iv
MOTTO
“Pilihan Apapun Dalam Hidup Harus Membuat Kita Bahagia”
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji dan syukur saya haturkan pada Tuhan Yang Maha Esa, yang karena
rahmat dan karunia kasih-Nya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi
ini secara khusus saya persembahkan untuk Orangtua, adik-adik dan keluarga
yang dengan penuh cinta dan kasih sayang telah mendidik, membantu,
mendukung serta mendoakan saya sampai tahap ini untuk menyelesaikan
pendidikan Sarjana. Terima kasih tak terhingga untuk semua dukungan yang
kalian berikan kepada saya baik materi maupun moril. Karya ini saya
persembahakan kepada kalian semua sebagai bentuk tanggung jawab dan terima
kasih saya untuk pengorbanan yang telah kalian berikan demi upaya saya
menyelesaikan studi sampai pada tahap ini.
Kepada dosen pembimbing saya Pak Parwoto, terima kasih banyak atas
bimbingan dan tuntunan Bapak selama ini, mulai bimbingan pertama proposal
sampai proses menyelesaikan semua isi skripsi. Maaf kalau saya sering
merepotkan dan kadang kurang paham dalam mengerjakan perubahan perbaikan
skripsi. Saya doakan semoga Bapak selalu sehat dan tetap menjadi pengajar dan
Bapak yang baik bagi mahasiswa-mahasiswi di kampus ini. Terima kasih juga
untuk rekan-rekan sesama mahasiswa di kampus, sahabat dari luar kampus ini
dengan cara dan bentuk perhatiannya masing-masing turut membantu saya
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Terima kasih pula untuk kampus saya
yang tercinta STPMD “APMD” Yogyakarta, karena telah memberi saya
kesempatan untuk menyelesaikan studi dan telah menjadi wadah ilmu
vi
pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi perkembangan kepribadian, budi
pekerti dan untuk masa depan saya yang lebih baik.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis haturkankepada Tuhan Yang Maha Esa
akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Reformasi Birokrasi
Pelayanan Publik DinasPenanaman Modal Dan PelayananTerpadu Kabupaten
Gunungkidul”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menempuh
ujian Sarjana Ilmu Pemerintahan Program Studi Ilmu Pemerintahan di Sekolah
Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari akan keterbatasan,
kemampuan, dan pengetahuan penulis dalam penyusunannya. Namun kesulitan
tersebut dapat dibantu oleh beberapa pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan bantuan
berupa tenaga dan pikiran. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada yang
terhormat:
1. Dr. Sutoro Eko Yunanto, M.Si selaku ketua Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.
2. Drs. Triyanto Purnomo Raharjo, BE,M.Si selaku ketua Program Studi Ilmu
Pemerintahan Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”
Yogyakarta.
3. Drs. Parwoto, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah
banyak membantu memberikan bimbingan dan arahan terutama dalam proses
menyelesaikan skripsi.
viii
4. Seluruh dosen Prodi Ilmu Pemerintahan Sekolah Tinggi Pembangunan
Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta. Yang telah memberikan ilmu selama
masa perkuliahan.
5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa
“APMD” Yogyakarta.
6. Pemerintah Daerah Kabupaten Gunungkidul dan secara khusus Dinas
Penanaman Modan Dan Pelayanan Terpadu Kabupaten Gunungkidul yang
telah memberikan izin dan menerima penulis untuk melakukan penelitian
dalam proses menyelesaikan penulisan skripsi.
7. Rekan-rekan seperjuangan di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa
“APMD” Yogyakarta yang tetap saling membantu satu sama lain dalam
proses penyusunan skripsi.
8. Semua pihak yang telah mendukung penyelesaian penulisan skripsi ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyusunan skripsi ini
masih banyak terdapat kekurangan, walaupun penulis telah berusaha dengan
sebaik-baiknya. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
penulis harapkan guna penyempurnaan penyusunan dan penulisan skripsi ini.
Yogyakarta, 11 Februari 2020
Penyusun
Yohanes Haghe
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN...................................................... iii
MOTTO............................................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................ v
KATA PENGANTAR...................................................................................... vii
DAFTAR TABEL…………………………………………………………..... xiii
DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR…………………………………........... xiv
INTISARI ......................................................................................................... xv
BAB I................................................................................................................ 1
A. LATAR BELAKANG MASALAH................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH................................................................ 12
C. TUJUAN DAN MANFAAT........................................................... 12
D. KERANGKA KONSEPTUAL....................................................... 14
a. Reformasi Birokrasi................................................................. 14
b. Pelayanan Publik...................................................................... 24
a) Ciri-Ciri Pelayanan Publik................................................ 30
b) Prinsip-Prinsip Pelayanan Publik...................................... 32
c) Kualitas Pelayanan Publik................................................. 35
E. RUANG LINGKUP........................................................................ 41
F. METODE PENELITIAN................................................................ 42
x
a. Jenis Penelitian......................................................................... 42
b. Unit Analisis............................................................................. 43
c. Teknik Pengumpulan Data....................................................... 44
1. Wawancara........................................................................ 45
2. Observasi........................................................................... 45
3. Dokumentasi..................................................................... 46
d. Teknik Analisis Data................................................................ 47
BAB II PROFIL DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN
TERPADU KABUPATEN GUNUNGKIDUL...............................
49
A. SEJARAH DINAS PENANAMAN MODAL DAN
PELAYANAN TERPADU KABUPATEN GUNUNGKIDUL.....
49
B. KEDUDUKAN,TUGAS DAN FUNGSI........................................ 51
C. KODE ETIK PELAYANAN.......................................................... 53
D. MAKLUMAT PELAYANAN........................................................ 54
E. PENGEMBANGAN KINERJA...................................................... 54
F. BAGAN STRUKTUR ORGANISASI........................................... 56
G. DATA PEGAWAI.......................................................................... 57
1. Deskripsi Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan............... 57
2. Deskripsi Pegawai Berdasarkan Pangkat dan Golongan.......... 59
3. Deskripsi Pegawai Berdasarkan Agama.................................. 60
H. SARANA DAN PRASARANA...................................................... 61
I. JENIS PELAYANAN, BIAYA DAN WAKTU
PENYELESAIAN...........................................................................
64
xi
J. PENGHARGAAN........................................................................... 67
BAB III ANALISIS REFORMASI BIROKRASI DINAS PENANAMAN
MODAL DAN PELAYANAN TERPADU KABUPATEN
GUNUNGKIDUL............................................................................
70
A. Deskripsi Informan.......................................................................... 72
1. Deskripsi Informan Berdasarkan Usia..................................... 73
2. Deskripsi Informan Berdasarkan Jenis Kelamin...................... 74
3. Deskripsi Informan Berdasarkan Pekerjaan............................. 75
4. Deskripsi Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan............. 77
B. Hasil Penelitian Dan Pembahasan................................................... 78
1. Proses perubahan yang diupayakan oleh Dinas Penanaman
Modal Dan Pelayanan Terpadu tentang proses membangun
pengetahuan yang benar dari tidak tahu menjadi
tahu...........................................................................................
79
2. Proses membangun persepsi atau cara padang birokrat yang
benar di Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan
Terpadu.....................................................................................
87
3. Proses perubahan yg dilakukan birokrasi dalam rangka
mendorong motivasi birokrat di Dinas Penanaman Modal
Dan Pelayanan Terpadu...........................................................
91
4. Proses perubahan dalam upaya membangun sikap birokrat
yang benar di Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan
Terpadu.....................................................................................
94
xii
5. Proses perubahan yang dilakukan birokrasi sebagai upaya
membangun suatu tindakan yang tepat dalam menjalankan
sebuah birokasi yang baik di Dinas Penanaman Modal Dan
Pelayanan Terpadu...................................................................
97
BAB IV PENUTUP.......................................................................................... 104
A. Kesimpulan...................................................................................... 104
B. Saran................................................................................................ 107
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 108
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel I.1 Laporan Pengelolaan Pengaduan Dpmpt Kabupaten
Gunungkidul Semester I Tahun 2018........................................
10
Tabel I.2 Laporan Pengelolaan Pengaduan Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Kabupaten Gunungkidul Semester I Tahun
2019...............................................................................................
11
Tabel II.1 Deskripsi pegawai berdasarkan tingkat pendidikan………...... 57
TabelII.2 Deskripsi pegawai berdasarkan pangkat dan golongan………. 59
Tabel II.3 Deskripsi pegawai berdasarkan agama……………………...... 60
Tabel II.4 Sarana kerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu...... 61
Tabel II.5 Sarana Penunjang Kegiatan Administrasi…………................. 62
Tabel II.6 Jenis Pelayanan, Biaya Dan Waktu Penyelesaian Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu………........................
64
Tabel III.1 Identitas Informan..................................................................... 72
Tabel III.2 Deskripsi informan berdasarkan usia ………........................... 73
Tabel III.3 Deskripsi informan berdasarkan jenis kelamin …………........ 74
Tabel III.4 Deskripsi informan berdasarkan pekerjaan............................... 75
Tabel III.5 Deskripsi informan berdasarkan tingkat pendidikan ……….... 77
xiv
DAFTAR BAGAN DAN GAMBAR
Bagan II.1 BAGAN STRUKTUR ORGANISASI…………….................. 56
Gambar II.1 Penghargaan Dari MenPan Dan Reformasi Birokrasi............. 69
Gambar III.1 Inhouse Training di The Rich Jogja Hotel………………….... 84
Gambar III.2 Bimbingan Teknis…………………………………………...... 86
Gambar III.3 Rapat Koordinasi…………………………………………....... 90
xv
INTISARI
Reformasi birokrasi merupakan faktor yang mendukung pembenahan
birokrasi di daerah untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (Good
Governance). Reformasi birokrasi sangat mendesak untuk dilakukan untuk
mengatasi suatu sistem pemerintahan dengan pelayanan publik berjalan dengan
tersendat-sendat, bertele-tele dan tidak efisien serta syarat dengan praktek korupsi
kolusi dan nepotisme (KKN). Selain itu pola pikir (mind set) dan budaya kerja
(culture set) birokrat harus diakui belum mendukung birokrasi yang efisien,
efektif, produktif, profesional, terlebih lagi pola pikir melayani. Keseluruan
kondisi tersebut mendesak untuk di dilakukan reformasi birokrasi di pemerintah.
Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini Adalah Bagaimana
Reformasi Birokrasi Pelayanan Publik Di Dinas Penanaman Modal Dan
Pelayanan Terpadu Kabupaten Gunungkidul.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara, observasi dan
dokumentasi. Subyek dalam penelitian adalah pejabat Dinas Penanaman Modal
Dan Pelayanan Terpadu Kabupaten Gunungkidul. Sedangkan obyek dalam
penelitian ini adalah Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Kabupaten
Gunungkidul. Teknik analisis data dalam penelititan ini adalah analisis
interpretatif.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti di Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu kabupaten Gunungkidul tentang Reformasi
Birokrasi Pelayanan Publik dalam merubah mind-set; pertama, melalui
pengetahuan dapat dilakukan dengan program atau kegiatan nyata sebagai bentuk
peningkatan kompetensi dan kapasitas aparatur, yaitu dengan program rutin oleh
internal DPMPT seperti meningkatkan pelayanan perizinan melalui Diklat dan
Bimtek sebagai penunjang pelayanan yang lebih baik serta pelatihan keterampilan
berbahasa asing (bahasa inggris). Kedua, melalui persepsi yang baik serta positif
dari setiap pegawai Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu khususnya
mengenai reformasi birokrasi dengan melakukan koordinasi secara rutin antara
atasan dan bawahan terutama dalam perencanaan, pembuatan dan penerapan
kebijakan. Ketiga, membangun semangat kerja pegawai melalui motivasi dapat
dilakukan dengan beberapa aksi nyata seperti memberlakukan Budaya Kerja
SATRIYA, pemberian reward dan punishment serta selalu malaksanakan tugas
pokok dan fungsinya masing-masing dengan baik. Keempat, melalui upaya
membangun sikap yang baik oleh aparatur dinas dapat dilakukan dengan
memberlakukan secara tegas tentang Maklumat Pelayanan, Kode Etik dalam
pelayanan serta budaya kerja yang menuntut setiap pegawai untuk bekerja dengan
baik dan bersih demi kinerja yang baik pula. Kelima, melalui proses upaya
pengambilan tindakan yang baik, cepat dan tepat dalam pelayanan publik oleh
aparatur birokrasi akan sangat mendukung proses pelayanan itu sendiri agar
berjalan efektif dan efisien.
Kata kunci : Reformasi, Birokrasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Reformasi birokrasi merupakan langkah strategis untuk membangun aparatur
negara agar lebih berdaya guna dan berhasil guna dalam mengemban tugas umum
pemerintah dan pembangunan nasional. Reformasi birokrasi bagi pemerintah
daerah merupakan faktor yang mendukung pembenahan birokrasi di daerah untuk
mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance) serta
pemerintahan yang bersih (Clean Government), dengan beberapa program
prioritas untuk mendukung pembenahan birokrasi di Pemerintah Daerah, maka
akan memenuhi tujuan akhir reformasi birokrasi. Reformasi birokrasi sangat
mendesak untuk dilakukan karena birokrasi saat ini telah dianggap sebagai sistem
pemerintahan dengan pelayanan publik berjalan dengan tersendat-sendat, bertele-
tele dan tidak efisien, dan syarat dengan praktek korupsi kolusi dan nepotisme
(KKN). Selain itu pola pikir (mind set) dan budaya kerja (culture set) birokrat
harus diakui belum mendukung birokrasi yang efisien, efektif, produktif,
profesional, terlebih lagi pola pikir melayani. Keseluruan kondisi tersebut
mendesak untuk di dilakukan reformasi birokrasi di pemerintah (Perbup
Gunungkidul No. 23 tahun 2015 tentang ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI
PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL 2015-2019).
