Top Banner
PENDAHULUAN Minyak atsiri atau yang disebut juga dengan essential oils, etherial oils, atau volatile oils adalah salah satu komoditi yang memiliki potensi besar di Indonesia. Minyak atsiri adalah ekstrak alami dari jenis tumbuhan tertentu, baik berasal dari daun, bunga, kayu, biji-bijian bahkan putik bunga. Setidaknya ada 70 jenis minyak atsiri yang selama ini diperdagangkan di pasar internasional dan 40 jenis di antaranya dapat diproduksi di Indonesia (Lutony, Rahmayati, 2000). Meskipun banyak jenis minyak atsiri yang bisa diproduksi di Indonesia, baru sebagian kecil jenis minyak atsiri yang telah diusahakan di Indonesia. Peluang pasar komoditi minyak atsiri ini masih terbuka luas baik di dalam maupun luar negeri. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa hanya sebagian kecil jenis minyak atsiri yang telah diproduksi di Indonesia. Permintaan minyak atsiri ini pun diperkirakan terus meningkat dengan bertambahnya populasi penduduk dunia. Kegunaan minyak atsiri sangat banyak, tergantung dari jenis tumbuhan yang diambil hasil sulingnya. Minyak atsiri ini digunakan sebagai bahan baku minyak wangi, komestik dan obat-obatan. Minyak atsiri juga
40

Usaha Minyak Daun Cengkeh

Jun 26, 2015

Download

Documents

Indra Evrynaldy
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Usaha Minyak Daun Cengkeh

PENDAHULUAN

Minyak atsiri atau yang disebut juga dengan essential oils, etherial oils,

atau volatile oils adalah salah satu komoditi yang memiliki potensi besar di

Indonesia. Minyak atsiri adalah ekstrak alami dari jenis tumbuhan tertentu, baik

berasal dari daun, bunga, kayu, biji-bijian bahkan putik bunga. Setidaknya ada 70

jenis minyak atsiri yang selama ini diperdagangkan di pasar internasional dan 40

jenis di antaranya dapat diproduksi di Indonesia (Lutony, Rahmayati, 2000).

Meskipun banyak jenis minyak atsiri yang bisa diproduksi di Indonesia, baru

sebagian kecil jenis minyak atsiri yang telah diusahakan di Indonesia.

Peluang pasar komoditi minyak atsiri ini masih terbuka luas baik di dalam

maupun luar negeri. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa hanya

sebagian kecil jenis minyak atsiri yang telah diproduksi di Indonesia. Permintaan

minyak atsiri ini pun diperkirakan terus meningkat dengan bertambahnya populasi

penduduk dunia.

Kegunaan minyak atsiri sangat banyak, tergantung dari jenis tumbuhan

yang diambil hasil sulingnya. Minyak atsiri ini digunakan sebagai bahan baku

minyak wangi, komestik dan obat-obatan. Minyak atsiri juga digunakan sebagai

kandungan dalam bumbu maupun pewangi (flavour and fragrance ingredients).

Industri komestik dan minyak wangi menggunakan minyak atsiri sebagai bahan

pembuatan sabun, pasta gigi, samphoo, lotion dan parfum. Industri makanan

menggunakan minyak atsiri sebagai penyedap atau penambah cita rasa. Industri

farmasi menggunakannya sebagai obat anti nyeri, anti infeksi, pembunuh bakteri.

Fungsi minyak atsiri sebagai wewangian juga digunakan untuk menutupi bau tak

sedap bahan-bahan lain seperti obat pembasmi serangga yang diperlukan oleh

industri bahan pengawet dan bahan insektisida.

Komoditi minyak atsiri banyak dikembangkan oleh negara-negara, seperti

Amerika Serikat, Perancis, Inggris, Jepang, Jerman, Swiss, Belanda, Hongkong,

Irlandia dan Kanada. Berdasarkan estimasi yang dilakukan oleh Essential Oil

Page 2: Usaha Minyak Daun Cengkeh

Association of India dalam publikasinya yang berjudul Vasion 2005 India

Essential Oil Industry, peringkat pertama produsen minyak atsiri dunia adalah

Brasil disusul oleh Amerika Serikat dan India.

Industri pengolahan minyak atsiri di Indonesia telah muncul sejak jaman

penjajahan (Lutony, Rahmayati, 2000). Namun jika dilihat dari kualitas dan

kuantitasnya tidak mengalami banyak perubahan. Ini disebabkan karena sebagian

besar pengolahan minyak atsiri masih menggunakan teknologi

sederhana/tradisional dan umumnya memiliki kapasitas produksi yang terbatas.

Industri ini biasanya terletak di daerah pedesaan. Ada beberapa daerah di

Indonesia yang menjadi sentra industri minyak atsiri , misalnya Daerah Istimewa

Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Timur,

Daerah Istimewa Yogyakarta, Maluku, dan Nusa Tenggara Timur. Dari beberapa

jenis minyak atsiri yang dapat diproduksi di Indonesia, sebagian besar diekspor ke

berbagai negara seperti ditunjukkan pada Tabel 1.1.

Page 3: Usaha Minyak Daun Cengkeh

Tabel 1.1.

