Top Banner

of 83

Warda Nabiela Fkik

Feb 17, 2018

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    1/83

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    FORMULASI EMULSI TIPE M/A

    MINYAK BIJI JINTEN HITAM (Nigella sativa L.)

    SKRIPSI

    WARDA NABIELANIM. 109102000001

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANPROGRAM STUDI FARMASI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTAJULI 2013/1434 H

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    2/83

    ii

    UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

    FORMULASI EMULSI TIPE M/A

    MINYAK BIJI JINTEN HITAM (Nigella sativa L.)

    SKRIPSIDiajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

    WARDA NABIELANIM. 109102000001

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANPROGRAM STUDI FARMASI

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTAJULI 2013/1434 H

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    3/83

    iii

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

    Skripsi ini adalah hasil karya sendiri,

    dan semua sumber yang dikutip maupun dirujuk

    telah saya nyatakan dengan benar.

    Nama : Warda Nabiela

    NIM : 109102000001

    Tanda Tangan :

    Tanggal : 30 Juli 2013

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    4/83

    iv

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Nama : Warda Nabiela

    NIM : 109102000001

    Program Studi : Farmasi

    Judul : Formulasi Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella

    sativa L.)

    Menyetujui,

    Pembimbing I

    Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt

    NIP : 19831028 200901 2 008

    Pembimbing II

    Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt

    NIP : 19750104 200912 2 001

    Mengetahui,

    Kepala Program Studi Farmasi

    Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

    Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

    Drs. Umar Mansur, M.Sc

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    5/83

    v

    HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

    Skripsi ini diajukan oleh :

    Nama : Warda NabielaNIM : 109102000001

    Program Studi : FarmasiJudul : Formulasi Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella

    sativa L.)

    Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

    sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

    Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

    Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

    DEWAN PENGUJI

    Pembimbing I : Yuni Anggraeni,M.Farm.,Apt ( )

    Pembimbing II : Ofa Suzanti Betha,M.Si.,Apt ( )

    Penguji I : Sabrina,M.Farm.,Apt ( )

    Penguji II : Nelly Suryani,P.hD.,Apt ( )

    Ditetapkan di : Ciputat

    Tanggal : 30 Juli 2013

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    6/83

    vi

    ABSTRAK

    Nama : Warda NabielaProgram Studi : Farmasi

    Judul : Formulasi Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella

    sativa L.)

    Minyak biji jinten hitam (Nigella sativa L.) merupakan salah satu herbal yang

    berpotensi memiliki sejumlah aktivitas farmakologis. Penelitian ini bertujuan

    untuk memformulasi minyak biji jinten hitam ke dalam bentuk sediaan emulsi tipe

    M/A dan mengkarakterisasi sifat fisika-kimianya. Emulsi dibuat dalam 3 formulayaitu F1, F2 dan F3 dengan memvariasikan konsentrasi tragakan sebanyak 1%,

    1,5% dan 2%. Formula emulsi F1, F2 dan F3 setelah 21 hari penyimpananmemiliki karakteristik berwarna krem kekuningan, tidak terjadi creaming dan

    pemisahan fase setelah uji sentrifugasi. Hasil karakteristik lainnya yaitu ukurandiameter globul yang sedikit meningkat berturut-turut 15,32 m, 14,74 m dan

    3,50 m. pH sediaan berturut-turut 5,064, 4,455 dan 4,715. Viskositas berturut-

    turut 160 cps, 450 cps dan 930 cps. Ukuran diameter globul setelah cycling test

    yang sedikit meningkat berturut-turut 18,60 m, 6,28 m dan 3,67 m.

    Kata Kunci : emulsi tipe M/A, minyak biji jinten hitam, tragakan.

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    7/83

    vii

    ABSTRACT

    Name : Warda Nabiela

    Program Study : PharmacyTitle : Formulation of O/W Emulsion Black Cumin Seed Oil (Nigella

    sativa L.)

    Black cumin seed oil (Nigella sativa L.) is one of herbal medicine that have great

    pharmacological activities. The objective of this research were to formulated

    black cumin seed oil as O/W emulsion and characterized their chemical-physic

    properties. Emulsions were formulated in three formulas termed F1, F2 dan F3 by

    varying the concentration of tragacanth as emulsifier as much as 1%, 1,5% and2%. After 21 days of storage, emulsions F1, F2 dan F3 has characterization with

    yellowish-creams colour, no creaming occured and phase separation aftercentrifugation test. Other characterization respectively with globules diameter

    slightly increased were 15,32 m, 14,74 mdan 3,50 m. pH were 5,064, 4,455dan 4,715. Viscosity were 160 cps, 450 cps dan 930 cps. Globules diameter

    slighlty increased were 18,60 m, 6,28 m dan 3,67 m.

    Key word : O/W emulsion, black cumin seed oil, tragacanth.

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    8/83

    viii

    KATA PENGANTAR

    Bismillahirahmaanirrahiim

    Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas segala

    rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan

    penyusunan skripsi dengan judul Formulasi Emulsi Tipe M/A Minyak Biji

    Jinten Hitam (Nigella sativa L.). Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat

    untuk menyelesaikan program pendidikan tingkat Strata 1 (S1) pada Program

    Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas IslamNegeri (UIN) Syarif Hidayatulah Jakarta.

    Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan

    terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

    1. Ibu Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt dan Ibu Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt.

    Selaku pembimbing yang telah memberikan waktu, tenaga, pikiran,

    bimbingan serta motivasi kepada penulis selama penelitian.

    2. Prof.DR (hc). Dr. M. K Tadjudin, Sp. And. Selaku dekan Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

    Hidayatulah Jakarta.

    3. Drs. Umar Mansur, M.Sc. Selaku ketua Program Studi Farmasi Fakultas

    Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

    Hidayatulah Jakarta.

    4. Dosen-dosen, staff, karyawan Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran

    dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatulah

    Jakarta serta karyawan Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

    Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatulah Jakarta.

    5. Ka Eris, Ka Lisna, Ka Tiwi, Ka Rani, Ka Liken, Ka Yopi, Ka Rahmadi

    yang telah memberi bantuan kepada penulis pada saat penelitian di

    kampus.

    6. Papa Drs. H. Zainal Arifin, dan Mama Dra. Hj. Abdatul Azizah. Selaku

    orang tuaku dan adik-adikku tercinta Tara, Kevin, Beri, Intan dan Fella

    serta keluarga besar yang senantiasa memberi support mulai dari moriil

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    9/83

    ix

    dan materil, serta tak lupa doa yang selalu dipanjatkan dalam setiap

    langkah yang penulis lakukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

    7. Sahabat-sahabat tersayang. Fauziah Utami, Nadya Zahrayny, Indah Fadlul,

    Qaffah Silma, Widya Larasati, Alfrida Tatsa, Muhammad Arif, Agung

    Priyanto. Terima kasih untuk tambahan ilmu, semangat, motivasi, canda

    tawa dan kasih sayang selama ini.

    8. Sahabat-sahabatku tersayang juga, Hissi Fitriyah, Maulida Putri Ahdaini,

    Chairunnisa, Mutia Sari Wardana, Dina Permata Wijaya, Nurul Fitrializa,

    Risda Yulianti. Terima kasih juga atas tambahan ilmu, semangat, canda

    tawa dan persahabatan dekat yang telah kita lewati.

    9.

    Teman-teman seperjuangan jurusan Farmasi angkatan 2009 kelas A dan B.

    Terima kasih atas kebersamaan kita dari awal masuk sampai akhir ini,

    semoga silaturahmi kita bisa tetap terus terjaga, karena kita adalah

    keluarga.

    10.Adik-adik jurusan Farmasi angkatan 2010 dan 2012 (khusunya Meta,

    Adina, Auva, Lele, Biella, Yeyet, Dwiki, Monic, Fio, Henni, Eko, Fattah,

    Nita, Rika). Terima kasih juga untuk semangat dan doa serta partisipasi

    kalian.

    11.Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang turut

    membantu menyelesaikan skripsi.

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak

    kekurangan, oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima segala saran

    dan kritik.

    Semoga kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dicatat sebagai

    amal ibadah dan dibalas oleh Allah SWT dan penulis berharap semogapenelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan dalam pengembangan

    ilmu pengetahuan. Aamiin.

    Ciputat, 30 Juli 2013

    Penulis

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    10/83

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    11/83

    xi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ........................................................................................ ii

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. iii

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iv

    HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v

    ABSTRAK ........................................................................................................ vi

    ABSTRACT ..................................................................................................... vii

    KATA PENGANTAR ......................................................................................viii

    HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ................... x

    DAFTAR ISI .................................................................................................... xiDAFTAR GAMBAR ........................................................................................xiii

    DAFTAR TABEL ............................................................................................xiv

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv

    BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................. 11.1Latar Belakang ................................................................................ 1

    1.2Batasan Masalah ............................................................................. 2

    1.3Identifikasi Masalah......................................................................... 3

    1.4Tujuan Penelitian ............................................................................. 3

    1.5

    Kegunaan Penelitian ........................................................................ 3

    BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 4

    2.1Tanaman Jinten Hitam (Nigella sativa L.) ........................................ 42.2Emulsi ............................................................................................. 8

    2.3Komponen Pembentuk Emulsi ......................................................... 122.4Evaluasi Sediaan Emulsi .................................................................. 13

    2.5Stabilitas Sediaan Emulsi ................................................................. 13

    BAB 3 METODE PENELITIAN .................................................................... 15

    3.1Waktu dan Tempat Penelitian .......................................................... 15

    3.2

    Alat ................................................................................................. 153.3Bahan .............................................................................................. 15

    3.4Prosedur Penelitian .......................................................................... 15

    3.4.1 Penyiapan Bahan .................................................................... 15

    3.4.2 Uji Pendahuluan Formula Basis Emulsi .................................. 16

    3.4.3 Formulasi Emulsi dengan Emulgator Tragakan ....................... 17

    3.5Evaluasi Sediaan Emulsi .................................................................. 18

    3.6Alur Penelitian ................................................................................ 21

    BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 22

    4.1Prosedur Pembuatan Emulsi ............................................................ 224.2

    Evaluasi Sediaan Emulsi .................................................................. 24

    Halaman

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    12/83

    xii

    BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 33

    5.1Kesimpulan ..................................................................................... 335.2Saran ............................................................................................... 34

    DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 35LAMPIRAN ..................................................................................................... 40

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    13/83

    xiii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Tanaman Jinten Hitam (Nigella sativa L.) ......................................... 4Gambar 2. Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.) ................................................. 5

    Gambar 2. Hubungan antara pH dengan waktu penyimpanan ............................. 26

    Gambar 3. Hubungan antara viskositas dengan waktu penyimpanan .................. 28

    Gambar 4. Skema ilustrasi pembentukan koalesen dalam emulsi ........................ 29

    Gambar 5. Hubungan antara uk.diameter globul dengan waktu penyimpanan..... 30

    Gambar 6. Hubungan antara uk.diameter globul hasil cycling test ...................... 32

    Halaman

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    14/83

    xiv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Komposisi Kimia Biji Jinten Hitam ................................................... 6Tabel 2.2 Komposisi Kimia Minyak Biji Jinten Hitam ....................................... 6

    Tabel 2.3 Sumber Hidrokoloid Penting .............................................................. 11

    Tabel 3.1 Formulasi Basis Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam ............. 16

    Tabel 3.2 Formulasi Sediaan Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam.......... 18

    Tabel 4.1 Hasil Formula Basis Emulsi ............................................................... 22