Mengapa reformasi birokrasi ini menjadi penting? Beberapa permasalahan
masih ditemukan dan dirasakan oleh masyarakat ketika berurusan dengan aparat.
2
Mungkin orang sering mengalami bagaimana kecewanya ketika tidak dilayani
dengan baik, lambat, dilayani dengan wajah cemberut, di ping pong dari satu meja
ke meja yang lain, dan lain sebagainya. Ini hanya salah satu contoh dari pola pikir
dan budaya kerja birokrasi yang belum sepenuhnya mendukung birokrasi yang
profesional. Terlepas dari itu, ada beberapa hal yang melatarbelakangi perlunya
reformasi didalam tubuh birokrasi. Reformasi sebagai upaya yang dilakukan
untuk mengubah tatanan yang buruk sebagai kegagalan birokrasi tersebut dalam
menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pelayan publik.
Pertama, Mengatasi Patologi Birokrasi baik Sistem Organisasi/Kelompok
maupun Perilaku Individual Birokrat. Birokrasi “parkinsonian”, dimana
terjadinya proses pertumbuhan jumlah personil dan pemekaran struktur dalam
birokrasi secara tidak terkendali. Pemekaran yang terjadi bukan karena tuntutan
fungsi, tetapi semata-mata untuk memenuhi tuntutan struktur dan kekuasaan.
Kemudian birokrasi “orwellian” yakni proses pertumbuhan kekuasaan birokrasi
atas masyarakat, sehingga kehidupan masyarakat menjadi dikendalikan oleh
birokrasi. Promosi dan rotasi bukan atas dasar kompetensi dan kebutuhan
organisasi tetapi kepentingan kekuasaan dan dilakukan. Selain itu berbagai
kegiatan serimonial yang berlebihan ditambah kinerja yang rendah. Jenis patologi
ini diantaranya adalah formalisme dan kurang inisiatif (takut membuat kesalahan),
Inertia (lamban dalam berbagai urusan/keputusan), duplikasi kegiatan dan
departementalisme, Red tape (cara kerja yang berbelit-belit dan ditunda-tunda),
peraturan dijadikan tujuan dan menjadi senjata para birokrat untuk melindungi
kepentingannya, mempertahankan status quo dan budaya korupsi. Kemudian
3
yang termasuk dalam patologi perilaku birokrat adalah penyalahgunaan
wewenang dan jabatan (korupsi) diantaranya menerima suap, markup,
menetapkan imbalan, kontrak fiktif, penipuan, tindakan sewenang-wenang:
ekstorsi (pemerasan secara kasar/halus) misalnya: pemotongan insentif, rapel,
upah atau gaji. Selain itu Empire Building dengan menciptakan para aktor
dependent disekelilingnya seperti promosi (pangkat dan jabatan) dan bonus.
Ditambah lagi dengan nepotisme/primordialisme artinya perekrutan dan
penempatan posisi atas dasar “pertalian darah” /kesukuan kedaerahan bukan
kompetensi. Juga Sycophancy (kecenderungan ingin memuaskan atasan dengan
cara yang counter productive) serta konsumerisme dan hedonisme. Kedua dan
menjadi hal yang paling penting yaitu Pencapaian Efektivitas dan Efisiensi
Pemerintahan. Urgensi yang kedua ini adalah bahwa reformasi birokrasi bertujuan
agar terciptanya birokrasi yang efektif dan efisien agar dapat melayani masyarakat
secara optimal dan bertanggung jawab.
Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, pelayanan tidak dapat
dipisahkan dari diri setiap individu, tidak memandang apakah orang tersebut kaya
atau miskin dan tua atau muda. Pelayanan dapat dibedakan menjadi dua bagian,
pelayanan yang ditujukan untuk kepentingan seseorang atau sekelompok orang
disebut sebagai pelayanan individual, sedangkan pelayanan yang ditujukan untuk
kepentingan orang banyak dan kesejahteraan bersama disebut sebagai pelayanan
publik.
Semenjak dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah, pemerintah daerah terus menerus berusaha untuk
4
meningkatkan pelayanan publik. Hal itu bisa dilihat dari ketika maraknya
pemerintah daerah (kabupaten/kota) di seluruh Indonesia meminta hak otonomi
yang bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan
pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat dan pelaksanaan
pembangunan. Hak otonomi itu sangat wajar dituntut sebagai upaya peningkatan
kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan publik, karena dengan
otonomi yang merupakan derivatif dari asas desentralisasi, pemerintah daerah
dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik, semakin efektif dan
efisien dalam mengelola sumber daya, dan menggugah semangat partisipasi warga
masyarakat untuk membangun daerahnya. Namun, untuk dapat memberikan
pelayanan yang baik terhadap masyarakat, selayaknya perlu diketahui terlebih
dahulu persoalan-persoalan yang dihadapi oleh masyarakat. Ketika persoalan-
persoalan dalam masyarakat tersebut sudah dapat diinventarisir dan dilakukan
analisis, maka strategi-strategi untuk mengatasi permasalahan tersebut akan
semakin jelas dan konkret dampaknya bagi masyarakat (Riawan Tjandra, dkk,
2005:2).
Pelayanan publik oleh aparatur pemerintah dewasa ini masih banyak dijumpai
kelemahan sehingga belum dapat memenuhi kualitas yang diharapkan
masyarakat. Hal ini ditandai dengan masih adanya berbagai keluhan masyarakat
yang disampaikan melalui media massa, sehingga dapat menimbulkan citra yang
kurang baik terhadap aparatur pemerintahan. Mengingat fungsi utama pemerintah
adalah melayani masyarakat. Untuk itu pemerintah memang harus membenahi diri
dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat khususnya dibidang
5
perizinan. Masyarakat yang merupakan pelanggan dari pelayanan publik, juga
memiliki kebutuhan dan harapan pada kinerja penyelenggaraan pelayanan publik
yang profesional. Sehingga yang sekarang menjadi tugas pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah adalah bagaimana memberi pelayanan publik yang
mampu memuaskan masyarakat. Adanya implementasi kebijakan desentralisasi
dan otonomi daerah di Indonesia yang tertuang dalam UU tentang Pemerintahan
Daerah menyebut bahwa pemerintah mempunyai tanggung jawab, kewenangan,
dan menentukan standar pelayanan minimal, hal ini mengakibatkan setiap daerah
(Kotamadya/Kabupaten) di Indonesia harus melakukan pelayanan publik sebaik-
baiknya dengan standar minimal. Masyarakat setiap waktu selalu menuntut
pelayanan publik yang berkualitas dari birokrat, meskipun tuntutan tersebut sering
tidak sesuai dengan harapan karena secara empiris pelayanan publik yang terjadi
selama ini masih bercirikan berbelit-belit, lambat, mahal, dan melelahkan.
Kecenderungan seperti itu terjadi karena masyarakat masih diposisikan pihak
yang melayani bukan yang dilayani. Oleh karena itu, pada dasarnya dibutuhkan
reformasi pelayanan publik yang mengembalikan dan mendudukkan pelayan dan
yang dilayani ke pengertian sesungguhnya. Pelayanan yang seharusnya
ditunjukkan pada masyarakat umum kadang menjadi pelayanan masyarakat
terhadap negara, meskipun negara berdiri sesungguhnya adalah untuk kepentingan
masyarakat yang mendirikannya. Artinya, birokrat sesungguhnya haruslah
memberikan pelayanan terbaiknya kepada masyarakat.
Suatu gejala umum dari semua tingkatan birokrasi yaitu adanya perilaku
dengan kecenderung orientasi keatas sehingga menyebabkan terjadinya
6
sentralisasi pada pusat-pusat birokrasi, yang pada gilirannya menimbulkan
praktek patrimonialisme pada semua jenjang birokrasi. Dengan demikian dalam
rangka merealisasikan atau mengimplementasikan kebijakan, para birokrat
seringkali tidak berdasarkan aturan serta tujuan yang telah ditentukan, bahkan
adakalanya kebijakan tersebut tidak terimplementasikan. Birokrasi sering
memperlihatkan dirinya sebagai master atau boss yang berwenang mengatur,
mengendalikan dan mengontrol perilaku politik rakyat bukan sebagai pelayanan
masyarakat. Padahal jika dipandang sebagai konteks hubungan kekuasaan,
birokrasi pada dasarnya merupakan mata rantai yang menghubungkan pemerintah
dengan rakyatnya. Birokrasi pada dasarnya merupakan alat rakyat yang bekerja
untuk kepentingan rakyat secara keseluruhan. Dalam posisi demikian, maka tugas
birokrasi adalah merealisasikan setiap kebijakan pemerintah dalam rangka
pencapaian kepentingan masyarakat. Sementara saat ini masyarakat sangat
membutuhkan pelayanan publik yang baik, mudah dan cepat guna untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat terkhususnya dibidang pelayanan perizinan.
Kesenjangan antara harapan para pelanggan maupun terhadap pemberian
pelayanan publik yang diterima maupun ketidaksesuaian antara standar pelayanan
dan pelayanan yang dilaksanakan akan menimbulkan ketidakpuasan pada
pelanggan. Selain itu, kurangnya informasi juga dapat menimbulkan
ketidaksamaan sudut pandang pada persepsi kesempurnaan sebuah pelayanan
publik. Pada kondisi yang seperti ini muncullah terminologi pengaduan
masyarakat atas pelayanan publik. Disisi lain, pengaduan masyarakat yang
7
disampaikan kepada penyelenggara pelayanan publik akan memberikan dampak
positif bagi peningkatan kualitas pelayanan yang diselenggarakan.
Pada Peraturan Daerah Kabupaten Gunung Kidul Nomor 7 Tahun 2016
Tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kabupaten Gunungkidul
dan Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 66 Tahun 2016 tentang Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu dinyatakan bahwa Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu mempunyai tugas melaksanakan pelayanan penanaman modal, perizinan,
dan non perizinan yang menjadi urusan Pemerintah Daerah. Dalam melaksanakan
ketugasan di atas Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu mempunyai
beberapa fungsi antara lain:
1) Perumusan kebijakan umum di bidang penyelenggaraan pelayanan
penanaman modal, perizinan, dan non perizinan;
2) Perumusan kebijakan teknis di bidang penyelenggaraan pelayanan
penanaman modal, perizinan, dan non perizinan;
3) Penyelenggaraan pelayanan penanaman modal, perizinan, dan non perizinan.
Meskipun secara umum reformasi birokrasi di kabupaten Gunungkidul sudah
dicanangkan sejak lama, namun tak dipungkiri bahwa masih banyak permasalahan
yang sering dihadapi dari tahun ke tahun pelaksanaanya. Kinerja, efektivitas dan
efisiensi dalam pelayanan publik perlu terus ditingkatkan. Oleh karena itu,
diterbitkanlah Peraturan Bupati Gunungkidul Nomor 34 Tahun 2015 Tentang
ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI PEMERINTAH KABUPATEN
8
GUNUNGKIDUL 2015-2019, untuk dijadikan pedoman bagi setiap instansi
untuk mereformasi birokrasinya masing-masing sesuai ketentuan dan standar
pelayanan yang berlaku. Road Map Reformasi Birokrasi Pemerintah Kabupaten
Gunungkidul merupakan rencana teknis dan detail mengenai perubahan birokrasi
Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dalam kurun waktu lima tahun, dari tahun
2015-2019. Tujuan penyusunan Road Map reformasi Birokrasi Pemerintah
Kabupaten Gunungkidul adalah untuk memberikan arahan mengenai perubahan
yang ingin dilakukan untuk mencapai sasaran reformasi birokrasi, yaitu:
menciptakan birokrasi yang bersih dan bebas KKN, meningkatkan kualitas
pelayanan publik, dan meningkatkan kapasitas dan akuntabilitas kinerja.
Terkait dengan peningkatan kualitas pelayanan publik kepada masyarakat,
beberapa permasalahan yang dihadapi birokrasi pemerintah Kabupaten
Gunungkidul adalah:
1) Beberapa regulasi terkait pelayanan publik perlu sinkronisasi dan
peninjauan kembali;
2) Belum optimalnya penerapan dan pencapaian Standar Pelayanan Minimal
(SPM);
3) Beberapa penyelenggara pelayanan publik belum menerapkan Standar
Pelayanan dan Maklumat Pelayanan;
4) Penyelenggaraan pelayanan perizinan dan non perizinan belum sepenuhnya
terpadu dalam penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP);
5) Terbatasnya sarana dan prasarana yang mendukung penyelenggaraan
pelayanan publik;
9
6) Pelaksanaan Survey Kepuasan Masyarakat belum sepenuhnya sesuai
ketentuan. Selain itu belum semua penyelenggara pelayanan
menindaklanjuti hasil survey dengan perbaikan pelayanan.
7) Pengelolaan pengaduan belum optimal;
8) Kinerja penyelenggara pelayanan publik masih perlu ditingkatkan
mengingat penyelenggara pelayanan publik belum seluruhnya
melaksanakan kewajiban selaku penyelenggara pelayana publik;
9) Evaluasi kinerja penyelenggara pelayanan publik belum optimal; dan
10) Pemanfaatan teknologi informasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik
belum optimal.