Ekspor Minyak Atsiri dengan Nilai Ekspor > 1 juta US$

No. Negara TujuanNilai (Juta US$)

1999 2000 2001

1 Amerika Serikat 11,3 12,6 18,3

2 Singapura 17,5 10,5 14,2

3 Swiss - 1 3,1

4 Perancis 3,7 3,5 3,5

5 Inggris - 3,1 3,9

6 Spanyol 2,8 1,2 1

7 Jerman - 1,1 1,3

8 Belanda 1,1 - -

9 India 1 1,4 1,5

10 Jepang , - 1

11 Lain-lain 9,1 3,8 6

Total 46,5 38,2 53,8

Sumber: BPEN, 2002

Salah satu sentra minyak atsiri di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

adalah Kabupaten Kulon Progo, tepatnya di Kecamatan Samigaluh. Di kecamatan

tersebut terdapat kelompok usaha minyak atsiri yang terdiri dari 22 (dua puluh

dua) pengusaha kecil. Sebagian besar minyak atsiri yang dihasilkan adalah

minyak daun cengkeh. Tanaman cengkeh (Eugenia caryophillata) dapat digunakan

untuk menghasilkan minyak cengkeh (clove oil), minyak tangkai cengkeh (clove

stem oil), dan minyak daun cengkeh (clove leaf oil).

Page 4: Usaha Minyak Daun Cengkeh

Gambar 1.1. Cengkeh

Minyak cengkeh merupakan hasil penyulingan serbuk bunga cengkeh

kering. Minyak atsiri jenis ini memiliki pasaran yang luas di industri farmasi,

penyedap masakan dan wewangian. Kandungan minyak cengkeh adalah eugenol

(90%), eugenil acetate, methyl n-hepthyl alcohol, benzyl alcohol, methyl

salicylate, methyl n-amyl carbinol, dan terpene caryo-phyllene. Minyak tangkai

cengkeh adalah minyak atsiri hasil penyulingan tangkai kuntum cengkeh. Jenis ini

jarang ditemukan di Kecamatan Samigaluh. Jenis minyak cengkeh yang terakhir,

minyak daun cengkeh (clove leaf oil) adalah minyak atsiri hasil sulingan daun

cengkeh kering (umumnya yang sudah gugur) dan banyak ditemukan di lokasi

survai di Kecamatan Samigaluh. Minyak daun cengkeh mulai dikembangkan pada

tahun 1960 yang digunakan untuk bahan baku obat, pewangi sabun dan deterjen.

Minyak daun cengkeh juga digunakan di industri wewangian dengan ketetapan

standar mutu tertentu yang lebih ketat.

Page 5: Usaha Minyak Daun Cengkeh

Tabel 1.2.

Standar mutu minyak daun cengkeh menurut SNI 1991

Minyak Daun Cengkeh Karakteristik

Berat Jenis pada 15oC 1,03 - 1,06

Putaran Optik (ad)����� - 1o 35

Indeks Refraksi pd 20oC (nd20) 1,52 - 1,54

Kadar eugenol

(%)��������

78 - 93 %

Minyak pelikan Negatif

Minyak lemak Negatif

Kelarutan dalam Alkohol 70% Larut dalam dua volume

Sumber : http://agribisnis.deptan.go.id

Minyak daun cengkeh berupa cairan berwarna kuning pucat sesaat setelah

disuling dan mudah berubah warna menjadi coklat atau ungu bila terkena logam

besi sehingga minyak ini lebih baik dikemas dalam botol kaca, drum aluminium

atau drum timah putih.

Alasan pemilihan jenis minyak daun cengkeh di wilayah Kecamatan

Samigaluh adalah kemudahan operasi pengolahan dan modal yang rendah.

Berdasarkan in-depth interview yang dilakukan dengan pengusaha setempat, daun

cengkeh menghasilkan minyak atsiri yang tidak terlalu keras dibandingkan

tangkai bunga cengkeh sehingga ketel yang digunakan tidak cepat rusak dan dapat

menggunakan hanya satu ketel saja (bahan baku dan air dalam satu ketel)

sehingga harganya lebih murah. Berbeda dengan minyak nilam yang memerlukan

dua ketel terpisah, yang berisi air dan daun nilam dalam ketel terpisah, untuk

menghasilkan minyak nilam dengan kualitas yang diinginkan. Saat ini, kualitas

untuk minyak daun cengkeh tidak telalu ketat diberlakukan oleh pengusaha

pengumpul yang membeli hasil penyulingan. Ini menyebabkan proses produksi

minyak daun cengkeh tidak terlalu sulit.

Page 6: Usaha Minyak Daun Cengkeh

Perhatian pemerintah daerah terhadap industri minyak daun cengkeh

cukup baik. Pemerintah melalui Departemen Pertanian telah memberikan

pelatihan-pelatihan mengenai pengembangan usaha minyak atsiri termasuk

minyak daun cengkeh untuk meningkatkan daya saing minyak atsiri melalui

peningkatan mutu, harga yang kompetitif dan keberlanjutan suplai melalui

pembinaan yang terintegrasi oleh instansi terkait.

Saat ini sedang dipertimbangkan pembangunan industri pengolahan yang

menggunakan bahan baku minyak atsiri di lingkup regional Kabupaten Kulon

Progo agar masyarakat dan pemerintah dapat menikmati nilai tambah yang lebih

besar dari pengolahan minyak atsiri. Jika minyak atsiri dapat diolah di wilayah

lokal, para pengusaha minyak atsiri tidak perlu menjual produknya ke luar daerah.

Selain bantuan teknis, Pemerintah Daerah Kabupaten Kulon Progo juga

telah memberikan pinjaman berupa penguatan modal melalui PT. Bank

Pembangunan Daerah Yogyakarta (selanjutnya disebut BPD) sebagai bentuk

perhatian pemerintah daerah terhadap potensi usaha minyak atsiri di wilayahnya.

