Top Banner
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga terhadap KRPL KEMPLING Penilaian masyarakat terhadap kondisi potensi desa khususnya pekarangan setelah pelaksanaan KRPL merupakan hal yang penting. Hal yang menjadi sangat penting untuk keberlangsungan KRPL dengan salah satunya dilihat dari dampak yang ditimbulkan terhadap beberapa kriteria. Persepsi yang diberikan masyarakat terhadap pelaksanaan KRPL merupakan suatu pandangan yang dapat menjadi evaluasi baik untuk wilayah setempat ataupun di wilayah lainnya. Persepsi masyarakat tersebut merupakan suatu gambaran dari kondisi yang dirasakan oleh rumah tangga sebagai dampak dari KRPL. Beberapa kriteria penilaian yang digunakan untuk mengidentifikasi respon masyarakat dari KRPL adalah kondisi pekarangan, manfaat yang dirasakan oleh masyarakat dari pengembangan KRPL, dan kendala dalam pelaksanaan KRPL. Penentuan kriteria penilaian ini berdasarkan kondisi lingkungan sekitar yang dirasakan oleh masyarakat setempat. Indikator-indakator tersebut diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua PPL Desa Banjarsari, Ketua dan Pengurus KRPL KEMPLING di Desa Banjarsari. 6.1.1 Penilaian Rumah Tangga terhadap Kondisi Pekarangan Pelaksanaan KRPL yang dilaksanakan di Desa Banjarsari memberikan perubahan aktivitas di pekarangan. Responden merasakan perubahan aktivitas dari yang sebelum dan sesudah adanya KRPL khususnya dalam hal pemanfaatan pekarangan. Kondisi pemanfaatan pekarangan sebelum adanya KRPL dapat dilihat pada Tabel 16.
40

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

Mar 26, 2019

Download

Documents

buikhuong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

56

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

6.1 Persepsi Rumah Tangga terhadap KRPL KEMPLING

Penilaian masyarakat terhadap kondisi potensi desa khususnya pekarangan

setelah pelaksanaan KRPL merupakan hal yang penting. Hal yang menjadi sangat

penting untuk keberlangsungan KRPL dengan salah satunya dilihat dari dampak

yang ditimbulkan terhadap beberapa kriteria. Persepsi yang diberikan masyarakat

terhadap pelaksanaan KRPL merupakan suatu pandangan yang dapat menjadi

evaluasi baik untuk wilayah setempat ataupun di wilayah lainnya. Persepsi

masyarakat tersebut merupakan suatu gambaran dari kondisi yang dirasakan oleh

rumah tangga sebagai dampak dari KRPL.

Beberapa kriteria penilaian yang digunakan untuk mengidentifikasi respon

masyarakat dari KRPL adalah kondisi pekarangan, manfaat yang dirasakan oleh

masyarakat dari pengembangan KRPL, dan kendala dalam pelaksanaan KRPL.

Penentuan kriteria penilaian ini berdasarkan kondisi lingkungan sekitar yang

dirasakan oleh masyarakat setempat. Indikator-indakator tersebut diperoleh

berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua PPL Desa Banjarsari, Ketua dan

Pengurus KRPL KEMPLING di Desa Banjarsari.

6.1.1 Penilaian Rumah Tangga terhadap Kondisi Pekarangan

Pelaksanaan KRPL yang dilaksanakan di Desa Banjarsari memberikan

perubahan aktivitas di pekarangan. Responden merasakan perubahan aktivitas dari

yang sebelum dan sesudah adanya KRPL khususnya dalam hal pemanfaatan

pekarangan. Kondisi pemanfaatan pekarangan sebelum adanya KRPL dapat

dilihat pada Tabel 16.

Page 2: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

57

Tabel 16. Pemanfaatan Pekarangan Sebelum adanya KRPL KEMPLING

Pemanfaatan

Pekarangan

Strata 1 Strata 2 Strata 3

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Ya 18 60,00 20 80,00 19 76,00

Tidak 12 40,00 5 20,00 6 24,00

Total 30 100,00 25 100,00 25 100,00

Sumber: Data Primer (diolah), 2012

Berdasarkan Tabel 16 menunjukkan bahwa sebesar 60,00%, 80,00%,

76,00% responden baik pada strata 1, strata 2, dan strata 3 sudah memanfaatkan

pekarangan sebelum adanya KRPL dan sebesar 40,00%, 20,00%, 24,00%

responden sebelum adanya KRPL pekarangan belum dimanfaatkan. Hal ini

menunjukkan bahwa kegiatan bercocok tanam, beternak di pekarangan sudah

menjadi hal biasa di daerah pedesaan.

Tabel 17. Tanaman di Pekarangan Sebelum adanya KRPL KEMPLING

Tanaman

Buah-buahan Mangga, Nangka, Pepaya, Srikaya, Pisang, Jeruk,

Rambutan, Belimbing

Tanaman Hias Bunga

TOGA Kunyit, Kencur, Laos, Jahe

Tamaman Pangan Ganyong, Ketela,Ubi, Kacang Panjang

Sumber : Data primer, diolah (2012)

Berdasarkan Tabel 17 diketahui bahwa pada strata 1, strata 2, dan strata 3

masyarakat menanam beraneka ragam tanaman yaitu buah-buahan, tanaman hias,

TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL.

Tanaman yang ditanam setelah dilaksanakannya KRPL yaitu dengan adanya

tambahan tanaman sayuran. Optimalisasi pekarangan dilaksanakan untuk

mendapatkan manfaat sebesar-besarnya dengan melakukan intensifikasi

Page 3: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

58

pekarangan secara intensif. Penilaian masyarakat Desa Banjarsari menunjukkan

bahwa terdapat perubahan baik aktivitas maupun produksi yang dihasilkan.

Meskipun terdapat perubahan setelah melaksanakan KRPL, masyarakat tidak

merasa terganggu terhadap aktivitas pertanian lain di wilayah tersebut.

6.1.2 Penilaian Rumah Tangga terhadap Manfaat KRPL KEMPLING

Pengembangan KRPL yang dilaksanakan di Desa Banjarsari dapat

memberikan manfaat untuk perbaikan potensi desa dan peningkatan kesejahteraan

masyarakat. Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat KRPL yang

terjadi di Desa Banjarsari, Kabupaten Pacitan. Kesadaran rumah tangga terhadap

manfaat KRPL ditunjukkan oleh Tabel 18.

Tabel 18. Kesadaran Rumah Tangga terhadap Manfaat KRPL

Manfaat

Strata 1 Strata 2 Strata 3

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Ya 30 100,00 25 100,00 25 100,00

Tidak 0 0 0 0 0 0

Total 30 100,00 25 100,00 25 100,00

Sumber: Data Primer, diolah(2012)

Berdasarkan Tabel 18 menunjukkan bahwa 100,00% responden merasakan

manfaat dari adanya KRPL. Pemanfaatan pekarangan selain sebagai penyedia

bahan makanan yang beraneka ragam, tetapi dapat berfungsi sebagai tambahan

penghasilan keluarga atau tabungan keluarga. Pelaksanaan KRPL memberikan

dampak positif bagi masyarakat Desa Banjarsari. Dampak positif yang dirasakan

oleh masyarakat desa akibat pengembangan KRPL KEMPLING dapat dijelaskan

pada Tabel 19.

Page 4: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

59

Tabel 19. Manfaat yang dirasakan oleh Rumah Tangga dengan adanya

KRPL KEMPLING

Manfaat

Strata 1 Strata 2 Strata 3

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

1. Menghemat

pengeluaran 26 86,70 21 84,00 22 88,00

2. Menambah

penghasilan 4 13,30 4 16,00 3 12,00

Total 30 100,00 25 100,00 25 100,00

Sumber: Data Primer (diolah), 2012

Berdasarkan Tabel 19 menunjukkan bahwa perbedaan manfaat yang

dirasakan tidak terlalu signifikan. Manfaat yang paling besar dirasakan pada strata

1, strata 2, dan strata 3 adalah KRPL KEMPLING mampu menghemat

pengeluaran keluarga.

Manfaat yang dirasakan oleh masyarakat bersifat tangible dan intangible.

Manfaat tangible adalah manfaat yang terukur dan dapat dinilai secara moneter.

Adapun manfaat intangible merupakan manfaat yang tidak terukur. Manfaat

tangible dan manfaat intangble dari pelaksanaan KRPL dapat ditunjukkan pada

Tabel 20. Inisiatif ketua KRPL untuk memperbaiki kondisi potensi desa melalui

KRPL yang dimulai dari satu RT, satu dusun, dan kemudian berkembang menjadi

satu desa merupakan salah satu upaya untuk membantu rumah tangga dalam

memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari.

Tabel 20. Manfaat Tangible dan Intangible KRPL KEMPLING

Manfaat Tangible Manfaat Intangible

- Meningkatkan produksi - Mampu menyediakan lumbung

hidup, warung hidup, apotek

hidup, dan kulkas hidup

- Membuat rumah ASRI dan

memberikan stimulun bagi

desa di sekitarnya Sumber: Data Primer, diolah (2012)

Page 5: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

60

Berdasarkan Tabel 20 menyatakan bahwa dalam pengembangan KRPL

mampu meningkatkan produksi bagi masyarakat di Desa Banjarsari. Peningkatan

produksi dapat dibagi menjadi dua yaitu peningkatan produksi dalam memenuhi

kebutuhan rumah tangga dan peningkatan produksi dalam meningkatkan

pendapatan keluarga.

Manfaat dari KRPL yaitu lumbung hidup dimana masyarakat

sewaktu-waktu butuh pangan pokok seperti umbi-umbian sudah tersedia di

pekarangan. Pemenuhan warung hidup yaitu tersedianya sayuran di pekarangan

untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga. Pekarangan mampu membuat

apotek hidup yaitu tersedianya tanaman obat-obatan secara tradisional.

Pengembangan pekarangan terdapat kulkas hidup yaitu tersedianya kebutuhan

pangan di pekarangan baik tanaman pangan, sayur-sayuran, obat-obatan, dan

buah-buahan dalam keadaan segar.

