Top Banner
20

WARTA November 2004-exp2par

Oct 05, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: WARTA November 2004-exp2par

VOLUME VII NOMOR 4

HALAMAN

Masjid dalamPerspektif

Arsitektur danKebudayaan Islam

di Indonesia

Abrilianty O. Noorsya, ST

2

kan pengetahuan dan kebijakan, danmenjadi inti kehidupan di dalam duniaIslam.

Salah satu gambaran Ibn Battuta adalah“Peziarah melakukan perjalanan dengankereta berkuda yang jumlahnya bertambahpada tiap tahap perjalanan. Para peziarahmendapatkan bahwa tiap tahap perjalanandan pemberhentian ada yang mengelola,dan dalam perjalanan melintas negarayang berbahaya ada pengawalan olehsekelompok pasukan pengawal. Pada tiappusat pemberhentian atau pemberhentianantara terdapat rumah peristirahatan ataupenginapan, dan disambut dengankeramahtamahan”. Sebuah gambaran“hospitality business” yang menyerupaiperjalanan wisata dengan segala fasilitas-nya pada masa kini.

Menyimak pengalaman di atas, seorangpakar ilmu sosial politik bernama Dr So-hail Inayatullah (1993), menganalogikanpengelola perjalanan dan pemberhentiandengan biro perjalanan wisata pada masakini, negara yang berbahaya adalahmakanan yang buruk dan petugas visayang berperangai buruk, sedang pasukanpengawal adalah petugas imigrasi dan

Perkembangan ziarah menjadiwisata

‘Dunia merupakan sebuah buku –mereka yang tidak melakukan perjalananhanya membaca satu ha laman ’demikianlah kata-kata bijak yang pernahdiucapkan pada masa lalu. Salah satumaksud melakukan perjalanan adalahmelakukan ziarah. Dalam perkem-bangannya, perjalanan ke tempat-tempatyang memiliki nilai spiritual telah menjadisalah satu bentuk perjalanan wisata danumum dikenal sebagai wisata ziarah.

Dalam lingkungan perjalanan umat mus-lim, catatan Ibn Battuta (Travels in Asiaand Africa: 1325-1354) menceritakanpada masa itu yang dikenal adalahmusafir dan peziarah, bukan wisatawan.Umat muslim, misalnya, sejak lama telahmelakukan perjalanan ziarah. Untukmenunaikan rukun Islam ke lima umatmuslim yang mampu secara fisik dan fi-nansial melakukan perjalanan ziarah keMekah dalam rangka menunaikan ibadahhaji. Tidak hanya itu, melakukan per-jalanan mengunjungi orang bijak dantempat bersejarah, merupakan sebuahbentuk kegiatan untuk mengakumulasi-

4PelatihanManajemen

KepariwisataanKabupaten Bogor

Rina Priyani, ST., MT.

Volume VII, Nomor 5 12 November - 12 Januari 2005

I S S N 1 4 1 0 - 7 1 1 2

WARTA PARIWISATAWARTA PARIWISATAWARTA PARIWISATAwww.p2par . i tb .ac . id /warta

ex-Ke lompok Penel i t ian dan

Pengembangan Kepar iw isa taan

Lembaga Penel i t ian dan

Pemberdayaan Masyarakat

Ins t itu t Teknolog i Bandung

Pel indung: Lembaga Penel i t ian dan Pemberdayaa nMasy ara ka t Inst i tu t Teknologi Bandung

Penanggung Jawab: Dr . I r .Rin i Ra ksadjay a, M.S.A.Pemimpin Redaksi : I r . Ina Her l i an a, M.Sc.

Redaktur Rubr i k : I r .Agus R.Soer iaatmadja , MLA.Rina Pr i ya ni , ST. ,MT.

Yani Adr ia n i , ST.Redaktur Pelaksa na : Fictor Ferdinand, Ssi .

Riyan t i Yul ia .Bendahara : Novi Indr iyant i , S. Par .

Promosi : Neneng Rosl i ta , S.T.Dist r ibusi : Ri ta Rosi ta .

Desthy Ar iant i .

Perkembangan Wisata Ziarah

dan Peluang Pengembangannya

di Indonesia

Dr.Ir.Rini Raksadjaya, MSA.

WACANA

Dari Redaksi:

Motivasi perjalanan adalah penyebab perkembangan industri pariwisata saat ini. MomenIdul Fitri menjadi cukup menarik untuk dikupas, karena beragam motivasi perjalananbercampur di dalamnya. Dari sekedar mengisi liburan hingga ke bentuk awal motivasiperjalanan dengan momentum religius: wisata ziarah dan menyambung tali silaturahmi.Sehubungan dengan hal tersebut, pada edisi ini Warta Pariwisata mengangkat sekelumitkilas balik, dinamika, potensi daya tarik, serta sedikit pengalaman perjalanan denganmotivasi religius.

4PenerapanTeknologi

Lingkungan DalamMendukung Pem-

bangunan Berkelan-jutan di WilayahPesisir: TantanganBagi Daerah di Era

Otonomi

Komang Elva Equitari, ST

KonferensiKepariwisataanIndonesia 2004“PARIWISATAMEMBANGUNBANGSA”

Abrillianty O.Noorsya, ST

5

1Perkembangan

Wisata Ziarah danPeluang Pengem-bangannya diIndonesia

Dr.Ir.Rini Raksadjaya, MSA.

3Karakteristik Wisa-tawan NusantaraPada Masa Liburan

Akhir Tahun

Yani Adriani, ST

Kya-kya (Jalan-jalan) di Surabaya

Kiki Damayanti ST

6

Saatnya PariwisataKota Bandar Lam-pung Berkembang!

Idham Noor Aslam, ST

6

Pesona Kota BandaAceh

Yosep Purnama, ST

7

Page 2: WARTA November 2004-exp2par

VOLUME VII NOMOR 4

HALAMAN 2

pusat informasi. Demikian juga akomodasi dankeramahtamahan merupakan elemen pariwisata masakini. Mungkin Ibn Battuta pun tidak pernah mem-bayangkan bahwa akan terjadi transformasi kegiatanberziarah menjadi bentuk seperti yang dikenalsekarang, dan peziarah kelak akan menjadi wisatawan.

Ziarah memang memiliki perbedaan dari perjalanansecara umum. Kamus Besar Bahasa Indonesia(DEPDIKBUD, 1990) menyebutkan bahwa ‘ziarah’adalah kunjungan ke tempat yang keramat. Dari sudutpandang motivasi melakukan kegiatan, perjalananziarah adalah perjalanan spiritual yang bersifat pribadibagi pelakunya. Seorang peziarah akan mengawali per-jalanannya dengan antisipasi kegembiraan dan ke-bahagiaan dan secara sukarela memisahkan diri darimasalah duniawi. Peziarah meninggalkan persoalankesehariannya untuk mendapatkan yang lain, dan padaakhir perjalanan kembali ke tempat asalnya denganpengalaman transformasi diri. Perjalanan ziarah dila-kukan manusia untuk berbagai tujuan: ibadah, menda-patkan pengampunan, ungkapan terimakasih, mencarirejeki atau mujizat dan lain-lain. Ziarah merupakankonsep lintas agama dan kepercayaan, yang dikenaloleh berbagai budaya di dunia.

Diawali dengan penemuan mata uang, tulisan, danroda perjalanan manusia berkembang menjadi suatu

bisnis. Manusia dapat melakukan perjalanan jauh, sertamembayar perjalanan dan akomodasi dengan matauang. Selanjutnya, makam-makam dan tempat spiritualseperti makam Faraoh pada abad 2700 SM berkem-bang menjadi objek wisata ziarah, dan pada masa kinimenjadi obyek wisata yang didatangi pengunjung dariberbagai penjuru dunia. Salah satu kegiatan ziarah yangkemudian juga berkembang menjadi kegiatan wisatadunia adalah Olimpiade. Pada mulanya Olimpiadeadalah kegiatan pemujaan masyarakat Yunani terhadapdewa mereka, Zeus. Kegiatan fisik atletik berbaurdengan pertunjukan kesenian sebagai kegiatanpersembahan dan doa.

Wisata ziarah di Indonesia

Di Indonesia, kegiatan berziarah pun sudah dikenalsejak lama namun belum dikembangkan secara optimalsebagai kegiatan wisata ziarah. Sebuah tulisan di se-buah harian nasional terkemuka berjudul “WisataZiarah, Potensi yang Terkubur” membahas potensiwisata ziarah di Indonesia yang kurang tergarap. Me-mang, di bumi nusantara ini bertebaran tempat yangmenerima banyak kunjungan masyarakat untuk mela-kukan ziarah. Tawaran paket wisata ziarah di buminusantara ini menunjukkan sejumlah tempat yangmenarik banyak pengunjung, seperti makam Sunan

Masjid dalam Perspektif Arsitektur dan Kebudayaan

Islam di Indonesia

Abrillianty O. Noorsya, STWACANA

PengantarPerkembangan Islam di Indonesia yang sudahberlangsung selama puluhan bahkan ratusan tahunsedikit banyak ikut membentuk karakteristikmasyarakatnya, khususnya dalam hal sosial budaya.Kondisi ini turut memberikan ‘warna’ dalam khasanahbudaya Indonesia yang beragam. Keanekaragamanbudaya di Indonesia yang unik sesuai denganbentukannya masing-masing telah menjadi aset dandaya tarik milik bangsa yang berharga. Adanya dayatarik yang unik tersebut turut menciptakan kegiatan-kegiatan didalamnya, salah satunya adalah kegiatankepariwisataan. Kegiatan wisata budaya, wisata ziarahmaupun wisata kota menjadi sedikit contoh dariberbagai kegiatan wisata lain yang menjadikan objekbudaya peninggalan Islam sebagai daya tarik.Keindahan dan keunikan budaya peninggalan Islam diIndonesia memiliki makna tersendiri terhadappenafsiran kebudayaan dan kehidupan di masa lampaumaupun masa yang akan datang.

Islam dan Kebudayaan di IndonesiaSejarah mencatat bahwa Islam masuk ke Indonesiamelalui jalur hubungan dagang yang sangat panjang.

Penyebaran Islam diawali pada abad ke-13 ketika parapedagang dari Gujarat yang terletak di bagian UtaraIndia, berdagang ke wilayah Indonesia, tepatnya diPulau Sumatra. Di Jawa khususnya, Islam masuk danberkembang secara perlahan tapi terus menerusselama abad ke 13-16. Asal-usul Islamisasi di Indonesiasebenarnya masih menyisakan pertanyaan yang belumterjawab. Menurut beberapa sumber, penyebaranIslam di Indonesia dilakukan oleh para pedagang dariSemenanjung Arab, pedagang dari Persia bahkan adasumber yang menyebutkan Islam di bawa oleh parapedagang dari daratan Cina. Terlepas darikesimpangsiuran asal muasal Islam di Indonesia,penyebaran Islam ke wilayah tanah air yang luas,membuktikan bahwa Islam di Indonesia tidak hanyaberasal dari sekelompok pedagang dari wilayahtertentu saja.

