Top Banner
Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS VIII MTS DARUL ULUM SAMBENG LAMONGAN Surwiyanto 1) , Wahono Widodo 2) , dan Beni Setiawan 3) 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains FMIPA UNESA. E-mail: [email protected] 2) Dosen Program Studi Pendidikan Sains FMIPA UNESA. E-mail: Wahono . widodo@pnsmail . go.id 3) Dosen Program Studi Pendidikan Sains FMIPA UNESA. E-mail: Ben i . dzaky@gmail . com Abstrak Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di MTs Darul Ulum Sambeng Lamongan, motivasi belajar IPA dan hasil belajar IPA masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar serta hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi pertumbuhan dan perkembangan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas dua siklus dengan masing-masing siklus terdapat dua pertemuan. Sasaran pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs Darul Ulum Sambeng Lamongan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa meningkat dari 72,96% menjadi 75,70% dan hasil belajar siswa meningkat dari 55,88% menjadi 88,24%. Selain itu, aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran telah baik dan sangat baik. Sedangkan aktivitas siswa semakin membaik. Dari hasil tersebut dapat dikatakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi belajar serta hasil belajar IPA khususnya pada materi pertumbuhan dan perkembangan. Kata kunci: motivasi, hasil belajar, model pembelajaran kooperatif. Abstract Based on the observation in MTs Darul Ulum Sambeng Lamongan, the motivation of study especially IPA and the students’ learning achievement in IPA is low. The aims of the research is increase the motivation of study and the students’ learning achievement in IPA with cooperative learning model type STAD on matter growing and development. This research is a Classroom Action Research consisted of two cycles and each cycle comprising two meetings. The objective of this research is class VIII MTs Darul Ulum Sambeng Lamongan. The results showed that motivation of study increase from 72,96% in cycle I to75,70% in cycle II and the students’ learning achievement increase from 55,88% in cycle I to 88,24% in cycle II. Beside that, the activity of teacher to manage the laerning done well and so well. The average the activities of teacher to manage the laerning increases from 2,86 to 3,25. Whereas the activities of student be better. From the all results indicates the cooperative learning model type STAD can increase the motivation of study and the students’ 1
14

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL  BELAJAR IPA PADA MATERI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS VIII MTS DARUL ULUM SAMBENG

Feb 08, 2016

Download

Documents

Alim Sumarno

Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya, author : SURWIYANTO
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL  BELAJAR IPA PADA MATERI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS VIII MTS DARUL ULUM SAMBENG

Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA PADA MATERI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS VIII MTS DARUL ULUM SAMBENG LAMONGAN

Surwiyanto 1), Wahono Widodo 2), dan Beni Setiawan 3)

1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sains FMIPA UNESA. E-mail: [email protected]) Dosen Program Studi Pendidikan Sains FMIPA UNESA. E-mail: Wahono . widodo@pnsmail . go.id

3) Dosen Program Studi Pendidikan Sains FMIPA UNESA. E-mail: Ben i . dzaky@gmail . com

Abstrak Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di MTs Darul Ulum Sambeng Lamongan, motivasi belajar IPA dan hasil belajar IPA masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi belajar serta hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi pertumbuhan dan perkembangan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas dua siklus dengan masing-masing siklus terdapat dua pertemuan. Sasaran pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII MTs Darul Ulum Sambeng Lamongan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa meningkat dari 72,96% menjadi 75,70% dan hasil belajar siswa meningkat dari 55,88% menjadi 88,24%. Selain itu, aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran telah baik dan sangat baik. Sedangkan aktivitas siswa semakin membaik. Dari hasil tersebut dapat dikatakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi belajar serta hasil belajar IPA khususnya pada materi pertumbuhan dan perkembangan. Kata kunci: motivasi, hasil belajar, model pembelajaran kooperatif.

AbstractBased on the observation in MTs Darul Ulum Sambeng Lamongan, the motivation of study especially IPA and the students’ learning achievement in IPA is low. The aims of the research is increase the motivation of study and the students’ learning achievement in IPA with cooperative learning model type STAD on matter growing and development. This research is a Classroom Action Research consisted of two cycles and each cycle comprising two meetings. The objective of this research is class VIII MTs Darul Ulum Sambeng Lamongan. The results showed that motivation of study increase from 72,96% in cycle I to75,70% in cycle II and the students’ learning achievement increase from 55,88% in cycle I to 88,24% in cycle II. Beside that, the activity of teacher to manage the laerning done well and so well. The average the activities of teacher to manage the laerning increases from 2,86 to 3,25. Whereas the activities of student be better. From the all results indicates the cooperative learning model type STAD can increase the motivation of study and the students’ learning achievement in IPA especially on matter growing and development.Keywords: motivation, learning achievement, the cooperative learning model.

