Top Banner
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar 2.1.1 Belajar Secara umum, belajar adalah merupakan suatu aktivitas yang menimbulkan perubahan yang relative permanen akibat dari upaya-upaya yang dilakukannya. Belajar merupakan hal yang sangat mendasar bagi manusia dan merupakan proses yang tidak henti-hentinya. Belajar merupakan proses yang berkesinambungan yang mengubah pelajar dalam berbagai cara. Belajar menurut Skinner (dalam Trianto, 2010) adalah suatu perilaku pada saat orang belajar, maka responnya akan menurun. Belajar menurut Gagne (dalam Suprijono, 2009) adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Belajar menurut pandangan Piaget (dalam Lie, 2004) adalah pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan dan mengalami perubahan tersebut. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka interaksi semakin berkembang (Mudjiono, 2002) Menurut Rosdiana (dalam Suprijono, 2009) secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi lingkungannya dalam memahami kebutuhan hidupnya. Perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Belajar adalah suatau perubahan yang relative permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku sebagai hasil dari praktek atau latihan. Belajar adalah proses yang aktif suatu fungsi dari keseluruhan lingkungan di sekitarnya. Belajar adalah perubahan tingkah laku (Sudjana, 2001) 2.1.2 Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Dengan demikian kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan tingkah laku yang merupakan proses belajar, sedangkan perubahan tingkah laku disebut hasil belajar.
34

UNIMED Undergraduate 23060 5. BAB II

Nov 24, 2015

Download

Documents

Faza Fadhillah

Unnamed
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Pengertian Belajar dan Hasil Belajar

    2.1.1 Belajar

    Secara umum, belajar adalah merupakan suatu aktivitas yang

    menimbulkan perubahan yang relative permanen akibat dari upaya-upaya yang

    dilakukannya. Belajar merupakan hal yang sangat mendasar bagi manusia dan

    merupakan proses yang tidak henti-hentinya. Belajar merupakan proses yang

    berkesinambungan yang mengubah pelajar dalam berbagai cara.

    Belajar menurut Skinner (dalam Trianto, 2010) adalah suatu perilaku pada

    saat orang belajar, maka responnya akan menurun. Belajar menurut Gagne (dalam

    Suprijono, 2009) adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai

    seseorang melalui aktivitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan,

    pengetahuan, sikap dan nilai. Belajar menurut pandangan Piaget (dalam Lie,

    2004) adalah pengetahuan dibentuk oleh individu. Sebab individu melakukan dan

    mengalami perubahan tersebut. Dengan adanya interaksi dengan lingkungan maka

    interaksi semakin berkembang (Mudjiono, 2002)

    Menurut Rosdiana (dalam Suprijono, 2009) secara psikologis belajar

    merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil

    dari interaksi lingkungannya dalam memahami kebutuhan hidupnya. Perubahan

    tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Belajar adalah suatau

    perubahan yang relative permanen dalam suatu kecenderungan tingkah laku

    sebagai hasil dari praktek atau latihan. Belajar adalah proses yang aktif suatu

    fungsi dari keseluruhan lingkungan di sekitarnya. Belajar adalah perubahan

    tingkah laku (Sudjana, 2001)

    2.1.2 Hasil Belajar

    Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

    pengalaman belajarnya. Dengan demikian kegiatan dan usaha untuk mencapai

    perubahan tingkah laku yang merupakan proses belajar, sedangkan perubahan

    tingkah laku disebut hasil belajar.

  • Umumnya hasil belajar dibedakan menjadi :

    a. Hasil belajar tinggi

    b. Hasil belajar sedang

    c. Hasil belajar rendah

    Hasil belajar mengajar adalah suatu proses tentang suatu bahan pengajaran

    dinyatakan berhasil apabila Tujuan Intruksional Khusus (TIK)nya dapat tercapai.

    Yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil

    adalah hal-hal sebagai berikut:

    a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi

    tinggi, baik secara individu maupun kelompok.

    b. Perilaku yang digariskan dalam Tujuan Instruksional Khusus (TIK) telah

    tercapai oleh siswa, baik individu maupun kelompok.

    Namun demikian, indicator yang banyak dipakai sebagai tolak ukur

    keberhasilan adalah daya serap (Djamarah dan Zain, 2002).

    2.1.3 Ciri Belajar Mengajar

    Kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari cirri-ciri tertentu yang

    menurut Edi Suardi (dalam Djamarah dan Zain, 2002) sebagai berikut:

    1. Belajar mengajar memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk anak didik

    dalam suatu perkembangan tertentu.

    2. Ada suatu proses yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan yang

    telah ditetapkan.

    3. Kegiatan belajar-mengajar ditandai dengan suatu penggarapan materi yang

    khusus.

    4. Ditandai dengan aktivitas anak didik.

    5. Dalam kegiatan belajar-mengajar guru berperan sebagai pembimbing.

    6. Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin.

    7. Ada batas waktu.

    8. Evaluasi.

  • 2.2 Teori Belajar Konstruktivisme

    Tugas guru utama adalah membantu siswa belajar. Faktor yang sangat

    mempengaruhi pelaksanaan tugas tersebut adalah teori belajar yang diyakini atau

    dianutnya. Pilihan-pilihan mendominasi strategi pembelajarannya merupakan

    cermin dari keyakinan tersebut. Dengan kata lain skenario pembelajaran yang

    sering dipilihnya merupakan gambaran dari konseptualisasinya tentang proses

    belajar mengajar.

    Teori konstruktivisme adalah salah satu teori belajar yang tergolong dalam

    psikologi kognitif. Menurut teori ini seseorang harus membangun sendiri

    pengetahuannya secara aktif dan tingkah lakunya selalu berdasarkan kognisi yang

    dimilikinya. Disisi lain, psikologi Humanistik menyakini bahwa perasaan individu

    sama pentingnya dengan pikiran dan tingkah lakunya.

    Brooks (1990) dan Leinhardt (1992) (Nur, 1998) menyatakan bahwa

    essensi dari Teori Konstrtivisme adalah siswa harus secara individual menemukan

    dan mentransfer informasi-informasi kompleks apabila mereka harus menjadikan

    informasi itu miliknya sendiri. Belajar menurut teori ini adalah membangun

    pengetahuan dari kegiatan, refleksi, dan interprestasi serta pemahaman oleh

    seseorang sesuai dengan skemata yang dimilikinya.

    Menurut teori ini, mengajar pada dasarnya adalah menata lingkungan

    siswa agar dapat melakukan kegiatan belajar dengan sebaik-baiknya. Menurut

    teori ini fungsi pengajar hanyalah sebagai fasilitator. Berdasarkan uraian di atas

    dapat di simpulkan bahwa strategi konstruktivisme sering disebut sebagai

    pembelajaran yang berpusat pada siswa. Peran guru adalah sebagai fasillisator

    yang membantu para siswa menentukan fakta, konsep, atau prinsip-prinsip dan

    bukan memberikan ceramah atau mengendalikan seluruh kegiatan kelas (Nur,

    1998; Suparno, 1997).

    Menurut Principle of Constructivist Learning (dalam Srini) ada 6 fase

    Daur Belajar yaitu : (1) Fase identifikasi TPK dari kurikulum dan guru, (2) Fase

    mengakses pengetahuan terdahulu yang dimiliki siswa, tujuannya untuk

    mengetahui apa saja yang sudah diketahui para siswa, (3) Fase eksplorasi,

    tujuannya untuk mengecek apakah pengetahuan yang dimiliki oleh siswa sudah

  • benar atau belum (4) Fase menjelaskan, dalam fase ini guru memberi kesempatan

    agar para siswa menghubungkan pemahaman baru dengan pemahaman terdahulu

    (5) Fase elaborasi, dalam fase ini guru memberikan kesempatan pada siswa

    menerapkan pemahaman baru pada konteks yang berbeda (6) Fase evaluasi

    adalah fase untuk menilai perubahan-perubahan dalam situasi baru.

