-
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pepaya (Carica papaya L.)
Tanaman pepaya banyak ditanam orang, baik di daeah tropis maupun
sub
tropis. di daerah-daerah basah dan kering atau di daerah-daerah
dataran dan
pegunungan (sampai 1000 m dpl). Buah pepaya merupakan buah meja
bermutu
dan bergizi yang tinggi Prihatman (2000) dalam Astuti (2009).
Nama daerah:
Pente (Aceh), Pertek (Gayo), Pastela (Batak), Embetik (Karo),
Botik (Batak
Toba), Bala (Nias), Sikailo (Mentawai), Kates (Palembang),
Kalikih
(Minangkabau), Gedang (Lampung), Gedang (Sunda), Kates (Jawa
Tengah),
Kates (Madura), Gedang (Bali), Kustela (Banjar), Bua medung
(Dayak Busang),
Buah dong (Dayak Kenya), Kates (Sasak), Kampaya (Bima), Kala
jawa
(Sumbawa), Padu (Flores), Papaya (Gurontalo), Papaya (Buol),
Kaliki (Baree),
Papaya (Manado), Unti jawa (Makasar), Kaliki riaure (Bugis),
Papai (Buru),
Papaya (Halmahera), Papae (Ambon), Palaki (Seram), Kapaya
(Tidore), Tapaya
(Ternate), Ihwarwerah (Sarmi), Siberiani (Windesi) Depkes (2000)
dalam Astuti
(2009).
Pepaya berasal dari Amerika Tengah. Tanaman buah menahun ini
tumbuh
pada tanah lembab yang subur dan tidak tergenang air, dapat
ditemukan di dataran
rendah sampai ketinggian 1000 m dpl. Sesungguhnya tanaman pepaya
merupakan
semak yang berbentuk pohon, bergetah, tumbuh tegak, tinggi
2,5-10 meter,
batangnya bulat berongga, tangkai di bagian atas kadang dapat
bercabang. Pada
kulit batang terdapat tanda bekas tangkai daun yang telah lepas
Dalimartha dan
Hembing (1994) dalam Soranta (2009). Daun berkumpul di ujung
batang dan
ujung percabangan, tangkainya bulat silindris, berongga, panjang
25-100 cm.
Helaian daun bulat telur dengan diameter 25-75 cm, berbagi
menjari, ujung
runcing, pangkal berbentuk jantung, warna permukaan atas hijau
tua, permukaan
bawah warnanya hijau muda, tulang daun menonjol di permukaan
bawah. Cuping-
cuping daun berlekuk sampai berbagi tidak beraturan, tulang
cuping daun
-
5
menyirip. Bunga jantan berkumpul dalam tandan, mahkota berbentuk
terompet,
warnanya putih kekuningan. Buahnya buah buni yang bisa
bermacam-macam
bentuk, warna, ataupun rasa daging buahnya. Bijinya banyak dan
berwarna hitam.
Tanaman ini dapat berbuah sepanjang tahun dimulai pada umur 6-7
bulan dan
mulai berkurang setelah berumur 4 tahun Dalimartha dan Hembing
(1994) dalam
Soranta (2009).
2.1.1. Klasifikasi Buah pepaya (Carica papaya L.)
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Cistales
Suku : Caricacea
Marga : Carica
Jenis : Carica papaya L. (Hembing, 2008)
2.1.2. Biji Pepaya
Biji pepaya yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari
buah pepaya
daerah Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan
Komplek
Adam Malik Kota Madya Medan, Sumatera Utara. Secara umum tanaman
pepaya
memiliki ciri-ciri yang sama dengan tanaman pepaya yang hidup di
daerah lain.
Biji pepaya yang diambil dari buah pepaya didaerah ini memiliki
bentuk buah
agak panjang dan lonjong, ukurannya bervariasi, dari yang kecil,
sedang sampai
besar. Banyaknya biji tergantung dari besar kecilnya buah.
