Jika terjadi perubahan suhu, kebanyakan benda padat biasanya mengalami pemuaian panjang. Pemuaian panjang di sini bisa berarti panjang benda bertambah atau panjang benda berkurang. Biasanya panjang benda bertambah ketika suhu meningkat, sebaliknya panjang benda berkurang (benda memendek) ketika suhu menurun. Setiap benda padat, apapun itu pasti mengalami pemuaian panjang, meskipun tidak semua bagian benda itu mengalami pemuaian panjang. Contoh… misalnya kita tinjau sebuah mobil yang lagi diparkir di pinggir jalan. Ketika si mobil kepanasan, lempeng besi bisa bertambah tebal atau panjang sisinya bisa bertambah walaupun sangat kecil. Atap rumah yang terbuat dari seng juga bisa mengalami pemuaian panjang. Dalam hal ini, ketika seng kepanasan, tepi seng bisa bertambah lebar. Seng juga bisa bertambah tebal. Hal yang sama juga terjadi pada rel kereta api dan besi / baja pada jembatan. Karena kebanyakan benda padat bisa memuai ketika terjadi perubahan suhu, maka kita juga perlu tahu bagaimana pengaruh perubahan suhu terhadap besarnya pemuaian. Hal ini sangat membantu kita dalam merancang suatu peralatan, bangunan, kendaraan dll. Contohnya : please don’t copy my style >>> 5223080299_ Instrumen Industri
49
Embed
Weeblysinggihedu.weebly.com/uploads/1/8/7/0/1870258/instrumen.doc · Web viewSetiap benda padat, apapun itu pasti mengalami pemuaian panjang, meskipun tidak semua bagian benda itu
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Jika terjadi perubahan suhu, kebanyakan benda padat biasanya mengalami
pemuaian panjang. Pemuaian panjang di sini bisa berarti panjang benda
bertambah atau panjang benda berkurang. Biasanya panjang benda bertambah
ketika suhu meningkat, sebaliknya panjang benda berkurang (benda memendek)
ketika suhu menurun. Setiap benda padat, apapun itu pasti mengalami pemuaian
panjang, meskipun tidak semua bagian benda itu mengalami pemuaian panjang.
Contoh… misalnya kita tinjau sebuah mobil yang lagi diparkir di pinggir jalan.
Ketika si mobil kepanasan, lempeng besi bisa bertambah tebal atau
panjang sisinya bisa bertambah walaupun sangat kecil. Atap rumah yang terbuat
dari seng juga bisa mengalami pemuaian panjang. Dalam hal ini, ketika seng
kepanasan, tepi seng bisa bertambah lebar. Seng juga bisa bertambah tebal. Hal
yang sama juga terjadi pada rel kereta api dan besi / baja pada jembatan.
Karena kebanyakan benda padat bisa memuai ketika terjadi perubahan
suhu, maka kita juga perlu tahu bagaimana pengaruh perubahan suhu terhadap
besarnya pemuaian. Hal ini sangat membantu kita dalam merancang suatu
peralatan, bangunan, kendaraan dll. Contohnya : celah pada rel kereta api.
Biasanya rel kereta api dibuat dari besi/baja.
Para insinyur sudah memperhitungkan lebar celah antara setiap rel. Pada
siang hari yang panas, rel akan memuai sejauh sekian centimeter… ketika
digesek2 oleh kereta api, rel pasti kepanasan juga. Besarnya pemuaian rel kira2
berapa…. Pada malam hari yang dingin, rel mengerut sejauh berapa centimeter….
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, para insinyur memutuskan kira2 panjang
celah antara rel berapa, sehingga kalau lagi kepanasan, rel tidak saling berciuman.
Ini cuma salah satu contoh saja. Untuk mengetahui hubungan antara perubahan
suhu dengan pemuaian panjang, kita membutuhkan rumus.
please don’t copy my style >>> 5223080299_ Instrumen Industri
Pada saat suhu benda = To (benda masih dingin), panjang benda = Lo. Pada
saat suhu benda = T (benda kepanasan), panjang benda = L. Sambil perhatikan
gambar ya… Berdasarkan hasil pengamatan dan percobaan, perubahan panjang
benda sebanding dengan perubahan suhu. Jika suhu semakin meningkat, panjang
benda juga semakin bertambah. Sebaliknya ketika suhu menurun, panjang benda
juga ikut2an berkurang.
Perubahan panjang suatu benda juga sebanding dengan panjang benda
mula-mula (Lo). Maksudnya kalau besar perubahan suhu sama, benda yang
panjangnya 10 meter, misalnya, akan mengalami perubahan panjang 2x lipat
dibandingkan dengan benda yang panjangnya hanya 5 meter. Jadi semakin
panjang benda, semakin besar pemuaian benda tersebut. Sebaliknya, semakin
pendek suatu benda, semakin kecil pemuaian yang dialami benda tersebut.
