Top Banner
Forestry Research Institute of Kupang (Forist) Warta Cendana Balai Penelitian Kehutanan Kupang Edisi VIII No.3 Desember 2015 FOKUS www.catperku.com Potensi Ekowisata TANJUNG TORONG PADANG dan Sekitarnya di Pulau Flores Nusa Tenggara Timur Pengelolaan Hutan Mangrove di Desa Pariti Kecamatan Sulamu - Kabupaten Kupang Kandungan Nutrisi Hijauan Sebagai Pakan Rusa Timor (Rusa timorensis Blainville) di KHDTK Rarung Nusa Tenggara Barat Materi Genetik Penghasil Gaharu (Gyrinops versteegii) Berupa Buah dan Benih Serta Bentuk Kerusakannya Evaluasi Pertumbuhan Semai Kayu Merah (Pterocarpus indicus Willd.) untuk Uji Keturunan Generasi Pertama (F-1) di Stasiun Penelitian Oilsonbai
16

Warta Cendana Edisi VIII No.3 2015.cdr

Jan 21, 2017

Download

Documents

trandan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Warta Cendana Edisi VIII No.3 2015.cdr

Forestry Research Institute of Kupang (Forist)

WartaCendanaBalai Penelitian Kehutanan Kupang Edisi VIII No.3

Desember 2015

FOKUSww

w.catperku.com

Potensi Ekowisata

TANJUNG TORONG PADANG

dan Sekitarnyadi Pulau Flores

Nusa Tenggara Timur

Pengelolaan Hutan Mangrove di Desa Pariti Kecamatan Sulamu - Kabupaten Kupang

Kandungan Nutrisi Hijauan Sebagai Pakan Rusa Timor (Rusa timorensis Blainville) di KHDTK Rarung Nusa Tenggara Barat

Materi Genetik Penghasil Gaharu (Gyrinops versteegii) Berupa Buah dan Benih Serta Bentuk Kerusakannya

Evaluasi Pertumbuhan Semai Kayu Merah (Pterocarpus indicus Willd.) untuk Uji Keturunan Generasi Pertama (F-1) di Stasiun Penelitian Oilsonbai

Page 2: Warta Cendana Edisi VIII No.3 2015.cdr

Pendahuluan Lebih lanjut Fandeli dan Mukhlison (2000) Pada saat ini ekowisata telah berkembang. mengemukakan bahwa ekowisata adalah suatu Ekowisata ini tidak hanya sekedar untuk melakukan bentuk wisata yang bertanggung jawab terhadap pengamatan burung, mengendarai kuda, kelestarian area yang masih alami (natural area), penelusuran jejak di hutan belantara, tetapi telah memberi manfaat secara ekonomi dan terkait dengan konsep pelestarian hutan dan mempertahankan keutuhan budaya bagi penduduk lokal. Ekowisata ini kemudian masyarakat setempat. Dalam konteks kehutanan, merupakan suatu perpaduan dari berbagai minat ekowisata diharapkan dapat menjadi kegiatan yang yang tumbuh dari keprihatian terhadap lingkungan, penting dalam memulihkan kerusakan hutan dan ekonomi dan sosial. Ekowisata tidak dapat mengembalikan peranan masyarakat untuk ikut dipisahkan dengan konservasi, oleh karena itu menjaga kelestarian hutan (Fandeli dan Nurdin, ekowisata disebut sebagai bentuk perjalanan wisata 2005). bertanggungjawab (Fandeli dan Mukhlison, 2000). Kawasan Tanjung Torong Padang dan

1Edisi VIII No.3 Desember 2015

| FO

KUS

|

BALAI PENELITIAN KEHUTANAN KUPANG | FORESTRY RESEARCH INSTITUTE OH KUPANG

Dewan Redaksi Redaksi Pelaksana

PENERBIT

Balai Penelitian Kehutanan Kupang Jln Untung Suropati No 7 B. Kupang

Telp (0380)823357 Fax (0380) 831086 Email : [email protected]

REDAKSI

merupakan majalah ilmiah poluler Balai Penelitian Kehutanan Kupang yang diterbitkan 3

kali dalam satu tahun, berisikan tema rehabilitasi hutan dan lahan, konservasi, sosial ekonomi,

ekowisata, lingkungan, HHBK, managemen, hukum kelembagaan, kebijakan publik dan lain-lain.

www.foristkupang.org

Redaksi menerima sumbangan artikel sesuai tema terkait, Tim Redaksi berhak menyunting tulisan tanpa mengubah isi materi tulisan, Tulisan dapat dikirim melalui email ke [email protected]

DAFTAR ISI

SEKAPUR SIRIHJumpa lagi pembaca setia warta cendana, dipenghujung tahun 2015 kali ini warta cendana vol.8 no. 3, hadir

dengan berbagai informasi seputar kegiatan penelitian yang lebih menarik antara lain kita akan mengetahui

bagaimana karakteristik materi genetik penghasil gaharu berupa buah dan benih, masih tentang pengelolaan

hutan mangrove di Desa Pariti, artikel menarik tentang potensi ekowisata Tanjung Porong Padang dan

sekitarnya di Pulau Flores dan masih banyak lagi informasi yang akan disajikan dalam warta cendana kali

ini.

Bagi para pembaca yang ingin berbagi informasi dalam warta cendana, dapat mengirimkan naskah

artikelnya ke dewan redaksi warta cendana.. akhirnya tim dewan redaksi mengucapkan Selamat Natal 2015

dan Tahun Baru 2016 untuk para pembaca setia.

| FOKUS | | GALERI PERISTIWA |

h.1oleh: Kayat

Kandungan Nutrisi Hijauan Sebagai Pakan Rusa Timor (Rusa timorensis Blainville) di KHDTK Rarung Nusa Tenggara Barat

h.8

Oleh : Siswadi

h.20

h.24

Cover Photo : Tanjung Torong Padang

oleh Kayat

Penanggung JawabKepala Balai Penelitian Kehutanan Kupang

Imam Budiman, S.Hut, M.A .Hery Kurniawan, S.Hut, M.Sc.DR. S. Agung S. Raharjo, S.Hut.,M.T. Muhamad Hidayatullah, S.Hut, M.Si. Merry Mars Dethan, S.P.

Feri A. Widhayanto,S.T.

Kepala Seksi Data, Informasi dan Sarana Penelitian Anggota

Materi Genetik Penghasil Gaharu (Gyrinops versteegii) Berupa Buah dan Benih Serta Bentuk Kerusakannya

h.12Oleh : Dani Pamungkas

Evaluasi Pertumbuhan Semai Kayu Merah (Pterocarpus indicus Willd.) untuk Uji Keturunan Generasi Pertama (F-1) di Stasiun Penelitian Oilsonbai

h.16Oleh : Hery Kurniawan dan Sumardi

Pengelolaan Hutan Mangrove di Desa ParitiKecamatan Sulamu - Kabupaten Kupang

Potensi Ekowisata Tanjung Torong Padang dan Sekitarnya di Pulau Flores Nusa Tenggara Timur

Oleh : M. Hidayatullah dan Bernadus Ndolu

oleh: Kayat

Potensi Ekowisata TANJUNG TORONG PADANG dan Sekitarnyadi Pulau Flores Nusa Tenggara Timur

Page 3: Warta Cendana Edisi VIII No.3 2015.cdr

32 Edisi VIII No.3 Desember 2015Edisi VIII No. 3 Desember 2015

sekitarnya yang berada di Pulau Flores bagian utara Desa Sambinasi Barat, dan beberapa tokoh adat memiliki potensi ekowisata yang besar, namun dan tokoh masyarakat. Observasi dilakukan di belum dimanfaatkan secara optimal dan belum kawasan Tanjung Torong Padang dan sekitarnya. menghasilkan nilai ekonomi bagi peningkatan Sedangkan observasi partisipatif adalah dengan kesejahteraan masyarakat setempat. Tulissan ini cara ikut terlibat di dalam kegiatan masyarakat adat bertujuan mengenalkan potensi ekowisata di Suku Baar di Desa Sambinasi dan Sambinasi Barat. kawasan Tanjung Torong Padang. Diharapkan Kegiatan masyarakat yang diikuti adalah perburuan masyarakat luas baik dari dalam negeri maupun luar adat, upacara adat caci/larik, kaizo, dan rentok. negeri bisa lebih mengenal berbagai potensi Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif ekowisata yang ada di kawasan Tanjung Torong kualitatif. Padang dan sekitarnya sehingga potensi tersebut dapat optimal dimanfaatkan.

Potensi EkowisataPengambilan Data Berdasarkan hasil interview, observasi dan Lokasi pengambilan data adalah di kawasan observasi partisipatif, potensi ekowisata yang ada di Tanjung Torong Padang dan sekitarnya. Kawasan kawasan Tanjung Torong Padang dan sekitarnya Tanjung Torong Padang secara administrasi berada dapat digolongkan ke dalam tiga kategori ekowisata di wilayah Desa Sambinasi Kecamatan Riung yaitu ekowisata dalam bentuk pengamatan satwa Kabupaten Ngada Propinsi Nusa Tenggara Timur liar, pemandangan/bentang alam dan wisata (Gambar 1.) budaya.

1. P e n g a m a t a n Satwa LiarSatwa liar yang berpotensi sebagai obyek pengamatan adalah komodo (Varanus komodoensis), rusa timor (Rusa timorensis Blainville 1822), dan berbagai jenis burung.

1.a. Komodo (Varanus komodoensis)Masyarakat umum mungkin hanya mengetahui bahwa satwa liar komodo (Varanus komodoensis) hanya ada di kawasan Taman Nasional Komodo, padahal komodo dapat dijumpai juga di

Metode pengambilan data yang digunakan daratan Pulau Flores khususnya di wilayah adalah interview, observasi, dan observasi Kecamatan Riung. Distribusi komodo tersebar di partisipatif (Bungin, 2012). Interview dilakukan beberapa lokasi yaitu di Pulau Ontoloe dan kawasan dengan Pemerintah Daerah setempat seperti Tanjung Torong Padang. Untuk menikmati atau Camat Riung, Kepala Desa Sambinasi, Kepala mengamati satwa liar komodo ini, sehari

di mata air Wae Nepong. Hasil penghitungan populasi rusa timor di kawasan Tanjung Torong Padang dengan menggunakan bantuan camera trap selama 3 bulan yang terbagi ke dalam beberapa periode (setiap periode selama dua minggu) menghasilkan data populasi rusa timor sebanyak 69 ekor.