Adapun fokus permasalahan yang penulis ambil disini adalah berkaitan
dengan reformasi birokrasi yang mencakup perubahan mind-set birokrat dalam hal
peningkatan kinerja penyelenggara pelayanan publik yang belum optimal.
Sesungguhnya bahwa proses reformasi birokrasi yang terjadi sampai saat ini di
kabupaten Gunungkidul, khusunya di lingkup Dinas Penanaman Modal Dan
Pelayanan Terpadu tergolong cukup baik jika diihat dari hasil nilai Indeks
Kepuasan Masyarakat (IKM). Dari hasil survei kepuasan masyarakat Semester I
tahun 2019 periode Januari - Juni menunjukkan nilai yang mencapai 84,13 dengan
kriteria B (Bagus). Sedangkan dari segi mutu pelayanannya tergolong baik. Hal
ini didukung dengan kinerja aparatur dinas dalam memberikan pelayanan yang
baik serta menangani persoalan dan pengaduan dari masyrakat. Berikut beberapa
hasil contoh pengaduan masyarakat terhadap pelayanan publik di Kabupaten
Gunung Kidul pada tahun 2018 dengan status selesai atau mendapatkan solusi :
10
Tabel I.1
LAPORAN PENGELOLAANN PENGADUAN
DPMPT KABUPATEN GUNUNGKIDUL
SEMESTER I TAHUN 2018
NO MATERI/
KATEGORI
WAKTU
PENERIMAAN
STATUS
PENYELESAIAN
HASIL
PENANGANAN
TANGGAPAN
PENGADU
1 Penyalahgunaan
Wewenang 26 Pebruari 2018 Selesai
Rekomendasi
Tataruang yang
diberikan kepada PT Artharani Bintang
Sejahtera sudah
memenuhi aturan yang ada
Telah
menyelesaikan permasalahannya
dengan PT
Artharani Bintang Sejahtera yang
dianggap telah
melakukan penyalahgunaan
dokumentasi
kependudukan
2 Pelayanan 28-Mar-18 Selesai
Waktu penyelesaian
SIUP TDP sudah
sesuai dengan aturan yang ada
Waktu penyelesaian
supaya dipercepat
3 Saranan
Prasarana
4 Sumber Daya manusia
5 Korupsi/Pungli
6 Regulasi
7 Lain-lain 1 Pebruari 2018 Diambil alih Asisten Perekonomian dan
Pembangunan
Permohonan
peninjuan kembali terhadap IMB
Menara Excel
Comindo tidak dapat dipenuhi karena
Peninjauan IMB
dilaksanaan jika terjadi Perubahan
Struktur
Bangunan/Perluasan Bangunan/Perubahan
Gambar Teknis
Bangunan
Menerima dan
memahami dan
akan diselesaikan secara internal
8 7 Pebruari 2018 Selesai
Dilaksanakan Rapat Koordinasi dengan
perangkat daerah
terkait dilanjutkan dengan kunjungan
lapangan
Akan mengajukan
permohonan
penghapusan retribusi IMB
11
Kemudian lanjut ke tahun berikut pada tahun 2019, ternyata makin banyak
pengaduan dari masyarakat yang masuk dan masih banyak pula yang belum
terselesaikan, di sisi lain terdapat juga kekurangan SDM secara kuantitas dalm
operasional pelayanan publik. Dari tabel berikut ini menunjukkan jumlah
pengaduan yang diterima oleh Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu,
baik yang terselesaikan maupun belum terselesaikan :
Tabel I.2
Laporan Pengelolaan Pengaduan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Kabupaten Gunungkidul Semester I Tahun 2019
Bulan Jumlah Jumlah
Terselesaikan
Januari 8 7
Februari 1 1
Maret 2 1
April 1 0
Mei 5 0
Juni 1 0
Juli 5 0
Agustus 0 0
September 0 0
Oktober 0 0
November 0 0
Desember 0 0
(https://dpmpt.gunungkidulkab.go.id/web/rekappengaduan)
Hal ini menunjukkan bahwa proses reformasi birokrasi yang dicanangkan dan
dijalankan oleh pemerintah daerah Gunungkidul khususnya di Dinas Penanaman
Modal Dan Pelayanan Terpadu belum berjalan dengan baik. Birokrasi tidak
berjalan efektif dan efisien dan masyrakat tidak mendapatkan pelayanan yang
12
optimal. Disisi lain, pengaduan masyarakat yang disampaikan kepada
penyelenggara pelayanan publik akan memberikan dampak positif bagi
peningkatan kualitas pelayanan yang diselenggarakan, sehingga birokrasi terus
berbenah diri untuk mewujudkan reformasi yang diharapkan. Peneliti ingin
meneliti bagaiamana upaya reformasi birokrasi itu dilakukan di Dinas Penanaman
Modal Dan Pelayanan Terpadu Kabupaten Gunungkidul
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian
ini adalah “Bagaimana Reformasi Birokrasi Pelayanan Publik Dinas Penanaman
Modal Dan Pelayanan Terpadu Kabupaten Gunung Kidul ?”
C. TUJUAN DAN MANFAAT
1. Tujuan dari adanya penelitian ini adalah :
a) Untuk mengetahui dan memahami tentang gambaran reformasi
birokrasi di lingkup Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu
Kabupaten Gunungkidul.
b) Untuk mengetahui dan memahami permasalahan yang terjadi dalam
proses reformasi birokrasi di lingkup Dinas Penanaman Modal Dan
Pelayanan Terpadu Kabupaten Gunungkidul.
13
2. Manfaat dari adanya penelitian ini adalah :
a) Dapat dijadikan suatu pembelajaran mengenai bagaimana proses
Reformasi Birokrasi Pelayanan Publik di lingkup Dinas Penanaman
Modal Dan Pelayanan Terpadu sehingga tercipta sebuah birokrasi
pelayanan publik yang benar-benar berorientasi pada rakyat dan
melayani rakyat sesuai ketentuan dan aturan yang berlaku.
b) Manfaat lain dari penelitian ini adalah sebagai informasi dan masukan
yang berharga bagi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul khususnya
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu dan kedepan dapat
digunakan sebagai kerangka acuan untuk mahasiswa-mahasiswi
Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta
tentang manfaat pelaksanaan Reformasi Birokrasi bagi peningkatan
kinerja aparatur birokrasi untuk mewujudkan pelayanan publik yang
efektif dan efisien.
14
D. KERANGKA KONSEPTUAL
a. Reformasi Birokrasi
Saat ini pemerintah tengah fokus melakukan reformasi yang bertujuan
untuk memperbaiki birokrasi yang selama ini dinilai buruk oleh
masyarakat. Reformasi sebenarnya sudah ada sejak zaman pemerintahan
yang terdahulu, dimana dapat dilihat telah adanya usaha-usaha perubahan
yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia pada waktu itu. Reformasi
dapat diterjemahkan dengan pemaknaan upaya yang dilakukan untuk
menjadikan pemerintahan lebih baik lagi dari sebelumnya. Seperti halnya
Sedarmayanti (2009:67), yang mengatakan bahwa reformasi merupakan
proses upaya sistematis, terpadu, konferensif, ditujukan untuk
merealisasikan tata pemerintahan yang baik (Good Governance). Widjaja
(2011:75), mengatakan bahwa reformasi adalah suatu usaha yang
dimaksud agar praktik-praktik politik, pemerintah, ekonomi dan sosial
budaya yang dianggap oleh masyarakat tidak sesuai dan tidak selaras
dengan kepentingan masyarakat dan aspirasi masyarakat diubah atau ditata
ulang agar menjadi lebih sesuai dan lebih selaras (sosio-reformasi).
Kemudian Prasojo (2009:xv), mengatakan bahwa reformasi merujuk
pada upaya yang dikehendaki (intended change), dalam suatu kerangka
kerja yang jelas dan terarah, oleh karena itu persyaratan keberhasilan
reformasi adalah eksistensi peta jalan (road map), menuju suatu kondisi,
15
status dan tujuan yang ditetapkan sejak awal beserta indikator
keberhasilannya.
Dari penjelasan diatas dapat penulis menyimpulkan bahwa reformasi
merupakan perubahan yang didalamnya terdapat upaya untuk menjadikan
pemerintahan menjadi lebih baik sesuai dengan keinginan masyarakat.
Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa untuk menciptakan pemerintahan
yang baik, berarti fokus dari reformasi itu sendiri adalah birokrasi, karena
birokrasi merupakan badan penyelenggara urusan negara. Sehingga untuk
mewujudkan Good Governance berarti harus dilakukannya reformasi pada
badan birokrasi.
Penjelasan dari reformasi diatas menunjukkan bahwa saat ini fokus
dari reformasi yang dilakukan pemerintah yaitu untuk memperbaiki
birokrasi. Terdapat banyak definisi mengenai apa yang dimaksud dengan
birokrasi itu sendiri, yang masing-masing memberikan penjelasan yang
berbeda-beda tentang birokrasi. Menurut Hegel dalam Sulistio & Budi
(2009: 07), mengungkapkan bahwa birokrasi adalah institusi yang
menduduki posisi organik yang netral dalam struktur sosial dan berfungsi
sebagai penghubung antara negara yang memanifestasikan kepentingan
umum dan masyarakat sipil yang mewakili kepentingan khusus dalam
masyarakat. Blau dalam Pasolong (2008:7), mengatakan bahwa birokrasi
merupakan organisasi yang dirancang untuk menyelesaikan tugas-tugas
administratif dengan cara mengkoordinasi pekerjaan
banyak orang secara sistematis.
16
Senada dengan pendapat diatas menurut Muhaimin dalam Sulistio &
Budi (2009:08), mengatakan bahwa birokrasi adalah keseluruhan aparat
pemerintah, baik sipil maupun militer yang bertugas membantu
pemerintah (untuk memberikan pelayanan publik) dan menerima gaji dari
pemerintah karena statusnya itu. Sementara itu Blau dan Page dalam
Santosa (2008:2), mengatakan bahwa birokrasi sebagai sebuah tipe dari
suatu organisasi yang dimaksudkan untuk mencapai tugas-tugas
administratif yang besar dengan cara mengkoordinasikan secara sistematik
dari pekerjaan banyak orang.
Sebagai penulis saya berpendapat bahwa birokrasi merupakan sebuah
lembaga atau wadah pemerintah yang menyediakan jasa pelayanan yang
dibutuhkan oleh masyarakat umum. Sebagai lembaga maka birokrasi
sudah semestinya terikat dengan peraturan yang berlaku sebagai patokan
dan standar operasional lembaga tersebut.
Melihat berbagai pendapat tentang birokrasi diatas disimpulkan bahwa
birokrasi dapat dikatakan sebagai suatu organisasi yang memiliki tugas
sebagai penyelenggara pemerintahan dan bertugas untuk melayani
masyarakat. Reformasi ditujukan untuk memperbaiki birokrasi
dikarenakan birokrasilah yang bertugas melayani masyarakat dan
bersentuhan langsung dengan masyarakat, oleh karena itu untuk
memperbaiki penyelenggaraan pelayanan publik maka pemerintah
melakukan reformasi birokrasi.
17
Berkaitan dengan usaha pemerintah dalam memperbaiki birokrasi,
yang akhirnya dapat disebut sebagai reformasi birokrasi. Maka terdapat
berbagai definisi tentang reformasi birokrasi, dengan pengertian yang
berbeda-beda mengenai reformasi birokrasi. Menurut Menteri
Pemberdayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia (www.menpan.go.id, diakses 19 Agustus 2014), reformasi
birokrasi merupakan upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan
mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama
menyangkut aspek-aspek pada penerapan pelayanan prima. Menurut
Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-Undangan
(www.ditjen.kemenkumham.go.id,20 Agustus 2019), mengatakan bahwa
reformasi birokrasi adalah :
• Perubahan cara berfikir
Birokrasi harus mengubah pola pikir lama yang buruk dengan pola
pikir baru dimana birokrasi adalah pelayan masyarakat dan dalam
bertindak tidak boleh melenceng dari aturan atau peundang-undangan
yang berlaku.
• Penataan peraturan perundang-undangan
Peraturan atau perundang-undangan yang secara khusus mengatur tata
kelola birokrasi pemerintahan terus diperbaharui dan dioptimalkan
untuk menjadi alat kontrol terhadap pelaksanaan reformasi dalam
tubuh birokrasi.
18
• Penguatan organisasi
Birokrasi perlu melakukan penyempurnaan organisasi yang bercirikan
organisasi modern, ramping, efektif dan efesien yang mampu
membedakan antara tugas-tugas yang perlu ditangani dan yang tidak
perlu ditangani (termasuk membagi tugas-tugas yang dapat diserahkan
kepada masyarakat).
• Penataan tata laksana
Birokrasi harus mampu dan mau melakukan perubahan sistem dan
prosedur kerjanya yang lebih berorientasi pada ciri-ciri organisasi
modern yakni: pelayanan cepat, tepat, akurat, terbuka dengan tetap
mempertahankan kualitas, efesiensi biaya dan ketepatan waktu.
• Manajemen SDM aparatur
Birokrasi harus memposisikan diri sebagai fasilitator pelayan publik
dari pada sebagai agen pembaharu pembangunan. Birokrat sebagai
pemberi pelayanan kepada masyarakat harus terus mengembangkan
pengetahuannya melalui studi banding atau pelatihan-pelatihan yang
menunjang perkembangan SDM aparatur birokrasi.