6.1.3 Penilaian Rumah Tangga terhadap Kendala KRPL KEMPLING

Penilaian masyarakat terhadap kendala yang dirasakan selama pelaksanaan

KRPL menjadi hal yang penting. Persepsi rumah tangga terhadap kendala KRPL

menunjukkan bahwa responden dari strata 1, strata 2, dan strata 3 menyatakan

telah merasakan kendala dari adanya KRPL. Kendala yang dirasakan oleh

masyarakat dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Kendala dalam Pelaksanaan KRPL KEMPLING

Kendala Strata 1 Strata 2 Strata 3

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Jumlah

(orang)

Persentase

(%)

Jumlah

(orang)

Persentase

(%) Hama 5 16,70 9 36,00 6 24,00

Iklim 25 83,30 16 64,00 19 76,00

Total 30 100,00 25 100,00 25 100,00

Sumber: Data Primer, diolah(2012)

Page 6: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

61

Berdasarkan Tabel 21 menunjukkan bahwa strata 1 sebesar 83,30%,

64,00% pada strata 2, dan 76,00% pada strata 3 menyatakan iklim menjadi

kendala pelaksanaan KRPL. Sisanya masing-masing setiap strata 1, starata 2, dan

strata 3 adalah sebesar 16,70%, 36,00%, dan 24,00% menyatakan kendala dalam

pelaksanaan KRPL adalah hama. Penyerangan hama akan berpengaruh pada hasil

panen yang ditanam di pekarangan. Ketika musim kemarau, mata air dan sumur

gali ini mengalirkan debit air yang menurun sehingga pengairannya cukup

terganggu. Hal ini sesuai dengan wawancara dengan Ketua PPL Desa Banjarsari

bahwa kendala yang dirasakan selama membimbing dan memberikan penyuluhan

adalah iklim, cuaca, dan teknis.

6.2 Manfaat Fisik dari adanya KRPL KEMPLING dalam Mendukung

Pemenuhan Kebutuhan Pangan Rumah Tangga

Manfaat fisik merupakan manfaat yang dapat dirasakan langsung oleh

masyarakat Desa Banjarsari dalam pelaksanaan KRPL. Manfaat fisik dari adanya

KRPL dapat ditunjukkan dari salah satu tujuan utama pengembangan KRPL

KEMPLING yaitu memenuhi ketersediaan pokok keluarga dengan dilihat dari

hasil produksi yang dihasilkan. Manfaat fisik KRPL dapat ditunjukkan dengan

hasil produksi selama umur tanaman. Umur tanaman adalah umur hingga tanaman

tersebut mati sehingga harus diganti dengan tanaman yang baru.

Pada umur 12 bulan tanaman tersebut harus diganti dengan tanaman yang

baru. Umur ayam buras, Ikan Nila, dan Ikan Lele tidak digunakan sebagai patokan

karena umur mati ketiga komoditas tersebut tergantung dari beberapa faktor baik

alam dan lingkungan misalnya: dimangsa hewan lain khususnya Ikan Lele,

keracunan, dan disembelih ketika akan dijual. Umur dari komoditas yang

Page 7: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

62

dikembangkan pada KRPL baik umur tanaman dan umur panen dapat dilihat dari

Tabel 22.

Tabel 22. Umur Tanaman KRPL KEMPLING

No Keterangan Umur Tanaman Periode Panen

1 Cabe rawit 12 bulan 3 bulan

2 Tomat 12 bulan 3 bulan

3 Terong 12 bulan 4 bulan

4 Kangkung 12 bulan 2 bulan

5 Bayam 12 bulan 2 bulan

6 Sawi 12 bulan 2 bulan

Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Berdasarkan Tabel 22 menunjukkan bahwa umur tanaman di Desa

Banjarsari selama 12 bulan. Pengurus Ketua Seksi Pembibitan KRPL

KEMPLING juga menyatakan bahwa umur tanaman yang di Desa Banjarsari

adalah 12 bulan. Periode panen untuk ayam buras, Ikan Nila, dan Ikan Lele

berbeda yaitu 1 bulan, 4 bulan, dan 3 bulan.

Hasil dari KRPL KEMPLING diklasifikasikan menurut kegunaannya

yaitu: (1) hasil yang dijual; (2) dikonsumsi; (3) berfungsi sosial. Distribusi hasil

yang berorientasi dijual yaitu penggunaan hasil dari KRPL mampu menambah

pendapatan dengan menjualnya di pasar atau warung. Distribusi hasil yang

berorientasi konsumsi yaitu penggunaan hasil dari KRPL digunakan untuk

memenuhi kebutuhan rumah tangga. Distribusi hasil yang berorientasi sosial yaitu

penggunaan hasil dari KRPL diberikan kepada tetangga atau saudara (orang lain).

6.2.1 Manfaat Fisik dari adanya KRPL KEMPLING dalam Mendukung

Pemenuhan Kebutuhan Pangan Rumah Tangga Strata 1

Setiap tanaman sayuran menghasilkan produksi yang berbeda dalam

jangka waktu dua minggu. Rata-rata produksi sayuran yang dipanen responden

selama dua minggu di Desa Banjarsari dapat dilihat pada Tabel 23.

Page 8: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

63

Tabel 23. Rata-Rata Produksi Sayuran Selama Dua Minggu

No Tanaman Total

Produksi Satuan

Jumlah

tanaman

Rata-rata

Produksi

1 Cabe rawit 4,50 kg 15 0,30

2 Tomat 2,32 kg 8 0,29

3 Terong 33,00 buah 11 3,00

4 Kangkung 10,00 ikat 10 1,00

5 Sawi 11,00 ikat 11 1,00

6 Bayam 10,00 ikat 10 1,00 Sumber: Data Primer, diolah (2012)

Berdasarkan Tabel 23 diatas menunjukkan bahwa rata-rata produksi

tanaman yang dipanen responden paling banyak adalah cabe rawit dan kemudian

tomat sebesar 0,30 kg karena memberikan penerimaan sebesar Rp 972.000 dalam

setahun. Hal ini dapat dipahami bahwa responden dalam memenuhi kebutuhan

pangan membutuhkan cabe rawit untuk masak-memasak. Distribusi hasil

pekarangan yang dijual, dikonsumsi, dan sosial pada strata 1 dapat dilihat pada

Tabel 24.

Tabel 24. Penggunaan Sayuran Selama Dua Minggu

No Tanaman Dijual (%) Konsumsi (%) Sosial (%) Total (%)

1 Cabe rawit 8,90 72,80 18,30 100,00

2 Tomat 9,80 68,40 21,80 100,00

3 Terong 10,00 50,00 40,00 100,00

4 Kangkung 13,33 66,67 20,00 100,00

5 Sawi 8,33 55,00 36,67 100,00

6 Bayam 10,00 63,33 26,67 100,00

Rata-rata penggunaan 10,06 62,70 27,24 100,00

Sumber: Data Primer (diolah), 2012

Berdasarkan pada Tabel 24 menyatakan bahwa pada pengembangan

KRPL, rata-rata penggunaan hasiltanaman sayuran di strata 1 berorientasi untuk

untuk memenuhi kebutuhan keluarga sebesar 62,70%, sosial sebesar 27,24% dan

dijual sebesar 10,06%. Hasil pekarangan yang berorientasi pada pasar adalah

tanaman kangkung yaitu sebesar 13,30% dan sisanya adalah terong, bayam,

tomat, cabe rawit, serta sawi. Hal ini dapat dipahami bahwa kangkung merupakan

Page 9: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

64

tanaman yang cepat panen sehingga responden memiliki peluang besar untuk

menjualnya.

Hasil pekarangan dari KRPL di Desa Banjarsari yang berorientasi pada

konsumsi adalah cabe rawit dan tomat. Hal ini dapat dipahami bahwa cabe rawit

dan tomat merupakan salah satu bahan utama dalam memasak. Hasil dari KRPL

yang berfungsi untuk sosial adalah terong karena terong merupakan tanaman

tahan lama baik pada musim kemarau maupun penghujan sehingga responden

sewaktu-waktu dapat memberikannya kepada tetangga atau saudara.

6.2.2 Manfaat Fisik dari adanya KRPL KEMPLING dalam Mendukung

Pemenuhan Kebutuhan Pangan Rumah Tangga Strata 2

Komoditas yang dikembangkan dalam strata 2 adalah tanaman sayuran

dan ayam buras. Rata-rata produksi yang dipanen responden selama dua minggu

di Desa Banjarsari dapat dilihat pada Tabel 25.

Tabel 25. Rata-Rata Produksi Sayuran Selama Dua Minggu

No Tanaman Total

Produksi Satuan

Jumlah

tanaman

Rata-rata

Produksi

1 Cabe rawit 3,48 Kg 12 0,29

2 Tomat 2,90 Kg 10 0,29

3 Terong 27,00 Buah 9 3,00

4 Kangkung 8,00 Ikat 8 1,00

5 Sawi 8,00 Ikat 8 1,00

6 Bayam 8,00 Ikat 8 1,00 Sumber: Data Primer, diolah (2012)

Berdasarkan Tabel 25 menunjukkan bahwa rata-rata produksi tanaman

yang dipanen responden paling banyak adalah cabe rawit sebesar 0,29 kg karena

memberikan penerimaan sebesar Rp 751.680 dalam setahun. Hal ini dapat

dipahami bahwa responden dalam memenuhi kebutuhan pangan membutuhkan

cabe rawit sebagai salah satu bahan utama dalam memasak. Penerimaan yang

diperoleh responden paling sedikit yaitu tanaman kangkung dan bayam sebesar

Rp 80.000.

Page 10: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

65

Ayam buras atau ayam kampung adalah ayam lokal yang tersebar di

seluruh wilayah Indonesia yang berasal dari ayam hitam merah Gallus gallus

yang telah jinak sebagai contoh ayam sayur, ayam kedu, dan ayam pelung. Ayam

buras dapat menghasilkan daging dan telur namun produk utama dari ayam buras

adalah telur.

Tabel 26. Rata-Rata Produksi Telur Ayam Buras Selama Satu Bulan

No Keterangan Jumlah

1 Produksi telur selama 1bulan (butir) 30

2 Produksi telur selama 1 tahun (butir) 360

Sumber: Data Primer (diolah), 2012

Berdasarkan Tabel 26 menyatakan bahwa rata-rata produksi telur yang

dihasilkan sebanyak 30 butir telur per bulan dengan rata-rata jumlah ayam dewasa

sebanyak 10 ekor. Harga jual ayam kampung pedaging dan telur ayam kampung

relatif lebih stabil dibandingkan dengan harga daging dan telur ayam ras. Hal ini

disebabkan karena belum banyak yang membudidayakannya secara intensif.

Hasil pekarangan pada strata 2 perlu adanya klasifikasi menurut

kegunaannya dari hasil KRPL menjadi hasil yang dijual, dikonsumsi, dan

berfungsi sosial. Distribusi hasil sayuran yang dijual, dikonsumsi, dan berfungsi

sosial pada strata 2 dapat dilihat pada Tabel 27.