Pembuatan peta pewilayahan untuk usaha pengolahan minyak atsiri juga

bermanfaat untuk memberikan informasi keberadaan usaha minyak atsiri yang

umumnya terdapat di pedesaan dan berskala kecil. Pemerintah juga berusaha

untuk menyediakan data dan informasi mutakhir yang akurat mengenai produksi,

kebutuhan pasar, kecenderungan pasar dan informasi harga minyak atsiri.

Industri minyak daun cengkeh ini tidak saja memproduksi minyak daun

cengkeh sebagai komoditas ekspor yang menghasilkan devisa, tetapi juga

menyerap tenaga kerja yang cukup banyak. Setiap unit usaha dapat menyerap

tenaga kerja rata-rata 6 orang di unit penyulingannya dan seratus orang lebih

sebagai tenaga pencari (pengumpul) daun cengkeh. Pekerjaan

memungut/mengumpulkan daun cengkeh ini pada umumnya merupakan

pekerjaan sambilan dan hasilnya dapat dijual dengan harga berkisar Rp 200-Rp

350/kg. Tingkat harga sangat tergantung pada musim. Pada saat banyak daun

cengkeh kering yang gugur, harga akan turun dan sebaliknya.

Page 7: Usaha Minyak Daun Cengkeh

Walaupun pada pengolahan minyak daun cengkeh sendiri penyerapan

tenaga kerja relatif sedikit, namun setidaknya dapat memberikan kesempatan kerja

bagi para pemuda yang sebelumnya tidak produktif. Di wilayah Kulon Progo,

para pekerja usaha minyak daun cengkeh ini dibayar secara borongan (pekerja

tidak tetap) dengan sistem bergilir (shift). Setidaknya dibutuhkan 3 orang pekerja

untuk satu kali suling dengan satu ketel.

Usaha minyak daun cengkeh tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.

Sisa daun yang telah disuling dapat dikeringkan dan digunakan sebagai bahan

bakar dan abunya dapat digunakan sebagai pupuk. Sisa air limbah yang sudah

dipisahkan secara sempurna dengan minyak daun cengkeh tidak menimbulkan

kerusakan lingkungan. Sampai saat ini, polusi udara berupa asap yang

ditimbulkan pada saat proses penyulingan sama sekali tidak dikeluhkan oleh

warga sekitar lokasi penyulingan.

Usaha penyulingan minyak daun cengkeh menggunakan modal yang

sebagian dapat diperoleh dari bank berupa pinjaman modal, baik modal investasi

maupun modal kerja. Untuk PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk

(selanjutnya disebut Bank BRI) di tingkat Kantor Unit, modal yang dapat

diberikan adalah 25 juta rupiah ke bawah sedangkan keputusan pemberian kredit

di atas 25 juta rupiah ditentukan oleh kantor cabang. Plafon dana yang berasal dari

dana nasabah sendiri untuk modal investasi + 30% sedangkan untuk modal kerja +

50%.Tingkat bunga yang diberlakukan adalah tingkat bunga flat sebesar 18% per

tahun.

Page 8: Usaha Minyak Daun Cengkeh

PROFIL USAHA

Usaha minyak daun cengkeh adalah salah satu jenis minyak atsiri yang

dapat dihasilkan dari tanaman cengkeh yang diperoleh melalui proses distilasi

atau proses penyulingan daun cengkeh kering. Usaha ini relatif tidak memerlukan

modal yang besar. Bahan baku utama untuk menghasilkan minyak daun cengkeh

adalah daun cengkeh kering. Daun cengkeh kering relatif mudah diperoleh pada

musim kemarau karena perkebunan cengkeh di wilayah Kulon Progo dan

sekitarnya cukup banyak.

Lokasi penyulingan sebaiknya dekat dengan sumber bahan baku atau

setidaknya memiliki akses yang mudah untuk penyediaan bahan baku dan dekat

dengan sumber air. Sumber air yang melimpah seperti di Kulon Progo

memudahkan para penyuling memperoleh air untuk proses penyulingan dan

terutama pada proses pendinginan atau kondensasi.

Di Kecamatan Samigaluh, Kulon Progo terdapat 22 pengusaha minyak

atsiri yang tergabung dalam kelompok pengusaha penyulingan minyak atsiri.

Sebagian besar dari mereka menghasilkan minyak daun cengkeh sedangkan

penyulingan tangkai atau putik cengkeh hanya dilakukan jika ada pesanan khusus

dari pembeli. Minyak dari tangkai cengkeh memiliki sifat yang lebih keras

sehingga mudah merusak lapisan ketel yang digunakan untuk menyuling. Pesanan

dalam jumlah besar pada waktu tertentu kadang dapat dilakukan secara

berkelompok. Dari 22 pengusaha minyak atsiri di lokasi survai, hanya satu

pengusaha yang menghasilkan minyak atsiri jenis lain, yaitu minyak nilam. Modal

untuk usaha minyak nilam ini relatif lebih besar karena ketel yang digunakan

lebih baik dan lebih mahal. Khusus untuk minyak nilam ini memang sudah

memiliki standar yang baku. Secara umum, teknologi yang digunakan tetap sama.

Perbedaannya hanya pada pemisahan tangki air dan tangki bahan baku dan jenis

bahan ketel yang lebih baik untuk menjaga mutu.

Page 9: Usaha Minyak Daun Cengkeh

Ketersediaan bahan baku untuk daun cengkeh bersifat musiman, yaitu

kurang lebih enam bulan kerja dalam setahun. Pada saat musim kemarau daun

cengkeh gugur dan kering, barulah penyulingan dapat dilakukan. Berbeda dengan

penyulingan minyak nilam yang dapat dilaksanakan sepanjang tahun.

