ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny. B DENGAN GANGGUAN SISTEM VASKULER (VARISES TRUNCAL SINESTRA DAN VARISES RETIKULARIS DEKSTRA) PREOPERASI, INTRAOPERASI DAN POSTOPERASI STRIPIING, LIGASI DAN ESKTRAKSI BOBCOCK DI KAMAR OPERASI LANTAI VI GBPT RUMAH SAKIT Dr. SOETOMO SURABAYA DISUSUN OLEH SUBHAN NIM 010030170 B 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN Ny. B DENGAN GANGGUAN SISTEM VASKULER
(VARISES TRUNCAL SINESTRA DAN VARISES RETIKULARIS DEKSTRA)
PREOPERASI, INTRAOPERASI DAN POSTOPERASI
STRIPIING, LIGASI DAN ESKTRAKSI BOBCOCK
DI KAMAR OPERASI LANTAI VI GBPT
RUMAH SAKIT Dr. SOETOMO SURABAYA
DISUSUN OLEH
SUBHAN
NIM 010030170 B
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SURABAYA
2002
1
VENA VARIKOSA
1. Pengertian
Varises adalah pemanjangan, berkelok-kelok dan pembesaran suatu vena. Vena
varikosa ekstremitas bawah adalah kelainan yang sangat lazim, yang mengenai 15-20
% populasi dewasa (Sabiston 1994). Varises vena adalah distensi, dan bentuk
berlekuk-lekuk dari vena-vena superficial (safena) dari kaki (Engram B., 1999).
Varises tungkai bawah adalah pemanjangan, berkelok-kelok, pembesaran suatu vena
superficial, profunda dan kommmunikan pada titik Dodd (pertengahan paha), Byod
(sebelah medial lutut) dan gastronemicus (tempat keluarnya vana saphena parva)
2. Insiden
a. Riwayat keluarga bisa didapatkan dalam sekitar 15% klien.
b. Kelainan ini lebih sering ditemukan pada wanita (rasio wanita terhadap pria 5:1),
dengan banyak wanita menentukan bahwa saat mulainya varices terlihat dan
simtomatik pada waktu kehamilan.
c. Umur > 37 tahun pada wanita
d. Obesitas > 115% dari BBR (Berat Badan Relatif)
e. Orthostatik (berdiri lama)
3. Klasifikasi
Vena varikosa diklasifikasikan (Sabiston 1994):
a. Vena varikosa primer, merupakan kelainan tersendiri vena superficial ekstremitas
bawah
b. Vena varikosa sekunder, merupakan manifestasi insufisiensi vena profunda dan
disertai dengan beberapa stigmata insufisiensi vena kronis, mencakp edema,
perubahan kulit, dermatitis stasis dan ulserasi.
Manifestasi klilnis (Puruhito, 1995) :
a. varises truncal (stem varicosis)
b. Varises retikularis
c. Varises kapilaris
Gradasi keluhan klinis (Puruhito, 1995) :
a. stadium I : tak menentu
b. stadium II : phleboectasia
c. Stadium III : varises sesungguhnya, reversal blood-flow
d. Stadium IV : ulcus varicosum, kelainan tropic, Kronik vanous Insufisiensi (CVI)
2
4. Patofisiologi
vena ekstremitas bawah
kehilangan kompetensi katup.
Distensi terus-menerus dan lama
pembesaran dimensi tranversa dan longitudinal
(bertambah volumenya, venoli-venolimakin besar sampai ke vena
cava)
berkelok-keloknya vena subkutis yang khas
pembendungan (vena superfisialis, vena profunda, system
komunikan)
gambaran kosmetik dan simtomatik
3
Factor-faktor predisposisi
kelemahan congenital/tidak
adanya katup
tak kompetensnya vena profunda
terbaliknya aliran dara dari vena
profunda ke superficial
ekspansi volume dan pengaruh
hormone kehamilan, Multipara
efek gravitasi terhadap tekanan
hidrostatik
Pekerjaan yang nmengahruskan
berdiri/duduk dalam waktu lama
tanpa kontrasi oto intermetten
(tekanan ortostatik)
trauma langsung ke katup vena
perforantes.