• Penguatan pengawasan
Biasanya yang berperan dalam kaitannya dengan pengawasan adalah
ombudsman daerah maupun pusat yang terus ikut membantu
mengontrol proses reformasi birokrasi di pemerintahan.
• Penguatan akuntabilitas kinerja
19
Aparatur birokrasi harus mempunyai jiwa tanggung jawab yang tinggi
terhadap hasil kerja yang diberikan kepada masyarakat.
• Peningkatan kualitas pelayanan publik
Peningkatan kinerja aparatur birokrasi merupakan salah satu
perwujudan upaya peningkatan kualitas dalam pelayanan publik.
Sedangkan menurut Sedarmayanti (2009:72), mengatakan bahwa
reformasi birokrasi merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan
kinerja melalui berbagai cara dengan tujuan efektifitas, efisien, dan
akuntabilitas. Dimana reformasi biokrasi itu mencakup beberapa
perubahan yaitu:
• Perubahan cara berfikir (pola pikir, pola sikap, dan pola tindak),
perubahan yang dimaksud yaitu birokrasi harus merubah pola berfikir
yang terdahulu (buruk), birokrasi harus memiliki pola pikir yang sadar
bahwa mereka sebagai pelayan masyarakat, mereka harus memiliki
sikap dan pola tindak yang baik sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dalam artian tidak menyimpang dari peraturan yang teah
ditetapkan.
• Perubahan penguasa menjadi pelayan, perubahan yang dimaksud yaitu
birokrasi harus merubah sikap mereka, karena dapat kita ketahui
bahwa selama ini birokrasi selalu menganggap bahwa mereka adalah
penguasa karena memiliki jabatan yang tinggi dibanding masyarakat
sehingga mereka membuat mereka beranggapan bahwa mereka adalah
20
penguasa yang harus selalu dihormati. Oleh karenanya hal seperti itu
harus dihilangkan dari birokrasi.
• Mendahulukan peranan dari wewenang, perubahan yang dimaksud
yaitu birokrasi harus selalu mendahulukan perananannya yaitu sebagai
pelayan masyarakat harus dapat melayani masyarakat dengan baik,
dengan cara menyampingkan wewenang mereka sebagai pejabat atau
pegawai pemerintah.
• Tidak berfikir hasil produksi tapi hasil akhir, perubahan yang
dimaksud yaitu birokrasi harus selalu mengutamakan hasil akhir dari
pelayanan yang mereka berikan kepada masyarakat seperti
menciptakan kepuasan pada masyarakat.
• Perubahan manajemen kinerja, perubahan yang dimaksud yaitu
merubah manajemen kinerja birokrasi agar dapat menjadi lebih efektif
dibandingkan sebelumnya.
Sebagai penulis saya berpendapat bahwa dalam kondisi pelayanan
yang sarat dengan nuansa kultur kekuasaan, publik/masyarakat menjadi
pihak yang paling dirugikan. Kultur/budaya dimana birokrasi berperan
sebagai pelayan masyarakat harus benar-benar diwujudkan. Praktik
penyelewengan yang dilakukan oleh birokrasi yang terjadi harus dapat
dicegah dan diatasi dengan penyadaran dan pengetahuan kepada birokrat
akan persepsi reformasi yang benar. Reformasi berarti berbenah, sehingga
birokrasi diharapakan sungguh-sungguh memberikan pelayanan yang
optimal secara efektif dan efisien kepada masyarakat.
21
Penjelasan diatas menununjukan bahwa untuk mereformasi birokrasi
ada beberapa hal yang dirubah dari birokrasi itu sendiri. Dari berbagai
definisi tersebut, demi kepentingan penelitian penulis mengambil suatu
generalisasi dari konsep reformasi birokrasi yaitu suatu upaya perubahan
yang dilakukan oleh pemerintah pada sistem penyelenggaraan
pemerintahan untuk menciptakan atau membuat keadaan menjadi lebih
baik dari keadaan sebelumnya dengan melibatkan birokrasi sebagai
sasaran perubahan agar birokrasi menjadi lebih berkualitas.
Kemudian untuk melihat reformasi birokrasi sesuai dengan beberapa
kerangka konsep yang telah diuraikan, maka penulis secara khusus akan
fokus pada cakupan perubahan dalam membangun mind-set yang baru
yang meliputi :
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan sesuatu yang didapatkan dari hasil daya tahu
yang nantinya dapat berbentuk sebuah informasi. Proses dari daya tahu
tersebut seperti melihat, mendengar, merasakan, dan berfikir yang
menjadi dasar manusia dan bersikap dan bertindak. Pengetahuan dan
keterampilan para petugas pelaksana berbagai kegiatan operasional
dalam hal ini adalah birokrat harus ditingkatkan, misalnya kemampuan
menjabarkan kebijaksanaan pimpinan, ketelitian, punya arah yang
pasti sehingga tidak kebingungan dalam memberikan pelayanan, punya
kemampuan untuk mengembangkan diri, peningkatan mutu hasil
22
pekerjaan, berkompeten serta mempunyai imajinasi, ide dan gagasan
yang terarah.
2. Persepsi
Persepsi yang dimaksud adalah cara pandang birokrat yang selalu
positif. Birokrat bukan pemerintah, tetapi pelayan yang tugasnya
melayani masyarakat. Harus adanya persepsi dan gaya manajerial yang
benar dari para pejabat di lingkungan birokrasi, misalnya tidak salah
menggunakan wewenang dan jabatan untuk kepentingan pribadi, tidak
membangun persepsi atas dasar prasangka atas masalah yang dihadapi
tetapi dari hasil yang nyata di lapangan, tidak mengaburkan masalah,
tidak menerima sogok, tidak ada pertentangan kepentingan, karena
kepentingan publik jauh lebih penting di atas kepentingan pribadi,
tidak takut pada perubahan yang burtujuan agar birokrasi tidak stagnan
dan bergerak maju membangun perubahan yang baik.
3. Motivasi
Motivas merupakan dorongan atau semangat di dalam diri seseorang
untuk mengerjakan sesuatu. Upaya membangun motivasi adalah
dengan bekerja secara produktif, efektif dan efisien serta membangun
semangat belajar yang tinggi.
4. Sikap
Bimo Walgito (2001): Sikap adalah organisasi pendapat, keyakinan
seseorang mengenai objek atau suatu situasi, yang disertai adanya
perasaan tertentu, dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk
23
membuat respons atau berperilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya.
Sikap atau yang dikenal sebagai attitude merupakan salah satu aspek
penting dalam reformasi birokrasi, misalnya di sektor pelayanan publik
demi mengarahkan dan memberikan dasar bagi aparatur birokrasi
dalam berperilaku terutama ketika berhadapan dengan masyarakat
yang membutuhkan pelayanan. Aparatur birokrasi dalam bersikap
tidak boleh ragu-ragu, tidak berpuas diri, teratur, harus berpenampilan
rapi dan bersih serta sopan dan santun dalam bersikap dan tutur kata.
5. Tindakan
Tindakan adalah suatu perbuatan, perilaku, atau aksi yang dilakukan
oleh manusia dalam hidup sehari-hari guna mencapai tujuan tertentu.
Dalam reformasi birokrasi, tujuannya adalah terwujudnya birokrasi
yang baik dan optimal dalam upaya pelayanannya kepada masyarakat.
Jadi, sangat disarankan bahwa birokrat sebaiknya untuk berpikir
sebelum bertindak agar dapat bertindak secara tepat, cekatan serta
tidak pilih kasih atau dengan kata lain aparatur birokrasi harus netral
dan bertindak adil.
24
b. Pelayanan Publik
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pelayanan memiliki tiga
makna, yaitu perihal atau cara melayani, usaha melayani kebutuhan orang
lain dengan memperoleh imbalan uang dan kemudahan yang diberikan
sehubungan dengan jual beli barang atau jasa. Pengertian pelayanan
(service) menurut American Marketting Association, seperti yang dikutip
oleh Donald dalam Hardiyansyah (2011:10) bahwa pelayanan pada
dasarnya adalah merupakan kegiatan atau manfaat yang ditawarkan oleh
suatu pihak kepada pihak lain dan pada hakekatnya
tidak berwujud serta tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu, proses
produksinya mungkin juga tidak dikaitkan dengan suatu produksi fisik.
Sedangkan menurut Lovelock dalam Hardiyansyah (2011:10)
berpendapat bahwa: “service adalah produk yang tidak berwujud,
berlangsung sebentar dan dirasakan atau dialami.” Artinya service
merupakan produk yang tidak ada wujud atau bentuknya sehingga tidak
ada bentuk yang dapat dimiliki, dan berlangsung sesaat atau tidak tahan
lama, tetapi dialami dan dapat dirasakan oleh penerima layanan”.
Poerwadarminta dalam Hardiyansyah (2011:10-11) berpendapat bahwa:
“Secara etimologis pelayanan berasal dari kata layan yang
berarti membantu menyiapkan atau mengurus apa-apa yang
diperlukan seseorang, kemudian pelayanan dapat diartikan
sebagai: Perihal atau cara melayani; Servis atau jasa;
25
Sehubungan dengan jual beli barang atau jasa. Dari uraian
tersebut, maka pelayanan dapat diartikan sebagai aktivitas yang
diberikan untuk membantu,menyiapkan dan mengurus baik itu
berupa barang atau jasa dari satu pihak kepada pihak lain”.
Ivancevich dkk dalam Ratminto dan Winarsih (2005:2) mendefinisikan
pelayanan adalah produk-produk yang tidak kasat mata (tidak dapat
diraba) yang melibatkan usaha-usaha manusia dan menggunakan
peralatan. Sedangkan definisi yang lebih rinci diberikan oleh Gronroos
dalam Ratminto dan Winarsih (2005:2) yaitu:
“Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas
yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi
sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dan karyawan
atau hal lain-lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi
layanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan
konsumen atau pelanggan”.
Sebagai penulis saya memahami pelayanan itu sebagai proses yang
terjadi dalam upaya pemenuhan kebutuhan dimana dalam proses tersebut
kita akan berhubungan langsung dengan orang lain.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkankan bahwa pelayanan
merupakan serangkaian aktivitas seseorang ataupun kelompok yang
bersifat tidak kasat mata melalui suatu produk tertentu untuk memenuhi
kebutuhan orang lain. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan pada
26
birokrasi sebagai unit pelayanan. Sehingga dapat disebutkan bahwa
pelayanan yaitu serangkaian aktivitas birokrasi (Dinas Perijinan
Kabupaten Gunung Kidul) yang besifat tidak kasat mata melalui
Pelayanan Publik Dinas Perijinan Kabupaten untuk memenuhi kebutuhan
orang lain. Reformasi birokrasi yang dilakukan oleh pemerintah dalam
penelitian ini yaitu reformasi dari sisi peningkatan kualitas pelayanan
publik.
Pelayanan sangat erat kaitannya dengan publik, istilah publik itu
sendiri berasal dari Bahasa Inggris public yang berarti umum, masyarakat,
negara. Kata public sebenarnya sudah diterima menjadi Bahasa Indonesia
Baku menjadi Publik yang berarti umum, orang banyak, ramai. Inu dan
kawan-kawan dalam Sinambela, dkk (2011: 05), mendefinisikan bahwa
publik adalah sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berpikir,
perasaan, harapan, sikap atau tindakan yang benar dan baik berdasarkan
nilai-nilai norma yang merasa memiliki.
Dalam hubungannya pelayanan yang merupakan serangkaian aktivitas
birokrasi (Dinas Perijinan Kabupaten Gunung Kidul), yang bersifat tidak
kasat mata melalui Pelayanan Publik untuk memenuhi kebutuhan orang
lain, dan kata publik berarti sebagai objek dari pelayanan itu sendiri, yaitu
masyarakat. Berarti aktivitas yang bersifat tidak kasat mata yang dilakukan
oleh birokrasi (Dinas Perijinan Kabupaten Gunung Kidul) melalui
Pelayanan Publik itu bertujuan untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan
masyarakat Kabupaten Gunung Kidul.
27
Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini menyangkut pada konsep
pelayanan yang berhubungan dengan bidang pemerintahan yang sering
disebut dengan pelayanan umum atau pelayanan publik. Pelayanan publik
merupakan hal yang paling penting dalam kehidupan masyarakat.
Dwiyanto (2011:14), mengatakan bahwa pelayanan publik adalah
pelayanan yang diselenggarakan oleh pemerintah. Sementara itu, Ratminto
& Atik (2012: 5), mengatakan bahwa pelayanan umum adalah segala
bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa
publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan
oleh instansi pemerintahan di Pusat, di Daerah dan di lingkungan BUMN
atau BUMD, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat
maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Senada dengan pendapat diatas Kurniawan dalam Pasolong (2008:
199), mengatakan bahwa pelayanan publik adalah pemberian pelayanan
(melayani) keperluan orang lain atau masyarakat yang mempunyai
kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara
yang telah ditetapkan. Sementara itu Thoha dalam Sedarmayanti
(2009:243), mengatatakan bahwa pelayanan masyarakat adalah usaha yang
dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang atau instansi tertentu untuk
memberi bantuan dan kemudahan kepada masyarakat dalam mencapai
tujuan tertentu. Kemudian Duaji (2013:30), mengatakan bahwa pelayanan
28
publik adalah suatu upaya membantu atau memberi manfaat kepada publik
melalui penyediaan barang dan atau jasa yang diperlukan oleh mereka.