1.c. Bird Watching

sebelumnya harus diberikan umpan berupa daging atau ikan. Umpan tersebut diletakkan di tempat yang agak terbuka sehingga kita bisa melihat dengan jelas dari tempat yang agak jauh. Sebaiknya tempat pengamatan atau pengintaian berada pada tempat yang lebih tinggi sehingga memudahkan pengamat untuk melihat komodo.

1.b. Rusa Timor (Rusa timorensis Blainville 1822)

Kawasan Tanjung Torong Padang kaya akan berbagai jenis burung. Terdapat dua lokasi pengamatan burung yang menarik yaitu di lembah dan di perbukitan sampai pantai. Jenis burung yang dapat dijumpai di kawasan lembah adalah burung gosong kaki merah, ayam hutan hijau, merpati hutan, srigunting, tekukur dan perkutut. Sedangkan jenis burung yang dapat dijumpai di kawasan perbukitan savana dan pantai adalah burung elang bondol, elang laut, burung raja udang

Rusa timor merupakan satwa liar lainnya yang ada biru, burung sesap madu, burung branjangan dan di kawasan Tanjung Torong Padang. Rusa timor apung. biasa beraktivitas pada siang hari (diurnal) dan malam hari (nocturnal). Namun akibat perburuan 2. Pemandangan Alam/Bentang Alam adat yang dilakukan setiap setahun sekali, Panorama atau pemandangan alam yang bisa menyebabkan perubahan perilaku rusa timor yaitu dinikmati di kawasan Tanjung Torong Padang lebih banyak beraktivitas pada malam hari. Saat adalah Taman Wisata Alam Laut (TWAL) Tujuh yang tepat untuk melakukan pengamatan rusa Belas Pulau, Teluk Damu, Pantai di Tanjung timor di kawasan Tanjung Torong Padang adalah Torong Padang, dan Air Terjun Buntang Ireng.pada musim kemarau. Lokasi terbaik untuk pengamatan adalah di daerah mata air. Kawasan 2.a. TWAL Tujuh Belas PulauTanjung Torong Padang mempunyai satu mata air TWAL Tujuh Belas Pulau memiliki banyak potensi yaitu mata air Wae Nepong yang tidak pernah berupa keanekaragaman hayati (flora dan fauna) kering walaupun saat musim kemarau. Seluruh dan ekosistem (hutan tropika kering, savana, satwa liar yang ada di kawasan tersebut akan minum

Wilayah Desa Sambinasi Barat

Gambar 1. Peta Kawasan Tanjung Torong Padang dan Sekitarnya

Gambar 2. Komodo, Satwa Andalan Kawasan Tanjung Torong Padang

Gambar 3. Rusa Timor, Satwa Buru Masyarakat Suku Baar

Gambar 4. Salah Satu Jenis Burung di Kawasan Tanjung Torong Padang

Page 4: Warta Cendana Edisi VIII No.3 2015.cdr

54 Edisi VIII No.3 Desember 2015Edisi VIII No. 3 Desember 2015

berwarna coklat dan kehitaman bekas pembakaran yang dilakukan oleh masyarakat.

2.c. Savana dan Pantai Tanjung Torong PadangDi kawasan perbukitan savana Tanjung Torong Padang kita bisa menikmati hamparan savana yang berwarna kuning kecoklatan pada saat musim kemarau. Pada sore hari, kita bisa menikmati sun set matahari terbenam di bagian barat yang memancarkan cahaya kuning kemerahan. Di sisi mangrove, lamun/sea grases, dan terumbu karang). lain, kawasan Tanjung Torong Padang memiliki Potensi terumbu karang di kawasan laut TWAL 17 pantai dengan hamparan pasir putih dan susunan Pulau sangat tinggi baik dari jenis maupun karang yang menarik.ukurannya. Di kawasan TWAL 17 Pulau dapat

dijumpai sekitar 183 jenis dalam 16 famili. Famili dengan kelimpahan tertinggi adalah Famili Acroporidae (57 spesies), Faviidae (36 spesies), Fungiidae (19 spesies), Agariciidae (11 spesies), dan Poritidae (10 spesies). Keindahan terumbu karang lainnya di lokasi diving dan snorkling adalah mawar laut. Mawar laut merupakan ikon TWAL 17 Pulau yang merupakan kumpulan telur kelinci laut (Hexabranchus sanguineus) yang keberadaannya cepat hilang (bertahan ± 5 hari) (BBKSDA, 2012). 2.b. Teluk Damu

2.d. Air Terjun Buntang IrengAir Terjun Buntang Ireng terletak di wilayah Desa Sambinasi. Air Terjun Buntang Ireng berjarak Pemandangan bentang alam Teluk Damu bisa sekitar 2,5 km dari Dusun Damu. Rute perjalanan dinikmati dari kawasan Tanjung Torong Padang dari Dusun Damu ke lokasi Air Terjun Buntang yang memiliki ketinggian lebih tinggi. Jika Ireng adalah dengan menyusuri pinggir sungai kecil dipandang dari tempat yang lebih tinggi, Teluk sejauh satu kilometer yang bisa dilakukan dengan Damu seperti berupa danau air asin, dengan warna berjalan kaki atau menggunakan sepeda motor, air laut yang biru dan pemandangan hijau hutan kemudian dilanjutkan dengan menyusuri jalan mangrove yang mengelilinginya. Bagian atasnya setapak yang agak mendaki sekitar 1,5 kilometer berupa hamparan bukit-bukit savana yang

Sambinasi Barat). Perburuan adat dilakukan pada bulan September atau Oktober setiap tahun. Masyarakat Suku Baar berkeyakinan bahwa berburu adat ini merupakan adat nenek moyang Suku Baar, bukan target daging rusa namun untuk melestarikan budaya. Rangkaian acara perburuan adat adalah Larik – Malang (Berburu) – Alasa. Kegiatan acara ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan. Masyarakat Suku Baar mempercayai bahwa berhasil atau tidaknya berburu sangat ditentukan oleh berjalan lancar atau tidaknya rangkaian adat yang dilaksanakan.

yang hanya bisa dilakukan dengan berjalan kaki. Ada beberapa teknik perburuan adat yang Waktu tempuh dari Dusun Damu ke Air Terjun dilakukan oleh masyarakat Suku Baar, yaitu (1) Buntang Ireng jika berjalan kaki sekitar 1,5 jam, menggunakan kuda dengan peralatan bisa berupa namun jika kombinasi naik sepeda motor dan tombak atau jerat; (2) menggunakan jerat dan berjalan kaki dapat ditempuh dalam waktu satu anjing, juga dilengkapi dengan tombak dan parang; jam. (3) menggunakan banso, yaitu bambu runcing yang

Air Terjun Buntang Ireng terdiri dari tiga buah ditanam di tanah dengan kemiringan tertentu; dan air terjun. Air terjun pertama memiliki tinggi (4) menggunakan tombak dan parang. sekitar tujuh meter, air terjun kedua memiliki

3.b. Upacara Caci/LarikUpacara Caci/Larik merupakan upacara adat perang tanding antara dua orang laki-laki yang merupakan perwakilan kampung atau desa yang berbeda. Menurut keterangan masyarakat setempat, upacara caci dilatarbelakangi oleh keinginan seorang suami untuk menikah lagi padahal sang istri tidak menyetujuinya, kemudian sang istri mengadu kepada keluarganya sampai

ketinggian sekitar 10 meter dan air terjun ketiga memiliki ketinggian sekitar 35 meter. Menurut informasi dari beberapa tokoh adat Masyarakat Suku Baar, bahwa pada sekitar bulan Juli - Oktober banyak turis manca negara yang mengunjungi Air Terjun Buntang Ireng.

3. Wisata Budaya 3.a. Perburuan AdatPerburuan adat rusa timor dilakukan oleh masyarakat Suku Baar yang berada di Dusun Damu dan Ruki (Desa Sambinasi) dan Marotauk (Desa

Gambar 6. Teluk Damu

Gambar 11. Budaya Adat Caci/Larik

Gambar 10. Upacara Perburuan Adat

Gambar 9. Air Terjun Buntang Ireng

Gambar 7. Sun Set di Kawasan Tanjung Torong Padang

Gambar 8. Pantai Pasir Putih dan Karang di Pantai Tanjung Torong Padang

Gambar 5. Kawasan TWAL Tujuh Belas Pulau

Page 5: Warta Cendana Edisi VIII No.3 2015.cdr

76 Edisi VIII No.3 Desember 2015Edisi VIII No. 3 Desember 2015

Setelah semua masyarakat selesai memanen hasil pertaniannya, seminggu kemudian beberapa tokoh adat mengadakan musyawarah untuk menentukan hari “H” pelaksanaan upacara Rentok. Proses upacara Rentok berupa sekelompok orang (sekitar 7 - 20 orang) berkeliling sambil menyanyikan lagu khusus disertai dengan menghentakan kaki sesuai irama nyanyian. Antara irama nyanyian dan hentakan kaki harus seiring. Upacara rentok dilakukan mulai malam hari sekitar pukul 19.30 sampai pagi hari sekitar pukul 07.00. Pada saat pagi harinya dilanjutkan dengan kegiatan

terjadilah perang tanding tersebut. “NggiuNggolong Tupas” yaitu memakan ketupat Sebelum dilakukan acara adat Caci/Larik pada yang berasal dari hasil panen padi baru, jagung keesokan harinya, maka malam sebelumnya baru, dan jewawut baru . Kegiatan upacara Rentok dilakukan acara adat “Alasa”. Pada zaman dulu, diikuti oleh masyarakat yang berasal dari dalam alasa merupakan salah satu ajang untuk mencari maupun luar kampung tempat dilakukannya acara jodoh. Di pihak lain juga merupakan ajang tersebut. silaturahmi antar keluarga supaya saling mengenal garis keturunan. 3.e. Kerajinan Tenun Ikat