Keluhan Kosmetik
(perubahan
gambaran tubuh)
Simtomatik :
kelelahan dan
sensaio berat,
kram, tegang
nyeri , odema
Perdarahan
spontan/akibat
trauma
Hiperpigmentasi
Mempunyai katub-
katub intraluminar
(agar darah tidak
kembali kea rah
distal)Faktor yang
memepngaruhi
kelainan system vena
(VIRCHOW) :
kelainan dinding
statis/hambatan
aliran
pembekuan dari
darah
Vena varikosa
gramde I/II
Terapi konservatif :
1. Obat
venoruton
2. Sklerot
erapi
3. Lokal :
antiphlogistikum/
Zinc Zalf)
Vena varioksa grade III/Ulkus (IV)
Operasi Stripping/ekstraksi babcock
Preoperasi : (kecemasan, ketakutan)
Inoperasi : Perubahan perfusi jaringan, risiko infeksi,
Distensi/Dilatasi, lekuk-lekuk vena superfisialis pada kaki kanan dan kiri,
pigmentasi kecoklatan pada kulit
g. system reproduksi
Usia 30 tahun, anak 1.
F. Pemeriksaan penunjang
1. laboratorium
Hb : 12, 5 gr%
HCT : 35
Leukosit : 4.500
Erytrosit : 4.120.000
Diff count : -/-/-/-/55/45/-
2
LED : 30
Tromb. : 17,1
PPT : 11,7
APTT : 30,6
BUN : 5
Serum kreatinin: 0,85
SGOT : 28
SGPT : 23
2. Radiologi
Thorax PA dbN
3. Test Perthes
Hasil test perthes positif.
3
G. Analisa data
TGL DATA ETIOLOGI MASALAH
14-01-02
Preoperasi :DATA SUBYEKTIF - KLien
mengatakan bahwa ini yang pengalaman pertama saya unutk menjalani operasi
- Klien mengatakan ini adalah upaya akhir yang harus ditempuh dari berbagai usaha sebelumnya dengan perawatan jalan walaupun timbul perasaan cemas tentang operasi dan kemungkinannya
- Klien pernah diberi penjelasan tentang operasinya di Poli dan ruangan
DATA OBYEKTIF- Klien agak
tegang dan sedikit gelisah saat dilakukan pengkajian di groun (transverum)
- Klien banyak bertanya
- Tensi 120/80, nadi 88 kali/menit
- Rencana operasi stripping dan ekstraksi Babcock pada ronde pertama
Intra operasiDATA SUBYEKTIF- DATA OBYEKTIF- operasi
dilakukan mulai jam 08.00 WIB
- perdarahan samapa dengan jam 10.00 WIB kurang lebih 100 cc
- Insisi di 5 tempat pada kaki kiri dan 5 pada kaki kanan
DATA SUBYEKTIF-DATA OBYEKTIF- operasi
dilakukan mulai jam 08.00 WIB
Situasi kritis pre operatif dan
lingkungan yang baru
Kurang pengetahuan dan informasi tentang
operasi , orientasi lingkungan
Mekanisme koping kurang adekuat
Perasaan cemas dan takut
Operasi stripping, ekstraksi Babcock,
insisi
Perdarahan
Suplai oksigen dan nutrisi kurang adekuat
Perfusi jaringan menurun
Operasi stripping, ekstraksi Babcock,
insisi
Perdarahan
darah terpapar di doek
transfer infeksi lewat darah/biakan baik
utnuk kuman/bakteri
Ansietas ringan
Perfusi jaringan
infeksi
aspirasi
1
- perdarahan samapa dengan jam 10.00 WIB kurang lebih 100 cc
- Insisi di 5 tempat pada kaki kiri dan 5 pada kaki kanan
- Perdarahan banyak berada diatas doek tempat operasi yang belum dialasi dengan perlak, plastic/bahan kedap air
Paska operasi :DATA SUBYEKTIF-DATA OBYEKTIF- Kesadaran
samnolen- Paska
anestesi (opersi selesai jam 10.20 WIB dengan general anestes)
- Paska ekstubasi
- Pernafasan dibantu dengan maskes 6 liter permenit
- Posisi terlentanmg dengan sedikit ekstensi
DATA SUBYEKTIF- KLien
merintik kesakitan setelah sadar
DATA OBYEKTIF- Paska
operasi stripping, ligasi dan ekstraksi Babcock
- Operasi mulai jam 08.00-10.20 WIB
- Bekas isnsi sebanyak 1o tempat
- Perdarahan minimal ngrembes
infeksi
Paska operasi dengan general anestesi
Kesadaran menurun
aspirasi
Paska operasi
Efek pembiusan masa kerjanya habis
Respon saraf meningkat
nyeri
nyeri
H. Diagnosa keperawatan
2
1. Praoperasi :
- Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi dan
pengalam tentang operasi infomrasi (sifat operasi, semua pilihan alternative,
hasil yang diperkirakan dan kemungkinan komplikasi),
2. Intraoperasi :
- Risiko perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan
efek sekunder dari ligasi dan pemotongan vena
- Risiko tinggi infeksi, hemorargi dan tromboplebitis berhubungan
dengan efeks sekunder ligasi dan pemotongan vena
3. Paskaoperasi :
- Risiko terhadap aspirasi berhubungan dengan somnolen dan
peningkatan skeresi sekunder intubasi
- NYeri berhubungan dengan sekunder terhadap erauma pada
jaringan dan saraf
II. PERENCANAAN
1. Praoperasi :
- Kecemasan berhubungan dengan kurangnya informasi dan pengalam tentang
operasi infomrasi (sifat operasi, semua pilihan alternative, hasil yang diperkirakan
dan kemungkinan komplikasi),
Tujuan : Cemas berkurang
Kriteria :
- KLien dapat menyatakan rasa cemas dan masalahnya
- Klien tenang dan tidak gelisah
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
INTERVENSI RASIONAL
1. Ciptakan saling percaya
2. Dorong pengungkapan masalah atau
rasa cemas
3. jawab pertanyaan yang berhubungan
dengan penatalaksanaan
keperawatan dan perawatan medis
4. Selesaikan persiapan pasien sebelum
1. Dasar untuk menemukan dan
pemcehan masalah.
