, 08, 09, 10, 11, 12,13, dan 14

Buruknya kualitas fisik dan lingkungan di Kecamatan Johar Baru dapat mempengaruhi

perilaku dan mental masyarakat saat berada pada lingkungan sosialnya. Apabila kualitas fisik

dan lingkungan rendah maka mental dan perilaku masyarakat akan rendah pula. Sehingga,

masyarakat yang berada pada lingkungan kumuh dan penuh dengan tindak kekerasan akan

cenderung mengikuti dan meniru perilaku kekerasan yang dilihatnya. Sedangkan, masyarakat

yang berada pada kualitas fisik dan lingkungan yang tinggi, sebagian besar menciptakan

keamanan dan ketentraman untuk dapat mencapai hubungan sosial yang baik di kalangan

masyarakat.

b. Keberadaan Geng menjadi Penyebab Tawuran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap beberapa anggota geng pada masing-

masing kelurahan di Kecamatan Johar Baru, terdapat nama-nama geng yang sering

melakukan tawuran. Dalam hasil wawancara yang mendalam dengan informan dari anggota

geng di masing-masing kelurahan, terdapat 40 geng yang sering melakukan tawuran. Pada

gambar 5.4 menunjukkan persebaran lokasi-lokasi tempat nongkrong geng di seluruh wilayah

Kecamatan Johar Baru.

Geng yang berada di Kelurahan Tanah Tinggi yaitu : Gang 10, Gang 12, Kota Paris,

Baladewa, Ghambrenk, Andepol, Pelbak, Tamper, Abapon, LapOne, Bambu Kuning, Pingrel,

Margalung, Amabrul, Anak Liar. Geng yang berada di Kelurahan Galur yaitu : Madesu,

Agapa, Rawa Sawah, Intan, Biduri, Galur, Topaz Atas dan Bawah. Geng yang berada di

Kelurahan Kampung Rawa yaitu: Gembrong, Kampung Rawa 2, Gogat, Bonekar, Kuncir,

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014

Page 12: Wilayah Tawuran dan Wilayah Damai Tawuran Kecamatan Johar ...

Gading Gajah, Bhengal, Sadigo, Gang T. Geng yang berada di Kelurahan Johar Baru yaitu:

Kramat Jaya, Jotet, Gempal, Pantai, PBR, Bonawi, Oblack.

Umumnya geng-geng ini terbentuk karena adanya kebiasaan pemuda untuk

“nongkrong” atau berkumpul di sekitar daerah tempat tinggalnya. Para pemuda di Kecamatan

Johar Baru sangat terkenal dengan “nongkrong malam” atau dapat disebut berkumpul dari

malam hari hingga dini hari biasanya dimulai dari jam 19.00 - 04.00 Wib. Kegiatan yang

biasa dilakukan pemuda saat nongkrong yaitu merokok, berbicara tentang pertandingan bola,

berbicara tentang wanita-wanita yang biasanya lewat didepan “tongkrongan” (tempat kumpul)

mereka, dan apabila hari sudah semakin malam para anggota geng biasa meminum minuman

ber-alkohol dan mengkonsumsi narkoba.

Geng-geng yang ada di Kecamatan Johar Baru membentuk wilayah kekuasaan geng.

Adanya wilayah kekuasaan geng menunjukkan penguasaan wilayah oleh geng dan akan

menjadi perbatasan wilayah antar geng. Tujuan utama geng membentuk wilayah kekuasaan

adalah untuk mendapat pengakuan dari masyarakat dang geng lainnya. Pada gambar 2

Wilayah kekuasaan geng ditandai dengan adanya lokasi tempat berkumpulnya geng dan

simbol-simbol dari geng.

Berdasarkan hasil wawancara dengan anggota geng, menunjukkan bahwa Kelurahan

Tanah Tinggi memiliki jumlah geng yang lebih banyak dibandingkan dengan kelurahan lain.

Besarnya jumlah geng yang berada pada suatu kecamatan berpengaruh pada wilayah

kekuasaan geng, apabila semakin meningkatnya jumlah geng, maka wilayah-wilayah

kekuasaan juga akan ikut meningkat. Wilayah kekuasaan geng terbagi menjadi dua yaitu :

wilayah kekuasaan sendiri dan wilayah kekuasaan bersama. Dimana wilayah kekuasaan

sendiri dimiliki hanya oleh satu geng, sedangkan wilayah kekuasaan bersama dimiliki oleh

beberapa geng.

