Top Banner
URETEROLITHIASIS I. LAPORAN KASUS Nama Pasien / Umur : Ny.N / 30 tahun No. Rekam Medik : 629779 Perawatan Bagian : Palem Atas A. Anamnesis : Keluhan Utama : Nyeri Pinggang sebelah kiri Riwayat Penyakit Sekarang : Nyeri pinggang sebelah kiri, dialami sejak 3 tahun yang lalu, memberat dalam 1 bulan terakhir. Nyeri dirasakan hilang timbul terutama saat beraktivitas. Nyeri pinggang terlokalisir di pinggang kiri, tidak menjalar. Pasien juga mengeluh nyeri saat berkemih sejak 1 bulan terakhir. BAK sedikit-sedikit berwarna keruh dan berpasir. Pasien juga mengeluh sering tidak tuntas saat BAK, Pancaran miksi melemah. Riwayat Penyakit dahulu: -Riwayat nyeri pinggang sejak 3 tahun yang lalu -Riwayat DM disangkal 1
40

URETEROLITHIASIS Radiologi

Jan 01, 2016

Download

Documents

Referat
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: URETEROLITHIASIS Radiologi

URETEROLITHIASIS

I. LAPORAN KASUS

Nama Pasien / Umur : Ny.N / 30 tahun

No. Rekam Medik : 629779

Perawatan Bagian : Palem Atas

A. Anamnesis :

Keluhan Utama : Nyeri Pinggang sebelah kiri

Riwayat Penyakit Sekarang :

Nyeri pinggang sebelah kiri, dialami sejak 3 tahun yang lalu, memberat

dalam 1 bulan terakhir. Nyeri dirasakan hilang timbul terutama saat

beraktivitas. Nyeri pinggang terlokalisir di pinggang kiri, tidak

menjalar. Pasien juga mengeluh nyeri saat berkemih sejak 1 bulan

terakhir. BAK sedikit-sedikit berwarna keruh dan berpasir. Pasien juga

mengeluh sering tidak tuntas saat BAK, Pancaran miksi melemah.

Riwayat Penyakit dahulu:

-Riwayat nyeri pinggang sejak 3 tahun yang lalu

-Riwayat DM disangkal

-Riwayat Hipertensi tidak diketahui

-Riwayat Stroke disangkal

-Riwayat Asma, Alergi disangkal

Riwayat Penyakit keluarga : (-)

1

Page 2: URETEROLITHIASIS Radiologi

B. Pemeriksaan fisis

Keadaan umum : Sakit Sedang, Gizi Cukup

Kesadaran : Kompos Mentis

Tanda Vital : TD : 120/80 mmHg Nadi : 88 x/m

Suhu : 36, 5°C RR : 20 x/m

Status Generalis :

Kepala : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-), DVS R-1

Mulut : Hiperemis (+), Stomatitis (+), Lidah : Hiperemis (-)

Thoraks : Rh -/-, Wh -/-

BJ I/II murni reguler

Abdomen : Peristaltik (+) Normal

Ekstremitas : Edema Pretibial (-/-)

Status Urologi :

Costovertebra dextra

o I : Tampak alignment tulang baik, gibbus (-), hematom (-)

o P : Nyeri tekan (-), massa tumor (-), ballotement ginjal (-)

o P : Nyeri ketuk (-)

Costovertebra sinistra

o I : Tampak alignment tulang baik, gibbus (-), hematom (-)

o P : Nyeri tekan (+), massa tumor (-), ballotement ginjal (+)

2

Page 3: URETEROLITHIASIS Radiologi

o P : Nyeri ketuk (+)

Suprapubik

o I : Bulging (+), hematom (-)