2. Perasaan cemas yang
diungkapakan pada orang yang
dipercaya akan memberikan
dampak lega dan merasa aman.
3. Pertanyaan yang dijawab dan
dimengerti akan mengurangi
rasa cemasnya.
3
masuk ke kamar operasi
5. meminimalkan keributan di
lingkungan
6. Orientasikan pada ruang operasi
(ulangi informasi untuk
memungkinkan penyerapan) :
- orietnasi
ruangan
- orientasi
personil operasi
- oritentasi
prosedur operasi
7. Pemantauan psikologis klien
8. Tunjukkan perhatian dan sikap
mendukung
9. Beri penjelasan singkat tentang
prosedur operasi
10. Beri reinforcement terhadap
pernyataan yang positif dan
mendukung
4. Persiapan yang matang dapat
menengkan suasana lingkungan
sebelum operasi.
5. Lingkungan rebut memuat
stress.
6. Lingkungan yang dimengerti
akan mendorong kenyamanan
dan keamanan klien.
7. Tingkat kecemasan intoleran
akan mengganggu pelaksanaan
operasi dan anestesi.
8. Support system meningkatkan
mekanisme koping klien dalam
menghadapi masalah.
9. Penjelasan tentang informaasi
seputar bedah memberikan
informasi yang positif dan
pengalaman persiapan diri
dalam pembedahan.
10. Reinforcement meberikan
dorongan system social untuk
meningkatan koping
mekanisme.
2. Intraoperasi :
a. Risiko perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan efek
sekunder dari ligasi dan pemotongan vena
Tujuan : Perfusi jaringan normal/baik
Kriteria :
- Penurunan edema
- Ekstremitas hangat
- Nadi pedalis dapat diraba
4
INTERVENSI RASIONAL
1. Pantau status neurovaskuler
setiap 15 menit
2. Observasi tanda-tanda vital tiap
15 menit
3. Balance cairan
5. pantau saturasi oksigen pada
jaringan perifer
1. Pencatatan perdarahan selama
operasi < 250 cc, pulsasi nadi
pedalis merupakan data pendukung
tentang perfusi jaringan masih baik.
2. Salah satu tanda penurunan
pefusi jairngan menurun adalah
tensi menurun, suhu akral dingin
dan nadi meningkat.
3. CAiran masuk dan perdarahan
serta output lainnya perlu
diperhiutngkan untuk memenuhi
kebutuhan balance cairan
4. Saturasi oksiegen > 95%
menunjukkan perfusi jaringan
perifer masih baik.
b. Risiko tinggi infeksi, hemorargi dan tromboplebitis berhubungan dengan
efeks sekunder ligasi dan pemotongan vena
Tujuan : infeksi tidak terjadi
Kriteria :
- perdarahan dirawat
- Lapangan operasi bersih
- Infeksi nosokomial atau kontaminasi tidak terjadi
INTERVENSI RASIONAL
1. Persiapan operasi secara
seaseptik dan antiseptic
2. DAsar doek operasi dilandasi
dengan perlak, plastic atau bahan
lain yang kedap air
3. Perwatan darah (kasa
steril/penyedot cairan atau darah)
1. Aseptik merupakan cara untuk
membuat ruang antikontminasi.
