PENYEHATAN MAKANAN DAN MINUMAN B (PMM-B) ANGKA KUMAN (ANGKA
LEMPENG TOTAL)PADA ALAT MAKAN (GARPU)
Dosen Pembimbing :Narwati, S.Si, M.Si
Disusun oleh :Sub 2 / Kelompok C / Kelas B / Semester IV
Kementerian Kesehatan RIPoliteknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan SurabayaJurusan Kesehatan LingkunganProgram Studi DIII
Kampus Surabaya2015 Nama Anggota :
1. Muhammad Rizal Aisyudin(P27833113089)2. Khusnul
Nadifa(P27833113074)3. Suraida Agil Litasari(P27833113093)4. Bella
Zieta Parwitawinar(P27833113076)
A. JUDUL PRAKTIKUM : Pemeriksaan Usap Alat Makan / MasakB.
PELAKSANAAN PRAKTIKUM Hari, tanggal : Selasa, 07 April 2015 Waktu:
07.30 15.00 wib Lokasi: Lab. Mikrobiologi Kesehatan Lingkungan
SurabayaC. TUJUAN1. Tujuan Umuma. Mahasiswa dapat mengetahui teknik
pengambilan sampel pada usap alat makan/masak.b. Mahasiswa dapat
mengetahui teknik pemeriksaan sampel pada usap alat makan/masak.2.
Tujuan Khususa. Mahasiswa dapat melakukan pembuatan media secara
benar.b. Mahasiswa dapat melakukan pengambilan sampel pada usap
alat makan/masak dengan benar.Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan
sc. ampel pada usap alat makan/masak dengan benar.d. Mahasiswa
dapat melakukan pembacaan angka kuman dengan benar.D. DASAR
TEORIDalam penyehatan makanan dan minuman, kebersihan alat makan
merupakan bagian yang sangat penting dan berpengaruh terhadap
kualitas makanan dan minuman. Alat makan yang tidak dicuci dengan
bersih dapat menyebabkan organisme atau bibit penyakit yang
tertinggal akan berkembang biak dan mencemari makanan yang akan
diletakkan di atasnya.Angka kuman dan adanya bakteri E. coli pada
permukaan alat makan yang telah dicuci dapat diketahui dengan
melakukan uji dengan cara usap alat makan pada permukaan alat
makan.Uji sanitasi alat makan atau alat masak perlu dilakukan untuk
mengetahui tingkat kebersihan alat tersebut. Sehingga melalui uji
sanitasi alat tersebut, petugas inspeksi dari dinas kesehatan dapat
menetapkan apakan alat makan tersebut sudah layak digunakan atau
belum.Semua alat makan yang mempunyai peluang bersentuhan dengan
makanan harus selalu dijaga dalam keadaan bersih dan tidak ada sisa
makanan yang tertinggal pada bagian-bagian alat makan tersebut.
Apabila hal tersebut dibiarkan, akan memberi kesempatan kuman yang
tidak dikehendaki untuk berkembang biak dan membusukkan makanan.