Setiap geng di setiap kelurahan di Kecamatan Johar Baru memiliki musuh yang

berbeda-beda. Namun, banyak pula geng-geng yang melakukan aliansi dan menyatukan

kekuatan untuk melawan geng lain. Dimana pada saat tawuran antar dua geng terjadi, maka

tidak jarang aliansi dari geng yang bertikai datang membantu sehingga tawuran akan

berkembang menjadi tawuran yang lebih besar. Hal ini sudah menjadi tradisi dan dendam

dalam waktu yang cukup lama sehingga menjadi suatu kebiasaan yang ada dalam suatu geng

tersebut. Dimana setiap geng akan tawuran dengan geng lawan yang sama pada waktu yang

berulang-ulang.

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014

Page 13: Wilayah Tawuran dan Wilayah Damai Tawuran Kecamatan Johar ...

Pada gambar 3, dapat terlihat adanya permusuhan antar geng-geng di Kecamatan Johar

Baru. Pada Kelurahan Tanah Tinggi Geng Gang 10 paling banyak memiliki musuh berjumlah

5 geng yaitu : Geng Gang 12, Margalung, Amabrul, Tamper, dan Pingrel. Pada Kelurahan

Kampung Rawa Geng Gogat paling banyak memiliki musuh berjumlah 4 geng yaitu : Geng

Kota Paris, Madesu, Bhengal, dan Gembrong. Pada Kelurahan Johar Baru Geng Kramat Jaya

yang memiliki banyak musuh berjumlah 4 geng yaitu : Geng PBR, Gempal, Jotet, dan

Bonawi. Sedangkan pada Kelurahan Galur terlihat permusuhan geng terlihat lebih sedikit

dibandingkan kelurahan lainnya.

Adanya fakta bahwa permusuhan antar geng bisa terjadi bukan karena hanya dalam

satu kelurahan yang sama, melainkan lintas kelurahan dan bahkan lintas kecamatan. Dalam

gambar3, menunjukkan adanya permusuhan pada lintas kelurahan yaitu antara Geng Kota

Paris (Kelurahan Kampung Rawa) dan Geng Baladewa (Kelurahan Tanah Tinggi). Sedangkan

pada lintas luar Kecamatan Johar Baru Geng Gang 10 sering bermusuhan dengan anak-anak

Gambar  2.  Wilayah Kekuasaan Geng, Kec. Johar Baru   Gambar 3. Permusuhan Geng, Kec. Johar Baru

 

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014

Page 14: Wilayah Tawuran dan Wilayah Damai Tawuran Kecamatan Johar ...

geng daerah Kecamatan Senen dan Kecamatan Kemayoran, seperti yang dituturkan oleh

informan sebagai berikut :

“Ya, kita juga pernah tawuran tapi bukan sama anak-anak sini.. Contohnya aja neh yang paling deket tuh Kecamatan Senen, sering kita ribut sama anak-anak kwitang situ, tongkrongannya di gang listrik yang paling gede.. Kalo mau lebih jauh lagi nih kita juga ribut sama anak pejambon di monas, kadang kita yang nyamperin kesana.. (Informan Bennay, anggota geng Gang 10, Kelurahan Tanah Tinggi)

Pada gambar 4, terdapat gambaran dari aliansi-aliansi yang dibentuk geng pada

setiap kelurahan. Garis aliansi yang terlihat dalam gambar, menunjukkan bahwa aliansi-

aliansi memiliki pola yang sama yaitu berdekatan dengan geng-geng aliansinya. Telihat pada

Gang 12 yang mempunyai aliansi dengan geng yang berdekatan yaitu geng : tamper, amabrul,

dan margalung. Geng 12 melakukan aliansi dikarenakan sedikitnya anggota geng dan untuk

pertahanan wilayah saat tawuran dengan Geng Gang 10. Jarak aliansi antar geng memiliki

jarak yang cukup dekat di dalam suatu wilayah kelurahan. Hal ini dapat terjadi bukan karena

adanya solidaritas pertemanan yang kuat di antara geng, melainkan aliansi ini dibentuk untuk

mempertahankan wilayah dari serangan apabila tawuran semakin besar. Apabila terjadi

tawuran yang besar, maka anggota geng bersiap-siap dan berjaga jaga di daerah mereka

Gambar 4. Aliansi Geng, Kec. Johar Baru

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014

Page 15: Wilayah Tawuran dan Wilayah Damai Tawuran Kecamatan Johar ...