o P : Nyeri ketuk (-), massa tumor (-), buli-buli kesan penuh

C. Laboratorium

PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN

- Warna

- pH

- Bj

- Protein

- Glukosa

- Bilirubine

- Urobilirunogen

- Keton

- Nitrit

- Blood

- Leukosit

- Vit C

- Sedimen Leukosit

- Sedimen Eritrosit

- Sedimen Torak

- Sedimen kristal

- Sedimen Lain-lain

Glukosa Sewaktu

Kuning Muda

8,5

1,015

Negatif

Negatif

Negatif

Normal

Negatif

Negatif

25/+

25/+

Negatif

8 lpb

2

-

Ca Oxalat

5

Kuning muda

4,5-8,0

1,005-1,035

Negatif

Negatif

Negatif

Normal

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

Negatif

140 mg/dl

3

Page 4: URETEROLITHIASIS Radiologi

Ureum

Kreatinin

GOT

GPT

Asam Urat

Elektrolit

o Natrium

o Kalium

o Klorida

Darah Rutin

WBC

RBC

HB

HCT

MCV

MCH

MCHC

PLT

75 mg/dl

22 mg/dl

0,7 mg/dl

19 U/L

28 U/L

3,8 mg/dl

142 mmol

3,4 mmol

110 mmol

7,4 x 103/uL

5,14 x 106/uL

14,0 g/dl

41,7 %

81 fL

27,2,7 pg

33,5 g/dl

259 x 103/uL

10-50 mg/dl

L(<1,3),P(<1,1) mg/dl

<38 U/L

<41 U/L

P(2,4-5,7) L(3,4-7,0)

mg/dl

136-145 mmol

3,5-5,1 mmol

97-111 mmol

4-10 x 103/uL

4-6 x 106/uL

12-16 g/dl

37-48 %

80-97 fL

26,5-33,5 pg

31,5-35 g/dl

150-400 x 103/uL

4

Page 5: URETEROLITHIASIS Radiologi

D. Radiologi

Gambar 1 : Hasil pemeriksaan BNO

Hasil Pemeriksaan BNO :

- Udara usus terdistribusi sampai ke distal

- Tidak tampak dilatasi loop-loop usus dan gambaran herring bone

- Kedua psoas line dan pre peritoneal fat line intak

- Tampak bayangan opak, berbatas tegas ukuran 1,5 x 0,7 cm di dalam

rongga pelvis

5

Page 6: URETEROLITHIASIS Radiologi

- Tulang-tulang yang tervisualisasi intak

Gambar 2 : Hasil pemeriksaan IVP (5-30 menit)

6

Page 7: URETEROLITHIASIS Radiologi

Gambar 3 : Hasil pemeriksaan IVP (60 menit)

7

Page 8: URETEROLITHIASIS Radiologi

Gambar 4 : Gambaran BNO Post Miksi

Hasil Pemeriksaan IVU:

- Fungsi ekskresi kedua ginjal baik

- PCS: Ujung-ujung calyx minor ginjal kiri clubbing disertai pembesaran

contour ginjal dan penipisan cortex, calyx minor ginjal kanan capping

- Ureter: Lintasan ureter ginjal kiri baik, ureter ginjal kanan tervisualisasi

pada menit ke 60 disertai dilatasi dari ureter, Tampak bayangan batu opak

pada distal ureter ginjal kiri.

- Buli-buli: Mukosa regular, tidak tampak filling defect dan Additional

shadow

- PM: Tampak sedikit sisa kontras di dalam buli-buli

Kesan:

Hydronefrosis grade III-IV disertai Hydroureter sinistra

Ureterolith Sinistra

Hasil USG Abdomen

- Hepar : Tidak membesar, permukaan regular, ujung tajam, echo parenkim

normal, tidak tampak SOL system vascular dan biliaris tidak dilatasi.

8

Page 9: URETEROLITHIASIS Radiologi

- GB : Dinding tidak menebal, mukosa regular, tidak tampak echo batu

maupun mass.

- Pankreas : Bentuk dan ukuran dalam batas normal, tidak tampak SOL.

Ductus panckreaticus tidak dilatasi.

- Lien : Tidak membesar, echo parenkim dalam batas normal, tidak tampak

SOL.

- Ginjal kanan : Ukuran dan echo parenkim dalam batas normal, tidak

tampak echo batu maupun SOL Pelvyocalyceal system tidak dilatasi.

- Ginjal kiri : Ukuran dalam batas normal, tidak tampak echo batu

maupun SOL, Pelvyocalyceal system dilatasi disertai penipisan kortex.

- VU : Mukosa regular dan tidak menebal, tidak tampak echo batu

maupun mass.

Kesan : Hydronefrosis kiri

9

Page 10: URETEROLITHIASIS Radiologi

Gambar 5 : Gambaran USG Abdomen

E. Diagnosis

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,

diagnosis kasus ini adalah Ureterolithiasis disertai Hydroureter sinistra

F. Terapi

o IVFD RL 24 tpm

o Ketorolac amp 1 gr/ 8 jam/ IV

o Ranitidin amp/ 8 jam/IV

o Kalnex 2 gr/ 24 Jam / IV

Rencana Op. Ureteroscopy + Ekstracorporeal Shock Wave Lithitripsy

10

Page 11: URETEROLITHIASIS Radiologi

11

Page 12: URETEROLITHIASIS Radiologi

Gambar 6 : Gambaran Foto Polos Abdomen Post Operasi

Gambaran Foto Polos Abdomen Post Operasi:

- Tampak DJ Stent terpasang pada lintasan traktus urinarius kiri dengan

ujung proximal bergelung setinggi paravertebral CV-L3 dan ujung distal

bergelung dalam rongga pelvis.