Karajinan tenun ikat merupakan mata pencaharian 3.c. Upacara Kaizo tambahan bahkan pokok masyarakat Suku Baar Kaizo merupakan acara adat pertanian karena tidak yang ada di tiga dusun yang berada di Desa ada hujan yang turun pada bulan Januari atau Sambinasi dan Sambinasi Barat, yaitu Dusun Februari. Sehingga untuk meminta turun hujan Damu, Ruki dan Marotauk. kepada Yang Maha Kuasa maka dilakukan upacara Sampai saat ini, dari beberapa potensi obyek adat berupa “Kaizo”. Namun menurut sejarah ekowisata yang diuraikan di atas hanya kawasan Kaizo adalah berasal dari nama dua orang Kakak TWAL Tujuh Belas Pulau dan Mata Air Buntang dan Adik kandung yang melakukan hubungan Ireng yang sudah menghasilkan nilai ekonomi, suami istri padahal secara adat tidak boleh sedangkan potensi ekowisata lainnya belum dilakukan. Akhirnya ketahuan oleh masyarakat dikelola untuk menghasilkan nilai ekonomi. TWAL adat sehingga keduanya d ibunuh agar Tujuh Belas Pulau dikelola oleh Resort keturunannya t idak ber lanjut . Untuk Pemangkuan Hutan (RPH) Riung Balai Besar membersihkan seluruh permasalahan kampung Konservasi Sumber Daya Alam Nusa Tenggara maka dilakukan upacara Kaizo. Timur, sedangkan kawasan ekowisata Mata Air

Buntang Ireng dikelola oleh masyarakat setempat 3.d. Upacara Rentok yang ada di Dusun Damu Desa Sambinasi. Nilai Rentok merupakan upacara adat dalam rangka ekonomi dari ekowisata TWAL Tujuh Belas Pulau mengucapkan syukur kepada Yang Maha Kuasa atas diperoleh dari pemasukan pembayaran karcis limpahan hasil panen pertanian. Upacara Rentok masuk kawasan, penyewaan perahu motor, biasa dilakukan setelah musim panen dilakukan, penginapan, dan restauran/rumah makan. sekitar bulan April akhir atau Mei. Upacara adat Sedangkan nilai ekonomi dari ekowisata Mata Air Rentok dilatarbelakangi untuk menghilangkan rasa Buntang Ireng hanya dari pemasukan karcis lelah selama 3 bulan proses bercocok tanam. pengunjung. Pengelolaan ekowisata Mata Air

Buntang Ireng belum optimal, sebagai contoh budaya. Namun berbagai potensi ekowisata dalam penetapan tarif karcis pengunjung pun tersebut belum dimanfaatkan secara optimal nilainya bersifat sukarela tergantung pemberian sehingga belum menghasilkan nilai ekonomi yang pengunjung. maksimal untuk kesejahteraan masyarakat lokal

Sebenarnya berbagai potensi ekowisata yang ada di sekitar kawasan tersebut. tersebut di atas dapat dijadikan sebagai satu paket Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, destinasi ekowisata. Sehingga destinasi ekowisata masyarakat setempat, dan berbagai stakeholder tersebut dapat menghasilkan manfaat ekologis, terkait perlu bekerjasama untuk mengembangkan sosial budaya dan ekonomi yang sebesar-besarnya berbagai obyek ekowisata yang ada, terutama bagi masyarakat, pengelola dan pemerintah promosi agar potensi ekowisata yang ada bisa (Fandeli dan Mukhlison, 2000). dikenal oleh masyarakat luas terutama para pelaku

Selanjutnya Fandeli dan Mukhlison (2000) ekowisata baik dari dalam negeri maupun luar menyatakan bahwa di dalam pemanfaatan areal negeri.alam beserta segala potensi ekowisata yang ada dapat menggunakan pendekatan pelestarian dan Daftar Pustakapemanfaatan. Kedua pendekatan ini dilaksanakan BBKSDA. 2012. Draft Penataan Blok Taman dengan menitikberatkan pada pelestarian Wisata Alam Laut Tujuh Belas Pulau. dibanding pemanfaatan. Kemudian pendekatan Kementerian Kehutanan Direktorat Jenderal lainnya adalah pendekatan pada keberpihakan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Balai kepada masyarakat setempat agar mampu Besar Konservasi Sumber Daya Alam Nusa mempertahankan budaya lokal dan sekaligus Tenggara Timur. Kupang.meningkatkan kesejahteraannya. Bungin, Burhan. 2012. Analisis Data Penelitian

Untuk menjual potensi ekowisata yang ada di Kualitatif , Pemahaman Filosofis dan kawasan Tanjung Torong Padang dan sekitarnya Metodologis ke Arah Penguasaan Model perlu kerjasama berbagai pihak terkait seperti Aplikasi. Rajawali Pers – Divisi Buku Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Pengusaha Perguruan Tinggi PT RajaGrafindo Persada. ekowisata, dan masyarakat setempat. Dukungan Jakarta.Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat Fandeli, C. dan Mukhlison. 2000. Pengusahaan berupa penyediaan fasilitas jalan, listrik dan air Ekowisata. Fakultas Kehutanan UGM bersih yang nyaman. Pengusaha ekowisata dapat bekerjasama dengan Unit Konservasi berkiprah dalam bentuk promosi ekowisata Sumberdaya Alam DIY dan – Pustaka Pelajar diberbagai media, sedangkan masyarakat setempat (Anggota IKAPI). Yogyakarta. bisa berpartisipasi di dalam menjaga dan Fandeli, C. dan M. Nurdin. 2005. Pengembangan melestarian obyek ekowisata yang ada. Sementara Ekowisata Berbasis Konservasi di Taman dalam pengelolaan paket destinasi ekowisata, Nasional. Fakultas Kehutanan UGM semua pihak dapat bekerjasama dalam bentuk Yogyakarta bekerjasama dengan Pusat Studi kelembagaan kolaboratif (Subarudi, 2009). Pariwisata UGM Yogyakarta dan Kantor

Kementerian Lingkungan Hidup Republik Penutup Indonesia. Yogyakarta.Kawasan Tanjung Torong Padang dan sekitarnya Subarudi. 2009. Prospek Bisnis Ekowisata di memiliki potensi ekowisata yang cukup menarik, Taman Nasional. Departemen Kehutanan s e p e r t i p e n g a m a t a n s a t w a l i a r , Badan Penelitian dan Pengembangan pemandangan/bentang alam, dan ekowisata Kehutanan. Bogor.

Gambar 12. Kaizo, Upacara Meminta Diturunkan Hujan

Page 6: Warta Cendana Edisi VIII No.3 2015.cdr

98 Edisi VIII No.3 Desember 2015Edisi VIII No. 3 Desember 2015

Oleh : Siswadi

KANDUNGAN NUTRISI HIJAUAN SEBAGAI PAKAN RUSA TIMOR (Rusa timorensis Blainville) di KHDTK RARUNG NUSA TENGGARA BARAT

Pendahuluan rumput yang produktif akan dapat menyediakan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) pakan yang berkualitas bagi satwa.Rarung di Kabupaten Lombok Tengah adalah salah Rusa secara umum adalah satwa pemakan satu lokasi penelitian yang dikelola oleh Balai hijauan. Di habitat alaminya preferensi pakan Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu antara satu jenis rusa dengan yang lainnya berbeda, (BPTHHBK) Mataram. Di KHDTK Rarung sebagai contoh rusa sambar cenderung memakan terdapat padang rumput yang dimanfaatkan tanaman yang berdaun sedangkan rusa timor lebih sebagai habitat Rusa timor (Rusa timorensis menyukai rumput-rumputan. Hal ini terjadi karena Blainville). Padang rumput tersebut dikelola habitat rusa sambar lebih banyak berupa hutan dengan sistem silvopastur. Untuk meningkatkan lebat, sedangkan rusa timor hidup pada daerah produktifitas padang rumput, pengkayaan savana (Semiadi, 2004). Rusa dapat dikatakan dilakukan pada lahan seluas 1 Ha dengan menanam menyukai hampir segala jenis hijauan dan dapat beberapa jenis rumput, yaitu: Turi (Sesbania mengkonsumsi pakan tambahan selain rumput. grandiflora), Rumput Gajah (Pennisetum Oleh karena itu menyediakan pakan untuk rusa purpureum) , Rumput ra ja (Pennisetum bukanlah hal yang sulit. purpuphoindes) Gamal (Gliricidia sepium Stend), dan Lamtoro (Leucaena leucocephala). Tulisan ini Metodologibertujuan untuk menyampaikan informasi A. Waktu dan Tempat mengenai kandungan nutrisi pada pakan hijauan Kegiatan penelitian ini dilakukan pada bulan rusa timor pada plot pengkayaan padang rumput di September tahun 2007, Analisis kandungan nutrisi KHDTK Rarung. (proksimat) dilakukan pada Laboratorium Kimia

Pemeliharaan padang rumput memerlukan Bahan Pakan Universitas Mataram. Sampel uji investasi modal yang cukup tinggi dalam jangka pakan diambil dari plot pengkayaan di KHDTK waktu yang panjang. Ada beberapa hal yang Rarung. berpengaruh terhadap budidaya rumput, antara lain : kesuburan tanah, kelembaban tanah, B. Alat dan Bahantemperatur, cahaya dan naungan, bentuk Alat yang digunakan dalam kegiatan penelitian ini pertumbuhan dan pertumbuhan musiman, adalah arit, parang, keranjang dan timbangan. palatabilitas, serangan hama dan penyakit serta Sedangkan bahan yang digunakan adalah hijauan persaingan dengan gulma. Keterkaitan antara Turi (Sesbania grandiflora), Rumput Gajah tumbuhan dengan faktor lingkungan ini sering (Pennisetum purpureum) , Rumput ra ja disebut dengan asosiasi (McIlroy, 1977). Padang (Pennisetum purpuphoindes), Gamal (Gliricidia

sepium Stend), Lamtoro (Leucaena leucocephala). Asam amino adalah asam organik yang mengandung satu atau lebih gugus amino (NH ) 2

