Top Banner
Mengenal lebih dekat GIS melalui Pelatihan GIS Dasar bagi Pokja REDD Juli—Agustus 2009 Volume 3 S istem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem informasi berbasis komputer yang mampu digunakan untuk meng-input data spatial termasuk data citra satelit, untuk selanjutnya dianalisis, dimanipulasi, disimpan dan ditampilkan dalam ben- tuk informasi yang lebih jelas seperti peta, grafik maupun tabel. SIG memiliki 5 komponen utama yakni perangkat keras komputer (Monitor, CPU, input devices dan out- put devices), perangkat lunak (software), sumber data, manusianya sebagai operator SIG dan seperangkat metode yang digunakan. Ada banyak perangkat lunak SIG yang tersedia di pasaran. Salah satunya yang cukup dikenal adalah ArcGIS 9x produksi ESRI. Penguasaan perangkat lunak SIG adalah kunci penting dalam pemanfaatan SIG dalam lingkup yang lebih kecil khususnya dalam bidang kerja sehari-hari. Diperlukan minimal 3 tahap untuk menguasai aplikasi ini yakni tahap pengenalan (introduction), analisis hingga pembuatan geo-database. Pengetahuan dan keterampilan peng- gunaan aplikasi ini sangat penting bagi anggota-anggota Kelompok Kerja REDD Kabupaten Berau yang nantinya akan berfungsi dalam pengolahan dan pen- gambilan keputusan pada implementasi program karbon hutan Berau. Melalui pelatihan ini setiap peserta diharapkan akan mampu dan memiliki pemahaman konsep remote sens- ing (RS) dan GIS secara baik dan dapat diterapkan sesuai dengan peruntukannya serta mampu mem- praktekkan penggunaan ArcGIS 9x dengan baik sesuai kebutuhannya masing-masing pada bidang ker- janya. Pelaksanaan kegiatan pelatihan ini dititikberatkan pada praktek (80%) sehingga dalam pelaksanaannya banyak berlatih dengan data dan in- formasi spatial yang ada. Pelatih memberikan gambaran tentang kon- sep dasar dari Remote Sensing dan Sistem Informasi Geografi pada hari pertama. Kemudian dilanjutkan dengan konsep bidang proyeksi permukaan bumi. Kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 27—31 Juli 2009 dengan diikuti oleh 12 orang peserta dari Dinas Kehutanan (6 orang); Dinas Pertambangan (1 orang); Dinas Tata Ruang dan Perumahan (1 orang); Dinas Perkebunaan (1 orang); PT Inhutani (1 orang); Yayasan Bestari (1 orang); TNC (1 orang); Sekretariat Pokja (1 orang) dengan 2 orang pelatih dari Yayasan Serasi Kelola Alam (SEKALA) yaitu Bagas dan Cicik. (Adji R) Edisi kali ini: Mengenal lebih dekat GIS melalui Pelatihan GIS Dasar bagi Pokja REDD 1 Kajian Kebijakan dan Kelembagaan Pro- gram Karbon Hutan 2 Field Survey Potensi Emisi Karbon Kabupaten Berau 3 Presentasi TNC men- genai Program REDD 4 Agenda ke depan 6 Pelatihan Pen- ginderaan Jauh “Wall to wall Mapping” 5 Workshop Me- todologi REDD: Pem- belajaran dari Dem- onstration Activities 6
6

Vol 3 - Pokja REDD Berau

Mar 22, 2016

Download

Documents

Update Kelompok Kerja REDD Berau - Volume 3 - Juli - Agustus 2009
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Vol 3 - Pokja REDD Berau

Mengenal lebih dekat GIS melalui Pelatihan GIS Dasar bagi Pokja REDD

Juli—Agustus 2009 Volume 3

S istem Informasi Geografis (SIG) adalah sistem informasi berbasis komputer yang

mampu digunakan untuk meng-input data spatial termasuk data citra satelit,

untuk selanjutnya dianalisis, dimanipulasi, disimpan dan ditampilkan dalam ben-

tuk informasi yang lebih jelas seperti peta, grafik maupun tabel. SIG memiliki 5

komponen utama yakni perangkat keras komputer (Monitor, CPU, input devices dan out-

put devices), perangkat lunak (software), sumber data, manusianya sebagai operator SIG

dan seperangkat metode yang digunakan.