- Udara dalam usus terdistribusi hingga ke distal

- Kedua psoas line intak dan kedua pre peritoneal fat line tidak tervisualisasi

dengan baik.

12

Page 13: URETEROLITHIASIS Radiologi

- Tidak tampak bayangan batu radiopak pada kedua traktur urinarius

- Tulang-tulang intak.

II. Diskusi

A. Pendahuluan

Batu ginjal terbentuk pada tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,

infundibulum, pelvis ginjal, dan bahkan bisa mengisi seluruh kaliks ginjal. Batu

yang mengisi pielum dan lebih dari dua kaliks ginjal memberikan gambaran

menyerupai tanduk rusa sehingga disebut batu staghorn. Kelainan atau obstruksi

pada sistem pelvikalises ginjal mempermudah timbulnya batu saluran kemih. (1)

Batu yang tidak terlalu besar didorong oleh peristaltik otot-otot sistem

pelvikalises dan turun ke ureter menjadi batu ureter. Tenaga peristaltik ureter

mencoba untuk mengeluarkan batu hingga turun ke buli-buli. Batu yang

ukurannya kecil (<5 mm) pada umumnya dapat keluar spontan sedangkan yang

lebih besar seringkali tetap berada di ureter dan menyebabkan reaksi radang

(periureteritis) serta menimbulkan obstruksi kronis berupa hidroureter atau

hidronefrosis. (1, 2)

B. EPIDEMIOLOGI

Di Indonesia penyakit batu saluran kemih masih menempati porsi terbesar

dari jumlah pasien di klinik urologi. Insidensi dan prevalensi yang pasti dari

penyakit ini di Indonesia belum dapat ditetapkan secara pasti. Sekitar 1 di antara

1000 pria dan 1 dari 3000 wanita datang dengan keluhan utama batu ginjal yang

pertama dalam satu tahun. Lima belas persen mengalami batu rekuren dalam

waktu setahun setelah keluhan pertama, 30% dalam 5 tahun. (3)

C. ETIOLOGI

13

Page 14: URETEROLITHIASIS Radiologi

Etiologi pembentukan batu meliputi idiopatik, gangguan aliran kemih,

gangguan metabolisme, infeksi saluran kemih oleh mikroorganisme berdaya

membuat urease (Proteus mirabilis), dehidrasi, benda asing, jaringan mati

(nekrosis papil) dan multifaktor.

1. Gangguan aliran urin

a. Fimosis

b. Hipertrofi prostate

c. Refluks vesiko-uretral

d. Striktur meatus

e. Ureterokele

f. Konstriksi hubungan ureteropelvik

2. Gangguan metabolisme

Menyebabkan ekskresi kelebihan bahan dasar batu

a. Hiperkalsiuria

b. Hiperuresemia

c. Hiperparatiroidisme

3. Infeksi saluran kemih oleh mikroorganisme berdaya membuat urease

4. Dehidrasi

a. Kurang minum, suhu lingkungan tinggi

5. Benda asing

a. Fragmen kateter, telur sistosoma

6. Jaringan mati (nekrosis papil)

7. Multifaktor

a. Anak di negara berkembang

b. Penderita multitrauma

8. Batu idiopatik

Terdapat beberapa faktor yang mempermudahkan terjadinya batu saluran

kemih pada seseorang, yaitu :

Beberapa faktor ekstrinsik adalah :

14

Page 15: URETEROLITHIASIS Radiologi

1. Geografi pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu

saluran kemih yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal

sebagai daerah stone belt, sedangkan daerah Bantu di Afrika selatan

hampir tidak dijumpai penyakit batu saluran kemih.

2. Iklim dan temperatur

3. Asupan air kurangnya asupan air dan tinggi kadar mineral kalsium pada

air yang dikosumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih

4. Diet diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya

batu saluran kemih

5. Pekerjaan penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya

banyak duduk atau kurang aktivitas atau sedentary life. Immobilisasi lama

pada penderita cedera dengan fraktur multipel atau paraplegia yang

menyebabkan dekalsfikasi tulang dengan peningkatan ekskresi kalsium

dan stasis sehingga presipitasi batu mudah terjadi.

