Top Banner
Halaman 1 | Warta Buruh Migran | Maret 2012 Warta Buruh Migran | Edisi XII | Maret 2012 Klik www.buruhmigran.or.id Advokasi pada konteks Buruh Migran Indonesia (BMI) merupakan rangkaian kegiatan dan strategi yang dilakukan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan publik. Advokasi bukan semata persoalan penanganan kasus BMI. Sehingga media advokasi para pegiat di isu BMI juga cukup beragam. Pegiat ATKI Madura seperti dalam tulisan Fendi, banyak memanfaatkan keberadaan dan pengaruh tokoh agama (ulama) di Madura untuk melakukan advokasi BMI. Sementara beberapa BMI di luar negeri banyak yang mulai memanfaatkan sosial media sebagai media advokasi dan kampanye mereka. Pada edisi kali ini, redaksi akan memotret beberapa model media advokasi yang dilakukan para pegiat di isu BMI. Tingkat partisipasi dari pelbagai kelompok atau perorangan yang berkomunikasi secara terbuka dan ekstensif untuk mengatasi berbagai masalah adalah kunci dalam setiap proses Advokasi. Selamat membaca. Seluruh tulisan dan foto dalam buletin ini dilisensikan dalam bendera Creative Common (CC). Siapapun bisa mengutip, menyalin, dan menyebarluaskan sebagian atau keseluruhan tulisan dengan menyebutkan sumber tulisan dan jenis lisensi yang sama, kecuali untuk kepentingan komersil. Salam Redaksi Banyumas Penanggung Jawab Yossy Suparyo Muhammad Irsyadul Ibad Pimpinan Redaksi Fika Murdiana Tim Redaksi Muhammad Khayat Fathulloh Sindy Nur Fitri Kontributor Fendi (ATKI Madura) Tata Letak Wahyu Widayat N Ilustrator Irvan Muhammad Alamat Redaksi Jl.Veteran Gg.Janur Kuning No.11A Pandean Umbulharjo Yogyakarta, Telp/Fax:0274-372378 E-mail:[email protected] Twitter: @infoburuhmigran Facebook: buruh migran Portal: http://buruhmigran.or.id Penerbitan buletin ini atas dukungan: BANYUMAS. Senin (26/3/12) Lembaga Penyiaran Publik (LPP) Purwokerto memanggil paguyuban buruh migran satu-satunya di wilayah Banyumas ini, untuk siaran dalam program 1 (satu) FM 93,1 MHz dan Am 756 KHz secara interaktif dengan tajuk “Dinamika Kita”. Tiga Pegiat SERUNI, diantaranya ketua Paguyuban SERUNI, Lili Purwani, Sekretaris Paguyuban Narsidah, dan Divisi Publikasi dan Dokumentasi, SusWoyo hadir di studio RRI Purwokerto, Jl. Jenderal Soedirman 427 Purwokerto. Acara yang dikemas secara interaktif dengan melibatkan masyarakat pendengar, mengambil topik ‘pendampingan buruh migran’. Acara yang disiarkan secara langsung selama satu jam (10.10 s/d 10.55) itu, cukup banyak mendapat apresiasi dari pendengar. Ada yang bertanya tentang keberadaan Seruni, masalah banyaknya TKI yang di hukum di Arab Saudi, bagaimana keterlibatan PPTKIS dalam banyak kasus dan lain-lain. Selesai acara, SERUNI terlibat pembicaraan serius dengan pihak RRI yang diwakili Fajar, penyiar muda RRI, dan Okto bagian iklan RRI tentang kerja sama pembuatan iklan layanan masyarakat (ILM dan Spot Iklan) terkait tentang migrasi yang aman. Seruni diminta secepatnya untuk segera membuat rancangan untuk iklan layanan masyarakat seputar buruh migran. [ ] SERUNI Siaran di RRI Purwokerto Tim Redaksi Narsidan dan Lili Purwani, pegiat Seruni Banyumas saat siaran di RRI Purwokerto
16

WARTA BURUH MIGRAN EDISI MARET 2012

Jan 29, 2016

Download

Documents

Advokasi pada konteks Buruh Migran Indonesia (BMI) merupakan rangkaian kegiatan dan strategi yang dilakukan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan publik. Advokasi bukan semata persoalan penanganan kasus BMI. Sehingga media advokasi para pegiat di isu BMI juga cukup beragam. Pegiat ATKI Madura seperti dalam tulisan Fendi, banyak memanfaatkan keberadaan dan pengaruh tokoh agama (ulama) di Madura untuk melakukan advokasi BMI. Sementara beberapa BMI di luar negeri banyak yang mulai memanfaatkan sosial media sebagai media advokasi dan kampanye mereka. Pada edisi kali ini, redaksi akan memotret beberapa model media advokasi yang dilakukan para pegiat di isu BMI. Tingkat partisipasi dari pelbagai kelompok atau perorangan yang berkomunikasi secara terbuka dan ekstensif untuk mengatasi berbagai masalah adalah kunci dalam setiap proses Advokasi. Selamat membaca.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: WARTA BURUH MIGRAN EDISI MARET 2012

Halaman 1 | Warta Buruh Migran | Maret 2012

Warta Buruh Migran| Edisi XII | Maret 2012

Klik www.buruhmigran.or.id

Advokasi pada konteks Buruh Migran Indonesia (BMI) merupakan rangkaian kegiatan dan strategi yang dilakukan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan publik. Advokasi bukan semata persoalan penanganan kasus BMI. Sehingga media advokasi para pegiat di isu BMI juga cukup beragam.

Pegiat ATKI Madura seperti dalam tulisan Fendi, banyak memanfaatkan keberadaan dan pengaruh tokoh agama (ulama) di Madura untuk melakukan advokasi BMI. Sementara beberapa BMI di luar negeri banyak yang mulai memanfaatkan sosial media sebagai media advokasi dan kampanye mereka.

Pada edisi kali ini, redaksi akan memotret beberapa model media advokasi yang dilakukan para pegiat di isu BMI. Tingkat partisipasi dari pelbagai kelompok atau perorangan yang berkomunikasi secara terbuka dan ekstensif untuk mengatasi berbagai masalah adalah kunci dalam setiap proses Advokasi. Selamat membaca.

Seluruh tulisan dan foto dalam buletin ini dilisensikan dalam bendera Creative Common

(CC). Siapapun bisa mengutip, menyalin, dan menyebarluaskan sebagian atau

keseluruhan tulisan dengan menyebutkan sumber tulisan dan jenis lisensi yang sama,

kecuali untuk kepentingan komersil.

Salam Redaksi Banyumas

Penanggung JawabYossy Suparyo Muhammad Irsyadul Ibad Pimpinan Redaksi Fika MurdianaTim Redaksi Muhammad Khayat Fathulloh Sindy Nur FitriKontributorFendi (ATKI Madura)Tata LetakWahyu Widayat NIlustratorIrvan Muhammad

Alamat Redaksi Jl.Veteran Gg.Janur Kuning No.11A Pandean Umbulharjo Yogyakarta, Telp/Fax:0274-372378 E-mail:[email protected] Twitter: @infoburuhmigranFacebook: buruh migranPortal: http://buruhmigran.or.id Penerbitan buletin ini atas dukungan:

BANYUMAS. Senin (26/3/12) Lembaga Penyiaran Publik (LPP)

Purwokerto memanggil paguyuban buruh migran satu-satunya di

wilayah Banyumas ini, untuk siaran dalam program 1 (satu) FM

93,1 MHz dan Am 756 KHz secara interaktif dengan tajuk

“Dinamika Kita”.

Tiga Pegiat SERUNI, diantaranya ketua Paguyuban SERUNI, Lili

Purwani, Sekretaris Paguyuban Narsidah, dan Divisi Publikasi dan

Dokumentasi, SusWoyo hadir di studio RRI Purwokerto, Jl.

