SAMBUNGAN KOMUNAL LAYANAN WATER FOR THE POOR TOOLKIT PAKET PENJELASAN
SAMBUNGAN KOMUNALLAYANAN
WATER FOR THE POOR TOOLKIT
PAKET PENJELASAN
SAMBUNGAN KOMUNALLAYANAN
WATER FOR THE POOR TOOLKIT
PAKET PENJELASAN
Rumah tangga yang berada didalam kawasan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), khususnya yang status lahan huniannya tidak jelas (ilegal) selama ini sulit untuk mendapatkan layanan air minum langsung dari PDAM. Beberapa PDAM terkendala oleh aturan yang ada untuk melayani rumah tangga yang berada di kawasan terse-but. Dilihat dari segi bisnis, PDAM juga enggan melayani penghuni kawasan MBR, karena adanya keharusan untuk menjual air dengan harga rendah.
Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan suatu upaya khusus untuk mengatasi kesulitan MBR dalam menda-patkan akses air minum dan untuk menambah cakupan layanan PDAM. Salah satu upaya tersebut adalah program Layanan Sambungan Komunal (LSK) yaitu dimana PDAM memberikan layanan air minum dengan cara memban-gun meter air komunal sementara masyarakat akan mem-bangun dan mengelola perpipaan distribusi dari meter air komunal sampai dengan meter air pelanggan. Sementara itu Fasilitas Kredit Mikro Sambungan Air diberikan bagi MBR untuk membayar biaya pemasangan sambungan rumah.
Buku Water for The Poor Toolkit ini terdiri dari Paket Pen-jelas-an mengenai “Layanan Sambungan Komunal-(LSK)” dan “Kredit Mikro Sambungan Air” yang telah disusun bersama oleh Environmental Service Program (ESP)-USAID dan pemerintah Indonesia. Buku ini menyajikan informasi dasar yang dapat membantu setiap pihak dalam mema-hami proses “Layanan Sambungan Komunal-(LSK)” dan “Kredit Mikro Sambungan Air”. Semoga dengan disusun-nya buku ini dapat bermanfaat untuk pengembangan program selanjutnya.
Direktur Permukiman dan Perumahan
Budi Hidayat
Direktur Permukiman d
Budi Hidayat
USAID sepenuhnya mendukung pembuatan seka-ligus penerbitan buku panduan “Air Minum untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah - Water for the Poor.” Salah satu tujuan utama keberadaan USAID di Indonesia adalah mengembangkan pelayanan dasar manusia, termasuk penyediaan akses air bersih. Saat ini hampir 100 juta orang Indonesia kekurangan akses untuk air bersih yang layak, yang mengakibatkan meningkatnya resiko kesehatan dan menghambat pembangunan ekonomi. Dampak dari resiko tersebut paling dirasakan oleh mereka yang justru tidak mampu menanggungnya.
Buku panduan Water for The Poor ini diterbitkan da-lam dua volume, Meter Komunal (Buku 1) dan Kredit Mikro untuk Sambungan Baru (Buku 2). USAID san-gat berharap inovasi ini dapat membantu seluruh pemangku kepentingan, yaitu pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan-perusahaan air mi-num, masyarakat serta lembaga pembiayaan dalam usaha mereka meningkatkan akses untuk air bersih bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Mission Director, USAID Indonesia
Walter North
Akses masyarakat terhadap pelayanan air minum se-cara umum dirasakan masih rendah. Pencapaian sam-pai pada tahun 2007, cakupan pelayanan air minum melalui perpipaan yang tercapai adalah sebesar 45% diperkotaan dan 10% di perdesaan. Secara nasional cakupan pelayanan baru mencapai 24%. Gambaran pelayanan air minum kepada masyarakat berpeng-hasilan rendah (MBR) tentu saja Iebih rendah lagi. Pelayanan pada masyarakat kurang mampu disam-ping keharusan bagi penyelenggara untuk menerap-kan tarif sosial juga dibatasi oleh peraturan setempat tentang pelayanan pada rumah tidak memiliki ijin bangunan.
Dari sisi pelayanan air minum oleh penyelenggara, pandangan bahwa penduduk MBR tidak mampu membayar pelayanan tidak sepenuhnya sahih. Hasil pengamatan dari beberapa kota di Inonesia mem-perlihatkan bahwa MBR membayar air minum per meter kubiknya > 10 kali lipat dari harga rata-rata. Ini mengisyaratkan bahwa pelayanan air minum pada MBR pada hakekatnya tidak ada masalah. Da-lam rangka membentuk dan meningkatkan rasa kepemilikan `sense of belonging’ pada masa pen-gelolaan maka pendekatan pembangunan berbasis masyarakat perlu mendapat perhatian.
Salah satu kerjasama Departemen Pekerjaan Umum dengan USAID-ESP dalam pengembangan alternatif pembangunan SPAM berbasis masyarakat adalah Program Layanan Sambungan Komunal (Master Me-ter) dan Layanan Sambungan Baru melalui Kredit Mikro. Program ini akan sangat bermanfaat untuk mengembangkan pelayanan air minum kepada masyarakat kurang mampu khususnya yang berada di perkotaan.Program ini diharapkan akan mendo-rong percepatan pelayanan masyarakat kurang mampu dan pada gilirannya akan berkontribusi pada pencapaian target MDG 2015.
Direktur Jenderal Cipta Karya
Budi Yuwono
Direktktktktktktktttktktkttttktttttktktktktktttktttkktkttkkktktkkktkktkkkkkkkkkkkkkkkkk ur Jendeeral Cipta
BuBBBBBB di YYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYuwuuuuuuuuuuuuuuuuu onnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnoooooooooooooooooooooooooooooooooooooo
Mission Director, , ,,,,,,,,,,,,, USAID
Sambungan Air untuk Semua atau Water for the Poor merupakan salah satu
kegiatan Environmental Services Program (ESP) yang bertujuan untuk mendo-
rong adanya perangkat alternatif yang dapat meningkatkan akses masyarakat
berpenghasilan rendah terhadap layanan air minum PDAM. Alternatif akses
pelayanan ini dapat dilakukan dengan 1) Layanan Sambungan Komunal dan 2)
Kredit Mikro Sambungan Air.
Tentang Paket Ini ISI PAKET
Bagian URAIAN UMUM
Bagian PERANGKAT PDAM
Bagian PERANGKAT FASILITATOR
Bagian KUMPULAN CONTOH
Paket Penjelasan ini berisi berbagai informasi tentang opsi Layanan Sambungan Komunal (LSK) yang merupakan salah satu perangkat (tool) untuk membantu masyarakat berpeng-hasilan rendah (MBR) mengakses layanan air minum perpipaan dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Perangkat lainnya adalah Kredit Mikro untuk Sambungan Air.
Paket Penjelasan LSK ini terdiri dari 4 (empat) bagian.
Bagian pertama, yaitu Bagian Uraian Umum berisi berbagai informasi umum dan mendasar tentang LSK, seperti defi -nisi, prinsip layanan, komponen, manfaat, tahap pengembangan, sampai ke kendala dan solusi dari suatu LSK.
Bagian kedua dan ketiga, yaitu Bagian Perangkat PDAM dan Bagian Perangkat Fasilitator menjelaskan tentang tahap-tahap spesifi k yang harus dilakukan pihak-pihak itu dalam pengembangan LSK, ber-ikut manfaat dan tanggung jawabnya.