Perjalanan panjang sejarah bangsa, khususnya sejarahIslam di Indonesia mengakibatkan keragaman budayayang baik langsung maupun tidak telah dipengaruhioleh pergerakan Islam. Salah satunya, kini Islam telahmenjadi agama dengan jumlah penganut terbesar diIndonesia. Pertemuan budaya Islam dengan budaya

Bersambung ke halaman 13

Page 3: WARTA November 2004-exp2par

VOLUME VII NOMOR 4

HALAMAN 3

Bersambung ke halaman 11

Bersambung ke halaman 8

lokal telah menimbulkan kegiatan sosial maupunbudaya baru dalam kehidupan masyarakat, antara lainberupa seperti selamatan, ziarah, pengajian, ruwatan,sekatenan, kesenian, bahkan beberapa mitos maupunkepercayaan akan hal-hal tertentu. Pertemuan budayaini tidak hanya berlangsung pada tata cara kehidupanbermasyarakat, tetapi juga dari peninggalan budayalain yang berupa situs maupun lokasi bersejarah yangdianggap sakral, seni membangun, dan juga dari segipemikiran, baik politik, ekonomi, dan lain sebagainya.Pengaruh dari berbagai kebudayaan menghasilkanberagam warna dalam kebudayaan nusantara,termasuk dalam keragaman arsitekturnya.Karakteristik pendekatan Islam yang tidak pernahmengganti budaya setempat, namun sekedar

menambah ‘warna’ budayanya, juga bisa dibaca dengangamblang. Islam telah menjadi agama rakyat, dan Islamjuga telah menjadi kebudayaan rakyat, danperkembangannya terjadi semacam proses dialektikaterus menerus yang berlangsung dalam, dari dan olehmasyarakat sendiri. Dengan cara inilah warnakebudayaan Islam di Indonesia kemudian menjadi lebihmampu bertahan.

Arsitektur sebagai Wujud BudayaArsitektur merupakan bagian sistem tata nilai suatumasyarakat yang mencerminkannya dengan wujudberupa bangunan dengan struktur-struktur yang ada.Arsitektur sebagai olah karsa dan karya manusia

Akhir tahun merupakan rangkaian masa liburan bagipenduduk Indonesia, terutama liburan sekolah akhirsemester serta liburan dan cuti nasional dalam rangkamemperingati hari besar keagamaan. Masa liburanakhir tahun merupakan masa liburan nasional sehinggadapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat, ber-beda dengan liburan pada pertengahan tahun yangwalaupun lebih panjang, tetapi hanya dinikmati olehanak-anak sekolah.

Tulisan ini bertujuan untuk menggambarkan karak-teristik wisatawan nusantara (wisnus) pada masa-masaliburan akhir tahun, yaitu pada sekitar bulan Oktober -Desember. Data karakteristik wisnus yang tersediapaling baru merupakan data tahun 2001 yang diambildari hasil Survei Sosial dan Ekonomi Nasional yangdilakukan tahun 2002.

Jika dilihat dari maksud kunjungan wisnus yang me-lakukan perjalanan pada masa liburan akhir tahun, ter-lihat jelas bahwa sebagian besar wisnus melakukanperjalanan untuk mengunjungi teman/keluarga danberlibur. Selain mengunjungi teman/keluarga dan berli-bur, Maksud kunjungan untuk berziarah/keagamaanmerupakan maksud kunjungan ketiga terbanyak dariwisnus yang melakukan perjalanan pada masa liburanakhir tahun.

Maksud kunjungan wisnus pada masa liburan akhirtahun yang didominasi oleh mengunjungi te-man/keluarga, berlibur, dan berziarah/keagamaan initerkait dengan perayaan hari-hari besar keagamaandan kegiatan menyambut pergantian tahun. Hari-haribesar keagamaan yang diperingati dalam bulan Okto-ber-Desember pada tahun tersebut (2001) adalahHari Raya Idul Fitri yang merupakan hari besar keaga-

Karakteristik Wisatawan Nusantara Pada Masa Liburan

Akhir Tahun

Yani Adriani, ST

WASKITA

Tabel 1Maksud Kunjungan Penduduk Indonesia yang

Melakukan PerjalananPada Oktober-Desember 2001

NO. MAKSUD KUNJUNGAN PERSEN-TASE

1 Mengunjungi teman/keluarga 56,15

2 Berlibur 28,00

3 Berziarah/keagamaan 5,20

4 Profesi/bisnis 4,36

5 Pendidikan 1,23

6 Kesehatan 0,71

7 Misi/pertemuan/kongres 0,58

8 Olahraga/kesenian 0,22

10 Lainnya 3,56

JUMLAH 100,00

Sumber: Statistik Wisatawan Nusantara 2001, Survei Sosial Eko-nomi Nasional 2002 (Modul Perjalanan), Koperasi Badan PusatStatistik dan Badan Pengembangan Kebudayaan.

maan bagi umat Islam dan Hari Natal yang merupakanhari besar keagamaan bagi umat Kristen, yang ber-lanjut dengan libur tahun baru.

Peringatan Hari Raya Idul Fitri dilakukan setiap tanggal1 bulan Syawal (kalender Hijriah/Islam) atau sekitarbulan November-Desember untuk periode lima tahunterakhir ini. Hari Raya Idul Fitri diperingati setelahselama sebulan penuh di bulan Ramadhan umat Islammelaksanakan ibadah berpuasa. Kegiatan yang palingdominan dilakukan dalam menyambut hari raya terse-but adalah ‘pulang kampung’ untuk mengunjungisanak-saudaranya, berziarah, dan berlibur/rekreasi ke

Page 4: WARTA November 2004-exp2par

VOLUME VII NOMOR 4

HALAMAN 4

Sebagai negara kepulauan, sebagian besar daerah diIndonesia memiliki wilayah pesisir yang memegangperanan strategis dalam mendukung pembangunandaerah. Agar fungsi-fungsi ekologis, ekonomi, dansosial budaya yang dimiliki oleh wilayah pesisir dapatberkelanjutan maka pembangunan wilayah pesisirperlu mempertimbangkan keberlanjutan fungsi-fungsitersebut. Hal ini menjadi tantangan yang harus diha-dapi oleh daerah di era otonomi.

Dalam rangka itu dilaksanakan seminar sehari yangdihadiri Menristek/Kepala BPPT Ir. M. Hatta Rajasayang memberikan keynote speech dan sekaligus mem-buka seminar tersebut. Selain itu dihadiri pula olehMenteri Kelautan dan Perikanan Prof. Dr. RokhminDahuri, dan Prof. Dr. Emil Salim juga berkesempatanmenyampaikan keynote speech yang berkaitan dengantema seminar tersebut. Seminar sehari tersebut di-selenggarakan oleh P3 Teknologi Lingkungan (P3TL)BPPT, dihadiri oleh sekitar 200 orang yang terdiri daripara pakar lingkungan, pemerhati lingkungan,akademisi serta para stakeholders.

Dalam seminar ini dipaparkan pengelolaan pesisir yangsedang dilaksanakan dan direncanakan di Indonesiaoleh pemerintah seperti RUU pengelolaan pesisir,MRCP (Marine and Coastal Resource Management Pro-ject), COREMAP (Coral Reef Rehabilitation and Manage-

ment Project) II, Program Mitra Bahari, dll. Dipaparkanpula penerapan teknologi oleh pihak swasta sepertipengelolaan pesisir pantai oleh PT. Petrokimia Gresikdan pengelolaan air pendingin di PLTU Suralaya. Selainitu dipaparkan penerapan teknologi di wilayah pesisirdi Norwegia (Operatonal Coastal Zone Management)dan Pelabuhan Masan di Korea (Sustainable CoastalZone Management in Masan Bay, Korea).

Pada prinsipnya seminar ini mengisyaratkan hal-halberikut: perlunya keharmonisan ruang untuk ke-hidupan manusia dan kegiatan pembangunan yang di-tuangkan dalam peta tata ruang, laju pemanfaatan sum-berdaya dapat pulih tidak melebihi kemampuan pulihdari sumber daya (renewable capacity), eksploitasi ba-han tambang dan mineral harus dilakukan dengan carayang tidak merusak lingkungan, pengaturan pem-buangan limbah dan perancangan/pembangunan pesisirdan laut sesuai dengan kaidah-kaidah alam.

Seminar ini diharapkan dapat meningkatkan pema-haman tentang konsep pengelolaan wilyah pesisir yangberkelanjutan, mempertemukan stakeholders yang ber-kaitan dengan penerapan teknologi wilayah pesisir danmembangun komitmen bersama untuk meningkatkanjaringan kerjasama antar stakeholders dalam menunjangpembangunan yang berkelanjutan.

WARITA

SEKARYA

Pelatihan Manajemen Kepariwisataan

Kabupaten Bogor

Rina Priyani, ST., MT.

WARITA

SEKARYA

Penerapan Teknologi Lingkungan Dalam Mendu-

kung Pembangunan Berkelanjutan di Wilayah

Pesisir: Tantangan Bagi Daerah di Era Otonomi

Komang Elva Equitari, ST

Kelompok Penelitian dan Pengembangan Kepa-riwisataan Institut Teknologi Bandung (KP2Par – ITB)bekerja sama dengan Balai Diklat Badan KepegawaianDaerah Pemerintah Kabupaten Bogor pada tanggal7-11 September 2004 yang lalu menyelenggarakan“Pelatihan Manajemen Kepariwisataan Kabu-paten Bogor” di Kawasan Puncak. Tujuan pe-nyelenggaraan pelatihan ini adalah memberikan dasar-dasar pengetahuan tentang pengelolaan kepa-riwisataan daerah kepada aparat pemerintah yang ter-kait dengan pengembangan pariwisata.

Pelatihan yang juga ditujukan untuk mengembangkanSDM di lingkungan Pemerintah Kabupaten Bogor inidiikuti oleh 40 peserta yang sebagian besar berasaldari Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya KabupatenBogor. Badan dan dinas lain yang terkait dengan

pengelolaan pariwisata juga turut berpartisipasi,seperti Bappeda, Dinas Perhubungan, Dinas PekerjaanUmum, Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan dan Perke-bunan, Dinas Sosial dan Tenaga Kerja, Dinas CiptaKarya, Dinas Bina Marga dan Pengairan, Dinas TataRuang dan Lingkungan Hidup, Kantor PemberdayaanMasyarakat, Kantor Koperasi dan PPKM, Dinas Per-industrian dan Perdagangan dan Bagian Ekonomi danPembangunan.