Faktor intrinsik antara lain adalah :

1. Umur penyakit ini paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun

2. Jenis kelamin jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak

dibandingkan pasien perempuan

3. Herediter penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya.(3)

D. Patogenesis

Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama

pada tempat-tempat yang sering mengalami hambatan aliran urin (stasis urin).,

yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-buli. Adanya kelainan bawaan pada

pelvikalises (stenosis uretero-pelvis), divertikel, obstruksi infravesika kronis

seperti pada hiperplasia prostat benigna, striktura dan buli-buli neurogenik

merupakan keadaan-keadaan yang mempermudahkan terjadinya pembentukan

batu. (3)

15

Page 16: URETEROLITHIASIS Radiologi

Komposisi batu

a. Batu kalsium

Kalsium merupakan ion utama dalam kristal urin. Hanya 50% kalsium

plasma yang terionisasi dan tersedia untuk filtrasi di glomerulus. Lebih dari

95% kalsium terfiltrasi di glomerulus diserap baik pada tubulus proksimal

maupun distal, dan dalam jumlah yang terbatas dalam tubulus pengumpul.

Kurang dari 2% diekskresikan dalam urin. Banyak faktor yang

mempengaruhi availibilitas kalsium dalam larutan, termasuk kompleksasi

dengan sitrat, fosfat, dan sulfat. Peningkatan monosodium urat dan

penurunan pH urin mengganggu kompleksasi ini, dan oleh karena itu

menginduksi agregasi kristal.(2)

Batu ini paling banyak dijumpai, yaitu kurang lebih 70 – 80 % dari

seluruh batu saluran kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium

oksalat, kalsium fosfat, atau campuran dari kedua unsur itu. Predisposisi

kejadian hiperkalsiuria (kadar kalsium di dalam urin lebih besar dari 250 –

300 mg / 24 jam), menurut Pak (1976) terdapat 3 macam penyebab :

a. Hiperkalsiuri absorbtif yang terjadi karena adanya peningkatan

absorbsi kalsium melalui usus.

b. Hiperkalsiuri renal karena adanya gangguan kemampuan

reabsorbsi kalsium melalui tubulus ginjal.

c. Hiperkalsiuri resorptif terjadi karena adanya peningkatan

resorpsi kalsium tulang, yang banyak terjadi pada

hiperparatiriodisme primer atau pada tumor paratiriod.

b. Batu oksalat

16

Page 17: URETEROLITHIASIS Radiologi

Oksalat merupakan produk limbah metabolisme normal dan relatif

tidak terlarut. Normalnya, sekitar 10-15% dari oksalat yang ditemukan

dalam urin berasal dari diet.

Sebagian besar oksalat yang masuk ke usus besar didekomposisi

bakteri. Diet, bagaimanapun dapat berdampak pada jumlah oksalat yang

ditemukan dalam urin. Setelah diserap melalui usus halus, oksalat tidak

dimetabolisme dan diekskresikan

hampir secara eksklusif oleh tubulus proksimal. Adanya kalsium dalam

lumen usus merupakan faktor penting yang mempengaruhi jumlah oksalat

yang diabsorbsi. Pengaturan oksalat dalam urin memainkan peran penting

dalam pembentukan batu kalsium oksalat. Ekskresi normal 20-45 mg/hari

dan tidak berubah secara signifikan menurut usia. Perubahan kecil pada

level oksalat dalam urin dapat menyebabkan dampak dramatis terhadap

supersaturasi kalsium oksalat. Prekursor utama oksalat adalah glisin dan

asam askorbat, namun dampak masuknya vitamin C (<2 g/hari) diabaikan.

Hiperoksaluria (ekskresi oksalat urin yang melebihi 45 g/hari) dapat terjadi

pada pasien dengan gangguan usus, terutama inflammatory bowel disease,

reseksi usus halus, bypass usus dan pasien yang banyak mengonsumsi

makanan yang kaya dengan oksalat, diantaranya adalah : teh, kopi instan,

minuman soft drink, kokoa, arbei, jeruk sitrun, dan sayuran berwarna hijau

terutama bayam.. Batu ginjal terjadi pada 5-10% pasien dengan kondisi ini.

Kalsium intralumen berikatan dengan lemak sehingga menjadi tidak tersedia

untuk mengikat oksalat. Oksalat yang tidak berikatan mudah diserap.

