Top Banner
KALAHKAN KEJAHATAN DENGAN KEBAIKAN ROMA 2 : 9 2 Bahan khotbah GMII Solagratia Jakarta 13 April 2014
6

Warta GMII Solagratia 13 April 2014

Oct 17, 2015

Download

Documents

Warta GMII Solagratia
13 April 2014
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

KALAHKAN KEJAHATAN DENGAN KEBAIKANROMA 12 : 9 21

Bahan khotbah GMII Solagratia Jakarta13 April 2014

Dalam tulisan tulisan Paulus banyak hal praktis yang selalu ia ajarkan kepada jemaat yang ia layani. Termasuk dalam bagian ini. Roma 12 : 9 21 merupakan bagian dari nasihat Paulus kepada jemaat di Roma. Kepada mereka Paulus menasihatkan berapa pentingnya cara hidup yang baik sebagai orang percaya di tengah lingkungan yang sudah semakin jahat. Dalam keadaan yang sulit bagi orang Kristen ini maka Paulus menasihati, supaya mereka bertahan dalam iman yang benar dan mereka justru harus tetap mempraktekkan kasih itu. Karena bagi Paulus kasih itu bukan sekedar perkataan saja namun tindakan kasih itu jauh lebih penting.Di dalam kehidupan kita, tiap-tiap orang bisa menerima perbuatan yang tidak baik atau jahat dari sesamanya. Demikian pula, seorang percaya di dalam kehidupannya, mau atau tidak mau ia akan diperhadapkan dengan perbuatan jahat orang lain terhadap dirinya. Jika hal ini terjadi pada kita, apakah orang Kristen diperbolehkan untuk membalas kejahatan dengan kejahatan? Mungkinkah mengalahkan kejahatan dengan kebaikan? Jika mungkin, bagaimana kita dapat mengalahkan kejahatan dengan kebaikan? Mari kita belajar tentang ini dari tulisan rasul Paulus.Ada 2 hal yang sedang diperjuangkan oleh Paulus, yang pertama berkaitan dengan kehidupan di dalam jemaat sendiri. Paulus mengharapkan jemaat saling mengasihi, memberi hormat, membantu orang lain yang kekurangan, memberikan tumpangan, sehati sepikir, bertekun dalam doa dan tetap melayani Tuhan. Kedua, berkaitan dengan masyarakat atau orang luar. Paulus menasehatkan untuk bersabar dalam kesesakan, minta berkat untuk orang-orang yang menganiayanya, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, mengasihi seterunya dengan tindakan yang nyata.