masing-masing untuk mencegah pelaku tawuran masuk, melempari, dan merusak wilayah

mereka.

c. Pencegahan Konflik Sebagai Penghalang Tawuran

Menurut Johan Galtung (1967) damai yang negatif dapat diartikan dengan tidak

adanya perang atau kondisi tanpa konflik langsung. Tidak adanya suatu konflik tidak dapat

tercipta dengan sendirinya, namun membutuhkan syarat-syarat agar konflik tidak dapat

terjadi, yaitu tidak adanya sebab-sebab yang mendorong terjadinya konflik. Wajah yang

kedua yaitu damai positif yaitu adalah suasana terdapat adanya kesejateraan, kebebasan, dan

keadilan di dalam masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian, Kecamatan Johar Baru memiliki wilayah damai negatif

yang dapat dikatakan sebagai wilayah damai tawuran. Namun wilayah damai ini pun tidak

mudah untuk dapat terbentuk. Berdasarkan definisi damai negatif, suatu wilayah harus

memiliki syarat-syarat untuk dapat mengurangi sebab-sebab terjadinya suatu konflik agar

kasus seperti tawuran tidak terjadi berulang-ulang di Kecamatan Johar Baru. Para anggota

geng memberi pengertian menurut mereka tentang wilayah damai sebagai berikut :

Wilayah yang pemuda nongkrongnya sedikit, yang tidak ada konflik masalah terhadap kelompok nongkrong yang lain. Menurut Saya lokasi tersebut jarang terlibat tawuran karena orangtua anak tersebut mengajarkan yang positif agar berperilaku baik terhadap lingkungan sekitarnya, sedangkan dengan wilayah yang kelompok nongkrong yang terlibat tawuran perbedaannya kelompok nongkrong yang negatif. Kenapa saya bilang negatif karena kelompok nongkrong tersebut ada yang setiap malamnya berpestas minuman ber-alkohol dan ada yang menghisap ganja dan ada yang mengkonsumsi obat-obatan menurut saya merekalah yang terlibat tawuran di Kecamatan Johar Baru (Informan Rey, Anggota Geng Gogat, Kelurahan Kampung Rawa)

Dimana suatu warga merasa aman dan nyaman, suatu geng saling menghormati, dan mengadakan hal-hal yang berbau positif (Informan Cylle, Anggota Geng Gang 10, Kelurahan Tanah Tinggi)

Berdasarkan ungkapan yang diberikan para anggota geng, dapat menunjukkan bahwa

wilayah damai dapat terbentuk dengan adanya suatu syarat yaitu tidak adanya konflik, adanya

keberadaan geng, dan adanya usaha yang dilakukan untuk mencegah adanya konflik. Hal ini

sejalan dengan adanya strategi coping pada wilayah Kecamatan Johar Baru. MacArthur

(1999) mendefinisikan strategi coping sebagai upaya-upaya khusus, baik behavioral maupun

psikologis, yang digunakan orang untuk menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau

meminimalkan dampak kejadian yang menimbulkan stress. Tawuran merupakan sumber

stress dan perlu diberikan berbagai upaya untuk dapat mengurangi dan meminimalisir

dampak-dampak yang terjadi dari tawuran tersebut.

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014

Page 16: Wilayah Tawuran dan Wilayah Damai Tawuran Kecamatan Johar ...

Gowan (1999) mendefinisikan strategi coping sebagai upaya yang dilakukan oleh individu

untuk mengelola tuntutan eksternal dan internal yang dihasilkan dari sumber stres. Untuk

dapat mengurangi stress diperlukan adanya tindakan antisipasi dan akomodasi. Untuk dapat

mengurangi stress diperlukan adanya tindakan antisipasi dan akomodasi. Antisipasi adalah

suatu tindakan yang bertujuan untuk dapat mencegah tawuran terjadi, sedangkan akomodasi

adalah sebuah bentuk tindakan untuk mengurangi terjadinya tawuran. Bentuk tindakan

antisipasi dapat terlihat berdasarkan keamanan lingkungan dan tindak akomodasi yaitu denan

adanya penolakan masyarakat terhadap adanya geng di Kecamatan Johar Baru Adanya

tindakan pencegahan konflik dapat membentuk wilayah-wilayah yang dapat dikatakan

sebagai wilayah damai. Wilayah ini ditandai dengan tidak adanya keberadaan geng dan

konflik antar geng. Namun, tindakan pencegahan konflik bukan semata sebagai faktor yang

dapat membentuk wilayah damai tawuran.