C. Pengumpulan Data kumpulan asam amino inilah yang disebut Data kandungan nutrisi pakan diperoleh dengan polipeptida. Hingga saat ini diketahui tidak kurang melakukan analisis proksimat pada Lamtoro, dari 25 jenis asam amino, dimana 20 di antaranya Rumput Raja, Rumput Gajah, Gamal dan Turi merupakan asam amino yang membentuk jaringan dengan menggunakan metode AOAC 1970. pada hewan. Dari 20 jenis asam amino, 10 jenis Analisis sampel dilakukan dengan 2 kali ulangan. diantaranya termasuk dalam kategori essensial Adapun data yang dikumpul meliputi kandungan (utama) dan sisanya termasuk kategori non-bahan kering, lemak kasar, protein kasar, abu dan essensial (sekunder). Asam amino utama adalah serat kasar. Sedangkan bahan sampel yang diambil asam yang sangat dibutuhkan hewan dan tidak adalah bagian daun dan batang yang muda. dapat disintesa (dibentuk) oleh tubuh hewan

sehingga harus tersedia pada pakan yang Hasil dan Pembahasan dikonsumsinya. Sedangkan yang tidak utama A. Peran Nutrisi Bagi Pertumbuhan Rusa adalah jenis asam amino yang dapat dibentuk dari Lemak dan protein merupakan sumber energi bagi jenis asam amino lainnya oleh tubuh hewan hewan. Protein merupakan senyawa struktur dasar sehingga keberadaannya dalam pakan tidak perlu dari pembentuk semua jaringan tubuh. Pada dikhawatirkan. Kelebihan protein yang dikonsumsi jaringan tulang, sekitar sepertiga dari berat oleh hewan akan dirombak dan disimpan dalam keringnya terdiri dari protein sehingga senyawa jaringan hati dan dimanfaatkan oleh tubuh hewan protein berperan penting dalam pertumbuhan dan sebagai energi. Untuk mengetahui kandungan perkembangan hewan bahkan sejak masih dalam nutrisi hijauan pakan di KHDTK Rarung, dapat kandungan sebagai calon anak (fetus). dilihat dari hasil analisis proksimat sebagai mana

Protein merupakan suatu bahan organik Tabel 1.komplek yang terbuat dari susunan asam amino.

| FO

KUS

|

Nama Bahan/ Kode(Name Ingredients /

Code )

Bahan Kering (Dry

Ingredients )(%)

Abu (Gre y)

(%)

Lemak Kasar (Gross

Fat ) (%)

Serat Kasar (Gross Fiber )

(%)

Protein Kasar (Gross

Protein ) (%)

Gliricidia sepium Stend

1.

100

8.2165

4.7438

20.2133

27.3793

31.7668

2.6101

1.5069

6.4211

8.69752.

100

7.3575

4.0061

20.8817

26.8197

31.4469

2.3136

1.2598

6.5666

8.4339Pennisetum purpureum

1.

100

10.0622

3.2673

31.1345

5.7691

24.9894

2.5145

0.8972

7.7803

1.4416

2.

100

10.9867

3.8226

31.4282

5.7604

25.0270

2.7496

0.9594

7.8655

1.4416Leucaena leucocephalla

1.

100

7.7862

5.1197

19.5661

27.0927

24.5608

1.9124

1.2575

4.8056

6.6524

2.

100

7.8605

4.1064

19.8371

26.4163

24.5900

1.9329

1.0230

4.8779

6.4958Sesbania grandiflora

1.

100

6.5548

4.00879

23.1069

24.9379

20.3618

1.3347

0.8924

4.7049

5.0778

2.

100

7.4443

4.3174

23.2021

24.1325 20.5050

1.5262

0.8851

4.7568

4.9475

Pennisetum purpuphoindes

1. 100

13.9075

2.7935

33.5141

6.7151

22.7596

3.01653

0.6358

7.6277

1.5283

2. 100 13.1471 3.2156 34.2200 7.3906 22.7474 2.9906 0.7915 8.0116 1.6812

Sumber : Hasil analisis prosimat di UNRAM

Tabel 1. Hasil analisis proksimat hujauan pakan rusa di KHDTK Rarung.

Page 7: Warta Cendana Edisi VIII No.3 2015.cdr

1110 Edisi VIII No.3 Desember 2015Edisi VIII No. 3 Desember 2015

Nutrisi hijauan pakan sebagaimana tabel 1 penelitian Supriyadi (2013), dimana kandungan menunjukkan kandungan serat kasar pada kelima protein gamal 22,7%, lamtoro 18,9%, turi 19,6% jenis rumput tersebut masih di bawah jumlah dan rumput gajah 9,9%. Hal ini mengindikasikan keperluan dan toleransi maksimal kandungan serat bahwa jenis rumput ini masih memerlukan dalam bahan pakan yang diperlukan rusa. Rumput pemeliharaan yang intensif seperti dengan raja dan rumput gajah mengandung serat lebih melakukan pemupukan.besar bila dibandingkan dengan jenis rumput Selain itu disebabkan hal di atas, rendahnya lainnya. Hal ini disebabkan bentuk daun yang kandungan nutrisi pakan pada hijauan dapat memanjang dan dengan tulang daun yang besar disebabkan karena jumlah rumpun yang terlalu sehingga akan membentuk jaringan serat yang besar dan jarak yang terlalu rapat yang lebih banyak. mengakibatkan terjadinya kompetisi dalam

Lamtoro dan turi adalah tanaman berdaun mendapatkan unsur hara dan sinar matahari yang kecil, dengan penampang daun yang lebih halus akhirnya menyebabkan etiolasi. Berikut Gambar 1 dan lunak menyebabkan kandungan seratnya lebih adalah kombinasi tegakan turi dan rumput raja. sedikit, sedangkan jenis gamal adalah jenis tanaman dengan daun berbentuk oval. Warna daun yang sangat hijau mengindikasikan bahwa tanaman ini banyak mengandung klorofil. Kandungan serat pada daun gamal adalah antara 6,4 – 6,5%.

Bahan kering (BK) merupakan unsur nutrisi yang sangat penting dalam pemberian pakan pada hewan ruminansia. Ada dua jenis bahan yang mampu membuat hewan menjadi kenyang yaitu BK dan air. Idealnya dalam melakukan penangkaran harus melakukan kontrol dan mengetahui kandungan BK suatu pakan, karena penyusun ransum terdiri dari beberapa bahan Salah satu unsur pada hijauan yang paling diantaranya adalah BK (Dry Matter Basis), mempengaruhi daya cerna adalah kandungan kemudian dikonversikan ke bahan segar (As Fed). unsur serat dan kerabatnya seperti selullosa, Konsumsi BK idealnya adalah sekitar 2-3 % dari humiselullosa dan lignin. Semakin tua umur bobot badan. Rusa Timor membutuhan protein hijauan akan semakin meningkatkan unsur serat antara 15 -19% BK, dimana kandungan protein s e h i n g g a m e n j a d i p e n g h a m b a t d a l a m dikatakan rendah jika hanya terkandung <11% BK. meningkatkan pemanfaatan suatu hijauan. Kekurangan protein dapat berakibat pada Tingginya kandungan serat cenderung akan penurunan berat badan rusa dan dalam jangka menurunkan nilai daya cerna dan rendahnya daya panjang dapat berpengaruh terhadap proses cerna merefleksikan rendahnya kualitas hijauan reproduksi (Semiadi, 2004). tersebut ditinjau sebagai sumber nutrisi. Pada

Dari hasil analisis diketahui bahwa semua jenis pakan berbahan karbohidrat tinggi, seperti dedak, pakan menunjukkan kandungan protein yang jagung beras dan ubi-ubian cenderung mempunyai rendah. Pada gamal kandungan proteinnya antara nilai daya cerna yang sangat tinggi, dimana unsur 8,4 – 8,6%, lamtoro 6,4 – 6,6%, dan turi 4,9 – 5.0, nutrisi dari jenis pakan tersebut mudah sekali rumput gajah dan rumput raja kandungan dicerna (Semiadi, 2004).proteinnya sangat sedikit yakni 1,4 dan 1,6%. Hasil analisis ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil

B. Meningkatkan Nutrisi Pada Hijauan terjadi karena adanya kompetisi dalam Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mendapatkan cahaya matahari.meningkatkan produksi serta kandungan protein hijauan pakan, diantaranya : C. Pengendalian Hama dan Penyakit1. Perbaikan kualitas tanah Sama halnya dengan tanaman budidaya, hama juga Jenis pupuk yang dapat meningkatkan kesuburan sering menyerang rumput. Adapun jenis hama yang tanah antara lain Nitrogen, Fosfor, Kalium, dan ZA. sering menyerang adalah ulat daun dan ulat batang. Unsur-unsur makro yang diperlukan oleh tanaman Untuk meningkatkan produksi dan memelihara tersebut sering dikelompokkan dalam golongan kualitas hijauan rumput gajah dan rumput raja, pupuk yang disebut dengan golongan N,P,K. Pada jenis hama ulat penggerek daun dan pemakan umumnya rumput dapat menyerap zat NH batang dapat dikendalikan dengan penyemprotan 3

pestisida. (ammonia) secara langsung. Sedangkan hasil pemupukan dengan menggunakan urea

Penutup menunjukkan hasil yang terendah. Untuk Hasil analisis hijuan pakan menunjukkan bahwa mengimbanginya diperlukan pengapuran 148 kg gamal mempunyai kandungan protein yang paling kapur untuk setiap kuintal ZA. Sedangkan urea besar yakni sebesar 8,5% dari bahan kering, yang memberikan efek keasaman tanah pada lamtoro sebesar 6,5% dan turi 5,0%, sedangkan tingkat sedang saja hanya memerlukan 82 kg kapur pada jenis rumput gajah dan rumput raja hanya untuk setiap kuintal urea (McIlroy. R. J, 1977). berkisar antara 1,4 dan 1,6%. Peningkatan Upaya lain yang dapat dilakukan untuk kandungan nutrisi dan mutu hijauan pakan dapat memperbaiki kualitas tanah adalah dengan dilakukan dengan berbagai cara di antaranya adalah penggemburan tanah/pengolahan tanah kembali dengan perbaikan kualitas tanah, pemupukan, setelah lahan padat/jenuh. Cara ini juga dapat penyiangan serta pengendalian hama dan penyakit.bersamaan dengan rotasi jenis hijauan pakan,

dimana waktunya disesuaikan dengan jenis hijauan Daftar Pustakayang ditanam.McIlroy, R.J.1977. Pengantar Budidaya Padang

Rumput Tropika. Prandya Paramita, Jakarta.2. PenyianganSumiadi, G. dan Nugraha, R.T.P. 2004. Panduan Kompetisi yang tinggi antara tanaman inti dengan