    Tabel 4.2 Hasil Pengukuran pH Emulsi .............................................................. 25

    Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Viskositas Emulsi .................................................. 26

    Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Diameter Globul Rata-Rata .................................... 28

    Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Uji Volume Creaming Emulsi ............................... 30

    Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Cycling test Emulsi ................................................ 31

    Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Diameter Globul Rata-Rata Hasil Cycling test ........ 31

    Halaman

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    15/83

    xv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1. Gambar minyak biji jinten hitam .................................................. 42

    Lampiran 2. Gambar alat yang digunakan dalam penelitian ............................. 42

    Lampiran 3. Gambar hasil uji volume creaming selama 21 hari........................ 44

    Lampiran 4. Gambar hasil uji pendahuluan formula basis emulsi hari ke-0 ...... 45

    Lampiran 5. Gambar hasil uji pendahuluan formula basis emulsi hari ke-3 ...... 47

    Lampiran 6. Gambar formula basis emulsi dengan emulgator tragakan ........... 49

    Lampiran 7. Gambar ukuran diameter globul formula emulsi ........................... 49

    Lampiran 8. Gambar hasil uji sentrifugasi formula emulsi ................................ 50

    Lampiran 9. Hasil reogram formula emulsi pada hari ke-0 ............................... 51

    Lampiran 10. Hasil pengamatan organoleptis formula emulsi............................. 52

    Lampiran 11. Hasil pengukuran pH formula emulsi ........................................... 52Lampiran 12. Hasil uji sentrifugasi formula emulsi ............................................ 53

    Lampiran 13. Hasil cycling test formula emulsi .................................................. 53

    Lampiran 14. Hasil pengukuran viskositas formula emulsi pada hari ke-0 .......... 54Lampiran 15. Hasil pengukuran viskositas formula emulsi pada hari ke-21 ........ 55

    Lampiran 16. Hasil uji volume creaming formula emulsi ................................... 56Lampiran 17. Perhitungan diameter globul formula 1 selama 21 hari ................. 57

    Lampiran 18. Perhitungan diameter globul formula 2 selama 21 hari ................. 59Lampiran 19. Perhitungan diameter globul formula 3 selama 21 hari ................. 61

    Lampiran 20. Perhitungan diameter globul formula 1 hasil cycling test .............. 63Lampiran 21. Perhitungan diameter globul formula 2 hasil cycling test .............. 64

    Lampiran 22. Perhitungan diameter globul formula 3 hasil cycling test .............. 65Lampiran 23. Sertifikat analisis pengujian minyak biji jinten hitam .................... 66Lampiran 24. Sertifikat analisis tragakan............................................................ 67

    Halaman

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    16/83

    1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Tumbuhan merupakan salah satu sumber bahan alam yang memproduksi

    komponen kimia di dalamnya dan menurut 92% survey konsumen menyatakan

    bahwa produk bahan alam tersebut dipercaya sebagai obat, aman, dan tidak

    menimbulkan efek samping. Tanaman yang berfungsi sebagai pengobatan

    tersebut dapat disebut juga dengan herbal medicine (Dubick, 1986). Biji jinten

    hitam (Nigella sativa L.Seed) atau yang lebih dikenal dengan habbatussauda

    merupakan salah satu herbal medicine yang sampai saat ini banyak dimanfaatkan

    oleh masyarakat luas. Pada zaman dahulu, biji jinten hitam pun telah digunakan

    sebagai pengobatan tradisional untuk sejumlah penyakit dan bumbu masakan

    terutama oleh masyarakat di Timur Tengah dan Asia Barat (Badan Penelitian dan

    Pengembangan Pertanian, 2009; Paarakh, 2010).

    Dalam hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Bukhori Muslim,

    Rasulullah bersabda: Hendaklah kalian mengkonsumsi jenis habbat al-sauda,

    karena di dalamnya terkandung khasiat penyembuhan semua penyakit, kecuali

    penyakit mati (al-sam). Penggunaan empiris dalam bidang farmasi yang

    diketahui dari biji tanaman ini sangat banyak sekali ditunjang oleh adanya hadits

    di atas. Salah satu komponen biji jinten jitam yang dapat digunakan sebagai bahan

    aktif dalam sediaan adalah minyaknya. Adapun efek farmakologis dari minyak

    biji jinten hitam antara lain sebagai antiinflamasi, analgesik, antioksidan,

    antibakteri, hipertensi, diabetes, antikanker serta meningkatkan sistem kekebalantubuh (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2009; Gali, 2006; Sultan,

    2009). Oleh karena itu, minyak biji jinten hitam memiliki potensi yang besar

    sebagai salah satu sumber nutrasetika yang sangat bermanfaat bagi tubuh.

    Pemanfaatan minyak biji jinten hitam dalam pengobatan pada umumnya

    berupa sediaan minyak yang dikemas langsung dalam botol, minyak yang

    dimasukan dalam soft kapsul, ataupun serbuk kering yang dicampur madu,

    minyak zaitun dan sari kurma. Seiring dengan berkembangnya penelitian-

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    17/83

    2

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    penelitian yang membahas minyak biji jinten hitam dan manfaatnya bagi

    kesehatan, maka semakin banyak pula masyarakat yang tertarik untuk mencoba

    mengonsumsi minyak ini baik sebagai obat maupun sebagai suplemen untuk

    menjaga ketahanan tubuh.

    Rasa berminyak dari biji jinten hitam inilah yang merupakan salah satu

    hambatan masyarakat dalam mengonsumsinya. Meskipun berkhasiat, banyak

    orang yang enggan mengonsumsi minyak biji jinten hitam secara langsung. Salah

    satu cara untuk mengatasi hal ini, minyak biji jinten hitam dibuat menjadi sediaan

    emulsi. Emulsi merupakan suatu sistem sediaan heterogen yang terdiri atas dua

    cairan yang tidak menyatu (dideskripsikan sebagai minyak dan air), di mana salah

    satu fase terdispersinya (globul) sebagai tetesan seragam di dalam fase lainnya.

    Terdapat dua tipe emulsi yaitu tipe minyak dalam air (M/A) dan air dalam minyak

    (A/M) (Effionora, 2012). Untuk menstabilkan atau menyatukan emulsi tersebut

    perlu ditambahkan emulgator. Emulgator tersebut mengelilingi tetesan fase dalam

    sebagai suatu lapisan tipis yang diadsorpsi pada permukaan dari fase terdispersi.

    Lapisan tersebut mencegah terjadinya kontak atau berkumpulnya kembali globul

    atau fase terdispersi, sehingga kestabilan emulsi terjaga. Penggunaan emulsi tipe

    M/A merupakan suatu cara pemberian sediaan oral yang dapat dengan mudah

    diterima untuk zat dalam bentuk cairan-cairan yang tidak larut dalam air, seperti

    minyak biji jinten hitam (Suryani, Sailah, dan Hambali, 2002).

    Dalam penelitian ini digunakan tragakan sebagai bahan emulgator.

    Tragakan biasanya berdampak pada stabilitas emulsi dengan meningkatkan sifat

    fisik atau viskositas dari fase luar, memperpanjang shelf-life dan mencegah

    terjadinya flokulasi, koalesen dan creaming (Samavati, et al., 2012). Dengan

    demikian perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh penggunaan tragakandalam variasi konsentrasi yang dapat menghasilkan emulsi tipe M/A yang

    memenuhi persyaratan.

    1.2 Batasan Masalah

    Dalam formulasi sediaan emulsi tipe M/A minyak biji jinten hitam ini,

    masalah dibatasi pada formulasi dan evaluasi stabilitas fisik sediaan emulsi

    minyak biji jinten hitamnya saja.

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    18/83

    3

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    1.3 Identifikasi Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka dapat

    diidentifikasi masalah sebagai berikut:

    a.

    Apakah minyak biji jinten hitam dapat dibuat menjadi sediaan emulsi tipe

    M/A yang baik dan stabil?

    b. Bagaimana karakteristik sediaan emulsi M/A tipe minyak biji jinten

    hitam?

    1.4 Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan untuk memformulasi emulsi tipe M/A minyak biji

    jinten hitam (Nigella sativa L.) dengan menggunakan emulgator yang sesuai

    sehingga stabil secara fisik selama jangka waktu penyimpanan tertentu.

    1.5 Kegunaan Penelitian

    Penelitian diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pemanfaatan

    potensi minyak biji jinten hitam yang dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif

    usaha pengembangan produk yang praktis untuk dikonsumsi, yakni berupa emulsi

    tipe M/A, serta diharapkan dapat memberikan informasi mengenai formulasi

    emulsi tipe M/A minyak biji jinten hitam dengan menggunakan variasi

    konsentrasi emulgator.

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    19/83

    4 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Tanaman Jinten Hitam (Nigella sativa L.)

    2.1.1 Klasifikasi Tanaman Jinten Hitam (Nigella sativa L.)

    Berdasarkan ilmu taksonomi, klasifikasi tanaman jinten hitam adalah

    sebagai berikut (Hutapea, 1994):

    Kingdom : Plantae

    Divisio : Spermatophyta

    Subdivisi : Angiospermae

    Class : Dicotyledoneae

    Ordo : Ranunculales

    Famili : Ranunculaceae

    Genus : Nigella

    Species : Nigella sativa Linn.

    2.1.2

    Deskripsi Tanaman Jinten Hitam (Nigella sativa L.)

    Nama lain dari Nigella sativa L. ini adalah jinten hitam pahit (Indonesia),

    black cumin (Inggris), kalvanji (Urdu) atau habbatussauda (Arab Saudi)

    (Randhawa, 2008). Tumbuhan ini dapat tumbuh mencapai tinggi 20-30 cm

    dengan daun hijau lonjong, ujung dan pangkal runcing, tepi beringgit dan

    pertulangan menyirip. Bunganya majemuk, bentuk karang, kepala sari berwarna

    biru sampai putih dengan 5-10 kelopak bunga dalam satu batang pohon (Hutapea,

    1994).

    [sumber:Balakrishnan, B. R dan Gupta, Paras, 2011, telah diolah kembali]

    Gambar 2.1Tanaman Jinten Hitam (Nigella sativa L.)

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    20/83

    5

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    2.1.3 Deskripsi Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.)

    Biji Jinten Hitam agak keras berbentuk limas ganda dengan kedua

    ujungnya meruncing, limas yang satu lebih pendek dari yang lain, bersudut 3

    sampai 4, panjang 1,5 mm sampai 2 mm. Lebar kurang lebih 1 mm. Permukaan

    luar biji berwarna hitam kecokelatan, berbintik-bintik, kasar dan berkerut,

    terkadang dengan beberapa rusuk membujur atau melintang. Pada penampang

    melintang biji akan terlihat kulit biji berwarna cokelat kehitaman sampai hitam

    (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979).

    [sumber:Balakrishnan, B. R dan Gupta, Paras, 2011, telah diolah kembali]

    Gambar 2.2Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.)

    2.1.4 Cara Ekstraksi Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.)

    Minyak biji jinten hitam (Nigella sativa L.) umumnya diekstraksi dengan

    menggunakan teknik pelarut seperti yang digambarkan pada penelitian Nickavar,

    et al., (2003), menggunakan pelarut petroleum eter selama 4 jam dalam sokhlet.

    Ekstrak kemudian dikonsentrasikan di bawah tekanan yang rendah. Selanjutnya

    dilarutkan kembali dalam petroleum eter dan ditambahkan larutan metanol-KOH

    2M. Campuran dikocok selama 2 menit kemudian didiamkan selama 10 menit.