Jenderal Soedirman 427 Purwokerto. Acara yang dikemas secara

interaktif dengan melibatkan masyarakat pendengar, mengambil

topik ‘pendampingan buruh migran’.

Acara yang disiarkan secara langsung selama satu jam (10.10 s/d

10.55) itu, cukup banyak mendapat apresiasi dari pendengar.

Ada yang bertanya tentang keberadaan Seruni, masalah

banyaknya TKI yang di hukum di Arab Saudi, bagaimana

keterlibatan PPTKIS dalam banyak kasus dan lain-lain.

Selesai acara, SERUNI terlibat pembicaraan serius dengan pihak

RRI yang diwakili Fajar, penyiar muda RRI, dan Okto bagian iklan

RRI tentang kerja sama pembuatan iklan layanan masyarakat

(ILM dan Spot Iklan) terkait tentang migrasi yang aman. Seruni

diminta secepatnya untuk segera membuat rancangan untuk

iklan layanan masyarakat seputar buruh migran. [ ]

SERUNI Siaran di RRI PurwokertoTim Redaksi

Narsidan dan Lili Purwani, pegiat Seruni

Banyumas saat siaran di RRI Purwokerto

Page 2: WARTA BURUH MIGRAN EDISI MARET 2012

Halaman 2 | Warta Buruh Migran | Maret 2012

02 | Sekilas Peristiwa

Pejabat Konjen RI di Hongkong

Alergi Kritik

Berawal dari tulisan Muhammad Iqbal berjudul “Kontrak

Mandiri Dilarang! Ada Apa dengan KJRI Hongkong?” yang

saya baca di blog Kompasiana (20/03/2012), tulisan tersebut

kemudian saya sebarkan di jejaring sosial Facebook,

termasuk akun Facebook milik Teguh Wardoyo, Konsul

Jenderal (Konjen) KJRI Hong Kong. Saya tidak menyangka,

informasi yang saya bagikan ke dinding Facebook milik

pejabat Konsul Jenderal tersebut membuat saya diblokir dari

pertemanan maya di Facebook.

Tujuan saya membagikan tulisan tersebut hanya ingin Teguh

Wardoyo sebagai Konjen KJRI Hong Kong paham

BMI di Hong Kong sangat menginginkan kontrak mandiri

diberlakukan. Sayang, sebagai pejabat, Teguh Wardoyo

rupanya tidak suka dengan cara saya ini. Mungkin yang

bersangkutan tidak ingin dikritik, tidak mau menerima

masukan, merasa risih, atau memang benar-benar sudah

tidak peduli dengan isu-isu yang terjadi dengan BMI.

Keberadaan jejaring media sosial seperti Facebook dan

Twitter pada dasarnya memungkinkan seorang pejabat untuk

menerima aspirasi langsung dari masyarakat. Sayang

teknologi seolah menjadi sia-sia menjembatani komunikasi

rakyat dan pejabat, karena masih ada pihak yang “alergi”

kritik. [ ]

Tampak Pejabat KJRI Hong Kong saat mengintip dari jendela untuk melihat demonstrasi

BMI Hong Kong

Hong-Kong

Ruki, TKW Cirebon

13 Tahun Tanpa Kabar

Cirebon

Warkini, perempuan asal Desa Serang Wetan,

Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon masih

berharap bisa kembali bertemu dengan Ruki bin

Tarna, putrinya yang sudah hilang kontak selama 13

tahun. Ruki binti Tarna bekerja sebagai pekerja

rumah tangga (PRT) di Arab Saudi pada tahun 1996

melalui PT. Sabika Arabindo Jakarta.

Sejak tahun 2000 keluarga tidak bisa mengubungi

Ruki bengitu pun sebaliknya hingga sekarang.

Permasalahan yang dihadapi oleh keluarga Ruki binti

Tarna akhirnya diadukan melalui Serikat Buruh

Migran Indonesia (SBMI) Cirebon. Walaupun keluarga

cukup lama kehilangan kontak dengan Ruki di Arab

Saudi, tapi keluarga baru mengadukan kasus tersebut

pada Februari 2012. Ketua SBMI Cirebon Castra Aji

Sarosa menilai penyebab keluarga telat melaporkan

kasus adalah minimnya informasi dan pos

pengaduan BMI yang ada di Cirebon.

“Banyak keluarga yang bingung dan tidak paham

untuk melaporkan kasus yang terjadi pada

keluraganya yang menjadi BMI. Ini seharusnya

menjadi perhatian pemerintah untuk bisa lebih

memperluas informasi dan posko pengaduan di

wilayah” kata Castra

Castra dan pengurus SBMI Cirebon sedang mencari

data yang lebih lengkap untuk mendukung

terselesaikannya masalah tersebut. Rentang waktu

yang cukup lama, cukup menyulitkan untuk kembali

melacak keberadaan Ruki bin Tarna. Data terakhir

yang diperoleh dari keluarga, Ruki binti Tarna pada

tahun 2000 diketahui bekerja pada Moh. Altamimi

dengan alamat Po Box 202033 Jeddah 21445 KSA.

Namun hingga kini keberadaannya masih belum

diketahui. [ ]

Page 3: WARTA BURUH MIGRAN EDISI MARET 2012

Halaman 3 | Warta Buruh Migran | Maret 2012

03 | Sekilas Peristiwa

“Hari ini enam kasus yang kami adukan antara lain

adalah kasus gaji tidak dibayar atas nama Tusriyati (Abu

Dhabi) dan Suryati (Singapura), hilang kontak atas nama

Siti Aminah (Hongkong), permintaan dokumen ijazah

SLTP atas nama Suwarni (Singapura), Paijah (Malasyia)

dan Kasus Sangidah,” lanjut Robiah.

Selain mendatangi Dinsosnakertrans Kabupaten Cilacap,

Robi’ah dan 5 orang temannya juga mendatangi Kantor

Pos Pelayanan Penempatan dan Perlindungan TKI (P4TKI)

Cilacap di Jalan Brantas. Saat mendatangi kantor P4TKI

rombongan Robi’ah ditemui oleh Kepala Kantor P4TKI

Rodli.

Forum Warga Buruh Migran Danasri memang belakangan

mendapatkan banyak pengaduan buruh migran. sejak

berdiri pada November sudah ada 15 kasus yang masuk

dan sedang ditangani. Upaya memanfaatkan layanan

publik lembaga pemerintah untuk mengadukan pelbagai

persoalan BMI penting dilakukan pegiat BMI di daerah.

Proses pendampingan kasus tidak selamanya harus

diurus hanya di Jakarta. Pengaduan kasus sejak di daerah

akan memungkinkan keterlibatan Pemerintah Daerah

untuk mengambil kebijakan. [ ]

Cilacap

Forum Warga Danasri Adukan Enam Kasus BMI

Cilacap – Rabu, 21 Maret 2012, Forum Warga Buruh

Migran “Al-Ikhlas” Desa Danasri, Kecamatan

Nusawungu, Kabupaten Cilacap meneruskan pengaduan

enam kasus buruh migran ke Dinas Sosoal, Tenaga Kerja

dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Cilacap.

Robi’ah (30), Ketua Forum Warga Migran Danasri

mengatakan ia hanya meneruskan pengaduan yang masuk

ke paguyuban.

“Bulan Januari 2012 lalu saya juga mengadukan 9 kasus

anggota kami ke Pemerintah Daerah Kabupaten Cilacap

melalui Dinsosnakertrans. Saat ini, ada enam kasus lagi

yang saya masukan sebagai tindak lanjut atas laporan

warga yang masuk ke kita,” ujar Robi’ah yang juga

mantan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Singapura.

Page 4: WARTA BURUH MIGRAN EDISI MARET 2012

Halaman 4 | Warta Buruh Migran | Maret 2012

04 | Kajian

Kata konsolidasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) berarti memperteguh atau memperkuat

(hubungan, persatuan, dan sebagainya). Pemaknaan

tersebut sangat sesuai dengan konteks gerakan buruh

migran, konsolidasi dimaknai sebagai upaya memperkuat

solidaritas antar Buruh Migran Indonesia (BMI).