Pemeliharaan Rusa Tropis. Pusat Penelitian gulma sangat merugikan karena gulma akan Biologi. LIPI. Bogor. mengambil unsur hara dalam tanah. Persaingan

Supriyadi. 2013. Macam Bahan Pakan Sapi dan tidak hanya terjadi pada areal perakaran saja, akan Kandungan Gizinya. BPTP Yogyakarta. tetapi gulma yang tidak terkendali akan membuat Yogyakarta.pertumbuhan tanaman menjadi kerdil, hal ini

Gambar 1. Tanaman turi yang di tanam dengan rumput raja

Page 8: Warta Cendana Edisi VIII No.3 2015.cdr

1312 Edisi VIII No.3 Desember 2015Edisi VIII No. 3 Desember 2015

| FO

KUS

|

Materi Genetik Penghasil Gaharu

(Gyrinops versteegii) Berupa Buah dan Benih

Serta Bentuk KerusakannyaOleh : Dani Pamungkas

Pendahuluan jenis Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) lainnya, Gaharu adalah resin berbau harum berwarna gelap yang terdiri dari 9 kelompok HHBK, yang terdiri yang terakumulasi didalam batang dan akar pada dari 557 spesies tumbuhan dan hewan. Menurut berbagai umur, bentuk dan ukuran (Jensen dan peraturan yang ada tersebut, bahwa jenis penghasil Meilby, 2010). Berdasarkan Peraturan Menteri gaharu tidak hanya berasal dari satu genus saja, Kehutanan No P.35/Menhut-II/2007, spesies namun terdapat beberapa genus yang tersebar luas tumbuhan penghasil gaharu masuk ke dalam di seluruh Indonesia, yaitu diantaranya Aquilaria kelompok penghasil resin bersama dengan jenis- spp, Gyrinops spp, Gonystylus spp; Enkleia spp,

Aetoxylon spp, Wikstroemia spp dan Dalbergia spp. pemanenan materi genetiknya. Di lain pihak, Tanaman penghasil gaharu telah banyak dikenal materi genetik juga memiliki kerentanan terhadap

jenis dan keberadaannya, tanaman ini juga telah suatu kerusakan yang dapat diakibatkan oleh faktor banyak dibudidayakan oleh masyarakat karena biotik maupun abiotik. memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Tindakan Marga Gyrinops merupakan jenis gaharu atau budidaya tanaman penghasil gaharu menjadi jenis kemedangan yang termasuk dalam famili penting dilakukan karena populasinya di alam saat Thymelaeaceae. Famili ini sebagian besar tumbuh ini mengalami penurunan sebagai akibat dari dan mendominasi struktur tegakan hutan di hutan eksploitasi yang tak terkendali. CITES telah hujan tropis, mulai dataran rendah dari kering memasukkan jenis tanaman ini ke dalam appendix hingga rawa dengan ketinggian 0-1.000 m dpl II, selain itu juga telah terdaftar dalam redlist (Susilo dkk, 2014). Secara morfologis tumbuhan IUCN pada tahun 2009 dengan kategori vulnerable gaharu jenis Gyrinops berbentuk sebagai pohon atau rawan. Budidaya tanaman penghasil gaharu yang memiliki sifat morfologis relatif sama dengan lebih banyak menggunakan materi genetik berupa anggota famili Thymeleaceae lainnya. Daun benih, karena dipandang lebih mudah dilakukan lonjong memanjang, hijau tua, tepi daun rata, ujung dan dapat menghasilkan anakan siap tanam yang daun meruncing, panjang sekitar 8 cm, lebar 5 – 6 cukup banyak. cm. Buah berwarna kuning – kemerahan dengan

Mengenal kondisi fisik materi genetik tanaman bentuk lonjong. Batang abu-kecoklatan, banyak penting untuk diketahui dalam suatu kegiatan cabang, tinggi pohon dapat mencapai 30 m dan budidaya tanaman penghasil gaharu. Dari berdiameter sekitar 50 cm (Sumarna, 2012).pengalaman dan literatur yang ada tentang budidaya tanaman penghasil gaharu, materi genetik Pembahasangaharu memiliki karakteristik yang khas dan perlu A. Karakteristik Buah dan Biji Gyrinops untuk diketahui. Materi genetik tanaman penghasil versteegiigaharu, dalam hal ini adalah buah dan biji Tanaman penghasil gaharu dari jenis G. versteegii memberikan tanda atau sign dalam kesiapannya termasuk dalam sub-divisio angiospermae, dimana untuk dibudidayakan, selain itu tanaman ini biji yang dihasilkan merupakan tipe berbiji tertutup memiliki ciri khasnya yang harus diperhatikan dengan biji berkeping dua. Proses pembentukan dengan baik agar tidak terlewat dalam proses buah menunjukkan bahwa munculnya buah yang

Gambar 1 . Proses pembentukan buah G. versteegii. Inset: benih gaharu yang belum masak

kebungaharununukan.blogspot.com

Page 9: Warta Cendana Edisi VIII No.3 2015.cdr

1514 Edisi VIII No.3 Desember 2015Edisi VIII No. 3 Desember 2015

masak dari bunga membutuhkan waktu 27-50 hari memiliki sifat yang khas terkait dengan setelah anthesis, buah akan menguning pada perkecambahan dan pertumbuhannya, maka perlu minggu ke 5 setelah anthesis, dan akan menguning diperhatikan karakter materi genetik tanaman keseluruhan setelah berumur 6-8 bulan (Khoerani, penghasil gaharu yang bersifat rekalsitran. Biji 2013). Buah G. versteegii yang masih muda tersebut harus segera ditabur di persemaian karena memiliki warna hijau tua dan terkesan licin halus tidak dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama serta mengkilat, jika ditekan dengan menggunakan tidak seperti biji yang bersifat orthodok yang dapat jari akan terasa keras. Apabila buah diekstraksi akan disimpan dalam waktu yang lama. Sifat fisiologis nampak biji yang masih putih bersih pada bagian pertumbuhan bibit pada fase vegetatif umumnya pangkal buah dan ujung buah.Sedangkan karakter bersifat tidak tahan terhadap cahaya secara buah G. versteegii yang telah masak akan berwarna langsung atau semitoleran hingga umur 2-3 tahun kuning cenderung oranye dengan biji yang telah (Sumarna, 2012).masak memiliki warna biji hitam dengan ujung biji berwarna putih. Menurut masyarakat yang telah B. Bentuk Kerusakan Materi Genetik Yang lama melakukan budidaya tanaman penghasil Dijumpaigaharu, buah yang memiliki warna hijau Sebuah gangguan terhadap materi genetik selalu kekuningan umumnya telah memiliki biji yang telah menjadi kendala dalam kegiatan budidaya tanaman. berwarna hitam. Buah G. versteegii yang telah Hal tersebut dapat menjadi penyebab menurunnya matang akan terbelah secara membujur diatas keberhasilan dalam tingkat persemaian terutama pohon, kemudian biji akan menggantung dan akan dalam hal perkecambahan. Gangguan tersebut jatuh kebawah dan selanjutnya buah akan menutup dapat diakibatkan dari faktor biotik atau abiotik kembali seperti semula. Hal ini yang kadang maupun faktor lain dari sebuah sistem pola tanam. menyebabkan para pemanen buah gaharu Sistem pola tanam berupa monokultur (tanaman terlewatkan saat melakukan pemanenan jika kurang dengan jenis seragam) umumnya memiliki resiko pengalaman dalam melaksanakan pengunduhan serangan yang lebih tinggi dibandingkan polykultur. materi genetik tanaman penghasil gaharu. Ekosistem hutan tanaman dengan komposisi Kelompok tanaman penghasil gaharu dari keluarga tegakan hutan terdiri dari jumlah jenis yang Thymeleaceae memiliki proses pemasakan yang terbatas atau bahkan seringkali monokultur, sama. Seperti halnya dari jenis Aquilaria crassna cenderung untuk memacu peningkatan populasi saat buah telah matang, dengan perubahan warna penyakit seperti halnya yang terjadi pada ekosistem buah dari hijau menjadi coklat dan terbuka saat perkebunan dan pertanian (Anggraeni, I dan masih di pohon dan kemudian biji terjatuh (Jensen, Lelana, N E, 2011).2000 dalam Lata, 2007). Pada gambar 2 [1] menunjukkan adanya tanda

Bahwa setiap materi genetik dari jenis tertentu serangan pada kulit buah gaharu, nampak seperti

bekas gigitan dan sayatan yang menyebabkan Daftar Pustakakerusakan pada kulit buah gaharu. Sedangkan pada Anggraeni, I dan Lelana, N E. 2011. Diagnosis gambar 2 [2] menunjukkan perbandingan antara Penyakit Tanaman Hutan.kondisi materi genetik yang mengalami kerusakan Pusat Litbang Peningkatan Produktivitas Hutan. dengan materi genetik yang sehat. Pada materi Badan Penelitian Dan Pengembangan genetik dengan kulit buah yang kisut, dan setelah Kehutanan. Kementerian Kehutanan.dilakukan ekstraksi buah, diketahui bahwa ternyata Jensen, A. dan Meilby, H. 2010. Return From biji menunjukkan kondisi yang tidak sehat. Pada Harvesting a Commercial Non-Timber Forest materi genetik [a] menunjukkan buah yang kisut, Product and Particular Characteristic of nampak terdapat bercak warna cok la t Harvesters and Their Strategies : Aquilaria disekelilingnya dan bijinya tidak berkembang crassna and Agarwood in Lao. Economic menjadi biji yang siap tanam meskipun sebagian Botany, 64(1), 2010 pp. 34-45. The New York kulit buah memberi tanda warna buah hijau Botanical Garden Press, Bronx.kekuningan. Bentuk biji menunjukkan buah yang Khoerani. 2013. Studi Pembungaan Dan kempis dan terkesan tidak memiliki isi. Pada materi Perkembangan Buah Serta Viabilitas Polen genetik [b] meskipun kulit buah telah Pohon Gaharu (Gyrinops versteegii). (Skripsi). menunjukkan tanda buah matang dengan ciri Departemen Biologi. Fakultas MIPA IPB warna buah telah kuning menyeluruh, namun Bogor.setelah dilakukan ekstraksi, biji menunjukkan biji Lata, A. 2007. Investigation Of Seed Longevity And yang tidak sehat, nampak pada gambar bahwa biji Viability And Cutting Propagation For berwarna coklat pucat dan biji lainnya berwarna Aquilaria crassna. School of Marine and hitam kemerahan. Pada materi genetik [c] biji Tropical Biology, James Cook University, menunjukkan warna hitam pekat dan tidak terdapat Cairns.tanda-tanda kerusakan pada biji maupun kulit Sumarna, Y. 2012. Budidaya Jenis Pohon Penghasil buahnya seperti pada materi genetik [a] dan [b]. Gaharu. Kulit buahnya memiliki kesan yang halus dan tidak Pusat Litbang Produktivitas Hutan. Badan kisut serta bebas dari bercak. Penelitian Dan Pengembangan Kehutanan.

