Top Banner
Disain dan tata letak: Triana Foto sampul muka: I Nyoman N. Suryadiputra Yus Rusila Noor Alue Dohong Ucapan Terima Kasih dan Undangan Secara khusus redaksi mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh penulis yang telah berperan aktif dalam terselenggaranya majalah ini. Kami juga mengundang pihak-pihak lain atau siapapun yang berminat untuk mengirimkan bahan-bahan berupa artikel, hasil pengamatan, kliping, gambar dan foto, untuk dimuat pada wadah pertukaran informasi tentang perlahanbasahan di Indonesia ini. Tulisan diharapkan sudah dalam bentuk soft copy, diketik dengan huruf Arial 10 spasi 1,5 dan hendaknya tidak lebih dari 2 halaman A4. Semua bahan-bahan tersebut termasuk kritik/saran dapat dikirimkan kepada: Triana - Divisi Publikasi dan Informasi Wetlands International - Indonesia Programme Jl. A. Yani No. 53 Bogor 16161, PO Box 254/BOO Bogor 16002 tel: (0251) 312-189; fax./tel.: (0251) 325-755 e-mail: [email protected] Lahan basah (termasuk danau, sungai, hutan bakau, hutan rawa gambut, hutan rawa air tawar, laguna, estuarin dan lain-lain) mempunyai peranan penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di Indonesia. Lahan basah merupakan salah satu sumberdaya utama pendukung perekonomian dan pembangunan Indonesia yang berkelanjutan. Penerbitan Warta Konservasi Lahan Basah ini dimaksudkan untuk meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat akan manfaat dan fungsi lahan basah, guna kepentingan generasi sekarang maupun yang akan datang. Mudah-mudahan berbagai informasi yang disampaikan majalah ini dapat memperkuat dan mendukung terwujudnya lahan basah yang lestari melalui pola-pola pemanfaatan yang bijaksana dan berkelanjutan. Warta Konservasi Lahan Basah DEWAN REDAKSI: Penasehat: Direktur Jenderal PHKA; Penanggung Jawab: Sekretaris Ditjen. PHKA dan Direktur Program WI-IP; Pemimpin Redaksi: I Nyoman N. Suryadiputra; Anggota Redaksi: Triana, Hutabarat, Juss Rustandi, Sofian Iskandar, dan Suwarno Warta Konservasi Lahan Basah (WKLB) diterbitkan atas kerjasama antara Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (Ditjen. PHKA), Dephut dengan Wetlands International - Indonesia Programme (WI-IP), dalam rangka pengelolaan dan pelestarian sumberdaya lahan basah di Indonesia. WKLB diterbitkan secara berkala 3 (tiga) bulan sekali, dan disebarluaskan ke lembaga-lembaga pemerintah, non-pemerintah, perguruan tinggi dan masyarakat yang terlibat/tertarik akan lahan basah. Pendapat dan isi yang terdapat dalam WKLB adalah semata-mata pendapat para penulis yang bersangkutan.
30

Warta Konservasi Lahan Basahwetlands.or.id/wklb/Vol 15 No 2 (Juli 2007).pdf4444 zzzz Warta Konservasi Lahan Basah Kearifan Tradisional “Togo” di Muara Lanowulu Rahasia di Balik

Nov 30, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Warta Konservasi Lahan Basahwetlands.or.id/wklb/Vol 15 No 2 (Juli 2007).pdf4444 zzzz Warta Konservasi Lahan Basah Kearifan Tradisional “Togo” di Muara Lanowulu Rahasia di Balik

22222 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

Disain dan tata letak:Triana

Foto sampul muka:I Nyoman N. SuryadiputraYus Rusila NoorAlue Dohong

Ucapan Terima Kasih dan UndanganSecara khusus redaksi mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginyakepada seluruh penulis yang telah berperan aktif dalam terselenggaranya majalah ini.

Kami juga mengundang pihak-pihak lain atau siapapun yang berminat untuk mengirimkanbahan-bahan berupa artikel, hasil pengamatan, kliping, gambar dan foto, untuk dimuatpada wadah pertukaran informasi tentang perlahanbasahan di Indonesia ini. Tulisandiharapkan sudah dalam bentuk soft copy, diketik dengan huruf Arial 10 spasi 1,5 danhendaknya tidak lebih dari 2 halaman A4.

Semua bahan-bahan tersebut termasuk kritik/saran dapat dikirimkan kepada:Triana - Divisi Publikasi dan InformasiWetlands International - Indonesia ProgrammeJl. A. Yani No. 53 Bogor 16161, PO Box 254/BOO Bogor 16002tel: (0251) 312-189; fax./tel.: (0251) 325-755e-mail: [email protected]

Lahan basah (termasuk danau, sungai, hutan bakau, hutan rawa gambut,hutan rawa air tawar, laguna, estuarin dan lain-lain) mempunyai perananpenting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di Indonesia. Lahan basahmerupakan salah satu sumberdaya utama pendukung perekonomian danpembangunan Indonesia yang berkelanjutan.

Penerbitan Warta Konservasi Lahan Basah ini dimaksudkan untukmeningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat akan manfaat danfungsi lahan basah, guna kepentingan generasi sekarang maupun yang akandatang.

Mudah-mudahan berbagai informasi yang disampaikan majalah ini dapatmemperkuat dan mendukung terwujudnya lahan basah yang lestari melaluipola-pola pemanfaatan yang bijaksana dan berkelanjutan.

Warta Konservas iLahan Basah

DEWAN REDAKSI:

Penasehat: Direktur Jenderal PHKA; Penanggung Jawab: Sekretaris Ditjen. PHKA dan Direktur Program WI-IP;Pemimpin Redaksi: I Nyoman N. Suryadiputra; Anggota Redaksi: Triana, Hutabarat, Juss Rustandi, Sofian Iskandar, dan Suwarno

Warta Konservasi Lahan Basah(WKLB) diterbitkan atas kerjasama

antara Direktorat JenderalPerlindungan Hutan dan Konservasi

Alam (Ditjen. PHKA), Dephut denganWetlands International - Indonesia

Programme (WI-IP), dalam rangkapengelolaan dan pelestariansumberdaya lahan basah di

Indonesia.

WKLB diterbitkan secara berkala 3(tiga) bulan sekali, dan

disebarluaskan ke lembaga-lembagapemerintah, non-pemerintah,

perguruan tinggi dan masyarakatyang terlibat/tertarik akan lahan

basah.

Pendapat dan isi yang terdapatdalam WKLB adalah semata-mata

pendapat para penulis yangbersangkutan.

Page 2: Warta Konservasi Lahan Basahwetlands.or.id/wklb/Vol 15 No 2 (Juli 2007).pdf4444 zzzz Warta Konservasi Lahan Basah Kearifan Tradisional “Togo” di Muara Lanowulu Rahasia di Balik

Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007 33333

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Fokus Lahan BasahKearifan Tradisional “Togo” di Muara LanowuluRahasia di Balik Sukses Kota Tinanggea sebagai Penghasil Terasi ................................................. 4

Konservasi Lahan BasahPemanfaatan “Bruguiera gymnorhiza (L) Lamk sebagai Bahan Penghasil Karbohidrat” .................... 6

Berita KegiatanTwinning Program: Program Studi Banding untuk Kelompok Masyarakat Binaan ............................. 9Gambut dan Kandungan Karbon ................................................................................................... 10Lokakarya: Program Rehabilitasi Pesisir Partisipatif dan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat ....... 12Menyambut Green Coast Phase 2 ............................................................................................... 16

Berita dari LapangLubuk Larangan: Melestarikan Sumberdaya Perikanan Sungai dan MendukungProduksi Pertanian ....................................................................................................................... 17Invasi Acacia mangium ke Hutan Galam SM Pelaihari Tanah Laut ............................................... 18Kearifan Tradisional: Selamatkan Tumbuhan Obat Kali Surabaya .................................................. 20Penanaman Pohon Mahoni dan Suren sebagai Perlindungan Catchment Area .............................. 22Mengamati Para Penjelajah Dunia di P. Trisik: Perayaan Hari Burung Bermigrasi Sedunia .......... 23

Flora dan Fauna Lahan BasahEkspor Daging Kodok Perlu Pengendalian .................................................................................... 26Mengenal Capung ........................................................................................................................ 28

Dokumentasi Perpustakaan ........................................................................................................... 31

Kotak Katik Lahan Basah ............................................................................................................. 31

Warta Konservasi Lahan BasahVol 15 no . 2, Juli 2007

Dari Redaksi,

Di saat kemajuan teknologi berkembang pesat dan perkembangan populasi manusia melaju cepat, seiring itu pula kerusakanalam semakin mencuat. Pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam yang ada seringkali tidak memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian dan keberlanjutannya. Manusia lebih suka berpikir dan bertindak sesaat bahkan hanya demi untukkepentingan pribadi atau kelompok.

Kearifan tradisional yang masih diberlakukan di beberapa daerah, ternyata justru memberikan dampak perlindungan danpelestarian terhadap sumberdaya alam beserta manfaat-manfaatnya. Seperti di Desa Tamiang, Kec. Kota Nopan, SumateraUtara, dengan Lubuk Larangan-nya mampu melestarikan sumberdaya perikanan sungai dan mendukung produksi pertanian.Contoh lain adalah kearifan tradisional “TOGO” di Muara Lanowulu, Kendari, yang mampu mempertahankan kelestarianhutan mangrove bahkan menjadi kunci sukses Kota Tinanggea sebagai penghasil terasi.

Kearifan tradisional merupakan perwujudan kedekatan antara masyarakat dan alam. Alam telah menjadi guru bagi merekauntuk berbuat dan berperilaku. Pelajaran yang sangat berharga bagi kita semua.

~ Redaksi ~

Daftar Isi

Page 3: Warta Konservasi Lahan Basahwetlands.or.id/wklb/Vol 15 No 2 (Juli 2007).pdf4444 zzzz Warta Konservasi Lahan Basah Kearifan Tradisional “Togo” di Muara Lanowulu Rahasia di Balik

44444 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah44444 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

Kearifan Tradisional “Togo” diMuara LanowuluRahasia di Balik Sukses Kota Tinanggeasebagai Penghasil Terasi

Oleh:

Dwi Putro Sugiarto, S.Hut*

P ara pecinta sambal terasi di Sulawesi Tenggaratentu sangat familiar dengan Kota Tinanggea. Kotayang terletak di bagian selatan Propinsi Sulawesi

Tenggara ini dikenal pula dengan sebutan kota terasi. Wajarsaja masyarakat menyebut demikian, sebab dari daerah inidihasilkan terasi-terasi berkualitas tinggi yang tidak hanyadijual di daerah Sulawesi tenggara saja, tetapi juga dikirimsampai ke luar propinsi. Jika anda pergi ke sana, anda akanmenemukan satu perkampungan kecil yang bernama MuaraLanowulu. Tempat inilah yang menjadi sentral penghasilterasi terbesar Tinanggea dan menjadi aktor di balik suksesbesar Tinanggea sebagai kota terasi.

MENUJU MUARA LANOWULU

Muara Lanowulu secara administratif berada di KecamatanTinanggea, Kabupaten Konawe Selatan. Lokasi ini berjarak± 120 km dari Kota Kendari dan dapat ditempuh dengankendaraan roda empat selama ± 2,5 jam. Jalan utama yang

dilalui merupakan jalan poros propinsi yang kondisinyasangat bagus. Jalan ini membentang dari Kota Kendarisampai Desa Lanowulu. Dari jalan poros ini ke MuaraLanowulu harus melewati jalan kecil agakbergelombang yang berjarak sekitar 4 km ke arahpantai. Dari sini membentang hutan mangroveTNRAW (Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai)mulai dari muara Sungai Roraya sampai SungaiLangkowala dengan luas 6.173 ha atau 5,87% daritotal luas kawasan. Di balik hamparan bakau inilahmasyarakat Muara Lanowulu menangkap udang kecilyang nantinya digunakan sebagai bahan bakumembuat terasi. Masyarakat sekitar menamakanudang kecil ini dengan sebutan “udang rebon”.

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, pendudukMuara Lanowulu umumnya bekerja sebagai nelayanpenangkap udang, kepiting dan petani rumput laut, Nilaitangkapan tiap kepala keluarga (KK) di MuaraLanowulu digambarkan dalam tabel berikut :

No Jenis Tangkapan Alat Tangkap Hasil/KK Harga Penampung Keterangan

1 Udang putih pukat 0,5-3 kg/hari Rp 8.000,- s/d Rp 10.000,-/kg tujuan ekspor

2 Balaceng togo 10-20 liter kering Rp 700,- s/d Rp 1.000,-/ liter dibuat terasi

3 Kepiting bakau bubu nilon 4-5 ekor/hari Rp 7.500,- s/d Rp 45.000,-/ekor harga tergantung berat

4 Kepiting rajungan bubu bambu 2-4 kg/hari Rp 5.000,- s/d Rp 15.000,-/ekor harga tergantung berat

5 Kerang bubu 20-25 liter/hari Rp 1.000,-/kg Dilakukan ibu-ibu saatperahu tidak melaut

6 Rumput laut tali 10-30 kg /bln Rp 4.000,-/kg Panen dilakukansebulan sekali

Fokus Lahan Basah

Page 4: Warta Konservasi Lahan Basahwetlands.or.id/wklb/Vol 15 No 2 (Juli 2007).pdf4444 zzzz Warta Konservasi Lahan Basah Kearifan Tradisional “Togo” di Muara Lanowulu Rahasia di Balik

Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007 55555Vol 15 no. 2, Juli 2007 Vol 15 no. 2, Juli 2007 Vol 15 no. 2, Juli 2007 Vol 15 no. 2, Juli 2007 Vol 15 no. 2, Juli 2007 55555

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

KEANEKARAGAMAN FLORA

Tipe tanah di Muara Lanowulumerupakan endapan lumpur(mudflat) sehingga sangat baik untuktegakan dari famili Rhizophoraceae,seperti Rhizophora mucronata, R.stylosa, R. Apiculata, Bruguieragymnorrhiza, Ceriops tagal, C.decandra, dan Bruguiera parvifloraserta beberapa jenis dari familiCombretaceae seperti Lumnitzeralittorea dan L. racemosa. Formasivegetasi mangrove dalam kawasanTNRAW berdasarkan hasil identifikasidan inventarisasi yang dituang dalampeta partisipatif tahun 2004 terbagiatas empat formasi, yaitu formasivegetasi pada zona mangrove terluar,zona mangrove tengah, zonamangrove pinggiran dan zonamangrove payau.

KEARIFAN TRADISIONAL TOGO

Bakau Muara Lanowulu ternyatamenyimpan kekayaan biota laut yangluar biasa. Vegetasi bakau telahmenjadi rumah bagi berbagai jenisikan, udang dan kepiting. Disinilahpuluhan keluarga nelayan MuaraLanowulu menggantungkan hidupnyadengan memasang berbagai alattangkap seperti pukat, bubu dan

pancing. Terdapat pula alat-alattangkap yang dikembangkan secaratradisional oleh warga muara. Merekamenamakan alat modifikasi tersebutdengan sebutan “Togo”.