Ada banyak perangkat lunak SIG yang tersedia di pasaran. Salah satunya yang cukup

dikenal adalah ArcGIS 9x produksi ESRI. Penguasaan perangkat lunak SIG adalah kunci

penting dalam pemanfaatan SIG dalam lingkup yang lebih kecil khususnya dalam bidang

kerja sehari-hari. Diperlukan minimal 3 tahap untuk menguasai aplikasi ini yakni tahap

pengenalan (introduction), analisis

hingga pembuatan geo-database.

Pengetahuan dan keterampilan peng-

gunaan aplikasi ini sangat penting bagi

anggota-anggota Kelompok Kerja REDD

Kabupaten Berau yang nantinya akan

berfungsi dalam pengolahan dan pen-

gambilan keputusan pada implementasi

program karbon hutan Berau.

Melalui pelatihan ini setiap peserta diharapkan akan

mampu dan memiliki pemahaman konsep remote sens-

ing (RS) dan GIS secara baik dan dapat diterapkan sesuai dengan peruntukannya serta mampu mem-

praktekkan penggunaan ArcGIS 9x dengan baik sesuai kebutuhannya masing-masing pada bidang ker-

janya.

Pelaksanaan kegiatan pelatihan ini dititikberatkan pada praktek (80%)

sehingga dalam pelaksanaannya banyak berlatih dengan data dan in-

formasi spatial yang ada. Pelatih memberikan gambaran tentang kon-

sep dasar dari Remote Sensing dan Sistem Informasi Geografi pada

hari pertama. Kemudian dilanjutkan dengan konsep bidang proyeksi

permukaan bumi.

Kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 27—31 Juli 2009 dengan

diikuti oleh 12 orang peserta dari Dinas Kehutanan (6 orang); Dinas Pertambangan (1 orang); Dinas Tata

Ruang dan Perumahan (1 orang); Dinas Perkebunaan (1 orang); PT Inhutani (1 orang); Yayasan Bestari (1

orang); TNC (1 orang); Sekretariat Pokja (1 orang) dengan 2 orang pelatih dari Yayasan Serasi Kelola

Alam (SEKALA) yaitu Bagas dan Cicik. (Adji R)

Edisi kali ini:

Mengenal lebih

dekat GIS melalui

Pelatihan GIS Dasar

bagi Pokja REDD

1

Kajian Kebijakan dan

Kelembagaan Pro-

gram Karbon Hutan

2

Field Survey Potensi Emisi Karbon Kabupaten Berau

3

Presentasi TNC men-

genai Program REDD

4

Agenda ke depan 6

Pelatihan Pen-

ginderaan Jauh “Wall

to wall Mapping”

5

Workshop Me-

todologi REDD: Pem-

belajaran dari Dem-

onstration Activities

6

Page 2: Vol 3 - Pokja REDD Berau

P aska Conference of The Parties (COP) ke-13 UNFCCC di Bali pada akhir tahun 2007 yang lalu, Indonesia me-

mutuskan untuk menjadi bagian dari pergerakan negara-negara berkembang yang berkomitmen dan beru-

paya untuk melindungi luasan dan kualitas hutannya bagi pengembangan suatu mekanisme insentif oleh negara

-negara maju. Menyusul komitmen tersebut, Pemerintah Indonesia kemudian mengeluarkan sejumlah kebijakan

seperti Pembentukan Dewan Nasional Perubahan Iklim me-

lalui Peraturan Presiden No. 46 tahun 2008 dan Komisi REDD

serta Penyelenggaraan Demonstration Activities Penguran-

gan Emisi Karbon dari Deforestasi dan Degradasi Hutan me-

lalui Peraturan Menteri Kehutanan No. P.68/Menhut-II/2008

serta penetapan Tata Cara Pengurangan Emisi dari Defor-

estasi dan Degradasi Hutan dalam Kerangka REDD (Reducing

Emission From Deforestation and Forest Degradation) dalam

Kerangka Konvensi Perubahan Iklim.