Sebagai penulis saya berpendapat bahwa pelayanan publik merupakan
aktivitas yang terjadi dalam suatu instansi atau organisasi baik itu
pemerintahan maupun swasta untuk memenuhi suatu kebutuhan tertentu.
Dalam proses ini terjadi hubungan timbal balik antara pemberi dan yang
menerima pelayanan. Dalam hal ini birokrasi menjadi subyek pemberi
pelayanan, sedangkan obyek pelayanan atau yang menerima pelayanan
adalah masyarakat. Dalam pelayanan publik perlu diperhatikan aturan-
aturan yang berlaku sehingga pelayanan tersebut benar-benar tepat sasaran
dan tidak merugikan pihak tertentu.
Dari berbagai definisi tersebut, penulis dapat simpulkan bahwa
pelayanan publik merupakan serangkaian aktivitas yang dilakukan
birokrasi yang bertujuan untuk melayani dan memenuhi kebutuhan
masyarakat baik bersifat barang ataupun jasa sesuai dengan aturan pokok
atau pun tata cara yang berlaku.
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dalam Ratminto
& Atik (2012: 20-21), mengelompokan 3 jenis pelayanan dari instansi
pemerintahan serta BUMN/BUMD. Pengelompokkan jenis pelayanan
tersebut didasarkan atas ciri dan sifat kegiatan serta produk yang
dihasilkan, yaitu:
29
1) Jenis Pelayanan Administratif adalah jenis pelayanan yang diberikan
oleh unit pelayanan berupa pencatatan, penelitian, pengambilan
keputusan, dokumen dan kegiatan tata usaha lainnya yang secara
keseluruhan menghasilkan produk akhir berupa dokumen, misalnya
sertifikat, ijin-ijin, rekomendasi, keterangan dan lain-lain.
2) Jenis Pelayanan Barang adalah pelayanan yang diberikan oleh unit
pelayanan berupa kegiatan penyediaan atau pengolahan bahan
berwujud fisik termasuk distribusi dan penyampaian kepada
konsumen langsung (sebagai unit atau individual) dalam suatu sistem.
Secara keseluruhan kegiatan tersebut menghasilkan produk akhir
berwujud benda (berwujud fisik) atau yang dianggap benda yang
memberikan nilai tambah secara langsung bagi penggunanya.
Misalnya jenis pelayanan listrik, pelayanan air bersih, dan pelayanan
telepon.
3) Jenis Pelayanan Jasa adalah jenis pelayanan yang diberikan oleh unit
pelayanan berupa sarana dan prasarananya serta penunjangnya.
Pengoprasiannya berdasarkan suatu sistem pengoperasian tertentu
danpasti. Produk akhirnya berupa jasa yang mendatangkan manfaat
bagi penerimanya secara langsung dan habis terpakai dalam jangka
waktu tertentu. Misalnya pelayanan angkatan darat, laut dan udara,
pelayanan kesehatan, pelayanan perbankan, pelayanan pos, dan
pelayanan pemadam kebakaran.
30
Dalam penelitian ini penulis merujuk pada jenis pelayanan publik
dimana penulis mengambil suatu kesimpulan tentang pelayanan publik
yaitu serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh birokrasi yang bertujuan
untuk melayani dan memenuhi kebutuhan masyarakat yang berupa
pencatatan, penelitian, pengambilan keputusan, dokumen dan kegiatan tata
usaha lainnya yang secara keseluruhan menghasilkan produk akhir berupa
dokumen, misalnya sertifikat, ijin-ijin, rekomendasi, keterangan dan lain-
lain sesuai dengan aturan atau tata cara yang berlaku.
a) Ciri- ciri Pelayanan Publik
Ciri-ciri pelayanan publik yang baik menurut Kasmir (2006:34)
adalah memiliki unsur sebagai berikut:
1) Tersedianya karyawan yang baik. Karyawan yang baik harus
ramah, sopan, menarik, cepat tanggap, pandai bicara,
menyenangkan serta pintar, karena kenyamanan nasabah sangat
tergantung dari karyawan yang melayani, dalam hal ini customer
service officer.
2) Tersedianya sarana dan prasarana yang baik. Peralatan dan
fasilittas yang dimiliki seperti ruang tunggu dan ruang untuk
menerima tamu harus dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang
mamadai sehingga membuat pelanggan merasa nyaman, betah,
dan tidak bosan di ruangan tersebut.
31
3) Bertanggung jawab kepada setiap nasabah (pelanggan) sejak awal
hingga akhir. Pelanggan akan merasa puas jika mereka merasakan
adanya
tanggungjawab dari karyawan tersebut. Apabila ada pelanggan
yang tidak dilayani secara tuntas akan menjadi citra yang buruk
bagi perusahaan tersebut.
4) Mampu melayani secara cepat dan tepat. Karyawan harus
melakukan pelayanan sesuai dengan prosedur layanan yang
ditetapkan perusahaan. Layanan yang diberikan harus sesuai
jadwal dan jangan membuat kesalahan.
5) Mampu berkomunikasi.
6) Karyawan harus menjaga kerahasiaan informasi data pelanggan,
terutama yang berkaitan dengan uang pribadi pelanggan. Dalam
perusahaan perbankan, kerahasian nasabah sangat dijunjung
tinggi. Memberikan jaminan kerahasiaan setiap transaksi.
7) Memiliki pengetahuan dan kemampuan tertentu. Dikarenakan
tugas karyawan dalam hal ini customer service officer, selalu
berhubungan dengan nasabah, oleh karena itu dididik khusus
mengenai kemampuan dan pengetahuan untuk menghadapi
nasabah maupun kemampuan dalam bekerja.
8) Berusaha memahami kebutuhan nasabah (pelanggan). Artinya
karyawan harus cepat tanggap terhadap apa yang diinginkan oleh
32
nasabah, usahakan mengerti dan memahami keinginan dan
kebutuhan nasabah secara tepat.
9) Mampu memberikan kepercayaan kepada nasabah (pelanggan).
Sehingga calon nasabah mau menjadi nasabah bank yang
bersangkutan. Kepercayaan merupakan ujung tombak bank dalam
menjalankan aktivitasnya. Sekali pelayanan yang diberikan dapat
memuaskan nasabah, maka akan menimbulkan kepercayaan
kepada nasabah tesebut.
b) Prinsip- Prinsip Pelayanan Publik
Dalam pelaksanaan pelayanan publik terdapat prinsip-prinsip
pokok yang harus dimiliki oleh birokrasi dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Dalam Duaji (2013:79), prinsip-prinsip pokok
dalam pemberian pelayanan publik atau masyarakat yaitu:
1) Prinsip Aksessibilitas, yaitu bahwa pada hakekatnya setiap jenis
pelayanan harus terjangkau oleh setiap pengguna pelayanan.
Tempat, jarak, dan sistem pelayanan harus sedapat mungkin dekat
dan mudah dijangkau atau diakses oleh pengguna pelayanan.
2) Prinsip kontinuitas, yaitu bahwa setiap jenis pelayanan harus
secara terus menerus tersedia bagi masyarakat dengen kepastian
dan penjelasan tertentu yang berlaku bagi proses pelayanan.
33
3) Prinsip Teknikalitas, yaitu bahwa setiap jenis pelayanan pada
akhirnya harus dilaksanakan secara efektif dan efisien serta
memberikan keuntungan bagi pemerintah maupun bagi
masyarakat secara luas.
4) Prinsip Akuntabilitas, yaitu bahwa proses atau produk dan mutu
pelayanan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyarakat karena aparat pemerintah itu pada hakekatnya
mempunyai tugas memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya.
Kemudian prinsip-prinsip pelayanan publik menurut Keputusan
MenPan N0.63 Tahun 2003 tentang pedoman pelayanan publik,
mencakup beberapa hal yaitu:
1) Kesederhanaan, prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit
mudah dipahami, dan mudah dilaksanakan.
2) Kejelasan, yang meliputi
3) Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik,
4) Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam
memberikan pelayanan dan menyelesaikan keluhan dalam
pelaksanaan pelayanan publik, dan Rincian biaya tarif atau tata
cara pembayaran.
5) Kepastian waktu, pelaksanaan pelayanan publik dapat
diselesaikan dalam kurun waktu yang ditentukan.
6) Akurasi, produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat
dan sah.
34
7) Keamanan. Proses dan produk pelayanan memberikan rasa aman
dan kepastian hukum.
8) Tanggung jawab, pimpinan penyelenggaraan pelayanan publik
bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan
menyelesaikan keluhan atau persoalan dalam pelayanan publik.
9) Kelengkapan sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan
perlengkapan lainnya yang memadai termasuk sarana teknologi
komunikasi dan informatika.
10) Kemudahan akses, tempat dan lokasi serta sarana yang memadai,
mudah dijangkau oleh masyarakat dan mudah memanfaatkan
sarana teknologi dan komunikasi dan informatika.
11) Kedisplinan, kesopanan, dan keramahan, pemberi pelayanan
harus bersikap disiplin sopan dan santun, ramah serta
memberikan pelayanan dengan ikhlas.
12) Kenyamanan, lingkungan harus tertib, teratur disediakan ruang
tunggu yang nyaman, bersih lingkungan yang indah dan sehat
dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir,
toilet tempat ibadah, dan lain- lain.
Prinsip-prinsip yang ada pada pelaksanaan pelayanan publik
tersebut digunakan sebagai prinsip bagi birokrasi selaku
penyelenggara pelayanan publik. Dalam menyelenggarakan pelayanan
publik birokrasi prinsip-prinsip tersebut secara keseluruhan memiliki
35
tujuan untuk memberikan kepuasan bagi masyarakat dalam proses
pelayanan publik dengan kualitas pelayanan yang baik.
c) Kualitas Pelayanan Publik
Pada hakekatnya, tujuan dari pelayanan publik yang dilakukan oleh
birokrasi adalah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan hasil
akhir terciptanya kepuasan masyarakat terkait pelayanan yang telah
diberikan. Untuk mencapai kepuasan tersebut tentu saja birokrasi
dalam memberikan pelayanan publik harus dapat memberikan
pelayanan yang berkualitas bagi masyarakat. Kualitas pelayanan
publik menurut Pasolong (2008:210), sebagai berikut:
“Kualitas pada dasarnya merupakan kata yang
menyandang arti relatif karena bersifat abstrak, kualitas
dapat digunakan untuk menilai atau menentukan tingkat
penyesuaian suatu hal terhadap persyaratan atau
spesifikasinya. Bila persyaratan atau spesifikasi itu
terpenuhi berarti kualitas sesuatu hal yang dimaksud dapat
dikatakan dengan baik, sebaliknya jika persyaratan tidak
terpenuhi maka dapat dikatakan tidak baik. Dengan
demikian untuk menentukan kualitas pelayananan
diperlukan indikator.”
36
Kualitas Menurut Hunt dalam Nasution (2004:40), adalah
kecocokan pengguna produk (fitnes for use) untuk memenuhi
kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Kecocokan penggunaan itu
didasarkan atas lima ciri utama yaiu:
1) Teknologi, yaitu kekuatan atau daya tahan
2) Psikologis, yaitu citra rasa atau status
3) Waktu, yaitu kehandalan
4) Kontraktual, yaitu adanya jaminan
5) Etika, yaitu sopan santun, ramah dan jujur
Sementara itu, Lovelock dalam Duaji (2013:33), mendefinisikan
kualitas pelayanan sebagai:
“Penyesuaian terhadap perincian-perincian (conformance to
specification) dimana kualitas ini dipandang sebagai derajat
keunggualan yang ingin dicapai, dilakukan kontrol terus
menerus dalam dalam mencapai keunggulan tersebut dalam
rangka memenuhi kebutuhan pengguna jasa.”
Feigenbaum dalam Nasution (2004:41), mengatakan bahwa
kualitas adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya (full costumer
satisfaction). Suatu produk berkualitas apabila dapat memberi
kepuasan sepenuhnya kepada konsumen, yaitu sesuai dengan apa yang
diharapkan konsumen atas suatu produk. Kemudian Garvin dan Davis
dalam Nasution (2004:41), menyatakan bahwa kualitas adalah suatu
kondisi dinamis yang berhubungan dengan suatu produk,
37
manusia/tenaga kerja, proses dan tugas serta lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau konsumen.
Sinambela,dkk (2010:8) mengatakan bahwa pelayanan berkualitas
dapat dilakukan dengan konsep layanan sepenuh hati (di gagas oleh
Patricia Patton), yaitu berasal dari diri sendiri yang mencerminkan
emosi, watak, keyakinan, nilai, sudut pandang, oleh karena itu
aparatur pelayanan dituntut untuk memberikan pelayanan kepada
pelanggan dengan sepenuh hati.
Sedarmayanti (2009:252), mengatakan bahwa kualitas berarti:
1) Kesesuaian dengan persyaratan/ tuntutan
2) Kecocokan untuk pemakaian
3) Perbaikan atau penyempurnaan berkelanjutan
4) Bebas dari kerusakan atau cacat
5) Pemenuhan kebutuhan pelanggan awal dan setiap saat
6) Melakukan sesuatu secara benar awal
7) Sesuatu yang bisa membahagiakan pelanggan
Dalam hal ini berarti kualitas pelayanan merupakan ukuran
kesesuaian antara yang diharapkan dengan kenyataan dalam hal
pemenuhan kebutuhan masyarakat, dan untuk mencapai kualitas yang
38
maksimal dalam memenuhi kebutuhan masyarakat harus selalu
dilakukannya kontrol/pemantauan, dan untuk melihat kualitas
pelayanan diperlukannya indikator. Semua kualitas ini menjadi hal
yang sangat penting diperhatikan untuk mengurangi bahkan berupaya
agar tidak ada komplain atau keluhan dan pengaduan dari masyarakat.
