Top Banner
H otel Bumi Segah berada di tepi Sungai Segah Kabupaten Berau dipilih menjadi tempat pertemuan kali ketiga para anggota kelompok- kelompok kerja yang tergabung dalam Joint Working Group (Kelompok Kerja Bersama) sebagai forum diskusi. Pertemuan ini berlangsung pada 3-4 Februari 2010 dengan beberapa agenda utama pembahasan, antara lain rancangan bussiness plan (rencana strategi) Program Karbon Hutan Berau (PKHB), integrasi pengembangan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dalam PKHB serta bagaimana peran masing-masing pihak dalam pengembangan PKHB untuk lima tahun ke depan. Dalam sambutan pembukaannya, Bupati Berau Bapak H. Makmur HAPK menyampaikan beberapa hal terkait dengan pengelolaan sumberdaya alam di Kabupaten Berau baik potensi, komitmen dan tantangan yang dihadapi oleh daerah. Dari total luas daratan Berau yaitu 2,2 juta hektar baik kawasan hutan produksi, hutan lindung yang kondisinya pada saat ini relatif masih terjaga dengan baik, jika itu kita bandingkan dengan kawasan yang sama dibeberapa daerah Kalimantan Timur. Berau juga memiliki juga Kawasan Budidaya Non Kehutanan yang diperuntukan untuk beberapa kegiatan pembangunan sektor perkebunan, pertanian, pemukiman, pertambangan dan sektor -sektor non kehutanan lainnya. Disamping sektor kehutanan tersebut, Kabupaten Berau juga mempunyai potensi dibidang kelautan baik berupa pesisir pantai berupa hutan mangrove dan pulau-pulau kecil yang dikelola dengan prinsip kelestarian dan pemberdayaan masyarakat. Dengan potensi yang dimiliki tersebut, Kabupaten Berau telah berkomitmen dengan melakukan beberapa kebijakan strategis seperti Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK Tahun 2005-2025) dan telah dipaduserasikan dengan Rencana Tata Ruang Propinsi (RTRWP). Pemerintah Kabupaten Berau bertekad untuk mempertahankan kawasan hutan terutama yang berada dihulu Kelay dan Segah menjadi kawasan lindung. Pada kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil, Pemerintah Kabupaten telah membentuk Badan Kolaborasi Pengelolaan Kawasan Konservasi Laut, yang sekarang telah disusun rencana strategis pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil termasuk pengelolaan hutan mangrove. Namun dalam mengimplementasikasikan program pengelolaan sumber daya alam tersebut, ada kendala yang dihadapi oleh Kabupaten Berau terutama belum mantapnya fungsi kawasan dengan belum disyahkannya peta RTRW sehingga belum dapat dijadikan dasar dalam pengambilan kebijakan. Sebagaimana diketahui bahwa Kabupaten Berau telah ditunjuk oleh Menteri Kehutanan RI untuk menjadi salah satu daerah dilaksanakannya Demonstration Activities Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (DA-REDD) sehingga dapat menjadi peluang bagi Berau untuk mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alamnya dan dapat mengatasi kendala pengelolaan yang dihadapi selama ini. Forum diskusi antar POKJA (JWG) ini menjadi wadah komunikasi berbagai isu penting dalam menjawab tantangan yang dihadapi oleh para pihak termasuk peluang-peluang yang dapat dikembangkan untuk JOINT WORKING GROUP III (bersambung ke hal. 8) Jan - Feb 2010 Volume 6 Inside Issue: Mengenal Lebih Dekat REDD dan PKHB . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2 Kabupaten Berau Sebagai Salah Satu Lokasi REDD Demonstration Activities 3 Konsep Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dalam Kerangka Program Karbon Hutan Berau (PKHB) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4 Pendalaman GIS dan Problematikanya bersama SEKALA . . . . . . . . . . . . . . . . . 5 Konsolidasi Temuan Kajian Keterlibatan Masyarakat dalam Skema REDD Skala Kabupaten di Berau. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6 Belajar Konservasi langsung di Bumi Borneo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7
8

Vol 6 - Pokja REDD Berau

Mar 20, 2016

Download

Documents

Newsletter Pokja REDD Berau - Volume 6 - Januari-Februari 2010
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Vol 6 - Pokja REDD Berau

H otel Bumi Segah berada di tepi Sungai Segah

Kabupaten Berau dipilih menjadi tempat

pertemuan kali ketiga para anggota kelompok-

kelompok kerja yang tergabung dalam Joint

Working Group (Kelompok Kerja Bersama) sebagai forum

diskusi. Pertemuan ini berlangsung pada 3-4 Februari 2010

dengan beberapa agenda utama pembahasan, antara lain

rancangan bussiness plan (rencana strategi) Program Karbon

Hutan Berau (PKHB), integrasi pengembangan Kesatuan

Pengelolaan Hutan (KPH) dalam PKHB serta bagaimana peran

masing-masing pihak dalam pengembangan PKHB untuk lima

tahun ke depan.