Pemerintah dan berbagai pihak yang memiliki program dan

perhatian untuk isu-isu konservasi dan perlindungan hutan di

Indonesia melihat betapa REDD merupakan suatu terobosan

penting sekaligus memberi peluang bagi Indonesia untuk

meningkatkan kualitas hutannya, dan adanya peluang memperoleh kompensasi bagi upaya-upaya pelestarian

hutan. Namun disisi lain langkah-langkah bagi implementasi REDD tersebut juga membutuhkan berbagai

perangkat pendukung terkait dengan isu-isu tertentu yang relevan seperti isu kebijakan, hukum, kelembagaan,

keuangan dan mekanismenya, maupun menyangkut aspek-aspek teknis dan khusus di lapangan. IHSA juga

mencatat misalnya bahwa REDD juga bersinggungan dengan sejumlah aspek seperti masyarakat, pembangunan,

tata ruang, pertumbuhan penduduk, (potensi) tindak pidana maupun berbagai aspek perdata. Bahkan REDD,

sekaligus menjadi sangat terkait dengan komitmen global sehingga dapat pula dikatakan ia memiliki dimensi

internasional.

The Nature Conservancy (TNC) bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Berau bermaksud untuk

menindaklanjuti komitmen Pemerintah RI tersebut dengan mengembangkan program REDD dalam suatu pilot

project atau program karbon hutan dengan judul program ”Berau Forest Carbon Program’’ yang selanjutnya

disingkat BFCP. Dalam kaitan itu Institut Hukum Sumberdaya Alam (IHSA) kemudian turut bergabung untuk

melakukan kajian dalam rangka menyusun basis kebijakan, hukum dan kelembagaan.

Tujuan utama dari kajian ini adalah untuk memberikan

usulan bentuk landasan hukum yang kuat berdasarkan

hukum yang dikenal dan berlaku di wilayah Republik

Indonesia serta model kelembagaan yang memadai bagi

pelaksanaan BFCP yang akan dikembangkan di kawasan

hutan lindung, hutan produksi maupun di kawasan

perkebunan.

Dalam melaksanakan kajian ini, IHSA juga bekerja sama

dengan Universitas Balikpapan dalam sebuah tim. Tim ini

kemudian melakukan diskusi intensif dengan berbagai

pihak di Kabupaten Berau seperti Pemerintah Kabupaten,

BKSDA Wilayah Berau serta dari kalangan swasta. Selain

itu juga mengumpulkan berbagai dokumen terkait dengan

kebijakan, tugas dan fungsi dari tiap lembaga baik pemerintah maupun lembaga lainnya sebagai bahan analisis.

Proses ini dilakukan pada tanggal 27 Juli hingga 5 Agustus 2009. (diolah dari TOR Pengembangan Kerangka

Hukum dan Kelembagaan Program Karbon Hutan di Berau dalam Konteks Tata Kelola Hutan yang Lestari/Iwied)

Halaman 2 Volume 3

Kajian Kebijakan dan Kelembagaan Program Karbon Hutan Berau

Page 3: Vol 3 - Pokja REDD Berau

S alah satu aspek penting dalam pengembangan program karbon hutan Berau

adalah pengukuran emisi karbon pada beberapa tipe penggunaan lahan

yang tersebar diseluruh wilayah Kabupaten Berau. Tujuan pengukuran dan

pengambilan data ini adalah untuk mengetahui potensi emisi karbon yang dihasil-

kan pada tiap penggunaan lahan, juga untuk mengetahui sejarah perubahan lahan

yang akan berpengaruh pada perubahan emisi karbon serta untuk mengetahui pen-

yebab utama perubahan-perubahan tersebut (sering disebut dengan “driver fac-

tor”).