“Togo dulunya bernama ‘Julu’. Juluadalah alat tangkap berupa trawl(pukat) yang memiliki lubang-lubangagak besar. Sehingga hanya udangputih berukuran besar saja yangtertangkap oleh julu. Pada tahun1975-an, warga muara Lanowulumemodifikasi julu ini untukmenangkap udang-udang berukurankecil. Kami menamakan alat itudengan sebutan Togo”, ungkap PakMadamang, warga Muara Lanowuluketika ditanya tentang kehidupannelayan muara.

Sambil memandangi Togo miliknya,Pak Madamang bercerita, “Togolahir dari ide warga muara. Kamitambahkan pada tali julu yang kamisebut ‘laso-laso’ itu dengan nilonyang sangat halus. Dengan togotersebut kami berhasil menangkap‘rebon’, udang kecil-kecil yangkemudian kami olah menjaditerasi.” Sejak saat itu,perkampungan Muara Lanowuludikenal sebagai sentral penghasilterasi. Dalam sebulan warga bisamenghasilkan 100-150 kg terasi.

Harga jual di penampung lokal Rp5.000,-/kg. Selanjutnya penampunglokal ini menjual kembali terasitersebut dengan harga Rp 7.500,-sampai Rp 8.000,- tiap kg.

Warga Muara Lanowulu telahmenjadikan togo sebagai salah satuidentitas kebudayaan. Hal ini tertuangdi dalam peraturan adat tentangpemakaian togo. Adat membatasijumlah togo yang dapat digunakanoleh nelayan. Penempatan alattangkap ini pun juga harus ditataberselang-seling. Bagi warga yangmelanggar peraturan ini akan terkenasanksi adat. Kearifan tradisional togomuncul sebagai upaya warga muaramenjaga kelestarian udang di masamendatang agar tidak habis terambil.Pembatasan jumlah togo akanmemungkinkan udang-udang muarauntuk beregenerasi.

BERKOLABORASIMENYELAMATKAN MANGROVE

Warga muara menyadari bahwakelestarian ekosistem mangrovemerupakan prasyarat agar merekadapat mengambil ikan dan udangsecara berkelanjutan. Bagi mereka

Fokus Lahan Basah

Senja di Muara Lanowulu Togo yang dipasang di sekitar Mangrove

..... bersambung ke halaman 8

Page 5: Warta Konservasi Lahan Basahwetlands.or.id/wklb/Vol 15 No 2 (Juli 2007).pdf4444 zzzz Warta Konservasi Lahan Basah Kearifan Tradisional “Togo” di Muara Lanowulu Rahasia di Balik

66666 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

PEMANFAATAN HUTAN MANGROVE

P emanfaatan hutan mangrove dapat dilihat darisisi pemanfaatan secara langsung danpemanfaatan tidak langsung. Pemanfaatan

secara langsung berupa kayu untuk kontribusi kayubakar, bahan bangunan, kertas, makanan, obat-obatan, minuman, penyamakan kulit, perikanan dan

Pemanfaatan HUTAN MANGROVE“Bruguiera gymnorhiza (L) Lamksebagai Bahan Penghasil Karbohidrat”

Oleh :Alfredo Wanma*

pertanian. Sedangkan pemanfaatan secara tidaklangsung adalah sebagai tempat hidup jenis ikan,crustaceae, molluska, lebah, burung, mamalia, reptildan berbagai fauna lainnya. Menurut Onrizal (2006),berbagai jenis tujmbuhan mangrove dapatdimanfaatkan secara tradisional oleh masyarakat localsebagai bahan obat-obatan dan sebagai bahanmakanan dan proses ini sudah berlangsung lama.

Konservasi Lahan Basah

Page 6: Warta Konservasi Lahan Basahwetlands.or.id/wklb/Vol 15 No 2 (Juli 2007).pdf4444 zzzz Warta Konservasi Lahan Basah Kearifan Tradisional “Togo” di Muara Lanowulu Rahasia di Balik

Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007 77777

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

PEMANFAATAN HUTAN MANGROVE SEBAGAIBAHAN MAKANAN

Pemanfaatan hutan mangrove oleh masyarakat lokalumumnya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupsehari-hari, seperti pemanfaatan untuk kayu bakar, bahanbagunan dan tempat untuk mendapatkan bahan pangan.Pemanfaatan hutan mangrove sebagai bahan makanandapat dilakukan dengan cara-cara tradisional sesuaidengan kebiasaan setiap masyarakat lokal. Beberapajenis mangrove yang dimanfaatkan sebagai bahanmakanan adalah sebagai berikut : Acrosticum aureum,Avicennia marina, Bruguiera sexangula. Jenis-jenis iniyang dimanfaatkan adalah daunnya untuk dimakan dandimasak sebagai sayur; dan jenis Avicennia alba dan A.Officinalis bijinya dapat direbus dan dimakan (Onrizal,2006).

BRUGUIERA GYMNORHIZA (L) LAMKSEBAGAI BAHAN MAKANAN

Pemanfaatan jenis mangrove sebagai bahan makanandan obat-obatan, oleh masyarakat lokal masih dilakukansecara tradisional. Masyarakat suku Biak merupakansalah masyarakat lokal yang berada di daerah Papuayang memanfaatkan hutan mangrove untuk memenuhikebutuhan hidup sehari-hari. Hutan mangrove secaralangsung dapat menyediakan kebutuhan tersebut, salahsatunya adalah sebagai sumber karbohidrat. Olehmasyarakat suku Biak, buah dari Bruguieragymnorhiza (L) Lamk dapat dijadikan bahan makananyang memiliki kandungan karbohidrat yang diperolehdengan mengekstrak kandungan patinya.

PROSES PEMBUATAN DAN PENGOLAHANBUAH BRUGUIERA GYMNORHIZA (L) LAMKMENJADI PATI

Pembuatan dan pengolahan buah Bruguiera gymnorhiza(L) Lamk oleh masyarakat suku Biak diolah menjadi patidilakukan secara tradisional, ditandai dengan alat-alat yangdigunakan bersifat sederhana. Adapun tahapan-tahapanpembuatan dan pengolahan buah Bruguiera gymnorhiza(L) Lamk menjadi pati sebagai berikut : pertama-tamadilakukan pengambilan buah yang sudah masak/siappanen dari pohon dan ada pula yang dipungut dari air dansudah terlepas dari pohon, kemudian buah tersebutdirebus selama ± 30 menit, setelah direbus didinginkanselama beberapa menit, lalu setelah dingin bagianpermukaan kulit buah dikuliti dengan menggunakancangkang bia/siput (Polymesoda sp), kemudian diirismenjadi beberapa irisan halus. Setelah itu, irisan tersebutdirendam dengan air dingin selama 8 – 10 jam (malamhingga pagi) dengan maksud menghilangkan getah/lendirpada daging buah, lalu dicuci sekali lagi dengan airkemudian dimasak/dikukus. Setelah masak irisan tersebutdimasukan ke dalam noken/kantung kemudian digiling/ditumbuk dengan kayu untuk membentuk pati dan untukmengurangi kadar air. Pati yang dihasilkan dimasukan kedalam wadah kemudian dibersihkan dari sisa-sisa kulitbuah dan serat-serat dengan cara mengaduk pati tersebutdengan kayu sehinggakulit-kulit buah dan serat-serat dapatmenempel pada kayu. Pati yang dihasilkan kemudiandijemur menjadi tepung. Produk tepung Bruguieragymnorhiza (L) Lamk dapat dimanfaatkan dan diolahsama seperti tepung terigu, tepung sagu dan yang lainnya.

PERKEMBANGAN PATI BRUGUIERAGYMNORHIZA (L) LAMK SEBAGAI BAHANMAKANAN

Pati dari Bruguiera gymnorhiza (L) Lamk dapatdimanfaatkan sebagai bahan makanan tradisional yangmemiliki fungsi yang sama seperti makanan tradisionallainnya seperti sagu. Namun pati Bruguiera gymnorhiza(L) Lamk umumnya hanya diketahui oleh suku-sukutertentu saja dan belum ada penelitian-penelitian yangmengkaji nilai gizi dari jenis ini. Untuk itu dengan adanyainformasi ini diharapkan dapat dilakukan penelitian lebihlanjut mengenai kandungan gizi dari tepung Bruguieragymnorhiza (L) Lamk dalam upaya menanggulangikrisis pangan.

* Dosen Program Studi Manajemen Hutan, Fakultas KehutananUniversitas Negeri Papua Manokwari

Konservasi Lahan Basah

Page 7: Warta Konservasi Lahan Basahwetlands.or.id/wklb/Vol 15 No 2 (Juli 2007).pdf4444 zzzz Warta Konservasi Lahan Basah Kearifan Tradisional “Togo” di Muara Lanowulu Rahasia di Balik

88888 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Fokus Lahan Basah

mangrove adalah bagian darikehidupan sehari-harinya. Maklumsaja, pekerjaan sebagai nelayanmenjadi tulang punggungperekonomian keluarga. Merekakurang terampil dalam mengolahlahan pertanian, sehingga di MuaraLanowulu jarang sekali ditemukanlahan-lahan pertanian. Selamabertahun-tahun setelah merekamembangun perkampungan muara,pekerjaan ini telah digeluti secaraturun-menurun. Warga biasa memetikpropagul bakau ketika sedangmencari ikan. Propagul ini laluditanam secara swadaya di tempat-tempat yang tutupan bakaunya sedikit.Warga nelayan ini berharap bakau-bakau kecil itu nantinya mengundangkehadiran ikan dan udang sehinggamudah ditangkap.

Dengan difasilitasi CARE InternationalIndonesia, pada tahun 2002 wargamuara bersepakat membentuk

lembaga untuk dijadikan sebagaiwadah bertukar informasi danmenyatukan persepsi tentangkelestarian mangrove. Wargamenjalin kolaborasi dengan BalaiTNRAW sebagai satu bentuk upayauntuk mengamankan mangrove darioknum tak bertanggung jawab. Dalamkolaborasi ini warga membuatkesepakatan dalam pemanfaatanmangrove pesisir dengan pihak BalaiTNRAW sebagai pengelola kawasan.Mereka menamakan organisasitersebut Lembaga KomunitasMasyarakat - Taman Nasional RawaAopa Watumohai (LKM-TNRAW).

LKM berjuang keras untuk kembalimelembagakan kearifan tradisional“togo” yang telah terbukti berhasilmengangkat nama kampung MuaraLanowulu sebagai penghasil terasiyang terpenting. LKM jugamelakukan patroli rutin PengamananSwakarsa (PAM SWAKARSA) di

perairan mangrove untukmemastikan Kearifan TradisionalTogo diterapkan oleh masyarakatnelayan muara. “Kami berharapupaya pengamanan dan rehabilitasiyang kami lakukan ini bisamempertahankan kelestarianmangrove di Muara Lanowulu.Mudah-mudahan ikan dan udangmuara bisa dinikmati hingga anakcucu kami…”, ungkap PakMadamang sambil tersenyum. Kini,Pak Madamang telah menjadi salahsatu anggota LKM yang turut aktifmemperjuangkan konservasimangrove di Muara Lanowulu.

* Mess Taman Nasional Rawa AopaWatumohai

Jl. Bunga kana no.6 kelurahan watu-watuKemaraya, Kodya Kendari (0401) 328138

Mobile: 081319298480Email: [email protected]

..... Sambungan dari halaman 5

Kearifan Tradisional “Togo” di Muara Lanowulu ...........

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Page 8: Warta Konservasi Lahan Basahwetlands.or.id/wklb/Vol 15 No 2 (Juli 2007).pdf4444 zzzz Warta Konservasi Lahan Basah Kearifan Tradisional “Togo” di Muara Lanowulu Rahasia di Balik

Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007 99999

Berita Kegiatan

Be

rita

Ke

gia

tan

W I-IP bekerjasama dengan UNEPtelah melakukan suatu programstudi banding untuk kelompok

masyarakat binaan di Aceh khususnya DesaLham Ujong dan Pulot. Perwakilan dari masing-masing kelompok dikirim ke Pemalang untukmelihat secara langsung praktek kegiatanekonomi yang menerapkan konsep silvofishery.Program ini disebut Twinning Program berupaprogram pengembaran antara kegiatan yangtelah dilakukan oleh kelompok masyarakat diPemalang, yaitu yang terlebih dahulu telahdibina oleh WI-IP sejak tahun 1998, dengankegiatan yang akan dilakukan oleh kelompokmasyarakat binaan di Aceh untuk meningkatkanpendapatan ekonomi mereka pasca tsunamimelalui mekanisme Small Grant. Kegiatan initerdiri dari kegiatan pelatihan di Bogor danPemalang yang dilakukan selama 11 hari mulaidari tanggal 26 November hingga 6 Desember2006, dan kegiatan praktek langsung denganmendatangkan trainer ke Aceh selama 7 haridari tanggal 22 hingga 28 Januari 2007.

Tujuan diadakannya program kegiatan iniadalah untuk mengurangi tingkat kemiskinandan ketidakberdayaan masyarakat sertameningkatkan kelestarian lingkungan dengancara mendorong dan memberdayakankelompok masyarakat dan pihak-pihak lainagar menerapkan model silvofishery(penanaman mangrove pada tambak) secaraberkesinambungan di Aceh pasca tsunami.

Output yang ingin dicapai dari programkegiatan ini selain kelompok masyarakat dapatmeningkatkan pendapatan ekonomi mereka,juga berupa terbentuknya model percontohan

Program Studi Banding untuk kelompokMasyarakat Binaan Aceh ke Pemalang(Jawa Tengah)Oleh:Telly Kurniasari

Twinning Program

secara nyata yang mengkombinasikanpenanaman mangrove dengan prinsipaquaculture (model silvofishery) di daerahpesisir yang terkena dampak tsunami.

Pelatihan kegiatan ekonomi yang diberikanberupa (1) Pelatihan budidaya sayuranhidroponik; (2) Pelatihan budidaya lele danteknik pemijahannya; (3) Pelatihan budidayaIkan Nila; (4) Pelatihan silvofishery; (5)Pelatihan budidaya rumput laut; (6) Pelatihanpembuatan bandeng presto; (7) Pelatihanbudidaya ikan/kepiting keramba; (8) Pelatihanbudidaya melati di sekitar dan di dalam kolam/tambak; (9) Pelatihan pembuatan kerupukudang; (10) Pelatihan pembuatan terasi; (11)Pelatihan beternak itik dan puyuh; (12)Pelatihan pembuatan pupuk bokashi.

Total peserta berjumlah 25 orang yangmasing-masing merupakan wakil darikelompok Makmu Besare dan Beu Udep dariDesa Pulot dan kelompok Lham Ujong-Selatan, Lham Ujong-Utara, Hidup Damai sertaBedoe Besare dari Desa Lham Ujong,Kabupaten Aceh Besar.

Kegiatan diawali dengan penandatangananMoU antara kelompok masyarakat denganWetlands International - Indonesia Programme,dimana anggota kelompok masyarakat dimintauntuk menerapkan Silvo-fishery (tambaktumpang sari) di lahan tambak anggotakelompok dan disisi lain mereka diberi modalkerja untuk menciptakan alternatif matapencahariannya.