Dalam sambutan pembukaannya,

Bupati Berau Bapak H. Makmur HAPK

menyampaikan beberapa hal terkait

dengan pengelolaan sumberdaya alam

di Kabupaten Berau baik potensi,

komitmen dan tantangan yang

dihadapi oleh daerah.

Dari total luas daratan Berau yaitu 2,2

juta hektar baik kawasan hutan

produksi, hutan lindung yang

kondisinya pada saat ini relatif masih

terjaga dengan baik, jika itu kita

bandingkan dengan kawasan yang

sama dibeberapa daerah Kalimantan

Timur. Berau juga memiliki juga

Kawasan Budidaya Non Kehutanan

yang diperuntukan untuk beberapa

kegiatan pembangunan sektor

perkebunan, pertanian, pemukiman, pertambangan dan sektor

-sektor non kehutanan lainnya. Disamping sektor kehutanan

tersebut, Kabupaten Berau juga mempunyai potensi dibidang

kelautan baik berupa pesisir pantai berupa hutan mangrove

dan pulau-pulau kecil yang dikelola dengan prinsip kelestarian

dan pemberdayaan masyarakat.

Dengan potensi yang dimiliki tersebut, Kabupaten Berau telah

berkomitmen dengan melakukan beberapa kebijakan strategis

seperti Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

(RTRWK Tahun 2005-2025) dan telah dipaduserasikan dengan

Rencana Tata Ruang Propinsi (RTRWP).

Pemerintah Kabupaten Berau bertekad untuk

mempertahankan kawasan hutan terutama yang berada

dihulu Kelay dan Segah menjadi kawasan lindung. Pada

kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil, Pemerintah Kabupaten

telah membentuk Badan Kolaborasi Pengelolaan Kawasan

Konservasi Laut, yang sekarang telah disusun rencana strategis

pengelolaan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil termasuk

pengelolaan hutan mangrove.

Namun dalam mengimplementasikasikan program

pengelolaan sumber daya alam tersebut, ada kendala yang

dihadapi oleh Kabupaten Berau terutama belum mantapnya

fungsi kawasan dengan belum disyahkannya peta RTRW

sehingga belum dapat dijadikan dasar dalam pengambilan

kebijakan.

Sebagaimana diketahui bahwa Kabupaten Berau telah ditunjuk

oleh Menteri Kehutanan RI untuk menjadi salah satu daerah

dilaksanakannya Demonstration Activities Reducing Emissions

from Deforestation and Forest Degradation (DA-REDD)

sehingga dapat menjadi peluang bagi Berau untuk

mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alamnya dan dapat

mengatasi kendala pengelolaan yang dihadapi selama ini.

Forum diskusi antar POKJA (JWG) ini menjadi wadah

komunikasi berbagai isu penting dalam menjawab tantangan

yang dihadapi oleh para pihak termasuk peluang-peluang yang

dapat dikembangkan untuk

JOINT WORKING GROUP III

(bersambung ke hal. 8)

Jan - Feb 2010 Volume 6

Inside Issue: Mengenal Lebih Dekat REDD dan PKHB . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

Kabupaten Berau Sebagai Salah Satu Lokasi REDD Demonstration Activities 3

Konsep Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dalam Kerangka Program Karbon

Hutan Berau (PKHB) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

Pendalaman GIS dan Problematikanya bersama SEKALA . . . . . . . . . . . . . . . . . 5

Konsolidasi Temuan Kajian Keterlibatan Masyarakat dalam Skema REDD

Skala Kabupaten di Berau. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6

Belajar Konservasi langsung di Bumi Borneo . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7

Page 2: Vol 6 - Pokja REDD Berau

K eputusan Conference of Parties (COP 13)

tentang “reducing emission from deforestation

in developing countries: approach to stimulate

action” di Bali December 2007 mendorong para

pihak untuk mendukung upaya pengurangan emisis dari

deforestasi dan degradasi hutan sebagai upaya mitigasi

perubahan iklim di sektor kehutanan.

Walaupun pada kenyataannya masih banyak

ketidakjelasan dan perbedaan pendapat tentang REDD,

namun proses-proses persiapan untuk kegiatan-kegiatan

REDD sudah berjalan di berbagai tingkat di Indonesia. Di

Indonesia REDD akan menjadi pola pendekatan nasional

dengan pelaksanaan pada tingkat sub-nasional. Hal ini

akan memerlukan keterlibatan dan komitmen yang luas

dari berbagai pemangku kepentingan.

