Top Banner
20

warta geologi

Feb 21, 2016

Download

Documents

samihrajab

vol 1
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: warta geologi
Page 2: warta geologi

EDITORIAL

Geologi yang lebih memasyarakat

PROFIL

Bambang Dwiyanto, M.Sc.

BERITA KITA

Pelantikan pejabat di lingkungan Badan Geologi

Workshop “Penanganan Bencana Gerakan Tanah di Daerah

Topik Pers Bandung TV: Penanganan Tanah Longsor di Jawa Barat

KLIPING BERITA

DESDM Kirim TIM Tanggap Darurat ke Lokasi Bencana Jember dan Banjarnegara

Sebelum Bencana, Pemkot Jember Sudah Diperingatkan

BMG dan Badan Geologi diberi Wewenang Keluarkan Warning Bencana

246 Kecamatan berpotensi Longsor: Seluruh Data dan Informasi telah dikirim sejak Oktober 2005

76 Pemukiman di Banjarnegara harus direlokasi

Badan Geologi Tinjau Semeru Peringatkan Bahaya Lahar Dingin

Pusat Vulkanologi: Waspadai Banjir Bandang dan Tanah Longsor

KBU butuh Informasi Geologi

Peningkatan Kerja sama DESDM dan USGS

FOKUS KITA

Geologi untuk Kesejahteraan Rakyat mengukuhkan Profesionalisme Litbang dan Pelayanan Bidang Geologi

DAFTAR ISI

1

2

3

6

7

7

8

8

10

13

5

9

12

11

12

Page 3: warta geologi

WARTA GEOLOGI, JANUARI 2006 1

JABANG bayi itu bernama ”Badan Geologi”. Namun, sejatinya ia bukanlah bayi biasa, karena proses kela-hirannya sudah dipersiapkan cukup lama. Mereka yang terlibat umumnya sudah malang melintang dalam pen-tas geologi. Badan Geologi lebih pantas disebut sebagai penjelmaan metamorfosis induknya di era sebelumnya.

Badan Geologi sebagai salah satu unit eselon I di ling-kungan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, berkantor pusat di Bandung. Unit eselon I ini membawa-hi unit-unit eselon II berikut: Sekretariat Badan Geologi, Pusat Sumber Daya Geologi, Pusat Lingkungan Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, dan Pusat Survei Geologi.

Syahdan menurut sejarahnya, Badan Geologi diben-tuk guna mewadahi kiprah yang lebih besar yang ditun-tut oleh perkembangan jaman dan keadaan di NKRI kita tercinta ini. Dalam bahasa yang visioner, kiprah terse-but dapat kita rumuskan sebagai: ”geologi yang lebih memasyarakat”. Dalam adagium ini terkandung tujuan sekaligus tugas mulia geologi untuk kesejahteraan rak-yat serta memasyarakatkan geologi sebagai disiplin ilmu yang penting untuk pembangunan ekonomi dan pening-katan kualitas kehidupan manusia. Untuk itu, sesuai pula dengan era perkembangan pemerintahan dewasa ini, langkah pertama yang perlu segera dilaksanakan adalah proses perencanaan stratejik agar seluruh gerak program kegiatan dan aktivitas Badan Geologi berada pada track pencapaian tujuan besar tersebut.

Warta Geologi (WG) hadir di tengah-tengah Anda para insan staf Badan Geologi dan pemerhati serta yang berdedikasi penuh terhadap perkembangan geologi, khususnya di lingkungan pemerintahan. Penerbitannya

Geologi yang lebih memasyarakatdiprakarsai oleh Sekretariat Badan Geologi, khusus-nya Bagian Rencana dan Laporan.

Namun demikian, WG sesungguhnya merupakan media milik bersama seluruh staf Badan Geologi, mu-lai dari pimpinan hingga staf yang paling bawah. Tu-juannya antara lain sebagai media komunikasi dan informasi kegiatan serta jendela perkembangan ke-geologian. Jangkauan jauhnya adalah alat komuni-kasi guna pencapaian visi-misi dan akuntabilitas kin-erja Badan Geologi. Pada setiap penerbitannya, yang direncanakan akan hadir menemui Anda sekalian setiap bulan, WG berusaha menampilkan 6 (enam) rubrik tetap. Keenam rubrik tersebut adalah: Edito-rial, Profi l, Berita Kita, Kliping Berita, Fokus Kita, dan Agenda.

Pada penerbitan perdana ini, WG mengangkat topik di seputar pembentukan Badan Geologi dan tu-gas yang diembannya. Editorial mengantarkan Anda memasuki isi WG. Profi l kita kali ini berisikan riwayat hidup Kepala Badan Geologi. Sedangkan Berita Kita berisikan berita seputar pelantikan pejabat eselon III dan IV di lingkungan Badan Geologi; dan Kliping Berita menyampaikan informasi yang relevan seputar perkembangan geologi. Sementara itu, dalam rubrik Fokus Kita, Anda akan dibawa ke dalam wacana sep-utar latar belakang dan tujuan pembentukan Badan Geologi.

Demikian, semoga kehadiran WG ini memberikan manfaat untuk peningkatan kinerja insan geologi, khususnya yang berkiprah di instansi Pemerintah, Badan Geologi. Selamat berkarya!!!

Oman Abdurahman

EDITORIAL

Page 4: warta geologi

WARTA GEOLOGI, JANUARI 20062

BAMBANG Dwiyanto, dilahirkan di Bondowoso pada tanggal 6 Nopember 1952. Ia lulus sekolah dasar dari SD Negeri I Jember, kemudian melan-jutkan sekolah menengah pertama di SMP Negeri 5 Yogyakarta selanjutnya menyelesaikan sekolah Menengah atas di SMA Negeri 3 Semarang dan lulus pada tahun 1971.

Bambang Dwiyanto memulai karir sebagai pega-wai negeri sipil setelah menyelesaikan pendidikan-nya di Akademi Pertambangan dan Geologi Bandung pada tahun 1976. Tugas pertama yang diembannya menjadi Asisten Ahli Geologi pada Sub Direktorat Pemetaan, Direktorat Geo-logi Bandung.

Pada tahun 1979 hingga 1984, Bambang Dwiya-nto bertugas sebagai Asisten Ahli Geologi pada Sub Bidang Geologi khusus, Puslitbang Geologi. Pada tahun 1983 ia mendapat kesempatan mengikuti pendidikan lanjutan di Flinders University of South Australia. Setelah itu, ditempatkan di Pusat Pengem-bangan Geologi Kelautan (PPGL) sebagai Ahli Geologi Bidang Geologi Kelautan hingga tahun 1989.

Di tengah-tengah kesibukan melaksanakan tu-gasnya sebagai seorang Ahli Geologi Bambang Dwi-yanto berhasil mengantongi Ijazah Strata II dari Uni-versity College London, University of London pada tahun 1986 dengan keahlian khusus geologi dan ge-ofi sika kelautan (Master of Science in Marine Geology and Geophysics).

Pada tahun 1990 hingga 1993, la dipercaya men-jadi Kepala Seksi Pemboran, Bidang Sarana dan Op-erasi Kelautan - PPGL, dan Pemimpin Proyek Penye-lidikan Geologi Kelautan dari 1990 hingga 1994. Berkat prestasi kerja yang telah ditunjukkan, baik dalam aspek teknik maupun manajemen, membuat-nya dipercaya menduduki jabatan yang lebih tinggi, yaitu Kepala Bidang Geologi Kelautan, dari tahun 1993 hingga tahun 1998.

Tahun 1998, tepatnya 5 Mei 1998, Bambang Dwiyanto dilantik menjadi Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, di Bandung. Dalam mengemban tugasnya sebagai Kepala Pusat, la men-coba melakukan berbagai langkah strategis untuk meningkatkan kinerja litbang geologi melalui pena-taan berbagai unsur manajemen dan pemberdayaan seluruh potensi serta sumber yang ada untuk reori-entasi program-program guna menuju litbang geologi profesional, yang dinilai mampu menjawab berbagai tantangan nasional, regional, dan global.

Sebagai seorang profesional di bidang geologi dan geofi sika, Bambang Dwiyanto merupakan anggota berbagai asosiasi profesi kebumian, dan beberapa kali menjabat ketua organisasi asosiasi serta berper-an aktif dalam berbagai kepanitiaan pada pertemuan ilmiah. Ia juga terlibat aktif dalam berbagai asosiasi

BAMBANG DWIYANTO, M.Sc.

KEPALA BADAN GEOLOGI

profesi dan forum kebumian internasional.Dalam kapasitasnya sebagai profesional mana-

jemen dan ilmuwan, Bambang Dwiyanto pernah men-yampaikan berbagai kuliah dan ceramah di berbagai tempat dan kesempatan, serta terlibat dan berperan aktif dalam berbagai kegiatan kerjasama penelitian dengan lembaga-lembaga kebumian serta pihak in-dustri di dalam dan luar negeri. Hasil-hasil peneli-tiannya disajikan dalam seminar dan pertemuan ilm-iah serta diterbitkan di berbagai jurnal dan majalah, baik yang bersifat ilmiah maupun semi-populer.

Setelah menjalankan tugas selama 5 tahun se-bagai Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bambang diangkat menjadi Staf Ahli Menteri Bidang Informasi dan Komunikasi Departemen En-ergi dan Sumber Daya Mineral selama 2 tahun.

Adalah tahun 2005, tahun dimana Seorang Bam-bang Dwiyanto, sebagai sosok pembaharu dalam bidang geologi dipercaya menjabat sebagai KEPALA BADAN GEOLOGI, sebuah organisasi baru unit Es-elon I di lingkungan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.

Bambang Dwiyanto menikah dengan Dyah Ani-ta Herawati, seorang dokter yang menjabat sebagai Kepala PUSKESMAS di Kota Bandung. Dari pernika-hannya, Bambang Dwiyanto dianugrahi dua orang putra, Febrian Dama Asmara (18) dan Andika Dimas Agasi (13).

Priatna

PROFIL

Page 5: warta geologi

WARTA GEOLOGI, JANUARI 2006 3

BERITA KITA

PELANTIKAN PEJABAT DI LINGKUNGAN BADAN GEOLOGI

PADA tanggal 26 Januari 2006 Kepala Badan Geologi melakukan pelantikan pejabat eselon III dan IV di Auditorium Geologi Bandung. Acara pelantikan ini menyusul adanya re-organisasi di tubuh Departemen En-ergi dan Sumber Daya Mineral.