Materi pelatihan disampaikan melalui perkuliahan dandiskusi dalam kelas, kunjungan lapangan/studi banding,serta kerja kelompok. Topik-topik pelatihan disusununtuk menjawab ‘apa, mengapa, dan bagaimana’ mana-jemen atau pengelolaan pariwisata daerah dilakukan.Mengingat pelatihan ini khusus dirancang untuk Kabu-

Bersambung ke halaman 9

Diselenggarakan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta, 6 September 2004

Page 5: WARTA November 2004-exp2par

VOLUME VII NOMOR 4

HALAMAN 5

Konferensi Kepariwisataan Indonesia yangdilaksanakan oleh Kementerian Kebudayaan danPariwisata Republik Indonesia tahun 2004 inimengambil tema mengenai “Pariwisata MembangunBangsa”. Konferensi yang dibuka oleh MenteriKoordinator Bidang Perekonomian, Prof. Dr.Dorodjatun Kuntjorojakti ini diharapkan dapatmenghimpun berbagai pemikiran kritis tentang arahyang hendak dituju di bidang kepariwisataan Indonesia.Berbagai pemikiran, gagasan maupun inovasidiharapkan tercetus dari para peserta yang datang dariberbagai kalangan kepariwisataan, seperti jajaranpemerintah daerah, khususnya dari dinas pariwisatadaerah, birokrat/kalangan kepemerintahan, lembagapenelitian, asosiasi pariwisata, praktisi, lembagapendidikan, lembaga swadaya masyarakat, maupunorganisasi kepariwisataan lainnya. Hasil konferensi inijuga nantinya dimaksudkan untuk menjadi masukanbagi kebijakan ataupun langkah pariwisata yang akandiambil di kemudian hari. Dengan tujuan utama agarsektor pariwisata -yang merupakan salah satu sektorpenghasil devisa terbesar di Indonesia ini- mampumembangun bangsanya sendiri. Untuk itu pariwisataharus bisa merangkul semua aspek yang ada dimasyarakat, tidak hanya dari aspek ekonomi.Melainkan aspek lain, yaitu aspek politik, budaya, etikapembangunan, sumberdaya manusia, agama dankultural, teknologi informasi serta kepemimpinan dan

partisipasi masyarakat. Hal ini dimaksudkan sebagaiupaya untuk mewujudkan pariwisata berkelanjutanyang mensejahterakan masyarakat luas, di dalamkerangka pembangunan berwawasan budaya.

Menurut Prof. Dr. Dorodjatun Kuntjorojakti,banyaknya krisis maupun isu global yang ada sekarangini mengakibatkan dunia sektor pariwisata menjadisektor yang sangat retan terhadap perubahan citra.Oleh karenanya perbaikan citra merupakan halmendasar yang harus terus diupayakan bersama.Adanya tuntutan globalisasi, yang dipercepat denganera ICT (Information and Communication Technology)membuat berbagai aspek pembangunan, termasukpariwisata memerlukan pendekatan baru. Pendekatanyang arahnya mampu menyerap segala pengetahuandan teknologi yang berkembang, sehingga dapatmenciptakan produk wisata yang mempunyaicomparative dan competitive advantage. Sektorpariwisata yang mempunyai sifat multisektoral danmultidimensional perlu dilakukan pengelolaan dengansebaik-baiknya, mulai dari perencanaan, operasisampai pengendalian. Sehingga diharapkan dapatmenjadi wahana untuk mengangkat harkat danmartabat bangsa, proses pembudayaan atauenkulturasi.

WARITA

SEKARYA

Konferensi Kepariwisataan Indonesia 2004

“PARIWISATA MEMBANGUN BANGSA”

Abrillianty O. Noorsya, ST

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, Hotel Bumi Karsa Bidakara, Jakarta, 27 September 2004

Bersambung ke halaman 10

AGENDA PELATIHAN EX-KP2PAR— ITB 2005

PELATIHAN PEMBANGUNAN PARIWISATA DAERAH :Memahami Pariwisata Melalui Pengalaman NyataPelatihan ini ditujukan untuk meningkatkan pemahaman tentang berbagai

aspek kepariwisataan secara menyeluruh dan memberikan pengalaman

total, dengan berbagai variasi.

Pelatihan ini diagendakan pertengahan Juni 2005.

Peserta : 20 - 25 orang

Lama Waktu Penyelenggaraan : 10 (sepuluh) hari

Biaya : Rp.7.500.000,-/orang

PELATIHAN PERENCANAAN PARIWISATA

Pelatihan ini ditujukan untuk memberikan dasar-dasar pengetahuan ten-

tang perencanaan ekowisata bagi para pariwisata daerah serta pengelola

objek dan daya tarik wisata.

Pelatihan ini diagendakan akhir April 2005.

Peserta : 20 - 25 orang

Lama Waktu Penyelenggaraan : 6 (enam) hari

Biaya : Rp.3.000.000,-/orang

Untuk Informasi lebih lanjut dan pendaftaran,

Silakan menghubungi :

ex-Kelompok Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan

Gedung Litbang LPPM-ITB (Ex Gedung PAU) Lantai IIIJl. Ganesha 10, Bandung 40132Telp : (022) 2534272, 2506285

Fax : (022) 2506285E-mail : [email protected]

PELATIHAN PARIWISATA PERKOTAAN

Pelatihan ini ditujukan untuk memberikan dasar-dasar pengetahuan ten-

tang pengelolaan pariwisata perkotaan (urban tourism) dengan belajar dari

kota-kota yang baru berkembang (kota hasil pemekaran sebagai dampak

otonomi daerah), kota yang sedang dan sudah berkembang di Indonesia

maupun luar negeri.

Pelatihan ini diagendakan awal Agustus 2005.

Peserta : 20 - 25 orang

Lama Waktu Penyelenggaraan : 6 (enam) hari

Biaya : Rp.3.000.000,-/orang

Page 6: WARTA November 2004-exp2par

VOLUME VII NOMOR 4

HALAMAN 6

Wara

Wiri

Kya-kya (Jalan-jalan) di Surabaya

Kiki Damayanti ST

Pada peringatan kemerdekaan negara kita yang lalusaya berkesempatan mengunjungi Kota Surabaya, yangtentunya saya manfaatkan untuk berkeliling tempat-tempat yang wajib dikunjungi di kota ini. Tapi ceritasaya kali ini tidak ada hubungannya dengan peringatanhari kemerdekaan di Kota Pahlawan ini. MemasukiKota Surabaya pada sore hari, saya langsungterpesona dengan kota ini. Tidak jauh berbeda denganKota Bandung, Surabaya juga masih mempertahankanbangunan-bangunan lamanya. Pemerintah KotaSurabaya berusaha menciptakan kondisi agar parapemilik bangunan lama tertarik melestarikanbangunannya dengan memberikan penghargaan.Beberapa hotel yang saya kunjungi di kota inimemamerkan tanda penghargaan yang mereka terimakarena melestarikan arsitektur bangunan lama ini.Hotel Mandarin/Majapahit Oriental Surabaya sangatmembuat saya terkesan. Mereka bukan hanyamelestarikan arsitekturnya saja, tapi juga interiorlengkap dengan suasana yang mendukung. Kedetilanini juga tampak sampai ke bagian toilet sekalipun!

Sayangnya, perawatan bangunan yang mahal tidakmemungkinkan semua pemilik bangunan lama untukmelestarikannya sehingga satu per satu bangunan lamadi kota ini mulai menghilang.

Tepat sebelum magrib saya sampai di hotel yang sayatuju. Karena baru pertama kali berkunjung keSurabaya, saya sangat bingung memilih tempatmenginap. Hasil pencarian di internet tidakmemuaskan saya karena tidak memberikan informasihotel murah mana yang aman bagi wanita denganharga yang sesuai kocek. Akhirnya setelah menelponke beberapa hotel saya memutuskan menginap dihotel di Jalan KH. Mas Mansyur, atau yang dikenaldengan kawasan Kalimas. Saya sudah terkesan denganhotel ini saat pertama kali menelpon. Ucapan“Assalamu’alaikum” merupakan kata yang pertama kalisaya dengar dari mulut sang resepsionis. Sebagaiseorang muslim saya kemudian yakin bahwa hotel iniaman bagi saya. Ucapan “Assalamu’alaikum” pun

Bersambung ke halaman 14

Wara

Wiri

Saatnya Pariwisata Kota Bandar Lampung

Berkembang!

Idham Nur Aslam, ST

Berwisata ke Kota Bandar Lampung merupakan suatukesempatan besar untuk mengunjungi kota yang ter-kenal dengan kain tapisnya. Sebagai salah satu ibu kotaprovinsi di Pulau Sumatera dengan jarak paling dekatdengan Pulau Jawa, kota ini mengalami perkembanganyang cukup pesat di berbagai bidang.

Kunjungan pertama ke kota yangterletak di ujung selatan Pulau Su-matera ini, membawa banyak rasaingin tahu. Dua puluh lima menitperjalanan di dalam pesawat dariBandara Sukarno-Hatta, terlihathamparan hijau daratan Lampung,sebelum akhirnya mendarat di Ban-dar Udara Radin Intan II. Sebagianbesar penumpang merupakan bi-rokrat dan pe-ngusaha setelah me-lakukan aktivitasnya di 2 kota, yaituJakarta atau Bandar Lampung.

Jalan nasional di depan Bandar Udara Raden Intan IImenghubungkan tempat ini dengan Kota Bandar Lam-pung. Selama 30 menit dalam perjalanan menuju KotaBandar Lampung, kami melintasi beberapa fasilitas

utama seperti Terminal Raja Basa, Kampus UniversitasLampung, dan Museum Lampung. Pada saat memasukiwilayah Kota Bandar Lampung terlihatlah PatungRaden Inten II yang menjadi landmark pintu gerbangsebelum akhirnya tiba di Tanjungkarang pusat dariKota Bandar Lampung.

Kota Tanjungkarang adalah tempatyang tepat untuk mencari hotel,rumah makan, restoran dan pusatperbelanjaan. Jalan Kartini danRaden Intan merupakan jalanutama dimana fasilitas-fasilitasutama perkotaan berada. Tanjung-karang Plaza, Plaza Millenium, PlazaKartini dan Plaza Bandar Lampungadalah pusat perbelanjaan modernyang terdapat di jalan utama ini.Fasilitas lainnya seperti Bank, Ruko,

Agen Penjualan Tiket, dan Kantor Pos terdapat dijalan ini. Pada malam hari menjelang magrib, sebagiansisi jalan Kartini telah berjejer PKL yang menawarkanberbagai menu makanan dan minuman. Deretan PKLtersebut lebih dikenal dengan Taman Lesehan, sebab

Bersambung ke halaman 17

Taman Lesehan di Jalan Kartini (foto: IdhamNur Aslam)

Page 7: WARTA November 2004-exp2par

VOLUME VII NOMOR 4

HALAMAN 7

Wara

Wiri

Pesona Kota Banda Aceh

Yosep Purnama, ST

Banda Aceh, miris memang rasanya mendengar namakota itu. Bagi orang awam seperti saya, belum hilangdi ingatan peristiwa , yaitu tentang adanya pertikaianantara GSA (Gerakan Separatis Aceh), atau lebihdikenal dengan GAM (Gerakan Aceh Merdeka),dengan TNI . Terbayang di benak saya akan suaramortir dan senapan AK-47 saling bersahutan danorang-orang berlarian bersembunyi menyelamatkandiri, seperti yang ditayangkan oleh beberapa TVswasta yang meliput kejadian tersebut. Wajar sajaperasaan itu ada pada diri saya, karena saat itumerupakan kali pertama saya ditugaskan ke KotaBanda Aceh, dalam rangka Pelatihan SumberdayaManusia bidang Pariwisata yang diselenggarakan olehDinas Pariwisata Propinsi Nanggroe AcehDarussalam.