Pada gambar 5, Kondisi sosial-ekonomi wilayah juga mempunyai pengaruh yang menjadi

acuan suatu wilayah dapat dikatakan sebagai wilayah damai tawuran. Dengan tidak adanya

pemukiman kumuh dan rendahnya jumlah kepadatan penduduk di suatu wilayah dapat

menggambarkan wilayah tersebut dikatakan sebagai wilayah yang damai. Berdasarkan hasil

penelitian, wilayah Kelurahan Johar Baru berpotensi sebagai wilayah yang damai. Pada

kelurahan ini memiliki jumlah pemukiman kumuh yang sedikit dan memiliki kepadatan

penduduk yang rendah.

d. Wilayah Tawuran dengan Kondisi Sosial-Ekonomi

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa tingkat kepadatan penduduk yang tinggi akan

berpotensi menimbulkan suatu konflik. Durkheim (1912) mengatakan bahwa kepadatan

penduduk yang maksimal mengakibatkan persaingan dan kompetisi dikalangan penduduk

menjadi sangat ketat. Kepadatan penduduk yang tinggi akan menyebabkan tekanan penduduk

terhadap wilayah menjadi meningkat pula. Nilai tekanan penduduk yang sudah mencapai

ambang batas akan berpotensi menimbulkan beberapa ancaman permasalahan seperti konflik

agraria, konflik politik, konflik kekerasan, kemiskinan, sulitnya mencari kerja, bencana alam,

dan masalah lain.

Pada Kecamatan Johar Baru yang notabene adalah wilayah yang memiliki kepadatan

penduduk yang tinggi, sehingga persaingan-persangan akan timbul lebih banyak. Persaingan

yang ada di Kecamatan Johar Baru bukan termasuk persaingan yang positif, melainkan

persaingan negatif yang ditandai dengan adanya tindakan kekerasan seperti tawuran.

Berdasarkan gambar 6, terlihat bahwa Kelurahan Kampung Rawa merupakan kelurahan yang

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014

Page 17: Wilayah Tawuran dan Wilayah Damai Tawuran Kecamatan Johar ...

memiliki kepadatan penduduk paling tinggi sebesar 88.013 Jiwa/Km2, dan pada peringkat

kedua yaitu Kelurahan Tanah Tinggi sebesar 72.243 Jiwa/Km2 pada tahun 2012. Pada urutan

ketiga yaitu Kelurahan Galur sebesar 69.384 Jiwa/Km2, dan Keluraha Johar Baru yang

memiliki kepadatan penduduk yang paling rendah dibanding kelurahan lainnya sebesar

36.698 Jiwa/Km2.

Berdasarkan hasil penelitian (lihat gambar 6) terdapat 6 wilayah tawuran di

Kelurahan Kampung Rawa, 4 wilayah tawuran berada di bagian barat dan tengah wilayah

kelurahan dan 2 wilayah tawuran lainnya berada pada perbatasan Kelurahan Johar Baru. Pada

Kelurahan Johar Baru yang terdapat 5 wilayah tawuran, 2 wilayah berbatasan dengan

Kelurahan Kampung Rawa dan sisanya berada di sebelah barat wilayah Kelurahan Johar

Baru. Pada Kelurahan Galur hanya terdapat 2 wilayah tawuran. Pada Kelurahan Tanah Tinggi

terdapat 7 wilayah tawuran yang tersebar, wilayah Kelurahan Tanah Tinggi memiliki jumlah

wilayah tawuran yang lebih besar, hal ini terjadi karena tingginya kepadatan penduduk dan

didukung jumlah geng yang banyak di Kelurahan Tanah Tinggi. Berdasarkan data tersebut

Gambar 5. Wilayah Damai Tawuran, Kec. Johar Baru

Gambar 6. Kepadatan Penduduk pada Wilayah Tawuran, Kec. Johar Baru

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014

Page 18: Wilayah Tawuran dan Wilayah Damai Tawuran Kecamatan Johar ...

dapat menunjukkan bahwa kepadatan penduduk berpengaruh sebagai pemicu persaingan

negatif hingga membentuk konflik tawuran yang terjadi di Kecamatan Johar Baru

Buruknya kualitas fisik dan lingkungan di pemukiman kumuh turut membuat

pengaruh yang buruk pula terhadap tumbuh kembang pemuda di kecamatan ini. Para anggota

geng yang sering melakukan tawuran umumnya tinggal pada wilayah yang kumuh dan penuh

dengan konflik. Tindak kekerasan dan wilayah-wilayah kekuasaan yang yang ada pada

wilayah Kecamatan Johar Baru menjadi suatu bukti adanya pengaruh dari kualitas fisik dan

lingkungan yang buruk pada wilayah ini.