Departemen kehutanan.Penutup Susilo, A., Kalima, T. dan Erdy Santoso. 2014. Pengetahuan tentang karakteristik buah penghasil Panduan Lapangan Pengenalan Jenis Gaharu gaharu penting untuk diketahui seperti waktu Gyrinops spp. Di Indonesia. Pusat Penelitian masak dan warna buah yang telah masak, bahkan dan Pengembangan Konservas i dan bentuk kerusakan dari materi genetik juga perlu Rehabilitasi kerjasama ITTO dan CITES.diketahui, dalam kaitannya dengan proses pengunduhan benih. Dengan demikian, keterlambatan dalam pengunduhan dapat dihindari.

Gambar 2 . Kenampakan materi genetik yang mengalami kerusakan

Page 10: Warta Cendana Edisi VIII No.3 2015.cdr

1716 Edisi VIII No.3 Desember 2015Edisi VIII No. 3 Desember 2015

| FO

KUS

|

Evaluasi Pertumbuhan Semai Kayu Merah (Pterocarpus indicus Willd.) untuk Uji Keturunan Generasi Pertama (F-1)

di Stasiun Penelitian OilsonbaiOleh : Hery Kurniawan dan Sumardi

Pendahuluan andalan NTT dengan mempertimbangkan kondisi Rehabilitasi hutan dan lahan untuk tujuan lingkungannya. Jenis target yang dipilih pada tahun perbaikan ekosistem merupakan tanggung jawab 2014 ini merupakan jenis tanaman yang telah bersama baik pemerintah, sektor swasta maupun mampu beradaptasi dengan karakteristik masyarakat. Program pemerintah yang bertujuan lingkungan wilayah NTT yakni jenis kayu merah untuk memperbaiki ekosistem hutan dan (Pterocarpus indicus Wild.). Tulisan ini merupakan kehutanan di Indonesia dilakukan dengan berbagai evaluasi awal dari kegiatan penelitian yang program pemerintah melalui Kementerian bertujuan untuk mendapatkan sumber benih jenis Kehutanan. Kementerian Kehutanan pada tahun kayu merah berkualitas di Pulau Timor melalui uji 2010 meluncurkan program Penanaman 1 Miliar keturunan generasi pertama (F-1).Pohon dengan motto “Satu Miliar Pohon Indonesia untuk Dunia” atau “One Billion Indonesian Trees Pembahasanfor the World”. Program tersebut dimaksudkan A. Metode Penelitianuntuk menumbuhkan budaya menanam pada Persemaian untuk menyiapkan bibit di lakukan di masyarakat. Persemaian Stasiun Penelitian BPK Kupang di

Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki Oelsonbai, Kupang. Desain penelitian pada tingkat jumlah desa target sebanyak 552 desa untuk persemaian menggunakan rancangan acak lengkap pembangunan KBR pada tahun 2011. KBR di NTT (RAL) dengan 59 famili, jumlah semai bervariasi cenderung dan lebih banyak menggunakan biji antara 14 sampai dengan 30 semai untuk tiap famili. sebagai materi perbanyakan, hal ini melihat kondisi kemampuan masyarakat untuk membudidayakan B. Hasil dan Pembahasantanaman secara vegetatif belum memungkinkan. 1. Eksplorasi Materi GenetikHal yang perlu mendapatkan perhatian lebih dalam Kayu merah merupakan jenis penghasil kayu pembangunan KBR dan kegiatan rehabilitasi bernilai tinggi. Kayunya agak keras, digunakan lainnya di NTT ini adalah ketersediaan dan untuk mebel halus, lantai, lemari dan alat musik. kecukupan benih dari jenis tanaman target. Dengan demikian perlu dilakukan dengan segera upaya penyediaan benih sebagai materi perbanyakan tanaman untuk pembangunan KBR. Benih yang digunakan diharapkan merupakan benih yang memiliki kualitas baik, yang berasal dari sumber benih yang bersertifikat. Benih yang berkualitas akan menghasilkan bibit yang berkualitas dan bibit yang berkualitas akan menghasilkan tanaman berkualitas pula. Sumber benih berkualitas yang dibuktikan dengan sertifikat memiliki klasifikasi tertentu menurut Permenhut Nomor : P.01/Menhut-II/2009 yang telah direvisi dengan Permenhut Nomor : P.72/Menhut-II/2009 untuk menghasilkan bibit berkualitas.

Balai Penelitian Kehutanan Kupang yang bekerjasama dengan instansi terkait berusaha untuk membangun sumber benih tersebut dengan 2 jenis tanaman target yang merupakan jenis

Gambar 1a. Materi genetik kayu merah, berupa benih siap tabur; 1b. Bibit kayu merah umur 2,5 bulan di persemaian

a

bw

ikipedia.org

Page 11: Warta Cendana Edisi VIII No.3 2015.cdr

1918 Edisi VIII No.3 Desember 2015Edisi VIII No. 3 Desember 2015

Jenis ini merupakan jenis pengikat nitrogen. Kayu Berdasarkan materi genetik yang digunakan untuk merah merupakan jenis unggulan kedua setelah membangun sumber benih, sumber benih cendana di NTT. berdasarkan Permenhut Nomor : P.01/Menhut-

Keberadaan jenis ini di NTT tersebar di Pulau II/2009 yang telah direvisi dengan Permenhut Timor mulai dari Kabupaten Kupang sampai Nomor : P.72/Menhut-II/2009 dapat diklasifikasi dengan Kabupaten Belu. Sebaran pohon yang luas menjadi 7 kelas (Kementerian Kehutanan, 2011), ditemukan di hutan primer dan beberapa hutan yaitu tegakan benih teridentifikasi (TBT), tegakan sekunder dataran rendah, umumnya di sepanjang benih terseleksi (TBS), areal produksi benih (APB), sungai pasang surut dan pantai berbatu. tegakan benih provenan (TBP), kebun benih semai Merupakan jenis pionir yang tumbuh baik di daerah (KBS), kebun benih klon (KBK), kebun pangkas terbuka. Tumbuh pada berbagai macam tipe tanah, (KP). Urutan sumber benih mulai dari tingkat dari yang subur ke tanah berbatu. Biasanya klasifikasi ke-1 adalah yang terendah kualitas ditemukan sampai ketinggian 600 mdpl, namun genetiknya dan tingkat klasifikasi ke-7 adalah yang masih bertahan hidup sampai 1.300 mdpl. terbaik.Populasinya berkurang akibat eksploitasi P e m b a n g u n a n s u m b e r b e n i h h a r u s berlebihan, kadangkala penebangan liar memperhatikan beberapa standar yang harus menyebabkan hilangnya habitat. Menurut IUCN dipenuhi untuk menjaga dan mempertahankan Red List (2013), Pterocarpus indicus tergolong kualitas sumber benih. Standar sumber benih dalam kategori vurnerable atau mempunyai resiko meliputi standar umum dan standar khusus yang kepunahan di alam liar sehingga pengetahuan harus dipenuhi dalam pembangunan sumber benih mengenai regenarasinya di alam perlu untuk (Kementerian Kehutanan, 2009). Eksplorasi materi diketahui. Di Vietnam, populasi jenis ini telah genetik kayu merah pada 2 lokasi fokus yaitu, punah selama 300 tahun. Survei ekstensif di Sri Kabupaten TTU dan Kabupaten TTS - Kupang Lanka gagal menemukan jenis ini dan populasi di (berada di sekitar perbatasan) yang masing-masing India, Indonesia dan Filipina menunjukkan bahwa mendapatkan buah masak yang berasal dari 30 jenis ini telah terancam. Populasi terbesar yang pohon induk (famili). Dari 60 famili yang diunduh, tersisa untuk jenis ini terdapat di New Guinea, sebanyak 59 famili mampu menghasilkan bibit namun kond i s i menun jukkan te rnya ta dalam jumlah cukup.keberadaannya telah tereksploitasi dengan parah (Joker, 2002). 2. Evaluasi Pertumbuhan Tinggi dan