PENDAHULUAN Salah satu kendala atau permasalahan pada bidang pendidikan terjadi di MTs Darul Ulum Sambeng Lamongan, yaitu rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran IPA. Dalam proses pembelajaran IPA biasanya siswa sering ramai, kurang memperhatikan materi, sering bercanda sama temanya dan lain sebagainya, hal ini menunjukkan rendahnya motivasi belajar IPA.

Faktor-faktor yang menjadi sebab rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa di MTs Darul Ulum sambeng Lamongan diantaranya dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekolah yang belum memiliki

laboratorium IPA serta kondisi geografis yang terpencil dan berada di pedesaan sehingga mempengaruhi rendahnya tingkat kesadaran pada belajar/pendidikan formal, meliputi lingkungan, keluarga dan pada siswa sendiri.

Pada dua tahun terakhir nilai mata pelajaran IPA di MTs Darul Ulum khususnya kelas VIII masih rendah dibandingkan dengan nilai mata pelajaran IPS. Pada mata pelajaran IPS dengan KKM 75 pada tahun 2010 nilai yang dicapai siswa rata-rata 80-85 pad= tahun 2011 nilai yang dicapai siswa rata-rata 80-85

1

Page 2: UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL  BELAJAR IPA PADA MATERI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS VIII MTS DARUL ULUM SAMBENG

Artikel Jurnal Pendidikan. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013

Sedangkan mata pelajaran IPA dengan KKM 65, pada tahun 2010 nilai yang dicapai siswa rata-rata 65-75 dan pada tahun 2011 nilai yang dicapai siswa rata-rata65-75. Data tersebut menunjukkan bahwa nilai mata pelajaran IPA masih rendah dibandingkan mata pelajaran lain.

Kondisi tersebut menuntut peneliti merancang solusi agar motivasi dan hasil belajar siswa meningkat dari sebelumnya, yaitu dengan meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penerapan metode pembelajaran yang cocok. Perlu diadakan evaluasi secara kontinyu atas penyebab dan akibat dari rendahnya motivasi dan hasil belajar siswa di MTs Darul Ulum khususnya kelas VIII pada mata pelajaran IPA.

Hakikat motivasi belajar adalah dorongan internal dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung (Uno, 2011). Keberhasilan seseorang dalam memotivasi diri diindikatorkan dengan adanya hasrat dan keinginan berhasil, adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, adanya harapan dan cita-cita masa depan, adanya penghargaan dalam belajar, adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan siswa dapat belajar dengan baik.

Pembelajaran IPA yang dilakukan memberikan kontribusi dalam meningkatkan motivasi internal dan eksternal siswa. Salah satu model untuk membelajarkan IPA yaitu Model Kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD). Menurut Nur (2011) STAD merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif. Ide utama dibalik STAD adalah untuk memotivasi siswa saling memberi semangat dan membantu dalam menuntaskan keterampilan-keterampilan yang dipresentasikan guru.

Materi pertumbuhan dan perkembangan merupakan materi IPA pada kelas VIII semester gasal. Salah satu metode atau model pembelajaran yang sesuai dengan materi pertumbuhan dan perkembangan adalah model pembelajaaran kooperatif tipe STAD. Selain itu, materi tersebut menjadi materi pembuka pada semester gasal sehingga diharapkan pada awal pembelajaran IPA, siswa dapat termotivasi pada proses pembelajaran IPA selanjutnya.

Dari beberapa latar belakang yang ada, penulis ingin mengadakan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar IPA pada Materi Pertumbuhan dan Perkembangan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas VIII MTs Darul Ulum Sambeng Lamongan” dengan tujuan motivasi dan hasil belajar siswa kian meningkat.

Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi untuk mencapai tujuan tertentu (Uno, 2011).

Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik, berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar dan harapan. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan yang menarik. Pengukuran motivasi belajar siswa dapat dilakukan dengan menggunakan angket motivasi yang diadaptasi dari model Attention, Relevance, Convidence, and Satisfaction (ARCS) oleh Jhon Keller (Keller, 1988).

John Dewey yang terkenal dengan kelas demokrasi menyatakan bahwa sekolah seharusnya mencerminkan masyarakat yang lebih besar dan kelas merupakan laboratorium untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam kehidupan nyata (Ibrahim, dkk.2000: 12). Peserta didik akan berkelompok dan bekerjasama dalam menyelesaikan tugas belajarnya. Sehingga mereka menemukan kebermaknaan dalam belajar di kelas, menemukan penyelesaian atas pertanyaan dalam pembelajaran, baik pertanyaan individu maupun pertanyaan kelompok. Peserta didik juga akan belajar demokrasi melalui interaksi yang dilakukan saat pembelajaran berlangsung.