Solidaritas sendiri merupakan kata kunci untuk

membangun ikatan emosional antar BMI dalam

memperjuangkan hak-hak, saling berbagi, dan mendesak

perbaikan kebijakan pemerintah. Upaya membangun

solidaritas BMI juga diwujudkan buruh migran, mantan,

keluarga, dan pelbagai organisasi di isu BMI melalui

beragam ekspresi dan media.

Kesempatan memperoleh akses pada jaringan internet

turut dimanfaatkan BMI sebagai media membangun

solidaritas. Beberapa BMI di Hong Kong, Malaysia, Taiwan,

Korea Selatan, Arab Saudi dan negara penempatan lain

banyak memanfaatkan layanan di internet, seperti

Webblog, Mailinglist, Yahoo Chat, Mig33, Facebook,

Twitter, dan pelbagai media sosial lain untuk saling

berinteraksi dan memperbincangkan persoalan BMI.

Media sosial sendiri berkembang seiring perkembangan

teknologi web 2.0. Sebelumnya, di era web 1.0,

pengguna internet hanya berada diposisi pengguna dan

penerima informasi. Kelahiran teknologi web 2.0

membuka ruang partisipasi yang lebih luas antar

pengguna. Era teknologi web 2.0 membuat pengguna

internet bisa dengan leluasa menuliskan dan

mengunggah konten oleh mereka sendiri, bukan

sekadar menjadi pembaca melainkan penulis konten.

BMI seperti Rie Lestari yang mengelola blog di

http://babungeblog.blogspot.com/ dan Fera Nuraini

yang aktif menulis di http://buruhmigran.or.id dan

http://www.kompasiana.com/fera_nuraini merupakan

sebagian dari potret BMI yang memanfaatkan waktu

luangnya untuk mengelola informasi di internet.

Sementara BMI seperti Imron Rosyadi di Korea Selatan

memilih Youtube untuk mengunggah film dokumenter

tentang kehidupan BMI di sana. Begitupun BMI Hong

Kong dengan nama pengguna Terry Narcissan di portal

engagemedia.org, dia aktif mengunggah dokumentasi

aksi solidaritas BMI di Hong Kong.

Jejaring Media Sosial dan BMIOleh: Fathulloh

Page 5: WARTA BURUH MIGRAN EDISI MARET 2012

Halaman 5 | Warta Buruh Migran | Maret 2012

Gejala pemanfaatan media sosial oleh BMI cukup tampak

di portal jejaring sosial seperti Facebook. Selain membuat

akun pribadi, para BMI pengguna Facebook juga membuat

dan meramaikan pelbagai group berbasis hobi, organisasi,

negara tempat bekerja, dan lain-lain. Selain menjadi media

curahan hati, pelbagai kegiatan berbagi informasi juga

banyak dilakukan melalui jejaring sosial tersebut.

Pengalaman penanganan kasus Johra dan almarhumah Lia

binti Sanali merupakan pelajaran tersendiri. Proses

kolaborasi penanganan kasus dapat dilakukan antara BMI

di Arab Saudi dan redaksi Pusat Sumber Daya Buruh

Migran melalui komunikasi di Facebook. Melalui group

Facebook bernama Sharing TKI II, BMI di Arab Saudi terus

menginformasikan kondisi terkini upaya pemulangan dua

BMI tersebut. Pembaruan (update) informasi dari Arab

Saudi menjadi bekal bagi relawan di Indonesia untuk

menyampaikan pengaduan pada pemerintah.

Jejaring sosial di dunia maya juga menjadi ruang untuk

berinteraksi langsung dengan beberapa pejabat dan

lembaga pemerintahan. Melalui akun Twitter

@infoburuhmigran redaksi bisa menyampaikan dan

meminta informasi pada beberapa pejabat seperti Jumhur

Hidayat, Ketua BNP2TKI melalui akun @jumhurhidayat, Eva

K Sundari, Anggota Komisi III DPR di akun @evndari,

Meutya Hafid, Anggota Komisi I DPR dengan akun

@meutya_hafid, serta beberapa pejabat lain yang memiliki

kecenderungan menggunakan Twitter.

Fenomena lain soal pemanfaatan internet juga ditemui

redaksi PSD-BM. Siapa sangka video panduan radio daring

Sahabat Buruh Migran di Youtube dibuat oleh BMI di Arab

Saudi. Video panduan berdurasi 7 menit di alamat

http://www.youtube.com/watch?v=s5tnEzNSZe4 tersebut

diunggah oleh Umi Rahman, seorang pekerja rumah

tangga di Arab Saudi untuk membantu BMI lain mengakses

radio daring yang dikelola PSD-BM.

Media Sosial dan Kekuatan Produksi Konten

Konten merupakan informasi yang disediakan dari sebuah

media. Mengamati gejala kian banyak BMI yang memiliki

akses internet dan memanfaatkan jejaring media sosial,

maka tantangan selanjutnya adalah bagaimana

kesempatan tersebut dimanfaatkan untuk memproduksi

konten informasi.

Berfikir sebelum mengunggah sesuatu di internet

menjadi sebuah ungkapan penting bagi para pengguna

jejaring media sosial. Kecenderungan menjadikan media

sosial sebagai gaya hidup semata, membuat pengguna

media sosial terjebak dalam kegiatan yang tidak

terlampau produktif. Fenomena media sosial banyak

mengubah cara seseorang dalam bersosialisasi.

Seseorang yang dalam dunia nyata adalah pendiam,

dapat dengan tiba-tiba menjadi aktif melalui pelbagai

konten status di Facebook.

Gejala media sosial juga mampu menggeser sesuatu

yang privat menjadi informasi milik publik. Tidak jarang

media sosial di dunia maya menjadi ruang beragam

curahan hati (curhat), bualan, serta pelbagai ekspresi

untuk mencitrakan diri pada pengguna media sosial

yang terhubung. Kondisi semacam ini kemudian

dianggap sebagai fase tidak produktif dalam

pemanfaatan sosial media.

05 |Kajian

Beberapa BMI pengguna media sosial mejadi lebih

produktif ketika mampu memposisikan jejaring media

sosial hanya sebagai alat. Konsep melihat teknologi

sebatas “alat” mampu membuat BMI memanfaatkan

media sosial untuk pelbagai hal yang mereka butuhkan,

bukan sebaliknya, BMI membatasi media sosial hanya

sebagai hiburan semata. Pada fase ini BMI

menggunakan jejaring media sosial berdasarkan

kebutuhan, untuk berkomunikasi, memperoleh

informasi, berdiskusi, berbagi tautan, menyebarkan

undangan, dan membangun pertemanan virtual.

Page 6: WARTA BURUH MIGRAN EDISI MARET 2012

Halaman 6 | Warta Buruh Migran | Maret 2012

06 |Kajian

Fase lanjutan yang harus dicapai BMI pengguna media

sosial adalah produksi konten informasi. BMI dapat

menyampaikan informasi yang mereka produksi sendiri

kepada publik baik lewat status, foto, audio, atau video.

Pada fase ini BMI dituntut untuk peka terhadap fakta

disekitarnya.

Sebagai contoh aksi pemerasan yang dialami BMI di

bandara. Ketika sang BMI mampu mendokumentasikan

tindak pemerasan melalui kamera telepon seluler,

kemudian membuat catatan peristiwa, dan menyebarkan

informasi tersebut ke jejaring media sosial, maka inilah

yang disebut proses produksi konten informasi. Sehingga

informasi tentang pemerasan bisa diketahui sesama BMI,

bahkan pejabat pemerintah.