..... bersambung ke halaman 14

Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007 99999

Page 9: Warta Konservasi Lahan Basahwetlands.or.id/wklb/Vol 15 No 2 (Juli 2007).pdf4444 zzzz Warta Konservasi Lahan Basah Kearifan Tradisional “Togo” di Muara Lanowulu Rahasia di Balik

1010101010 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah1010101010 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

Berita Kegiatan

P embentukan gambut dibeberapa daerah pantai diIndonesia diperkirakan

dimulai sejak jaman glacial akhir,sekitar 3.000 – 5.000 tahun yanglalu. Untuk gambut pedalamanbahkan lebih lama lagi, yaitu sekitar10.000 tahun yang lalu (Brady,1997). Seperti gambut tropislainnya, gambut di Indonesia dibentukoleh akumulasi residu vegetasi tropisyang kaya akan kandungan Lignindan Nitrogen. Karena lambatnyaproses dekomposisi, di ekosistemrawa gambut masih dapat dijumpaibatang, cabang dan akar besar.

Berat jenis (bobot isi atau BulkDensity-BD) gambut tropisumumnya rendah (0,1 – 0,3 g/cm3)dan sangat dipengaruhi oleh tahapandalam proses dekomposisi dankandungan mineral, serta porositasyang tinggi (70 – 95%). Lahangambut tropis juga dicirikan oleh

rendahnya kandungan hara dantingginya kemasaman. Padaumumnya perairan lahan gambuttropis memiliki pH asam (< 6).

Hasil utama ekosistem hutan rawagambut yang banyak dimanfaatkanmasyarakat adalah kayu, sepertiGelam (Mellaleuca sp.) khususnyasebagai bahan bangunan ringan,kerangka pembuatan bangunangedung dan bagan penangkap ikan.Selain itu, jenis-jenis komersial yangbanyak diperdagangkan adalahRamin (Gonystylus bancanus),Meranti (Shorea spp.) dan damar(Agathis dammara). Hasiltambahan lainnya adalah hasil non-kayu seperti getah Jelutung,tumbuhan obat, ikan dan buah-buahan.

Secara ekologis ekosistem hutanrawa gambut merupakan tempatpemijahan ikan yang ideal selain

Gambut dan Kandungan Karbon*

Oleh:

Daniel Murdiyarso, dkk

menjadi habitat berbagai jenis satwaliar termasuk jenis-jenis endemik.Dengan kata lain, hutan rawa gambutmerupakan sumber daya biologispenting yang dapat dimanfaatkansecara bijak dan dikonservasi untukmenjaga kelestariannya.

Lahan gambut memiliki perananhidrologis yang penting karenasecara alami berfungsi sebagaicadangan (reservoir) air dengankapasitas yang sangat besar. Jikatidak mengalami gangguan, lahangambut dapat menyimpan airsebanyak 0,8 – 0,9 m3/m3. Dengandemikian lahan gambut dapatmengatur debit air pada musim hujandan musim kemarau. Keberadaanair pada setiap musim sangat pentinguntuk menghambat oksidasi pirit(FeS2) dalam upaya untukmengurangi kemasaman tanah dankeracunan tanaman. Sulfat yangterlarut juga akan berpengaruh dibagian hilir.

Lahan gambut merupakan ekosistemlahan basah yang dicirikan olehtingginya akumulasi bahan organikdengan laju dekomposisi yangrendah. Lahan gambut tropismeliputi areal seluas 40 juta ha dan50% diantaranya terdapat diIndonesia (Maltby & Immirizi, 1993).Karena itu lahan gambut di Indonesiayang tersebar di Sumatera,Kalimantan, Sulawesi dan Papua,merupakan cadangan karbonterestris yang penting. Jika dilindungipada kondisi alami, lahan gambutdapat meningkatkan kemampuannya

Pengambilan sampel tanah gambut (Foto: Alue Dohong)

Page 10: Warta Konservasi Lahan Basahwetlands.or.id/wklb/Vol 15 No 2 (Juli 2007).pdf4444 zzzz Warta Konservasi Lahan Basah Kearifan Tradisional “Togo” di Muara Lanowulu Rahasia di Balik

Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007 1111111111Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007 1111111111

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita Kegiatan

dalam menyerap karbon. Tetapi jikamengalami gangguan, lahan gambutberpotensi menjadi sumberkarbondioksida (CO2), metana (CH4)dan nitrous oksida (N

2O) yang

cukup besar.

Akumulasi cadangan karbon tahunandi Indonesia diperkirakan berkisarantara 0,01 – 0,03 Gt C (1 Gt = 1 x109 ton) atau 59 – 118 g C/m2/th(Neuzil, 1997). Angka tersebut jauhlebih tinggi dibandingkan denganakumulasi di lahan gambut sub-tropisatau boreal yang hanya berkisarantara 20 – 100 g C/m2/th.Sementara itu laju penyerapankarbon melalui proses fotosintesisberkisar antara 8 – 80 g C/m2/th(Harden et al., 1992).

Kegiatan penggunaan lahan, alih-guna lahan dan kehutanan (land-use,land-use change and forestry –LULUCF) adalah salah satu sumber(source) CO2 utama yangmenyebabkan perubahan iklim(IPCC, 2001). Kegiatan LULUCF didaerah tropis menyumbang lebih dari25% total emisi CO

2 tahunan yang

selama dekade terakhir besarnyamencapai 8 Gt (IPCC, 2001).Sebagai cadangan karbon terestrisyang besar, lahan gambut juga dapatmenjadi sumber CO2 yang besarjika tidak dikelola secara benar.

Secara global lahan gambutmenyimpan sekitar 329 – 525 Gt Catau 15 – 35% dari total karbonterestris. Sekitar 86% (455 Gt) darikarbon di lahan gambut tersebuttersimpan di daerah temperate(Kanada dan Rusia) sedangkansisanya sekitar 14% (70 Gt) terdapatdi daerah tropis. Jika diasumsikanbahwa kedalaman rata-rata gambutdi Indonesia adalah 5 m, bobot isi114 kg/m3, kandungan karbon 50%dan luasnya 16 juta ha, makacadangan karbon di lahan gambutIndonesia adalah sebesar 46 Gt.

Cadangan karbon yang besar inipulalah yang menyebabkan tingginyajumlah karbon yang dilepaskan keatmosfer ketika lahan gambut diIndonesia terbakar pada tahun 1997,yang berkisar antara 0,81 – 2,57 Gt(Page, 2002). Sementara itu,pendugaan emisi yang dilakukan dilahan gambut di sekitar TamanNasional Berbak, Sumateramenunjukkan angka sebesar 7 jutaton karbon (Murdiyarso et al., 2002).

Gangguan terhadap ekosistem lahangambut akan mempengaruhicadangan dan siklus karbon di alam.Gangguan tersebut dapat berupakonversi lahan setelah hutan gambutmengalami deforestrasi, kebakarandan drainase yang meluas.

Penebangan hutan di lahan gambutakan menyebabkan terbukanyapermukaan tanah terhadap radiasidan cahaya matahari. Dampaklangsungnya adalah meningkatnyasuhu tanah dan turunnya kadar airtanah. Pembukaan tajuk akanmempercepat invasi jenis-jenis pionirkarena ketersediaan cahaya akanmemicu perkecambahan benih yangbanyak tersedia di permukaan tanahyang secara langsung akanmerubah struktur dan komposisihutan gambut.

Dampak langsung lainnya darikegiatan penebangan hutan adalahmenurunnya cadangan karbon atas-permukaan (above-ground carbonstocks) dan selanjutnya akanmempengaruhi penyusutancadangan karbon bawah-permukaan(below-ground carbon stocks).

Dampak drainase yang dilakukanterhadap lahan gambut yangtergenang akan menghanyutkankarbon terlarut sehinggamempengaruhi kesetimbangankarbon. Drainase yang berlanjutakan berpotensi menyebabkan

terjadinya oksidasi pirit yangmenghasilkan asam sulfat beracunbagi tanaman sehinggamempengaruhi produktifitas lahan.Drainase juga akan menyebabkanpenurunan (subsidence) ketebalanlahan gambut dan selanjutnyamempengaruhi fungsi hidrologi lahangambut. Fluktuasi tinggi muka airpada musim hujan dan musimkemarau akan meningkat karenakemampuannya dalam menampungair menurun. Disamping itu drainasejuga akan memperbesar peluangintrusi air bergaram dari laut.

Sementara itu mempertahankancadangan karbon dan meningkatkanserapan karbon dapat dilakukanmelalui kegiatan konservasi danpengelolaan seperti pengayaantanaman dan pengelolaan air.

(* Sumber: Buku Petunjuk Lapangan -Pendugaan Cadangan Karbon

pada Lahan Gambut)

Page 11: Warta Konservasi Lahan Basahwetlands.or.id/wklb/Vol 15 No 2 (Juli 2007).pdf4444 zzzz Warta Konservasi Lahan Basah Kearifan Tradisional “Togo” di Muara Lanowulu Rahasia di Balik

1212121212 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah1212121212 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

Terhitung sejak Tsunami2004, setidaknya 20 LSMLokal dan Internasional telah

melakukan berbagai upaya rehabilitasiekosistem dan peningkatan matapencaharian masyarakat pesisir diPropinsi Naggroe Aceh Darussalamdan Pulau Nias. Namun bila melihatkenyataan di lapangan masih banyaklahan basah pesisir yang belumtersentuh program rehabilitasi maupunprogram pemberdayaan ekonomibagi masyarakatnya. Faktor yangmenyebabkan kondisi diatasdiantaranya adalah : (a) luasnyakerusakan ekosistem lahan basahpesisir baik yang diakibatkan olehgempa/tsunami maupun akibat

aktivitas manusia sebelum Tsunamiseperti pembukaan tambak,penebangan mangrove dan konversihutan mangrove menjadiperumahan; (2) perubahan garispantai yang menjorok ke daratmencapai ± 0,5 s/d 2 km di NAD;(3) serta hilangnya nafkah/matapencaharian masyarakat.

Untuk mengetahui sampai sejauhmana kegiatan rehabilitasi ekosistem,pemberdayaan ekonomi masyarakatpesisir serta penataan ruang pesisirdi NAD-Nias telah dilakukan, makaWI-IP dengan dukungan dana dariDanida telah melakukan suatu kajian/inventarisasi data melalui Lokakarya

bertajuk “Perbaikan PenghidupanMasyarakat di Wilayah yang TerkenaDampak Tsunami melalui Rehabilitasidan Pengelolaan BerkelanjutanEkosistem Pesisir” di Aula BappedaProp NAD dari tanggal 18-19 April2007. Lokakarya ini dihadiri sebanyak67 peserta yang mewakili DinasKelautan dan Perikanan, DinasKehutanan dan Bappeda dari 17kabupaten Pesisir NAD dan 2Kabupaten Nias disamping itu pesertajuga berasal dari perwakilan BRR,Lembaga Donor (perwakilan BankDunia), LSM/NGO, CBO, danperguruan tinggi.

Lokakarya dibagi menjadi tiga fokusutama pembahasan yaitu KegiatanRehabilitasi Ekosistem Pesisir,Pemberdayaan Ekonomi danKebijakan Tata Ruang Pesisir. Darihasil diskusi kelompok pada masing-masing fokus pembahasanteridentifikasi hal-hal sbb:

Kegiatan Rehabilitasi EkosistemPesisir

• Luas areal yang telah direhabilitasidengan penanaman mangrove dipropinsi NAD dan Nias saat inidiperkirakan mencapai luasan +27.500 Ha dengan jumlah bibit +29.500.000. Sedangkan untukpantai berpasir, sekitar 28.900 Hadengan penanaman 403.000 bibittanaman pantai.

LokakaryaProgram Rehabilitasi Pesisir Partisipatifdan Pemberdayaan Ekonomi MasyarakatBanda Aceh, 18 – 19 April 2007

Peserta lokakarya

Berita Kegiatan

Page 12: Warta Konservasi Lahan Basahwetlands.or.id/wklb/Vol 15 No 2 (Juli 2007).pdf4444 zzzz Warta Konservasi Lahan Basah Kearifan Tradisional “Togo” di Muara Lanowulu Rahasia di Balik

Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007 1313131313Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007 1313131313

• Kegiatan rehabilitasi ekosistempesisir yang hingga saat ini lebihbanyak terfokus pada rehabilitasimangrove dan hutan pantai,direkomendasikan agar kedepanmencakup beberapa typeekosistem pesisir lainnya sepertilahan gambut, rawa gambut,tambak, laguna, estuari danterumbu karang.

• Kendala yang dihadapi dalamkegiatan rehabilitasi meliputikendala teknis penanaman,administrasi, status lahan,maupun kebijakan.

• Masih rendahnya tingkatpartisipasi/kesadaranmasyarakat dalam kegiatanrehabilitasi. Bentuk pelibatanmasyarakat yang paling umumdalam kegiatan rehabilitasi adalahmekanisme “Cash for Work”,dimana masyarakat diposisikansebagai pekerja lepas (misalnyaburuh tanam, buruh angkut)sehingga masyarakat akanberhenti perannya setelah proyekpenanaman selesai. Hal inimembuat masyakarat tidakmemiliki ikatan emosional untukmemelihara bibit yang ditanamtersebut.

• Perlu adanya Tata Ruang Pesisiryang pasti dan jelas, peningkatankapasitas pelaksana,pemeliharaan dan monitoringterhadap tanaman rehabilitasi.

• Peningkatan koordinasi untukmenuju harmonisasi antar stakeholder dan tercapainyakeberhasilan rehabilitasi.

Pemberdayaan Ekonomi

• Sebaran kegiatan pemberdayaanekonomi ternyata berfokus kepadawilayah pantai barat Aceh saja,sedikit sekali upaya di lakukan diwilayah Aceh Timur dan Nias.

• Upaya yang dilakukan olehbanyak pihak sebagian besarmasih berfokus kepada upayapengadaan kebutuhan pokokpara pengungsi seperti rumah,sembako, perbaikan fasilitaspublik (sekolah, MCK, TPI, AirBersih), kesehatan (Puskesmas,klinik darurat, pelayanankesehatan)

• Kegiatan perbaikan penghidupanmasih terfokus pada pemberianbarang, masih sedikit yangmenyediakan modal usaha

• Direkomendsaikan untukmengkombinasian kegiatanrehabilitasi dan livelihood sepertitambak silvofishery, agroforestry,dan tumpang sari.

Kebijakan Tata Ruang Pesisir

• Kebijakan-kebijakan pendukungupaya rehabilitasi pesisir masihsangat kurang memadai terutamadalam penataan ruang danmaster plan rehabilitasi pesisir.Dalam master plan rehabiltasiekosistem pesisir Aceh,dinyatakan bahwa wilayah pantaisepanjang 500 meter ke arahdarat harus dinyatakan sebagaikawasan sabuk hijau (GreenBelt) dan hal ini berlaku untukseluruh kawasan pantai di Aceh.Padahal fakta menyajikan bahwahal tersebut tidak realistis biladiberlakukan di seluruh pantai diAceh maupun Nias karena akanmemiliki potensi konflik yangbesar dan tidak sesuai dengankondisi pemanfaatan lahan yangsebenarnya.