Untuk membantu kita meramalkan perubahan panjang suatu benda akibat adanya
perubahan suhu, alangkah baiknya jika kita menurunkan persamaan pemuaian
panjang.
Pertama, perubahan panjang benda (delta L) sebanding dengan perubahan
suhu (delta T). Secara matematis bisa ditulis seperti ini :
please don’t copy my style >>> 5223080299_ Instrumen Industri
Kedua, perubahan panjang benda (delta L) sebanding dengan panjang
benda mula-mula (Lo). Secara matematis bisa ditulis seperti ini :
Ketiga, perubahan panjang untuk setiap benda ternyata berbeda-beda.
Walaupun besar perubahan suhu sama, pemuaian yang dialami besi tidak sama
dengan kaca. Demikian juga dengan benda yang lain. Jadi pemuaian panjang
ternyata bergantung pada koofisien muai panjang setiap benda. Koofisien muai
panjang untuk setiap benda diperoleh melalui percobaan (tuh ada tabel koofisien
muai panjang benda di bawah). Semakin besar koofisien muai panjang, semakin
besar pertambahan panjang. Sebaliknya semakin kecil koofisien muai panjang,
semakin kecil pertambahan panjang. Kita bisa mengatakan bahwa perubahan
panjang benda sebanding dengan koofisien muai panjang. Secara matematis bisa
ditulis seperti :
Ketiga perbandingan di atas bisa ditulis kembali menjadi seperti di
bawah :
Persamaan 1 bisa digunakan untuk menentukan perubahan panjang suatu
benda akibat adanya perubahan suhu. Nilai koofisien muai panjang untuk benda
padat bisa dilihat pada tabel di bawah.
Sekarang kita oprek persamaan 1 untuk memperoleh persamaan koofisien muai
panjang.
Persamaan 2 bisa digunakan untuk menentukan koofisien muai panjang
suatu benda.
please don’t copy my style >>> 5223080299_ Instrumen Industri
Keterangan :
Panjang total sebuah benda setelah mengalami pemuaian atau penyusutan, bisa
kita peroleh dengan menjumlahkan panjang benda mula-mula (Lo) dan perubahan
panjang benda (delta L).
Keterangan :
Catatan :
Apabila perubahan suhu (T-To) bernilai negatif, maka perubahan panjang (L-Lo)
juga bernilai negatif. Dalam hal ini panjang benda berkurang. Sebaliknya jika
perubahan suhu (T-To) bernilai positif, maka perubahan panjang (L-Lo) juga
bernilai positif. Dalam hal ini benda bertambah panjang.
Berikut ini data koofisien muai panjang benda padat, pada suhu 20 oC. Bentuk zat
cair dan zat gas berubah2 sehingga kedua jenis zat ini tidak bisa mengalami
pemuaian panjang. Koofisien muai panjang benda padat bergantung juga pada
suhu alias temperatur. Pada suhu yang berbeda, koofisien muai panjang benda
padat juga berbeda – beda. Jika perbedaan suhu tidak terlalu besar maka
please don’t copy my style >>> 5223080299_ Instrumen Industri
perbedaan koofisien muai panjang juga tidak terlalu besar, karenanya bisa
diabaikan.
Benda Padat Koofisien muai panjang
( K-1 atau (Co)-1 )
Timah hitam 29 x 10-6
Aluminium 24 x 10-6
Kuningan 19 x 10-6
Tembaga 17 x 10-6
Besi atau Baja 12 x 10-6
Beton dan Bata Mendekati 12 x 10-6
Kaca (Biasa) 9 x 10-6
Grafit 7,9 x 10-6
Kaca (Pyrex) 3 x 10-6
Marmer 1,4 – 3,5 x 10-6
Intan 1,2 x 10-6
Invar (Paduan besi – nikel) 0,9 x 10-6
Kwarsa 0,4 x 10-6
Tambahan :
Kalau terdapat kebingung satuan koofisien muai panjang darimana
asalnya, pahami penjelasan berikut ini. Kita bisa menurunkan satuan koofisien
muai panjang menggunakan persamaan koofisien muai panjang (Persamaan 2)
please don’t copy my style >>> 5223080299_ Instrumen Industri
Kita gunakan satuan Sistem Internasional. Ingat ya, interval atau jarak
antara setiap skala pada skala Kelvin dan skala Celcius tuh sama. Karenanya,
selain menggunakan K-1 sebagai satuan koofisien muai panjang, kita juga bisa
menggunakan (Co)-1.
Contoh soal 1 :
Sebuah besi panjangnya = 10 meter. Berapakah pertambahan panjang besi jika
suhu berubah dari 40oC menjadi 60oC ?
Panduan jawaban :
Panjang besi mula-mula (Lo) = 10 meter
Suhu awal (To) = 40 oC
Suhu akhir (T) = 60 oC
Perubahan suhu = T – To = 60 oC – 40 oC = 20 Co
Koofisien muai panjang besi = 12 x 10-6 (Co)-1 (lihat tabel di atas)
Sekarang kita tentukan besar pertambahan panjang besi :
please don’t copy my style >>> 5223080299_ Instrumen Industri
Contoh soal 2 :
Pada suhu 40 oC, panjang sebuah kawat tembaga = 100 meter. Jika suhu
meningkat menjadi 60 oC, kawat tersebut memuai (bertambah panjang).