Tabel 27. Penggunaan Sayuran Selama Dua Minggu

No Tanaman Dijual (%) Konsumsi (%) Sosial (%) Total (%)

1 Cabe rawit 13,10 70,34 16,56 100,00

2 Tomat 10,34 77,24 12,42 100,00

3 Terong 21,30 32,00 46,70 100,00

4 Kangkung 16,00 58,00 26,00 100,00

5 Sawi - 56,00 44,00 100,00

6 Bayam 20,00 56,00 24,00 100,00

Rata-rata penggunaan 13,46 58,26 28,28 100,00

Sumber: Data Primer (diolah), 2012

Page 11: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

66

Berdasarkan pada Tabel 27 menyatakan bahwa pada pengembangan

KRPL, rata-rata penggunaan hasil pekarangan tanaman sayuran di strata 2

berorientasi konsumsi keluarga sebesar 58,26%, sosial sebesar 28,28%, dan pasar

sebesar 13,46%. Penggunaan sayuran pada strata 2 memiliki nilai sosial yang

lebih tinggi dibandingkan strata 1 dan strata 3. Hal ini menunjukkan bahwa sifat

kekerabatan pada strata 2 lebih besar.

Hasil pekarangan dari KRPL di Desa Banjarsari yang berorientasi pada

konsumsi adalah tomat sebesar 77,24% dan yang kedua adalah cabe rawit sebesar

70,34%. Hal ini dapat dipahami bahwa tomat dan cabe rawit merupakan salah satu

bahan utama dalam memasak. Tanaman yang berorientasi pada pasar dan sosial

adalah tanaman terong yaitu sebesar 21,30% dan 46,70%. Hal ini dapat dipahami

bahwa terong merupakan salah satu tanaman yang tahan lama dan adanya rasa

bosan dalam memasak sayur terong sehingga responden lebih banyak

mempertimbangkan untuk sosial.

Distribusi hasil ayam buras yang dijual, dikonsumsi, dan berfungsi sosial

pada strata 2 di Desa Banjarsari dapat dilihat pada Tabel 28. Kegiatan memelihara

ayam buras merupakan usaha sampingan untuk menambah pendapatan atau hanya

untuk menyalurkan hobi. Pemeliharaan ayam buras yang bersifat sampingan,

maka penanganannya masih tradisional.

Tabel 28. Penggunaan Telur Ayam Buras Selama Satu Bulan

No Keterangan Hasil Produksi (butir) Persentase (%)

1 Pasar 20 27,00

2 Konsumsi 43 57,00

3 Sosial 12 16,00

Total 75 100,00

Sumber: Data Primer, diolah(2012)

Page 12: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

67

Berdasarkan pada Tabel 28 menyatakan bahwa pada pengembangan

KRPL, distribusi hasil telur ayam buras berorientasi pada konsumsi sebesar

57,00%, kemudian berorientasi pada pasar sebesar 27,00%, dan terakhir

berorientasi sosial sebesar 16,00%.

6.2.3 Manfaat Fisik dari adanya KRPL KEMPLING dalam Mendukung

Pemenuhan Kebutuhan Pangan Rumah Tangga Strata 3

Produksi dari pekarangan KRPL di Desa Banjarsari pada strata 3 adalah

tanaman sayuran, ayam buras, dan ikan. Responden di Desa Banjarsari ada yang

memelihara hanya Ikan Lele dan Ikan Nila. Setiap tanaman menghasilkan

produksi yang berbeda dalam jangka waktu dua minggu. Rata-rata produksi yang

dipanen responden selama dua minggu dapat dilihat pada Tabel 29.

Tabel 29. Rata-Rata Produksi Sayuran Selama Dua Minggu

No Tanaman Total

Produksi Satuan

Jumlah

tanaman

Rata-rata

Produksi

1 Cabe rawit 5,27 Kg 17 0,31

2 Tomat 4,06 Kg 14 0,29

3 Terong 52,00 Buah 13 4,00

4 Kangkung 10,00 Ikat 10 1,00

5 Sawi 13,00 Ikat 13 1,00

6 Bayam 11,00 Ikat 11 1,00 Sumber: Data Primer, diolah(2012)

Berdasarkan Tabel 29 menunjukkan bahwa rata-rata produksi tanaman

yang dipanen responden paling banyak adalah cabe rawit sebesar 0,31 kg dengan

memiliki penerimaan terbesar yaitu Rp 1.138.320. Hal ini dapat dipahami bahwa

responden dalam memenuhi kebutuhan pangan membutuhkan cabe rawit.

Penerimaan yang terkecil yang diterima dalam pelaksanaan KRPL terdapat pada

tanaman kangkung sebesar Rp 100.000.

Page 13: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

68

Tabel 30. Rata-Rata Produksi Telur Ayam Buras Selama Satu Bulan

No Keterangan Jumlah

1 Produksi telur selama satu bulan (butir) 33

2 Produksi telur selama satu tahun (butir) 396 Sumber: Data Primer (diolah), 2012

Berdasarkan Tabel 30 menyatakan bahwa rata-rata produksi telur yang

dihasilkan sebanyak 33 butir telur per bulan dengan rata-rata jumlah ayam dewasa

sebanyak 11 ekor. Beternak ayam kampung cocok diusahakan dalam skala rumah

tangga. Hal ini disebabkan oleh jumlah minimum populasi yang dibutuhkan untuk

mencapai skala ekonomi tidak besar dan modal yang dibutuhkan untuk memulai

beternak ayam kampung relatif dapat dijangkau oleh masyarakat.

Pada pengembangan KRPL di Desa Banjarsari memelihara Ikan Lele dan

Ikan Nila memiliki kelebihan dan kekuranganya. Kelebihan Ikan Lele yaitu

mudah perawatannya dan mampu bertahan pada kondisi yang buruk. Ikan Nila

memiliki beberapa kelebihan yaitu pertumbuhan yang cepat, rakus terhadap

makanan sisa (limbah), dan tahan terhadap penyakit. Rata-rata produksi ikan

sekali panen dalam KRPL KEMPLING dapat dilihat pada Tabel 31.

Tabel 31. Rata-Rata Produksi Ikan Sekali Panen

No Keterangan Sekali Panen

1 Ikan Lele (kg) 60

2 Ikan Nila (kg) 79

Sumber : Data Primer, diolah(2012)

Berdasarkan Tabel 31 menyatakan bahwa rata-rata produksi Ikan Lele

untuk satu kolam adalah 60 kg. Produksi Ikan Nila sebesar 79 kg untuk satu

kolam. Ikan Nila di Desa Banjarsari merupakan ikan yang mudah mati

dibandingkan Ikan Lele karena air merupakan persoalan yang kerap dihadapi

masyarakat apabila memasuki musim kemarau. Kendala lain yang mnyebabkan

Ikan Nila mudah mati yaitu pembibitan dan pakan karena masih mendatangkan

Page 14: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

69

dari luar kota. Hal yang harus dipahami dalam memelihara Ikan Nila yaitu

perawatannya yang intensif. Ikan Nila akan lebih cepat tumbuhnya jika dipelihara

di kolam yang dangkal airnya karena di kolam dangkal pertumbuhan tanaman dan

ganggang lebih cepat dibandingkan di kolam yang dalam.

Klasifikasi menurut kegunaannya dari hasil KRPL KEMPLING yaitu

menjadi hasil yang dijual, dikonsumsi, dan berfungsi sosial. Distribusi hasil

pekarangan yang dijual, dikonsumsi, dan berfungsi sosial pada strata 3 dapat

dilihat pada Tabel 32.

Tabel 32. Penggunaan Sayuran Selama Dua Minggu

No Tanaman Dijual (%) Konsumsi (%) Sosial (%) Total (%)

1 Cabe rawit 12,90 70,32 16,78 100,00

2 Tomat 6,90 83,44 9,66 100,00

3 Terong - 51,00 49,00 100,00

4 Kangkung - 72,00 28,00 100,00

5 Sawi - 80,00 20,00 100,00

6 Bayam - 72,00 28,00 100,00

Rata-rata penggunaan 3,30 71,46 25,24 100,00

Sumber: Data Primer, diolah(2012)

Berdasarkan pada Tabel 32 menyatakan bahwa pada pengembangan

KRPL, rata-rata penggunaan tanaman sayuran pada strata 3 berorientasi pada

konsumsi keluarga sebesar 71,46%. Hasil pekarangan yang berorientasi pada

pasar adalah cabe rawit. Hasil pekarangan dari KRPL di Desa Banjarsari yang

berorientasi pada konsumsi adalah tomat. Hal ini dapat dipahami bahwa tomat

merupakan salah satu bahan utama dalam memasak. Hasil dari KRPL yang

berfungsi untuk sosial adalah terong karena terong merupakan tanaman tahan

lama baik pada musim kemarau maupun penghujan sehingga responden

sewaktu-waktu dapat memberikannya kepada tetangga atau saudara. Distribusi

hasil ayam buras yang dijual, dikonsumsi, dan berfungsi sosial pada strata 3 dapat

dilihat pada Tabel 33.

Page 15: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

70

Tabel 33. Penggunaan Telur Ayam Buras Selama Satu Bulan

No Keterangan Hasil Produksi (butir) Persentase (%)

1 Pasar 9 12,00

2 Konsumsi 49 65,00

3 Sosial 17 23,00

Total 75 100,00

Sumber: Data Primer (diolah), 2012

Berdasarkan Tabel 33 menyatakan bahwa pada pengembangan KRPL,

distribusi produk ayam buras berorientasi pada konsumsi sebesar 65,00%,

kemudian berorientasi pada pasar sebesar 12,00%, dan terakhir berorientasi ada

sosial sebesar 23,00%. Distribusi hasil yang dijual, dikonsumsi, dan berfungsi

sosial pada strata 3 dapat dilihat pada Tabel 34.

Tabel 34. Penggunaan Hasil Ikan Sekali Panen

No Ikan Dijual (%) Konsumsi (%) Sosial (%) Total (%)

1 Ikan Lele 54,00 26,00 20,00 100,00

2 Ikan Nila 56,00 23,00 21,00 100,00

Rata-rata penggunaan 55,00 24,50 20,50 100,00

Sumber: Data Primer, diolah(2012)

Berdasarkan pada Tabel 34 menyatakan bahwa pada pengembangan

KRPL, rata-rata penggunaan ikan berorientasi untuk dijual sebesar 55,00%.

