ANALISA EFEKTIVITAS PENERIMAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN BERMOTOR PADA UPTD SAMSAT BAUBAU SULAWESI TENGGARA TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Program Diploma III ARHAM NIM : 62140098 Program Studi Manajemen Perpajakan
141
Embed
repository.bsi.ac.id · Web viewAnalisa Efektivitas Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Pada UPTD Samsat Baubau Sulawesi Tenggara ”. Tujuan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ANALISA EFEKTIVITAS PENERIMAAN PAJAK KENDARAAN
BERMOTOR DAN BEA BALIK NAMA KENDARAAN
BERMOTOR PADA UPTD SAMSAT BAUBAU
SULAWESI TENGGARA
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Program Diploma III
ARHAM
NIM : 62140098
Program Studi Manajemen Perpajakan
Akademi Manajemen Keuangan Bina Sarana Informatika
Jakarta
2017
ii
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT,
yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga pada akhirnya penulis
dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik. Dimana tugas akhir ini penulis
sajikan dalam bentuk buku yang sederhana. Adapun judul tugas akhir, yang
penulis ambil sebagai berikut, “Analisa Efektivitas Penerimaan Pajak
Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Pada
UPTD Samsat Baubau Sulawesi Tenggara”.
Tujuan penulisan tugas akhir ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan
program Diploma Tiga (D.III) AMK BSI. Sebagai bahan penulisan diambil
berdasarkan hasil penelitian (eksperimen), observasi dan beberapa sumber
literatur yang mendukung penulisan ini. Penulis menyadari bahwa tanpa
bimbingan dan dorongan dari semua pihak, maka penulisan tugas akhir ini
tidak akan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini, izinkanlah penulis
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Direktur Akademi Manajemen Keuangan Bina Sarana Informatika.
2. Ketua Program Studi Manajemen Perpajakan Akademi Manajemen Keuangan
Bina Sarana Informatika Jakarta.
3. Bapak Seno Sudarmono Hadi, SE,MM selaku Dosen Pembimbing Tugas
Akhir.
4. Bapak Supardjijo selaku Asisten Pembimbing Tugas Akhir.
5. Bapak Edi Muthalib, SE selaku Kepala UPTD Samsat Kota Baubau, yang
telah memberikan kesempatan serta informasi yang dibutuhkan penulis dalam
pelaksanaan Riset untuk penyusunan Tugas Akhir ini..
7. Ucapan terima kasih ditujukan kepada keluarga penulis, terutama kedua
orangtua, saudara-saudara yang telah sangat membantu dalam memotivasi dan
menyarankan penulis untuk menyelesaikan tugas akhir ini.
8. Ucapan terima kasih ditujukan kepada teman-teman 62.6A.25 segala
bantuan yang telah diberikan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.
Serta semua pihak yang terlalu banyak untuk disebut satu
persatu sehingga terwujudnya penulisan ini. Penulis menyadari bahwa
penulisan tugas akhir ini masih jauh sekali dari kesempurnaan, untuk itu penulis
mohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan
dimasa yang akan datang.
Akhir kata semoga tugas akhir ini dapat berguna khususnya bagi penulis
dan bagi para pembaca yang berminat pada umumnya.
Jakarta, 22 Juni 2017
Penulis
Arham
viii
ABSTRAK
Arham (62140098), Analisa Efektivitas Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Pada UPTD Samsat Baubau Sulawesi Tenggara
Kantor Samsat Kota Baubau merupakan lembaga pemerintah daerah yang bertugas untuk mengelola penerimaan Pajak Kendaran Bermotor baik Pajak Kendaraan Bermotor roda dua dan roda empat, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor termasuk tunggakan dan denda pajak. Analisa efektivitas ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat efektivitas penerimaan PKB dan BBNKB pada Samsat Baubau dengan menggunakan analisis data kualitatif yakni analisis yang tidak didasarkan pada perhitungan statistik yang berbentuk kuantitatif dan disajikan secara sistematis. Hasil penelitian menunjukkan efektivitas penerimaan PKB tahun 2011 sebesar 100,8% dan mengalami penurunan 8,3 poin (92,5%) ditahun 2012 dan kembali menurun 9,6 poin (82,9%) ditahun 2013. Ditahun 2014, efektivitas PKB mengalami kenaikan sebesar 34,6 poin (118,2%) dan mengalami penurunan lagi ditahun berikutnya sebesar 0,7 poin (117,5%). Efektivitas tunggakan PKB tahun 2011 sebesar 94,4%, mengalami kenaikan 14,2 poin (108,6%) ditahun 2012 dan kembali turun 34,2 poin (74,4%) ditahun berikutnya. Tahun 2014 efektivitas tunggakan naik sebesar 50,7 poin (125,1%) dan terus meningkat ditahun 2015 sebesar 59,4 poin (184,5%). Sedangkan denda PKB tahun 2011 sebesar 124,4%, mengalami kenaikan ditahun 2012 menjadi 175,2% (50,8 poin). Pada tahun 2013 efektivitasnya turun 74,3 poin (100,9%) dan naik menjadi 310,4% (209,5 poin) ditahun 2014 serta mengalami penurunan 59,6 poin (250,8%). Adapun efektivitas BBNKB tahun 2011 sebesar 153,9% dan mengalami penurunan 8,1 poin (145,8%) ditahun 2012 dan kembali turun 62,5 poin (83,3%). Sedangkan di dua tahun berikutnya mengalami kenaikan masing-masing 6,9 poin (90,2%) dan 18,2 poin (108,4%). Hal ini menunjukan bahwa efektivitas penerimaan PKB dan BBNKB dari tahun ketahun semakin meningkat dengan rata-rata berada diatas 100% atau dalam kategori Sangat Efektif.