Bagian terakhir, yaitu Bagian Kumpulan Contoh berisi berbagai materi presentasi, dokumen, dan media promosi yang dapat dijadikan acuan bagi pihak-pihak yang ingin mengembangkan dan mengelola LSK nantinya.
Selain untuk PDAM dan Fasilitator, Paket Pen-jelasan ini juga diharapkan dapat digunakan oleh pihak Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, atau Lembaga Donor , dalam upaya membantu pengembangan LSK.
Perlu disadari sejak awal bahwa paket ini tidak cukup untuk menguraikan seluruh informasi yang dibutuhkan dalam pengembangan dan pengelolaan LSK. Walau demikian, paket ini diharapkan dapat dijadikan landasan awal bagi pihak-pihak berkepentingan untuk da-pat mempersiapkan tahap-tahap pengem-bangannya.
Publikasi ini diterbitkan oleh Environmental Services Program (ESP) atas
dukungan dana the United States Agency for International Development
(USAID)
Penerbit:United States Agency for International Development (USAID )/Environmental Services Program (ESP)Ratu Plaza Building 17th Fl., Jl. Jend Sudirman No. 9, Jakarta 10270Tel. 62-21-720 9594, Fax. 62-21-720 4546, Website : www.esp.or.id
PengarahFoort Bustraan, Hernadi Setiono, Lina Damayanti, Siti
Wahyuni, Ricky Pasha Barus, Julian Syah, Nur Endah
Shofi ani dari tim ESP.
PenyusunQipra Galang Kualita, PT; yang terdiri dari Rudy Yu-
wono, Isna Marifa, Endro Adinugroho, Laksmi War-
dhani, Deasy Sekar Tanjung Sari, Bayu Rizky Tribu-
wono, Utari Ninghadiyati, Budi Susilorini, Endang
Sunandar, Muhammad Taufi k Sugandi.
ApresiasiUntuk Masukan dan Substansi: Teddy, Zaenal Abi-
din Siregar (PDAM Medan); Khairul Abidin dan Ra-
waludin Siregar (Dinas Permukiman kota Medan);
Boy, Kiki, Agus (PDAM Bandung); Erna Purnawati
(Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya);
Indrarini (PDAM Surabaya); Edi Rag, dr. Wahyu, Silva
(Jaringan Kesejahteraan/Kesehatan Masyarakat,
Medan); Somad, Agus, Novi (Perhimpunan Pening-
katan Keberdayaan Masyarakat, Jakarta); Hellen,
Lina, Wawan (Pengembangan Swadaya Masyarakat,
Bandung); Acun (Bandung Peduli), Soeroso, Abdul
Rohim (Pengurus Tirta Sari Bandung), Sanusi, Aman-
syah, Etty (Masyarakat Yong Panah Hijau, Medan),
Masyarakat Belawan Medan.
Untuk Foto: Environmental Services Program (ESP)
Sekilas mengenai ESPEnvironmental Services Program (ESP) adalah suatu
program kerjasama antara the United States Agency
for International Development (USAID) dengan pe-
merintah Republik Indonesia yang berlangsung
selama 5 tahun sampai tahun 2009. Tujuan pro-
gram adalah meningkatkan kesehatan masyarakat
melalui pengelolaan air yang lebih baik, memper-
luas akses masyarakat terhadap air bersih dan sani-
tasi. Termasuk akses bagi masyarakat berpenghasi-
lan rendah (MBR) yang selama ini menggunakan
air dari sumber-sumber lain yang tidak terjamin
kesehatannya.
Ada 6 provinsi yang menjadi wilayah kerja ESP,
yaitu Sumatera Utara, Jawa Barat, provinsi DKI Ja-
karta, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta,
dan Jawa Timur.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai ESP, pem-
baca dapat mengakses www.esp.or.id.
SAMBUNGAN KOMUNALLAYANAN
WATER FOR THE POOR TOOLKIT
PAKET PENJELASAN
URAIAN UMUM
DAFTAR ISITentang Bagian Ini
Bagian Uraian Umum ini merupakan bagian awal dari Paket Penjelasan Layanan Sam-bungan Komunal. Bagian ini menguraikan berbagai informasi umum dan mendasar tentang Layanan Sambungan Komunal (LSK). Termasuk di dalamnya uraian mengenai defi -nisi, prinsip layanan, komponen, manfaat, tahapan pengembangan, sampai ke kendala dan solusi dari suatu LSK.
Bagian Uraian Umum ini selayaknya dipa-hami dulu sebelum pembaca melanjutkan ke bagian-bagian lain dari Paket Penjelasan Layanan Sambungan Komunal. Pembaca yang berasal dari Perusahaan Daerah Air Mi-num (PDAM) disarankan untuk melanjutkan ke Bagian Perangkat PDAM. Sedangkan pem-baca yang akan berperan sebagai Fasilitator disarankan untuk melanjutkan ke Bagian Perangkat Fasilitator.
Dalam bagian Uraian Umum ini, pembaca akan menjumpai diagram umum tahapan pengembangan LSK. Diagram ini merupakan acuan utama dari pengembangan diagram-diagram spesifi k yang terdapat di Bagian Perangkat PDAM dan Bagian Perangkat Fasi-litator. Pembaca juga akan menjumpai bebe-rapa artikel yang menceritakan pengalaman berbagai pihak yang selama ini terlibat da-lam pengembangan LSK di wilayah kerjanya masing-masing.
Sebagai penutup, pembaca dapat menjum-pai artikel tentang harapan masa datang dari LSK. Kesuksesan pengembangan LSK selama ini diharapkan dapat memicu PDAM untuk menjadikannya sebagai suatu pilihan resmi dari jenis layanan yang ditawarkannya ke masyarakat. Khususnya ke Masyarakat Ber-penghasilan Rendah (MBR).
Latar Belakang ........................................................................................................... 2
Komponen Sistem Layanan Sambungan Komunal ...................................... 3
Pihak Terkait Layanan Sambungan Komunal .................................................. 5
Manfaat Layanan Sambungan Komunal .......................................................... 7
Orang Miskin Selama Ini Bayar Air Lebih Mahal ............................................. 8
PDAM Tirtanadi Tidak Ragu Lagi ........................................................................ 10
Kuncinya Keterlibatan Masyarakat ...................................................................... 12
Tahapan Pengembangan Layanan Sambungan Komunal ........................ 15
Pendanaan Layanan Sambungan Komunal .................................................... 17
Boks: Jenis-Jenis Sumber Dana Untuk LSK ................................................ 18
Kendala dan Solusi ................................................................................................... 19
Peran LSM: Fasilitator dan Juga Inisiator ....................................................... 20
Pantas Jadi Salah Satu Bentuk Layanan PDAM .............................................. 22
Sambungan Air untuk Semua atau Water for the Poor merupakan salah satu
kegiatan Environmental Services Program (ESP) yang bertujuan untuk mendo-
rong adanya perangkat alternatif yang dapat meningkatkan akses masyarakat
berpenghasilan rendah terhadap layanan air minum PDAM. Alternatif akses
pelayanan ini dapat dilakukan dengan 1) Layanan Sambungan Komunal dan 2)
Kredit Mikro Sambungan Air.
Bagian Uraian Umum
1Layanan Sambungan Komunal
Phot
o: D
easy
LAYANAN SAMBUNGAN KOMUNAL Bentuk layanan sambungan langsung untuk masyarakat berpengha-
silan rendah yang tinggal di dalam kawasan yang pada umumnya sulit
terlayani oleh sistem sambungan langsung PDAM. Layanan ini dikem-
bangkan dengan pola kemitraan antara PDAM dengan masyarakat.
