Top Banner
NGALE Pertanggungjawaban Tertulis Penciptaan Musik Etnis Oleh Putu Eman Sabudi Subandi 1410540015 Tugas Akhir ini Diajukan Kepada Dewan Pengujuji Jurusan Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Yogyakarta Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menempuh Gelar Sarjana S-1 dalam Bidang Etnomusikologi 2018 2 UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta
23

UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/3918/1/Bab 1.pdf · instrumen reyong semarpegulingan, trompong gong gede 5 nada, reyong gong gede 5 nada, gong, kempur dan kempli

Apr 14, 2019

Download

Documents

phamthien
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/3918/1/Bab 1.pdf · instrumen reyong semarpegulingan, trompong gong gede 5 nada, reyong gong gede 5 nada, gong, kempur dan kempli

NGALE

Pertanggungjawaban Tertulis Penciptaan Musik Etnis

Oleh

Putu Eman Sabudi Subandi1410540015

Tugas Akhir ini Diajukan Kepada Dewan PengujujiJurusan Etnomusikologi Fakultas Seni Pertunjukan

Institut Seni Indonesia YogyakartaSebagai Salah Satu Syarat untuk Menempuh Gelar Sarjana S-1

dalam Bidang Etnomusikologi2018

2

UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 2: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/3918/1/Bab 1.pdf · instrumen reyong semarpegulingan, trompong gong gede 5 nada, reyong gong gede 5 nada, gong, kempur dan kempli

3

UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 3: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/3918/1/Bab 1.pdf · instrumen reyong semarpegulingan, trompong gong gede 5 nada, reyong gong gede 5 nada, gong, kempur dan kempli

4

UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 4: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/3918/1/Bab 1.pdf · instrumen reyong semarpegulingan, trompong gong gede 5 nada, reyong gong gede 5 nada, gong, kempur dan kempli

Motto Hidup

Pengabdian kepada Manusia,Alam dan Tuhan.

HALAMAN PERSEMBAHAN

5

UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 5: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/3918/1/Bab 1.pdf · instrumen reyong semarpegulingan, trompong gong gede 5 nada, reyong gong gede 5 nada, gong, kempur dan kempli

Karya ini saya persembahkan untuk:

* Kedua orang tuaku tercinta, Bapak I Made Subandi dan Ibu Gusti Ayu

Ambarawati yang selalu memberikan cinta dan kasih kepada anak-anaknya.

* Kedua adik tercinta, Kadek Ayu Mira Subandi dan Komang Saneswara Subandi

yang menjadi penyemangat dalam hidup.

* Almarhum Kakek I Made Dig dan Almarhum Nenek Ni Wayan Saba yang tiada

hentinya mendoakan cucunya.

6

UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 6: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/3918/1/Bab 1.pdf · instrumen reyong semarpegulingan, trompong gong gede 5 nada, reyong gong gede 5 nada, gong, kempur dan kempli

KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa (Ida

Sang Hyang Widhi Wasa) yang telah melimpahkan rakhmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan pertangggungjawaban Karya Tugas Akhir

yang menajuk Ngale ini tepat pada waktunya. Rasa terimakasih yang sebesar-

besarnya penulis ucapkan atas bantuan dan bimbingan dari semua pihak yang

terlibat dalam hal penyusunan maupun pementasan tugas akhir ini kepada:

Bapak Dr. I Nyoman Cau Arsana, S.Sn., M.Hum. selaku dosen pembimbing I

yang banyak memberikan kontribusi berupa saran dan arahan, baik dalam

konsep garapan/komposisi dan teoretik pertanggungjawaban karya.

Bapak Warsana, S.Sn., M.Sn. selaku dosen pembimbing II yang banyak

memberikan kontribusi berupa saran dan arahan, baik dalam konsep

garapan/komposisi dan teoretik pertanggungjawaban karya.

Drs. Supriyadi, M.Hum. dan Dra. Ela Yulaeliah, M.Hum. selaku Ketua dan

Sekretaris Jurusan Etnomusikologi yang telah memberikan arahan selama

proses penyusunan pertanggungjawaban karya ini.

Drs. Sudarno, M.Sn selaku dosen wali yang selama masa perkuliahan selalu

memberikan waktu, perhatian dan dukungan.

Seluruh staf pengajar Jurusan Etnomusikologi yang telah memberikan pengajaran

baik ilmu pengetahuan maupun moral selama perkuliahan.

Seluruh karyawan di Jurusan Etnomusikologi, mas Bowo, mas Paryanto, mas

Maryono, serta karyawan/karyawati Fakultas Seni Pertunjukan ISI Yogyakarta

yang berperan dalam urusan pengelolaan selama perkuliahan.