Sinambela dalam Pasolong (2008:211), mengatakan bahwa
kualitas pelayanan prima tercermin dari:
1) Transparansi yaitu pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan
dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan
disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.
2) Akuntabilitas yaitu pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
3) Kondisional yaitu pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan
kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap
berpegang teguh pada prinsip efisiensi dan efektifitas.
4) Partisipatif yaitu pelayan yang dapat mendorong peran
masyarakat dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan
harapan masyarakat.
5) Kesamaan hak yaitu pelayanan yang tidak melakukan
diskriminasi dilihat dari aspek apapun khususnya suku, ras,
agama, golongan, status sosial.
39
6) Keseimbangan hak dan kewajiban yaitu pelayanan yang
mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima
pelayanan publik.
Parasuranman dan Berry dalam Nasution (2004:56), mengidentifikasi
10 faktor utama yang menentukan kualitas jasa yaitu:
1) Reliabylity, mencakup dua hal pokok yaitu konsistensi kinerja dan
kemampuan untuk dipercaya (dependability). Hal ini berarti
perusahaan memberikan jasanya secara tepat semenjak saat
pertama. Selain itu, berarti perusahaan tersebut memenuhi
janjinya, misalnya menyampaikan jasanya sesuai dengan jadwal.
2) Responsivenes, yaitu kemauan atau persiapan para karyawan
untuk memberikan jasa yang dibutuhkan pelanggan.
3) Competence, setiap orang dalam perusahaan memiliki
ketrampilan yang dibutuhkan agar dapat memberikan jasa
tertentu.
4) Access, meliputi kemudahan untuk dihubungi dan ditemui, hal ini
berarti lokasi, fasilitas jasa yang mudah dijangkau, waktu
menunggu tidak terlalu lama, saluran komunikasi perusahaan
mudah dihubungi dan lain-lain.
5) Courtesy, meliputi sikap sopan santun, respek, perhatian dan
keramahan yang dimiliki contact personnel.
40
6) Communication, artinya memberikan informasi kepada pelanggan
dalam bahasa yang dapat dipahami, serta selalu mendengarkan
saran dan keluhan pelanggan.
7) Credibility, yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya.
8) Security, yaitu aman dari bahaya, resiko atau keragu-raguan.
Aspek ini meliputi keamanan secara fisik, keamanan finansial dan
kerahasiaan.
9) Understanding/knowing the consumer, yaitu usaha untuk
memahami kebutuhan pelanggan.
10) Tangibles, yaitu bukti fisik dari jasa, berupa fasilitas fisik,
peralatan yang dipergunakan, representasi fisik dari jasa.
41
E. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah melihat proses reformasi
birokrasi dalam upaya membangun perubahan mind-set baru yang meliputi
1. Proses perubahan yang diupayakan oleh Dinas Penanaman Modal Dan
Pelayanan Terpadu tentang proses membangun pengetahuan yang benar dari
tidak tahu menjadi tahu.
2. Proses membangun persepsi atau cara padang birokrat yang benar di Dinas
Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu.
3. Proses perubahan yg dilakukan birokrasi dalam rangka mendorong motivasi
birokrat di Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu.
4. Proses perubahan dalam upaya membangun sikap birokrat yang benar di
Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu.
5. Proses perubahan yang dilakukan birokrasi sebagai upaya membangun suatu
tindakan yang tepat dalam menjalankan sebuah birokasi yang baik di Dinas
Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu.
42
F. METODE PENELITIAN
a. Jenis Penelitian
Ditinjau dari jenis datanya jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Adapun yang
dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-
kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2007:6). Penelitian ini
secara spesifik lebih diarahkan pada desain penelitian kualitatif deskriptif.
Penelitian deskrptif kualitatif berusaha untuk menuturkan pemecahan
masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data. Penelitian kualitatif
dengan desain deskriptif adalah penelitian yang memberi gambaran secara
cermat mengenai individu atau kelompok tertentu tentang keadaan dan
gejala yang terjadi (Koentjaraningrat, 1993: 89). Penelitian kualitatif tidak
dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya
menggambarkan apa adanya tentang suatu variabel, gejala atau keadaan.
Jenis penelitian deskriptif kualitatif juga merupakan jenis penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alami, dimana
peneliti adalah instrument kunci. Teknik pengumpulan data dilakukan
secara triangulasi dalam rangka memperoleh validitas data, sehingga
menghasilkan data bersifat deskriptif dan analisa data dilakukan secara
43
induktif (sugiyono, 2000:4). Dengan kata lain penelitian deskriptif
bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan saat ini dan
melihat kaitan antara variabel yang ada. Namun demikian penelitian
deskriptif ini tetap memiliki batasan- batasan kajian. Secara metodologis,
tipe penelitian ini hanya sampai pada menggambarkan fenomena yang
terjadi, dalam artian bahwa hanya sebatas menguraikan variabel
penghambat tentang apa, siapa, kapan, bagaimana, kapan dan dimana.
b. Unit Analisis
Subyek dalam penelitian ini adalah sasaran yang mau diteliti yaitu
individu, benda, atau organisme yang dijadikan sumber informasi yang
dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian. Istilah lain yang
digunakan untuk menyebut subjek penelitian adalah responden, yaitu
orang yang memberi respons atas suatu perlakuan yang diberikan
kepadanya (Idrus 2009: 91). Penulis memilih subjek penelitian ini yaitu
Pejabat Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Kabupaten
Gunungkidul yang terlibat dengan proses perijinan. Adapun dalam
pengambilan sampelnya menggunakan teknik Purposive dan Snowball.
Teknik Purposive adalah salah satu teknik pengambilan sampel yang
sering digunakan dalam penelitian. secara bahasa yaitu berarti sengaja.
Jadi, teknik Purposive berarti teknik pengambilan sempel secara sengaja.
Maksudnya, peneliti menentukan sendiri sampel yang diambil tidak secara
44
acak, tetapi ditentukan sendiri oleh peneliti. Pengambilan sampel
berdasarkan penilaian peneliti mengenai siapa-siapa saja yang pantas
memenuhi persyaratan untuk dijadikan sampel, oleh karena itu latar
belakang pengetahuan tertentu mengenai sampel dimaksud tentu juga
populasinya agar benar-benar bisa mendapatkan sampel yang sesuai
dengan persyaratan atau tujuan peneliti sehingga memperoleh data yang
akurat. Sedangkan tekni Snowball (bola salju) adalah teknik yang
digunakan dimana informasi atau wawancara diperoleh melalui proses
bergulir dari satu responden ke responden yang lain. Obyek dalam
penelitian ini adalah Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Kabupaten Gunung Kidul. Sedangkan informan dari penelitian ini adalah
Pejabat Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu kabupaten
Gunungkidul dan Pemanfaat Pelayanan atau Pemerhati Pelayanan Publik.
c. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, kualitas riset sangat tergantung pada
kualitas dan kelengkapan data yang dihasilkan. Pertanyaan yang selalu
diperhatikan dalam pengumpulan data adalah apa, siapa, dimana, kapan,
dan bagaimana. Penelitian kualitatif bertumpu pada triangulation data
yang dihasilkan dari tiga metode: interview, participan to observation, dan
telaah catatan organisasi (document records). Dalam penelitian kualitatif
pengumpulan data lazimnya menggunakan metode wawancara,
45
observasidan dokumentasi. Juga tidak diabaikan kemungkinan
menggunakan sumber-sumber non-manusia (non-human source of
information), seperti dokumen, dan rekaman (record) yang tersedia.
Pemilihan informan dalam penelitian ini dilakukan secara purposif (bukan
secara acak) yaitu atas dasar apa yang diketahui tentang variasi-variasi
yang ada atau elemen-elemen yang ada atau sesuai kebutuhan penelitian.
1. Wawancara (interview)
Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa wawancara (interview) adalah suatu kejadian atau suatu proses
interaksi antara pewawancara (interviewer) dan sumber informasi atau
orang yang di wawancarai (interviewee) melalui komunikasi langsung.
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara terstruktur
terhadap responden yang merupakan sumber data primer yang terkait
dengan penelitian ini yaitu Pejabat Dinas Penanaman Modal Dan
Pelayanan Terpadu Kabupaten Gunungkidul.
2. Observasi (pengamatan)
Selain wawancara, observasi juga merupakan salah satu teknik dalam
pengumpulan data yang sangat lazim dalam metode penelitian
kualitatif. Observasi adalah bagian dalam pengumpulan data.
Observasi berarti mengumpulkan data langsung dari lapangan. Dalam
46
hal ini peneliti melakukan pengamatan secara langsung di lokasi mulai
dari proses pengajuan sampai penerbitan ijin.
3. Dokumentasi
Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa
diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan
harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal kegiatan dan
sebagainya. Teknik atau studi dokumentasi adalah cara pengumpulan
data melalui peninggalan arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku
tentang pendapat, teori, dalil-dalil atau hukum-hukum dan lain-lain
berhubungan dengan masalah penelitian. Dalam penelitian kualitatif
taknik pengumpulan data yang utama karena pembuktian hipotesisnya
yang diajukan secara logis dan rasional melalui pendapat, teori, atau
hukum-hukum, baik mendukung maupun menolak hipotesis tersebut.
Peneliti berupaya mencari data berupa dokumen seperti ini bisa
dipakai untuk menggali infromasi yang terjadi di masa silam. Peneliti
perlu memiliki kepekaan teoretik untuk memaknai semua dokumen
tersebut sehingga tidak sekadar barang yang tidak bermakna. Tujuan
dokumentasi adalah karena alasan efisiensi, efisien dari segi waktu,
tenaga dan biaya (Dimyati, 2013).
47
d. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data dan memilih mana yang penting serta mana yang
perlu dipelajari serta membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami
(Sugiyono, 2007: 333-345). Teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis interpretatif yang digunakan peneliti. Hasil
yang diproleh diinterprestasikan, kemudian disajikan dalam bentuk naratif.
Sebagaimana yang dikemukakan Miles dan Hubberman (Sugiyono, 2007:
204) yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan langkah
terakhir adalah penarikan kesimpulan. Langkah-langkah tersebut sebagai
berikut:
1. Keabsahan data (Triangulasi)
Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi.
Triangulasi adalah teknik memeriksa keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Dimana peneliti membandingkan dan
mengoreksi ulang drajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif
(Moelong, 2017:330-331). Hal itu dicapai dengan membandingkan
hasil wawancara dengan suatu dokumen yang berkaitan.
2. Reduksi data
48
Reduksi data merupakan penyerderhanaan yang dilakukan melalui
seleksi, pemfokusan dan keabsahan data mentah menjadi informasi
yang bermakna, sehingga memudahkan penarikan kesimpulan.
3. Penyajian data
Penyajian data yang sering digunakan pada data kualitatif adalah
bentuk naratif. Penyajian-penyajian data berupa sekumpulan informasi
yang tersusun secara sistematis dan mudah dipahami.
4. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dalam analisis data yang
dilakukan melihat hasil reduksi data tetap mengaju pada rumusan
masalah secara tujuan yang hendak dicapai. Data yang telah disusun
dibandingkan antara satu dengan yang lain untuk ditarik kesimpulan
sebagai jawaban dari permasalahan yang ada.
49
BAB II
PROFIL DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU
KABUPATEN GUNUNGKIDUL
A. SEJARAH BERDIRINYA DINAS PENANAMAN MODAL DAN
PELAYANAN TERPADU KABUPATEN GUNUNGKIDUL
Sebagai wujud komitmen Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dalam upaya
memberikan pelayanan kepada masyarakat yang lebih baik dan cepat maka pada
tahun 2007 dibentuklah UPTSA (Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap) yang
mengkoordinasikan beberapa SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) yang
mengampu perizinan dengan menempatkan petugasnya di UPT sehingga ada
loket-loket perizinan. Kemudian pada tahun 2009 berganti nama menjadi KPT
(Kantor Pelayanan Terpadu), beberapa perizinan sudah dilimpahkan ke Kantor
Pelayanan Terpadu Kabupaten Gunungkidul, sehingga lebih mensentralkan
perizinan ke dalam satu pintu. Mendasar pada keterbatasan yang ada dan untuk
meningkatkan iklim investasi dan usaha yang lebih kondusif serta menjamin
kepastian hukum bagi setiap produk izin yang dikeluarkan , maka pada tahun
2011 Penanaman Modal bergabung kedalam PTSP sehingga berubah nama
menjadi Kantor Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Kabupaten
Gunungkidul melalui Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 21
Tahun 2011. Dalam Peraturan Bupati Nomor 33 Tahun 2011 tentang Pelayanan
Perizinan dam Non Perizinan. Dalam menjalankan tugas mendasar Peraturan
50
Bupati Gunungkidul 85 Tahun 2011 Tentang Uraian Tugas Kantor Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu. Sedangkan sesuai dengan Peraturan Bupati
Gunungkidul Nomor 33 Tahun 2015 tentang Pelayanan Perizinan dan Non
Perizinan dengan memberikan kewenangan kepada Kepala Kantor Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Kabupaten Gunungkidul untuk melayani 72 Jenis
perijinan dan menandatangani 18 Jenis izin. Kebijakan ini diambil tidak terlepas
dari komitmen Pemerintah Kabupaten Gunungkidul untuk senantiasa
memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat secara baik dan
professional.