Kegiatan pengambilan dan pengumpulan data dilakukan bekerja sama dengan

World Agroforestry Center (WAC/ICRAF), Center for Social Forestry Unmul (CSF UN-

MUL) beserta The Nature Conservancy (TNC) yang dilaksanakan sejak tanggal 27 Juli

– 21 Agustus 2009. Lokasi pengambilan sampel ditentukan berdasarkan status, ak-

sesibilitas dan topografi pada beberapa tipe penggunaan lahan. Objek penelitian di

lapangan adalah mulai dari tumbuhan bawah seperti serasah, bio-

massa, nekromassa yang diambil samplenya masing-masing untuk dila-

kukan analisis lebih jauh di Laboratorium kemudian juga tumbuhan

tingkat atas yang berupa pohon diambil data diameter pohon.

Tipe-tipe lahan dan jenis-jenis pohon yang dijadikan sampel penelitian

antara lain: Kebun kopi; Kebun kakao; Kebun kelapa; Kebun karet; Ke-

bun sawit; Hutan Tanaman Industri (Sengon, Akasia, Jati dan Gmelina);

Hutan Primer; Hutan Bekas Tebangan (Kerapatan rendah, sedang dan

tinggi) serta Ladang (umur 1 tahun, 2 tahun dan 7 tahun).

Berbagai tipe lahan tersebut terdapat di desa Bangun, Meraang, Batu-

batu, Gurimbang, Laba-

nan, sedangkan untuk wilayah konsesi HPH terdapat di PT Suma-

lindo Lestari Jaya IV, PT Amindo Wana Persada, PT Tanjung Redeb

Hutani dan perkebunan PT Dwi Wira Lestari.

Tim WAC dan Unmul juga memberikan pelatihan pengukuran stok

karbon kepada anggota Pokja REDD Berau pada tanggal 18 Agustus

2009 di Sekretariat dan Areal PT Inhutani 2 (bekas kantor BFMP).

Dalam pelatihan ini dijelaskan metode yang digunakan dalam pen-

gumpulan data serta ringkasan data awal yang telah dikumpulkan

oleh tim lapangan. (Iwied)

Field Survey Potensi Emisi Karbon Kabupaten Berau

Halaman 3 Volume 3

Page 4: Vol 3 - Pokja REDD Berau

Halaman 4 Volume 3

T he Nature Conservancy (TNC) bersama-sama dengan tim kerja Program Karbon Hutan Berau mendapat-

kan kesempatan melakukan presentasi kepada Menteri Kehutanan dan jajaran eselon I Departemen

Kehutanan untuk menyampaikan kemajuan program REDD di Berau sekaligus mendiskusikan tantangan

-tantangan yang ada, serta rekomendasi tindak lanjut yang diperlukan.

Acara yang dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2009 bertempat di Departemen Kehutanan ini diawali dengan

penjabaran mengenai organisasi TNC dan program kehutanan di TNC Indonesia termasuk penjelasan mengenai

program REDD di Berau. TNC memandang REDD sebagai salah satu alat untuk mencapai Sustainable Natural

Resource Management melalui peningkatan kapasitas institusi, perbaikan tata ruang dan penghitungan karbon

di tingkat kabupaten. Hal ini terkait dengan pengelolaan sumber daya alam yang semuanya berujung pada pen-

capaian pembangunan yang berkelanjutan dan pertumbuhan ekonomi. Penjelasan mengenai program REDD di

Berau mencakup alasan-alasan pemilihan Berau sebagai demonstrasi program REDD di TNC, struktur kerja dan

mekanisme, kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan, progres kegiatan yang sedang berlangsung serta ren-

cana kegiatan yang akan datang. Ditekankan juga bahwa peran TNC lebih banyak sebagai fasilitator dan advisor

dan sama sekali tidak mempunyai niat atau rencana untuk mendapatkan keuntungan atau bagian dari dana

yang nantinya didapatkan melalui penjualan karbon.