PDAM menyediakan air minum sampai ke Meter Air Komunal, sedang-
kan pendistribusian air hingga ke hunian dilakukan oleh masyarakat.
2
LATAR BELAKANG
Bagian Uraian Umum
Rumah-rumah yang berada di dalam
kawasan Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR), khususnya yang status
lahan huniannya tidak jelas, selama ini
sulit untuk mendapatkan layanan air
minum langsung dari PDAM. Bebera-
pa PDAM terkendala oleh aturan yang
ada untuk melayani rumah-rumah
yang berada di kawasan tersebut. Di-
lihat dari segi bisnis, PDAM juga eng-
gan melayani penghuni kawasan MBR,
karena adanya keharusan untuk men-
jual air dengan harga rendah.
Akibat ketiadaan layanan air minum,
sering dijumpai adanya praktek pen-
curian air dari pipa PDAM yang melin-
tas di dekat kawasan-kawasan itu.
Beberapa kawasan sudah memiliki
layanan Hidran Umum. Namun di-
nilai kurang memuaskan oleh para
pengguna layanan itu. Karena untuk
mendapatkan air, mereka harus ber-
jalan membawa ember atau jerigen ke
lokasi Hidran Umum.
Jika suatu kawasan tidak memiliki
layanan Hidran Umum, penghuni di
kawasan itu umumnya mendapatkan
air minumnya dari penjaja air keliling.
Sayangnya, harga jual airnya sangat
mahal (baca Orang Miskin Selama
Ini Bayar Lebih Mahal). Bahkan lebih
mahal dari harga air PDAM dengan
tarif niaga atau industri. Hal ini tentu
mau tidak mau berpengaruh terhadap
tingkat kesejahteraan penghuni ka-
wasan kumuh .
Layanan Sambungan Komunal (LSK)
dikembangkan untuk mengatasi ke-
sulitan MBR mendapatkan layanan
air minum PDAM langsung di rumah-
nya. Rancangan LSK sangat sederhana
(baca Komponen Sistem Layanan
Sambungan Komunal).
LSK membawa banyak manfaat. Tidak
saja bagi MBR, tetapi juga bagi PDAM
(baca Manfaat Layanan Sambungan
Komunal).
Layanan sejenis LSK sudah banyak
dikembangkan di beberapa kota Asia.
Salah satunya adalah kota Manila (Re-
publik Filipina). Di Indonesia, uji coba
pengembangan LSK pertama kali di-
lakukan di daerah Sungai Mati (Medan),
dan kemudian diaplikasikan juga di
beberapa kawasan MBR lainnya (baca
PDAM Tirtanadi Tidak Ragu Lagi).
Phot
o: S
iti W
ahyu
ni
Status kepemilikan tanah yang tidak jelas kerap menjadi kendala bagi PDAM sehingga tidak dapat memberi layanan air minum di kawasan tersebut.
Secara teknis Layanan Sambungan Komunal (LSK) mirip dengan sistem sam-
bungan rumah langsung yang biasa dikembangkan PDAM. Perbedaannya
terletak di sisi kepemilikan dan tanggung jawab pengelolaan LSK. PDAM
memiliki dan mengelola pipa distribusi PDAM sampai dengan meter air ko-
munal. Dan masyarakat mengelola pipa distribusi lingkungan sampai dengan
meter pelanggan. Ilustrasi di bawah ini menunjukkan komponen-komponen
dari sistem LSK.
LAYANANSAMBUNGAN KOMUNALKOMPONEN SISTEM
PIPA DISTRIBUSI PDAMMerupakan jaringan pipa distribusi PDAM yang digunakan untuk menyalurkan air minum ke sistem LSK.
METER AIR KOMUNALBerfungsi untuk mengukur volume air yang disalurkan PDAM ke sistem LSK. Meter Air Komunal harus ber-ada di luar kawasan MBR yang akan mengembangkan LSK.
PIPA DISTRIBUSI LINGKUNGANMerupakan jaringan pipa yang berfungsi untuk mendistribusikan air minum ke ru-mah-rumah pelanggan LSK.
Layanan Sambungan Komunal
Info
grafi
k E
. Sun
anda
r
METER PELANGGANBerfungsi untuk mengukur vo-lume air yang digunakan oleh se-tiap pelanggan LSK.
SAMBUNGAN PELANGGANMerupakan ruas pipa yang menyalurkan air minum dari Pipa Distribusi Lingkungan ke rumah pelanggan LSK.
4
PIHAK TERKAITLAYANAN SAMBUNGAN KOMUNAL
Layanan Sambungan Komunal (LSK) di suatu kawasan MBR dikembangkan dan dikelola bersama oleh PDAM
dengan masyarakat penghuni kawasan itu. Dengan sendirinya, keduanya merupakan pihak-pihak utama da-
lam pengembangan dan pengelolaan layanan itu. Beberapa pengalaman melibatkan peran lembaga swa-
daya masyarakat (LSM) sebagai Fasilitator dan Pemerintah Daerah atau Lembaga Donor sebagai Kontributor
Dana. Uraian berikut ini menerangkan secara singkat peran pihak-pihak terkait. Rangkumannya dapat dilihat
pada tabel di akhir uraian ini.
MASYARAKAT & KELOMPOK PENGELOLAKelompok Pengelola dibentuk oleh masyarakat penghuni kawasan MBR untuk terlibat dalam
pengembangan dan pengelolaan LSK. Peran Kelompok Pengelola ini sangat penting. Selain
memelihara dan mengelola sistem LSK, kelompok ini juga bertugas untuk mengelola admi-
nistrasi keuangannya, antara lain menagih iuran pelanggan, mengatur penggunaan uang, dan
membuat laporan keuangan. Untuk PDAM, Kelompok Pengelola ini bertanggung jawab dalam
kelancaran dan ketepatan pembayaran air minum.
FASILITATOR Fasilitator jika terlibat dalam pengembangan LSK, berperan untuk melakukan sosialisasi LSK,
meningkatkan kesadaran masyarakat, memfasilitasi proses pengambilan keputusan di antara
masyarakat penghuni kawasan, menyiapkan Kelompok Pengelola, menghubungi PDAM, dan
mengelola dukungan pendanaan. Baik individu maupun Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) dapat berperan sebagai Fasilitator. Yang penting Fasilitator harus berpengalaman da-
lam pemberdayaan masyarakat dan memiliki pemahaman tentang sistem layanan air bersih.
5
PDAMPDAM mempunyai tugas pokok untuk mengembangkan layanan air minum bagi seluruh
warga kotanya termasuk MBR. Dalam LSK, PDAM bertugas untuk menyediakan dan menga-
lirkan air minum sampai dengan Meter Air Komunal (lihat Komponen Sistem Layanan Sam-
bungan Komunal). PDAM dapat membantu meningkatkan kapasitas Kelompok Pengelola
dalam mengelola LSK, khususnya dalam pengelolaan administrasi pelanggan dan pemeli-
haraan jaringan.
KONTRIBUTOR DANA LAINNYAKontributor Dana berperan untuk menyediakan dukungan pembiayaan dalam
pengembangan LSK. Dari pengalaman selama ini, peran Kontributor Dana me-
mang tidak terhindarkan. Baik untuk kepentingan pembangunan sistem (hard-
ware) maupun penyiapan masyarakat (software). Kebanyakan MBR masih belum
mampu berswadaya membiayai pengembangan LSK di kawasannya. Kontribu-
tor Dana bisa Pemerintah Kota, Pemerintah Pusat (melalui Dana Alokasi Khusus
atau DAK), lembaga donor asing, atau perusahaan swasta (melalui program Cor-
porate Social Responsibility atau CSR).