Berapakah panjang total kawat tersebut setelah memuai ?
Panduan jawaban :
Panjang kawat tembaga mula-mula (Lo) = 100 meter
Suhu awal (To) = 40 oC
Suhu akhir (T) = 60 oC
Perubahan suhu = T – To = 60 oC – 40 oC = 20 Co
Koofisien muai panjang tembaga = 17 x 10-6 (Co)-1 (lihat tabel di atas)
Ingat ya, yang ditanyakan adalah panjang total kawat (panjang mula2 +
pertambahan panjang). Kita punya 2 pilihan….
Pertama, langsung menggunakan persamaan panjang total (persamaan 3) untuk
menghitung panjang total kawat, atau
Kedua, menghitung terlebih dahulu pertambahan panjang kawat (persamaan 2).
Setelah memperoleh pertambahan panjang kawat, baru kita jumlahkan dengan
panjang kawat mula-mula.
Banyak jalan menuju roma, banyak cara mengoprek soal. Gurumuda pakai
persamaan ya… pahami saja cara penurunannya, terus sering2 latihan soal biar
otomatis diingat. Ok, tancap gas….
Cara 1 :
please don’t copy my style >>> 5223080299_ Instrumen Industri
Cara 2 :
Catatan :
Seperti yang sudah dijelaskan pada Termometer dan Skala Suhu, jika kita
menyebut besar suhu maka kita menggunakan derajat celcius (oC). Sebaliknya,
kalau kita menyebut selisih atau perubahan suhu maka kita menggunakan Celcius
Derajat (Co).
Contoh :
Mula-mula, suhu kawat tembaga = 30 oC. Setelah dipanaskan, suhu kawat
tembaga menjadi 60 oC. Perubahan suhu kawat tembaga = 60 oC – 30 oC = 30
Co (30 Celcius derajat). Biar paham, perhatikan lagi contoh soal di atas atau di
bawah….
Contoh soal 3 :
Pada suhu 60 oC, panjang sebuah kawat besi = 100 meter. Berapakah panjang besi
tersebut jika suhu berkurang menjadi 40 oC ?
Panduan Jawaban :
Panjang besi mula-mula (Lo) = 100 meter
Suhu awal (To) = 60 oC
Suhu akhir (T) = 40 oC
Perubahan suhu = T – To = 40 oC – 60 oC = -20 Co
please don’t copy my style >>> 5223080299_ Instrumen Industri
Koofisien muai panjang besi = 12 x 10-6 (Co)-1 (lihat tabel di atas)
Gurumuda pakai cara panjang saja… Ok, tancap gas… Panjang kawat besi =
panjang mula2 + perubahan panjang kawat
Ternyata panjang kawat besi berkurang. Kawat besi memendek karena suhunya
menurun.
Pemuaian Volume
Sebelumnya kita sudah mempelajari pemuaian panjang. Kali ini kita akan
membahas pemuaian volume. Kalau pemuaian panjang kebanyakan dialami oleh
benda padat, maka pemuaian volume dialami oleh semua benda/zat, baik padat,
cair maupun gas… biar tidak kelamaan, kita langsung menurunkan persamaan
yang menyatakan hubungan antara perubahan suhu dengan besarnya pemuaian
volume yang dialami benda. Persamaan pemuaian volume mirip dengan
persamaan pemuaian panjang.
Sekarang mari kita oprek persamaan pemuaian panjang menjadi persamaan
pemuaian volume. Gantikan lambang panjang (L) pada persamaan di atas dengan
lambang volume (V). Koofisien muai panjang diganti dengan koofisien muai
volume.
Biar paham, bandingkan 3 persamaan ini dengan 3 persamaan di atas….