Paulus melihat bahwa akan ada orang-orang yang tidak suka dengan orang Kristen, bagi Paulus yang pertama harus dilakukan orang percaya adalah hidupnya berkenan dulu kepada Tuhan,biarkan Tuhan terlebih dahulu mengubah hidupnya, kemudian Paulus mengharapkan agar orang Kristen menjadi berkat bagi orang lain, dengan cara jangan membalas kejahatan mereka dengan melakukan kejahatan pula. Paulus mendorong jemaatnya untuk melawan mereka dengan cara yang berbeda yaitu melakukan kebaikan bagi mereka.Paulus memerintahkan jemaat Roma untuk menaati perintah Allah untuk tidak membalas kejahatan namun melakukan hal yang baik kepada semua orang (ay. 17). Kebalikan dari perilaku kebanyakan orang yang membalas kejahatan dengan kejahatan, perintah ini merupakan seruan untuk tampil beda dengan melakukan hal yang berlawanan dengan arus. Perbuatan jahat yang dilakukan sebagai upaya pembalasan terhadap tindakan yang jahat, hendaknya jangan dibiarkan begitu saja. Hal ini sesegera mungkin harus ditanggapi dan diselesaikan dengan baik sebelum konflik meruncing dan perilaku jahat semakin menjadi-jadi sehingga dapat merugikan kedua belah pihak. Secara tegas Allah menginginkan kita untuk berhenti membalas kejahatan dengan kejahatan. Alkitab memberikan arahan bagi kita untuk menjauhi yang jahat sebelum kita terlibat di dalamnya. Namun jika ternyata ini tidak bisa kita hindari maka Allah menghendaki kita menaati perintah-Nya untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Perintah untuk berhenti membalas kejahatan dilanjutkan dengan seruan untuk melakukan hal yang baik. Perintah ini sekan-akan mendesak kita untuk bersikap progresif dalam menanggapi kejahatan. Dalam hal ini, keinginan manusia untuk membalas kejahatan dengan kejahatan digantikan dengan perintah Allah untuk membalas kejahatan dengan kebaikan. Intervensi Allah ditengah konflik dalam kehidupan kita perlu ditanggapi dengan serius. Sehebat apapun perlakuan jahat orang lain terhadap kita, Allah menginginkan kita untuk berhenti membalas kejahatan mereka dengan kejahatan dan justru kalahkan kejahatan dengan kebaikan.Untuk mengerti bagaimana kejahatan bisa dikalahkan dengan kebaikan, kita perlu meneliti firman Tuhan pada ayat 17. Perintah lakukanlah dilanjutkan dengan kata apa yang baik bagi semua orang. Di sini, kata baik dikontraskan dengan kejahatan. Ini mengimplikasikan ada pilihan bagi kita untuk me-lakukan apa yang baik bagi semua orang. Dengan demikian, Allah tidak semata-mata memerintahkan kita untuk mentaatinya seolah-olah kita tidak ada pilihan lain, sebab Ia memberikan kita pilihan berubah supaya kita mengetahui apa yang baik, yang berkenan dan yang sempurna (ay. 2). Pilihan kita untuk menaati perintah Allah dengan memilih untuk membalas kejahatan dengan kebaikan, diperkuat dengan himbauan Paulus yang menyatakan sedapat-dapatnya, kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang (ay. 18). Pada ayat yang sama, Paulus mengingatkan bahwa tindakan membalas kejahatan dengan kebaikan sebenarnya bergantung pada keputusan kita. Jika seseorang memilih membalas kejahatan dengan kejahatan, beberapa ayat Alkitab memberitahu kita, penyebabnya yaitu 1. Cemburu (Ams. 6:34); 2. Congkak/sombong (Mzm. 10:2; 1Raj. 22:24, 27); 3. Ukuran/pertimbangan diri sendiri (Mat. 7:1-5); 4. Dendam (Mrk. 6:19-24); 5. Merasa tersinggung atau tertegur (Kis. 5:33; 7:54-59); 6. Sakit hati dan marah (Kej. 34:7, 25). Firman Tuhan mengajak kita untuk berpikir lebih jauh tentang reaksi membalas kejahatan dengan kejahatan. Reaksi ini sebenarnya tidak menciptakan kedaiamaian. Meskipun kita mengatakan memiliki damai dengan Allah di dalam Kristus Yesus, namun jika kita tidak hidup berdamai dengan sesama maka kita sedang membohongi diri sendiri. Pendamaian Allah dengan manusia terjadi ketika Yesus memilih untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahataan. Oleh karena itu, ketika kita mau memilih mengalahkan kejahatan dengan kebaikan maka kematian Yesus yang menebus kita tidak sia-sia. Sama seperti kematian Kristus yang mendamaikan semua orang yang percaya dengan Allah, maka kita pun hendaknya mati dengan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan sehingga kita disebut anak-anak Allah yang membawa kedamaian. Paulus menyatakan Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah karena pembalasan itu adalah hak-Ku (Rm. 12:19). Dalam ayat 18-21 kata pembalasan dipakai 4 kali. Berarti kata ini penting artinya untuk kita perhatikan. Arti kata pembalasan dalam bahasa Yunani, berasal dari kata ekdikeo, Ek, artinya keluar sedangkan dikeo, artinya benar/kebenaran. Kata pembalasan berarti seseorang yang mengadakan perhitungan sendiri dan bersikap main hakim sendiri sebagai reaksi atas tindak kejahatan yang terjadi pada dirinya. Oleh karena itu, jelaslah bahwa tindakan membalas perbuatan jahat adalah tindakan di luar hukum. Kita tidak boleh melakukan pembalasan karena hal itu berada di luar hukum Allah dan pemerintah sebagai wakil Allah. Sedangkan, dalam bahasa Ibrani, kata pembalasan digunakan untuk pembalasan yang dilakukan oleh Tuhan dalam konteks yang berkaitan dengan keadilan dan kesucian-Nya. Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa Allah tidak menghendaki manusia melakukan pembalasan, karena kita sendiri tidak memiliki keadilan dan kesucian yang dapat dipertanggungjawabkan di hadapan Allah dan manusia. Selanjutnya, ay. 19 menyatakan, Pembalasan itu adalah hak-Ku, Akulah yang akan menuntut pembalasan... Maksud firman ini nyata bahwa Tuhan meng-ingatkan bahwa kita tidak memiliki hak untuk melakukan pembalasan terhadap orang lain yang melakukan kejahatan dan sekaligus menempatkan diri kita sendiri sebagai hakim atas mereka. Mengapa tidak bisa? Kedudukan kita bukanlah sebagai hakim ataupun raja yang berwenang memutuskan hukuman apa yang setimpal untuk membalas perbuatan jahat seseorang. Meski demikian, kejahatan memang patut dihukum baik menurut Tuhan maupun hukum pemerintah sebagai wakil Allah (Rm. 13:4). Paulus mengingatkan status kita, katanya Karena itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama. (Rm. 2:1). Lalu, apa tindakan kita terhadap orang yang telah berbuat jahat kepada kita? Firman Tuhan menyatakan,Tetapi, jika seterumu lapar, berilah dia makan: jika ia haus berilah dia minum!(Roma 12:20a). Di sini Firman Tuhan mengajarkan untuk selalu melihat kesempatan bagi kita untuk berbuat baik pada saat hal ini memungkinkan, khususnya kepada orang yang berbuat jahat terhadap kita. Peluang ini sangat besar karena Tuhan yang membuka kemungkinan tersebut supaya kita bisa melakukan kebaikan kepadanya. Bila saat itu tiba, Tuhan juga yang akan memberikan kemampuan kepada kita untuk melakukan kebaikan itu. Dampak dari kebaikan yang kita perbuat itu dahsyat sebab kebaikan yang di-lakukan oleh korban kejahatan kepada pelaku kejahatan mampu membawa seseorang kepada pertobatan.[4] Orang tersebut akan merasa malu seperti wajah seseorang yang ditumpukkan bara api di atas kepalanya (ay. 20b). Alkitab tegas memerintahkan umat Tuhan untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Hal ini terdapat dalam Perjanjian Lama, seperti: Ams. 20:22, 24:2; Yes. 33:1. Dalam Perjanjian Baru, diantaranya: Rm. 12:17-19; 1Tes 5:15, perkataan Tuhan Yesus sendiri dalam Mat. 5:38-40 & Luk. 9:51-56. Paulus me-nyimpulkan pernyataannya tentang mengalahkan kejahatan dengan kebaikan yang bisa kita sebut sebagai prinsip Alkitab, yakni pada Roma 12:21 Janganlah kamu kalah terhadap kejahatan, tetapi kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan! Jadi, kemenangan seseorang terhadap kejahatan bukanlah ketika ia mengikuti keinginan hatinya untuk membalas kejahatan dengan kejahatan. Sebab kekalah-an terjadi justru ketika kita mengikuti niat yang menuntut balas dendam terhadap tindakan orang lain yang berbuat jahat terhadap kita. Perlu diingat bahwa Paulus tidak menyatakan pembalasan Tuhan sebagai jawaban atas tuntutan kekesalan kita terhadap orang yang berbuat jahat atas kita. Sehingga kita tidak boleh memakai doa sebagai harapan agar Tuhan membalas orang yang berbuat jahat atas kita dengan hukuman seberat mungkin. Sebagai umat Tuhan, kita sedang mengalahkan sifat dan sikap jahat bukan pribadi orang yang berbuat jahat. Karena seseorang yang baik sebagai dampak anugerah keselamatan dari penebusan Kristus Yesus, tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Kemampuan untuk mengalahkan dosa dan kejahatan telah diberikan kepada kita oleh Kristus Yesus. Sama halnya Kristus yang telah mengalahkan dosa, maka kita diberi kuasa untuk mengalahkan kejahatan. Sebagaimana Roma 5:17 menyatakan, Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus. Yesus sendiri telah memberikan contoh kepada kita dalam hal tidak membalas kejahatan. Saat IA mengalami banyak penderitaan seperti di ludahi, dicaci maki, dicambuk, diolok-olok, diejek, di pakaikakn mahkota duri, lambungnya di tikam, dan lain-lain, IA dengan tulus mengampuni mereka, tidak membalas perbuatan jahat mereka. Bahkan dalam keadaan seperti itu IA menunjukan kasih-Nya dengan menyembuhkan telinga salah seorang prajurit Romawi yang di potong oleh Petrus saat mereka ingin menangkap-Nya di taman Getsemani. Yesus tidak pernah membalas kejahatan tersebut. Selain Yesus kita juga bisa belajar dari tokoh Alkitab yang lain. Yusuf adalah contoh orang yang mampu mengalahkan kejahatan dengan kebaikan. Kita pasti tahu kisah perjalanan hidup Yusuf yang tercatat dalam Alkitab. Yusuf harus melewati perjalanan hidup yang cukup dramatis, penderitaan demi penderitaan harus ia alami sebagai akibat perbuatan jahat yang dilakukan saudara-saudaranya sendiri. Kalau orang lain yang melakukan kejahatan mungkin kita masih bisa memakluminya, tapi tindakan ini dilakukan oleh saudara Yusuf sendiri. Ini sungguh menyakitkan! Andai kita berada di posisi Yusuf mungkin kita tidak akan menerima hal itu dan akan membalas sakit hati (dendam) kita kepada mereka. Namun hal ini tidak dilakukan Yusuf. Ia mampu mengambil sisi positif dari setiap peristiwa kelam yang terjadi di masa lalunya.