Rangkuman Peran Pihak Terkait dalam Pengembangan dan Pengelolaan Layanan Sambungan Komunal
Peran Pihak Terkait
Masyarakat & Kelompok
PengelolaPDAM Fasilitator
Pemerintah Daerah
Kontributor Dana lainnya
Pemilihan lokasi a a
Penyiapan masyarakat a a a
Perencanaan sistem LSK a a a
Pengadaan material untuk Konstruksi LSK a a a
Konstruksi - sampai Meter Air Komunal a a
Konstruksi - setelah Meter Air Komunal a a a a
Operasi & Pemeliharaan - sampai Meter Air Komunal a
Operasi & Pemeliharaan - setelah Meter Air Komunal a
PEMERINTAH DAERAHPemerintah Daerah jika terlibat dalam pengembangan LSK berperan untuk menye-
diakan dukungan kebijakan dan pembiayaan. Beberapa pengalaman menunjukkan
Pemerintah Daerah, dapat menjadi inisiator termasuk merekomendasikan wilayah-
wilayah pengembangan LSK. Pemerintah Daerah selaku pemilik PDAM, juga dapat
mendorong PDAM agar mau mendukung pengembangan dan pengoperasian LSK.
Sedangkan sebagai Kontributor Dana, Pemerintah Daerah dapat membiayai pem-
bangunan fi sik LSK maupun penyiapan MBR.
Bagian Uraian Umum
Ilust
rasi
: E. S
unan
dar
Pemerintah Daerah juga dapat merasakan manfaat LSK. Kemudahan
mengakses air minum secara tidak langsung akan meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan masyarakatnya. Tingkat produktivitas
masyarakat membaik sehingga perekonomian kota akan meningkat.
Tidak perlu disangsikan lagi bahwa Layanan Sambungan Komunal (LSK) memiliki banyak manfaat. Khususnya bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) dan PDAM setempat sebagaimana disebutkan berikut ini. Selain itu, LSK
juga bermanfaat bagi Pemerintah Daerah.
MANFAATLAYANAN SAMBUNGAN KOMUNAL
PDAM akan bertambah jumlah pelanggannya. Demikian juga luas
cakupan layanannya, serta produknya akan terjual lebih banyak. Dan
pendapatannya bertambah. Semua itu diperoleh dengan investasi
yang lebih rendah karena biaya pengembangan jaringan distribusi
di kawasan permukiman bukan menjadi tanggung jawab PDAM. De-
mikian juga dengan biaya pemeliharaan setelah meter air komunal
ditanggung oleh masyarakat dan tingkat kehilangan air akan menu-
run. Urusan administrasi pelanggan lebih sederhana karena PDAM
hanya berurusan dengan Kelompok Pengelola. Manfaat lainnya ter-
masuk meningkatnya citra PDAM.
MBR akan mendapatkan akses layanan air minum langsung di rumah-
nya masing-masing. Tingkat kenyamanan dan kesehatannya mening-
kat. Biaya pemasangannya terjangkau. Kondisi perekonomian mem-
baik karena harga air yang lebih murah. Prosedur administrasi dan cara
pembayaran juga lebih mudah. Peluang pekerjaan juga tersedia bagi
mereka yang terlibat dalam konstruksi, operasi, dan pemeliharaan
LSK tersebut.
7Layanan Sambungan Komunal
Phot
o: S
iti W
ahyu
niPh
oto:
Bay
u Ri
zky
Phot
o: D
easy
“Ini bukti pembayaran air saya. Sekarang tiap
bulan cukup membayar Rp 16 ribuan untuk pe-
makaian 16 m3 air. Dulu saya setiap hari harus
beli air Rp 3 ribu satu drum. Sebulan jadi Rp 90
ribu,” kata Ibu Etty Eliani, salah seorang warga
Yong Panah Hijau, Medan.
Penuturan Ibu Etty boleh jadi menyiratkan keba-
hagian yang tak terkira. Kini ia bisa menyisihkan
uang untuk keperluan rumah tangga yang lain.
Ia juga tidak perlu menunggu penjaja air datang
hanya untuk mendapatkan air minum. Cukup
membuka keran air di rumah maka air minum
pun mengalir. Perubahan ini terjadi sejak tahun
2006 pada saat sistem Layanan Sambungan Ko-
munal (LSK) mulai dikembangkan di kawasan
tersebut. Selain Ibu Etty, terdapat hampir 200
keluarga lain di kawasan itu yang turut mera-
sakan perubahan ini. Secara rata-rata, keluarga
di kawasan itu sekarang membeli air dengan
harga kurang lebih Rp 1 per liter dibandingkan
dulu sekitar Rp 50 per liter sebelum adanya LSK
di kawasan itu.
Cerita warga yang membeli air minum dari pen-
jaja air keliling, terjadi di mana saja, termasuk di
kota Medan, Sumatera Utara. Keberadaan para
penjaja air begitu dinantikan oleh masyarakat.
Tidak ada penjaja, berarti tidak ada air minum
hari itu. Sayangnya, layanan air minum dari pen-
jaja air ini tidak selalu menggembirakan para pe-
langgannya. Di samping ketidakjelasan jadwal
ORANG MISKIN SELAMA INIBAYAR AIR LEBIH MAHAL
88 Bagian Uraian Umum
Etty Eliani, salah seorang warga Yong Panah Hijau, Medan yang sudah menjadi pelanggan LSK.
Phot
o: R
icky
Pas
ha B
arus
99
Penjaja air keliling kerap dijumpai di daerah sulit air dan padat penduduk. Termasuk juga di kawasan Yong Panah Hijau, Medan. Dengan menggunakan gerobak berisi kaleng-kaleng air mereka keluar masuk kampung menawarkan air. Satu kaleng air dihargai Rp 3 ribu, lebih lebih mahal dibanding harga air PDAM dengan tarif komersial.
Tabel Harga Air Rata-Rata
KotaHarga Air Rata-Rata/m3 (Rp.)
PDAM Penjaja Air
Bandung 2.000 50.000
Medan 2.150 150.000
Surabaya 2.300 62.500
Jakarta 7.100 60.000
Layanan Sambungan Komunal
kedatangan, harga air minum yang di-
patok para penjaja air itu sangat mahal.
Semakin jauh dari Hidran Umum milik
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM),
harga air minum semakin mahal. Satu
jerigen berukuran 20 liter dijual Rp
1000 – Rp 3000. Atau, sama dengan Rp
50 ribu – Rp 150 ribu per m3. Padahal
tarif yang dipatok PDAM Medan untuk
layanan Hidran Umum hanya sebesar
Rp 575 per m3.
Mahalnya harga air yang harus di-
tanggung masyarakat berpengha-
silan rendah (MBR) berdampak serius
terhadap kehidupan mereka. Akibat
selalu hidup dengan keterbatasan air
minum, mereka tidak dapat sepenuh-
nya menjaga kebersihan diri dan sani-
tasi lingkungannya. Mereka menjadi
rentan terserang berbagai penyakit
sanitasi seperti diare, tifus, dan lain-
nya. Dampak lainnya berupa
berkurangnya kemampuan
masyarakat untuk membeli
makanan dan keperluan ru-
mah tangga lainnya. Keadaan
ini membuat mereka kurang
gizi dan rentan terserang
penyakit. Kondisi demikian
pernah terjadi pada tahun
1990 di kampung Babakan
Sari, kota Bandung. Setelah
masyarakat mendapatkan
air bersih, kondisi ling-
kungan berangsur-angsur membaik
dan masyarakat menjadi lebih sehat.