Oksalat yang berlebihan dapat terjadi pencernaan ethylene glycol (oksidasi

parsial oksalat). Hal ini dapat mengakibatkan deposit kristal kalsium oksalat

yang difus dan masif dan kadang-kadang dapat menyebabkan gagal ginjal. (2)

c. Fosfat

Fosfat merupakan buffer dan berikatan dengan kalsium dalam urin. Ini

adalah komponen penting dari batu kalsium fosfat dan batu amonium

17

Page 18: URETEROLITHIASIS Radiologi

magnesium fosfat. Ekskresi fosfat urin pada orang dewasa normal berkaitan

dengan jumlah diet fosfat (terutama pada daging, produk susu, dan sayuran).

Sejumlah kecil fosfat yang difiltrasi oleh glomerulus secara dominan diserap

kembali oleh tubulus proksimal. Hormon paratiroid menghambat reabsorpsi

ini. Kristal utama yang ditemukan pada mereka yang hiperparatiroidisme

adalah fosfat, dalam bentuk hidroksiapatit, amorf kalsium fosfat, dan

karbonat apatit.(2)

d. Asam urat

Asam urat merupakan produk sampingan dari metabolisme purin.

Sekitar 5 – 10 % dari seluruh batu saluran kemih. Penyakit batu asam urat

banyak diderita oleh pasien – pasien penyakit gout, penyakit

mieloproliferatif, pasien yang mendapatkan terapi antikanker, dan yang

banyak mempergunakan obat urikosurik diantaranya adalah sulfinpirazone,

thiazide dan salisilat. Kegemukan, peminum alkohol dan diet tinggi protein

mempunyai peluang yang lebih besar untuk mendapatkan penyakit ini. (2)

Asam urat relatif tidak larut di dalam urin sehingga pada keadaan

tertentu mudah sekali membentuk kristal asam urat, dan selanjutnya

membentuk batu asam urat. Faktor yang menyebabkan terbentuknya batu

asam urat adalah (1) urin yang terlalu asam(pH urin <6), (2) volume urin

yang jumlahnya terlalu sedikit (< 2 liter / hari), (3) hiperurikosuri atau kadar

asam urat tinggi (> 850 mg / 24 jam). (2)

Ukuran batu asam urat bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai

ukuran besar sehingga membentuk batu staghorn yang mengisi seluruh

pelvikalises ginjal. Tidak seperti batu jenis kalsium yang bentuknya

bergerigi, batu asam urat bentuknya halus dan bulat sehingga sering keluar

spontan. Batu asam urat murni bersifat radiolusen, sehingga pada

pemeriksaan PIV tampak sebagai bayangan filling defect pada saluran

kemih sehingga seringkali harus dibedakan dengan bekuan darah, bentukan

18

Page 19: URETEROLITHIASIS Radiologi

papila ginjal yang nekrosis, tumor, atau benzoar jamur. Pada pemeriksaan

USG memberikan gambaran bayangan akustik (acoustic shadowing). (3)

e. Batu struvit

Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya

batu ini disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab

infeksi ini adalah kuman golongan pemecah urea atau urea splitter yang

dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urin menjadi bersuasana

basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak, seperti pada reaksi:

CO(NH2)2 + H20 2NH3 + CO2

Suasana basa ini yang memudahkan garam – garam magnesium,

amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu magnesium amonium fosfat

(MAP). Kuman pemecah fosfat anatranya adalah: Proteus spp, Klebsiella,

Serratia, Enterobakter, Pseudomonas dan Stafilokokus. (3)

f. Batu jenis lain

Batu sistin, batu xanthin, batu triamteren, dan batu silikat sangat

jarang dijumpai. Batu sisitin didapatkan karena kelainan metabolisme sistin,

yaitu kelainan dalam absorbsi sistin di mukosa usus. Demikian batu xanthin

terbentuk karena penyakit bawaan berupa defisiensi enzim xanthin oksidase

yang mengkatalisis perubahan hipoxanthin menjadi xanthin menjadi asam

urat. Pemakaian antasida yang mengandung silikat (magnesium silikat atau

aluminometilsalisilat) yang berlebihan dan dalam jangka waktu lama dapat

menyebabkan timbulnya batu silikat. (3)

Keadaan lain yang menyebabkan terjadinya batu saluran kemih adalah :

I. Hipositraturia di dalam urin, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk

kalsium sitrat, sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau

fosfat. Hal ini dimungkinkan karena ikatan kalsium sitrat lebih mudah larut

19

Page 20: URETEROLITHIASIS Radiologi

daripada kalsium oksalat. Oleh karena itu sitrat bertindak sebagai

penghambat pembentukan batu kalsium. Hipositraturia terjadi pada:

penyakit asidosis tubuli ginjal atau renal tubular acidosis, sindrom

malabsorpsi, atau pemakaian diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu

lama. Estrogen meningkatkan ekskresi sitrat dan dapat menjadi faktor yang

mengurangi timbulnya batu pada wanita, terutama selama kehamilan.