Saat dini hari yang sangat dingin menyelimuti KotaBandung, saya bersama rekan saya pergi menujuBandara Soekarno-Hatta Jakarta, untuk menggunakanmaskapai penerbangan Garuda GA-190 FK-400menuju Banda Aceh. Rupanya pesawat tersebut adalahyang pertama, berangkat jam 06.30 WIB, Setelahcheck-in di bandara, kutatap wajah-wajah parapenumpang dengan arah tujuan yang sama, yaituBanda Aceh. Seiring dengan waktu yang berlalu,obrolan ringan-pun terjadi antar sesama penumpang.Tak terasa sekitar jam 09.00 WIB kami harus transitterlebih dahulu di Kota Medan. Di ruang tungguBandara Polonia Medan kita di berikan waktu sekitar20 menit untuk mengurus dokumen transit.

Setelah melakukan perjalanan kurang lebih empat jamsetengah kami sampai di Bandar Udara Iskandar Muda– Banda Aceh tepatnya jam 11.00 WIB saya bersamarekan saya dijemput oleh panitia penyelenggara. Di

ruang tuntunan bagasi saya sesekali melemparpandangan ke luar sana. Maklum saja, ketika barupertama mendarat aya lihat banyak aparat keamananTNI dan POLRI yang sedang berjaga-jaga di dalam danluar bandara dengan menyelendangkan senapankhasnya. Ditambah ketika itu saya mendengar danmelihat di luar sana iring-iringan mobil tentara dengandiikuti panser dan tank yang berukuran sedang, hal itumenambah tanda-tanya yang besar dalam benak saya.Kemudian di tengah perjalanan semua rasa cemas sayahilang karena semuanya seolah biasa-biasa saja, tidakada hal yang menegangkan. Sungguh memang tidakterkesan sedang menjalani penerapan Darurat Militermaupun Darurat Sipil, seperti yang baru di terapkanpada tanggal 19 Mei 2004 lalu. Sambil bergurau sayabertanya kepada Bapak Djalalludin,SH, seorang stafdinas pariwisata propinsi, yang menjemput kami diBandara. “Pak kok kelihatannya aman-aman sajaya,...Pak ?” diselingi dengan tertawa kecil. O. Ya, Pak,di Kota Banda Aceh ini semuanya aman-aman saja,‘aman terkendali begitu Pak’.... tandasnya serayatertawa kecil. Kalau di pegunungan sana mungkinmasih ada GAM-nya (sambil mengeluarkantelunjuknya keluar kaca mobil Daihatsu Hi-Line 4-WD

yang kami gunakan pada saat itu). “O, gitu ya’ Pak....”di saat itu saya menjadi semakin yakin bahwa tidakseluruhnya yang dinamakan ACEH itu dalam keadaangawat dan perang, terlebih kota Banda Aceh ini yangpaling aman.

Kurang lebih jam 4 sore, kami sepakat untuk jalan-jalan melihat pesona Kota Banda Aceh disore hari,sambil menaiki labi-labi (istilah untuk AngkutanUmum), di tengah perjalanan saya melihat arsitekturkota yang sangat menakjubkan, juga gedung-gedung

Bersambung ke hal 16

Telah Terb

it

ASEAN JOURNAL ON HOSPITALITY AND TOURISMVol .3 Number 2, July 2004

Informasi berlangganan dapat diperoleh diex-Kelompok Penelitian dan Pengembangan Kepariwisataan

Gedung Litbang LPPM-ITB (Ex Gedung PAU) Lantai IIIJl. Ganesha 10, Bandung 4013

Telp : (022) 2534272, 2506285 Fax : (022) 2506285E-mail : [email protected], Website : www.aseanjournal.com

Patterns and Process of Tourism Develop-

ment on the Gili Island, Lombok Indonesia

Arisetiarto Soemodinoto & P,P.Wong

Environmental Management in the Hotel

Sector : Searching for Best Practise in

Penang.

Azilah Kasim

Entrance Fee System for Recreational

Forest in Selangor, Malaysia

Jamal Othman & Shahariah Asmuni

Tour Coach Operations in the Austra-

lian Senior Market

Bruce Prideaux, Sherrie Binney &

Hein Ruys

Entrance Fee System for Recreational

Forest in Selangor, Malaysia

Jamal Othman & Shahariah Asmuni

Meeting The Needs Of The Chinese

Tourist—The Operators’ Perspective

Olga Junek, Wayne Binney & Marg

Deery

Page 8: WARTA November 2004-exp2par

VOLUME VII NOMOR 4

HALAMAN 8

Masjid dalam Perspektif Arsitektur dan Kebudayaan

Islam di Indonesia

Sambungan dari halaman 3WACANA

dipengaruhi oleh kondisi fisik seperti keadaangeografis, geologis dan iklim. Arsitektur masakebudayaan Islam merupakan sejumlah peninggalanarsitektur dari zaman dan tempat pada suatulingkungan masyarakat Islam. Peninggalan arsitekturIslam tradisional di Indonesia, khususnya di Pulau Jawabanyak mengandung unsur-unsur Hindu yang masihterlihat dominan.

Dalam konteks tata ruang dantata letak pada arsitektur Islammemang tidak memiliki aturanyang baku, khususnya aturanbaku mengenai bentukanbangunan peribadatannya. Satuhal yang memang menjadiacuan adalah bahwa tempatperibadatan harus dirancangsedem ik i an rupa aga rmenghadap ke arah kiblat,dengan mihrab yang beradapada bagian terdepan. Tataruang dan bentukan fisik bangunan pada komplekmasjid di Indonesia umumnya berbeda satu denganyang lainnya. Hal tersebut disebabkan antara lain oleh:1. Faktor geografis yang berlainan,2. Faktor adat istiadat,3. Faktor fleksibilitas, yang berupa tata letak

dimensional,4. Perkembangan sejarah yang terjadi di kawasan

tertentu.

Masjid sebagai Wujud Arsitektur IslamDalam sejarah perkembangannya di dunia, masjidmerupakan karya seni dan budaya Islam terpentingdalam bidang arsitektur. Dari bentukan fisik sebuahmasjid dapat dikenali serta dipelajari sejauh manapuncak pengetahuan teknik dan metoda membangun,material, ragam hias dan filosofi di suatu wilayah padarentang masa tertentu. Selain itu, masjid juga menjadititik temu berbagai bentuk seni, baik seni ruang,bentuk, dekorasi, hingga seni suara (adzan). Masjidmerupakan karya seni pakai (applied art), yangbertambah dan berkembang secara dinamis seiringdengan dinamika masyarakat itu sendiri.

Masjid yang (secara istilah) berasal dari bahasa Arab,masjid, memiliki makna tempat sujud, telah menjadipusat kebudayaan agama ini. Di masjid danlingkungannya-lah umat Muslim menjalankan perintahagamanya, yaitu sholat 5 (lima) waktu, berdoa danberserah diri kepada Yang Maha Esa. Selain itu, masjid

juga telah menjadi pusat kegiatan keagamaan maupunkemasyarakatan yang selalu dipenuhi dengan berbagaiaktivitas. Oleh karenanya masjid telah menjadi tanda,simbol, eksistensi dan orientasi bagi keberadaan Islamdan umatnya. Masjid juga menjadi salah satu objekpenting bagi penelusuran perkembangan umat Islamdan budayanya di wilayah tertentu. Dengan ciri-ciriarsitektur sesuai zaman didirikannya lengkap dengan

pengertian masing-masing.

Di Indonesia sendiri berdasarkanrentang waktu secara umum,masjid digolongkan dalam 3golongan utama, yaitu masjidtradisional, masjid peninggalanzaman kolonial Belanda dan masjidmodern. Masjid tradisional berupabangunan peninggalan kebudayaanawal Is l am di Indones ia ,diantaranya adalah Masjid AgungDemak, Masjid Agung Kasepuhandan Masjid Panjunan di Cirebon,

serta Masjid Sendang Duwur di Jawa Timur.Peninggalan masjid tradisional sebagian besar terletakdi Pulau Jawa, mengingat kegiatan Islam berpusatpulau ini. Beberapa karakteristik umum masjidtradisional di Jawa diantaranya memiliki denah segiempat, beratap tumpang yang memiliki memolo(diadaptasi dari tradisi Hindu), memiliki tiang utamaatau yang lebih dikenal dengan soko guru, tempatwudhu yang berupa kolam/gentong, bedug/kentongan,jam matahari (isriwa) dan sebagian masjid memilikimenara. Komplek masjid biasanya memiliki ruangterbuka di sebelah timur dan makam yang terletak dibagian barat, utara atau selatan yang dibatasi pagardan gerbang.

Memasuki masa kolonial Belanda bentukan arsitekturmasjid memiliki tambahan ornamen berupa pilar-pilaryang terbuat dari batu bata yang mengadaptasi budayaGupta dari India. Pada masa ini bentukan arsitekturmasjid banyak mengadopsi ‘Colonial Style’ atau seringdisebut sebagai ‘Dutch Style’, yaitu arsitektur yangmengadopsi budaya kolonial untuk diterapkan padabangunannya. Perubahan sangat jelas terlihat daribahan bangunan/material yang digunakan. Di masa inimasjid mulai didirikan dengan bahan batu bata sertabeton, dibanding masa sebelumnya yang lebihdidominasi oleh material dari kayu dan tanah liat. Dimasa kolonial ini juga, masjid, dalam konteks kota,memiliki posisi yang berada disebelah barat alun-alunkota. Dengan pusat pemerintahan, penjara serta pasardi masing-masing sisi alun-alun lainnya. Ruang yang

Mesjid Demak (sumber: www. forum.nifty.com)

Page 9: WARTA November 2004-exp2par

VOLUME VII NOMOR 4

HALAMAN 9

berada di sekitar masjid tersebut kemudianberkembang menjadi permukiman Islam yang lebihdikenal dengan sebutan Kauman. Beberapa contohpeninggalan masjid di jaman ini antara lain yaitu MasjidAgung Bandung sebelum mengalami renovasi berulangkali, Masjid Agung Monanjaya, serta Masjid AgungTuban.

Di era selanjutnya bentuk dan ekspresi masjid menjadimakin kompleks dan variatif, karena beberapa faktorarus informasi, perkembangan dan kemajuanteknik/teknologi konstruksi, pengetahuan bahan,idiom kontemporer yang berupa kesederhanaan/simplisitas, kejujuran material dan struktur bangunan,tanpa ornamen, idiom-idiom khusus Corbuesqe sepertikubisme, sculptural, permainan bidang-bidang lengkungdan lain sebagainya. Elemen arsitektur Islam kemudianjuga berkembang menjadi bentukan bangunan yangmemiliki kubah, relung (arches), ornamen polageometris (arabesque) pada permukaan bidang,ornamen floral yang berupa sulur-sulur, sertakekompeksitasan fungsi ataupun program ruangnya.Hal ini bisa terlihat dari beberapa bangunan masjidmodern diantaranya yaitu Masjid Salman ITB Bandung,Masjid Istiqlal dan Masjid Raya Pondok Indah diJakarta, serta Masjid Agung Jember di Jawa Timur.Singkatnya, perkembangan masjid di Jawa pada abadke-20 ini telah memperlihatkan berbagai bentuk,idiom dan ekspresi baru. Kompleksitas dan keragamanini boleh jadi juga merupakan wujud dari ekspresikemerdekaan dimana banyak arsitek yang merancang

Masjid dengan menggunakan prinsip -prinsip kebebasanyang tidak terikat pada aturan-aturan yang ketat.Kondisi tersebut dilatarbelakangi oleh banyaknyaperancang yang mencoba keluar dari berbagai tradisibentuk yang telah ada. Hal ini memang sangatdimungkinkan karena didukung oleh spiritualitas Islamitu sendiri yang tidak mengharuskan atau menentukansuatu bentukan yang khusus.