Namun demikian, sebagai sebuah isu yang baru dan

masih sedang berkembang, pemahaman yang jelas

tentang REDD, konteksnya dan bagaimana para pihak

bisa terlibat dalam mekanisme ini masih sangat terbatas

terutama di tingkat daerah. Ada ketimpangan

pemahaman, pengetahuan dan ketrampilan terkait

mekanisme REDD, perkembangannya sebagai sebuah

dialog global, persiapan secara nasional, bagimana

daerah bisa terlibat dalam implementasi REDD, apa

implikasi yang timbul, serta peran dan tanggung jawab

apa yang patut menjadi komitmen para pemangku

kepentingan lokal, patut untuk difahami secara kafah.

Berau, sebagai salah satu kabupaten

yang masih memiliki tutupan hutan

yang cukup luas telah mencoba untuk

mengambil peran yang sangat penting

dalam pengembangan ujicoba REDD di

Indonesia. Pemerintah Kabupaten

Berau telah berkomitmen untuk

terlibat secara langsung dalam

pengembangan program ujicoba ini

melalui Program Karbon Hutan Berau

(PKHB).

Melalui Kelompok Kerja REDD

Kabupaten Berau yang dibentuk oleh

Bupati Berau sejak tahun 2008, dan

dengan didukung mitra utama The

Nature Conservancy melakukan

u j i c o b a R E D D d e n g a n

mengembangkan berbagai strategi pada beberapa status

kawasan di tingkat kabupaten sebagai bentuk masukan

bagi pengembangan mekanisme nasional.

Rancang bangun program karbon hutan di Berau mulai

disusun bersama-sama antara POKJA REDD Kabupaten

Berau dengan berbagai pihak di provinsi, nasional

5-7 Januari 2010 dilakukan kegiatan pelatihan

pengenalan REDD dan PKHB yang bertempat di Hotel

Bumi Segah Tanjung Redeb. Kegiatan ini diikuti

setidaknya 40 orang peserta yang merupakan perwakilan

dari instansi dan dinas di lingkungan Pemerintah

Kabupaten Berau, perusahaan bidang kehutanan dan

perkebunan, perguruan tinggi dan lembaga masyarakat

lainnya.

Berbagai hal disampaikan dan diulas oleh pemateri

kemudian didiskusikana bersama oleh seluruh peserta

sehingga proses yang berlangsung secara dua arah agar

pemahaman yang lebih baik dapat lebih dicapai.

Pemateri yang berasal dari tim POKJA REDD Berau, TNC,

WE, IHSA, CSF-Unmul, SEKALA menyampaikan berbagai

topik yang dimulai dengan isu pemanasan global: sebab

dan akibatnya; apa itu deforestasi dan degradasi hutan;

bagaimana peran hutan dalam mengatasi pemanasan

global; konsep REDD dan elemen didalamnya baik teknis,

hukum dan sosial, manfaat dan kerugian dari skema

REDD; konsep perdagangan karbon yang sedang

berkembang.

Topik yang utama dibahas adalah rancang bangun dari

Program Karbon Hutan Berau, dimulai dengan tujuan

dari program, strategi yang disusun dalam

mengimplementasikan program tersebut di tingkat

lapangan, bagaimana masyarakat dapat terlibat dalam

PKHB dan berbagai aspek lainnya juga dibahas.

Diharapkan dengan adanya pelatihan ini para peserta

dapat memahami REDD dan PKHB kemudian dapat

disebarluaskan ke lingkungan kerja masing-masing

sebagaimana terangkum dalam rencana tindak lanjut

para peserta yang diantaranya akan menyebarkan

informasi ini ke rekan kerja, pimpinan, membuat jejaring

belajar dan lainnya. (Adji/Iwied)

Mengenal Lebih Dekat REDD dan PKHB

Volume 6 Hal. 2

Page 3: Vol 6 - Pokja REDD Berau

Kabupaten Berau Sebagai Salah Satu Lokasi REDD Demonstration Activities

M enteri Kehutanan

pada 6 Januari

2010 telah me-

launching empat

REDD Demonstration Activities

Indonesia, yaitu kerjasama

Departemen Kehutanan dengan

Pemerintah Australia, Pemerintah

Jerman, International Tropical

Timber Organization (ITTO) dan

The Nature Conservancy (TNC),

bertempat di Ruang Sonokeling,

Gedung Manggala Wanabakti,

Jakarta.