Kembali ke perbedaan harga air mi-
num yang menyolok antara PDAM
dengan penjaja air keliling. Walau ter-
paksa, MBR selama ini sudah membuk-
tikan bahwa ternyata mereka mampu
membeli air dengan harga sangat
mahal. Kenyataan ini patut dipertim-
bangkan oleh Pemda dan PDAM ketika
akan menentukan tarif air untuk LSK.
Masyarakat tampaknya dapat meneri-
ma tarif air yang harganya sedikit lebih
mahal dari tarif Hidran Umum. Asalkan,
tarif khusus itu masih jauh lebih rendah
dari harga air yang mereka harus bayar
ke penjaja air. Selain itu, sebagai gan-
tinya masyarakat akan mendapatkan
layanan yang lebih baik, nyaman, dan
dapat diandalkan. Adanya pengklasi-
fi kasian tarif PDAM yang dikhususkan
bagi LSK akan membuat PDAM tidak
ragu lagi untuk mendukung pengem-
bangan LSK di kawasan-kawasan MBR.
Phot
o: T
aufi k
S.
10 Bagian Uraian Umum
PDAM TIRTANADI TIDAK RAGU LAGICERITA LAYANAN SAMBUNGAN KOMUNAL DARI MEDAN
PDAM Tirtanadi dapat disebut sebagai PDAM
perintis pengembangan Layanan Sambung-
an Komunal (LSK) di Indonesia. Dalam waktu
kurang dari 2 tahun, PDAM Tirtanadi sudah
mendukung pengembangan LSK di 4 (empat)
kawasan Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(MBR) kota Medan, yaitu di kawasan-kawasan
Sunggal, Sei Mati, Kampung Baru, dan Yong Pa-
nah Hijau. Secara keseluruhan, LSK di keempat
kawasan itu dinikmati oleh 400 rumah tangga.
Tidak berhenti sampai di situ saja, PDAM Tirtana-
di dan Pemerintah Kota Medan sekarang sedang
mengembangkan LSK yang jauh lebih besar di
kawasan Belawan, kota Medan. LSK di perkam-
pungan nelayan itu nantinya akan dinikmati
oleh 3.500 lebih rumah tangganya. “Keterlibatan
PDAM dalam pengembangan LSK di kawasan
Belawan, sesuai dengan misi sosial PDAM,” ujar
Drs. H. Sjahril Effendi Pasaribu, M.Si, MM, Direk-
tur Utama PDAM Tirtanadi.
Prestasi PDAM Tirtanadi tersebut di atas tidak
mungkin dicapai kalau mereka tidak yakin ter-
hadap manfaat LSK bagi PDAM itu sendiri. Se-
lain dapat meningkatkan volume penjualan air,
mereka juga yakin bahwa keberadaan LSK akan
menurunkan tingkat kehilangan air. Dan man-
faat itu akan diperoleh PDAM Tirtanadi dengan
cara yang relatif mudah dan murah. Konstruksi
perpipaan distribusi di kawasan LSK bukan men-
jadi beban PDAM Tirtanadi. Dengan demikian,
untuk mendapatkan peningkatan volume pen-
Drs. H. Sjahril Eff endi Pasaribu, M.Si, MM, Direktur Utama PDAM Tirtanadi.
Phot
o: B
ayu
Rizk
y
-
Pengembangan LSK juga merupakan salah satu cara PDAM Tirtanadi untuk menjalankan fungsi sosialnya. Sebelum ini, PDAM Tirtanadi sudah melaksanakan pelayanan sosial dengan menyediakan air dengan tarif subsidi.
11Layanan Sambungan Komunal
jualan air, PDAM Tirtanadi hanya men-
geluarkan biaya investasi yang relatif
kecil. Penagihan pelanggan cukup
dilakukan ke Kelompok Pengelola LSK,
tidak perlu menagih ke setiap rumah
tangga pemakai air minum. Dengan
demikian, untuk volume penjualan
air yang relatif besar, PDAM Tirtanadi
hanya mengeluarkan biaya penagihan
yang sangat rendah.
Keberhasilan PDAM Tirtanadi dalam
pengembangan LSK di kota Medan
tidak terlepas dari dukungan aktif Pe-
merintah Kota Medan. Walikota Medan
memiliki keinginan kuat untuk menye-
diakan air minum bagi MBR di kotanya.
Penentuan kawasan Belawan meru-
pakan inisiatif dari Pemerintah Kota
Medan. Mereka juga mengalokasikan
anggaran untuk membiayai pemban-
gunan komponen LSK, khususnya
untuk komponen yang seharusnya
merupakan kontribusi masyarakat.
Antara lain Pipa Distribusi Lingkung-
an dan Pipa Sambungan Pelanggan.
Selain itu, Pemerintah Kota juga turut
aktif memfasilitasi perolehan dana dari
Kontributor Dana lainnya. Termasuk
juga dari Pemerintah Pusat dan United
States Agency for International Develop-
ment (USAID).
Phot
o: K
olek
si E
SP
Aspek penting yang membedakan Layangan Sam-
bungan Komunal (LSK) dengan jenis layanan PDAM
lainnya, yaitu keterlibatan masyarakat pelanggan-
nya. Dalam suatu LSK, PDAM hanya bertanggung
jawab menyediakan air minum sampai Meter Air
Komunal. Setelah Meter Air Komunal, semua men-
jadi tanggung jawab masyarakat pelanggan sendiri.
Baik dalam perencanaan, konstruksi, dan pengelo-
laan, semua ditentukan dan dilakukan sendiri oleh
masyarakat pelanggan. Demikian juga untuk pem-
bentukan Kelompok Pengelola.
Agar dapat menjalankan perannya, masyarakat perlu
memiliki pemahaman yang baik mengenai berbagai
aspek dari suatu LSK.
Masyarakat harus memahami aspek teknis LSK
agar nantinya dapat turut berperan dalam penen-
tuan rancangan jaringan Pipa Distribusi Lingkung-
an, pola pengaturan pendistribusian air, berikut
tatacara operasi dan pemeliharaan sistemnya.
Masyarakat harus memahami aspek manajemen
dari suatu layanan air minum agar nantinya dapat
turut berperan dalam penentuan tarif air, penyu-
sunan anggaran operasi, pengaturan tatacara
dan jadwal pembayaran, pertanggungjawaban
Kelompok Pengelola, berikut tatacara pelaporan
administrasinya.
Dengan pemahaman yang baik, mereka baru dapat
mengambil keputusan berdasarkan masukan infor-
masi yang lengkap dan benar (informed decission).
Penyiapan dan Pelatihan Masyarakat (lihat diagram
Langkah Pengembangan Sambungan Komunal)
Sebelum pengembangan LSK dimulai, masyarakat harus me-mantapkan niatnya dulu untuk memiliki LSK di kawasan huni-annya. Komitmen para calon pelanggan LSK harus diperoleh sebelum tahap-tahap lainnya dilakukan. Mereka memilki tanggung jawab yang besar da-lam perencanaan maupun pen-gelolaan LSK. Tanpa komitmen yang kuat, LSK sulit untuk dapat dioperasikan secara berkelan-jutan.