    Lapisan paling atas merupakan minyak biji jinten sehingga dapat diambil dan

    dicuci dengan air hingga bebas dari pelarut.

    Kemudian metode ekstraksi yang dikemukakan oleh Ramadhan dan

    Moersel (2002), biji jinten hitam diekstraksi dengan dua pelarut yang berbeda, n-

    heksana dan campuran antara kloroform dan methanol (2:1,v/v).

    Metode terbaru dalam mengekstraksi minyak biji jinten hitam dilakukan

    dengan metode cold-pressing. Pada metode tersebut simplisia tidak mendapatkan

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    21/83

    6

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    perlakuan panas maupun penambahan pelarut. Sehingga minyak biji jinten hitam

    hasil cold-pressing tidak memerlukan proses pemurnian dan juga memungkinkan

    untuk memperoleh kandungan fitokimia lipofilik dalam kadar tinggi, termasuk di

    dalamnya antioksidan alam dan turunan timoquinonnya (Lutterodt, et al., 2010).

    2.1.5 Komponen Kimia Biji dan Minyak Jinten Hitam (Nigella sativa L.)

    Komposisi senyawa biji jinten hitam akan bervariasi sesuai dengan

    distribusi geografi, waktu pemanenan biji dan cara pemanenannya (Sultan, 2009).

    Tabel 2.1 Komposisi Kimia Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.)

    Secara Umum

    Komposisi Rentang dalam % (w/w)

    Minyak 31-35,5

    Karbohidrat 16-19,9

    Protein 33-34

    Serat 4,5-6,5

    Abu 3,7-7

    Saponin 0,013

    Air 5-7

    [Sumber: El-Din, El-Tahir dan Bakeet, 2006, telah diolah kembali]

    Tabel 2.2 Komposisi Kimia Minyak biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.)

    Secara Umum

    Komposisi Rentang dalam % (w/w)

    Asam Linoleat 55,6

    Asam Oleat 23,4

    Asam Palmitat 12,5

    Asam Stearat 3,4

    Asam Eikosadinat 3,1

    Asam Laurat 0,6

    Asam Miristat 0,5

    Asam Linolenik 0,4

    [Sumber: Nickavar, et al., 2003, telah diolah kembali]

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    22/83

    7

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    2.1.6 Aktifitas Farmakologi Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella sativa L.)

    a. Antibakteri

    Minyak biji jinten hitam sangat banyak manfaatnya, di antaranya aktivitas

    sebagai antibakteri yang telah berhasil dilakukan penelitiannya oleh Arici,

    Muhammet, et al., (2005). Mereka menyimpulkan dari lima minyak jinten hitam

    yang berbeda yang biasanya digunakan pada makanan terutama untuk tambahan

    citarasa, pengawetan dan terapi alami, bisa digunakan sebagai antibakteri pada

    konsentrasi 0,5%, 1,0% dan 2% menggunakan metode agar difusi yang

    menyerang 24 bakteri patogenik dan bakteri asam laktat. Dan semua minyak yang

    diuji menunjukkan aktivitas antibakteri pada konsentrasi 2% yang lebih efektif

    dibandingkan konsentrasi lainnya.

    b. Antidiabetik

    Banyak penelitian yang membuktikan berbagai macam khasiat dari minyak

    jinten hitam, di antaranya adalah kemampuannya memperpanjang waktu

    protombin dari tikus untuk aktivitas antikoagulan. Pada pemberian minyak biji

    jinten hitam jangka panjang yang dicampurkan pada makanan sehari-hari tikus

    diabetes yang terinduksi streptozotocin (STZ) memperlihatkan bahwa terjadi

    proses penyembuhan yang cukup signifikan dari hari ke hari (El-Din, El-Tahir dan

    Bakeet, 2006). Begitupun dengan penelitian Al-Logmani (2011) yang

    menyebutkan hal yang sama, bahwa dengan diberikannya minyak biji jinten hitam

    pada tikus yang terinduksi streptozotocin (STZ) dapat menurunkan glukosa darah,

    trigliserida, kolesterol, LDL, asam urat, urea, kadar kreatinin, ALT, AST dan total

    protein secara signifikan jika dibandingkan dengan tikus normal.

    c. Antioksidan

    Untuk aktivitas sebagai antioksidan, minyak biji jinten hitam ini telah

    dibuktikan dapat mencegah senyawa kimia carbon tetrachloride (CCl4) yang

    menyebabkan kerusakan hati. Pemberian treatment 10 ml/kg/hari minyak biji

    jinten hitam selama tujuh hari dapat menurunkan level serum enzim hati yang

    tinggi secara signifikan dan memperbaiki oxidative stress (Aorahman, 2009).

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    23/83

    8

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    d. Antikanker

    Kemudian Salomi, et al., (1991) meneliti bahwa kandungan fatty acids

    dalam minyak biji jinten hitam dapat menghambat dengan sempurna tumor

    Ehrlich ascites carcinoma yang merupakan jenis sel kanker yang umum

    ditemukan pada mencit dengan dosis 2 mg per hari selama 10 hari pemberian.

    Serta pada dosis 100 mg/kg minyak biji jinten hitam ini menunda onset atau awal

    mula pembentukan papilloma dan mengurangi angka papilloma pada tikus.

    e. Antiinflamasi

    Secara tradisional pun menurut penelitian Houghton (1995), minyak biji

    jinten hitam dan thymoquinone dapat menghambat generasi eicosanoid dan

    membran lipid peroksidasi, dengan melewati jalur penghambatan cyclooxigenase

    dan 5-lipoxygenase dari metabolisme arakidonat yang bertanggung jawab sebagai

    aktivitas antiinflamasinya.

    f. Antihipertensi

    Sedangkan untuk aktivitas hipertensinya, minyak biji jinten hitam dalam

    beberapa penelitian dapat menurunkan tekanan darah secara spontan pada tikus

    hipertensi yang hampir sama efeknya dengan nifedipin. Kemudian penelitian

    menyebutkan bahwa secara tradisional penurunan tingkat kolesterol dengan

    mengontrol keseimbangan darah dan berat badan yang merupakan efek dari

    pemberian minyak biji jinten hitam (Gillani, et a l., 2004).

    g. Sistem Imunitas Tubuh

    Selanjutnya menurut penelitian El-Kadi dan Kandil (1986) pun

    menyebutkan bahwa efek dari 1 gram minyak biji jinten hitam selama dua hari

    yang diberikan pada relawan, ternyata dapat memperbaiki aktivitas sel-T helper

    dan sel natural killer dalam peningkatan sistem imunitas tubuh.

    2.2 Emulsi

    2.2.1 Pengertian Emulsi

    Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispers dalam

    cairan yang lain dalam bentuk tetesan kecil (droplet/globul) dengan diameter

    biasanya lebih dari 0,1 m atau 0,1-50 m (De Man, 1997). Jika minyak yang

    merupakan fase terdispersi dan larutan air merupakan fase pendispersi, maka

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    24/83

    9

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    sistem ini disebut emulsi minyak dalam air. Sebaliknya, jika air merupakan fase

    terdispersi dan minyak merupakan fase pendispersi, maka sistem ini disebut

    emulsi air dalam minyak.

    Suatu sistem emulsi pada dasarnya tidak stabil, karena masing-masing

    partikel mempunyai kecenderungan untuk bergabung dengan partikel sesama

    lainnya. Molekul fase A (air) ditarik ke dalam fase A dan ditolak oleh fase B

    (minyak), membentuk suatu agregat yang akhirnya dapat mengakibatkan emulsi

    tersebut pecah. Kekuatan dan kekompakan lapisan antarmuka adalah sifat yang

    penting yang dapat membentuk stabilitas emulsi (Lachman, et al., 1994). Di

    dalam proses pembuatan emulsi biasanya ditambahkan bahan ketiga untuk

    menstabilkan emulsi. Bahan pengemulsi tersebut berguna untuk menurunkan

    tegangan antarmuka antara fase air dan fase minyak serta mencegah koalesensi,

    yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase

    tunggal yang memisah, dengan membentuk lapisan yang protektif di sekeliling

    globul (Effionora, 2012; Lachman, et al., 1994). Bahan pengemulsi umumnya

    dibedakan menjadi tiga golongan besar, yaitu surfaktan, hidrokoloid dan zat padat

    terbagi halus. Golongan pengemulsi tertentu dipilih terutama berdasarkan

    stabilitas shelflife yang dikehendaki, tipe emulsi yang diinginkan dan biaya zat

    pengemulsi (Lachman, et al., 1994). Suatu zat pengemulsi harus dapat

    dicampurkan dengan bahan formulatif lainnya dan tidak boleh mengganggu

    stabilitas atau efikasi dari zat terapeutik, serta tidak toksik pada penggunaan.

    Kondisi lingkungan seperti adanya cahaya, udara, kontaminasi

    mikroorganisme, dapat memberikan efek yang mengubah stabilitas emulsi. Oleh

    karena itu dilakukan formulasi yang sesuai guna mengurangi kerusakan stabilitas

    tersebut dengan cara penambahan bahan-bahan tambahan lain. Bahan tambahanyang diperlukan dalam formulasi emulsi, di antaranya: bahan pengawet,

    antioksidan dan penutup rasa. Penambahan bahan pengawet bertujuan untuk

    mencegah kontaminasi mikroba. Suatu pengawet harus efektif terhadap

    kontaminasi dari mikroorganisme patogen dan cukup dapat melindungi emulsi

    selama digunakan pasien. Pengawet harus mempunyai toksisitas rendah, stabil

    terhadap pemanasan dan selama penyimpanan, tercampurkan secara kimia,

    memiliki rasa, bau dan warna yang lemah. Contoh pengawet yang biasa

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    25/83

    10

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    digunakan di antaranya: asam benzoat dan turunannya, nipagin, nipasol,

    benzalkonium klorida, klorbutanol, glutaraldehih, asam sorbat, fenol kresol, fenil

    merkuri asetat, klorotimol fenil merkuri nitrat (Ansel, 2005; Lachman, et al.,

    1994).

    Banyak senyawa organik mudah mengalami autooksidasi bila dipaparkan

    ke udara, dan lemak yang teremulsi terutama peka terhadap rangsangan. Pada

    autooksidasi, minyak-minyak yang tidak jenuh seperti minyak nabati

    menimbulkan ketengikan dengan bau, penampilan, dan rasa yang tidak

    menyenangkan. Di pihak lain, minyak mineral dan hidrokarbon-hidrokarbon

    jenuh yang berhubungan mudah mengalami degradasi oksidatif pada lingkungan

    tidak sesuai. Penambahan antioksidan dapat mencegah oksidasi dari fase minyak

    yang terdapat dalam suatu sediaan emulsi. Contoh antioksidan yang biasa

    digunakan di antaranya: BHA (butylated hydroxyanisole), BHT (butylated

    hydroxytoluene), asam galat, propil galat, asam askorbat, askorbil palmitat, sulfit

    dan tokoferol (Lachman, et al., 1994).

    Sedangkan penutup rasa ditujukan untuk mengurangi rasa tidak enak dan

    secara ideal dilakukan dengan cara mengurangi rasa pahit, menggunakan

    penghambat rasa khasiat, stabilitas, penampilan sediaan, serta memberi rasa

    tertentu untuk mencirikan suatu produk (Effionora, 2012). Cara penutupan rasa

    pahit sediaan oral secara umum dapat dilakukan dengan menggunakan pemanis

    dan flavor. Pemanis dapat memainkan peranan penting dalam formulasi sediaan

    yang digunakan melalui mulut seperti dengan cara menambah rasa, menutupi rasa

    yang tidak dapat diterima oleh masyarakat umum. Contoh pemanis yang biasa

    digunakan di antaranya: sukrosa, dekstrosa, fruktosa, gliserin, maltitol, manitol,

    sorbitol dan xylitol (Effionora, 2012).