Permukaan biji agak
keriput dan dibungkus oleh kulit ari yang bersifat seperti agar
atau transparan,
kotiledon putih, rasa biji pedas atau tajam dengan aroma yang
khas. Kandungan
kimia yang terdapat dalam biji pepaya adalah: 25% atau lebih
lemak campuran,
26,2% lemak, 24,3% protein, 17% serat, 15,5% karbohidrat, 8,8%
abu dan 8,2%
air (Kalie, 2008).
-
6
Gambar 2.1. Buah pepaya (Anonim1, 2010)
2.1.3. Kandungan biji pepaya
2.1.3.1. Tanin
Tanin merupakan zat organik yang sangat kompleks dan terdiri
dari
senyawa fenolik. Istilah tanin pertama sekali diaplikasikan pada
tahun 1796 oleh
Seguil dalam Fitri (2009). Tanin terdiri dari sekelompok zat zat
kompleks yang
terdapat secara meluas dalam dunia tumbuh tumbuhan, antara lain
terdapat pada
bagian kulit kayu, batang, daun dan buah buahan. Ada beberapa
jenis tumbuh
tumbuhan atau tanaman yang dapat menghasilkan tanin, antara lain
: tanaman
pinang, tanaman akasia, gabus, bakau, pinus, pepaya dan gambir
Risnasari (2001)
dalam Fitri (2009).
Tanin merupakan salah satu jenis senyawa yang termasuk ke
dalam
golongan polifenol. Senyawa tanin ini banyak dijumpai pada
tumbuhan. Tanin
dahulu digunakan untuk menyamakkan kulit hewan karena sifatnya
yang dapat
mengikat protein. Selain itu juga tanin dapat mengikat alkaloid
dan glatin.Tanin
secara umum didefinisikan sebagai senyawa polifenol yang
memiliki berat
molekul cukup tinggi (lebih dari 1000) dan dapat membentuk
kompleks dengan
protein. Selain itu tanin juga dapat mengendapkan protein,
alkaloid, dan glatin.
Tanin juga dapat membentuk logam secara stabil, sehingga jika
manusia
kebanyakan mengkonsumsi makan yang memiliki tanin maka Fe pada
darah akan
berkurang sehingga menyebabkan anemia (Anonim2, 2010).
-
7
2.1.3.2. Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu metabolit sekunder,
kemungkinan
keberadaannya dalam daun dipengaruhi oleh adanya proses
fotosintesis sehingga
daun muda belum terlalu banyak mengandung flavonoid (Sjahid,
2008).
Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang baik, menghambat
banyak reaksi
oksidasi, baik secara enzim maupun non enzim. Flavonoid
bertindak sebagai
penampung yang baik radikal hidroksi dan superoksida dengan
demikian
melindungi lipid membran terhadap reaksi yang merusak.
Aktivitas
antioksidannya dapat menjelaskan mengapa flavonoid tertentu
merupakan
komponen aktif tumbuhan yang digunakan secara tradisional untuk
mengobati
gangguan fungsi hati flavonoid merupakan golongan terbesar
senyawa fenol alam
Harbone (1987) dalam Sjahid (2008). Flavonoid merupakan senyawa
polar karena
mempunyai sejumlah gugus hidroksil yang tak tersulih atau suatu
gula, sehingga
akan larut dalam pelarut polar seperti etanol, metanol, butanol,
aseton,
dimetilsulfoksida, dimetilformamida, dan air. Adanya gula yang
terikat pada
flavonoid cenderung menyebabkan flavonoid lebih mudah larut
dalam air dan
dengan demikian campuran pelarut dengan air merupakan pelarut
yang lebih baik
untuk glikosida dalam Harbone (1987) dalam Sjahid (2008).
Flavonoid merupakan antioksidan yang dapat menangkap radikal
bebas. Flavonoid menghentikan tahap awal reaksi dengan
membebaskan satu
atom hydrogen dari gugus hidroksilnya yang kemudian berikatan
dengan satu
radikal bebas. Dengan ikatan ini maka akan menstabilkan radikal
peroksi yang
membuat aktivasi energi berkurang, dan selanjutnya akan
menghambat atau
menghalangi reaksi oksidasi dari kolesterol Low density
Lipoprotein (LDL)
(Mutiah dkk., 2011).