Page 3: UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL  BELAJAR IPA PADA MATERI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS VIII MTS DARUL ULUM SAMBENG

Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA

Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif. Ide utama dibalik STAD adalah untuk memotivasi siswa saling memberi semangat dan membantu dalam menuntaskan keterampilan-keterampilan yang dipresentasikan guru. (Nur, 2011)

Tertulis pada Slavin (2010), pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utama, yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim. Selain itu STAD juga terdiri dari siklus kegiatan pengajaran yang teratur.

METODEJenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yakni penelitian melalui sebuah kegiatan perencanaan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Rancangan penelitian yang dipakai adalah sebagai berikut :

Gambar 3.1 Siklus Kemmis dan Taggart(sumber: Suyadi, 2010)

Keterangan : kegiatan: hasil kegiatan: kegiatan berlangsung secara bersamaan

: urutan pelaksanaan kegiatan

Sasaran penelitian adalah siswa kelas VIII MTs Darul Ulum Sambeng Lamongan dengan jumlah siswa sebanyak 39 Siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran 2013-2014, mulai tanggal 1-5 Desember 2013, di kelas VIII MTs Darul Ulum Sambeng Lamongan.

Prosedur penelitian meliputi tahap persiapan, pelaksanaan, dan analisis. Teknik pengumpulan data yang digunakan ada 3 cara, diantaranya: (1) metode observasi untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa pada aspek afektif dan data pengamatan pengelolaan pembelajaran yang diamati oleh 2 pengamat selama kegiatan pembelajaran berlangsung; (2) metode tes yang digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa; dan (3) metode angket digunakan untuk memperoleh data tentang motivasi belajar siswa. Sedangkan instrumen yang digunakan, diantaranya: lembar pengamatan pengelolaan pembelajaran, lembar aktivitas siswa, lembar penilaian afektif siswa, tes hasil belajar, serta angket motivasi siswa.

Untuk teknik analisis pengelolaan pembelajaran, pengelolaan pembelajaran dikatakan efektif apabila kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran telah mencapai kategori baik atau sangat baik (Lince, 2001 dalam Kriswintari, 2010). Data hasil belajar kognitif, menggunakan penghitungan nilai, nilai ≥ 75 (Kriteria Ketuntasan Minimal) dikatakan tuntas. Sedangkan ketuntasan klasikal yaitu jika siswa yang tuntas ≥ 85%.

Peningkatan belajar siswa pada tiap siklus dapat dihitung menggunakan gain ternormalisasi. Rumus yang digunakan adalah (Hake, 1998) :

¿ g>¿%<Sf >−%<Si> ¿%<Sm>−%<Si>¿¿

¿

Keterangan :<Si> = nilai pertemuan pertama <Sf> = nilai pertemuan pertama<Sm> = nilai maksimal<g> = nilai rata-rata gain yang dinormalisasiSkor gain ternormalisasi yang diperoleh diinterpretasikan berdasarkan kriteria yang diadopsi dari Hake (1998) pada Tabel 1 berikut:

Nilai <g> Klasifikasi<g> ≥ 0,7 Tinggi

0,7 > <g> ≥ 0,3 Sedang<g> ¿ 0,3 Rendah

Untuk menganalisis motivasi belajar siswa, peneliti menggunakan angket ARCS Jhon Keller yaitu attention, relevance, confidence, dan satisfaction yang memiliki rentang skor satu sampai lima.

HASIL DAN PEMBAHASAN

3

Page 4: UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL  BELAJAR IPA PADA MATERI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS VIII MTS DARUL ULUM SAMBENG

Artikel Jurnal Pendidikan. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013

Penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi “pertumbuhan dan perkembangan dilakukan sampai 2 siklus.

1. Pengelolaan pembelajaran oleh guruHasil pengelolaan pembelajaran yang

dilakukan oleh guru, dapat dilihat pada grafik.1 sebagai berikut:

Grafik 1. Rata-rata Aktivitas Guru Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan grafik.1 di atas menunjukkan bahwa aktivitas guru pada siklus II meningkat berdasarkan hasil refleksi dan revisi dari siklus I.

Aktivitas 2, 4, 7, 8, 9, 10 penilaian dari siklus I dan siklus II tetap, sedangkan aktivitas 1, 3, 5, 6, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, dan 18 mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut disebabkan guru mengevaluasi dan memperbaiki setiap aktivitas pembelajaran atas dasar saran serta masukan yang diberikan oleh pengamat.