Keterangan :
please don’t copy my style >>> 5223080299_ Instrumen Industri
BendaKoofisien muai
volume( K-1 atau (Co)-1 )
Padat
Timah hitam 87 x 10-6
Aluminium 75 x 10-6
Kuningan 56 x 10-6
Tembaga 51 x 10-6
Besi atau Baja 36 x 10-6
Beton dan Bata Mendekati 36 x 10-6
Kaca (Biasa) 27 x 10-6
Grafit 23,7 x 10-6
Kaca (Pyrex) 9 x 10-6
Marmer 4 – 10 x 10-6
Intan 3,6 x 10-6
Invar (Paduan besi – nikel) 2,7 x 10-6
Kwarsa 1 x 10-6
Cair
Karbon disulfida 1150 x 10-6
Ethyl alkohol 1100 x 10-6
Bensin 950 x 10-6
Etanol 750 x 10-6
Gliserin 500 x 10-6
Air 210 x 10-6
Air Raksa 180 x 10-6
Gas Udara 3400 x 10-6
please don’t copy my style >>> 5223080299_ Instrumen Industri
Catatan :
Persamaan pemuaian volume yang telah kita turunkan di atas hanya
berlaku ketika perubahan volume benda (baik padat, cair maupun gas) lebih kecil
dari panjang benda mula2 atau volume benda mula2. Apabila perubahan volume
suatu benda lebih besar dari volume benda mula2 maka persamaan pemuaian
volume tidak memberikan hasil yang tepat. Btw, biasanya perubahan volume yang
dialami oleh benda padat tidak terlalu besar. Karenanya benda padat tidak terlalu
bermasalah…. Yang menjadi persoalan adalah zat cair dan zat gas. Perhatikan
tabel di atas… koofisien volume zat cair lumayan besar. Apalagi koofisien zat
gas, lebih besar lagi…. Koofisien volume untuk zat gas juga sangat sensitiv
terhadap perubahan suhu. Karenanya, mengenai zat gas akan kita oprek lebih
lanjut pada pembahasan mengenai Teori Kinetik Gas (tunggu tahun depan. Materi
kelas XIB)
please don’t copy my style >>> 5223080299_ Instrumen Industri
Agar termometer bisa digunakan untuk mengukur suhu maka perlu
ditetapkan skala suhu. Terdapat 2 skala suhu yang sering digunakan, antara lain
skala celcius dan skala Fahrenheit. Skala yang paling banyak digunakan saat ini
adalah skala celcius (nama lain skala celcius adalah skala centigrade. Centigrade =
seratus langkah). Skala Fahrenheit paling banyak digunakan di Amerika Serikat,
mungkin pingin beda sendiri kali Skala suhu yang cukup penting dalam bidang
sains adalah skala mutlak alias skala Kelvin.
Titik tetap skala celcius dan skala Fahrenheit menggunakan titik beku dan
titik didih air. Titik beku suatu zat merupakan temperatur di mana wujud padat
dan wujud cair berada dalam keseimbangan (tidak ada perubahan wujud zat).
Sebaliknya, titik didih suatu zat merupakan temperatur di mana wujud cair dan
wujud gas berada dalam keseimbangan. Perlu diketahui bahwa titik beku dan titik
didih selalu berubah terhadap tekanan udara, karenanya tekanan perlu ditetapkan
terlebih dahulu. Biasanya kita menggunakan tekanan standar, yakni 1 atm (satu
atmosfir)
Skala CelciusUntuk skala celcius, temperatur titik beku normal air (disebut juga sebagai titik
es) dipilih sebagai nol derajat celcius (0o C) dan temperatur titik didih normal air
(disebut juga sebagai titik uap) dipilih sebagai seratus derajat celcius (100oC). Di
antara titik es dan titik uap terdapat 100 derajat. Pada termometer yang
menggunakan skala celcius, temperatur yang lebih rendah dari temperatur titik es
biasanya ditandai dengan angka negatif.
Skala Fahrenheit
please don’t copy my style >>> 5223080299_ Instrumen Industri
Om Fahrenheit menghendaki agar semua temperatur yang diukur bernilai positif.
Karenanya, ia memilih 0 oF untuk temperatur campuran es dan air garam
(temperatur terdingin yang bisa dicapai air). Ketika mengukur temperatur titik es
dan titik uap, angka yang ditunjukkan pada skala Fahrenheit berupa bilangan
pecahan. Akhirnya beliau mengoprek lagi skalanya sehingga temperatur titik es
dan titik uap berupa bilangan bulat.
Untuk skala Fahrenheit, temperatur titik beku normal air (titik es) dipilih
sebagai 32 derajat Fahrenheit (32o F) dan temperatur titik titik didih normal air
(titik uap) dipilih sebagai 212 derajat Fahrenheit (212o F). Di antara titik es dan
titik uap terdapat 180 derajat.
Normal tuh maksudnya di dalam air tidak ada unsur lain, tidak ada garam,
tidak ada gula, tidak ada teh, tidak ada susu . Jadi murni H20
Konversi skala Suhu
Sekarang mari kita bermain oprek2an. Sebelumnya kita sudah berkenalan
dengan skala om Fahrenheit dan skala om Celcius. Karena kedua skala ini
berbeda, maka alangkah baiknya jika kita belajar mengoprek skala celcius
menjadi skala fahrenheit. Demikian juga sebaliknya, skala fahrenheit dioprek
menjadi skala celcius.
o Catatan :
Apabila kita mengatakan suatu suhu tertentu, maka kita
menyebutnya derajat Celcius (oC) atau derajat Fahrenheit (oF).
Contoh : Pada tekanan 1 atm, suhu air panas = 100 oC atau 180 oF.
Suhu tubuh saya = 98 oF. Sebaliknya, jika kita mengatakan
perubahan suhu atau selisih suhu, maka kita menyebutnya Celcius
derajat (Co) atau Fahrenheit derajat (Fo). Contoh : suhu air mula-
mula 20 oC. Setelah dipanaskan, suhunya berubah menjadi 50 oC.