• Perencanaan tata ruang yangselama ini dilakukan masihbersifat Top-down, sehinggadalam pelaksanaanya di tingkatdaerah sering mengalami konflik.Salah satu solusi yang dapat

dilakukan adalah denganmelakukan revisi tata ruang yangada dengan mengambil input daritata ruang desa. Apabila tata ruangdesa belum ada, dapat dilakukankegiatan penatagunaan lahan desasecara partisipatif denganmelibatkan masyarakat, aparatdesa, pemerintah Kecamatan/Kabupaten dan NGO/LSM.

• Perlu disusun suatu rencanazonasi sabuk hijau yang detailsesuai dengan kondisi sebenarnyasesuai lokasi setempat dengantetap mengacu kepadaperundangan yang ada.

• Perlu dilakukan kegiatanpenguatan kelembagaan baik ditingkat masyarakat maupunpemerintah. Di tingkat masyarakatdapat dilakukan melalui kegiatanpelatihan kelembagaan danpengelolaan kelompok maupunpendampingan kelompok.

• Kebijakan-kebijakan pemanfaatansumber daya alam yang ada perludikaji ulang agar sejalan denganrevisi tata ruang.

• Sebelum ditetapkan, kebijakan-kebijakan dan tata ruang pesisirharus disosialisasikan kepadapublik.

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita Kegiatan

Penyerahan Draft Prosiding Lokakarya olehPerwakilan Peserta Kepada Badan Rehabilitasi

dan Rekonstruksi NAD-Nias

Page 13: Warta Konservasi Lahan Basahwetlands.or.id/wklb/Vol 15 No 2 (Juli 2007).pdf4444 zzzz Warta Konservasi Lahan Basah Kearifan Tradisional “Togo” di Muara Lanowulu Rahasia di Balik

1414141414 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah1414141414 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

Setelah penandatanganan MoU, peserta langsungmengikuti serangkaian program pelatihan yangdilaksanakan di Bogor dan Pemalang. Pesertadiberikan berbagai materi pelatihan yang telahdisebutkan diatas, lalu dilanjutkan dengan melihatsecara langsung praktek kegiatan ekonomi yang didemonstrasikan oleh masing-masing pelatih. Selamakegiatan ini peserta telah dapat mengidentifikasialternatif/pilihan kegiatan yang akan dilakukan di Aceh.Dari kedua belas macam pelatihan yang diberikan,kelompok memilih beberapa saja yang dianggappaling cocok dan paling mereka kuasai untukditerapkan di daerah masing-masing, diantaranya :

Kelompok Makmu Besare, Beu Udep dan LhamUjong-Utara memilih untuk berbudidaya Kepiting.Alasan mereka melakukan budidaya kepiting iniadalah selain karena tambak yang telah tersedia,juga karena hasil yang akan diperoleh cukupmenjanjikan. Harga jual kepiting di Aceh cukuptinggi. Disisi lain, mereka telah memilikipengalaman di bidang ini sebelum tsunami,sehingga lebih mudah bagi mereka untuk kembalimengembangkannya. Kegiatan praktek langsungbudidaya dilaksanakan pada Bulan Januari 2007.Kelompok didampingi trainer mempraktekan

langsung kegiatan budidaya ini mulai dari tahapanmencari benih/bibit kepiting yang baik hinggapenaburan bibit di keramba dan pemberian pakan.Bibit kepiting yang baik memiliki kriteria sebagaiberikut : (1) memiliki rangka yang lunak dan (2)jika bagian perut kepiting ditekan, tidak akanmengeluarkan telur. Dari hasil praktek langsung inidiperoleh beberapa pembelajaran diantaranyapencarian bibit kepiting sebaiknya dilakukan padapagi hari dan diusahakan didapat langsung daripengumpul. Hindari membeli bibit dari pihak ketigakarena dikhawatirkan ketahanan bibit sudah lemah.Waktu yang diperlukan untuk mencari bibit kepitingjuga harus diperhatikan karena dikhawatirkan jikaterlalu lama dipasar, bibit akan lemah dan cepatmati. Bibit kepiting yang dijumpai di pasar IkanBanda Aceh umumnya berjenis kepiting kuning,yang lebih dikenal dengan nama lokal kepitingisolasi atau lembayung, Scylla spp. Sebagaipengganti ikan rucah (ikan kecil), pakan yangdiberikan berupa limbah ikan yang banyak tersediadi pasar dan dapat diperoleh secara gratis. Hal inidiharapkan akan menyelamatkan populasi ikanrucah di alam, karena semakin sering ikan rucahtersebut diambil dari alam semakin cenderung ikantersebut akan punah. Setelah praktek langsungdengan bimbingan trainer, kelompok kemudianmelanjutkan kegiatan budidaya sesuai denganteknik yang telah diajarkan dan pada Bulan Maret2007 kelompok telah berhasil memanen hasilnyadan menjual sebagian ke pasar Banda Aceh.

..... Sambungan dari halaman 9

Twinning Program ...........

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita Kegiatan

Praktek budidaya kepitingkeramba

Page 14: Warta Konservasi Lahan Basahwetlands.or.id/wklb/Vol 15 No 2 (Juli 2007).pdf4444 zzzz Warta Konservasi Lahan Basah Kearifan Tradisional “Togo” di Muara Lanowulu Rahasia di Balik

Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007 1515151515Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007 1515151515

Kelompok Lham Ujong-Selatan dan BedoeBesare memilih untuk berbudidaya Itik.Alasan mereka melakukan budidaya inidiantaranya karena pengalaman yang telahdimilki, hasil yang diperoleh mudah untukdipasarkan, mudah untuk memeliharanyadan pakan alami banyak tersedia di sekitardesa. Hasil berupa telur itik cukup diminatidipasaran, begitu juga dengan dagingnya.Selain itu, budidaya itik ini banyak melibatkankaum ibu/wanita sehingga beban kerjaterhadap laki-laki dapat dikurangi danmereka dapat melakukan kegiatan lainsebagai tambahan pendapatan. Pada awalkegiatan, kelompok didampingi trainermencari bibit itik dan membeli pakan.Kandang terlebih dahulu telah dibuat olehkelompok sebelum praktek kegiatan dimulai.Pada Bulan Maret 2007 telah ada beberapaitik yang bertelur dan hasilnya sebagian telahdapat dinikmati oleh anggota kelompok dansebagian lagi telah dijual ke pasar.

Kelompok Hidup Damai memilih untukberbudidaya Ikan Mujair/Nila. Alasan utamamereka memilih kegiatan ini karena teknikbudidayanya yang cukup sederhana danIkan Mujair/Nila memilki daya tahan yangtinggi terhadap penyakit. Selain itu IkanMujair juga memiliki toleransi terhadapvariasi salinitas air yang luas, sehingga dinilaisesuai dengan kondisi kolam-kolam ikan dipesisir Aceh bagian Barat yang seringkesulitan air tawar dalam jumlah yang besarterutama di musim kemarau. Bibit ikanmujair diperoleh dari rawa-rawa di sekitartambak yang telah disiapkan oleh kelompok.Bibit yang telah diperoleh tidak lantas di taburdi kolam, melainkan di tampung sementaradalam jaring yang terbuat dari marlin. Hal iniagar benih ikan mengalamai penyesuaianterlebih dahulu dari suasana rawa ke kolam.Biasanya bibit dari alam akan memerlukanwaktu untuk beradaptasi terhadap pakanbuatan. Hal ini terbukti pada saat pertama kalibenih diberi pakan buatan, tidak disentuhsama sekali karena mereka masih terbiasadengan pakan alami di habitat aslinya berupaplankton.

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita Kegiatan

Praktek budidaya Itik

Praktek budidaya Ikan Mujair

Page 15: Warta Konservasi Lahan Basahwetlands.or.id/wklb/Vol 15 No 2 (Juli 2007).pdf4444 zzzz Warta Konservasi Lahan Basah Kearifan Tradisional “Togo” di Muara Lanowulu Rahasia di Balik

1616161616 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahBe

rita

Ke

gia

tan

Kolaborasi selama kurang lebih dua tahunantara Wetlands International - IndonesiaProgramme (WI-IP) untuk mengelola hibah

kecil dan rehabilitasi ekosistem serta kajian kebijakanyang dikelola oleh WWF Indonesia melalui kegiatanGreen Coast telah membuahkan hasil yang positif tidakhanya 638 ha ekosistem pesisir telah direhabilitasidengan penanaman 1.191.600 mangrove dan tanamanpantai dengan tingkat survival rate mencapai 68%melainkan juga adanya jalinan kerjasama yang eratdengan 51 LSM lokal Aceh-Nias.

Selain tingginya kebutuhan dana untuk mendukungrehabilitasi ekosistem dan pemberdayaan ekonomimasyarakat pesisir di Aceh-Nias bila dibandingkanempat negara lain dimana kegiatan Green Coastdilaksanakan (India, Malaysia, Srilanka, danThailand), maka keberhasilan yang telah dicapaipada Green Coast phase 1 di Indonesia jugamenjadi bahan pertimbangan penting bagi OXFAMNovib untuk melanjutkan kegiatannya di Aceh danNias.

Sedikit berbeda dengan Green Coast phase 1dimana komponen Green Coast hanya terdiri dari :(1) Survey Kondisi ekosistem pesisir PascaTsunami; (2) Rehabilitasi ekosistem pesisir yangdikombinasikan dengan pemberdayaan ekonomi; dan(3) Analisi kebijakan. Maka kegiatan-kegiatan yangakan dilakukan di Green Coast phase dua lebihberagam. Adapun kegiatan-kegiatan tersebut adalah:

1. Pemberdayaan ekonomi yang dikombinasikandengan Rehabilitasi Ekosistem pesisir.

2. Penentuan lokasi kegiatan tidak hanya padalahan basah pesisir yang terkena dampakTsunami saja tapi pada ekosistem lahan basahpesisir yang terancam keberadaaannya baikyang disebabkan bencana alam, perubahan alamatau aktivitas manusia.

3. Melakukan kajian-kajian terhadap faktor-faktorkeberhasilan/kegagalan kegiatan rehabilitasi padatahap GC-1 untuk selanjutnya hasil kajian akandituangkan ke dalam suatu dokumen “hasilpembelajaran”/Lesson Learned yang akandisebarluaskan ke berbagai pelaksana maupunpengambil kebijakan di bidang rehabilitasi.

4. Identifikasi beberapa lokasi lahan basahpenting sebagai kawasan lindung.

5. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan kampanyekepedulian Lingkungan.

6. Pembuatan jaringan komunikasi dengan LSMLingkungan Aceh-Nias.

7. Pemberian masukan-masukan teknis untukproses rekonstruksi yang akan bersinggunganlangsung dengan ekosistem lahan basahpesisir dan memberikan alternatifpembangunan yang ramah lingkungan.

8. Memberikan masukan-masukan teknis dalampembuatan/ proses AMDAL bagi rencanarekonstruksi.

9. Membuat dan menyeminarkan dokumen HasilPembelajaran Rehabilitasi Ekosistem Pesisir.

10. Membangun dialog kebijakan dengan BRRdan pelaku utama program rekonstruksiseperti ADB dan Bank Dunia

11. Mendukung kemitraan inter-sektoral danmemfasilitasi masyarakat untuk meningkatkanperan masyarakat dalam merencanakanpembangunan.

Selain kegitan yang lebih beragam, komposisi TimPenasihat di Green Coast ditambah denganmemperbanyak pelibatan perwakilan parapemangku kepentingan terkait, yaitu terdiri dari:

Ismiyati Aziz, MS. Staf Pengajar FakultasDakwah, IAIN Ar Raniry, Banda Aceh; (2)Miftahuddin Cut Ade, MSi Sekretaris PanglimaLaot Provinsi, Banda Aceh; (3) Ir. Munthi Syurgadan Ir. Sahyadi. Badan PerencanaanPembangunan Daerah Provinsi NAD, BandaAceh; (4) Ir. Saodah Lubis, Direktorat Lingkungandan Konservasi, BRR, Banda Aceh; (5) RosdianaST Badan Pengendalian Dampak LingkunganDaerah Provinsi NAD, Banda Aceh; (6) ZulkarnainHaiyar Spi Dinas Kelautan dan Perikanan ProvinsiNAD; (7) Anas Mahmudi Dinas KehutananProvinsi NAD.

Menyambut Green Coast Phase 2

Berita Kegiatan

1616161616 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

Page 16: Warta Konservasi Lahan Basahwetlands.or.id/wklb/Vol 15 No 2 (Juli 2007).pdf4444 zzzz Warta Konservasi Lahan Basah Kearifan Tradisional “Togo” di Muara Lanowulu Rahasia di Balik

Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007 1717171717

J ika pembaca memilikikesempatan mengunjungikawasan sungai Aek Batang

Gadis yang mengalir di KabupatenMandailing Natal (Madina) atau AekBatang Toru yang melewati KabupatenTapanuli Selatan (Tapsel), maka andaakan banyak menjumpai kawasanlubuk larangan, terutama pada daerahyang belum banyak dipengaruhi olehbudaya luar/pendatang. Kedua sungaitersebut memiliki hulu di kakipegunungan bukit barisan bagian barat,lalu bermuara di pantai baratSumatera. Sebelum pemekarandaerah marak pasca reformasi, keduadaerah aliran sungai (DAS) tersebuttermasuk wilayah Kabupaten Tapsel.Sejak tahun 2005, sebagian kawasandi daerah aliran sungai (DAS) AekBatang Gadis telah ditetapkan sebagaiTaman Nasional Batang Gadis(TNBG) dengan inisiasi awal darimasyarakat lokal kemudian disambutbaik oleh PemKab setempat danPemerintahan Pusat. Saat ini, banyakdaerah yang dicalonkan untuk menjadikawasan konservasi, baik di Kab.Tapsel, maupun di Kab. Madina.

Banyak pejuang dan tokoh yang lahirdan berasal dari daerah tersebut,antara lain mantan wakil presidenAdam Malik (beliau jarangmenggunakan marga Batubara dibelakang namanya), Jendaral BesarAH Nasution, mantan Rektor IPB ProfAndi Hakim Nasution dan banyak lagiyang lainnya. Masyarakat asli

penghuni kedua DAS tersebutdidominasi oleh suku Mandailing,namun pada beberapa tahun terakhirbanyak masuk pendatang dari sukuNias dengan membuka lahan untukkebun karet, baik pada hutan primermaupun hutan sekunder bekastebangan perusahaan kayu (HPH),dimana saat ini operasional perusahaankayu tersebut telah banyak yang tutup.

Pada awal tahun 2007, penulismendapat kesempatan mengunjungiDAS Aek Batang Gadis, terutamakawasan antara Kota Nopan dan MuaraSipongi, Kabupaten Mandailing Natal

untuk mengetahui kondisi dan potensihutan di kawasan tersebut. Dalamkunjungan tersebut, tepatnya di DesaTamiang, Kecamatan Kota Nopan yangjuga dilalui jalan negara lintas tengahSumatera dari kota Bukittinggi(Sumbar) menuju KotaPanyambungan (Madina, Sumut),penulis melihat papan pengumumantentang lubuk larangan, yang antara lainberbunyi : LUBUK LARANGAN DESATAMIANG. DITUTUP TANGGAL 4SYAWAL, DIBUKA TANGGAL 2SYAWAL (Dalam Perencanaan). SKNo. xxx. Izin No. xxx. Sanksi ... dst.(Gambar 1).