Fase-1 pada model pembelajaran kooperatif yaitu guru menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa. Kegiatan guru untuk memotivasi siswa telah meningkat dari 3,50 menjadi 4,00 seperti pada grafik.1. no.1. Guru telah melaksanakannya dengan sangat baik. Pemberian motivasi awal ini sangat penting untuk menumbuhkan motivasi khususnya attention siswa. Kegiatan kedua yaitu guru menunjuk siswa untuk mengungkapkan pendapat tetap dengan skor 2,50. Guru melakukannya dengan baik, kegiatan ini dilakukan untuk merangsang siswa lebih aktif sejak awal pembelajaran. Kegiatan yang ketiga yaitu mengkomunikasikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai meningkat dari 2,50 menjadi 3,00. Tujuan dalam pembelajaran harus disampaikan agar siswa mengetahui apa saja target yang harus dicapai pada pembelajaran dan menjadi lebih terdorong untuk mencapainya.

Fase ke-2 yaitu menyajikan informasi. Guru mengawali dengan membagikan buku siswa (no.4 grafik.1) dan memberikan kesempatan siswa untuk membaca buku siswa (no.5 grafik.1). Guru melakukan dengan sangat baik dengan skor 4,00 pada kegiatan no.4 dan peningkatan dari 3,00

menjadi 3,50 untuk kegiatan no.5. Selanjutnya guru memberikan pengetahuan awal (no.6 grafik.1) dengan menjelaskan poin-poin penting pada materi sesuai tujuan pembelajaran. Guru mendapat skor 3,00 pada siklus I dan 3,50 pada siklus II.

Guru telah melakukan kegiatan dengan sangat baik. Menurut Piaget, karakteristik Siswa SMP/MTs yaitu pada usia belasan mereka mampu berpikir abstrak dan dapat menganalisis masalah secara ilmiah dan kemudian menyelesaikan masalah (Nursalim, dkk. 2007). Dari pernyataan tersebut peran guru dalam pembelajaran hanya sebagai fasilitator, siswa yang aktif mencari dan mendapatkan informasi yang lengkap.

Fase ke-3 yaitu mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok (no.7 grafik.1). Guru membagi siswa dengan sangat baik, pada kedua siklus skornya 4,00. Kegiatan dilanjutkan dengan guru menginstruksikan siswa dalam kelompoknya (no.8 grafik.1) juga dilaksanakan dengan sangat baik. Skor pada kedua sikus tetap yaitu 3,50.

Fase ke-4 yaitu membimbing kelompok bekerja dan belajar. Kegiatan 9 yaitu membagikan LKS pada tiap kelompok dilakukan guru dengan sangat baik. Kemudian pada kegiatan 10, menginstruksikan siswa dalam kelompok, skornya tetap yaitu 3,00 dengan kategori baik. Kegiatan 11, guru membimbing dan memfasilitasi siswa yang mengalami kesulitan meningkat dari 2,00 menjadi 3,00. Guru bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing yang mengarahkan siswa pada teori yang benar. Selanjutnya adalah meminta salah satu wakil kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya (no.12 grafik.1), aktifitas tersebut telah dilakukan guru dengan sangat baik.

Fase ke-5 yaitu memberikan evaluasi. Pada fase ke-5 diantaranya adalah kegiatan 13 yaitu guru bersama siswa menyimpulkan hasil presentasi dan guru mengkonfirmasi kepada jawaban yang benar meningkat dari skor 3,00 menjadi 3,50. Kegiatan 14, memberikan kuis meningkat dari 2,50 menjadi 3,00. Dan kegiatan 15 yaitu mengumpulkan kuis juga sama, meningkat dari 2,50 menjadi 3,00.

Fase yang terakhir yaitu memberikan penghargaan pada siswa. Penghargaan diberikan kepada kelompok siswa yang aktif dan mendapatkan peningkatan hasil beajar yang tinggi. Pada pemberian penghargaan (no.16 grafik.1), guru mendapat skor 2,00 pada siklus I dan skor 2,50 pada siklus II. Meskipun terdapat

Page 5: UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL  BELAJAR IPA PADA MATERI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS VIII MTS DARUL ULUM SAMBENG

Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA

peningkatan, skor yang didapatkan masih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh pemberian penghargaan oleh guru tertunda pada pertemuan selanjutnya. Pada kegiatan 17, guru mengingatkan siswa untuk mempelajari materi selanjutnya, meningkat dari skor 2,00 menjadi 3,00. Kegiatan ini dilakukan agar siswa memiliki pandangan atau pengetahuan awal materi yang akan disampaikan pada pertemuan selanjutnya.