Dan alat-alat bersih dan tak
terkontaminasi, sehingga pajangan
infeksi minimal.
2. Darah dan rembsean darah
merupakan media yang paling baik
dalam perkembangan kuman atau
bakteri
3. Darah bekas insisi, lligasi
5
4. Tambahkan doek diatas doek
yang penuh dengan perdarahan
dibersihkan untuk mencegah
perdarahan yang tercecer,
tromboplebitis.
4. Penambahan doek untuk mencegah
infeksi atau kontaminasi.
4. Paskaoperasi :
a. Risiko terhadap aspirasi berhubungan dengan somnolen dan peningkatan
skeresi sekunder intubasi
Tujuan : tidak terjadi aspirasi
Kriteria :
- Jalan nafas lancer
- Tidak ada tanda-tanda syok
- Sekresi tidak ada
- Tanda-tanda vital normal (tensi 130/80 mmHg, nadi 88 kali/menit,
RR 16-20 kali/menit)
INTERVENSI RASIONAL
1. Atur posisi klien tanpa bantal,
ekstensi dan miring kanan/kiri
2. Kaji ekstubasi jalan nafas dan
aspirasi (muntahan atau lidakh
tertekuk)
3. Observasi Tanda-tanda vital
4. Bersihkan jalan nafas dengan slem
suction
5. Oritentasi klien dengan
menggunakan observasi aldert.
1. Poisis ini untuk meluruskan jalan
nafas sehingga pemenuhan akan
oksigen terpenuhi dan jalan nafas
bersih dan lancer
2. Lidah tertekuk dan muntahan dapat
menghambat/membuntui jalan
nafas.
3. Hipotensi, dyspneu dan apneu
merupakan tanda terjadinya syok.
4. Jalan nafas yang penuh
dengan secret peru dihilangkan
untuk jalan nafas spontan paska
ekstubasi.
5. Tingkat perkembangan paska
anestesi dapat dilihat dari aktivitas,
kesadaran, warna,
6
b. Nyeri berhubungan dengan sekunder terhadap trauma pada jaringan dan saraf
bekas operasi stripping
Tujuan : nyeri berkurang
Kriteria :
- Klien tenang dan tidak menyeringai
- Klien mengerti factor penyebabnya seperti yang telah dijelaskan
pada preoperasi
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji jtingkat nyeri
2. Atur posisi yang baik dan
mengenakkan
3. Anjurkan klien nafas panjang dan
dalam
4. Observasi luka paskaoperasi
5. Terapi analgetik
1. Nyeri dapat diantisipasi klien
secara individualisme dan
penanganan yan berbeda
2. Posisi kaki lebih tinggi dari
badan 30o dapat mengurangi
peningkatan penekanan pada
jaringan yang rusak sehingga
mengurangi nyeri.
3. Nafas panjang dan dalam
merelaksasi otot yang dioperasi
dan terimobilisasi sehingga nyeri
berkurang
4. Perhatikan stuwing yang
meningkat menghambat suplai
oksigen sehingga nyeri bertambah.
5. Analgetik merupakan obat anti
nyeri yang bekerja secara sentral
atau perifer/local.
III. IMPLEMENTASI
TGL/
JAM
DX IMPLEMENTASI TTD
14-
01-
2002
1 Preoperasi :
1. Menciptakan komunikasi terapeutik antara perawat-klien dan
hubungan saling percaya, menguatkan kontrak dalam membantu
7
2
klien selama sebelum, selama dan setelah operasi
2. Memberi kesempatan dan mendorong kien untuk
mengungkapkan masalah atau rasa cemas sehuungan dengan
akan dilakukannya operasi
3. Memberi jawaban atas pertanyaan yang berhubungan dengan
penatalaksanaan keperawatan dan perawatan medis dalam
persiapan preoperasi dan tindakannya (seperti pemasangan
infuse NS 20 tetes/menit, premedikasi (suntikan sebelum masuk
kamar operasi): - Dormicum 5 mg, atropine sulfat dan morfin
sesuai dengan anjuran/instruksi dokter anestesi)
4. Menyelesaikan persiapan pasien sebelum masuk ke kamar
operasi di ground :
- Informent concent dan tanda tangan
persetujuan
- Mengganti baju dengan baju OK GBPT
beserta selimutnya
- Memindahkan klien dari berangkart ruangan
ke berangkart OK
- Membawa klien ke lantai VI untuk
persiapan lebih lanjut
5. Meminimalkan keributan di lingkungan dengan membatasi
keluarga yang mengantarkan
6. Melakukan orientasikan klien pada ruang operasi (ulangi