2.1.3.3. Saponin
Saponin merupakaan senyawa glikosida kompleks dengan berat
molekul
tinggi yang dihasilkan terutama oleh tanaman, hewan laut tingkat
rendah dan
beberapa bakteri. Saponin larut dalam air tetapi tidak larut
dalam eter. Saponin
dapat mengganggu penyerapan mineral dan vitamin dalam tubuh.
Saponin dapat
-
8
menekan konsentrasi Fe hati melalui penyerapan Fe yang tidak
sempurna dengan
membentuk kompleks Saponin-Fe. Saponin mampu menurunkan
konsentrasi
kolesterol serum darah dengan mengikat dan mencegah absorbsi
kolesterol karena
interaksi saponin dan kolesterol merupakan kompleks yang tidak
larut. Absorbsi
kolesterol yang rendah menurunkan konsentrasi kolesterol serum
darah dan
memaksa meningkatnya metabolisme kolesterol dalam hati. Saponin
juga dapat
menguras kolesterol darah dengan membatasi penyerapan kembali
dan
meningkatkan ekskresi. Namun perlu diperhatikan bahwa penurunan
konsentrasi
kolesterol serum darah hanya dapat terjadi jika terjadi
hiperkolesterol (Aswin,
2008).
Berdasarkan struktur kimianya, saponin dikelompokkan menjadi
tiga kelas
utama yaitu kelas streroid, kelas steroid alkaloid, dan kelas
triterpenoid. Sifat yang
khas dari saponin antara lain berasa pahit, berbusa dalam air,
beracun bagi
binatang berdarah dingin, mempunyai aktivitas hemolisis (merusak
sel darah
merah), tidak beracun bagi binatang berdarah panas. Saponin yang
terkandung
dalam tanaman pepaya (Carica papaya L.) banyak ditemukan pada
bagian
bijinya. Saponin yang ada dalam biji pepaya, bermanfaat untuk
menurunkan
aktifitas kolesterol serum seperti aksi resin, yaitu dengan
mengurangi sirkulasi
enterohepatik asam empedu. Melalui penghambatan reaksi oksidasi
kolesterol
LDL ini maka dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Dengan
kandungan-
kandungan tersebut, biji pepaya mempunyai efek hipolipidemia dan
anti oksidan
dalam darah (Mutiah dkk., 2011).
2.2. Kolesterol
Kolesterol adalah lemak berwarna kekuningan dan berupa seperti
lilin
(wax) yang diproduksi oleh tubuh kita, terutama di dalam hati
(Heslet, 2007).
Kolesterol merupakan suatu kombinasi dari asam lemak dan alkohol
yang
ditemukan didalam semua jaringan tubuh, khususnya dalam hepar,
darah dan
otak. Kolesterol adalah salah satu sterol yang penting dan
terdapat banyak di
alam. Dari semua proses kolesterol dapat dilihat bahwa gugus
hidroksil yang
-
9
terdapat pada atom C nomor 3 mempunyai posisi , oleh karena
dihubungkan
dengan garis penuh. Struktur kolesterol dapat dilihat pada
gambar 2.2.
Gambar 2.2. Struktur Kolesterol (Marks, 2001).
Kolesterol merupakan komponen esensial membran struktur semua
sel
dan merupakan utama sel otak dan sel saraf. Kolesterol di dalam
tubuh terutama
diperoleh dari hasil sintesis di dalam hati. Bahan bakunya
diperoleh dari
karbohidrat, protein dan lemak. Jumlah yang disintesis bergabung
pada
kebutuhan tubuh dalam jumlah yang diperoleh dari makanan.
Kolesterol dalam
konsentrasi tinggi terdapat dalam jaringan kelenjar dan di dalam
hati. Kolesterol
merupakan bahan antara pembentukan jumlah steroid penting,
seperti asam
empedu, asam kolat, hormon-hormon adrenal korteks, estrogen,
androgen, dan
progesteron (Heslet, 2007).