Distribusi Ikan Lele dan Ikan Nila berorientasi pada pasar sebesar 54,00% dan

56,00%. Total penggunaan ikan pada strata 3 berorientasi pada pasar, konsumsi,

dan terakhir pada sosial. Pada strata 3, perikanan yang memberikan pendapatan

lebih banyak bagi respondennya.

6.3 Biaya dan Manfaat KRPL KEMPLING

Estimasi biaya dan manfaat dari suatu kegiatan bertujuan untuk layak atau

tidaknya kegiatan tersebut dalam pengembangannya. Biaya dan manfaat dari

pelaksanaan KRPL KEMPLING dilihat dari analisis pendapatan yang

dikembangkan setiap strata. Pendapatan KRPL KEMPLING diperoleh dari

pengurangan antara penerimaan dan pengeluaran. Penerimaan yaitu rata-rata nilai

Page 16: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

71

produksi yang diperoleh dikalikan dengan harga jual di pasar. Responden menjual

hasil usahanya yaitu dengan tiga cara: (1) menjual ke pasar atau warung-warung;

(2) menjual kepada pembeli yang datang; (3) menjual dengan cara barter kepada

penjual sayuran keliling (rengkek). Responden mayoritas menjual hasil KRPL

melalui cara barter kepada sayuran keliling.

Harga sayuran yang berlaku di pasar berbeda-beda tergantung dari

komoditasnya. Harga cabe rawit sebesar Rp 12.000/kg, harga tomat sebesar Rp

4.500/kg, harga kangkung sebesar Rp 500/ikat, harga bayam sebesar Rp 500/ikat,

harga sawi sebesar Rp 1.000/ikat, dan harga terong sebesar Rp 1.000/buah. Harga

telur ayam buras sebesar Rp 1.000/butir. Harga ayam buras sebesar Rp 25.000.

Harga Ikan Lele sebesar Rp 10.000/kg dan Ikan Nila sebesar Rp 13.000/kg.

Pembeli membeli hasil ikan langsung datang ke rumah penjual (responden).

Pembeli berasal dari penjual ikan di Pasar Arjowinangun, teman dari penjual, atau

tetangga dari desa sebelah.

Biaya dalam pengembangan KRPL di Desa Banjarsari merupakan suatu

hal yang harus diperhatikan dalam menjalankan kegiatan. Biaya adalah sejumlah

uang yang dikeluarkan selama proses produksi. Biaya KRPL KEMPLING

dibedakan menjadi dua komponen yaitu biaya tunai dan biaya yang

diperhitungkan.

Biaya tunai merupakan biaya yang dikeluarkan oleh responden secara

tunai untuk melakukan kegiatan KRPL KEMPLING. Biaya yang diperhitungkan

merupakan biaya yang tidak termasuk ke dalam biaya tunai tetapi diperhitungkan

dalam pengembangan KRPL. Biaya yang diperhitungkan pada KRPL

KEMPLING merupakan biaya yang dalam pengembangannya dilakukan secara

Page 17: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

72

swadaya baik melalui iuran RT atau iuran Gapoktan pada awal didirikan KRPL,

biaya mengambil benih/bibit secara gratis di KBD, maupun biaya yang

dikeluarkan oleh responden namun responden tidak memperhitungkannya. Pada

penelitian ini, biaya yang diperhitungkan merupakan ketika masyarakat

mengambil benih/bibit secara gratis dari KBD dan pembuatan jagrak/rak secara

swadaya.

Pendapatan dari hasil KRPL di Desa Banjarsari dapat disebut dengan

keuntungan atau laba dari suatu kegiatan produksi. Pendapatan dibagi dua

komponen dalam KRPL KEMPLING yaitu pendapatan atas biaya tunai dan

pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai menunjukkan bahwa

pendapatan yang diperoleh rumah tangga dengan membayar seluruh biaya tunai.

Pendapatan atas biaya total menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh

rumah tangga dengan membayar seluruh biaya total baik biaya tunai maupun

biaya diperhitungkan.

Kontribusi pengembangan KRPL di Desa Banjarsari terhadap pendapatan

keluarga dilihat dari pendapatan rumah tangga berasal dari dua sumber, yaitu dari

pendapatan usaha KRPL dan dari pendapatan luar KRPL. Pendapatan luar KRPL

berasal dari pendapatan anggota keluarga seperti suami dan anak. Jenis pekerjaan

dari luar KRPL yang menjadi sumber pendapatan diperoleh dari petani, buruh,

pensiunan, PNS, wiraswasta, swasta, dan kombinasi dari pekerjaan tersebut.

6.3.1 Biaya dan Manfaat KRPL KEMPLING Strata 1

Biaya tunai pada strata 1 meliputi jagrak/rak, bibit/benih, dan polibag.

Apabila responden kurang benih/bibit, jagrak/rak, dan polibag maka mereka boleh

menambah dengan mengusahakannya sendiri. Biaya yang diperhitungkan pada

Page 18: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

73

strata 1 adalah jagrak/rak, benih/bibit, ajir/lanjaran, polibag, pupuk kandang,

tenaga kerja dalam keluarga, dan biaya penyusutan. Awal pengembangan KRPL,

biaya rak maupun bibit dilakukan dari iuran RT atau Gapoktan yang dilakukan

secara terpusat yaitu di KBD Desa Banjarsari. Umur rak buatan rumah tangga

sendiri lebih lama daripada umur rak yang dilakukan secara gotong royong yaitu

dua tahun. Hal ini disebabkan oleh kayu digunakan dalam rak buatan sendiri lebih

baik. Rata-rata rak yang dimiliki oleh responden sebanyak satu hingga dua rak

dengan ukuran 1 m x 1,5 m x 1 m yang disusun secara bertingkat.

Rumah tangga di Desa Banjarsari membuat ajir/lanjaran yang bahannya

diambil dari hutan atau kebun atau meminta ke tetangga. Ajir/lanjaran ini dibuat

dari bambu dengan setengah gelondong (batang) bambu mampu menghasilkan

sekitar 20-30 buah. Pupuk yang digunakan pada pengembangan KRPL adalah

pupuk kandang dan sisa-sisa sampah rumah tangga. Ketersediaan pupuk kandang

dengan cara responden meminta dari kelompok tani atau meminta dari tetangga

yang memiliki ternak yaitu responden strata 2 dan strata 3.

Alat-alat yang umum digunakan dalam pelaksanaan KRPL di Desa

Banjarsari yaitu cangkul, ganco, parang, arit, ember, dan gayung dimiliki sendiri

oleh responden. Biaya penyusutan merupakan biaya yang dikeluarkan akibat

terjadinya pengurangan nilai barang sebagai akibat penggunaannya dalam proses

produksi. Nilai penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus

dengan asumsi tiap sarana produksi tidak dapat digunakan kembali (rusak). Pada

strata 1 jumlah biaya penyusutan adalah Rp 265.183/tahun.

Biaya terbesar pada pengembangan KRPL strata 1 adalah pengeluaran

biaya yang diperhitungkan. Tenaga kerja yang terlibat dalam KRPL KEMPLING

Page 19: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

74

adalah tenaga kerja dalam keluarga. Aktivitas tenaga kerja dalam keluarga dalam

bercocok tanaman sayuran dimulai dari persiapan lahan (pengolahan tanah,

pemupukan awal, penanaman), pemeliharaan (penyiangan, pemupukan,

penyiraman, pemasangan ajir), dan pemanenan. Biaya kerja tenaga dalam

keluarga pada strata 1 mencapai Rp 613.000.

Tenaga kerja dalam keluarga yang terlibat dalam aktivitas KRPL

seharusnya diperhitungkan dalam mengambil keputusan secara sosial namun

dalam kenyataannya responden tidak memperhitungkannya. Jumlah tenaga kerja

setiap rumah rata-rata 1-2 orang yang terdiri dari pekerja pria dan wanita. Waktu

kerja dalam satu hari adalah 7 jam di tempat penelitian. Pengembangan KRPL

KEMPLING merupakan optimalisasi pemanfaatan pekarangan maka hanya

beberapa menit atau beberapa jam dalam melakukan pelaksanaannya. Perhitungan

untuk tenaga kerja disesuaikan dengan keadaan di lokasi penelitian. Hal ini

bertujuan untuk mengetahui realisasi curahan waktu untuk melakukan kegiatan

KRPL. Rata-rata curahan waktu dan curahan kerja dalam satu tahun dapat dilihat

dalam Lampiran 5.

Berdasarkan analisis pendapatan atas biaya tunai pada strata 1 diperoleh

sebesar Rp 1.949.410. Hal ini menunjukkan bahwa rumah tangga dalam KRPL

bisa membayar seluruh biaya tunai. Pendapatan total dari strata 1 per rumah

tangga di Desa Banjarsari dalam satu tahun adalah Rp 889.100. Hal ini menun-

jukkan bahwa rumah tangga dalam KRPL bisa membayar seluruh biaya total.

Pendapatan atas biaya total menjadi keuntungan bersih yang didapat dari

responden.

Page 20: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

75

Nilai R/C rasio pada strata 1 dapat digolongkan layak, karena nilainya

lebih dari satu. Rata-rata pendapatan dari KRPL KEMPLING per rumah tangga

dalam satu tahun di Desa Banjarsari, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur dapat dilihat

pada Tabel 35.

Tabel 35. Rata-Rata Pendapatan KRPL KEMPLING per Rumah Tangga

Strata 1 dalam Satu Tahun

No Keterangan Nilai (Rp)

1 Penerimaan Tunai 199.226

Penerimaan Non Tunai 1.908.694

Total Penerimaan 2.107.920

2 Total Biaya 1.218.320

- Biaya Tunai 158.010

- Biaya yang Diperhitungkan 1.060.310

3 Pendapatan atas Biaya Tunai 1.949.410

4 Pendapatan atas Biaya Total 889.100

5 R/C rasio Biaya Tunai 13,30

6 R/C rasio Biaya Total 1,73

Sumber: Data Primer (diolah), 2012

Berdasarkan pada Tabel 35 menunjukkan bahwa kegiatan KRPL di Desa

Banjarsari menguntungkan karena nilai R/C lebih dari satu. Perhitungan R/C atas

biaya tunai dilakukan melalui pembagian penerimaan total dengan penjumlahan

biaya tunai. Nilai R/C rasio pendapatan atas biaya total pada strata 1 adalah sebe-

sar 1,73 yang berarti untuk setiap satu rupiah biaya total yang dikeluarkan akan

memberikan penerimaan total sebesar Rp 1,73. Nilai R/C rasio pendapatan atas

biaya tunai ada strata 1 adalah sebesar 13,30 yang berarti untuk setiap satu rupiah

biaya tunai yang dikeluarkan dalam pelaksanaan KRPL akan memberikan pen-

erimaan sebesar Rp 13,30.