Selain TNC, Pemda Berau dan para mitra dalam program ini juga melakukan presentasi terkait dengan peran

dan progres kegiatan mereka, serta penjelasan-penjelasan teknis. Para mitra tersebut adalah, Universitas Mula-

warman, World Education, World Agroforestry Center (ICRAF) dan Institut Hukum Sumber Daya Alam (IHSA).

Terdapat banyak masukan, saran dan juga beberapa pertanyaan baik dari Bapak Menteri maupun para peserta

pertemuan. Beberapa hal penting yang dibahas pada pertemuan ini antara lain:

Pemahaman tentang REDD: Dalam lingkup nasional, di Indonesia masih banyak terdapat pemahaman yang

berbeda mengenai REDD terutama yang dimaksud dengan skema pendanaan REDD sebagai salah satu sarana

pemberian insentif yang diberikan untuk mendanai kegiatan. Oleh karena itu, diperlukan penjelasan mengenai

definisi REDD terutama kepada pemerintah daerah khususnya mengenai mekanisme pemberian insentif.

Landasan hukum: TNC melalui mitranya IHSA mengusulkan pembuatan SK Khusus Penunjukkan untuk

pelaksanaan model pengembangan REDD di Berau sebagai lokasi demonstration activity agar memudahkan

proses pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan. SK Khusus ini sebaiknya dibuat dengan melalui

proses konsultasi dengan para pemangku kepentingan.

Tata ruang: Masih banyak status quo pada tata ruang. Terdapat juga banyak perbedaan atau hal-hal yang belum

terintegrasi antara pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Terdapat potensi ‘leakage’ mengingat Indonesia

adalah negara kepulauan. Kepastian kawasan baik di kawasan kehutanan dan non kehutanan juga menjadi

sangat penting untuk menghindari permasalahan di depan ketika kita menetapkan kawasan tersebut sebagai

area yang berpartisipasi untuk program REDD terutama terkait dengan pembagian insentif.

Pendanaan: Saat ini masih terdapat ketidak jelasan mengenai sumber dana untuk pelaksanaan REDD. Pemben-

tukan Indonesia Trust Fund sedang dalam proses dan secara prinsip telah disetujui.

Mekanisme pemberian insentif atau keuntungan: Perlu kejelasan dalam bentuk regulasi mengenai mekanisme

pemberian insentif jika REDD diimplementasikan. Yang perlu diperhatikan adalah insentif untuk negara,

propinsi, kabupaten dan juga masyarakat. Tanpa keterlibatan masyarakat lokal, eksploitasi hutan masih akan

dilakukan (oleh masyarakat lokal). Jadi yang harus diutamakan adalah benefit atau keuntungan untuk mereka.

Masyarakat lokal harus mendapat bagian yang semestinya dari insentif yang diberikan. Dalam hal ini,

pemerintah harus mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa masyarakat mendapatkan insentif

atau keuntungan. Kita harus menempatkan masyakarat sebagai prioritas utama. Tanpa mereka REDD tidak

akan berhasil. (Alfan S.)

Presentasi TNC mengenai Program REDD kepada Menteri Kehutanan

Page 5: Vol 3 - Pokja REDD Berau

Halaman 5 Volume 3

Pelatihan Penginderaan Jauh “Wall to wall Mapping”

Salah satu komitmen kerjasama yang dibangun oleh SEKALA

dengan POKJA REDD Berau adalah adanya transfer

pengetahuan terutama di bidang pengelolaan data spatial

yang bisa diaplikasikan dalam kegiatan REDD di Berau.