    Salah satu ciri guru konvensional adalah fungsinya sebagai pemberi ilmu

    dan penceramah. Dalam pembelajaran yang berorientasi pada Teori

    Konstruktivisme fungsinya bergeser jadi fasilitator. Sehingga sebagai rambu-

    rambu dalam pelajaran kimia adalah :

    a. Lingkungan belajar hendaknya memberi peluang untuk eksplorasi dan

    penemuan.

    b. Minat siswa hendaknya mendapat perhatian dan menjadi pendorong

    pembelajaran.

    Di dalam penerapan pembelajaran yang berorientasi pada Teori

    Konstruktivisme guru banyak bertanya dan memberi kesempatan kepada siswa

    untuk menunjukkan perbendaharaan pengetahuan yang mereka miliki.

    Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru hendaknya sesedikit mungkin

    menuntut para siswa untuk menghafal.

    Perbedaan antara pembelajaran di atas dengan pembelajaran biasa adalah

    guru lebih banyak bertanya daripada memberi tahu. Misalnya pada waktu

    melakukan percobaan guru tidak memberi instruksi tetapi memberi pertanyaan

    tentang apa-apa yang akan mereka lakukan, dan apa alasan mereka melakukan

    kegiatan tersebut. Disamping itu guru dapat mengobservasi apakah siswa bekerja

    sendiri dan bagaimana sikap siswa dalam kelompoknya.

    2.3. Model Mengajar Menginduksi Perubahan Konsep (M3PK)

    Dalam perspektif konstruktivisme yang merupakan paradigma dasar

    Model Mengajar untuk Melakukan Perubahan Konsep, ada tiga gagasan dasar

    yang sangat relevan dengan pola pandangan konstruktivisme yang dikutip dalam

    tulisan Hewson, yaitu :

  • 1. Seseorang harus menggunakan pengetahuan-pengetahuan yang mereka

    miliki jika mereka akan memahami informasi baru.

    2. Seseorang harus berusaha memeberi makna pada pengalaman yang

    mereka temui baik di kelas maupun di luar kelas.

    3. Individu yang berbeda mengkonstruksi konsep-konsep alternatif yang

    berbeda walaupun dibangun dari informasi yang sama. (Tarigan, 1998)

    Teori belajar konstruktivisem adalah salah satu teori belajar yang beraliran

    kognitif. Ahli psikologi kognitif tidak sepenuhnya dapat menerima bahwa

    perilaku manusia hanya dipengaruhi oleh stimulus respon reinforcement. Ahli

    pskologi kognitif berpendapat bahwa perilaku manusia dapat diubah melalui

    belajar dengan mengutamakan kognisi.

    Belajar harus ada pemahaman atau kesadaran akan apa yang di

    pelajarinya. Adanya pemahaman akan hubungan-hubungan antar bagian atau

    komponen-komponen objek yang dipelajari dan keseluruhan obyek yang di

    pelajari. Dalam belajar yang diutamakan adalah kesadaran atau insight.

    Ausubel mengemukakan teori belajar bermakna dan mengemukakan

    pengajaran ekspositori. Behaviorist menekankan agar anak menemukan sendiri,

    guru hanya sebagai pembimbing dan mendesain pelajaran agar anak menemukan

    melalui penalaran kognitif.

    Belajar kimia biasa menghafalkan rumus-rumus, tetapi bisa juga bermakna

    jika di pahami apa makna dari masing-masing komponen dalam rumus kimia dan

    bagaimana cara memperoleh rumus itu. Di dalam belajar inilah murid dapat

    mengetahui bagaimana strategi guru mengajarkannya sehingga ia dapat belajar.

    M3PK adalah merupakan salah satu model pembelajaran menginduksi

    perubahan konsep, dimana di dalam model ini perubahan konsep ditekankan pada

    3 aspek utama, yaitu : Intelligibillity yang artinya konsep itu memiliki arti atau

    makna dalam diri siswa. Aspek yang ke dua adalah Plausibility yang artinya siswa

    yakin bahwa konsep yang diterimanya benar. Sedangkan aspek yang ketiga yaitu

    Fruitfullness yang artinya konsep itu memberikan buah bagi dirinya. Dengan

    kata lain konsep tersebut bisa diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

  • 2.3.1 Keunggulan Model Mengajar Menginduksi Perubahan Konsep

    Model mengajar menginduksi perubahan konsep mempunyai keunggulan-

    keunggulan, antara lain:

    1. Siswa dapat dengan mudah membangun pemahamannya sendiri dari

    materi yang diajarkan.

    2. Proses belajar mengajar lebih mudah dan menyenangkan.

    3. Dengan menerapkan model mengajar menginduksi perubahan konsep,

    tugas guru akan menjadi lebih mudah dan terarah.

    4. Hasil pembelajaran siswa lebih bermakna dan maksimal.

    Dalam model pembelajaran model mengajar menginduksi perubahan

    konsep, pendekatan guru adalah dengan pola pendekatan 25% - 50% - 25%,

    artinya:

    - 25% (Siswa dalam kategori A : penguasaan konsep istimewa dengan baik)

    - 50% (Siswa dalam kategori B : penguasaan konsep rata-rata)

    - 25% (Siswa dalam kategori C : penguasaan konsep kurang/lambat)

    Selanjutnya siswa yang masuk dalam kategori A akan dipisahkan dengan

    siswa kategori C, dengan pola 1:1 atau 1:2. Artinya 1 siswa kategori A dipadukan

    dengan 1 atau2 siswa kategori C, dimana siswa kategori A harus mengajari siswa

    kategori C dalam pokok bahasan yang sudah dipelajari, dalam hal yang belum

    dipahaminya. Dalam penerapan model pembelajaran model mengajar

    menginduksi perubahan konsep, seorang guru mencatat nama-nama siswa yang

    termasuk kategori isrimewa (siswa yang memiliki kemampuan berpikir yang

    tinggi dalam pokok bahasan yang diajarkan), dimasukkan dalam kategori A, dan

    siswa yang memiliki kemampuan berpikir rendah: kategori C, kategori B adalah

    siswa yang termasuk dalam kategori rata-rata kelas.

  • 2.3.2 Urutan Operasional dalam Model Mengajar Menginduksi

    Perubahan Konsep

    Langkah-langkah dalam operasional penerapan model mengajar

    menginduksi perubahan konsep adalah:

    1. Strategi Awal

    Membentuk konsep awal siswa (Ks) dengan cara menyuruh siswa

    membaca dan meringkas atau membuat peta konsep sambil mengingat

    konsep-konsep yang penting pada pokok bahasan yang diajarkan.

    2. Melakukan Identifikasi

    Guru mengidentifikasi konsep siswa. Identifikasi konsep awal

    siswa ini dilakukan dengan cara member pertanyaan-pertanyaan kepada

    siswa sehingga guru dapat mengetahui apakah konsep siswa benar atau

    salah. Ini dilakukan sebelum proses belajar mengajar berlangsung.

    3. Melakukan Perubahan Konsep

    Setelah mendengar jawaban-jawaban dari siswa, apakah jawaban

    siswa salah (belum tersturktur), maka dilakukan perubahan konsep pada

    tiga aspek, yaitu: apakah konsep itu memiliki arti/makna dalam diri siswa

    (intelligible), apakah siswa yakin bahwa konsep yang diterimanya benar

    (plausibility), apakah konsep itu member buah bagi diri siswa

    (fruitfulness).