Kolesterol terdapat dalam jaringan dan dalam lipoprotein plasma,
yang
bisa dalam bentuk kolesterol bebas atau gabungan dengan asam
lemak rantai
panjang sebagai ester kolesteril. Unsur ini disintesis dalam
banyak jaringan dari
Asetil-KoA dan akhirnya dikeluarkan dari tubuh lewat empedu
(Muray dan
Graner, 2000). Kolesterol di dalam tubuh mempunyai fungsi ganda,
yaitu disatu
titik diperlukan dan disisi lain dapat membahayakan, tergantung
berapa banyak di
dalam tubuh dan di bagian mana kolesterol di hasilkan oleh hati
dan merupakan
beberapa komponen lemak yang terdapat di dalam darah manusia.
Tubuh perlu
membina sel-sel membran, sebagai lapisan perlindungan pada sel
saraf, serta
untuk menghasilkan vitamin D dan beberapa hormon (Muray dan
Graner 2000).
-
10
Lebih dari separuh jumlah kolesterol dalam tubuh berasal dari
sintesis sekitar
(700 mg/hari), dan sisanya berasal dari makanan sehari-hari
sementara usus
sekitar 10% lainnya. Makanan yang banyak mengandung kolesterol
yaitu antara
lain, daging ayam, margarine, kuning telur, dan makanan
gorengan-gorengan
(Muray, 2000).
Daging sebagai bahan makanan sangat jarang dihubungkan dengan
kasus
alergi makanan, karena daging merupakan sumber protein yang baik
untuk tubuh.
Daging kambing termasuk dalam kelompok sumber protein hewani.
Kebutuhan
konsumsinya termasuk dalam asupan protein sehari-hari, tidak
dapat dihitung
secara terpisah. Daging kambing mangandung suatu grup lemak yang
dikenal
dengan nama asam linoleik atau linoleat yang meningkatkan kadar
koleserol,
sehingga memperburuk kadar kolesterol bagi penderita kolesterol
tinggi,
sedangkan bagi penderita darah tinggi, daging kambing mengandung
kadar
mineral, natrium, dan kalium yang lebih tinggi dibandingkan
dengan daging
lainnya, dan dapat mengganggu kerja jantung. Menghindari makanan
daging
terutama daging kambing sebab daging kambing mengandung sumber
protein,
vitamin B komplek, dan juga mineral, seperti besi, fosfor,
kalsium, dan kalium.
Selain itu di balik kelezatan seratus gram daging kambing,
ternyata menyimpan
kandungan energi sebanyak 200 kalori dengan 22 gram protein, dan
10 gram
lemak (Heslet, 2007).
Kolesterol dapat larut dalam pelarut, misalnya eter, kloroform,
benzena
dan alkohol panas. Apabila terdapat dalam konsentrasi tinggi,
kolesterol
mengkristal dalam bentuk kristal yang tidak berwarna, tidak
berasa dan tidak
berbau, dan mempunyai titik lebur 150-1510C. Endapan kolesterol
apabila
terdapat dalam pembuluh darah dapat menyebabkan penyempitan
pembuluh
darah karena dinding pembuluh darah menjadi makin tebal. Hal
ini
mengakibatkan juga berkurangnya elastisitas atau kelenturan
pembuluh darah.
Dengan penyempitan pembuluh darah dan berkurangnya kelenturan
pembuluh
darah, maka aliran darah terganggu dan untuk mengatasi gangguan
ini jantung
harus memompa darah lebih keras. Hal ini berarti jantung harus
bekerja lebih
keras dari pada biasanya (Deviana, 2010).
-
11
Kelebihan kolesterol akan diangkut kembali oleh lipoprotein yang
disebut
HDL (High Density lipoprotein) untuk dibawa kehati yang
selanjutnya akan
diuraikan lalu dibuang kedalam kantung empedu sebagai asam
(cairan) empedu.