Kepekaan untuk berbagi peristiwa atau fakta disekitar

membuat pengguna media sosial tidak sekadar

menggunakan akun mereka untuk curhat dan membual,

melainkan untuk sesuatu yang lebih bermanfaat.

Perkembangan beragam jenis jejaring media sosial di

internet harus dipahami berdasarkan karakter dan

layanan yang mereka sediakan.

06 |Kajian

Jejaring sosial populer seperti Facebook dan Twitter

memiliki karakter dan jenis layanan yang berbeda,

begitupun dengan jenis media sosial lainnya.

Kemampuan produksi konten informasi selanjutnya

dapat diperkuat dengan kemampuan

menyebarluaskan konten pada media yang tepat serta

memahami karakter masing-masing penggunanya.

Peluang bagi BMI dengan akses pada internet adalah

peluang untuk berinteraksi dengan khalayak yang

beragam. Kesempatan ini teramat sayang jika disia-

siakan untuk sesuatu yang tidak produktif. Manfaatkan

jejaring media sosial, membangun konsolidasi, dan

mengelola informasi harus menjadi gerakan untuk

memperkuat daya tawar buruh migran. [ ]

Carut marut pengelolaan negara serta banyak

kasus yang menimpa Buruh Migran Indonesia

sering kali hadir menjadi menu menyakitkan

dalam kehidupan petani yang juga menjadi

keluarga BMI.

Petani dan kaum miskin hingga saat ini masih susah

mendapatkan akses atas informasi, pendidikan, dan

lapangan pekerjaan.

Aksi pemiskinan struktural banyak dilakukan penguasa

yang anti perlindungan sejati kepada masyarakat

melalui pelbagai bentuk penguasaan lahan produktif

milik warga dan pola-pola bantuan yang merusak

kemandirian masyarakat. Pemiskinan sistemik sedikit

banyak juga menjadi penyebab persoalan seputar

migrasi.

Pendamping VS Calo.Oleh: Fendi (ATKI Madura)

Page 7: WARTA BURUH MIGRAN EDISI MARET 2012

Halaman 7 | Warta Buruh Migran | Maret 2012

07 | Kajian

Sedangkan negara sebagai fungsi pelindung dan

pengayom bagi warganya seakan tumpul. Persoalan BMI

seolah terus meningkat segaris lurus dengan angka

penempatan BMI yang terus meningkat.

Kasus demi kasus seolah tidak menjadi

pelajaran serius bagi Pemerintah

Indonesia, sehingga satu kasus selesai

muncul ratusan kasus lain.

Madura sebagai salah satu daerah yang mengirim BMI

cukup besar di Jawa Timur juga tidak lepas dari timbunan

masalah seputar migrasi dan BMI. Hampir setiap minggu

selalu saja terjadi kasus yang menimpa BMI di negera

penempatan seperti Arab Saudi dan Malaysia.

Data yang dihimpun portal BNP2TKI (25/08/11)

menyatakan Tenaga kerja Indonesia (TKI) bermasalah asal

Jawa Timur yang pulang sejak Januari sampai akhir Juli

2011 tercatat sebanyak 3.880 orang, dari jumlah TKI

bermasalah itu, 70 persen di antaranya berasal dari

Madura.

BMI asal Madura berasal dari empat kabupaten pengirim

terbesar yakni Sampang, Pamekasan, Sumenep, dan

Bangkalan. Mayoritas BMI berasal dakarena terpaksa.

Situasi ini semakin diperparah dengan berbagai modus

perekrutan yang lahir menjadi budaya lokal berupa

praktik percaloan yang setiap hari marak di masyarakat.

Praktik-praktik percalaon beroperasi melalui pelbagai

modus, dari berpura-pura membantu saudara, bedalihkan

agama, hingga atas nama kebaikan.

Janji-janji materi yang ditawarkan para calo dengan

mudah diterima beberapa kelompok masyarakat di

Madura. Seolah-olah menjadi pahlawan, calo TKI

menjanjikan tempat kerja yang enak, gaji tinggi, serta

pekerjaan yang sangat mudah, dan penghasilan besar

untuk membantu keluarga.

Siapa Calo BMI di Madura?Mengenali calo di daerah Madura, maka ada dua

anggapan yang berbeda. Pertama, Calo di Madura

dianggap mudah dikenali karena banyak penelitian yang

mampu membeberkan calo TKI di Madura itu adalah

kerabat, teman, dan pemangku adat (kyai dan tokoh

masyarakat atau aparat desa). Kedua, ada yang

beranggapan calo di Madura sangat sulit untuk dikenali.

Praktik-praktik percaloan TKI di Madura susah untuk

dibendung karena cara kerja mereka lebih banyak

menggunakan pendekatan kekeluargaan.

Calo TKI dengan jeli masuk di lingkup sosial masyarakat.

Mereka menawarkan bagi hasil pada orang yang

mampu memberikan informasi nama penduduk yang

membutuhkan pekerjaan dan terdesak berbagai macam

masalah ekonomi dan lain sebagainya. Tidak jarang calo

TKI melibatkan aparat desa, dengan sedikit imbalan,

aparat desa diminta memalsukan dokumen calon TKI.

Calo TKI juga meminta aparat desa melakukan

kampanye informasi bekerja di luar negeri dan

mempromosikan jasa sang calo yang telah memberinya

komisi.

Praktik percaloan melalui pendekatan keluarga, aparat

desa dan tokoh agama terbukti bertahun-tahun

berhasil dilakukan para calo TKI di Madura. Migrasi

penduduk Madura untuk bekerja sebagai buruh

migran di Arab Saudi dan Malaysia kini seolah

menjadi tumpuan utama dan bagian dari kebudayaan

masyarakat.

Page 8: WARTA BURUH MIGRAN EDISI MARET 2012

Halaman 8 | Warta Buruh Migran | Maret 2012

08 | Kajian

Banyak modus yang dijalankan calo TKI, salah satunya

menggunakan status sosial yang dimilikinya sebagai

tokoh agama. Mereka melakukan pendekatan dakwah

dengan maksud memicu warga agar berkeinginan kerja

ke Arab agar bisa sekaligus memunaikan ibadah Haji.

Materi dakwah semacam itu menjadi hasutan untuk

menawarkan jasa penempatan kerja di Arab Saudi. Lebih-

lebih beberapa tokoh agama tersebut juga merangkap

sebagai calo. Walhasil calo yang berprofesi ganda sebagi

tokoh agama tersebut mampu menuai kepercayaan dari

para korban.

Sedangkan apabila ada kasus BMI meninggal. Tokoh

agama tersebut tampil di muka dengan memasang wajah

berbelasungkawa sembari menenangkan pihak keluarga

dengan wejangan andalan “semua yang hidup akan

mati, dengan berujar ikhlaskanlah dan kembalikan

semuanya pada yang di atas sana”.

Siapa Pendamping BMI?

Pihak yang menjadi pendamping BMI merupakan

Organisasi Masyarakat Sipil dan individu yang

mempunyai kesadaran serta kepedulian terhadap

persoalan persoalan BMI. Banyak pendamping BMI di

Madura yang melakukan pelbagai pendekatan untuk

mengkampanyekan persoalan BMI.

Keberadaan tokoh agama di Madura memiliki peran

sentral untuk mempengaruhi pola pikir masyarakat.

Pendamping BMI di Asosiasi Tenaga Kerja Indonesia

(ATKI) wilayah Madura misalnya, mereka melakukan

sosialisasi ke tokoh-tokoh agama dan masyarakat terkait

migrasi yang benar dan ancaman hukuman apabila

melakukan praktik-praktik perdagangan manusia.

Langkah semacam ini merupakan upaya pencegahan dini

munculnya kasus dan menjadi jembatan agar informasi

yang sama tentang migrasi aman juga disampaikan para

tokoh agama kepada masyarakan melalui dakwah,

khutbah, dan pengajian yang mereka lakukan.