(Winarno, 1993)Menurut ketentuan Direktur Jenderal PPM & PLP,
inspeksi atau uji sanitasi alat makan atau alat masak perlu
dilakukan pada tempat-tempat pengolahan makanan dan sampel
sebaiknya diambil dari lima jenis alat makan atau alat masak yang
ada, antara lain yaitu: sendok, gelas, piring, mangkok, panci, dan
lain-lain.Dalam pelaksanaan uji sanitasi alat makan atau alat masak
hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:1. Untuk cangkir
atau gelas uji usap dilakukan pada permukaan luar dan dalam bagian
bibir yang terkena atau biasanya bersinggungan langsung dengan
konsumen.2. Pada permukaan bagian luar dan dalam cekungan sendok
atau garpu.3. Untuk piring, uji usap dilakukan pada permukaan dalam
tempat makan. Biasanya luas piring dibagi menjadi empat bagian dan
pengusapan diakukan dengan mengusap dua juring yang saling
berhadapan.4. Setiap satu alat makan menggunakan satu swab.Alat
makan yang kurang bersih dapat menyebabkan terjadinya penularan
penyakit. Penyakit tersebut dapat berupa infeksi saluran
pernafasan. Oleh karena itu perlu diupayakan agar alat makan yang
akan dipakai harus memenuhi syarat kesehatan. (Surasri,
1989).Peralatan makan yang hygenis penting untuk mencegah
pencemaran dan menjaga keamanan makanan. Semua peralatan yang
kontak dengan makan harus halus, bebas dari bopeng, retak dan
bersisik, tidak beracun, tidak berpengaruh terhadap terhadap produk
makanan dan mampu menahan gosokan berulang pada waktu
pencucian.Peralatan harus dirancang dan dibuat untuk menjaga
hygiene dan mencegah bahaya kimia dan memudahkan dalam
pembersihannya. Untuk mencegah kontaminasi kepada pada makanan,
maka semua peralatan harus dibersihkan secara rutin seperlunya dan
dilakukan desinfeksi bila diperlukan.Menurut Depkes RI (1988),
seperti dikutip dalam skripsi Patoni (1995), alat makan harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:1. Syarat bahan alat makan.
Alat makan yang kontak langsung dengan makanan tidak boleh terbuat
dari bahan-bahan yang mengandung racun.2. Syarat konstruksi alat
makan. Alat makan harus utuh (tidak cacat) dan mudah dibersihkan.3.
Syarat kebersihan. syarat kebersihan alat makan ada 2, yaitu:a.
Angka Escherichia coli harus negatif.b. Jumlah kuman maksimum 100
koloni/cm2 permukaaan alat makan.Penentuan banyaknya kuman dalam
suatu peralatan, dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana
peralatan itu tercemar untuk kuman. Dengan mengetahui jumlah kuman
pada suatu peralatan, maka kualitas peralatan dapat diketahui.
Peralatan masih dapat dikatakan memenuhi syarat kebersihan, apabila
kuman yang terdapat pada peralatan tersebut masih di bawah standart
yang ditentukan oleh suatu lembaga.Jumlah kuman pada suatu
peralatan dapat dihitung dengan berbagai cara, tetapi secara garis
besar jumlah kuman dapat dihitung dengan 2 cara, yaitu secara
langsung dan tidak langsung.Perhitungan secara langsung dapat
diketahui berapa jumlah kuman pada saat dilakukan perhitungan, dan
jumlah kuman yang dihitung adalah seluruh jumlah kuman baik yang
masih hidup maupun yang sudah mati. Sedangkan perhitungan secara
tidak langsung yaitu untuk megetahui jumlah kuman yang masih hidup,
dan perhitungan dilakukan setelah ada perlakuan terlebih dahulu
terhadap sampel. Salah satu cara perhitungan secara tidak langsung
adalah Angka Lempeng Total (ALT).Cara ALT ini mempunyai kelemahan
yaitu beberapa sel kuman yang tumbuh berdekatan hanya terhitung
satu sel, padahal kemungkinan merupakan kumpulan sel atau koloni
yang berasal dari beberapa sel. Untuk mengurangi adanya kesalahan
dalam menentukan jumlah kuman yaitu digunakan aturan yang disebut
Standart Plate Count (SPC). Dalam SPC menurut aturan-aturan antara
lain untuk memilih cawan petri pada masing-masing pengenceran yang
menunjukkan pertumbuhan koloni antara 30-300 koloni. Standart
maksimum yang digunakan alat makan adalah 100 koloni/cm2. Jika
lebih dari 100, maka melebihi ambang batas dan tidak memenuhi
syarat. Menurut Saksono, 1986 faktor-faktor yang mempengaruhi
jumlah kuman pada alat makan, yaitu:1. Bahan pencuci.2. Kualitas
air pencuci.3. Cara pencucian.4. Adanya sumber pencemaran kuman dan
arah angina.5. Kondisi ruang penyimpanan, debu di udara dan
kelembaban ruangan.6. Adanya sinar matahari langsung yang masuk ke
dalam ruang penirisan/ penyimpanan.7. Kondisi rak
penyimpanan.Penyajian makanan merupakan salah satu prinsip
darihygiene dan sanitasi makanan. Penyajian makanan yang tidak baik
dan etis, bukan saja dapat mengurangi selera makan seseorang tetapi
dapat juga menjadi penyebab kontaminasi terhadap bakteri. Beberapa
hal yang harus diperhatikan dalam penyajian makanan sesuai dengan
prinsip hygiene dan sanitasi makanan adalah sebagai berikut:1.