Dengan demikian, air mengalami perubahan suhu sebesar
30 Celcius derajat (30 Co).
Pada tekanan 1 atm, suhu titik es untuk termometer berskala celcius =
0 oC, sedangkan termometer berskala Fahrenheit = 32 oF. Sebaliknya, pada
please don’t copy my style >>> 5223080299_ Instrumen Industri
tekanan 1 atm, suhu titik uap untuk termometer berskala Celcius = 100 oC,
sedangkan termometer berskala Fahrenheit = 212 oF. Amati gambar di bawah,
Untuk memudahkanmu mengubah skala Celcius menjadi skala Fahrenheit
atau mengoprek skala Fahrenheit menjadi skala Celcius, ingat saja 0 oC = 32 oF
dan 100 oC = 212 oF. Sambil lihat gambar di atas… Pada skala Celcius, antara
0 oC sampai 100 oC terdapat 100o. Sedangkan pada skala Fahrenheit, antara 32 oF
sampai 212 oF terdapat 180o.
Mengubah skala Celcius menjadi skala Fahrenheit
Untuk memperoleh suhu dalam skala Fahrenheit (TF), kalikan terlebih dahulu
suhu dalam skala Celcius (TC) dengan 9/5. Setelah itu tambahkan dengan 32o
Contoh soal 1 :
Suhu air yang lagi kepanasan = 60 oC. Berapakah suhu air panas dalam skala
Fahrenheit ?
please don’t copy my style >>> 5223080299_ Instrumen Industri
Panduan jawaban :
Guampang kok…. Kalikan terlebih dahulu 60 oC dengan 9/5. Setelah itu baru
tambahkan dengan 32o. 60 x 9/5 = 108. 108 + 32 = 140 oF. kesimpulannya, 60oC =
140 oF
Mengubah skala Fahrenheit menjadi skala Celcius
Untuk memperoleh suhu dalam skala Celcius (TC), kurangi terlebih dahulu suhu
dalam skala Fahrenheit (TF) dengan 32o, setelah itu baru kalikan dengan 5/9.
Contoh soal 2 :
Suhu air yang lagi kepanasan = 140 oF. Berapakah suhu air panas dalam skala
Celcius ?
Panduan jawaban :
Kurangi dulu 140 oF dengan 32o. Setelah itu baru kalikan dengan 5/9. 140 – 32 =
108. 108 x 5/9 = 60 oC
Kalibrasi Termometer
Kalibrasi adalah proses membuat skala pada sebuah termometer. Berikut
ini beberapa petunjuk :
Langkah pertama, keluarkan duit dari dompet dan beli-lah sebuah termometer air
raksa tanpa skala. Syukur kalau di laboratorium sekolahmu sudah ada.Langkah
kedua, keluarkan duit dari dompet dan beli-lah es batu secukupnya.Langkah
ketiga, curi air punya tetangga secukupnya. Langkah keempat, siapkan sebuah
pemanas air yang bisa digunakan untuk memanaskan si air hingga mendidih.
Masukan es batu dan air ke dalam sebuah wadah (usahakan air dan es batu
sama banyak). Setelah itu, masukkan termometer ke dalam wadah yang berisi air
please don’t copy my style >>> 5223080299_ Instrumen Industri
dan es batu tersebut. Karena pada mulanya termometer lebih panas dari air es,
maka setelah dimasukkan ke dalam wadah, panjang kolom air raksa akan
berkurang. Biarkan sampai panjang kolom air raksa tidak berubah (si air raksa
tidak jalan-jalan lagi). Ketika panjang kolom air raksa tidak berubah, campuran es
batu dan air telah berada dalam keseimbangan termal. Tandai posisi kolom air
raksa tersebut (tandai bagian ujung kolom air raksa). Ini adalah suhu titik es alias
titik beku normal air. Amati gambar di bawah biar paham.
Air sudah dipanaskan belum ? kalau belum, silahkan memanaskan air.
Masukkan si termometer ke dalam wadah yang berisi air yang sedang dipanaskan.
Tunggu sampai si air kepanasan dan berdisko ria dalam wadah (maksudnya si air
mendidih). Jika panjang kolom air raksa sudah tidak berubah lagi, tandai ujung
kolom air raksa tersebut. Ini adalah temperatur titik didih normal air alias titik
uap. Amati gambar di bawah.
Jika dirimu ingin membuat skala Celcius, jarak antara kedua tanda dibagi menjadi
100 garis/titik. Usahakan jarak antara setiap garis/titik harus sama. Tanda bagian
bawah = 0o C, sedangkan tanda bagian atas = 100o C. Lihat gambar di bawah :
please don’t copy my style >>> 5223080299_ Instrumen Industri
Jika dirimu ingin membuat skala Fahrenheit, jarak antara kedua tanda
dibagi menjadi 180 garis/titik. Usahakan panjang setiap garis/titik harus sama.