Page 10: Usaha Minyak Daun Cengkeh

ASPEK PRODUKSI

Lokasi Usaha

Minyak atsiri dapat diproduksi dengan berberapa cara, seperti

penyulingan, ekstraksi dengan menggunakan pelarut dan metode pengempaan.

Cara yang umum digunakan pengusaha kecil adalah dengan proses penyulingan

atau hidrodestilasi yang relatif lebih murah dan menggunakan peralatan yang

sederhana.

Penentuan lokasi usaha sangat berpengaruh terhadap keberlangsungan

hidup suatu usaha. Semakin dekat lokasi usaha dengan sumber bahan baku atau

input-input lainnya, maka usaha tersebut memiliki peluang yang lebih besar untuk

hidup dan memperoleh profit yang lebih besar karena biaya transportasi dapat

ditekan serendah mungkin. Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh usaha

pengolahan minyak daun cengkeh agar dapat berkelanjutan. Pertama, lokasi usaha

yang berdekatan dengan lokasi sumber bahan baku. Dekat dalam hal ini berarti

mudah untuk memperoleh bahan baku dengan harga yang normal (tidak terlalu

mahal karena biaya transportasi yang tinggi).

Kedua, dekat dengan sumber air. Air merupakan bahan input yang

dibutuhkan dalam jumlah besar untuk usaha pengolahan minyak daun cengkeh.

Air tersebut berfungsi sebagai pendingin pada proses kondensasi dari uap menjadi

cair yang terdiri dari minyak daun cengkeh dan air. Di daerah pedesaan tertentu,

seperti Kecamatan Samigaluh, memiliki keuntungan dalam hal ini. Air melimpah

dan mudah untuk dimanfaatkan dalam proses produksi.

Ketiga, kemudahan memperoleh bahan bakar. Ketersediaan bahan bakar

harus cukup. Dalam penyulingan minyak daun cengkeh secara umum pembakaran

(pemanasan) harus terus menerus dan tetap agar mutu hasil terjaga. Minyak daun

cengkeh juga memiliki keuntungan yang dapat menghemat biaya bahan bakar.

Proses pengolahan dapat menggunakan bahan bakar berupa limbah daun yang

telah disuling sebelumnya dengan dikeringkan terlebih dahulu. Berdasarkan

Page 11: Usaha Minyak Daun Cengkeh

pengalaman para pengolah minyak daun cengkeh di Kecamatan Samigaluh, Kulon

Progo, jumlah sisa daun sudah cukup untuk bahan bakar pengolahan berikutnya

sehingga tidak perlu membeli bahan bakar tambahan seperti kayu bakar atau

lainnya.

Fasilitas Produksi dan Peralatan

Ada beberapa alat dan peralatan produksi yang diperlukan dalam proses

pengolahan minyak daun cengkeh. Fasilitas produksi yang utama adalah ketel dari

platbesi (plateser), tungku (Gambar 4.1) dan kondensor (Gambar 4.2.).

Gambar 4.1. Ketel dan Tungku Suling

Kondensor berupa kolam yang di dalamnya terendam pipa dengan bentuk

spiral atau pipa baja biasa yang dibentuk melingkar. Kolam pendingin yang

digunakan oleh salah seorang responden seperti tampak pada Gambar 4.2. Kolam

terdiri dari dua buah kolam dengan posisi yang berdekatan agar pipa yang

digunakan tidak terlalu panjang. Peralatan lain yang diperlukan berupa 4 drum

plastik berukuran 200 liter untuk menampung minyak daun cengkeh, garu,

sendok, 5 jerigen, corong minyak, dan kain penyaring.

Page 12: Usaha Minyak Daun Cengkeh

Gambar 4.2. Kolam Pendingin

Bahan Baku

Bahan baku utama yang digunakan pada minyak daun cengkeh adalah

daun cengkeh kering yang sudah gugur. Ini menyebabkan usaha minyak daun

cengkeh bersifat musiman karena sangat tergantung pada ketersediaan bahan

baku. Pada musim kemarau ketersediaan bahan baku melimpah dan sebaliknya

pada musim penghujan terjadi kekurangan suplai bahan baku. Beberapa

pengusaha pengolahan minyak daun cengkeh mengantisipasinya dengan

menyimpan sebagian hasil produksinya untuk dijual pada saat mereka tidak dapat

melakukan proses produksi dengan harga yang lebih baik. Pada umumnya, proses

produksi dapat dilakukan 5-6 bulan dalam satu tahun.

Gambar 4.3. Daun Cengkeh Kering yang Siap Diproses

Page 13: Usaha Minyak Daun Cengkeh

Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang diperlukan dalam proses produksi relatif tidak terlalu

banyak. Tenaga untuk proses produksi hanya membutuhkan 3 orang per proses

penyulingan. Jika dalam 1 hari pengusaha melakukan 2 kali proses penyulingan

maka diperlukan 6 orang pekerja tidak tetap per hari per ketel (diasumsikan

pengusaha memiliki dua buah ketel). Para pekerja tersebut biasanya dibayar

secara borongan untuk satu kali proses penyulingan. Proses penyulingan tersebut

membutuhkan waktu antara 6 sampai 8 jam dan dalam satu hari dapat dilakukan 2

hingga 3 kali penyulingan per ketel.

Teknologi

Teknologi yang digunakan dalam proses produksi pengolahan minyak

daun cengkeh ini termasuk teknologi sederhana atau tradisional. Proses yang

umum digunakan adalah penyulingan dengan uap air.

