Top Banner
V. GAMBARAN UMUM 5.1. Taman Nasional Gunung-Halimun Salak (TNGHS) Kawasan Gunung Halimun sebelum menjadi taman nasional merupakan kawasan hutan lindung dibawah Pemerintahan Belanda pada tahun 1924. Kemudian pada tahun 1935 kawasan Gunung Halimun ditetapkan sebagai kawasan cagar alam oleh Djawatan Kehutanan Republik Indonesia dan pengelolaannya dilakukan oleh Pemerintahan Belanda beserta Republik Indonesia. Selama menjadi cagar alam, pengelolaan kawasan Halimun mengalami beberapa pergantian pengelolaan. Pada tahun 1961 kawasan cagar alam Gunung Halimun dikelola dibawah Perum Perhutani Jawa Barat, tahun 1979 dikelola Balai Konservasi Sumberdaya Alam III dibawah Sub Balai Konservasi Sumberdaya Alam Jawa Barat dan kemudian dikelola oleh Taman Nasional Gunung Gede- Pangrango pada tahun 1990 (Hartono et al, 2007). Awal sejarah penunjukkan kawasan Gunung Halimun sebagai kawasan taman nasional adalah berawal dari Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 282/Kpts-II/1992 pada tanggal 28 Februari 1992 dengan luas 40.000 hektar sebagai Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH). Atas dasar kondisi sumberdaya alam hutan di Gunung Salak yang semakin terancam rusak dan adanya desakan para pihak yang peduli konservasi alam menjadi alasan kawasan Halimun dan Salak ditetapkan sebagai kawasan taman nasional (Hartono et al 2007). Alasan selanjutnya adalah kawasan hutan yang berada di Gunung Halimun dan Gunung Salak juga merupakan kesatuan hamparan hutan yang memilik tipe yang sama, yaitu hutan dataran rendah dan hutan pegunungan. Kedua kawasan ini mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi dan juga memiliki hasil jasa
16

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Taman Nasional Gunung-Halimun … · Alam Jawa Barat dan kemudian dikelola oleh Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango pada tahun 1990 (Hartono et al, 2007 ...

Mar 08, 2019

Download

Documents

dinh_dan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: V. GAMBARAN UMUM 5.1. Taman Nasional Gunung-Halimun … · Alam Jawa Barat dan kemudian dikelola oleh Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango pada tahun 1990 (Hartono et al, 2007 ...

V. GAMBARAN UMUM

5.1. Taman Nasional Gunung-Halimun Salak (TNGHS)

Kawasan Gunung Halimun sebelum menjadi taman nasional merupakan

kawasan hutan lindung dibawah Pemerintahan Belanda pada tahun 1924.

Kemudian pada tahun 1935 kawasan Gunung Halimun ditetapkan sebagai

kawasan cagar alam oleh Djawatan Kehutanan Republik Indonesia dan

pengelolaannya dilakukan oleh Pemerintahan Belanda beserta Republik

Indonesia. Selama menjadi cagar alam, pengelolaan kawasan Halimun mengalami

beberapa pergantian pengelolaan. Pada tahun 1961 kawasan cagar alam Gunung

Halimun dikelola dibawah Perum Perhutani Jawa Barat, tahun 1979 dikelola Balai

Konservasi Sumberdaya Alam III dibawah Sub Balai Konservasi Sumberdaya

Alam Jawa Barat dan kemudian dikelola oleh Taman Nasional Gunung Gede-

Pangrango pada tahun 1990 (Hartono et al, 2007).

Awal sejarah penunjukkan kawasan Gunung Halimun sebagai kawasan

taman nasional adalah berawal dari Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.

282/Kpts-II/1992 pada tanggal 28 Februari 1992 dengan luas 40.000 hektar

sebagai Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH). Atas dasar kondisi

sumberdaya alam hutan di Gunung Salak yang semakin terancam rusak dan

adanya desakan para pihak yang peduli konservasi alam menjadi alasan kawasan

Halimun dan Salak ditetapkan sebagai kawasan taman nasional (Hartono et al

2007). Alasan selanjutnya adalah kawasan hutan yang berada di Gunung Halimun

dan Gunung Salak juga merupakan kesatuan hamparan hutan yang memilik tipe

yang sama, yaitu hutan dataran rendah dan hutan pegunungan. Kedua kawasan ini

mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi dan juga memiliki hasil jasa

Page 2: V. GAMBARAN UMUM 5.1. Taman Nasional Gunung-Halimun … · Alam Jawa Barat dan kemudian dikelola oleh Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango pada tahun 1990 (Hartono et al, 2007 ...