Sebagai lanjutan dari seri pelatihan yang dilakukan, kali ini

dilaksanakan pelatihan Pemetaan Sejarah Perubahan Lahan

Hutan dengan Penginderaan Jauh (Wall To Wall Mapping

dengan Metode Decision Tree Data Mining) yang

dilaksanakan pada tanggal 24-27 Agustus 2009 di

Sekretariat Sekala, Canggu, Bali. Kegiatan ini diikuti 13

peserta dari berbagai daerah terutama daerah yang

menjalin hubungan kerjasama dengan Sekala baik dari

instansi pemerintah maupun NGO. Dari Instansi Pemerintah

terdapat perwakilan dari BAPPEDA Kab. Kapuas Hulu Prop.

Kalbar, BPKH Wil. X Jayapura, DISHUT Kab. Berau Prop. Kaltim. Sedangkan Perwakilan dari NGO terdapat

perwakilan KKI-Warsi Jambi, POKJA REDD Kab. Berau, PPSDAK Pancur Kasih Pontianak, WA TALA Lampung, Forest

Watch Indonesia, Java Learning Center (Javlec), serta Fauna Flora International.

Pelatihan yang dibuka langsung oleh Bapak Ketut Deddy selaku

Direktur SEKALA ini menyampaikan beberapa metode yang efektif

guna memantau perubahan hutan, laju kerusakan hutan (deforestasi

dan degradasi hutan), dan atau sebaliknya memantau keberhasilan

hutan tanaman dan pertumbuhan hutan (reforestasi). Program ini

dapat juga digunakan secara luas pada bidang lain, misalnya

penyusunan baseline skenario dalam REDD (Reduced Emissions from

Avoided Deforestation and Degradation). Materi juga disampaikan

oleh Matt Hansen yang secara khusus mejelaskan bagaimana sebuah

citra dapat memberikan sebuah in-

formasi per pixel berdasarkan

pendekatan tree algoritma.

Materi inti pelatihan ini adalah Mapping and monitoring Intact Forest Landscapes

(IFL) yang disampaikan oleh Mark Broich dari The Geographic Information Science

Center of Excellence (GIScCE) South Dakota State University.

Pada tahap pelatihan peserta diharapkan dapat menyatukan persepsi tentang se-

buah informasi dalam sebuah citra dan kemudian melakukan update IFL tahun

2000 dan 2005 yang dibuat Greenpeace dengan beberapa informasi penting yang

perlu diperhatikan seperti jalur logging, jalan, pemukiman baru, pembukaan lahan

baik untuk perkebunan maupun sektor kehutanan. Untuk jalur logging dan jalan

ada perlakuan khusus yaitu buffer 1 km. Untuk hari 2-4 kami melaksanakan update

IFL untuk Pulau Kalimantan yang dibagi dalam 3 kelompok, analisis data meng-

gunakan program ArcGis 3.3.

Materi tambahan lainnya adalah bagaimana menghilangkan awan pada sebuah citra karena prosesnya sangat lama

serta membutuhkan space computer yang sangat tinggi terpaksa peserta hanya bisa melihat bagaimana prosesnya,

akan tetapi metodenya atau logikanya bisa diserap peserta dimana pada setiap citra memiliki nilai (digital number)

perpixelnya nanti pixel yang memiliki digital number sama dengan awan akan terhapus. Pada sesi terakhir panitia

mengharapkan saran dan masukan terhadap pelaksanaan kegiatan ini, dan kemungkinan besar masih akan ada lagi

pelatihan lanjutan mengenai pengelolaan data spatial. (Adji R.)

Page 6: Vol 3 - Pokja REDD Berau

Agenda bulan September 2009

Informasi lebih lanjut

mengenai REDD Program,

kontak :

Iwied Wahyulianto

Koordinator Sekretariat

POKJA REDD Kab. Berau

Jln. Anggur No 265 Tanjung

Redeb, Berau

Telp/Fax. 0554 - 21232

email:

[email protected] ;

[email protected]

Hamzah As-Saied

Dinas Kehutanan Kab.