Sebelumnya Menteri ESDM Dr. Ir. Purnomo Yusgiantoro mengadakan pelantikan pejabat eselon I Badan Geologi Bambang Dwiyanto, M.Sc. sebagai Kepala Badan di Jakarta pada tanggal 11 November 2005. Se-lanjutnya pada tanggal 29 Desember 2005 di Jakarta dilakukan pelantikan pejabat-pejabat Eselon II di lingkun-gan Badan Geologi sebagai berikut: Ir. Suyartono, M.Sc. sebagai Sek-retaris Badan Geologi, Dr. Ir. Djad-jang Sukarna sebagai Kepala Pusat Survei Geologi, Dr. Ir. Hadiyanto, M.Sc., sebagai Kepala Pusat Sumber Daya Geologi, Dr. Ir. A. Djumarma Wirakusumah sebagai Kepala Pusat Lingkungan Geologi, dan Ir. Yousana O.P. Siagian sebagai Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

Berikut adalah daftar lengkap pejabat eselon III dan IV yang dilan-tik:

Eselon IIISekretariat Badan Geologi

Dr. Ir. Eddy MulyadiKepala Bagian Rencana dan Laporan

Drs. Hadi PrawotoKepala Bagian Kepegawaian

Dr. Ir. Rukmana Nugraha AdhiKepala Bagian Keuangan

Ir. Dadi MulyadiKepala Bagian Umum

Eselon IVSekretariat Badan Geologi

Ir. Prima Muharam HilmanKepala Sub Bagian Pengelolaan In-formasi

Ir. Oman AbdurahmanKepala Sub Bagian Penyiapan Ren-cana Kerja

Ir. PriatnaKepala Sub Bagian Laporan

Firman HidayatKepala Sub Bagian Pengembangan Pegawai

Drs. Slamet LeginoKepala Sub Administrasi Kepegawa-ian

Dra. Sri PurwantiKepala Sub Bagian Pembinaan Jaba-tan Fungsional

Dra. Ayi SekartinahKepala Sub Bagian Pembendaharaan

Drs. Bambang Sucipto, M.M.Kepala Sub Bagian Kekayaan Negara

Ruddy Suparyadi, MBA.Kepala Sub Bagian Akuntansi

Djaenudin, B.Sc.Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Dedi Saptari, S.T.Kepala Sub Bagian Perlengkapan dan Rumah Tangga

Ir. Agung Pribadi, M.Sc.Kepala Sub Bagian Hukum

Eselon III Pusat Lingkungan Geologi

Ir. M. Wahib, Post. Grad. Dipl.Kepala Bagian Tata Usaha

Ir. Rasdan Alimin Siregar, M.Sc.Kepala Bidang Sarana teknik

Ir. Suhari, M.Sc.Kepala Bidang Program dan Kerja Sama

Ir. Hardoyo, M.Sc.Kepala Bidang Informasi

Eselon IVPusat Lingkungan Geologi

Drs. Ade NurjamanKepala Sub Bagian Umum & Kepega-waian

Drs. Asep AsikinKepala Sub Bagian Keuangan & Ru-mah Tangga

Ir. Sugalang, M.Sc.Kepala Sub Bidang Laboratorium

Ir. Sugiharto Nitihardjo, M.Sc.Kepala Sub Bidang Sarana Penyelid-ikan

Ir. Rudy Suhendar, M.Sc.Kepala Sub Bidang Program

Dr. Ir. Mohammad Wafi d ANKepala Sub Bidang Kerja Sama

Ir. Dodid Murdohardono, M.Sc.Kepala Sub Bidang Penerapan Sistem Informasi

Ir. HadiantoKepala Sub Bidang Penyediaan Infor-masi Publik

Eselon IIIPusat Sumber Daya Geologi

Page 6: warta geologi

WARTA GEOLOGI, JANUARI 20064

BERITA KITA

Ir. Calvin Karo-Karo GurusingaKepala Bagian Tata Usaha

Ir. Anton SaboeKepala Bidang Sarana Teknik

Ir. Harmanto, M.T.Kepala Bidang Program dan Kerja Sama

Dr. Sjafra DwipaKepala Bidang Informasi

Eselon IVPusat Sumber Daya Geologi

Suharno, S.H.Kepala Sub Bagian Umum & Kepega-waian

Suyadi, S.E.Kepala Sub Bagian Keuangan & Ru-mah Tangga

Ir. Umi Kuntjara, M.Sc.Kepala Sub Bidang Laboratorium

Ir. SukardiKepala Sub Bidang Sarana Penyelid-ikan

Dr. Ir. Bambang Tjahjono S, M.Sc.Kepala Sub Bidang Program

Iwan Nursahan, S.T.Kepala Sub Bidang Kerja Sama

Dr. Ir. Agus Pujobroto, M.Sc.Kepala Sub Bidang Penerapan Sistem Informasi

Siti Sumilah Rita Susilawati, S.T.Kepala Sub Bidang Penyediaan Infor-masi Publik

Eselon IIIPusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

Dr. Asnawir Nasution, M.Sc.Kepala Bagian Tata Usaha

Dr. Ir. Mas Atje PurbawinataKepala Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung api

Dr. Ir. SuronoKepala Bidang Pengamatan Gem-pabumi dan Gerakan Tanah

Syamsul Rizal, Dipl. Seis.Kepala Bidang Evaluasi Potensi Ben-

cana

Eselon IVPusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi

Ir. M. Hendrasto, M.Sc.Kepala Sub Bidang Pengamatan Gu-nung api

Ir. Yan Saut H. SimatupangKepala Sub Bidang Penyelidikan Gu-nung api

Ir. Gede SuantikaKepala Sub Bidang Pengamatan Gempabumi

Ir. Gatot Moch. Soedradjat, M.T.Kepala Sub Bidang Pengamatan Ger-akan Tanah

Dr. Ir. Enar KusdinarKepala Sub Bidang Evaluasi Bencana Gunung api

Ruddy Bacharudin, M.Sc.Kepala Sub Bidang Evaluasi Bencana Geologi

Santoso, S.Ip.Kepala Sub Bagian Umum dan Kepe-gawaian

Ir. Iman K. SinulinggaKepala Sub Bagian Keuangan dan Rumah Tangga

Sumartiani, S.H.Kepala Sub Bagian Tata Usaha BPPTK

Dra. Sri SubandiniKepala Seksi Pelayanan Laborato-rium BPPTK

Eselon III Pusat Survei Geologi

Ir. Amirrudin, M.Sc.Kepala Bagian Tata Usaha

Ir. Eko Edi Susanto, M.Sc.Kepala Bidang Sarana teknik

Dr. Sardjono, M.Sc.Kepala Bidang Program dan Kerja Sama

Dr. Ir. Yun Yunus Kusumabrata, M.Sc.

Kepala Bidang Informasi

Eselon IVPusat Survei Geologi

Ir. Bargoer S. Hasan, M.Sc.Kepala Sub Bagian Umum & Kepega-waian

Asep Mulyana Efendi, S.H.Kepala Sub Bagian Keuangan & Ru-mah Tangga

Ir. Joko SubandrioKepala Sub Bidang Laboratorium

Ir. Hendro Wahyono, M.Sc.Kepala Sub Bidang Sarana Penyelid-ikan

Drs. Dikdik Pribadi, M.Sc.Kepala Sub Bidang Program

Eti Sukarti, S.Sos.Kepala Sub Bidang Kerja Sama

Ir. Ipranta, M.Sc.Kepala Sub Bidang Penerapan Sistem Informasi

Drs. J.B. Januar H. SetiawanKepala Sub Bidang Penyediaan Infor-masi Publik

RAPAT PIMPINAN BADAN GEOLOGI

SEUSAI acara pelantikan pejabat eselon III dan IV di lingkungan Badan Geologi digelar Rapat Pimpinan yang diperluas, bertempat di ruang ra-pat lantai II Gedung Badan Geologi. Acara ini sekaligus merupakan pere-smian penggunaan Gedung Badan Geologi.

Beberapa hal penting yang disam-paikan oleh Kepala Badan Geologi di antaranya, semua pejabat yang baru dilantik diharapkan segera memaha-mi tugas dan fungsinya dengan mem-perhatikan Peraturan Menteri ESDM No.0030 Tahun 2005 tentang Organ-isasi dan Tata Kerja Departemen En-ergi dan Sumber Daya Mineral.

Mengomentari tentang Badan Ge-ologi sebagai sebuah institusi yang berbentuk Badan maka para pejabat struktural berfungsi sebagai fasili-

Page 7: warta geologi

WARTA GEOLOGI, JANUARI 2006 5

BERITA KITA

tator bagi lancarnya pekerjaan para pejabat fungsional di masing-masing Pusat.

Pada kesempatan itu juga disam-paikan tentang Agenda Rapat Kerja Badan Geologi berupa pemaparan Rencana Kerja Tahun 2006 Para Kepala Pusat dan Sekretaris Badan Geologi.

Rapat Kerja direncanakan pada tanggal 6 Februari 2006 bertempat di Auditorium Geologi. Agar kegia-tan Tahun 2006 segera dapat berja-lan, dihimbau Para Kepala Pusat dan Sekretaris Badan segera mengajukan nama Pejabat Pembuat Komitmen (P2K). Sementara itu untuk pelayanan informasi publik dari tiap Pusat, ha-rus dirumuskan mekanismenya dan sedapat mungkin dikoordinasikan dengan Sekretariat Badan.

WORKSHOP PENANGANAN BENCANA GERAKAN TANAH DI DAERAH

Acara Pembukaan Workshop Penanganan Bencana Gerakan Tanah di Daerah.

PUSAT Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi pada tanggal 15-16 Desember 2005 menyelenggarakan “Workshop Penanganan Bencana Gerakan Tanah di Daerah” bertempat di Hotel Horison Bandung. Kepala Badan Geologi Bambang Dwiyanto, M.Sc. hadir sebagai Pembicara Kunci

sekaligus membuka acara tersebut. Berikut ini adalah petikan yang dis-ampaikan Kepala Badan Geologi:

Kebijakan Badan Geologi dalam bidang mitigasi bencana gerakan tan-ah dilaksanakan dengan melakukan pemetaan zona kerentanan gerakan tanah, sebagai bagian identifi kasi

RAPAT INTERN SEKRETARIAT BADAN

GEOLOGISETELAH Acara Rapat Pimpi-

nan yang diperluas, pada pkl. 12.30 WIB Sekretariat Badan Geologi men-gadakan rapat dan perkenalan den-gan para pejabat yang baru dilantik di lingkungan Sekretariat Badan Ge-ologi.

Rapat dipimpin oleh Ir. Suyartono selaku Sekretaris Badan Geologi. Be-berapa poin pen-ting yang dicatat se-bagai berikut:

1. Mendorong CPNS dan PNS yang belum menjadi fungsional untuk da-pat masuk menjadi fungsional,

2. Tugas pokok Sekretariat Badan adalah melakukan pembinaan dan pelayanan untuk pusat-pusat,

3. Untuk mencapai kinerja yang diharapkan maka seluruh staf Sekre-tariat Badan harus senantiasa men-ingkatkan mempertahankan citra, mutu, dan kreativitas.

Dalam waktu dekat tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh Sekretariat Badan adalah:o Merancang Blue Print Badan Ge-ologi o Memperbaiki Rencana Strategis De-partemen ESDM.o Menyusun Kerangka Legilasi dan Regulasi.o Memproses jajak minat pegawai.o Penyusunan basis data pegawaio Memproses pengajuan KPA dan P2K untuk tiap unit.o Memproses pembentukan Dewan Redaksi Jurnal Badan Geologi.O Penyusunan rencana anggaran ta-hun 2007.

tingkat kerentanan kejadian gerakan tanah di suatu wilayah. Sedangkan sosialisasi bencana gerakan tanah ke berbagai wilayah di Indonesia ber-tujuan meningkatkan kewaspadaan dan memberikan bekal tentang tata cara penanganan serta mitigasi ben-cana gerakan tanah bagi Aparatur Pemerintah Daerah dan masyarakat.