42

lingkungan yang penting yaitu berupa sumber mata air yang sangat berguna bagi

kehidupan masyarakat sekitar hutan Gunung Halimun dan Salak (Dephut 2003).

Alasan-alasan tersebut yang kemudian membuat kawasan TNGH ditambah

dengan kawasan hutan Gunung Salak, Gunung Endut serta kawasan di sekitarnya

yang status sebelumnya merupakan hutan produksi terbatas dan hutan lindung

yang dikelola Perum Perhutani diubah fungsinya menjadi hutan konservasi dalam

satu kesatuan kawasan konservasi Taman Nasional Gunung Halimun-Salak

(TNGHS) melalui SK Menteri Kehutanan No. 175/Kpts-II/2003 dengan luas total

113.357 hektar (Hartono et al, 2007).

Hartono et al (2007) juga menyebutkan alasan lain yang mendasari

penunjukkan kawasan Gunung Halimun sebagai taman nasional adalah kawasan

ini memiliki karakteristik kawasan pegunungan yang masih memiliki ekosistem

hutan hujan tropis di Pulau Jawa terutama Jawa Barat. Alasan selanjutnya adalah

kawasan Gunung Halimun juga berfungsi sebagai kawasan tangkapan air dan juga

merupakan habitat satwa unik yang ada di Gunung Halimun seperti Owa Jawa,

Elang Jawa dan Macan Tutul. Pengelolaan TNGHS berada di bawah Balai Taman

Nasional Gunung Halimun Salak (BTNGHS). Sejarah TNGHS dijabarkan pada

Tabel 6 berikut :

Tabel 6. Sejarah Perkembangan Kawasan TNGHS

Tahun Status Kawasan Gunung Halimun

1924-1934 Status sebagai hutan lindung dibawah pemerintahan Belanda dengan luas

mencakup 39,941 hektar

1935-1961 Status cagar alam dibawah pengelolaan pemerintahan Belanda dan

Republik Indonesia/ Djawatan Kehutanan Republik Indonesia

1961-1978 Status cagar alam dibawah pengelolaan Perum Perhutani Jawa Barat

1979-1990 Status cagar alam dibawah pengelolaan Balai Konservasi Sumberdaya

Alam III, yaitu Sub Balai Konservasi Sumberdaya Alam Jawa Barat

1990-1992 Status cagar alam dikelola oleh Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango

1992-1997 Status taman nasional dibawah pengelolaan Taman Nasional Gunung

Gede-Pangrango

Page 3: V. GAMBARAN UMUM 5.1. Taman Nasional Gunung-Halimun … · Alam Jawa Barat dan kemudian dikelola oleh Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango pada tahun 1990 (Hartono et al, 2007 ...

43

Tabel 6. (lanjutan)

Tahun Status Kawasan Gunung Halimun

1997-2003 Status taman nasional dibawah pengelolaan Balai Taman Nasional

Gunung Halimun setingkat Eselon III

2003 Status penunjukkan kawasan menjadi Taman Nasional Gunung

Halimun-Salak seluas 113.357 hektar (merupakan penggabungan

kawasan lama TNGH dengan eks hutan lindung Perhutani Gunung

Salak, Gunung Endut dan hutan produksi di sekitarnya)

Sumber : Hartono et al (2007)

Wilayah Taman Nasional Gunung Halimun-Salak (TNGHS) terletak di

dua propinsi yakni Propinsi Jawa Barat dan Banten serta tiga kabupaten yaitu

Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Lebak. Dalam tiga

kabupaten tersebut, terdapat 26 Kecamatan (9 Kecamatan berada di Kabupaten

Bogor, 8 Kecamatan berada di Kabupaten Sukabumi dan 9 Kecamatan di

Kabupaten Lebak) serta terdapat 108 desa yang sebagian/seluruh wilayahnya di

dalam dan/atau berbatasan langsung dengan wilayah TNGHS (Dephut 2007).

Sumber : Hartono et al (2007)

Gambar 4. Peta Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak

Page 4: V. GAMBARAN UMUM 5.1. Taman Nasional Gunung-Halimun … · Alam Jawa Barat dan kemudian dikelola oleh Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango pada tahun 1990 (Hartono et al, 2007 ...

44

Kawasan TNGHS memiliki jalur batas yang panjang dan juga terdapat

beberapa enclave berada di dalamnya. Seperti enclave Perkebunan Nirmala dan

Cianten yang merupakan dua enclave perkebunan teh. Selain itu, terdapat pula

beberapa lahan garapan pertanian dan pemukiman. Konon, para petani sudah

tinggal berpuluh-puluh tahun sebelum ditetapkan sebagai kawasan konservasi.