Tanda bagian bawah = 32 oF, sedangkan tanda bagian atas = 212 oF. 32 oF tuh
baru suhu titik es. Karenanya dirimu bisa menambahkan garis atau titik sampai
0 oF. Tambahkan juga garis/titik di sebelah atas 212 oF. Panjang setiap garis/titik
harus sama dengan sebelumnya.
o Catatan :
Suhu titik es dan suhu titik uap tergantung pada tekanan udara.
Karenanya termometer yang dikalibrasi di tempat yang tekanannya
berbeda akan memberikan hasil berbeda. Termometer biasa seperti
termometer air raksa atau termometer alkohol, biasanya bersifat
terbatas. Termometer tersebut tidak bisa digunakan untuk mengukur
suhu yang sangat rendah atau suhu yang sangat tinggi.
Termometer Gas Volume-Konstan dan Skala Kelvin
Sebelumnya kita sudah mempelajari cara mengkalibrasi suatu termometer.
Termometer yang kita gunakan adalah termometer air raksa yang belum punya
skala. Btw, seandainya kita mengkalibrasi 2 termometer yang jenisnya berbeda,
misalnya termometer air raksa dan termometer alkohol, skala kedua termometer
tersebut mungkin hanya cocok pada 0 oC (atau 32 oF) dan 100 oC (atau 212 oF).
please don’t copy my style >>> 5223080299_ Instrumen Industri
Apabila kita menggunakan kedua termometer tersebut untuk mengukur
suhu ruangan, angka yang ditunjukkan belum tentu sama. Bisa saja termometer air
raksa menujukkan angka 48 oC, sedangkan termometer alkohol menunjukkan
angka 46 oC. Hal ini disebabkan karena kecepatan pemuaian setiap materi
berbeda2. Demikian juga dengan jenis termometer yang lain, seperti termometer
bimetal dkk. Skala suhu yang ditetapkan dengan cara ini sangat bergantung pada
sifat materi yang digunakan. Materi yang gurumuda maksud adalah si air raksa,
alkohol, keping bimetal dkk.
Karena skala suhu yang ditetapkan menggunakan termometer biasa
mempunyai keterbatasan (skala suhu tergantung pada sifat materi yang
digunakan), maka kita membutuhkan sebuah termometer standar. Adanya
termometer standar membantu kita untuk menetapkan skala suhu secara lebih
tepat, tanpa harus bergantung pada sifat suatu materi.
Termometer yang nyaris sempurna/ideal adalah termometer gas volume-
konstan. Prinsip kerja si termometer gas volume-konstan adalah sebagai berikut.
Volume gas dijaga agar selalu tetap alias tidak berubah. Nah, ketika suhu
bertambah, tekanan gas juga ikut - ikutan bertambah.
please don’t copy my style >>> 5223080299_ Instrumen Industri
Dalam pipa 1 dan pipa 2 terdapat air raksa. Volume gas dijaga agar selalu
konstan, dengan cara menaikan atau menurunkan pipa 2 sehingga permukaan air
raksa dalam pipa 1 selalu berada pada tanda acuan. Jika suhu alias temperatur
meningkat, tekanan gas dalam tabung juga ikut2an bertambah. Karenanya, pipa 2
harus diangkat lebih tinggi agar volume gas selalu konstan. Tekanan gas bisa
diketahui dengan membaca tinggi kolom air raksa (h) dalam pipa 2. Kalau pakai
cara manual, ingat saja kolom air raksa setinggi 760 mm = tekanan 1 atm (1
atmosfir). Mengenai hal ini bisa dipelajari pada pokok bahasan Tekanan pada
Fluida. Materinya sudah ada di blog ini.Biasanya pada termometer gas volume
konstan yang canggih sudah ada alat penghitung tekanan. Wadah yang berisi gas
juga sudah dirancang agar gas selalu berada dalam volume yang tetap. Jadi yang
diukur hanya perubahan tekanannya saja.
Untuk mengkalibrasi termometer gas volume konstan, kita bisa mengukur
tekanan gas pada 2 suhu. Misalnya kita gunakan suhu titik es dan suhu titik uap.
Suhu titik es dan suhu titik uap bergantung pada tekanan udara. Biasanya pada
tekanan 1 atm, suhu titik es = 0 oC dan suhu titik uap = 100 oC. Anggap saja kita
mengkalibrasi termometer gas volume konstan pada tempat yang mempunyai
tekanan udara 1 atm.
Pertama, tabung gas dimasukkan ke dalam wadah yang berisi es batu dan
air. Volume gas dijaga agar selalu tetap, karenanya pipa 2 harus diturunkan
sehingga permukaan air raksa pada pipa 1 tetap berada pada titik acuan. Jika
volume gas sudah tidak berubah, catat ketinggian kolom air raksa (h) pada pipa 2.