Dalam acara yang dihadiri para

Duta Besar Negara Sahabat,

Direktur Eksekutif International

Tropical Timber Organization, dan

para Gubernur serta para pejabat

Departemen Kehutanan disampaikan penunjukan

beberapa daerah dalam pengembangan kegiatan

percontohan REDD yaitu kerjasama dengan Pemerintah

Australia telah dilaksanakan di Kalimantan Tengah dan

akan segera diikuti di Provinsi Jambi. Dengan Pemerintah

Jerman di Kalimantan Timur dan akan diikuti Kalimantan

Barat. Dengan ITTO dilaksanakan di Taman Nasional

Meru Betiri di Jawa Timur. Sedang dengan TNC

dilaksanakan di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.

Penunjukan Kabupaten Berau ini merupakan langkah

nyata dalam pengembangan Program Karbon Hutan

Berau yang dimulai sejak tahun 2008 dan merupakan

kerjasama antar Pemerintah Kabupaten Berau melalui

Kelompok Kerja (POKJA) REDD-nya dan The Nature

Conservancy. Dengan penunjukan ini dapat menjadi

peluang bagi Kabupaten Berau dalam meningkatkan tata

kelola sumber daya alam yang dimilikinya dengan lebih

baik dan tentunya meningkatkan kesejahteraan

masyarakat Berau. Selain itu juga mendukung program

Pemerintah RI dalam upaya mengatasi dampak

perubahan iklim secara nyata.

Peluncuran program ini merupakan salah satu rencana

aksi Program Kerja 100 Hari Kontrak Kinerja Menteri

Kehutanan yang ditargetkan dapat dicapai dalam bulan

Januari 2010. Ke-empat kegiatan percontohan yang akan

di-launching tersebut, diharapkan dalam memberikan

masukan bagi penyiapan mekanisme REDD yang saat ini

masih terus berlangsung dengan tidak tuntasnya

perundingan di COP-15 di Copenhagen bulan lalu dan

adanya sejumlah kendala metodologis yang masih harus

ditangani. Diharapkan momentum ini dapat memacu

kegiatan-kegiatan serupa yang sedang dan akan

dilaksanakan.

Sektor Kehutanan memegang peranan penting dalam

permasalahan perubahan iklim, terutama dalam

memberikan solusi yang signifikan, efektif dan efisien

yang sangat ditunggu dan diharapkan oleh banyak pihak.

Dalam perundingan di Copenghagen, sektor kehutanan

termasuk yang paling banyak mencapai perkembangan

dan kemajuan. Diharapkan DA-REDD yang akan

luncurkan ini dapat berjalan sesuai rencana serta efektif

dalam memberikan masukan penyiapan mekanisme

baku REDD. (Iwied_diolah dari siaran press Kepala Pusat Informasi Kehutanan,

Dephut, 6 Januari 2010)

Volume 6 Hal. 3

“Penunjukan Kabupaten Berau sebagai REDD Demonstration Activities merupakan langkah nyata dalam pengembangan Program Karbon Hutan Berau yang dimulai sejak 2008 yang merupakan kerjasama Pemerintah Kabupaten Berau melalui POKJA REDD-nya dan TNC. Ini peluang bagi Kabupaten Berau dalam meningkatkan tata kelola SDA dengan lebih baik dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Berau. “

Page 4: Vol 6 - Pokja REDD Berau

P rogram Karbon Hutan

Berau (PKHB) adalah

program kemitraan multi

pihak baik pemerintah,

swasta, dan masyarakat yang

membuka peluang bagi Berau

untuk mencapai sasaran-sasa¬ran

pembangunannya dan pada saat

yang bersamaan tetap mengelola

hutannya secara berkelanjutan.

Hal ini dilakukan dengan

mengembangkan mekanisme

pendanaan karbon yang secara

efektif memberikan insentif atas

pengurangan emis i yang

diakibatkan oleh hilangnya tutupan

hutan. Lewat upaya ini, Berau

m e n a w a r k a n k e s e m p a t a n

pembelajaran bermakna penting

tentang bagaimana konsep Mengurangi Emisi Karbon

Akibat Deforestasi dan Degradasi Hutan (Reducing

Emissions from Deforestation and Forest Degradation—

REDD) dapat diterapkan di wilayah Indonesia yang cukup

luas dan kompleks.

Dalam pembangunan PKHB, salah satu tantangan utama

adalah membangun kapasitas lapangan untuk

mendukung pengelolaan sumberdaya alam lintas

bentang alam (landskap). Hal ini penting bagi

pengelolaan hutan produksi, hutan lindung, kebun

kelapa sawit, pertambangan dan pengelolaan kegiatan

pertanian yang dilakukan oleh masyarakat.

Karena proses desentralisasi belum sepenuhnya selesai,

banyak wilayah-wilayah yang tanggungjawab tidak

begitu jelas terbagi kepada institusi pemerintahan. PKHB

diharapkan dapat menjadi peluang penting dalam

menguji pengaturan-pengaturan kelembagaan dan

pilihan-pilihan pendekatan-pendekatan untuk membawa

peningkatan kapasitas lapangan dan peran yang lebih

jelas dalam pengelolaan sumberdaya alam.