Pemantauan jalur jalan vital dan strategis serta identifi kasi titik rawan longsor pada jalur jalan utama dan alternatif dilakukan guna mening-katkan kewaspadaan pengguna jalan dan Pemerintah Daerah untuk men-gantisipasi apabila sewaktu-waktu terjadi gerakan tanah.

Dari peta-peta zona kerentanan gerakan tanah yang telah dihasilkan, dilakukan pemetaan yang lebih rinci oleh Pemerintah Provinsi dan Pemer-intah Kabupaten/Kota, sebagai data dasar dalam penyusunan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) yang berwawasan bencana geologi. Saya menyambut baik upaya beber-apa Pemerintah Daerah yang telah melakukan hal tersebut di atas, dan hendaknya diikuti oleh Pemerintah Daerah lainnya.

Sementara itu Kepala Pusat Vul-kanologi dan Mitigasi Bencana Ge-

Page 8: warta geologi

WARTA GEOLOGI, JANUARI 20066

BERITA KITA

BANJIR bandang dan tanah long-sor belakangan ini sering muncul menghiasi head line beberapa mass media baik cetak maupun elektronik, sebut saja banjir bandang di Jember dan bencana longsor di Banjarnegara yang telah merenggut ratusan jiwa manusia.

Bencana, ya bencana bisa datang begitu saja walau kehadirannya tak pernah diundang?

Melihat peristiwa demi peristiwa bencana yang terjadi diseputar kita, Bandung TV sebagai slah satu sta-siun Televisi swasta yang berlokasi di Jln. Sumatera Bandung mengangkat masalah tanah longsor dalam acara Topik Pers dengan menghadirkan Kepala Pusat Vulkanologi dan Miti-gasi Bencana Geologi, Ir. Yousana O.P. Siagian sebagai Nara Sumber pada Dialog interaktif siaran lang-

sung hari selasa, 17 Januari 2006. Suatu kehormatan bagi Bandung TV karena pada dialog inter-aktif tersebut dapat menghadirkan Gu-bernur Jawa Barat, Danny Setiawan di-dampingi Kepala Di-nas Sosial Provinsi Jawa Barat.

Dalam Kesempa-tan tersebut selaku nara sumber, Ir. Yousana O.P. Siagi-an memaparkan Po-

tensi Bencana tanah longsor di Jawa Barat yang di sebabkan antara lain:

Kondisi geologi dan klimatologi menyebabkan wilayah Indonesia memiliki potensi tinggi bencana tan-ah longsor; Daerah rentan bencana tanah longsor tersebar luas di In-donesia, termasuk Jawa Barat; dan Frekuensi kejadian bencana tanah longsor terbesar di Indonesia terda-pat di Jawa Barat.

Dalam mengurangi kemungkinan terjadinya bencana dalam kesempa-tan itu juga disampaikan beberapa poin penting dalam mitigasi bencana tanah longsor seperti: Melakukan Identifi kasi daerah rentan bencana tanah longsor (peta, informasi); Men-ingkatkan pemahaman masyarakat tentang bencana tanah longsor (so-sialisasi, pendidikan); Meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan masyar-

TOPIK PERS BANDUNG TVPenanganan Bencana Tanah Longsor di Jawa Barat

akat menghadapi bencana; Penataan kawasan rentan bencana tanah long-sor (permukiman, tata lahan); dan Penyesuaian Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Acara dialog interak-tif mendapat perhatian dari masyar-akat terbukti dengan banyaknya tele-pon yang masuk, beberapa penelpon diantaranya:

Bapak Yusuf dari Guruminda me-nanyakan langkah yang telah ditem-puh oleh Pemerintah daerah dalam koordinasi penangulangan bencana tanah longsor.

Bapak Cecep dari Ketapang men-yampaikan bahwa upaya sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat ha-rus terus dilakukan secara berkesin-ambungan.

Dalam kesempatan dialog terse-but, Kepala Pusat Vulkanologi, Ir. Yousana O.P. Siagian menambahkan bahwa dihimbau kepada masyarakat yang tinggal di daerah kerentanan tinggi dalam berdasarkan peta zona kerentanan, untuk meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi ke-mungkinan terjadinya tanah longsor terutama di musim penghujan.

Dalam kesempatan akhir dialog, Gubernur Jawa Barat, Danny Setia-wan mengajak masyarakat khusus-nya di Jawa Barat untuk bersama-sama meningkatkan komitmen dalam menangani bencana geologi terutama tanah longsor yang sering menimpa Jawa Barat.

ologi, Ir. Yousana O.P. Siagian tampil sebagai pembicara pertama dengan membawakan makalah berjudul ”Mitigasi Bencana Gerakan Tanah di Indonesia”

Pada hari pertama workshop tampil 9 pembicara yaitu: Dr. Ir. Imam A. Sadisun (ITB), Drs. Endro Santoso, M.Si. (BMG), Drs. Tabrani, M.M. (BAKORNAS PBP), Ir. Sumarwan HS (Jawa Barat), Ir. Su-jarwanto D., M.Si. (Jawa Tengah), Ir. Supardan (Jawa Timur), Ir. Heryadi Rachmat, M.M. (NTB), Penta Wisnu,

B.E. S.T. (Sumatera Barat), Ir. Khalil A.M. Sihab, M.T. (Sulsel).

Selain mengundang para pembic-ara, panitia juga mengundang peser-ta dari Pemerintah Kabupaten/Kota di Pulau Jawa, terutama daerahnya yang rentan terjadi gerakan tanah.

Hari kedua acara Workshop Pen-anganan Bencana Gerakan Tanah di Daerah dilanjutkan dengan si-dang guna menghimpun masukan dan usulan terhadap pedoman pen-anganan bencana gerakan tanah. Laporan Sidang diserahkan kepada

Dr. Ir. Surono selaku Ketua Panitia Workshop sekaligus sebagai ketua Penyusun Pedoman Penanganan Bencana Gerakan Tanah. Salah satu point penting yang menjadi usulan para peserta sidang adalah Pedoman Penanganan Bencana gerakan Tan-ah di Daerah yang hendak disusun agar secara efektif dapat menjadi acuan dan bersifat mengatur bagi pelaksanaan di daerah diusulkan agar ditetapkan paling tidak menjadi Keputusan Menteri Energi dan Sum-ber Daya Mineral.

Page 9: warta geologi

WARTA GEOLOGI, JANUARI 2006 7

KLIPING BERITA

DESDM Kirim Tim Tanggap Darurat ke Lokasi Bencana Jember dan Banjarnegara

Jakarta (05/01/2006) - Tim Tang-gap Darurat Bencana Tanah Long-sor, Badan Geologi, DESDM, telah diterjunkan ke lokasi bencana ger-akan tanah di Kabupaten Jember, Jatim dan Banjarnegara, Jateng untuk melihat penyebab terjadinya longsor dan evaluasi terhadap ke-mungkinan terjadinya longsor su-sulan.

Menurut Kepala Badan Geologi, DESDM, Bambang Dwiyanto MSc, daerah longsoran di Kabupaten Jember terletak pada zone kerentan-an gerakan tanah menengah yang merupakan lereng bagian Selatan Gunung Argopuro dengan keting-gian sekitar 460-500 meter diatas permukaan laut dengan kemiringan lereng lebih dari 20 derajat. Menurut

hasil kunjungan lapangan tim Tang-gap Darurat, di lokasi bencana terda-pat lembah-lembah yang curam dan dalam sehingga menyebabkan aliran air menjadi tinggi dengan erosi yang kuat. Di lokasi kejadian juga terjadi longsoran tebing di hulu sungai se-hingga terjadi bendung alam yang menyebabkan terjadinya akumulasi air di lereng bagian atas. Dengan tingginya curah hujan, akumluasi air meningkat sehingga bendung tidak kuat menahan masa air dan terjadi banjir banding disertai longsor dan menerjang desa-desa di bawahnya.

Sementara itu, longsor yang ter-jadi di Kabupaten Banjarnegara juga disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan kemiringan lereng bukit di-atas pemukiman yang masuk dalam

zona kerentanan gerkana tanah tinggi dengan vegetasi yang tidak mendukung kohesivitas tanah di sekitar lokasi longsoran dan banjir bandang. Menurut Kepala Badan Geologi, pihaknya telah mengir-imkan peringatan dini pada bulan Oktober 2005 kepada seluruh Gu-bernur di Indonesia untuk mening-katkan kewaspadaan menghadapi kemungkinan terjadinya bencana tanah longsor pada musim peng-hujan tahun 2005/2006 terutama pada daerah-daerah yang terletak pada zone kerentanan menengah-tinggi untuk terkena gerakan tan-ah.

(Sumber: Berita ESDM)

Jakarta (06/01/2006) - Badan Ge-ologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah mem-peringatkan pemerintah kota Jem-ber akan bahaya yang mengancam 7 wilayah Kecamatan. Peringatan itu disampaikan pada tanggal 31 Oktober 2005 lalu kepada Walikota Kotamadya Jember.

“Peringatan itu untuk menindak-lanjuti cuaca buruk di musim pen-ghujan di Jawa Timur”. Ujar Kepala Badan Geologi kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral Bam-bang Dwiyanto di Jakarta Jumat (06/01).

Peringatan Badan Geologi itu

menyebut kecamatan yang rawan bencana meliputi Tanggul, Bangsal-sari, Panti, Jeblug, Arjasa, Sukoram-bi, dan Rambipuji. Hasil laporan yang disampaikan menyebut akan adanya bahaya banjir dan longsor di wilayah yang disebutkan tadi.

Peringatan dini pihaknya itu menurut Bambang, sebagai suatu referensi kepada pemerintah daerah untuk menata kembali tata ruang-nya. Karena setiap tahun, struktur geologis wilayah akan bergeser, yang disebabkan beberapa faktor. Seperti faktor cuaca, alam, sedimentasi serta air yang mengalir dalam tanah.

Disinggung adanya kelalaian pemerintah kota Jember yang tidak

menanggapi pesan Badan Geologi itu, Bambang menolak menjawab. Peringatan yang telah disampaikan itu tidak memiliki unsur paksaan atau keharusan. Hal itu tergantung kepada kesadaran pemerintah di wilayah yang Bambang justru menegaskan bahwa selain Jember, masih ada 56 kabupaten kota yang masuk daftar ‘merah’ banjir dan rawan longsor. Seluruh wilayah itu, masuk dalam kategori Badan Geologi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi sebagai wilayah dengan tingkat kewaspadaan menengah-tinggi.