Yusuf sadar bahwa semua itu adalah bagian dari proses yang diijinkan Tuhan, yang kesemuanya mendatangkan kebaikan demi kebaikan dalam hidupnya sehingga ia pun dapat berkata, "...kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan,"Kita tidak boleh kompromi terhadap kejahatan, tetapi kita juga tidak boleh kalah terhadap kejahatan. Kita harus belajar dari Yesus. Jika orang dunia berprinsip bahwa kita harus mengalahkan kejahatan dengan kejahatan juga, maka kita harus bertindak sebaliknya, yaitu mengalahkan kejahatan dengan kebaikan. Dan hanya Tuhan saja yang mampu membuat kita melakukan hal tersebut. Adakah kita saat ini sedang menerima kejahatan dari orang lain? Serahkanlah segala sesuatunya kepada Tuhan, sementara kita tetap berbuat kebaikan. Pada saatnya nanti Tuhan pasti akan membalas kepada orang itu dan kepada kita, menurut apa yang kita lakukan.Wujud nyata mengasihi musuh atau orang yang menjahati kita adalah: Memiliki roh pengampun - tidak ada keinginan membalas dendam secara pribadi yang sarat dengan luapan kemarahan yang emosional ataupun dengan prinsip Lex Talionis. Menunjukkan perbuatan kasih yang kongkrit: tetap berlaku baik terhadap orang yang menjahati kita, berdoa untuk kebaikannya; pertobatan dan transformasi hidupnya, bukan untuk kecelakaannya.Berdoa untuk kebutuhan rohaninya. Menyerahkan orang itu pada kebenaran, keadilan, kekudusan dan anugerah Tuhan sambil menjaga kesaksian hidup kita sebagai murid Kristus.

Paulus ingin orang yang percaya mempunyai inisiatif aktif untuk terwujudnya perdamaian, apalagi kalau hal itu bergantung pada kita sebagai orang Kristen. Maka melakukan hal yang baik bagi semua orang merupakan ciri hidup orang yang percaya kepada Tuhan Yesus. Kalahkanalah kejahatan dengan kebaikan.