Kata Kunci : PKB, BBNKB, Tunggakan PKB, Denda, Efektivitas
ix
ABSTRACT
Arham (62140098), Analysis of Motor Vehicle Tax Acceptance (PKB) andTransfer of Motor Vehicle Title (BBNKB) at UPTD Samsat Baubau Southeast Sulawesi
Samsat City Office Baubau is a local government agency tasked to manage the acceptance of Motor Vehicle Taxes both Motor Vehicle Tax and four wheels, Transfer of Motor Vehicle Title including arrears and tax penalties. his effectiveness analysis aimsto know how the effectiveness rate of PKB and BBNKBon SamsatBaubau by using qualitative data analysis ie analysiswhich is not based on quantitative and statistical calculationssystematically presented.Theresults show the effectiveness of PKB revenue in 2011 amounted to 100.8% anddecreased 8.3 points (92.5%) in 2012 and again decreased by 9.6 points (82.9%)in 2013. In 2014, PKB effectiveness increased by 34.6 points (118.2%) anddecreased again in the following year by 0.7 points (117.5%). The effectiveness ofPKB arrears in 2011 amounted to 94.4%, an increase of 14.2 points (108.6%) in2012 and again fell 34.2 points (74.4%) in the following year. In 2014 theeffectiveness of arrears rose by 50.7 points (125.1%) and continued to increase in2015 by 59.4 points (184.5%). Meanwhile, PKB penalty in 2011 amounted to124.4%, increased in 2012 to 175.2% (50.8 points). In 2013 its effectiveness fell74.3 points (100.9%) and rose to 310.4% (209.5 points) in 2014 and decreased59.6 points (250.8%).The effectiveness of BBNKB in 2011 amounted to 153.9%and decreased 8.1 points (145.8%) in 2012 and again fell 62.5 points (83.3%).While in the next two years increased respectively 6.9 points (90.2%) and 18.2points (108.4%). is shows thatthe effectiveness of PKB and BBNKB revenue from year to year increasewith an average above 100% or in the Highly Effective category.
Lembar Judul Tugas Akhir............................................................................... iLembar Pernyataan Keaslian Tugas Akhir....................................................... iiLembar Pernyataan Persetujuan Karya Ilmiah................................................. iiiLembar Persetujuan dan Pengesahan Tugas akhir............................................ ivLembar Konsultasi Tugas Akhir....................................................................... vKata Pengantar.................................................................................................. viiAbstrak.............................................................................................................. ixDaftar Isi .......................................................................................................... xiDaftar Gambar.................................................................................................. xiiiDaftar Tabel...................................................................................................... xivDaftar Lampiran................................................................................................ xv
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 11.1. Latar Belakang........................................................................................... 11.2. Perumusan Masalah................................................................................... 31.3. Tujuan dan Manfaat................................................................................... 31.4. Metode Pengumpulan Data........................................................................ 41.5. Ruang Lingkup.......................................................................................... 51.6. Sistematika Penulisan................................................................................ 6
BAB II LANDASAN TEORI......................................................................... 72.1. Efektivitas Pajak........................................................................................ 7
2.2. Pajak Kendaraan Bermotor........................................................................ 162.2.1. Pengertian PKB.............................................................................. 162.2.2. Subjek, Objek dan Wajib Pajak..................................................... 172.2.3. DPP, Tarif dan Cara Penghitungan Pajak...................................... 182.2.4. Masa Pajak, Saat Terutang Pajak dan SPTD................................. 222.2.5. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan Pajak................................. 232.2.6. Sanksi............................................................................................. 24
2.3. Bea Balik Nama Kendaran Bermotor........................................................ 262.3.1. Subjek, Objek dan Wajib Pajak BBNKB....................................... 262.3.2. DPP, Tarif dan Cara Penghitungan BBNKB................................. 282.3.3. Pengurangan dan Pembebasan Pajak............................................. 302.3.4. Tata Cara Penghitungan dan Penetapan BBNKB.......................... 31
xi