Prinsip wadah artinya setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah
terpisah dan diusahakan tertutup. Tujuannya adalah :a. Makanan
tidak terkontaminasi silangb. Bila satu tercemar yang lain dapat
diamankanc. Memperpanjang masa saji makanan sesuai dengan tingkat
kerawanan makanan.2. Prinsip kadar air atinya penempatan makanan
yang mengandung kadar air tinggi (kuah, susu) baru dicampur pada
saat menjelang dihidangkan untuk mencegah makanan cepat rusak.
Makanan yang disiapkan dalam kadar air tinggi (dalam kuah) lebih
mudah menjadi rusak (basi).3. Prinsipedible partartinya setiap
bahan yang disajikan dalam penyajian adalah merupakan bahan makanan
yang dapat dimakan. Hindari pemakaian bahan yang membahayakan
kesehatan seperti steples besi, tusuk gigi atau bunga plastik.4.
Prinsip Pemisahan artinya makanan yang tidak ditempatkan dalam
wadah seperti makanan dalam kotak (dus) atau rantang harus
dipisahkan setiap jenis makanan agar tidak saling bercampur.
Tujuannya agar tidak terjadi kontaminasi silang.5. Prinsip Panas
yaitu setiap penyajian yang disajikan panas, diusahakan tetap dalam
keadaan panas seperti soup, gulai, dsb. Untuk mengatur suhu perlu
diperhatikan suhu makanan sebelum ditempatkan dalamfood warmerharus
masih berada diatas 60oC. Alat terbaik untuk mempertahankan suhu
penyajian adalah dengan bean merry(bak penyaji panas)6. Prinsip
alat bersih artinya setiap peralatan yang digunakan sepeti wadah
dan tutupnya, dus, pring, gelas, mangkuk harus bersih dan dalam
kondisi baik. Bersih artinya sudah dicuci dengan cara yang
hygienis. Baik artinya utuh, tidak rusak atau cacat dan bekas
pakai. Tujuannya untuk mencegah penularan penyakit dan memberikan
penampilan yang estetis.7. Prinsiphandlingartinya setiap penanganan
makanan maupun alat makan tidak kontak langsung dengan anggota
tubuh terutama tangan dan bibir. Tujuannya adalah :a. Mencegah
pencemaran dari tubuh.b. Memberi penampilan yang sopan, baik dan
rapi
E. PROSEDUR KERJA1. ALAT DAN BAHANa. ALAT 1) Alat makan (4 buah
garpu)13) Kapas Steril (Cotton Swab)2) Botol media transport14)
Tabung reaksi steril3) Petridish steril15) Rak tabung reaksi4)
Pipet ukur steril16) Pipump5) Spatula17) Gelas ukur6) Erlenmeyer18)
Timbangan7) Coolbox19) Lampu Spirtus8) Autoclave20) Incubator9)
Coloni counter21) Waterbath10) Thermometer22) Etiket11)
Handscoon23) Korek api12) Masker24) Alat tulis
b. BAHAN1) Media Transport ( NaCl 0,9%)2) Media Nutien Agar3)
Aquadest4) Alkohol 70%5) Kapas
2. CARA KERJAa. Pembuatan Bahan1. Pembuatan NaCl 0,9% sterilPada
Botol Media Transport:Menimbang NaCl 9 gram dilarutkan dalam 10 ml
aquades.Perhitungan : x 10 = 9 gram/10ml
Pada Tabung Reaksi:Menimbang NaCl 0,486 gram dilarutkan dalam54
ml aquades.Perhitungan : x 54= 0,486 gram/54ml
Aduk, sampai larut, lalu masukkan dalam tabung reaksi sebanyak 9
ml, tutup kapas, lalu sterilkan 121oC selama 15 menit.