(Sumber: Indosiar.com)

Sebelum Bencana, Pemkot Jember Sudah

Diperingatkan

Page 10: warta geologi

WARTA GEOLOGI, JANUARI 20068

KLIPING BERITA

BMG dan Badan Geologi diberi Wewenang keluarkan Warning Bencana

Jakarta (09/01/2006) - Pemerintah memutuskan memberi kewenangan penuh pada Badan Meteorologi dan Geofi sika (BMG) dan Badan Geologi Departemen ESDM untuk memberi-kan peringatan dini kepada para kepala daerah tentang akan terjad-inya bencana alam di wilayah terse-but.

“Untuk warning pergerakan tanah diberikan oleh Badan Geologi. Untuk ancaman banjir, angin puyuh dan tsunami, akan diberikan peringatan-nya oleh BMG,” kata Menko Kesra Aburizal Bakrie, usai sidang kabi-net di Kantor Presiden, Jalan Med-an Merdeka Utara, Jakarta, Senin (9/1/2006)

Adanya peringatan dini terse-but ditindaklanjuti di lapangan oleh aparat gubernur, bupati dan camat setempat dengan dukungan logis-tik dari pemerintah pusat. Dengan adanya upaya antisipasi sejak awal, seperti evakusi warga dan penyiapan perangkat SAR, diharapkan dapat meminimalkan adanya korban tewas dan kerugian materi yang lebih besar lagi. Penangan terhadap korban dan pengungsi pun dapat dilakukan lebih efi sien dan efektif.

Tidak kalah penting, adalah melakukan sosialisasi kepada para penduduk rawan bencana mema-tuhi peringatan yang diberikan, ter-lepas dari apakah bencana alam itu akhirnya akan terjadi atau tidak. Yang penting langkah peningkatan kewaspadaan dan dan kesiapan telah digelar di lapangan untuk mengha-dapi segala kemungkinan terburuk.

Menurut Ical, keputusan sidang kabinet di atas diambil berdasarkan pengalaman penanganan pasca ben-cana banjir dan longsor yang datang beruntun di Jember, Jawa Timur dan Banjarnegara, Jawa Tengah, serta daerah-daerah lainnya pada sepa-njang pekan lalu. Meski peringatan dini telah diberikan pada masing-masing bupati sejak akhir Desember 2005, ternyata di lapangan tidak ada tindak lanjutnya akibat minimnya sarana dan ketidaktahuan warga.

“Kita perlu beri pengetahuan ke masyarakat untuk patuhi peringatan akan datangnya bencana. Seperti di Banjarnegara, pukul 4 pagi sudah dibunyikan kentongan tanda bahaya, masyarakat harusnya lari tapi tidak,” tambah Ical mencontohkan kasus longsor di Banjarnegara.

Dahulukan ReboisasiLangkah jangka pendek rehabili-

tasi dan rekonstruksi daerah terkena bencana, akan dilakukan setiap tiga bulan. Yakni dengan pembersihan be-kas-bekas bencana dan memulihkan bendungan-bendungan alam yang rusak. Termasuk relokasi korban ke tempat lebih aman dan pembangu-nan sekolah-sekolah sementara.

Sementara untuk jangka pan-jang menghindari terulangnya ben-cana maut serupa, pemerintah akan memulihkan kondisi lahan rusak. Yaitu dengan menggalakkan kegiatan reboisasi, serta pengembalian fungsi lahan. Termasuk menghentikan seg-ala aktivitas penebangan hutan dan penambangan di seluruh pulau Jawa yang punya andil besar pada rusakn-ya lingkungan.

“Reboisasi lahan harus dilakukan. Dananya diambil dari dana reboisasi. Rehabilitasi dan rekonstruksi infra-struktur, tidak ada gunanya dilak-sanakan andai reboisasi tidak di-jalankan terlebih dahulu,” jelas Ical.

(Sumber: Detikcom)

246 Kecamatan Berpotensi LongsorSeluruh Data dan Informasi telah dikirim sejak Oktober 2005

Jakarta (11/01/2006) - Pusat Vul-kanologi dan Mitigasi Bencana Ge-ologi Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, memperkirakan, potensi longsor mengancam 246 kecamatan di Pu-lau Jawa selama musim penghujan tahun 2006. Longsor dan banjir ban-dang telah terjadi di tiga kecamatan yang masuk perkiraan.

Bencana di tiga kecamatan terse-but adalah banjir bandang di Keca-matan Panti dan Rambipuji di Ka-bupaten Jember, Jawa Timur, dan longsor di Kecamatan Banjarmangu,

Banjarnegara, Jawa Tengah. Seluruh data telah dikirim ke 58 kabupaten/kota di Jawa, akhir Oktober dan awal November lalu. “Data itu rutin kami kirim setiap memasuki musim hujan agar waspada” kata Kepala Badan Geologi ESDM Bambang Dwiyanto ketika dihubungi di Bogor, Selasa (10/1).

Akan tetapi, seperti diungkapkan Bambang, pihaknya tidak berwenang menegur kabupaten/kota bersang-kutan yang tidak mengindahkan peringatan itu. Demikian pula Badan Meteorologi dan Geofi sika (BMG) yang

memiliki data potensi banjir.“Data-data tersebut dimaksud-

kan agar digunakan pemerintah dae-rah sebagai acuan penyusunan tata ruang wilayah” ujarnya.

Data tersebut menunjukkan, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, memiliki potensi longsor terbanyak di 10 kecamatan, diikuti Kabupaten Sumedang (9) dan Banjarnegara (9). Dari ketiganya, Banjarnegara memi-liki ancaman serius karena lima di antaranya masuk kategori potensi longsor tinggi.

Page 11: warta geologi

WARTA GEOLOGI, JANUARI 2006 9

KLIPING BERITA

Melihat keakuratan data perkiraan, hari Senin lalu seusai sidang kabinet pemerintah memu-tuskan memberi wewenang Badan Geologi ESDM dan BMG untuk mem-peringatkan kabupaten/kota terha-dap kemungkinan datangnya ben-cana.

Picu banjir bandangGeologi Universitas Gadjah Mada

(UGM), Dwikorita Karnawati yang pernah memetakan kawasan rentan longsor dan banjir bandang di Jawa Timur tahun 2003, menyatakan, ka-wasan rentan longsor yang biasanya berada di kawasan lereng dan lem-bah memicu aliran banjir bandang bila tergerus air hujan.

Selain itu, juga memicu aliran ba-han rombakan (aliran massa tanah bercampur batu) meluncur di tempat lebih rendah. Aliran ini dapat men-galir ke hilir dengan jarak tempuh beberapa kilometer dalam hitungan menit.

“Aliran ini akan mengendap di dataran rendah di depan mulut sungai dan mengubur desa-desa yang dilaluinya” kata dia dalam surat

elektroniknya. Hal itu pula yang terjadi di Desa

Sijeruk, Kecamatan Banjarmangu, Banjarnegara, Kamis pekan lalu. Secara lebih khusus, lanjut dia, daerah di lembah sungai atau di depan mulut lembah sungai di kaki bukit sangat rentan dari aliran banjir bandang.

Sudah disosialisasikanUntuk mengurangi kemungkinan

jatuhnya korban, jalan satu-satunya yang dapat dilakukan adalah menge-vakuasi warga yang tinggal di kawas-an rentan bencana alam. Hingga kini, tidak sedikit hunian padat berdiri di kawasan rawan longsor dan banjir bandang.

Hasil sosialisasi selama ini, lanjut Dwikorita, tidak sedikit daerah yang telah menetapkan zona rawan long-sor dan banjir bandang. Hanya saja, hal itu tidak didukung peraturan perlindungan lereng dan sungai. Per-izinan memberikan bangunan pun masih longgar.

“Alhasil, peta-peta rawan longsor dan banjir bandang yang telah diso-sialisasikan tersebut belum cukup

79 Pemukiman di Banjarnegara harus direlokasi

Bandung (11/01/2006) - Tim Tang-gap Darurat Bencana Gerakan Tanah Badan Geologi merekomendasikan 79 permukiman penduduk di seki-tar wilayah bencana longsor Dusun Gunungraja, Desa Cijeruk, Kecama-tan Banjarnegara, Kabupaten Ban-jarnegara, Jawa Tengah (Jateng), un-tuk segera direlokasi. Namun, lahan relokasi penduduk juga harus sudah diteliti dari aspek kebencanaan, agar lahan relokasi itu benar-benar aman dari bencana. Selain itu, penduduk yang bermukim di bawah tebing ha-rus memperhatikan tanda-tanda ter-jadi gerakan tanah, seperti gerakan tanah dan suara gemuruh.

Rekomendasi tersebut disam-paikan Kasubdit Mitigasi Bencana Geologi Pusat Vulkanologi Mitigasi dan Bencana Geologi, Dr Surono, di Bandung, Senin (9/1), menjawab pertanyaan wartawan mengenai hasil

pemeriksaan timnya. Surono men-gatakan, penyebab tanah longsor di Banjarnegara tersebut adalah curah hujan yang tinggi di daerah terse-but sebelum terjadinya pergerakan tanah.

Hujan tersebut juga membuat bat-uan dasar berupa lava andesit di dae-rah itu menjadi bidang yang lemah. Apalagi kemiringan lereng yang terjal menyebabkan material menjadi mu-dah bergerak. “Daerah itu juga labil, sehingga jika dipicu oleh curah hu-jan yang cukup tinggi, maka gerakan tanah lama dapat aktif kembali,” ujarnya. Ia menambahkan kondisi daerah bencana merupakan lereng tenggara gunung Pawinihan dengan kemiringan antara 15 hingga 60 de-rajat, sedangkan daerah perkampun-gan kemiringan lerengnya mencapai 5 hingga 15 derajat.

Menurut Surono, berdasarkan

menjamin keamanan masyarakat hingga penataan ruang benar-benar diterapkan dengan tepat” kata dia.

Berdasarkan data BMG, seti-daknya lima kabupaten/kota di Jawa berpotensi banjir tinggi (intensitas curah hujan lebih dari 500 milimeter per bulan). Kelima kabupaten/kota itu adalah Gresik, Semarang, Kudus, Purworejo, dan Kendal (Kaliwungu, Brangsong, Pegandon, Gumuh, Ce-piring, dan Patebon).

Sisanya, masuk kategori potensi banjir menengah (300-500 mm/bl) dan potensi rendah (kurang dari 300 mm/bl). Hari Sabtu malam pekan lalu, misalnya, air setinggi 2,5 meter telah menggenangi empat dusun di Kecamatan Kedamaian, Gresik, Jawa Timur.

Di Sumatera, wilayah dengan po-tensi banjir tinggi di Kabupaten Solok dan Kota Padang, Sumatera Barat. Sementara potensi banjir menengah tersebar di Tanah Datar, Kampar, Rengat, Pasi Penyu, Peranap (In-dragiri Hulu) di Provinsi Riau, serta Sumber Jaya, Jabung, dan Sidomu-lyo di Jambi. (Sumber: Kompas)

temuan timnya di lokasi bencana, curah hujan yang tinggi telah men-ingkatkan kandungan air di dalam tanah. Kontak antara air dan batuan yang keras serta kedap air menyebab-kan bidang menjadi lemah, tanah di atas lapisan lava yang jenuh air, bo-bot massa tanah bertambah. “Lereng menjadi tidak stabil dan bergerak mencari keseimbangan baru, seh-ingga terjadilah gerakan tanah atau longsor,” katanya.