    2.2.2 Tujuan Emulsi dan Emulsifikasi

    Secara farmasetik, proses emulsifikasi memungkinkan seorang farmasis

    dapat membuat suatu sediaan yang stabil dan rata dari dua cairan yang tidak dapat

    bercampur, memecah fase dalam menjadi tetesan-tetesan dan menstabilkan

    tetesan-tetesan tersebut dalam fase pendispersi dan ditujukan untuk pemberian

    obat yang mempunyai rasa lebih enak walaupun yang diberikan sebenarnya

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    26/83

    11

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    minyak yang tidak enak rasanya dengan penambahan pemanis dan pemberi rasa

    pada pembawa airnya sehingga mudah dikonsumsi dan ditelan sampai ke

    lambung. Ukuran partikel yang diperkecil dari bola-bola minyak dapat

    mempertahankan minyak tersebut agar lebih dapat dicernakan dan memudahkan

    absorpsi obat (Ansel, 2005; Lachman, et al., 1994).

    2.2.3 Hidrokoloid

    Hidrokoloid merupakan istilah umum yang menjelaskan mengenai

    biopolimer hidrofilik dengan berat molekul besar dari polisakarida yang

    diekstraksi dari tanaman, rumput laut, sumber mikroba dan protein yang saat ini

    sedang ramai digunakan sektor industri sebagai larutan pengental dan gelling

    agent, penstabil busa, dispersi dan emulsi, menghambat pembentukan es dan gula,

    serta mengontrol pelepasan rasa dalam suatu produksi (Phillips and Williams,

    2009). Di bawah ini merupakan sumber penting dari hidrokoloid.

    Tabel 2.3 Sumber Hidrokoloid Penting yang Sering Digunakan

    Botanical

    Pohon Selulosa

    Eksudat pohon Gom arab, gom karaya,

    tragakan, gom ghatti

    Tanaman Starch, pektin, selulosa

    Biji gom locust bean, gom

    tara, gom tamarind, gom

    guar

    Akar Konjac mannan

    Algae Rumput laut merah Agar, karageenan

    Rumput laut coklat Alginate

    Microbial Gom xanthan, curdlan, dextran, gom gellan, selulosa

    HewanGelatin, kaseinat, whey protein, protein kedelai,

    protein putih telur, kitosan

    [Sumber: Phillips and Williams, 2009, telah diolah kembali]

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    27/83

    12

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    2.3 Komponen Pembentuk Emulsi

    2.3.1 Biopolimer (Tragakan)

    Tragakan tergolong dalam gum polisakarida dengan berat molekul yang

    besar (840.000), terdiri dari 2 bagian yaitu tragacanthin yang merupakan

    polisakarida larut air dan bassorin yang merupakan polisakarida yang tidak larut

    air atau mengembang. Tragakan berwarna putih hingga kekuningan, translusen,

    tidak berbau, berbentuk serbuk yang halus, serta rasa mucilago hambar (Rowey,

    Sheskey dan Owen, 2006). Sifat aliran tragakan menunjukkan sifat pseudoplastis

    pada konsentrasi 1% (Effionora, 2012). Tragakan tidak toksik karenanya sudah

    bertahun-tahun digunakan dalam formulasi farmasetik oral dan produk makanan

    sebagai stabilizer, emulgator dan pengental. Peningkatan viskositas dari tragakan

    terjadi dengan peningkatan temperatur dan konsentrasi, lalu penurunan viskositas

    terjadi dengan peningkatan pH. Penambahan mineral kuat dan asam organik dapat

    mengurangi viskositas dipersi tragakan sehingga menurunkan stabilitasnya

    (Rowey, Sheskey dan Owen, 2006).

    2.3.2 Pemanis (Sukrosa)

    Sukrosa merupakan pemanis alami yang paling umum digunakan dalam

    formulasi sediaan secara oral yang dapat menutupi rasa sediaan yang kurang enak.

    Sukrosa diproduksi dari tebu (Sachharum oficinarum) dan gula bit (Beta vulgaris)

    serta dikenal nontoksik dan biodegradable. Sukrosa berwarna putih, berbentuk

    serbuk kristal, tidak berbau dan memiliki rasa manis (Rowey, Sheskey dan Owen,

    2006).

    2.3.3

    Pengawet (Na Benzoat)Na Benzoat merupakan pengawet yang kompatibel dengan tragakan dalam

    formulasi dengan konsentrasi 0,1%. Na Benzoat berwarna putih, berbentuk serbuk

    hingga kristal, tidak berbau dan tidak berasa. Aktivitas Na benzoat sebagai

    pengawet dapat berkurang dengan adanya interaksi dengan kaolin dan surfaktan

    nonionik (Rowey, Sheskey dan Owen, 2006).

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    28/83

    13

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    2.3.4 Pelarut (Aquademineralisata)

    Aquademineralisata adalah air murni yang diperoleh dengan cara

    penyulingan. Air murni dapat diperoleh dengan cara penyulingan, pertukaran ion,

    osmosis terbalik, atau dengan cara yang sesuai. Karena akan digunakan untuk

    sediaan oral, maka digunakan air yang bebas mineral, partikel dan mikroba

    (Rowey, Sheskey dan Owen, 2006).

    2.4 Evaluasi Sediaan Emulsi

    Evaluasi sediaan emulsi dilakukan untuk mengetahui kestabilan dari suatu

    sediaan emulsi selama waktu penyimpanan tertentu. Evaluasi ini dapat dilakukan

    melalui pengamatan secara organoleptis (rasa, bau, warna, konsistensi),

    pengamatan secara fisika (volume creaming, diameter globul rata-rata, viskositas,

    sentrifugasi, cycling test) dan pengamatan secara kimia (pengukuran pH) (Martin,

    et al., 1993; Ansel, 2005; Lachman, et al., 1994).

    2.5 Stabilitas Sediaan Emulsi

    Stabilitas diartikan bahwa sediaan obat yang disimpan dalam kondisi

    penyimpanan tertentu di dalam kemasan penyimpanan dan pengangkutannya tidak

    menunjukkan perubahan sama sekali atau berubah dalam batas-batas yang

    diperbolehkan. Faktor yang menyebabkan ketidakstabilan sediaan obat dapat

    dikelompokkan menjadi dua. Pertama adalah kecocokan bahan aktif dan bahan

    pembantunya sendiri yang dihasilkan oleh bangun kimiawi dan kimia-fisikanya.

    Kedua adalah faktor luar seperti suhu, kelembaban udara dan cahaya yang dapat

    menginduksi atau mempercepat jalannya reaksi. Hal penting lainnya adalah

    kemasan, khususnya jika digunakan wadah yang terbuat dari bahan sintetis(Voight, 1995).

    Stabilitas sebuah emulsi adalah sifat emulsi untuk mempertahankan

    distribusi halus dan teratur dari fase terdispersi yang terjadi dalam jangka waktu

    yang panjang (Voight, 1995). Begitupun tanpa adanya koalesen dari fase intern,

    creaming, serta terjaganya rupa yang baik, bau dan warnanya (Anief, 1999).

    Kehancuran sebuah emulsi ditunjukkan oleh penurunan stabilitasnya. Pada tahap

    pertama terjadi pengapungan atau creaming karena bobot jenis fase terdispersi

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    29/83

    14

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    bobot jenis bahan pendispersi dan pengendapan atau sedimentasi karena bobot

    jenis fase terdispersinya > bobot jenis bahan pendispersi. Peristiwa ini

    mengakibatkan pemisahan dari kedua fase emulsi. Dalam keadaan akhirnya akan

    terbentuk dua lapisan emulsi yang satu terletak di atas yang lain. Pada tahap kedua

    terjadi penyatuan bola kecil yang tidak reversible yang dinamakan koalesensi,

    yang dapat menyebabkan pecahnya emulsi (Voight, 1995). Peneliti lainpun

    mendefinisikan bahwa ketidakstabilan fisik suatu emulsi adalah adanya

    aglomerasi dari fase intern dan terjadi pemisahan produk (Anief, 1999). Oleh

    karena itu cukupnya bahan yang membentuk lapisan antarmuka penting untuk

    melindungi seluruh permukaan dari tiap tetesan (Ansel, 2005).

    Emulsi tipe M/A dapat mengalami destabilisasi emulsi seperti beberapa

    tipe perubahan fisik, berbeda dengan tipe A/M yang mungkin cenderung

    mengalami sedimentasi daripada creaming. Destabilisasi emulsi ini di antaranya:

    a. Creaming

    Creaming adalah pertumbuhan dari droplet karena aktivitas gravitasi

    sehingga droplet terpisah ketika disentuh. Creaming berada pada fase kontinyu

    jika fase terdispersi tidak memiliki berat jenis yang sebanding. Kecepatan

    creaming dapat dikontrol dengan memperkecil ukuran droplet, menyamakan berat

    jenis dari kedua fase dan menambah viskositas dari fase kontinyu (Martin, et al.,

    1993).

    b. Flokulasi

    Flokulasi adalah suatu bentuk pelekatan satu atau lebih droplet bersama

    dan membentuk suatu agregasi. Hal ini merupakan proses dari droplet sebagai

    hasil dari benturan kombinasi gaya antar droplet (Martin, et al., 1993).

    c.

    KoalesenPenyebab koalesen adalah rusaknya lapisan tipis antardroplet yang

    berdekatan. Hal ini akan mengurangi tegangan antarmuka dan luas permukaan

    droplet. Kemungkinan terjadinya koalesen sebanding dengan lama droplet itu

    saling berdekatan. Koalesen jarang terjadi pada droplet yang kecil atau pada

    lapisan yang tebal karena droplet ini memiliki luas lapisan yang lebih kecil atau

    memiliki gaya tolak antardroplet. Koalesen menyebabkan droplet menjadi lebih

    besar dan terjadi pemisahan fase (Martin, et al., 1993).

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    30/83

    15 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB 3

    METODE PENELITIAN

    3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian 1, Laboratorium

    Penelitian 2, Laboratorium Pharmacy Sterile Preparation Technology (PST)

    Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas

    Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dari bulan Februari hingga Juni

    2013.

    3.2

    Alat

    Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu alat-alat gelas yang

    biasa dipergunakan di Laboratorium Pharmacy Bioavailability and

    Bioequivalency (PBB), homogenizer (STIRER IKA), timbangan analitik (AND

    GH-202), viskometer (HAAKE viscoTester 6R), pH-meter digital (HORBA), hot

    plate with magnetic stirer (WIGGEn HAUSER), oven, mikroskop optik

    (Olympus DX 1x71), centrifuge (eppendorf Centrifuge 5417 R) dan refrigerator.

    3.3

    Bahan

    Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu minyak biji jinten

    hitam yang diperoleh dari (PT Prima Agritech Nusantara, Depok), gom arab (PT

    Brataco, Jakarta), tragakan (PT Brataco, Jakarta), gelatin (PT Brataco, Jakarta),

    Na alginat (PT Total Equipment Pharmacy, Semarang), Na benzoat, pemanis

    sukrosa dan aquadest.