Berau Jl. Pulau Sambit No 1

Tanjung Redeb

Email:

[email protected]

Fakhrizal Nashr

Berau Program Leader

The Nature Conservancy

JL. Cempaka No. 7 - RT 07/

RW 07 Berau 77311

Tel. +62 - 554 23388

Hp.: +62-812-5408141

Email : [email protected]

Alfan Subekti

REDD Field Manager

The Nature Conservancy

Jalan Polantas No. 5,

Markoni, Balikpapan,

76112,

Telp.: +62-542-442896

Fax.: +62-542-745730

Email : [email protected]

1. Pertemuan dan Diskusi dengan rombongan Agence France Development (AFD) dan

CIRAD

2. Pertemuan pimpinan kelompok bersama dengan mitra dan konsultan

3. Pelatihan REDD Kaltim kerjasama TNC dengan GTZ

Untuk mendapatkan kompensasi melalui skema REDD (reduced emissions from defor-

estation), Negara-Negara berkembang memerlukan metodologi yang efektif (diterima

secara luas, kredible dan bersifat ilmiah) dalam pengukuran dan monitoring pelak-

sanaan REDD tersebut. Untuk mencapai tujuan ini harus disepakati bersama me-

todologi dalam menentukan baseline. Metodologi-metodologi ini harus dapat diterap-

kan secara efektif dalam melihat perubahan potensi karbon pada berbagai tipe tutu-

pan hutan dan juga dapat diimplementasikan dengan melibatkan partisipasi masyara-

kat lokal.

Pertanyaan kunci yang muncul adalah bagaimana memastikan kegiatan implementasi

yang berhasil di tingkat proyek atau daerah (sub nasional) dan dilakukan pada tingkat

nasional. Pembelajaran dari pengembangan demonstration activities yang dilakukan

berbagai daerah sangatlah penting dalam rangka menyusun program bersama di ting-

kat nasional.

Workshop ini digagas oleh Center for Climate Risk and Opportunity Management

(CCROM) in Southeast Asia and Pasific bekerjasama dengan Center for International

Forestry Research (CIFOR) bertempat di IPB Convention Center Bogor pada tanggal 26-

27 Agustus 2009. Kegiatan yang dihadiri dari berbagai utusan daerah seperti Aceh,

Kaltim, Kalteng, Papua, Jambi; perwakilan dari lembaga-lembaga non pemerintah

yang peduli pada isu perubahan iklim, Departemen Kehutanan dan kalangan

akademisi ini juga sekaligus merupakan peresmian (launching) CCROM yang dipimpin

oleh Bapak Rizaldi Boer.

Dalam kegiatan ini disampaikan beragam pengalaman dari berbagai pihak sudah me-

mulai program REDD di daerahnya masing-masing dengan pendekatan yang berbeda-

beda. Aceh menyampaikan pengalamannya dalam pengembangan program di kawa-

san hutan Ulu Masen; Papua dengan berbagai kawasan hutannya yang masih bagus

bekerjasama dengan berbagai lembaga konservasi; juga ada pengalaman dari Latin

yang dilakukan di Taman Nasional Meru Betiri. Sedangkan Untuk program karbon hu-

tan Berau dipresentasikan oleh bapak Wahyudi Wardoyo dari The Nature Conser-

vancy. Beliau menyampaikan berbagai tahapan program yang disusun bersama dan

capaian sampai saat ini. (iwied)

Workshop Metodologi REDD: Pembelajaran dari

Demonstration Activities

Pokja REDD Updates merupakan lembar informasi internal bagi seluruh anggota Pokja REDD

Kabupaten Berau yang diterbitkan oleh Sekretariat Pokja REDD Kabupaten Berau setiap akhir

bulan untuk memberikan berbagai perkembangan program REDD di Kabupaten Berau

Sekretariat menerima tulisan dari semua pihak yang ingin terlibat aktif dalam program REDD di

Kabupaten Berau.

Foto-foto: Sekretariat Pokja REDD Kabupaten Berau (halaman 1 dan 5); Tim IHSA (halaman 2)

dan Tim CSF-Unmul (halaman 3)