Gambar 4.4. Penyulingan Sederhana

Proses penyulingan dilakukan dengan memanaskan bahan baku dan air

yang dimasukkan dalam ketel seperti tampak pada Gambar 4.4 yang kemudian

dipanaskan. Proses pemanasan dapat menggunakan bahan bakar berupa limbah

daun yang disuling sebelumnya. Uap air dan uap minyak daun cengkeh akan

mengalir melalui pipa masuk ke dalam kondensor. Kondensor tersebut dapat

Page 14: Usaha Minyak Daun Cengkeh

berupa kolam seperti tampak pada Gambar 4.2. Semakin lama uap minyak daun

cengkeh dan uap air berada dalam kolam pendingin, semakin baik proses

kondensasi yang terjadi. Biasanya para penyuling di pedesaan menggunakan 2

kolam pendingin untuk proses kondensasi ini. Air kolam harus terus dijaga agar

tetap berada pada suhu yang dingin. Kondensasi mengubah uap air dan uap

minyak daun cengkeh menjadi bentuk cair berupa minyak daun cengkeh dan air

yang ditampung dalam drum.

Gambar 4.5. Drum Penampung Hasil Proses Penyulingan

Metode penyulingan dengan menggunakan uap air memiliki kelebihan

tersendiri. Penyulingan dengan air dan uap ini relatif murah atau ekonomis. Biaya

yang diperlukan relatif rendah dengan rendemen minyak daun cengkeh yang

memadai dan masih memenuhi standar mutu yang diinginkan konsumen.

Kelemahan utamanya adalah kecepatan penyulingan yang rendah.

Page 15: Usaha Minyak Daun Cengkeh

Proses Produksi

1. Penyiapan Bahan Baku

Daun cengkeh yang digunakan merupakan daun yang sudah gugur, kering,

masih utuh dan bersih.

2. Penyulingan

Penyulingan dengan menggunakan uap air adalah cara yang paling banyak

digunakan. Cara ini hanya cocok untuk jenis minyak atsiri yang tidak

rusak oleh panas uap air. Salah satunya adalah minyak daun cengkeh.

Bahan baku diletakkan terpisah dengan air (Gambar 4.4). Untuk

memudahkan proses penguapan, bagian ketel untuk bahan baku harus

diberi ruang yang cukup. Bahan tidak boleh dipadatkan. Setelah siap, ketel

ditutup dan kemudian dipanaskan selama 5-7 jam. Uap air dan uap minyak

daun cengkeh dicairkan dengan mengalirkan pipa melingkar ke dalam

kolam pendingin (kondensor). Suhu udara sangat berpengaruh pada suhu

air. Pipa yang berada di dalam kolam pendingin kurang lebih memiliki

panjang 10 meter. Semakin panjang pipa yang digunakan, semakin baik

proses kondensasi yang terjadi. Di Samigaluh, seringkali pipa yang

digunakan berbentuk memanjang, tidak melingkar (spiral) karena harganya

yang relatif lebih murah. Pipa tidak boleh bocor dan suhu air harus dijaga

untuk selalu tetap dingin agar proses kondensasi dapat berlangsung dengan

baik. Hasil sulingan minyak daun cengkeh dan air dialirkan ke dalam

tempat berupa drum yang sudah disediakan. Setelah proses penyulingan

selama kurang lebih 7 jam, hasil proses penyulingan didiamkan beberapa

saat sehingga air dan minyak daun cengkeh terpisah. Minyak daun

cengkeh berada di bawah air karena memiliki berat jenis yang lebih besar.

Air dan minyak daun cengkeh dapat dipisahkan dengan sejenis kain

khusus atau dipisahkan secara manual. Sisa air yang telah dipisahkan

Page 16: Usaha Minyak Daun Cengkeh

masih mengandung minyak daun cengkeh dan masih dapat dipisahkan lagi

setelah beberapa lama.

Jumlah, Jenis dan Mutu Produksi

Hasil penyulingan 1,3 ton daun cengkeh kira-kira akan menghasilkan 35

kg minyak daun cengkeh. Jika dalam sehari dapat dilakukan 2 kali penyulingan,

maka satu ketel dapat menghasilkan 70 kg minyak daun cengkeh per hari.

Minyak daun cengkeh dapat dibedakan berdasarkan mutunya. Mutu

minyak daun cengkeh dipengaruhi setidaknya oleh 3 hal. Pertama, pemilihan

bahan baku. Daun cengkeh yang kering, bersih dan tidak tercampur bahan-bahan

lain akan menghasilkan minyak sesuai dengan yang diinginkan. Kedua, proses

produksi. Mutu minyak daun cengkeh dipengaruhi oleh kondisi peralatan yang

digunakan dan waktu proses penyulingan. Ketel dengan bahan anti karat akan

menghasilkan minyak daun cengkeh yang lebih baik dibandingkan penyulingan

dengan menggunakan ketel yang terbuat dari besi plat biasa, apalagi dengan

menggunakan drum-drum kaleng biasa. Waktu penyulingan yang lebih singkat

juga mempengaruhi kualitas minyak daun cengkeh yang dihasilkan. Ketiga,

penanganan hasil produksi. Minyak daun cengkeh yang seharusnya ditampung

dan disimpan dalam kemasan dari bahan gelas, plastik atau bahan anti karat

lainnya akan menurun kualitasnya jika hanya disimpan dalam kemasan dari logam

berkarat. Minyak daun cengkeh mudah beroksidasi dengan bahan logam.