Pada gambar 7, dapat terlihat bahwa hampir seluruh wilayah-wilayah tawuran di

berada pada kawasan pemukiman kumuh yang dikelompokkan ke dalam RW Kumuh..

Tingginya tingkat kemiskinan pada Kecamatan Johar Baru juga dapat terwakilkan

berdasarkan data RW Kumuh. Berdasarkan kondisi sosial-ekonomi wilayah di masing masing

kelurahan, dapat menggambarkan bahwa wilayah-wilayah tawuran tersebar pada wilayah

yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dan berada pada fisik dan lingkungan

Gambar 7. Konfidi Fisik dan Lingkungan Wilayah

Tawuran, Kec. Johar Baru

 

Gambar 8. Kondisi Sosial-Ekonomi Wilayah Damai Tawuran, Kec. Johar Baru

 

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014

Page 19: Wilayah Tawuran dan Wilayah Damai Tawuran Kecamatan Johar ...

pemukiman kumuh di Kecamatan Johar Baru. Wilayah-wilayah tawuran juga terbentuk

dengan adanya konflik antar geng yang dapat dibuktikan bahwa wilayah-wilayah tawuran

berada pada perbatasan dari wilayah-wilayah kekuasaan geng di Kecamatan Johar Baru.

e. Wilayah Damai Tawuran dengan Kondisi Sosial-Ekonomi

Berdasarkan hasil dari penelitian wilayah damai dapat terbentuk oleh rendahnya

persaingan negatif berupa tawuran pada suatu wilayah. Pemicu persaingan negatif tersebut

salah satunya adalah kepadatan penduduk. Situasi kepadatan penduduk yang tinggi akan

menimbulkan kesesakan pada suatu wilayah dan menjadikan wilayah tersebut menjadi sangat

rentan terkena konflik, sedangkan kepadatan penduduk yang rendah dapat bertahan untuk

tidak terkena konflik seperti tawuran.

Pada gambar 5, menunjukkan wilayah damai mendominasi pada wilayah Kelurahan

Johar Baru. Wilayah ini dapat terbentuk karena tingkat kepadatan penduduk yang rendah.

Kepadatan penduduk yang rendah menunjukkan bahwa tingkat pertumbuhan penduduk di

Kelurahan Johar Baru juga rendah. Jumlah kepadatan penduduk di Kelurahan Johar Baru pada

tahun 2012 yaitu sebesar 36.698 Jiwa/Km2, lebih kecil dibandingkan jumlah penduduk di

kelurahan lain (lihat gambar 1). Dalam kurung waktu 2 tahun mulai pada 2010-2012

Kelurahan Johar Baru hanya mengalami kenaikan 4.590 Jiwa/Km2.

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa kualitas fisik dan lingkungan suatu wilayah dapat

terlihat dari citra pemukiman di wilayah tersebut. Maka penilaian kualitas fisik dan

lingkungan dapat diketahui berdasarkan status pemukiman yang ditempati. Berdasarkan

Duska dan Whelan (1982) menyatakan bahwa, mutu lingkungan sosial mempunyai pengaruh

yang signifikan kepada cepatnya perkembangan penalaran moral dan tingkatan perkembangan

yang dicapai seseorang. Kawasan kumuh dapat pula menjadi sumber masalah sosial seperti

kejahatan, tindak kekerasan, distribusi narkoba dan minuman keras. Remaja yang tinggal di

lingkungan konflik perkelahian akan cenderung untuk meniru dan mengikuti perilaku

kekerasan yang dilihatnya.

Bila dilihat berdasarkan teori menunjukkan (lihat gambar 8) bahwa wilayah damai

ditandai dengan kondisi fisik dan lingkungan yang baik, berada pada RW (Rukun Warga)

yang tidak kumuh, dan sebagian besar RW yang tidak kumuh berada pada wilayah Kelurahan

Johar Baru. Wilayah-wilayah damai mengelompok di bagian selatan wilayah Kelurahan Johar

Baru yang dominan berada pada RW Non-Kumuh. Hal tersebut juga didukung dengan tidak

adanya keberadaan geng pada wilayah tersebut, dengan demikian wilayah-wilayah damai

dapat terbentuk di Kelurahan Johar Baru.