Selanjutnya, seiring perkembangan dan perubahan kelembagaan dibentuklah
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu (DPMPT) mempunyai tugas
melaksanakan pelayanan penanaman modal, perizinan dan non perizinan yang
menjadi urusan urusan Pemerintah Daerah, mengacu pada Peraturan Bupati
Gunungkidul Nomor 66 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi,
Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu.
Sejak tahun 2016 ini, seiring perubahan organisasi dari kantor menjadi dinas,
DPMPT semakin kuat dan konsisten melaksanakan pelayanan publik dan
pelayanan penanaman modal di Gunungkidul.
Motto Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu
“ MELAYANI DENGAN SEPENUH HATI“
51
Budaya Kerja Pelayanan
“SATRIYA” (Selaras, Akal budi luhur-jati diri, Teladan-keteladanan,
Rela melayani, Inovatif, Yakin, Ahli profesional)
B. KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PENANAMAN
MODAL DAN PELAYANAN TERPADU KABUPATEN
GUNUNGKIDUL
a. Kedudukan
1) Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu merupakan unsur
pelaksana urusan pemerintahan daerah di bidang penanaman modal dan
pelayanan terpadu;
2) Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu dipimpin oleh seorang
Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab
kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah;
3) Kedudukan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu dalam
Organisasi Perangkat Daerah.
b. Tugas Pokok
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu mempunyai tugas
melaksanakan urusan pemerintahan dan tugas pembantuan di bidang
penanaman modal dan pelayanan terpadu.
52
c. Fungsi
1) Perumusan kebijakan umum dibidang penyelenggaraan pelayanan
penanaman modal, perizinan dan non perizinan;
2) Perumusan kebijakan teknis di bidang penyelenggaraan pelayanan
penanaman modal, perizinan dan non perizinan;
3) Penyusunan rencana kinerja dan perjanjian kinerja dibidang
penyelenggaraan pelayanan penanaman modal, perizinan dan non
perizinan;
4) Penyelenggaraan pelayanan penanaman modal, perizinan dan non
perizinan;
5) Melaksanakan evaluasi penyelenggaraan pelayanan penanaman modal,
perizinan dan non perizinan;
6) Pelaksanaan pengelolaan pengaduan dan advokasi;
7) Pengembangan sistem dan prosedur penyelenggaraan pelayanan
penanaman modal, perizinan dan non perizinan;
8) Pelaksanaan promosi penanaman modal;
9) Pelaksanaan fasilitasi kerjasama dunia usaha dibidang penanaman
modal;
10) Pelaksanaan pemantauan, bimbingan dan pengendalian penanaman
modal, perizinan dan non perizinan;
11) Penyelenggara sistem pengendalian intern di bidang penyelenggaraan
pelayanan penanaman modal, perizinan dan non perizinan;
53
12) Penyusunan dan penerapan norma, standar, pedoman, dan petunjuk
operasional di bidang penyelenggaraan pelayanan penanaman modal,
perizinan dan non perizinan;
13) Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan kegiatan bidang
penyelenggara pelayanan penanaman modal, perizinan dan non
perizinan; dan
14) Pengelola UPT.
C. KODE ETIK PELAYANAN
1) Memegang Teguh Ideologi Pancasila;
2) Setia mempertahankan UUD RI tahun1945 serta pemerintahan yang
sah;
3) Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
4) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
5) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keadilan;
6) Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif;
7) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
8) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;
9) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dari program
pemerintahan;
10) Memberikan layananan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat tepat
akurat, berdaya guna, berhasil guna, santun;
11) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
54
12) Menghargai komunikasi, konsultasi dan kerjasama;
13) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan;
14) Meningkatkan efektifitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karir;
15) Menjalankan perintah agama.
D. MAKLUMAT PELAYANAN
“Dengan ini kami menyatakan sanggup menyelenggarakan pelayanan
sesuai standar pelayanan yang telah ditetapkan dan apabila tidak menepati
janji, kami siap menerima sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku”.
E. PENGEMBANGAN KINERJA
Untuk mewujudkan pengembangan kinerja di DPMPT maka perlu
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Semua pegawai perlu menandatangani komitmen dan wajib
menandatangani pakta integritas
2) Menyusun dan menetapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan
Standar Pelayanan (SP), serta Maklumat Pelayanan;
3) Menetapkan Kode Etik;
4) Melakukan pengukuran Survey Kepuasan Masyarakat (SKM).
55
SOP
SOP ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Nomor 29/KPTS/2017 tentang Standar Operasional
Prosedur di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Kabupaten
Gunungkidul.
SP
SP ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Nomor 22/KPTS/2017 tentang Standar Pelayanan di
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Kabupaten Gunungkidul.
56
F. BAGAN STRUKTUR ORGANISASI
Bagan II.1
Bagan Struktur Organisasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Kabupaten Gunungkidul
57
G. DATA PEGAWAI
1. Deskripsi pegawai berdasarkan tingkat pendidikan
Tabel II.1
Deskripsi pegawai berdasarkan tingkat pendidikan
NO PENDIDIKAN JUMLAH PEGAWAI PERSENTASE (%)
1 SMA 8 21,05 %
2 D3 5 13,16 %
3 S1 17 44,74 %
4 S2 8 21,05 %
JUMLAH 38 100 %
Sumber: data sekunder 2019
Dari tabel II.1 di atas menunjukkan bahwa komposisi pegawai di
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu mayoritas didominasi
oleh kelompok pegawai dengan tingkat pendidikan jenjang S1 berjumlah
17 orang (44,74%), kemudian diikuti oleh kelompok pegawai dengan
tingkat pendidikan SMA dan jenjang S2 yang jumlahnya sama yaitu
masing-masing berjumlah 8 orang (21,05%) dan terakhir diikuti oleh
kelompok pegawai dengan tingkat pendidikan jenjang Diploma (D3)
berjumlah 5 orang (13,16%). Adapun pegawai yang meyoritas berada di
kelompok tingkat pendidikan S1 merupakan pegawai yang berprofesi
sebagai staf dinas. Mereka bertugas sebagai staf lapangan, bagian front
office dan pegawai yang bertugas sebagai wakil dari satiap sub bidang
58
pelayanan dalam dinas. Kelompok berikut dengan tingkat pendidikan
paling tinggi yaitu jenjang S2. Kelompok ini terbagi dalam beberapa
profesi dlam dinas dan merupakan atasan dinas. Ada yang yang sebagai
kepala dinas, sekretaris dinas dan kepala bagian/bidang masing-masing
pelayanan dalam dinas. Kelompok pegawai dengan tingkat pendidikan D3
merupakan juga staf biasa dalam dinas, mereka adalah pegawai yang
bertugas pada bagian arsip dan tugas lainnya. Sedangkan kelompok
terakhir adalah pegawai dengan tingkat pendidikan paling rendah yaitu
SMA. Pegawai ini disebut juga THL atau Tenaga Harian Lepas. Mereka
adalah yang dikontrak dinas untuk menambah kekurangan tenaga di
bidang pelayanan, sebagai cleaning service dan security. Sebagian THL
diambil juga dari beberapa kelompok pendidikan jenjang Diploma (D3).
59
2. Deskripsi pegawai berdasarkan pangkat dan golongan
Tabel II.2
Deskripsi pegawai berdasarkan pangkat dan golongan
NO PANGKAT/GOLONGAN JUMLAH
PEGAWAI
PERSENTASE (%)
1 GOLONGAN IVb 2 5,26 %
2 GOLONGAN IVa 3 7,90 %
3 GOLONGAN IIId 5 13,16 %
4 GOLONGAN IIIc 4 10,52 %
5 GOLONGAN IIIb 6 15,79 %
6 GOLONGAN IIIa 3 7,90 %
7 GOLONGAN IId 2 5,26 %
8 GOLONGAN IIc 1 2,63 %
9 THL 12 31,58 %
JUMLAH 38 100 %
Sumber: data sekunder 2019
Dari tabel II.2 di atas menunjukkan komposisi pegawai menurut
golongannya. Mayoritas pegawai DPMPT memiliki tingkat jabatan
didominasi oleh Golongan III yang berjumlah 18 orang (dengan total
47,37%), kemudian kelompok pegawai berikut yaitu THL berjumlah 12
orang (dengan total 31,58%), kelompok jabatan pegawai Golongan IV
berjumlah 5 orang (dengan total 13,16%) dan terakhir kelompok jabatan
pegawai Golongan II berjumlah 3 orang (dengan total 7,89%). Sedangkan
60
sisanya adalah THL yang dikontrak oleh dinas untuk menambah tenaga
SDM berbagai bidang pelayanan untuk urusan izin dan profesi lain sebagai
cleaning service dan security.
3. Deskripsi pegawai berdasarkan agama
Tabel II.3
Deskripsi pegawai berdasarkan agama
NO AGAMA JUMLAH PERSENTASE (%)
1 Islam 27 71,05 %
2 Katolik 8 21,05 %
3 Protestan 3 7,90 %
JUMLAH 38 100 %
Sumber: data sekunder 2019
Dari tabel II.3 di atas menunjukkan bahwa deskripsi pegawai
berdasarkan agama di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
mayoritas beragama Islam berjumlah 27 orang dengan persentase 71,05
%. Kemudian diikuti dengan pegawai yang beragama Katolik berjumlah
8 orang dengan persentase 21,05 % dan terakhir adalah kelompok
pegawai beragama Protestan berjumlah 3 orang dengan persentase 7,90
%. Dengan demikian dapat dilihat bahwa kelompok pegawai di DPMPT
berdasarkan agama mayoritas atau terbanyaka adalah yang beragama
Islam.
61
H. SARANA DAN PRASARANA
Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu terletak di Jalan Kstaria
no 38 Kepek, Wonosari, Gunungkidul. Prasarana yang dimiliki adalah gedung 3
lantai, yang terdiri dari lantai 1 digunakan untuk ruang utama pelayanan perizinan
dan non perizinan, lantai 2 dan 3 adalah ruang kepala dinas dan perangkat dinas
lainnya, jalan yang menjadi jalur lalu lintas dinas, toilet dan tempat parkir.
Sedangkan yang menjadi sarana Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
adalah :
Tabel II.4
Sarana kerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
No Jenis Jumlah Kondisi
1 Mobil :
1) Avanza
2) Panther
3) Jenis Pic Up
2
1
1
Baik
Baik
Baik
2 Motor :
1) Honda Supra 125
2) Yamaha Matic
1
1
Baik
Baik
Sumber : Data Aset DPMPT Tahun 2019
Tabel II.4 di atas merupakan jenis sarana kerja yang dipakai sebagai
kendaraan operasional dinas di lapangan. Kendaraan-kendaraan ini dipakai
62
misalnya untuk survei lokasi sebelum IMB yang diurus oleh warga diterbitkan
dan Layanan Antar Dokumen.
Selain itu untuk mendukung program dan kegiatan lainnya DPMPT
Kabupaten Gunungkidul memiliki peralatan kantor lainnya, seperti tersaji pada
tabel berikut :
Tabel II.5
Sarana Penunjang Kegiatan Administrasi
No Nama Barang Jumlah Kondisi
1 AC 8 unit Baik
2 Laptop 5 unit Baik
3 LCD 1 unit Baik
4 Komputer 16 unit Baik
5 Printer 11 unit Baik
6 Printer laser jet 1 unit Baik
7 Meja Komputer 6 unit Baik
8 Meja customer 2 set Baik
9 Kursi customer 7 unit Baik
10 Gorden 1 paket Baik
11 Meja Kursi 20 unit Baik
Sumber : Data Aset DPMPT Tahun 2019
63
Dari hasil observasi peneliti juga menemukan beberapa sarana dan
prasarana pendukung lainnya demi menunjang pelayanan yang lebih nyaman
seperti :
1) Di ruang pelayanan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu
Kabupaten Gunungkidul disediakan pula pelayanan bagi pemohon izin yang
memiliki kebutuhan khusus/disabilitas.
2) Disediakan anjungan informasi dengan layar sentuh (touchscreen) bagi para
pemohon izin yang memuat berbagai informasi mulai dari jenis perizinan,
syarat, biaya, status proses izin, waktu penyelesaian dan berbagai infomasi
lainnya tentang perizinan yang berada di Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu. Didukung juga dengan sistem nomor antrian elektronik
yang dapat dipantau melalui monitor yang telah disediakan.
3) Adanya Bank BPD DIY di ruang pelayanan yang memudahkan bagi
pemohon izin yang membayar retribusi.
4) Diruang pelayanan lantai 1 disediakan berbagai fasilitas yang dapat
dimanfaatkan untuk para pelanggan, tamu dan karyawan/pegawai Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu seperti tempat baca surat kabar
dan majalah, ruang laktasi disediakan untuk ibu menyusui atau tempat untuk
memompa ASI, Play Ground anak-anak, dan tempat merokok.