    4. Evaluasi Penguasaan Konsep Siswa

    Pada tahap ini, evaluasi dilakukan dengan memberikan pertanyaan

    lisan kepada siswa kemudian dilakukan pembelajaran tes akhir berupa

    ujian tertulis. Dalam M3PK, guru perlu mencatat nama-nama siswa yang

    termasuk kategori istimewa atau baik yaitu siswa yang memiliki

    kemampuan berpikir intuitif tinggi dalam pokok bahasan yang diajarkan

    sebagai kategori A dan siswa yang memiliki kemampuan berpikir intuitif

    sedang sebagai kategori B sedangkan siswa yang memiliki kemampuan

    berpikir intuitif rendah atau lambat sebagai kategori C.

  • Kriteria untuk mencatat nama siswa adalah sebagai berikut:

    1. Kemampuan dalam memberikan argumentasi atas pertanyaan guru

    secara lisan.

    2. Kepiawaian dalam menjawab tes

    3. Kriteria lain yang ditentukan guru.

    Jadi, dalam M3PK tetap dilaksanakan pengajaran remedial (remedial

    teaching) dan pengajaran pengayaan (enrichment teaching) tanpa batas, tetapi

    dilakukan oleh siswa kategori A sehingga sasaran akhirnya diharapkan terjadinya

    loncatan kelas jika di dalam semua mata pelajaran dan mampu menyelesaikan

    pokok bahasan dengan baik dan sempurna sebelum waktunya.

    2.4. Anak Sebagai Arsitek Belajarnya

    Dalam mempelajari IPA (apakah itu fisika, kimia atau biologi) masih

    merupakan masalah, bahkan untuk negara maju seperti Amerika Serikat. Mereka

    senantiasa melakukan berbagai penelitian untuk mencari strategi yang baik,

    sehingga pengajaran IPA dapat berlangsung secara efisien dan efektif. (Tarigan,

    1998). Analisis lebih lanjut, timbul asumsi yang beranggapan bahwa anak yang

    belajar (learner) sebenarnya merupakan perancang/arsitek dari pengetahuannya

    sendiri. Mereka memiliki hak untuk memilih bahan-bahan yang mereka

    perlukan dalam melakukan pembangunan tersebut. Dengan perkataan lain, mereka

    hanya menyerap materi yang berguna bagi diri mereka sendiri. Jadi, penekanan

    belajar sebenarnya tidak lagi bisa dipandang sebagai penjejalan dengan

    menekankan otoritas eksternal, tapi lebih bersifat negosiasi dengan berlandaskan

    kepentingan pribadi siswa. Pandangan yang lebih ekstrim lagi mengatakan bahwa

    anak (yang belajar) memiliki peranan yang sangat penting dalam mempengaruhi

    kognisi dan perilaku belajarnya. Mereka berhak memberikan prioritas perhatian

    dalam menyeleksi urutan kegiatan yang diperlakukan terhadap mereka.

    Menurut Tarigan (1998:13), salah satu kekeliruan yang cukup dramatis

    dari pandangan Piaget dan Inhelder (1958), yang banyak menjiwai konsep proses

    belajar dan mengajar IPA hingga saat ini ialah, anggapan mereka bahwa sebelum

    anak berusia 13-15 tahun, seorang anak tidak akan mampu mengajukan alternatif

  • jawaban sementara tentang masalah yang timbul, karena the logic of

    confirmation is not available to them. dengan demikian, mereka menganggap

    perkembangan mental anak sebagai sesuatu yang bersifat statis, sehingga mereka

    menyimpulkan bahwa argumentasi seorang anak tidak perlu dipertimbangkan.

    Dengan kata lain, seorang siswa dianggap harus menerima saja tanpa diberi

    kesempatan berfikir relativistik serta meragukan konsep yang mereka terima.

    Konsep Piaget dan Inhelder merupakan bentuk lain dari konsep tabula rasa (blank-

    minded). Gagasan dan pandangan pribadi anak diabaikan dalam proses belajar

    mengajar.

    Driver, berdasarkan penelitian yang dilakukannya menyimpulkan : the

    child, even when very young, has idea about thins, and this ideas play a role in the

    learning experience. What children are capable of learning depends, at least in

    part on what they have ini their heads, as well as on the learning context ini which

    they find themselves. (Tarigan, 1998). Berbagai penelitian yang dilakukan

    beberapa pakar pendidikan dalam beberapa dasawarsa terakhir ini menunjukkan

    bahwa anak-anak sudah memiliki keyakinan-keyakinan tentang bagaimana suatu

    fenomena/peristiwa terjadi dan pandangan mereka tentang peristiwa tersebut, serta

    prediksi mereka tentang hal-hal yang mungkin terjadi dari peristiwa tersebut.

    Bertolak dari studi yang dilakukannya, M.C. Wittrock (Tarigan, 1998)

    menarik kesimpulan bahwa seorang anak cenderung membangun persepsi dan

    makna (meanings) yang sifatnya konsisten dengan apa yang telah di pelajarinya.

    Sehingga belajar dapat dilantisipasi dan dimengerti dalam arti bagaimana pelajar

    di bawah ke dalam situasi belajar, bagaimana mereka menghubungkan rangsangan

    kedalam ingatannya dan apa yang dapat mereka bentuk dari pengalaman-

    pengalaman sebelumnya. berbagai penelitian dalam proses interaksi megajar dan

    belajar dalam kelas membuktikan bahwa gagasan yang sudah ada dalam struktur

    kognitif anak merupakan faktor penting yang sangat penting yang sangat berperan

    memahami pelajaran dan konsep-konsep IPA yang diajarkan di sekolah. Gagasan

    yang sudah ada disimpan dalam struktur kognisi siswa sebagai skemata-skemata

    penafsiran.

  • Skemata-skemata konseptual anak ini sangat mempengaruhi pola pandang

    dan pola pikir anak tentang lingkungannya. Skemata yang terdapat dalam struktur

    kognisi siswa juga sangat mempengaruhi pemhaman mereka tentang konsep dan

    gagasan IPA yang dibaca atau diterimanya. Keterhubungan dan keterkaitan antara

    gagasan yang sudah terdapat dalam struktur kognitifnya anak dengan konsep yang

    akan diamsukkan melalui proses interaksi mengajar dan belajar akan terlihat pada

    hasil belajarnya.

    2.5. Belajar Sebagai Perubahan Konsep

    Secara teoretis dan praktis tujuan pendidikan, melalui interaksi proses

    belajar mengajar adalah, bagaimana kita menjadi tahu apa yang belum kita

    ketahui. Karena itu, tujuan utama dalam proses belajar mengajar adalah

    memasukkan informasi ilmiah/materi/bahan ajar kedalam struktur kognitif siswa,

    dan tugas para peneliti adalah mencari cara-cara yang lebih baik dalam melakukan

    hal itu (Tarigan, 1998).

    Sebelum proses mengajar dan belajar berlangsung, dalam diri anak sudah

    terdapat konsep tentang suatu hal. Konsep ini mungkin sudah benar, tapi bisa juga

    merupakan konsep yang terdapat dalam struktur kognitif anak merupakan konsep

    yang diikuti dengan rekonseptualisasi. Sebaiknya jika konsep yang sudah ada itu

    sudah benar maka tidak perlu melakukan perubahan konsep, namun terhadap

    konsep yang sudah ada tersebut cukup dilakukan rekonseplualisasi. Artinya pola-

    pola yang kurang tepat/belum ilmiah dibetulkan kembali, sehingga pada akhirnya

    anak memiliki konsep yang sudah benar dan ilmiah. Rekonseptualisasi hanya

    mungkin terjadi jika seorang guru mengetahui konsep yang diketahui seorang

    anak tentang permasalahan tersebut, dan melakukan perubahan konsep

    berdasarkan pra-konsep yang sudah ada pada anak.

    Dengan demikian terlihat bahwa ada empat aspek yang ditekankan dalam

    melakukan perubahan konsep, yaitu :

    1. Melalui perubahan konsep seorang anak mampu memecahkan masalah

    yang dihadapinya.

    2. Dia mengerti dan menerima konsep IPA secara ilmiah.

  • 3. Memiliki pengertian yang jelas tentang scientific content:.