Selain mendekati tokoh agama, pendamping BMI di

Madura juga menggunakan media warung kopi

(warkop) untuk menyampaikan informasi secara ringan

dan mudah diterima oleh warga. Pemanfaatan ruang

kultural di masyarakat mampu menciptakan suasana

keakraban yang akan memperkuat kepercayaan dan

mempermudah komunikasi antara pendamping BMI

dan warga. Sembari minum kopi serta sedikit suguhan,

beberapa isu dapat menjadi tema obrolan dan

mengaitkan beberapa persoalan dengan isu buruh

migran. Hal semacam ini ternyata sangat efektif untuk

sedikit demi sedikit membuka ruang kesadaran warga

atas persoalan buruh migran di Madura.

Banyak media di masyarakat yang bisa dimanfaatkan

untuk gerakan advokasi dan kampanye perlindungan

sejati buruh migran. Hal yang kemudian dibutuhkan

adalah kreatifitas dan keberanian pendamping buruh

migran untuk terus melakukan pelbagai inovasi

kegiatan dan model pendekatan. [ ]

Fendi, Pegiat Buruh dan Asosiasi

Tenaga Kerja Indonesia (ATKI)

wilayah Madura

Page 9: WARTA BURUH MIGRAN EDISI MARET 2012

Halaman 9 | Warta Buruh Migran | Maret 2012

Meskipun angka tersebut akumulatif, namun itu masih

merupakan angka yang sangat besar. Lantas jika dilihat

dari kacamata awam kemudian akan muncul pertanyaan

selanjutnya. Begitu menarikkah profesi ini?, begitu

menjanjikankah?, atau barangkali karena tidak ada

pilihan(alternatif) lain?. Pertanyaan-pertanyaan tersebut

tentu sangat mungkin muncul, mengingat mereka harus

berpisah dengan keluarga dalam jangja waktu yang cukup

lama dan dengan jarak yang sangat jauh serta resiko yang

tentunya belum bisa diperhitungkan.

Menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut butuh waktu

tidak singkat, dibutuhkan pencarian data serta analisis

tajam. Barangkali yang dapat saya lakukan dalam tulisan

ini adalah melontarkan temuan masalah dengan harapan

akan mendapat tanggapan dari banyak kawan, sehingga

akan menemui satu titik terang berupa solusi dan

gagasan.

Berdasarkan pengamatan sekilas, Kulon Progo tampak

sebagai daerah yang sangat subur dan memiliki potensi

alam lebih. Ketika saya di sana dalam rangka live in untuk

proses berkarya beberapa waktu lalu, para petani sedang

panen cabai. Harga jual saat itu bisa dikatakan lumayan,

Rp.16.000,- per kilogram, selain itu hampir di semua

wilayah tampak banyak tanaman kelapa tumbuh dengan

sangat subur. Ini merupakan gambaran satu potensi

komoditi (kayu dan kelapa) yang masih potensial untuk di

kembangkan.

09 | Kajian

Anak-Anak,

Pandanglah Sebagai Harapan

Jangan Dipupuskan

Oleh: Sri Wahyuningsih, S.Fil.

Saya akan mengawali tulisan ini dengan beberapa pertanyaan. Mengapa prosentase penduduk Kulon Progo yang pernah menjalani profesi sebagai Buruh Migran bisa mencapai 90 % ? .

Namun demikian kami mendapatkan pandangan lain

dari Fajar pudiarna, Staf IWORK yang sudah menetap

di wilayah ini hampir tiga tahun. Menurutnya wilayah

subur di Kulon Progo hanya sebagian kecil saja, fakta

yang benar mayoritas wilayahnya adalah lahan

berpasir yang susah ditanami. Hal ini menurut

pandangan Fajar Purdiana yang menjadi salah satu

penyebab sebagian besar penduduk Kulon Progo

tertarik mengadu nasib menjadi Buruh Migran.

Data lain yang kami himpun potensi wilayah ini

sebenarnya sangat beragam. Tapi yang patut

disayangkan pengelolaan masih belum maksimal.

Sektor kerajinan misalnya, terdapat sentra produksi

kain tenun berbasis Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).

Wilayah desa tersebut juga sangat potensial untuk

dikembangkan menjadi desa wisata.

Potensi lain yang tidak kalah potensial adalah pantai.

Kulon Progo memiliki garis pantai panjang, iika

dikelola dengan baik maka akan menjadi objek wisata

yang luar biasa. Misalkan Pantai Glagah sebagai

tempat ideal untuk olah raga dayung dan sepanjang

garis pantai yang sangat cocok dijadikan agro wisata

melon, semangka dan buah naga.

Page 10: WARTA BURUH MIGRAN EDISI MARET 2012

Halaman 10 | Warta Buruh Migran | Maret 2012

10 | Kajian

Menurut buku tentang psikologi perkembangan anak,

dalam setiap tahap perkembangan emosi anak bahkan

sejak dalam kandungan, emosi anak harus selalu terjaga

dalam kondisi positif sehingga dia akan mampu

melaksanakan pengembangan emosi ke tahap berikutnya.

Kembali lagi pada persoalan Buruh Migran, banyak

persoalan timbul ketika seorang ibu atau ayah pergi ke

luar negeri untuk bekerja dalam jangka waktu yang cukup

lama. Anak-anak harus berkembang tanpa asuhan dan

didikan orang tuanya. Contoh perilaku orang tua yang

kemudian mencari kepuasan di luar rumah ketika

ditinggal pasangannya. Perselingkuhan yang

mengakibatkan perceraian yang pada akhirnya berakibat

pada proses perkembangan jiwa anak.

Belum lagi anak –anak yang dihasilkan oleh tindak

kekerasan seksual majikan. Hal ini akan berdampak

berkembangnya stigma di Masyarakat dan anak BMI

mendapat perlakuan buruk, bahkan ada juga yang dijuluki

anak onta karena bapaknya adalah majikan sang ibu saat

bekerja di Timur Tengah. Sekian juta orang berangkat

menjadi buruh migran, sekian juta pula anak beresiko

untuk tidak terjamin pola asuhnya. Pada akhirnya sekian

juta anak juga akan terjamin kualitasnya di masa datang.

Memandang persoalan Buruh Migran sebagai persoalan

bangsa dan negara sekarang ini menjadi penting.

Keputusan tindakan untuk berangkat menjadi Buruh

Migran dipengaruhi kondisi politik, hukum, ekonomi,

sosial, budaya masyarakat. Mengapa orang Indonesia

banyak yang memilih menjadi Buruh Migran dibanding

mengelola potensi yang ada di tanah airnya, padahal

posisinya di sana kebanyakan sebagai pekerja pada

wilayah domestik (PRT) yang minim bekal keahlian serta

rawan pelecehan di segala bidang.

Secara politik dan hukum keberpihakan dan perlindungan

negara terhadap rakyat jelata sangat rendah. Hal ini

nampak dari penerapan hukum dan regulasi yang tidak

berpihak kepada kreatifitas dan kemandirian rakyat kecil.

Para penyelenggara negara sibuk menjadi calo bagi modal

asing atas potensi alam yang ada di Indonesia dari pada

berfikir untuk mengelola dan mengembang sendiri

potensi yang dimiliki demi kesejahtaraan rakyat.

Contoh kasus tentang hasil pendidikan yang salah

kebetulan sangat dekat dengan kehidupan saya. Salah

satu keponakan suami saya yang tinggal di Aceh suatu

ketika pulang kampung, Umurnya sekitar 30 tahun,

konon dia bercerai karena kasus KDRT. Sekembalinya dia

banyak timbul masalah di keluarga besar suami saya.

Keluarga seperti terpecah belah karena timbul

perbedaan sikap, cara pandang dan tindakan

menghadapi persoalan-persoalan yang di timbulkannya.