64
I. JENIS PELAYANAN, BIAYA DAN WAKTU PENYELESAIAN DI
DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU
Tabel II.6
Jenis Pelayanan, Biaya Dan Waktu Penyelesaian Di Dinas Penanaman Modal Dan
Pelayanan Terpadu
NO JENIS PELAYANAN BIAYA WAKTU
PENYELESAIAN 1 IZIN PENDATAAN DAN
PENELITIAN Tidak dipungut Biaya 1 hari kerja
2 IZIN LOKASI Tidak dipungut Biaya 12 hari kerja
3 KETERANGAN RENCANA
KABUPATEN Tidak dipungut Biaya 10 hari kerja
4 IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN sesuai dengan rumus 14 hari kerja
5 SERTIFIKAT LAYAK FUNGSI Tidak dipungut Biaya 14 hari kerja
6 IZIN USAHA JASA KONTRUKSI
( IUJK ) Tidak dipungut Biaya 10 hari kerja
7 IZIN PEMASANGAN REKLAME Tidak dipungut Biaya 7 hari kerja
8 SURAT IJIN USAHA
PERDAGANGAN (SIUP) Tidak dipungut Biaya 3 hari kerja
9 TANDA DAFTAR
PERUSAHAAN ( TDP ) Tidak dipungut Biaya 3 hari kerja
10 TANDA DAFTAR INDUSTRI (
TDI ) Tidak dipungut Biaya 3 hari kerja
11 IZIN USAHA INDUSTRI ( IUI ) Tidak dipungut Biaya 3 hari kerja
12 IJIN PERLUASAN INDUSTRI
(IPI) Tidak dipungut Biaya 3 hari kerja
13 SURAT IZIN PRAKTIK
DOKTER/DOKTER GIGI Tidak dipungut Biaya 14 hari kerja
14 SURAT IZIN KERJA / PRAKTIK
PERAWAT Tidak dipungut Biaya 14 hari kerja
15 SURAT IZIN KERJA / PRAKTIK
BIDAN Tidak dipungut Biaya 14 hari kerja
16 SURAT IZIN PRAKTIK/ KERJA
PERAWAT GIGI Tidak dipungut Biaya 14 hari kerja
17 SURAT IZIN KERJA PERAWAT
ANESTESI Tidak dipungut Biaya 14 hari kerja
18 SURAT IZIN PRAKTIK
APOTEKER Tidak dipungut Biaya 14 hari kerja
19 SURAT IZIN KERJA TENAGA
TEKNIS KEFARMASIAN Tidak dipungut Biaya 14 hari kerja
20 SURAT IZIN PRAKTIK
FISIOTERAPI Tidak dipungut Biaya 14 hari kerja
21 SURAT IZIN KERJA/PRAKTIK
OKUPASITERAPIS Tidak dipungut Biaya 14 hari kerja
22 SURAT IZIN PRAKTIK / KERJA
TERAPIS WICARA Tidak dipungut Biaya 14 hari kerja
23 SURAT IZIN KERJA
RADIOGRAFER Tidak dipungut Biaya 14 hari kerja
65
24 SURAT IZIN KERJA
REFRAKSIONIS OPTISEN Tidak dipungut Biaya 14 hari kerja
25 SURAT IZIN KERJA
OPTOMETRIS Tidak dipungut Biaya 14 hari kerja
26 SURAT IZIN KERJA / PRAKTIK
ORTOTIS PROSTETIS Tidak dipungut Biaya 14 hari kerja
27 SURAT IZIN PRAKTIK / KERJA
TEKNISI GIGI Tidak dipungut Biaya 14 hari kerja
28 SURAT IZIN PRAKTIK TENAGA
GIZI Tidak dipungut Biaya 14 hari kerja
29 SURAT IZIN KERJA TENAGA
SANITARIAN Tidak dipungut Biaya 14 hari kerja
30 SURAT IZIN KERJA PEREKAM
MEDIS Tidak dipungut Biaya 14 hari kerja
31 SURAT TUGAS/IZIN KERJA
TENAGA KOMPLEMENTER
ALTERNATIF
Tidak dipungut Biaya 14 hari kerja
32 SURAT IZIN PENDIRIAN
RUMAH SAKIT Tidak dipungut Biaya 28 hari kerja
33 SURAT IZIN OPERASIONAL
RUMAH SAKIT Tidak dipungut Biaya 45 hari kerja
34 SURAT IZIN PENDIRIAN
KLINIK Tidak dipungut Biaya 28 hari kerja
35 SURAT IZIN OPERASIONAL
KLINIK Tidak dipungut Biaya 28 hari kerja
36 SURAT IZIN APOTEK Tidak dipungut Biaya 23 hari kerja
37 SURAT IZIN OPTIK Tidak dipungut Biaya 28 hari kerja
38 SURAT IZIN TOKO OBAT Tidak dipungut Biaya 23 hari kerja
39 SURAT IZIN USAHA MIKRO
OBAT TRADISIONAL Tidak dipungut Biaya 23 hari kerja
40 TANDA DAFTAR USAHA
PARIWISATA (TDUP) USAHA
DAYA TARIK WISATA
Tidak dipungut Biaya 11 hari kerja
41 TDUP USAHA KAWASAN
WISATA Tidak dipungut Biaya 11 hari kerja
42 TDUP USAHA JASA
TRANSPORTASI WISATA Tidak dipungut Biaya 11 hari kerja
43 TDUP USAHA PERJALANAN
WISATA Tidak dipungut Biaya 11 hari kerja
44 TDUP USAHA JASA MAKANAN
DAN MINUMAN Tidak dipungut Biaya 11 hari kerja
45 TDUP USAHA PENYEDIAAN
AKOMODASI Tidak dipungut Biaya 11 hari kerja
46 TDUP USAHA
PENYELENGGARAAN
KEGIATAN HIBURAN DAN
REKREASI
Tidak dipungut Biaya 11 hari kerja
47 TDUP USAHA JASA
INFORMASI PARIWISATA Tidak dipungut Biaya 11 hari kerja
48 TDUP USAHA
PENYELENGGARAAN
PERTEMUAN, PERJALANAN
INSENTIF, PERTEMUAN,
Tidak dipungut Biaya 11 hari kerja
66
PAMERAN
49 TDUP JASA KONSULTASI
PARIWISATA Tidak dipungut Biaya 11 hari kerja
50 TDUP USAHA PRAMUWISATA Tidak dipungut Biaya 11 hari kerja
51 TDUP USAHA WISATA TIRTA Tidak dipungut Biaya 11 hari kerja
52 TDUP USAHA SOLUS PER
AQUA (SPA) Tidak dipungut Biaya 11 hari kerja
53 IZIN PRINSIP PENANAMAN
MODAL Tidak dipungut Biaya 3 hari kerja
54 IZIN PRINSIP PERLUASAN
PENANAMAN MODAL Tidak dipungut Biaya 3 hari kerja
55 IZIN PRINSIP PERUBAHAN
PENANAMAN MODAL Tidak dipungut Biaya 3 hari kerja
56 IZIN PRINSIP PENGGABUNGAN
PENANAMAN MODAL Tidak dipungut Biaya 3 hari kerja
57 IZIN USAHA PENANAMAN
MODAL Tidak dipungut Biaya 7 hari kerja
58 IZIN USAHA PERLUASAN
PENANAMAN MODAL Tidak dipungut Biaya 7 hari kerja
59 IZIN PRINSIP PERUBAHAN
PENANAMAN MODAL Tidak dipungut Biaya 7 hari kerja
60 IZIN USAHA PENGGABUNGAN Tidak dipungut Biaya 7 hari kerja
Sumber : Data serkunder 2019
Jenis pelayanan, biaya dan waktu penyelesaian di Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu merupakan standar pelayanan yang telah
ditetapkan oleh dinas dari aturan yang lama demi mewujudkan pelayanan publik
yang lebih baik. Dimana waktu penerbitan izin lebih dipercepat dan biaya
pengurusan izin tidak lagi menjadi beban bagi masyarakat. Sebagai contoh Izin
Lokasi yang dulunya harus membayar biaya administrasi sekarang menjadi gratis
atau tidak dipungut biaya lagi. Demikian pula dengan waktu penerbitan izinnya
yang semula bisa mencapai 1 bulan, sekarang dipersingkat menjadi 12 hari saja.
Demikian pula beberapa izin lainnya sudah mendapatkan perubahan standar
pelayanan yang signifikan, kecuali izin mendirikan bangunan (IMB) yang masih
berbayar sedangkan penerbitan izinnya juga sudah dipersingkat waktu terbitnya.
67
J. PENGHARGAAN
Berikut ini adalah beberapa penghargaan yang telah didapatkan oleh Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Kabupaten Gunungkidul sebagai
bentuk apresiasi terhadap peningkatan mutu pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat :
1) Penghargaan dari Bupati Gunungkidul terbaik dalam rangka Penyelenggaraan
Sistem Pengendalian Internal di Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun
2010/2011.
2) Penghargaan dari Bupati Gunungkidul tentang Penetapan Petugas Arsip
Teladan Tingkat Kabupaten Gunungkidul terbaik 3 Tahun 2018.
3) Penghargaan dari Badan Standarisasi Nasional (BSN) Tahun 2013 DPMPT
telah mengikuti Bimbingan Penerapan Pemahaman Persyaratan SNI ISO
9001 : 2008, Penyusunan Dokumentasi Sistem Manajemen Mutu dan
Pelatihan Audit Internal.
4) Piagam Penghargaan Dari Kementerian Pemberdayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia diberikan kepada Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Kabupaten Gunungkidul Sebagai
Role Model Penyelenggara Pelayanan Publik Kategori “Pelayanan Prima”
Tahun 2019.
Selasa, 5 November 2019 di The Opus Grand Ballroom, Jakarta, Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Kabupaten Gunungkidul
memperoleh penghargaan dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
68
Reformasi Birokrasi sebagai Role Model Penyelengara Pelayanan Publik
Kategori “Pelayanan Prima” Tahun 2019. Penghargaan tersebut diberikan
berdasarkan hasil evaluasi penyelenggaraan pelayanan publik yang
dilaksanakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi pada bulan Mei s/d Oktober 2019 dengan lokus evaluasi
(wilayah III) sebanyak 11 provinsi dan 67 kabupaten/kota. Selain Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu, penyelenggara pelayanan lainnya
memperoleh nilai yang cukup memuaskan pula, yaitu: Rumah Sakit Umum
Daerah Wonosari masuk Kategori A- (Sangat Baik).dan Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil masuk Kategori A- (Sangat Baik). Bagi DPMPT,
pencapaian ini meningkat dari tahun sebelumnya dimana pada tahun 2018
DPMPT Kabupaten Gunungkidul masuk Kategori A- sedang tahun ini masuk
Kategori A (Pelayanan Prima). Evaluasi pelayanan publik dilaksanakan
dengan aspek penilaian meliputi: kebijakan pelayanan (standar pelayanan,
maklumat pelayanan, SKM); profesionalisme; sarana prasarana; Sistem
Informasi Pelayanan Publik; konsultasi dan pengaduan; serta inovasi.
Penghargaan ini sangat memotivasi seluruh pelaksana pada Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu untuk meningkatkan kinerjanya. Sebagai
penghargaan atas keberhasilannya membina penyelengara pelayanan publik di
wilayahnya, Bupati Gunungkidul memperoleh penghargaan Pembina
Pelayanan Publik Kategori Sangat Baik Tahun 2019.
69
Gambar II.1
Penghargaan Dari MenPan Dan Reformasi Birokrasi
108
DAFTAR PUSTAKA
Agus Dwiyanto. 2011. Mengembalikan Kepercayaan Publik Melalui Reformasi
Birokrasi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Duadji, Noverman. 2013. Manajemen Pelayanan Publik (Wacana Konsep, Teori
dan Problema Pelayanan Publik). Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Dwiyanto, Agus., dkk. 2008. Reformasi Birokrasi Publik di Indonesia.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Fukuyama F. 2007. Trust: Kebijakan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran.
Ruslani, penerjemah. Terjemahan dari: Trust: The Social Virtues and the
Creation of Prosperity. Cetakan kedua Qalam. Jakarta.
Hardiansyah .2011. Kualitas Pelayanan Publik. Yogyakarta: Gava Media.
Idrus, Muhammad. 2009, Metode Penelitian Ilmu Sosial, Pendekatan Kualitatif
dan Kuantitatif. Jakarta : Erlangga
Koentjaraningrat. 1993. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta :
Gramedia.
Liliweri, Alo. 2005. Prasangka dan Konflik. Yogyakarta: LKIS.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit: PT Remaja
Rosdakarya Offset, Bandung
Nasution, M. N. 2004. Manajemen Jasa Terpadu. Bogor: Ghalia Indonesia
Pasolong, Harbani. 2010. Teori Administrasi Publik, Alfabeta, Bandung.
Prasojo, Eko. 2009. Reformasi Kedua-Melanjutkan Estafet Reformas i.Penerbit
Salemba Humanika. Jakarta.
109
Ratminto, dan Atik Septi Winarsih. 2005. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Riawan Tjandra, dkk, 2005. Peningkatan Kapasitas Pemerintah Daerah Dalam
Pelayanan Publik, Yogyakarta: Pembaruan.
Sedarmayanti, M.Pd,. APU. 2009, Sumber Daya Manusia dan Produktivitas
Kerja. Bandung: Penerbit Mandar Maju.
Sinambela, Dkk. 2010. Reformasi Pelayanan Publik. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyono, 2000, Metode Penelitian Bisnis. Bandung : CV Alfabeta.
Sulistio, Eko B. dan Budi, Waspada K. 2009. Birokrasi Publik Perspekti Ilmu
Administrasi Publik. STISIPOL, Dharma Wacana Metro.
Widjaja. HAW. 2011. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
SUMBER LAIN:
https://dpmpt.gunungkidulkab.go.id
https:// teknik+pengumpulan+data+kualitatif&oq
https://teknik+analisis+data+kualitatif&oq
https://vivagovernancia.blogspot.com/2017/07/hakikat-dan-urgensi-reformasi-
birokrasi.html
www.ditjen.kemenkumham.go.id