    4. Mampu membangun suatu penjelasan ilmiah tentang fenomena yang

    dihadapinya.

    Aspek di atas, merupakan sasaran pengajaran IPA agar IPA make sense

    dalam diri anak. Induksi untuk melakukan perubahan konsep adalah suatu strategi

    pengajaran dalam pendidikan IPA, yang diyakini secara internasional sebagai

    suatu strategi yang handal dan terbukti efektif.

    Dalam konteks Ilmu Pengetahuan Alam, tujuan pengajaran dapat

    dipandang sebagai suatu proses dan upaya guru untuk membantu siswa agar

    mengerti, memahami gejalan, fenomena serta permasalahan dalam alam dan

    mampu memecahkan berbagai masalah yang dihadapi. Artinya dalam diri siswa

    terjadi perubahan konsep. Dimaksud dengan perubahan konsep ini adalah

    terjadinya perubahan konsep. Dimaksud dengan perubahan konsep ini adalah

    terjadinya perubahan dari pengetahuan alam yang dimiliki siswa sebelum proses

    belajar mengajar (dari konsep yang bersifat naif dan tidak ilmiah) berubah

    menjadi konsep yang bersifat ilmiah.

    Benar dan Ilmiah Dikembangkan

    Pengetahuan awal siswa

    Keliru

    Kerangka pikir

    Alternative

    Perubahan Konsep

    Benar dan Ilmiah

    Gambar 2.1 Konsep siswa dan perubahan konsep

  • siswa

    Berdasarkan kajian, analisis dan studi literatur yang dilakukan, setidaknya

    ada empat alternatif yang mungkin terjadi dalam proses mengajar dan belajar IPA,

    yaitu :

    1. +

    Siswa Guru Siswa

    2. +

    Siswa Guru

    3. +

    Siswa Guru Siswa

    Alternatif pertama didasari oleh perspektif filosofi Piaget dan Inhelder

    (1998), yang memandang anak sebagai kertas putih. PBM berlangsung searah

    karena guru tidak mempertimbangkan pengetahuan awal anak. Konsep IPA yang

    diterima anak adalah konsep IPA berdasarkan pandangan guru.

    Pandangan kedua, guru menyadari adanya pengetahuan awal siswa. Tapi

    kemingkinan guru belum mampu mengidentifikasi pengetahuan awal tersebut

    secara benar; atau mungkin juga belum mengetahui cara mendayagunakan dan

    mengembangkan pengetahuan awal tersebut, sehingga konsep IPA yang diterima

    siswa tetap saja konsep IPA berdasarkan pandangan guru.

    Pada pandangan ketiga, guru menyadari adanya pengetahuan awal siswa,

    dan menyadari esensinya dalam PBM IPA. Tapi identifikasi pengetahuan awal

    mungkin belum tuntas sehingga belum terjadi perubahan konsep secara tuntas dan

    bermakna. Akibatnya setelah PBM IPA berlangsung, terjadi dualisme konsep

    dalam struktur kognitif siswa. Mereka tidak tahu konsep mana yang benar.

    Sehingga, timbul semacam kebimbangan dan pertentangan kognitif dalam diri

    siswa akibat dualisme konsep tersebut.

    Bertolak dari ketiga pandangan tersebut, maka diamjukan pandangan

    keempat untuk melakukan perubahan konsep. Pandangan ini dapat digambarkan

    sebagai berikut :

    4. +

    K

    g

    K

    s

    K

    g

    K

    g

    K

    g

    K

    g

    Kg/

    Ks

    Ks Kg Kg Kg

  • Pada pandangan keempat ini, guru menyadari adanya pengetahuan awal

    siswa, dan mampu melakukan identifikasi secara cermat dan benar, sehingga guru

    mengetahui apakah pengetahuan awal siswa tersebut sudah benar atau masih

    terdapat kekeliruan konsep. Dalam PBM IPA di atas, guru mempertimbangkan

    pengetahuan awal siswa dan mengajar bertolak dari pengetahuan awal siswa

    tersebut. Setelah PBM berlangsung terlihat bahwa pengetahuan akhir siswa

    merupakan hasil pengembangan dari pengetahuan awal siswa tersebut.

    Hewson menulis : Guru-guru IPA seyogianya mengetahui apa konsep-

    konsep siswa mereka tentang topik yang akan diajarkan, dan mengidentifikasi

    apakah pengetahuan mereka bersifat ilmiah atau tidak, dapat di terima secara

    ilmiah atau tidak. Para guru diharapkan mengetahui alasan yang digunakan

    siswanya untuk mendukung konsepsi mereka. Mereka juga harus mengetahui tipik

    yang mana dirasakan siswanya agak sukar dan mengapa mereka merasa sukar.

    (Tarigan, 1999). Oleh sebab itu, pengetahuan guru tentang pengetahuan awal

    siswa demikian penting dan mempengaruhi hasil proses belajar mengajar secara

    keseluruhan.

    2.6. Kondisi Untuk Melangsungkan Perubahan Konsep

    Ada tiga kondisi atau syarat untuk melakukan perubahan konsep dalam

    kelas, yaitu :

    1. Apakah konsep itu memiliki arti/makna (intelligble) untuk anak yang

    mempelajarinya? Artinya, anak tersebut memahami apa yang disampaikan

    kepadanya dan dapat mengerti maksud dari pernyataan atau konsep yang

    diberikan kepadanya. Kriteria untuk menentukan apakah suatu konsep

    intelligible atau tidak dapat di kemukakan dalam bentuk pertanyaan

    sebagai berikut : apakah anak tahu apa maksud dari konsep tersebut ?

    2. Apakah anak merasa yakin bahwa konsep yang diterimanya itu benar

    (plausible)? Jika anak merasa bahwa konsep itu memiliki arti/makna

    (intelligible), apakah dia percaya bahwa konsep itu benar ? Apakah konsep

    itu konsisten dengan konsep lain yang pernah diterimanya. Apakah konsep

  • itu memberikan rasa puas atau memberikan makna tertentu (make sense)

    dalam diri anak ?

    3. Apakah konsep itu memberikan buah (fruitfull) dalam diri anak ? Kriteria

    untuk menentukan apakah suatu konsep fruitfull atau tidak dikemukakan

    dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut : Jika anak merasa bahwa konsep

    itu memiliki arti/makna (intelligible), dan dia juga percaya bahwa konsep

    itu benar, apakah anak merasa yakin bahwa konsep itu bernilai baginya ?

    Apakah degnan mempelajari konsep itu, dia merasa lebih mampu

    memahami/mempelajari gagasan, ide atau konsep lain? (Tarigan, 1998).

    Peter W. Hewson dan Richard Throley mengatakan : ketiga kondisi diatas

    menentukan status konsep itu dalam diri siswa. Dengan perkataan lain, apakah

    status konsep turun atau naik tergantung dari apakah terpenuhi ketiga kondisi

    atau tidak. Misalnya, tanpa keyakinan akan kebenaran (intelligibility) makna suatu

    konsep tidak mempunyai status dalam diri siswa, maka statusnya rendah. Jika

    status suatu konsep sekali, maka siswa mungkin merasa bahwa konsep itu

    mungkin kurang masuk akal atau bahkan kurang bermanfaat bagi siswa. (Tarigan,

    2000).

    Berdasarkan hal di atas gagasan atau pra-konsep siswa sangat penting

    dipertimbangkan, dan bahwa dalam melakukan perubahan konsep, konsep yang

    diterima siswa harus bermakna, masuk akal dan bermanfaat. Kedua aspek ini

    mempengaruhi hasil belajar secara keseluruhan.

    2.7. Konsep Baru dan Kemungkinan Yang Terjadi

    Banyak konsep yang memiliki arti dalam diri seseorang, karena konsep itu

    intelligible dan plausible, namun kemudian ternyata hanya merupakan

    pengetahuan statis yang tidak menghasilkan buah.