Lubuk Larangan:Melestarikan Sumberdaya Perikanan Sungaidan Mendukung Produksi Pertanian

Oleh:

ONRIZAL*

Berita dari lapang

Gambar 1. Penulis berfoto di dekat papan pengumuman Lubuk Larangan Desa Tamiang.Penetapan kawasan lubuk larangan ditetapkan berdasarkan SK Desa yang mengatur

kapan lubuk tersebut ditutup dan kapan dibuka, serta sanksi bagi yang melanggar. Khususdi Desa Tamiang, sanksi bagi yang mengambil ikan di waktu lubuk larangan ditutup adalah

Rp. 1.000.000,-/orang. Sampai foto tersebut diambil (30 Januari 2007) belum ada yangmelanggar ketentuan tersebut. (Foto oleh Bpk Nurdin Sulistiyono, M.Si)

..... bersambung ke halaman 24

Page 17: Warta Konservasi Lahan Basahwetlands.or.id/wklb/Vol 15 No 2 (Juli 2007).pdf4444 zzzz Warta Konservasi Lahan Basah Kearifan Tradisional “Togo” di Muara Lanowulu Rahasia di Balik

1818181818 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

Invasi jenis merupakandampak dari pengembanganjenis (tumbuhan/hewan)

eksotik. Dalam kaitannya dengankeanekaragaman hayati, invasi jenisdikategorikan merugikan. Hal inidisebabkan jenis (tumbuhan/ hewan)asli atau endemik kalah berkembangdan bisa jadi akan mengalamikepunahan.

Invasi jenis terjadi di banyak negara.Pada tahun 1877, Akasia gila(Prosopis juliflora) diperkenalkan keGujarat dan Rajasthan (India) untukmengurangi perluasan padang pasir.Namun, tumbuhan ini merajalela danhampir seabad kemudian justrumengurangi padang rumput yangmenjadi habitat beberapa satwalangka berkembang biak danmencari makan (Tiwari, 1999). Padatahun 1969, Acacia nilotica yangkonon berasal dari India ditanamsebagai sekat bakar di SavanaBekol, Taman Nasional Baluran,Jawa Timur. Tumbuhan ini kemudianberkembang tak terkendali danmenutupi ruang tumbuh rumput danspesies tumbuhan asli lainnya yangmenjadi pakan banteng, satwalangka yang dilestarikan di tamannasional ini (Arief, 1992). Sampaisaat ini pengelola taman nasionalbelum mampu mengatasi invasi A.nilotica. Pada tahun 1957, ilmuwanmengintroduksi satu spesies lebahafrika ke Brazil. Lebah ini kemudian

menyebar ke beberapa negara diAmerika Selatan dan berubahmenjadi lebah pembunuh. Lebah inimemakan makanan utama spesieslebah asli dan sangat garangterhadap hewan lain.

Invasi jenis terjadi juga di SuakaMargasatwa Pelaihari Tanah Laut(SMPTL), salah satu dari tujuhkawasan konservasi di KalimantanSelatan. Di SMPTL yang sekitar tigaper empat luasnya merupakan lahanbasah (Dishut Tala dan LPM Unlam,2006), Akasia daun lebar (Acaciamangium) mampu tumbuh danberkembang di sela-sela hutan rawayang didominasi Galam (Melaleucacajuputi) (Gambar 1).

Akasia daun lebar merupakantumbuhan asli daerah Indonesiatimur (Seram, Kepulauan Aru, IrianJaya Barat) atau Australia(Queensland). Tumbuhan inimemang dikenal cepat tumbuh.Pada dasawarsa 1980-an akasiadirekomendasikan ditanam di hutanbekas tebangan atau hutan tidakproduktif untuk memprakondisikanlingkungan, sehingga pada tahun-tahun berikutnya dapat menjadipenaung bagi tumbuhan jenis lain.Kenyataan menunjukkan bahwasetelah akasia tumbuh, tidak banyakjenis tumbuhan lain yang mamputumbuh dengan baik di bawahtegakan akasia.

Di areal Hak Pengusahaan HutanTanaman Industri (HPHTI) PTInhutani III, akasia sengaja ditanamuntuk bahan baku industri kertas.Akasia yang ditanam pada awaldasawarsa 1990-an tenyatakemudian berkembang dan tumbuhdi kawasan SMPTL yang terletak diselatan areal HPHTI. Jenis initumbuh tidak hanya di sepanjangbatas areal HPHTI dengan kawasanSMPTL, tetapi masuk sampaisejauh 2 km ke dalam kawasan.Karena lebar kawasan SMPTL 2-3km, akasia ini dapat dikatakantumbuh di lokasi yang dekat denganpantai (pematang tambak atau dijalan tanah menuju tambak).

Dengan menginvasi hutan rawagalam hingga ke dekat pantai diSMPTL, akasia daun lebarsebetulnya telah menunjukkan sifataslinya. Menurut Sindusuwarno danUtomo (1981), di habitat asalnya(Queensland) jenis tumbuhan iniditemukan di hutan mangrove,Melaleuca, dan riparian.

Tiga dari banyak mekanisme invasiakasia ke SMPTL adalah sebagaiberikut. Pertama, biji akasia terbawaalat angkutan (dalam hal ini misalnyamenempel di ban sepeda motor,truk) yang dipergunakan masyarakatuntuk keluar masuk pertambakan.Lokasi yang dilewati oleh masyarakat

Invasi Acacia mangiumke Hutan Galam Suaka Margasatwa PelaihariTanah Laut

Oleh:

Suyanto1 dan Mochamad Arief Soendjoto2

Berita dari Lapang

Page 18: Warta Konservasi Lahan Basahwetlands.or.id/wklb/Vol 15 No 2 (Juli 2007).pdf4444 zzzz Warta Konservasi Lahan Basah Kearifan Tradisional “Togo” di Muara Lanowulu Rahasia di Balik

Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007 1919191919

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Desa Kandangan Lama (KabupatenTanah Laut) sebelum memasukipertambakan adalah areal HPHTI.Kedua, biji terbawa aliran air dariareal HPHTI ke arah laut. Ketiga, bijiakasia bersemai dan tumbuh dengancepat setelah kebakaran merambahhutan galam. Galam memangmerupakan salah satu jenistumbuhan tahan api. Sekitar duabulan setelah lokasi tumbuhnyaterbakar, apalagi bila digenangi air,biji galam dapat bersemai dengancepat. Namun, apabila lokasikebakaran ini tidak segera digenangiair, bukan hal yang tidak mungkin,biji galam lambat bersemai. Dengankalimat lain, pada lokasi yang tidakdigenangi ini, biji akasia justru lebihcepat bersemai daripada biji galam.

Kebakaran galam di SMPTL dapatdikatakan terjadi setiap tahun.Kejadian ini muncul sebagai akibatlangsung pembakaran di dalamSMPTL atau tidak langsung daripembakaran di luar SMPTL.Pembakaran di dalam SMPTLdilakukan, ketika masyarakat

memanfaatkan areal SMPTL(terutama di sekitar Sungai Sanipahyang termasuk dalam DesaKandangan Lama) sebagai padangpenggembalaan sapi. Tujuanpembakaran adalah untukmenghijaukan (meregenerasi)rerumputan yang kering selamamusim kemarau. Pembakaran diluar SMPTL merupakan upayamasyarakat untuk membersihkanlahan dari potongan-potongan kayu,sehingga pada gilirannya lahanmudah ditanami tanaman pangan,seperti padi atau jagung. Areal di luarSMPTL ini dapat berupa arealHPHTI (yang dianggap olehmasyarakat sebagai lahan sengketa)atau areal yang sudah lama dikuasaioleh masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, H. 1992. Pengaruh pembakaranterhadap kualitas dan kuantitasSavana Bekol di Taman NasionalBaluran, Jawa Timur. MediaKonservasi 4(1):23-30.

Dishut Tala dan LPM Unlam. 2006.Laporan Hasil Penelitian KawasanSuaka Margasatwa Kabupaten TanahLaut Tahun Anggaran 2006 (KajianKondisi Aktual Kawasan KonservasiSuaka Margasatwa Pelaihari TanahLaut). Dinas Kehutanan KabupatenTanah Laut dan LembagaPengabdian kepada Masyarakat,Universitas Lambung Mangkurat,Banjarmasin.

Sindusuwarno, R. dan D.I. Utomo.1981. Acacia mangium, jenis pohonyang belum banyak dikenal. DutaRimba 7(48):2-4.

Tiwari, J.W.K. 1999. Exotic weedProsopis juliflora in Gujarat andRajasthan, India – boon or bane?Tigerpaper 26(3):21-25.

1 Dosen Program Studi Manajemen Hutan,Fakultas Kehutanan, Universitas Lambung

Mangkurat

2 Guru Besar Konservasi Flora Fauna,Fakultas Kehutanan, Universitas Lambung

Mangkurat

Gambar 1. Acacia mangium tumbuh di sela-sela hutan rawa galam Suaka Margasatwa Pelaihari Tanah Laut

Berita dari Lapang

Page 19: Warta Konservasi Lahan Basahwetlands.or.id/wklb/Vol 15 No 2 (Juli 2007).pdf4444 zzzz Warta Konservasi Lahan Basah Kearifan Tradisional “Togo” di Muara Lanowulu Rahasia di Balik

2020202020 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

Berita dari Lapang

Kearifan TradisionalSelamatkan Tumbuhan Obat Kali Surabaya

Oleh:

Amirudin Mutaqien*

Keberadaan Tumbuhan obat dibantaran kali Surabaya,terselamatkan oleh kearifan

masyarakat setempat yang masihmenggunakan dan memeliharatumbuhan-tumbuhan obat yang terancamoleh pengalihan lahan. Sebagian kecilmasyarakat yang tinggal di pinggir kali inimasih memegang erat tradisi leluhuruntuk memanfaatkan daun encok, dauntapak liman, daun bandotan, meniran,pecut kuda untuk mengobati penyakityang mereka derita.

Sejak awal tahun 1990 bantaran kaliSurabaya yang awalnya berfungsisebagai daerah resapan air, telah beralihfungsi menjadi lahan terbangun. Yangmenjadi kekhawatiran Ecoton adalahmasih belum tergalinya potensi alamseperti tumbuhan-tumbuhan obatdibantaran kali yang membentangsepanjang hampir 55 km tersebut. Darieksplorasi awal yang dilakukan RirinTriwulandari, Ssi (Staf peneliti Ecoton,Lembaga Kajian Ekologi dan KonservasiLahan basah-1998-1999) teridentifikasi70 jenis tumbuhan berkhasiat obat.

Untuk menindaklanjuti temuan itu, timEcoton dibantu oleh seorang pemerhatitumbuhan obat (penggerak, penyuluhJawa timur) Bapak Bambang Saryantodan Kasimin (Juara I Lomba TOGATingkat nasional 1998), telahmelakukan identifikasi kearifanmasyarakat bantaran terhadappemanfaatan tumbuhan-tumbuhan obat.Ternyata masyarakat secara turuntemurun telah memanfaatkan tumbuhanobat yang ada disana.

Identifikasi kearifan ini dilakukan Ecotonbekerjasama dengan YayasanKEHATI dalam Rangka UPAYAPEMASYARAKATAN TUMBUHANOBAT KALI SURABAYA 2000-2001 di10 Desa di Sepanjang bantaran kaliSurabaya. Untuk mendukung upayaini Ecoton telah memproduksi 1000eksemplar buku tumbuhan Obat.

Berikut ini daftar Isi Tumbuhan obatyang telah umum dimanfaatkan olehMasyarakat Bantaran Kali Surabaya

1. Anting-anting Acalypha indica

Anting-anting atau juga biasa disebutkucing-kucingan, lelatang merupakangulma yang sering dijumpai dibantaran Kali Surabaya, menempel ditepian got, dan sangat umumditemukan liar dipinggir jalan.

Dalam beberapa penelitian akar Anting-anting dapat memperbaiki fungsi ginjalpada kucing.

Sifat dan KhasiatRasanya pahit, sifatnya menyejukkan(astrigen). Berkhasiat untuk mengobatipenyakit rematik (Gout), radang padaleher rahim, susah buang air besar(Sembelit), luka berdarah, koreng,radang kulit, dan berak darah.

2. Tapak Liman Elephantopusscaber

Tapak liman merupakan tanaman liartegalan, lerengan andil bantaran kali,tumbuhnya seperti menempel pada

tanah. Daun hijau tua agak kasar,permukaannya berbulu halus. Panjangdaun tidak kurang dari 25 cm, tepinyabergerigi. Bunga berwarna unggu.

Sifat dan KhasiatRasanya pahit, pedas, sejuk. TapakLiman mengandung stigmaterol yangmembentuk hormon progesteron,memacu gairah pria, melancarkanperedaran darah, mencegahkehamilan, melancarkan air seniLupeol, Isodeoxyelephantopin, 11, 13Dihydrodeoxoxyelephantopin, asamamino senyawa sesquiterpenoid hasilreduksi deoxyelephantopin merupakansenyawa antitumor, peradangan akibatbakteri, antibiotik terhadap staphylococ-cus penyebab keputihan.

3. Bandotan Ageratum conyzoides

Tumbuh liar dibibir sungai, tegalan danhalaman rumah, tersebar luas dariBambe sampai Lebani Waras. Apabiladaunnya di remas perlahan akanmenimbulkan bau lebus seperti wedus.Tingginya antara 30-90 cm, bercabang,batang berambut kasar, daun hijau tuadan kasap bila diraba permukaannya,bunga putih. Bagian yang digunakanuntuk obat adalah herba (bagian diatastanah) dan akar, dalam kondisi segaratau yang telah di keringkan.

Sifat dan KhasiatHerba ini rasanya sedikit pahit, pedas,dan sifatnya netral. Bandotanberkhasiat stimulan, tonik, peredahdemam (antipiretik), antitoksik,menghilangkan pembengkakan,

Page 20: Warta Konservasi Lahan Basahwetlands.or.id/wklb/Vol 15 No 2 (Juli 2007).pdf4444 zzzz Warta Konservasi Lahan Basah Kearifan Tradisional “Togo” di Muara Lanowulu Rahasia di Balik

Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007 2121212121

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita dari Lapang

menghentikan pendarahan(hemostatis), peluruh haid (emenagog),tonik, peluruh kencing (diuretik), danpeluruh kentut (Karminatif).

4. Alang-alang Imperata cylindrical

Tersebar di sepanjang Bantaran KaliSurabaya mengisi semak-semakdiantara pohon pisang, dan lahantegalan.

Sifat dan KhasiatAlang-alang rasanya manis, sejuk,dapat menurunkan panas (antipiretik),peluruh kemih (Diuretik), menghentikanpendarahan (Hemostatik),menghilangkan haus, Masuk meridenparu-paru, lambung dan usus kecil.

Bagian yang dipakai Rimpang (akar),daun dan bunga.

5. Meniran Phyllanthus urinaria

Tumbuh liar di tegalan, bantaran kalidan semak diantara pohon-pohonpisang. Banyak dijumpai di bantaranKali Dusun Sarirejo, Ngambar danWates. Daunnya kecil-kecil danbentuknya lonjong, terdapat butiranhijau ditangkai daunnya. Tingginyakurang dari setengah meter.