Waktu pengelolaan kegiatan belajar mengajar pada no.18 grafik.1 mengalami peningkatan, tapi masih rendah. Pada siklus I skor yang diperoleh guru sebesar 2,00 dengan kategori cukup dan siklus II sebesar 2,50 dengan kategori baik. Hal ini terjadi karena persiapan yang dilakukan peneliti sebagai guru masih kurang. Selain itu disebabkan juga diskusi yang dilakukan siswa lebih lama dari waktu yang seharusnya menyebabkan kemoloran pada kegiatan selanjutnya, termasuk pemberian evaluasi tiap di akhir pembelajaran.

2. Aktivitas Siswa

Grafik.2. Rata-rata Frekwensi Aktivitas Siswa dalam Kelas

Keterangan : Akt.1 Memperhatikan penjelasan guruAkt. 2. Mengemukakan pendapat kelompok/individuAkt. 3. Membaca buku siswa/LKSAkt. 4. Melakukan diskusi kelompokAkt. 5. Memperhatikan pendapat temanAkt. 6. Mengerjakan tugasAkt. 7. Menganalisis hasil diskusiAkt. 8. Ramai di kelasAkt. 9. Melakukan kegiatan yang tidak relevan

Pada grafik.2 di atas, menunjukkan rata-rata aktivitas siswa yang dominan dalam pembelajaran IPA dengan model kooperatif tipe STAD setiap lima menit sekali. Pada siklus kedua, aktivitas siswa 1 yaitu siswa memperhatikan penjelasan guru semakin menurun, siklus I aktivitas rata-rata mencapai 38,75% sedangkan siklus II

aktivitas 1 hanya 36,88%. Hal tersebut berkaitan dengan aktivitas 4 yaitu melakukan diskusi kelompok. Aktivitas 4 naik dari 9,38% menjadi12,50%. Hal ini terjadi karena pada siklus I, guru masih cenderung banyak menjelaskan, sedangkan pada siklus selanjutnya guru membatasi penjelasan dan siswa memperbanyak diskusi dengan kelompoknya. Sesuai dengan teori pembelajaran model kooperatif, pembelajaran harus student center, penyajian pengetahuan oleh guru dibatasi atau dikurangi dan memperbanyak siswa menemukan pengetahuannya lewat diskusi kelompok.

Frekwensi aktivitas 2 yaitu mengemukakan pendapat meningkat dari 1,88% menjadi 3,13%. Kemampuan ini meningkat seiring terbiasanya siswa terlibat dalam pembelajaran kooperatif. Siswa lebih percaya diri untuk mengemukakan pendapatnya karena kondisi pembelajaran yang menuntut siswa untuk dapat menguasai pembelajaran baik secara kelompok maupun individu. Kondisi pembelajaran tersebut diantaranya dengan diadakannya postes atau evaluasi akhir setiap selesai pembelajaran.

Siswa dalam membaca buku siswa maupun LKS meningkat dari 11,88% menjadi 12,50%. Siswa mendapatkan informasi bukan hanya dari guru, tetapi dapat secara mandiri mencari informasi yang terdapat dalam buku-buku penunjang. Kegiatan berlangsung secara baik. Selain itu, siswa juga dapat memperoleh informasi dari teman melalui kerja kelompok, memperhatikan pendapat teman, mengerjakan tugas, dan menganalisis hasil diskusi. Aktivitas-aktivitas tersebut telah meningkat juga pada tiap siklusnya kecuali memperhatikan pendapat teman. Memperhatikan pendapat teman menurun dari 4,38% menjadi 3,75%. Hal ini terjadi karena semakin banyaknya siswa yang lebih mengeluarkan pendapatnya daripada hanya memperhatikan temannya saat mengeluarkan pendapat. Kondisi ini menyatakan kelas telah semakin hidup.

Aktivitas yang lain yaitu menganalisis hasil diskusi dan mengerjakan tugas kian meningkat. Siswa mengerjakan tugas meningkat dari 17,50% menjadi 18,13%. Sedangkan siswa menganalisis hasil diskusi tetap 12,50%. Kedua aktivitas tersebut merupakan aktivitas dimana

5

Page 6: UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL  BELAJAR IPA PADA MATERI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS VIII MTS DARUL ULUM SAMBENG

Artikel Jurnal Pendidikan. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013

membiasakan siswa untuk aktif dalam mennyelesaikannya, sehingga semua siswa bekerja.

Aktivitas ramai dalam kelas dan melakukan aktivitas yang tidak relevan mengalami penurunan pada tiap siklusnya. Penurunan ini menunjukkan kondisi kelas menjadi semakin kondusif. Siswa menyadari bahwa mereka memiliki kewajiban dalam menyelesaikan tugas dengan segera. Hal tersebut sesuai dengan salah satu cara pemotivasian siswa yang dikemukakan oleh Keller (1988) khususnya pada perhatian (attention) siswa.