2.3.5. Tata Cara Pembayaran dan Penagihan Pajak................................. 322.3.6. Keberatan dan Banding.................................................................. 332.3.7. Daluarsa, Penagihan dan Penghapusan Piutang............................. 35
BAB III PEMBAHASAN............................................................................... 373.1. Gambaran Umum UPTD Samsat Baubau................................................. 37
3.1.1. Sejarah dan Perkembangan UPTD Samsat Baubau....................... 373.1.2. Struktur Organisasi dan Tata Kerja................................................ 413.1.3. Kegiatan Usaha UPTD Samsat Baubau......................................... 45
3.2. Hasil Penelitian.......................................................................................... 453.2.1. Target PKB dan BBNKB UPTD Samsat Baubau.......................... 463.2.2. Realisasi PKB Dan BBNKB UPTD Samsat Baubau..................... 473.2.3. Analisa Kendala dan Upaya Peningkatan Penerimaan.................. 483.2.4. Analisis Efektivitas PKB dan BBNKB.......................................... 49
BAB IV PENUTUP......................................................................................... 634.1. Kesimpulan................................................................................................ 634.2. saran........................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 67
DAFTAR RIWAYAT HIDUP....................................................................... 68
SURAT KETERANGAN PKL...................................................................... 69
Tabel II.2. Tarif Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Prov. Sulawesi
Tenggara……………….………………………………………….. 29
Tabel III.1. Target Penerimaan PKB dan BBNKB.............................................. 46
Tabel III.2. Realisasi Penerimaan PKB dan BBNKB.......................................... 47
Tabel III.3. Hasil Pembahasan Efektivitas PKB dan BBNKB............................ 58
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A1. Hasil Wawancara.......................................................................................... 69
B1. Realisasi Penerimaan UPTD Samsat Baubau Tahun 2011…..…………… 72
B2. Realisasi Penerimaan UPTD Samsat Baubau Tahun 2012…..……………. 73
B3. Realisasi Penerimaan UPTD Samsat Baubau Tahun 2013…..…………….. 74
B4. Realisasi Penerimaan UPTD Samsat Baubau Tahun 2014…..…………….. 75
B5. Realisasi Penerimaan UPTD Samsat Baubau Tahun 2015…..…………….. 76
C1. Target Penerimaan PKB dan BBNKB Tahun 2011-2015………………….. 77
D1. Mekanisme Pelayanan Kantor Bersama Samsat Baubau (Sistem Online)… 78
xv
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Tanpa pajak, sebagian
besar kegiatan negara akan sulit untuk dapat dilaksanakan. Begitu juga dengan
pemerintah daerah, seiring dengan diberlakukannya otonomi daerah, maka daerah
juga memiliki tanggung jawab sendiri untuk mengelola perpajakannya.
Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari belanja pegawai sampai dengan
pembiayaan berbagai proyek pembangunan. Pembangunan sarana umum seperti
jalan-jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit/puskesmas, dan lain sebagainya
dibiayai dengan menggunakan uang yang berasal dari penerimaan pajak. Uang
pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka memberikan rasa aman
bagi seluruh lapisan masyarakat.
Pendapatan Asli Daerah sebagai sumber pendapatan dalam membiayai
pembangunan perlu dikelola dengan baik. Pendapatan Asli Daerah terdiri dari
hasil pajak daerah, hasil restribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, dan hasil
pengelolaan kekayaan daerah. Pajak daerah memiliki kontribusi yang sangat
penting dalam membiayai pemerintahan dan pembangunan daerah karena pajak
daerah bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan penerimaan PAD dan juga
mendorong laju pertumbuhan ekonomi daerah.
Upaya pemerintah untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah salah
satunya dipengaruhi oleh keterlibatan instansi-instansi yang terkait. Upaya
tersebut salah satunya adalah dengan didirikannya Samsat (Sistem Administrasi
Manunggal Satu Atap) guna menampung penerimaan pajak khususnya pajak
1
kendaraan bermotor. Mengingat Pajak Kendaraan Bermotor merupakan salah satu
pajak yang sangat potensial bagi setiap daerah termasuk Provinsi Sulawesi
Tenggara khususnya Kota Baubau yang sangat penting dan perlu mendapat
perhatian, khususnya dalam hal pencapaian target penerimaan pada Samsat Kota
Baubau. Namun, jika dilihat dari segi ketepatan waktu dan pemenuhan kewajiban
pajak kendaraan bermotor, maka dari tahun ketahun selalu ada peningkatan denda
serta masih banyaknya tunggakan pajak yang diterima.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis tertarik melakukan
penelitian mengenai tingkat efektivitas penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor
dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor sebagai alat untuk menganalisa kinerja
pelayanan Samsat Baubau dalam penerimaan pajak tersebut. Untuk itu penulis
melakukan penelitian ini dengan judul, “ANALISA EFEKTIVITAS
PENERIMAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DAN BEA BALIK
NAMA KENDARAAN BERMOTOR PADA UPTD SAMSAT BAUBAU
SULAWESI TENGGARA”.