Sifat dan KhasiatBanyak mengandung Kalium dan zatfilantik yang berkhasiat menghancurkanbatu ginjal dan melancarkan air seni.

Meniran dapat mengobati susahkencing disertai sakit perut/pinggang,nyeri buang air kecil, hepatitis,rheumatik, batu ginjal, koreng, sakit Gigi,dan dapat menurunkan Berat Badan.

6. Patikan Kebo Euporbhia hirta

Tumbuhan semak-semak ini banyakdijumpai disela rerumputan, bebatuan,tempat terbuka, dapat tegak memanjat,tinggi mencapai 50 cm (dibantaran KaliSurabaya umum dijumpai dengan

tinggi tak kurang dari 30 cm), batangberambut,warna batang merahkecoklatan, daun lonjong meruncingdengan tepi bergerigi, Bancarmengeluarkan getah putih bilabatangnya dicuwil.

Sifat dan KhasiatRasa agak pahit dan asam, sejuk,sedikit toksik (beracun), antiinflamasi, peluruh air seni,menghilangkan gatal (antipruritik).

7. Ceguk Quisqualis indica

Jarang ditemukan dalam keadaanberbunga karena umumnya orangmenganggap Ceguk tak berguna.banyak ditemukan ditanggul-tanggulbertanah padat dan barongan bambu.

Sifat dan KhasiatTumbuhan yang batangnya bisamerambat ini bersifat manis, hangat,beracun mengandung pontassiumguisgualata yang mampu masukmeridian limpa dan lambung,pembunuh cacing, membantupencernaan dan memperkuat limpa.

8. Biduri Calotropis gigantea

Biduri banyak ditemukan didaerahkering Seperti wilayah Driyorejo,mudah dijumpai di tepi jalan, padatanah keras/paras seperti DesaMulung. Di Bantaran Kali Surabayamudah dijumpai di wilayah bantaranyang berdekatan dengan Jalan RayaSeperti dusun Gading, Wates, danKrikilan. Daunnya lebar berbentukbulat telur permukaan atas dilapisirambut putih rapat (bila diusap akanterasa seperti gumpalan tepung).

Sifat dan KhasiatDaun berkhasiat sebagai peluruhkeringat, perangsang muntah, danpeluruh kencing serta menghilangkangatal. Bunga berkhasiat tonik, danmenambah nafsu makan. Getahberacun dan dapat menyebabkan

muntah. Bila sebagian tumbuhan dilukaiakan mengeluarkan getah putih encer,rasanya pahit lama kelamaan terasamanis. Untuk borok atau luka, gilingdaun kering sampai halus taburkanserbuknya kebagian yang luka.

9. Pecut Kuda Stachytarphetajamaicensis

Ciri khas: adanya tangkai bulir yangmemanjang dari ujung tangkainyaseperti pecut. Bunganya kecil berwarnaungu pada bagian tangkai, daunbergerigi.Tinggi bisa mencapai 2 meter.Dibantaran Kali Surabaya banyakdijumpai didesa Lebani Waras.

Sifat dan KhasiatRasa pahit, sifatnya dingin. Berkhasiatsebagai pembersih darah, anti radang,dan peluruh kencing.

10. Beluntas Pluchea indica

Tanaman perdu yang sering tumbuhliar, biasa dipakai sebagai pagartanaman dan dimanfaatkan sebagailaukpauk/lalapan (Kulupan) ini tak asingbagi masyarakat bantaran KaliSurabaya, tingginya bisa mencapai 1-2m. Daunnya bertangkai pendek,letaknya berseling, pinggirnya bergerigi,dan warnanya hijau terang.Mendinginkan sehingga banyakkeringat yang keluar dan suhu tubuhmenjadi turun. Selain itu juga bisadimanfaatkan untuk menambah nafsumakan pada anak.

11. Putri malu Mimosa pudica

Semak berduri ini memiliki sifat manis,agak dingin, penenang, peluruh dahak,anti batuk, penurun panas anti radang,peluruh air seni. tumbuhan yangdaunnya menutup bila disentuh. Banyakdijumpai di bibir tanggul Stren KaliSurabaya.

..... bersambung ke halaman 25

Page 21: Warta Konservasi Lahan Basahwetlands.or.id/wklb/Vol 15 No 2 (Juli 2007).pdf4444 zzzz Warta Konservasi Lahan Basah Kearifan Tradisional “Togo” di Muara Lanowulu Rahasia di Balik

2222222222 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

D esa Sumbung yang terletakdi wilayah KecamatanCepogo berjarak 12

kilometer dari kantor ibukotaKabupaten Boyolali merupakan salahsatu desa yang paling subur darisekitar 12 desa yang berada di lerenggunung Merapi sampai Merbabu,selain itu Desa Sumbung merupakansalah satu desa yang mempunyaisumber mata air yang umumnyakeluar di sepanjang dasar sungaiSooka (daerah tangkapan air).Sampai saat ini terdapat 5 desa dibawahnya yang memanfaatkansumber mata air tersebut dengansystem gravitasi. YayasanPengembangan Akhlaq Mulia(YPAM) yang aktif dalam kegiatanpemberdayaan masyarakat, melaluikerjasama dengan Mercy Corps danAustralian Embassy, telahmelakukan pendampingan bagimasyarakat sekitar yangmemanfaatkan air dari DesaSumbung sejak tahun 2000 yang lalu.

Pada saat ini YPAM bekerjasamadengan PT. Aqua Tirta InvestamaPabrik Klaten dengan dasar perjanjiankerjasama nomor: 03/PK/TIV/KLT/XII/2006 tertanggal 13 Desember 2006:tentang kerjasama Pemberdayaanmasyarakat dalam upaya untukmelaksanakan program CorporateSocial Responsibilty (CSR) selama 3tahun. Untuk itu dipilihlah DesaSumbung yang berjarak sekitar 25kilometer dari produksi PT Aqua.Adapun kegiatan CSR ini dititikberatkan

pada pendampingan kelompokmasyarakat dengan fokus penanamantanaman Mahoni dan Suren. Namundari kegiatan ini, tanaman mahoniagaknya memiliki potensi kematianyang diakibatkan oleh adanya tupai.Satwa ini suka sekali menguliti kulitranting pohon mahoni yang padaakhirnya pohon tersebut mati, selain itufaktor cuaca juga sangat menentukankelangsungan hidup atau pertumbuhanmahoni.

PENDAMPINGAN DANPARTISIPASI MASYARAKAT

Kelompok masyarakat dampinganYPAM di Desa Sumbung adalahkelompok tani Srirejeki. Dalam upayapemberdayaan masyarakat, merekadilibatkan mulai dari perencanaanmelalui teknis pelaksanaan yangmenitikberatkan pada musim dan tingkatkesehatan benih pohon mahoni dansuren. Setelah mendapat benih darikelompoknya, para anggota kelompokakan melakukan proses tanam secarasukarela (tanpa mendapat ongkostanam). Untuk perawatan, dilakukanpemupukan dengan jenis pupuk organikyang bahannya dikirim oleh PT. Aqua.Untuk memantau perkembanganpertumbuhan tanaman, kelompokdilibatkan/diajak langsung.

Luas cakupan lahan untuk penanamandiperkirakan mencapai 40 hektar, yangsebagian besar berada di sepanjang

sungai Sooka dimana masyarakatbanyak tinggal di daerah tersebut.Sampai saat ini sudah tertanamsebanyak 15.000 batang pohonmahoni dan suren.

Kegiatan penghijauan di DesaSumbung ternyata mendapatsambutan positif dari masyarakat,dengan bekal pengarahan teknis dariDipertanhutbun Cepogo Boyolali,kegiatan penanaman dan perawatanpohon mahoni dan suren dilakukandengan antusias dan penuhkeyakinan agar sumber air diwilayah mereka tetap terjaga.

Penanaman 15.000 Pohon Mahoni dan SurenSebagai Perlindungan Catchment Area

Oleh:

Puji Hartono*

* YPAM BoyolaliTel. 0276 3293385

E-mail: [email protected]

Berita dari Lapang

Page 22: Warta Konservasi Lahan Basahwetlands.or.id/wklb/Vol 15 No 2 (Juli 2007).pdf4444 zzzz Warta Konservasi Lahan Basah Kearifan Tradisional “Togo” di Muara Lanowulu Rahasia di Balik

Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007 2323232323

Tidak banyak orang yangtahu—apalagi merayakan—World Migratory Bird Day

(WMBD) atau Hari BurungBermigrasi Sedunia yang tahun 2007ini diperingati pada tanggal 12-13 Meilalu. Meski tidak semeriah peringatanhari besar lingkungan yang lain,namun peringatan WMBD jugamempunyai misi dan tujuan yangtidak kalah penting. Dalampenyampaian lewat situs resminya(www.worldmigratorybirdday.org),dikatakan bahwa WMBD merupakansebuah prakarsa global yangdipersembahkan guna merayakankeindahan burung-burung yangbermigrasi dan untukmempromosikan upayakonservasinya di seluruh dunia.Tema utama perayaan WMBD untuktahun ini adalah “Burung MigranDalam Perubahan Iklim” yangdiselaraskan sebagaimana temabesar perubahan iklim global yangdiusung oleh UNEP dalam rangkamemeringati Hari Lingkungan HidupSedunia tahun 2007 tanggal 5 Juni.

Dalam rangka kegiatan monitoringburung pantai Indonesia (MoBuPI)dan sekaligus untuk merayakanWMBD tersebut, kami yangtergabung dalam kelompok studiburung BIONIC UNY mengunjungiP. Trisik, Kulon Progo, Yogyakarta,hari Minggu, 13 Mei lalu. Daerah inimemang telah cukup lama dikenaloleh para pengamat burung Jogja

sebagai lokasi terbaik untukpengamatan burung, terutama bilaingin mengamati burung pantaimigran, para penjelajah dunia yangberasal dari belahan bumi utara.

Oleh karena pengamatan dilakukandua kali, yaitu pada pagi dan sorehari, kami pun terbagi menjadi duakelompok sebagai penyesuaian.Kelompok pertama yang berangkatpada pagi hari telah melakukanpengamatan terlebih dahulu. Sayayang termasuk kelompok sore,bersama 7 kawan yang lain, barumulai melakukan pengamatan padasekitar pukul 15.30 WIB. Denganberkendara sepeda motor kamiharus menempuh perjalanan lebih

dari 40 km ke selatan, dari kampusmenuju kawasan wisata P. Trisik.Meski telah lama menjadi daerahtujuan wisata, namun P. Trisik saatini tidak terlalu ramai dikunjungiakibat terputusnya jembatanSrandakan beberapa tahun lalu.Jembatan Srandakan yang barumemang telah selesai dibangun dantelah dapat digunakan. Namun selainbelum diresmikan, aksestransportasi umum yang menujukawasan pantai belum berfungsi lagiseperti sedia kala sehingga hanyapara pemancing dan masyarakatsekitar Kulon Progo saja yang kerapberkunjung.

Mengamati Para Penjelajah Dunia di P. Trisik:Sebuah Perayaan di Hari Burung BermigrasiSedunia Ala Pengamat Burung

Oleh:

Imam Taufiqurrahman*

Suasana saat pengamatan (Foto: Jarot)

..... bersambung ke halaman 30

Berita dari Lapang

Page 23: Warta Konservasi Lahan Basahwetlands.or.id/wklb/Vol 15 No 2 (Juli 2007).pdf4444 zzzz Warta Konservasi Lahan Basah Kearifan Tradisional “Togo” di Muara Lanowulu Rahasia di Balik

2424242424 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Lalu, pada bulan Mei 2007, penulismendapat tugas untuk melihat potensiDanau Siais untuk pengembangankawasan wisata alam di KabupatenTapanuli Selatan. Dalam perjalanandari kota Padangsidimpuan menujuDanau Siais dengan jarak sekitar 73km, sebagian perjalanan melewatidaerah aliran sungai Batang Toru, danpenulis pun menemukan plangpengumuman tentang lubuk laranganlainnya, seperti yang dijumpai di DesaTamiang, Kecamatan Kota Nopan,Kabupaten Madina.

DARI MANA ASALNYALUBUK LARANGAN DANBAGAIMANA ATURANNYA?

Papan pengumuman tentang lubuklarangan, sangat menyita dan menarikperhatian penulis. Awalnya penulismenduga bahwa lubuk laranganadalah daerah bagian sungai yangdalam (yang disebut dengan lubuk)yang tidak boleh diganggu, misaluntuk mandi atau diambil ikannya.Ingatan penulis merunut jauh ke masakecil penulis yakni hidup bersamakeluarga di hulu Sungai Batanghari,Sumatera Barat, bahwa ada lubuk(bagian sungai yang dalam) tertentuyang dilarang mengambil ikan ditempat tersebut dengan cara apapun.Rupanya, dugaan penulis meleset.Berdasarkan penjelasan pemanduyang berasal dari desa tersebut,penulis mendapatkan informasibahwa lubuk larangan di daerahtersebut adalah bukan bagian sungaiyang dalam, namun adalah alursungai dengan panjang sekitar 1,5 kmyang melintasi desa tersebut yangdilarang bagi siapa saja untukmengambil ikan dengan cara apapun,

kecuali pada waktu tertentu. Khusus didesa Tamiang, Kecamatan KotaNopan, Kabupaten Madina, lubuklarangan dibuka selama 2 hari padawaktu berdekatan dengan hari rayaIdul Fitri, yakni tanggal 2 - 3 Syawal,dan mulai tanggal 4 Syawal lubuklarangan tersebut ditutup kembali.

Lubuk larangan di Desa Tamiangmerupakan tradisi masyarakattersebut yang telah berjalan turuntemurun. Penetapan kawasan lubuklarangan ditetap berdasarkan SKDesa dengan kesepakatan wargamasyarakat, dan waktu awalpembukaan dan penutupandiperbaharui setiap tahun. Bagi yangmengambil ikan bukan pada waktuditetapkan akan disidang di kantordesa dan akan dikenakan dendasebesar Rp. 1.000.000,- per orangdan uangnya masuk kas desa yangakan dipergunakan bagipembangunan desa. Berdasarkaninformasi masyarakat, diketahuibahwa sampai saat ini belum adayang melakukan pelanggaranterhadap aturan tersebut karenamasyarakat secara keseluruhanmemahami secara baik tujuan danmaksud ketetapan tersebut tersebut.

Saat lubuk larangan dibuka, setiaporang yang ingin mengambil ikan dikawasan tersebut terlebih dahulumembeli kupon kepada panitia yangtelah ditentukan. Pada pembukaanlubuk larangan tahun 1427 H atautahun 2006, setiap orang yang inginmengambil ikan dikenakan biayasebesar Rp. 30.000 dan saat itusecara keseluruhan desamendapatkan uang Rp. 65.000.000,-(enam puluh lima juta rupiah) dariuang kupon pengambilan ikantersebut. Pengambilan ikan tidak boleh

menggunakan racun, atau disentrumdengan listrik, tetapi hanya boleh denganbantuan pancing, jala, jaring atau alatsejenisnya dan bahkan hanya dengantangan.