Longsor tersebut, terjadi dua kali, pertama kali pukul 01.00 WIB pada lereng bagian atas. Material longsor yang mengumpul pada lereng bagian tengah menjadi bertambah dan tidak stabil. Akibatnya, terjadi longsoran kedua pada sekitar pukul 05.00 WIB. Akumulasi kedua longsoran tersebut menyebabkan material tanah san-gat banyak bergerak ke arah lembah menimbun permukiman penduduk

Page 12: warta geologi

WARTA GEOLOGI, JANUARI 200610

KLIPING BERITA

Dukuh Gunungraja.Lebih lanjut, Surono menjelaskan,

di perbukitan tersebut sebaiknya tidak diolah untuk tanaman musi-man. Karena usaha tersebut dapat menggemburkan tanah dan meng-ganggu keseimbangan lereng. “Jadi sebaiknya ditanami tanaman berakar kuat dan dalam. Yang paling harus diingat juga, jangan mendirikan ban-gunan pada lembah sempit dan kaki lereng yang terjal,” tandasnya.

Mengenai banjir bandang dan ger-akan tanah di Kecamatan Panti dan Rambipuji, Kabupaten Jember, Suro-no menyebutkan, penggunaan tata guna lahan di lereng bagian atas-ten-gah Gunung Argopuro, berupa kebun kopi dan cokelat menyebabkan aliran air permukaan meningkat. Pasal-nya, sebelum bencana terjadi, sem-pat tercatat curah hujan yang cukup tinggi hingga 178 mm/hari. Terjad-inya longsoran di tebing hulu sungai dan mengakibatkan adanya bendung menyebabkan terjadi akumulasi air di lereng bagian atas.

“Bendungan alam yang tidak kuat menahan banyaknya air, sehingga jebol dan terjadilah banjir bandang disertai longsor yang menerjang desa-desa di bawahnya. Longsoran tebing Sungai Denoyo yang terjadi saat banjir bandang menambah su-plai material sungai sehingga mem-punyai daya rusak banjir bandang yang tinggi. Apalagi, sungai itu dan-gkal, jadilah banjir bandang meluas dan menerjang permukiman di seki-tarnya,” urai Surono.

Lebih lanjut, Surono mengatakan, sebelum terjadi dua bencana besar di atas, telah terjadi tanah longsor di wilayah Kecamatan Bener, Ka-bupaten Purworejo, yang menyebab-kan dua orang meninggal dunia, tiga rumah hancur, 12 rumah terancam serta tertimbunnya badan jalan desa yang menuju Kampung Kedungagung Silarangan sebanyak dua titik.

“Bencana ini terjadi lereng dari perbukitan Mungsari dengan keting-gian sekitar 350 meter di atas per-mukaan laut pada tanggal 1 Januari 2006, pukul 18.00 WIB,” sambungn-ya. Penyebabnya, tambah dia, kondisi tanah yang cepat menjadi jenuh karena curah hujan yang tinggi.

(Sumber: Suara Pembaruan)

Badan Geologi Tinjau Semeru

Peringatkan Bahaya Lahar Dingin

Lumajang (13/01/2006) - Peringatan bahaya bencana alam oleh Badan Meteorologi dan Geofi sika (BMG) dalam dua bulan ke depan, membuat berbagai pihak mengambil ancang-ancang. Kemarin rombongan Badan Geologi Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral (ESDM) menin-jau pos pemantau Gunung Semeru di Gunung Sawur, Candipuro.

Rombongan dipimpin oleh Kepala Badan Geologi Bambang Dwiyanto. Turut dalam rombongan tersebut Surono, Kepala Subdit Mitigasi dan Bencana Geologi Departemen ESDM, Kepala Dinas Pertambangan dan En-ergi Jatim I Made Sutarya dan Sek-retaris Satkorlak PBP Lumajang Ro-chani.

Bambang menjelaskan, kedatan-gannya ke Lumajang dimaksudkan untuk meninjau berbagai langkah antisipasi bencana alam, khusus-nya bencana gunung api. Untuk itu, dalam peninjauan itu, juga di-kumpulkan para pengamat gunung api di Jatim, seperti pengamat Gu-nung Kelud, Arjuno, Bromo, Semeru, Lamongan, Ijen, dan Raung.

Untuk Gunung Semeru, kata dia, kondisinya saat ini cukup baik. Me-skipun ada aktivitas vulkanik, hal itu masih dalam taraf wajar sehingga tidak menimbulkan sesuatu yang sig-nifi kan. “Semeru ada aktivitas, tapi tidak signifi kan. Namun demikian, karena saat ini musim hujan, kami minta masyarakat di sekitar Semeru waspada terhadap bahaya lahar din-gin,” katanya.

Surono menambahkan, untuk mendeteksi bahaya lahar dingin, pihaknya telah memasang alat pen-deteksi (seismograf) untuk meman-tau getaran di sekitar sungai yang menjadi aliran lahar dingin. “Kami sudah memiliki alat pendeteksi ge-taran, baik analog maupun digital. Jadi soal sarana pemantauan tidak ada masalah,” ujarnya.

Tentang kemungkinan terjadinya lahar dingin atau longsor di seki-tar Gunung Semeru, Surono tidak menampik kemungkinan tersebut.

Sebab, jika sebuah wilayah di sekitar lereng gunung pernah terjadi longsor atau banjir lahar dingin, suatu saat bisa saja terjadi kembali. “Hanya saja, kapan, berapa besar dan dimana, sampai hari ini tidak ada alat yang bisa memastikannya,” tandasnya.

Hingga kini, kata Surono, belum ada gunung api di Indonesia yang statusnya mengkhawatirkan. Rata-rata saat ini gunung api berstatus normal aktif atau waspada.

Sempat Hujan DebuMenjelang akhir tahun 2005

lalu, sekitar kawasan Gunung Se-meru sempat dikejutkan dengan adanya hujan debu. Namun, hujan debu tersebut sudah mereda sekitar sepekan lalu. Warga pun tak terlalu khawatir dengan hujan debu tersebut karena dianggap sudah rutin terjadi.

Menurut Mangun, salah satu petani di Desa Sumber Mujur, Keca-matan Candipuro, menjelang tahun baru lalu sempat terjadi hujan debu di sekitar Kecamatan Candipuro. Hu-jan debu tersebut sempat membuat sebagian tanaman petani, khusus-nya sayur-sayuran layu. “Tapi sudah hampir seminggu ini sudah tidak ada hujan abu,” katanya.

Pantauan Erje di Desa Sumberejo, Penanggal dan Sumber Mujur, Keca-matan Candipuro sepanjang hari ke-marin, tidak terjadi hujan abu sama sekali. Namun, bekas-bekas terjadin-ya hujan abu akhir tahun lalu masih terlihat. Misalnya, di pinggir-pinggir jalan banyak ditemukan debu halus berwarna kehitaman dan genting-genting rumah berwarna keputihan bekas debu Gunung Semeru.

Heri, salah satu pengamat Gu-nung Semeru di pos pemantau Gu-nung Sawur menyatakan, sekitar dua pekan lalu memang sempat ter-jadi hujan abu di sekitar Candipuro. Namun, hujan abu tersebut bukan tanda-tanda Gunung Semeru akan meletus, tapi disebabkan oleh naikn-ya tekanan angin di sekitar puncak Semeru yang terdiri dari material vul-kanik.

Page 13: warta geologi

WARTA GEOLOGI, JANUARI 2006 11

KLIPING BERITA

“Tapi sekitar seminggu ini sudah tidak ada hujan abu,” katanya saat ditemui Erje di Gunung Sawur ke-marin. Kemarin dia mengaku sulit memantau aktivitas puncak Semeru karena tertutup kabut tebal.

Pusat Vulkanologi:Waspadai Banjir Bandang dan Tanah Longsor

Jakarta (16/01/2006) - Pusat Vul-kanologi dan Mitigasi Bencana Ge-ologi (PVMBG) Badan Geologi, Depar-temen ESDM mengingatkan warga untuk mewaspadai akan terjadinya banjir bandang dan tanah longsor, mengingat curah hujan saat ini ting-gi.

“Hati-hati saat ini hujan di atas normal banyak memicu musibah tan-ah longsor dan banjir bandang,” kata Kasubdit Mitigasi Bencana Geologi PVMBG, Dr Surono, kepada Antara, di Jakarta, Minggu.

Dia mengharapkan masyarakat agar jangan terlalu cepat mengait-ngaitkan musibah bencana alam tanah longsor dan banjir bandang dengan penggundulan hutan, karena faktor cuaca juga cukup memen-garuhi untuk memancing terjad-inya musibah bencana alam itu. Se-dangkan mengenai musibah tanah longsor dan banjir bandang di Desa Panyindangan, Kecamatan Sukatani, ujarnya.

Ia menyebutkan akibat terjadinya musibah bencana alam tanah long-sor dan banjir bandang di Kabupaten Purwakarta itu, delapan rumah ru-sak berat dan 41 rumah terancam.

Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, pada hari Kamis (12/1), di-jelaskan, wilayah terjadinya musi-bah tanah longsor tersebut berada di wilayah zona gerakan tanah tinggi.

“Ditambah lagi dengan kondisi curah hujan di atas normal membuat kondisi tanahnya sangat jenuh air hingga terjadi musibah tanah long-sor yang disertai banjir bandang,” Musibah bencana alam serupa ter-jadi juga di Desa Cidahu, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Purwakarta,

Jabar, yang mengakibatkan enam rumah rusak berat dan 24 rumah terancam.

Sebelumnya dilaporkan, benca-na tanah longsor melanda wilayah Kecamatan Sukatani, Kabupaten Purwakarta, Jabar, Kamis sore (12/1), mengakibatkan puluhan ru-mah penduduk rusak, dan areal per-tanian hancur. Selain itu jalan desa yang dibangun dengan biaya dari konvensasi BBM juga rusak parah, dan dilaporkan seorang warga men-inggal.

Longsor, menurut Camat Sukatani, Jaenal Arifi n, yang dihubungi Jumat, terjadi di tiga desa, menyusul hujan deras yang terus mengguyur dalam belakangan ini. “Dari hasil pendataan kami terdapat sekitar 100 rumah penduduk rusak berat, dan beberapa rumah di antaranya hancur,” katanya.

Longsor terparah di Dusun Pal-inggihan Desa Panyindangan, men-gakibatkan 18 rumah penduduk ru-sak berat, dan delapan rumah lain hancur. Selain itu sekitar 22 hektare sawah hancur, dan jalan desa yang dibangun dengan dana kompensasi BBM sebesar Rp250 juta, rusak parah dan tidak bisa dilalui kendaraan.