Produksi Optimum

Produksi minyak daun cengkeh yang optimum tergantung pada kapasitas

ketel yang digunakan. Ketel dengan kapasitas 1,3 ton daun cengkeh dapat

menghasilkan kurang lebih 35 kg minyak daun cengkeh. Dengan menggunakan

dua ketel dan dua kali proses suling per ketel maka dalam sehari dapat dihasilkan

minyak daun cengkeh sebanyak 1,4 kwintal.

Page 17: Usaha Minyak Daun Cengkeh

Kendala Produksi

Kendala produksi utama yang dihadapi oleh pengusaha minyak daun

cengkeh ini terutama terkait dengan pengadaan bahan baku yang bersifat

musiman. Ketersediaan bahan baku daun cengkeh sangat tergantung pada musim.

Pada musim penghujan, pasokan bahan baku bisa dikatakan tidak ada sehingga

para pengusaha tidak berproduksi. Hambatan yang kedua adalah kapasitas

produksi yang masih sangat terbatas. Seringkali pengusaha kecil penyulingan

minyak daun cengkeh di pedesaan tidak dapat memenuhi permintaan konsumen

dalam jumlah besar pada waktu tertentu.

Page 18: Usaha Minyak Daun Cengkeh

ASPEK PEMASARAN

Pasar

Dalam aspek pemasaran akan dibahas aspek pasar dan pemasaran yang

terkait dengan permintaan, penawaran, harga, persaingan dan pemasaran minyak

daun cengkeh.

1. Permintaan

Minyak daun cengkeh memiliki pasar yang sangat luas terutama di pasar

internasional. Di wilayah Kulon Progo, permintaan minyak daun cengkeh oleh

pedagang pengumpul, yaitu PT. Djasula Wangi di Solo, CV. Indaroma di

Yogyakarta, dan PT. Prodexco di Semarang. Dari informasi yang terakhir

dikumpulkan, permintaan minyak daun cengkeh selalu meningkat dan sering

terjadi kelebihan permintaan yang tidak dapat dipenuhi oleh kapasitas produksi

industri kecil minyak daun cengkeh yang terbatas. Permintaan dalam jumlah besar

untuk waktu yang singkat biasanya diusahakan secara berkelompok.

Tabel 3.1. Ekspor Minyak Daun Cengkeh

Tahun Volume(ton) Nilai (ribu US$)

1986 1.093 3.348

1987 1.047 2.675

1988 646 1.455

1989 651 1.398

1990 707 1.660

1991 758 2.098

1992 n.a n.a

1993 n.a n.a

1994 622 1.905

1995 370 1.571

Sumber: BPS, beberapa tahun

Page 19: Usaha Minyak Daun Cengkeh

Pemanfaatan minyak cengkeh, untuk dunia industri memang cukup luas.

terutama untuk keperluan industri farmasi atau obat- obatan. Begitu juga untuk

industri parfum, yang merupakan campuran utama untuk Geranium, Bergamot,

Caraway, Cassie dan bahan untuk pembuatan vanillin sintetis sebagai bahan baku

industri makanan dan minuman. Sebagian besar hasil produksi minyak daun

cengkeh diekspor ke luar negeri seperti yang telah ditunjukkan pada Tabel 1.1.

Perkembangan permintaan ekspor minyak daun cengkeh Indonesia mengalami

pasang surut seperti ditunjukkan pada Tabel 3.1

2. Penawaran

Dari segi penawaran, suplai minyak daun cengkeh relatif masih kurang.

Masih diperlukan tambahan produksi untuk memenuhi permintaan pasar. Selain

Kabupaten Kulon Progo, sentra produksi pengolahan minyak daun cengkeh juga

terdapat di Kabupaten Blitar dan Trenggalek. Produksi minyak daun cengkeh dari

daerah Blitar cukup besar, dengan rata-rata setiap tahunnya mencapai 80 ton.

Berdasarkan data Dinas Perindustrian Pertambangan dan Perdagangan

(Disperindag) Kabupaten Blitar, produksi rata-rata 80 ton per tahun itu hanya

dihasilkan oleh 5 unit industri yang semuanya tergolong industri kecil. Sentra

produksinya berada di wilayah Kecamatan Doko. (http://www.kabblitar.go.id).

Potensi usaha minyak daun cengkeh masih sangat luas di Indonesia

terutama di daerah-daerah yang dekat dengan sumber bahan baku. Saat ini,

cengkeh telah dibudidayakan di hampir seluruh wilayah Indonesia (Harris, 1990)

sehingga potensi untuk mendirikan usaha pengolahan minyak daun cengkeh

sangatlah besar.

3. Analisis Persaingan dan Peluang Pasar

Tingkat persaingan minyak daun cengkeh Indonesia di pasar internasional

terutama ditentukan oleh kualitas minyak daun cengkeh yang dihasilkan Indonesia

dan negara-negara pesaing, seperti Madagaskar, Tanzania dan Srilanka. Negara

penghasil minyak atsiri bukan hanya berasal dari negara-negara berkembang saja,

Page 20: Usaha Minyak Daun Cengkeh

seperti Cina, Brasil, Indonesia, India, Argentina dan Meksiko melainkan juga

negara maju, seperti Amerika Serikat, Perancis, Jerman, Italia, dan Inggris.

Perbedaannya, negara-negara berkembang lebih banyak memproduksi minyak

atsiri menjadi bahan setengah jadi dan kemudian mengekspornya ke negara maju.

Lain halnya yang dilakukan oleh negara maju. Meskipun mereka mengimpor

bahan setengah jadi dari negara berkembang untuk diolah menjadi barang jadi,

mereka mengekspornya sebagian kembali ke negara-negara lain termasuk negara

berkembang dalam bentuk barang jadi dengan nilai tambah yang lebih tinggi.