Biasanya saat pembukaan lubuklarangan tersebut, masyarakat denganantusias mengambil ikan. Selainkesempatan langka juga untukmendapatkan ikan yang hanya setahunsekali sambil rekreasi bersamakeluarga. Berbagai jenis ikan yangditangkap, meliputi ikan jurung, baung,limbat dan sebagainya. Oleh karenasungai telah ditutup selama 1 tahun,banyak ikan dengan ukuran yang besardidapatkan dengan jumlah tangkapanyang lumayan banyak, yakni berkisar diatas 5 kg tergantung keterampilan dalammenangkap ikan atau tentunyatergantung rizki masing-masing.

Uang hasil penjualan kupon, selaindipergunakan untuk pembangunandesa, juga untuk memberi insentifbagi yang bisa membunuh babikarena babi merupakan hama bagipadi sawah atau kebun masyarakat.Dengan demikian, aturan lubuklarangan, selain menjagasumberdaya perikanan sungai,menyediakan sumberdana bagipembangunan desa, juga sekaligusdapat mengurangi gangguan hamababi bagi pertanian dan kebunmasyarakat sehingga petani dapatmenikmati hasil jerih payahnya.

PENUTUP

Lubuk larangan hanyalah salah satucontoh kearifan masyarakat lokaldalam pengelolaan sumberdayaalam. Mereka memberikan contoh

..... Sambungan dari halaman 17

Lubuk Larangan: Melestarikan Sumberdaya Perikanan Sungai ...........

Berita dari Lapang

Page 24: Warta Konservasi Lahan Basahwetlands.or.id/wklb/Vol 15 No 2 (Juli 2007).pdf4444 zzzz Warta Konservasi Lahan Basah Kearifan Tradisional “Togo” di Muara Lanowulu Rahasia di Balik

Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007 2525252525

nyata dalam pengelolaansumberdaya alam secara lestari dandilakukan secara mandiri. Merekamenjaga sungai yang ada di hulu,sehingga masyarakat di hilir tidakterkurangi haknya untukmendapatkan sumber kehidupan darisungai yang airnya terus mengalir.

Gambar 2. Kondisi umum aliran sungai Aek Batang Gadis yangmelintasi Desa Tamiang, Kec. Kota Nopan, Kab. Madina, SumateraUtara dengan latar belakang berupa hutan yang masih relatif terjaga.Sebagian kawasan hutan ditanami karet secara tradisional dan padadaerah landai di kiri kanan sungai terdapat sawah masyarakat yang

mendapat pengairan dari sungai Aek Batang Gadis.(Foto oleh Onrizal, tanggal 2 Februari 2007).

Gambar 3. Jalan lintas tengah Sumatera yang melintasi DesaTamiang dari kota Bukitinggi menuju Medan. Pada sebelahkanan jalan terdapat permukiman penduduk yang juga beradadi bawah kaki pegunungan bukit barisan, dan di sebelahkanan jalan terdapat aliran sungai Aek Batang Gadis (Fotooleh Onrizal, tanggal 30 Januari 2007)

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita dari Lapang

Mereka melakukan hal tersebutbukan karena pengarahan orang‘terpelajar’ dari kota, tetapikedekatan mereka dengan alammenjadikan mereka arif dan bijak,sehingga tahu apa yang harusdilakukan dan apa yang tidak. Alamtelah menjadi guru bagi mereka

untuk berbuat dan berperilaku.Saatnya bagi kita untuk mengambilpelajaran dari mereka.

* Departemen Kehutanan Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara.

Grup Kajian Lingkungan Asosiasi AkademisiPerguruan Tinggi Seluruh Indonesia (ASASI)

E-mail: [email protected]

..... Sambungan dari halaman 21

Kearifan Tradisional: Selamatkan Tumbuhan Obat ...........

12. Sidaguri Sida rombofolia

Tumbuhan ini umum dijumpai diBantaran Kali Surabaya, terutama dilahan-lahan terbuka yang terkenamatahari, akar dan batangnya ulet,daunnya memanjang bergerigi.

Sifat dan KhasiatMenurunkan kadar asam urat, mem-perlancar air kencing, dan meringan-kan rasa sakit akibat asam urat.Seluruh bagian tumbuhan dapatdimanfaatkan.

13. Belimbing Wuluh Averrhoa bilimbi

Tumbuhan berbang keras ini bisamencapai ketinggian 10 m. Buahnya

berwarna hijau muda, berbentuklonjong sebesar ibu jari dan rasanyaasam. Buahnya sering di pakai untukmemasak sehingga sering disebutjuga belimbing sayur. Daunnya kecilberhadapan, bunga merah mudakeunguan.

Sifat dan KhasiatBelimbing wuluh dapat menurunkantekanan darah tinggi, diabetes,mengobati gusi berdarah, sakit gigi,dan mampu mengeluarkan dahakserta menurunkan panas.

14. Mengkudu Morinda ritricifolia

Tanaman liar khas Indonesia initingginya bisa mencapai 3-8 m.

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Daunnya tebal dan lebar, letaknyaberhadapan. Bunganya kecilberwarna putih. Buahnya berwarnahijau bertutul-tutul, kalau sudah tuamenjadi kekuningan dan berbau.

Sifat dam KhasiatDapat mematikan kuman karenakandungan Metil asetil ester. SenyawaMoridomnya Soranjidiol bergunamelancarkan keluar air seni.Mengkudu juga berkhasiat sebagaiobat Cacing, hipertensi, radang usus,hepatitis dan masuk angin.

Informasi lebih lanjut, silahkanhubungi:

* Manajer Pendidikan Lingkungan ecotonE-mail: [email protected]

Page 25: Warta Konservasi Lahan Basahwetlands.or.id/wklb/Vol 15 No 2 (Juli 2007).pdf4444 zzzz Warta Konservasi Lahan Basah Kearifan Tradisional “Togo” di Muara Lanowulu Rahasia di Balik

2626262626 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

Flora dan Fauna Lahan Basah

Salah satu jenis Amphibiayang mempunyai nilaiekonomi tinggi di

Indonesia adalah katak/kodok (frog).Pemanfaatan dagingnya telah lamaterjadi bahkan kini ekspor dagingkodok merupakan komoditi ekspornon migas. Dari rumah-rumahmakan di pinggir-pinggir jalan hinggarestoran banyak dijumpai makananyang berasal dari daging kodok.Bahkan pemerintahpun merasa perlumenyediakan bibit kodok untukdibudidayakan karena permintaanpasar akan daging kodok yangcukup tinggi. Diimporlah kodokberkualitas tinggi dan dikembangkanmelalui budidaya penangkaran(captive breeding), bukanpenangkapan.

Umumnya para stakeholder(pengusaha, pengumpul)menangkapi kodok-kodok langsungdari alam untuk diolah dagingnyamenjadi santapan. Padahal adabeberapa jenis yang saat ini ternyatatelah langka dan terancam punahakibat eksploitasi berlebihan di habitataslinya. Bila hal ini tetap dibiarkantanpa usaha ke arah konservasinya,maka tidak menutup kemungkinanjenis-jenis katak/kodok tertentu yangselama ini dimanfaatan dagingnyaakan mengalami ancamankepunahan. Akibatnyakeseimbangan ekosistem di alamterganggu dan pada akhirnya

Ekspor Daging KODOKPerlu Pengendalian

Oleh:

Ismu Sutanto Suwelo*

manusialah yang akan terkenadampaknya. Katak/kodok dalamekosistem mempunyai peranan yangpenting, misalnya memangsaserangga pengganggu dll.

JENIS YANG DIMANFAATKANUNTUK DIEKSPOR

Beberapa jenis katak/kodok dariIndonesia telah lama diekspor kemancanegara selain dikonsumsi didalam negeri. Jenis katak gembong/katak batu (Giant Javan Frog),Limnonectes macrodon ekspornyamencapai 19%. Jenis yang hidup dialiran air hingga ketinggian 400 meterdpl ini secara global tersebar diwilayah Asia Tenggara. Sementaradi Indonesia penyebarannya ada diSumatera, Kalimantan dan Jawa.Sejak tahun 2004 status populasikatak gembong di alam menurut RedData Book-IUCN adalah V (Vulner-able) yaitu beresiko punah.

Jenis berikutnya adalah Fajervaryacancrivora (Crab-eating Frog),dimana ekspor paha/dagingnya dariIndonesia selama ini mencapai 75%.Di tahun 1992 angka ekspor jenis inimencapai 5.600 ton, sementarasebelumnya yaitu tahun 1969 hanya28 ton. Katak jenis ini didugaterdapat di Pulau Jawa dan juga telahmenurun angka ekspornya.

Jenis lainnya adalah Grass Frog,Fajervarya lamnocharis yangmempunyai penyebaran populasi diIndonesia yaitu Sumatera,Kalimantan, Sulawesi, Jawa dan Bali.Bersama dengan katak gembongdan Crab-eating Frog, katak jenisinipun dimanfaatkan dagingnya (pahadan tubuhnya) setelah ditangkaplangsung dari habitat aslinya.

KATAK BUDIDAYA

Katak jenis Rana catesbeiana adalahkatak budidaya yang pernah diimporbibitnya oleh Pemerintah (DitjenPerikanan Deptan) dari AmerikaUtara pada tahun 1982-2003, namunternyata tidak berkembang karenatersaingi oleh katak/kodok lokal yangditangkapi langsung dari alam.Katak/kodok budidaya yang bernilaitinggi ini (Rana catesbeiana)diternakan (captive breeding) dalambak/kolam, tidak bisa hidup di alamliar di Indonesia. Pernah menjadikomoditi ekspor yang prospeknyabaik, namun karena kurangperlindungan atas kegiatanpeternakannya maka ekspornyatersaingi oleh katak/kodok yangditangkapi dari alam. Selain itukodok impor ini sering terkenapenyakit serta bibitnya yang mahal.Jenis lain yang berasal dari India

Page 26: Warta Konservasi Lahan Basahwetlands.or.id/wklb/Vol 15 No 2 (Juli 2007).pdf4444 zzzz Warta Konservasi Lahan Basah Kearifan Tradisional “Togo” di Muara Lanowulu Rahasia di Balik

Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007 2727272727

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Flora dan Fauna Lahan Basah

dan Pakistan (Rana hexadactyla danR. macrodon) sejak 10 tahun yanglalu telah dilarang oleh PemerintahIndia dan Pakistan untuk dieksporkarena alasan konservasi.

Pengendalian terhadap ekspordaging kodok jenis Limnonectesmacrodon, Fajervarya cancrivora,dan F. lamnocharis perlu dilakukankarena dikhawatirkan akan terjadipenurunan jumlah populasi di alamakibat eksploitasi yang berlebihan.Tampaknya ekspor daging kodok/katak dari Indonesia tidak diatur olehotoritas pengelola bersama otoritasilmiah. Hal ini disebabkan karenaperdagangan kodok tidak diawasioleh peraturan CITES.

USAHA KE ARAHPERLINDUNGAN

Dalam Lokakarya ”Usulan JenisSatwa dan Tumbuhan yang PerluDilindungi Undang-undang”,diselenggarakan Puslit Biologi LIPIpada tanggal 29 Nopember 2006,Kelompok Herpetofauna mengajukankodok merah, Leptophryne cruentatayang tercatat dalam Red List IUCNsebagai Critically Endangered, agardirekomendasi LIPI untuk dilindungiUU Konservasi Hayati 1990,ditambahkan dalam daftar lampiranPP No. 7/1999 tentang PengawetanJenis Tumbuhan dan satwa karenapopulasinya di alam sudahterancam. Sedangkan jenis lainnyayaitu Limnonectes macrodon,Fajervarya cancrivora dan F.lamnocharis yang disebut dalamartikel ”Indonesia’s Exports of FrogLegs”, Traffic Bulletin Vol. 21 No. 1July 2006, ditulis oleh Mirza D.Kusrini dan Ross A. Alford tidakdibahas, padahal Limnonectes

macrodon (katak gembong, katakbatu, Giant Javan Frog) statusnya dialam menurut RDB-IUCN adalahVulnerable (Terancam punah).

Yayasan Nasional Bina Samudra,sebuah LSM Kelautan di Jakartamelalui surat tanggal 5 Desember2006 No. 46/YNBS.E/XII/2006,ditujukan kepada Kepala PuslitLimnologi LIPI perihal DatabaseAmphibia yang Langka danTerancam Punah yang ada diIndonesia (I. Katak, Frog)menyarankan kepada Pemerintahcq. Puslit Limnologi LIPI agar jeniskatak gembong dan katak merahperlu mendapat perlindungansehubungan dengan tidak diawasinyaperdagangan kodok oleh CITES danlokakarya tanggal 29 Nopember2006 yang baru lalu tidakmengusulkannya.

Diperlukan penelitian lebih lanjuttentang aspek biologi, sebarangeografi, jumlah populasi dan lain-lainterhadap jenis-jenis Amphibia yangmempunyai nilai ekonomi sehinggadapat ditentukan status hukumnya diIndonesia. Selain itu perlu

dikembangkan usaha budidaya(captive breeding) terhadap jenis-jenis tersebut agar sumber plasmanutfah tetap tersedia di alam.Banyak diantara jenis-jenis katak/kodok yang endemik namun belumdiketahui kedudukan takson maupunekosistemnya. Para pakar yangtergabung di dalam KelompokHerpetofauna Indonesia agar lebihaktif lagi melakukan penelitianmengenai hal tersebut sehinggakeberadaan jenis-jenis Amphibiasebagai unsur dari keanekaragamanhayati di Indonesia dapatdimanfaatkan untuk sebesar-besarkemakmuran rakyat dengan tetapberpegang pada asas kelestarianalam.

Sementara itu katak budidaya, Ranacatesbeiana yang diternakkankembali secara ”captive breeding”agar dikembangkan karena jelasmenguntungkan dari segi ekonomiasal tidak tersaing oleh katak/kodokyang ditangkapi dari habitat aslinya dialam.

* Yayasan Nasional Bina Samudra

Rana catesbeiana, katak budidaya hasil impor,memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi, namun

ekspornya tersaingi katak yang ditangkapi langsungdi alam. Jenis ini memiliki prospek dikembangkan

kembali melalui peternakan yang lebih dilindungi

Page 27: Warta Konservasi Lahan Basahwetlands.or.id/wklb/Vol 15 No 2 (Juli 2007).pdf4444 zzzz Warta Konservasi Lahan Basah Kearifan Tradisional “Togo” di Muara Lanowulu Rahasia di Balik

2828282828 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

Berita dari Lapang

Mengenal Capung*

Oleh:

Shanti Susanti

Capung merupakan seranggayang menarik, memiliki 4sayap yang berselaput dan

banyak sekali urat sayapnya.Bentuk kepala besar dengan matayang besar pula. Capung memilikitoraks yang kuat dan kaki yangsempurna. Abnomen panjang danramping, tidak mempunyai ekor,tetapi memiliki berbagai bentuk umbaiekor yang telah berkembang denganbaik. Mata capung sangat besardan disebut mata majemuk, terdiridari banyak mata kecil yang disebutommatidium. Dengan mata inicapung mampu melihat ke segalaarah dan dengan mudah dapatmencari mangsa atau meloloskandiri dari musuhnya, bahkan dapatmendeteksi gerakan yang jauhnyalebih dari 10 meter dari tempatnyaberada. Kedua pasang sayapcapung berurat-urat. Para ahlicapung dapat mengidentifikasi danmembedakan kelompok capungdengan melihat susunan urat-uratpada sayap. Masing-masingsusunan memiliki nama tersendiri.