    Menurut Peter W. Hewson dan Richard Thorley (dalam Tarigan, 1998),

    pada saat seorang anak belajar dan memperoleh konsep baru, maka terdapat

    beberapa kemungkinan yang terjadi, yaitu :

  • 1. Konsep tersebut ditolak (rejected) dan tidak memperoleh tempat dalam

    struktur kognitif. Konsep ini akan segera dilupakan.

    2. Konsep tersebut disimpan dalam konteks hanya bersifat hafalan mati.

    Konsep ini hanya bertahan sekejap untuk kemudian dilupakan sama sekali.

    3. Konsep itu dapat berpadu langsung dengan konsep yang sudah ada

    sebelumnya, jika anak merasakan bahwa konsep itu memiliki arti/makna

    (intelligible) dan dia menyakini kebenarannya (plausible) dan juga konsep

    itu berbuah (fruitfull) dalam arti dapat diterapkan dalam situasi praktis.

    Proses berpaduan antara konsep lama dengan konsep baru ini yang

    melahirkan suatu konsep baru yang lebih kaya.

    4. Jika konsep yang akan masuk tidak dapat berpadu secara langsung dengan

    konsep yang sudah ada sebelumnya, karena adanya kontradiksi dengan

    konsep yang relevan yang sudah ada sebelumnya, dan anak tidak dapat

    menyakini kebenarannya sehingga konsep yang sudah ada menghalangi

    konsep yang akan masuk. Maka status dari konsep yang menghalangi

    harus direndahkan terlebih dahulu, sehingga konsep yang akan masuk

    memiliki status yang lebih tinggi. Istilah ini disebut dengan tertukaran

    konsep atau perubahan konsep.

    Dari kedua proses tersebut, penangkapan konsep lebih mudah terjadi

    dibandingkan dengan pertukaran konsep. Dengan demikian terlihat bahwa makna

    belajar sendiri hanyalah suatu proses perubahan konsep.

    Selama perubahan konsep terjadi, seorang guru seyogianya mengamati,

    apakah dalam kondisi diatas, perubahan konsep sudah berlangsung atau belum.

    Kondisi inilah yang paling penting dipegang oleh seorang guru, dalam melakukan

    pengajaran yang bertujuan melakukan perubahan konsep. Jika status konsep sudah

    jelas bagi guru, maka perubahan konsep akan mudah diikuti dan diamati.

    Dengan demikian terlihat bahwa perubahan konsep akan terjadi jika :

    1. Anak merasa tidak puas dengan konsep yang sudah dimilikinya.

    2. Konsep baru yang akan masuk bersifat intelligible.

    3. Konsep baru yang akan masuk bersifat plausible.

    4. Konsep baru yang akan masuk bersifat fruitfull.

  • 2.8. Perubahan Konsep Dalam Pengajaran IPA

    Konsep adalah buah pikiran seseorang atau sekelompok orang yang

    dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi

    prinsip, hokum dan teori. Setiap orang sudah memiliki konsep-konsep atau ide-ide

    tentang hal-hal yang ditemuinya.

    Menurut Moore (dalam Suparno, 2005), mengajar adalah sebuah tindakan

    dari seseorang yang mencoba untuk membantu orang lain mencapai kemajuan

    dalam berbagai aspek seoptimal mungkin sesuai dengan potensinya. Hunter

    (dalam Suparno, 2005) mengemukakan bahwa mengajar adalah sebuah proses

    membuat dan melaksanakan sebuah keputusan sebelum,selama dan sesudah

    proses pengajaran, yakni keputusan yang jika diambil seorang guru akan

    mengakibatkan kemungkinan siswa untuk belajar.

    Konstruktivisme adalah aliran yang mengembangkan pandangan tentang

    belajar yang menekankan pada empat komponen, antara lain:

    1. Siswa membangun pemahamannya sendiri dari hasil mereka belajar bukan

    karena disampaikan pada mereka.

    2. Pelajaran baru sangat tergantung pada pelajaran sebelumnya.

    3. Belajar dapat ditingkatkan dengan interaksi sosial.

    4. Penguasaan-penguasaan dalam belajar dapat meningkatkan kebenaran proses

    belajar-mengajar.

    Model mengajar menginduksi perubahan konsep berlandaskan dari

    pemikiran konstruktivisme. Dimana bahwa pengetahuan dibangun dalam diri

    siswa sendiri. Sehingga akan memberikan peluang kepada siswa terlibat aktif

    meningkatkan sasaran belajar, saling mengisi dalam pemecahan masalah.

    Tugas guru yang utama adalah menganalisis pengetahuan awal siswa.

    Apabila pengetahuan awal yang dimiliki siswa bersifat naf atau tidak ilmiah

    maka tugas guru adalah melakukan perubahan konsep menuju konsep yang

    ilmiah.

  • Orientasi

    Pemerolehan ide-ide

    Dibandingkan

    Dengan ide sebelumnya

    Penerapan ide-ide

    Kajian ulang terhadap ide-ide

    Gambar 2.2 Struktur Pengajaran Melakukan Perubahan Konsep

    Langkah-langkah pada gambar di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :

    Urutan pertama ialah tahap orientasi. Pada tahap orientasi, dilakukan

    serangkaian pembicaraan dengan siswa, sehingga suasana yang tadinya kaku

    menjadi hangat dan akrab. Dari tahap orientasi, dilanjutkan dengan tahap

    identifikasi konsep siswa. Tahap ini dimulai dengan identifikasi pemerolehan ide-

    ide siswa. Pada tahap ini dianalisis konsep siswa, sehingga dapat diidentifikasi

    apakah konsep yang dimiliki siswa sudah benar, atau belum. Jadi, tahap ini

    merupakan tahap awal analisis terhadap konsep yang sudah dimiliki siswa

    sebelumnya. Dalam hal ini guru berperan sebagai pendengar, sementara siswa

    memberi penjelasan. Jika penjelasan siswa belum terstruktur, maka sambil

    mendengarkan guru memberi pernyataan-pernyataan tertentu, sehingga siswa

    mampu menstrukturisasikan idenya. Dengan pernyataan-pernyataan siswa tersebut

    maka guru mampu membawa siswa ke dalam situasi yang bertentangan, yang

    tidak bisa dijelaskan dengan konsep siswa tersebut. Setelah menyadari kelemahan

    penjelasan, maka guru mulai dengan konstruksi ide-ide baru.

    Restrukturisasi ide-ide

    Klerifikasi dan pertukaran

    Menyingkapkan situasi konflik

    Konstruksi ide-ide baru

    Evaluasi

  • Pada tahap evaluasi, guru melakukan evaluasi lisan/tulisan untuk

    mengetahui apakah konsep baru tersebut sudah dikuasai oleh siswa. Selanjutnya

    siswa dihadapkan dengan situasi yang harus dipecahkannya dengan ide baru yang

    sudah diperolehnya. Artinya siswa dibawa kepada penerapan praktis. Selanjutnya

    guru melakukan kajian ulang terhadap ide-ide baru tersebut, yang dibandingkan

    dengan ide siswa sebelumnya, sehingga bisa melihat kebenaran ide baru tersebut,

    sekaligus melihat kelemahan dan kekurangan dari ide yang dimilikinya

    sebelumnya.

    2.9. Materi Bahasan Senyawa Hidrokarbon

    2.9.1 Kekhasan Atom Karbon

    Sesuai dengan namanya , senyawa karbon merupakan senyawa yang

    mengandung unsur karbon. Jenis dan jumlah senyawa karbon banyak sekali,

    diperkirakan mencapai enam juta termasuk yang belum ditemukan strukturnya.

    Banyaknya jenis dan jumlah senyawa karbon tidak terlepas dari sifat khas atom

    karbon itu sendiri, antara lain:

    1. Atom karbon mempunyai nomor atom 6, dengan empat elektron valensi,

    keempat elektron valensi itu dapat membentuk pasangan elektron bersama

    dengan atom lain membentuk ikatan kovalen. Keempat electron valensi ini

    dapat digambarkan sebagai tangan ikatan.