Mengingat perjalanan panjang sejarah Islam di tanahair, dalam hal ini khususnya bentukan masjidnya yangselalu berubah dari masa ke masa. Apapun bentukanfisik masjid yang ada tidak membuat hilangnya makna,kesakralan serta spiritualitas dari masjid itu sendiri.Malahan dengan adanya transformasi bentukanarsitektur masjid yang selalu berkembang dapatmembuat suatu makna baru yang diharapkan nantinyadapat meningkatkan ‘semangat’ beribadah umatpenganut agama ini. Tentunya dengan tidakmengindahkan nilai-nilai agamis yang sudah adasebelumnya. Kondisi ini mungkin membuat kita bisaterus berimajinasi akan bentukan masjid seperti apa,yang akan ada di masa-masa berikutnya.

Sumber :

Dokumentasi Masjid 2000 VCD Seri I : Masjid di Jawa. Tim Masjid 2000 –

Arsitektur ITB. 1999.

Seri Ensiklopedia Indonesian Heritage Volume 6 “Architecture”. Archipelago

Press. 1998.

Seri Ensiklopedia Indonesian Heritage Volume 9 “Religion and Ritual”.

Archipelago Press. 1998.

Menara Masjid Kudus dalam Tinjauan Sejarah dan Arsitektur. Drs.

Syafwandi. PT. Bulan Bintang. 1985.

paten Bogor (tailor-made training), kasus-kasus yangdiangkat dalam topik perkuliahanmaupun kerja kelompok sedapatmungkin terkait dengan isu-isupengembangan pariwisata Kabu-paten Bogor (Materi terlampir).Menarik untuk disimak, walaupermasalahan pengembangan pari-wisata Kabupaten Bogor yangdihadapi saat ini cukup kompleks,terutama pengelolaan lingkungandan dampak sosio-budaya pari-wisata di Ka-wasan Puncak danBogor Barat, semangat para pe-serta tidak surut. Peserta pelatihan terlihat sangat an-tusias dalam mencari pe-nyelesaian terbaik isu-isutersebut melalui workshop “Pengembangan danPengelolaan Destinasi Wisata Kabupaten Bogor”.Workshop ini menjadi penutup rangkaian materi pelati-han. Keluaran workshop berupa indikasi programpengembangan pariwisata yang mencakup aspek daya

tarik wisata, pengelolaan lingkungan, fasilitas pendu-kung dan aksesibilitas, SDM danke-lembagaan, serta pemasaranpariwisata.

Secara umum, pelatihan sukses.Survey menunjukkan sebagianbesar peserta menge-mukakanbahwa perkuliahan yang disampai-kan menambah wawasan mereka,namun jadwal dirasakan terlam-pau padat. Tindak lanjut pelatihanini, menurut usul para peserta,adalah pelatihan yang sifatnya le-

bih teknis serta seminar/lokakarya kawasan wisataandalan Kabupaten Bogor. Salah seorang peserta me-nyampaikan bahwa Pelatihan Manajemen Kepariwisa-taan berperan sebagai sarana tukar-menukar informasipengelolaan pariwisata daerah (baik kabupaten-kotamaupun propinsi), yang dirasakan kurang mendapatperhatian dari pemerintah di era otonomi ini.

WARITA

SEKARYA

Pelatihan Manajemen Kepariwisataan...

Sambungan dari halaman 4

Peserta pelatihan saat field trip di TangkubanPerahu, Bandung (foto: Dokumentasi ex-P2Par)

Page 10: WARTA November 2004-exp2par

VOLUME VII NOMOR 4

HALAMAN 10

Konferensi yang terbagi dalam 3 (tiga) sesi inimengetengahkan topik mengenai Pol it ikKepariwisataan Indonesia yang dibawakan oleh DjafarH. Assegaf (Pemred HU. Media Indonesia) dan JacobOetama (Pemred HU. Kompas), Pariwisata danPengembangan Budaya yang dibawakan oleh Prof. Dr.Edi Sedyawati dan Etika Pembangunan Kepariwisataanoleh Prof. Dr. Emil Salim pada sesi pertama. Sesi yangdimoderatori oleh Desi Anwar ini secara garis besarmembahas pariwisata dari segi politik, budaya sertaetika pembangunan serta isu-isu dan dampak yangberkembang dalam aspek-aspek tersebut. Politik yangdimaksud dalam topik tersebut diatas adalah kebijakan(policy) yang berhubungan secara langsung maupuntidak terhadap bidang kepariwisataan. Sedangkan padasesi yang dibawakan oleh Prof Dr. Emil Salim lebihmenekankan pada kode etik pembangunan danpengembangan pariwisata Indonesia. Kode etik yangdimaksud mengacu pada konsep sustainable tourism

(pariwisata yang berkelanjutan), yang harus dilakukanbersama-sama dan menyeluruh oleh semua pihak.

Pada sesi kedua, terdapat tiga topik bahasan utamayaitu Membangun Insan Pariwisata Indonesia MasaDepan yang dibawakan oleh Prof. Dr. Ir. SatryoSoemantri Brodjonegoro dan KMRT. Roy Suryo.Pembicara pertama lebih menitikberatkan topikbahasan dari bidang pendidikan, sedangkan Roy Suryolebih menekankan pada bidang teknologi informasi.Untuk membangun insan pariwisata tidak hanyaterbatas dari pendidikan formal saja, tapi jugaberdasarkan pengalaman nyata dengan tujuan dariglobalisasi menuju glokalosasi. Maksudnya diharapkan

insan pariwisata nantinya dapat berpikir global tanpamenghilangkan lokalitas yang ada. Topik kedua yaituPariwisata Dalam Perspektif Agama yang dibawakanoleh Dr. Romo Mudji Sutrisno dan K.H. AbdullahGymnastiar. Keduanya menjelaskan dan membahaskepariwisataan jika dilihat dari sudut pandang agama,serta contoh maupun penerapan yang sudah ada.Topik ketiga yaitu Pariwisata Sebagai PenggerakEkonomi Nasional dan Daerah yang dibawakan olehProf. Dr. I. Nyoman Erawan dan Dr. Chatib Basri.Pada pembicaraan kali ini dibahas mengenai dampakmaupun mengaruh pariwisata terhadap perekonomianIndonesia, beserta perbandingan hal serupa di negaralainnya.

Pada sesi terakhir yang juga dimoderatori oleh IrmaHutabarat ini membahas dua topik utama yaituKepemimpinan Dalam Pembangunan Kepariwisataanyang dibawakan oleh Prof. Dr. I. Gde Raka dan Drs.H. Ismeth Abdullah. Serta topik KomunikasiPembangunan Kepariwisataan yang dibawakan olehProf. Dr. Riswanda Himawan. Pada sesi ini ditekankanbahwa pariwisata tidak hanya merupakan satu sektorsaja, tetapi menyangkut banyak sektor yang bersama-sama membangun dunia kepariwisataan, tidak hanyasemata meningkatkan devisa semata. Acaraselanjutnya yaitu pemberian penghargaan bagi institusimaupun perorangan yang memiliki inovasi di bidangkepariwisataan di Indonesia. Konferensi hari iniditutup dengan pembacaan simpul wacana sertapenutupan yang diakhiri dengan makan malambersama.

TOPIK-TOPIK PELATIHAN MANAJEMEN KEPARIWISATAAN KABUPATEN BOGOR

Perkuliahan:

• Dinamika Kelompok

• Kebijakan Pengembangan Pariwisata Kabupaten Bogor (disampaikan oleh Kepala Dinas Pariwisata, Seni & Budaya

Kabupaten Bogor)• Pengantar dan Sistem Kepariwisataan

• Perkembangan Pariwisata Indonesia dan Jawa Barat

• Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan

• Dampak Pariwisata (Lingkungan Alami, Lingkungan Binaan, Sosio-ekonomi, Sosio-budaya)

• Permintaan Pariwisata

• Pengembangan Produk Pariwisata

• Perencanaan dan Pengelolaan Pariwisata Daerah

• Perencanaan Pemasaran Destinasi Wisata

• Promosi Pariwisata Daerah

• Kemitraan dan Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Pariwisata

Workshop/Kerja Kelompok:

• Pengembangan dan Pengelolaan Destinasi Wisata Kabupaten Bogor, Kasus: Kawasan Puncak

WARITAKonferensi Kepariwisataan Indonesia ...

Sambungan dari halaman 5

Page 11: WARTA November 2004-exp2par

VOLUME VII NOMOR 4

HALAMAN 11

Tabel 2

Karakteristik Pola Perjalanan Wisata Wisatawan Nusantara pada Masa Libur Akhir Tahun

Sumber: Statistik Wisatawan Nusantara 2001, Survei Sosial Ekonomi Nasional 2002 (Modul Perjalanan), Koperasi Badan Pusat Statistik dan Badan Pengem-

bangan Kebudayaan.

NO. KARAKTERISTIK POLA PERJALANAN

MAKSUD KUNJUNGAN

Berlibur/ rek-reasi

Mengunjungi te-man/keluarga

Berziarah/keagamaan

1. Jarak perjalanan % % %

< 100 km 40,51 1,09 3,78

100 - 500 km 51,02 74,28 72,8

501 - 1000 km 4,73 13,84 11,33

> 1000 km 3,74 10,78 12,10

Jumlah 100,00 100,00 100,00

2. Lama bepergian hari hari hari

1-3 hari 28,30 19,91 14,91

4-7 hari 26,91 15,25 11,23

8-14 hari 19,82 22,97 19,55

15-20 hari 15,67 20,18 23,23

21-30 hari 6,45 13,03 17,81

> 30 hari 2,86 8,66 13,26

Jumlah 100,00 100,00 100,00

3.Rata-rata pengeluaran selama melakukanperjalanan (Rp.)

240.738 337.434 253.063

4.Rata-rata pengeluaran berwisata per hari(Rp.)

114.496 48.142 69.066

5.Rata-rata pengeluaran menurut jenispengeluaran

Rp. Rp. Rp.

Akomodasi 28.078 10.596 9.257

Makanan dan minuman 53.590 57.206 52.383

Angkutan 71.545 158.448 109.264

Paket perjalanan 3.496 513 5.426

Pramuwisata 309 99 15

Pertunjukan seni 563 189 8

Museum dan kebudayaan 409 577 637

Olahraga 212 15 -

Jasa hiburan rekreasi 9.857 3.756 742

Jasa pariwisata lainnya 2.664 904 1.337

Cenderamata 14.595 12.551 10.913

Belanja 43.666 64.641 41.814

Lainnya 11.755 27.938 21.268

Jumlah 240.738 337.434 253.063

wisnus yang melakukan perjalanan pada masa liburanakhir tahun, yaitu mengunjungi teman/keluarga, berli-bur/rekreasi, dan berziarah.