    3.4 Prosedur Penelitian

    3.4.1 Penyiapan Bahan

    Bahan-bahan yang akan digunakan untuk membuat sediaan emulsi yang

    diperoleh dari berbagai sumber dikumpulkan dan disiapkan.

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    31/83

    16

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    3.4.2 Uji Pendahuluan Formula Basis Emulsi

    Dilakukan untuk menentukan emulgator alam yang tepat dalam pembuatan

    sediaan emulsi minyak biji jinten hitam dengan membuat suatu korpus emulsi

    menggunakan beberapa emulgator alam yang biasa digunakan di antaranya gom

    arab, tragakan, gelatin, Na alginat dan diamati kestabilannya selama tujuh hari.

    Emulgator yang menghasilkan basis emulsi paling baik digunakan untuk membuat

    formula selanjutnya.

    Tabel 3.1 Formula Basis Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam

    1. Gelatin

    BahanKonsentrasi Bahan Penyusun Basis Emulsi

    F1 F2 F3

    Minyak biji jinten hitam 500mg/5ml 500mg/5ml 500mg/5ml

    Gelatin 0,5% 1% 1,5%

    Aquadest sampai 100% 100% 100%

    2. Gom arab

    BahanKonsentrasi Bahan Penyusun Basis Emulsi

    F1 F2 F3

    Minyak biji jinten hitam 500mg/5ml 500mg/5ml 500mg/5ml

    Gom arab 10% 15%` 20%

    Aquadest sampai 100% 100% 100%

    3. Tragakan

    BahanKonsentrasi Bahan Penyusun Basis Emulsi

    F1 F2 F3

    Minyak biji jinten hitam 500mg/5ml 500mg/5ml 500mg/5ml

    Tragakan 1% 1,5% 2%

    Aquadest sampai 100% 100% 100%

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    32/83

    17

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    4. Na alginat

    BahanKonsentrasi Bahan Penyusun Basis Emulsi

    F1 F2 F3

    Minyak biji jinten hitam 500mg/5ml 500mg/5ml 500mg/5ml

    Na alginat 1% 2% 3%

    Aquadest sampai 100% 100% 100%

    Keterangan : Rentang konsentrasi dari masing-masing emulgator menurut : Handbook of

    Pharmaceutical Excipient Fifth Edition dan Martins Physical Pharmacy and Pharmaceutical

    Sciences

    Cara Pembuatan:

    Untuk dispersi gom arab, tragakan, dan Na alginat sama pengerjaannya.

    Emulgator didispersikan dalam sejumlah aquadest selama 10 menit dengan stirer

    homogenizer kecepatan 850 rpm dalam beacker glass, kemudian ditambahkan

    minyak sedikit demi sedikit (terbentuk korpus emulsi). Lalu ditambahkan sisa

    aquadest sambil tetap dihomogenkan (Ramin, et al., 2009; Vahid, et al., 2012)

    Sedangkan untuk gelatin didispersikan dalam sejumlah aquadest dengan

    stirer homogenizer kecepatan 850 rpm dalam beacker glass di atas hot plate

    selama 20 menit kemudian dinaikkan suhu menjadi 98C, kemudian ditambahkan

    minyak sedikit demi sedikit (terbentuk korpus emulsi). Lalu ditambahkan sisa

    aquadest sambil tetap dihomogenkan (Gennaro, et al., 1975).

    3.4.3 Formulasi Emulsi dengan Emulgator Tragakan

    Hasil pengamatan organoleptis selama tiga hari menunjukkan bahwa

    formula basis emulsi dengan menggunakan emulgator tragakan merupakan basis

    emulsi terbaik di antara ketiga basis emulsi yang lain. Oleh karena itu, emulgator

    tragakan dipilih untuk membuat formula emulsi selanjutnya.

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    33/83

    18

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Tabel 3.2 Formula Sediaan Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam

    Adapun pembuatan formula emulsi dengan cara sebagai berikut:a) Semua alat dan bahan disiapkan, dan ditimbang bahan-bahan yang

    diperlukan

    b) Tragakan didispersikan lebih dulu dalam beacker glass yang berisi

    aquadest sebanyak 100 ml dengan stirer homogenizer kecepatan

    950 rpm selama 15 menit. Kemudian ditambahkan minyak sedikit

    demi sedikit sambil tetap dihomogenkan (terbentuk korpus emulsi)

    c) Lalu ditambahkan sukrosa dan Na benzoat yang sebelumnya telah

    dilarutkan dalam sejumlah air serta sisa aquadest sambil tetap

    dihomogenkan selama 35 menit dengan kecepatan 1517 rpm

    d) Emulsi yang dihasilkan dipindahkan ke dalam wadah yang

    digunakan untuk menyimpan sediaan, serta dilakukan evaluasi dan

    uji stabilitas sediaan.

    3.5

    Evaluasi Sediaan Emulsi

    Evaluasi sediaan emulsi dilakukan untuk mengetahui kestabilan dari

    sediaan emulsi yang telah dibuat. Evaluasi ini meliputi pengamatan sediaan uji

    (F1, F2, dan F3) selama 21 hari waktu penyimpanan, yaitu dimulai dari hari ke-0,

    7, 14 dan 21. Pengamatan sediaan meliputi evaluasi secara umum, di antaranya:

    BahanKonsentrasi Bahan Penyusun Sediaan

    F1 F2 F3

    Minyak biji JintenHitam

    500mg/5ml 500mg/5ml 500mg/5ml

    Tragakan 1% 1,5% 2%

    Sukrosa 25% 25% 25%

    Na benzoat 0,1% 0,1% 0,1%

    Aquadest sampai 300% 300% 300%

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    34/83

    19

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    3.5.1 Pengamatan Organoleptis (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,

    1995)

    Pengamatan sediaan emulsi dilakukan dengan mengamati dari segi

    penampilan, rasa dan aroma dari sediaan uji (F1, F2, dan F3) pada hari ke-0 dan

    21.

    3.5.2 Pengukuran Viskositas (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995)

    Pengukuran viskositas sediaan dilakukan dengan menggunakan viskometer

    HAAKE ViscoTester 6R. Sediaan disimpan dalam beacker glass 100 ml. Power

    alat ditekan dan alat akan mengkalibrasi terlebih dahulu kemudian spindel dipilih

    nomor spindel 5 dengan kecepatan 100 rpm. Pengukuran viskositas dilakukan

    pada hari ke-0 dan 21.

    3.5.3 Uji Sifat Alir

    Sediaan disimpan dalam wadah, lalu spindel diturunkan ke dalam sediaan

    hingga batas yang ditentukan, kecepatan diatur mulai dari 10, 12, 20, 30, 50, 60,

    100 rpm lalu dilanjutkan dari kecepatan sebaliknya 100, 60, 50, 30, 20, 12, 10

    rpm. Uji sifat alir dilakukan pada hari ke-0.

    3.5.4 Pengukuran Diameter Partikel Rata-rata (Martin, et al., 1993)

    Diameter partikel rata-rata diukur dengan menggunakan mikroskop optik.

    Dengan cara sediaan emulsi diletakkan pada kaca objek, diamati dengan

    mikroskop perbesaran 10 x 10. Gambar yang diamati difoto dan diukur diameter

    globulnya. Pengukuran diameter partikel rata-rata dilakukan pada hari ke-0 dan

    21.

    3.5.5 Uji Tipe Emulsi (Martin, et al., 1993)

    Uji tipe emulsi dilakukan dengan menggunakan salah satu metode yaitu

    metode pengenceran. Dilakukan dengan penambahan sejumlah air dalam emulsi.

    Bila emulsi tersebut bercampur sempurna dengan air, maka emulsi termasuk tipe

    M/A sedangkan bila emulsi tidak bercampur dengan sempurna maka tipe emulsi

    A/M. Uji tipe emulsi ini dilakukan pada hari ke-0 dan 21, untuk melihat ada atau

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    35/83

    20

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    tidaknya fenomena inversi fasa (pengubahan fasa) dari minyak dalam air menjadi

    air dalam minyak.

    3.5.6

    Pengukuran pH (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995)

    Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH meter. Elekroda

    sebelumnya telah dikalibrasi pada larutan buffer pH 4, pH 7 dan pH 9. Kemudian

    elektroda dicelupkan ke dalam sediaan, pH yang muncul dilayar dan stabil lalu

    dicatat. Pengukuran dilakukan terhadap masing-masing sediaan pada hari ke-0

    dan 21 pada suhu ruang.

    3.5.7

    Uji Stabilitas

    a. Uji Volume creaming (Martin, et al., 1993)

    Sebanyak 70 ml emulsi dalam gelas ukur 100 ml disimpan dan dilihat

    adanya perubahan tinggi globul akibat creaming atau terjadi pengendapan.

    Pengamatan dilakukan selama penyimpanan emulsi dari hari ke-0 sampai 21.

    Kemudian dilakukan pengukuran :

    F : x 100

    Keterangan: Dimana F=volume kriming; Vu = volume akhir dari terjadinya endapan/creaming;Vo= volume awal dari emulsi sebelum terjadi endapan/creaming

    b. Cycling test (Huynh-BA, Kim, 2008)

    Metode ini digunakan untuk melihat kestabilan suatu sediaan dengan

    pengaruh variasi suhu selama waktu penyimpanan tertentu. Sediaan emulsi awal

    yang telah dibuat, dilakukan evaluasi lebih dulu. Kemudian disimpan pada suhu

    5C selama 24 jam, lalu dikeluarkan dan ditempatkan pada suhu 40C selama 24

    jam, waktu selama penyimpanan dua suhu tersebut dianggap satu siklus.

    Percobaan ini diulang sebanyak 3 siklus selama 12 hari dan dilihat apakah terjadi

    pemisahan fase (creaming atau sedimentasi) dan pengukuran diameter globul rata-

    rata.

    c. Uji Sentrifugasi (Lachman, et al., 1994)

    Sediaan emulsi dimasukkan ke dalam tabung sentrifugasi, kemudian

    dilakukan sentrifugasi pada kecepatan 3800 rpm selama 5 jam. Hasil sentrifugasi

    dapat diamati dengan adanya pemisahan atau tidak.

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    36/83

    21

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    3.6 Alur Penelitian

    Minyak Biji Jinten Hitam

    (Nigella sativa Linn)

    Uji pendahuluan formula basis emulsi yang dievaluasi selama 3 hari

    Gom arab

    10%, 15%, 20%

    Tragakan

    1%, 1,5%, 2%

    Gelatin

    0,5%, 1%, 1,5%Na alginat

    1%, 2%, 3%

    Formulasi Emulsi dengan Emulgator terpilih : Tragakan 1%, 1,5%, 2%

    Evaluasi Sediaan

    Emulsi

    Analisis Data

    Pembuatan SediaanEmulsi

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    37/83

    22 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB 4

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Prosedur Pembuatan Emulsi

    Pengolahan minyak biji jinten hitam menjadi bentuk emulsi dilakukan

    dengan tujuan bagaimana menghilangkan rasa berminyak dari minyak biji jinten

    hitam sendiri agar menjadi produk yang lebih baik dengan mengurangi atau

    menutupi rasa berminyak dari biji jinten hitam tersebut. Dasar pembuatan emulsi

    minyak biji jinten hitam dengan menggunakan emulgator tragakan adalah hasil

    dari uji pendahuluan formula basis emulsi yang telah dilakukan sebelumnyamenggunakan beberapa emulgator alam terpilih, seperti gom arab, tragakan,

    gelatin dan Na alginat dan diamati secara organoleptis selama 3 hari.