KETERLIBATAN MASYARAKAT
KUNCINYA:
12 Bagian Uraian Umum
Phot
o: L
ina
Dam
ayan
ti
Kesuksesan sistem LSK selama ini tidak terlepas dari bantuan beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang berperan sebagai Fasilitator. Mereka aktif melakukan berbagai kegiatan untuk menyiapkan masyarakat agar mampu menyusun rencana teknis dan rencana pengelolaan LSK.
Kaum perempuan merupakan kelompok masyarakat yang perlu didengar dalam penentuan rencana LSK. Mereka sangat mengerti apa yang dibutuhkan oleh rumah tangganya, khususnya menyangkut kesehatan anggota keluarganya. Untuk mendapatkan masukan, Fasiltator perlu melakukan diskusi terbatas (focus group discussion).
pa or. at
Layanan Sambungan Komunal
merupakan langkah penting dalam
pengembangan LSK. Di kedua lang-
kah ini, masyarakat akan mendapatkan
banyak informasi yang dibutuhkan un-
tuk menjalankan perannya. Masyarakat
juga perlu diberi pemahaman tentang
berbagai manfaat yang dapat diper-
oleh dari penggunaan air PDAM. Pe-
ngalaman menunjukkan bahwa pen-
yiapan dan pelatihan masyarakat akan
berlangsung lebih efektif jika ada pihak
luar yang dilibatkan sebagai Fasilitator.
Selama ini Fasilitator umumnya ber-
asal dari lembaga swadaya masyarakat
yang memang peduli terhadap urusan
kesejahteraan Masyarakat Berpeng-
hasilan Rendah (MBR).
Banyak teknik yang dapat diterapkan
Fasilitator untuk meningkatkan pe-
mahaman masyarakat. Antara lain ce-
ramah pengajaran, kegiatan-kegiatan
partisipatif seperti lomba dan kerja
bakti. Fasilitator juga perlu melibatkan
masyarakat dalam menyusun peta
dasar dari kawasan huniannya. Mereka
diajak berjalan keliling kawasannya
(transect walk) sambil menggambar-
kan denah lokasi dari rumah-rumah
yang akan menjadi pelanggan LSK.
Survei partisipatif ini juga seringkali di-
gunakan untuk mengindentifi kasi
berbagai fasilitas sanitasi yang
sudah dimiliki masyarakat.
Selebaran tentang LSK juga
sebaiknya dibagikan untuk
menambah pengeta-
huan mereka.
Sebagaimana di-
uraikan di atas,
LSK menuntut
keterlibatan ak-
tif masyarakat
pelanggan. Tidak
mengherankan
jika kemudian
kinerja dan ke-
berlanjutan LSK
sangat dipengaruhi
Phot
o: W
inar
ko H
adi
Konstruksi LSK sebaiknya dilakukan dengan melibatkan anggota masyarakat. Keterlibatan masyarakat akan meningkatkan rasa kepemilikan terhadap sarana LSK.
14
oleh dinamika masyarakat pelanggan-
nya. Kurang kuatnya komitmen dari
sebagian pelanggan, misalnya dalam
pembayaran tarif berlangganan, akan
sangat mengganggu kelancaran ope-
rasi LSK. Bahkan mungkin dapat mem-
buat operasional LSK terhenti sama
sekali. Untuk mencegah hal ini, komit-
men dan kesepakatan calon pelang-
gan LSK perlu dinyatakan secara tertu-
lis, termasuk kesepakatan mengenai
sanksi yang dapat dikenakan kepada
pelanggan yang tidak memenuhi ke-
wajibannya. Seluruh calon pelang-
gan perlu menandatangani ke-
sepakatan itu. Lebih baik lagi
jika ada pihak luar, misalnya
PDAM, yang dapat bertindak
sebagai saksi.
Phot
o: K
olek
si Q
ipra
Phot
o: S
omad
Pengembangan Layanan Sambungan Komunal (LSK) memiliki tahap-tahap dasar yang sama, yaitu penjajakan awal, pelibatan pihak pendukung, penyiapan masyarakat, sampai ke pelaksanaan konstruksinya. Walau demikian, rincian langkah-langkahnya me-mang akan berbeda tergantung kepada siapa yang menginisiasi pengembangan LSK di suatu kawasan. Pengembangan LSK yang inisiatornya masyarakat tentu akan memiliki rincian tahap yang berbeda dengan pengembangan LSK yang inisiatornya PDAM atau Pemerintah Daerah. Diagram berikut menunjukkan tahap-tahap dasar pengembangan LSK.
LAYANAN SAMBUNGAN KOMUNAL TAHAPAN PENGEMBANGAN
1 Penjajakan Awal Tahap ini adalah menilai kondisi kawasan, masyarakat penghuni dan kondisi PDAM. Hasil penjajakan ini akan menentukan apakah LSK dapat dikembangkan untuk suatu kawasan. LSK hanya dapat dikembangkan di suatu ka-wasan jika kawasan itu dihuni MBR dan belum dilayani PDAM. Serta PDAM masih memiliki air dalam jumlah yang cukup dan lokasi kawasan MBR masih berada dalam jangkauan jaringan pipa distribusi PDAM.
2 Pelibatan Pihak Pendukung Seringkali MBR atau PDAM, tidak memiliki kemam-puan untuk mengembangkan LSK. Baik itu kemam-puan untuk memberdayakan diri maupun mem-biayai pengembangan sistem LSK. Tahap ini akan menentukan siapa dan peran pihak pendukung yang dibutuhkan. Fasilitator diperlukan jika MBR membutuhkan bantuan pihak lain untuk mem-berdayakan dirinya. Sedangkan Kontributor Dana diperlukan jika MBR tidak memiliki dana yang cu-kup untuk mengembangkan LSK, baik untuk pen-yiapan masyarakat maupun untuk biaya kontruksi. Tiap pihak pendukung perlu menyepakati komit-men, peran, dan tanggungjawabnya.
4A Pembentukan Kelompok Pengelola Kelompok Pengelola dibentuk oleh masyarakat itu sendiri. Ang-gotanya juga berasal dari masyarakat yang akan menggu-nakan LSK. Bila diperlukan, Fasilitator hanya akan membantu kelancaran proses pembentukan Kelompok Pengelola, termasuk pemilihan ketua, wakil ketua, sekretaris, dan bendahara.
3 Penyiapan masyarakat Tahap ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat agar mereka dapat terlibat aktif dalam Proses Pengembangan LSK. Sebelumnya masyarakat harus dibangkitkan dulu minatnya terhadap LSK. Penjelasan mengenai LSK perlu disertai dengan informasi mengenai peran dan ke-wajiban yang harus dipenuhi masyarakat. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan Fasilitator dan pendampingan PDAM.
Inisiasi LSK
15
Info
grafi
k: E
. sun
anda
r
5 Penandatanganan Kontrak PDAM & Kelompok Pengelola Kontrak antara PDAM dengan masyarakat yang diwakili ketua Kelompok Pengelola dilakukan setelah semua rencana dianggap memenuhi persyaratan. Isi kontrak menjelaskan hak dan kewa-jiban masing-masing pihak, besarnya tarif, cara pembayaran, dan sanksi. Kontrak akan membuat kerjasama antara kedua belah pihak memiliki kekuatan hukum.
6A Pelatihan Masyarakat Pelatihan masyarakat dilakukan untuk menyiapkan Kelompok Pengelola dan masyarakat pelanggan LSK agar dapat menjalankan operasi LSK dengan baik. Pelatihan Kelompok Pengelola akan mencakup administrasi, sistem pembukuan, dan pembuatan laporan keuangan sederhana. Sedang-kan pelatihan ke masyarakat lainnya mencakup perawatan sambungan ru-mah dan perawatan jaringan Pipa Distribusi Lingkungan. Pelatihan dapat dilakukan oleh Fasilitator dan/atau wakil PDAM.