7

UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 7: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/3918/1/Bab 1.pdf · instrumen reyong semarpegulingan, trompong gong gede 5 nada, reyong gong gede 5 nada, gong, kempur dan kempli

Seluruh pemusik yang membantu dalam proses penggarapan karya Ngale: Yasir

Rapa-Rapa, Edip Cheese dan Putu Kopata.

Seluruh teman-teman Kami Sendiri Production yang telah membantu melancarkan

pementasan karya Tugas Akhir.

Keluarga Besar Pekak Dig yang selalu memberikan semangat dan dukungan.

Riska Ayuliana yang selama hampir dua tahun bersedia mendukung dan

mendampingi penulis terutama pada proses ujian Tugas Akhir ini.

Kadek Anggara yang menjadi teman menulis dan diskusi setiap malam di griya

orange.

Bibah yang membantu proses print pertanggungjawaban karya ini.

Ucapan terima kasih penulis kepada rekan-rekan, teman-teman yang telah

membantu melancarkan terselesaikannya Tugas Akhir ini, baik moril maupun

materiil.

Akhirnya, tundukkan kepala dan segenap kerendahan hati penulis sadari

sepenuhnya bahwa karya maupun laporan pertanggungjawaban ini masih banyak

kekurangan serta masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran pengapresiasi,

merupakan gantungan harapan penulis menutupi segala kekurangan, dan tentunya

dapat memangkas jembatan lebar kekurangan penulis dengan kesempurnaan.

Yogyakarta, 3 Juli 2018

Penulis

8

UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 8: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/3918/1/Bab 1.pdf · instrumen reyong semarpegulingan, trompong gong gede 5 nada, reyong gong gede 5 nada, gong, kempur dan kempli

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iiiHALAMAN PERNYATAAN......................................................................... ivHALAMAN MOTTO..................................................................................... vHALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... viKATA PENGANTAR...................................................................................... viiDAFTAR ISI.................................................................................................... ixINTISARI........................................................................................................ xi

BAB I. PENDAHULUANLatar Belakang............................................................................................ 1Rumusan Ide Penciptaan............................................................................. 3Tujuan dan Manfaat Penciptaan.................................................................. 3

Tujuan................................................................................................... 3Manfaat................................................................................................. 4

Tinjauan Sumber......................................................................................... 4Lingkungan Sosial................................................................................ 4Sumber Pustaka.................................................................................... 5Karya Seni............................................................................................ 6

Metode Penciptaan...................................................................................... 8Eksplorasi............................................................................................. 8Improvisasi........................................................................................... 10Pembentukan......................................................................................... 10Penyajian............................................................................................... 13

BAB II. ULASAN KARYAIde dan Tema......................................................................................... 14

Ide Penciptaan................................................................................. 14Tema Penciptaan............................................................................. 14

Bentuk dan Struktur.............................................................................. 15Bentuk (Form)................................................................................ 15Struktur Komposisi......................................................................... 16

PenyajianMusikal........................................................................................... 19

Bagian Satu............................................................................... 20Bagian Dua............................................................................... 33Bagian Tiga............................................................................... 41Bagian Empat............................................................................ 45

Non Musikal................................................................................... 56

9

UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 9: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/3918/1/Bab 1.pdf · instrumen reyong semarpegulingan, trompong gong gede 5 nada, reyong gong gede 5 nada, gong, kempur dan kempli

Tata Letak Instrumen................................................................ 56Pemain...................................................................................... 57Tempat...................................................................................... 57Tata Cahaya (Lighting)............................................................. 57Sound System............................................................................ 57Kostum...................................................................................... 57

BAB III. KESIMPULANKesimpulan........................................................................................... 59Kepustakaan.......................................................................................... 60Diskografi............................................................................................. 61Glosarium............................................................................................. 62Lampiran............................................................................................... 63

10

UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 10: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/3918/1/Bab 1.pdf · instrumen reyong semarpegulingan, trompong gong gede 5 nada, reyong gong gede 5 nada, gong, kempur dan kempli

INTISARI

Kale merupakan salah satu jenis tabuh atau gending pada karawitan Bali. Tabuh ini sedikit berbeda dari jenis tabuh lainnya. Hal itu bisa didengar dan dilihat dari teknik permainannya yang sederhana, yaitu hanya menggunakan satu nada saja. Ketertarikan penulis terhadap jenis tabuh kale dikarenakan dalam tabuh ini hanya menggunakan satu nada saja. Dari kesederhanaan dan keunikan tabuh kale, penulis ingin memberi tawaran baru dengan mengambil ide kale kedalam bentuk komposisi musik etnis dengan pengembangan aspek musikal. Fenomena tersebut mengilhami penulis untuk mencoba mengeksplorasi konsep kale kedalam karya penciptaan musik etnis yang diberi judul Ngale. Metode penciptaan karya Ngale menggunakan teori Alma M. Hawkins. Teori tersebut meliputi tahap eksplorasi, improvisasi dan pembentukan. Selain teori Hawkins, pada proses pembentukan karya ini mencoba mengaplikasikan metode Karl-Edmund Prier SJ. Beberapa metode tersebut seperti pelebaran pola atau motif, penyempitan motif, pengurangan motif, kontrapung, pengolahan harmoni, kanon dsb, metode tersebut digunakan untuk memaksimalkan dalam proses pembentukan karya Ngale.