1
3
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian singkat pada latar belakang diatas, penulis
merumuskan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Berapa target dan realisasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor pada
UPTD Samsat Baubau dari tahun 2011-2015?
2. Berapa target dan realisasi penerimaan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
pada UPTD Samsat Baubau dari tahun 2011-2015?
3. Bagaimana efektivitas penerimaaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor pada Samsat Baubau dari tahun 2011-2015?
4. Apa saja kendala dan upaya yang dilakukan UPTD Samsat Baubau dalam
meningkatkan efektivitas penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor?
1.3. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dilakukannya penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui besarnya target dan realisasi penerimaan Pajak Kendaraan
Bermotor pada UPTD Samsat Baubau dari tahun 2011-2015.
2. Untuk mengetahui besarnya target dan realisasi penerimaan Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor pada UPTD Samsat Baubau dari tahun 2011-2015.
3. Untuk mengetahui efektivitas penerimaaan Pajak Kendaraan Bermotor dan
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor pada Samsat Baubau dari tahun 2011-
2015.
4. Untuk mengetahui kendala dan upaya yang dilakukan UPTD Samsat Baubau
dalam meningkatkan efektivitas penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan
Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.
4
Sedangkan manfaat yang diharapkan dari penulisan Tugas Akhir ini, yaitu:
1. Penulis dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang Pajak Kendaraan
Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor serta dapat
mengaplikasikan pengetahuan yang telah didapat sebelumnya dalam
perkuliahan di AMK BSI.
2. Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat membantu dan memberikan
masukan bagi UPTD Samsat kota Baubau dalam upaya meningkatkan
efektivitas penerimaan PKB dan BBNKB.
3. Diharapkan dari hasil penelitian ini, pembaca dapat menambah pengetahuan
dan wawasan tentang PKB dan BBNKB serta sebagai bahan referensi bagi
penulis/pembaca lainnya yang berminat untuk mengkaji dalam bidang yang
sama tetapi dalam ruang lingkup yang berbeda.
1.4. Metode Pengumpulan Data
Dalam penyusunan laporan Tugas Akhir ini penulis telah mengumpulkan
data-data yang diperlukan dengan beberapa metode penelitian, yaitu:
1. Observasi
Tekhnik pengumpulan data, dimana penulis melakukan pengamatan langsung
pada objek penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk lebih memahami
masalah yang terjadi dan berkaitan dengan proses penelitian.
2. Wawancara
Penulis melakukan pengumpulan data dengan memberikan pertanyaan secara
langsung pada pihak yang berwenang memberikan penjelasan tentang objek
penelitian sekaligus meminta data sekunder guna melengkapi bahan dalam
penyusunan laporan Tugas Akhir ini.
5
3. Studi Kepustakaan
Metode penelitian ini dilakukan cara mencari referensi yang mendukung
dalam proses penulisan khususnya mencari landasan teori yang berhubungan
dengan objek yang diteliti guna mempermudah penyusunan Tugas Akhir ini.
1.5. Ruang Lingkup
Samsat atau Satuan Administrasi Manunggal dibawah Satu Atap
merupakan sarana yang dibentuk pemerintah untuk mempermudah pemenuhan
kewajiban yang berhubungan dengan kendaraan bermotor dan retribusi daerah.
Samsat Baubau yang terletak di Jl. Betoambari Nomor 53 Kota Baubau Sulawesi
Tenggara dalam tugasnya sebagai Unit Pelaksana Tugas Daerah (UPTD) bertugas
melakukan penerimaan yang berhubungan dengan PKB, BBN-KB, Tunggakan
PKB, Denda, Pening, TPRJK serta Retribusi Parkir. Karena begitu banyaknya
jenis penerimaan pada Samsat Baubau, maka Penulis melakukan pembatasan
ruang lingkup permasalahan dengan hanya membahas mengenai penerimaan PKB
dan BBNKB dalam hubungannya dengan efektivitas penerimaan keduanya dari
tahun 2011-2015.
1.6. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini, penulis membagi menjadi
beberapa bab untuk mempermudah penulis dalam penyusunan laporan dan
mempermudah pembaca untuk memahaminya. Adapun sistematika penulisannya,
sebagai berikut:
5
6
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini meliputi uraian Latar Belakang Penulisan, Perumusan
Masalah, Tujuan dan Manfaat, Metode Pengumpulan Data, Ruang
Lingkup serta Sistematika Penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menjelaskan tentang teori tentang Efektivitas, Pengertian
Pajak, Fungsi Pajak, Syarat Pemungutan Pajak, Asas-Asas
Pemungutan Pajak, Sistem Pengenaan Pajak, Timbul dan
Hapusnya Hutang Pajak, Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor, serta hal-hal yang berkaitan dengan
PKB dan BBNKB tersebut.