Persentase aktivitas siswa yang dominan adalah memperhatikan penjelasan guru. Aktivitas ini dilakukan siswa diantaranya ketika guru memberikan motivasi awal, guru memberikan pengetahuan awal, guru menyimpulkan pembelajaran, serta guru memberikan penghargaan. Peran guru pada saat-saat tersebut masih dominan. Meskipun demikian, siswa tidak hanya diam dan pasif, siswa bersama-sama dengan guru menggali informasi yang dibutuhkan. Jika dipersentasikan secara keseluruhan antara guru dominan dengan siswa dominan pada siklus II yaitu 36,88% guru dominan dan 62,50% siswa dominan. Dari pernyataan tersebut, pembelajaran kooperatif berjalan sesuai fase dan porsinya.

Secara keseluruhan aktivitas siswa selama 4 pertemuan pada 2 siklus dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD semakin membaik. Siswa semakin aktif dan kelas juga semakin kondusif sehingga materi pembelajaran akan semakin mudah dicerna dan dimasukkan dalam memori jangka panjang.

3. Hasil Belajar Siswaa. Aspek Kognitif

Grafik.3. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Pada Aspek Kognitif

Pada Grafik.3 di atas menunjukkan bahwa hasil belajar kognitif siswa pada siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I pertemuan 1 ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 55,88% dan pertemuan 2 sebesar 73,53%. Kriteria ketuntasan minimum secara klasikal sebesar 85%, pada siklus I dikatakan masih belum tuntas. Sedangkan pada siklus II pertemuan 1 ketuntasan klasikal siswa mencapai 85,29% dan pertemuan 2 sebesar 88,24%, kelas telah dikatakan tuntas.

Ketuntasan secara klasikal dilihat dari ketuntasan individu dalam melaksanakan pembelajaran di dalam kelas. Ketuntasan secara klasikal mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan hasil belajar siswa di dalam kelas banyak yang meningkat dari pertemuan-pertemuan sebelumnya. Hasil gain ternormalisasi pada siklus I sebesar 0,18 dan pada siklus II sebesar 0,07. Angka ini menurut Hake (1998) menunjukkan peningkatannya masih tergolong rendah.

Peningkatan hasil belajar siswa disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya adalah kondisi kelas, model pembelajaran, dan motivasi intrinsik dari diri siswa sendiri maupun ekstrinsik. Kondisi kelas yang tercipta harus kondusif dan nyaman bagi siswa. Model pembelajaran juga harus sesuai dengan materi pembelajaran agar materi dapat terserap pada memori jangka panjang siswa.

Pada tindakan kelas yang dilakukan oleh peneliti untuk meningkatkan hasil belajar serta motivasi siswa, peneliti menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Menurut Nur (2011), kelebihan dari pembelajaran kooperatif tipe STAD diantaranya adalah siswa akan aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama serta bertanggung jawab baik untuk diri sendiri maupun bagi kelompok. Dari pernyataan tersebut, siswa akan termotivasi dari kondisi kelas yang nyaman karena antarsiswa terjalin hubungan yang erat.

Pada proses pembelajaran, siswa lebih banyak bekerja secara kelompok. Siswa memecahkan masalah atau tugas yang diberikan oleh guru secara bersama, saling melengkapi satu sama lain. Pada saat bekerja bersama, terjadi pembelajaran tutor sebaya. Siswa yang lebih pintar atau menguasai konsep yang diberikan guru akan membimbing teman dalam kelompoknya yang kurang mengerti. Dari kondisi tersebut, siswa yang kurang mampu akan memaksa dirinya

Page 7: UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL  BELAJAR IPA PADA MATERI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS VIII MTS DARUL ULUM SAMBENG

Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA

sendiri untuk meningkatkan prestasinya khususnya untuk dirinya dan untuk kelompoknya pada umumnya.

b. Aspek Afektif

A B C0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

2.433.01

2.32

3.37 3.28 3.09

SIKLUS ISIKLUS II

Grafik.4. Hasil Belajar Siswa Pada Aspek Afektif

Dari grafik di atas dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dihasilkan peningkatan hasil belajar pada aspek afektif. Aspek afektif yang diamati diantaranya A (kedisiplinan), B (saling menghargai), dan C (kemampuan mengemukakan pendapat) seperti yang disajikan pada grafik.4.

Dewey yang terkenal dengan kelas demokrasi menyatakan bahwa sekolah seharusnya mencerminkan masyarakat yang lebih besar dan kelas merupakan laboratorium untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam kehidupan nyata (Ibrahim, dkk.2000). Pada pembelajaran selama 4 pertemuan dalam dua siklus ini telah dibentuk kelompok kerja yang tidak berubah. Berdasarkan kondisi tersebut, siswa akan saling menghargai satu sama lain karena merasa berada dalam satu kesatuan dalam kelompok belajar. Seperti yang disajikan pada grafik 4.4 pada siklus I kemampuan siswa untuk saling menghargai sebesar 3,01 meningkat pada siklus II menjadi 3,28.