Baru kemudian diketahui dia mengidap psikopatologis,

gangguan kepribadian, anti sosoial. Banyak masalah

yang dia timbulkan, tapi tidak pernah merasa, tidak

dapat berfikir dia salah dan keliru. Sangat boros, banyak

hutang di mana-mana karena dia tidak bisa menunda

pemuasan diri. Seperti halnya juga dia tidak punya rasa

malu.

Siapapun yang ditemui entah kenalan lama atau baru

pasti dicari peluang supaya bisa berhutang.

Pinjam surat berharga untuk digadaikan adalah modus

lain yang dipergunakan untuk mendapatkan uang.

Meskipun belum pernah terbukti dia yang mengambil,

setelah keberadaannya beberapa kali terjadi kasus

kehilangan uang, BPKB-BPKB yang tiba-tiba hilang

beserta Kartu keluarga. Dia juga cenderung tidak setia

kepada pasangan dan sangat pandai berbohong

(kebetulan dia PNS, cerdas, cantik, sehingga dari sisi

penampilan membuat orang banyak percaya).

Pada konteks yang lebih besar dan luas,

masalah bagaimana mendidik generasi

penerus dalam hal ini anak-anak

sangatlah menentukan.

Akan bagaimana kondisi anak tersebut

sampai pada tingkatan tertentu akan

sangat menentukan. Akan bagaimana

masyarakat yang kemudian dikelola oleh

anak-anak tersebut.

Page 11: WARTA BURUH MIGRAN EDISI MARET 2012

Halaman 11 | Warta Buruh Migran | Maret 2012

Belum lagi gempuran konsumerisme tiada henti,

kamuflase media, dan iming-iming kehidupan gemerlap

yang diperoleh dengan instan membuat orang tidak lagi

mau berfikir dan berusaha keras demi mencapai taraf

hidup yang dianggap lebih baik. Belum lagi persoalan

patokan kesuksesan yang hanya dilihat dari segi materi

menjadi anggapan umum di masyarakat.

Ketika di dalam negeri sendiri dirasa sangat sulit untuk

mencari penghidupan atau materi. Maka ketika ada

peluang untuk mendapatkan materi tersebut di luar

negeri, berangkatlah sebagian penduduk negara ini

menjadi Buruh Migran.

Pertanyaannya kemudian untuk berapa lama kemudian

hal ini berlaku ?, untuk sementara waktukah?, atau untuk

selamanya ?. Hal ini mengingat kebanyakan orang

berangkat ke luar negri adalah orang-orang yang sudah

berkeluarga, meninggalkan anak, istri dan suami.

Salah satu kasus yang saya temui adalah kasus suami

dengan ketiga anaknya yang ditinggalkan istrinya sampai

12 tahun di Hong Kong. Kepulangan terakhir hanya

selama 2 minggu dan kemudian pergi lagi ke Hong Kong

karena kerjanya disukai oleh majikan. Sehingga

kepergiannya genap 14 tahun. Terus terang saya takjub

dan tak habis pikir. Lalu apa makna hidup mengikatkan

diri dalam lembaga bernama rumah tangga?, apapun

bentuk dari hidup berpasangan itu?, sebagai unit kecil

ekonomi kah?.

Sang suami sudah tidak lagi mau menghalangi apapun

kehendak istrinya pergi, dibiarkan saja, dia juga sudah

tidak lagi mau memiliki alat komunikasi semacam telepon

selular. “Sak karepmu lah“, barangkali demikian yang

dipikirkan oleh sang suami. Secara materi sang suami dan

anak-anaknya tercukupi. Rumah beserta perabotan,

tanah, sawah dan dua buah traktor dimilikinya. Tapi apa

makna yang disebut sebagai keluarga? anak-anaknya tidak

lagi tinggal dalam keseharian. Mereka lebih suka tinggal

bersama keluarga sang paman dan bibinya. Menonton

Televisi pun, dia lebih suka di rumah tetangga. Anak BMI

di rumah sendirian, tiap malam mencari hiburan sendiri,

memancing ikan, menjaring ikan atau apalah. Ketika

anaknya sakit tidak ada yang dapat diajak berbagi beban

dan kegelisahan.

Barang kali persoalan-persoalan inilah yang saya

dapatkan ketika live in untuk observasi karya pada

pameran karya seni untuk BMI yang akan digelar

Perkumpulan Kebudayaan Tritura. Tentunya hal ini

akan menjadi inspirasi bagi saya untuk berkarya

(melukis) tentang orang-orang yang justru ditinggalkan

“Pemeran utama” dalam drama TKI.

Pada perkembangannya, saya pernah sampai pada titik

di mana saya kehilangan keyakinan, kepercayaan

bahkan orientasi hidup ketika dihadapkan pada kondisi,

secara subjektif organisasi yang terpecah belah, kawan-

kawan yang tampak mulai memikirkan diri sendiri

(bosan miskin) tak lagi teguh berpandangan, serta

keyakinan (keagamaan) saya yang sulit sekali

dikembangkan seperti sebelumnya. Secara objektif

kondisi menyedihkan POLEKSOSBUDHAKAM bangsa-

bangsa ini relatif tidak punya pegangan. Tidak

bersemangat berkarya karena membuat karya butuh

penjiwaan. Hidup mengalir, mengerjakan yang menjadi

tuntutan jangka pendek saja, urusan pekerjaan

domestik sehari-hari dan bagaimana agar bisa makan

dan hidup.

Perenungan akhirnya sampai pada kesimpulan

sementara bahwa anak-anak harus di selamatkan jika

ingin kondisi ke depan kita tetap sama seperti sekarang.

Sistem pendidikan terutama di masa pembentukan

karakter anak harus dibenahi. SAYA KEMBALI

MENEMUKAN FOKUS ANAK-ANAK. Intinya adalah

penciptaan generasi yang terbebas dari sakit jiwa anak-

anak yang seharusnya dididik sebaik-baiknya, sehingga

tumbuh generasi yang lebih baik dari generasi yang

sebelumnya. Anak-anak harus dipandang

sebagaigenerasi yang tumbuh lebih baik dari generasi

sebelumnya. [ ]

Anak-anak harus dipandang sebagai harapan,

maka harus dididik, diasuh dan dikelola sebaik-

baiknya.

*** TULISAN INI ADALAH HASIL DARI LIVE IN DI

KOMUNITAS BURUH MIGRAN DI KULON PROGO

YOGYAKARTA, PENULIS ADALAH PESERTA PAMERAN

ARTSPIRAI BURUH MIGRAN DI GALERI CIPTA 2 TIM

PADA TANGGAL 2 MEi 2012

11 | Kajian

Page 12: WARTA BURUH MIGRAN EDISI MARET 2012

Halaman 12 | Warta Buruh Migran | Maret 2012

12 | Jejak Kasus

Tusriyati:Pulang Kurus Kering, Gaji Tak Dibayarkan

foto: http://buruhmigran.or.id/wp-content/uploads/2012/03/Tusriyah-Danasri1.jpg

“Sebagai orang tua, saya sungguh merasa trenyuh

melihat Tusriyati. Tubuhnya kurus kering. Ketika baru

pulang. Porsi makannya hampir dua kali lipat porsi makan

orang biasa. Seakan ia memang sudah lama tidak makan.

Tangan dan kakinya melepuh. Setelah tiga hari

kepulangannya, perutnya membesar. Kata dokter, porsi

makannya berlebihan. Tiap kali ditanya Tusriyati

menuturkan bahwa majikannya memperlakukannya

dengan baik. Tapi saya masih belum percaya spenuhnya.

Sepertinya ia menyimpan rahasia yang tidak ingin

disampaikan,” Tutur Mungawanah, ibu dari Tusriyati.

Tusriyati (27) adalah mantan Tenaga Kerja Indonesia (TKI)

di Malasyia asal desa Ds. Danasri RT 004/ RW V Kecamatan

Nusawungu Kabupaten Cilacap. Ia baru pulang tanggal 04

Maret 2012 lalu. Kondisi fisik Tusriyati membuat ibunya

tidak percaya bahwa ia diperlakukan secara baik-baik di

Malasyia.