BAB III PEMBAHASAN
Bab ini berisikan tentang, Gambaran Umum, Sejarah dan
Perkembangan Berdirinya Samsat Baubau, Struktur Organisasi,
Uraian Tugas Fungsional dari Kantor UPTD Samsat Baubau dan
Hasil Penelitian.
BAB IV PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir yang berisikan kesimpulan dan
saran dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Efektivitas Pajak
2.1.1. Pengertian Efektivitas
Efektivitas menurut Richard M. Sterrs dalam Yulianti (2012:39)
menyatakan bahwa, efektivitas adalah proses pencapaian tujuan yang tepat baik
waktu pencapaiannya maupun sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Indikasi
efektivitas adalah unsur waktu dan tercapainya sasaran yang ditetapkan
sebelumnya.
Menurut Indrajaya dalam Yulianti (2012:39) menyatakan bahwa,
efektivitas pada dasarnya dapat dilakukan dengan memperbandingkan tujuan dan
sasaran yang sudah dirumuskan dengan hasil nyata yang dapat dicapai.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
efektivitas adalah proses pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya
dengan cara pengukuran dan perbandingan sasaran atau target dengan hasil nyata
yang telah dicapai (realisasi). Efektivitas juga dapat diartikan sebagai sejauh mana
unit yang dikeluarkan mampu mencapai tujuan yang ditetapkan. Efektivitas Pajak
adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengukur hubungan antara hasil
pungutan suatu pajak dengan target yang telah ditetapkan. Besarnya tingkat
efektivitas dapat dihitung dengan rumus:
Efektivitas= RealisasiTarget
x100 %
7
Efektivitas berfokus pada hasil yang telah dicapai. Menurut Mahmudi
dalam Yulianti (2012:7) menyatakan bahwa, “Dalam suatu organisasi, program
atau kegiatan dinilai efektif apabila output yang dihasilkan bisa memenuhi tujuan
yang diharapkan”. Berdasarkan pengertian efektivitas tersebut, dapat disimpulkan
bahwa efektivitas bertujuan untuk mengukur rasio keberhasilan suatu target.
Semakin besar rasio maka semakin efektif, standar minimal rasio keberhasilan
adalah 100% atau 1 (satu), dimana realisasi sama dengan target yang telah
ditetapkan. Rasio dibawah standar minimal keberhasilan dapat dikatakan tidak
efektif. Selama ini belum ada ukuran baku mengenai efektivitas, ukuran
efektivitas biasanya dinyatakan secara kualitatif dalam bentuk pernyataan saja.
Tingkat efektivitas digolongkan kedalam beberapa kategori, yaitu:
1. > 100%, berarti Sangat Efektif
2. = 100%, berarti Efektif
3. < 100%, berarti Tidak Efektif
2.1.2. Pengertian Pajak
Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
(UU KUP) Pasal 1 angka 1 No. 28 Tahun 2007 dalam Mardiasmo, mendefinisikan
“Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.
Menurut Soemitro dalam Mardiasmo (2016:1):
“Pajak adalah iuran kepada kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontra
7
prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut disempurnakan menjadi “Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan “surplus” –nya digunakan untuk publik saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment”.
Andriani dalam Mardiasmo (2016:1)
“Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menjalankan pemerintahan”.
Dari beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Pajak
adalah iuran wajib dari masyarakat kepada negara yang dapat dipaksakan dengan
tidak mendapat balasan atau kontraprestasi secara langsung yang penggunaaannya
digunakan untuk sebesar-besarnya kepentingan rakyat. Dari definisi di atas juga
dapat diketahui bahwa pajak memiliki unsur-unsur yaitu:
1. Iuran dari rakyat kepada negara. Yang berhak memungut pajak hanyalah
negara berdasarkan Undang-Undang.
2. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang-Undang serta
aturan pelaksanaannya.
3. Tanpa jasa timbal atau kontra prestasi dari negara yang secara langsung dapat
ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya
kontraprestasi individual oleh pemerintah.
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran-
pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
7
2.1.3. Fungi Pajak
Pembangunan yang ada selama ini tidak terlepas dari peran serta
masyarakat dalam membayar pajak, karena hasil dari penerimaan pajak tersebut
digunakan pemerintah untuk melaksanakan pembangunan bagi kesejahteraan
rakyat. Dengan demikian pajak mempunyai beberapa fungsi, menurut Mardiasmo
(2016:1), fungsi pajak antara lain:
1. Fungsi Penerimaan (Budgetair)
Dalam fungsinya sebagai penerimaan, pajak dipergunakan sebagai alat untuk
mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan pemerintah, terutama
kegiatan-kegiatan rutin.