Salah satu peluang penting adalah dengan membantu

ujicoba KPH (Kesatuan Pengelolaan Hutan) di Kabupaten

Berau. Sementara ini telah banyak diskusi tentang KPH,

namun masih banyak perbedaan pendapat bagaimana

KPH dapat di-design. Salah satu diskusi penting yang

perlu dilakukan khususnya terkait pendekatan

institusional adalah dengan membangun kapasitas

lapangan untuk mendukung baik pengelolaan hutan

maupun non hutan.

Terkait dengan hal tersebut, dilakukan diskusi terbatas

dari para pakar dan praktisi yang selama ini terlibat

untuk mengelola hutan dan membangun KPH ini.

Kegiatan diskusi ini dilaksanakan pada tanggal 19-20

Januari 2010 di Hotel Grand Tiga Mustika, Balikpapan,

dihadiri oleh perwakilan dari Pemerintah Pusat, Provinsi

Kaltim dan Pemerintah Berau.

Diskusi ini dilakukan dengan tujuan untuk;

menyelaraskan dan meningkatkan pemahaman tentang

pembangunan KPH dalam pengelolaan sumberdaya alam

(SDA), mendiskusikan pilihan-pilihan dan strategi-strategi

kunci PKHB untuk membangun kapasitas lapangan dalam

pengelolaan SDA tersebut, kemudian mensinergikan

pembangunan PKHB dengan upaya-upaya perbaikan

pengelolaan SDA baik yang dilakukan oleh pemerintah,

swasta dan masyarakat madani lainnya serta sekaligus

untuk mendapatkan masukan dari stakeholders

pemerintah, swasta dan masyarakat madani dalam

pengembangan PKHB ini.

Dari diskusi ini Kabupaten Berau akan mencoba

menyusun Draft Rancang Bangun KPH di Kabupaten

Berau yang akan disingkronisasikan dengen Dinas

Kehutanan Provinsi untuk kemudian dibawa ke pusat

untuk mendapatkan masukan dan tindaklanjut. Selain itu

juga akan dibentuk tim khusus dari Dinas Kehutanan

Kabupaten Berau dalam penyusunan draft rancang

bangun tersebut. Diharapkan draft ini sudah bisa masuk

pada bulan April 2010. Untuk itu diperlukan kerja sama

antar elemen sektor kehutanan dalam penyusunan draft

ini. (M. Fajri)

Konsep Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) dalam Kerangka Program Karbon

Hutan Berau (PKHB)

Volume 6 Hal. 4

Page 5: Vol 6 - Pokja REDD Berau

P engetahuan dan keterampilan

penggunaan aplikasi ini sangat

penting bagi Anggota-anggota

Kelompok Kerja REDD

Kabupaten Berau yang nantinya akan

berfungsi dalam pengolahan dan

pengambilan keputusan implementasi

Program Karbon Hutan Berau (PKHB).

Kabupaten Berau telah berkomitmen

untuk terlibat secara langsung dalam

upaya mengatasi pemanasan global

dengan menjadi Pilot Project

pelaksanaan program Reducing Emission

from Deforestation and Degradation

(REDD) di Indonesia. Salah satu aspek

penting yang harus dipersiapkan adalah

ketersediaan data-data spatial kawasan

dan analisis data-data tersebut.

Yayasan Serasi Kelola Alam (Sekala)

sebagai salah satu mitra dalam Program

Karbon Hutan Berau selain membantu dalam pengolahan

dan penyediaan data spatial juga mengadakan pelatihan-

pelatihan guna meningkatkat kapasitas anggota pokja

maupun instansi pemerintah. Selain itu Sekala juga

memberikan kesempatan kepada peserta pelatihan

untuk mengikuti kegiatan magang di kantor Sekala.

Untuk lebih mempermudah dalam kegiatan pelatihan

diharapkan peserta dapat membawa permasalahan di

bidang SIG maupun penginderaan jauh yang nantinya

akan menjadi materi dalam kegiatan magang.

Untuk lebih memfokuskan pada materi pendalaman

maka instruktur meminta agar peserta magang membuat

deskripsi permasalahan yang sering dihadapi dalam

pengelolahan dan analisis data spatial sehingga

instruktur dapat menyiapkan materi dengan lebih baik

dan matang. Selain itu juga magang kali ini merupakan

tahapan lanjutan dari beberapa seri pelatihan

sebelumnya. Adji Rachmad dari Sekretariat POKJA REDD

Kab. Berau mendapatkan kesempatan untuk mengikuti

kegiatan ini pada 18 – 22 Januari 2010 dengan

didampingi 2 orang instruktur yaitu Sebastian Bagas

Tiangan dan C. Cicik M.