“Soalnya gajinya juga tidak dibayarkan secara penuh.

Anak saya bilang tidak pernah memegang uang,” ucap

Mungawanah. “Dan selama ia bekerja 2,5 tahun di

malasyia, ia hanya mengirimkan uang sebanyak 2 kali.

Pertama sebesar Rp. 1.450.000,- dan ke dua sebesar Rp.

5.480.000,- uang tersebut dikirm oleh majikannya.

Sedangkan kata anak saya, ia digaji perbulan sebesar RM

500. kalo melihat gajinya tentu pembayaran gajinya

belum lunas,” lanjutnya.

Melihat kondisi anaknya yang bagi Mungawanah tidak

wajar, ia mengadukan kasus anaknya tersebut ke

komunitas buruh migran yang ada di desanya. Komunitas

tersebut adalah Forum Warga Buruh Migran Danasri yang

di ketua oleh Robi'ah.

“Kondisi Tusriyati memang memprihatinkan. Fisiknya

terlihat kurus kering. Perutnya membesar seperti

terkena penyakit busung lapar. Beberapa waktu yang

lalu sudah dibawa kerumah sakit dan kata dokter sudah

bisa dibawa pulang. Namun nyatanya sampai saat ini

belum juga sembuh,” Ungkap Robiah, Ketua forum

Warga Buruh Migran Desa Danasri.

Robiah dan Mungawanah akhirnya mengadukan kasus

tersebut ke pemerintah daerah kabupaten Cilacap

melalui Dinsosnakertrans kabupaten Cilacap dan juga ke

kantor Pos Pelayanan Penempatan Dan Perlindungan

TKI (P4TKI) di Cilacap. “Berkas kasusnya sudah saya

masukan, mudah-mudahan segera ditindaklanjuti.

Tuntutannya ada dua, yakni tuntutan hak gaji dan

bantuan pengobatan yang lebih baik,” Jelas Robiah

-----------------------------------***---------------------------------------

KRONOLOGI:

Cilacap - Malaysia memang menyisakan banyak kasus

buruh migran yang pulang dalam kondisi sakit dan gaji

tidak dibayarkan secara penuh. Setelah tahun 2010 lalu

Suniyati, warga Desa Kutasari, Kecamatan Cipari pulang

dalam kondisi fisik kurus kering, kini hal itu menimpa

Tusriyati, warga Desa Danasri, Kecamatan Nusawungu,

Kabupaten Cilacap. Gajinya tidak dibayarkan penuh,

tubuhnya kurus kering, tangan dan kakinya melepuh

karena alergi sabun.

Page 13: WARTA BURUH MIGRAN EDISI MARET 2012

Halaman 13 | Warta Buruh Migran | Maret 2012

Berikut kronologi kasus Tusriyati

Tusriyati bekerja di Malaysia selama 2,5 tahun. Ia berangkat

Juli 2009 melalui PT. Nuraini Indah Perkasa cabang Cilacap.

Setelah kontrak selesai, tanpa pulang terlebih dahulu,

majikan langsung menguruskan perpanjang kontrak tanpa

melalui agen yang dulu menyalurkannya.

Tugas pokok Tusriyati di rumah majikan adalah bersih-

bersih rumah. Akan tetapi jika orang tua dari majikan harus

berobat ke Singapura Tusriyati juga diajak.

Selama bekerja di kontrak pertama, Tusriyati pernah

mengirimkan uang sebanyak 2 kali, pertama sebesar Rp.

1.450.000,- dan ke dua sebesar Rp. 5.480.000,- uang

tersebut dikirim setelah potongan gaji selama 6 bulan

selesai dengan gaji perbulan RM 500.

Setelah perpanjangan kontrak, seperti biasa gaji Tusriyati

dititipkan ke majikan, jika membutuhkan sesuatu seperti

kebutuhan perempuan, baju yang sederhana Tusriyati

menyampaikan ke majikan dan majikan akan membelikan

dengan menggunakan uang gajinya, selebihnya Tusriyati

tidak berani meminta gajinya sendiri.

Saat 2 bulan terakhir sebelum pulang ke Indonesia,

Tusriyati mengalami alergi kulit yang cukup parah hingga

menimbulkan luka seperti luka bakar (melepuh dan

gosong) pada kaki dan tangannya yang di akibatkan dari

sabun yang selalu berganti-ganti.

Selama kejadian itu, majikan sudah membawa

Tusriyah ke dokter dan membelikan salep, akan

tetapi sakitnya tak kunjung sembuh, hingga

akhirnya Tusriyah memutuskan untuk pulang ke

Indonesia.

Tanggal 1 Maret majikan memulangkan Tusriyah

dengan kondisi yang sangat kurus seperti tidak

mendapatkan makan yang cukup dan kaki dan serta

tangan melepuh.

Tusriyati dipulangkan menggunakan kapal laut

melewati Batam, setelah dari Batam naik pesawat

ke Jogja. Majikan hanya memberikan uang sebesar

Rp. 3.000.000,- (tiga juta rupiah) dan uang Malaysia

RM 2400. Tanggal 04 Maret 2012 Tusriyati sampai

di rumahnya. [ ]

13 | Jejak Kasus

Asharoh, Pegiat Pusat

Teknologi Komunitas Rumah

Internet TKI (PTK Mahnettik)

Cilacap

13 | Jejak Kasus

TKI Banten Meninggal Kecelakaan

di Arab SaudiOleh: Braja Musti

Rahman bin Sapra menyebrang jalan untuk membeli cat

(karena dia bekerja di sebuah industri dekorasi di Arab Saudi).

Sehabis membeli cat dia menyebrang jalan dan manggul cat.

Sementara dari arah atas jembatan dia tidak melihat ada mobil

dengan kecepatan tinggi. Dia tertabrak berdua bersama

temannya asal Sudan. Rahman bin Sapra tertabrak dan

terpental sekitar 5 meter hingga meninggal dunia.

Sesaat setelah kejadian rekan-rekan Rahman bin Sapra tidak

dapat mengadukan ke KJRI Jeddah karena kejadian bertepatan

dengan hari Kamis. Jenazah akhirnya dimakamkan di Arab Saudi

(14/03/12) pada pukul 14:00 waktu setempat. Jamil selaku

relawan komunitas TKI di Jeddah, Arab Saudi menyampaikan

almarhum Rahman Bin Sapra sudah resmi dikebumikan di

tempat pemakaman umum Maqbarah Harakat, di daerah

Albruk Alruqama kilometer 14, Jeddah Arab Saudi.

Rahman bin Sapra, Tenaga Kerja Indonesia asal

Kampung Kedung Kuali, RT/RW 009/003, Kelurahan

Bendung, Kecamatan Tanara, Kabupaten Serang,

Provinsi Banten, meninggal karena tertabrak mobil

di sebuah jalan di Arab Saudi (08/03/12).

Kecelakaan terjadi di jalan Sari Sitin, jembatan

Garnata Al Makaronah Ajijiah, Jeddah, Arab Saudi

pada pukul 12.00 waktu setempat.. Ia

diberangkatkan melalui sebuah perusahaan

perjalanan umroh bernama Al-Hikmah di Serpong

Tangerang melalui calo bernama H. Komar.