Walau banyak dari mereka yang sudah meninggalkan kawasan tetapi

keturunannya masih tetap tinggal di kawasan taman nasional sampai sekarang

(Hartono et al. 2007)

Terdapatnya kampung adat didalam kawasan TNGHS yang mempunyai

pola hidup berpindah-pindah menjadi salah satu kekhawatiran akan terjadinya

degradasi SDA di TNGHS. Dalam kurun waktu 1989-2004 diperkirakan telah

terjadi deforestasi sebesar 25% atau berkurang sebesar 22000 Ha dengan laju

sebesar 1.3% per tahun. Deforestasi tersebut diikuti dengan kenaikan secara

konsisten semak belukar, ladang dan perumahan (Prasetyo dan Setiawan 2006)

dan sebagian besar deforestasi terjadi di wilayah perluasan. Data mengenai

kecamatan dan desa yang berada di sekitar kawasan Taman Nasional Gunung

Halimun Salak dapat dilihat pada Tabel 6.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan P. 29/ Menhut-II/2006

tanggal 2 Juni 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai dan Unit Taman

Nasional dan Surat Kepala Balai No: SK. 16/Kpts/VI-T.13/Peg/2011 TNGHS 6

Januari 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Taman Nasional Gunung

Halimun Salak (Departemen Kehutanan 2007), TNGHS termasuk taman nasional

tipe B yaitu terdiri dari satu orang Kepala Balai setingkat eselon IIIa ditambah

satu orang Kepala Sub Bagian Tata Usaha setingkat eselon IVa serta kelompok

Page 5: V. GAMBARAN UMUM 5.1. Taman Nasional Gunung-Halimun … · Alam Jawa Barat dan kemudian dikelola oleh Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango pada tahun 1990 (Hartono et al, 2007 ...

45

jabatan fungsional yang terdiri dari Polisi Kehutanan (POLHUT) dan Pengendali

Ekosistem Hutan (PEH). Balai Taman Nasional Gunung Halimun-Salak

(BTNGHS) memiliki tiga Kantor Seksi Wilayah yang antara lain Kantor Seksi

Wilayah I Lebak, Kantor Wilayah Seksi II Bogor dan Kantor Seksi Wilayah III

Sukabumi. Wilayah Kasepuhan Adat Cibedug berada di wilayah Kantor Seksi

Lebak dibawah Resort Cibedug. Untuk lebih jelas, bisa dilihat pada Gambar 5.

Tabel 7. Wilayah Administratif Pemerintahan Desa, Kecamatan, Kabupaten

di Sekitar Kawasan TNGHS

Kabupaten Wilayah Administrasi yang Termasuk Dalam Kawasan Hutan TNGHS

Kecamatan Desa Sukabumi Cicurug Cisaat, Tenjolaya, Kutajaya, Pasawahan

Cidahu Girijaya, Cidahu

Parakan Salak Sukatani, Parakansalak

Kalapanunggal Gunung Endut, Pulosari

Cikidang Cikiray, Mekarnangka, Gunung Malang

Cisolok Karangpapak, Sirnaresmi

Cikakak Cimaja, Cileungsing, Margalaksana, Sirnarasa

Kabandungan Mekarjaya, Kabandungan, Cipeuteuy, Cihamerang, Cinaga

Bogor Sukajaya Kiarasari, Cisarua, Kiarapandak, Pasirmadang, Cileuksa, Sukamulih

Jasinga Jugalajaya, Pangradin, Curug

Nanggung Malasari, Bantarkaret, Curugbitung, Cisarua

Leuwiliang Puraseda, Purasari

Pamijahan Gn. Picung, Cibunian, Gn. Asri, Ciasihan, Gn. Bunder 2

Tenjolaya Tapos I, Gn.Malang

Tamansari Tamansari, Sukajadi, Sukaluyu

Cijeruk Cipelang, Sukaharja, Tajurhalang, Cijeruk

Cigombong Pasirjaya, Tugujaya

Lebak Cipanas Cipanas, Luhurjaya, Banjaririgasi, Ciladaeun, Lebakgedong,

Banjarsari, Lebaksitu, Lebaksangka

Muncang Pasirnangka, Karang Combong, Cikarang

Sobang Cirompang, Sobang, Hariang, Cilebang, Sukajaya, Majasari,

Sukamaju, Citujah, Sindanglaya, Ciparay

Sajra Leuwikopo, Ciminyak, Maraya, Pasirhaur, Girijaya, Jayapura,

Giriharja

Leuwidamar Kanekes

Cijaku Cikate

Panggarangan Gununggede, Sogong, Jatake

Bayah Cisuren

Cibeber Cihambali, Mekarsari, Hegarmanah, Neglasari, Kujangjaya,

Sirnagalih, Cikadu, Cisungsang, Kujangsari, Situmulya, Citorek,

Ciusul

Sumber : BPS Kab. Sukabumi, BPS Kab. Bogor tahun (2004-2005) dalam

Aprianto (2008)