Pelaksanaan kegiatan magang ini dititik beratkan pada

praktek pengolahan data sesuai dengan tor/proposal

yang dibuat oleh peserta. Instruktur terlebih dahulu

memberikan pemahaman materi atau teori dasar untuk

sebelum melangkah pada kegiatan praktek.

Secara garis besar ada beberapa topik yang dibahas Adji

bersama instruktur seperti pengolahan data radar

(SRTM), perhitungan Karbon dengan menggunakan data,

analisis kesesuaian lahan, pembuatan blok tanaman

untuk memperkaya pengetahuan dengan memanfaatkan

analisis ArcGis dan tentunya penyajian data dalam data

set yang terpadu (DVD).

Berdasarkan topik-topik tersebut, pemberian

pemahaman melalui materi presentasi dan langsung

praktek dengan menggunakan data-data yang ada

membuat pemahaman dan keterampilan peserta

meningkat. Tentunya tujuan akhir dari kegiatan ini, Adji

dapat mengimplementasikan ilmu yang diperoleh dalam

pengembangan PKHB sekaligus menularkan kepada para

pihak yang ada di Kabupaten Berau sehingga

pengelolaan sumber daya alam berbasis data spatial

dapat terus meningkat. (Adji/Iwied)

Pendalaman GIS dan Problematikanya bersama SEKALA

Volume 6 Hal. 5

Page 6: Vol 6 - Pokja REDD Berau

melalui konsep pengelolaan hutan sesuai aturan

yang telah ada seperti hutan rakyat, hutan desa,

hutan adat melalui penguatan kapasitas organisasi

masyarakat, peningkatan ekonomi alternatif lainnya

serta meningkatkan kerjasama antar kampung.

Selanjutnya untuk mendiskusikan lebih detail,

peserta dibagi menjadi tiga kelompok yaitu

kelompok yang mendiskusikan masyarakat di sekitar

kawasan hutan produksi (HPH); masyarakat sekitar

kawasan budidaya non kehutanan (KBNK) dalam hal

ini perkebunan dan kelompok yang mendiskusikan

masyarakat di sekitar kawasan hutan lindung.

Diskusi kelompok ini diarahkan untuk menjawab

beberapa pertanyaan kunci keterlibatan masyarakat

seperti apa hak atas sumberdaya yang dapat

diupayakan untuk masyarakat di wilayah tersebut?;

bagaimana strategi dan langkah pengupayaan hak

masyarakat tersebut?; Kendala dan sengketa apa

yang akan muncul dan bagaimana pengelolaan/cara

mengatasi sengketa tersebut?; bagaimana menata

hubungan antara perusahaan dan masyarakat

kampung? Serta dukungan apa saja dan dari siapa

saja yang dibutuhkan untuk strategi tersebut. (Fajri/

Iwied)

S ebagai bagian dari

upaya pengembangan

program REDD skala

kabupaten di Berau,

TNC dan WE telah memfasilitasi

pelaksanaan serangkaian kajian

yang salah satunya adalah

tentang aspek keterlibatan

masyarakat yang dilaksanakan

pada bulan Oktober dan

November 2009.

Kajian itu difokuskan pada

bagaimana masyarakat dapat

dilibatkan dalam Program

Karbon Hutan Berau (PKHB) dan

bagaimana program ini dapat

membantu masyarakat dalam

pengelolaan sumberdaya alam.

Secara spesifik rangkaian

kegiatan ini ditindaklanjuti

dengan pertemuan konsultatif

yang diperlukan untuk perencanaan PKHB dan

memberikan rekomendasi-rekomendasi yang dapat

dilaksanakan dan rencana aksi komponen pelibatan

masyarakat dalam PKHB.

Sebagai bagian dari tahapan proses pematangan

hasil kajian tersebut dan juga untuk mendapatkan

lebih banyak masukan dari para pihak maka pada

tanggal 20 – 21 Januari 2010, dilaksanakan

lokakarya konsolidasi temuan kajian keterlibatan

masyarakat di hotel Aston Balikpapan. Lokakarya ini

sendiri diikuti oleh anggota Kelompok Kerja REDD

Berau, TNC, WE, dan IHSA sebagai narasumber pada

pengkajian keterlibatan masyarakat.

Dalam presentasi hasil kajiannya, WE memaparkan

beberapa hal terkait dengan kajian yang dimulai dari

latar belakang, tujuan, metode dan temuan-temuan

yang diperoleh di lapangan. Berdasarkan temuan-

temuan tersebut coba dirumuskan berbagai gagasan

keterlibatan masyarakat dalam skema REDD ini.