Bila diperhatikan, ada dua macamcapung dengan perbedaan ukuranyang sangat mencolok yaitu Capungjarum dan Capung biasa. Capungjarum (anak bangsa Zygoptera)ukuran tubuhnya kecil dan rampingseperti jarum. Pada waktu hinggap,sayap capung jarum terlipat/menutupdi atas punggungnya. Capung biasa(anak bangsa Anisoptera) tubuhnyalebih besar dan lebih kekar daripadacapung jarum, dan umumnya dapatterbang lebih cepat. Sayap capung

biasa terentang pada waktu hinggap.Kecepatan terbang capung biasasangat tinggi, bahkan ada jenis yangdapat terbang mencapai 64 km perjam.

Daur hidup capung mengalami tigatahap perubahan bentuk(metamorfosis) yaitu telur, nimfa dandewasa. Daur hidup ini termasukdalam metamorfosis tidak lengkap.

Nimfa hidup di dalam air danbernafas dengan insang. Dalamjangka waktu beberapa bulan hinggalima tahun, bergantung jenisnya,nimfa kemudian akan naik kepermukaan air dengan memanjatdaun atau tumbuhan untuk kemudianmelepaskan kulit dan menjadicapung dewasa.

PERILAKU MENARIK DARICAPUNG

Pada beberapa jenis, capung jantanyang siap kawin memiliki kebiasaanuntuk menguasai suatu ”wilayah”.Capung jantan umumnya berwarnacerah atau lebih mencolok daripadayang betina. Warna yang mencolokini membantu menunjukkanwilayahnya kepada jantan lain.Perkelahian diantara capung-capungjantan sering terjadi dalammemperebutkan wilayah masing-masing. Bila ada capung betinaterbang mendekati salah satuwilayah, maka jantan penghuni akanmencoba mengawininya.

Capung melakukan perkawinansambil terbang, umumnya di sekitarperairan; dengan menggunakanumbai ekornya, capung jantan akan

Daur hidup capung

telur

nimfa

capung dewasa

Nimfa capung terkenal sebagaipemangsa yang ganas, mempunyaibibir bawah yang dapat dijulurkanuntuk menangkap mangsanya.

Page 28: Warta Konservasi Lahan Basahwetlands.or.id/wklb/Vol 15 No 2 (Juli 2007).pdf4444 zzzz Warta Konservasi Lahan Basah Kearifan Tradisional “Togo” di Muara Lanowulu Rahasia di Balik

Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007 2929292929

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Berita dari Lapang

mencengkeram bagian belakangkepala capung betina. Kemudiancapung betina akanmembengkokkan ujung perutnyamenuju alat kelamin jantan yangsebelumnya sudah terisi sel-selsperma. Keadaan ini membentukposisi yang menarik seperti lingkaranyang disebut ”roda perkawinan”.Setelah berhasil, sperma akanmemasuki tubuh capung betina danmembuahi telur-telurnya.

Capung betina yang siap bertelur,akan meletakkan telur-lelurnyadengan berbagai cara, ada yangmenyimpannya di sela-sela batangtanaman air, ada pula yangmenyelam ke dalam air untukbertelur. Oleh sebab itu capungselalu ’terikat’ dengan air, baik untukmeletakkan telur-telurnya maupununtuk kehidupan nimfanya. Padawaktu capung betina meletakkantelur-telurnya, capung jantanmelayang-layang di atasnya atautetap menempel pada tubuh betinadalam posisi berboncengan atau”tandem”.

MANFAAT CAPUNG BAGIMANUSIA

Bentuk capung yang anggun sertawarna yang indah sering menjadiinspirasi bagi para seniman lukis,perancang mode, pembuat hiasankerajinan tangan, penulis puisi danlagu. Gerakan terbangnya yangcepat dan dinamis menjadi inspirasibagi seni tari. Pada jaman dahulu diMadagaskar, Indonesia danMalaysia, konon capung digunakansebagai makanan perangsang, danada pula yang menggunakannyasebagai obat. Di beberapa daerah diIndonesia, terutama di pedesaan,capung hijau sering digunakan untukmenghentikan kebiasaan mengompolpada anak-anak, dengan caracapung dipegang sayapnya laludiletakkan di atas pusar si anaksehingga kaki capung akan’menggelitik’ pusar anak tersebut.Sementara di Jepang, capungdilindungi dan tidak boleh dilukai ataudibunuh, sebab merupakan simbolkejayaan dan semangat sertapenghubung jiwa orang yang telahmeninggal.

Capung ternyata juga bermanfaatlangsung bagi manusia, karenanimfa capung memakan berbagaijenis binatang air, termasuk jentik-jentik nyamuk yang dapatmenyebarkan penyakit malaria dandemam berdarah. Capung dewasabiasanya memangsa lalat, nyamukdan beberapa serangga hamatanaman. Sebetulnya, baik nimfamaupun capung dewasa biasanyamemakan mangsa apa saja yangterlihat paling banyak dan sesuaibaginya. Capung dapat mengurangijumlah serangga pembawa penyakitnamun tidak dapat memberantasnya.

Pada gilirannya capung dannimfanya menjadi makanan binatanglain seperti ikan, katak dan burung.Dalam hal ini, capung juga

merupakan bagian penting dari rantaimakana, terutama pada habitatperairan.

Capung dapat juga disebut sebagaiindikator air bersih. Artinya, capungdapat dimanfaatkan untuk memantaukualitas air di sekitar lingkungan hidupkita, karena nimfa capung tidak akandapat hidup di air yang sudahtercemar atau di sungai yang tidakada tumbuhannya. Jadi secara tidaklangsung kehadiran capung dapatmenandakan bahwa perairan sekitarkita masih bersih.

Perubahan populasi capung jugadapat menandai tahap awal adanyapencemaran air, disamping tandalainnya yang berupa kekeruhan airdan melimpahnya ganggang hijau.Namun, untuk memastikan apakahsuatu sungai atau badan air tercemaratau tidak, tentu saja harus disertaipula dengan penelitian fisika dan kimiasecara akurat.

PELESTARIAN

Capung saat ini merupakan salah satubinatang yang terancam punah.Menurunnya jumlah capungdisebabkan oleh rusaknya tempathidup (habitat) akibat kegiatanmanusia, seperti pengeringan airsungai atau danau, penggundulanhutan, pencemaran yang berasal dariobat-obat pembasmi hama dalampertanian, limbah industri sertapembuangan kotoran melalui aliran airdan sebagainya, yang mebahayakandan memusnahkan nimfa capung.

Oleh sebab itu, untuk melestarikancapung, selain tidak ditangkap untukdimakan atau untuk mainan, jugaharus disertai dengan memeliharatempat hidupnya.

(Sunber: Seri Panduan Lapangan ‘MengenalCapung’, LIPI/W-IP

Capung mempunyai kebiasaanberjemur di bawah sinar matahariuntuk menghangatkan tubuhnya danmenguatkan otot-otot sayapnya untukterbang.

Beberapa cara capung bertelur

Page 29: Warta Konservasi Lahan Basahwetlands.or.id/wklb/Vol 15 No 2 (Juli 2007).pdf4444 zzzz Warta Konservasi Lahan Basah Kearifan Tradisional “Togo” di Muara Lanowulu Rahasia di Balik

3030303030 Warta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan BasahWarta Konservasi Lahan Basah

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

..... Sambungan dari halaman 23

Mengamati Para Penjelajah Dunia di P. Trisik ...........

Area persawahan yang membentangdi kanan-kiri jalan menuju kawasanpantai menjadi pemandangan awalyang kami jumpai. Tanaman padiyang menguning tampak indah danmenyegarkan mata. Kamimemutuskan untuk tidak langsungmenuju kawasan pantai, namunmenuju muara Kali Progo, yanguntuk menuju ke sana perjalananharus ditempuh dengan melewatijalan berbatu, lurus setelah pertigaan.

Beberapa ekor cerek jawa(Charadrius javanicus) menjadiburung pantai pertama yang kamijumpai. Burung tersebut termasukjenis penetap dan merupakan jenisburung yang persebarannya hanyaterbatas Jawa-Bali (endemik). Dikejauhan tampak 6 ekor cangak abu(Ardea cinerea) sedang mencarimakan di perairan.

Dari muara kami lalu memutuskanuntuk berpindah lokasi ke timurmenuju laguna. Dua buah lagunayang sebenarnya merupakan daerahgenangan air itu biasanya menjadi

tempat berkumpul (flocking) berbagaijenis burung pantai. Benar saja, tidaklama kemudian kami mencatatkehadiran 9 ekor kedidi leher-merah(Calidris ruficollis). Burung inimerupakan salah satu burungmigran dari Siberia dan Alaska yangtercatat bermigrasi hingga Australia.Teman-teman kami yang mengamatidi pagi hari menjumpai kehadiranjenis burung migran lain, yaitubeberapa ekor kedidi putih (Calidrisalba) dan seekor cerek kernyut(Pluvialis fulva), berkumpul menjadisatu dengan cerek jawa di lagunatersebut.

Salah satu keunikan dari burung-burung migran ini ada padaperbedaan warna bulu-bulu merekasaat bermigrasi dan berbiak. Saatbermigrasi, bulu-bulu merekabiasanya berwarna campuran antaracoklat, putih dan abu-abu, cenderungtidak mencolok. Sedang saatberbiak, bulu-bulu mereka akanmempunyai banyak variasi warnamenarik. Kedidi leher-merah yangkami jumpai saat itu menunjukkan

bulu migrasi yang sedang beralih kebulu berbiaknya. Ditandai oleh warnabulu pada bagian leher yang telahtampak kemerahan. Nantinya bululeher, bagian atas kepala danpenutup sayap akan berwarnamerah karat. Menandakan bahwamereka tengah memasuki musimkawin dan siap untuk melanjutkanketurunan.

Angin berhembus cukup kencangdengan sinar matahari yang tidak lagiterasa panas menyengat,menjadikan pengamatan sore itusemakin menyenangkan. Kamimerasa beruntung karena masihdapat menjumpai burung-burungpenjelajah dunia tersebut. Saat itumereka tengah bersiap untukmenempuh perjalanan panjangkembali ke belahan bumi utara untukberbiak. Lalu, pada beberapa bulanke depan, di saat musim dingin didaerah berbiak mereka telah tibakembali, kelak mereka akanmelakukan pengembaraan lagimenuju belahan bumi selatan yanglebih hangat guna menghindarikondisi ekstrim musim dingintersebut. P. Trisik sebagai salah satulokasi persinggahan mereka menjadisaksi dari sebuah perjuangan berat,melelahkan dan penuh ancaman,seperti perubahan habitat, iklim globaldan perburuan oleh manusia. Dansetiap tahun dalampengembaraannya, itulah ancamannyata yang harus dihadapi oleh parapenjelajah dunia yang mengagumkanini.

* Pengamat burung, anggotaKelompok Studi Burung BIONIC UNY

Kedidi-leher merah yang teramati di laguna P. Trisik (Foto: Aan)

Berita dari Lapang

Page 30: Warta Konservasi Lahan Basahwetlands.or.id/wklb/Vol 15 No 2 (Juli 2007).pdf4444 zzzz Warta Konservasi Lahan Basah Kearifan Tradisional “Togo” di Muara Lanowulu Rahasia di Balik

Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007Vol 15 no. 2, Juli 2007 3131313131

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Kotak-Katik Lahan BasahKotak-Katik Lahan BasahKotak-Katik Lahan BasahKotak-Katik Lahan BasahKotak-Katik Lahan Basah

Isilah kotak-kotak di samping ini :

1. Jenis hewan melata2. Cara berkembang biak penyu3. Tempat bertelur penyu laut4. Salah satu jenis penyu laut5. Penyu (Bhs. Inggris)6. Indonesia diapit Samudera Pasifik

dan Samudera ...7. Anak penyu8. Tapak9. Hewan pemangsa10. Jumlah suatu jenis

bang tri’ Jul-07

Jawaban Kotak-Katik Lahan BasahVol. 15 No 1 April 2007

1

P E S I S I R

2

K E P I T I N G

3

N E L A Y A N

4

K O N V E R S I

5

S E I S M O G R A F

6

K I N G F I S H E R

7

S I M B I O S I S

8

T S U N A M I

9 R H I Z O P H O R A

10

B A N D E N G

11

P A N T U R A

12

U L A Y A T

○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○ ○

Dokumentasi Perpustakaan

1

P

2

E

3

N

4 Y

5

U

6

H

7

I

8

J

9

A

10

U

1. Daerah tepi laut2. Ketam3. Pencari ikan4. Perubahan peruntukan5. Alat pencatat gempa bumi6. Nama Inggris bagi Burung

Raja Udang

7. Hubungan erat antara dua jenismahluk hidup

8. Gelombang laut dashyat akibatgempa di dasar laut

9. Bakau (jenis mangrove)10. Ikan tambak11. Pantai Utara Jawa (singkat)12. Hak masyarakat adat atas

sebidang tanah

Gettenlohner, U., S. Lampert and K.Wunderlich. 2007. MangroveRehabilitation Guidebook: Publish inthe Framework of the EU-Asia ProEco II B Post Tsunami Project inSrilanka. Global Nature Fund, 66.

Indriatmoko, Y., E.L. Yuliani {et.al}.2007. Dari Desa ke Desa: DinamikaGender dan Pengelolaan KekayaanAlam. CIFOR, 131.

Noor, Y.R. dan J. Heyde.2007. Pengelolaan LahanGambut BerbasisMasyarakat diIndonesia. WetlandsInternational -IndonesiaProgramme,xiv + 157.

Rivai, S.A., M. Hilman, M.A.Mallolongan dan I. Mawardi. 2006.Strategi dan Rencana TindakNasional Pengelolaan Lahan GambutBerkelanjutan. Departemen DalamNegeri, xiv + 120.

Sari, A.P., Rizka, E.S. 2007.Ringkasan Eksekutif: Indonesia danPerubahan Iklim: Status Terkini danKebijakannya. Bank Dunia.

Sari, N. {et.al}. 2006. Penilaian DataLingkungan pasca Tsunami di

Provinsi Nanggroe AcehDarussalam. Laporan

Teknis. Wetlands Interna-tional - Indonesia Programme,

xii + 208.

Sari, N. {et.al}. 2006.Post Tsunami “Green”Environmental Data inthe Province NanggroeAceh Darusssalam.Laporan Teknik.Wetlands International -Indonesia Programme,xiii + 184.

Wetlands International - IndonesiaProgramme. 2007. LokakaryaPerbaikan Penghidupan Masyarakatdi Wilayah Yang Terkena DampakTsunami Melalui Rehabilitasi danPengelolaan Berkelanjutan EkosistimPesisir: To Support LocalLivelihoodsin Tsunami Affected Areas ThroughSustainable Rehabilitation andManagement of Coastal, WetlandsInternational-IP.