    Tabel 4.1 Hasil Formula Basis Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam

    Bahan KonsentrasiPengamatan selama 3 hari

    Warna Konsistensi Bau

    Gom arab

    10% Cokelat tua Terpisah 2 lapisan Khas minyak

    15% Cokelat muda Terpisah 2 lapisan Khas minyak20% Cokelat muda Terpisah 2 lapisan Khas minyak

    Gelatin

    0,5% Krem susu Terpisah 2 lapisan Khas minyak

    1% Krem susu Terpisah 2 lapisan Khas minyak

    1,5% Krem susu Terpisah 2 lapisan Khas minyak

    Tragakan

    1% Krem kekuningan Homogen Khas minyak

    1,5% Krem kekuningan Homogen Khas minyak

    2% Krem kekuningan Homogen Khas minyak

    Na alginat

    1% Cokelat Terpisah 2 lapisan Khas minyak

    2% Cokelat Terpisah 2 lapisan Khas minyak

    3% Cokelat Terpisah 2 lapisan Khas minyak

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    38/83

    23

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Basis emulsi dengan emulgator tragakan merupakan basis yang lebih baik di

    antara basis emulsi dengan emulgator lain dalam formula emulsi tipe M/A minyak

    biji jinten hitam, dilihat dari konsistensinya yaitu berwarna krem kekuningan dan

    tidak adanya lapisan terpisah yang menandakan terjadinya ketidakstabilan.

    Dibandingkan dengan basis emulsi yang menggunakan emulgator gom arab,

    gelatin dan Na alginat yang dari awal pembuatan sudah terlihat adanya pemisahan

    fase (atas:fase minyak; bawah:fase air), emulgator tragakan mampu

    mempertahankan viskositas fase pendispersi sehingga produk menjadi lebih stabil.

    Oleh karena itu, berdasarkan hasil pengamatan uji pendahuluan di atas tragakan

    dipilih untuk membuat formula emulsi minyak biji jinten hitam selanjutnya.

    Pada penelitian ini dibuat tiga formula emulsi tipe M/A minyak biji jinten

    hitam dengan variasi konsentrasi tragakan. Tujuan memvariasikan konsentrasi

    tragakan yaitu untuk memperoleh formula minyak biji jinten hitam dengan

    kualitas dan stabilitas fisik yang memenuhi persyaratan sebagai sediaan emulsi

    setelah berada dalam sediaan.

    Pembuatan emulsi diawali dengan mendispersikan tragakan dengan

    aquadest dalam beacker glass, dihomogenkan dengan stirer homogenizer dengan

    kecepatan 950 rpm. Kemudian ditambahkan minyak biji jinten hitam, sukrosa,

    serta Na benzoat yang telah dilarutkan dalam sejumlah air sambil tetap

    dihomogenkan dengan kecepatan tinggi yaitu 1517 rpm selama 30 menit agar

    diperoleh ukuran globul yang kecil. Proses homogenisasi merupakan proses

    emulsifikasi yang bertujuan memperkecil ukuran fase terdispersi (globul) agar

    terdispersi dengan baik dalam medium pendispersinya. Oleh karena itu,

    homogenisasi secara mekanis dapat menghasilkan pengurangan ukuran globul dan

    penyebaran tragakan sebagai emulgator secara merata. Prinsip kerja darihomogenisasi secara mekanis yaitu mengurangi ukuran globul dengan cara

    menggerus partikel besar dengan rotor atau komponen yang bergerak sehingga

    menghasilkan partikel berukuran lebih kecil dari sebelumnya. Energi besar dari

    komponen bergerak atau rotor tadi terbukti mampu memperkecil ukuran globul

    dari emulsi (Intan, K, et al., 2012).

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    39/83

    24

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Peran tragakan dalam emulsi ini sebagai biopolimer hidrofilik yang mampu

    meningkatkan stabilitas emulsi dengan teradsorpsi pada permukaan droplet fase

    terdispersi dan mencegah penggabungannya dengan membentuk lapisan

    pelindung serta meningkatkan viskositas fase pendispersi (Rezvani, et al., 2002).

    Begitu pun menurut Vahid, et al., (2012) bahwa tragakan merupakan polisakarida

    anionik yang sangat efektif sebagai emulgator alami yang dapat digunakan untuk

    meningkatkan sifat fisik dan reologi dari suatu sediaan emulsi. Apabila viskositas

    ditingkatkan maka dapat mengurangi kecepatan pemisahan emulsi. Dengan

    demikian, penambahan bahan pengental seperti tragakan ini diperlukan untuk

    mempertahankan stabilitas emulsi selama penyimpanan.

    Secara teoritis pun disebutkan bahwa emulgator berupa hidrokoloid

    membentuk lapisan ganda (multimolekular) yang mengelilingi tetesan minyak

    yang terdispersi. Emulgator tipe ini tidak menyebabkan penurunan tegangan

    permukaan yang cukup dalam, akan tetapi kemampuannya lebih efektif

    membentuk suatu lapisan multimolekular pada antarmuka dalam melindungi

    tetesan yang terdispersi serta meningkatkan viskositas fase pendispersinya

    (Martin, et al., 1993; Gennaro, 1975). Oleh karena itu, tragakan dapat

    memfasilitasi pembentukan tetesan minyak (oil-droplet), meningkatkan stabilitas

    emulsi dan menghasilkan shelf-life yang diinginkan pada emulsi tipe M/A minyak

    biji jinten hitam.

    Setelah tercampur homogen, emulsi kemudian disimpan dalam wadah gelas

    yang tertutup rapat untuk mencegah terjadinya kontaminasi mikroba.

    4.2 Evaluasi Sediaan Emulsi

    Evaluasi sediaan emulsi minyak biji jinten hitam dilakukan untukmenggambarkan kestabilan sediaan secara subjektif atau dikenal dengan istilah

    shelf-life. Shelf-life suatu sediaan bisa secara langsung dihubungkan dengan

    kestabilan kinetik. Kestabilan kinetik berarti sifat-sifat kimia-fisika dari suatu

    sediaan tersebut tidak berubah secara berarti selama suatu periode waktu tertentu

    (Lachman, et al., 1994).

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    40/83

    25

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    4.2.1 Hasil Evaluasi Organoleptis Emulsi tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam

    Pengamatan organoleptis ketiga formula emulsi minyak biji jinten hitam

    yang diperjelas pada lampiran 9, menunjukkan bahwa selama 21 hari

    penyimpanan emulsi berwarna krem kekuningan sesuai dengan warna yang

    diharapkan. Begitupun aroma khas minyak biji jinten hitam dalam sediaan masih

    tercium karena minyak biji jinten hitam memiliki aroma yang sangat kuat.

    Penyebab lainnya adalah karena tidak ditambahkannya penutup rasa dalam

    formula untuk menutupi aroma minyak.

    4.2.2 Hasil Evaluasi Pengukuran pH

    Secara garis besar nilai pH seluruh formula emulsi selama 21 hari

    penyimpanan mengalami penurunan. Nilai awal pH emulsi yang dihasilkan sekitar

    5-6.

    Tabel 4.2 Hasil Pengukuran pH Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam

    Nilai pH dari masing-masing formula menunjukkan terjadinya penurunan selama

    21 hari penyimpanan sekitar 4-5 (dapat dilihat pada lampiran 10). Penurunan pH

    pada sediaan oral biasanya disebabkan oleh penguraian lemak akibat hidrolisis;

    oksidasi dengan adanya oksigen dari atmosfer dan cahaya; serta pertumbuhan

    mikroorganisme (Martin, et al., 1993). Akan tetapi pada penelitian ini tidak

    dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui penyebab dari penurunan pH

    pada sediaan emulsi.

    SediaanHasil pH

    Hari ke-0 Hari ke-3

    Formula 1

    (Tragakan 1%) 6,049 5,064

    Formula 2

    (Tragakan 1,5%)5,950 4,455

    Formula 3

    (Tragakan 2%)5,848 4,715

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    41/83

    26

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Gambar 4.1 Hubungan antara pH dengan waktu penyimpanan emulsi minyak

    biji jinten hitam

    4.2.3 Hasil Evaluasi Pengukuran Viskositas

    Viskositas merupakan nilai yang menunjukkan satuan kekentalan mediumpendispersi dari suatu sistem emulsi. Semakin tinggi viskositas suatu emulsi,

    semakin baik penghambatan agregasi atau penggabungan kembali globul (Intan,

    K, et al., 2012). Pengukuran viskositas ketiga formula pada spindel 5 dengan

    kecepatan 100 rpm menunjukkan bahwa formula 1, formula 2, dan formula 3

    berturut-turut 570 cps, 1050 cps dan 2160 cps.

    Tabel 4.3 Hasil Pengukuran Viskositas Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten

    Hitam dengan spindel 5 dan kecepatan 100 rpm

    SediaanHasil Viskositas (cPs)

    Hari ke-0 Hari ke-3

    Formula 1

    (Tragakan 1%)570 160

    Formula 2

    (Tragakan 1,5%)1050 450

    Formula 3

    (Tragakan 2%)2160 930

    Viskositas yang bermakna dari medium pendispersi ini akibat

    pembentukan suatu lapisan ganda multimolekular dari sifat hidrofilik tragakan

    dimana lapisan tersebut kuat dan menghambat terjadinya penggabungan dari

    globul-globul minyak yang sudah terbentuk. Semakin tinggi konsentrasi zat

    pengemulsi, semakin tinggi pula viskositas produk tersebut sehingga dapat

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    42/83

    27

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    meningkatkan stabilitas emulsi (Martin, et al., 1993). Hal tersebut dapat diamati

    secara nyata dari viskositas formula 1 (570 cps) yang mengandung tragakan 1%

    lebih rendah dibandingkan viskositas formula 2 (1050 cps) yang mengandung

    tragakan 1,5% serta viskositas formula 2 (1050 cps) yang mengandung tragakan

    1,5% lebih rendah dibandingkan viskositas formula 3 (2160 cps) yang

    mengandung tragakan 2%.

    Secara teoritis seiring dengan lamanya penyimpanan, viskositas emulsi

    akan semakin meningkat (Lachman, et al., 1994). Akan tetapi setelah dilakukan

    pengukuran viskositas pada hari ke-21 sediaan pada penyimpanan suhu kamar

    menunjukkan bahwa ketiga formula mengalami penurunan sehingga lebih encer

    dibandingkan dengan minggu ke-0. Hal tersebut dapat diamati dari pengukuran

    viskositas menggunakan spindel 5 dengan kecepatan 100 rpm formula 1, formula

    2, dan formula 3 berturut-turut 160 cps, 450 cps, dan 930 cps. Penurunan

    viskositas tersebut diikuti oleh penurunan stabilitas emulsi. Hal ini karena pada

    viskositas yang rendah, fase terdispersi (globul) akan mudah bergerak dalam

    medium pendispersinya sehingga peluang terjadinya tabrakan antara sesama

    globul semakin tinggi dan globul cenderung bergabung menjadi partikel yang

    lebih besar dan menggumpal. Pembahasan mengenai hubungan ukuran globul

    akan diuraikan pada pembahasan selanjutnya.

    Setelah dilakukan pengukuran viskositas sediaan dengan beragam

    kecepatan geser, diperoleh reogram pada lampiran 8. Sifat aliran emulsi minyak

    biji jinten hitam dengan emulgator tragakan seharusnya menunjukkan sifat aliran

    pseudoplastis thiksotropi, dimana sifat aliran ini disebabkan oleh adanya dispersi

    dari tragakan (Martin, et al., 1993). Sifat aliran emulsi pada umumnya berupa

    pseudoplastis dimana viskositas akan berkurang seiring dengan naiknya kecepatangeser. Akan tetapi bentuk reogram yang diperoleh dari ketiga formula tidak ada

    yang sama dengan bentuk reogram dari aliran pseudoplastis yang representatif itu

    sendiri.