Nilai R/C biaya tunai memiliki nilai yang cukup besar. Hal ini karena

penerimaan yang diperoleh besar dan biaya yang diperoleh relatif kecil sehingga

perbandingannya relatif besar. Hal ini disebabkan oleh komponen biaya tunai

strata 1 lebih sedikit dibandingkan dengan biaya yang diperhitungkan seperti

Page 21: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

76

pupuk kandang, tenaga kerja dalam keluarga, dan lain-lain. Komponen biaya dan

rata-rata pendapatan strata 1 dapat dilihat pada Lampiran 1. Rumah tangga strata 1

hanya fokus pada tanaman sayuran tidak ada biaya ternak dan ikan.

6.3.2 Biaya dan Manfaat KRPL KEMPLING Strata 2

Total penerimaan pada strata 2 sebesar Rp 5.046.080 yang terdiri dari

penerimaan dari sayuran sebesar Rp 1.738.580, produksi telur ayam sebesar

Rp 360.000, pembelian ternak sebesar Rp. 52.500 dan nilai produksi ayam buras

sebesar Rp 3.000.000. Pembelian ternak merupakan salah satu komponen

penerimaan namun sebagai komponen yang bersifat mengurangi penerimaan

karena menurut Soekartawi et al. (1986), pembelian ternak dianggap sebagai

produk usaha ternak yang belum selesai. Pembelian ternak merupakan biaya yang

dikeluarkan ketika responden memutuskan untuk beternak ayam buras. Rata-rata

responden membeli ternak ayam buras sebanyak dua ekor ayam. Produksi ayam

buras tersebut diasumsikan apabila responden menjual semua ayam maka

penjualan ayam menjadi salah satu penerimaan responden yang tidak tunai.

Biaya tunai pada strata 2 meliputi jagrak/rak, benih/bibit, dan polibag.

Apabila responden kurang benih/bibit, jagrak/rak, dan polibag maka mereka boleh

menambah dengan mengusahakannya sendiri. Rata-rata rak yang dimiliki oleh

responden sebanyak satu hingga dua rak dengan ukuran 1 m x 1,5 m x 1 m yang

disusun secara bertingkat.

Biaya tunai meliputi pengeluaran untuk ternak dengan perlengkapan

(tempat makan dan minum) yang biasanya responden menggunakan baskom,

ember, atau tempat makanan bekas. Pakan ayam buras di Desa Banjarsari berupa

bekatul dan menir dengan rata-rata perbandingan pemberian pakan 1 : 0,4 dalam

Page 22: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

77

kg/hari. Kadang-kadang responden juga memberikan pakan berupa dedak dan

menir dengan perbandingan 1 : 0,4 dalam kg/hari. Biaya tunai juga berupa

kesehatan dengan memberikan kapsul dengan harga sebesar Rp 5.000/kapsul dan

perbaikan kandang.

Biaya yang diperhitungkan pada strata 2 untuk sayuran adalah jagrak/rak,

benih/bibit, ajir/lanjaran, polibag, pupuk kandang, tenaga kerja dalam keluarga,

dan biaya penyusutan. Pupuk kandang diperoleh dari kotoran ternak yang dikelola

oleh rumah tangga strata 2. Alat-alat yang umum digunakan dalam pelaksanaan

KRPL di Desa Banjarsari yaitu cangkul, ganco, parang, arit, ember, dan gayung

dimiliki sendiri oleh responden. Biaya yang diperhitungkan untuk ternak adalah

biaya penyusutan kandang, dan tenaga kerja dalam keluarga. Biaya penyusutan

merupakan biaya yang dikeluarkan akibat terjadinya penggurangan nilai barang

sebagai akibat penggunaannya dalam proses produksi. Nilai penyusutan dihitung

dengan menggunakan metode garis lurus dengan asumsi tiap sarana produksi

tidak dapat digunakan kembali (rusak). Total biaya penyusutan untuk peralatan

sayuran sebesar Rp 263.627. Rata-rata biaya penyusutan kandang di Desa

Banjarsari senilai Rp 161.667 dengan umur teknis kandang adalah 4 tahun, maka

penyusutan kandang tiap tahunnya adalah Rp 40.417/tahun.

Biaya terbesar pada pengembangan KRPL strata 2 adalah pengeluaran

biaya yang diperhitungkan. Tenaga kerja yang terlibat dalam KRPL KEMPLING

adalah tenaga kerja dalam keluarga. Aktivitas tenaga kerja dalam keluarga dalam

bercocok tanaman sayuran dimulai dari persiapan lahan (pengolahan tanah,

pemupukan awal, penanaman), pemeliharaan (penyiangan, pemupukan,

penyiraman, pemasangan ajir), dan pemanenan. Pada aktivitas beternak, tenaga

Page 23: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

78

kerja melakukan kegiatan memberi makan, membersihkan kandang, dan

memasukkan atau mengeluarkan ternak. Tenaga kerja dalam keluarga

membersihkan kandang dalam frekuensi seminggu tiga kali. Aktivitas

memasukkan atau mengeluarkan ayam di Desa Banjarsari dilakukan dengan cara

ayam dikandangkan pada malam hari dan diumbar pada siang hari. Biaya kerja

tenaga dalam keluarga pada strata 2 mencapai Rp 954.600. Pengembangan KRPL

KEMPLING dilaksanakan hanya beberapa menit atau beberapa jam, maka

perhitungan untuk tenaga kerja disesuaikan dengan keadaan di lokasi penelitian.

Hal ini bertujuan untuk mengetahui realisasi curahan waktu untuk melakukan

kegiatan KRPL. Rata-rata curahan waktu dan curahan kerja dalam satu tahun

dapat dilihat dalam Lampiran 5.

Berdasarkan analisis pendapatan atas biaya tunai pada strata 2 diperoleh

sebesar Rp 3.734.165. Hal ini menunjukkan bahwa rumah tangga dalam KRPL

bisa membayar seluruh biaya tunai. Pendapatan atas biaya total pada strata 2 di-

peroleh sebesar Rp 2.387.944. Hal ini menunjukkan bahwa rumah tangga dalam

KRPL bisa membayar seluruh biaya total.

Nilai R/C rasio pada strata 2 dapat digolongkan layak, karena nilainya

lebih dari satu. Rata-rata pendapatan dari KRPL KEMPLING per rumah tangga

dalam satu tahun di Desa Banjarsari, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur dapat dilihat

pada Tabel 35. Penerimaan itik, kambing, dan ayam tidak dimasukkan dalam pen-

erimaan karena diasumsikan ketiga ternak ini merupakan ternak yang pen-

erimaannya tidak rutin karena penerimaannya yang diterima pada saat hari-

hari besar keagamaan dan apabila rumah tangga membutuhkan uang yang

Page 24: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

79

mendesak. Selain dari penerimaan tidak rutin, umur itik, kambing, dan sapi yang

dimiliki oleh responden juga sudah terlalu lama.

Tabel 36. Rata-Rata Pendapatan KRPL KEMPLING per Rumah Tangga

Strata 2 dalam Satu Tahun

No Keterangan Nilai (Rp)

1 Penerimaan Tunai

- Produksi sayuran 243.756

- Produksi telur ayam 96.000

- Pembelian ternak (52.500)

Penerimaan Non Tunai

- Produksi sayuran 1.494.824

- Produksi telur ayam 264.000

- Produksi ayam 3.000.000

- Produksi itik* -

- Produksi kambing* -

- Produksi sapi* -

Total Penerimaan 5.046.080

2 Total Biaya 2.658.136

- Biaya Tunai 1.311.915

- Biaya yang Diperhitungkan 1.346.221

3 Pendapatan atas Biaya Tunai 3.734.165

4 Pendapatan atas Biaya Total 2.387.944

5 R/C rasio Biaya Tunai 3,93

6 R/C rasio Biaya Total 1,94

Sumber : Data Primer (diolah), 2012

*) : Tidak masuk dalam penerimaan

( ) : penerimaannya bersifat mengurangi

Berdasarkan pada Tabel 36 menunjukkan bahwa kegiatan KRPL di Desa

Banjarsari menguntungkan karena nilai R/C lebih dari satu. Perhitungan R/C atas

biaya tunai dilakukan melalui pembagian penerimaan total dengan penjumlahan

biaya tunai. Pada strata 2, nilai R/C rasio pendapatan atas biaya total adalah sebe-

sar 1,94 yang berarti untuk setiap satu rupiah biaya total yang dikeluarkan akan

memberikan penerimaan total sebesar Rp 1,94. Nilai R/C rasio pendapatan atas

biaya tunai adalah sebesar 3,93 yang berarti untuk setiap satu rupiah biaya tunai

yang dikeluarkan dalam pelaksanaan KRPL strata 2 akan memberikan penerimaan

sebesar Rp 3,93.

Page 25: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

80

6.3.3 Biaya dan Manfaat KRPL KEMPLING Strata 3

Total penerimaan pada strata 3 sebesar Rp 16.293.680 yang terdiri dari

penerimaan dari sayuran sebesar Rp 2.769.180, produksi telur ayam buras sebesar

Rp 396.000, pembelian ternak ayam buras sebesar Rp. 52.500 dan nilai produksi

ayam buras sebesar Rp 3.300.000. Total penerimaan ikan pada strata 3 sebesar Rp

4.800.000 untuk Ikan Lele dan sebesar Rp 3.081.000 untuk Ikan Nila. Rata-rata

hasil Ikan Lele berisi 8 ekor /kg dan Ikan Nila per berisi 7 ekor /kg.

Desa Banjarsari khusus strata 3 mendapatkan Bantuan dari pemerintah

berupa pembuatan kolam, benih Nila BEST (Bogor Enhanced Strain Tilapia),

terpal, batu bata, ember, dinamo dan serokan. Bantuan pemerintah ini berasal dari

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk Masyarakat (IPTEKMAS) yang

merupakan anggaran dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan

Perikanan. Bantuan pemerintah ini bersifat hibah yang akhirnya dapat menjadi

insentif bagi masyarakat Desa Banjarsari agar dapat meningkatkan

penganekaragaman sumberdaya pangan serta menunjang kebutuhan keluarga.