Longsor di PadangSementara itu dilaporkan, Samsi-

bar (60) warga RT 1 RW 11 di kawas-an kaki Bukit Gado-Gado Kelurahan Seberang Penggalangan Kecamatan Padang Timur, Kota Padang, Provinsi Sumbar tewas setelah tertimbun tan-ah longsor bersama rumahnya pada Minggu (15/1) pukul 04.00 WIB.

Pemantauan Antara di lokasi ben-cana, Minggu, menunjukkan selain

menelan korban jiwa, bencana itu juga mengakibatkan Liza Oktaviani (16), cucu Samsibar, mengalami luka berat akibat ditimpa tembok rumah yang ambruk di hantam longsor.

Longsor di Seberang Penggalangan Kota Padang, itu terjadi akibat ting-ginya curah hujan di Padang sejak Sabtu (14/1) hingga Minggu (15/1) dini hari mengakibatkan tanah bukit Gado-Gado itu longsor.

“Setelah saya lihat ternyata ru-mah milik korban sudah ambruk ditimbun tanah. Saat itu juga saya langsung membangunkan tetangga lainnya,” katanya.

Sejumlah petugas Dinas Kese-jahteraan Sosial dan Penanggulangan Bencana Alam Kota Padang di bantu petugas Polsekta Padang Selatan dan Tim SAR kota Padang langsung ke lokasi guna mengevakuasi korban.

Sekitar pukul 07.00 WIB petugas berhasil menyelamatkan Liza yang saat itu terjebak dalam reruntuhan tanah. Pelajar SLTP itu, mengalami cidera serius pada bagian kepala dan tangan dan langsung dievakuasi ke rumah sakit Dr M Djamil Kota Pa-dang.

Beberapa jam kemudian petugas juga berhasil mengevakuasi jenazah Samsibar dan selanjutnya diser-ahkan ke pihak keluarga untuk di-makamkan.

Seorang anggota Tim SAR Padang, Afdi mengatakan, disamping hujan, runtuhnya tanah bukit Gado-Gado itu juga akibat tersumbatnya saluran air pembuangan di sekitar kawas-an pemukiman sehingga air dalam selokan yang tersumbat itu memicu terjadinya pergerakan tanah longsor.

(Sumber: Harian Analisa)

Kepala Satkorlak PBP Lumajang Wahyudhi mengaku tidak terlalu khawatir dengan hujan abu yang ada di Gunung Semeru. Hal itu rutin ter-jadi karena material vulkanik di pun-cak Semeru terbang dibawa angin

yang bertiup cukup kencang. “Justru kalau puncak Semeru seharin tidak mengeluarkan asap, warga malah khawatir bakal ada letusan. Namun demikian, kami tetap memantau Se-meru dengan intensif,” jelasnya.

(Sumber: Radar Jember Jawa Pos)

Page 14: warta geologi

WARTA GEOLOGI, JANUARI 200612

KLIPING BERITA

KBU Butuh Informasi Geologi

Bandung (17/01/2006) - Peningkat-an kebutuhan lahan untuk pemukim-an atau kegiatan ekonomi lainnya te-lah menyebabkan daerah resapan air tanah berkurang, sehingga jika turun hujan sebagian besar menjadi run off (air limpasan).

Selain itu, kegiatan budi daya pertanian dan pemukiman di daerah perbukitan telah mengganggu sta-bilitas lereng, sehingga memicu terja-dinya tanah longsor saat musim hu-jan tiba.

Demikian dikemukakan Kepala Pusat Lingkungan Geologi, Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawas-an Pertambangan, Dr. Ir. A. Djumar-ma Wirakusumah, di kantornya Jln. Diponegoro No. 57, Bandung, Senin (16/1).

“Pembangunan suatu wilayah hendaknya mempertimbangkan in-formasi geologi, baik potensi atau pun bahaya geologi,” kata Ade (panggilan

A. Djumarma Wirakusumah, red.)Informasi potensi geologi berupa

daya dukung tanah untuk fondasi bangunan, potensi air tanah, poten-si bahan galian, daerah resapan air tanah, dan potensi lahan untuk TPA. Sedangkan informasi bahaya geologi merujuk pada zonasi daerah rawan longsor, gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi.

”Oleh karena itu, kami berharap agar izin dan segala macam yang berkaitan denganpembangunan se-baiknya memperhatikan juga in-formasi geologi, karena berkaitan dengan kelestarian lingkungan dan kepentingan masyarakat,” kata Ade.

KBU agak leluasaSementara itu, Kasubdit Geologi

Lingkungan Perkotaan dan Regional Direktorat Tata Lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan, Ir. Har-doyo Rajiyowiryono menyebutkan,

peralatan, pelatihan, dan analisis data kegunungapian.

Demikian dijelaskan oleh Kepala Badan Geologi, Bambang Dwiyan-to, di Jakarta beberapa waktu lalu. Menurut Bambang Dwiyanto, sebagai wilayah yang memiliki banyak gu-

nung api aktif, pemantauan terhadap perkembangan aktivitas gunung api ini mutlak diperlukan untuk meng-hindari dan meminimalisir dampak aktivitas gunung api bagi masyar-akat dan lingkungan di sekitar gu-nung api.

Bantuan USGS bagi pengembang- an peralatan pemantauan gunung api wilayah Sulawesi Utara telah di-laksanakan sejak tahun 2004 lalu berupa bantuan 2 unit peralatan seismograf lengkap yang saat ini te-lah dipasang di Gunung Awu, Kepu-lauan Sangihe. Kepala Badan Geo-logi selanjutnya menjelaskan bahwa pada bulan Maret ini, pihaknya me-rencanakan akan memasang 9 unit peralatan seismograf bantuan USGS di beberapa gunung api di Sulawesi Utara antara lain di G. Goputan, G. Lokon, G. Ambang, dan G. Klabat. Selain bantuan peralatan tersebut, 2 orang tenaga ahli dari Direktorat Vul-kanologi dan Mitigasi Bencana Geolo-gi juga telah mengikuti pelatihan ten-tang teknologi pemantauan gunung api dengan aplikasi GIS di Cascade Volcano Observatory di AS.

Peningkatan Kerja Sama DESDM dengan USGS

kawasan Bandung Utara (KBU), se-cara geologi, dinyatakan sebagai ka-wasan dalam kriteria agak leluasa un-tuk dikembangkan menjadi wilayah perkotaan atau metropolitan.

“Bandung utara termasuk zona agak leluasa, artinya membutuhkan sejumlah persyaratan yang ketat un-tuk bisa mengembangkannya men-jadi suatu wilayah perkotaan atau metropolitan,” ujarnya.

Jika Bandung utara dibangun menjadi sebuah wilayah perkotaan, menurut Hardoyo, akan memerlukan biaya pembangunan, pengelolaan, dan pengawasan yang tidak sedikit.

”Biayanya mahal karena umum-nya Bandung utara berkriteria agak leluasa, bukan leluasa. Seandainya berkriteria leluasa maka tidak me-merlukan biaya banyak dan persyar-atan ringan,” kata Hardoyo. (Sumber: Pikiran Rakyat)

Jakarta (26/01/2006) - Kerja sama antara DESDM cq. Badan Geologi dengan United States Geological Sur-vey (USGS) dalam program bantuan kegunungapian akan terus diting-katkan yang meliputi pemantauan dan penelitian gunung api, bantuan

Page 15: warta geologi

WARTA GEOLOGI, JANUARI 2006 13

”PROSES kelahiran sebagai peris-tiwa alami di bumi pertiwi ini teru-lang kembali. Kali ini, jabang bayi itu bernama ‘Badan Geologi’. Lahir dari rahim kepedulian terhadap ge-ologi agar berkinerja lebih baik lagi, sang bayi telah dikukuhkan sebagai pemikul amanah rakyat geologi un-tuk pembangunan ekonomi bangsa dan perbaikan kualitas kehidupan masyarakat”. Demikian kira-kira il-ustrasi dari sebuah peristiwa penting di tanah air ini, yakni terbentuknya Badan Geologi sebagai salah satu unit eselon I di lingkungan Departe-men Energi dan Sumber Daya Mine-ral ESDM .

Berdasarkan SK tersebut, Badan Geologi yang berkantor pusat di Jln. Diponegoro No. 57 Bandung mem-bawahi unit-unit eselon II berikut: Sekretariat Badan Geologi (SBG), Pu-sat Sumber Daya Geologi (PMG), Pu-sat Lingkungan Geologi (PLG), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVG), dan Pusat Survei Ge-ologi (PSG).

GKR: Sebuah Perencanaan Strate-jik Pembangunan bidang Geologi

Berdirinya Badan Geologi adalah ”sebuah peristiwa penting”, karena di pundaknya terpikul tugas mulia: Geologi untuk Kesejahteraan Rakyat (GKR)”. Hal ini sama sekali tidak be-rarti bahwa peran geologi yang telah dilaksanakan oleh instansi dan insan yang berkiprah di dalamnya selama ini tidak mengusung tugas mulia itu. Tidak, sama sekali tidak demikian. Bahkan, mereka itulah hakekatnya para bidan yang dengan penuh ke-sadaran telah membantu persalinan ini. Merekalah yang dengan dedi-kasi tinggi mentransformasikan apa yang telah dicapainya selama ini ke tataran yang lebih tinggi. Hanya saja, perkembangan tuntutan keada-an dan jaman menghendaki geologi - sebagai sebuah disiplin ilmu dan

bidang kegiatan pembangunan - ber-ada pada struktur organisasi dan manajemen yang tersendiri.

Geologi untuk kesejahteraan rakyat berpedoman pada 3 bidang yang perlu mendapat pengelolaan secara seimbang dan berdiri pada pondasi yang kokoh bernama Geo-Sains, sumber daya geologi (geo-re-source), bencana geologi (geo-haz-ards), lingkungan geologi (geo-envi-ronment) (Gambar 1). Geologi untuk kesejahteraan rakyat berada pada 3 koridor yang melingkupinya: aspek keilmuan (sains), apek regulasi, dan aspek aplikasinya untuk industri (Gambar 2). Panggung pentas, tem-pat ketiga aspek tersebut dinilai dan ditimbang adalah kehidupan rakyat, baik sosial, ekonomi, maupun bu-dayanya.

”Adagium di era milenium 21 ini mengatakan bahwa organisasi yang mampu lahir, bertahan, tumbuh dan berkembang adalah organisasi yang digerakkan oleh visi. Maka Badan Ge-ologi dengan tugas berat yang diem-bannya - sudah seharusnya sejak dini menetapkan visi dan misi organi-sasinya. Untuk itu, analisis SWOT, environmental scanning, pengenalan issu-issu pokok dan forecast bidang geologi kaitannya dengan organisasi penting untuk dilakukan terlebih

dahulu sebelum visi-misi dan kom-ponen perencanaan stratejik lainnya dari organisasi tersebut ditetapkan. Pada perjalanannya ke depan, selu-ruh insan yang berkiprah di Badan Geologi akan secara bersama-sama melaksanakan Perencanaan Strate-jik Badan Geologi, sehingga seluruh komponen organisasi ini berada pada track pelaksanaan tugas mulia: ”ge-ologi untuk kesejahteraan rakyat”. Hal ini mengingat karakteristik dari Perencanaan Stratejik sebagai sebuah perencanaan dinamis, dirancang un-tuk menghadapi perubahan, proaktif melibatkan umpan balik, partisipasi semua unsur organisasi, dan ber-fokuskan pada hasil (outcome).