    C

    2. Atom karbon dengan keempat tangan ikatan itu dapat membentuk rantai atom

    karbon dengan bebagai bentuk dan kemungkinan, menyebabkan terjadinya

    banyak variasi senyawa yang biasa dibentuk oleh atom karbon. Beberapa

    kemungkinan rantai karbon yang dibentuk dapat dikelompokkan sebagai

    berikut:

  • a. Berdasarkan Jumlah Ikatan.

    1) Ikatan tunggal, yaitu ikatan antara atom- atom karbon dengan satu tangan

    ikatan (sepasang elektron ikatan)

    C C C C C

    2) Ikatan rangkap dua, yaitu ikatan antara atom- atom karbon dengan

    dua tangan ikatan (dua pasang elektron ikatan)

    C C C = C C

    3) Ikatan rangkap tiga (ganda tiga), yaitu ikatan antara atom- atom karbon

    dengan tiga tangan ikatan (tiga pasang elektron ikatan)

    C C C C C

    b. Berdasarkan bentuk rantainya.

    1) Rantai terbuka (alifatis), rantai yang antara ujung- ujung atom karbonnya

    tidak saling berhubungan. Pada jenis ini ada rantai bercabang dan ada yang

    tidak bercabang.

    C C C C C rantai tidak bercabang

    C C C C C rantai terbuka bercabang

  • 2) Rantai tertutup (siklis), pada rantai ini terdapat pertemuan antara ujung-

    ujung rantai karbonnya. Ada dua jenis yaitu siklis dan aromatis.

    C C

    C C

    3) Kedudukan atom karbon dalam rantai karbon.

    Kedudukan aton hydrogen dalam suatu senyawa hidrokarbon ditentukan

    oleh kedudukan atom karbon yang mengikat. Kedudukan atom karbon

    dibedakan menjadi empat macam:

    a. Atom karbon primer, yaitu atom karbon yang hanya terikat oleh satu

    atom karbon yang lain.

    b. Atom karbon sekunder, yaitu atom karbon yang terikat oleh dua atom

    karbon yang lain.

    c. Atom karbon tersier, yaitu atom karbon yang terikat oleh tiga atom

    karbon yang lain.

    d. Atom karbon kuartener, yaitu atom karbon yang terikat oleh empat

    atom karbon yang lain.

    Perhatikan rantai karbon berikut ini,

    C1

    C2 C3 C4 C5 C6

    C7 C8

    Atom karbon 1,2,6,7 dan 8 merupakan atom karbon primer, sedangkan

    atom karbon 4 merupakan atom karbon sekunder, atom karbon 5 merupakan

    atom karbon tersier dan atom karbon 3 merupakan atom karbon kuartener.

  • H

    2.9.2 Hidrokarbon

    Kelompok senyawa karbon yang paling sederhana adalah hidrokarbon,

    yaitu senyawa karbon yang tersusun dari atom karbon dan hydrogen. Hidrokarbon

    yang paling sederhana adalah metana, yang terdiri dari satu atom karbon dan

    empat hydrogen (CH4). Metana merupakan molekul yang mempunyai stuktur

    ruang tetrahedron dengan atom karbon sebagai pusat pada keempat sudut terdapat

    atom karbon.

    Berdasarkan ikatan yang terdapat pada rantai karbonnya, hidrokarbon

    dibedakan menjadi:

    1. Hidrokarbon jenuh, yaitu hidrokarbon yang pada rantai karbonnya semua

    berikatan tunggal. Hidokarbon ini disebut juga sebagai alkana.

    2. Hidrokarbon tak jenuh, yaitu hidrokarbon yang pada rantai karbonnya

    terdapat ikatan rangkap dua dan tiga. Hidrokarbon yang mengandung

    ikatan rangkap dua dan tiga disebut juga alkena, dan hidrokarbon yang

    mengandung ikatan rangkap tiga disebut alkuna.

    2.9.2.1. Alkana

    Senyawa alkana merupakan senyawa hidrokarbon jenuh (ikatan antar atom

    C hanya berupa ikatan tunggal). Senyawa alkana bersifat senyawa kurang reaktif

    dibandingkan Alkena dan Alkuna. Oleh karena itu , senyawa alkana dikenal juga

    dengan nama paraffin. Parafin berasal dari latin, Parum Afinis yang berarti daya

    gabung kecil.

    a. Rumus Umum Alkana

    1. Metana :

    H

    H C H

    H

    2. Etana :

    H H

    C C H

    H H

  • 3. Propana :

    Tabel 1. Rumus Molekul dan Rumus Stuktur Senyawa Alkana

    Nama

    Senyawa

    Rumus

    Molekul

    Rumus Struktur

    Metana CH4 CH4

    Etana C2H6 CH3 CH3

    Propana C3H8 CH3 CH2 CH3

    Butana C4H10 CH3 CH2 CH2 CH3

    Pentana C5H12 CH3 - CH2 - CH2 - CH2 - CH3

    Heksana C6H14 CH3 - CH2 - CH2 - CH2 - CH2 - CH3

    Heptana C7H16 CH3 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH3

    Oktana C8H18 CH3 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH3

    Nonana C9H20 CH3 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2- CH2 CH3

    Dekana C10H22 CH3 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 CH2 - CH2 CH3

    Perhatikan bahwa setiap penambahan satu atom C berarti penambahan satu

    gugus CH2. Urutan suatu golongan senyawa hidrokarbon berdasarkan perbedaan

    jumlah gugus CH2 yang teratur disebut : Deret Homolog.

    Jika atom karbon yang diikat berjumlah n (Cn), jumlah atom H dapat ditentukan

    berdasarkan deret hitung.

    Rumus matematika untuk suku ke n adalah Un = a+(n-1)b

    Un = Suku ke n untuk atom H

    a = U1 = Suku pertama untuk atom H, yaitu 4 (pada CH4)

    b = beda jumlah atom H

    = U2-U1 (dari C2H6)= 6-4=2

    H H H

    H C C C H

    H H H

  • CH3 CH CH CH3

    Berdasarkan rumus tersebut :

    Un = 4+(n-1)2

    = 4+2n-2

    Jadi jumlah atom H adalah (2n+2) sehingga senyawa alkana memiliki rumus

    umun :

    Tata Nama Alkana

    Cara memberi nama alkana berdasarkan aturan IUPAC adalah sebagai

    berikut:

    - Tentukan rantai karbon terpanjang (rantai utama)

    Rantai C yang lurus belum tentu merupakan rantai utama. Perhatikan

    contoh berikut ini:

    CH3-CH2-CH2-CH2-CH3

    CH3 - CH - CH3

    CH2 CH3

    Kedua struktur tersebut menyatakan suatu rantai C terpanjang atau

    rantai utama dengan cara penyusunan yang berbeda. Perhatikan lagi contoh

    berikut!

    CH3 CH3

    Pada struktur tersebut yang diberi tanda merupakan rantai C terpanjang

    atau rantai utama.

    - Tentukan Cabang- cabang Alkil

    Gugus alkil adalah alkana yang kehilangan satu atom H -nya sehingga

    memiliki rumus umum:

    CnH2n+2

    CnH2n+1

  • CH3 CH CH CH - CH3

    Gugus alkil terikat pada rantai utama. Nama suatu gugus alkil

    disesuaikan dengan nama asalnya, tetapi akhiran ana diganti il ( alkana menjadi

    alkil).