Penambahan prefiks N- menjadi Ng- dalam istilah bahasa Bali menunjukan kalimat yang subjeknya melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Dengan demikian, penambahan prefiks N- menjadi Ng- pada kata kale menunjukan subjek sedang melakukan aktivitas permainan tabuh kale. Aktivitas permainan tabuh kale dimaksudkan penulis untuk menunjukan bahwa karya ini bersumber dari tabuh kale. Karya Ngale menggunakan media gamelan bali. Media tersebut berbentuk pencon yang terdiri dari instrumen reyong semarpegulingan, trompong gong gede 5 nada, reyong gong gede 5 nada, gong, kempur dan kempli. Dari penerapan teori Prier dalam bukunya yang berjudul Ilmu Bentuk Musik sangat membantu penulis dalam tahapan atau langkah-langkah untuk membuat komposisi musik. Pada karya Ngale mencoba memaksimalkan sesuatu hal yang sederhana agar menjadi lebih kompleks.

Kata Kunci: Kale, Ngale, pengembangan aspek musikal, pencon.

11

UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 11: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/3918/1/Bab 1.pdf · instrumen reyong semarpegulingan, trompong gong gede 5 nada, reyong gong gede 5 nada, gong, kempur dan kempli

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kale dalam istilah karawitan Bali yaitu salah satu jenis lagu yang sering

dimainkan dalam upacara keagamaan Hindu di Bali. Lagu dalam istilah karawitan

Bali disebut tabuh dan dalam istilah karawitan Jawa biasanya disebut gending.

Ada banyak macam jenis tabuh dalam gamelan Bali, namun penulis tertarik

dengan salah satu jenis tabuh yaitu kale. Tabuh kale sedikit berbeda dengan jenis

tabuh lainnya. Hal itu bisa didengar dan dilihat dari teknik permainannya yang

sangat sederhana, yakni menggunakan satu nada saja. Tabuh kale terdiri dari

delapan ketukan yang memainkan nada deng (3) serta setiap ketukan genap

mendapat pukulan gong.1 Selain nada deng (3), tabuh kale juga memainkan

beberapa nada lain yang dihasilkan oleh ornamentasi pukulan reyong di

dalamnya. Meskipun terdengar nada-nada lain, titik berat permainan reyong

mengarah ke tonika yang dituju yaitu nada deng (3).

Menurut sepengetahuan penulis, di lingkungan seniman karawitan Bali

pukulan gong dalam tabuh kale dimainkan pada ketukan keempat dan kedelapan,

serta pukulan kempur dimainkan pada ketukan kelima dan ketujuh. Dengan

demikian, pukulan kolotomis tabuh kale yang dimainkan sama dengan pukulan

kolotomis tabuh gilak, hanya saja terdapat perbedaan dalam jumlah nada yang

dimainkan. Dilihat dari jumlah nada yang dimainkan, tabuh kale berbeda dengan

1IWM Aryasa, Komang Astita, I Nyoman Rembang, I Wayan Beratha, I Gst. Ag. Ngr.

Supartha, I Gst. Bagus Arsadja, Ida Bagus Oka Windhu, I Wayan Simpen, Pengetahuan Karawitan Bali (Denpasar: Dapartemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan Proyek Pengembangan Kesenian Bali, 1984/1985), 66.

UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 12: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/3918/1/Bab 1.pdf · instrumen reyong semarpegulingan, trompong gong gede 5 nada, reyong gong gede 5 nada, gong, kempur dan kempli

2

tabuh lainnya. Jenis-jenis tabuh selain bentuk tabuh kale menggunakan lebih dari

satu nada dalam satu permainan gending.

Bentuk kale yang sederhana dan unik, merangsang pengkarya untuk

mencoba memberi tawaran baru dengan mengambil ide kale ke dalam bentuk

komposisi musik etnis dengan pengembangan aspek musikal seperti

pengembangan motif, memainkan lebih banyak nada, perubahan dinamika

(tempo) serta penggunaan instrumen yang berbeda.