Alkalosis juga meningkatkan sitrat ekskresi. (Emil, 2008, Jack W, 2008)

II. Hipomagnesuria Magnesium bertindak sebagai penghambat timbulnya

batu oksalat, karena dalam urin magnesium bereaksi dengan oksalat menjadi

magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan kalsium dengan oksalat.

Penyebab tersering hipomagnesuria adalah penyakit inflamasi usus

(inflamatory bowel disease) yang diikuti dengan gangguan malabsorbsi. (3)

E. Gambaran Klinis

Keluhan yang dialami pasien tergantung pada posisi atau letak batu, besar

batu dan penyulit yang telah terjadi. Keluhan yang paling sering adalah nyeri

pinggang, bisa berupa nyeri kolik atau bukan kolik. Karena peristalsis, akan

terjadi gejala kolik, yakni nyeri yang hilang timbul yang disertai perasaan mual

dengan atau tanpa muntah dengan nyeri alih khas. Selama batu bertahan di tempat

yang menyumbat, selama itu kolik akan berulang – ulang sampai batu bergeser

dan memberi kesempatan air kemih untuk lewat.(3)

Batu yang terletak di sebelah distal ureter dirasakan oleh pasien sebagai

nyeri pada saat berkemih atau sering kencing. Hematuria seringkali dikeluhkan

oleh pasien akibat trauma pada mukosa saluran kemih yang disebabkan oleh batu.

Kadang-kadang hematuria didapatkan dari pemeriksaan urinalisis. (3)

Jika didapatkan demam harus curiga urosepsis dan ini merupakan

kedaruratan di bidang urologi. Dalam hal ini harus secepatnya ditentukan letak

kelainan anatomik pada saluran kemih dan segera dilakukan terapi berupa

drainase dan pemberian antibiotik. (3)

20

Page 21: URETEROLITHIASIS Radiologi

Pada pemeriksaan fisik mungkin didapatkan nyeri ketok pada daerah

kosto-vertebra, teraba ginjal pada sisi sakit akibat hidronefrosis, terlihat tanda-

tanda gagal ginjal, retensi urin. (3)

Gambar 2.7. Batu saluran kemih

F. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium

Pemeriksaan urinalisis makroskopik didapatkan gross hematuria.

Pemeriksaan sedimen urin menunjukkan adanya leukosituria, hematuria,

dan dijumpai kristal-kristal pembentuk batu. 85 % pasien dengan batu ginjal

didapatkan hematuria maksoskopik dan mikroskopik. Namun, tidak

ditemukannya hematuria tidak berarti menghilangkan kemungkinan

menderita batu ginjal. Pemeriksaan kultur urin mungkin menunjukkan

adanya pertumbuhan kuman pemecah urea.

Pemeriksaan kimiawi ditemukan pH urin lebih dari 7,6 menunjukkan

adanya pertumbuhan kuman pemecah urea dan kemungkinan terbentuk

batu fosfat. Bisa juga pH urin lebih asam dan kemungkinan terbentuk batu

asam urat.

Pemeriksaan faal ginjal bertujuan untuk mencari kemungkinan

terjadinya penurunan fungsi ginjal dan untuk mempersiapkan pasien

menjalani pemeriksaan foto PIV. Proteinuria juga disebut albuminuria

adalah kondisi abnormal dimana urin berisi sejumlah protein. Kebanyakan

protein terlalu besar untuk melewati filter ginjal ke dalam urin. Namun,

21

Page 22: URETEROLITHIASIS Radiologi

protein dari darah dapat bocor ke dalam urin ketika glomeruli rusak.

Proteinuria merupakan tanda penyakit ginjal kronis (CKD), yang dapat

disebabkan oleh diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyakit yang

menyebabkan peradangan pada ginjal. Sebagai akibat fungsi ginjal

menurun, jumlah albumin dalam urin akan meningkat. Perlu juga diperiksa

kadar elektrolit yang diduga sebagai faktor penyebab timbulnya batu saluran

kemih, antara lain kalsium, oksalat, fosfat, maupun urat.