Pemilihan materi genetik, didasarkan pada Diameter Semai Kayu Merahpemilihan pohon dengan fenotip yang baik. Pohon Materi genetik yang berasal dari 59 famili yang atau tegakan yang digunakan sebagai tempat berhasil disemaikan, selanjutnya dilakukan uji F, pengumpulan benih disebut sebagai sumber benih. untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang

nyata antar famili. Hasil uji F untuk ke-59 famili adanya perbedaan yang nyata dalam pertumbuhan yang ada disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan hasil tinggi dan diameter semai. Perbedaan ini diduga analisis varian pada Tabel 1 diketahui untuk variabel kuat dipengaruhi oleh faktor genetika tanaman. tinggi berbeda nyata antar familinya, demikian juga Kisaran pertumbuhan tinggi antara 11,41 cm untuk variabel diameter. Hal ini dapat dijelaskan (famili nomor T.21) sampai dengan 21,72 cm (famili sebagai berikut, bahwa pada tanaman semai secara nomor S.2) dengan nilai reratanya sebesar 15,74 umum, pertumbuhan tinggi dan diameter relatif cm. Sedangkan rentang pertumbuhan diameternya belum mendapatkan persaingan dengan berkisar antara 2,04 mm (famili nomor T.25) sampai tersedianya ruang tumbuh yang cukup dan nutrisi dengan 3,27 mm (famili nomor S.9) dengan nilai yang relatif tersedia secara seragam. Dengan reratanya sebesar 2,69 mm.demikian proses pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman, dapat terjadi secara optimal. Menurut Daftar PustakaSol ik in (2011) , proses perkecambahan, De La Cruz, R.E, 1982. Seed biology. Training pertumbuhan dan perkembangan tanaman Course in Biolical Aspect of Silviculture. dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan Bogor: BIOTROP.seperti media, kelembapan, temperatur, cahaya, IUCN 2013. IUCN Red List of Threatened dan tumbuhan lain di sekitarnya. Dengan demikian, S p e c i e s . V e r s i o n 2 0 1 3 . 1 . hasil pertumbuhan yang berbeda nyata ini diduga <www.iucnredlist.org>. Diakses 10 Mei 2013. kuat merupakan pengaruh dari genetika tanaman. Joker, D., 2002. Informasi Singkat Benih : Menurut Mahdi (1986) pohon induk sebagai Pterocarpus indicus Willd. Indonesia Forest sumber biji berpengaruh pada perkecambahan biji Seed Project. Direktorat Perbenihan Tanaman dan pertumbuhan semai karena setiap pohon Hutan Departemen Kehutanan Republik menghasilkan biji yang memiliki sifat-sifat unggul Indonesia.yang berbeda seperti kandungan kimia dalam biji. Kementerian Kehutanan. 2009. Peraturan Menteri De La Cruz (1982) melaporkan bahwa komposisi Kehutanan Republik Indonesia, Nomor : kimia dalam biji dikendalikan oleh faktor genetika P.72/Menhut-II/2009, tentang Perubahan atas sedangkan jumlah masing-masing komponen kimia peraturan penyelenggaraan perbenihan tersebut dipengaruhi oleh faktor lingkungan tanaman hutan. Kementerian Kehutanan. tempat tumbuh pohon induk dan iklim. Jakarta, Indonesia. 22p.

Kisaran pertumbuhan tinggi umur 3 bulan Mahdi, A, 1986. The biology of Santalum album untuk semua semai uji pada masing-masing famili seed with special emphasis on its germination sampai dengan umur 3 bulan di persemaian characteristics. Biotrop Technical Buletin 1 (1): berkisar antara 11,41 cm (famili nomor T.21) 1-9.sampai dengan 21,72 cm (famili nomor S.2) dengan Solikin. 2011. Sebaran Anakan Mahoni (Sweitenia nilai reratanya sebesar 15,74 cm. Sedangkan rerata macrophylla King.) Di Kebun Raya pertumbuhan diameternya berkisar antara 2,04 Purwodadi. Berkala Penelitian Hayati Edisi mm (famili nomor T.25) sampai dengan 3,27 mm Khusus: 7A (47-50). (famili nomor S.9) dengan nilai reratanya sebesar Thomson, L.A.J. 2006. Species Profile For Pacific 2,69 mm. Island Agroforestry: Pterocarpus indicus (narra). http://www.traditionaltree.org. Diakses Penutup 10 Mei 2013Evaluasi pertumbuhan semai kayu merah umur 3 bulan untuk 59 famili yang diuji memberikan hasil

Variabel Sumber Variasi JK db KT F Sig.

Tinggi Antar Famili 9022,933 58 155,568 7,738 0,000

Dalam Famili 27159,996 1351 20,104

Total 36182,929 1409

Diameter Antar Famili 101,037 58 1,742 3,859 0,000

Dalam Famili 609,912 1351 0,451

Total 710,949 1409

Tabel 1. Hasil uji F untuk 59 famili semai kayu merah umur 3 bulan dan taraf sig. 5%

Page 12: Warta Cendana Edisi VIII No.3 2015.cdr

2120

Oleh : M. Hidayatullah dan Bernadus Ndolu

PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE

Di Desa ParitiKecamatan Sulamu - Kabupaten Kupang

Edisi VIII No.3 Desember 2015Edisi VIII No. 3 Desember 2015

| FO

KUS

|

Pendahuluan Lahan pertanian di desa Pariti merupakan Kabupaten Kupang merupakan salah satu wilayah sawah tadah hujan dengan jenis tanaman padi, dengan luasan hutan mangrove yang cukup besar di palawija dan sayur-sayuran merupakan beberapa Nusa Tenggara Timur, yaitu mencapai 6.344 ha, jenis komoditas yang umum ditanam oleh jumlah tersebut setara dengan 15,61% dari total masyarakat. Area persawahan yang cukup luas luas hutan mangrove NTT (BPDAS BN, 2009). didukung oleh jumlah petani penggarap yang Kondisi hutan mangrove di Kabupaten Kupang cukup banyak (bertani menjadi sumber cukup beragam, dari yang masih bagus dengan matapencaharian terbanyak bagi masyarakt pariti penutupan padat maupun yang mengalami diikuti nelayan). Pada umumnya sawah yang kerusakan dengan penutupan jarang. dikelola bukan milik pribadi melainkan sistem bagi

Masyarakat pesisir kabupaten Kupang hasil dengan pemilik tanah. memanfaa tkan mangrove sebaga i a rea Akses menuju desa Pariti dapat ditempuh penangkapan ikan, kepiting, udang dan kerang. menggunakan transportasi darat dengan kondisi Pada beberapa tempat ditemukan adanya aktifitas jalan yang relatif cukup baik. Semua wilayahnya konversi kawasan menjadi area budidaya dapat dijangkau oleh transportasi darat dengan perikanan, tambak garam maupun pembangunan jarak tempuh ± 17 km dari kota kecamatan (waktu pemukiman. Bentuk pemanfaatan lain seperti tempuh ± 20 menit) atau sekitar 60 km dari ibu kota pengambilan kayu untuk kayu bakar dan bahan kabupaten (waktu tempuh ± 1 jam). Akses jalan bangunan juga masih dapat dijumpai walaupun yang cukup baik menyebabkan pemasaran hasil-terus berkurang. hasil pertanian, peternakan maupun hasil laut

Keberadaan hutan mangrove menjadi sangat berlangsung cukup baik. penting karena selain beragam aktifitas pemanfaatan diatas, hutan mangrove juga Potensi Mangrovemempunyai fungsi sosial dan ekologi dalam Pariti menjadi salah satu desa dengan konsentrasi mendukung kelangsungan hidup manusia. Kondisi hutan mangrove yang cukup luas di kecamatan tersebut menyebabkan keberadaan hutan Sulamu – Kabupaten Kupang. Sepanjang garis mangrove menjadi sangat penting, sehingga perlu pantai ditumbuhi mangrove dengan ketebalan yang dikelola dengan bijak agar fungsi dan manfaatnya berfariasi antara 50-200 meter. Hutan mangrove di dapat berkesinambungan. Bentuk-bentuk desa Pariti disusun setidaknya oleh 14 jenis pengelolaan hutan mangrove dapat berbeda sesuai mangrove (12 jenis mangrove sejati dan 2 jenis dengan model yang dikembangkan pada suatu mangrove ikutan). Keluarga dari famili daerah, namun pada umumnya keterlibatan Rhizophoraceae merupakan famili yang paling masyarakat setempat menjadi salah satu faktor yang banyak dijumpai yaitu sebanyak 4 jenis : Bruguiera mempengaruhi keberhasilan pengelolaan hutan cylindrica (L.) BI., Ceriops tagal (Perr), mangrove. Rhizophora mucronata Lmk dan Rhizophora

stylosa Griff. Jenis-jenis lain yang dijumpai adalah : Kondisi Umum Lokasi Famili Avicenniaceae (Avicennia alba Bl.), Secara administrasi desa Pariti termasuk dalam Acan thaceae (Acanthus i l i c i f o l iu s L) , kecamatan Sulamu dengan total luas wilayah Plumbaginaceae (Aegialitis annulata R. Br), 1.305,5 ha. Suhu udara rata-rata harian adalah Pteridaceae (Acrosthicum aureum Linn),

0 Pter idaceae (Acros t i chum spec io sum) , 35 C. (Daftar Isian Profil Desa Pariti, 2013). Pariti Euphorbiaceae (Excoecaria agallocha L), menjadi salah satu desa dengan konsentrasi hutan Sonneratiaceae (Sonneratia alba J.R Smith) dan mangrove yang cukup luas di kecamatan Sulamu. Pandanaceae (Pandanus odoratissima), sedangkan Berdasarkan pengukuran di lapangan dan hasil dari jenis ikutan yaitu famili Molluginaceae padu serasi dengan peta penutupan lahan diketahui (Sesuvium postucalartum (L.) L.) dan Malvaceae bahwa ketebalan hutan mangrove berkisar antara (Thespesia populnea (L.) Soland). (Hidayatullah, 50-200 meter dengan panjang garis pantai hampir 5 dkk. 2014).km. Pada beberapa tempat ditemukan bahwa

Jenis-jenis mangrove diatas merupakan jenis kawasan hutan mangrove langsung berbatasan yang umum dijumpai pada kawasan hutan dengan area persawahan.

ww

w.eoearth.org

Page 13: Warta Cendana Edisi VIII No.3 2015.cdr

2322 Edisi VIII No.3 Desember 2015Edisi VIII No. 3 Desember 2015

mangrove, kecuali jenis Aegialitas annulata dan Sesuvium portulacastrum tidak banyak dijumpai pada hutan mangrove di Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan kriteria Kementerian Lingkungan Hidup No. 201 Tahun 2004 tentang kriteria baku kerusakan hutan mangrove, tingkat kerapatan hutan mangrove di Pariti termasuk dalam kategori jarang sampai padat dengan jumlah pohon berkisar antara 733 – 1.760 pohon/ha (Hidayatullah, dkk. 2014).

Pengelolaan Hutan Mangrove

Salah satu strategi dalam pengelolaan hutan mangrove adalah pelibatan masyarakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi maupun pemanfaatan sumberdaya mangrove secara berkelanjutan. Kondisi tersebut diharapkan Implementasi dapat meningkatkan rasa tanggung jawab peraturan desa tersebut, selanjutnya dibentuk satu masyarakat dalam menjaga kelestarian mangrove. lembaga yaitu POKWASMAS (Kelompok Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan hutan Pengawas Masyarakat) pesisir, tokoh pada masing-mangrove sejalan dengan undang-undang Nomor masing dusun dilibatkan dalam lembaga ini yang 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan bertujuan untuk mendekatkan lembaga tersebut Hidup (pasal 6 ayat 1), serta menjadi bagian dari dengan masyarakat.kebijakan Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove (SNPEM).

telah dilakukan. Pada periode sebelum tahun 1990-an masyarakat belum mengenal adanya batasan dalam pemanfaatan mangrove, penebangan kayu mangrove untuk berbagai kebutuhan masih kerap dijumpai. Selain untuk kebutuhan kayu bakar dan bahan bangunan, pembuatan serowaring (perangkap ikan) juga membutuhkan kayu mangrove dalam jumlah yang cukup banyak. Serowaring merupakan perangkap ikan yang dibuat dengan cara memasang batang-batang kayu (kayu mangrove) berbentuk lingkaran atau bujur sangkar dalam ukuran tertentu kemudian dipasangi jaring.