“Fenomena musikal merupakan sebuah cara yang digunakan oleh seniman Bali untuk membuat suatu gagasan karya baru yang mereka ciptakan. Fenomena musikal mencakup hal-hal yang terkait dengan peristiwa musikal, baik itu peristiwa yang telah terjadi maupun konsep pemikiran untuk menghadirkan model-model bunyi yang tergarap baru”.2

Mengacu pada ungkapan Ardana mengenai metode penciptaan yang bersumber

dari fenomena musikal, merupakan salah satu cara yang digunakan seniman

karawitan Bali untuk membuat suatu gagasan atau ide baru yang mereka

ciptakan.

Sepengetahuan penulis, khususnya di lingkungan seniman karawitan Bali,

ide kale jarang digunakan sebagai sumber penciptaan musik etnis. Fenomena di

atas kemudian mengilhami penulis untuk mencoba mengeksplorasi konsep bentuk

kale ke dalam karya penciptaan seni musik etnis yang diberi judul Ngale.

Penambahan prefiks (awalan) N- menjadi bunyi Ng- muncul pada kata

dasar yang berawalan bunyi k, g, a, i u e o, l, r, w, y. Fungsi gramatikal (tata

bahasa) prefiks N- menjadi Ng- untuk menunjukkan kata kerja aktif baik transitif

2I Ketut Ardana, “Metode Penciptaan Karya-Karya Baru Karawitan Bali”, dalam

Yudiariyani, et al, ed., Karya Cipta Seni Pertunjukan (Yogyakarta: ISI Yogyakarta, 2017), 354.

UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 13: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/3918/1/Bab 1.pdf · instrumen reyong semarpegulingan, trompong gong gede 5 nada, reyong gong gede 5 nada, gong, kempur dan kempli

3

(membutuhkan objek) maupun intransitif (tidak membutuhkan objek).3 Kalimat

aktif dalam penambahan prefiks N- menjadi Ng- dalam bahasa Bali menunjukkan

kalimat yang subjeknya melakukan suatu tindakan atau perbuatan. Contoh

penerapan prefiks N- menjadi Ng- seperti pada kata atur menjadi ngatur, sehingga

kata atur yang sudah berubah menjadi ngatur menunjukkan subjek sedang

mengatur. Dengan demikian, penambahan prefiks N- menjadi Ng- pada kata kale

untuk menunjukkan subjek sedang melakukan aktivitas permainan tabuh kale.

Aktivitas permainan tabuh kale dimaksudkan penulis untuk menunjukkan bahwa

karya ini bersumber dari ide tabuh kale.

B. Rumusan Ide Penciptaan

Rumusan ide penciptaan dalam pengertian secara harafiah bermakna

paparan yang jelas mengenai ide dasar pemikiran sebuah penciptaan karya seni.

Dari paparan di atas muncul pertanyaan sebagai berikut:

Bagaimana mewujudkan ide kesederhanaan pada bentuk tabuh kale yang

hanya menggunakan satu nada ke dalam bentuk komposisi musik etnis diberi

judul Ngale?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan:

a. Personal

Tujuan dari penciptaan karya ini adalah mengembangkan kale yang hanya

menggunakan satu nada ke dalam bentuk komposisi musik.

3Dewa Ayu Nyoman Suindratini, I Made Gosong, I Wayan Rasna, Interferensi Bahasa

Bali dan Bahasa Asing dalam Cerita Lisan Bahasa Indonesia Kelas VII Siswa SMP Negeri 10 Denpasar, https://media.neliti.com/media/publications/206938-interferensi-bahasa-bali-dan-bahasa-asin.pdf. Akses 22 mei 2018.

UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 14: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/3918/1/Bab 1.pdf · instrumen reyong semarpegulingan, trompong gong gede 5 nada, reyong gong gede 5 nada, gong, kempur dan kempli

4

b. Akademik

Sebagai persyaratan guna mendapatkan gelar S-1 pada Jurusan

Etnomusikologi, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Yogyakarta.

c. Lingkungan Masyarakat

Skripsi penciptaan ini sepenuhnya dapat diakses oleh masyarakat luas

guna kepentingan lebih lanjut sebagai bagian dari pembelajaran.

2. Manfaat:

a. Personal

Sebagai pengembangan kompetensi diri penata yang melingkupi sisi

teknik dan sisi penggalian ide kreatif penciptaan (menggagas nilai tradisi).

b. Akademik

Sebagai referensi mengenai ide-ide dan proses kreatif dalam pembuatan

karya seni.

c. Lingkungan Masyarakat

Berbagi mengenai pemikiran mengenai proses kreatif dalam berkarya.

D. Tinjauan Sumber

Komposisi musik ini terwujud tidak terlepas dari sumber-sumber yang

memberi acuan, inspirasi, dan referensi. Sumber tersebut berupa karya seni, karya

pustaka maupun hasil dari wawancara. Berikut penjelasan mengenai sumber-

sumber yang digunakan sebagai referensi.