Page 6: V. GAMBARAN UMUM 5.1. Taman Nasional Gunung-Halimun … · Alam Jawa Barat dan kemudian dikelola oleh Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango pada tahun 1990 (Hartono et al, 2007 ...

46

5.2. Kondisi Umum Resort Cibedug Taman Nasional Gunung Halimun

Salak

Resort Cibedug memiliki luas 11.526,435 Ha dan secara geografis terletak

pada 106o12’58”-106

o20’32” bujur timur dan 06

o40’58”-06

o48’15” lintang

selatan. Secara administratif kawasan Resort Cibedug terletak pada 4 kecamatan

yaitu Kecamatan Sobang, Cibeber, Panggarangan, Cijaku dan terletak pada 9 Desa

antara lain Desa Ciparay, Citorek, Sukamaju, Cirompang, Sukajaya, Cilebang,

Gn. Gede, Jatake, dan Cikate. Kantor Resort Cibedug sendiri terletak di Desa

Ciparay/ Citorek Timur Kecamatan Cibeber (BTNGHS 2010).

Kawasan resort Cibedug memiliki topografi yang bergelombang, berbukit-

bukit dan bergunung dengan ketinggian tempat bervariasi mulai dari 600- 1100

meter diatas permukaan laut (mdpl) dengan kemiringan lereng berkisar antara

15% sampai dengan 40%. Berdasarkan Schmidt dan Ferguson (1951), daerah

Resort Cibedug mempunyai tipe iklim B dengan perbandingan jumlah rata-rata

bulan kering dan bulan basah (Q) adalah 24,7 serta suhu rata-rata bulanan 21o

Celcius. Suhu terendah di Resort Cibedug adalah 17o Celcius dan suhu tertinggi

adalah 33o Celcius dengan kelembaban udara rata-rata 75% dan rata-rata curah

hujan yaitu 4000-6000 mm/tahun.

Page 7: V. GAMBARAN UMUM 5.1. Taman Nasional Gunung-Halimun … · Alam Jawa Barat dan kemudian dikelola oleh Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango pada tahun 1990 (Hartono et al, 2007 ...

47

Keterangan : (*) untuk setiap kantor Resort memiliki nama lengkap Resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah

Lokasi Penelitian

Gambar 5. Bagan Struktur Organisasi TNGHS

Kepala Balai

Kepala Sub Bagian Tata Usaha

1. Urusan Umum

2. Urusan Kepegawaian

3. Urusan Keuangan

4. Urusan Perencanaan, Data Evaluasi dan Pelaporan DIPA

5. Urusan Kerjasama dan Hubungan Masyarakat

6. Urusan Bina Cinta Alam, Kader Konservasi dan Pusat

Penelitian Cikaniki

7. Urusan Perlindungan dan Kebakatan Hutan

Seksi Pengelolaan

TN Wilayah I Lebak

Resort*

Cisoka

Resort*

Gn

Bedil

Resort*

Cibedug

Seksi Pengelolaan

TN Wilayah II Bogor

Resort*

Gn

Kencana

Resort*

Gn

Botol

Resort*

Gn

Talaga

Seksi Pengelolaan TN

Wilayah III Sikabumi

Resort*

Gn

Kendeng

Resort*

Cimantaja

Resort*

Gn

Bodas

Kelompok Jabatan Fungsional

Resort*

Panggarangan

Resort*

Gn

Bangkok

Resort*

Gn

Butak

Resort*

Gn Salak

I

Resort*

Gn Salak

II

Resort*

Kawah

Ratu

Resort*

Sukawa

yana

1. Sub Seksi Umum

2. Sub Seksi Konservasi

Kawasan

3. Sub Seksi

Perlindungan dan

Pengendalian

Kebakaran Hutan

1. Sub Seksi Umum

2. Sub Seksi Konservasi

Kawasan

3. Sub Seksi

Perlindungan dan

Pengendalian

Kebakaran Hutan

1. Sub Seksi Umum

2. Sub Seksi Konservasi

Kawasan

3. Sub Seksi

Perlindungan dan

Pengendalian

Kebakaran Hutan

Page 8: V. GAMBARAN UMUM 5.1. Taman Nasional Gunung-Halimun … · Alam Jawa Barat dan kemudian dikelola oleh Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango pada tahun 1990 (Hartono et al, 2007 ...