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    43/83

    28

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Gambar 4.2 Hubungan antara viskositas dengan waktu penyimpanan emulsi

    minyak biji jinten hitam

    4.2.4 Hasil Evaluasi Pengukuran Diameter Globul Rata-Rata

    Pengukuran diameter globul rata-rata emulsi menggunakan mikroskop

    Olympus DX 1x71 agar terlihat lebih jelas. Setelah dilakukan pengukuran

    diameter globul rata-rata menunjukkan bahwa ukuran formula 1, formula 2, dan

    formula 3 berturut-turut 14,13 m, 4,065m, dan 2,91m.

    Tabel 4.4 Hasil Pengukuran Diameter Globul Emulsi Tipe M/A Minyak Biji

    Jinten Hitam

    Secara teoritis semakin besar konsentrasi emulgator, semakin kecil

    diameter globul sehingga dapat meningkatkan stabilitas emulsi yang dihasilkan.

    Diameter globul yang kecil akan meningkatkan luas permukaan, meningkatkan

    tahanan emulsi untuk mengalir serta meningkatkan viskositas (Koocheki dan

    Kadkhodaee, 2011). Hal tersebut dapat diamati secara nyata dari ukuran diameter

    formula 1 (14,13 m) yang mengandung tragakan 1% lebih besar dibandingkan

    ukuran diameter formula 2 (4,065 m) yang mengandung tragakan 1,5% serta

    SediaanHasil Pengukuran Diameter Globul (m)

    Hari ke-0 Hari ke-3Formula 1

    (Tragakan 1%)14,13 15,32

    Formula 2

    (Tragakan 1,5%)4,065 14,74

    Formula 3

    (Tragakan 2%)2,91 3,50

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    44/83

    29

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    ukuran diameter formula 2 (4,065 m) yang mengandung tragakan 1,5% lebih

    besar dibandingkan ukuran diameter formula 3 (2,91 m) yang mengandung

    tragakan 2%.

    Setelah penyimpanan selama 21 hari, terjadi peningkatan ukuran globul.

    Dari hasil pengamatan yang diperjelas pada lampiran 6, dapat disimpulkan bahwa

    formula 1, formula 2 dan formula 3 memiliki ukuran diameter globul rata-rata

    15,32 m, 14,74 m dan 3,50 m. Peningkatan ukuran diameter ini terjadi

    mungkin disebabkan oleh menyatunya kembali globul-globul minyak,

    beraglomerasi selanjutnya membentuk satu globul yang besar (koalesen) karena

    rusaknya lapisan pelindung dari emulgator tragakan yang terbentuk pada globul.

    [Sumber : Dickinson, E dan Miller, Reinhard, 2001, telah diolah kembali]

    Gambar 4.3 Skema ilustrasi pembentukan koalesen dalam emulsi

    Emulgator yang tidak cukup kuat justru akan menyebabkan koalesen

    besar-besaran dengan peningkatan ukuran diameter globul dan penurunan jumlah

    globul yang terbentuk, hal ini juga yang menyebabkan viskositas sediaan

    menurun. Akan tetapi peningkatan ukuran diameter globul rata-rata yang terjadi

    pada ketiga formula emulsi tipe M/A minyak biji jinten hitam ini masih dalam

    batas rentang ukuran diameter globul emulsi yang baik, yaitu 0,1-50 m(De Man

    JM, 1997)

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    45/83

    30

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Gambar 4.4 Hubungan antara ukuran diameter globul rata-rata dengan waktu

    penyimpanan emulsi minyak biji jinten hitam

    4.2.5

    Hasil Evaluasi Pengukuran Volume Creaming

    Hasil pengamatan dari hari ke-0 sampai hari ke-21, ketiga formula tidak

    menunjukkan adanya ketidakstabilan berupa fenomena creaming. Hal ini diduga

    karena adanya penambahan tragakan yang sangat berperan sebagai agen peningkat

    viskositas yang cukup dapat menghambat laju creaming.

    Tabel 4.5 Hasil Pengamatan Volume Creaming Emulsi Tipe M/A Minyak Biji

    Jinten Hitam

    Sediaan Awal Akhir

    Formula 1(Tragakan 1%)

    Homogen, tidak terlihat

    adanya lapisan baru

    Tidak terjadi creaming

    Formula 2

    (Tragakan 1,5%)

    Homogen, tidak terlihat

    adanya lapisan baru

    Tidak terjadi creaming

    Formula 3

    (Tragakan 2%)

    Homogen, tidak terlihat

    adanya lapisan baru

    Tidak terjadi creaming

    4.2.6 Hasil Evaluasi Cycling Test

    Cycling test merupakan kondisi percepatan dengan adanya fluktuasi suhu

    untuk menentukan kestabilan produk selama penyimpanan. Tujuan dilakukannya

    cycling test adalah untuk mengetahui terjadinya pemisahan fase, kehilangan

    viskositas, presipitasi dan agregasi dari sediaan yang terjadi akibat siklus (Huynh-

    BA, Kim, 2008).

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    46/83

    31

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Tabel 4.6 Hasil Cycling test Emulsi Tipe M/A Minyak Biji Jinten Hitam

    Setelah cycling test, seluruh formula diduga mengalami ketidakstabilan

    seperti terlihat keretakan dan adanya gelembung udara pada sediaan. Akan tetapi

    sifatnya reversible, karena pada saat dilakukan pengocokan dapat kembali lagi

    seperti sediaan awal yang homogen. Data tambahan terkait kestabilan sediaan

    hasil cycling test berupa pengukuran diameter globul rata-rata. Setelah dilakukan

    pengukuran diameter globul rata-rata menunjukkan bahwa ukuran formula 1,

    formula 2 dan formula 3 hasil cycling test berturut-turut 18,60 m, 6,28m dan

    3,67 m.

    Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Diameter Globul Emulsi Tipe M/A Minyak Biji

    Jinten Hitam Hasil Cycling test

    SediaanAwal

    Pengamatan

    Hasil Pengamatan Setelah 3 Siklus

    Warna Uk.Diameter

    globul (m)

    Perubahan

    fisik

    Formula 1

    (Tragakan 1%)

    Krem

    kekuningan,homogen

    Krem

    kekuningan18,60

    Terlihat adanya

    fase yang retak

    dan gelembung

    Formula 2

    (Tragakan1,5%)

    Krem

    kekuningan,homogen

    Krem

    kekuningan6,28

    Terlihat adanya

    fase yang retak

    dan gelembung

    Formula 3

    (Tragakan 2%)

    Krem

    kekuningan,

    homogen

    Krem

    kekuningan3,67

    Terlihat adanya

    fase yang retak

    dan gelembung

    SediaanHasil Pengukuran Diameter Globul (m)

    Sebelum cycling test Sesudah cycling test

    Formula 1

    (Tragakan 1%)14,13 18,60

    Formula 2

    (Tragakan 1,5%)4,065 6,28

    Formula 3

    (Tragakan 2%)2,91 3,67

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    47/83

    32

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Jika dibandingkan dengan ukuran diameter awal pada hari ke-0,

    peningkatan ukuran diameter globul hasil cycling test kemungkinan terjadi karena

    menyatunya kembali globul-globul minyak, beraglomerasi selanjutnya

    membentuk satu globul yang besar (koalesen) karena rusaknya lapisan pelindung

    dari emulgator tragakan yang terbentuk pada globul akibat pengaruh panas dan

    dingin berulang dari cycling test. Apabila terjadi pembekuan kemudian mencair,

    emulsi akan menjadi kasar dan kadang pecah (Ansel, 2005).

    Gambar 4.5 Hubungan antara ukuran diameter globul rata-rata sebelum dan

    sesudah cycling test

    4.2.7

    Uji Mekanik (Sentrifugasi)

    Uji sentrifugasi merupakan alat yang sangat berguna untuk mengevaluasi

    dan meramalkan shelf-life suatu emulsi dengan mengamati pemisahan fase

    terdispersi karena pembentukkan krim atau penggumpalan (Lachman, et al.,

    1994). Hasil uji sentrifugasi berupa gambar dan deskripsi yang lebih jelas dapat

    dilihat pada lampiran 7 dan 14. Ketiga formula terjadi pemisahan fase setelah

    dilakukan uji sentrifugasi. Sampel terbagi menjadi dua bagian, dimana lapisan

    teratas adalah fase minyak dan lapisan terbawah merupakan fase air. Pembentukan

    suatu lapisan minyak secara cepat setelah sentrifugasi merupakan tanda pertama

    untuk fenomena ketidakstabilan yang menyebabkan umur simpan sediaan tersebut

    pun semakin cepat. Hal ini membuktikan bahwa ketiga formula masih kurang

    stabil terhadap pengocokan yang sangat kuat akibat pemisahan gravitasional yang

    dipercepat.

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    48/83

    33 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    BAB 5

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1

    Kesimpulan

    Setelah dilakukan penelitian formulasi emulsi tipe M/A minyak biji jinten

    hitam, peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

    1. Minyak biji jinten hitam dapat dibuat menjadi sediaan emulsi tipe M/A

    dengan tragakan sebagai emulgator.

    2. Formula F1 memiliki karakteristik selama 21 hari penyimpanan,

    menunjukkan hasil organoleptis berwarna krem kekuningan dengan

    penurunan pH dari 6,049 menjadi 5,064; penurunan viskositas dari 570 cps

    menjadi 160 cps; peningkatan ukuran diameter globul dari 14,13 m

    menjadi 15,32 m; tidak terbentuk creaming; pemisahan setelah uji

    sentrifugasi; peningkatan ukuran diameter globul setelah cycling test dari

    14,13 mmenjadi 18,60 m.

    3. Formula F2 memiliki karakteristik selama 21 hari penyimpanan,

    menunjukkan hasil organoleptis berwarna krem kekuningan dengan

    penurunan pH dari 5,950 menjadi 4,455; penurunan viskositas dari 1050

    cps menjadi 450 cps; peningkatan ukuran diameter globul dari 4,065 m

    menjadi 14,74 m; tidak terbentuk creaming; pemisahan setelah uji

    sentrifugasi; peningkatan ukuran diameter globul setelah cycling test dari

    4,065 mmenjadi 6,28 m.

    4. Formula F3 memiliki karakteristik selama 21 hari penyimpanan,

    menunjukkan hasil organoleptis berwarna krem kekuningan dengan

    penurunan pH dari 5,848 menjadi 4,715; penurunan viskositas dari 2160cps menjadi 930 cps; peningkatan ukuran diameter globul dari 2,91 m

    menjadi 3,50 m; tidak terbentuk creaming; pemisahan setelah uji

    sentrifugasi; peningkatan ukuran diameter globul setelah cycling test dari

    2,91 mmenjadi 3,67 m.

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    49/83

    34

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    5.2Saran

    Saran yang dapat penulis berikan berdasarkan penelitian ini adalah :

    1. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai jenis emulgator lainnya untuk

    membuat sediaan emulsi minyak biji jinten hitam, seperti gabungan antara

    emulgator alam dengan emulgator sintetik.