Kemampuan mengemukakan pendapat telah meningkat. Pada siklus I sebesar 2,32 dan siklus II sebesar 3,09. Kemampuan ini meningkat seiring terbiasanya siswa terlibat dalam pembelajaran kooperatif. Siswa lebih percaya diri untuk mengemukakan pendapatnya karena kondisi pembelajaran yang menuntut siswa untuk dapat menguasai pembelajaran baik secara kelompok maupun individu. Kondisi pembelajaran tersebut diantaranya dengan diadakannya postes atau evaluasi akhir setiap selesai pembelajaran.

4. Motivasi Belajar SiswaMotivasi belajar menurut Uno (2011)

merupakan dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang mendukung.

Indikator motivasi belajar salah satunya dengan adanya lingkungan belajar yang kondusif. Pada pertemuan siklus pertama, kelas masih sulit dikendalikan sehingga masih banyak siswa-siswi yang ramai di kelas. Tetapi, pada pertemuan siklus kedua, siswa-siswi lebih mudah dikendalikan sehingga kelas menjadi tenang. Hal ini merupakan satu faktor yang dapat meningkatkan motivasi khususnya satisfaction. Komponen satisfaction meningkat dari siklus I sebesar 81,43% menjadi 82,86% pada siklus II. Siswa merasa puas ketika kondisi belajar nyaman dan berlangsung secara kondusif. Kenaikan motivasi pada tiap komponennya disajikan pada diagram berikut :

Grafik.5. Tingkat motivasi pada tiap kriteria

Attention atau perhatian siswa juga semakin meningkat. Pada siklus I sebesar 70,40% dan pada siklus II menjadi 75,26%. Hal ini juga dapat dilihat pada aktivitas siswa pada grafik 4.4. kategori C (mengemukakan pendapat) yang semakin meningkat. Perhatian siswa meningkat karena adanya dorongan pada siswa untuk dapat menyelesaikan tugas secara individu yang diberikan oleh guru setiap akhir pembelajaran.

Motivasi pada komponen relevance pada pembelajaran ini didapatkan dengan pemilihan kegiatan yang menurut siswa berharga. Siswa akan merasa pembelajaran menjadi penting ketika siswa merasa pembelajaran itu ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Sesuai yang dikatakan Keller, bahwa meningkatkan relevansi siswa bisa dilakukan Guru dengan menggunakan bahasa konkret dan contoh yang sudah familiar dengan siswa. Digambarkan pada grafik.5., motivasi pada komponen relevance meningkat dari 75,64% menjadi 77,84% pada tiap siklusnya.

Komponen motivasi yang terakhir yaitu convidence atau keyakinan siswa. Keller menyatakan untuk meningkatkan keyakinan siswa dapat dilakukan dengan menanamkan keyakinan kepada siswa bahwa setiap siswa wajib sukses, memberikan tujuan dan prasyarat, menumbuhkan pebelajar, memberikan umpan balik, serta learner control. Pada pembelajaran kali ini, kegiatan pembelajaran dikemas secara ringan dan mudah bagi siswa sehingga dapat menumbuhkan pebelajar yang saling

7

Page 8: UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL  BELAJAR IPA PADA MATERI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS VIII MTS DARUL ULUM SAMBENG

Artikel Jurnal Pendidikan. Volume 01 Nomor 01 Tahun 2013

aktif, segera menyelesaikan tugas-tugasnya baik secara kelompok maupun individu.

Pemberian umpan balik, pertanyaan kecil, serta LKS yang diringkas secara sedarhana menjadikan pembelajaran terkesan ringan. Konsep yang sulit dimengerti akan menjadi mudah dimengerti oleh siswa. Siswa terdorong untuk yakin akan mendapatkan hasil yang maksimal dari proses pembelajaran. Selain itu siswa menjadi yakin akan dapat mengerjakan tugas secara individu yang diberikan Guru dengan hasil yang maksimal pada akhir pembelajaran. Pada pembelajaran selama dua siklus ini, keyakinan siswa untuk memotivasi dirinya meningkat dari 81,43% menjadi 82,86%.

Secara keseluruhan motivasi siswa dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan materi pertumbuhan dan perkembangan meningkat dari siklus I ke siklus II. Siklus I motivasi rata-rata siswa dalam kelas sebesar 72,96% sedangkan pada siklus II motivasi menjadi sebesar 75,70%. Menurut Ridwan (2007), persentase motivasi telah kuat dalam pembelajaran.

Ucapan Terima Kasih1. Dr. Wahono Widodo, M.Si. selaku Ketua

Program Studi Pendidikan Sains UNESA sekaligus selaku Dosen Pembimbing Skripsi utama yang dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

2. Beni Setiawan, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi pendamping yang dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

3. Dr. Raharjo, M.Si. selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan masukan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Siti Nurul Hidayati, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Penguji II yang dengan sabar memberikan masukan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. M Budiyanto, S.Pd., M.Pd. dan Siti Nurul Hidayati, S.Pd., M.Pd. selaku penelaah instrumen penelitian yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis.

6. Seluruh dosen dan karyawan Program Studi Pendidikan Sains FMIPA UNESA.

7. Prof. Dr. Suyono, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNESA.

8. Drs. H. Na’im, M.Ag. selaku kepala MTs Darul Ulum Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan.

9. Sirin A, S.Pd. dan Afif Ma’sum, S.Pd. I selaku guru sekaligus pengamat dan banyak membantu penulis selama penelitian.

10. Siswa-siswi kelas VIII MTs Darul Ulum Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan.

11. Teman-teman Program Studi Pendidikan Sains angkatan 2009, terima kasih atas sumbangan pemikiran sampai skripsi ini selesai.

12. Keluarga tercinta, Bapak, Almh. Ibu, mbak, dan adhek semua yang dengan ikhlas mendukung dan memberi motivasi dengan tiada rasa bosan dan keluh setiap waktu.

13. Sahabat-sahabat dan teman-teman kost yang banyak membantu dalam penelitian ini.

14. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya skripsi ini yang tidak dapat disebut satu-persatu.

PENUTUPSimpulanModel pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi Pertumbuhan dan Perkembangan Kelas VIII MTs Darul Ulum Sambeng Lamongan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA. Motivasi belajar pada siklus I sebesar 72,96% dan pada siklus II menjadi sebesar 75,70%. Sedangkan ketuntasan hasil belajar siswa aspek kognitif pada siklus I sebesar 64,71% dan siklus II menjadi sebesar 85,29%.

Saran 1. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dapat digunakan dan dikembangkan sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran karena berdasarkan hasil penelitian dapat meningkatkan hasil belajar, aktivitas dan motivasi siswa.

2. Bagi siswa, guru dan semua pihak di MTs Darul Ulum agar terus mengembangkan dan mencari kreatifitas yang berhubungan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

3. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian yang sejenis bisa meningkatkan menurut pendapat ahli yang lain agar hasil penelitian bervariatif.

4. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini memiliki kekurangan dalam hal pengelolaan waktu, maka saran untuk penelitian selanjutnya agar dipertimbangkan lagi kebutuhan waktunya dan dirancang sebaik-baiknya pengelolaan waktu yang dibutuhkan saat kegiatan belajar mengajar.

Page 9: UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL  BELAJAR IPA PADA MATERI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS VIII MTS DARUL ULUM SAMBENG

Upaya Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPA

DAFTAR PUSTAKA

Artikel ini adalah ringkasan dari skripsi dengan judul “Upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar IPA pada materi pertumbuhan dan perkembangan dengan model pembelajaran kooperatif tipe stad siswa kelas VIII MTs Darul Ulum Sambeng Lamongan”.

Referensi yang dipakai pada artikel ini, yaitu:

Arends, Richards I. 2004. Learning to Teach. New York : Mc Graw-Hill.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hake, R. R. (1998). Interactive-Engagement Versus Traditional Methods: A Six-Thousand-Student Survey Of Mechanics Tes Data For Introductory Physics Course, Am. J. Physics. American Association of Physics Teachers , 66 (1) 64-74.

Ibrahim, Muslimin., Fida Rachmadiarti, Mohamad Nur, dan Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa University Press.

Keller, John M. dan Suzuki, K. 1988. John Keller’s ARCS Model of Motivational Design. diakses dari http://www.nwlink.com/~ donclark/hrd/learning/id/arcs_model.html.

Kriswintari, Desy. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Berpendekatan SETS Terhadap Hasil Belajar dan Motivasi Belajar Siswa Kelas VII di SMP Negeri 19 Surabaya. Unesa. Skripsi tidak dipublikasikan.

Nur, Muhamad. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa University Press.

Nursalim, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Surabaya : Unesa University Press.

Pusat kurikulum. 2007. Naskah Akademik Kebijakan Kurikulum Mata Pelajaran IPA. Depdiknas.

Riduwan. 2007. Skala Pengukuran Variabel-Variabel. Bandung: Alfabeta.

Slavin, Robert E.2010. Cooperative Learning. Bandung : Nusa Media.

Suyadi. 2010. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: DIVA Press.

Uno, Hamzah B. 2011. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

9