48

40%

6%

38%

14%

2% Hutan (40%)

Kebun (6%)

Semak, Rumput (38%)

Sawah, Ladang (14%)

Lahan Terbuka (2%)

Secara umum, penutupan hutan di kawasan Resort Cibedug merupakan

hutan primer dan hutan sekunder. Tipe hutan di kawasan ini merupakan hutan

hujan tropis pegunungan yang dapat dibagi menjadi tiga zona utama yaitu Zona

Collin (600-1000 mdpl) dan Zona Sub Montana (1000-1500 mdpl) (BTNGHS

2010). Namun, di beberapa tempat pada pinggiran kawasan terdapat pula semak

belukar, hutan tanaman, sawah dan perkebunan karet. Keadaan ekosistem hutan

Resort Cibedug banyak yang sudah rusak akibat penebangan liar dan perambahan.

Akibatnya banyak tumbuh pohon pionir seperti Kareumbi (Omalanthus

populneus), Cangcaratan (Naulea lanceolata), Manggong (Macaranga rhizoldes)

dan Puspa (Schima walichii). Besarnya persentase luas penutupan lahan di

kawasan Resort Cibedug TNGHS dijelaskan diagram pada Gambar 6 berikut.

Sumber : TNGHS 2010 (diolah)

Gambar 6. Persentase Luas Tutupan Lahan Resort

Cibedug, TNGHS

Keanekaragaman satwa yang dimiliki Resort Cibedug masih relatif cukup

tinggi walaupun kondisi hutan di kawasan resort ini banyak mengalami gangguan

(BTNGHS 2010). Pada Resort Cibedug terdapat berbagai jenis burung (aves)

seperti elang jawa, elang hitam, elang ular, binatang menyusui (mamalia), seperti

owa jawa, surili, serangga (insekta), binatang melata (reptilia), amfibia, berbagai

jenis moluska dan satwa air yang secara umum habitat satwa-satwa tersebut

Page 9: V. GAMBARAN UMUM 5.1. Taman Nasional Gunung-Halimun … · Alam Jawa Barat dan kemudian dikelola oleh Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango pada tahun 1990 (Hartono et al, 2007 ...

49

tersebar merata di seluruh kawasan taman nasional. Secara keseluruhan, kawasan

TNGHS memiliki 244 jenis burung atau setara dengan 50% dari jumlah jenis

burung yang hidup di Jawa dan Bali, 61 jenis mamalia, 27 jenis amfibi, 50 jenis

reptilia dan berbagai jenis serangga yang 26 jenis diantaranya adalah dari jenis

capung (Dephut 2007).

Kawasan TNGHS juga memiliki keanekaragaman tumbuhan yang tinggi.

Lebih dari 700 jenis tumbuhan berbunga hidup di dalam hutan TNGHS yang

meliputi 391 marga dari 119 suku (Dephut 2007). Pada ketinggian 500 m – 700 m

diatas permukaan laut (dpl) ditemukan tumbuhan dari keluarga Dipterocarpaceae

yang merupakan ciri-ciri dari hutan hujan tropis. Jenis-jenis tumbuhannya yaitu

Dipterocarpus trinensis dan Dipterocarpus gracilis, akan tetapi jumlah tumbuhan

dari jenis ini jumlahnya sudah semakin berkurang akibat penebangan liar

(BTNGHS 2010).

Jenis-jenis tumbuhan bawah dan tumbuhan memanjat juga telah banyak

diketahui berada di dalam kawasan TNGHS. Jenis tumbuhan tersebut antara lain

beberapa jenis rotan seperti Calamus spp, Plectocomia elongata, Daemonorops

spp, lalu pandan memanjat (Freycinetia javanica) dan paku andam (Glichenia

linearis). Dalam kawasan TNGHS juga tercatat terdapat 75 jenis anggrek yang

hidup di TNGHS dan beberapa diantara jenis-jenis anggrek tersebut merupakan

jenis langka. Selain anggrek tumbuhan menarik yang dapat dijumpai di dalam

kawasan TNGHS adalah tumbuhan kantong semar (Nephentes sp.). Dengan

keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi serta keterikatan yang kuat antara

kawasan dengan masyarakat yang ada di dalam taman nasional membuat resort

Page 10: V. GAMBARAN UMUM 5.1. Taman Nasional Gunung-Halimun … · Alam Jawa Barat dan kemudian dikelola oleh Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango pada tahun 1990 (Hartono et al, 2007 ...