LDL mengandung lebih banyak lemak daripada HDL sehingga ia
akan
mengembang di dalam darah. Protein utama yang membentuk LDL
adalah Apo-
B (apolipoprotein-B). LDL dianggap sebagi lemak yang jahat
karena dapat
menyebabkan penempelan kolesterol dari dinding pembuluh darah
dengan
mengangkutnya kembali ke hati. Protein utama yang membentuk HDL
adalah
Apo-A (apolipoprotein). HDL ini mempunyai kandungan lemak lebih
sedikit dan
mempunyai kepadatan tinggi atau lebih berat (Muray dkk.,
2000).
Kolesterol tidak sepenuhnya merupakan racun dalam tubuh,
karena
kolesterol merupakan unsur penting dalam tubuh yang diperlukan
untuk mengatur
proses kimiawi di dalam tubuh, tetapi kolesterol dalam jumlah
tinggi bisa
menyebabkan terjadinya aterosklerosis yang akhirnya akan
berdampak pada
penyakit jantung koroner. Terdapat korelasi yang jelas antara
penyakit
aterosklerosis arteria koroner dengan kadar kolesterol total
dalam darah, yang
terutama mencerminkan kandungan kolesterol pada LDL (Kolesterol
LDL).
Terdapat pula korelasi negatif yang lebih kuat antara penyakit
aterosklerosis
arteria koroner dengan kandungan kolesterol pada fraksi HDL.
Orang yang kadar
LDL-nya tinggi lebih mudah menderita penyakit jantung.
Kolesterol darah yang
tinggi merupakan kondisi yang sangat perlu diperhatikan, karena
dapat
mengakibatkan serangan aterosklerosis dan jantung koroner bahkan
di Amerika
dinyatakan sebagai pembunuh nomor satu. Kadar kolesterol tinggi,
dapat
diturunkan dengan pemberian obat penurun kadar koleterol yaitu
probukol yang
menghambat sintesis kolesterol secara langsung. Namun demikian,
masih harus
dibuktikan apakah dalam jangka panjang obat-obatan di atas dapat
mengurangi
angka kejadian penyakit kardiovaskuler (Deviana, 2010).
2.2.1. Pengangkutan Kolesterol
Menurut Muchtadi dkk., (1993), kolesterol diangkut oleh darah
dalam
bentuk terikat dalam lipoprotein plasma. Lipoprotein plasma
meliputi:
-
12
1. Kilomikron
Pada jenis lipoprotein ini kandungan lemaknya tinggi, densitas
rendah
komposisi trigliserida tinggi, dan membawa sedikit protein.
Kilomikron dibentuk
dari triasilgliserol, kolesterol, protein dan berbagai lipid
yang berasal dari
makanan yang masuk ke usus halus. Pada peredaran kilomikron,
triasilgliserol
dihidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase menghasilkan residu
yang kaya
kolesterol disebut sisa kilomikron dan dibawa ke hati.
2. Very Low Desity Lipoprotein (VLDL)
VLDL merupakan senyawa lipoprotein yang berat jenisnya sangat
rendah.
Jenis lipoprotein ini memiliki kandungan lipid tinggi. Kira-kira
20% kolesterol
terbuat dari lemak endogenus di hati. Di dalam tubuh senyawa ini
difungsikan
sebagai pengangkut trigliserida dari hati ke seluruh jaringan
tubuh. Sisa kolesterol
yang tidak diekskresikan dalam empedu akan bersatu dengan VLDL
sehingga 20
menjadi LDL. Dengan bantuan enzim lipoprotein lipase, VLDL
diubah menjadi
IDL dan selanjutnya menjadi LDL.
3. Low Density Lipoprotein (LDL)
LDL merupakan senyawa lipoprotein yang berat jenisnya
rendah.
Lipoprotein ini membawa lemak dan mengandung kolesterol yang
sangat tinggi,
dibuat dari lemak endogenus di hati. LDL ini diperlukan tubuh
untuk mengangkut
kolesterol dari hati ke seluruh jaringan tubuh. LDL berinteraksi
dengan reseptor
pada membran sel membentuk kompleks LDL-reseptor. Kompleks
LDL-reseptor
masuk ke dalam sel melalui proses yang khas, yaitu dengan
pengangkutan aktif
atau dengan endositosis. LDL merupakan kolesterol jahat karena
memiliki sifat
aterogenik (mudah melekat pada dinding sebelah dalam pembuluh
darah dan
mengurangi pembentukan reseptor LDL). Hal ini akan menyebabkan
terjadinya
kenaikan kadar kolesterol-LDL. Kelebihan kolesterol dalam
pembuluh darah akan
dikembalikan oleh HDL ke hati dan mengeluarkannya bersama empedu
(Heslet,
2007).