Perencanaan stratejik bukanlah sesuatu yang langsung jadi, melain-kan inventasi jangka panjang dengan hasil yang meningkat sejalan waktu. Perencanaan stratejik bukanlah ses-uatu yang tak dapat diganggu gugat, melainkan suatu proses yang fl ek-sibel yang harus digunakan untuk menemukan kelebihan-kelebihan organisasi. Perencanaan stratejik bu-kanlah tongkat sim salabim. Dengan kata lain setiap rencana dalam per-encanaan stratejik harus diikuti oleh komitmen dan tindakan. Secara ring-kas, perencanaan stratejik memper-tanyakan dan menjawab 4 (empat)

GEOLOGI UNTUK KESEJAHTERAAN RAKYATMENGUKUHKAN PROFESIONALISME LITBANG

DAN PELAYANAN BIDANG GEOLOGI

Oleh: Eddy Mulyadi dan Oman Abdurahman

Gambar 1. Bagian-bagian Substansi Geologi.

Gambar 2. Aspek-aspek yang ter-kait dengan Geologi.

FOKUS KITA

Page 16: warta geologi

WARTA GEOLOGI, JANUARI 200614

masalah berikut:- Dimana posisi organisasi seka-

rang?- Dimana posisi organisasi nanti

hendak berada (hendak menjadi apa organisasi tersebut di masa depan)?

- Bagaimana cara organisasi terse-but mencapai kehendak tersebut?

- Bagaimana mengukur kemajuan organisasi tersebut?

Keempat pertanyaan di atas rele-van untuk dialamatkan kepada 3 bidang besar geologi dan 3 koridor yang melingkupinya sebagaimana diilustrasikan dalam Gambar 1 dan Gambar 2. Geologi untuk kesejahte-raan rakyat adalah proses panjang dan pekerjaan besar, namun harus sudah dimulai. Perencanaan strate-jik sebagai alat yang dapat mengukur akuntabilitas kinerja pencapaiannya dengan baik perlu segera disusun. Untuk itu, dua komponen perenca-naan stratejik seyogyanya segera di-laksanakan:

1) Penilaian faktor dalam (inter-nal) dan faktor luar (external) yang mempengaruhi fungsi organisasi: Analisis SWOT, pemahaman situasi lingkungan organisasi, tinjauan ke depan, dan analisis issu;

2) Penyusunan identitas khas atau unik dari organisasi yang ditetapkan berdasarkan analisis kondisi faktor luar dan faktor dalam tersebut: Visi, Misi, Kebijakan (Filoso-fi s), Tujuan dan Sasaran Stratejik dan Rencana Tindak; Akuntabilitas, dan Alokasi Sumber Daya

Akuntabilitas kinerja adalah bagi-an tak terpisahkan dari perencanaan stratejik yang berfokus pada pe-ngukuran kemajuan dan pencapaian kerja organisasi. Akuntabilitas kiner-ja memberikan suatu basis terukur untuk memperlihatkan bagaimana pemerintah tanggap terhadap issu-issu utama (major issues). Dari hasil akuntabilitas kinerja diperoleh informasi dasar untuk pengambilan keputusan. Akuntabilitas kinerja memberikan rancangan operasi dan modal dalam perencanaan dan pen-ganggaran, serta dukungan bagi perencanaan stratejik dan pengem-bangan kebijakan selanjutnya.

Perencanaan stratejik untuk me-mecahkan issu besar bukanlah pro-ses sederhana, namun memung-kinkan dan perlu untuk dilaksana-kan guna mencapai kualitas dan akuntabilitas kinerja. Berkaitan de-ngan proses yang masih berlangsung

dalam implementasi hal ini di selu-ruh sektor pembangunan-pemerin-tah-an, maka pelaksanaan perenca-naan stratejik dalam konteks pemba-ngunan geologi, sebagaimana dalam sektor lainnya, memerlukan strategi. Salah satu strategi dimaksud adalah mencermati tugas dan fungsi organ-isasi berdasarkan peraturan pemer-intah untuk diakomodir dalam pros-es perencanaan stratejik.

Mengukuhkan Profesionalisme Pe-nelitian dan Pelayanan bidang Ge-ologi

Mengacu pada peraturan yang berlaku, Badan Geologi adalah pelaksana tugas tertentu di bidang geologi yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Tugas yang dipikulnya adalah melak-sanakan penelitian dan pelayanan di bidang geologi.

”Penelitian” dan ”pelayanan” di bi-dang geologi merupakan kata kunci latar belakang berdirinya Badan Geo-logi. Seluruh program dan kegiatan Badan Geologi dan perangkat organ-isasi di bawahnya diarahkan untuk memperoleh hasil optimal di bidang penelitian dan pelayanan geologi di tingkat Nasional dan Daerah. Peneli-tian dan pelayanan adalah perwuju-dan tugas pemerintah di bidang geo-logi, yaitu: penetapan kebijakan dan pengaturan bidang geologi, pelayanan informasi geologi, dan pemberian re-komendasi aplikasi geologi untuk pembangunan.

Penelitian adalah syarat penca-paian kualitas pelayanan yang baik. Kebijakan dan pengaturan yang re-alistis serta memenuhi hajat hidup orang banyak dapat tercapai hanya apabila tersedia informasi yang me-madai tentang subtansi yang akan diatur tersebut. Demikin pula, pela-yanan informasi dan rekomendasi akan berkinerja dengan baik han-ya apabila tersedia informasi yang handal dan akurat sesuai bidangnya masing-masing. Maka, penelitian dan pengembangan (Litbang) geologi harus senantiasa dikukuhkan se-bagai dasar pencapaian kinerja yang unggul Badan Geologi. Untuk itu, 3 sendi manajemen Litbang geologi ha-rus selalu dijadikan rujukan, yaitu: 1) litbang substantif masing-ma-sing bidang geologi, 2) aspek-aspek yang terkait dengan pengembangan dan pemberdayaan (empowerment)

kelembagaan, dan 3) penajaman pro-fesionalisme untuk bersaing guna merebut kesempatan dalam pela-yanan jasa dan teknologi kepada in-dustri, pemerintah, otonomi daerah, serta masyarakat luas.

Pelayanan bidang geologi meliputi dua aspek penting: 1) layanan yang mengacu kepada fungsi pemerintah-an sebagai pelayan publik (public service), dan 2) layanan yang men-gacu kepada azas jasa. Yang pertama, meliputi pelayanan kebutuhan dan permintaan informasi dari masyar-akat dan Pemerintahan Daerah ses-uai hak-masing-masing.

Lingkup Fungsi Badan GeologiSelain penelitian dan pelayanan,

pembinaan dan kerjasama (kemi-traan) adalah kunci berikutnya dalam mencapai profesionalisme optimalisa-si kinerja Badan Geologi. Pembinaan dan kemitraan berkaitan erat dengan tata pemerintahan saat ini yang te-lah berada di era otonomi daerah. Di saat implementasi pengelolaan sum-ber daya alam, termasuk bidang ge-ologi, belum mampu ditangani oleh Pemerintah Daerah, maka peran Pemerintah yang menonjol adalah pembinaan dan kemitraan. Peme-rintah Daerah dan masyarakat yang diharapkan keterlibatannya dalam pengelolaan geologi perlu dibina agar semuanya berada pada koridor yang sejalan menuju kinerja yang unggul dari geologi kita. Kemitraan perlu dibangun guna mewujudkan hasil optimal dalam penyelenggaraan pem-bangunan, termasuk pembangunan bidang geologi.

Berdasarkan pola pikir di atas, maka wajar apabila fungsi yang dis-elenggarakan dalam melaksanan tugas Badan Geologi sebagaimana diatur dalam peraturan terkait- meli-puti aspek penelitian, pelayanan, pembinaan, dan kerjasama. Fungsi Badan Geologi tersebut adalah: a) pe-rumusan kebijakan di bidang geologi; b) perumusan rencana dan program penelitian dan pelayanan; c) pem-binaan dan pelaksanaan penelitian dan pelayanan; d) pelayanan survei geologi, serta penelitian dan pelayan-an di bidang sumber daya geologi, vulkanologi dan mitigasi bencana ge-ologi, dan geologi lingkungan; e) pem-berian rekomendasi serta penyajian informasi hasil survei, penelitian dan pelayanan; f) evaluasi pelaksanaan penelitian dan pelayanan di bidang

Page 17: warta geologi

WARTA GEOLOGI, JANUARI 2006 15

geologi; dan g) pelaksanaan urusan administrasi Badan Geologi.

Lebih jauh, fungsi-fungsi unit-unit di bawah Badan Geologi selalu meli-puti aspek-aspek berikut: 1) perumu-san prosedur dan pedoman kerja, 2) perumusan rencana dan program; serta kerja sama sama penelitian dan pelayanan; 3) penyelenggaraan pene-litian dan penyelidikan, pemetaan/pemetaan tematik, rekayasa tek-nologi, serta rancang bangun dan pemodelan serta pengelolaan sarana dan prasarana penelitian dan pela-yanan; 4) pengelolaan sistem infor-masi dan dokumentasi hasil peneli-tian dan pelayanan; 5) pelayanan in-formasi, sosialisasi dan pengembang-an sistem manajemen mutu kelem-bagaan pusat sesuai masing-masing bidang geologi lingkup tugasnya.

Beberapa fungsi menjadi karak-teristik khas untuk Unit-unit terten-tu sesuai lingkup tugasnya masing-masing, di antaranya: inventarisasi dan eksplorasi wilayah keprospekan, dan atau: pengamatan, penyusunan neraca sumber daya, pembinaan Unit Pelaksana Teknis. Selain itu, tentu saja aspek-aspek rutin seperti pengelolaan ketatausahaan, rumah tangga, administrasi keuangan serta evaluasi penyelenggaraan seluruh fungsi sesuai bidangnya masing-ma-sing termasuk dalam lingkup fungsi masing-masing Unit tersebut.