2. Fungsi Mengatur (Regulered)
Pajak berfungsi sebagai pengatur untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan dibidang sosial dan perekonomian guna menuju pertumbuhan
ekonomi yang lebih cepat serta stabilitas ekonomi.
2.1.4. Syarat Pemungutan Pajak
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan atau perlawanan,
maka pemungutan pajak harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Pemungutan pajak harus adil (Syarat Keadilan)
Sesuai dengan tujuan hukum, yakni mencapai keadilan, undang-undang dan
pelaksanaan pemungutan pajak harus adil. Adil dalam perundang-undangan
diantaranya mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan
dengan kemampuan masing-masing. Sedangkan adil daam pelaksanaannya
yakni dengan memberikan hak bagi Wajib Pajak untuk mengajukan keberatan,
7
penundaan dalam pembayaran dan mengajukan banding kepada Majelis
Pertimbangan Pajak.
2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (Syarat Yuridis)
Di Indonesia, pajak diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 2. Hal ini
memberikan jaminan hukum untuk menyatakan keadilan, baik bagi negara
maupun warganya.
3. Tidak mengganggu perekonomian (Syarat Ekonomis)
Pemungutan pajak tidak boleh mengganggu kelancaran kegiatan produksi
maupun perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian
masyarakat.
4. Pemungutan pajak harus efisien (Syarat Finansiil)
Sesuai fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan
sehingga lebih rendah dari hasil pemungutannya.
5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Sistem pemungutan yang sederhana akan memudahkan dan mendorong
masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.
2.1.5. Pengelompokkan Pajak
Mardiasmo (2016:6) menjelaskan bahwa pajak dapat dikelompokkan
menjadi 3 (tiga) kelompok besar menurut golongan, sifat, dan lembaga
pemungutnya, berikut adalah pengelompokkannya:
1. Menurut Golongan
Menurut golongan pajak dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu pajak
langsung dan pajak tidak langsung.
7
a. Pajak langsung adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri
oleh wajib pajak dan tidak bisa dilimpahkan atau dibebankan kepada orang
lain atau pihak lain. Pajak harus menjadi beban sendiri oleh wajib pajak
yang bersangkutan.
b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan
atau dilimpahkan pada orang lain atau pihak ketiga. Pajak tidak langsung
terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa, perbuatan yang
menyebabkan terutangnya pajak, missal terjadi penyerahan barang atau
jasa.
2. Menurut Sifat
Menurut sifatnya pajak dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu: Pajak
subjektif dan objektif.
a. Pajak subjektif adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan pada
keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan
keadaan subjeknya.
b. Pajak objektif adalah pajak yang pengenaannya memperhatikan peristiwa.
3. Menurut Lembaga Pemungut
Menurut lembaga pemungutnya, pajak dibagi menjadi 2 (dua),
yaitu:
a. Pajak Negara atau Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah
pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.
b. Pajak daerah yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
7
13
2.1.6. Asas Pemungutan Pajak
Mardiasmo (2016:7) mengemukakan asas pemungutan pajak terdiri dari 3
bagian, yaitu :
1. Asas Domisili (Asas Tempat Tinggal)
Negara berhak menggunakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang
bertempat tinggal di wilayahnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam
maupun luar negeri. Asas ini berlaku untuk wajib pajak dalam negeri.
2. Asas Sumber
Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber
diwilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.
3. Asas Kebangsaan
Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu Negara.
2.1.7. Sistem Pemungutan Pajak
Resmi (2014:9) menyatakan bahwa dalam pemungutan pajak dikenal
beberapa sistem yaitu:
1. Official Assessment System
Official Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberikan kewenangan aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri
jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-
undang perpajakan yang berlaku .
2. Self Assessment System
Self Assessment System adalah suatu sistem pemungutan pajak yang
memberikan wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri jumlah
14
pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang
perpajakan yang berlaku.
3. With Holding System
With Holding System merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang
memberi wewenang kepada pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan
besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan
undang-undang perpajakan yang berlaku.
2.1.8. Timbulnya Hutang Pajak
Menurut Resmi (2014:13) ada dua ajaran yang mengatur timbulnya hutang
pajak (saat pengakuan hutang pajak), yaitu:
1. Ajaran Materiil
Ajaran materiil menyatakan bahwa hutang pajak timbul karena
diberlakukannya Undang-Undang perpajakan. Dalam ajaran ini, seseorang
akan secara aktif menentukan apakah dirinya dikenakan pajak atau tidak,
sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Ajaran ini konsisten dengan
penerapan Self Assessment System.
