Apa itu Survei Fotogrametris dengan wahana
UAV?UnmannedAerialVehicle = Pesawat tanpa awak, adalah sebuah mesin
terbang dengan kendali jarak jauh olehpilotatau dengan auto pilot
dan mampu membawa muatan tertentu. UAV jenis tertentu mampu membawa
kamera sistem autopilot pada UAV. Pemotretan sesuai jalur
perencanaan konsumsi waktu akuisisi data yang lebih cepat, cost
yang lebih rendah. Resolusi yang dihasilkan tinggi (hingga 10 cm)
karena tinggi terbang relatif rendah (150-250 m diatas permukaan
tanah).
Gambar 1.1 Wahana UAV untuk fotogrametri yang dimiliki PT.
JSK
Mengapa harus menggunakan Jasa Fotogrammetri dengan wahana
UAV?Pemetaan fotogrametri menggunakan wahana UAV berdiri diantara
metode pengukuran Terestris dan pengukuran Fotogrametri
Konvensional. Pengukuran Teristris telah lama dikenal sebagai
pengukuran dengan ketelitian tertinggi dibanding metode survei yang
lain. Namun, Metode survei teristris terkendala pada waktu, cost,
dan SDM yang besar khususnya pada area yang relatif luas. Sementara
itu metode Fotogrametri konvensional yang menggunakan pesawat
berpenumpang sangat cocok untuk pemetaan area yang sangat luas
(5000 Ha atau lebih) karena dilakukan dalam waktu yang relatif
cepat dan SDM yang lebih sedikti dibanding survei teristris.
Kelemahan Fotogrametri konvensional adalah tidak efektifan metode
ini digunakan untuk luasan dibawah 2000 Ha, karena cost dan hasil
data yang diperolah nilainya tidak sebanding. Survei fotogrametri
dengan Wahana UAV berdiri sebagai alternatif pilihan khususnya
untuk luasan area yang tidak efektif jika dilakukan dengan survei
terestris maupun Fotogrametri (50 hingga 1000 Ha). Survei foto
udara dengan UAV juga lebih aman dibanding metode lainya, karena
sangat minimal interaksi antara SDM dengan area yang diukur. Secara
sederhana alasan menggunakan survei foto udara dengan UAV adalah:1.
Mampu mengakses area yang relatif lebih luas dibanding survei
terestris dengan cepat (200 Ha/jam).2. Akurasi yang logis
(Ketelitian horisontal hingga 2 cm)3. Biaya lebih rendah dibanding
terestris maupun foto udara pesawat penumpang.4. Mampu mengakses
area yang relatif luas dimanapun, kapanpun. (meskipun area yang
sulit dijangkau dan berbahaya)5. Tingkat keamanan surveyor yang
lebih terjaga karena sedikitnya interaksi surveyor dengan obyek
yang dikukur serta tidak adanya resiko kecelakan pesawat yang
berdampak pada keselamatan surveyor (wahananya tanpa awak)6.
Dibanding foto udara konvensional, area minimumnya lebih kecil
dengan biaya yang lebih efisien.7. Data yang diperoleh bukan hanya
sekedar titik koordinat, tetapi juga data Orthofoto yang memberi
gambaran secara jelas area yang diukur dengan resolusi sangat
tinggi (hingga 5 cm).8. Tidak hanya sampai disitu, Model 3 Dimensi
(baik DSM maupun DTM) bisa diperoleh juga, sehingga memungkinkan
perhitungan volume maupun penggambaran kontur.9. Pengolahan data
yang relatif cepat (< 1 minggu tiap 200 Ha)10. Data Foto yang
dihasilkan bebas liputan awan karena tinggi terbang berkisar antara
150-300 m
Gambar 1.3 contoh Mosaic Orthofoto Gambar 1.4 Contoh DSM
Gambar 1.4 Contoh DTM
Mengapa harus ada GCP pada Proyek Fotogrametri dengan UAV?Proses
pengolahan data foto udara terdiri dari proses orientasi dalam,
orientasi relatif, dan orientasi absolut. Orientasi dalam meliputi
kegiatan reduksi kesalahan sistemik dari kamera (lensa) yang
digunakan. Orientasi relatif merupakan proses tranformasi koordinat
antara semua foto agar menjadi satu kesatuan mosaik maupun
titik-titik ketinggian (pointcloud) dan didalamnya merupakan proses
image matching (pencocokan rona antar foto.) Orientasi Absolut
merupakan tahapan tranformasi koordinat dari sistem koordinat foto
ke sistem koordinat Tanah, disini diperlukan GCP (Ground Control
Point).Keperluan GCP yang paling utama adalah untuk proses
georeferensi hasil olah foto yang telah menjadi satu (baik mosaik
maupun point cloudnya). Secara Khusus GCP berfungsi pula sebagai:1.
GCP menjadi faktor penentu ketelitian geometris hasil olah foto
(ortofoto, DSM, DTM), semakin teliti GCP maka semakin baik pula
ketelitian geometris output (dengan kaidah-kaidah peletakan GCP
yang dipenuhi)2. GCP berfungsi pula mempermudah proses orientasi
relatif antar foto. Keberadaan GCP bisa dijadikan pendekatan posisi
relatif antar foto.3. GCP digunakan pula untuk mengkoreksi hasil
olah foto berupa ball effect yaitu kesalahan yang mengakibatkan
model 3D akan berbentuk cembung ditengah area yang diukur.4. GCP
digunakan juga untuk menyatukan hasil olah data yang terpisah,
misal olah data area A dan Area B dengan lebih cepat dan efektif,
daripada proses penyatuan berdasar seluruh pointcloud (jumlahnya
jutaan) yang akan memakan banyak waktu.