Namun demikian, peluang pasar minyak daun cengkeh masih terbuka luas

terutama di pasar dunia yang volume permintaannya terus meningkat (lihat Tabel

1.1)

Pemasaran

Pemasaran minyak daun cengkeh dapat melalui para pedagang pengumpul

maupun langsung ke pihak produsen barang jadi yang membutuhkan. Namun

pada umumnya jalur penjualan ke pedagang pengumpul relatif lebih mudah.

Harga yang ada di pasar perdagangan minyak daun cengkeh dalam negeri juga

relatif stabil.

1. Harga

Harga minyak daun cengkeh relatif stabil pada tahun 2002 dan 2003. Pada

awal tahun 2002 harga minyak daun cengkeh mencapai Rp 29.500,- dan pada

tahun 2003 berfluktuasi antara Rp 23.000,- sampai Rp 25.000,- per kilogram.

Harga tersebut juga cenderung stabil hingga memasuki tahun 2004. Fluktuasi

harga minyak daun cengkeh sedikit banyak juga dipengaruhi oleh fluktuasi nilai

rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Pada saat krisis tahun 1997, harga minyak

daun cengkeh bisa mencapai Rp 57.000,- per kilogram (data primer). Berdasarkan

data primer lapangan yang diperoleh, para pengusaha minyak daun cengkeh

memperkirakan harga untuk kondisi breakeven point (BEP) atau impas adalah

Page 21: Usaha Minyak Daun Cengkeh

sekitar Rp 20.000,- per kilogram. Dengan melihat selisih harga pada kondisi BEP

dengan harga jual di pasar, maka usaha ini cukup menjanjikan.

2. Jalur Pemasaran

Secara umum, jalur pemasaran minyak daun cengkeh tidak berbeda

dengan komoditi pertanian lainnya. Di pemasaran dalam negeri, produsen menjual

produk ke pedagang pengumpul atau agen eksportir. Barulah kemudian produk

tersebut sampai ke tangan eksportir. Seperti telah disebutkan sebelumnya,

sebagian besar perdagangan minyak daun cengkeh adalah untuk ekspor.

Pada praktiknya, keadaan pasar sering dipengaruhi oleh orang yang

pertama kali melakukan proses transaksi. Ada beberapa situasi pemasaran yang

terjadi. Pertama, pihak produsen langsung menjual produk ke tengkulak,

pedagang perantara, atau agen eksportir. Dalam hal ini, produsen memiliki posisi

tawar yang lemah. Harga lebih banyak dipengaruhi oleh pembeli. Situasi kedua,

pihak pembeli yang mencari produsen. Pada situasi ini, produsen dapat

memperoleh harga yang relatif lebih baik. Hal ini seringkali terjadi, terbukti

dengan adanya pemesanan dengan uang muka terlebih dahulu oleh pembeli

kepada produsen sementara minyak daun cengkeh masih pada proses produksi.

Jalur pemasaran minyak daun cengkeh dari pengusaha pengolahan

sebagian besar ditampung terlebih dahulu oleh para pengumpul. Dari survai di

wilayah Kulon Progo, setidaknya ada tiga perusahaan pengumpul yang cukup

besar, yaitu PT Djasula Wangi di Solo, CV Indaroma di Yogyakarta, dan PT

Prodexco di Semarang.

Untuk jalur pemasaran luar negeri ada beberapa pihak yang mungkin

terlibat, yaitu pemakai (end-user), broker murni, broker merangkap trader, dan

pedagang (trader). Jalur perdagangan minyak daun cengkeh dapat digambarkan

sebagaimana terdapat pada Gambar 3.1. Pemasaran tersebut juga dapat menjadi

lebih pendek. Produsen menjual minyak daun cengkeh pada pedagang kecil dan

Page 22: Usaha Minyak Daun Cengkeh

pedagang besar dan kedua jenis pedagang tersebut langsung menjualnya pada

eksportir, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.1 bagian bawah.

Gambar 3.1. Jalur Pemasaran Minyak Daun Cengkeh

3. Kendala Pemasaran

Kendala pemasaran yang utama pada minyak daun cengkeh ini adalah

mata rantai perdagangan yang cukup panjang. Para pengusaha pengolahan minyak

daun cengkeh masih mengalami kesulitan untuk memasok langsung ke eksportir

atau end-user. Akibat panjangnya rantai perdagangan ini adalah ketidakseragaman

mutu yang ditetapkan. Faktor yang harus diperhatikan dalam upaya pemasaran

minyak daun cengkeh, terutama untuk tujuan ekspor adalah dengan

memperhatikan kualitas, harga yang kompetitif dan keberlangsungan produksi.

Secara umum, kendala pemasaran minyak daun cengkeh disebabkan oleh tiga hal,

yaitu:

Page 23: Usaha Minyak Daun Cengkeh

1. mutu yang rendah karena sifat usaha penyulingan minyak daun cengkeh

yang umumnya berbentuk usaha kecil dengan berbagai keterbatasan modal

dan teknologi,

2. pemasaran dalam negeri masih bersifat buyer market (harga ditentukan

pembeli) karena lemahnya posisi tawar pengusaha pengolah, dan

3. harga yang berfluktuasi (dalam dan luar negeri) akibat tidak terkendalinya

produksi dalam negeri dan persaingan negara sesama produsen.