2. Ajaran Formiil
Ajaran formiil menyatakan bahwa hutang pajak timbul karena dikeluarkannya
surat ketetapan pajak oleh fiskus (pemerintah). Untuk menentukan apakah
seseorang dikenakan pajak atau tidak, berapa jumlah yang harus dibayar, dan
kapan jangka waktu pembayarannya dapat diketahui dalam surat ketetapan
pajak tersebut. Ajaran ini konsisten dengan penerapan Official Assessment
System.
15
2.1.9. Hapusnya Hutang Pajak
Menurut Resmi (2014:12), hutang pajak akan berakhir atau
terhapus jika terjadi hal – hal sebagai berikut:
1. Pembayaran atau pelunasan
Pembayaran pajak dapat dilakukan dengan pemotongan atau pemungutan oleh
pihak lain, pengkreditan pajak luar negeri, maupun pembayaran sendiri oleh
Wajib Pajak ke kantor penerimaan pajak (bank – bank persepsi dan kantor
pos).
2. Kompensasi
Kompensasi dapat diartikan sebagai kompensasi kerugian maupun
kompensasi karena kelebihan pembayaran pajak.
3. Kadaluwarsa
Kadaluwarsa berarti telah lewat batas waktu tertentu. Jika dalam jangka waktu
tertentu suatu hutang pajak tidak ditagih oleh pemungutnya, hutang pajak
tersebut dianggap telah lunas/dihapus/berakhir dan tidak dapat ditagih lagi.
Hutang pajak akan kadaluwarsa setelah melewati waktu sepuluh tahun,
terhitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian
Tahun Pajak, atau Tahun Pajak yang bersangkutan.
4. Pembebasan atau Penghapusan
Kewajiban pajak oleh Wajib Pajak tertentu dinyatakan hapus oleh faktur pajak
karena setelah dilakukan penyidikan, ternyata Wajib Pajak tidak mampu lagi
memenuhi kewajibannya. Hal ini biasanya terjadi karena Wajib Pajak
mengalami kebangkrutan maupun mengalami kesulitan likuiditas.
16
2.2. Pajak Kendaraan Bermotor
2.2.1. Pengertian Pajak Kendaraan Bermotor
Berdasarkan Undang-Undang tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
disebutkan bahwa, “Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak yang dipungut atas
kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor, tidak termasuk
kepemilikan atau penguasaan alat-alat berat dan alat-alat besar yang tidak
digunakan sebagai angkutan orang dan/atau barang di jalan umum”. Selain
pengertian Pajak Kendaraan Bermotor itu sendiri, ada beberapa istilah teknis
penting lainnya yang telah diatur oleh undang-undang. Berdasarkan Surat
Keputusan Gubernur Sulawesi Tenggara No. 34 Tahun 2002 dijelaskan bahwa:
1. Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih beserta
gandengannya yang digunakan disemua jenis jalan darat dan digerakan oleh
peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk
mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan
bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat besar yang bergerak.
2. Kendaraan bermotor umum adalah setiap kendaraan bermotor yang digunakan
untuk mengangkut orang atau barang dengan dipungut bayaran dan
menggunakan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) dengan dasar pelat
kuning, huruf hitam.
3. Kendaraan bermotor bukan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang
digunakan untuk mengangkut orang atau barang yang menggunakan Tanda
Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) dengan dasar hitam, huruf putih.
17
4. Kendaraan bermotor berubah bentuk adalah kendaraan bermotor yang
mengalami perubahan teknis dan/atau bentuk serta penggunaannya, termasuk
penggantian mesin kendaraan bermotor.
5. Kendaraan bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar adalah kendaraan
bermotor menurut bentuk dan sifatnya memiliki kekhususan, antara lain:
floklift, buldizer,whell loader, skider, motor grode, excavator, back hoe,
vibrator, compactor, scrapes dan lain sebagainya.
6. Pajak kendaraan bermotor yang kemudian disingkat PKB adalah pajak yang
dipungut atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor.
2.2.2. Subjek, Objek dan Wajib Pajak
Subjek Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau badan yang
memiliki atau menguasai kendaraan bermotor. Dalam hal wajib pajak badan,
kewajiban perpajakannya diwakili oleh pengurus atau kuasa badan tersebut.
Yang menjadi objek Pajak Kendaraan Bermotor adalah kepemilikan
dan/atau penguasaan kendaraan bermotor tidak termasuk kepemilikan dan/atau
penguasaan alat-alat berat dan alat-alat besar seperti buldozer,excavator, loader,
dan lain-lain yang tidak digunakan sebagai alat angkutan orang dan/atau barang di
jalan umum. Dikecualikan dari objek pajak yaitu kendaraan yang dimiliki atau
dikuasai oleh:
1. Kendaraan bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan pertahanan
dan keamanan negara.
