JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 Abstrak—Telah dilakukan studi awal fabrikasi dan karakterisasi dye sensitized solar cell (DSSC) menggunakan kulit manggis (Garcinia mangostana) sebagai dye sensitizer dengan metode spin coating dalam pelapisan TiO2. Variasi kecepatan dan lama pemutaran daripada spin coating dilakukan untuk mengetahui pengaruh terhadap nilai arus dan tegangan yang di hasilkan oleh DSSC. Metode penelitian dilakukan dengan cara pembuatan prototype DSSC yang kemudian di sinari dengan lampu halogen sebagai sumber cahaya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di dapatkan bahwa semakin besar kecepatan putarnya akan semakin besar nilai arusnya. Sedangkan, untuk lama pemutaran hanya berpengaruh terhadap kehomogenan lapisan TiO2. Kata Kunci— Dye Sensitized Solar Cell (DSSC), Spin Coating. I. PENDAHULUAN NERGI mempunyai peranan penting dalam pencapaian tujuan sosial, ekonomi, dan lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan,serta merupakan pendukung bagi kegiatan ekonomi nasional .Penggunaan energi di Indonesia meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Sedangkan, akses keenergi yang andal dan terjangkau merupakan pra-syarat utama untuk meningkatkan standar hidup masyarakat. Saat ini total kebutuhan energy di seluruh dunia mencapai 10 Terra Watt (setara dengan 3 x 10 20 Joule/ tahun) dan diprediksi jumlah ini akan terus meningkat hingga mencapai 30 Terra Watt padatahun 2030. Kebutuhan yang meningkat terhadap energi juga pada kenyataanya bertabrakan dengan kebutuhan umat manusia untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan bebas dari polusi. Berbagai konsideran ini menuntut perlunya dikembangkan sumber energy alternatif yang dapat menjawab tantangan di atas tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat tersebut, dikembangkan berbagai energy ialternatif, di antaranya energy terbarukan. Potensi energy terbarukan, seperti: bio massa, panas bumi, energy surya, energi air, energy angin dan energi samudera, sampai saat ini belum banyak dimanfaatkan, padahal potensi energi terbarukan di Indonesia sangatlah besar. Solar cell merupakan pembangkit listrik yang mampu mengkonversi sinar matahari menjadi arus listrik. Energi matahari sesungguhnya merupakan sumber energi yang paling menjanjikan mengingat sifatnya yang berkelanjutan (sustainable) serta jumlahnya yang sangat besar. Matahari merupakan sumber energi yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan kebutuhan energy masa depan setelah berbagai sumber energy konvensional berkurang jumlahnya serta tidak ramah terhadap lingkungan. Total kebutuhan energi yang berjumlah 10 TW tersebut setara dengan 3 x 10 20 J setiap tahunnya. Sementara total energi matahari yang sampai di permukaan bumiadalah 2,6 x 10 24 Joule setiap tahunnya. Sebagai perbandingan, energi yang dikonversi melalui proses fotosintesis di seluruh permukaan bumi mencapai 2,8 x 10 21 J setiap tahunnya. Jika kita lihat jumlah energi yang dibutuhkan dan dibandingkan dengan energi matahari yang tiba di permukaan bumi, maka sebenarnya dengan menutup 0,05% luas permukaan bumi (total luas permukaan bumi adalah 5,1 x 108 km2) dengan solar cell yang memiliki efisiensi 20%, seluruh kebutuhan energi yang ada di bumi sudah dapat terpenuhi. II. DASAR TEORI A. Energi Surya Energi surya adalah energi yang didapat dengan mengubah energy panas surya (matahari) melalui peralatan tertentu menjadi sumber daya dalam bentuk lain. Energi surya menjadi salah satu sumber pembangkit daya selain air, uap, angin, biogas, batu bara, dan minyak bumi. Teknik pemanfaatan energi surya mulai muncul pada tahun 1839, ditemukan oleh A.C. Becquerel. Ia menggunakan kristal silikon untuk mengkonversi radiasi Matahari, Namun sampai tahun 1955 metode itu belum banyak dikembangkan, Sumber energi yang banyak digunakan adalah minyak bumi dan batu bara [1]. Energi surya merupakan salah satu energi yang sedang giat dikembangkan saat ini oleh Pemerintah Indonesia karena sebagai Negara tropis, Indonesia mempunyai potensi energy surya yang cukup besar. Berdasarkan data penyinaran matahari yang dihimpun dari 18 lokasi di Indonesia, radiasi surya di Indonesia dapat diklasifikasikan berturut-turut sebagai berikut: untuk kawasan barat dan timur Indonesia dengan distribusi penyinaran di Kawasan Barat Indonesia (KBI) sekitar 4,5 kWh/m 2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 10%; dan di KawasanTimur Indonesia (KTI) sekitar 5,1 kWh/m 2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 9%. Dengan demikian, Variasi Kecepatan dan Waktu Pemutaran Spin Coating dalam Pelapisan TiO2 untuk Pembuatan dan Karakterisasi Prototipe DSSC dengan Ekstraksi Kulit Manggis ( Garcinia Mangostana) sebagai Dye Sensitizer Romli Purwanto, Gontjang Prajitno Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2013 E-mail : [email protected]E-mail : [email protected]E
7
Embed
Variasi kecepatan putar dan waktu pemutaran spin coating ... · dan di KawasanTimur Indonesia (KTI) sekitar 5,1 kWh/m 2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 9%. Dengan demikian, Variasi
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print)
1
Abstrak—Telah dilakukan studi awal fabrikasi dan
karakterisasi dye sensitized solar cell (DSSC) menggunakan kulit
manggis (Garcinia mangostana) sebagai dye sensitizer dengan
metode spin coating dalam pelapisan TiO2. Variasi kecepatan dan
lama pemutaran daripada spin coating dilakukan untuk
mengetahui pengaruh terhadap nilai arus dan tegangan yang di
hasilkan oleh DSSC. Metode penelitian dilakukan dengan cara
pembuatan prototype DSSC yang kemudian di sinari dengan
lampu halogen sebagai sumber cahaya. Berdasarkan penelitian
yang telah dilakukan di dapatkan bahwa semakin besar kecepatan
putarnya akan semakin besar nilai arusnya. Sedangkan, untuk
lama pemutaran hanya berpengaruh terhadap kehomogenan
lapisan TiO2.