Untuk mendapatkan gambaran mengenai karakteristikwisnus yang melakukan perjalanan pada masa liburanakhir tahun, pembahasan difokuskan pada wisnusdengan tiga maksud kunjungan terbanyak tersebut.Berdasarkan data Statistik Wisatawan Nusantara Ta-hun 2001, karakteristik pola perjalanan wisnus padamasa liburan akhir tahun dapat dilihat pada tabel 2 .

tempat-tempat wisata. Selain dilakukan pada HariRaya Idul Fitri, kegiatan berziarah juga biasa dilakukansebelum menyambut bulan Ramadhan.

Kesibukan yang sama juga terlihat pada pemelukagama Kristen dalam menyambut Hari Natal.Fenomena ‘pulang kampung’, berziarah, dan berli-bur/rekreasi juga terlihat pada perayaan menyambutHari Natal yang jatuh pada tanggal 25 Desember.Fenomena kegiatan yang biasa terlihat dalam menyam-but dan memperingati hari besar kedua agama terse-but sesuai dengan maksud kunjungan sebagian besar

Karakteristik Wisatawan Nusantara...

Sambungan dari halaman 3WASKITA

Page 12: WARTA November 2004-exp2par

VOLUME VII NOMOR 4

HALAMAN 12

Tabel 2 tersebut menunjukkan karakteristik pola per-jalanan wisnus pada masa liburan akhir tahun sebagaiberikut::1. Berdasarkan jarak perjalanannya, wisnus yang

pergi untuk berlibur/rekreasi cenderung untukmemilih lokasi berlibur yang berada dekatatau sekitar kota tempat tinggalnya, sedang-kan wisnus yang pergi untuk mengunjungi ke-luarga bersedia untuk menempuh jarak yanglebih jauh, apalagi wisnus yang berziarah.

2. Lama bepergian wisnus terkait dengan jarakperjalanan yang ditempuhnya. Lama bepergian se-bagian besar wisnus yang berlibur/rekreasilebih singkat dibandingkan kedua kelompokwisnus lainnya. Wisnus yang berziarahcenderung melakukan perjalanan paling lamadibandingkan wisnus berlibur/rekreasi dan wisnusyang mengunjungi teman/keluarga.

3. Berdasarkan rata-rata pengeluaran selama mela-kukan perjalanan, wisnus yang mengunjungiteman/keluarga merupakan wisnus denganpengeluaran terbesar, walaupun rata-ratapengeluaran per harinya paling kecil diban-dingkan kelompok wisnus lainnya. Hal ini terkaitdengan lama bepergian dan fasilitas yang diguna-kannya selama berwisata yang biasanya meman-faatkan fasilitas yang dimiliki teman/keluarga yangdikunjunginya sehingga tidak memerlukan banyakbiaya.Sebaliknya, pengeluaran berwisata wisnus yangberlibur/rekreasi paling kecil, tetapi rata-ratapengeluaran per harinya paling besar. Halini juga terkait dengan kegiatan -kegiatan yang dila-kukan dalam berlibur/rekreasi yang umumnya

memerlukan biaya, seperti tiket masuk dan pe-nyewaan fasilitas rekreasi.

4. Pos pembiayaan terbesar yang harus dikeluarkanoleh ketiga kelompok responden tersebut menun-jukkan pola yang sama, yaitu untuk angkutan,makanan dan minuman, serta belanja.

Dari karakteristik wisnus yang melakukan perjalananpada masa liburan akhir tahun dapat disimpulkanbahwa wisnus yang mengunjungi teman/keluarga me-rupakan wisnus yang paling banyak melakukan per-jalanan pada liburan akhir tahun. Potensi ini harus da-pat dimanfaatkan dengan baik melalui pengembanganprogram-program wisata yang dapat menangkapwisnus kelompok ini untuk dapat meningkatkan inten-sitasnya melakukan wisata pada saat mengunjungi te-man/keluarganya.

Selain wisnus yang berlibur/rekreasi dan mengunjungiteman/keluarga, wisnus yang pergi untukberziarah/keagamaan merupakan wisnus yang jugasangat potensial untuk dikembangkan, mengingat lamabepergian yang lebih panjang dan pengeluaran perharinya yang cukup besar. Apalagi jika dikaitkandengan adanya perayaan hari besar keagamaan padamasa akhir tahun tersebut. Pengemasan produk wisataziarah harus dikembangkan dan diarahkan sesuaidengan karakteristik pasarnya, seperti pengembanganpaket wisata ziarah terpadu mengingat wisnus yangpergi untuk berziarah ternyata juga melakukankegiatan wisata lainnya. Untuk itulah, perlu dilakukankajian yang lebih mendalam terhadap wisatawan ziarahini.

Kegiatan wisnus membeli cenderamata(foto: Dokumentasi ex-P2Par)

Wisnus keluarga di objek wisata(foto: Dokumentasi ex-P2Par)

Page 13: WARTA November 2004-exp2par

VOLUME VII NOMOR 4

HALAMAN 13

Kudus, Imogiri, Gunung Kawi, atau Borobudur, Sen-dangsono, Pohsarang, dan lain-lain. Sejumlah tempatlain biasa dikunjungi tanpa melalui biro perjalananwisata, seperti Masjid Agung Banten, makam PangeranSido Ing Kenayan di Palembang, Candi Cangkuang diGarut dan lain-lain. Di hari-hari besar keagamaan dankepercayaan, umumnya terjadi puncak pergerakan ditempat-tempat ini. Pergerakan mudik di hari Lebarantidak dikategorikan sebagai wisata ziarah, namun dapatmemenuhi bentuk sebuah wisata ziarah.

Banyaknya tempat tujuan ziarah dan banyaknyaperistiwa membuat pergerakan perjalan ziarah di In-donesia bisa terjadi hampir sepanjang tahun di mana-mana. Hal ini menunjukkan bahwa wisata ziarah adalahsalah satu jenis wisata yang tidak bisa dipandang sebe-lah mata. Untuk itu perlu dikenali karakteristik pelakudan dampak apa saja yang bisa diharapkan dariberkembangnya kegiatan wisata ziarah ini. Ada dua sisiyang perlu ditinjau, yakni sisi motivasi dan kegiatanpengunjung dan sisi lainnya adalah tempat tujuandengan kesiapan dan fasilitasnya untuk dapat disebutsebagai wisata ziarah.

Motivasi wisatawan ziarah

Dari sisi pengunjung, minimum ada tiga pertanyaanyang patut dipertanyakan. Pertama, manfaat apa yangingin dipetik dari perjalanan ziarah yang dilakukan.Pertanyaan ini terkait dengan pertanyaan kedua, yaknimotivasi apa yang mendorong dilakukannya perjalananziarah. Menarik untuk disimak hasil dari survei yangpernah dilakukan terhadap wisatawan nusantara(wisnus) di Bali, Yogyakarta, Jakarta, Bandung danMedan. Survei ini menghilangkan gambaran bahwapelaku wisata ziarah adalah manusia usia lanjut.Meskipun kelompok usia lebih tua dari kelompokwisnus yang lain, akan tetapi kelompok usia yang lebihmuda juga merupakan pelaku wisata ziarah yang cukuppotensial. Yang menarik adalah, pada umumnya wisa-tawan peziarah mengemukakan motivasi yang men-dorong dilakukannya wisata ziarah adalah keinginanuntuk mencari hal yang unik/lain, selain mencari ke-tenangan, bukan untuk sesuatu yang berkaitan denganagama atau kepercayaan. Tampaknya ini merupakanpembenaran terhadap pandangan bahwa ziarah adalahkegiatan menanggapi panggilanNya yang bersifat pri-badi, dan lazimnya ada keengganan untuk mengung-kapkan motivasi yang sifatnya pribadi.

Pergeseran motivasi melakukan wisata ziarah di atasmemungkinkan pengembangan wisata ziarah untuktujuan lain. Pemerintah Kota Magelang misalnyamengembangkan sejumlah peninggalan makam atau

artefak yang merupakan jejak sejarah perjuangan ke-merdekaan Indonesia menjadi objek wisata ziarah bagiremaja, bekerja sama dengan organisasi pejuang danveteran kemerdekaan. Suatu bentuk perjalanan ziarahuntuk mengenang jasa para pahlawan kemerdekaan,tampaknya sah juga untuk dikembangkan sebagaiwisata ziarah.

Pertanyaan yang ketiga berkaitan dengan pengadaanfasilitas; Apakah perjalanan ziarah ini dilakukan ber-sama keluarga, atau kelompok bukan keluarga? Ketigapertanyaan yang terkait ini dapat memberi gambaranfasilitas apa yang diperlukan oleh wisatawan yang me-lakukan perjalanan ziarah. Adanya jawaban yang tidakmengungkapkan motivasi ziarah sepenuhnya perluditangkap sebagai sikap bahwa wisata ziarah tidak se-penuhnya sama dengan wisata untuk leisure & pleasuresecara umum. Oleh karena itu, perlu adanya kecer-matan dalam pengembangan wisata ziarah agar moti-vasi dan tujuan yang bersifat pribadi tidak terganggu.

Kesiapan dan Manfaat wisata ziarah untuk lo-kasi dan masyarakat lokal

Selain motivasi, di sisi lain dari pengembangann wisataziarah perlu ditinjau kesiapan tempat tujuan ziarahuntuk menyandang sebutan tempat tujuan wisataziarah. Fasilitas dan kelengkapan apa yang dimiliki tem-pat ini agar layak disebut sebagai tujuan wisata ziarah.Dalam memandang inipun tidak dapat disamakandengan fasilitas wisata yang lain, mungkin ketiadaanfasilitas justru menjadi bagian dari kegiatan ziarah.Tuntutan yang bersifat timbal balik seperti ini perludicermati betul. Di samping itu perlu juga diperhitung-kan sejauh mana daya dukung sebuah tempat ziarahuntuk lebih banyak menerima pengunjung. Tempattujuan ziarah pada umumnya merupakan tempat pe-ninggalan bersejarah yang telah berusia tua, daya du-kung tempat bersejarah ini perlu diperhitungkan baik-baik untuk menghindari kerusakan.

Pertimbangan penting dalam pengembangan wisataziarah selain kepentingan peziarah, adalah masyarakatsetempat. Sejauh mana pengembangan sebuah tempatwisata ziarah memberi manfaat pada masyarakatsetempat. Sejauh mana pengembangan tidak meng-ganggu tatanan hidup masyarakat setempat. Tam-paknya perlu disimak kembali apa yang tersirat dalamcatatan perjalanan Ibn Battuta, bahwa melalui persen-tuhan dengan masyarakat setempat yang acapkalimemiliki budaya atau tata krama dan tata nilai yangberbeda, perjalanan ziarah merupakan perjalananmenambah kearifan, kebijakan dan pengetahuan.

Wisata Ziarah

Sambungan dari hal 2WACANA

Page 14: WARTA November 2004-exp2par

VOLUME VII NOMOR 4

HALAMAN 14

kembali menyambut kedatangan saya di hotel ini.Interior hotel ini mengingatkan rekan perjalanan sayapada hotel-hotel di Mekah. Hal ini dibenarkan olehmanajer hotel ini sendiri, mereka memang merancanghotel bagi kalangan muslim dengan merujuk padainterior hotel-hotel di Mekah. Jadi walaupun belumsempat ke Mekah setidaknya saya sudah pernahmenginap di hotel yang Mekah hotel- interior-like....