Gunakan h untuk menghitung tekanan. Btw, kalau pakai termometer gas yang
canggih, tabung yang berisi gas langsung dicelup saja ke dalam wadah yang berisi
es batu dan air. Sudah ada alat pengukur tekanan, tinggal dibaca saja tekanan gas
berapa. Catat besar tekanan gas tersebut (anggap saja ini tekanan 1 = P1)
Kedua, tabung gas dimasukkan ke dalam wadah yang berisi air yang lagi
dipanaskan. Seperti biasa, volume gas dijaga agar selalu tetap, karenanya pipa 2
dinaikkan sehingga permukaan air raksa pada pipa 1 tetap berada pada titik acuan.
Jika volume gas sudah tidak berubah, catat ketinggian kolom air raksa (h) pada
pipa 2. Gunakan h untuk menghitung tekanan gas. (anggap saja ini tekanan 2 = P2)
please don’t copy my style >>> 5223080299_ Instrumen Industri
Ketiga, buat grafik yang menyatakan hubungan antara tekanan dan suhu, lihat
contoh di bawah.
P1 adalah tekanan gas untuk suhu titik es (0 oC) dan P2 adalah tekanan gas
untuk suhu titik uap (100 oC). Gambarkan sebuah garis yang menghubungkan titik
temu P1 dan 0 oC dan titik temu P2 dan 100 oC. Dengan berpedoman pada grafik,
walaupun kita hanya mengetahui besar tekanan gas, besar suhu juga bisa diketahui
dengan mudah bahkan bisa diramalkan.
Skala Kelvin
Sekarang tataplah grafik di atas dengan penuh kelembutan. Jika garis
miring ditarik ke kiri sampai memotong sumbu T oC, kita akan menemukan
bahwa ketika tekanan gas = 0, besar suhu = -273,15 oC. Mungkin kita berpikir
bahwa besar suhu tersebut berbeda-beda, tergantung pada jenis gas yang dikurung
dalam tabung termometer gas volume konstan. Btw, berdasarkan hasil percobaan,
walaupun jenis gas berbeda, ketika tekanan gas menjadi nol, besar suhu tetap
bernilai -273,15 oC. Dengan demikian, kita bisa menggunakan besar suhu ini
sebagai patokan skala suhu (disebut juga sebagai suhu alias temperatur nol
mutlak).
Temperatur nol mutlak ini dikenal dengan julukan skala mutlak alias
skala suhu Kelvin. Kirain skala suhu gurumuda Kelvin adalah nama almahrum
Lord Kelvin (1824-1907), mantan fisikawan Inggris. Sekarang beliau sudah
beristirahat di alam baka, karenanya gurumuda menyebutnya mantan fisikawan.
Pada skala ini, suhu dinyatakan dalam Kelvin (K). Selang antara derajat sama
please don’t copy my style >>> 5223080299_ Instrumen Industri
sperti pada skala celcius, tetapi harga nol digeser hingga 0 K. Jadi 0 K = -
273,15 oC dan 273,15 K = 0 oC. Suhu dalam skala Celcius dapat diubah menjadi
skala Kelvin dengan menambahkan 273,15, suhu dalam skala Kelvin bisa diubah
menjadi skala Celcius dengan mengurangi 273,15. Secara matematis, bisa ditulis
sebagai berikut :
T (K) = T (oC) + 273,15
T (oC) = T (K) – 273,15
Contoh soal 1 :
20 oC = …. K ?
Panduan jawaban….
T = 20 + 273,15 = 293,15 K
Contoh soal 2 :
293,15 K = …. oC ?
Panduan juawaban….
T = 293,15 – 273,15
T = 20 oC
please don’t copy my style >>> 5223080299_ Instrumen Industri
Robert Boyle menyatakan tentang sifat gas bahwa massa gas (jumlah
mol) dan temperatur suatu gas dijaga konstan, sementara volume gas diubah
ternyata tekanan yang dikeluarkan gas juga berubah sedemikian hingga perkalian
antara tekanan (P) dan volume (V) , selalu mendekati konstan. Dengan demikian
suatu kondisi bahwa gas tersebut adalah gas sempurna (ideal).
Kemudian hukum ini dikenal dengan Hukum Boyle dengan persamaan :
RUMUS :
P1V1 = selalu konstan
Atau , jika P1 dan V1 adalah tekanan awal dan volume awal,sedangkan P2 dan V2
adalah tekanan dan volume akhir, maka :
RUMUS :
P1.V1 = P2.V2 = konstan
Dengan gabungan dari hukum Boyle dan Gay Lussac, maka dengan
keadaan massa gas konstan, berlaku :
RUMUS :
=konstan
Dimana P1,V1 dan T1 adalah tekanan, volume dan temperatur pada keadaan awal
dan P2, V2 dan T2 adalah tekanan, volume dan temperatur pada gas dimana sistem
pada keadaan akhir.