1. Lingkungan Sosial

Lingkungan merupakan tempat berinteraksi, bergaul, saling bertukar

pendapat dan belajar. Penulis beranggapan lingkungan sosial mampu membentuk

UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 15: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/3918/1/Bab 1.pdf · instrumen reyong semarpegulingan, trompong gong gede 5 nada, reyong gong gede 5 nada, gong, kempur dan kempli

5

kepribadian karakteristik seseorang. Lingkungan merupakan hal terdekat dengan

keseharian, dan sangat besar kemungkinan apabila kita terinspirasi darinya. Ide

membuat komposisi Ngale muncul ketika penulis mengingat kembali saat sedang

berbincang-bincang dengan salah satu teman. Perbincangan itu mengenai proses

berkarya atau membuat komposisi musik bersumber dari objek yang memiliki

unsur bunyi atau menghasilkan bunyi. Hal tersebut mengarahkan pemikiran

penulis untuk mencoba mencari objek yang memiliki sumber bunyi. Penulis

kemudian berpikir tentang aspek-aspek musikal pada karawitan Bali. Sangat

banyak aspek musikal pada karawitan Bali yang bisa di kembangkan, salah

satunya pengembangan aspek musikal pada tabuh kale.

2. Pustaka

Selain lingkungan sosial, ada beberapa buku yang dijadikan referensi

dalam pembentukan komposisi yang berjudul Ngale. Buku-buku tersebut adalah

sebagai berikut.

Alma M. Hawkins, Mencipta Lewat Tari Terj. Y. Sumandyo Hadi

(Yogyakarta: Manthili, 2003). Buku ini membahas mengenai hal-hal yang

berkaitan dengan tari salah satunya ialah pengembangan kreativitas. Dalam buku

tersebut pada halaman 22 – 41 dijelaskan proses-proses kreatif dalam mencipta

sebuah karya tari mulai dari tahap eksplorasi, improvisasi dan pembentukan. Buku

ini dijadikan pegangan untuk metode penciptaan dalam karya yang berjudul

Ngale.

IWM Aryasa, Komang Astita, I Nyoman Rembang, I Wayan Beratha, I

Gst. Ag. Ngr. Supartha, I Gst. Bagus Arsadja, Ida Bagus Oka Windhu, I Wayan

UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 16: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/3918/1/Bab 1.pdf · instrumen reyong semarpegulingan, trompong gong gede 5 nada, reyong gong gede 5 nada, gong, kempur dan kempli

6

Simpen, Pengetahuan Karawitan Bali (Denpasar: Dapartemen Pendidikan dan

Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan Proyek Pengembangan Kesenian

Bali, 1984/1985). Dalam buku ini terdapat penjelasan mengenai gending kale.

Pada halaman 66 yang dijelaskan bentuk kale yang menggunakan satu nada dan

setiap hitungan kedua mendapat pukulan gong. Buku ini sebagai referensi untuk

membuat pertanggungjawaban serta dalam proses pembuatan komposisi agar

tidak kehilangan esensi kale.

Karl-Edmund Prier SJ, Ilmu Bentuk Musik (Yogyakarta: Pusat Musik

Liturgi, 1996). Dalam buku ini dijelaskan jenis-jenis bentuk lagu secara rinci.

Buku tersebut juga terdapat penjelasan mengenai pelebaran, penyempitan tema,

kontrapung kanon dsb. Penulis menjadikan buku tersebut sebagai pegangan untuk

pembuatan dan pengolahan dalam komposisi musik yang bertajuk Ngale.

3. Karya Seni

Anomali – I Putu Gede Sukaryana (Komposer). Karya ini ditampilkan kali

pertama pada acara ulang tahun GEOKS Singapadu pada tahun 2013. Anomali

merupakan karya ekplorasi yang menggunakan media ungkap pencon yang

berlaras pelog/slendro dengan mengembangkan pola permainan dan teknik

berbeda dari yang sudah ada sebelumnya. Alasan penulis memilih karya ini

sebagai referensi karena terdapat keunikan dalam bentuk karya, pemilihan

instrumen, serta eksplorasi. Pembeda dengan karya yang akan dibuat terletak pada

penggunaan reyong yang berbeda nada dasar yang nantinya susunannya akan

diacak, serta lebih memaksimalkan instrumen dengan mencari kemungkinan-

kemungkinan suara lain yang akan dihasilkan dari instrumen pencon.

UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 17: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/3918/1/Bab 1.pdf · instrumen reyong semarpegulingan, trompong gong gede 5 nada, reyong gong gede 5 nada, gong, kempur dan kempli

7

X – I Putu Gede Sukaryana (Komposer). Karya ini ditampilkan kali

pertama pada acara Pesta Kesenian Bali (PKB) tahun 2016. Karya ini merupakan

satu ide dasar dari karya sebelumnya yang berjudul Anomali. Instrumen yang

digunakan masih sama yaitu berbentuk pencon, namun pada karya ini instrumen

ditata berbentuk X. Alasan penulis memilih karya ini sebagai referensi karena

penyusunan instrumen. Menurut pengamatan penulis instrumen yang disusun

berbentuk X memudahkan setiap pemusik memainkannya tanpa harus berpindah

posisi. Pembeda dari karya yang dibuat terletak pada teknik permainan dan

penyikapan instrumen.

Driping Water/Yeh Ngetel– I Dewa Ketut Alit (Komposer). Tidak banyak

informasi yang didapatkan tentang karya ini. Driping Water/Yeh Ngetel

merupakan karya yang dimainkan menggunakan media ungkap gamelan Salukat

(gamelan baru). Namun dalam karya ini lebih dominan menggunakan pencon.

Alasan penulis memilih karya ini menjadi referensi karena terdapat keunikan

dalam bentuk karya (pola permainan) dan pemilihan instrumen. Pembeda dari

karya yang akan dibuat terletak pada pemilihan instrumen dengan skala yang

lebih kecil.

Close At – I Kadek Dwi Santika (komposer). Karya ini ditampilkan kali

pertama dalam ujian penciptaan musik di Pasca Sarjana ISI Yogyakarta tahun

2015. Karya ini dimainkan oleh tiga orang yang menggunakan kentongan bambu

sebagai instrumennya. Teknik permainan dalam karya ini tidak begitu rumit,

namun karena setiap instrumen memiliki pola permainan yang berbeda-beda

komposisi ini terdengar rumit. Kerumitan itu dihasilkan oleh jalinan ritmis yang

UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 18: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/3918/1/Bab 1.pdf · instrumen reyong semarpegulingan, trompong gong gede 5 nada, reyong gong gede 5 nada, gong, kempur dan kempli

8

saling berkaitan satu dengan lainnya. Karya ini dijadikan referensi karena teknik

permainan dan pengembangan motif. Pembeda dari karya yang akan dibuat

terletak pada pemilihan instrumen dan pola permainan yang akan menonjolkan

pola ubit-ubitan.

E. Metode Penciptaan

Dalam proses penciptaan sebuah karya seni tentu saja ada tahapan-tahapan

atau metode yang digunakan guna mewujudkan gagasan yang yang terpupuk di

dalam otak manusia. Pada proses kali ini penulis menggunakan teori Alma M.

Hawkins sebagai sebagai metode penciptaan. Teori Hawkins sering digunakan

untuk metode penciptaan di jurusan seni tari, namun teori tersebut juga bisa

digunakan dalam penciptaan musik etnis.

Teori mencipta tersebut meliputi dari tahap eksplorasi, improvisasi dan

pembentukan.4 Proses pembuatan karya seni tidaklah instan, perlu beberapa

tahapan yang harus melibatkan proses yang panjang dan maksimal. Berikut ini

adalah proses dalam penciptaan karya musik etnis yang bertajuk Ngale.

1. Eksplorasi

Eksplorasi merupakan proses berpikir, berimajinasi serta merasakan dan

merespons suatu objek untuk mencari kemungkinan-kemungkinan lain yang

ditemui dan akan dijadikan bahan untuk menciptakan karya seni. Hawkins

menuliskan bahwa :

“Eksplorasi termasuk berpikir, berimajinasi, merasakan dan merespons. Berlawanan dengan proses imitatif, proses ini aktivitas merespons harus diarahkan sendiri. Eksplorasi berbeda dari improvisasi

4Alma M. Hawkins, Mencipta Lewat Tari, Terj. Y. Sumandyo Hadi (Yogyakarta:

Manthili, 2003), 22.

UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 19: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/3918/1/Bab 1.pdf · instrumen reyong semarpegulingan, trompong gong gede 5 nada, reyong gong gede 5 nada, gong, kempur dan kempli

9

dan komposisi, seperti tanda-tanda dari aktivitas ini dimotivasikan dari luar”.5

Dalam proses penciptaan ini juga melalui tahapan tersebut. Rangsang awal

atau pemikiran dalam penciptaan ini dimulai dari kegelisahan penata terhadap

suatu hal yang sederhana. Penata berpikir dalam kesederhanaan terdapat sesuatu

yang bermakna dan mendalam. Dewasa ini suatu yang rumit selalu dicari-cari dan

tanpa disadari kerumitan itu muncul karena adanya kesederhanaan. Seperti yang

telah dijelaskan sebelumnya ide yang berkaitan dengan kesederhanaan muncul

ketika penulis mengingat ada satu jenis tabuh pada gamelan Bali yaitu kale.