Kejutan pertama di Surabaya saya dapat begitu keluardari hotel, suasana di sekitarnya sangat berbeda dariyang saya duga. Serasa bukan di Indonesia! Sayasampai harus mencubit lengan sendiri untukmeyakinkan bahwa saya tidak bermimpi. Ternyatahotel tempat saya menginap berlokasi di kampungarab. Kejutan lainmuncul ketika sayamenyadari bahwa diseberang hotel inijuga terdapat MesjidSunan Ampel (atauMesjid Ampel) yangpadat pengunjung.Keinginan untukberp indah-p indahhotel selama diSurabaya kemudianlenyap bergantidengan keinginanuntuk berkelana dikawasan ini. Setelahberkeliling ke hotel-hotel di sekitar sayamenyadari bahwahampir semua hoteldi kawasan ini berkonsep hotel muslim. Orang-orangdengan wajah khas Timur Tengah menyambut kami disetiap hotel. ‘Demam Timur Tengah’ ini sempatmembuat saya ‘tertipu’ dengan wajah manajer hoteltempat saya menginap, saya kira beliau juga keturunanTimur Tengah...ternyata bukan, justru beliau adalahseorang mualaf yang asli Jawa Tengah...terbawasuasana sih!

Walaupun Mesjid Sunan Ampel berlokasi dekatdengan penginapan, namun mesjid ini bukanlah dayatarik yang pertama saya kunjungi di Surabaya. Duaorang teman di Surabaya terlebih dulu ‘mencegat’langkah saya ke mesjid ini. Karena masih inginmelanjutkan obrolan sambil memperkenalkanSurabaya, mereka mengajak saya makan malam dipusat jajanan yang terkenal di Surabaya. Saya

menyanggupi permintaannya tanpa membayangkantempat jajanan seperti apa yang konon dapatmenandingi Bandung. Siapa yang mau percaya? Pusatjajanan Kya-kya Surabaya (PJKK Surabaya) berlokasidekat dengan kawasan hotel, namun karenamenggunakan mobil dan terikat peraturan jalan satuarah, kami terpaksa mengambil jalan memutarsehingga terkesan lebih jauh. Saya cukup heran ketikamenyadari kami harus parkir di luar kawasan Kya-kyaini, namun yang kemudian saya lihat adalah kejutanlagi! Memasuki kawasan Kya-kya, gapura dua nagalengkap dengan lampion bergaya cina dengan warnamerah menyala menyambut kedatangan kami. Sayakemudian menyadari kalau Kya-kya berlokasi dichinatown-nya Surabaya. Tadinya saya pikir gapura ini

merupakan ‘sisa’ dariperingatan tahunbaru cina, tapiternyata saya salah.Kawasan itu memangdirancang dengant e m a c i n am e n y e s u a i k a ndengan lokasinyayang bertempat dipecinan Surabaya.K y a - k y a y a n gberlokasi di JalanKembang Jepun inidulunya merupakant e m p a t y a n gmengandung nilaisejarah bagi KotaSurabaya. Dulu Jalan

Kembang Jepun dansekitarnya merupakan pusat bisnis (Central Business

District) bagi Kota Surabaya. Setelah mengalamistagnasi dalam tahun-tahun terakhir, muncullah idedari CEO (Chief Executive Officer) Harian Jawa Posuntuk mengembangkan Kembang Jepun dengankonsep seperti ini.

Jika di siang hari Jalan Kembang Jepun merupakanpusat perdagangan, maka di malam hari jalan iniditutup bagi lalu lintas kendaraan. Kawasan ini harusdijelajahi dengan berjalan kaki, tentunya ini sesuaidengan namanya yaitu Kya-kya (jalan-jalan). Setelahmelewati gapura naga, kita dapat menemukan parapedagang di kanan dan kiri jalan. Tempat makan yangdisediakan mengambil seluruh badan jalan, semuaperlengkapan ini disediakan oleh pengelola Kya-kyasendiri. Pengelolaan kawasan Kya-kya ini patut

Wara

Wiri

Kya-kya (Jalan-jalan) di Surabaya

Sambungan dari halaman 6

Pusat jajanan Kya-kya (foto: Wiwiek Dwi Pratiwi)

Page 15: WARTA November 2004-exp2par

VOLUME VII NOMOR 4

HALAMAN 15

mendapat acungan jempol, kebersihannya sangatterjaga dan juga disediakan toilet umum bagi parapengunjung, serta kemeriahan selalu terjaga dengansajian musik yang terdengar di sepanjang jalan.Walaupun berlokasi di daerah pecinan, para pedagangdi Kya-kya tidak terbatas menyajikan masakan Cinasaja, tapi juga masakan Arab dan juga beragammasakan Indonesia. Beberapa pedagang aksesoris,busana, dan kerajinan kaca juga terlihat menggelardagangan di antara pedagang makanan, merekamenjadikan semacam trailer untuk menyimpan barangdagangannya dis i a n g h a r i .Walaupun Kya-kyabuka sekitar jam18.00 dan tutuppada jam 02.00p a g i , n am u nkawasan baruramai sekitar jam2 0 . 0 0 - 2 1 . 0 0 .Pengunjung yangdatang ke sini tidakterbatas anak-anakmuda saja, namunjuga dari golonganyang lebih tua yangda t ang un tukb e r n o s t a l g i akarena beberapapedagang sudahmenjadi langgananmereka se jakzaman baheula.Gemerlapnya Kya-kya menggoda saya untuk kembali lagi ke sanakeesokan harinya sambil mengambil beberapa fotosuasana keramaian pengunjung.

Hari berikutnya, saya baru menginjakkan kaki diMesjid Ampel. Bangunan mesjid ini memiliki ciriarsitektur yang senada dengan bangunan -bangunan tualain yang berada di sekitar kawasan ini. Namun,beberapa bagiannya sudah diperbaharui sehinggabagian depan mesjid sudah tampak modern. Sayamenyempatkan diri untuk Shalat Isya di mesjid tua ini.Sayangnya, saya tidak dapat menjelajah sampai kebagian dalam mesjid karena merupakan area untukjamaah pria. Jamaah wanita yang shalat di mesjid inimenempati selasar sebelah kiri dan bangunan terpisahyang berada di seberangnya. Bagi saya pribadi, kondisiini sungguh tidak adil, mungkin sebaiknya dilakukanperluasan mesjid.

Selesai shalat saya berjalan-jalan di sekitar MesjidSunan Ampel, suasananya mirip sekali dengan MesjidAgung Banten yang juga pernah saya kunjungi

sebelumnya. Di mesjid ini juga terdapat makam yangbanyak didatangi peziarah dari berbagai kota. Bedanya,kalau makam di Mesjid Sunan Ampel ini hanya dibatasijeruji pagar dengan area mesjid, sedangkan kalau diMesjid Agung Banten kawasan makamnya dibatasi olehpagar tembok di sekelilingnya. Dalam perjalananpulang kembali ke hotel, saya melewati tempatpenjualan cenderamata khas tempat berziarah, yanglagi-lagi sama persis dengan di Mesjid Agung Banten.Hanya kalau pedagang di Mesjid Agung Bantenterkenal sangat agresif, maka pedagang di Mesjid

Sunan Ampel initidak demikian,kita masih bisaberjalan dengannyaman sepanjangderetan kios-kiositu.

Suasana religiusyang sangat terasad i K aw a s a nK a l i m a s i n ididukung olehPemerintah KotaSurabaya denganmen jad i kannyasebagai kawasanwisata religius.Pembenahan dis a n a - s i n idilakukan antaral a i n d e n g a nmemastikan agarkawasan ini bebas

dari tindak kekerasan. Dulunya, kawasan ini terkenalrawan sehingga sangat dihindari oleh warga Surabayasendiri. Hal ini tidak terlepas dari lokasinya yangberdekatan dengan kampung etnik tertentu yangterkenal dengan wataknya yang keras.

Dua daya tarik yang saya kunjungi ini merupakan duahal yang sangat berbeda, namun dapat tumbuh dalamwilayah geografis yang berdekatan. Hal ini menjadikanSurabaya lebih menarik untuk dikunjungi daripadasekadar mengunjungi mall saja. Konsep Kya-kyaSurabaya bahkan sudah diadopsi oleh PemerintahKota Medan dengan nama Kesawan Square yangberlokasi di Jalan Kesawan. Konsep serupasebenarnya pernah menjadi perbincangan menarik diBandung dengan mengambil Jalan Braga sebagailokasinya. Namun entah kenapa konsep ini menguapbegitu saja. Mudah-mudahan konsep ini masih dapatdiintegrasikan dengan perkembangan Braga di masadatang. Kita tunggu saja kelahiran Braga Square..

Mesjid Sunan Ampel (foto: Wiwiek Dwi Pratiwi)

Page 16: WARTA November 2004-exp2par

VOLUME VII NOMOR 4

HALAMAN 16

perkantoran yang menonjolkan khas Aceh-nya. Yangpaling istimewa adalah untuk tanda nama jalan dankantor yang hampir seluruhnya menggunakan bahasaArab, luar biasa bukan ? Saya jadi teringat ketikaberjalan-jalan di Kota Yogyakarta yang semua tulisanjalannya menggunakan bahasa jawa kuno. Sepertisuasana yang terdapat di “Simpang Lima”, suatudaerah yang merupakan sentra perdagangan dan niagadi Banda Aceh. Konon berdasarkan sejarahpembentukannya Banda-Aceh semula bernamaKutaraja, sejak 28 Desember 1962 namanya digantimenjadi Banda Aceh-yang merupakan ibu kotaP r o v i n s i D a e r a hIstimewa Aceh hinggasekarang. Sebagai pusatpemerintahan, BandaAceh menjadi pusatsegala kegiatan ekonomi,politik, sosial danbudaya. Kota yang telahberusia 799 tahun ini,berdasarkan Perda(Qanun) Aceh Nomor5/1988, tanggal 22 April1205 ditetapkan sebagaitanggal keberadaan kotatersebut juga dikenalpula sebagai kotaperdagangan. Jauh sebelum terjadi Perang Aceh(1873) rakyat Aceh pernah mengalami masakeemasan, yaitu pada masa Sultan Iskandar Mudamemerintah di Kerajaan Aceh Darussalam (1607-1636), ia mampu menempatkan Kerajaan Islam Acehdi peringkat kelima di antara kerajaan terbesar Islamdi dunia pada Abad XVI. Saat itu Banda Aceh yangmerupakan pusat Kerajaan Aceh menjadi kawasanbandar perniagaan yang sangat ramai karena hubungandagang dunia internasional, terutama kawasanNusantara di mana Selat Malaka merupakan jalur lalulintas pelayaran kapal-kapal niaga asing untukmengangkut hasil bumi dari Asia ke Benua Eropa. Takmengherankan jika kota ini terkenal denganpeninggalan arkeologis yang bernuansakan ajaranislam, seperti halnya Masjid Baiturrahman.