Gagasan yang coba dikembangkan antara lain

pemberian ruang untuk dapat terlibat langsung

dalam pengelolaan hutan dan memastikan hak-hak

masyarakat dalam mengelola sumber daya alam

Konsolidasi Temuan Kajian Keterlibatan Masyarakat dalam Skema REDD

Skala Kabupaten di Berau.

Volume 6 Hal. 6

Page 7: Vol 6 - Pokja REDD Berau

M etode belajar

l a n g s u n g d i

lapangan tentunya

m e n j a d i

pengalaman yang amat berharga

bagi para mahasiswa Universitas

Quest yang mengikuti program

Ethical Expeditions: Conservation

in Borneo sehingga ilmu yang

didapat di bangku kuliah menjadi

lebih dipahami dan dapat

diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari. Sekaligus membuka

wawasan mahasiswa terkait

p e r k e m b a n g a n p r o g r a m

konservasi di Kalimantan atau

Bumi Borneo.

Ethical Expeditions merupakan

program yang dikembangkan oleh

Brent Loken dan Sheryl dengan

tujuan utama mengembangkan

program konservasi melalui

pendidikan. “Konservasi itu tidak hanya bisa dipelajari di

sekolah atau melalui buku saja tetapi harus langsung di

lokasi konservasinya sendiri” ungkap Brent.

Pada tahun 2010 ini Brent mengajak 18 mahasiswa

Universitas Quest Kanada melakukan perjalanan ke

Borneo untuk belajar berbagai upaya konservasi yang

dilakukan oleh para pihak di beberapa daerah di

Kalimantan Timur.

Dipilihnya Kalimantan Timur karena kawasan ini masih

terdapat kawasan hutan tropis yang masih terbilang

dalam kondisi baik namun menghadapi berbagai

ancaman dan tantangan dalam pengelolaannya.

Sehingga banyak program konservasi yang

dikembangkan dalam upaya pengelolaan yang lestari

agar sumber daya alam tersebut tidak terus menghadapi

degradasi. Para mahasiswa ini memulai pengalamannya

dengan belajar program rehabilitasi Orangutan yang

dilakukan oleh Yayasan Borneo Orangutan Society (BOSF)

di Samboja Balikpapan. Kemudian dilanjutkan dengan

mengunjungi kawasan Hutan Lindung Wehea di

Kabupaten Kutai Timur, dimana mahasiswa juga belajar

tentang upaya pengelolaan hutan lindung yang dilakukan

oleh masyarakat adat Wehea. Tidak berhenti disitu,

perjalanan dilanjutkan ke Kabupaten Berau untuk belajar

dan mendapatkan pengalaman tentang program

konservasi yang dilakukan oleh para pihak di daerah ini.

Mendapat kunjungan dari mahasiswa Kanada tidak disia-

siakan begitu saja oleh mahasiswa beberapa sekolah

tinggi yang ada di Berau seperti STIT, STIEM dan STIPER.

Mahasiswa dari ketiga sekolah tinggi tersebut

melaksanakan sebuah seminar internasional dalam

menyambut mahasiswa dari Universitas Quest Kanada.

Seminar ini dilaksanakan di Kampus STIEM pada tanggal

9 Februari 2010 dan tidak hanya diikuti oleh mahasiswa

saja tetapi juga beberapa siswa dari SMU di Kabupaten

Berau. Dalam seminar yang dibuka langsung oleh Bapak

Suparno Kasim selaku Asisten II Setda Berau dipaparkan

informasi tentang Kabupaten Berau mulai dari kondisi

geografi, ekonomi, pendidikan, pariwisata, serta sosial

budayanya yang semuanya disampaikan oleh perwakilan

dari ketiga sekolah tinggi. Selain itu juga disampaikan

program-program konservasi yang saat ini sedang

dilaksanakan di Kabupaten Berau antara lain program

kelautan, program pengelolaan kawasan hutan lindung

Sungai Lesan, Program Karbon Hutan Berau, pengelolaan

mangrove.

Pemaparan Program Karbon Hutan Berau yang dilakukan

oleh Sekretariat POKJA REDD Kabupaten Berau

mendapatkan apresiasi yang sangat baik dari mahasiswa

Quest dimana mereka juga konsern terhadap isu

perubahan iklim dan salah satu tujuan utama ke Berau

adalah mengetahui upaya yang dilakukan oleh Berau

da lam menghadapi

Belajar Konservasi Langsung di Bumi Borneo.

Volume 6 Hal. 7

(bersambung ke hal. 8)

Page 8: Vol 6 - Pokja REDD Berau

Joint Working Group III ….. Dari hal 1

belum disyahkannya peta RTRW sehingga belum dapat

dijadikan dasar dalam pengambilan kebijakan.