Eksplorasi dilakukan ketika saat awal proses akan dimulai. Pada proses

penggarapan karya Ngale terlebih dahulu dilakukan pemilihan instrumen. Proses

pemilihan instrumen dilakukan sebelum memulai proses latihan dengan pemusik.

Pemilihan instrumen mempunyai pengaruh yang sangat penting terhadap hasil

dari karya musik etnis. Instrumen yang digunakan dalam karya Ngale yaitu

berbentuk pencon. Ketertarikan terhadap instrumen berbentuk pencon

dikarenakan jika instrumen ini diolah dari cara penyikapan/cara memainkan akan

menghasilkan karakter bunyi yang cenderung lebih beragam dari instrumen yang

berbentuk bilah. Selain itu instrumen pencon bisa diposisikan sebagai instrumen

melodi dan ritmis. Setelah pemilihan instrumen atau media yang akan digunakan,

penata mulai memilih ritmis-ritmis, nada-nada dan pencarian karakter suara yang

akan digunakan untuk menambah perbendaharaan motif-motif yang nantinya akan

berpengaruh besar dalam komposisi ini. Proses kreatif ini pun akan terus berjalan,

5Hawkins, 24.

UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 20: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/3918/1/Bab 1.pdf · instrumen reyong semarpegulingan, trompong gong gede 5 nada, reyong gong gede 5 nada, gong, kempur dan kempli

10

dan berkembang sesuai dengan imajinasi, hingga sampai menemukan tahap akhir

dalam penggarapan.

2. Improvisasi

Improvisasi adalah cara bermain musik tanpa perencanaan atau pun bacaan

partitur tertentu.6 Proses improvisasi untuk mencari teknik-teknik permainan serta

pengembangan yang dilakukan tanpa adanya konsep sebelumnya, namun tidak

menutup kemungkinan juga terdapat konsep sebelum melakukan improvisasi.

Proses ini bisa terjadi secara spontanitas dan dilakukan berulang-ulang untuk

menemukan pola-pola yang diinginkan. Proses improvisasi sering digunakan saat

pembuatan atau pembentukan pola-pola ritme dan melodi yang akan disusun

sebagai pondasi awal dari karya Ngale.

Pada proses kali ini, penata lebih banyak menuangkan idenya secara

spontanitas saat latihan bersama pemusik, namun tidak menutup kemungkinan

juga sudah dipikirkan sebelumnya oleh penata. Proses improvisasi dalam karya

Ngale dilakukan pada awal proses dengan pemusik, tepatnya pada pertemuan

awal. Proses ini dilakukan dengan cara mendengarkan kembali hasil dari rekaman

saat proses latihan agar bisa mengevaluasi untuk mencari bagian-bagian yang

mungkin perlu dikembangkan, dihilangkan, dan diubah maupun diperbaharui

kembali.

3. Pembentukan

Proses pembentukan komposisi dilakukan dengan cara pemilihan beberapa

motif kecil yang kemudian akan dikembangkan lagi agar tidak terlalu banyak

6Pono Banoe, Kamus Musik (Yogyakarta: Kanisius, 2003), 193

UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 21: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/3918/1/Bab 1.pdf · instrumen reyong semarpegulingan, trompong gong gede 5 nada, reyong gong gede 5 nada, gong, kempur dan kempli

11

motif yang dibuat. Ada beberapa proses pembentukan antara lain: menyusun

motif menjadi pola, menyusun nada menjadi melodi, menyusun nada menjadi

harmoni, menyusun ritme-ritme sederhana yang dimainkan secara kanon,

mengembangkan pola ubit-ubitan serta penyikapan atau cara memperlakukan

instrumen secara berbeda untuk mencari kemungkinan bunyi-bunyi lain yang

dihasilkan dari instrumen yang digunakan. Pembentukan karya ini juga

memperhitungkan estetika di dalamnya. Seperti pendapat DeWitt H. Parker dalam

bukunya The Principles of Aesthetics yang dikutip Liang Gie mengatakan bahwa

ada enam asas dari bentuk estetis yaitu: organic unity (asas kesatuan utuh), the

principle of theme (asas tema), the principle of thematic variation (asas variasi

menurut tema), the principle of balance (asas keseimbangan), the principle of

evolution (asas perkembangan), the principle of hierarchy (asas tatajenjang).7

Selain ke enam asas tersebut juga mucul teori lainnya yang menjelaskan tentang

teori bentuk estetis. Seperti pendapat Monroe Beardsley dalam bukunya

Aesthetics: Problems in the Philosophy of Criticism yang dikutip Liang Gie

mengatakan bahwa ada tiga ciri yang menjadi sifat-sifat membuat baik (indah)

dari benda-benda estetis pada umumnya. Ketiga ciri tersebut yaitu: kesatuan

(unity), kerumitan (complexity) dan kesungguhan (intensity).8 Dari sembilan teori

menurut DeWitt H. Parker dan Monroe Beardsley yang telah dijelaskan di atas,

pada proses pembentukan karya ini lebih berpijak pada beberapa asas yaitu:

kesatuan (unity), kerumitan (complexity), kesungguhan (intensity), the principle of

balance (asas keseimbangan) dan the principle of evolution (asas perkembangan).