6B Konstruksi Konstruksi LSK dilakukan dengan meng-ikuti rencana teknis yang sudah disepa-kati bersama. Konsruksi LSK sebaiknya di-lakukan oleh tenaga ahli bersama dengan masyarakat. Jika dibutuhkan, Fasilitator dan PDAM dilibatkan sebagai pengawas konstruksi. Pelaksanaan konstruksi dapat dilakukan bersamaan dengan dilakukan-nya Pelatihan Masyarakat.
4B Pengembangan RencanaPengembangan rencana, baik rencana teknis maupun rencana keuangan, dibuat dengan melibatkan masyarakat, termasuk dalam pembuatan denah dan pengkajian kondisi lingkungan kawasan. Sedangkan dalam perencanaan keuangan, masyarakat menentu-kan bersama harga air, cara pembayaran, dan pelaporan untuk masyarakat. Bantuan Fasilitator dan wakil PDAM akan memperlan-car kelangsungan langkah pengembangan rencana ini.
Bagian Uraian Umum
Setelah tahap pengembangan sele-sai, pengelolaan LSK dilakukan oleh masyarakat sendiri.
17
LAYANAN SAMBUNGAN KOMUNALPENDANAAN
Layanan Sambungan Komunal
Layanan Sambungan Komunal (LSK)
hanya bisa dikembangkan dan dio-
perasikan jika ada dana. Dalam kondisi
ideal, dana pengembangan dan peng-
operasian berasal dari masyarakat. Dari
pengalaman selama ini, masyarakat
peminat LSK yang umumnya tergolong
sebagai Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR) tidak punya cukup dana
untuk membiayai pengembangan LSK.
Dalam kondisi demikian, masyarakat
membutuhkan peran pihak lain seba-
gai Kontributor Dana pengembangan
LSK. Kontributor Dana bisa saja Pe-
merintah Daerah, Pemerintah Pusat,
perusahaan swasta, maupun lembaga
donor asing (baca Pihak Terkait).
Pengembangan LSK antara lain mem-
butuhkan komponen biaya untuk pe-
nyiapan dan pelatihan masyarakat,
pengembangan rencana, dan biaya
konstruksi. Besar kecilnya biaya ter-
gantung kepada luasnya kawasan dan
banyaknya rumah yang ingin menda-
pat layanan sambungan. Sebagai gam-
baran, pengembangan LSK di kawasan
Bagan Deli, keca-
matan Belawan, Medan yang melayani
1100 rumah. Biaya yang dibutuhkan
untuk konstruksi sebesar Rp 900 ribu
per rumah. Biaya tersebut untuk ma-
terial dan pemasangan dari Meter Air
Komunal sampai Meter Air Pelanggan.
Termasuk Pipa Distribusi PDAM dan
Pipa Distribusi Lingkungan.
Pengoperasian dan pemeliharaan
LSK mutlak harus didanai sendiri
oleh pelanggannya. Biaya operasi LSK
antara lain terdiri dari biaya pembelian
air minum dari PDAM, biaya perawatan,
dan biaya operasi Kelompok Pengelola
dan biaya lain jika diperlukan (misalnya
biaya listrik). Harga air minum yang
dibayar pelanggan LSK harus cukup
untuk mendanai seluruh operasi LSK.
Karena tiap LSK membutuhkan biaya
operasi yang berbeda, harga air di tiap
LSK dengan sendirinya juga berbeda.
Sebagai gambaran, harga air di LSK ka-
wasan Sei Mati sekitar Rp 640 per m3.
Sementara itu, harga air di kawasan
Jembatan Besi nantinya diperkirakan
sebesar Rp 440 per m3.
Photo: Bayu Rizky
BOKS:
JENIS-JENIS SUMBER DANA UNTUK PENGEMBANGAN LSK
Tabel Pendanaan di Belawan, Medan
PROGRAM SUMBER DANA PENANGGUNG-JAWAB
Persiapan dan Koordinasi USAID USAID-ESP
Pemberdayaan Masyarakat WB USAID-ESP dan WB
Pipa Distribusi PDAM PDAM PDAM
Meter Air Komunal PDAM PDAM
Pipa Distribusi Lingkungan Dinas Perkim Dinas Perkim
Pipa Sambungan Pelanggan Dinas Perkim Dinas Perkim
Meter Air Pelanggan PDAM PDAM
Sumber Air PU Pusat Satker
18 Bagian Uraian Umum
Beberapa pihak dapat berperan seba-
gai Kontributor Dana untuk membiayai
pengembangan Layanan Sambungan Ko-
munal (LSK).
Pemerintah Pusat: • Bantuan dana dari
Pemerintah Pusat dapat disalurkan
melalui DAK (Dana Alokasi Khusus).
DAK berasal dari Anggaran Penda-
patan dan Belanja Negara (APBN)
yang dialokasikan kepada provinsi/
kabupaten/kota untuk mendanai ke-
giatan khusus yang merupakan urusan
Pemerintah Daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional. Penggunaan DAK
akan diawasi langsung oleh Pemerin-
tah Pusat.
Pemerintah Daerah: • PDAM dan Pe-
merintah Daerah dapat bekerjasama
dalam menentukan komponen ke-
giatan mana yang akan didanai oleh
Pemerintah Daerah. Lembaga yang bi-
asanya mempunyai alokasi dana terse-
but adalah Dinas Pekerjaan Umum
atau Dinas Permukiman.
Lembaga Donor: • Bantuan dana bisa
juga diperoleh dari Lembaga Donor
atau Yayasan Sosial yang bergerak di
bidang pengembangan/kesejahte-
raan masyarakat atau pengelolaan
lingkungan hidup. Lembaga Donor
bisa menjalin kerjasama dengan
PDAM, Pemerintah Daerah, Fasilitator,
atau langsung dengan masyarakat.
Komponen kegiatan yang dapat di-
danai Lembaga Donor juga beragam,
tergantung kebutuhan dan kecocok-
an dengan misi lembaga tersebut.
Swasta: • Perusahaan swasta yang
memiliki program Corporate Social Re-
sponsibility (CSR) juga dapat menda-
nai pengembangan LSK. Jika program
CSR suatu perusahaan swasta meliputi
wilayah sasaran LSK, maka proposal
pengembangan LSK dapat diajukan
ke perusahaan tersebut.
Pengembangan LSK juga sangat mungkin
dibiayai oleh beberapa Kontributor Dana
sekaligus. Misalnya dalam pengembangan
LSK di kawasan Belawan, Medan, Sumatera
Utara. Dana berasal dari Pemerintah Pusat, Pe-
merintah Daerah (kota Medan), PDAM, dan
lembaga donor asing. Tanggung jawab pen-
danaan masing-masing pihak dapat dilihat
pada tabel berikut.
Sebagai suatu inisiatif baru, pengem-
bangan dan pengelolaan Layanan
Sambungan Komunal (LSK) tentu
tidak terlepas dari beberapa potensi
kendala. Baik itu kendala teknis mau-
pun kendala non-teknis. Beberapa
potensi kendala tersebut antara lain:
Keterbatasan kapasitas •
produksi PDAM; baik akibat ke-
terbatasan sumber air baku mau-
pun kapasitas instalasi produksi
air. Jika seluruh produksi air
sudah tersalurkan, PDAM tidak
mungkin menambah jumlah pe-
langgannya. Untuk itu, PDAM
perlu meningkatkan dulu kapasi-
tas produksi airnya.