    Tabel 2. Beberapa contoh gugus Alkil

    Alkana Nama Gugus Alkil Nama

    CH4 Metana CH4 Metil

    C2H6 Etana C2H6 Etil

    C3H8 Propana C3H7 Propil

    C4H10 Butana C4H10 Butil

    C6H14 Heksana C6H14 Heksil

    C7H16 Heptana C7H16 Heptil

    C8H18 Oktana C8H18 Oktil

    C10H22 Dekana C10H22 Dekil

    Perhatikan cabang alkil yang dilingkari pada struktur berikut ini!

    CH3 C2H5 CH3

    Metil Etil Metil

    Penomoran dimulai dari atom C yang terletak paling dekat ke atom C yang

    mengikat gugus cabang , contoh :

    1 2 3 4 5

    CH3 - CH - CH - CH2 - CH3 (Penomoran atom C dimulai dari kiri)

    CH3 CH3

    - Jika terdapat Jika terdapat lebih dari satu rantai cabang yang sama, rantai

    cabang tersebut diberi awalan sebagai berikut:

    2 = di ; 3 = tri ; 4 = tetra; 5 = penta; 6 = heksa; 7 = hepta; 8 = okta; 9

    =nona; 10 = deka, dan seterusnya.

    - Penulisan urutan gugus alkil berdasarkan huruf abjad

  • b. Isomer Alkana

    Dalam senyawa karbon, satu rumus molekul bias mempuyai banyak

    struktur molekul dengan sifat- sifat berbeda.

    Contoh: Rumus molekul C4H10

    CH3 CH2 - CH2 - CH3 CH3 - CH - CH3

    CH3

    c. Cara Pembuatan Alkana

    Hidrogenasi katalis alkana dan alkuna :

    Pt atau Pd

    R2C = CR2 + H2 R2HC CHR2

    Contoh:

    Pt

    CH3CH = CH2 + H2 CH3CH2CH3

    Pt atau Pd

    R2C CR + 2H2 RH2C CH2R

    Contoh:

    Pt atau Pd

    CH3C = CCH3 + 2H2 CH3CH2 CH2 CH3

    d. Reaksi- Reaksi Alkana

    1. Pembakaran (Oksidasi)

    Bunga api

    CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O

    Metana Karbon dioksida

    2. Halogenasi (reaksi substitusi)

    cahaya

    CH4 + Cl2 CH3Cl + HCl

    Metana Klorometana

  • 2.9.2.2. Alkena

    Senyawa alkena memiliki ikatan rangkap dua pada struktur rangkap dua

    merupakan senyawa hidrokarbon tak jenuh.

    a. Rumus Umum Alkena

    Perhatikan nama dan rumus molekul senyawa alkena yang dimulai dari

    dua atom C pada table berikut:

    Tabel 3. Nama dan Rumus Molekul beberapa Alkena

    Jumlah atom C (n) Rumus Molekul Nama Alkena

    2 C2H4 Etena

    3 C3H6 Propena

    4 C4H8 Butena

    5 C5H10 Pentena

    Dari table diatas diketahui rumus umum senyawa alkena adalah:

    b. Struktur Molekul Alkena

    Perhatikan ikatan kovalen pada senyawa alkena berikut ini:

    H H

    H C = C H disingkat CH2 = CH2

    c. Tata Nama Alkena

    1. Rantai karbon terpanjang harus melalui ikatan rangkap dua diberi

    nama sesuai dengan jumlah atom C terpanjang dan diberi akhiran

    ena.

    2. Penomoran untuk atom C nomor satu dilakukan dengan cara

    menempatkan ikatan rangkap pada nomor terkecil.

    3. Aturan penomoran lainnya sama dengan senyawa alkana.

    CnH2n

  • CH3 CH2 CH = CH C CH3

    Contoh:

    CH3

    6 5 4 3 2 1

    CH3

    (2,2 dimetil 3 heksena)

    d. Isomer Alkena

    Pada senyawa alkena ada beberapa jenis isomer yaitu, isomer posisi,

    isomer fungsional dan isomer geometri.

    1. Contoh isomer posisi:

    ~ CH2 = CH CH2 CH3 1 butena

    ~ CH3 CH = CH CH3 2 butena

    2. Contoh isomer fungsional:

    ~ CH2 = CH CH2 CH3 CH2 CH2 siklo butane

    Butena

    CH2 CH2

    3. Contoh isomer Geometri:

    C = C C = C

    Cis -2- butena trans -2- butena

    H H H

    H CH CH

    CH

    CH

  • e. Cara Pembuatan Alkena

    1. Dehidrohalogenasi alkil halide (reaksi eliminasi)

    X

    kalor

    R2CCHR2 + OH- R2C = CR2

    Contoh:

    CH3CH2CH2Cl + KOH CH3 = CH2

    2. Dehidrasi Alkohol (reaksi eliminasi)

    OH

    kalor

    R2CCHR2 + H2SO4 R2C = CR2

    Contoh:

    60% H2SO4

    CH3CH2CHCH3 CH3CH = CHCH3 + CH3CH2CH = CH

    3. Hidrogenasi Katalitik terkontrol dari alkuna (reaksi adisi)

    Pd

    RC =CR + H2 RCH = CHR (cis)

    Contoh:

    H2, Pd

    CH3C =CCH3 CH3 CH = CHCH3

    f. Reaksi- reaksi alkena (reaksi- reaksi adisi)

    1. Hidrogenasi katalitik (reduksi)

    Pt, 25o

    + H2 H H

    CH3 CH3 CH3 CH3

  • 2. Adisi Halogen (Br2, Cl2)

    CCl4

    CH2 = CH2 + Br2 CH2 CH2

    Pelarut inert

    Br Br

    3. Adisi Hidrogen Halida (HCl, HBr, HI kering)

    Contoh:

    CH2 = CH2 + HCl CH3CH2Cl

    4. Adisi air katalisa asam (hidrasi)

    H+

    R2C = CR2 + H - OH R2C CHR2

    OH

    Contoh:

    60% H2SO4

    CH3CH = CH2 CH3CHCH3 + CH3CH2CH2OH

    OH

    2.9.2.3. Alkuna

    Alkuna adalah hidrokarbon alifatik tak jenuh dengan satu ikatan rangkap

    tiga C C . Senyawa yang mempunyai dua ikatan rangkap 3 disebut

    alkadiena. Rumus Umum Senyawa Alkuna CnH2n-2.

    Alkuna mengikat empat atom H lebih sedikit disbandingkan alkana yang

    sesuai oleh karena itu alkuna lebih tidak jenuh daripada alkena. Nama alkuna

    diturunkan dari nama alkana dengan menggantikan akhiran ana menjadi una. Tata

    nama alkuna bercabang sama penamaan dengan alkena.

  • Alkuna yang mempunyai nilai ekonomis penting hanyalah etuna, yang

    disebut juga asetilena, C2H2. Dalam industri asetilena dibuat dari metana melalui

    pembakaran tak sempurna.

    4CH4(g) + 3O2(g) 2C2H2(g) +6H2O(g)

    Dalam jumlah kecil asetilena juga dapat dibuat dari reaksi batu karbit (kalsium

    karbida) dengan air.

    CaCO2 + 2H2O Ca(OH)2 + C2H2

    Gas yang dihasilkan dari reaksi batu karbit berbau tidak sedap.

    Sesungguhnya gas asitelena murni tidak berbau busuk bahkan sedikit harum. Bau

    busuk disebabkan gas fosfin, PH3 yang selalu dihasilkan sebagai campuran.

    Disamping baunya yang busuk gas fosfin juga bersifat racun. Gas asetilena

    digunakan untuk mengelas besi baja.

    2.9.2.4. Keisomeran

    Isomer adalah senyawa- senyawa yang berbeda tetapi mempunyai rumus

    molekul sama. Keisomeran terjadi karena senyawa dengan rumus molekul sama

    dapat mempunyai struktur atau konfigurasi yang berbeda. Struktur berkaitan

    dengan cara atom- atom saling berkaitan, sedangkan konfigurasi berkaitan dengan

    susunan atom-atom dalam molekul.