Syarat berlakunya hukum Boyle adalah bila gas berada dalam keadaan
ideal (gas sempurna), yaitu gas yang terdiri dari satu atau lebih atom-atom dan
dianggap identik satu sama lain. Setiap molekul tersebut tersebut bergerak swcara
acak, bebas dan merata serta memenuhi persamaan gerak Newton. Yang
dimaksud gas sempurna (ideal) dapat didefinisikan bahwa gas yang
perbangdingannya PV/nT nya dapat idefinisikan sama dengan R pada setiap besar
tekanan. Dengan kata lain, gas sempurna pada tiap besar tekanan bertabiat sama
seperti gas sejati pada tekanan rendah.
Persaman gas sempurna :
P.V = n.R.T
Keterangan : P : tekanan gas
V : volume gas
please don’t copy my style >>> 5223080299_ Instrumen Industri
n : jumlah mol gas
T : temperatur mutlak ( Kelvin)
R : konstanta gas universal
(0,082liter.atm.mol-1.K-1)
Ada beberapa proses yang dapat terjadi pada gas, yaitu:
1. Proses Isothermis
adalah proses perubahan keadaan gas pada suhu konstan.
P2
P1
V1 V2
Grafik 1 : Grafik Isothermis
2. Proses Isobaris
adalah proses perubahan keadaan gas pada tekanan konstan.
P
V1 V2
Grafik 2 : Grafik Isobarik
3. Proses Isokhoris
adalah proses perubahan keadaan gas pada volume konstan.
P1
please don’t copy my style >>> 5223080299_ Instrumen Industri
P =
P2
V
Grafik 3 : Grafik Isokhoris
4. Proses Adiabatis
adalah proses perubahan keadaan gas pada saat tidak ada kalor/panas yang
keluar masuk sistem.
P2
P1
V1 V2
Garfik 4 : Grafik Adiabatik
Pemantulan Dan Pembiasan Cahaya
please don’t copy my style >>> 5223080299_ Instrumen Industri
Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut mengenai pemantulan dan pembiasan cahaya, terutama cara untuk mendapat arah pantul dan arah bias dari cahaya tersebut.
Pemantulan CahayaSinar yang datang mengenai suatu permukaan obyek akan dipantulkan
dengan sudut yang sama besar terhadap normal pada bidang yang dikenai. Gambaran dari sinar dating dan sinar pantul dapat dilihat pada gambar 1. Secara sederhana dapat dikatakan sudut antara dengan sama besar dengan sudut antara dengan .
Gambar 1. Pembentukan sinar pantul
Untuk mencari arah sinar pantul dapat dirumuskan (Whit 1980) seperti pada persamaan 1.
= 2 * N * (N L) – L ( 1 )
Dinama : = sinar pantul= normal
= negasi dari sinar datang
Pembiasan Cahaya
Sinar yang mengenai benda transparan akan dibiaskan. Hasil pembiasan tergantung pada kerapatan material obyek. Sinar bias dihitung dengan acuan vektor normal dari obyek seperti yang terlihat pada gambar 2. Perhatikan sinar b yang berasal dari medium satu, kecepatan sinar di medium satu adalah c1 dan membentuk sudut datang θ1 terhadap garis normal, mengenai dan melewati obyek dengan medium dua, kecepatan sinar pada medium dua adalah c2 dan sudut pembiasan yang terbentuk antara sinar bias dengan normal adalah θ2, maka hukum Snell dinyatakan pada persamaan 2.
(2) c adalah satu banding n sehingga persamaan diatas dapat ditulis dengan
sin(θ1) * n1 = sin(θ2) * n2 (3)dimana : θ1 dan θ2 = sudut dating dan sudut pantul
c1 dan c2 = kecepatan sinar di medium asal dan tujuan
please don’t copy my style >>> 5223080299_ Instrumen Industri
n1 dan n2 = index bias medium asal dan tujuan sinar
Jika sudut biasnya 90º maka sinar tidak dibiaskan tetapi dipantulkan secara sempurna. Untuk mencari arah sinar yang sudah dibiaskan (d), seperti yang terlihat pada gambar 2 di dapat dengan persamaan (Hill 1990) seperti pada persamaan 4,5 dan 6.
(4)
(5)
(6)
Dimana : d = sinar bias.δ = jarak antara cahaya yang dibiaskan dengan garis
normal.Un= normal bidangc1= kecepatan pada medium 1 c2= kecepatan pada medium 2b = sinar dating yang mengenai suatu permukaan obyek
Gambar pembiasan cahaya menurut hukum Snell terlihat pada gambar 2.
Gambar 2. Pembiasan sinar dari medium 1
Bila gaya diberikan pada balok tersebut memberikan tegangan tarik, maka balok tersebut juga mengalami perubahan bentuk yang disebut regangan.
Lo
please don’t copy my style >>> 5223080299_ Instrumen Industri
LF F
L
Regangan tarik = L - Lo = L Lo Lo
Regangan tekan dapat didefinisikan dengan cara sama, dengan L sebagai pengurangan panjang.
Bila gaya yang diberikan memberikan tegangan geser maka perubahan bentuk pada balok menjadi :