4. Intermediate density lipoprotein (IDL) merupakan lipoprotein
berdensitas
sedang.
5. High density lipoprotein (HDL)
-
13
HDL merupakan senyawa lipoprotein yang berat jenisnya
tinggi.
Membawa lemak total rendah, protein tinggi, dan dibuat dari
lemak endogenus di
hati. Kandungan kolesterol HDL lebih rendah dari LDL dan
fungsinya sebagai
pembuangan kolesterol maka HDL ini sering disebut kolesterol
baik, 21 HDL ini
digunakan untuk mengangkut kolesterol berlebihan dari seluruh
jaringan tubuh
untuk dibawa ke hati. Dengan demikian, HDL merupakan lipoprotein
pembersih
kelebihan kolesterol dalam jaringan. Kalau kadar HDL dalam darah
cukup tinggi,
terjadinya proses pengendapan lemak pada dinding pembuluh darah
pun dapat
dicegah. Kolesterol yang diangkut ke hati terutama berupa
kolesterol yang akan
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan empedu dan hormon.
Kandungan
HDL dikatakan rendah jika kurang dari 35 mg% pada pria dan
kurang dari 42
mg% pada wanita. HDL dalam plasma darah akan mengikat kolesterol
bebas
maupun ester kolesterol dan mengangkutnya kembali ke hati.
Selanjutnya,
kolesterol yang terikat akan mengalami perombakan menjadi
cadangan kolesterol
untuk sintesis VLDL. Tingginya kadar HDL dalam darah akan
mempercepat
proses pengangkutan kolesterol ke hati, sehingga mengurangi
kemungkinan
terjadinya penimbunan kolesterol dalam pembuluh darah. Oksidasi
kolesterol dan
trigliserida menyebabkan pembentukan radikal bebas yang
diketahui merusak sel-
sel endotel (Kenastino, 2008).
2.2.2. Akibat Kelebihan Kolesterol
Kolesterol tidak sepenuhnya merupakan racun dalam tubuh,
karena
kolesterol merupakan unsur penting dalam tubuh yang diperlukan
untuk mengatur
proses kimiawi di dalam tubuh, tetapi kolesterol dalam jumlah
tinggi bisa
menyebabkan terjadinya aterosklerosis yang akhirnya akan
berdampak pada
penyakit jantung koroner. Terdapat korelasi yang jelas antara
penyakit
aterosklerosis arteria koroner dengan kadar kolesterol total
dalam darah, yang
terutama mencerminkan kandungan kolesterol pada LDL (Low
Density
Lipoprotein). Terdapat pula korelasi negatif yang lebih kuat
antara penyakit
aterosklerosis arteria koroner dengan kandungan kolesterol pada
fraksi HDL.
Orang yang kadar LDL-nya tinggi lebih mudah menderita penyakit
jantung,
-
14
sedangkan yang kadar HDL-nya tinggi jarang menderita penyakit
tersebut.
Kolesterol darah yang tinggi merupakan kondisi yang sangat perlu
diperhatikan,
karena dapat mengakibatkan serangan aterosklerosis dan jantung
koroner bahkan
di Amerika dinyatakan sebagai pembunuh nomor satu (Stamler,
1992).
Kolesterol yang berlebih dapat menimbulkan kerusakan di jaringan
yang
berkaitan dengan penyakit-penyakit tertentu seperti
aterosklerosis, hipertensi, dan
diabetes melitus. Apabila terdapat dalam konsentrasi tinggi,
kolesterol
mengkristal dalam bentuk kristal yang tidak berwarna, tidak
berasa dan tidak
berbau dan mempunyai titik didih 150-1510C. Kerusakan
ditimbulkan akibat
adanya endapan kolesterol dalam pembuluh darah sehingga terjadi
penyempitan
pembuluh darah karena dinding pembuluh darah menjadi tebal.