Pemeriksaan darah lengkap, dapat menentukan kadar hemoglobin

yang menurun akibat terjadinya hematuria. Bisa juga didapatkan jumlah

lekosit yang meningkat akibat proses peradangan di ureter.

b. Radiologis

Foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya

batu radioopak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan

kalsium fosfat bersifat radioopak, sedangkan batu asam urat bersifat radio

lusen.

Foto BNO-IVP untuk melihat lokasi batu, besarnya batu, apakah

terjadi bendungan atau tidak. Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak

dapat dilakukan, pada keadaan ini dapat dilakukan retrograde pielografi atau

dilanjutkan. Dengan anterograd pielografi, bila hasil retrograd pielografi

tidak memberikan informasi yang memadai. Pada foto BNO batu yang dapat

dilihat disebut sebagai batu radioopak, sedangkan batu yang tidak tampak

disebut sebagai batu radiolusen. Berikut ini adalah urutan batu menurut

densitasnya, dari yang paling opak hingga yang paling bersifat radiolusen,

kalsium fosfat(opak), kalsium oxalat(opak), Magnesium (semi opak),

amonium fosfat (semi opak), sistin(non opak), asam urat (non opak),

Pielografi Intravena (IVP)

Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan, fungsi ginjal.

Juga untuk mendeteksi adanya batu semi-opak ataupun batu non-opak yang,

tidak terlihat oleh foto polos abdomen.

22

Page 23: URETEROLITHIASIS Radiologi

Ullrasonografi

USG dikerjakan bila tidak mungkin menjalani pemeriksaan IVP

yaitu pada keadaan seperti allergi terhadap bahan kontras, faal ginjal yang

menurun dan pada wanita yang sedang hamil. Terlihat pada gambar echoic

shadow jika terdapat batu.(4)

CT-scan

Teknik CT-scan adalah tehnik pemeriksaan yang paling baik untuk

melihat gambaran semua jenis batu dan juga dapat terlihat lokasi dimana

terjadinya obstruksi.(5)

G. DIAGNOSIS BANDING(6)

Beberapa diagnosa banding dari batu kandung kemih antara lain ialah:

1. Kolik Ginjal dan Ureter

2. Hematuria

Bila terjadi hematuri perlu dipertimbangkan kemungkinan keganasan

apalagi bila hematuria terjadi tanpa nyeri. Selain itu batu saluran kemih

yang bertahun-tahun, dapat menyebabkan terjadinya tumor yang umumnya

karsinoma epidermoid, akibat rangsangan dan inflamasi.

3. Tumor ginjal

Pcrlu dipertimbangkan kemungkinan tumor ginjal mulai dari jenis

ginjal polikistik hingga tumor Grawitz, bila ada batu ginjal dengan

hidronefrosis.

4. Tumor ureter

Pada batu ureter, terutama dari jenis radiolusent, bila disertai

hematuria yang tidak disertai dengan kolik, perlu dipertimbangkan

kemungkinan tumor ureter walaupun tumor ini jarang ditemukan.

5. Tumor kandung kemih

23

Page 24: URETEROLITHIASIS Radiologi

Perlu dibandingkan dengan tumor kandung kemih terutama bila batu

yang terdapat dari jenis radiolusen.

Resume Klinis

Seorang wanita 60 tahun mengeluh nyeri pinggang sebelah kiri,

dialami sejak 3 tahun yang lalu, memberat dalam 1 bulan terakhir. Nyeri

dirasakan hilang timbul terutama saat beraktivitas. Nyeri pinggang

terlokalisir di pinggang kiri, tidak menjalar. Pasien juga mengeluh nyeri

saat berkemih sejak 1 bulan terakhir. BAK sedikit-sedikit berwarna keruh

dan berpasir. Pasien juga mengeluh sering tidak tuntas saat BAK, Pancaran

miksi melemah. Demam (-) Nyeri kepala (-) Mual (-) Muntah (-) Nyeri Ulu

Hati (-). Riwayat nyeri pinggang sejak 3 tahun yang lalu, Riw. DM (-) Riw.

HT (-) Riw.Stroke (-) Riw Asma dan Alergi (-).

Diagnosis

Hasil pemeriksaan BNO IVU

Kesan :

Hydronefrosis grade III-IV disertai Hydroureter sinistra

Ureterolith Sinistra

24

Page 25: URETEROLITHIASIS Radiologi

Grade Hydronefrosis(7)

Hidronefrosis derajat 1. Calices berbentuk blunting, alias tumpul.