    2. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penentuan HLB minyak biji

    jinten hitam untuk memudahkan pembuatan sediaan emulsi dengan

    emulgator sintetik atau gabungan antara emulgator sintetik dengan

    emulgator alam.

    3. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai terjadinya penurunan pH pada

    sediaan emulsi minyak biji jinten hitam dengan emulgator tragakan.

    4. Dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penambahan antioksidan

    dalam sediaan emulsi minyak biji jinten hitam dengan emulgator tragakan

    untuk meningkatkan stabilitas sediaan emulsi.

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    50/83

    35

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    DAFTAR PUSTAKA

    Al-Logmani, Ayed., Zari, Talal. 2011. Long-term effects of Nigella sativa L.oil onsome physiological parameters in normal and streptozotocin-induced

    diabetic rats. Journal of Diabetes Melitus, Vol.1. Hal: 1-2

    Anief, M. 1999. Sistem Dispersi, Formulasi Suspensi dan Emulsi. Yogyakarta:

    Gadjah Mada University Press. Hal: 56, 65-66, 71-79

    Anief , Moh Drs Apt. 1986. Ilmu Farmasi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal: 96

    Ansel, H. C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat. Jakarta:

    Universitas Indonesia Press. Hal: 145-146, 376-381, 389

    Aorahman, Zheen Ahmed. 2009. Protective Effect of Nigella sativa Oil againts

    CCl4-induced Hepatotoxicity in Rats. AJPS, Vol 8. Hal: 1-2

    Arici, Muhammet., Sagdic,Osman., Gecgel,Umit. 2005. Antiabacterial effects of

    Turkish Black Cumin (Nigella sativa L) Oils. Grasas y Aceites, Vol.56. Hal:

    1-2

    Anwar, Effionora, Prof. Dr. Ms, Apt. 2012. Eksipien dalam Sediaan Farmasi:

    Karakterisasi dan Aplikasi. Jakarta: Dian Rakyat. Hal: 107, 283-293

    Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2009. Peluang Budidaya dan

    Manfaat Jinten Hitam (Nigela sativa). Warta Penelitian dan Pengembangan

    Tanaman Industri. Hal: 23-25

    Balakrishnan, B. R dan Gupta, Paras. 2011. Pharmacognostical and

    physicochemical evaluation of seeds of Nigella sativa Linn. With special

    reference to evaluation of seed oil. International Journal of Drug Discovery

    and Herbal Research. India: Department of Pharmacognosy, VinayakaMissions College of Pharmacy. Hal: 153-154

    Deman, JM. 1997. Kimia Makanan. Kosasih Padmawinata, Penterjemah.

    Bandung: ITB Pr.Terjemahan dari: Food Chemistry. Hal: 72

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV.

    Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Hal: 1030,

    1037, 1039

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    51/83

    36

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Materia Medika Indonesia Jilid

    III. Jakarta: Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Hal: 20

    Dickinson, Eric dan Miller, Reinhard. 2001. Food Colloids: Fundamental of

    Formulation. Germany: Royal Society Chemistry. Hal: 117

    Dubick MA. 1986. Historical perspectives on the use of herbal preparations to

    promote health. JN The Journal of Nutrition. University of California,

    Davis, School of Medicine. Hal:1348-1349

    El-Din Hussein, Kamal, El-Tahir Ph D., Dana M Bakeet. 2006. The Black Seed

    Nigella sativa Linnaeus- A Mine for Multi Cures: A Plea for Urget Clinical

    Evaluation of its Volatile Oil. Department of Pharmacology, College of

    Pharmacy, King Saud University Riyadh Saudi Arabia. Hal: 4-14

    El-Kadi A, Kandil O. 1986. Effect of Nigella sativa (The Black Seeds) on

    immunity. Proceedings of the Fourth International Conference on Islamic

    Medicine. Bull. Islamic Med, 4. Hal: 344

    Gali-Muhtasib, Hala dkk. 2006. The Medicinal Potential of Black Seed (Nigella

    sativa) and its Components. Lead Molecules from Natural Products.

    Elsevier. Hal: 134

    Gennaro, A. R. 1990. Remingtons Pharmaceutical Science, Volume 2. Easton,

    Pennsylvania: Mack Publishing Company. Hal: 331

    Gilani, Anwar-ul Hasan, dkk. 2004. A review of medicinal uses and

    pharmacological activities of Nigella sativa. Department of Biological and

    Biochemical Sciences The Aga Khan University Medical College, Karachi,

    Pakistan. Pakistan Journal of Biological sciences 7 (4). Hal: 441-451

    Hanna, Dwisari Septi. 2012. Stabilitas Fisik dan Aktivitas Antioksidan Emulsi

    Ganda Tipe W/O/W Minyak Biji Jinten Hitam (Nigella sativa Linn) SebagaiSediaan Nutrasetika. Skripsi Universitas Indonesia, Fakultas Matematika

    dan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Farmasi. Hal: 32, 38-42, 44

    Houghton, P.J.,R.Zarka,B.De-las-Heras and J.R.Hoult. 1995. Fixed Oil of Nigella

    sativa and Derived Thymoquinone Inhibit Eicosanoid Generation in

    Leukocytes and Membrane Lipid Peroxidation. Planta Medica. Hal: 61

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    52/83

    37

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Huynh-BA, Kim. 2008. Handbook of Stability Testing in Pharmaceutical

    Development: Regulations, Methodologies, and Best Practices. New York:

    Springer Science Business Media, LLC, 233 Spring Street. Hal: 346-347

    Hutapea, Johnny Ria,DR, dkk. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indoensia (III).

    Departemen Kesehatan RI. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

    Hal: 163

    Intan, K., Hidayat, T., dan Setiabudy, D. 2012. Pengaruh kondisi homogenisasi

    terhadap karakteristik fisik dan mutu santan selama penyimpanan. Jurnal

    Litri 18(1). Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen

    Pertanian. Hal: 34-35

    Koocheki Arash, Kadkhodaee, Mortazawi, et al. 2009. Influence of Alyssum

    homolocarpum seed gum on the stability and flow properties of o/w

    emulsion prepared by high intensity ultrasound. Journal Food

    Hydrocolloids 23. Hal: 2417

    Lachman, L., Lieberman, H. A., Kanig, J. L. 1994. Teori dan Praktek Farmasi

    Industri, Edisi Ketiga. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hal: 1029,

    1031-1032, 1040, 1051,1063-1068, 1077

    Martin, A., Swarbrick, J., Commarata, A. 1993. Farmasi Fisik 2, Edisi Ketiga.

    Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hal: 794-799, 1079-1089, 1132, 1164

    Nickavar, B., Mojaba,F., Javidniab, K., dan Amolia, M.A. 2003. Chemical

    Composition of the Fixed and Volatile Oils of Nigella sativa L.from Iran. Z.

    Naturforsch 58c. Hal: 629-630

    Paarakh, Padma M. 2010. Nigella sativa Linn-a comprehensive review. Indian

    Journal of Natural Product and Resources. Vol 1(4). Hal: 400

    Padhye, Subhash dkk. 2008. From Here to Eternity-The Secret of Pharaohs:Therapetutic Potential of Black Cumin Seeds and Beyond. Department of

    Pathology and Division of Internal Medicine, Barbara Ann Karmanos

    Cancer Institute, Wayne University, School of Medicine, Detroit,MI-48201,

    USA.Cancer Ther.6(b). Hal: 495-510

    Phillips, G.O., and Williams, P.A. 2009. Handbook of Hydrocolloids: Second

    Edition. New York: CRC Press. Hal: 1-2

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    53/83

    38

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Ramadan, M.F.,Kroh,L.W.,dan Morsel,J.T. 2003. Radical scavenging activity of

    black cumin (Nigella sativa L), coriander (Coriandrum sativum L), and

    niger (Guizotiaabyssinica Cass.) crude seed oils and oil fractions. Journal

    Agricultural and Food Chemistry. Hal: 6961-6969

    Ramin, L., Mehranian,F., Vahabzadeh. 2009. Soy protein isolate and gum arabic

    composite affect stability of beverage emulsion. Iranian Journal of

    Chemical Enginering, Vol.6, No.2. Hal: 5

    Randhawa, Mohammad Akram. 2008. Black seed, Nigella sativa, deserves more

    attention. J Ayub Med Coll Abbottabad, 20 (2). Hal: 1

    Rezvani, E., Taherian. A.R., Schleining, G. Physical Stability of Beverage

    Emulsions as Influences of Orange Oil, Tragancanth, and Arabic Gums

    Concentrations. Austria. Canada: Department of Food Sciences and

    Technology, BOKU University; Food Research and Development Center,

    Agriculture and Agri-Food Canada. Hal: 1-2

    Rowey, R.C., Sheskey, P.J., dan Owen, S.C. 2006. Handbook of Pharmaceutical

    Excipients Fifth Edition. London: Pharmaceutical Press. Hal: 1-3, 295-298,

    657-658, 662-664, 744-747, 785-787

    Salomi NJ., Nair SC., Panikkar KR. 1991. Inhibitory effects of Nigella sativa and

    Saffron (Crocus sativus) on Chemical Carcinogenesis in mice. Nut Cancer

    16. Hal: 67-72

    Sinko, Patrick J,PhD, RPh. 2011. Martins Physical Pharmacy and

    Pharmaceutical Sciences. Sixth Edition. Lippincott Williams & Wilkins at

    530 Walnut Street: Philadelphia, PA 19106

    Sultan, Muhammad Tauseef., Sadiq Butt, Masood., Muhammad Anjum, Faqir.,

    Jamil, Amer., Akhtar, Saeed., Nasir, Muhammad.2009. Nutritional Profileof Indigenous Cultivar of Black Cumin Seeds and Antioxidant Potential of

    its Fixed and Essential Oil. Palestina: National Institute of Food Science

    and Technology, University of Agriculture, Faisalabad, Palestina. Hal:

    1321-1322

    Vahid, Samavati., Djomeh, Emam., Amin, Mohammad., Mahmoud, Omid., Ali,

    Mehdinia. 2012. Application of Rheological Modeling in Food Emulsions.

    Vol.31, No.2 Iran J.Chem. Eng. Iran: University of Tehran. Hal: 72

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    54/83

    39

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Voight, Rudolf. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Penerjemah

    Dr.rer.nat.Soendani Noerono Soewandhi, Apt. Dan Dr.Mathilda

    B.Widianto, Apt., Jurusan Farmasi FMIPA ITB, Fakultas Farmasi UGM.

    Gajah Mada University Press:Yogyakarta. Hal: 434-436, 564

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    55/83

    40

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    LAMPIRAN

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    56/83

    41

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Gambar ........................................................................................ 42-49

    Lampiran Tabel............................................................................................. 52-65

    Lampiran Sertifikat ....................................................................................... 66-67

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    57/83

    42

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Lampiran 1. Gambar minyak biji jinten hitam (PT Prima Agritech Nusantara,

    Depok)

    Lampiran 2.Gambar Alat yang Digunakan dalam Penelitian

    Gambar 1. Viskometer HAAKE Gambar 2. pH meter

    Gambar 3. Stirer Homogenizer Gambar 4. Oven

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    58/83

    43

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Gambar 5. Refrigerator Gambar 6. Mikroskop

    Gambar 7. Sentrifugasi

  • 7/23/2019 Warda Nabiela Fkik

    59/83

    44

    UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

    Lampiran 3. Gambar hasil uji volume creaming formula emulsi tipe M/A

    minyak biji jinten hitam selama 21 hari penyimpanan

    Keterangan: F1=Tragakan 1% ; F2=Tragakan 1,5%