Biaya tunai pada strata 3 meliputi jagrak/rak, benih/bibit, dan polibag.

Apabila responden kurang benih/bibit, jagrak/rak, dan polibag maka mereka boleh

menambah dengan mengusahakannya sendiri. Rata-rata rak yang dimiliki oleh

responden sebanyak satu hingga dua rak dengan ukuran 1 m x 1,5 m x 1 m yang

disusun secara bertingkat.

Biaya tunai untuk ternak meliputi perlengkapan (tempat makan dan

minum) yang biasanya responden menggunakan baskom, ember, atau tempat

makanan bekas, pakan berupa bekatul dan menir dengan rata-rata perbandingan

Page 26: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

81

pemberian pakan 1,1 : 0,3 kg/hari, kesehatan dengan memberikan kapsul dengan

harga sebesar Rp 5.000/kapsul, dan perbaikan kandang.

Pada perikanan, biaya tunai yang dikeluarkan meliputi pakan, kesehatan,

serta benih ikan. Biaya pada perikanan yang paling besar dikeluarkan oleh

responden adalah biaya pakan ikan. Hal ini disebabkan akses untuk membeli

pakan jauh dari desa. Pemberian pakan untuk Ikan Lele dan Ikan Nila rata-rata 3,3

kg dalam sehari. Ikan Nila merupakan ikan yang membutuhkan pakan lebih

banyak dan membutuhkan air yang deras atau mengalir. Responden

kadang-kadang memberikan daun tela ke kolam ikan. Daun tela dapat menjadi

vitamin buat Ikan Lele dan Ikan Nila. Kolam Ikan Lele rata-rata berukuran 4 m x

2 m x 0,5 m dan kolam untuk Ikan Nila rata-rata berukuran 3 m x 2 m x 0,3 m.

Responden di Desa Banjarsari lebih banyak memiliki kolam Ikan Lele

dibandingkan Ikan Nila yaitu dua kolam.

Biaya yang diperhitungkan pada strata 3 untuk sayuran adalah jagrak/rak,

benih/bibit, ajir/lanjaran, polibag, pupuk kandang, tenaga kerja dalam keluarga,

dan biaya penyusutan. Alat-alat yang umum digunakan dalam pelaksanaan KRPL

di Desa Banjarsari yaitu cangkul, ganco, parang, arit, ember, dan gayung dimiliki

sendiri oleh responden. Biaya yang diperhitungkan untuk ternak adalah biaya

penyusutan kandang dan tenaga kerja dalam keluarga. Biaya yang diperhitungkan

untuk perikanan meliputi penyusutan kolam, peralatan, dan tenaga kerja dalam

keluarga. Biaya penyusutan merupakan biaya yang dikeluarkan akibat terjadinya

pengurangan nilai barang sebagai akibat penggunaannya dalam proses produksi.

Nilai penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus dengan

asumsi tiap sarana produksi tidak dapat digunakan kembali (rusak). Total biaya

Page 27: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

82

penyusutan untuk peralatan sayuran sebesar Rp 301.767/tahun. Rata-rata biaya

penyusutan kandang di Desa Banjarsari senilai Rp 30.956/tahun dengan umur

teknis kandang adalah 4 tahun. Rata-rata biaya penyusutan kolam Ikan Lele dan

Ikan Nila di Desa Banjarsari senilai Rp 759.524 dan Rp 516.667 dengan umur

teknis kolam adalah 10 tahun, maka jumlah penyusutan kolam Ikan Lele dan Ikan

Nila tiap tahunnya adalah Rp 127.619/tahun. Serokan, pompa, dan pipa paralon

mengalami penyusutan dalam pengembangan KRPL.

Aktivitas tenaga kerja dalam keluarga dalam bercocok tanaman sayuran

dimulai dari persiapan lahan (pengolahan tanah, pemupukan awal, penanaman),

pemeliharaan (penyiangan, pemupukan, penyiraman, pemasangan ajir), dan

pemanenan. Pada aktivitas beternak, tenaga kerja melakukan kegiatan memberi

makan, membersihkan kandang, dan memasukkan atau mengeluarkan ternak.

Tenaga kerja dalam keluarga membersihkan kandang dalam frekuensi seminggu 3

kali. Aktivitas memasukkan atau mengeluarkan ayam di Desa Banjarsari

dilakukan dengan cara ayam dikandangkan pada malam hari dan diumbar pada

siang hari. Pada perikanan, tenaga kerja juga melakukan kegiatan memberi makan

ke ikan pada siang hari dan sore hari serta membersihkan kolam. Waktu kerja di

Desa Banjarsari dalam satu hari adalah 7 jam di tempat penelitian. Pengembangan

KRPL KEMPLING dilaksanakan hanya beberapa menit atau beberapa jam, maka

perhitungan untuk tenaga kerja disesuaikan dengan keadaan di lokasi penelitian.

Hal ini bertujuan agar mengetahui realisasi curahan waktu untuk melakukan

kegiatan KRPL. Biaya tenaga kerja dalam keluarga pada strata 3 mencapai

Rp 2.094.900. Rata-rata curahan waktu dan curahan kerja dalam satu tahun dapat

dilihat dalam Lampiran 5.

Page 28: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

83

Berdasarkan analisis pendapatan atas biaya tunai pada strata 3 diperoleh

sebesar Rp 10.856.560. Hal ini menunjukkan bahwa rumah tangga dalam KRPL

bisa membayar seluruh biaya tunai. Pendapatan atas biaya total KRPL di Desa

Banjarsari pada strata 3 adalah Rp 7.927.236. Hal ini menunjukkan bahwa rumah

tangga dalam KRPL bisa membayar seluruh biaya total.

Nilai R/C rasio pada strata 3 dapat digolongkan layak, karena nilainya

lebih dari satu. Rata-rata Pendapatan dari KRPL KEMPLING per rumah tangga

dalam satu tahun di Desa Banjarsari, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur dapat dilihat

pada Tabel 37.

Tabel 37. Rata-Rata Pendapatan KRPL KEMPLING per Rumah Tangga

Strata 3 dalam Satu Tahun

No Keterangan Nilai (Rp)

1 Penerimaan Tunai

- Produksi sayuran 169.560

- Produksi telur ayam 47.520

- Pembelian ternak (52.500)

- Produksi Ikan Lele 2.592.000

- Produksi Ikan Nila 1.690.000

Penerimaan Non Tunai

- Produksi sayuran 2.599.620

- Produksi telur ayam 348.480

- Produksi ayam 3.300.000

- Produksi Ikan Lele 2.208.000

- Produksi Ikan Nila 1.391.000

- Bantuan 2.000.000

- Produksi itik* -

- Produksi kambing* -

- Produksi sapi* -

Total Penerimaan 16.293.680

2 Total Biaya 8.366.444

- Biaya Tunai 5.437.120

- Biaya yang Diperhitungkan 2.929.324

3 Pendapatan atas Biaya Tunai 10.856.560

4 Pendapatan atas Biaya Total 7.927.236

5 R/C rasio Biaya Tunai 3,00

6 R/C rasio Biaya Total 1,95

Sumber : Data Primer (diolah), 2012

*) : Tidak masuk dalam penerimaan

( ) : penerimaannya bersifat mengurangi

Page 29: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

84

Berdasarkan Tabel 37 menunjukkan bahwa kegiatan KRPL di Desa Ban-

jarsari menguntungkan karena nilai R/C lebih dari satu. Perhitungan R/C atas

biaya tunai dilakukan melalui pembagian penerimaan total dengan penjumlahan

biaya tunai. Nilai R/C rasio pendapatan atas biaya total pada strata 3 adalah

sebesar 1,95 yang berarti untuk setiap satu rupiah biaya total yang dikeluarkan

akan memberikan penerimaan total sebesar Rp 1,95. Nilai R/C rasio pendapatan

atas biaya tunai adalah sebesar 3,00 yang berarti untuk setiap satu rupiah biaya

tunai yang dikeluarkan dalam pelaksanaan KRPL akan memberikan penerimaan

sebesar Rp 3,00. Penerimaan itik, kambing, dan ayam tidak dimasukkan dalam

penerimaan karena diasumsikan ketiga ternak ini merupakan ternak yang pen-

erimaannya tidak rutin karena penerimaannya yang diterima pada saat hari-

hari besar keagamaan dan apabila rumah tangga membutuhkan uang yang

mendesak. Selain dari penerimaan tidak rutin, umur itik, kambing, dan sapi yang

dimiliki oleh responden juga sudah terlalu lama.

6.3.4 Pendapatan KRPL KEMPLING per Luasan Lahan

Status penguasaan lahan yang berbeda akan menentukan tingkat

keragaman usaha tani, yang dalam hal ini meliputi tingkat produktivitas lahan dan

distribusi pendapatan yang berlainan pula. Pendapatan per luasan lahan pada

setiap strata KRPL KEMPLING berbeda karena penguasaan lahan yang berbeda

dan paket komoditas setiap strata yang berbeda. Penguasaan lahan setiap strata per

rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 13-15. Pengunaan lahan dalam

pengembangan KRPL KEMPLING yang semakin luas, namun penggunaan untuk

potensi tenaga kerja rata-rata hanya sebesar dua orang. Hal ini dikarenakan KRPL

merupakan kegiatan yang sasarannya adalah ibu rumah tangga. Kepala rumah

Page 30: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

85

tangga (bapak) dan anggota keluarga lainnya sifatnya hanya membantu kegiatan

KRPL. Rata-rata pendapatan KRPL KEMPLING per m2 per rumah tangga

disajikan pada Tabel 38.

Tabel 38. Rata-Rata Pendapatan KRPL KEMPLING per Luasan Lahan

No Klasifikasi Rata-rata Pendapatan (Rp/m2/rumah tangga)

1 Strata 1 30.659 2 Strata 2 15.920 3 Strata 3 25.991

Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Berdasarkan Tabel 38 menunjukkan bahwa pendapatan per luas lahan

yang paling besar pada strata 1 yaitu sebesar Rp 30.659 dan pendapatan per luas

lahan yang paling kecil pada strata 2 sebesar Rp 15.920. Rata-rata pendapatan per

m2 per rumah tangga strata 2 memiliki nilai yang paling kecil dibandingkan strata

1 dan strata 3. Hal ini dikarenakan (1) penggunaan input sayuran diperoleh paling

kecil; (2) rendahnya kesadaran rumah tangga dalam mengusahakan sendiri

benih/bibit sayuran akibatnya mereka bergantung dari pemberian KBD.