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014

Page 20: Wilayah Tawuran dan Wilayah Damai Tawuran Kecamatan Johar ...

f. Wilayah Tawuran dan Wilayah Damai Tawuran

Faktor-faktor pembentuk wilayah tawuran yaitu ditandai dengan adanya konflik geng

yang berada pada wilayah tersebut. Berdasarkan adanya wilayah kekuasaan geng, simbol-

simbol geng dan kondisi sosial-ekonomi yang buruk dan didukung dengan kepadatan

penduduk yang tinggi dan kondisi fisik dan lingkungan yang buruk pula maka dapat

membentuk wilayah-wilayah yang rawan menjadi wilayah konflik. Sedangkan pada faktor-

faktor pembentuk wilayah damai yaitu ditandai dengan tidak adanya konflik geng yang

berada pada wilayah tersebut. Berdasarkan adanya tindakan pencegahan konflik berupa

tindakan antisipasi dan tindakan akomodasi berdasarkan strategi coping. Pada wilayah damai

juga ditandai dengan kondisi sosial-ekonomi yang baik yang ditandai dengan kepadatan

penduduk yang rendah dan kondisi fisik dan lingkungan yang baik pula.

Terlihat Pada gambar 9, yang menunjukan batas wilayah tawuran dan wilayah tawuran di

Kecamatan Johar Baru. Berdasarkan hal tersebut maka wilayah tawuran dan wilayah damai

dapat dideliniasi menjadi kedua wilayah yang ada dalam wilayah Kecamatan Johar Baru yang

saling bertolak belakang yaitu wilayah yang memiliki konflik tawuran dan wilayah yang tidak

Gambar 9. Wilayah Tawuran dan Wilayah Damai Tawuran, Kec. Johar Baru

 

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014

Page 21: Wilayah Tawuran dan Wilayah Damai Tawuran Kecamatan Johar ...

memiliki konflik tawuran. Sehingga terdapat batas diantara kedua wilayah tersebut, dengan

mengacu pada faktor-faktor yang dapat membentuk kedua wilayah.

Kesimpulan

Wilayah tawuran tersebar pada perbatasan antar wilayah kekuasaan geng yang

ditandai dengan adanya simbol-simbol geng dan wilayah tersebut memiliki kondisi sosial-

ekonomi yang buruk dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan termasuk kedalam

pemukiman kumuh. Wilayah damai tawuran mengelompok pada wilayah yang tidak

berbatasan dengan wilayah kekuasaan geng yang ditandai dengan adanya tindakan

pencegahan konflik dan keamanan lingkungan dengan kepadatan penduduk yang rendah dan

tidak termasuk kedalam pemukiman kumuh.

Daftar Referensi

Adjis, Chairil Anwar. 2003. "Tawuran antar Geng di Mallbog": Tinjauan berdasarkan perspektif juvenille gang, Tesis. Departemen Kriminologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok.

Badan Pusat Statistik Kota Administrasi Jakarta Pusat. 2013. Kecamatan Johar Baru Dalam Angka 2013. Jakarta : Badan Pusat Statistik.

Badan Pusat Statistik. 2010. Penduduk Indonesia Menurut Provinsi dan Kabupaten/Kota Sensus Penduduk 2010. Jakarta : Badan Pusat Statistik.

Bangerter, Olivier. 2010. Territorial Gangs and Their Consequences for Humanitarian Players. International Review of the Red Cross, Volume 92, Number 878. Switzerland: International Committee of the Red Cross.

Darmajanti, Linda. 2012. ”The Art Of Violence”:Arts Renconstruction Of Violence Culture In Multicultural Community Urban Poor Jakarta. Depok : Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Politik, Universitas Indonesia.

Galtung, Johan. 1967. Theories of Peace : A Synthetic Approach to Peace Thinking. Oslo: International Peace Research Institute.

Miller, W.B. (1982). Crime by youth gangs and groups in the United States . Report to The Office of Juvenile Justice and Delinquency Prevention, National Institute for Juvenile Justice and Delinquency Prevention. Washington, D.C : U.S. Department of Justice

Tadie, Jerome. 2009. Wilayah Kekerasan di Jakarta. Depok: Masup Jakarta.

Wood, Jane. et.al. 2010. Street gang theory and research: Where are we now and where do we go from here. University of Kent: Aggression and Violent Behavior 15 (2010) 100–111.

Wilayah tawuran dan..., Abiram Benhard Mauliate, FMIPA UI, 2014