50

Cibedug memiliki fungsi yang penting dalam hal pengawasan hutan TNGHS yang

berada di dalam wilayah resort Cibedug.

5.3. Sejarah Penduduk Kasepuhan Adat Cibedug

Asal-usul sejarah wewengkon adat Kasepuhan Cibedug dimulai pada

tahun 1942 yang pada saat itu wewengkon (wilayah) tersebut merupakan

kampung yang terlebih dahulu dibuka oleh orang Citorek dimana antara warga

Citorek dan Cibedug telah memahami proses tersebut karena masing-masing

menjaga amanat yang yang disampaikan oleh sesepuh mereka. Tokoh yang

pertama kali masuk ke wewengkon Adat Cibedug tersebut diantaranya Aki

Winata yang akrab dipanggil Aki Uin, lalu Aki Mursadam dan Aki Aspan.

Warga adat Cibedug telah mengalami beberapa kali perpindahan kampung

sesuai dengan tugas dan amanat leluhur mereka yaitu “Ngajaga turunan anu

Kidul” yang apabila diartikan menjadi menjaga incu-putu masyarakat adat

kasepuhan-kasepuhan yang ada di wilayah Banten Kidul. Nama-nama kampung

masyarakat Cibedug yang menjadi tempat mereka sebelum sampai ke Cibedug

antara lain meliputi Sajra, Lebak Menteng, Cidikit, Sinagar, Bojong Neros,

Sangyang dan hingga saat ini menempati wilayah Cibedug. Wewengkon Cibedug

memiliki batas-batas yang jelas yang ditandai dengan patok alam atau oleh

masyarakat Cibedug dikenal dengan sebutan tugu. Luas wewengkon adat

Kasepuhan Cibedug adalah sebesar 2104,4 Ha. Batas-batas wewengkon Cibedug

antara lain di sebelah barat berbatasan dengan Desa Cikate yang ditandai dengan

Tugu Lebak Cimuda, sebelah Utara Tugu Parawilu yang berbatasan dengan Desa

Kanekes, sebelah selatan ditandai dengan Batu Pasir Ipis dan sebelah timur

Page 11: V. GAMBARAN UMUM 5.1. Taman Nasional Gunung-Halimun … · Alam Jawa Barat dan kemudian dikelola oleh Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango pada tahun 1990 (Hartono et al, 2007 ...

51

berbatasan dengan wewengkon adat Kasepuhan Citorek yang ditandai dengan

tugu Pasir Manggu dan Gunung Batu.

Dalam hal hubungan terhadap pemerintahan desa (ngaitkeun

pamarentahan), Kasepuhan Cibedug telah mengalami sebanyak 11 kali pergantian

Jaro atau kepala desa. Jaro disini merupakan salah satu bagian dari struktur adat

dari Kasepuhan Cibedug yang mempunyai tugas sebagai penghubung antara

urusan kepemerintahan dengan pihak adat. Pada penjelasan sebelumnya, wilayah

wewengkon adat Kasepuhan Cibedug secara administrasi masuk dalam wilayah

Desa Citorek Barat bersama dengan Kasepuhan Citorek. Adanya dua kasepuhan

di dalam satu desa ini menyebabkan jaro Desa Citorek Barat berada di dalam dua

kasepuhan yaitu Kasepuhan Cibedug dan Kasepuhan Citorek. Tokoh-tokoh yang

pernah menjadi jaro di Kasepuhan Cibedug dari informasi kasepuhan dan pihak

desa yaitu dimulai dari Jaro Saonah, Nahari, Jaili, Markin, Sukarta, Usman,

Nurkib, Sumedi, Subandi, Didi Jayadi dan sekarang dipimpin oleh Jaro Dian

Purnama.