Sebagaimana diketahui bahwa Kabupaten Berau telah

ditunjuk oleh Menteri Kehutanan RI untuk menjadi salah satu

daerah dilaksanakannya Demonstration Activities Reducing

Emissions from Deforestation and Forest Degradation (DA-

REDD) sehingga dapat menjadi peluang bagi Berau untuk

mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alamnya dan dapat

mengatasi kendala pengelolaan yang dihadapi selama ini.

Forum diskusi antar POKJA (JWG) ini menjadi wadah

komunikasi berbagai isu penting dalam menjawab tantangan

yang dihadapi oleh para pihak termasuk peluang-peluang yang

dapat dikembangkan untuk mencapai tujuan bersama. Forum

JWG 3 ini dihadiri oleh perwakilan dari berbagai pihak mulai

dari institusi Pemerintah Pusat, institusi Pemerintah Provinsi,

institusi Pemerintah Kabupaten, kalangan swasta, perguruan

tinggi di Kaltim dan juga kalangan Lembaga Swadaya

Masyarakat.

Pada hari pertama disampaikan

bussines plan (rencana strategi)

Program Karbon Hutan Berau yang

berisi gambaran besar dari program,

bagaimana strategi yang akan

dikembangkan pada beberapa tipe

kawasan hutan dan non hutan serta

pengembangan tata kelola termasuk

koordinasi antar sektor yang

berkepentingan dengan pengelolaan

kawasan hutan. Dilanjutkan dengan

peluang pembentukan KPH di

Kabupaten Berau dalam kerangka

PKHB dimana pengelolaan hutan dapat

dilakukan secara langsung di daerah

melalui lembaga yang dibentuk yaitu

Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH)

dengan melihat karakteristik wilayah

yang ada di Kabupaten Berau.

Di hari kedua, peserta dibagi menjadi beberapa kelompok

untuk membahas lebih jauh terkait dengan rencana strategi

PKHB terutama dalam mengkaji peran para pihak dalam

pengembangan program lima tahun ke depan. Diskusi

kelompok yang berlangsung dengan penuh antusias

melahirkan banyak masukan kepada perencanaan program

dan peran, harapan para pihak dari program ini. Masukan ini

tentunya akan memperkaya perencanaan strategi yang telah

disusun.

Pertemuan JWG 3 ini ditutup dengan mengajak peserta untuk

menikmati keindahan sungai Berau sembari melakukan

pengamatan monyet Bekantan yang ada disepanjang sungai

Berau. Dengan menggunakan empat unit speedboat peserta

dapat melihat beberapa kelompok bekantan yang sedang

menikmati makan malam di ujung pohon bakau. (Iwied)

Volume 6 Hal. 8

perubahan iklim dengan persiapan implementasi REDD

(reducing emission from deforestation and forest

degradation).

Selama di Kabupaten Berau, mahasiswa Universitas

Quest melakukan kunjungan ke kawasan Hutan

Lindung Sungai Lesan dan juga pulau Maratua sehingga

dapat dilihat langsung pentingnya program konservasi

yang dilakukan di kawasan hulu (hutan) untuk terus

berlanjut ke kawasan laut atau sering diistilahkan

“Ridge to Reef”.

Berbagai pengalaman yang diperoleh dituangkan dalam

bentuk dokumentasi video dan dapat di-download

melalui link http://www.ethicalexpeditions.ning.com

agar semua pihak di seluruh dunia dapat mengetahui

berbagai upaya konservasi yang dilakukan di Borneo

dan juga menyampaikan pesan-pesan konservasi yang

efektif bagi dunia.(Iwied)

Belajar Konservasi ….. Dari hal 7

Informasi lebih lanjut mengenai REDD Program, kontak :

Iwied Wahyulianto

Koordinator Sekretariat POKJA REDD Kab. Berau

Jln. Anggur No 265 Tanjung Redeb, Berau

Telp/Fax. 0554 - 21232

email: [email protected]

Hamzah As-Saied

Dinas Kehutanan Kab. Berau Jl. Pulau Sambit No 1 Tanjung Redeb

Email: [email protected]

Fakhrizal Nashr

Berau Program Leader

The Nature Conservancy

JL. Cempaka No. 7 - RT 07/RW 07 Berau 77311

Tel. +62 - 554 23388; Hp.: +62-812-5408141

Email : [email protected]

Alfan Subekti

REDD Field Manager

The Nature Conservancy

Jalan Polantas No. 5, Markoni, Balikpapan, 76112,

Telp.: +62-542-442896; Fax.: +62-542-745730

Email : [email protected]

Photo-Photo:

Adjie R (hal 2, 3, 5, 6), Iwied (hal 1,4, 8), Ryan (hal 7)