Pengelolaan hutan mangrove pada umumnya Batang mangrove yang umumnya digunakan adalah didasari pada 3 (tiga) aspek yaitu : 1). aspek ekologi batang berukuran sedang sampai besar dengan dan sosial ekonomi, 2). aspek kelembagaan dan harapan perangkap tersebut dapat bertahan lama. perangkat hukum, serta 3). aspek strategi Seiring berjalannya waktu, masyarakat mulai pelaksanaan rencana. Aspek ekologi terkait dengan menyadari fungsi dan manfaat dari hutan mangrove dampak dari aktifitas manusia terhadap ekosistem terutama sebagai pelindung sawah dari abrasi. mangrove, baik yang sudah terjadi maupun Lokasi sawah yang langsung berbatasan dengan perkiraan yang akan terjadi dikemudian hari. hutan mangrove menjadi terganggu produksinya Aspek kelembagaan dan perangkat hukum akibat adanya abrasi air laut. Kondisi tersebut berhubungan dengan koordinasi antar lembaga mulai dirasakan pada awal tahun tahun 2006, terkait, baik lembaga pemerintah maupun non sekaligus menjadi salah satu titik balik membaiknya pemerintah (NGO, lembaga adat, kelompok kesadaran masyarakat tentang arti penting masyarakat dll), serta kebijakan atau peraturan yang mangrove. Pada tahun 2006 dikeluarkan Peraturan terkait dalam pengelolaan hutan mangrove. Aspek Desa (Perdes) Nomor 01 Tahun 2006 tentang strategi pelaksanaan terkait dengan pilihan metode Pengelolaan Lingkungan Pesisir Pantai Desa Pariti. yang dikembangkan dalam pembangunan hutan Terbitnya perdes tersebut didasari adanya mangrove sehingga mampu memperbaiki kondisi keprihatinan warga desa karena kondisi hutan yang ada serta memberi nilai tambah bagi mangrove yang semakin menurun. Dalam Perdes masyarakat (Syukur, dkk. 2007). tersebut mengatur tentang larangan penebangan

kayu mangrove serta bentuk-bentuk pemanfaatan yang diperbolehkan. Masyarakat sangat meghormati adanya perdes tersebut, sehingga sejauh ini cukup efektif dalam menjaga kelestarian hutan mangrove desa Pariti.

Pada tahun bersamaan juga terbentuk 6 (enam) kelompok tani mangrove yang diinisiasi sebuah

Terkait dengan pengelolaan hutan mangrove di LSM dari Jepang. Kelompok ini selanjutnya Desa Pariti, dalam beberapa tahun terakhir melakukan berbagai aktifitas penanaman dan m e m a n g m e n u n j u k k a n h a s i l y a n g pemeliharaan mangrove baik secara mandiri menggembirakan. Hal ini tidak terlepas dari maupun yang difasilitasi oleh berbagai pihak keikutsertaan dan partisipasi masyarakat dalam (instansi pemerintah, perguruan tinggi dan swasta). berbagai program atau kegiatan penanaman yang Sinergi antara Perdes dan kesadaran masyarakat

menjadikan kawasan hutan mangrove di desa Pariti (Perdes) tentang pengelolaan ekosistem pantai terus terjaga hingga saat ini. desa pariti yang melibatkan sebagian besar tokoh

Pada saat ini kondisi hutan mangrove di desa dalam pelaksanaannya. Bentuk partisipasi dapat Pariti cukup baik, salah satu bentuk kearifan menjadi salah satu contoh untuk daerah lain, masyarakat desa Pariti untuk mengamankan sehingga dapat memberi dampak yang lebih besar kawasan hutan mangrove adalah memberi batas untuk perbaikan ekosistem hutan mangrove di hutan mangrove dengan area persawahan atau area Kabupaten Kupang khususnya. penggembalaan dengan pagar hidup. Seiring dengan semakin membaiknya kondisi hutan Daftar Pustakamangrove di desa Pariti, berbanding lurus dengan hasil tangkapan masyarakat dari hutan mangrove. Salah satu indikasinya adalah adanya peningkatan jumlah tangkapan jenis kepiting (termasuk kepiting BPS Kabupaten Kupang, 2013. Kabupaten bakau). Jumlah tangkapan kepiting di Pariti pada Kupang dalam Angka Tahun 2013. Badan Pusat tahun 2011 sebanyak 2,2 ton dan pada tahun 2013 Statistik Kabupaten Kupang, 2013.terjadi peningkatan menjadi 5,2 ton (BPS Hidayatullah, M, dkk. 2014. Kajian Model Kabupaten Kupang, 2013). Kondisi ini diharapkan Kemitraan Pemanfaatan Hutan Mangrove di dapat terus dipertahankan sehingga keberadaan Kabupaten Kupang. Laporan Hasil Penelitian hutan mangrove dapat memberi dampak posistif Tahun 2014. Tidak diPublikasikan.terhadap peningkatan pendapatan masyarakat. Kementerian Kehutanan, 2013. Buku I Strategi dan

Program : Strategi Nasional Pengelolaan Penutup Ekosistem Mangrove Indonesia. Kementerian Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan Kehutanan RI, Jakarta.mangrove di desa Pariti berjalan dengan baik, hal Syukur Djazuli, Aipassa dan Arifin. 2007. Analisis tersebut disebabkan karena kesadaran masyarakat Kebijakan Pelibatan Masyarakat dalam terhadap fungsi dan manfaat dari hutan mangrove mendukung Pengelolaan Hutan Mangrove di sangat baik. Kondisi ini juga didukung adanya Kota Bontang. Jurnal Hutan dan Masyarakat. kearifan lokal masyarakat dalam mengelola hutan Vol. 14. N0. 2 Desember 2007.mangrove, salah satunya melalui Peraturan Desa

BPDAS Benain Noelmina, 2009. Statistik Pembangunan, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Benain Noelmina Tahun 2008.

Page 14: Warta Cendana Edisi VIII No.3 2015.cdr

2524

| |

GALE

RI P

ERIS

TIW

A

Edisi VIII No.3 Desember 2015Edisi VIII No. 3 Desember 2015

Seminar Nasional Biodiversitas Savana Nusa Tenggara, 24 November 2015

Seminar Nasional Biodiversitas Savana Nusa Tenggara, 24 November 2015

Seminar Nasional Biodiversitas Savana Nusa Tenggara, 24 November 2015

Seminar Nasional Biodiversitas Savana Nusa Tenggara, 24 November 2015

Diskusi Ilmiah, 8 Desember 2015

Beberapa kegiatan diseminasi hasil –hasil penelitian yang di selenggarakan di penghujung tahun 2015 antara lain : ?Penyelenggaraan Seminar Nasional dengan tema “Biodiversitas Savana Nusa

Tenggara”, yang diselenggarakan di hotel Swiss Bellin-Kristal pada tanggal 24 November 2015 dengan peserta 167 orang .

?Penyelenggaraan Diskusi Ilmiah, antara Balai Penelitian Kehutanan Kupang dengan Balai Diklat Kehutanan Kupang dengan tema Sinergitas Peneliti, Widyaiswara dan Penyuluh Kehutanan, yang diselenggarakan di hotel Ima Kupang pada tanggal 8 Desember 2015 dengan peserta 114 orang.

?Pembinaan kepegawaian oleh kabag kepegawaian, Hukum dan ORTALA (Bapak Drs. Riharto S, MM) di Kantor Balai Penelitian Kehutanan Kupang pada tanggal 10 Desember 2015.

.... selamat buat semua panitia dan tim DISPRA yang telah bekerja keras demi suksesnya penyelenggaraan seminar nasional dan diskusi ilmiah

Page 15: Warta Cendana Edisi VIII No.3 2015.cdr

2726 Edisi VIII No.3 Desember 2015Edisi VIII No. 3 Desember 2015

Diskusi Ilmiah, 8 Desember 2015Diskusi Ilmiah, 8 Desember 2015

Pembinaan Kepegawaian, 10 Desember 2015

Pembinaan Kepegawaian, 10 Desember 2015

Pembinaan Kepegawaian, 10 Desember 2015

Pembinaan Kepegawaian, 10 Desember 2015

Diskusi Ilmiah, 8 Desember 2015

Page 16: Warta Cendana Edisi VIII No.3 2015.cdr

28

BAHASA Naskah artikel ditulis dalam Bahasa Indonesia, memuat tulisan bersifat popular/semi ilmiah dan bersifat informatif.

FORMAT Naskah diketik diatas kertas kuarto putih pada satu permukaan dengan 2 spasi. Pada semua tepi kertas disisakan ruang kosong minimal 3,5 cm.

JUDUL Judul dibuat tidak lebih dari 2 baris dan harus mencerminkan isi tulisan. Nama penulis dicantum-kan dibawah tulisan.

FOTO Foto harus mempunyai ketajaman yang baik, diberi judul dan keterangan pada gambar.

GAMBAR GARISGrafik atau ilustrasi lain yang berupa gambar diberi garis harus kontas dan dibuat dengan tinta hitam. Setiap gambar garsi harus diberi nomor, judul dan keterangan yang jelas dalam bahasa Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA Daftar Pustaka yang dirujuk harus disusun menurut abjad nama pengarang dengan mencantum-kan tahun penerbitan, sebagai berikut :

Allan, J.E. 1961. The Determination of Copper by atomic Absorbstion of spectrophotometry. Spec-tophotometrim Acta (17), 459-466.

PETUNJUK BAGI

PENULIS

Gunung Inerie

source : ww

w.trekearth.com

, N

usa Tenggara Timur

Edisi VIII No. 3 Desember 2015