Dalam proses perpindahan dijelaskan bahwa masyarakat Kasepuhan

Cibedug melakukan perpindahan dari satu tempat ke tempat lain pada saat tertentu

berdasarkan wangsit dari nenek moyang mereka melalui ketua adat. Wilayah yang

saat ini ditempati oleh masyarakat Cibedug selain merupakan hasil dari wangsit

dan di wilayah ini juga terdapat sebuah situs yang disakralkan. Mereka percaya

bahwa situs ini yang menandakan masyarakat Cibedug harus menempati wilayah

tersebut, wilayah yang sampai sekarang mereka tempati. Situs tersebut terbuat

dari batu yang menancap di dalam tanah dan ditempatkan di dalam sebuah rumah

untuk menjaganya. Untuk masuk ke situs ini, apabila orang luar harus didampingi

Page 12: V. GAMBARAN UMUM 5.1. Taman Nasional Gunung-Halimun … · Alam Jawa Barat dan kemudian dikelola oleh Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango pada tahun 1990 (Hartono et al, 2007 ...

52

oleh seorang baris kolot, lalu tidak boleh masuk pada hari pantang yaitu hari

Selasa dan Jumat dan setiap masuk ke dalam situs ini harus membawa uang logam

untuk dilemparkan di dalam situs ini. Peninggalan sejarah ini juga merupakan

salah satu objek daya tarik wisata bagi TNGHS yang berada di kawasan Resort

Cibedug (BTNGHS, 2010).

(a) (b)

(c)

Gambar 7. Kondisi Situs Cibedug. (a) Jalan Menuju Tempat Situs, (b)

Seorang Baris Kolot Sedang Melakukan Ritual Sebelum Memasuki Tempat

Situs, (c) Situs Cibedug

Page 13: V. GAMBARAN UMUM 5.1. Taman Nasional Gunung-Halimun … · Alam Jawa Barat dan kemudian dikelola oleh Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango pada tahun 1990 (Hartono et al, 2007 ...

53

5.4. Kondisi Penduduk Kasepuhan Adat Cibedug

Kasepuhan Cibedug adalah salah satu kasepuhan yang mendiami kawasan

Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Kasepuhan lain yang ada di dalam

kawasan TNGHS antara lain Kasepuhan Citorek, Ciptagelar, Sirnaresmi,

Ciptamulya, Cisitu, Cisungsang, Ciusul, Urug, Cicarucub, Bayah dan Giri Jaya

(Aprianto, 2008). Pada tiap kasepuhan dipimpin oleh sesepuh yang biasa

dipanggil abah olot atau ama. Masyarakat adat kasepuhan merupakan masyarakat

menurut sejarah yang ditulis oleh para antropolog dan ahli sejarah, asal usul

masyarakat Kasepuhan di TNGHS digolongkan dalam empat kategori, yaitu (a)

masyarakat yang dulunya merupakan pelarian dari Kerajaan Pajajaran yang

sekarang dikenal dengan nama Kasepuhan; (b) masyarakat yang berasal dari

laskar Mataram yang memberontak, (c) masyarakat pelarian dari culturstelsel –

buruh-buruh perkebunan dan (d) masyarakat pelarian pada masa perang

kemerdekaan (Emilia dan Suwito 2006).

Secara administratif Kasepuhan Cibedug termasuk kedalam wilayah Desa

Citorek Barat Kecamatan Cibeber Kabupaten Lebak Propinsi Banten. Pada Desa

Citorek Barat ini, selain terdapat Kasepuhan Cibedug terdapat pula satu

kasepuhan lain berada di wilayah ini yaitu Kasepuhan Citorek. Jumlah penduduk

Kasepuhan Cibedug adalah 139 KK dengan jumlah laki-laki sebanyak 216 jiwa

dan perempuan sebanyak 166 jiwa dengan sebagian besar berusia antara 10 – 19

tahun (BPD Citorek Barat 2010). Keterangan lebih lanjut tentang penduduk

Kasepuhan Cibedug dijelaskan pada Tabel 8 berikut.

Page 14: V. GAMBARAN UMUM 5.1. Taman Nasional Gunung-Halimun … · Alam Jawa Barat dan kemudian dikelola oleh Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango pada tahun 1990 (Hartono et al, 2007 ...

54

Tabel 8. Data Penduduk Kasepuhan Cibedug

Sumber : BPD Citorek Barat (2010)

Rata-rata pendidikan penduduk di Kasepuhan Cibedug adalah tamat

sekolah dasar (SD) dan hanya sebagian kecil yang meneruskan ke jenjang sekolah

menengah pertama (SMP). Hal ini dikarenakan minimnya fasilitas pendidikan di

wilayah Kasepuhan Cibedug yang hingga saat ini hanya ada satu sekolah dasar

dan apabila ingin melanjutkan ke SMP harus menempuh jarak ± 8 km menuju

No Penduduk Kasepuhan Adat Cibedug Jumlah (dalam

Jiwa)

Persentase

(%)