Aduk, sampai larut, lalu masukkan dalam botol media transport
sebanyak 10 ml, tutup, lalu sterilkan 121oC selama 15 menit.
2. Pembuatan Nutrien Agar Menimbang Nutrient Agar 1,8 gram
dilarutkan dalam 1 liter aquadesPerhitungan : x 90 = 1,8 gram /
90ml
Aduk sampai rata.Masukkan dalam erlenmeyer, tutup dengan kapas
dan alumunium foil, serta ikat dengan tali rami.
Sterilkan dalam autuclove 121oC selama 15 menit
b. Teknik Penanganan dan Pengiriman SampelMemberikan etiket pada
botol media transport dan sampel cotton swep usap alat
makan.Masukkan ke dalam plastik transparan agar etiket tidak
hilang/rusak.
Kode sampel ditulis kembali dalam formulir pengambilan sampel/
buku catatan pengambilan sampel yang berisi : (1) Kode sampel, (2)
Jenis specimen / sampel (nama alat masak/ makan, (3) Nama TPM, (4)
Tanggal dan waktu pengambilan sampel, (5) Petugas pengambil
sampel.
Pengiriman sampelusahakan dilakukan pada hari yang sama.
Masukkan k coolbox yang telah berisi es batu atau es kering.
c. Penanganan Sampel Beri Kode / etiket pada botol.
Masukkan botol sampel ke coolbox.
Segera kirim sampel ke lab untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Mensterilkan alat & orang yg akan melakukan pengambilan
sampel.
Mengambil alat makan (4 garpu) yang akan diperiksa.
Siapkan cotton swab steril, buka botol media transport (berisi
NaCl), kemudian flambir mulut botol
Masukkan cotton swab steril ke dalam botol, lalu tekan ke
dinding botol untuk membuang airnya, kemudian angkat & lakukan
usapan.
Pengusapan dilakukan pada bagian permukaan dalam & luar
dengan cara lakukan 2 usapan pada bagian kiri & kanan permukaan
garpu.Setiap bidang permukaan yang diusap dilakukan 3X
berturut-turut.
Flambir mulut botol kemudian tutup kembali
Setelah melakukan usapan pada 1 alat, cotton swab harus
dimasukkan ke media transport, diputar-putar & ditekankan ke
dinding, lalu diangkat & digunakan untuk mengusap alat
berikutnya..
Setelah semua alat makan (4 garpu) selesai diusap, cotton swab
dimasukkan ke dalam botol, lalu gunting lidinya.
d. Pemeriksaan di LaboratoriumAmbil 1 ml dari masing-masing
tabung di atas dan masukkan ke dalam petridish steril, dimulai dari
tabung kelima, dengan menggunakan pipet steril, sesuai dengan kode
pengenceran yg sama.Pindahkan 1 ml bahan dari tabung 1 ke tabung 2
dengan pipet steril. Demikian selanjutnya sampai tabung kelima,
tabung keenam tidak diisi sampel (kontrol).Mengambil 1 ml sampel
dalam botol, kemudian masukkan ke tabung 1 dengan pipet steril
sedot buang sebanyak 3 kali agar homogen.
Menyiapkan 6 buah petridish steril, lalu diberi tanda dengan
kode pengenceran, dan 1 petridish diberi tanda kontrol.Menyediakan
6 buah tabung steril dalam rak tabung. Masing-masing tabung diberi
tanda 10-1, 10-2, 10-3, 10-4,10-5, dan 1 tabung kontrol.
Tuangkan Nutrien Agar 55C sebanyak 15-20 ml ke masing-masing
petridish, putar perlahan-lahan searah jarum jam hingga merata,
dibiarkan hingga dingin dan membeku.