Pada kesempatan itu pula kami menyempatkan keMasjid Raya Baiturahmaan untuk sholat Magrib berja-ma’ah. Megahnya konstruksi bangunan masjid tersebutmembuat saya kagum. Ketika memasuki pelataran ha-laman masjid yang luasnya kurang lebih 3,3 hektar,dengan lima pintu gerbang dan dua buah menara. Mas-jid yang berlantaikan marmer itu didukung oleh 282

tiang besar dan kecil di dalamnya, termasuk di bagianmuka, samping kiri-kanan, dan bagian belakang. Meskisudah berusia lebih dari 710 tahun, Masjid RayaBaiturrahman-Banda Aceh tetap masih tampak indahdengan latar belakang sejarah yang besar. Karena itu,tidaklah mengherankan jika bangunan masjid yangmampu menampung sekitar 10.000-13.000 jemaah inimenarik perhatian umat Islam baik yang ada di Nang-groe Aceh Darussalam, maupun dari berbagai pelosokTanah Air. Ornamen keislaman dengan torehan kali-grafi bertuliskan firman-firman Allah SWT begitu in-

dah terasa ketika kita me-masuki ruang dalam masjid,hal itu menambah kekhusyukan dalam sholat dando’a yang kita panjatkan,kita seakan berada di MasjidBaiturrahman Tanah SuciMekkah Al-Mukaromah. Didalam masjid hawa sejuksangat terasa karena hem-busan angin sepoi-sepoi dariluar , menambah ke-nyamanan untuk tinggal ber-lama-lamaan di dalam mas-jid. Tak sedikit pula banyakumat Islam dan yang non-Islam berkunjung ke BandaAceh dengan visa turis,

hanya untuk menyaksikan pesona keindahan MasjidRaya Baiturrahman dan sejumlah tempat bersejarahlainnya seperti kawasan bekas pusat Kerajaan dan Is-tana Sultan Iskandar Muda, pekuburan BelandaKherkhof, pantai Ulee Lheue, Gunongan tempat putri-putri raja bersiram, taman kerajaan dan alur bekasKrueng Daroi yang sekarang menjadi pendopo kedia-man resmi Gubernur NAD.

Kota berpenduduk sekitar 370 ribu jiwa itumenyimpan banyak potensi pariwisata, wisatapeninggalan sejarah, dan dikenal juga sebagai kotabudaya, karena kedudukannya sebagai pusat KerajaanAceh. karena itu, di kota ini banyak menyimpankhazanah budaya, monumen, tempat-tempatbersejarah, dan makam raja-raja, seperti makamSultan Iskandar Muda dan makam Syekh AbdurraufSyiah Kuala. Tempat-tempat itu kini menjadi obyekwisata yang bernilai historis dan spiritual, dengankeindahan alam yang menarik.

Pada malam hari kami pun tidak mau menyia-nyiakankesempatan untuk berjalan-jalan mengitari pusat KotaBanda Aceh dengan ditemani oleh gelapnya malam

Wara

Wiri

Pesona Kota Banda Aceh

Sambungan dari halaman 7

Masjid Baiturrahman di Banda Aceh (Foto: Yosep Purnama)

Page 17: WARTA November 2004-exp2par

VOLUME VII NOMOR 4

HALAMAN 17

dengan sedikit bintang dan terangnya sang bulan.Kendati tak sesemarak kota-kota lain di negeri ini,layaknya Bandung, Kota Banda Aceh ternyata relatifmemang tak begitu menegangkan seperti apa yang kitabayangkan sebelumnya. Namun, di balik kesangemerlapnya malam itu, ada sedikit aroma lain yangberbeda di tengah suasana malam di Banda Acehkhususnya di Jalan Tgk. Muhammad Daud BeureuehDi sini, puluhan pemuda menghiasi trotoar jalandengan cara menggelar tenda untuk menjajakan kopidan burger. Hal lain yang istimewa di Kota Banda Acehini adalah Pemerintah Provinsi (Pemprov) Nanggroe

Aceh Darussalam (NAD) mewajibkan masyarakatnyauntuk menjalankan Syariat Islam, seperti penggunaan‘telungkup’ (jilbab) bagi perempuan, tidak bolehmenggunakan celana pendek bagi pria, hal tersebutdiberlakukan sejak tanggal 1 Muharram 1423 Hijriahatau bertepatan dengan tanggal 15 Maret 2002.

Sungguh luar biasa memang, kota yang mendapat se-butan “Serambi Mekkah” ini menyimpan berbagai pe-sona, cerita dan kisah yang menjadi warisan bangsakita. Saya bersyukur dan bangga menjadi bangsaIndonesia.

pengunjung yang datang duduk melantaimenikmati makanan yang disediakan. Dibalik bangunan ruko di Jalan Kartini, ter-dapat Plaza Bambu Kuning yang menjualberbagai macam cendera mata khas KotaBandar Lampung seperti gantungan kunci,tempat pinsil, dan beberapa ke-rajinantangan. Fasilitas lainnya yang ramai dikun-jungi masyarakat Kota Bandar Lampungadalah Kawasan Lapangan Enggal. Kawa-san ini terdiri dari Lapangan Parkir, GORSaburai, Art Centre Enggal dan lapanganolah raga. Kawasan ini sering digunakanuntuk berbagai kegiatan besar, sepertipasar seni dan hiburan rakyat.

Selain memiliki fasilitas perkotaan yang cukup lengkap,Kota Bandar Lampung juga memiliki beberapa objekdan daya tarik wisata yang sangat menarik. Pantai diTeluk Lampung yang relatif tenang sangat berpotensibagi kegiatan olahraga pantai oleh karena itu beberapaobjek wisata telah tersedia dipesisir pantai ini terutama diKecamatan Teluk BetungBarat. Salah satu objek wisatatersebut adalah Pantai PuriGading. Di tempat ini pe-ngunjung dapat melakukanperjalanan ke Pulau Krakataudan pulau-pulau menarik lain-nya dengan menggunakanperahu motor. Bagi merekayang memiliki hobi olah ragapantai, dapat menggunakankano dan jetski yang telahtersedia. Pengunjung yang inginmenikmati suasana pantai telah

disediakan beberapa Shelter denganmenu-menu yang dapat dipesan. Tidakjauh dari lokasi ini, terdapat objek wisatapantai lainnya yaitu Pantai Duta Wisatadan Tirtayasa yang juga menawarkanwisata pantai.

Kondisi kontur Kota Bandar Lampungyang beragam menjadi keunikantersendiri bagi kota ini. Jarak yang tidakjauh antara dataran rendah yang terletakdi bagian selatan dan dataran tinggi di se-belah utara dan barat kota ini, memberi-kan banyak lokasi strategis yang mem-berikan pemandangan (view) yang lebihluas. Lokasi tersebut dimanfaatkan mem-

bangun beberapa fasiltas perkantoran dan peristira-hatan seperti hotel dan restoran. Hotel Indra Puri,Marcopolo dan Hotel Martono memiliki nilai jual viewtinggi karena terletak di puncak bukit sehingga dapatmelihat lebih luas Kota Bandar Lampung. Begitu pula

dengan Bangunan Kantor Gu-bernur Lampung.

Wilayah utara dan barat KotaBandar Lampung sebagiannyamerupakan dataran tinggi yangmasih hijau oleh rerimbunanpohon. Di sepanjang jalan di 3kawasan kelurahan, yaitu: Su-mur Putri, Batu Putu, dan Su-kadanaham, terbentang pe-mandangan pegunungan bukitbarisan. Beberapa lokasi di tigakelurahan tersebut berpotensimenjadi objek wisata. Sumberair hangat dari sebuah mata air

Sebuah Sanggar Seni dalamArt Centre Enggal (foto: Id-

ham Nur Aslam)

Pantai Puri Gading (Foto: Ina Herliana Koswara)

Wara

Wiri

Saatnya Pariwisata Kota Bandar Lampung...

Sambungan dari halaman 6

Page 18: WARTA November 2004-exp2par

VOLUME VII NOMOR 4

HALAMAN 18

yang dinamakan Sumur Putri adalah salahnya. Menurutpengakuan masyarakat di sekitar lokasi, bahwa sumurini tidak pernah mengalami kekeringan dan terusmengeluarkan air hangat dari sela-sela bebatuan,meskipun tidak terdapatgunung berapi di sekitar su-mur ini.

Kekayaan alam Kota BandarLampung tidak saja terdapatpada jenis vegetasi, tetapi jugapada biotanya. Dari hasilpenelitian, telah ditemukanbeberapa jenis kupu-kupuendemik di kota Bandar Lam-pung. Untuk menjaga ke-lestarian jenis kupu-kuputersebut, maka dibangunfasilitas penangkaran kupu-kupu yang berada di Ke-camatan Sukadanaham. Fasilitas ini berpotensi sebagaisalah satu objek wisata di Kota Bandar Lampung.

Kota Bandar Lampung yang kaya dengan objek wisataalam dan buatannya, juga memiliki beberapa objekwisata budaya. Salah satu obejek budaya tersebut yangdapat dikunjungi adalah Museum Lampung yang terle-tak di jalan Z.A. Pagar Alam. Bangunan 2 lantai inimenyimpan banyak barang-barang peninggalan sejarahyang menceritakan perkembangan budaya dan

masyarakat lampung dari masa prasejarah sampai saatini. Patung-patung Dewa Hindu yang terdapat di mu-seum ini menandakan bahwa Budaya Hindu pernahmasuk ke wilayah Lampung sebelum kebudayaan islam

berkembang di masyarakat. Dilantai 2, terpajang beragam motifdesain kain tapis, dan peralatantenun untuk membuat kain tapi.Pada bagian lain terdapat pakaianadat Lampung, maket rumah adatlampung dan peta penyebaranSuku Lampung di wilayahProvinsi Lampung. Pada halamandepan kompleks museum terda-pat rumah adat Suku Lampung,dan peninggalan jangkar kapalyang ditemukan di daratan KotaBandar Lampung yang terdamparsaat letusan Gunung Krakatau.

Beragam potensi pariwisata saja belum menjadi jami-nan kegiatan pariwisata di Kota Bandar Lampung akanberkembang. Dibutuhkan banyak dukungan dari pe-merintah dan kalangan pe-ngusaha pariwisata dalampengelolaan potensi-potensi maupun objek dan dayatarik wisata. Di samping itu potensi parwisata di KotaBandar Lampung diharapkan dapat dikembangkan se-cara sinergis dengan potensi pariwisata di kabupaten/kota Lampung lainnya sehingga dapat saling mendu-kung dan tidak terjadi perebutan pasar.

Rumah Adat Lampung, di Museum Lampung (Foto: M.Arifin Siregar)

Kota Bandar Lampung

Page 19: WARTA November 2004-exp2par

VOLUME VII NOMOR 4

HALAMAN 19

Page 20: WARTA November 2004-exp2par

VOLUME VII NOMOR 4

HALAMAN 20

Warta Pariwisata mengundang pembaca mengirim artikel, karikatur, foto, ilustrasi, saran, kritik, opini atau penda-pat pembaca mengenai apa pun yang berkaitan dengan pariwisata. Masukan tersebut dapat dikirimkan melalui fax,

email ataupun surat. Warta Pariwisata berhak mengedit tanpa menghilangkan maksud dan tujuan penulis.

Volume VII , Nomor 5 November 2004

WARTA PARIWISATA

ex-Kelompok Penelitian dan Pengembangan KepariwisataanInstitut Teknologi BandungGedung Integrasi dan Aplikasi LPPM ITB, Lantai 3JL. Ganesha 10 Bandung 40132

Telp: (022) 2534272 Fax : (022) 2506285Email: [email protected], [email protected]