1 Rasio Jenis Kelamin a. Laki-Laki 216 56,5

b. Perempuan 166 43,5

382 100

2 Rasio Tingkat Usia

a. 0 – 9 tahun 61 16

b. 10 – 19 tahun 82 21,5

c. 20 – 29 tahun 80 21

d. 30 – 39 tahun 51 13,3

e. 40 – 49 tahun 40 10,5

f. 50 – 59 tahun 25 6,5

g. 60 – 69 tahun 24 6,3

h. 70 – 79 tahun 16 4,2

i. 80 – 89 tahun 2 0,5

j. 90 – 99 tahun 1 0,2

382 100

3 Tingkat Pendidikan

a. Tidak Sekolah 70 18,3

b. Belum Sekolah 41 10,7

c. Tamat SD 225 59

d. Tidak Tamat SD 25 6,5

e. Tamat SLTP 15 4

f. Tamat SLTA 6 1,5

382 100

4 Mata Pencaharian

a. Petani/Pekebun 102 26,7

b. Mengurus Rumah Tangga 103 27

c. Pelajar/Mahasiswa 24 6,3

d. Tidak/Belum Bekerja 132 34,5

e. Guru 2 0,5

f. Buruh Harian 3 0,7

g. Buruh Perkebunan 13 3,4

h. Wiraswasta 1 0,3

i. Wartawan 1 0,3

j. Pembantu Rumah Tangga 1 0,3

382 100

5 Agama

a. Islam 382 100

b. Non Islam 0 0

382 100

Page 15: V. GAMBARAN UMUM 5.1. Taman Nasional Gunung-Halimun … · Alam Jawa Barat dan kemudian dikelola oleh Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango pada tahun 1990 (Hartono et al, 2007 ...

55

Desa Citorek Barat. Akibat dari fasilitas yang minim ini pula, terdapat masyarakat

yang tidak mengenyam pendidikan sebagai jumlah terbanyak selanjutnya setelah

tamat pendidikan dasar.

Mata pencaharian masyarakat Kasepuhan Cibedug sebagian besar adalah

petani atau pekebun dan sebagai ibu rumah tangga. Akan tetapi, banyak juga di

masyarakat Kasepuhan Cibedug yang tidak bekerja atau belum mempunyai

pekerjaan. Lahan persawahan merupakan tempat garapan yang digunakan

masyarakat adat Cibedug dan hampir semuanya ditanami padi. Tanaman berkayu

seperti pohon sengon/jeunjing (Albizia falcataria) serta pohon buah-buahan dan

tanaman salada juga biasa ditanam di pekarangan rumah masyarakat untuk

dimanfaatkan.

Masyarakat adat Kasepuhan Cibedug sebagian besar masih menggunakan

kayu sebagai bahan bakar untuk memasak. Kayu-kayu yang mereka gunakan

biasanya mereka dapatkan dari ranting-ranting atau kayu yang sudah mati dan

kering lalu mereka kumpulkan. Selain nyawah, di beberapa rumah masyarakat

Cibedug mereka juga memelihara ayam, bebek (mereka biasa menyebut dengan

manila) dan juga kolam atau empang untuk memelihara ikan yang hasilnya

mereka gunakan untuk dikonsumsi oleh mereka sendiri. Apabila sedang tidak

pergi ke sawah, penduduk kasepuhan adat Cibedug untuk yang laki-laki biasanya

berada dirumah sedangkan untuk penduduk perempuan terkadang membuat

beberapa peralatan yang berbahan dasar dari bambu untuk digunakan untuk

memasak atau sebagai wadah hasil memancing ikan. Barang-barang yang biasa

dibuat antara lain : 1) Boko, digunakan untuk menyimpan nasi yang sudah

matang, 2) Sair, digunakan untuk menjemur makanan, 3) Kalo, biasanya

Page 16: V. GAMBARAN UMUM 5.1. Taman Nasional Gunung-Halimun … · Alam Jawa Barat dan kemudian dikelola oleh Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango pada tahun 1990 (Hartono et al, 2007 ...

56

digunakan untuk mengayak beras sebelum dimasak, 4) Aseupan, digunakan untuk

memasak beras, 5) Tolok, biasa digunakan untuk tempat mengumpulkan ikan

sehabis memancing dan 6) Tudung, semacam topi yang digunakan untuk pergi ke

sawah ataupun ke ladang.

(a) (b)

(c)

Gambar 8. Gambaran Keadaan Kasepuhan Cibedug. (a) Lahan Sawah (b)

Kolam/empang, (c) Tolok