Rumah tangga strata 1 memiliki lahan yang tergolong sempit, namun

mereka mengusahakan secara optimal untuk mendapatkan sebesar-besarnya

dengan mengusahakan sendiri benih/bibit dan yang diperoleh dari KBD.

Penanaman sayuran di lahan sempit ini dengan meletakkan pada depan dan

samping rumah serta di jagrak/rak. Sayuran yang diletakkan di jagrak/rak

dipandang agar lebih rapi. Rumah tangga strata 1 memiliki distribusi pendapatan

dari luar KRPL paling kecil sehingga mereka sadar akan pentingnya menanam

tanaman pangan khususnya sayuran di pekarangan.

Rumah tangga strata 2 memiliki lahan yang merupakan kategori sedang.

Penanaman sayuran dilakukan di depan rumah dengan jagrak/rak dan kandang

yang berada di samping rumah. Keliling halaman rumah juga terdapat tanaman

Page 31: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

86

yang sudah turun temurun seperti pohon mangga, pohon pisang, dan lain-lain.

Rumah tangga strata 3 merupakan rumah tangga yang memiliki lahan luas.

Penanaman sayuran dilakukan di depan dan samping rumah serta di jagrak/rak.

Beternak ayam dilaksanakan di samping rumah. Penggunaan lahan kolam ikan

cukup luas untuk tingkat rumah tangga dan dilaksanakan di belakang rumah.

Keliling halaman rumah juga terdapat tanaman yang sudah turun temurun.

6.3.5 Kontribusi KRPL KEMPLING terhadap Pendapatan Keluarga

Pendapatan luar usaha KRPL berasal dari pendapatan anggota keluarga

seperti suami atau istri dan anak. Jenis pekerjaan dari luar usaha KRPL yang

menjadi sumber pendapatan diperoleh dari beraneka ragam pekerjaan. Distribusi

pekerjaan luar usaha KRPL dari keluarga strata 1, strata 2, dan strata 3 dapat

dilihat pada Tabel 39-42.

Tabel 39. Distrbusi Pekerjaan Luar Usaha KRPL dari Keluarga Strata 1

No Jenis Pekerjaan

Jumlah

Respondn

(orang)

Rata-rata Pendapatan

(Rp/Bulan)

1 Petani 1 400.000

2 PNS 5 2.070.000

3 Buruh 2 575.000

4 Wiraswasta 9 1.416.667

5 Pensiun+buruh 2 1.500.000

6 Petani+buruh 2 1.101.667

7 Wiraswasta+buruh 9 1.550.000

Rata-rata pendapatan (Rp/Bulan) 30

1.230.476

Rata-rata pendapatan (Rp/Tahun) 14.765.714 Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Berdasarkan Tabel 39 menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan yang

paling besar pada sektor PNS yaitu rata-rata Rp 2.070.000 dan pendapatan yang

paling kecil pada sektor petani yaitu rata-rata Rp 400.000. Sebagian rumah tangga

strata 1 bekerja di sektor wiraswasta, kombinasi wiraswasta dan buruh dengan

rata-rata pendapatan sebesar Rp 1.416.667 dan Rp 1.550.000.

Page 32: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

87

Sebagian rumah tangga strata 2 bekerja di sektor wiraswasta dengan

rata-rata pendapatan sebesar Rp 1.821.429. Distribusi pekerjaan luar usaha KRPL

strata 2 dapat dilihat pada Tabel 40.

Tabel 40. Distrbusi Pekerjaan Luar Usaha KRPL dari Keluarga Strata 2

No Jenis Pekerjaan Jumlah Responden

(orang)

Rata-rata Pendapatan

(Rp/Bulan)

1 Swasta 4 2.150.000

2 Wiraswata 7 1.821.429

3 PNS 3 3.275.000

4 Petani+buruh 4 939.208

5 Wirawswata+buruh 2 1.825.000

6 Petani+wirawasata 3 1.917.444

7 Petani+PNS 2 1.497.833

Rata-rata pendapatan

(Rp/Bulan) 25

1.917.988

Rata-rata pendapatan

(Rp/Tahun) 23.015.854 Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Berdasarkan Tabel 40 menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan yang

paling besar berada pada sektor PNS sebesar Rp 3.275.000. Rata-rata pendapatan

yang paling kecil berada pada sektor kombinasi petani dan buruh sebesar

Rp 939.208.

Tabel 41. Distrbusi Pekerjaan Luar Usaha KRPL dari Keluarga Strata 3

No Jenis Pekerjaan Jumlah Responden

(orang)

Rata-rata Pendapatan

(Rp/Bulan)

1 PNS 6 3.666.667

2 Wiraswasta 3 3.437.500

3 Wiraswasta+Buruh 5 2.314.000

4 Petani+Buruh 1 1.600.000

5 Petani+Wiraswasta 6 2.316.667

6 PNS+Wiraswasta 2 3.025.000

7 Pensiunan+Wiraswasta 1 2.000.000

8 PNS+Swasta 1 2.300.000

Rata-rata pendapatan (Rp/Bulan) 25

2.582.479

Rata-rata pendapatan (Rp/Tahun) 30.989.750

Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Berdasarkan Tabel 41 menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan yang

paling besar pada sektor PNS yaitu rata-rata Rp 3.666.667. Pendapatan yang

Page 33: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

88

paling kecil pada sektor kombinasi petani dan buruh yaitu rata-rata Rp 1.600.000.

Sebagian rumah tangga strata 3 bekerja di sektor PNS dan kombinasi

petani+wiraswasta dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp 3.666.667 dan

Rp 2.316.667. Rata-rata kontribusi KRPL terhadap pendapatan rumah tangga

disajikan pada Tabel 42.

Tabel 42. Rata-Rata Kontribusi KRPL KEMPLING terhadap Pendapatan

Rumah Tangga Setiap Strata per Tahun

Strata Rata-rata Pendapatan (Rp/Tahun) Rata-rata Kontribusi

KRPL (%) Pendapatan KRPL Pendapatan Luar

Usaha KRPL 1 889.100 14.765.714 5,70 2 2.387.944 23.015.854 9,90

3 7.927.236 30.989.750 20,37 Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Berdasarkan Tabel 42 menunjukkan bahwa rata-rata kontribusi KRPL

terhadap pendapatan rumah tangga pada strata 1, strata 2, dan strata 3 masing-

masing sebesar 5,70%, 9,90%, dan 20,37%. Pengembangan KRPL di Desa

Banjarsari yang dijalankan oleh rumah tangga merupakan usaha sampingan.

Kontribusi KRPL KEMPLING yang paling besar berada di strata 3 dengan

ditunjukkan dari pendapatan KRPL dan pendapatan diluar KRPL yang meningkat.

Hal ini disebabkan oleh (1) luasan lahan pada strata 3 lebih besar dengan rata-rata

luas pekarangan 305 m2 ; (2) Komoditas strata 3 lebih beragam; (3) Pendapatan

luar KRPL lebih tinggi yaitu dominan di PNS dan wiraswasta; (4) Penggabungan

pekerjaan strata 3 lebih banyak yaitu 6 pengelompokan dibandingakan strata 1

dan strata 2; (5) Penggabungan pekerjaan yang pendapatannya paling kecil yaitu

petani+buruh disebabkan luas lahan kepemilikan sawah di strata 3 lebih luas. Oleh

karena itu, KRPL KEMPLING merupakan usaha sampingan bagi rumah tangga di

Desa Banjarsari.

Page 34: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

89

6.4 Keberlanjutan KRPL KEMPLING

Pengembangan KRPL dirancang melalui optimalisasi pekarangan sebagai

suatu unit usaha secara terpadu untuk mendukung penyediaan pangan secara

keberlanjutan. Peran serta masyarakat merupakan kunci utama yang diharapkan

dapat mewujudkan penyediaan secara keberlanjutan. Evaluasi terhadap KRPL

dapat dilakukan dengan mengetahui sejauhmana pencapaian tujuan utama ini

selama implementasinya di lapangan. Tujuan utama berupa pemanfaatan

pekarangan dan masyarakat sejahtera dapat dilihat dari tiga aspek yang lebih

spesifik yaitu aspek lingkungan, aspek ekonomi dan aspek sosial.

Aspek lingkungan berarti menilai keberhasilan KRPL melalui

kemampuannya dalam menjaga kelestarian sumberdaya alam khususnya

pekarangan. Salah satu variabel penilaian kualitas kelestarian pekarangan adalah

dengan melihat bagaimana KRPL mampu meningkatkan kegiatan tanam

menanam sehingga dapat memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari. Sejak

diimplementasikan di Desa Banjarsari, KRPL telah mampu meningkatkan

kesadaran masyarakat khususnya yang tergabung dalam KRPL untuk turut

menjaga sumberdaya alam di wilayahnya.

Pada pelaksanaan KRPL KEMPLING dengan melihat dari aspek

lingkungan telah berhasil melaksanakan kegiatan lingkungan secara dini yang

diberikan kepada siswa siswi SD dengan nama Fun School Garden (FSG).

Kegiatan tersebut dilaksanakan selama satu bulan dan yang bekerja sebagai

pengajar dari Tim PPL Banjarsari. Tim PPL Desa Banjarsari mengajarkan

mengenai budidaya tanaman sayuran dari penyiapan lahan hingga panen.

Page 35: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

90

Pengembangan KRPL KEMPLING secara ekologis telah membantu

meningkatkan kualitas tanaman di pekarangan. Selama melakukan kegiatan tanam

menanam, sebagian besar rumah tangga memberikan pemupukan dengan pupuk

kandang maupun sampah sisa-sisa rumah tangga. Pelaksanaan kegiatan KRPL

KEMPLING dapat membuat kondisi Desa Banjarsari menjadi ramah lingkungan.

Pelaksanaan KRPL KEMPLING mampu menambah keindahan setiap rumah

sehingga membuat rumah menjadi lebih ASRI. Desa Banjarsari juga memberikan

stimulun bagi desa sebelah agar mengembangkan KRPL.

Dilihat dari aspek sosial, pengembangan KRPL di Desa Banjarsari akan

terus didukung masyarakat karena mampu menambah ilmu pengetahuan dan

meningkatkan gotong royong antar rumah tangga. Masyarakat dapat menjadikan

KRPL sebagai sarana aktualisasi dan pengembangan diri bagi Desa Banjarsari.