7The Liang Gie, Garis Besar Estetik (filsafat Keindahan) (Yogyakarta: Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, 1976), 46-47.

8Gie, 48.

UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 22: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/3918/1/Bab 1.pdf · instrumen reyong semarpegulingan, trompong gong gede 5 nada, reyong gong gede 5 nada, gong, kempur dan kempli

12

Kesatuan (unity) pada karya ini diberi tanda dengan menghadirkan tabuh

kale pada bagian awal dan bagian akhir yang bertujuan untuk mengikat menjadi

satu kesatuan proses kreativitas yang berada di tengah-tengah tabuh kale.

Kerumitan (complexity) pada komposisi ini ditandakan dengan permainan

interlocking yang dihasilkan karena setiap instrumen memiliki pola permainan

yang berbeda-beda. Kerumitan itu dihasilkan oleh jalinan motif atau ritmis yang

saling berkaitan satu dengan lainnya sehingga menghasilkan interlocking atau

ubit-ubitan yang terdengar rumit. Kesungguhan (intensity) yang dengan kata lain

adalah penekanan. Pada karya ini ditandakan dengan penekanan pada setiap

bagian yang memiliki penonjolan yang berbeda yaitu: bagian satu lebih

menonjolkan permainan ritmis, bagian dua lebih menonjolkan permainan melodi,

bagian tiga lebih menonjolkan permainan timbre dan bagian empat menonjolkan

penggabungan pola ritmis dengan melodi. Asas keseimbangan (the principle of

balance) dalam karya ini ditandakan dengan permainan antara instrumen satu

dengan lainnya memiliki intensitas pukulan yang sama, sehingga jalinan yang

dibentuk dari motif setiap instrumen terdengar seimbang atau balance. Asas

perkembangan (the principle of evolution) dalam karya ini ditandakan dengan

proses pengembangan motif sederhana yang dikembangkan hingga menjadi

kompleks.

Karya ini cenderung menggunakan melodi atau ritmis yang sama antara

pemusik satu dengan lainnya, namun agar tidak terlihat monotone penata

mencoba mengaplikasikan metode Karl-Edmund Prier SJ dalam pembentukan

karya ini. Beberapa metode tersebut seperti pelebaran pola atau motif,

UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta

Page 23: UPT Perpustakaan ISI Yogyakartadigilib.isi.ac.id/3918/1/Bab 1.pdf · instrumen reyong semarpegulingan, trompong gong gede 5 nada, reyong gong gede 5 nada, gong, kempur dan kempli

13

penyempitan pola atau motif, pengurangan pola atau motif, polyrhytmic,

pengolahan harmoni, kanon dsb, metode tersebut digunakan untuk

memaksimalkan dalam proses pembentukan karya Ngale. Berikut merupakan

contoh pengembangan tema dalam komposisi Ngale:

motif pokok: 6/8 _j/e/e je/e /je/e je/e j/ee /je/e _ je/e /je/e je/e j/ee /je/e je/e_

Pengurangan/Elis 6/8 _. e . e j.e . _ e . e j.e . e_

Pada karya Ngale dibagi menjadi empat bagian. Setiap bagian dibentuk

tema musikal yang akan dikembangkan dengan menggunakan beberapa teori dari

Karl-Edmund Prier SJ seperti yang sudah dijelaskan pada paragraf sebelumnya.

Penjelasan secara rinci mengenai struktur karya Ngale akan dijelaskan pada Bab

selanjutnya.

4. Penyajian

Proses penyajian merupakan dimana saat sebuah karya seni akan

dipentaskan atau ditampilkan di hadapan penonton. Penyajian dari karya Ngale

mencoba menghadirkan komposisi musik etnis yang bersumber dari

kesederhanaan sesuai dengan esensi kale. Penata mencoba memaksimalkan yang

sederhana sehingga menjadi sesuatu yang lebih kompleks. Seperti yang sudah

dijelaskan sebelumnya karya Ngale menggunakan instrumen yang berbentuk

pecon. Secara rinci penjelasan tentang penyajian karya Ngale akan dijelaskan

pada BAB II.

UPT Perpustakaan ISI YogyakartaUPT Perpustakaan ISI Yogyakarta