Ketiadaan jaringan distribusi; •
PDAM tidak bisa mengembang-
kan LSK di kawasan MBR yang
berada di luar jangkauan jaringan
distribusinya. Untuk itu, PDAM
perlu mengembangkan jaringan
pipa distribusinya.
Ketidaksiapan masyarakat; • tan-
pa keterlibatan masyarakat, LSK
tidak akan berjalan. Masyarakat
harus aktif mengambil keputusan
tentang pengembangan dan pe-
ngelolaan LSK, termasuk dalam
penentuan Kelompok Pengelola.
Penyalahgunaan layanan; •
PDAM perlu memeriksa kon-
disi kawasan di mana LSK akan
dikembangkan. Di samping itu
dalam kontrak antara PDAM dan
Kelompok Pengelola perlu ada
larangan penyalahgunaan layan-
an dan sanksinya.
KENDALA DAN SOLUSI
19Layanan Sambungan Komunal
Phot
o: R
icky
Pas
ha B
arus
20
Somad, salah satu pengurus PPKM yang turut aktif mengembangkan LSK di kawasan Jembatan Besi.
Bagian Uraian Umum
PERAN LSM: FASILITATOR DAN JUGA INISIATORCERITA PENGEMBANGAN LSK DI KAWASAN JEMBATAN BESI
Fasilitator memiliki peran yang sangat besar
dalam pengembangan Layanan Sambungan
Komunal (LSK). Dan, dari pengalaman yang
ada, peran Fasilitator lebih banyak dijalani oleh
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Sebagai
Fasilitator, mereka menyiapkan, melatih, dan
mendampingi masyarakat di tiap-tiap tahap
pengembangan LSK. Peran LSM seperti di atas
juga dijalani oleh Perhimpunan Peningkatan
Keberdayaan Masyarakat (PPKM) saat mengem-
bangkan LSK di RT 05 dan RT 06, RW 04, Kelura-
han Jembatan Besi, Jakarta Barat.
Dalam pengembangan LSK, PPKM melakukan
survei layanan air minum dengan model LSK.
Hasil survei menunjukkan keinginan masyarakat
untuk mengembangkan LSK sesuai dengan
persyaratan yang berlaku. Sebagai Fasilitator
pengembangan LSK, PPKM kemudian meng-
hubungi PT Pam Lyonaisse Jaya (Palyja), pihak
pengelola air minum wilayah itu, untuk me-
minta sambungan Meter Air Komunal di kedua
kawasan itu. Palyja setuju dengan syarat pelang-
gan LSK bukan mereka yang pernah tersambung
layanan Palyja. Selain itu, Palyja juga membatasi
pelanggan LSK hanyalah mereka yang luas ru-
mahnya kurang dari 28,8 m2.
“Kami senang karena Palyja akan mengabulkan
usulan masyarakat. Mereka mau membantu
warga agar bisa mendapatkan air langsung di
hunian mereka,” ujar Somad, salah satu ang-
gota PPKM. Sementara menunggu realisasi
sambungan air , PPKM menyiapkan masyarakat
agar mampu turut mengembangkan rencana
LSK di kawasannya. Selain berurusan dengan
masyarakat dan Palyja, PPKM juga membantu
Phot
o: D
easy
21
Contoh gambar-gambar rencana teknis yang dikembangkan PPKM bersama konsultan ESP dan wakil-wakil masyarakat penghuni kawasan Jembatan Besi.
Layanan Sambungan Komunal
masyarakat untuk mengakses bantu-
an dari pihak Kontributor Dana, yaitu
United States Agency for International
Development (USAID)/Environmental
Services Program (ESP).
PPKM juga memfasilitasi masyarakat
dalam membuat rencana teknis. Tidak
mudah memang karena rumah-rumah
masyarakat di sana jaraknya sangat
rapat dan lebar jalan hanya 1,5 meter.
Selain itu, debit layanan air Palyja di
kawasan itu ternyata sangat kecil dan
hanya mengalir selama 2 jam setiap
harinya. Solusinya, Palyja sepakat un-
tuk mengalihkan sambungan Meter
Air Komunal secara langsung melalui
pipa distribusi Palyja sehingga aliran
air menjadi lebih besar.
PPKM bersama USAID/ESP membantu
masyarakat untuk menghitung biaya
pengembangan dan pengelolaan LSK.
termasuk harga jual air.
Jika sebelumnya masyarakat memba-
yar Rp 21 ribu untuk tiap m3 air, nanti-
nya masyarakat pelanggan LSK hanya
perlu membayar sekitar Rp 4.500 un-
tuk tiap m3, yang artinya menghemat
sekitar 80% .
Dalam masa awal pengembangan LSK,
seperti sekarang ini, LSM juga dituntut
berperan sebagai inisiator. Walau bu-
kan keharusan, kelihatannya Fasilitator
masih dibutuhkan dalam pengemban-
gan LSK. Khususnya saat PDAM belum
menjadikan LSK sebagai salah satu opsi
layanannya (baca Pantas Jadi Salah
Satu Bentuk Layanan PDAM).
PANTAS JADI SALAH SATU BENTUK LAYANAN PDAM
22 Bagian Uraian UmumBagian Uraian Umum
Layanan Sambungan Komunal (LSK)
sudah dikembangkan oleh bebe-
rapa PDAM. Antara lain di kawasan
Masyarakat Berpenghasilan Rendah
(MBR) di kota-kota Medan, Jakarta,
Bandung, Surabaya, Sidoarjo, dan Solo.
LSK merupakan suatu langkah terobos-
an yang cerdik guna mengatasi per-
masalahan klasik dalam penyediaan air
minum di perkotaan. Yaitu, permasala-
han penyediaan layanan air minum
bagi MBR khususnya yang tinggal di
kawasan yang status kepemilikannya
tidak jelas.
LSK memberikan manfaat bagi PDAM
dan Pemerintah Daerah. PDAM me-
nikmati kenaikan tingkat penjualan
air, penurunan kehilangan air, pe-
ningkatan pendapatan fi nansial, dan
perbaikan citra. Sementara itu, Peme-
rintah Daerah akan merasakan adanya
peningkatan kondisi kesehatan dan
produktivitas masyarakatnya. Melihat
manfaat-manfaat itu, sudah sewa-
jarnya jika LSK mendapat dukungan
dari Pemerintah Daerah. Pembuatan
kebijakan dan aturan tentu diharapkan
dapat memperjelas penetapan tarif, pe-
nentuan kawasan yang akan dilayani,
peran dan keterlibatan masyarakat,
pengaturan pendanaan dari Kontribu-
tor Dana, dan sebagainya.
Dengan adanya dukungan kebijakan
dan aturan Pemerintah Daerah, su-
dah sewajarnya PDAM nanti akan
menjadikan LSK sebagai salah satu
opsi layanan kepada masyarakat di
samping layanan Sambungan Rumah
dan Hidran Umum. Mungkin saja LSK
akan memiliki struktur tarif yang lebih
tinggi ketimbang tarif layanan Hidran
Umum. Adanya struktur tarif demikian
akan mendorong PDAM untuk terus
mengembangkan LSK. Masyarakat di-
harapkan tidak berkeberatan selama
tarif itu masih di bawah tarif air yang
ditetapkan penjaja air keliling.
Phot
o: D
easy
23Layanan Sambungan KomunalLayanan Sambungan Komunal
Phot
o: G
usri
l Bah
ar