Page 24: Usaha Minyak Daun Cengkeh

ASPEK SOSIAL EKONOMI

Usaha penyulingan minyak daun cengkeh merupakan merupakan komoditi

yang dapat diunggulkan di pasar internasional. Meskipun kontribusinya relatif

rendah dibandingkan komoditi yang lain, namun setidaknya ekspor minyak daun

cengkeh ini telah memberikan pemasukan devisa di atas satu juta dolar per tahun

sejak tahun 1988. Rendahnya nilai ekspor ini disebabkan karena rendahnya hasil

produksi yang sangat dipengaruhi oleh musim. Dari sisi permintaan, permintaan

minyak daun cengkeh masih tinggi sehingga peluang untuk mengembangkan dan

membuka usaha penyulingan minyak daun cengkeh di daerah lain di Indonesia

masih memiliki potensi pasar yang terbuka luas.

Dari aspek ketenagakerjaan, usaha penyulingan minyak daun cengkeh ini

tidak menyerap jumlah tenaga kerja yang banyak. Tetapi memiliki pengaruh ke

belakang (backward effect) setidaknya pada usaha pembuatan peralatan dan petani

cengkeh yang menjadi pemasok bahan baku. Usaha ini pun memiliki nilai tambah

yang tinggi.

Penyerapan tenaga kerja dari usaha ini dapat dirasakan oleh masyarakat

sekitar di pedesaan yang umumnya petani dan memiliki dampak langsung

terhadap peningkatan pendapatan dan ekonomi mereka. Dengan berkurangnya

pengangguran secara langsung akan berdampak pada kondisi sosial masyarakat

seperti penurunan tingkat kriminalitas.

Page 25: Usaha Minyak Daun Cengkeh

ASPEK DAMPAK LINGKUNGAN

Usaha pengolahan minyak daun cengkeh menghasilkan limbah cair yang

tidak berbahaya dan dapat ditoleransi lingkungan. Limbah cair tersebut adalah air

sisa penyulingan. Jika proses pemisahan air dan minyak daun cengkeh

berlangsung dengan sempurna, maka air yang tersisa tidak berdampak buruk pada

lingkungan. Limbah padat yang lain adalah abu daun kering sisa pembakaran

yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk. Secara umum, usaha penyulingan

minyak daun cengkeh ini termasuk usaha yang ramah lingkungan.

Page 26: Usaha Minyak Daun Cengkeh

KESIMPULAN

1. Usaha penyulingan minyak daun cengkeh pada umumnya dilakukan di

wilayah pedesaan dengan teknologi sederhana dan berskala kecil.

2. Usaha minyak daun cengkeh memiliki masa depan yang cerah. Peluang

pasar komoditas minyak daun cengkeh, terutama untuk ekspor masih

terbuka, sehingga secara langsung memberikan peluang bagi

pengembangan dan peningkatan produksi minyak daun cengkeh.

3. Berdasarkan kondisi alam di Indonesia, potensi usaha penyulingan minyak

daun cengkeh dapat dilakukan di banyak wilayah di Indonesia terutama di

wilayah pedesaan dengan sumber air yang cukup.

4. Salah satu kendala utama yang dihadapi oleh para pengusaha penyulingan

minyak daun cengkeh adalah masalah bahan baku yang sangat tergantung

pada musim. Bahan baku berupa daun cengkeh kering hanya tersedia pada

musim kemarau.

5. Di daerah survai, terdapat dua macam pola pembiayaan usaha yaitu

pembiayaan pemerintah daerah dan pembiayaan bank. Dari pemerintah

daerah, terdapat program penguatan modal usaha kecil yang berupa kredit

melalui BPD dengan bunga yang lebih rendah. Pembiayaan melalui bank

dilaksanakan oleh Kantor Bank BRI Unit Samigaluh melalui pendekatan-

pendekatan yang sifatnya personal.

6. Munculnya usaha penyulingan minyak atsiri memberikan peluang kerja

bagi masyarakat setempat, baik untuk pengusaha maupun para pekerjanya,

sehingga dapat meningkatkan taraf hidupnya.

7. Usaha penyulingan daun cengkeh tidak menimbulkan pencemaran dan

tidak menghasilkan limbah yang berbahaya. Limbah berupa abu daun

cengkeh bahkan dapat digunakan sebagai pupuk.

Page 27: Usaha Minyak Daun Cengkeh

PENUTUP

Usaha minyak daun cengkeh di pedesaan masih dapat dikembangkan lagi

di wilayah lain di Indonesia, terutama yang dekat dengan sumber bahan baku.

Untuk memperbaiki mutu minyak daun cengkeh, yang sangat penting

dalam persaingan di masa yang akan datang, pengusaha perlu membekali diri

dengan pengetahuan yang memadai mengenai minyak daun cengkeh dari

pengolahan sampai pengemasannya.

Faktor yang harus diperhatikan dalam dalam upaya pemasaran minyak

daun cengkeh, terutama untuk tujuan ekspor adalah dengan memperhatikan

kualitas, harga yang kompetitif dan keberlangsungan produksi.

Secara finansial dan dari kondisi di lapangan, usaha penyulingan minyak

daun cengkeh ini layak untuk dibiayai. Namun, pihak bank tetap harus

memberikan kredit berdasarkan analisis usaha yang komprehensif berdasarkan

prinsip kehati-hatian.

Page 28: Usaha Minyak Daun Cengkeh

MAKALAH TATANIAGA PERTANIAN

USAHA MINYAK DAUN CENGKEH

( CLOVE LEAF OIL )

DISUSUN OLEH :

INDRA EVRYNALDY

08 / 12821 / EP

INSTITUT PERTANIAN STIPER

YOGYAKARTA

2010