Page 1
UPAYA BALAI TAMAN NASIONAL BERBAK DAN SEMBILANG
DALAM MEMGANTISIPASI KEBAKARAN HUTAN
(STUDI KASUS DI DESA AIR HITAM LAUT RESORT CEMARA
KAWASAN SEKSI PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL WILAYAH III)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata (S.1)
Dalam Prodi Ilmu Pemerintahan
Pada Fakultas Syariah
RISWAN PERMADI
105170595
Pembimbing
Dr. YULIATIN, M.H.I
KHAIRUN NAJIB, M.I.p
PRODI ILMU PEMERINTAHAN SYARIAH
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
TAHUN 2021
Page 2
i
PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR
Yang bertandatangan dibawah ini :
Nama : Riswan Permadi
Nim : 105170595
Prodi : Ilmu Pemerintahan
Fakultas : Syariah
Alamat : Kec. Telanaipura, Kel. Pematang Sulur, Kota Jambi
Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa skripsi saya yang berjudul :“Upaya
Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang Dalam Mengantisipasi
Kebakaran Hutan. (Studi Kasus Di Desa Air Hitam Laut Resort Cemara
Kawasan Seksi Pengelolaan Taman Nasional(SPTN) Wilayah III ).” Adalah
hasil karya pribadi yang tidak mengandung unsur plagiarisme dan tidak berisi
materi yang tidak di publikasikan atau ditulis orang lain, kecuali kutipan yang
telah disebutkan sumbernya sesuai dengan ketentuan yang di benarkan secara
ilmiah.
Apabila pernyataan ini tidak benar, maka peneliti siap mempertanggung
jawapkan sesuai dengan hukum yang berlaku dan ketentuan UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi, termasuk pencabutan gelar yang saya peroleh dari skripsi ini.
Jambi, Maret 2021
Riswan Permadi
NIM : 105170595
Page 3
ii
Pembimbing I : Dr. YULIATIN, M.H.I
Pembimbing II : KHAIRUN NAJIB, M.I.P
Alamat : Fakultas Syariah UIN STS Jambi
Jl. Jambi- Muara Bulian KM. 16 Simp. Sei Duren
Jaluko Kab. Muaro Jambi 31346 Tel. (0741) 582021
Jambi, Januari 2021
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Syariah
UIN Sultan Thaha Saifuddin Jambi
Di- Jambi
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Assalamualaikum Wr, Wb.
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sepenuhnya, maka skripsi saudara
Riswan Permadi, 105170595 yang berjudul: Upaya Balai Taman Nasional
Berbak dan Sembilang Dalam Mengantisipasi Kebakaran Hutan. (Studi
Kasus Di Desa Air Hitam Laut Resort Cemara Kawasan Seksi Pengelolaan
Taman Nasional(SPTN) Wilayah III). Telah disetujui dan dapat diajukan untuk
dimunakasahkan guna melengkapi syarat-syarat memperoleh gelar sarjana strata
satu (S1) dalam program studi Ilmu PemerintahanFakultas Syariah Universitas
Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Demikianlah, kami ucapkan terimakasih semoga bermanfaat bagi
kepentingan Agama, Nusa dan Bangsa.
Wassalamualaikum Wr, Wb.
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Yuliatin, M.H.I Khairun Najib, M.I.P
NIP. 197407182000032002 NIDN. 2011118803
Page 5
iv
MOTTO
(٦( اِنَّ مَعَ الْعسُْرِ يسُْرًاۗ )٥فَاِنَّ مَعَ الْعسُْرِ يسُْرًاۙ )
“Maka sesungguhnya beserta kesulitan ada kemudahan,
sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.”
(QS. Asy-Syarh [94]: 5-6).
“ Ilmu itu bagaikan binatang buruan, sedangkan pena adalah
pengikatnya. Maka ikatlah binatang buruanmu dengan ikatan
yang kuat.”
(Imam Syafi‟i)
Page 6
v
PERSEMBAHAN
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
yang berjudul “Upaya Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang Dalam
Mengantisipasi Kebakaran Hutan. (Studi Kasus Di Desa Air Hitam Laut Resort
Cemara Kawasan Seksi Pengelolaan Taman Nasional(SPTN) Wilayah III)”, dan
diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapat gelar Sarjana pada Program
Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Syariah, Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi. Saya mengucapkan terimakasih kepada pihak yang
terlibat langsung maupun tidak langsung atas selesainya Skripsi ini :
1. Ayah Reflis, sang tulang punggung keluarga. Banting tulang memperjuangkan
kehidupan anaknya.Terimakasih Ayah, semoga selalu diberi kesehatan wal
afiat oleh Allah SWT, tunggu sebentar lagi putera bungsumu ini bakal
membahagiakanmu. Thanks foreverything, Ayah!
2. Nurlis, S.Sb, M.IRt, (Sarjana Serba bisa – Master Ibu Rumah tangga). Seorang
wanita tangguh bin perkasa menyabet gelar kepahlawanan dalam membentuk
karakter anak – anaknya. Dengan tanpa gelar akademik sekalipun tetap
menjadi suksesor sarjana bagi anak – anaknya. Izinkan aku membentuk
senyum simpul manis di ujungbibirnya ketika sukses nanti.
3. Kakak Amelia Susanti,Abang Roni Efendi S.P dan Kakak Rita Silviana S.E,
Ketiga saudara kandung yang selalu membantu, support dan menyemangati.
Juga terimakasih untuk saudara ipar yang berasa seperti saudara kandung, bang
Page 7
vi
Imran, bang Madel S.Pd.I, dan kak Yeyen, yang juga selalu membantu dan
menyemangati
4. Terimakasih teruntuk Rika Levi Oktapia yang selalu membantu danmenemani.
Page 8
vii
ABSTRAK
Taman Nasional Berbak memegang peranan penting baik dalam skala
lokal, nasional, dan internasional.Secara lokal menjadi ekosistem penting dalam
menyangga tata air pada Daerah Aliran Sungai Batanghari.Secara nasional Taman
Nasional Berbak menjadi ikon penting kepedulian pemerintah Indonesia dalam
melestarikan kawasan ekosistem hutan rawa gambut dan fauna yang ada di
dalamnya.Sedangkan secara Internasional Taman Nasional Berbak memegang
peranan penting dalam pelestarian berbagai fauna langka.Tetapi kebakaran hutan
yang merusak hutan masih ada di Taman Nasional Berbak, sehingga diperlukan
upaya pengawasan oleh Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang,
pemerintah, dan pihak-pihak yang terkait untuk mengantisipasi masalah
tersebut.Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui upaya Balai Taman
Nasional Berbak dan Sembilang dalam mengantisipasi kebakaran hutan.Jenis
metode yang digunakan adalah dengan pendekatan kualitatif dengan
menggunakan teknik pengumpulan data melalui hasil observasi, wawancara, dan
dokumentasi lokasi penelitian dilaksanakan di Balai Taman Nasional Berbak dan
Sembilang Provinsi Jambi dan pada Taman Nasional Berbak Kabupaten Tanjung
Jabung Timur. Berdasarkan hasil analisis sangatlah penting untuk selalu
mengingatkan masyarakat terhadap pentingnya hutan, hal buruk yang dirasakan
jikalau hutan rusak, hukum yang berlaku akibat perusakan hutan dan pengawasan
yang ketat untuk mengantisipasi kebakaran hutan di Taman Nasional Berbak dan
Sembilang.
Kata Kunci: Upaya, Mengantisipasi, Kebakaran Hutan.
Page 9
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang mana dalam
penyelesaian skripsi ini penulis selalu diberikan kesehatan dan kekuatan, sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Disamping itu, tidak lupa pula
iringan shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad saw.
Skripsi ini berjudul Upaya Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang
Dalam Mengantisipasi Kebakaran Hutan. (Studi Kasus Di Desa Air Hitam
Laut Resort Cemara Kawasan Seksi Pengelolaan Taman Nasional(SPTN)
Wilayah III ). Adapun tujuan pembuatan skripsi ini adalah sebagai syarat untuk
meraih gelarsarjana.
Kemudian dalam menyelesaikan skripsi ini, tidak sedikit terdapat
hambatan dan rintangan yang dihadapi dan yang penulis temui baik dalam
mengumpulkan data maupun dalam penyusunannya. Dan berkat adanya bantuan
dari berbagai pihak, terutama bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh
pembimbing, maka skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Oleh karena itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah kata terima kasih
kepada semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, terutama
sekali kepada Yang Terhormat:
1. Bapak Prof Dr. H. Su‟aidi Asy‟ari, MA, Ph.D sebagai Rektor Universitas Islam
Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
Page 10
ix
2. Bapak Dr. Sayuti Una, S.Ag, M.H, Sebagai Dekan Fakultas Syariah
Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. Bapak Dr. Agus Salim, S. Th.I., M.A., M. IR., Ph Sebagai Wakil Dekan
Bidang Akademik Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
4. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, S.H, M. Hum., Sebagai Wakil Dekan Bidang
Akademik Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
5. Bapak Dr. H. Ishaq, M.Hum, Sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan
dan Kerjasama Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
6. Ibu Dr. Irmawati Sagala, S.IP., M.Si dan Bapak Yudi Armansyah, M. Hum
Sebagai Kaprodi dan Sekprodi Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
7. Ibu Dr. Yuliatin., M.H.I danBapak Khairun Najib S.IP., M.IpSebagai
Pembimbing I dan Pembimbing II skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu Dosen, Asisten Dosen, dan seluruh Karyawan /Karyawati
Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
9. Terimakasih kepada Bapak Ir. Pratono Puroso, M.Se selaku Kepala Balai
Taman Nasional Berbak dan Sembilang yang telah memberikan ijin untuk
dapat melakukan penelitian di Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang.
Page 11
x
10. Terimakasih Kepada Bapak Nurazman, SH.,M.Hum selaku Kepala Seksi
SPTB Wilayah III atas bimbingan dan masukannya, sehingga bisa
terselesaikannya Skripsi ini.
11. Terimakasih kepada Bapak Samporis selaku Kepala Resort Sungai Cemara
atas masukan dan pemberian kelengkapan data-data guna penyelesaian Skripsi
ini.
12. Terimakasih Kepada Ibu Serli, Bapak Ridwan, Yuswa, SH,Bapak Nurdani
Ginanjar, SH, Bapak Anwar, SH, Bapak Isal, Bapak Aldy, Bapak Sarif, Bapak
Wido, Ibu Tyas, Bapak Rahman, telah membantu memberikan data, informasi,
bimbingan dan bantuan sehingga bisa terselesaikannya Skripsi ini.
13. Terimakasi untuk seluruh pegawai Balai Taman Nasional Berbak dan
Sembilang yang telah bersedia meluangkan waktu untuk wawancara
denganpenulis dan senantiasa membantu penulis dalam pemberian
kelengkapan data-data guna penyelesaian Skripsi ini.
14. Untuk semua sahabat-sahabat seperjuangan Fakultas Syariah, terimakasih
telah menemani, berjuang bersama duduk di bangku kuliah yang penuh
kenangan.
15. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini baik langsung dan
tidak langsung.
Disamping itu, didasari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karen itu diharapkan kepada semua pihak untuk dapat memberikan
kontribusi pemikiran demi perbaikan skripsi ini. Kapada Allah SWT kita
Page 12
xi
memohon ampunan-Nya dan kepada manusia kita mohon manfaatnya.Semoga
amal kebajikan kita dinilai seimbang oleh Allah SWT.
Jambi, Maret 2021
Penulis
Page 13
xii
DAFTAR ISI
JUDUL .................................................................................................................
PERNYATAAN .................................................................................................. i
PERSETUJUAN ................................................................................................ ii
MOTTO ............................................................................................................ iii
PERSEMBAHAN ............................................................................................. iv
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Batasan Masalah................................................................................ 5
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...................................................... 5
E. Kerangka Teori.................................................................................. 6
F. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 14
BAB II METODE PENELITIAN ......................................................................
A. Lokasi Penelitiaan ........................................................................... 17
B. Pendekatan Penelitian ..................................................................... 17
Page 14
xiii
C. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 18
D. Instrumen Pengumpulan Data ......................................................... 19
E. Analisi Data ..................................................................................... 21
F. Sistematika Penulisan ..................................................................... 22
BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN ................................
A. Deskripsi Taman Nasional Berbak ................................................... 24
1. Sejarah Kawasan ..................................................................... 24
2. Kelembagaan ........................................................................... 26
3. Kondisi Geografis .................................................................... 28
4. Aksesibilitas ............................................................................ 30
5. Kondisi Biofisik Kawasan ....................................................... 31
6. Potensi Hayati dan Non Hayati ............................................... 38
7. Visi Misi Taman Nasional Berbak .......................................... 50
8. Tugas dan Fungsi ..................................................................... 52
9. Sarana dan Prasarana ............................................................... 54
B. Deskripsi SPTN Wilayah III ........................................................ 55
1. Deskripsi Wilayah ................................................................... 55
2. Sarana dan Prasarana Resort Cemara Desa Air Hitam Laut ... 57
3. Resort Cemara Desa Air Hitam Laut ....................................... 58
BAB IV UPAYA BALAI TAMAN NASIONAL BERBAK JAMBI DALAM
MENGANTISIPASI KEBAKARAN HUTAN ................................................
A. Faktor penyebab terjadinya kebakaran hutan Taman Nasional Berbak
dan Sembilang di kawasan taman Nasional Berbak Desa Air Hitam
Page 15
xiv
Laut Resort Cemara SPTN Wilayah III Kecamatan Sadu Kabupaten
Tanjung Jabung Timur....................................................................60
B. Kendala Balai Taman Nasional Berbak Dan Sembilang Dalam
Mengantisipasi Kebakaran Hutan....................................................67
C. Upaya Pihak Balai Taman Nasional Berbak Dan Sembilang Dalam
Mengantisipasi Kerusakan Hutan di kawasan Taman Nasional Berbak
Desa Air Hitam Laut Resort Cemara SPTN Wilayah III Kecamatan
Sadu Kabupaten Tanjung Jabung Timur.........................................71
BAB V PENUTUP ...............................................................................................
A. Kesimpulan ................................................................................ 79
B. Saran .......................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 82
LAMPIRAN
Page 16
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kerusakan hutan dapat menurunkan produktivitas sumber daya hutan,
sehingga hutan tidak mampu lagi memberikan manfaat yang optimal.Kerusakan
hutan itu seringkali disebabkan oleh ulah manusia dan aktivitas pembangunan
serta pemanfaatan lahan menjadi perkebunan.Sehingga hutan yang seharusnya di
lestarikan dan dirawat oleh masyarakat tersebut di alih pungsikan untuk
kepentingan pribadi, untuk mengantispasi kerusakan terus menerus pemerintah
harus membuat batasan terhadap pembukaan lahan terhadap masyarakat. Allah
berfirman didalam Al-Quran Surah Al-Rahman Ayat 7-9 yang berbunyi:
أقَِيمُو الْوَزْنَ وَالسَّماءَ رَفعَهَا وَوَضَعَ الْمِيزانَ )( ألَاَّ تطَْغوَْا فيِ الْمِيزانِ )( وَ
بِالْقِسْطِ وَلا تخُْسِرُوا الْمِيزانَ
Artinya : “Dan langit telah ditinggikan-Nya dan Dia ciptakan keseimbangan. Agar
kamu jangan merusak keseimbangan itu. dan tegakkanlah keseimbangan itu
dengan adil dan janganlah kamu mengurangi keseimbangan itu1
Dari Ayat tersebut dapat diketahui bahwa menjaga keseimbangan alam itu
sangat penting dan jangan mengurangi keseimbangan tersebut agar bisa mendapat
kebaikan dan manfaat dari kita menjaga keseimbangan alam dan tidak
mengurangi keseimbangan itu salah satunya dengan cara tidak merusak alam.
1 QS: Al-Rahman Ayat 7-9
Page 17
2
Secara teori berdasarkan UU nomor 18 tahun 2013 tentang pencegahan
dan pemberantasan perusakan hutan, bahwa hutan sebagai karunia dan anugrah
dari Tuhan yang maha Esa yang diamanatkan kepada bangsa Indonesia,
merupakan kekayaan yang dikuasai oleh Negara dan memberikan manfaat bagi
umat manusia yang wajib di syukuri, dikelola dan dimanfaatkan secara optimal
serta dijaga kelestariannya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Bahwa
pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan harus dilaksanakan secara tepat dan
berkelanjutan dengan pertimbangan fungsi ekologi, sosial dan ekonomis, serta
untuk menjaga keberlanjutan bagi kehidupan sekarang dan kehidupan generasi
yang akan datang. Bahwa telah terjadi perusakan hutan yang disebabkan oleh
pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan yang tidak sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
Secara kelembagaan, Taman Nasional Berbak dimulai pada tahun 1997
sebagai Unit Pelaksana Teknis Balai Taman Nasional berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 185/Kpts-II/1997 tanggal 31 Maret 1997.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: P.03/Menhut-II/2007
Tanggal 1 Februari 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Taman Nasional sebagaimana telah diubah dengan Surat Keputusan Menteri
Kehutanan No. P.52/Menhut-II/2009 Tanggal 27 Juli 2009, sebagai Unit
Pelaksana Teknis Balai Taman Nasional Tipe A. Terakhir sesuai dengan Surat
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor:
P.07/Menlhk/Setjen/OTL.01/2016 Tanggal 10 Februari 2016 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional, pengelolaan kawasan
Page 18
3
Taman Nasional Berbak bergabung bersama dengan pengelolaan kawasan Taman
Nasional Sembilang menjadi Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang yang
berkedudukan di Propinsi Jambi.2
Bahwa kebakaran hutan, telah menimbulkan kerugian di lingkungan hidup
dan meningkatkan pemanasan global yang telah menjadi isu nasional, regional
dan internasional.Kekayaan sumberdaya alam tersebut telah mengalami berbagai
tekanan. Kerugian yang ditimbulkan akibat kebakaran hutan adalah kabut asap
yang terjadi pada tahun 2019 berdampak buruk bagi perekonomian masyarakat
jambi.
Secara praktek bahwa secara keseluruhan kawasan hutan di Provinsi Jambi
dengan luas daratan 4.882.857 Ha yang memiliki kawasan hutan seluas 2.098.535
Ha, dan untuk luas kawasan Taman Nasional Berbak Jambi seluas 141.130
Ha.Hutan tersebut banyak berkurang wilayahnya dikarenakan adanya perambahan
hutan tanpa izin, ilegal logging, kebakaran hutan yang diakibatkan faktor manusia
atau orang-orang yang tidak bertanggung jawab, dan perburuan satwa.3
Banyak terjadi kerusakan hutan yang di sebabkan oleh pihak yang tidak
bertanggung jawab seperti kasus kebakaran hutan yang terjadi di Taman Nasional
Berbak. Salah satu penyebab terjadinya kerusakan hutan yaitu kebakaran, di
kawasan taman nasional Berbak pada tahun 2015 terjadi kebakaran hutan seluas
2
Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPJP) Taman Nasional Berbak Hal.1
3 Taman Nasional Berbak & Dokumentasi Dinas Kehutanan Provinsi Jambi Tahun 2017
Page 19
4
60.325,57 Ha, pada tahun 2018 terjadi kebakaran hutan seluas 588,37 Ha, dan
pada tahun 2019 terjadi kebakaran hutan seluas 18.003,31 Ha.4
Alasan penulis memilih penelitian di Kawasan Balai Taman Nasional
Berbak karenamemegang peranan penting baik dalam sekala lokal, nasional, dan
internasional. Secara lokal menjadi ekosistem penting dalam menyangga tata air
pada daerah aliran Sungai Batang Hari. Secara nasional Taman Nasional Berbak
merupakan kawasan pelestarian ekosistem lahan basah sebagai habitat harimau
Sumatra, Tapir Asia, dan Burung Air. Sedangkan secara internasional kawasan
Taman Nasional Berbak merupakan salah satu situs Ramsar dan Situs Cagar
Biosfer. Disekitar kawasan Taman Nasional Berbak tersebar 26 Desa. Desa-desa
tersebutter dapat dua Kabupaten yaitu Tanjung Jabung Timur dan Kabupaten
Muaro Jambi. Adapun desa-desa di Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang
berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional Berbak adalah desa-desa
yang terdapat di Kecamatan Sadu, Kecamatan Nipah Panjang, dan Kecamatan
Berbak.
Disini penulis memilih Desa Air Hitam Laut Resort Cemara SPTN
Wilayah III Kecamatan Sadu Kabupaten Tanjung Jabung Timur dikarenakan
setelah dilakukan observasi dan wawancara dengan POLHUT (Polisi Hutan)
TNBS Mengatakan, “disanalah tempat yang cukup luas terjadinya kebakaran
hutan pada tahun 2019”5. Dan dari hasil observasi didapatkan beberapa faktor
yang menyebabkan kebakaran hutan cukup luas pada tahun 2019 yaitu: diwilayah
4 Dokumentasi Taman Nasional Berbak Sembilang
5 Wawancara Ridwan selaku POLHUT (Polisi Hutan) TNBS, 07-10-1020
Page 20
5
SPTN Wilayah III terdapat lahan gambut cukup luas yang mudah terbakar,
ditambah lagi faktor dari masyarakat yang kurang mau mengikuti himbauwan
Pemerintah desa yang tidak boleh membuka lahan dengan membakar. Juga ingin
mengetahui bagaimana upaya pihak Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang
untuk mengantisipasi kebakaran hutan di kawasan yang dilindungi ini.6
Dari uraian di atas, bisa diketahu bahwa hutan memberikan kontribusi
yang tidak sedikit bagi kehidupan makhluk-makhluk di sekitarnya, khususnya
bagi manusia. Untuk itu sangatlah penting menjaga hutan. Salah satunya kawasan
hutan Balai Taman Nasional Berbak Jambi agar tetap lestari.
Berdasarkan hal tersebut diatas peneliti ingin mengetahui Upaya Balai Taman
Nasional Berbak dan Sembilang Dalam Mengantisipasi Kebakaran Hutan.
(Studi Kasus Di Desa Air Hitam Laut Resort Cemara Kawasan Seksi
Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah III )
B. RumusanMasalah
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka terdapat beberapa masalah yang
perlu untuk dikaji lebih dalam, antara lain:
1. Apa factor penyebab terjadinya kebakaran hutan Taman Nasional Berbak dan
Sembilang di kawasan taman Nasional Berbak Desa Air Hitam Laut Resort
Cemara SPTN Wilayah III Kecamatan Sadu Kabupaten Tanjung Jabung
Timur?
6Observasi di Taman Nasional Berbak SPTN Wilayah IiI Kec. Tanjung Jabung Timur,
07/10/2020
Page 21
6
2. Apa kendala Balai Taman nasional berbak dan Sembilang dalam
mengantisipasi kebakaran hutan ?
3. Bagaimana upaya pihak Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang dalam
mengantisipasi kerusakan hutan di kawasan Taman Nasional Berbak Desa Air
Hitam Laut Resort Cemara SPTN Wilayah III Kecamatan Sadu Kabupaten
Tanjung Jabung Timur?
C. Batasan Masalah
Yang menjadi fokus permasalahan peneliti ini adalah bagaimana upaya
yang dilakukan oleh pihak Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang dalam
Mengantisipasi Kebakaran Hutan. (Studi Kasus di Resort Cemara Desa Air Hitam
Laut )
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya kebakaran hutan di kawasan
Taman Nasional Berbak Jambi.
b. Untuk mengetahui kendala Balai Taman nasional Berbak dan Sembilang dalam
mengantisipasi kebakaran hutan.
c. Untuk mengetahui upaya pihak kawasan Balai Taman Nasional Berbak dan
Sembilang dalam Mengantisipasi Kebakaran hutan di kawasan Balai Taman
Nasional Berbak Jambi.
2. Kegunaan Penelitian
Page 22
7
Hasil penelitan ini diharapkan berguna sebagai:
a. Secara akademisi, dalam kajian ilmu pemerintahan penelitian ini diharapkan
mampu menambah pengetahuan mengenai kajian upaya pemerintah dalam
mengantisipasi kebakaran hutan di provinsi Jambi. Dan sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Setrata Satu (S1).
b. Sebagai bahan masukan terhadap masyarakat tentang bagaimana cara
pencegahan kebakaran hutan
c. Agar masyarakat peduli terhadap hutan dan menjaga hutan agar tetap berseri
E. Kerangka Teori
1. Teori Antisipasi
a. Pengertian Antisipasi
Antisipasi merupakan bagian terpenting bagi seseorang dalam setiap
menghadapi situasi baru atau situasi yang mungkin terjadi. Setiap saat orang akan
melakukan kegiatan antisipasi. Antisipasi sangat diperlukan, karena untuk
menghadapi situasi baru atau permasalahan sebelum benar-benar terjadi. Dalam
menghadapi situasi baru atau permasalahan, seseorang perlu mengantisipasi apa
saja yang harus dipersiapkan dan apa saja yang harus dilakukan untuk
menghadapi situasi baru atau bagaimana memecahkan permasalahan tersebut.7
Antisipasi dalam KBBI diartikan sebagai perhitungan tentang hal-hal yang
akan (belum) terjadi; bayangan; ramalan; atau penyesuaian mental terhadap
7
Digilib, hal 9
Page 23
8
peristiwa yang akan terjadi.8 Memprediksi didefinisikan sebagai tindakan
memahami dugaan terhadap hasil suatu kejadian tanpa benar-benar melakukan
operasi yang terkait dengan kejadian tersebut, dan meramalkan didefinisikan
sebagai tindakan memahami dugaan yang mengarah kepada tindakan, sebelum
melakukan operasi yang terkait dengan tindakan. Sedangkan menurut Riegler
antisipasi adalah hasil dari kanalisasi internal (perihal pembuatan kanal/terusan,
penyaluran rasa tidak puas, dsb) yang memaksa jalan tertentu baik dalam fisik
atau alam abstrak.9
Glasersfeld mengelompokan tiga jenis umum antisipasi yaitu (1) dugaan
implisit yang hadir dalam tindakan kita, misalnya persiapan dan pengendalian
gerakan kita ketika kita meraba-raba dalam gelap; (2) prediksi hasil, misalnya
memprediksi bahwa segera terjadi hujan setelah memperhatikan langit diselimuti
oleh awan gelap; dan (3) ramalan peristiwa/kejadian yang diinginkan dan sarana
untuk mencapai hal tersebut, misalnya antisipasi seorang anak terhadap
kapitulasi.10
Kajian teori dalam penelitian ini adalah sebagai pedoman dalam mengkaji
permasalahan di atas. Adapun yang menjadi kajian dalam penulisan ini adalah
sebagai berikut :
8Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diakses dari http://www.kbbi.com/, 31
September 2020
9Alexander Riegler, “The Role of Anticipation in Cognition”. Proceeding of the
American Institute of Physics , Vol 573, (2001), hlm.537.
10
E. V. Glasersfeld, “Anticipation in the contruktivist Theory of Cognition”. In D. M.
Dubois (Ed.) Computing Anticipatory Systems, (1998), hlm. 40.
Page 24
9
1. Mendidik masyarakat umum tentang langkah-langkah dalam mencegah
kebakaran melalui informasi yang terkoordinasi seperti menggunakan media
cetak, elektronik dan media lainya
2. Melarang pengguanaan pembakaran, dan mendidik masyarakat dengan cara-
cara mempersiapkan lahan tanpa menggunakan Api (Zero Burning)
3. Meningkatkan keterampilan dan kemampuan tenaga kerja termasuk
kariyawan sector baik Negara maupun suwasta
4. Menyediakan peralatan pemadam kebakaran sesuai dengan luas lahan yang di
butuhkan
5. Memberikan hukuman terhadap setiap pelaku yang melanggar Undang-
Undang tersebut
Peraturan dan Undang-Undang yang terkait dengan mencegah dan
pemberantasan lahan dan hutan dan kebakaran di tentukan dalam Undang-Undang
Nomor 5 tahun 1990, Undang-undang Nomor 5 tahun 1994, Undang-undang
Nomor 23 tahun 1997, Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 dan peraturan
Nomor 4 Tahun 2001. Adapun teori yang harus dilakukan dalam mencegah
terjadinya kebakaran adalah sebagai berikut:
Hutan merupakan salah satu bentuk tata guna lahan yang lazim dijumpai di
daerah tropis, subtrovis di dataran rendah maupun pegunungan bahkan di daerah
kering sekalipun. Pengertian hutan adalah suatu masyarakat tumbuh tumbuhan
dan hewan yang hidup dalam lapisan dan permukaan tanah, yang terletak pada
Page 25
10
suatu kawasan dan membentuk suatu kesatuan ekosistem yang berada dalam
keseimbangan dinamis
Sedangkan pengertian hutan menurut pemerintah berdasarkan Undang-
Undang Pokok Kehutanan N0.41 Tahun 1999 adalah “suatu lapangan
pertumbuhan pohon-pohonan yang secara keseluruahan merupakan persekutuan
hidup alam hayati, alam lingkungan dan yang di tetapkan oleh pemerintah sebagai
hutan” 11
Indonesia memiliki luas hutan 144 juta hektare, atau 75 persen dari total
luas daratan. Sekitar 49 juta hektare merupakan areal hutan lindung, sedangkan 64
juta hektare telah dirancang untuk hutan produksi, dan luas selebihnya sebesar 31
hektare disediakan untuk keperluan perluasan pertanian. 12
Pengertian hutan di atas erat kaitannya dengan proses-proses yang saling
berhubungan seperti berikut ini:
a. Hidrologis, artinya hutan merupakan gudang penyimpanan air dan tempat
penyerapannya air hujan maupun embun yang pada akhirnya akan
mengalirkannya ke sungai-sungai yang memiliki mata air di tengah-tengah
hutan secara teratur menurut irama alam. Hutan juga berperan untuk
melindungi tanah dari erosi
b. Iklim artinya komponen ekosistem alam yang terdiri dari unsur-unsur hujan,
matahar, angina dan kelembaban
11
Arifin Arif, Hutan „Hakikat hutan dan pengaruhnya terhadap lingkungan: Penerbit
Yayasan Obor Indonesia Jakarta, 1994 Hal 4 -5
12
Arifin Arif, Hutan „Hakikat hutan dan pengaruhnya terhadap lingkungan: Penerbit
Yayasan Obor Indonesia Jakarta, 1994 Hal 4
Page 26
11
c. kesuburan tanah artinya tanah hutan merupakan pembentuk humus utama dan
penyimpanan unsur-unsur mineral bagi tumbuhan lain
d. keanekaragaman, artinya hutan memiliki kekayaan berbagai jenis flora dan
fauna
e. sumber daya alam, artinya hutan mampu memberikan sumbangan hasil alam
yang cukup besar bagi devisa Negara, terutama di bidang industry
f. wilayah wisata alam, artinya hutan mampu berfungsi sebagai sumber
inspirasi, keagungan Tuhan Yang Maha Esa, nilai estetika, etika dan
sebagainya.13
Faktor Masyarakat mempunyai andil yang paling besar terhadap adanya
kebakaran hutan. Beberapa faktor penyebab kebakaran hutan antara lain:
a. Pembukaan lahan dengan membakar
Masyarakat di sekitar kawasan hutan seringkali menggunakan api untuk
persiapan lahan, baik untuk membuat lahan pertanian maupun perkebunan.
Perbedaan biaya produksi yang tinggi menjadi satu faktor pendorong penggunaan
api dalam kegiatan persiapan lahan. Metode penggunaan api dalam kegiatan
persiapan lahan dilakukan karena murah dari segi biaya dan segi efektif dari segi
waktu dan hasil yang dicapai cukup memuaskan.
b. Pembalakan liar
Kegiatan pembalakan liar atau illegal loging lebih banyak menghasilkan
lahan-lahan kritis dengan tingkat kerawanan kebakaran yang tinggi. Seringkali,
13
G Ghozali Hlm 9-10
Page 27
12
api yang tidak terkendali secara mudah merambat ke areal hutan-hutan kritis
tersebut. Kegiatan pembalakan liar atau illegal loging seringkali meninggalkan
bahan bakar (daun, cabang, dan ranting) yang semakin lama semakin bertambah
dan menumpuk dalam kawasan hutan yang dalam musim kemarau akan
mengering dan sangat berpotensi sebagai penyebab kebakaranhutan.
c. Sebab lain
Sebab lain yang bisa menjadi pemicu terjadinya kerusakan kebakaran
hutan adalah faktor kurangnya kesadaran masyarakat terhadap bahaya api.
Biasanya bentuk kegiatan yang menjadi penyebab adalah ketidak sengajaan dari
pelaku. Misalnya masyarakat mempunyai interaksi yang tinggi dengan hutan.
Salah satu bentuk interaksi tersebut adalah kebiasaan penduduk mengambil kayu
yang biasanya sambil menyalakan rokok. Dengan tidak sadar mereka membuaang
puntung rokok dalam kawasan hutan yang mempunyai potensi bahan bakar
melimpah sehingga memungkinkan terjadinya kebakaran.14
Pada tatanan Provinsi, peran pemerintah daerah juga sangat besar dalam
mengantisipasi kebakaran hutan dan lahan, di mana para Gubernur berkewajiban
untuk:15
a. Menyusun Peraturan Gubernur mengenai sistem pengendalian kebakaran hutan
dan lahan;
14
Ati Dwi Nurhayati dan Aldi Yusup
15
Intruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Peningkatan
Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan hlm. 8
Page 28
13
b. Mengoptimalkan peran dan fungsi Badan penanggulangan Bencana Daerah
sebagai koordinasi dalam pengendalian kebakaran hutan dan lahan;
c. Mengoleksikan biaya pelaksana pengendalian kebakaran hutan dan lahan
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi;
d. Memfasilitasi hubungan kerja sama antar pemerintah kabupaten/kota dalam
pelaksanaan pengendalian kebakaran hutan dan lahan di wilayah Provinsi
e. Melaporkan hasil pelaksanaan pengendalian kebakaran hutan dan lahan di
wilayahnya kepada Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan
Keamanan;
f. Mewajibkan kepada pelaku usaha pertanian untuk memiliki sumber daya
manusia, sarana dan prasarana pengendalian kebakaran, serta melaksanakan
pengendalian kebakaran lahan yang menjadi tanggungjawabnya;
g. Memberikan sanksi tegas kepada pelaku usaha pertanian yang tidak
melaksanakan pengendalian kebakaran lahan yang menjadi tanggungjawabnya;
Pada tataran dinas Kehutanan maka tugasnya sesuai dengan tugas dari
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan adalah;16
a. Meningkatkan Koordinasi pelaksanaan pengendalian kebakaran hutan dan
lahan;
b. Meningkatkan kuantitatif dan kualitatif sumber daya manusia pengendalian
kebakaran hutan (Manggala Agni);
16Intruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Peningkatan
Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan hlm. 3
Page 29
14
c. Mewajibkan kepada pemegang izin usaha di bidang kehutanan untuk memiliki
sumber daya manusia, sarana dan prasarana pengendalian kebakaran hutan
serta melaksanakan pengendalian kebakaran hutan yang menjadi
tanggungjawabnya sesuai standar yang ditentukan;
d. Memberikan sanksi kepada pemegang izin usaha di bidang kehutanan yang
tidak memiliki sumber daya manusia, sarana dan prasarana pengendalian
kebaakaran hutan, serta tidak melaksanakan kegiatan pengendalian kebakaran
hutan di areal kerjanya;
e. Meningkatkan koordinasi dalam upaya pemulihan lingkungan hidup akibat
kebakaran hutan dan lahan
f. Meningkatkan koordinasi dan memberikan bantuan teknis untuk kerja sama
regional dan internasional yang menyebabkan kerusakan lingkungan akibat
kebakaran hutan dan/atau lahan.
g. Meningkatkan kinerja pejabat penyidik pegawai Negara sipil, Lingkungan
Hidup, Kehutanan, dan Polisi Kehutanan dalam rangka penegakan hukum
terhadap pelaku pembakaran hutan dan lahan.
F. Tinjauan Pustaka
Agar untuk mendukung penelitian yang lebih integral maka penyusun
berusaha untuk melakukan analisis lebih awal terhadap pustaka atau karya- karya
yang lebih mempunyai relevansi terhadap topic yang akan diteliti.
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Siti Aminah mahasiswa Fakultas
Syariah Jurusan Ilmu Pemerintahan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi tahun
Page 30
15
2014 dengan judul skripsi “Peran Pemerintah Daerah Dalam Upaya Pencegahan
dan Penanggulangan Bencana Bahaya Kebakaran (Studi DAMKAR Kota
Jambi)”. Pada penelitian skripsi ini memebahas bagaimana kinerja dinas
pemadam kebakaran dalam upaya pencegahan dan penanggulangan bahaya
kebakaran di Kota Jambi dan apa sajakah kendala-kendala dinas pemadam
kebakaran dalam upaya pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran di
kota Jambi.17
Kedua, penelitian oleh Firda Tarunajaya, Dengan Judul “Pengendalian
Kebakaran Hutan Dan Lahan Dikawasan Konservasi Kamojang, Garud Jawa
Barat Tahun 2009.”Kesimpulannya a).pengendalian kebakaran hutan dan lahan
yang diterapkan dikawasan konservasi kamojang mencangkup aktifitas
pencegahan, pemadaman dan penanganan pasca kebakaran sesuai petunju Ditjen
PHKA yang dikoordinasikan ditingkat Balai, Seksi, hingga Resort. b). Gangguan
hutan yang terjadi dikawasan konservasi kamojang berupa rambahan hutan,
pembukaa lahan secara liar, pencurian kayu dan khususnya ganguan hutan berupa
kejadian kebakaran hutan dan lahan. c). Peran serta pihak terkait yaitu masyarakat
sekitar kawasan konservasi Kamojang, yaitu swasta (PT. Pertamina), Dinas
Kehutanan, PT. Perhutanan. Perhutani dan aparat pemerintah setempat telah
memberikan hasil nyata bagi tercapainya pengamanan dan pelestarian hutan. d).
Upaya BKSDA untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam pengendalian
kebakaran hutan dan lahan berupa pemberian kesempatan untuk mengolah lahan,
pemberian insentif ternak domba, dorongan dan peningkatan kemampuan
17
Siti Aminah, Peran Pemerintah Daerah Dalam Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan
Bencana Bahaya Kebakaran Kota Jambi, (Skripsi, Fakultas Syariah, 2014).
Page 31
16
masyarakat melalui pemberian motivasi dan pembinaan terhadap
Pamhutsuwakarsa.18
Ketiga, Penelitian yang dilakukan oleh kailani mahasiswa Fakultas
Syariah Jurusan Ilmu Pemerintahan UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi tahun
2016, dengan judul skripsi “Peranan Pemerintah dalam Menanggulangi
Pembakaran Lahan Perkebunan ( Studi Kasus Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Bungo)”. Pada penelitian Skripsi ini membahas Peranan pemerintah
dalam menanggulangi pembakaran lahan perkebunan pada Dinas Kehutanan dan
perkebunan Kabupaten Bungo karena peranan pemerintah dalam menanggulangi
pembakaran lahan perkebunan belum optimal.19
Sejauh ini dari pengamatan penulis tentang Skripsi terdahulu yang
membahas mengatasi permasalahan kebakaran hutan dan lahan. Sedangkan
dalam penelitian ini, penulis focus pada pembahasan tentang upaya pihak
Balai Taman Nasional dalam mengantisipasi kebakaran hutan yang pernah
terjadi diwilayah yang dilindungi.
18 Firda Tarunajaya “ Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan dikawasan Konservasi
Lamojang, garut jawa barat,” tahun 2009.
19Kailani, Peranan Pemerintah Dalam Menanggulangi Pembakaran Lahan Perkebunan
di Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Bungo.(Skripsi, Fakultas Syariah 2016.)”
Page 32
17
BAB II
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis penelitian dengan pendekatan kualitatif.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandasan untuk
meneliti pada objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana
peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif atau kualitatif, dan
hasil penelitian lebih menekankan makna yaitu data yang sebenarnya.
A. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dilakukan oleh penyusun yaitu di SPTN Wilayah
III Desa Air Hitam Laut Resort Cemara Kecamatan Sadu Kabupaten Tanjung
Jabung Timur. Adapun alasan penyusun memilih lokasi ini dikarenakan suatu
wilayah Taman Nasional Berbak yang cukup luas terjadinya kebakaran hutan
pada kasus Tahun 2019 seluas 1103,53 Ha dan juga ingin mengetahui bagaimana
upaya pihak Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang dalam mengantisipasi
kebakaran hutan di kawasan yang dilindungi ini.
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif, pentingnya jenis data karena diperolehnya temuan dilapangan mengenai
kaitan masalah yang diangkat dalam judul ini, pendekatan ini dilkukan dengan
teknik pengumpulan data yang berdasarka pada instrument pengumpulan data.
Page 33
18
Penellitian ini bersifat deskriptif, metode ini adalah metode yang
menggambarkan suatu data yang akan dibuat, baik dari penulis maupun secara
kelompok. Ciri-ciri metode deskrptif adalah memusatkan diri pada
masalahsekarang dan masalah-masalah yang actual, dan kemudian data yang
dikumpulkan disusun , dijelaskan, dan dianalisis20
C. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan 2 (dua) jenis sumber data yaitu:
a. Data Primer
Data primer yang peneliti maksud adalah informasi-informasi yang
diperoleh secara langsung yang dilakukan dengan observasi dan wawancara.
Adapun yang dijadikan data primer adalah data yang sifatnya berkaitan dengan
obyek penelitian. Mengambil sebuah data yang langsung didapat dari sumber dan
diberikan kepada pengumpul data atau peneliti.
b. Data Skunder
Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah segala data yang berasal
dari sumber data primer yang dapat memberikan dan melengkapi serta
mendukung informasi terkait dengan obyek penelitian baik dari referensi-referensi
buku, internet, dan hasil penelitian yang telah disusun menjadi dokumen.
20Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. (Bandung : Alfabeta,
2009), hlm.9.
Page 34
19
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber subjek dari mana data
dapat diperoleh. Sumber data dalam kualitatif ini adalah orang ataunara sumber.
Posisi narasumber sangat penting, bukan hanya sekedar memberi respon
melainkan juga sebagai pemilik informasi. Jadi sumber data dalam penelitian ini
adalah orang atau narasumber yang terkait dengan TNBS.
D. Instrument Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ilmiah dapat dilakukan dengan
berbagai terknik, namun dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah:
1. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap
gejala-gejala yang teliti.Observasi menjadi salah satu teknik pengumpulan data
apabila sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara
sistematis, serta dapat dikontrol keandalan (reliabilitas dan kesahihan
Validasinya).21
Dalam metode observasi ini penulis tidak hanya mengamati objek studi
tetapi juga mencatat hal-hal yang terdapat pada objek tersebut. Selain itu metode
ini penulis gunakan untuk mendapatkan data tentang situasi dan kondisi secara
universal dari objek penelitian, yakni meliputi pengamatan terhadap aktivitas
21
Husaini Usman, dan Purnomo Setiady, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta:Bumi
Aksara,2009), hlm.52
Page 35
20
pemerintah dalam melakukan pengawasan terhadap kebakaran hutan di Provinsi
Jambi.
2. Dokumentasi
Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan metode dokumentasi atau
kepustakaan untuk memperkuat kebenaran data yang akan di analisis. Metode
dokumentasi adalah pengumpulan data melalui data peninggalan tertulis seperti
arsip, dan termasuk buku-buku tentang pendapat, teori, dan lain-lain yang
berhubungan langsung dengan penelitian dalam skripsi ini yaitu tentang Upaya
Balai Taman Nasional Berbak Dan Sembilang dalam Mengantisipasi Kebakaran
Hutan.
3. Wawancara
Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya
menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Pokok-
pokok yang menjadi dasar pertanyaan diatur sangat terstruktur. Wawancara ini
bertujuan untuk mencari jawaban terhadap hipotesis kerja
Sedangkan wawancara tidak terstruktur pertanyaan tidak disusun terlebih
dahulu. Wawancara ini menemukan informasi yang bukan baku atau informasi
tunggal. Responden biasanya terdiri atas mereka yang terpilih saja karena sifat-
sifatnya yang khas.Biasanya mereka memiliki pengetahuan dan mendalami
situasi, dan mereka lebih mengetahui informasi yang dibutuhkan.
Metode wawancara ini digunakan untuk memperoleh data atau informasi
langsung melalui tanya jawab. Peneliti melakukan wawancara ini dengan Kepala
Page 36
21
Resot Sungai Cemara, Sekretaris Desa Air Hitam Laut, Komandan Regu Satu
Manggala.
E. Analisis Data
Penelitian kualitatif, data yang diperoleh dari berbagai sumber dengan
mengunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam, dan dilakukan
secara berkala atau terus menerus. Tenik analisis data penelitian menjelaskan
tentang alat-alat analisis, perspektif dan model analisis.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data kualitatif deskriptif. Analisis data kualitatif merupakan bentuk
penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan
dalam keadaan yang sewajarnya dan sebagaimana adanya. Memfokuskan terhadap
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan verfikasi data.
1. Reduksi Data (Pengumpulan Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicata secara teliti dan rinci. Mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema
dan polanya.
2. Display Data
Mendisplay data, sebagai sekumpulan informasi tersusun, dan memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Maka
data terorganisirkan data semakin mudah dipahami.
3. Kesimpulan
Page 37
22
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan adalah temuan baru yang sebelumnya
belum pernah ada.Temuan dapat berubah deskripsi atau gambaran suatu objek
yang sebelumnya remang-remang setelah diteliti menjadi jelas.22
F. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan pemahaman secara berurutan, pembahasan dalam
penulisan skripsi mempunyai sistematika sebagai berikut:
Pembahasan diawali dengan Bab I, Pendahuluan.Bab ini pada hakikatnya
menjadi pijakan bagi penulis skripsi. Bab ini berisikan tentang latar belakang
masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian,
kerangka teori dan tinjauan pustaka.
Kemudian pada Bab II, membahas tentang metode penelitian dalam
pembutan skripsi dengan sub-sub tempat dan waktu penelitian, pendekatan
penelitian, jenis dan sumber data, instrumen pengumpulan data, analisis data
sistematika penulisan dan jadwal penelitian. Untuk mempermudah penulis dalam
menggunakan waktu dengan tepat maka dibuat jadwal penelitian dalam sub-sub
ini agar penelitian dalam penlisan ini selesai teepat pada waktunya.
Bab III berisi tentang gambaran umum Balai Taman Nasional Berbak
Sembilang
Selanjutnya dalam Bab IV berisi tentang pembahasan dan hasil penelitian.
22
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,R&D, hlm. 246
Page 38
23
Pembahasan ini diakhiri dengan Bab V yaitu bab penutup yang terdiri dari
kesimpulan dan saran-saran serta dilengkapi dengan daftar pustaka, lampiran dan
curriculum vitae. Kesimpulan ditarik dari pembuktian dan dari uraian yang telah
ditulis terdahulu dan berkaitan erat dengan pokok masalah. Kesimpulan bukan
resume dari apa yang ditulis dahulu kesimpulan adalah jawaban masalah dari data
yang telah diperoleh.
Page 39
24
BAB III
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
A. DeskripsiTaman Nasional Berbak
1. Sejarah Kawasan
Kawasan Berbak pada mulanya merupakan Suaka Margasatwa yang
ditetapkan berdasarkan surat keputusan Gubernur Hindia Belanda Nomor 18
Tanggal 29 Oktober 1935. Penetapan kawasan ini sebagai Suaka Margasatwa
Berbak berdasarkan pada Hukum Pertambangan Hindia Belanda.
Dan dibawah perlindungan Hukum Cagar Alam dan Suaka Margasatwa
(Staatsblaad No. 17 Tahun 1932) ditetapkan kawasan Suaka Margasatwa seluas
190.000 ha di Provinsi Jambi dengan batas sebagai berikut :
Di sebelah Timur : Laut China Selatan
Di sebelah Utara : Selat Berhala
Di sebelah Barat : Sungai Berbak dari hulu dimana Sungai Air Hitam Dalam
mengalir, mengikuti sungai terakhir sampai batas Marga
Jeboes
Di sebelah Selatan : Pada batas antara Marga Djeboes dan Marga Berbak, juga
dengan Sungai Benu. 23
Pada Tanggal 7 Januari 1991, Pemerintah Indonesia menandatangani
persetujuan Konvensi Ramsar. Setahun kemuadian pada tanggal 7 januari 1991
23Dokumentasi Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang, Rencana Pengelolaan
Jangka Panjang (RPJP).Hlm 4-5
Page 40
25
Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementrian Luar Negeri menyampaikan
persetujuan terhadap Konvensi Ramsar kepada Direktur Jenderal UNESCO di
Perancis. Pada kesempatan ini pula Pemerintah Indonesia menunjuk Suaka
Margasatwa Berbak sebagai Lahan Basah penting Internasional.
Mengingat nilai penting dan potensi Suaka Margasatwa Berbak yang tinggi
akan keanekaragaman hayati baik tumbuhan maupun satwa, khususnya satwa
langka seperti Tapir dan Harimau dan telah terpenuhinya kriteria sebagai taman
nasional, maka status Suaka Margasatwa Berbak diubah melalui Surat Keputusan
Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor 285/Kpts-II/1992 Tanggal 26
Februari 1992 Tentang Perubahan Fungsi dan Penunjukan Suaka Margasatwa
Berbak seluas +162.700 ha menjadi Taman Nasional dengan nama Taman
Nasional Berbak.
Dalam perkembangan selanjutnya, diketahui luasan taman nasional berbak
yaitu 142.750,13 ha. Hal ini menjadi dasar pertimbangan surat Keputusan
Direktur Jenderal Perlindungan Hutan Dan Konservasi Alam Nomor SK.113/IX-
SET/2014 tentang zonasi taman nasional Berbak Kabupaten Tanjung Jabung
Timur dan Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.24
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 dan
penunjukan Kawasan Hutan Taman Nasional Berbak sesuai Keputusan Mentri
Kehutanan, maka kawasan hutan Taman Nasional Berbak ditetapkan seluas
24Dokumentasi Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang, Rencana Pengelolaan
Jangka Panjang (RPJP). Hlm 5-6
Page 41
26
141.261,94 ha sesuai Surat Keputusa Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutana
Nomor SK 4.649/Menlhk-PTKL/KUH/2015 Tanggal 26 Oktober 2015.
Pada Tahun 2016 Taman Nasional Berbak bergabung dengan Taman
Nasional Sembilang sehingga Balai Taman Nasional Berbak berubah nama
menjadi Taman Nasional Berbak dan Sembilang. Pada Tahun 2003 melalui SK
Menhut Nomor 95/Kpts-II/03 Tanggal 19 Maret 2003 ditetapkanlah Kawasan
Taman Nasional Sembilang seluas 202.896,31 ha.25
2. Kelembagaan
Secara kelembagaan, Taman Nasional Berbak dimulai pada Tahun 1997
sebagai Unit Pelaksana Teknis Balai Taman Nasional berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 185/Kpts-II/1997 tanggal 31 Maret 1997.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : P.03/Menhut-II/2017
Tanggal 1 Februari 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Taman Nasional sebagaimana telah diubah dengan Surat Keputusan Menteri
Kehutanan No. P.52/Menhut-II/2009 Tanggal 27 Juli 2009, sebagaimana Unit
Pelaksana Teknis Balai Taman Nasional Tipe A. Terakhir sesuai dengan Surat
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutunan Nomor :
P.07/Menlhk/Setjen/OTL.01/2016 Tanggal 10 Februari 2016 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional, pengelolaan kawasan
Taman Nasional Berbak bergabung bersama dengan pengelolaan kawasan Taman
25Dokumentasi Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang, Rencana Pengelolaan
Jangka Panjang (RPJP).Hlm. 6.
Page 42
27
Nasional Sembilang menjadi Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang yang
berkedudukan di Provinsi Jambi.
Kelembagaan Taman Nasional Berbak ditetapkan berdasarkan kepada
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor
P.7/MenLHK/Setjen/OTL.0/I/2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Taman Nasional. Berdasarkan Peraturan Menteri tersebut,
kategori Taman Nasional Berbak merupakan Taman Nasional dengan Kategori
Tipe A. Oleh karena itu, Taman Nasional Berbak memiliki satu kepala Taman
Nasional dengan eselon III dan satu orang Kepala Tata Usaha eselon IV dan
memiliki tiga wilayah atau seksi pengelolahan yaitu : SPTN Wilayah I yang
meliputi Suak Kandis dan Sungai Rambut, SPTN Wilayah II yang meliputi
wilayah Sunsang dan Sungai Sembilang dan SPTN Wilayah III meliputi wilayah
Air Hitam dan Tanah Pilih. Masing- masing SPTN dikepalai oleh kepala seksi
eselon IV. Berikut adalah Struktur Organisasi Taman Nasiona Tipe A.26
Gambar 1: Struktur Organisasi Balai Taman Nasional Tipe A
26Dokumentasi Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang, Rencana Pengelolaan
Jangka Panjang (RPJP).Hlm. 1-2
Page 43
28
Untuk menunjang operasional Taman Nasional, juga dibantu oleh kelompok
jabatan fungsional yang terdiri dari Polisi Kehutanan, Pengendali Ekosistem
Hutan, Penyuluh Kehutanan, Fungsional Pengelola Pengadaan Barang da Jasa dan
Fungsional Umum. Adapun jumlah total pegawai dalam lingkup Taman Nasional
Berbak sebanyak 90 orang dengan rincian sebagai berikut:27
Tabel 1.Jumlah Pegawai Lingkup Taman Nasional Berbak
danSembilang Berdasarkan Eselon dan Jabatan Fungsional
3. Kondisi Geografis
a. Taman Nasional Berbak
Secara geografis kawasan Taman Nasional Berbak terletak antara
103°48‟ - 104°28‟ Bujur Timur dan 1°05‟ - 1°40‟ LintangSelatan. Batas-
batas kawasan Taman Nasional Berbak sebagai berikut:
SebelahTimur : berbatasan dengan desa-desa yangmasukdalam wilayah
27Dokumentasi Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang, Rencana Pengelolaan
Jangka Panjang (RPJP).Hlm. 2-3
No
Eselon/Jabatan
Balai SPT
N
1
SPT
N
2
SPT
N
3
Jumlah
1 Eselon III 1 - - - 1
2 Eselon IV 1 1 1 1 4
3 Polisi Kehutanan 7 10 12 11 40
4 Pengendali Ekosistem Hutan 8 3 1 2 14
5 Penyuluh Kehutanan 3 - - 1 4
6 FungsionalPengelola
Pengadaan Barang & Jasa
1
1
7 Fungsional Umum 15 5 2 2 24
Jumlah 88
Page 44
29
Kecamatan Sadu
SebelahBarat : berbatasan dengan Sungai Berbak,TamanHutan Raya
(Tahura) Orang Kayo Hitam dan Hutan Lindung gambut
(HLG)
SebelahUtara : berbatasan dengan desa-desa diKecamatanSadu
SebelahSelatan : berbatasan dengan kawasan TamanNasional
Kawasan Taman Nasional Berbak dengan luas 141.261,94 ha membentang
pada dua kabupaten, yaitu Kabupaten Tanjung JabungTimur dan Kabupaten
Muaro Jambi, Propinsi Jambi. Sebagai Kawasan Pelestarian Alam, TN Berbak
kaya akan sumberdaya alam yang terdiri dari beberapa tipe ekosistem. Kawasan
TN Berbak kaya denganekoton perairan darat yang merupakan sistem ekologi
yang ada di TN Berbak meliputi: ekosistem hutan rawa air tawar, ekosistem hutan
rawa gambut dan ekosistem hutan daratan rendah dengan ketinggian 0-20 m dpl.
Berikut adalah Peta dari Taman Nasional Berbak.28
Gambar 2: Peta Wilayah Kerja Taman Nasional Berbak
28Dokumentasi Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang, Rencana Pengelolaan
Jangka Panjang (RPJP).Hlm. 3-4
Page 45
30
4. Aksesibilitas
Taman Nasional Berbak dapat dicapai melalui 2 (dua) pintu masuk utama,
yaitu Air Hitam Dalam dan Air Hitam Laut. Perjalanan menuju pintu masuk Air
Hitam Dalam ditempuh lewat 2 (dua) alternatif: (1) Jalur yang umum digunakan
adalah dengan perjalanan darat Jambi-SuakKandis – Resort Simpang dilanjutkan
dengan speedboat menuju Zona Pemanfaatan Air Hitam Dalam. (2) Jalur
Alternatif adalah dengan perjalanan speedboat Jambi-Air Hitam Dalam menyusuri
Sungai Batanghari.
Sedangkan perjalanan menuju pintu masuk Air Hitam Laut ditempuh
lewat 4 (empat) alternatif : (1) Jalur yang umum digunakan adalah dengan
perjalanan darat Jambi – Nipah Panjang dilanjutkan dengan speedboat laut ke
Desa Air Hitam Laut. Selanjutnya dengan menggunakan pompong atau speedboat
kecil dengan kecepatan sedang menuju Zona Pemanfaatan Air Hitam Laut. (2)
Dapat juga dicapai dengan melalui jalan darat Jambi – Muara Sabak dilanjutkan
dengan speedboat laut Muara Sabak – Desa Air Hitam Laut dan menggunakan
pompong atau speedboat kecil menuju Zona pemanfaatan Air Hitam laut. (3) Jalur
lainnya adalah dengan perjalanan speedboat menyusuri Sungai Batanghari dengan
rute Jambi – Sungai Lokan dilanjutkan dengan kendaraan roda dua menuju Desa
Air Hitam Laut. (4) Jalur yang biasa dilakukan petugas adalah perjalanan darat
Jambi – Nipah Panjang dilanjutkan dengan menyeberang ke Parit 3 Sungai Jeruk
dengan pompong besar dilanjutkan dengan kendaraan roda dua menuju Desa Air
Page 46
31
Hitam Laut kemudian menggunakan pompong atau speedboat kecil menuju zona
Pemanfaatan Air Hitam Laut.29
Gambar 3 : Aksesibilitas Menuju TN Berbak
5. Kondisi Biofisik Kawasan
a. Kondisi Fisik Kawasan
1. Iklim
Kawasan Taman Nasional Berbak yang berada di pantai timur Sumatra
dicirikan dengan suhu tinggi dan konstan sepanjang tahun, membuat iklim tropis.
Suhu rata-rata tahunan sebesar 26,5 °C dan minimun sebesar 22,7 °C, dengan
suhu rata-rata bulanan maksimum sebesar 31,6 °C dan minimum sebesar 22,7 °C.
Curah hujan tahunan cukup tinggi berkisar antara 2000 mm dan 2500 mm. Curah
hujan ini tidak terdistribusi merata sepanjang tahun. Pada bulan Juni s.d. Oktober,
angin Monsoon yang relatif kering datang dari tenggara dengan sedikit hujan (<
100 mm/bulan). Selama bulan Nopember s.d. April hujan dengan intensitas lebih
29Dokumentasi Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang, Rencana Pengelolaan
Jangka Panjang (RPJP). Hlm. 7-8
Page 47
32
besar >500 mm/bulan dengan datangnya angin Monsoon Barat Laut dari Lautan
India. Kecepatan angin terlihat konstan sepanjang tahun berkisar antara 5 – 8
Knot, angin yang kuat bertiup pada musim hujan terutama di daerah sekitar pesisir
laut, yang mengakibatkan desa-desa sulit dilewati perahu kecil.
Berdasarkan klasifikasi Oldeman et al, tipe iklim di kawasan Taman
Nasional Berbak termasuk tipe iklim C (dengan 5 – 6 bulan basah berurutan dan
bulan kering kurang dari 3 bulan berurutan).
2. Topografi
Kondisi topografi di kawasan Taman Nasional Berbak adalah datar
denganketinggian maksimum 15 meter diatas permukaan laut. Takaya (1987
dalam Furukawa, 1994) menjelaskan karakteristik dari zona lahan basah pantai
pada Sumatra bagian timur sebagai berikut: (i) suatu rangkaian dataran rendah
yang memadat sepanjang garis pantai; (ii) berelevasi rendah; (iii) relief rendah;
(iv) suatu siklus banjir dan drainase secara diurnal dekat pantai dan daratan
musiman; (v) terkecuali untuk yang paling terbaru lahan terbentuk yang ditutupi
dengan gambut. Seluruh karakteristik ini sesuai dengan mayoritas kawasan Taman
Nasional Berbak yang berada pada Daerah Aliran Sungai Air Hitam Laut. Pada
bagian barat daya DAS Air Hitam Laut terbentuk perbukitan dan elevasi
meningkat dengan tajam sampai 50 – 60 m diatas permukaan laut.30
3. Geologi
Taman Nasional Berbak termasuk dalam daerah lahan basah di Jambi pada
bagian timur Sumatera. Tipe formasi geologi kawasan Taman Nasional Berbak
30Dokumentasi Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang, Rencana Pengelolaan
Jangka Panjang (RPJP). Hlm. 8-9
Page 48
33
termasuk dalam formasi deposit alluvial. Daerah ini terdiri dari bahan halus
seperti liat dan pasir. Zona geomorfologi pada kawasan ini dicirikan oleh tipe
fisiografi utama yaitu berupa dataran alluvial, rawa gambut dan rawa pasang
surut. Daerah ini dicirikan oleh terjadinya banjir yang teratur, membentang rendah
dan lahan-lahan berawa gambut. Ini adalah daerah dimana sungai-sungai utama
Sumatera bagian timur dari pegunungan Bukit Barisan menjadi muara-muara
sungai yang lebar dengan hamparan lumpur, dan akhirnya mencapai Selat Malaka
dan Laut Cina Selatan. Kenyataannya, daerah lahan rendah bagian Timur dibentuk
oleh aliran sedimen yang kontinyu dari sungai-sungai tersebut selama hampir
seluruh periode geologi terakhir, Holosen. Dataran-dataran aluvial masih terus
menerus tumbuh menyamping kearah timut. Diperkirakan bahwa pertambahan
lahan tahunan dapat mencapai 20 meter, meskipun data-data untuk Jambi tidak
ada. Dikarenakan daerah pesisir yang sangat dinamis, beberapa daerah lebih
mengalami erosi daripada pertambahan. Erosi dapat mencapai sebesar 20 meter
pertahun.31
Adanya Laut Cina Selatan yang sangat dangkal (bagian dari dataran tinggi
Sunda) antara Sumatera, Kalimantan dan Jawa telah memungkinkan pembentukan
yang cepat dari daerah luas lahan baru melalui sedimentasi deposit sungai
(aluvial) di atas liat-liat laut. Disamping itu, ada beberapa bukti bahwa penurunan
beberapa meter permukaan laut pada masa Pleistosen akhir telah menambah
pertumbuhan lahan yang cepat. Jadi kondisi alam di daerah lahan basah lahan
rendah di Provinsi Jambi sebagian besar ditentukan oleh kondisi lahan dan
31Dokumentasi Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang, Rencana Pengelolaan
Jangka Panjang (RPJP).hlm. 9-10
Page 49
34
penggunaan lahan di daerah lahan tinggi yaitu daerah pegunungan Piedmont dan
daerah Peneplains.
Dengan letak yang jauh dari daerah-daerah bergunung Sumatera Tengah
(Bukit Barisan), lahan rendah adalah daerah yang tenang secara geologi dengan
sedikit bahaya oleh gempa bumi gunung-gunung yang merusak.
4. Tanah
Daerah lahan basah terutama didominasi oleh tanah-tanah yang jenuh air,
memiliki permukaan air tanah yang tinggi, sering atau terus menerus tergenang.
Hal ini disebabkan rendahnya ketinggian dari daerah kawasan dari permukaan
laut, dan rendahnya ketinggian membuat lahan rentan terhadap banjir oleh laut
dan juga banyak sungai yang melewati daerah tersebut.
Menurut Pusat Penelitian Tanah (PPT,1986), tanah-tanah organosol
(tanah-tanah dengan kandungan bahan organik yang tinggi) adalah tipe tanah
utama di daerah lahan basah. Tanah tersebut terbentuk antara sungai-sungai di
semua daerah lahan rendah, biasanya dipisahkan dari sungai oleh tanah-tanah
gleisol. Tanah-tanah organosol di Sumatera biasanya memiliki kandungan rasio –
CN (bahan organik) lebih dari 30 persen, dan keasaman (pH) 4 atau kurang
(masam).32
Tanah-tanah organosol selalu mengandung gambut, didaerah lahan basah
memiliki kedalaman sampai beberapa meter.Gambut memiliki kapasitas menahan
air yang besar, bahkan demikian juga pada musim kemarau. Tanah gambut
mungkin mengandung kadar air tawar dalam jumlah besar. Bisanya, kubah-kubah
32Dokumentasi Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang, Rencana Pengelolaan
Jangka Panjang (RPJP).hlm. 10-11
Page 50
35
(dome) gambut yang cekung dibentuk terangkat di atas lahan sekeliling atau
sungai.Hal ini berarti suplai air ke kubah-kubah (dome) tersebut tidak berasal dari
sungai tetapi dari air hujan.Tanah-tanah organosol biasanya jenuh air atau
tergenang sepanjang tahun.Dikarenakan kemasamannya, tanah-tanah tersebut
memiliki sedikit potensi untuk pemanfaatannya.Disamping itu tanah-tanah
tersebut hanya dimanfaatkan jika air gambut dikeluarkan.Tanah-tanah ini
mengandung bahaya penurunan tanah (sampai beberapa meter tergantung pada
kedalaman lapisan gambut).
Seringkali tanah bagian bawah (sub soil) dari tanah-tanah organosol adalah
tanah-tanah yang berpotensi sulfat masam (potential acid sulphate soil / PASS)
yang dengan mudah teroksidasi saat terbuka dan menjadi masam.Dimana tanah
PASS terbentuk, lapisan gambut (tetapi kenyataannya kandungan airnya)
seharusnya masih utuh, karena asidifikasi menjadikan kendala yang besar bagi
penggunaan lahan untuk maksud-maksud pertanian.Tanah-tanah PASS,
kemasaman dari tanah- tanah organosol itu sendiri dan sedikitnya konsentrasi hara
membuat tanah-tanah organosol/tanah-tanah gambut tidak sesuai kegiatan
pertanian.33
5. Hidrologi
Kawasan Taman Nasional Berbak termasuk ke dalam tiga Daerah Aliran
Sungai (DAS) yaitu DAS Batanghari (sub DAS Sungai Air Hitam Dalam /AHD),
DAS Sungai Air Hitam Laut /AHL dan DAS Sungai Benu. Sungai AHD dan DAS
Sungai Benu menempati bagian kecil saja dari kawasan Taman Nasional Berbak.
33Dokumentasi Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang, Rencana Pengelolaan
Jangka Panjang (RPJP).hlm. 12
Page 51
36
Sungai-sungai tersebut selain berfungsi sebagai air minum juga berfungsi sebagai
sarana transportasi air. Pada umumnya air sungai tersebut berwarna keruh dan
coklat sampai hitam karena pengaruh gambut.Keadaan sungai-sungai utama yang
berada dalam kawasan Taman Nasional Berbak adalah sebagai berikut :34
a. Sungai Air Hitam Laut/AHL
Sungai AHL merupakan sungai utama yang melintasi dan memotong
kawasan Taman Nasional Berbak dengan anak-anak sungainya meliputi sebagian
besar kawasan.Sungai AHL berhulu di luar kawasan Taman Nasional Berbak,
berdekatan dengan areal hutan produksi.
Sungai AHL yang berwarna hitam mempunyai batas air hanya dalam rawa
gambut, baik di dalam dan di luar kawasan serta bermuara di Laut Cina
Selatan.Anak-anak sungai AHL diantaranya adalah sungai Simpang Jelai, sungai
Simpang Malaka dan sungai Simpang Kubu. Semua sungai ini memiliki daerah
tangkapan air di tanah gambut, airnya berwarna hitam dan bersifat masam.
Sungai AHL memiliki kedalaman menengah, 15 meter pada muaranya,
dan dapat dilalui oleh kapal berbobot 30 ton sepanjang kurang lebih 33 Km (15
Km dari garis belakang pantai), sampai sungai Simpang Kubu kemudian
dilanjutkan dengan perahu kecil. Selanjutnya menuju ke hulu tertutup dengan
tanaman bakung (Susum Anthelminticum) dan sulit untuk dilewati.
Sungai Simpang Malaka hanya sejauh kira-kira 10 Km dan dapat dilalui
oleh perahu.Selama musim kemarau mungkin sudah tertutup pada tempat
pertemuan dengan sungai AHL. Juga selama air surut, ketika ketinggian air kira-
34Dokumentasi Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang, Rencana Pengelolaan
Jangka Panjang (RPJP). hlm.12
Page 52
37
kira 1,5 meter lebih rendah, sulit dilalui, karena sisa pohon tumbang, tepat di
bawah permukaan air.
b. Sungai Air Hitam Dalam/AHD
Sungai AHD yang terletak dibagian barat kawasan Taman Nasional
Berbak sebagian berada di dalam kawasan tetapi kebanyakan di luar
kawasan.Sungai ini airnya berwarna hitam dan bersifat masam.Sungai kecil ini
jalan yang paling baik untuk mencapai batas sebelah barat, dan sekurang-
kurangnya dapat dilayari sampai ke sungai Simpang Batang.
Ketika musim hujan sebagian besar dari kawasan Taman Nasional Berbak
tergenang.Penggenangan di bagian barat kawasan Taman Nasional Berbak
bertepatan dengan naiknya permukaan air sungai Berbak. Sungai AHD, yang
berasal dari kawasan Taman Nasional dan bermuara ke sungai Berbak, tinggi
permukaan airnya tidak hanya oleh bagian yang disebabkan musim hujan tetapi
juga dipengaruhi oleh pergerakan pasang surut yang dialami sungai Berbak,
sehingga air tawar dapat masuk kembali jauh kedalam kawasan Taman Nasional.
Pengaruh pasang surut nyata dengan jelas lebih dari 10 Km masuk ke dalam
kawasan.35
c. Sungai Benu
Sungai Benu mengalir di sisi selatan kawasan Taman Nasional Berbak dan
sekaligus menjadi batas alam dengan Provinsi Sumatera Selatan.Sungai ini airnya
berwarna hitam dan bersifat masam dan berhulu di luar kawasan yang berada di
Provinsi Sumatera Selatan.
35Dokumentasi Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang, Rencana Pengelolaan
Jangka Panjang (RPJP).hlm. 13
Page 53
38
Aksesibilitas ke dalam kawasan Taman Nasional Berbak melalui Sungai
Benu kira-kira sama dengan sungai AHL, tetapi lebih dangkal (5–
10 meter). Tumpukan bakung (Susum Anthelminticum) menutup sungai
setelah 25 Km (15 Km dari garis pantai).Anak sungai Simpang Kanan dapat
dilayari dengan perahu kecil.
6. Potensi Hayati dan Non Hayati
a. Potensi Hayati
1) Keragaman Flora
Berdasarkan survei yang dilakukan (Dransfield 1974; Franken Danroos
1981; Silvius Et Al 1984; Giesen 1991) jumlah vegetasi yang sudah tercatat
sebanyak 261 spesies dari 73 famili, yang terdiri dari 67% berupa jenis pohon dan
semak, 17% jenis liana dan 8% jenis herba dan epifit. Diperkirakan 187 jenis
tumbuhan dikategorikan Appendiks I CITES, diantaranya 10 jenis dari keluarga
Myrtaceae, 9 jenis keluarga Arecaceae dan 8 jenis dari keluarga Moraceae. Di
kawasan Taman Nasional Berbak ditemukan 23 jenis Palem (Dransfield 1974;
Giesen 1991) dan sepuluh jenis pandan dengan jumlah yang sengat
tinggi.Kawasan ini menjadi daerah rawa gambut yang paling kaya spesies Palem
di dunia (Wibowo dan Suyatno 1997).36
Dari segi ekonomi jenis palem sudah lama berguna sebagai bahan
bangunan seperti rotan (Calamus sp dan Korthalsia sp), Nibung (Oncosperma
36Dokumentasi Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang, Rencana Pengelolaan
Jangka Panjang (RPJP).hlm.13-14
Page 54
39
tigillarium) sebagai tiang bangunan rumah ditanah berlumpur,(daun Nipah) untuk
atap rumah, kelapa sebagai sumber makanan, minyak sayur, gula, dan alkohol.
Dan kegunaan untuk obat- obatan seperti sumsum batang nipah (Nypa fruticans),
untuk mencegah malaria.
Selain beberapa jenis palem yang mempunyai berbagai kegunaan, didalam
kawasan Taman Nasional Berbak juga banyak ditemukan tanaman berkayu, jenis-
jenis selain palem yang bernilai ekonomi (lampiran tabel jenis tumbuhan)
Perbandingan vegetasi pada 3 (tiga) sungai yang disurvei oleh Giesen
(1991) (Air Hitam Dalam, Air Hitam Laut dan Simpang kanan) memperlihatkan
bahwa vegetasi pada sungai Air Hitam Dalam mempunyai perbedaan yang
menyolok dari kedua sungai lainnya, mungkin disebabkan oleh pengaruh aliran air
dari Sungai Batanghari/Berbak yang kembali masuk kedalam aliran Sungai Air
Hitam Dalam setiap tahun.
Jenis-jenis vegetasi yang menarik dari hutan tepi sungai di kawasan Taman
Nasional Berbak jenis Nypa fruticans dan Pandanus tectonus.Pada aliran sungai
yang dipengaruhi oleh air payau jenis Nypa fruticans banyak ditemukan tumbuh
berkelompok. Makin kearah dalam ( hulu ) sungai kelompok jenis ini akan
berganti dengan jenis Pandanus tectorius yang dipengaruhi oleh air tawar. Kedua
jenis ini jarang bahkan tidak pernah terdapat secara bersama-sama. Pergantian dari
air payau ke air tawar dalam sungai ditandai oleh perubahan yang mendadak oleh
keberadaan nipah ( Nypa fruticans ) yang dengan tiba-tiba diganti oleh jenis
pandan ( Pandanus heliocopus).
Page 55
40
Menuju arah ke hulu sungai Air Hitam Laut dekat Sungai Simpang kubu
terdapat jenis bakung (Susum anthelminticum).Jenis ini tumbuh mengapung
sangat rapat menutupi sungai, sehingga sulit dilewati.Jenis ini juga terdapat
melimpah di aliran Sungai Benuh dekat Sungai Simpang Kanan.
Sejauh ini sebagian besar dari kawasan Taman Nasional Berbak saat ini
merupakan hutan yang masih primer.Beberapa bagian sudah tidak primer lagi,
terutama pada bagian barat laut, merupakan hutan sekunder dengan penutupan
tajuk kemungkinan kembali menjadi hutan primer dalam beberapa dekade.Hutan
sekunder ini masih menyediakan habitat yang baik bagi satwa liar dan mempunyai
nilai yang tinggi untuk dikembangkan menjadi areal wisata.Struktur vertikal hutan
rawa gambut di Bentang Alam Ekosistem Berbak terbentuk dari pohon dengan
ketinggian rata-rata dapat mencapai 35 - 45 meter dengan pohon penembus kanopi
(emergent trees) dapat mencapai 50 sampai 60 meter.37
2) Keragaman Fauna
Taman Nasional Berbak yang merupakan bagian dari Bentang Alam
Ekosistem Berbak merupakan perwakilan kawasan hutan rawa gambut terluas dan
relatif utuh di Indonesia dan Asia Tenggara yang telah dilindungi undang-
undang.Secara biogeografis digolongkan dalam bioregion Paparan Sunda Besar
(Sundaland Bioregion).Kawasan ini mempunyai nilai khusus untuk memelihara
keanekaragaman genetis dan ekologis dataran pesisir Sumatera. Disamping itu
TN. Berbak merupakan “gudang penyimpan gen” (gene pool) flora dan fauna
37Dokumentasi Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang, Rencana Pengelolaan
Jangka Panjang (RPJP).hlm. 14-15
Page 56
41
yang dimanfaatkan untuk bahan baku farmakologis, pangan dan budidaya
tumbuhan hias. Kawasan ini terdapat 44 jenis reptilia, 22 jenis moluska, 95 jenis
ikan, 53 jenis mamalia diantaranya langka dan terancam punah, seperti harimau
Sumatera (Panthera tigrissumatrae), Tapir Asia (Tapirus indicus), Hystrix
brachyuran, Lutra sumatrana, jenis reptil Buaya Sinyolong
(Tomistomaschlegelii), Buaya muara (Crocodylus porosus), Citra indica , jenis
ikan Balantiocheilos melanopterus. Di TN. Berbak dapat ditemukan sekitar 50
jenis satwa liar yang telah digolongkan dalam CITES Appendiks I dan II.
Sebanyak 12 jenis mamalia, 3 jenis reptili dan 1 jenis ikan dilindungi oleh
Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 yang lampirannya diperbaharui dengan
PermenLHK No.92/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018
Tabel 2. Daftar Jenis Satwa di TN. Berbak Digolongkan Dalam IUCN
Red List
Status IUCN Nama Umum Nama Ilmiah
Endangered Sumatran tiger Panthera tigris
sumatrea
Malayan Tapir Tapirus indicus
River Terrapin Batagur baska
False Ghavial Tomistoma schlegelii
Page 57
42
White winged wood- Duck Cairina scutulata
Chinese Egret Egretta eulophotes
Strom's stork Ciconia stormi
Lesser whisting duck Dendrocygna javanica
Nordmann's
Greenshank
Tringa guttifer
Silverywood pigeon Columba argentina
Vulnerable Milky Stork Mycteria cinera
Balck partridge Melanoperdix nigra
Great knot Calidris tenuirostris
Common kingfisher Alcedo atthis
Blue Banded
Kingfisher
Alcedo euryzonia
Lesser adjutant Leptoptilos javanicus
Changeable hawk- Spizaetus cirrhatus
Page 58
43
Eagle
Malayan Sunbear Helarctos malayanus
Clouded Leopard Neofelis nebulosa
Estuarine Crocodile Crocodyla porosus
Hasil survei Zoological Society of London (ZSL) yang dilaksanakan pada
tahun 2007 s/d 2016 tercatat 19 ekor Harimau Sumatera (Panthera tigris
sumatrae) di kawasan ini.Mamalia lainnya adalah Binturong Muntu (Atritis
binturong), Beruang Madu (Helarctos malayanus), Owa Ungko (Hylobates
agilis), Musang Leher Kuning(Martes flavigula), Macan Dahan (Neofelis
nebulosa), Tapir (Tapirus indicus), selain itu juga terdapat dua spesies bulus
(Amyca cartilegania) di kawasan ini. Kawasan ini juga merupakan salah satu dari
beberapa kawasan di dunia yang masih terdapat Buaya Ikan (Tomistoma
schlegelii), (Silvius dkk, 1984; Wibowo dan Suyatno 1997 dan 1998 Colijn 1999).
Dalam kawasan ini juga terdapat spesies Bangau Storm (Cicconia stormi)
Mentok Rimba (Cairina scutulata) yang merupakan spesies langka dan hanya
beberaparatus ekor saja di dunia ini.
Selain itu juga ditemukan lebih dari 22 jenis burung Wader Migran
diantaranya Tringa gutiffer, Calidris alba, Charadil sveredus dan Limcola
falcinelus yang ditemukan dipantai Cemara sebelah timur di luar kawasan Taman
Page 59
44
Nasional Berbak yang berasal dari kawasan Asia menuju Australia yang dapat
dijumpai pada Bulan Oktober dan November.
Pada jenis ikan terdapat 93 jenis dari 20 famili antara lain jenis Arwana
(Scleropages formosus), Belido (Notopterus sp.), Betok (Anabas testudineus),
Tapah (Wallagosp.), Betutu (Oxyeleotris marmorata), dan Patin (Pangasiussp.).38
b. Potensi Non Hayati
1) Potensi Non Hayati
Jasa lingkungan didefinisikan sebagai jasa yang diberikan oleh fungsi
ekosistem alam maupun buatan yang nilai dan manfaatnya dapat dirasakan secara
langsung maupun tidak langsung oleh para pemangku kepentingan (stakeholder)
dalam rangka membantu memelihara dan/atau meningkatkan kualitas lingkungan
dan kehidupan masyarakat dalam mewujudkan pengelolaan ekosistem secara
berkelanjutan (Sriyanto, 2007). Menurut Widarti dalam buku Pedoman
Inventarisasi Potensi Potensi Jasa Lingkungan ( PHKA, 2003) Pengertian lain jasa
lingkungan adalah suatu produk yang dapat atau tidak dapat diukur secara
langsung berupa Jasa Wisata Alam/rekreasi, Perlindungan Sistem Hidrologi,
Kesuburan Tanah, Pengendalian Erosi dan Banjir, Keindahan, Keunikan dan
Kenyamanan.
2) Potensi Jasa Lingkungan
38Dokumentasi Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang, Rencana Pengelolaan
Jangka Panjang (RPJP).hlm. 16-18
Page 60
45
Jasa lingkungan didefinisikan sebagai jasa yang diberikan oleh fungsi
ekosistem alam maupun buatan yang nilai dan manfaatnya dapat dirasakan secara
langsung maupun tidak langsung oleh para pemangku kepentingan (stakeholder)
dalam rangka membantu memelihara dan/atau meningkatkan kualitas lingkungan
dan kehidupan masyarakat dalam mewujudkan pengelolaan ekosistem secara
berkelanjutan (Sriyanto, 2007). Menurut Widarti dalam buku Pedoman
Inventarisasi Potensi Potensi Jasa Lingkungan ( PHKA, 2003) Pengertian lain jasa
lingkungan adalah suatu produk yang dapat atau tidak dapat diukur secara
langsung berupa Jasa Wisata Alam/rekreasi, Perlindungan Sistem Hidrologi,
Kesuburan Tanah, Pengendalian Erosi dan Banjir, Keindahan, Keunikan dan
Kenyamanan.
3) Karbon
Analisis cadangan karbon hutan di kawasan Taman Nasional Berbak telah
dilakukan dengan menggunakan pendekatan tingkat kerincian (Tier -1) mengacu
pada Pedoman IPCC-LULUCF dan menggunakan data dari World Resources
Institute pada tahun 2007.Data WRI ini merujuk dari Gibbs, Brown dan Olson et
al (2009).Hasil analisis menyimpulkan bahwa Taman Nasional Berbak
mengandung cadangan karbon 25.998.500 ton C dengan rata-rata 0 – 225 ton C
per ha dan emisi karbon ~ 95.988.500 ton CO2e.Hal ini menunjukkan bahwa
kawasan Taman Nasional Berbak mempunyai kontribusi paling penting dalam
mitigasi perubahan iklim.
Page 61
46
Metodologi Tier-3 (Tingkat kerincian 3) dalam menilai emisi karbon hutan
lebih akurat telah digunakan pada kawasan Taman Nasional Berbak.Pendekatan
Tier-3 dilakukan dengan mengkombinasikan penghitungan berbasis citra satelit
dengan penilaian biomassa hutan di lapangan. Pengukuran biomassa hutan ini
akan dikonversi menjadi cadangan karbon dengan menggunakan Pedoman IPCC-
GPG. Survei karbon ini menghasilkan cadangan karbon sebenarnya dari tipe hutan
tertentu.Telah dilakukan penghitungan pada 30 (tiga puluh) petak contoh dengan
lokasi pada berbagai tipe hutan di kawasan Taman Nasional Berbak. Hasil
perhitungannya kawasan Taman Nasional Berbak memiliki total nilai rata-rata
jumlah kandungan karbon adalah 75,89 ton per ha dengan total kandungan karbon
sebesar 11.157.445 C ton per ha.
4) Air
Salah satu jasa lingkungan yang dikenal umum adalah jasa lingkungan tata
air. Dalam hal ini termasuk perlindungan daerah aliran sungai (watershed
protection) (Wunder,2005). Berdasarkan Undang Undang Nomor 7 Tahun 2004
tentang Sumber Daya Air, daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, dengan fungsi
menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke
tempat lain secara alami.
Kawasan Taman Nasional Berbak merupakan kawasan lahan basah
penting dengan DAS Utama Air Hitam dan dan sedikit DAS Sungai Benu, dan
Sub DAS Air Hitam Dalam DAS Batanghari.Dengan sebagian besar ekosistem
Page 62
47
rawa gambut, peran kawasan Taman Nasional Berbak sebagai penampung dan
pengatur tata air merupakan jasa lingkungan yang harus diperhatikan. Debit air
yang dikeluarkan dari kawasan Taman Nasional Berbak dari DAS Air Hitam Laut
pada musim kering tercatat 1,8 m3/detik dan musim hujan 62 m
3/detik. Kapasitas
debit air ini merupakan potensi jasa lingkungan air terhadap sistem penyangga
kehidupan.
5) Ekowisata
Dengan potensi utama kawasan Taman Nasional Berbak sebagai Kawasan
Lahan Basah Internasional yang memiliki keragaman tinggi tumbuhan dan satwa
serta lansekap alami yang indah, Pengembangan Pariwisata Alam di TNB
mempunyai arti yang sangat strategis. Objek daya tarik wisata kawasan Taman
Nasional Berbak dapat di nikmati pada dua zona pemanfaatan yaitu di Air Hitam
Dalam dan di Air Hitam Laut. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan di zona
pemanfaatan diantaranya sebagai berikut:
a) Penyusuran sungai (river cruising)
Kegiatan ini adalah perjalanan menelusuri sungai dari batas kawasan
menuju dermaga area utama sambil menikmati suara-suara air dan fauna serta
memperhatikan jenis-jenis vegetasi di sepanjang sungai untuk memperoleh
pengalaman wisata menarik.
b) Bersampan (canoeing)
Page 63
48
Kegiatan bersampan menikmati keindahan lansekap, menemukenali
tumbuhan dan satwa.
c) Berlatih dan Bergiat di alam terbuka (outward bond dan outdoor exercise)
Outward Bound yang merupakan perangkat Management Building bagi
para eksekutif di kota besar dapat diadaptasi menjadi perangkat bermain dan
berolahraga bagi para pelajar. Perangkat ini digunakan untuk pembelajaran
kerjasama, kompetisi, pengambilan keputusan, dan unsur pendidikan lainnya yang
bersifat positif.
d) Jelajah dan pengenalan tumbuhan dan satwa
Kegiatan menjelajah hutan dan melakukan pengenalan tumbuhan dan
satwa dengan menelusuri boardwalk yang telah disediakan. Sambil belajar,
peserta dapat menikmati pemandangan sungai dan hutan di menara-menara
pengamat sambil mempelajari kegiatan para penghuni hutan (satwa).
Selain daya tarik wisata di dalam kawasan, obyek wisata sejarah dan
budaya sepanjang Sungai Batanghari serta alamnya, juga merupakan aset wisata
yang tidak dapat diabaikan bila diintegrasikan dengan pengembangan pariwisata
alam kawasan Taman Nasional Berbak. Adapun objek-objek ekowisata dan wisata
budaya di sekitar kawasan Taman Nasional antara lain adalah:
1. Sungai Batanghari - Berbak
Daerah sepanjang Sungai Batanghari dan Sungai Berbak antara Jambi dan
Air Hitam Dalam memiliki panorama wisata sungai yang sangat menarik dengan
Page 64
49
lama perjaianan 3 jam bila menggunakan speedboat.Sepanjang jalan, wisatawan
dapat menikmati suasana perkampungan penduduk Melayu asli Jambi di
pinggiran sungai dengan bentuk rumah panggung, rumah rakit, dll.
2. Makam Rangkayo Hitam
Dalam sejarah disebutkan bahwa Rangkayo Hitam adalah penemu Kota
Jambi (Tanah Pilih).Bagi sebagian masyarakat Jambi, makam Rangkayo Hitam
dianggap keramat dan sering disinggahi para penziarah.Makam ini terletak di tepi
Sungai Batanghari, tepatnya di seputar Desa Simpang.Keunikan makam
Rangkayo Hitam dapat terlihat dari bentuk makamnya yang memiliki ukuran 7
meter lebih. Untuk dapat mencapai !okasi Makam Rangkayo Hitam, wisatawan
dapat singgah sebentar dalam perjalanan dari Jambi menuju Nipah Panjang.
3. Pantai Desa Cemara
Pantai Desa Cemara merupakan lokasi persinggahan burung- burung
Wader Migran dari wilayah Asia menuju Australia.Dengan pantai yang landai dan
berlumpur menjadikan pantai Desa Cemara sebagai penyedia makanan yang
berlimpah bagi kawanan burung migran tersebut. Pada bulan - bulan Oktober dan
November wisatawan dapat menyaksikan puluhan ribu burung-burung migran
yang singgah dipantai cemara, seperti Tringa gutiffer, Calidris alba, Charadius
Veredus, dan Limicola ffacinellus.
4. Pulau Berhala
Page 65
50
Di sekitar daerah penyangga (Buffer Zone) TNB, kawasan perencanaan
memiliki akses dengan Pulau Berhala yang dikelilingi oleh pulau-pulau kecil di
sekitarnya yaitu: Pudau Layak, Pulau Lampu dan Pulau Telor. Pulau Berhala
memiliki panorama pantai pasir putih dan batuan vulkanik yang sangat indah.
Pada puncak bukit ini terdapat bekas benteng pertahanan Angkatan Laut Jepang
yang dilengkapi dengan meriam. Terdapat pula makam Datuk Paduka Berhala.
5. Festival Mandi Safar
Ritual mandi shafar adalah ritual mandi yang dillaksanakan pada hari Rabu
terakhir bulan shafar setiap tahun Hijriyah, yang diawali dengan menulis tujuh
ayat Al-Quran yang berawal “Salamum”, yang kemudian dimasukkan ke dalam
air yang akan dipergunakan untuk mandi shafar.
Bagi masyarakat Desa Air Hitam Laut, mandi Shafar menjadi momen
penting dalam setahun sekali guna memupuk tali persaudaraan “ukhuwah
wathaniyah” (persaudaraan sebangsa dan setanah air) tanpa membedakan suku,
ras, dan agama.Semua bersama-sama menghadiri dan melaksanakan ritual
tersebut.
Kegiatan ini menjadi event daerah bersama dengan pemerintah daerah
kabupaten tanjabtim dan menjadikannya salah satu objek wisata tahunan.39
7. Visi dan Misi Taman Nasional Berbak
a. Visi
39Dokumentasi Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang, Rencana Pengelolaan
Jangka Panjang (RPJP).hlm. 18-21
Page 66
51
Taman Nasional Berbak juga masuk dan ditetapkan sebagai salah satu
situs Ramsar pada taanggal 8 April 1992 dengan nomor 554. Adapun latar
belakang ditetapkanya kawasan ini sebagai situs Ramsar bahwa Taman Nasional
Berbaj merupakan kawasan konservasi hutan rawa terluas di Asia Tenggara yang
memiliki keunikan yaitu berupa gabungan antara hutan rawa gambut dan hutan
rawa air tawar serta hutan mangrove yang terbentang luas di Pesisir
TimurSumatera.
Berdasarkan berbagai pertimbangan tersebut maka, visi pengelolaan TN
Berbak dirumuskan sebagai berikut:“Berbak sebagai ekosistem lahan basah yang
secara ekologi berfungsi denganbaik sebagai habitat Harimau Sumatera, Tapir
Asia dan Burung Air”
b. Misi
Misi Taman Nasional Bebak adalah sebagai berikut:
1. Melindungi dan meningkatkan kualitas ekosistem lahan basah
KawasanTNBerbak
2. Mempertahankan populasi Harimau Sumatera di Kawasan TNBerbak
3. Meningkatkan ketersediaan data dan informasi bio-ekologi Tapir Asia untuk
efektivitas konservasinya di Kawasan TNBerbak
4. Meningkatkan ketersediaan data dan informasi bio-ekologi Burung Air untuk
efektivitas konservasinya di Kawasan TNBerbak40
40Dokumentasi Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang, Rencana Pengelolaan
Jangka Panjang (RPJP).hlm. 24
Page 67
52
8. Tugas dan Fungsi Balai Taman Nasional Berbak
Sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.7/Menlhk/Setjen/Otl.0/1/2016 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja Unit Pelaksanaan Teknis Taman Nasional.
a. Balai Taman Nasional Berbak mempunyai tugas dan fungsi sebagai berikut:
1) Inventarisasi potensi, penataan kawasan dan penyusunan rencana
pengelolaan;
2) Perlindungan dan pengamanan kawasan;
3) Pengendalian dampak kerusakan sumber daya alam hayati;
4) Pengendalian kebakaran hutan;
5) Pengenbangan dan pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar untuk
kepentingan non komersial;
6) Pengawetan jenis tumbuhan dan satwa liar beserta habitatnya serta
sumberdaya genetik dan pengatahuan tradisional di dalam kawasan;
7) Pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan;
8) Evaluasi kesesuaian fungsi, memulihkan ekosistem dan penutupan kawasan;
9) Penyediaan data dan informasi, promosi dan pemasaran konservasi
sumberdaya alam dan ekosistemnya;
10) Pengenbangan kerjasama dan kemitraan bidang konservasi sumberdaya alam
dan ekosistemnaya;
11) Pengembangan bina cinta alam dan serta penyuluhan konservasi sumberdaya
alam dan ekosistemnya;
12) Pemberdayaan masyarakat didalam dan sekitar kawasan; dan
Page 68
53
13) Melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga serta kehumasan.
b. Sub Bagian Tata Usaha
Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tungas melakuakan urusan tata
persuratan, ketatalaksanakan, kepegawaian, keuangan, perlengkapan, kearsipan,
rumah tangga, perencanaan, kerja sama, data, pemantauan dan evaluasi, pelaporan
serta kehumasan.
Dalam melaksanakan tugas, bagian tata usaha menyelenggarakan fungsi
sebagai berikut:
1) Pelaksanaan administrasi tata persuratan, ketatalaksanaan, kepegawaian,
keuangan, perlengkapan, kearsipan dan kerumah tangaan.
2) Penyiapan rencana program dan anggaran serta kerja sama dan kemitraan.
3) Pengelolaan data, pemantauan, evaluasi dan pelaporan serta kehumasan.
c. Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan inventarisasi potensi, penataan
kawasan, pengelolaan kawasan, perlindungan dan pengamanan, pengendalian
kebakaran hutan, evaluasi kesesuaian fungsi, pemulihan ekosistem, penutupan
kawasan, pengendalian dan pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar untuk
kepentingan non komersial, pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan,
penyuluhan, bina cinta alam dan pemberdayaan masyarakat didalam dan sekitar
kawasan.41
Seksi pengelolaan Taman Nasioanal Wilayah mempunyai fungsi sebagai
berikut:
41
Dokumentasi Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang, Rencana Pengelolaan Jangka
Panjang (RPJP).hlm 26
Page 69
54
1) Melakukan penyusunan rencana, anggaran dan evaluasi pengelolaan kawasan
taman nasional
2) Pengelolaan kawasan taman nasional
3) Pelaksanaan penyelidikan, perlindungan, dan pengamanan hutan
4) Pengendalian kebakaran
5) Pelaksanaan kegiatan pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan dan
wisata alam
6) Pelaksanaan kegiatan penyuluhan, bina cinta alam, dan pembedayaa
masyarakat
7) Penyiapan bahan pelaksanaan kerja sama pengembangan konservasi
sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.
9. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana di Taman Nasional Berbak Sembilang yaitu:42
a. GPS : 33 Unit
b. Kamera : 19 Unit
c. Labtop : 14 Unit
d. Computer : 4 unit
e. Printer : 4 unit
f. Kendaraan Darat dan Air :
g. Kendaraan R4 Patroli 2 dan mini bus 2 : 4 unit
h. Kendaraan R4 Patrol 1 : 1 unit
42Dokumentasi Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang, Rencana Pengelolaan
Jangka Panjang (RPJP) Hal 27
Page 70
55
i. Speedboat : 7 unit
j. Kendaraan R2 jenis KLX : 19 unit
k. Kendaraan R2 jenis Megapro : 9 unit
l. Kendaraan R2 jenis Yamaha Vixion : 1 unit
m. Kendaraan R2 jenis Bebek : 2 unit
n. Kendaraan R2 jenis Yamaha Scorpio : 1 unit
o. Handy talky : 12 unit
p. HP Satelit : 2 unit
q. Pelampung : 25 buah
r. Hardisk eksternal : 4 unit
s. Personal Use POLHUT : 40 buah
B. Deskripsi SPTN Wilayah III
1. Deskripsi Wilayah
Taman Nasional Berbak dan Sembilang (TNBS) merupakan marger dari
Taman Nasional Berbak dan Taman Nasional Sembilang berdasarkan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No p,7/Menlhk/Setjen/OTL.O/1/2016
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional. Luas
TNBS secara keseluruhan sebagaimana rincian sebagai berikut :43
Tabel. Luas dan Presentase keluasan Taman Nasional Berbak dan
Sembilang berdasarkan Kabupaten dan Provinsi
43Dokumentasi Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang, Rencana Pengelolaan
Jangka Panjang (RPJP).hlm. 28
Page 71
56
No Provinsi/Wilayah
Kabupaten
Luas ha Persentase
TN Berbak dan
Sembilang
344.158,25 100,00
A TN Berbak/ Prov Jambi 141.261,94 41,05
1 Kabupaten Muaro Jambi 22.460,65 6,53
2 Kabupaten Tanjung
Jabung Timur
118.801,29 34,52
B TN Sembilang/Prov
Sumsel
202.896,31 58,95
1 Kabupaten Musi Banyu
Asin
202.896,31 58,95
Sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No
P.7/ Menlhk/Setjen/OTL.o/1/2016 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
pelaksana Teknis Taman Nasional, bahwa Balai TNBS setingkat Eselon III/a
merupakan Tipe a dengan 3 Seksi Pengelolaan Wilayah yaitu :44
1. Seksi Pengelolaan TN Berbak Sembilang Wilayah I di Suak Kandis
Kabupaten Muara Jambi Provinsi Jambi
2. Seksi Pengelola TN Berbak Sembilang Wilayah II di Palembang Provinsi
Sumatera Selatan
44Dokumentasi Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang, Rencana Pengelolaan
Jangka Panjang (RPJP). hlm 30
Page 72
57
3. Seksi Pengelolaan TN Berbak Sembilang Wilayah III di Air Hitam Laut
Kabupaten Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi.
Seksi Pengelola TNBS Wilayah III yang secara administrasi terletak di
Kabupaten Tanjung Jabung Timur berkedudukan di Air Hitam Laut, yang dikelola
melalui manajemen tapak yaitu dalam bentuk Resort, berikut adalah luas lahan
SPTN Wilayah III,
2. Resort Cemara
Dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 7
Tahun 2016 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman
Nasional Pasal 35 mengatakan, dalam rangka efektivitas pengelolaan Taman
Nasional, kepala Balai Besar/Balai Taman Nasional Tipe A dan Tipe B dapat
menetapkan Resort.Resort Sungai Cemara mengelola 3 desa yaitu Desa Labuhan
Pering, Sungai Cemara, dan Air Hitam Laut dengan luas 44. 636, 62 ha.45
45Dokumentasi Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang, Rencana Pengelolaan
Jangka Panjang (RPJP).hlm. 32
Page 73
58
BAB IV
UPAYA BALAI TAMAN NASIONAL BERBAK SEMBILANG DALAM
MEMGANTISIPASI KEBAKARAN HUTAN
A. Faktor Penyebab Terjadinya Kebakaran Hutan Taman Nasional Berbak
dan Sembilang di kawasan Taman Nasional Berbak Desa Air Hitam Laut
Resort Cemara SPTN Wilayah III Kecamatan Sadu Kabupaten Tanjung
Jabung Timur
Indonesia memiliki banyak hutan sebagai salah satu sumber kekayaan
alamnya. Sayangnya, kebakaran sering terjadi pada hutan dan lahan (karhutla)
yang hampir telah menjadi „langganan‟ setiap tahun.
Kebakaran hutan dan lahan gambut bisa terjadi karena faktor alam.namun,
sering kali kebakaran itu juga terjadi akibat ulah manusia. Pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab melakukan pembakaran hutan demi tujuan dan kepentingan
pribadi tanpa memikirkan dampaknya bagi sekitar.
Kebakaran hutan dan lahan berdampak buruk bagi lingkungan dan
makhluk hidup di sekitarnya. Hewan-hewan harus kehilangan tempat tinggal dan
tak sedikit yang mati karena ikut terbakar. Tanaman-tanaman yang bisa sebagai
bahan obat pun ikut musnah. Masyarakat yang tinggal di sekitar hutan harus
menghirup asap berbahaya bagi kesehatan, jarak pandang terbatas yang berisiko
terjadi kecelakaan di jalan, serta aktivitas jadi terhambat dan berdampak pada
perekonomian masyarakat setempat
Page 74
59
Penyebab kebakaran di Wilayah Taman Nasional Berbak SPTN Wilayah
III Resot Cemara di akibatkan oleh beberapa Faktor, antara lain adalah sebagai
berikut:
1. Kemarau
Musim kemarau yang terlampau panjang merupakan penyebab kebakaran
hutan alami yang sulit dikendalikan. Kebakaran ini biasanya dipicu oleh gesekan
pohon atau daun kering. Gesekan yang terjadi bisa memercikkan api secara alami
dan menyebabkan kebakaran hutan. Kebakaran hutan di musim kemarau panjang
sering terjadi karena daun-daun pada kering ranting-rating menajadi garing
sehingga mudah terbakar dan sulit untuk di padamkan apalagi di musim kemarau
sering kali kekeringan yang membuat kesulitan air untuk memadamkan api pada
saat kebakaran itu melanda hutan.
Seperti yang di ungkapkan oleh bapak Samporis selaku kepala resot cemara
sebagai berikut:
“titik api benar-benar sulit untuk di padamkan ketika musim kemarau melanda
dikarenakan jumlah air yang sedikit untuk memadamkan kebakaran. Ditambah
lagi kebakaran begitu cepat meluas karena dedaunan dan pohon banyak yang mati
dan kering. Biasanya satu titik api yang timbul pada musim kemarau bisa
membakar berhektar-hektar lahan gambut.”46
Pada saat di musim kemarau titik api sangat mudah sekali terbentuk
dikarenakan semua daun-daun itu mengering dan mudah tersabar oleh api di
46Wawancara Samporis Selaku kepala Resort Sungai Cemara, 24 Maret 2021
Page 75
60
tambah dengan hembusan angin yang sangat kencang jadi api tersebut sangat
leluasa menghabis hutan dengan cepat. Jika terjadi musim kemarau panjang baik
itu masyarakat dari perkampungan ataupun masyarakat yang ada di suatu
perusahaan dimana wilayah yang besar potensi kebakaran harus saling kerja sama
dan sering patroli agar cepat mengetahui titik api serta menyiap pasokan air untuk
memadamkan jika terjadinya suatu kebakaran.
Wawancara dengan bapak siam selaku koordinator penyuluh
“Kebakaran hutan di musim kemarau sangat sering terjadi bahkan sulit bagi kita
untuk memadamkannya apalagi sangat jauh dari jangkauan yang membuat
kesulitan akses untuk memadamkanya dengan adanya kerja sama tadi setidaknya
upaya cepat tanggap akan menggurangi terjadinnya suatu kebakaran.”47
2. Rokok
Merokok di hutan bisa menjadi penyebab kebakaran hutan. Kali ini bukan
karena alam, melainkan ulah manusia. Risikonya akan semakin parah ketika
vegetasi kering kerontang karena musim kemarau panjang. Kadang masyarakat
petani tidak menyadari ketika mereka merokok dalam perjalannan ataupun di
dalam perkebunan mereka sering kali membuang sisa dari puntung rokok yang
masih menyala ke sembarang tempat sehingga api puntung rokok tersebut
mengenai salah satu daun kering atau ranting yang sudah rapuh sehingg
47
Wawancara bapak siam selaku koordinator penyuluh, 24 maret 2021
Page 76
61
memuncukan api maka dari situlah terjadinya suatu kebakaran hutan yang
disebabkan api rokok.
Informasi yang didapat dari hasil wawancara dengan Sekretaris Desa Air hitam
laut mengatakan
“Besarnya faktor penyebab terjadinya kebakran hutan seringkali disebabkan dari
ulah manusia yang membuang sisa dari rokok yang masih hidup dengan
sembarang yang membuat terjadinya kebakaran hutan.walaupun api dari sisa
rokok sangat kecil tapi bisa berkibat fatal. Inilah yang kadang di remehkan
masyarakat sekitar tentang puntung rokok yang kecil bisa menyebabkan
kebakaran yang luas apa bila di biarkan dan tidak adanya kesadaran tetang api
rokok.”48
Jangankan rokok, daun saja kering yang saling bergesekan saja sudah bisa
menyulut api. Maka dari itu, mari kita berhati-hati ketika sedang berada di hutan.
Upayakan jangan di biasakan membuang puntung rokok semberangan hal itu bisa
memicu kebakaran hutan, sebelum membuang puntung rokok pastikan rokok
tersebut sudah mati kalau perlu buanglah ke dalam sungai atau tempat yang ada
airnya demi menjaga kelestarian hutan agar tetap terjaga dengan alami.
3.Pemburuan liar
Pemburuan hewan liar secara tidak langsung menjadi penyebab kebakaran
hutan juga. Apalagi jika pemburuan ini dilakukan dengan senapan yang bisa
48Wawancara M. Tang selaku Sekretaris Desa Air Hitam Laut, 23 Maret 2021
Page 77
62
memicu percikan api. Jika hal ini terjadi, tak hanya hutan yang akan habis, tetapi
flora dan fauna yang tinggal di hutan terancam kehidupannya.
Wawancara dengan bapak Ridwan Yuswa Selaku Polhut adalah sebagai berikut:
“Kadang para pemburu hewan liar sering menggunakan senapan yang beramunisi
belerang dimana belerang ini akan mengeluarkan percikan api sehingga sangat
gampang sekali terjadinya kebakaran hutan, apalagi pemburuan dilakukan oleh
masyarakat pada musim kemarau hasil dari ledakan senapan api yang digunakan
para pemburu itu sering kali mengenai daun-daun kering maka terjadilah suatu
kebakaran yang tidak disadari oleh para pemburu”.49
Dari wawancara di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa memburu hewan
liar menggunakan senapan api karna hal tersebut bisa merusak alam dan
mengurangi populasi dari hewan tersebut maka dari itu mari kita bersama menjaga
habitat hewan agar tetap terjaga populasinya.
4.Pembukaan Lahan
Masyarakat masih membuka lahan dengan membakar, itulah yang
membuat terjadinya kebakaran. Masyarakat melakukan hal tersebut karena itu
tradisi jaman dahulu turun temurun, cepat dan tidak banyak memakan biaya.
Itulah penyebab sering terjadinya suatu kebakaran hutan. Masyarakat membuka
lahan dengan membakar dan sulit untuk dicegah.
Wawancara dengan Bril GADE Danru regu 1 sebagai berikut:
49Wawancara bapak Ridwan Yuswa Selaku Polhut, 23 maret 2021
Page 78
63
“ Banyak masyarakat yang masih membuka lahan dengan membakar. dikarena
membuka lahan dengan membakar itu lebih mudah dan cepat. Masyarakat
membuka lahan dengan membakar sudah menjadi kebiasaan sejak lama. Dari
kebiasaan inilah yang menjadi tantangan kami untuk mengubah dan menyadarkan
masyarakat agar tidak lagi membuka lahan dengan membakar”50
Masyarakat setempat hanya memikirkan cara cepat untuk membuka lahan
dengan membakar tampa memikirkan ekosistem yang ada di dalam hutan tersebut
maka dari itu masyarakat setempat belum sepenuhnya menyadari bahanya nya
membuka lahan dengan cara membakar, kadang mereka membakar tampa
memikirkan kadar hutan tersebut sudah tau hutan tersebut luas dan lahan gambut
yang sulit di padamkan, namun yang ada dalam pikiran mereka hanya
kepentingan pribadi semata.
Kebiasan membuka lahan dengan membakar itulah yang harus di
hilangkan agar kelestarian hutan tetap terjaga, padahal masih banyak cara-cara
lain untuk membuka lahan tampa harus membakar hutan tersebut.
Membutuhkan waktu tidak sebentar untuk bisa memadamkan hutan yang
terbakar. Sadar akan pentingnya menjaga hutan dan lahan demi kelangsungan
hidup bersama, minimal kita harus memiliki pengetahuan tentang cara-cara untuk
mencegah agar tidak terjadi kebakaran hutan kembali yang telah merugikan
banyak pihak. Bukan hanya tugas pemerintah, masyarakat pun harus berinisiatif
dan ikut bertindak dalam hal pencegahan tersebut.
50
Wawancara Bril GADE Ade Hermawan selaku Danru regu 1, 24 maret 2021
Page 79
64
5. Illegal Logging
Illegal logging atau penebangan liar, Merupakan Api yang tidak terkendali
secara mudah mergiatan yang dilakukan oleh perotangan atau kelompok
masyarakat yang bertujuan mengambil atau menebang pohon yang besar untuk di
manfaatkan kayunya dan di jual demi kepentingan sekempok tampa memikirkan
akibat dari perbuatan mereka, setelah mereka menebang hutan dan mengambil
kayunya tanpa mereka sadari mereka telah merusak hutan secara Illegal. Hal itu
juga bisa membuat terjadinya kerusakan hutan serta kebakaran hutan.
Wawancara dengan Bapak Nurahman selaku Kepala Seksi SPTN Wilayah III
“Hutan bisa terbakar dari kegiatan mereka seperti sisa dari pohon yang di ambil
sudah pasti meninggalkan daun dan ranting di situlah nantinya akan mudah
terbakar apalagi sudah kering dan akan mudah terbakar kena percikan api atau
sebab lainya dan kadang mereka membuat api sendiri untuk keperluan mereka
seperti masak air, nasi dan lainnya itu bisa memicu terjadinya kebakaran hutan.
Sisa dari kayu yang diambil pastilah kering yang semakin lama bertambah dan
menumpuk di Kawasan hutan. Pada musim kemarau akan mengering dan
berpotensi menyebabkan kebakaran hutan baru.“51
Untuk itu mari jangan lagi melakukan menebangan hutan secara liar hal itu
dapat menrugikan kita dan saudara kita ataupun orang lain karena kegiatan
51
Wawancara dengan Bapak Nurahman selaku Kepala Seksi SPTN Wilayah III
Page 80
65
tersebut dapat memicu terjadinya kebakaran bukan satu hutan yang terbakar bisa
jadi hutan-hutan di sekitar ikut terbakar.
B. Kendala Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang dalam
Mengantisipasi Kebakaran Hutan
Kendala dalam Mengantisipasi kebakaran hutan adalah rintangan yang
membuat tidak berjalan lancer dalam upaya mengantisipasi kebakaran hutan yang
berdampak buruk bagi Flora, Fauna dan Manusia.
Kendala yang terjadi dalam mengatasi suatu kebakaran hutan ditaman
nasional berbak sembilang akses yang tidak mendukung dimana suatu kejadian
ada kebaran untuk mencapai di titik kebakaran tersebut membutuhkan waktu yang
sangat lama karna sulitnya medan yang harus di tempuh dan posisi armada
kebakaran kadang jauh dari lokasi kebaran hutan kadang masyarakat sengaja
membakar hutan yang sulit untuk di jangkau sehingga kebakaran tersebut sulit
untuk di padamkan dalam yang singkat.
Masyarakat setempat sulit untuk di ajak kerja sama dalam menjaga dan
melindungi hutan agar tidak ada lagi yang membuka lahan dengan membakar.
Kalau masyarakatnya sulit diajak kompromi maka kebakaran hutan akan terus
terjadi apa lagi dimusim kemarau sudah akses jalan susah dan airpun sulit untuk
didapatkan, karna daerah ini merupakan lahan gambut maka perlu pasokan air
haruslah memadai kalau tidak memadai apinya akan terus menyala jadi
kesulitanya dalam mengatasi kebakaran hutan tersebut berulang kali terjadi.
Page 81
66
Dan wawancara dengan Ade Hermawan Selaku Danru/komandan regu
satu manggala sebagai berikut:
“Menset masyarakat yang sulit dirubah.Masih memakai pola membuka
lahan dengan membakar, masih memakai tradisi dulu.Intinya sulit merubah
menset masyarakat”52
.
Dari wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa kendala dalam
mengantisipasi kebakaran hutan adalah akses mobilitas untuk membawa peralatan
jarak yang cukup jauh dan sulit merubah mindset masyarakat yang masih
membuka lahan dengan cara membakar.
Kebakaran hutan merupakan salah satu bentuk gangguan yang makin
sering terjadi. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan cukup
besar mencakup kerusakan ekologis, menurunnya keanekaragaman hayati,
merosotnya nilai ekonomi hutan dan produktivitas tanah, dan asapnya
mengganggu kesehatan masyarakat serta mengganggu transportasi baik darat,
sungai, danau, laut dan udara.Itulah sangat perlu dalam mengantisipasi kebakaran
hutan.
Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang dalam Mengantisipasi
kebakaran hutan mempunyai beberapa kendala. Adanya kendala tersebut yang
membuat pihak Balai Taman Nasional Berbak SPTN Wilayah III Resort Cemara
adanya kesulitan dalam mengantisipasi kebakaran hutan. Adapun kendala Balai
52
Wawancara Ade Hermawan selaku Danru/Komandan regu satu Manggala TNBS 25/03/2021
Page 82
67
Taman Nasional Berbak dan Sembilang dalam mengantisipasi kebakaran hutan di
Resort Cemara SPTN Wilayah III Kec. Tanjung Jabung Timuryaitu :
1. Akses menuju lokasi kebakaran pada umumnya harus ditempuh melalui darat
dan sungai, sehinggan perlu waktu lama dan biaya yang cukup besar
2. Pada saat musim kemarau, beberapa sungai kering atau surut sehingga menjadi
penghambat untuk menuju lokasi terbakar dan juga mengurangi ketersediaan air
untuk pemadaman
3. Brigdalkarhut TNBS posisinya disimpang (Jambi) sehingga belum bisa
menjangkau wilayah TN Sembilang secara luas ( hanya kawasan yang berbatasan
dengan TN Berbak)
4. Ketersediaan anggaran oprasional penanganan karhutla belum memadai
(153.425.000,- dengan alokasi pembiayaan 15 x patrol dan 7 x pemadaman)
5. Masih ada anggota masyarakat desa sekitar kawasan yang mengolah lahan
dengan cara membakar
6. Adanya peluang dana desa untuk dialokasikan dalam kegiatan penanggulangan
dalkarhut belum bisa direalisasikan dikarenakan pihak desa belum paham
mengenai pertanggungjawabannya
Page 83
68
7. KMPA yang telah dibentuk belum bisa optimal dalam pencegahan dan
penanggulangan kebakaran karena terbatasnya skill, perlatan dan dana
oprasional53
Sedangkan kendala pencegahan dan penanggulangan yang dihadapi Balai
Taman Nasional Berbak dan Sembilang adalah sebagai berkut:
1. 90% kawasan Taman Nasional Berbak adalah lahan gambut. Sehingga apabila
terjadi kebakaran di lahan gambut tersebut sangatlah sulit untuk diatasi karena
kebakaran gambut merupakan kebakaran bawah tanah.
2. Aksesibilitas yang sulit karena beratnya medan yang dihadapi, kadang-kadang
untuk mencapai lokasi yang terbakar memerlukan waktu hingga tiga hari (Pada
kawasan tertentu aksesibilitas sangat dipengaruhi oleh pasang surutnya air).
3. Sumberdaya penanggulangan (potensi daerah, tenaga, peralatan dan dana)
belum memadai dan belum terorganisir dengan baik serta waktu turunnya dana
yang kurang tepat.
4. Kurangnya koordinasi antara pihak-pihak terkait yang berhubungan dengan
penanganan kebakaran hutan.
5. Belum adanya teknologi yang mudah dan murah untuk melaksanakan
pembukaan lahan tanpa membakar, sehingga pengelola belum dapat melarang
untuk tidak membakar dalam melakukan pembukaan lahan, dan memberikan
solusi yang baik.
53
Data dokumentasi dari Taman Nasional Berbak dan Sembilang (TNBS)
Page 84
69
6. Masih kurangnya sumberdaya manusia yang profesional di bidang
pengendalian kebakaran hutan baik, secara kualitas maupun kuantitas serta
kurangnya penyuluhan terhadap masyarakat.
7. Masih terdapat persepsi yang berbeda antara penegak hukum terutama tentang
tindak pidana pelaku pembakaran hutan/lahan.
8. Kurangnya sarana dan prasarana pencegahan dan pengendalian kebakaran pada
instansi terkait, khususnya Balai Taman Nasional Berbak.
9. Kurangnya kesadaran masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Berbak
tentang pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan.54
Dari beberapa kendala diatas dapat disimpulkan bahwa masih banyak hal-
hal rintangan Taman Nasional Berbak dan Sembilang terkhusus di SPTN Wilayah
III Resort Cemara Desa Air Hitam Laut Kecamatan Tanjung Jabung Timur dalam
mengantisipasi kebakaran hutan
Itulah kendala Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang dalam
mengantisipasi kebakaran hutan di SPTN Wilayah III Resort Cemara Desa Air
Hitam Laut Kecamatan Tanjung Jabung Timur
.
54
Irwansyah Reza Lubis dan I.N.N. Suryadiputra, Upaya Pengelolaan Terpadu Hutan
Rawa Gambut Bekas Terbakar di Wilayah Berbak-Sembilang, “Sumatera Peatland Fire proc Part
4, hal 124-125
Page 85
70
C. Upaya pihak Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang dalam
mengantisipasi kerusakan hutan di kawasan Taman Nasional Berbak Desa
Air Hitam Laut Resort Cemara SPTN Wilayah III Kecamatan Sadu
Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Berbagai upaya pencegahan dan perlindungan kebakaran hutan telah
dilakukan pihak balai taman nasional berbak sembilang.
Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang melakukan beberapa cara
dalam antisipasi dan penanganan kebakaran hutan di kawasan Taman Nasional
Berbak Jambi agar tidak terulang kembali antara lain:55
1. Sosialisasi
Pemasangan papan larangan agar masyarakat tidak melakukan pembakaran
pada mengelolah lahan di Ds. Simpang Datuk, Ds. S. Sayang, Ds. Bakau Tuo,
Kel. Simpang. Wawancara dengan bapak Siam selaku koordinator penyuluhan
kehutana adalah sebagai berikut:
“sosialisasi melibatkan tim dari Balai baik Polhut, penyuluh, PEH dll. Kadang
kegiatan ini diadakan di balai desa, di sekolah, atau di masjid. Polhut diresot juga
melakukan penyuluhan mandiri, yaitu mendatangi rumah-rumah warga untuk
memberikan sosialisasi yang dinamakan dengan ajang sana atau silaturahim untuk
lebih membaur ke masyarakat.”56
55
Data dokumentasi dari TNBS
56
Wawancara dengan Siam selaku koordinator penyuluhan kehutana, 24 maret 2021
Page 86
71
Sosialisai dilakukan agar masyarakat setempat menyadari bahwa
pentingnya menjaga hutan dan bahayanya membakar hutan, dengan kita menjaga
hutan maka akan terjagalah ekosistem di dalamnya makanya jadi hutan kita tetap
lestari yang menikmati bukan kita saja, anak cucu kita juga akan menikmati tapi
jika kita merusak hutan dengan cara membakar maka yang akan terjadi hutan kita
akan rusak serta ekosistem di dalamnya juga ikut rusak yang rugi kita sendiri.
maka perlu adanya kerja sama agar hutan ini tetap terjaga.
2. Meningkatkan koordinasi dengan perangkat Desa S. Rambut, Rantau Rasau,
Simpang Datuk, S. Sayang, Bakau Tuo, Air Hitam Laut, Cemara, Labuhan
Pering, Sungai Benuh, Tanah Pilih; Koramil 04 Nipah Panjang, Koramil 02
Sungsang; Polsek Berbak, Polsek Sadu. BPBD Kab. Tanjabtim, BNPB Prov.
Jambi, Dishut Prov Jambi, Tahura RangKayo Hitam, Posko Udara Prov
Sumsel dan Jambi, Balai PPI KHL Wil. Sumatera
Upaya pencegahan Karhutla dilakukan melalui sosialisasi dan edukasi ke
masyarakat tentang bahaya kebakaran hutan dan lahan. Dengan pendekatan
“Humanis” sosialisasi dan edukasi pembersihan lahan tanpa dibakar sangat
dibutuhkan oleh masyarakat, mengingat masih adanya masyarakat yang
membersihkan lahan dengan cara dibakar.
Dalam sosialisasi dan edukasi larangan pembakaran hutan dan lahan,
diharapkan warga masyarakat mengetahui bahaya dan sanksi yang diberikan jika
melakukan pembakaran hutan dan lahan. Sosialisasi dan edukasi ini diharapkan
dapat mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan di musim kemarau,
Page 87
72
dihimbau kepada masyarakat untuk menumbuhkan kepedulian terhadap alam dan
lingkungan.
Wawancara dengan POLHUT TNBS :
“Koordinasi dilakukan untuk meminimalisir terjadinya suatu kebakaran
hutan setiap ada kejadian kebakaran pihak-pihak terkait saling bekerja sama agar
cepat mengatasinya, dengan kerja sama ini akan berkuranngnya kebakaran
hutan.”57
3. Meningkatkan keberadaan petugas di Pos Jaga Simpang Malaka untuk
mencegah terjadinya kebakaran di Simpang Kubu, Simpang Piatu, Simpang
Gajah agar tidak terjadi kebakaran dengan sumber api didalam kawasan para
petugas jaga yang di tugaskan selalu siap dan memantau situasi agar selalu
kondusif serta melakukan pengawasan terhadap titik rawan kebakaran.
4. Patroli terpadu bersama instansi terkait (Daop Sumatera XI, Babimkamtibmas
Polsek Berbak dan Sadu, Babinsa Koramil Berbak dan Sadu).
Melakukan patroli bersama dalam pemantauan titik api, hal ini dilakukan agar
tidak terjadinya kebakaran yang di disengaja oleh masyarakat dan menghimau
kepada masyarakat agar tidak membakar hutan.
Wawancara dengan bapak ridwan yuswa selaku wakil coordinator polhut
yang mengatakan
57
Wawancara Ridwan selaku Polhut TNBS 07/10/2020
Page 88
73
“dalam setiap patrol itu kita mrnyisir lokasi daerah yang rawan terjadinya
kebakaran. Fungsi patrol untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran.”58
5. Pemantauan harian Hot Spot/ kebakaran melalui Fire Detection Camera (FDC)
6. Membentuk posko Brigdalkarhut :1 Posko Induk (Markas Brigdalkarhut/
DAOP Simpang) dan 3 Posko Lapangan (Desa Sungai Sayang, Kantor
SPTNW III Air Hitam Laut, Bagan Ujung 7,5 Benuh Hulu/ Ds. Tanah Pilih)
7. Memeberdayakan KMPA
a. Berbak: KMPA Ds. S. Aur, Ds. Rantau Rasau, Kel. Simpang.
b. Sembilang: KMPA Ds. S. Tabala Jaya, Ds. Karang Sari, Ds. Tanah Pilih. Ds.
Purwo Dadi
8. Memberdayakan MMP
a. Berbak: Ds. S. Sayang, Ds. Simpang Datuk, Kel. Simpang, Ds. Rantau Rasau,
Ds. Pematang Raman, Ds. Air Hitam Laut, Ds. Labuhan Pering, Ds. S. Benuh
(total 17 orang)
b. Sembilang: Ds. Tanah Pilih, Ds. Pancoran, Ds. Sunsang Empat (total 12 orang)
9. Mengikut sertakan dua orang staf dalam pengoprasionalan FDC yang diadakan
oleh Didjen PPI bulan April 2020
10. Dukungan BRG berupa pembangunan inprastuktur pembahasan Gambut
(Sekat Kenal: 47 titik dan sumur bor: 84 unit) dan Revitalisasi ekonomi/
58Wawancara Ridwan selaku POLHUT TNBS 07/10/2020
Page 89
74
pemberdayaan masyarakat: Ds. Air Hitam Laut 2 pokmas, Ds. Telaga Limo 1
pokmas. Ds. Rantau Rasau 1 pokmas, Kel. Simpang: 1 pokmas. Besarnya
bantuan tiap pokmas Rp. 100.000.000.-
Upaya yang telah dilakukan
Upaya yang telah dilakukan oleh Taman Nasional Berbak dan Sembilang
adalah sebagai berikut:59
1. Pencegahan kebakaran hutan.
a. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat di daerah-daerah rawan kebakaran
sekitar kawasan Taman Nasional Berbak di Kabupaten Tanjung Jabung Timur
dan Kabupaten Muaro Jambi. Selain dari penyuluhan yang dilakukan oleh
Balai Taman Nasional Berbak, penyuluhan juga dilakukan oleh Departemen
Kehutanan yang bekerjasama dengan FFPMP II JICA dan Wetlands
International.
Kegiatan-kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan antara lain:
1) Pencanangan Deklarasi oleh Gubernur Jambi tanggal 1 Mei 2003 yang
disiarkan melalui TVRI, RRI dan koran lokal.
2) Pemasangan umbul-umbul dan spanduk.
3) Pembagian dan penyebaran leaflet dan stiker.
4) Pemutaran film di desa-desa rawan kebakaran.
59
Dokumentasi Taman Nasional Berbak dan Sembilang
Page 90
75
5) Dialog interaktif di TVRI oleh Kepala Balai Taman Nasional Berbak tentang
kebakaran hutan dan penayangan iklan layanan masyarakat melalui RRI.
6) Lomba menggambar tingkat SLTP/SLTA di desa rawan kebakaran hutan dan
lahan.
b. Sosialisasi sistem pembukaan lahan tanpa bakar oleh Dinas Perkebunan
Propinsi Jambi bekerjasama dengan Balai Taman Nasional Berbak.
c. Pembentukan Brigade Kebakaran Hutan pada Balai Taman Nasional Berbak
(Harimau Berbak).
d. Gelar regu dan peralatan pemadam kebakaran.
e. Pembentukan Brigade Kebakaran Swakarsa di tiga desa sekitar kawasan
Taman Nasional Berbak yang bekerjasama dengan LSM Pinang Sebatang.
f. Pembangunan Greenbelt.
g. Rehabilitasi kawasan bekas kebakaran.
h. Pelatihan bagi masyarakat.
2. Pemadaman dan deteksi dini
a. Pengecekan titik api dan pemanfaatan data hotspot dari satelit untuk
disebarluaskan.
b. Pengaktifan posko siaga kebakaran hutan.
Page 91
76
c. Pemadaman kebakaran hutan (kawasan TN. Berbak, daerah penyangga dan
areal perkebunan/IPITI).
d. Mengakses titik api dari satelit NOAA.
e. Pelatihan penanggulangan kebakaran hutan bagi Polhut dan masyarakat.
f. Melaksanakan kegiatan Pusdalkarhutla (Pusat Pengendalian Kebakaran Iutan
dan Lahan) Propinsi Jambi dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran
hutan. BalaiTaman Nasional Berbak merupakan salah satu anggota kelompok
kerjanya.
3. Pasca kebakaran
a. Melakukan rehabilitasi pada kawasan bekas kebakaran.
b. Melakukan koordinasi dengan penegak hukum.
c. Menyiapkan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) untuk melaksanakan
penyidikan dalam masalah kebakaran hutan dan lahan.
d. Mengusulkan anggaran.
e. Mengusulkan peningkatan jumlah dan kualitas sarana dan prasarana
pemadaman kebakaran hutan.
f. Mensosialisasikan Peraturan Pemerintah (PP.No.4/2001 tentang Pengendalian
Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Iidup yang Berkaitan dengan
Kebakaran Iutan dan Lahan).
Page 92
77
g. Melaksanakan inventarisasi lahan bekas kebakaran.
Page 93
78
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Faktor penyebab terjadinya kebakaran hutan di Taman Nasional Berbak SPTN
Wilayah III ada beberapa hal, yaitu fakto kemarau, rokok, pemburuan liar,
pembukaan lahan,dan illegal loging.
2. Kendala Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang dalam mengantisipasi
kebakaran hutan yaitu: a. Akses menuju lokasi kebakaran pada umumnya
harus ditempuh melalui darat dan sungai, sehinggan perlu waktu lama dan
biaya yang cukup besar. b. Pada saat musim kemarau, beberapa sungai kering
atau surut sehingga menjadi penghambat untuk menuju lokasi terbakar dan
juga mengurangi ketersediaan air untuk pemadaman. c. Brigdalkarhut TNBS
posisinya disimpang (Jambi) sehingga belum bisa menjangkau wilayah TN
Sembilang secara luas ( hanya kawasan yang berbatasan dengan TN Berbak).
d. Ketersediaan anggaran oprasional penanganan karhutla belum memadai
(153.425.000,- dengan alokasi pembiyayan 15 x patrol dan 7 x pemadaman).
e. Masih ada anggota masyarakat desa sekitar kawasan yang mengolah lahan
dengan cara membakar. Adanya peluang dana desa untuk dialokasikan dalam
kegiatan penanggulangan dalkarhut belum bisa direalisasikan dikarenakan
pihak desa belum paham mengenai pertanggung jawabannya. f. KMPA yang
telah dibentuk belum bisa optimal dalam pencegahan dan penanggulangan
kebakaran karena terbatasnya skill, perlatan dan dana oprasional
Page 94
79
3. Dan Upaya Pihak Balai Taman Nasional Berbak dan Sembilang dalam
penanganan kebakaran hutan dikawasan Taman Nasional Berbak Jambi yaitu:
a. Sosialisasi, pemasangan papan larangan agar masyarakat tidak melakukan
pembakaran pada mengelolah lahan. b. Meningkatkan koordinasi dengan
perangkat Desa S. Rambut, Rantau Rasau, Simpang Datuk, S. Sayang, Bakau
Tuo, Air Hitam Laut, Cemara, Labuhan Pering, Sungai Benuh, Tanah Pilih;
Koramil 04 Nipah Panjang, Koramil 02 Sungsang; Polsek Berbak, Polsek
Sadu. BPBD Kab. Tanjabtim, BNPB Prov. Jambi, Dishut Prov Jambi, Tahura
Rang Kayo Hitam, Posko Udara Prov Sumsel dan Jambi, Balai PPI KHL Wil.
Sumatera. c. Meningkatkan keberadaan petugas di Pos Jaga Simpang Malaka
untuk mencegah terjadinya kebakaran di Simpang Kubu, Simpang Piatu,
Simpang Gajah agar tidak terjadi kebakaran dengan sumber api didalam
kawasan. d. Patroli terpadu bersama instansi terkait (Daop Sumatera XI,
Babimkamtibmas Polsek Berbak dan Sadu, Babinsa Koramil Berbak dan
Sadu). Dan masih bnyak lagi upaya yang dilakukan oleh TNBS.
B. Saran
Saran yang dapat dikemukakan adalah :
1. Menyebarkan peringatan dini melalui media lokal (cetak, radio), agar
diketahui oleh kelompok target pemakai hutan, masyarakat dan pengelola
lahan yang lain akan terjadinya kemarau panjang yang berpotensi
menyebabkan kebakaran
2. Lebih memantau aktivitas di sekitar lahan dan hutan, terutama daerah rawan
kebakaran melalui patrol harian
Page 95
80
3. Lebih banyak menyebarluaskan informasi larangan melakukan pembakaran
4. Persiapan, pelatihan dan penyegaran untuk semua petugas terkait dan
masyarakat dalam usaha –usaha pemadaman kebakaran
5. Rencana penanggulangan bersama dengan masyarakat
6. Melakukan pengecekan sumber-sumber air untuk rencana pemadaman
7. Melakukan pertemuan dan komunikasi secara rutin antara masyarakat,
perusahaan, polisi, dan TNI
8. Melakukan pemadaman sedini mungkin jika ditemukan sumber api meskipun
kecil
Page 96
81
DAFTAR PUSTAKA
Alexander Riegler, “The Role of Anticipation in Cognition”. Proceeding of the
American Institute of Physics , Vol 573, 2001
Arifin Arif, Hutan „Hakikat hutan dan pengaruhnya terhadap lingkungan: Penerbit
Yayasan Obor Indonesia Jakarta, 1994 .
Ati Dwi Nurhayati dan Aldi Yusup. Penyebab Kebakaran Hutan Di Kawasan
Hutan Pendidikan Gunung Walat, Jawa Barat
Data Balai Taman Nasional Berbak Dan Sembilang
Digilib UIN Sunan Ampel Surabaya
Dokumentasi Dinas Kehutanan Provinsi Jambi Tahun 2017
G Ghozali UIN Maulana Malik Ibrahim
Husaini Usman, dan Purnomo Setiady, Metode Penelitian Sosial, Jakarta:Bumi
Aksara,2009.
Intruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2015 Tentang Peningkatan
Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diakses dari http://www.kbbi.com
Observasi di Taman Nasional Berbak SPTN Wilayah IiI Kec. Tanjung Jabung
Timur, 07/10/2020
Page 97
82
Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor:
47/Prementan/Ot.140/4/2014 Tentang Brigade dan Pedoman Pelaksanaan
Pencegahan Serta Pengendalian Kebakaran Laha TNB&
DokumentasiDinas Kehutanan Provinsi Jambi Tahun 2017 dan Kebun
RPJP TN Berbak.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung :
Alfabeta, 2009.
Irwansyah Reza Lubis dan I.N.N. Suryadiputra, Upaya Pengelolaan Terpadu
Hutan Rawa Gambut Bekas Terbakar di Wilayah Berbak-Sembilang,
“Sumatera Peatland Fire proc Part 4
Irwandi, Jumani dan Ismail, Upaya Penanggulangan Kebakaran Hutan Dan Lahan
Di Desa Purwajaya Kecamatan Loa Janan Kabupaten Kutai Kertanegara
Kalimantan Timur,”Jurnal AGRIFOR, Vol. XV No.2, Oktober 2016
Undang-undang Nomor 18 Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Perusakan Hutan
Wawancara Samporis Selaku kepala Resort Sungai Cemara, 24 Maret 2021
Wawancara Bapak Siam Selaku Koordinator Penyuluh, 24 maret 2021
Wawancara M. Tang selaku Sekretaris Desa Air Hitam Laut, 23 Maret 2021
Wawancara bapak Ridwan Yuswa Selaku Polhut, 23 maret 2021
Wawancara Bril GADE Ade Hermawan selaku Danru regu 1, 24 maret 2021
Page 98
83
Wawancara dengan Bapak Nurahman selaku Kepala Seksi SPTN Wilayah III
Wawancara Ade Hermawan selaku Danru/Komandan regu satu Manggala TNBS
2 maret 2021
Page 99
84
DOKUMENTASI
Wawancara Samporis Selaku kepala Resort Sungai Cemara tanggal 24/03/2021
Page 100
85
Dokumentasi meminta data dengan Tias Manggala tanggal 26/03/2021
Page 101
86
Wawancara M. Tang selaku Sekretaris Desa Air Hitam Laut tanggal 23/03/2021
Dokumentasi dengan Sarif yang membantu Observasi Tanggal 23/03/2021
Page 102
87
Dokumentasi meminta data dengan Dani selaku POLHUT TNBS
tanggal12/03/2021
Page 103
88
Wawancara Ade Hermawan selaku Danru/Komandan regu satu Manggala TNBS
tanggal 2/03/2021
Dokumentasi dengan Ridwan selaku POLHUT TNBS tanggal 07/10/2020
Page 104
89
Dokumentasi di depan kantor BRIGDALKARHUT TNBS tanggal 26/03/2021