Page 14: WARTA BURUH MIGRAN EDISI MARET 2012

Halaman 14 | Warta Buruh Migran | Maret 2012

ata Cara

Mengurus Asuransi TKI (2)

Berikut lanjutan informasi pada WBM edisi Februari 2012 mengenai daftar kebutuhan dokuman yang harus dipenuhi untuk pengurusan klaim sesuai kategori perkara yang akan dipertanggungkan, antara lain:

Dokumen untuk Mengurus Kasus TKI Gagal berangkat bukan karena kesalahan calon TKI1. Surat keterangan dari BP3TKI setempat; dan2 Perjanjian kerja;3. Perjanjian penempatan;

Dokumen untuk Mengurus Kasus TKI Kekerasan Fisik, Psikis atau seksual1. Surat visum dari dokter rumah sakit;2. Surat keterangan dari kepolisian setempat; dan3. Rincian biaya pengobatan dan perawatan dari rumah sakit;4. Surat keterangan dari Perwakilan RI di Negara penempatan;

Dokumen untuk Mengurus Kasus TKI PHK Sebelum Berakhirnya Kontrak Kerja1. Perjanjian kerja;2. Perjanjian penempatan;3. Surat keterangan PHK dari pengguna; dan/atau Surat keterangan dari Perwakilan RI di Negara penempatan;

Dokumen untuk Mengurus Kasus TKI Gaji Tidak Dibayar1. Perjanjian kerja; dan/atau2. Surat keterangan dari Perwakilan RI di Negara penempatan;3. Dokumen Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dari Petugas Gedung Pendataan Kepulangan (GPK) di bandara

Dokumen untuk Mengurus Kasus Pemulangan TKI Bermasalah1. Surat keterangan dari Perwakilan RI di Negara penempatan;2. Dokumen Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dari Petugas Gedung Pendataan Kepulangan (GPK) di Bandara

Dokumen untuk Mengurus Kasus TKI Hilangnya Akal atau Depresi Berat1. Medical report atau visum dari rumah sakit Negara penempatan; dan/atau2. Surat keterangan dari Perwakilan RI di Negara penempatan;3. Dokumen Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dari Petugas Gedung Pendataan Kepulangan (GPK) di Bandara

Dokumen untuk Mengurus Kasus TKI

Dipindahkan ke Tempat Kerja/Tempat Lain

Tanpa Kehendak TKI

1. Surat keterangan dari perwakilan RI di

Negara penempatan.

Dokumen untuk Mengurus Kasus TKI yang

Mengalami Tindakkan Kekerasan Fisik, Psikis,

atau Seksual.

1. Surat visum dari dokter

2. Surat keterangan dari Perwakilan RI di

Negara Penempatan;3. Dokumen Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dari Petugas Gedung Pendataan Kepulangan (GPK) di Bandara

14 | Panduan

T

Page 15: WARTA BURUH MIGRAN EDISI MARET 2012

Halaman 15 | Warta Buruh Migran | Maret 2012

Dokumen lampiran untuk mengurus asuransi TKI purna penempatan berbeda dengan mengurus asuransi pra dan saat penempatan. perbedaan lampirannya meliputi:Kasus Meninggal Dunia.

1. Surat keterangan kematian dari rumah sakit;2. Surat keterangan dari kepolisian setempat apabila meninggal karena kecelakaan;3. Laporan kesehatan (medical report) atau visum dari rumah sakit atau puskesmas; atau4. Surat keterangan dari kepala desa atau lurah setempat;

Kasus TKI Sakit

1. Surat keterangan dari rumah sakit atau puskesmas; dan2. Rincian biaya pengobatan dan perawatan dari rumah sakit atau puskesmas;

Kasus Kecelakaan yang Mengakibatkan Cacat

1. Surat keterangan dari rumah sakit atau puskesmas;2. Surat keterangan dari kepolisian setempat; 3. Rincian biaya pengobatan dan perawatan dari rumah sakit atau puskesmas.

Terkait kasus kerugian atas tindakan pihak lain selama perjalanan pulang ke daerah asal, pengurusan klaim asuransi harus melampirkan surat keterangan dari kepolisian setempat. Pengurusan klaim asuransi penempatan yang pulang ke Indonesia pastikan persoalan BMI tercatat dengan rinci saat dibuatkan berita Acara Pemeriksaan (BAP) dari Petugas Gedung Pendataan Kepulangan (GPK) di Bandara.

16 | Panduan

17 | Panduan

Trik Mengindari Pemerasan TKI di

Terminal 4 Bandara Soekarno-Hatta

Kisah dan keluh kesah TKI yang menjadi korban

pemerasan tetap saja hadir meski nama terminal 4

telah diubah menjadi Gedung Pendataan Kepulangan

Tenaga Kerja Indonesia (GPKTKI). Kondisi ini membuat

beberapa TKI melakukan pelbagai cara untuk

menghindari terminal 4. Hal ini memang berisiko,

karena kepulangan TKI yang bersangkutan tidak akan

terdata dalam berita acara petugas BNP2TKI di

Bandara. Namun menghindari terminal 4 tetap

menjadi pilihan bagi mereka yang trauma atas

serangkaian aksi pemerasan yang dilakukan petigan

bandara.

Berikut beberapa trik yang pernah dilakukan

para TKI untuk menghindari terminal 4:

1. Beli tiket pesawat yang tidak melalui bandara

Soekarno-Hatta. Misalnya, BMI di Hong Kong,

Korea, Taiwan, Singapura, bisa membeli tiket

tujuan Kuala Lumpur, Malaysia terlebih dalulu.

Sesampai di Bandara Kuala Lumpur, carilah tiket

pesawat menuju bandara selain Soekarno-Hatta,

seperti Medan, Aceh, Padang, Pekanbaru,

Yogyakarta, Solo, Surabaya, Lombok. Rute

penerbangan tersebut tersedia setiap harinya.

Jangan lupa, sebelum pulang pastikan jadwal

tiket pesawat anda benar.

Page 16: WARTA BURUH MIGRAN EDISI MARET 2012

Halaman 16 | Warta Buruh Migran | Maret 2012

2. Jika dirasa tidak mungkin menghindari bandara

Soeta, misalkan karena terlanjur dibelikan tiket oleh

majikan. Segera saja membeli tiket terusan ke daerah

tujuan dengan uang pribadi dengan meminta bantuan

kerabat atau membeli secara online.

3. Mengikuti cara Ani, BMI asal Jawa Timur. Ia

meyakinkan petugas dengan penampilannya yang

sederhana (tidak mencolok). Penampilan memang

penting, banyak orang menilai penampilan seseorang

adalah cerminan pribadi. Oleh karena itu, demi

menghindari pintu terminal 4 bandara Soeta tak ada

salahnya menghidari ciri-ciri penampilan yang selama

ini melekat pada BMI.

Bagi BMI yang pulang bermasalah (karena kasus), misal

sakit, diputus kontrak, penyiksaan, dan lain-lain, tidak

disarankan menghindari terminal 4. Hal ini dikarenakan

BMI bermasalah membutuhkan berita acara kepulangan

dari petugas BNP2TKI di Bandara untuk keberlanjutan

penanganan kasus.

Beberapa tips bagi yang terpaksa harus masuk ke

terminal 4 Bandara Soekarno-Hatta, antara lain:

1. Pastikan penampilan anda tenang, tidak terlihat

bingung, dan cemas.

2. Pastikan anda membawa peralatan dokumentasi

dan terletak di saku yang mudah dijangkau.

Apabila anda melihat gelagat petugas yang akan

meminta uang, segera gunakan peralatan

dokumentasi baik dari HP, recorder, atau kamera

dijital untuk mendokumentasikan aksi pemerasan

yang dilakukan petugas kepada Anda.

3. Apabila petugas meminta uang, tanyakan mana

peraturan resminya?, adakah kwitansinya?

4. Saat dibuatkan berita acara kepulangan, pastikan

petugas mencatat masalah anda dengan rinci,

misal gaji tidak dibayar, selama berapa bulan

harus disebutkan.

18 | Panduan

Jejaring Media Sosial,

Hanyalah Alat.

Anda yang Mampu

Menjadikannya Bernilai Guna Lebih.

Sebagai Media Menyebarkan Infomasi,

Berjejaring, dan Saling Bertukar

Pengetahuan.

-Pesan layanan masyarakat ini dipersembahkan oleh

Redaksi Pusat Sumber Daya Buruh Migran.-