Pelaksanaaan KRPL ini mampu menambah komunikasi dengan Dinas-Dinas

terkait di Kabupaten Pacitan seperti Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan,

Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Badan Ketahanan Pangan, Dinas

Perikanan, Dinas Perkebunan dan Kehutanan. Pihak-pihak yang terkait tersebut

memberikan sosialisasi dalam bentuk penyuluhan sehingga masyarakat dapat

meningkatkan skill untuk mengoptimalisasi pekarangan.

Implementasi KRPL di lapangan dari aspek ekonomi hingga tahun 2012

memang belum menunjukkan sumbangan yang berarti. Hal ini karena pelaksanaan

KRPL di Desa Banjarsari sendiri yang hampir berjalan dua tahun. Keberlanjutan

KRPL ditinjau dari mampu menekan pengeluaran rumah tangga dan keberadaan

KBD sebagai penyedia atau menjual hasil dari komoditas KRPL di Desa Banjar-

sari. Pelaksanaan KRPL mampu menekan pengeluaran rumah tangga yang

Page 36: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

91

ditunjukkan dengan pada strata 1, strata 2, dan strata 3 berorientasi untuk

memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Penghematan pengeluaran rumah tangga

untuk konsumsi pangan disajikan pada Tabel 43.

Tabel 43. Penghematan Pengeluaran Rumah Tangga KRPL KEMPLING

Klasifikasi Persentase (%) Persentase (%) Penghematan

Pengeluaran rumah

tangga (Rp/bulan)

Strata 1 Sayuran 62,70 49.508

Strata 2 Sayuran 58,26

55.089 Telur ayam buras 57,00

Strata 3

Sayuran 71,46 130.751 Telur ayam buras 65,00

Perikanan 24,50

Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Berdasarkan Tabel 42 menunjukkan bahwa strata yang paling besar

menekan pengeluaran rumah tangga dalam konsumsi pangan yaitu strata 3 sebesar

Rp 130.751/bulan. Penghematan pengeluaran pada strata 1 dan 2 hanya terpaut

sedikit yaitu sebesar Rp 5.581. Hal ini ditunjukkan dengan penggunaan sayuran

strata 2 memiliki nilai penghematan pengeluaran paling kecil dibandingkan

dengan strata 1 dan strata 3 karena penggunaan sayuran strata 2 lebih berorientasi

untuk sosial.

Tahun proyek menggunakan bangunan dari KBD dengan umur teknis 5

tahun. Umur teknis ini didasarkan oleh Fitriyani (2006) yang menyatakan bahwa

umur kandang ayam memiliki masa pakai 2-5 tahun yang terbuat dari bambu dan

kayu. Bahan pembuatan KBD terdiri dari bambu dan kayu. Atap KBD terbuat dari

plastik yang berlantaikan tanah.

Analisis ini menggunakan tingkat discount factor sebesar 12% yang didis-

kontokan dengan nilai manfaat bersih (net benefit) yang diperoleh dari perhi-

tungan arus kas (cash flow). Tingkat suku bunga (discount factor) sebesar 12%

Page 37: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

92

yang digunakan dalam pengembangan KBD merupakan tingkat suku bunga

pinjaman di salah satu bank di Indonesia, dimana bank tersebut yang mudah

diakses oleh masyarakat Desa Banjarsari. Pelaksanaan KBD di Desa Banjarsari

dilakukan secara komunal.

Penerimaan yang diperoleh KBD sebesar Rp 14.000.000 setiap tahun

dengan menggalikan harga, jumlah voker, dan jumlah bibit setiap voker. KBD

dalam satu tahun melakukan tanam-menanam sebanyak empat kali. Penerimaan

tersebut terdiri dari: (1) Penerimaan tunai sebesar Rp 275.000 dari penjualan

voker setiap tanam; (2) Penerimaan non tunai sebesar Rp 3.225.000 dalam sekali

tanam. Penerimaan non tunai di KBD merupakan penerimaan dimana

ketersediaan benih/bibit dikonsumsi oleh rumah tangga Desa Banjarsari untuk

mencukupi kebutuhan di pekarangan. Jumlah penerimaan yang diterima KBD

selama umur proyek yaitu 5 tahun diasumsikan tetap. Penerimaan yang diperoleh

KBD, nantinya dipergunakan dari dan untuk masyarakat Desa Banjarsari.

Biaya di KBD dibagi menjadi dua yaitu: (1) Biaya tunai; dan (2) Biaya

non tunai. Biaya tunai terdiri dari pembelian benih selama sekali tanam dan biaya

non tunai terdiri dari daun pisang, pupuk kandang, tenaga kerja, dan lain-lain.

Biaya tunai yang dikeluarkan KBD sebesar Rp 271.250 sekali tanam. Biaya non

tunai yang dikeluarkan KBD sebesar Rp 2.492.500 sekali tanam.

Pada pengembangan KBD terdapat dua kondisi yaitu (1) kondisi adanya

bantuan dari Kecamatan Pacitan yang digunakan merenovasi KBD dan membeli

bibit/benih untuk KBD; (2) kondisi tanpa ada bantuan dari pemerintah. Kondisi

tanpa adanya bantuan diperoleh dari pemutaran uang yang didapat dari KBD.

Biaya investasi pembangunan KBD untuk kondisi tanpa ada banatuan

Page 38: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

93

diasumsikan dengan sebesar Rp 2.500.000 sama dengan bantuan dari Kecamatan

Pacitan. Hal ini dikarenakan keterbatasan responden untuk mengingat harga dan

jumlah alat serta bahan yang digunakan dalam pembangunan KBD. Gambaran

dua kondisi pendapatan KBD dapat dilihat pada Tabel 44 dan Tabel 45.

Tabel 44. Gambaran Pendapatan KBD di Desa Banjarsari dengan adanya

Bantuan

Tahun Benefit (Rp) Cost (Rp) Pendapatan (Rp)

1 16.500.000 11.055.000 5.445.000 2 14.000.000 11.252.500 2.747.500 3 14.000.000 11.055.000 2.945.000 4 14.000.000 11.252.500 2.747.500 5 14.000.000 11.055.000 2.945.000

NPV 12.565.248

Gross B/C 1,29 Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Asumsi :

i. Harga bibit per voker di KBD Rp. 500

ii. KBD memiliki wadah 35 papan voker

iii. Satu voker berisi 200 bibit

iv. Bibit tidak ada yang rusak/mati

v. Ukuran voker 45 cm x 60 cm

Berdasarkan Tabel 44 menunjukkan hasil perhitungan bahwa gambaran

pendapatan KBD di Desa Banjarsari dan tingkat suku bunga 12% memenuhi

semua kriteria kelayakan. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh hasil

bahwa:

1) Nilai NPV yang diperoleh lebih dari nol (NPV>0) yaitu sebesar

Rp 12.565.248. Artinya, jumlah manfaat bersih dari usaha KBD ini selama

umur proyek yaitu 5 tahun dengan tingkat suku bunga 12% sebesar

Rp 12.565.248 sehingga usaha tersebut layak untuk dijalankan.

2) Pada kriteria investasi yang kedua yaitu nilai gross B/C yang diperoleh lebih

dari satu (gross B/C>1) yaitu sebesar 1,29. Artinya, setiap Rp 1,00 biaya

dikeluarkan oleh KBD selama umur usaha yaitu 5 tahun mampu menghasilkan

Page 39: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

94

manfaat kotor sebesar Rp 1,29 sehingga usaha tersebut dikatakan layak untuk

dijalankan.

Tabel 45. Gambaran Pendapatan KBD di Desa Banjarsari Tanpa Bantuan

Tahun Benefit (Rp) Cost (Rp) Pendapatan (Rp)

1 14.000.000 13.555.000 445.000 2 14.000.000 11.252.500 2.747.500 3 14.000.000 11.055.000 2.945.000 4 14.000.000 11.252.500 2.747.500

5 14.000.000 11.055.000 2.945.000

NPV 8.100.962

Gross B/C 1,21 Sumber : Data Primer, diolah (2012)

Asumsi :

i. Harga bibit per voker di KBD Rp. 500

ii. KBD memiliki wadah 35 papan voker

iii. Satu voker berisi 200 bibit

iv. Bibit tidak ada yang rusak/mati

v. Ukuran voker 45 cm x 60 cm

Berdasarkan Tabel 45 menunjukkan hasil perhitungan bahwa gambaran

pendapatan KBD di Desa Banjarsari dan tingkat suku bunga 12% memenuhi

semua kriteria kelayakan. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, diperoleh hasil

bahwa:

1) Nilai NPV yang diperoleh lebih dari nol (NPV>0) yaitu sebesar Rp 8.100.962.

Artinya, jumlah manfaat bersih dari usaha KBD ini selama umur proyek yaitu

5 tahun dengan tingkat suku bunga 12% sebesar Rp 8.100.962 sehingga usaha

tersebut layak untuk dijalankan.

2) Pada kriteria investasi yang kedua yaitu nilai gross B/C yang diperoleh lebih

dari satu (gross B/C>1) yaitu sebesar 1,21. Artinya, setiap Rp 1,00 biaya

dikeluarkan oleh KBD selama umur usaha yaitu 5 tahun mampu menghasilkan

manfaat kotor sebesar Rp 1,21 sehingga usaha tersebut dikatakan layak untuk

dijalankan.

Berbagai perspektif dari ketiga sudut pandang yaitu aspek lingkungan,

aspek sosial, dan aspek ekonomi tersebut mengindikasikan bahwa KRPL memang

Page 40: VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Rumah Tangga ... · TOGA, dan tanaman pangan yang ditanam di pekarangan sebelum adanya KRPL. ... Responden pada umumnya menyadari adanya manfaat

95

layak untuk terus dikembangkan dan didukung oleh semua pihak yang terlibat.

Dinas-dinas yang terkait sebagai stakeholder mendapatkan keuntungan dari

terjaganya pekarangan dan penyediaan pangan secara berkelanjutan. Masyarakat

yang terlibat langsung dapat merasakan manfaat ekonomi dan sosial dari

berjalannya KRPL KEMPLING. Walaupun masih terdapat berbagai masalah

dalam pelaksanaan KRPL di Desa Banjarsari, masalah tersebut masih dapat

diatasi mengingat ini baru berjalan efektif hampir berjalan dua tahun. Kuncinya

adalah tekad dari setiap pihak yang terlibat untuk saling bekerjasama mengatasi

berbagai masalah yang masih terjadi, demi tercapainya tujuan utama KRPL yaitu

optimalisasi pekarangan untuk mendukung penyediaan pangan secara

keberlanjutan.