18
2. Kendaraan bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai kedutaan, konsulat,
perwakilan negara asing dengan asas timbal balik dan lembaga-lembaga
internasional yang memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari pemerintah.
3. Kereta api.
Wajib Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau badan yang
memiliki kendaraan bermotor tersebut. kepemilikan kendaraan bermotor ialah
kepemilikan sepenuhnya kendaraan bermotor atas nama orang pribadi atau badan
sesuai dengan nama, alamat yang tercantum dalam KTP atau identitas diri lainnya
yang sah. Sedangkan menguasai mengandung arti penguasaan kendaraan
bermotor yang melebihi 12 (dua belas) bulan dianggap sebagai penyerahan,
kecuali apabila penguasaan itu terjadi karena perjanjian sewa yang termasuk
leasing. Kewajiban pembayaran kendaraan bermotor terletak pada orang pribadi
yang bersangkutan atau kuasa atau ahli warisnya. Dan apabila wajib pajaknya
berupa badan maka yang bertanggung jawab adalah pengurus atau kuasanya.
2.2.3. Dasar Pengenaan Pajak, Tarif dan Cara penghitungan Pajak
Dasar Pengenaan Pajak (DPP) yang digunakan dalam menghiting Pajak
Kendaraan Bermotor dihitung sebagai perkalian dari dua unsur pokok, yaitu:
1. Nilai Jual Kendaraan Bermotor.
2. Bobot yang mencerminkan secara relative kadar kerusakan jalan dan
pencemaran lingkungan sebagai akibat dari penggunaan kendaraan bermotor.
Bobot adalah daya berat/angkut kendaraan bermotor yang diukur
berdasarkan jumlah tonase atau isi silinder dari kendaraan tersebut. Bobot ini
19
dinyatakan dengan koefisien yang nilainya 1 (satu) atau lebih besar dari 1 (satu),
dengan pengertian:
1. Koefisien sama dengan 1 (satu) berarti kerusakan jalan dan/atau pencemaran
lingkungan oleh penggunaan kendaraan bermotor tersebut dianggap masih
dalam batas toleransi.
2. Koefisien lebih besar dari 1 (satu) berarti penggunaan kendaraan tersebut
dianggap melewati batas toleransi.
Adapun nilai jual kendaraan bermotor dan bobot tersebut didasarkan pada
Harga Pasaran Umum atas suatu kendaraan bermotor. Harga Pasaran Umum
adalah harga rata-rata yang diperoleh dari berbagai data yang akurat. Nilai Jual
Kendaraan Bermotor ditetapkan berdasarkan Harga Pasaran Umum pada minggu
pertama bulan Desember Tahun Pajak sebelumnya. Dalam hal Harga Pasaran
Umum suatu kendaraan tidak diketahui, Nilai Jual Kendaraan Bermotor dapat
ditentukan berdasarkan sebagian atau seluruh faktor-faktor:
1. Harga kendaraan bermotor dengan isi silinder dan/atau satuan tenaga yang
sama.
2. Penggunaan kendaraan bermotor untuk umum atau pribadi.
3. Harga kendaraan bermotor dengan merek kendaran bermotor yang sama.
4. Harga kendaraan bermotor dengan tahun pembuatan kendaraan bermotor yang
sama.
5. Harga kendaraan bermotor dengan kendaraan bermotor yang sejenis.
6. Harga kendaraan bermotor berdasarkan dokumen Pemberitahuan Impor
Barang (PIB).
20
Bobot dihitung berdasarkan faktor-faktor:
1. Tekanan gandar, yang dibedakan atas dasar jumlah sumbu/as, roda, dan berat
kendaraan bermotor.
2. Jenis bahan bakar kendaraan bermotor yang dibedakan menurut solar, bensin,
gas, listrik, tenaga surya, atau jenis bahan bakar lainnya.
3. Jenis, penggunaan, tahun pembuatan, dan ciri-ciri mesin kendaraan bermotor
yang dibedakan berdasarkan jenis mesin 2 tak atau 4 tak, dan isi silinder.
Selanjutnya penghitungan Dasar Pengenaan Pajak Kendaran Bermotor dan
dinyatakan dalam suatu tabel yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri setelah mendapat pertimbangan dari Menteri Keuangan. Kemudian
penghitungan dasar pengenaan Pajak Kendaran Bermotor ditinjau kembali setiap
tahunnya. Besarnya Pajak Kendaraan Bermotor yang harus dihitung dengan cara:
1. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama paling rendah sebesar 1%
(satu persen) dan paling tinggi sebesar 2% (dua persen).
2. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor ke dua dan seterusnya harus dapat
ditetapkan secara progresif paling rendah 2% (dua persen) dan paling tinggi