Masukkan ke dalam inkubator pada suhu 37C.Eramkan selama 2 X 24
jam.
e. Pembacaan hasil dan PelaporanLakukan pembacaan hasil setelah
2 X 24 jam, dengan cara menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada
petridish dengan menggunakan coloni counter.
Perhitungan hanya dilakukan pada petridish yang jumlah koloninya
antara 30-300, serta apabila jumlah koloni pada petridish kontrol
< 5
Hitung dengan menggunakan rumus :
F. HASIL 1. Luas permukaan garpu yang diusap = p x l x 2 (depan
belakang)= 4,15 cm x 2,2 cm x 2= 9,13 cm2 x= 18,26 cm22. Dari hasil
praktikum usap alat makan, setelah pemeriksaan selama 2 x 24 jam
memperoleh hasil, sebagai berikut:WaktuPengenceranKontrol
10-110-210-310-410-5
2 x 24 Jam68215211
Dari hasil praktikum diatas jumlah koloni pada petridish yang
memenuhi persyaratan 30-300 adalah pada pengenceran 10-1, sehingga
dihitung dengan rumus:Angka Kuman =
= = = 9,17 koloni/cm2
G. PEMBAHASANPada praktikum pemeriksaan usap alat makan (garpu),
bagian yang diusap bagian depan serta belakang, dan hanya bagian
yang digunakan untuk menusuk makanan saja. Luas garpu yang diusap
dihitung dengan rumus persegi panjang (panjang x lebar). Dalam
pemeriksaan ini kami menggunakan 4 buah garpu. Pada hasil
perhitungan koloni dapat terlihat bahwa semakin tinggi tingkat
pengenceran, maka jumlah koloni bakteri semakin sedikit, hal
tersebut dikarenakan bakteri yang terkandung dalam tiap 1 ml
inokulan yang dipindahkan semakin berkurang akibat pengenceran yang
dilakukan. Dan dari hasil perhitungan jumlah koloni, yang memenuhi
persyaratan angka kuman 30-300 hanya satu, yaitu pada pengenceran
10-1, dengan angka kuman 9,17 koloni/cm2.
H. KESIMPULANSetelah dilakukan praktikum pemeriksaan usap alat
makan (garpu) dan perhitungan jumlah koloni didapatkan hasil bahwa
jumlah koloni pada garpu adalah 9,17 koloni/cm2, berarti garpu
tersebut layak digunakan dan masih memenuhi persyaratan sesuai
dengan PERMENKES No. 715/MENKES/SK/V/2003 bahwa untuk persyaratan
alat makan tidak boleh terdapat bakteri lebih dari 100 koloni/cm2
permukaan alat yang diperiksa.
DAFTAR PUSTAKA
Imanueldepari. 2012. Usap Alat pada Makanan danMinuman.
https://imanueldepari.wordpress.com/2012/11/09/usap-alat-pada-makanan-dan-minuman/(Diakses
pada 10 April, Pukul 18.30 WIB)Prabu, Putra. 2009. Penyajian
Makanan (Prinsip Food
Hygiene).https://putraprabu.wordpress.com/2009/01/09/penyajian-makanan-prinsip-food-hygiene/(Diakses
pada 10 April, Pukul 18.50 WIB)SondangL.ASinurat. 2014. Usap Alat
dan Usap
Dubur.https://www.academia.edu/9512267/USAP_ALAT_DAN_USAP_DUBUR(Diakses
pada 10 April, Pukul 19.20 WIB)
Lampiran
Pengusapan alat makan dilakukan sebanyak 3x
pengulanganPengambilan media transport sebelum diusapkan ke alat
makan
Pemindahan media transport ke media pengencer
Melakukan pengenceran 10-1, 10-2, 10-3, 10-4, 10-5
Penanaman koloni pada media agar
Hasil pengenceran 10-5
Hasil pengenceran 10-4
Hasil pengenceran 10-3
Hasil pengenceran 10-2Hasil dari pengenceran 10-1Hasil setelah
diinkubasi 2 x 24 jam