Hidronefrosis derajat 2. Calices berbentuk flattening, alias

mendatar.

Hidronefrosis derajat 3. Calices berbentuk clubbing, alias

menonjol.

25

Page 26: URETEROLITHIASIS Radiologi

Hidronefrosis derajat 4. Calices berbentuk ballooning, alias

menggembung.(7)

Pembahasan:

Pada hasil pemeriksaan BNO, tampak bayangan opak, berbatas tegas

ukuran 1,5 x 0,7 cm di dalam rongga pelvis. Hal ini sesuai dengan gambaran

Ureterolithiasis.

Pada pemeriksaan IVP pada menit ke lima tampak kontras mengisi calyx

ginjal kanan dengan baik, sedangkan ginjal kiri tampak lebih banyak terisi kontras

dan calyx yang ireguler. Sedangkan pada menit ke-15, ureter pada ginjal kanan

tampak dengan jelas, sedangkan ureter pada ginjal kiri belum terlihat dengan jelas,

Hal ini menunjukkan adanya kelainan pada ginjal kiri.

H. PENATALAKSANAAN(2, 8)

Medikamentosa

Ditujukan untuk batu yang ukurannya < 5 mm, karena batu diharapkan

dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan mengurangi nyeri,

memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak

supaya dapat mendorong batu keluar. Dapat juga diberi pelarut batu seperti batu

asam urat yang dapat dilarutkan dengan pemberian bikarbonas natrikus disertai

makanan alkalis.

ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsi)

Alat ESWL adalah pemecah batu yang yang diperkenalkan pertama kali

oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter

proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasif atau pembiusan.

26

Page 27: URETEROLITHIASIS Radiologi

Prinsip dari ESWL adalah memecah batu menjadi fragmen-fragmen kecil dengan

menggunakan gelombang kejut yang dihasilkan oleh mesin dari luar tubuh,

sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih.

Komplikasi ESWL untuk terapi batu ureter hampir tidak ada. Tetapi SWL

mempunyai beberapa keterbatasan, antara lain bila batunya keras ( misalnya

kalsium oksalat monohidrat ) sulit pecah dan perlu beberapa kali tindakan. Juga

pada orang gemuk mungkin akan kesulitan. Penggunaan ESWL untuk terapi batu

ureter distal pada wanita dan anak-anak juga harus dipertimbangkan dengan

serius. Sebab ada kemungkinan terjadi kerusakan pada ovarium. Meskipun belum

ada data yang valid, untuk wanita di bawah 40 tahun sebaiknya diinformasikan

sejelas-jelasnya.

Gambar 9: Extracorporeal Shock Wave Lithotripsi Gambar ESWL

Endourologi

1. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi: memasukkan alat ureteroskopi per

uretram guna melihat keadaan ureter atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan

memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem

pelvikalises dapat dipecah melalui tuntutan ureteroskopi atau uretero-renoskopi

ini.

2. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) : mengeluarkan batu yang berada di

saluran ginjal dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kaliks

melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih

dahulu.

27

Page 28: URETEROLITHIASIS Radiologi

3. Litotripsi : yaitu memecah batu bull-buli atau batu uretra dengan memasukkan

alat pemecah batu (litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan

dengan evakuator Ellik.

4. Ekstraksi Dormia : mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya dengan

keranjang Dormia. (2)

28

Page 29: URETEROLITHIASIS Radiologi

DAFTAR PUSTAKA

1. Sja'bani M. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. II J, editor. Jakarta Pusat: Interna Publishing; 2009.

2. A.Tanagho E, W.McAninch J. Smith'sgy General Urolo. San Fransisco: Lange; 2003.

3. Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi. Malang: CV. Infomedika; 2007.

4. Mos C, Holt G, Iuhasz S. The Sensitivity of Transabdominal Ultrasound in the Diagnosis of Uretherolithiasis. Journal of Medical Ultrasonography. 2010;Vol.12:188-97.

5. Henry K.Pancoast M, Sidney Lange M. Diagnosis and Management of Acute Ureterolithiasis. American Roentgen Ray Society Journal. 2000.

6. Ahuja AT. Case Studies in Medical Imaging. Cambridge: University Press.

7. Hospital MCs. Hydronephrosis.

8. Paula Ed. Case Report : Acute onset of Renal Colic from Bilateral Ureterolithiasis Cases Journal. 2009.

29