Kata Kunci— Dye Sensitized Solar Cell (DSSC), Spin Coating.
I. PENDAHULUAN
NERGI mempunyai peranan penting dalam pencapaian
tujuan sosial, ekonomi, dan lingkungan untuk
pembangunan berkelanjutan,serta merupakan pendukung
bagi kegiatan ekonomi nasional .Penggunaan energi di
Indonesia meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan
ekonomi dan pertambahan penduduk. Sedangkan, akses
keenergi yang andal dan terjangkau merupakan pra-syarat
utama untuk meningkatkan standar hidup masyarakat. Saat ini
total kebutuhan energy di seluruh dunia mencapai 10 Terra
Watt (setara dengan 3 x 1020
Joule/ tahun) dan diprediksi
jumlah ini akan terus meningkat hingga mencapai 30 Terra
Watt padatahun 2030.
Kebutuhan yang meningkat terhadap energi juga pada
kenyataanya bertabrakan dengan kebutuhan umat manusia
untuk menciptakan lingkungan yang bersih dan bebas dari
polusi. Berbagai konsideran ini menuntut perlunya
dikembangkan sumber energy alternatif yang dapat menjawab
tantangan di atas tersebut.
Untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat
tersebut, dikembangkan berbagai energy ialternatif, di
antaranya energy terbarukan. Potensi energy terbarukan,
seperti: bio massa, panas bumi, energy surya, energi air,
energy angin dan energi samudera, sampai saat ini belum
banyak dimanfaatkan, padahal potensi energi terbarukan di
Indonesia sangatlah besar.
Solar cell merupakan pembangkit listrik yang mampu
mengkonversi sinar matahari menjadi arus listrik. Energi
matahari sesungguhnya merupakan sumber energi yang paling
menjanjikan mengingat sifatnya yang berkelanjutan
(sustainable) serta jumlahnya yang sangat besar. Matahari
merupakan sumber energi yang diharapkan dapat mengatasi
permasalahan kebutuhan energy masa depan setelah berbagai
sumber energy konvensional berkurang jumlahnya serta tidak
ramah terhadap lingkungan. Total kebutuhan energi yang
berjumlah 10 TW tersebut setara dengan 3 x 1020
J setiap
tahunnya. Sementara total energi matahari yang sampai di
permukaan bumiadalah 2,6 x 1024
Joule setiap tahunnya.
Sebagai perbandingan, energi yang dikonversi melalui proses
fotosintesis di seluruh permukaan bumi mencapai 2,8 x 1021
J
setiap tahunnya. Jika kita lihat jumlah energi yang dibutuhkan
dan dibandingkan dengan energi matahari yang tiba di
permukaan bumi, maka sebenarnya dengan menutup 0,05%
luas permukaan bumi (total luas permukaan bumi adalah 5,1 x
108 km2) dengan solar cell yang memiliki efisiensi 20%,
seluruh kebutuhan energi yang ada di bumi sudah dapat
terpenuhi.
II. DASAR TEORI
A. Energi Surya
Energi surya adalah energi yang didapat dengan
mengubah energy panas surya (matahari) melalui peralatan
tertentu menjadi sumber daya dalam bentuk lain. Energi surya
menjadi salah satu sumber pembangkit daya selain air, uap,
angin, biogas, batu bara, dan minyak bumi. Teknik
pemanfaatan energi surya mulai muncul pada tahun 1839,
ditemukan oleh A.C. Becquerel. Ia menggunakan kristal
silikon untuk mengkonversi radiasi Matahari, Namun sampai
tahun 1955 metode itu belum banyak dikembangkan, Sumber
energi yang banyak digunakan adalah minyak bumi dan batu
bara [1].
Energi surya merupakan salah satu energi yang
sedang giat dikembangkan saat ini oleh Pemerintah Indonesia
karena sebagai Negara tropis, Indonesia mempunyai potensi
energy surya yang cukup besar. Berdasarkan data penyinaran
matahari yang dihimpun dari 18 lokasi di Indonesia, radiasi
surya di Indonesia dapat diklasifikasikan berturut-turut sebagai
berikut: untuk kawasan barat dan timur Indonesia dengan
distribusi penyinaran di Kawasan Barat Indonesia (KBI)
sekitar 4,5 kWh/m 2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 10%;
dan di KawasanTimur Indonesia (KTI) sekitar 5,1 kWh/m 2
/hari dengan variasi bulanan sekitar 9%. Dengan demikian,
Variasi Kecepatan dan Waktu Pemutaran Spin Coating dalam Pelapisan
TiO2 untuk Pembuatan dan Karakterisasi Prototipe DSSC dengan
Ekstraksi Kulit Manggis ( Garcinia Mangostana) sebagai Dye Sensitizer
Romli Purwanto, Gontjang Prajitno
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam