Top Banner
 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Harga 2.1.1.1. Pengertian Harga Harga adalah bagian penting dan tidak bisa dipisahkan dari marketing mix (bauran pemasaran). Oleh karena itu setiap kali menyusun strategi harga  perusahaan wajib memperhatikan kebijaksanaan perusahaan secara keseluruhan serta strategi produk, distribusi, dan promosi penjualan.  Menurut Sutojo (2001:62) “harga menurut konsumen adalah sejumlah uang yang dibayarkan atas barang atau jasa. Harga bagi perusahaan adalah sejumlah uang yang ditentukan perusahaan sebagai imbalan atas barang dan jasa yang mereka perdagangkan dan sesuatu y ang lain yang diadakan perusahaan untuk memuaskan keinginan konsumen”. Sesuatu yang lain itu dapat berupa kebanggaan memiliki produk yang telah benar mereknya, jaminan mutu, perasaan aman karena memiliki produk tersebut. Harga menurut konsumen adalah uang yang ditukar untuk memperoleh  barang atau jasa sedangkan bagi perusahaan harga adalah sejumlah uang yang dikeluarkan atau dikorbankan untuk menghasilkan atau menciptakan barang atau  jasa. Harga adalah nilai suatu barang atau jasa yang ditukarkan dengan sejumlah uang yang dikeluarkan pembeli untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari  barang atau jasa serta pelayanannya. Menurut Siswanto (2001:58) “harga adalah sesuatu yang ditentukan sebagai imbalan jasa atau barang yang diperdagangkan”. Harga merupakan satu - satunya bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan. Harga juga merupakan salah satu unsur bauran pemasaran yang paling fleksibel, harga dapat diubah dengan cepat tidak seperti tampilan produk.
25

UNIMED Undergraduate 27993 BAB II (1)

Oct 14, 2015

Download

Documents

Nur Zhen

analisis
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1. Kerangka Teoritis

    2.1.1. Harga

    2.1.1.1. Pengertian Harga

    Harga adalah bagian penting dan tidak bisa dipisahkan dari marketing mix

    (bauran pemasaran). Oleh karena itu setiap kali menyusun strategi harga

    perusahaan wajib memperhatikan kebijaksanaan perusahaan secara keseluruhan

    serta strategi produk, distribusi, dan promosi penjualan.

    Menurut Sutojo (2001:62) harga menurut konsumen adalah sejumlah uang yang dibayarkan atas barang atau jasa. Harga bagi perusahaan adalah

    sejumlah uang yang ditentukan perusahaan sebagai imbalan atas barang dan jasa

    yang mereka perdagangkan dan sesuatu yang lain yang diadakan perusahaan

    untuk memuaskan keinginan konsumen. Sesuatu yang lain itu dapat berupa kebanggaan memiliki produk yang telah benar mereknya, jaminan mutu, perasaan

    aman karena memiliki produk tersebut.

    Harga menurut konsumen adalah uang yang ditukar untuk memperoleh

    barang atau jasa sedangkan bagi perusahaan harga adalah sejumlah uang yang

    dikeluarkan atau dikorbankan untuk menghasilkan atau menciptakan barang atau

    jasa. Harga adalah nilai suatu barang atau jasa yang ditukarkan dengan sejumlah

    uang yang dikeluarkan pembeli untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari

    barang atau jasa serta pelayanannya.

    Menurut Siswanto (2001:58) harga adalah sesuatu yang ditentukan sebagai imbalan jasa atau barang yang diperdagangkan. Harga merupakan satu-satunya bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan. Harga juga merupakan

    salah satu unsur bauran pemasaran yang paling fleksibel, harga dapat diubah

    dengan cepat tidak seperti tampilan produk.

  • 9

    Harga menurut Kotler dan Amstrong (2001: 37) adalah sejumlah uang

    yang ditukarkan untuk sebuah produk atau jasa.

    Menurut Kotler (2001:637), bahwa perusahaan harus mempertimbangkan

    banyak faktor dalam menetapkan kebijaksanaan harga yaitu :

    1. Memilih tujuan penetapan harga 2. Menentukan permintaan 3. Memperkirakan biaya 4. Menganalisis harga dan penawaran pesaing 5. Memilih metode penetapan harga 6. Memilih harga akhir

    Penetapan harga yang tidak tepat akan berakibat fatal pada keuangan

    perusahaan. Selain itu, Michael J. Bater (dalam Sutojo 2001:60) mengajukan

    enam alasan utama mengapa harga mempunyai peranan penting dalam upaya

    menunjang kebijaksanaan pemasaran terpadu yaitu :

    1. Elastisitias harga lebih besar pengaruhnya terhadap pengaruh permintaan banyak jenis produk dibandingkan dengan elastisitas elemen marketing mix

    lainnya.

    2. Pengaruh perubahan harga terhadap perubahan jumlah penjualan produk akan lebih cepat dibandingkan dengan pengaruh perubahan elemen marketing mix

    yang lain.

    3. Implementasi rencana perubahan harga dapat dilaksanakan lebih cepat dibandingkan dengan rencana perubahan strategi produk atau promosi.

    4. Reaksi perusahaan saingan terhadap perubahan harga yang dilakukan oleh perusahaan lain biasanya lebih sensitif dan cepat dibandingkan dengan

    perusahaan elemen marketing mix lainnya.

    5. Implementasi strategi harga tidak membutuhkan investasi modal. 6. Harga produk dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor ekstern yang berada diluar kekuasaan perusahaan.

    Menurut Sutojo (2001:63) bagi setiap perusahaan harga tidak hanya berfungsi sebagai penentu jumlah hasil penjualan dan keuntungan, melainkan juga

    berperan penting dalam membangun kekuatan bersaing dengan perusahaan lain. Untuk banyak jenis produk terutama barang dan jasa konsumtif harga merupakan

    salah satu faktor yang menentukan konsumen memilih barang, jasa atau merek

    apa yang akan mereka beli.

  • 10

    Secara umum harga mempunyai peranan penentu dalam pilihan pembeli.

    Hal ini masih berlaku di negara-negara miskin, diantaranya kelompok-kelompok

    miskin dan untuk jenis produk komuditi. Tetapi faktor-faktor non harga telah

    menjadi semakin penting dalam perilaku pilihan pembeli selama beberapa lama

    ini. Namun harga masih tetap merupakan unsur paling penting, yang menentukan

    pangsa pasar dan profitabilitas perusahaan.

    Harga yang ditetapkan harus dapat menutup semua ongkos atau lebih dari

    itu yaitu untuk mendapatkan laba tetapi jika harga yang ditetapkan ditetapkan

    terlalu tinggi akan berakibat kurang menguntungkan. Dalam hal ini pembeli akan

    berkurang, semua biaya mungkin tidak dapat ditutup dan akhinya perusahaan bisa

    menderita kerugian.

    Maka berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan yang dimaksud dengan

    harga adalah jumlah yang harus dibayarkan oleh konsumen yang dianggap layak

    untuk memperoleh atau memiliki produk dimana besarnya ditetapkan oleh

    perusahaan atau penjual.

    2.1.1.2. Metode Penetapan Harga

    Harga pesaing dan harga barang pengganti menjadi hal yang perlu

    dipertimbangkan dalam penetapan harga. Penilaian pelanggan atau tampilan

    produk yang unik dari penawaran perusahaan menjadi batas atas. Metode

    penetapan harga akan menghasilkan suatu harga tertentu.

  • 11

    Menurut Kotler (2001:647) metode penetapan harga adalah sebagai

    berikut:

    1. Penetapan Harga Berdasarkan Sasaran Pengembalian Perusahaan menentukan harga yang akan menghasilkan tingkat pengembalian

    atas investasi yang diinginkan.

    2. Penetapan Harga Berdasarkan Nilai yang Diyakini Perusahaan mengembangkan konsep produk untuk pasar sasaran tertentu

    dengan mutu dan harga yang telah direncanakan.

    3. Penetapan Harga Nilai Perusahaan sebaiknya menetapkan harga pada tingkat yang dapat meraih apa

    yang dianggap pembeli merupakan nilai produk tersebut. Penetapan harga

    nilai bukan sekedar menurunkan harga dibandingkan pesaing-pesaingnya. Ini

    merupakan masalah rekayasa operasi perusahaan untuk benar-benar menjadi

    produsen berbiaya rendah tanpa mengorbankan mutu.

    4. Penetapan Harga berdasarkan Nilai Berlaku Perusahaan dapat mengenakan harga yang sama dengan pesaing, lebih tinggi

    atau lebih redah. Dalam metode ini perusahaan mendasarkan harganya pada

    harga pesaing dan terang memperhatikan biaya permintaan.

    5. Penetapan Harga Berdasarkan Penawaran Tertutup Perusahaan mendasarkan harganya berdasarkan harapannya mengenai

    bagaimana penetapan harga pesaing dan bukan berdasarkan hubungan yang

    kaku atas biaya atau permintaan perusahaan.

    Menurut Kotler dan Amstrong (2001:81-83) ada tiga yang penting

    diperhatikan dalam penetapan harga bagi konsumen yakni :

    1. Harga Rujukan Ketika menguji produk, konsumen sering memanfaatkan harga rujukan.

    Dalam mempertimbangkan satu harga yang diobservasi, konsumen sering

    membandingkannya dengan harga rujukan internal (informasi penetapan harga

    dari memori) atau kerangkan eksternal dari rujukan (seperti harga eceran regular yang dipasang). Harga yang adil (berapa harga yang seharusnya) Harga yang umum Harga yang lalu Harga batas atas (berapa yang paling banyak dibayar kebanyakan konsumen)

    Harga batas bawah (harga yang palig kecil yang akan di bayar konsumen) Harga pesaing Harga masa depan yang diharapakan Harga berdiskon biasa

  • 12

    2. Kesimpulan harga-mutu Banyak konsumen menggunakan harga sebagai indikator mutu (kualitas).

    Barang yang diberi harga lebih tinggi dianggap memiliki mutu yang tinggi.

    Produk yang bermutu tinggi kemungkinan dianggap diberi harga lebih tinggi dari

    yang sesungguhnya. Ketika informasi alternatif tentang mutu yang benar tersedia,

    harga menjadi indikator mutu yang kurang signifikan. Ketika informasi ini tidak

    tersedia, harga berfungsi sebagai sinyal mutu.

    3. Petunjuk Harga Persepsi konsumen tentang harga juga dipengaruhi oleh strategi penetapan

    harga alternatif. Banyak penjual yang yakin bahwa harga akan berakhir dalam

    satu angka yang ganjil. Misalnya banyak pelanggan tertarik pada produk harga

    Rp. 499, dan bukannya Rp. 500.

    Menetapkan harga berarti harus mempelajari kebutuhan, keinginan, dan

    harapan konsumen. Tinggi rendahnya harga sangat berpengaruh terhadap persepsi

    kualitas, sehingga ikut menentukan keputusan pembelian terhadap sebuah produk.

    Dalam persepsi konsumen sering berlaku logika bahwa harga yang mahal berarti

    kualitas bagus dan harga murah berarti kualitas kurang. Disamping itu, penetapan

    harga yang menggunakan penetapan harga alternative seperti pemberian potongan

    harga atau penetapan harga yang ganjil lebih menarik konsumen dibandingkan

    penetapan harga yang biasa.

    Menurut Alma (http://blogger-viens.blogspot.com/) dalam menentukan

    kebijaksanaan harga ada tiga kemungkinan yaitu :

    a) Penetapan harga diatas harga saingan Cara ini dapat dilakukan kalau perusahaan dapat meyakinkan konsumen

    bahwa barang yang dijual mempunyai kualitas lebih baik, benttuk yang

    lebih menarik, dan mempunyai kelebihan lain dari barang yang sejenis

    yang telah ada di pasar.

    b) Penetapan harga dibawah harga saingan Kebijakan ini dipilih untuk menarik lebih banyak langganan untuk barang

    yang baru diperkenankan dan belum stabil kedudukannya di pasar.

    c) Mengikuti harga saingan Cara ini dipilih untuk mempertahankan agar langganan tidak beralih ke

    tempat lain.

  • 13

    2.1.1.3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepekaan Harga

    Langkah pertama dalam memperkirakan permintaan adalah memahami

    faktor-faktor yang mempengaruhi kepekaan harga pembeli. Nagle (dalam Kotler

    2001:111) mengidentifikasikan sembilan faktor:

    1. Pengaruh nilai-unik: pembeli kurang peka terhadap harga jika produk tersebut lebih langka.

    2. Pengaruh kesadaran atas produk pengganti: pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika mereka tidak menyadari adanya produk pengganti.

    3. Pengaruh perbandingan yang sulit: pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika mereka tidak dapat dengan mudah membandingkan kualitas

    barang pengganti.

    4. Pengaruh pengeluaran total: pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika pengeluaran tersebut semakin rendah dibandingkan total

    pendapatannya.

    5. Pengaruh manfaat akhir: pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika pengeluaran tersebut semakin kecil dibandingkan biaya total produk

    akhirnya.

    6. Pengaruh biaya yang dibagi: pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika sebagian biaya ditanggung pihak lain.

    7. Pengaruh investasi tertanam: pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika produk tersebut semakin digunakan bersama dengan aktiva yang telah

    dibeli sebelumnya.

    8. Pengaruh kualitas harga: pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika produk tersebut dianggap memiliki kualitas, gengsi, atau eksklusivitas

    lebih.

    9. Pengaruh persediaan: pembeli semakin kurang peka terhadap harga jika mereka tidak dapat menyimpan produk tersebut.

    2.1.1.4. Tujuan Penetapan Harga

    Pada umumnya penjual mempunyai beberapa tujuan dalam penetapan

    harga produknya. Pada dasarnya ada empat jenis tujuan penetapan harga

    (Tjiptono, 2000:152) yaitu:

    1. Tujuan berorientasi pada laba Asumsi teori ekonomi klasik menyatakan bahwa setiap perusahaan selalu

    memilih harga yang dapat menghasilkan laba paling tinggi, tujuan ini dikenal

    dengan istilah maksimasi laba.

  • 14

    2. Tujuan berorientasi pada volume Selain tujuan berorientasi pada pada laba, ada pula perusahaan yang

    menetapkan harganya berdasarkan tujuan yang berorientasi pada volume

    tertentu atau yang biasa dikenal dengan istilah volume pricing objectives

    (harga berorientasi pada volume).

    3. Tujuan berorientasi pada citra Citra (image) suatu perusahaan dapat dibentuk melalui strategi penetapan

    harga. Perusahaan dapat menetapkan harga tinggi untuk membentuk atau

    mempertahankan citra prestisius.

    4. Tujuan stabilitas harga Pada pasar yang konsumennya sangat sensitif terhadap harga, bila suatu

    perusahaan menurunkan harganya, maka para pesaingnya harus menurunkan

    harga mereka.

    5. Tujuan-tujuan lainnya Harga dapat pula ditetapkan dengan tujuan mencegah masuknya pesaing,

    mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung penjualan ulang, atau

    menghindari campur tangan pemerintah.

    Tujuan-tujuan penetapan harga diatas memiliki implikasi penting terhadap

    strategi bersaing perusahaan. Tujuan yang ditetapkan harus konsisten dengan cara

    yang ditempuh perusahaan dalam menempatkan posisi relatifnya dalam

    persaingan. Misalnya, pemilihan tujuan berorientasi pada laba mengandung

    makna bahwa perusahaan akan mengabaikan harga para pesaing. Pilihan ini cocok

    ditetapkan dalam tiga kondisi yaitu :

    1. Tidak ada pesaing

    2. Perusahaan beroperasi pada kapasitas produksi maksimum

    3. Harga bukanlah merupakan atribut yang penting bagi pembeli (Tjiptono,

    2000:153-154).

    2.1.1.5. Potongan Harga

    Seringkali sebuah perusahaan memberikan potongan harga terhadap

    barang dan jasa yang mereka tawarkan untuk menarik minat beli konsumen.

  • 15

    Potongan harga (discount) merupakan pengurangan dari harga yang ada.

    Pengurangan ini dapat berbentuk tunai atau berupa konsesi yang lain.

    Bentuk-bentuk potongan harga yang banyak dipakai antara lain :

    1. Potongan kuantitas, adalah potongan harga yang di tawarkan oleh penjual agar konsumen bersedia membeli dalam jumlah yang lebih besar, atau

    bersedia memusatkan pembeliannya pada penjual tersebut.

    2. Potongan dagang, juga disebut potongan fungsional (functional discount) adalah potongan harga yang ditawarkan pada pembeli atas pembayaran untuk

    fungsi-fungsi pemasaran yang mereka lakukan. Jadi, potongan harga ini

    hanya diberikan kepada pembeli yang ikut memasarkan barangnya (disebut

    penyalur).

    3. Potongan tunai, adalah potongan yang diberikan kepada pembeli atas pembayaran rekeningnya pada suatu periode, dan mereka melakukan

    pembayarannya tepat pada waktunya.

    4. Potongan musiman, adalah potongan yang diberikan kepada pembeli yang melakukan pembelian diluar musim tertentu (Swasta dan Handoko 2000:169-

    171).

    Ada perusahaan yang menjual harga suatu produk dibawah biayanya.

    Tujuannya bukan untuk meningkatkan penjualan produk yang bersangkutan,

    tetapi untuk menarik konsumen supaya datang membeli pula produk-produk

    lainnya, khususnya produk-produk yang ber mark-up cukup tinggi. Jadi suatu

    produk dijadikan semacam penglaris (pancingan) agar produk lainnya juga laku.

    Produk penglaris tersebut biasanya dijual dengan dasar persediaan terbatas,

    misalnya hanya berlaku selama persediaan masih ada atau hanya untuk seratus

    pelanggan pertama saja.

    2.1.2. Citra Merek

    2.1.2.1. Defenisi Citra

    Citra adalah suatu gambaran yang menjelaskan nilai produk maupun

    reputasi produk yang dimiliki sebuah perusahaan. Citra perusahaan menjadi salah

  • 16

    satu pegangan bagi banyak orang terutama konsumen dalam mengambil berbagai

    macam keputusan penting. Contoh dari keputusan penting itu adalah membeli

    barang atau jasa yang dihasilkan atau diproduksi oleh suatu perusahaan. Menurut

    Sutojo (2004:1) Citra adalah pancaran atau reproduksi jati diri dari bentuk

    perorangan, benda atau organisasi. Citra juga dapat diartikan sebagai persepsi

    masyarakat terhadap jati diri perusahaan.

    Simamora (2002 :6) mengatakan bahwa citra adalah persepsi yang relatif

    konsisten dalam jangka panjang (enduring perception). Jadi tidak mudah untuk

    membentuk citra, sehingga bila terbentuk akan sulit untuk mengubahnya. Citra

    yang dibentuk harus jelas dan memiliki keunggulan bila dibandingkan dengan

    pesaingnya.

    Selanjutnya, Grongroos (dalam Tjiptono, 2004 : 184) juga menyatakan

    bahwa Citra dapat dilihat dari berbagai tingkat, mulai dari tingkat korporasi

    (corporate level), citra lokal, maupun citra nasional. Meskipun ada pengaruh dari

    citra korporasi terhadap citra nasional maupun lokal, yang terpenting adalah

    bagaimana upaya untuk mengkomunikasikan citra tersebut dan

    mempertahankannya. Pengaruh citra korporasi hanya berperan sebagai salah satu

    alat untuk membentuk harapan konsumen. Citra lokal atau citra regional yang

    menentukan bagaimana persepsi konsumen.

    Menurut Peters (dalam Durianto, 2004 :90) suatu perusahaan dikatakan

    mempunyai citra yang baik apabila:

    1. Mempunyai kualitas manajemen yang baik 2. Dapat diukur dari laba dan penghasilan yang diperolehnya 3. Perhatian yang tinggi terhadap lingkungan, kualitas bahan mentah, dan

    tingkat keamanan

    4. Mempunyai kesan baik dari sudut pandang karyawan 5. Selalu melakukan pembaharuan (innovation) 6. Selalu berorientasi pada keinginan-keinginan konsumen (market oriented) 7. Mempunyai kontribusi penting dalam perekonomian nasional

  • 17

    8. Mempunyai harapan untuk berkembang lebih lanjut dimasa yang akan datang

    9. Aktif dalam memberikan informasi mengenai aktifitas-aktifitas perusahaan kepada masyarakat

    Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan citra

    adalah suatu persepsi masyarakat terhadap suatu objek atau jati diri perusahaan.

    2.1.2.2. Defenisi Merek

    Menurut American Marketing Association (AMA) dalam Kotler

    (2002:460 ) merek (brand) yaitu nama, istilah, tanda, simbol, atau desain atau

    panduan dari hal-hal tersebut yang dimaksudkan untuk memberikan identitas bagi

    barang atau jasa yang dibuat atau disediakan suatu penjual atau kelompok penjual

    serta membedakannya dari barang atau jasa yang disediakan pesaing.

    Dari pengertian yang dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa merek

    merupakan suatu nama yang berfungsi membedakan sebuah produk dengan

    produk lainnya.

    Menurut Fisk (2006 :135) merek yang sangat kuat (powerful) adalah

    merek yang :

    1. Menciptakan sebuah tujuan yang tak kuasa untuk ditolak, sebuah ide besar yang keluar dari kerumunan, lebih besar dari sekedar produk atau industry,

    dan benar-benar berarti bagi masyarakat

    2. Merefleksikan pelanggan, membentuk citra (image) dan reputasi di benak pelanggan sehingga mempunyai relevansi secara personal, walaupun

    seringkali merek tersebut mengeliminasi hal-hal lainnya.

    3. Menggalang para pelanggan untuk secara bersama-sama meraih ide besar yang dituangkan kedalam suatu gaya (style) hingga orang-orang bisa

    menyatakan Inilah Perusahaan Saya. 4. Membantu para pelanggan untuk berbuat lebih banyak, mendorong

    penciptaan benefit dan membantu aplikasi yang mereka lakukan tetapi

    juga mampu secara psikologi dan emosional untuk berbuat lebih banyak.

  • 18

    5. Melabuhkan pelanggan di seputaran sesuatu yang familiar dan penting, sementara hal-hal lain di pasaran atau dalam pribadi mereka sendiri terus

    berubah.

    6. Berkembang menurut perkembangan pasar dan pelanggan. Dengan keluwesannya untuk bergerak mudah ke dalam pasar-pasar baru dan

    dengan kerekatannya untuk mengaitkan berbagai aktifitas.

    7. Menarik pelanggan-pelanggan target, dengan menciptakan preferensi, mempengaruhi perilaku pembelian, dan mempertahankan harga premium.

    8. Mempertahankan pelanggan-pelanggan terbaik, dengan membangun loyalitas mereka, memperkenalkan pelayanan baru dan mendorong

    advokasi.

    9. Menciptakan nilai (value) dari pemegang saham (shareholder), tidak hanya melalui profit, tetapi juga dengan memperbaiki kepercayaan

    investor, rating kredit, dan mengurangi biaya modal.

    Kemudian, Kotler, Amstrong (2004 : 212) berpendapat bahwa merek

    membantu pembeli dalam berbagai cara yakni :

    1. Pemberian nama merek membantu konsumen mengidentifikasi produk, yang memberikan manfaat bagi konsumen.

    2. Merek juga menggambarkan seberapa tinggi kualitas suatu produk kepada pembeli yang selalu membeli produk dengan merek yang sama,

    mengetahui bahwa mereka akan mendapatkan fitur yang sama, manfaat

    dan kualitas yang sama setiap kali mereka melakukan pembelian.

    Selain itu pemberian merek juga memberikan beberapa keuntungan bagi

    penjual diantaranya adalah :

    1. Nama merek menjadi dasar bagi pemasar untuk menjelaskan pada

    konsumen tentang keunikan suatu produk.

    2. Melalui nama merek dan merek dagang penjual memberikan perlindungan

    hukum bagi fitur-fitur produk yang unik yang jika tidak diberi nama merek

    dan merek dagang bisa ditiru oleh pesaing.

    3. Dan merek membantu penjual untuk menentukan segmen pasar.

  • 19

    Dari pengetian yang dijelaskan diatas dapat disimpulkan bahwa merek

    merupakan suatu nama yang berfungsi membedakan sebuah produk dengan

    produk lainnya.

    2.1.2.3. Defenisi Citra Merek

    Pengertian citra merek menurut Tjiptono (2005:49) adalah: deskripsi

    tentang asosiasi dan keyakinan konsumen terhadap merek tertentu.

    Keller (dalam Ferrinadewi 2008 :165) mendefenisikan Citra merek

    sebagai persepsi tentang merek yang merupakan refleksi memori konsumen akan

    asosiasinya pada merek tertentu. Schiffman dan Kanuk (dalam Simamora,

    2002:45) menyebutkan faktor-faktor pembentuk citra merek adalah sebagai

    berikut :

    1. Kualitas atau mutu, berkaitan dengan kualitas produk suatu barang yang ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu.

    2. Dapat dipercaya atau diandalkan , berkaitan dengan pendapat atau kesepakatan yang dibentuk oleh masyarakat tentang suatu produk yang

    dikonsumsi.

    3. Kegunaan atau manfaat, yang terkait dengan fungsi dari suatu produk atau jasa yang bisa dimanfaatkan oleh konsumen.

    4. Pelayanan, yang berkaitan dengan tugas produsen dalam melayani konsumennya.

    5. Resiko, berkaitan dengan besar kecilnya akibat atau untung rugi yang dialami oleh konsumen.

    6. Harga, yang dalam hal ini berkaitan dengan tinggi rendahnya atau banyak sedikitnya jumlah uang yang dikeluarkan konsumen untuk mempengaruhi

    suatu produk, juga mempengaruhi citra jangka panjang.

    7. Citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri, yaitu berupa pandangan, kesepakatan dan informasi yang berkaitan dengan suatu merek dari produk

    tertentu.

    Menurut Ferrinadewi (2008:166) Citra merek terdiri dari dua komponen

    yaitu brand association atau asosiasi merek dan favorability, strength &

    uniqueness of brand association atau sikap positif, kekuatan dan keunikan

  • 20

    merek. Kemudian Simamora (2002 :63-64) berpendapat bahwa Citra merek

    merupakan sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan oleh konsumen terhadap

    merek tertentu.

    Citra merek merupakan persepsi ataupun pandangan konsumen terhadap

    suatu perusahaan atau produknya. Citra merek ini akan memberi pengaruh yang

    kuat bagi keputusan pembelian konsumen, dimana konsumen akan beranggapan

    bila sebuah produk telah memiliki nama yang terkenal luas otomatis produk yang

    dihasilkan biasanya memiliki kualitas yang bagus.

    Citra merek sebagai salah satu unsur yang melatarbelakangi suatu produk

    haruslah memberikan pengaruh yang kuat terhadap keputusan pembelian

    konsumen. Citra yang efektif akan berpengaruh terhadap tiga hal yaitu : pertama,

    memantapkan karakter produk dan usulan nilai. Kedua, menyampaikan karakter

    produk tersebut dengan cara yang berbeda sehingga tidak dikacaukan oleh pihak

    pesaing. Ketiga, memberikan kekuatan emosional yang lebih dari sekedar citra

    mental produk. Untuk itu supaya berfungsi citra harus disampaikan melalui

    seetiap sarana komunikasi yang tersedia dari kontak merek.

    Menurut Hoeffler dan Keller yang dikutip oleh Pujadi (2010 :35-36)

    mengemukakan dimensi atau indikator dari citra merek (brand image) adalah :

    1. Kesan Profesional Produk memiliki kesan profesional atau memiliki keahlian di bidangnya.

    2. Kesan Modern Produk memiliki kesan modern atau memiliki teknologi yang selalu

    mengikuti perkembangan jaman.

    3. Perhatian pada Konsumen Produk diciptakan atau dihasilkan sesuai dengan selera atau keinginan

    konsumen.

  • 21

    Dari beberapa penjelasan teori diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa

    citra merek merupakan unsur produk yang tercipta akibat adanya persepsi ataupun

    pandangan konsumen terhadap merek suatu produk yang berasal dari hasil

    asosiasi konsumen dan juga pengalaman langsung konsumen terhadap produk

    yang dikonsumsinya. Untuk mendapatkan citra merek produk yang baik di mata

    konsumen perusahaan dituntut semaksimal mungkin dalam upaya mengenalkan,

    menunjukkan kualitas produk, serta mengkomunikasikan keunggulan produk

    kepada konsumen sehingga citra merek yang baik akan tertanam kuat di benak

    konsumen.

    2.1.3. After Sales Service (Layanan Purna Jual)

    After sales service (Layanan purna jual) merupakan bagian yang penting

    dari kegiatan pemasaran produk. Pihak konsumen menuntut pula bagaimana

    layanan purna jual dari produk yang dibelinya. Layanan purna jual adalah

    pelayanan yang diberikan oleh perusahaan kepada konsumen setelah proses

    transaksi terjadi. Layanan purna jual dilakukan perusahaan untuk memberikan

    kepuasan kepada pelanggan, menjalin kerja sama dengan konsumen, menjaga

    hubungan baik dan menciptakan loyalitas pelanggan (www.

    ammarawirausaha.blogspot.com).

    Menurut (Tjiptono, 2000: 91) terdapat beberapa alternatif strategi yang

    dapat dilakukan perusahaan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya

    ketidakpastian adalah dengan penyediaan pelayanan purna jual yaitu pemberian

    garansi untuk mengurangi persepsi konsumen terhadap risiko pembelian, jasa

    reparasi, dan penyediaan suku cadang pengganti.

    Menurut Kotler, Keller (2009 :237 ) sebuah perusahaan harus

    menentukan bagaimana menawarkan jasa setelah penjualan (misalnya, jasa

  • 22

    pemeliharaan dan perbaikan serta jasa pelatihan kepada pelanggan). Perusahaan

    memberi layanan purna jual biasanya sebagai suatu bentuk tanggung jawab yang

    diberikan atas barang yang telah mereka jual.

    Menurut Barata (2003:290) pelayanan purna jual merupakan tanggung

    jawab penjual atas kualitas barang yang dijualnya yang dapat diberikan dalam

    bentuk konsultasi lanjutan, atau garansi berupa penggantian barang rusak,

    pemeliharaan, penyediaan suku cadang dan sebagainya.

    Indikator yang mencirikan layanan purna jual yang digunakan penelitian

    ini, yaitu:

    1. Kemudahan mencari suku cadang

    2. Pelayanan karyawan

    3. Penanganan keluhan konsumen

    Pada dasarnya penjualan atas dasar kedekatan dengan pelanggan dapat

    menciptakan loyalitas pelanggan atas produk tersebut. Selain itu pemasar juga

    dapat memperoleh pelanggan baru dari pelayanan yang mereka lakukan.

    Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan

    bahwa pelayanan purna jual adalah suatu pelayanan yang diberikan oleh

    perusahaan kepada konsumen setelah pembelian untuk mengurangi ketidakpuasan

    dengan jalan memberikan garansi, jasa reparasi dan penyediaan suku cadang.

    2.1.4. Keputusan Pembelian

    2.1.4.1. Pengertian Keputusan pembelian

    Assauri menyatakan bahwa (2004:141): Keputusan pembelian merupakan suatu proses pengambilan keputusan akan pembelian yang mencakup penentuan

    apa yang akan dibeli atau tidak melakukan pembelian dan keputusan itu diperoleh

    dari kegiatan-kegiatan sebelumnya.

  • 23

    Sedangkan menurut Swasta dan Handoko (2000:15) :

    Keputusan pembelian adalah sebuah pendekatan penyelesaian masalah pada kegiatan manusia untuk membeli suatu barang atau jasa dalam memenuhi

    keinginan dan kebutuhannya yang terdiri dari pengenalan kebutuhan dan

    keinginan, pencarian informasi, evaluasi terhadap alternatif pembelian, keputusan

    pembelian, dan tingkah laku setelah pembelian.

    Kotler menyatakan bahwa (2000:251-252):

    Keputusan pembelian adalah suatu proses penyelesaian masalah yang terdiri dari menganalisa atau pengenalan kebutuhan dan keinginan, pencarian

    informasi, penilaian sumber-sumber seleksi terhadap alternatif pembelian,

    keputusan pembelian, dan perilaku setelah pembelian.

    Dari pengertian keputusan pembelian diatas dapat disimpulkan bahwa

    keputusan pembelian adalah perilaku pembelian seseorang dalam menentukan

    suatu pilihan produk untuk mencapai kepuasan sesuai kebutuhan dan keinginan

    konsumen yang meliputi pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi

    terhadap alternative pembelian, keputusan pembelian, dan perilaku setelah

    pembelian.

    2.1.4.2. Tahap-Tahap dalam Proses Keputusan Pembelian

    Menurut Swasta dan Handoko (2000:107-111), proses pengambilan

    keputusan pembelian suatu produk dapat digambarkan dalam bentuk proses

    kegiatan pembelian dengan tahapan sebagai berikut :

  • 24

    Tahapan Keputusan Pembelian

    Gambar 2.1

    1. Pengenalan masalah

    Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenal suatu masalah atau

    kebutuhan. Pengenalan kebutuhan ini ditujukan untuk untuk mengetahui adanya

    kebutuhan dan keinginan yang belum terpenuhi dan terpuaskan. Jika kebutuhan

    tersebut diketahui, maka konsumen akan segera memahami adanya kebutuhan

    yang belum segera dipenuhi atau masih bisa ditunda pemenuhannya, serta

    kebutuhan yang sama-sama harus segera dipenuhi. Menurut Swasta dan Handoko

    (2000;107-108) pengenalan masalah adalah suatu proses yang komplek yang

    dapat diuraikan sebagai berikut:

    a) Proses ini melibatkan secara bersama-sama banyak variabel-variabel termasuk pengamatan, proses belajar, sikap, karakteristik kepribadian dan

    macam-macam kelompok sosial dan referensi yang mempengaruhinya.

    b) Proses pengenalan masalah merupakan merupakan suatu proses yang lebih kompleks dari penganalisaan motivasi. Walaupun proses tersebut

    melibatkan motif-motif pembelian, tetapi selain itu melibatkan juga

    sikap, konsep diri, dan pengaruh-pengaruh lain; dan

    c) Proses ini melibatkan juga proses perbandingan dan pembobotan yang kompleks terhadap macam-macam kebutuhan yang relatif penting, sikap

    tentang bagaimana menggunakan sumber keuangan yang terbatas untuk

    berbagai alternative pembelian, dan sikap tentang kualitatif dari

    kebutuhanyang harus dipuaskan.

    Pengenalan

    Masalah

    Pencarian

    Informasi

    Evaluasi

    Alternatif

    Perilaku Pasca Pembelian Keputusan

    Pembelian

  • 25

    2. Pencarian informasi

    Seseorang yang tergerak oleh stimulus akan berusaha mencari lebih

    banyak informasi yang terlibat dalam pencarian akan kebutuhan. Pencarian

    merupakan aktivitas termotivasi dari pengetahuan yang tersimpan dalam ingatan

    dan perolehan informasi dari lingkungan. Sumber informasi konsumen terdiri atas

    empat kelompok, yaitu:

    a) Sumber pribadi meliputi keluarga, teman, tatangga, kenalan;

    b) Sumber komersial meliputi iklan, tenaga penjual, pedagang perantara,

    pengemasan;

    c) Sumber umum meliputi media massa, organisasi ranting konsumen;

    d) Sumber pengalaman meliputi penanganan, pemeriksaan, penggunaan

    produk.

    3. Evaluasi Alternatif

    Evaluasi alternatif merupakan proses dimana suatu alternatif pilihan

    disesuaikan dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Menurut Kotler

    (2000:252-253) konsep dasar dalam proses evaluasi konsumen terdiri atas empat

    macam:

    a) Konsumen berusaha memenuhi kebutuhan; b) Konsumen mencari manfaat tertentu dari solusi produk; c) Konsumen memandang setiap produk sebagai kumpulan atribut dengan

    kemampuan yang berbeda-beda dalam memberikan manfaat yang dicari

    dalam memuaskan kebutuhan;

    d) Konsumen mempunyai sifat yang berbeda-beda dalam memandang atribut- atribut yang dianggap relevan dan penting. Konsumen akan

    memberikan perhatian besar pada atribut yang memberikan manfaat

    yang dicarinya.

  • 26

    4. Keputusan Membeli

    Keputusan untuk membeli disini merupakan proses dalam pembelian yang

    nyata. Jadi, setelah tahap-tahap itu diatas dilakukan, maka konsumen harus

    mengambil keputusan apakah membeli atau tidak. Konsumen mungkin juga akan

    membentuk suatu maksud membeli dan cenderung membeli merek yang

    disukainya.

    5. Setelah pembelian

    Tugas pemasar tidak berakhir saat produk dibeli, melainkan berlanjut hingga

    periode pasca pembelian. Setelah pembelian produk terjadi, konsumen akan

    mengalami suatu tingkat kepuasan atau ketidakpuasan dengan adanya after sales

    service (layanan purna jual). Kepuasan atau ketidakpuasan pembeli dengan

    produk akan mempengaruhi tingkah laku berikutnya. Konsumen yang merasa

    puas akan memperlihatkan peluang membeli yang lebih tinggi dalam kesempatan

    berikutnya.

    Menurut Swasta dan Handoko (2000:111) indikator-indikator keputusan

    pembelian adalah :

    a) Pelayanan yang baik Bagi konsumen yang ingin membeli suatu produk, pelayanan yang

    diberikan pada saat memilih sampai terjadinya transaksi pembelian

    sangatlah berpengaruh terhadap jadi tidaknya pembelian yang dilakukan

    oleh konsumen. Pelayanan yang kurang baikakan menimbulkan rasa tidak

    puas yang dirasakan oleh konsumen yang selanjutnya akan mempengaruhi

    tingkat penjualan pada waktu berikutnya.

    b) Kemampuan tenaga penjualnya Dalam suatu kegiatan usaha (penjualan), tidak terlepas dari tenaga kerja

    baik tenaga kerja mesin maupun tenaga kerja manusia. Tenaga kerja

    merupakan faktor utama dalam perusahaan sehingga diperlukan sejumlah

    tenaga kerja yang berkemampuan dan mempunyai ketrampilan tertentu

    yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan untuk mendukung kegiatan

    dalam pemasaran.

  • 27

    c) Kemantapan membeli Keputusan yang cepat dan mantap dalam pembelian atau penggunaan

    suatu produk.

    2.1.5. Harga, Citra Merek, dan After Sales Service Terhadap Keputusan

    Pembelian

    Menurut Agusty Ferdinand (2000), harga merupakan salah satu variabel

    penting dalam pemasaran, di mana harga dapat mempengaruhi konsumen dalam

    mengambil keputusan untuk membeli suatu produk, karena berbagai alasan.

    Alasan ekonomis akan menunjukkan bahwa harga yang rendah atau harga yang

    selalu berkompetisi merupakan salah satu pemicu penting untuk meningkatkan

    kinerja pemasaran, tetapi alasan psikologis dapat menunjukkan bahwa harga

    justru merupakan indikator kualitas dan karena itu dirancang sebagai salah satu

    instrument penjualan sekaligus sebagai instrumen kompetisi yang menentukan.

    Durianto, et al (2004: 54, 69) konsumen cenderung membeli suatu merek

    yang sudah dikenal, karena dengan membeli merek yang sudah dikenal, mereka

    merasa aman, terhindar dari berbagai resiko pemakaian dengan asumsi bahwa

    merek yang sudah dikenal lebih dapat diandalkan. Pada umumnya, asosiasi merek

    (terutama yang membentuk brand image nya) menjadi pijakan konsumen dalam

    keputusan pembelian dan loyalitasnya pada merek tersebut.

    Pelayanan purna penjualan adalah juga salah satu yang berpengaruh

    dalam pengambilan keputusan. Setelah membeli suatu produk, konsumen akan

    mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidak puasan. Kepuasan sangat

    penting karena penjualan perusahaan datang dari dua dasar, yaitu pelanggan baru

    dan pelanggan lama.

    Sedangkan menurut Supranto (2001 :80) terdapat enam keputusan

    pembelian konsumen, yaitu:

    1. Product, yaitu bagaimana konsumen merasa puas terhadap fisik produk. 2. Sales, yaitu pelayanan penjualan yang dilakukan oleh perusahaan. 3. After sales services, yaitu pelayanan yang diberikan kepada konsumen

    setelah terjadi transaksi jual beli.

    4. Location, yaitu lokasi distribusi suatu barang dan jasa yang mempengaruhi kepuasan konsumen.

  • 28

    5. Praise, yaitu jumlah uang yang dibebankan untuk sebuah produk dan jasa yang dianggap pantas .

    6. Brand image, yaitu adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dan melekat di benak konsumen .

    2.2. Penelitian Relevan

    Penelitian yang berkaitan yang berkaitan dengan harga dan after sales

    service (layanan puran jual) pernah dilakukan oleh Rosiana Dewi (2010)

    melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Kualitas Produk, Harga dan

    Layanan Purna Jual Terhadap Keputusan Pembelian Honda Jazz (Studi Kasus

    pada Honda Semarang Center). Dengan hasil penelitian sebagian besar

    responden menilai kualitas produk yang dimiliki Honda Jazz baik, khususnya

    yang meliputi performance (kinerja), feature (fitur), reliability (keandalan),

    conformance (konformasi), durability (keawetan), service ability (kemampuan

    pelayanan), aesthetics (estetika), dan fit and fresh (kualitas yang dipersepsikan).

    Sebagian besar responden menilai bahwa harga Honda Jazz murah, karena

    sudah sesuai dengan daya beli, kualitas dan manfaat yang diberikan Honda Jazz

    sesuai dengan keinginan responden. Sebagian besar responden menilai layanan

    purna jual yang dilakukan dealer Honda Semarang Center baik, karena adanya

    fasilitas bengkel perbaikan yang lengkap, spare parts yang mudah diperoleh,

    petugas service yang ramah, dan garansi yang menarik serta informasi berkala

    yang sering dilakukan. Sebagian besar responden menilai keputusan pembelian

    tinggi karena sebagian besar responden beralasan adanya kemudahan dalam

    proses pembayaran, jenis mobil Honda Jazz yang sesuai keinginan, reputasi dealer

    dan merek Honda yang baik.

  • 29

    Penelitian terdahulu yang diusung oleh Nurhajani Hanum Siregar (2010)

    yang berjudul Pengaruh Harga, Diversifikasi Produk, dan Merek Terhadap

    Keputusan Pembelian (Studi Kasus Pada Bakery & Cake Shop Di Medan).

    Dengan hasil penelitian berdasarkan hasil persamaan koefisien regresi linier

    berganda diperoleh adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara variable

    harga, diversifikasi produk, dan merek terhadap keputusan pembelian bakery &

    cakes (Studi Kasus Pada Majestyk Bakery & Cake Shop H.M.Yamin Medan, Al

    Baik Bakery &Cake Shop Letda Sujono Medan, Raihan Bakery &Cake Shop

    Medan).

    Penelitian Ilham (2006) yang berjudul Faktor-faktor yang mempengaruhi

    minat beli konsumen (Kualitas produk, merek, dan prestasi) Pada khabe Gaul

    Medan pada Universitas Sumatra Utara . Hasil penelitian menunjukkan pengaruh

    yang signifikan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi minat beli. Hasil

    perhitungan menggunakan analisis regresi berganda, yaitu besarnya pengaruh

    faktor-faktor minat beli adalah 53,6%.

    Penelitian Fujidewianita (2008) yang berjudul Pengaruh Harga, Promosi,

    Dan Kualitas Terhadap Keputusan Pembelian Produk Alkohol One Med di

    Semarang. Berdasarkan hasil perhitungan F hitung, secara bersama-sama

    variable-variabel tersebut berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian

    produk alkohol One Med. Pada uji koefisien determinasi (Adjust R Square)

    menunjukkan bahwa keputusan pembelian produk alat kesehatan One Med

    dipengaruhi oleh variable harga, promosi dan kualitas sebesar 77,2%, sedangkan

    persentase sisanya sebesar 22,8% dijelaskan oleh variable yang lain atau sebab-

  • 30

    sebab diluar model regersi penelitian ini misalnya pelayanan, saluran distribusi

    dan sebagainya.

    Penelitian yang dilakukan oleh Praba Sulistyawati (2010 :32) yang

    berjudul Analisis Pengaruh Citra Merek dan Kualitas Produk Terhadap

    Keputusan Pembelian Laptop Merek Acer Di Kota Semarang menyimpulkan

    bahwa citra merek dan kualitas produk berpengaruh secara signifikan terhadap

    keputusan pembelian laptop Acer di kota Semarang, dimana hasil regresi variabel

    citra merek adalah sebesar 0,250 sedangkan kualitas produk sebesar 0,559.

    Penelitian yang dilakukan oleh Julianto (2006 :30) yang berjudul Analisis

    Pengaruh Kualitas Layanan dan Citra Merek Terhadap Minat Beli dan

    Dampaknya Pada Keputusan Pembelian (Studi pada Pengguna Telepon Seluler

    Merek Sony Ericson di Kota Semarang), menyimpulkan bahwa variabel citra

    merek berpengaruh positif terhadap minat beli yakni dengan nilai korelasi sebesar

    0,30. Kemudian variabel kualitas layanan berpengaruh positif terhadap citra

    merek dengan korelasi sebesar 0,34. Selanjutnya, variabel kualitas layanan yang

    baik akan mendorong minat beli dengan nilai estimasi sebesar 0,32.

    Dalam tesis Nurmiyati (2009 :90) yang berjudul Analisis Pengaruh Citra

    Merek, Kualitas Produk, dan Promosi Penjualan Terhadap Citra Perusahaan

    (Studi pada CV. Aneka Ilmu Cabang Cirebon) menyimpulkan bahwa citra merek

    berpengaruh signifikan terhadap citra perusahaan dengan nilai regresi sebesar

    0,243; kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap citra perusahaan dengan

    nilai regresi sebesar 0,118; dan promosi penjualan berpengaruh signifikan

    terhadap citra perusahaan dengan nilai regresi sebesar 0,434.

  • 31

    2.3 Kerangka Berfikir

    Harga merupakan unsur bauran pemasaran yang seringkali dijadikan

    sebagai bahan pertimbangan bagi konsumen dalam melakukan pembelian, dan hal

    ini tidak bisa dikesampingkan oleh perusahaan. Konsumen mempunyai anggapan

    adanya hubungan yang positif antara harga dan citra merek suatu produk, maka

    mereka akan membandingkan antara produk yang satu dengan produk yang

    lainnya, dan barulah konsumen mengambil keputusan untuk membeli suatu

    produk. After sale service (layanan purna jual) juga merupakan pertimbangan

    penting dalam pembelian suatu produk. Konsumen yang membeli sebuah produk

    atau memakai sebuah jasa mempunya harapan yaitu apabila kinerja produk atau

    jasa tersebut tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka diharapkan adanya

    layanan purna jual yang bisa mengatasi hal tersebut.

    Berdasarkan hal tersebut diatas mengenai harga, citra merek, dan layanan

    after sale service (layanan purna jual) serta pengaruhnya terhadap keputusan

    pembelian konsumen maka ditampilkan kerangka teoritis sebagai berikut:

    Gambar 2.3

    Kerangka Berfikir

    Harga

    (X1)

    Citra Merek

    (X2)

    After Sales

    Service (X3)

    Keputusan

    Pembelian

    (Y)

  • 32

    2.4 Hipotesis

    Berdasarkan teoritis dan kerangka berfikir yang telah dikemukakan diatas

    maka penulis merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

    1) Terdapat pengaruh harga terhadap keputusan pembelian konsumen

    pada PT.INTRACO PENTA, Tbk Cabang Palembang.

    2) Terdapat pengaruh citra merek terhadap keputusan pembelian

    konsumen pada PT. INTRACO PENTA, Tbk Cabang

    Palembang.

    3) Terdapat pengaruh after sale service (layanan purna jual) terhadap

    keputusan pembelian konsumen pada PT. INTRACO PENTA, Tbk

    Cabang Palembang.

    4) Terdapat pengaruh harga, citra merek, dan after sale service

    (layanan purna jual) terhadap keputusan pembelian

    konsumen pada PT. INTRACO PENTA, Tbk Cabang

    Palembang.