    Senyawa yang mempunyai struktur sama dapat juga mempunyai

    konfigurasi yang berlainan. Oleh karena itu keisomeran dibedakan atas

    keisomeran struktur dan keisomeran ruang. Keisomeran struktur dapat berupa

    keisomeran kerangka, keisomeran posisi dan keisomeran gugus fungsi.

    Keisomeran gugus fungsi akan dibahas di kelas XII.

    Keisomeran adalah keisomeran karena perbedaan kerangka atom diantara

    senyawa- senyawa dengan rumus molekul sama. Senyawa- senyawa yang

    merupakan isomer kerangka mempunyai panjang rantai karbon yang berbeda.

  • Contoh:

    Keisomean antara butane dan 2 metil propane

    CH3 CH2 CH2 CH3 CH3 CH CH

    Butana I

    CH3

    2 metil propana

    Keisomeran posisi terjadi karena perbedaan letak (posisi) gugus tertentu dalam

    senyawa senyawa dengan rumus molekul dan kerangka yang sama.

    Contoh:

    Keisomeran antara 1 butena dan 2 butena.

    CH2 = CH CH2 CH3 CH2 CH = CH2 CH3

    1 butena 2 butena

    1. Keisomeran pada Alkana

    Keisomeran pada alkana tergolong keisomeran struktur, yaitu perbedaan

    kerangka atom karbonnya. Makin panjang rantai karbon makin banyak pula

    kemungkinan isomernya. Pertambahan jumlah isomer ini tidak ada aturannya.

    Selain itu, juga perlu disebutkan bahwa tidaklah berarti semua kemungkinan

    isomer itu eksis (ada pada kenyataannya). Cara sistematis mencari jumlah

    kemungkinan isomer alkana adalah sebagai berikut:

    Sebagai contoh kita pilih C5H12

    ~ Dimulai dengan isomer rantai lurus

    1 2 3 4 5

    C C C C C pentana

    ~ Kurangi rantai induknya, satu karbon dijadikan cabang. Tempatkan atom

    karbon itu mulai dari atom karbon nomor 2,3 dan seterusnya hingga

    semua kemungkinan habis.

    1 2 3 4

    C C C C 2 metil butana

    C

  • ~ Selanjutnya dikurangi lagi rantai induk menjadi dua cabang metal atau

    satu cabang etil.

    C

    C C C 2,2 dimetil propana

    C

    2. Keisomeran pada Alkena

    Keisomeran pada alkena dapat berupa keisomeran struktur dan keisomeran

    ruang. Keisomeran struktur pada alkena terjadi karena perbedaan posisi ikatan

    rangkap atau karena perbedaan kerangka atom karbon. Keisomeran mulai

    ditemukan pada butena yang mempunyai tiga isomer struktur sebagai berikut:

    CH2 = CH CH2 CH3 CH2 CH = CH2 CH3 CH2 = C CH3

    1 butena 2 butena

    CH3

    2 metil propena

    3. Keisomeran pada Alkuna

    Keisomeran pada alkana tergolong keisomeran kerangka dan keisomeran

    posisi. Pada alkuna tidak terdapat keisomeran geometris. Keisomeran mulai

    terjadi pada butuna yang mempunyai 2 isomer.

    CH = C CH2 CH3 CH2 CH = CH CH3

    1 butuna 2 butuna

    2.9.3. Sifat sifat Hidrokarbon

    Titik didih dan titik cair dari alkana ataupun alkena makin tinggi jika

    massa molekul relatifnya makin besar (makin panjang rantai karbonnya). Pada

    suhu kamar C1 ~ C4 berwujud gas, suku- suku berikutnya berwujud cair,

    sedangkan suku- suku tinggi mulai dari C18 berwujud padat. Kecenderungan yang

    sama juga berlaku untuk alkuna. Diantara suatu alkan dan isomer- isomernya,

    ternyata isomer bercabang mempunyai titik leleh dan titik didih yang lebih

    rendah.

  • 2.10. Kerangka Konseptual

    Dalam kegiatan belajar mengajar guru harus dapat memilih model

    mengajar yang tepat untuk siswa sehingga hasil belajar yang diperoleh siswa

    dapat semaksimal mungkin. Banyak model mengajar yang digunakan oleh guru

    tetapi model mengajar yang dimaksudkan dalam hal ini adalah model mengajar

    menginduksi perubahan konsep.

    M3PK merupakan salah satu model pembelajaran menginduksi perubahan

    konsep dimana di dalam model ini perubahan konsep ditekankan pada tiga aspek

    utama, yaitu intelligibility yang artinya konsep itu memiliki arti/makna dalam diri

    siswa. Aspek yang kedua adalah plausibility yang artinya siswa yakin bahwa

    konsep yang diterimanya benar. Sedangkan aspek yang ketiga yaitu fruitfulness

    yang artinya konsep itu memberikan buah bagi dirinya. Dengan kata lain

    konsep tersebut bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

    Model mengajar menginduksi perubahan konsep dapat meningkatkan

    aktifitas belajar siswa dan memotivasi siswa sehingga memberi pemahaman

    konsep yang baik terhadap materi yang dipelajarinya. Jadi dengan menerapkan

    M3PK dalam pembelajaran kimia pokok bahasan hidrokarbon maka siswa akan

    terlatih memahami konsep-konsep penting dan akan meningkatkan penguasaan

    siswa terhadap materi tersebut.

    Dalam model ini, maka guru akan menciptakan konsep awal siswa dengan

    cara menyuruh mereka membaca pokok bahasan yang akan di ajarkan minggu

    depan, pokok bahasan yang dimaksud disini adalah mengenai materi hidrokarbon

    yaitu alkana. Siswa disuruh membaca materi dari buku pegangan siswa ditambah

    dengan beberapa buku yang relevan dari perpustakaan atau guru dapat memfoto

    copy bahasan tersebut dan memberikannya kepada siswa. Untuk mengidentifikasi

    konsep awal siswa apakah sudah benar atau masih keliru, maka guru memberikan

    suatu pertanyaan kepada siswa, kemudian mendengarkan jawaban dari siswa

    tersebut. Kemudian guru mencatat nama nama siswa yang termasuk ke dalam

    kategori istimewa dan siswa yang memiliki kemampuan berpikir rendah.

  • Kriteria pencatatan :

    a) Kemampuan mereka dalam memberikan argumentasi atas pertanyaan guru

    secara lisan ;

    b) Kepiawaian atau kecepatan mereka dalam menjawab tes yang diberikan

    kepada mereka ;

    c) Kriteria lain yang diberikan.

    Dalam model pembelajaran M3PK, pendekatan guru adalah dengan pola

    pendekatan 25% - 50% - 25%. Artinya :

    - 25% (siswa dalam kategori A :penguasaan konsep istimewa dan baik)

    - 50% (siswa dalam kategori B : penguasaan konsep rata rata)

    - 25% (siswa dalam kategori C : penguasaan konsep kurang/lambat )

    Selanjutnya siswa yang masuk dalam kategori A akan dipisahkan dengan

    kategori C, dengan pola 1:1 atau 1:2. Artinya 1 siswa kategori A dipadukan

    dengan 1 atau 2 siswa kategori C, dimana siswa kategori A harus mengajari siswa

    kategori C dalam pokok bahasan yang sudah dipelajari, dalam hal hal yang

    belum dipahaminya.

    2.11. Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis yang dapat penulis terangkan

    dalam penelitian ini adalah :

    Ha : Ada pengaruh yang signifikan penerapan Model Mengajar Menginduksi

    Perubahan Konsep terhadap hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri

    3 Binjai Tahun Ajaran 2011/2012.

    Ho : Tidak ada pengaruh yang signifikan penerapan Model

    Mengajar Menginduksi Perubahan Konsep Terhadap Hasil Belajar Siswa

    Kelas X SMU Negeri 3 Binjai Tahun Ajaran 2011/2012.