Maka, mulai sekarang dan ke de-pan, Badan Geologi melalui Unit-unit di bawahnya dituntut untuk berkip-rah lebih kental lagi dalam pene-litian, penyelidikan, inventarisasi, pemetaan tematik, rekayasa teknolo-gi, rancang bangun dan pemodelan, serta pengelolaan prasarana dan sarana penelitian dan pelayanan di bidang sumber daya geologi, ling-kungan geologi, vulkanologi dan mitigasi bencana geologi, dan survei geologi sebagai dasar. Secara spesi-fi k Badan Geologi melalui Unit-unit di bawahnya melaksanakan fungsi-fungsi berikut, selain fungsi-fungsi umum di atas:

1) inventarisasi dan eksplorasi wilayah keprospekan sumber daya minyak dan gas bumi, mineral batu-bara, gambut, bitumen padat, dan gas bumi; penyusunan neraca, serta pemetaan tematik dan pemberian rekomendasi pemanfaatan potensi sumber daya geologi (PMG);

2) pengamatan vulkanologi dan mitigasi bencana geologi, serta pene-

tapan status kegiatan dan peringatan dini gunung api; pemetaan tematik kawasan rawan bencana gunung api, gempa bumi, tsunami, dan gerakan tanah beserta pemberian rekomen-dasi penanggulangannya (PVG);

3) inventarisasi air tanah dan penyusunan neraca air tanah, serta pemetaan tematik lingkungan geo-logi, geologi teknik dan air tanah; pemberian rekomendasi konservasi kawasan geologi dan air tanah, dan pengelolaan tata ruang (PLG);

4) pemetaan geologi, geofi sika, ge-okimia, tektonik, geomorfologi, dan geologi kuarter secara bersistem atau bertema; inventarisasi hasil survei, pemetaan, dan penelitian geologi; ser-ta pelayanan jasa survei, pemetaan, dan penelitian geologi (PSG);

5) pembinaan Unit Pelaksa-na Teknis Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunung-apian (BPPTK) di bawah PVG; dan pembinaan Unit Pelaksana Teknis Museum Geologi di bawah PSG.

Sistem Informasi, Perencanaan, Evaluasi-Pelaporan

Dalam implementasi komitmen geologi untuk kesejahteraan raky-at, maka 3 aspek menjadi penting diperhatikan oleh seluruh Unit di lingkungan Badan Geologi. Bahkan, sesungguhnya ketiga aspek ini ber-sama unsur manajemen lainnya (sumber daya manusia, sarana, dan dana) - merupakan roda penggerak organisasi apabila azas-azas peren-canaan stratejik, akuntabilitas, dan profesionalisme hendak ditegakkan. Ketiga aspek tersebut adalah: sistem informasi, perencanaan, dan evaluasi dan pelaporan. Ketiga aspek terse-but pada Sekretariat Badan Geologi berada pada lingkup fungsi Bagian Rencana dan Laporan; sedangkan di masing-masing Unit Badan Geologi fungsi tersebut berada di Program Kerja sama.

Aspek sistem informasi, perenca-naan, serta evaluasi dan pelaporan, ketiganya merupakan aspek yang saling terkait dalam satu lingkaran yang saling berhubungan dan sal-ing mempengaruhi (Gambar 3). In-formasi merupakan dasar untuk pe-rencanaan, penetapan kebijakan dan pengaturan, pemberian rekomen-dasi, evaluasi dan pelaporan, sosial-isasi, pelayanan dan penyebarluasan informasi. Perencanaan menghasil-kan rencana tindak dan pelaksanaan

kegiatan yang menghasilkan infor-masi dan substansi untuk dievaluasi, dilaporkan dan disosialisasikan. Has-il evaluasi dan sosialisasi merupakan input dan umpan balik untuk peren-canaan selanjutnya dan perbaikan sistem informasi.

Informasi diperoleh melalui in-ventarisasi data primer (litbang, penyelidikan, analisa, perancangan, pemodelan, dst) dan data sekunder (kemitraan, pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah bidang infor-masi/hak dan kewajiban hubungan Pusat-Daerah di bidang informasi). Perencanaan mengidentifi kasikan issu-issu, kekuatan, kebijakan dan strategi, menetapkan sasaran serta program-kegiatan untuk mencapain-ya. Dari sisi informasi, perencanaan adalah proses menyusun, mengkoor-dinasikan, menajamkan, serta men-goptimalkan berbagai sumber daya dalam rangka pelaksanaan kegiatan-kegiatan pencarian informasi. Evalu-asi dan pelaporan merupakan kom-ponen pemantauan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan perencanaan. Dalam pelaporan terdapat unsur pelayanan informasi publik yang merupakan tanggungjawab pemerintah di bidang informasi.

Dalam clean and good govern-ment, pelaksanaan sistem informasi, perencanaan dan evaluasi/pelapo-ran diarahkan untuk pencapaian akuntabiltas. Dari sisi perencanaan stratejik apabila hal itu sungguh-sungguh dilaksanakan, sebenarnya akan mampu menjawab tuntutan (pelaksanaan fungsi) pemerintahan yang baik dan bersih. Penyusunan akuntabilitas kinerja dimaksud-kan untuk menjawab pertanyaan: ”Bagaimana kita mengukur kema-

Gambar 3. Hubungan timbal-balik sistem informasi perencanaan - evaluasi/pelapo-ran.

Page 18: warta geologi

WARTA GEOLOGI, JANUARI 200616

DIREKTORAT Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral mempunyai dua kegiatan besar yang melebihi beban kerja untuk satu unit eselon I, yaitu bidang yang menangani masalah per-tambangan (Direktorat Pengusahaan Mineral dan Batubara dan Direktorat Teknik Mineral dan Batubara) dan bi-dang yang menangani masalah geologi: pengungkapan potensi sumber daya, kebencanaan dan lingkungan (Direk-torat Inventarisasi Sumber Daya Mine-ral, Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi serta Tata lingkungan Geologi dan Kawasan Pertambangan). Komplek-sitas penanganan pertambangan yang tidak tertangani dengan sempurna di era otonomi daerah menyebabkan tu-runnya investasi di bidang pertamban-gan. Disamping itu masalah kepastian hukum dan keamanan memerlukan penanganan khusus. Dua Direktorat tidaklah cukup untuk menangani ma-salah pertambangan.

Geologi mempunyai karakteristik pekerjaan yang berbeda. Penyusu-nan potensi, neraca sumber daya dan cadangan mineral, batubara, panas bumi serta air tanah tidak secara lang-sung berkaitan dengan investor, tetapi merupakan unsur pendukung penye-diaan data dan informasi untuk pro-mosi wilayah kerja pertambangan, de-ngan kata lain lebih ke arah penelitian, penyelidikan dan pelayanan. Latar be-lakang berikut ini turut mempengaruhi terbentuknya Badan Geologi:

a) Wilayah Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng utama. Wilayah ini selain memiliki kekayaan

alam yang besar, juga merupakan dae-rah rawan akan bencana geologi. Po-tensi tersebut, baik yang menguntung-kan seperti sumber daya energi dan mineral ataupun sifatnya merugikan seperti gempabumi, tsunami, letusan gunung api dan tanah longsor perlu di-ungkap secara komprehensif dan terus menerus.

b) Dalam upaya mengungkap potensi tersebut baik yang sifatnya menguntungkan maupun merugikan, dibutuhkan suatu kegiatan survei pemetaan, penyelidikan dan penelitian serta pengembangan. Untuk itu dibu-tuhkan adanya suatu lembaga yang kuat dan kredibel yang berwenang un-tuk melakukan berbagai kegiatan terse-but.

c) Manfaat dari kegiatan survei pemetaan, penyelidikan, dan peneli-tian serta pengembangan geologi tidak hanya sebatas untuk sektor energi dan sumber daya mineral. Hasil kegiatan ini mampu memberikan layanan berbagai aspek geologi bagi banyak sektor pem-bangunan dan dapat digunakan un-tuk berbagai kepentingan masyarakat umum, pemerintah otonomi daerah dan industri.

d) Otoritas dan keleluasaan berger-ak dalam menyelenggarakan fungsi la-yanan umum yang luas, menuntut ben-tuk lembaga yang tidak sebatas sektor komoditi, lebih jauh untuk layanan in-frastruktur dan lingkungan.

e) Bentuk organisasi yang dibu-tuhkan untuk penyelenggaraan fungsi tersebut, adalah Badang Geologi. Ada-pun ruang lingkup kegiatan adalah se-bagai berikut

Badan Geologi merupakan embrio pembentukan Badan Geologi Nasional, suatu lembaga yang bercita-cita me-madukan semua unsur geologi yang tersebar di berbagai instansi di bawah

satu lembaga. Adapun lembaga-lem-baga yang sekarang menangani ma-salah geologi adalah: BATAN, BAKO-SURTANAL, BMG, LIPI, PEKERJAAN UMUM, BPPT.

Program Prioritas Badan geologiA. Program Jangka Pendek - Konsolidasi Organisasi - Perencanaan stratejik Badan Geologi (Analisis SWOT, environmental scan-ning, pandangan ke depan, visi, misi, program dan kegiatan Badan Geologi) - Identifi kasi program unggulan- Penyiapan sistem informasi- Penyiapan basis data dan base-line informasi (evaluasi dan pelaporan Unit-unit periode sebelumnya) - Optimalisasi pelaksanaan transisi program kegiatan dari periode sebelum-nya (TA 2005) ke periode Badan Geologi (mulai TA 2006)- Penetapan indikator kinerja dan ren-cana akuntabilitas kinerja penelitian dan pelayanan Badan Geologi- Penyiapan format evaluasi dan pelapo-ran.

B. Program Jangka Menengah- Pelaksanaan program, evaluasi, dan sistem informasi berdasarkan perenca-naan stratejik Badan Geologi- Peningkatan kompetensi pelayanan laboratorium sebagai sarana penelitian dan pengembangan di bidang geologi. - Sosialisasi dan pemasyarakatan Badan Geologi serta program-program-nya.

C. Program jangka PanjangMenjadi institusi terdepan dalam

pengelolaan bidang geologi melalui peningkatan kualitas pelaksanaan pro-gram, evaluasi, dan sistem informasi berdasarkan perencanaan stratejik Badan Geologi.

Latar Belakang dibentuknya Badan

Geologi

juan?” Selama Akuntabilitas kinerja adalah pemantauan teratur dan ka-jiulang dan evaluasi berkala terha-dap kebijakan, rencana, dan pro-gram; pengujian sejauh mana strateji telah dilaksanakan, pembandingan antara hasil nyata dan hasil yang di-harapkan, identifi kasi besaran dan alasan perbedaan antara hasil yang diperoleh dengan hasil yang diharap-kan. Akuntabilitas kinerja adalah alat penilaian kebijakan dan program melalui pengukuran hasil (outcomes) berdasarkan standar yang disetujui. Dalam akuntabilitas kinerja terlibat dua pertanyaan berikut:

- Apakah kita melakukan suatu

hal yang benar (Are we doing the right things)?

- Apakah kita melakukan suatu hal secara benar (Are we doing things right)?

PenutupBadan Geologi telah terbentuk,

para pejabat pemangku tugas dan fungsinya telah dilantik dan diambil sumpah jabatannya. Kita berharap instansi pemerintah yang baru ini se-bagaimana sejarah dan latarbelakang pembentukannya mampu mengusung visi pembangunan geologi, yaitu: ge-ologi untuk kesejahteraan rakyat (ge-ologi sebagai penopang pembangu-

nan ekonomi dan perbaikan kualitas hidup manusia) di Indonesia. Untuk itu, partisipasi seluruh staf dan insan yang peduli terhadap geologi sangat dinantikan untuk berkiprah bersama dalam organisasi Badan Geologi.

Page 19: warta geologi

FOTO-FOTO PELANTIKAN PEJABAT ESELON 3 DAN 4 DI LINGKUNGAN BADAN GEOLOGI

Page 20: warta geologi