Akibat
penyempitan pembuluh darah maka elastisitas pembuluh darah
berkurang
sehingga aliran darah terganggu dan jantung harus memompa darah
lebih kuat
dari biasanya. Sejauh ini tindakan preventif yang paling penting
terhadap
perkembangan aterosklerosis adalah dengan mengonsumsi lemak
tidak jenuh
dengan kadar kolesterol yang rendah (Irianto, 2004).
Kolesterol oksida mampu menyebabkan timbulnya luka pada
lapisan
endothelium dan mendorong terbentuknya plaque. Kolesterol oksida
juga
diketahui bersifat atherogenik, angiotoksik, mutagenik dan
menghambat
biosintesa kolesterol. Kerusakan atau luka pada sel-sel
endotelium ini
menstimulasi timbulnya plaque, penebalan dinding pembuluh darah
dan
penyempitan penampang pembuluh darah (Yuniastuti, 2008).
2.2.3. Metabolisme Kolesterol
Kolesterol terkemas dalam kilomikron di usus dan dalam
lipoprotein
berdensitas sangat rendah (VLDL) di hati. Kolesterol diangkat
lewat darah dalam
partikel-partikel lipoprotein yang juga dengan mengangkut
triasigliserol.
Kolesterol yang mengalir dalam darah bentuk lipoprotein,
berfungsi sebagai
komponen stabilisasi membran sel dan sebagai prekursor garam
empedu serta
hormon steroid prekursor kolesterol diubah menjadi ubikoinon
dolikol, dan di
kulit menjadi kolekalsiferol yaitu bentuk aktif Vitamin D.
Kolesterol yang di
-
15
peroleh dari makanan atau disintesa menjadi jalur yang terdapat
pada hampir
semua sel tubuh terutama di sel hati dan usus (Marks, 2001).
2.2.4. Hati
Hati adalah kelenjar terbesar di dalam tubuh, yang terletak di
bagian
teratas dalam rongga abdomen di sebelah kanan di bawah
diafragma. Fungsi dasar
hati dapat dibagi menjadi 1) fungsi faskular untuk menyimpan dan
menyaring
darah 2) fungsi metabolisme yang berhubungan dengan sebagian
besar sistem
metabolisme tubuh dan 3) fungsi sekresi dan ekskresi yang
berperan membentuk
empedu yang mengalir melalui saluran pencernaan (Guyton, 1997).
Salah satu
dari berbagai fungsi hati adalah untuk mengeluarkan empedu.
Empedu melakukan
beberapa fungsi penting yang berperan dalam pencernaan dan
absorpsi lemak.
Lemak dapat dicerna bukan karena enzim tapi asam empedu yang
berperan dalam
proses emulsifikasi sehingga partikel-partikel lemak yang besar
menjadi kecil,
kemudian hasil emulsifikasi ini dapat dicerna dengan bantuan
enzim lipase yang
disekresikan dalam getah pankreas. Selanjutnya asam empedu
membantu
transport dan absorpsi produk akhir lemak yang dicerna menuju
dan melalui
membran mukosa intentinal. Adanya serat mengakibatkan asam
empedu diikat
dan tidak kembali lagi ke hati sehingga lemak dan kolesterol
akan dibuang
bersama feses. Kandungan kolestrol dalam darah berkisar 200-220
mg/dL,
meningkatnya kadar kolestrol dalam darah dapat menyempitkan
pembuluh darah
di jantung, sehingga terjadi gangguan jantung koroner.
Pengobatan yang sering
dilakukan adalah melebarkan pembuluh darah seperti, memasang
ring atau
melakukan operasi (Almatsier, 2001).
2.3. Metode CHOD-PAP
Prinsip: kolesterol dan ester-esternya dibebaskan dari
lipoorotein oleh
detergen. Kolesterol esterase menghidrolisa ester-ester tersebut
dan H2 O2
dibentuk dari kolesterol dalam proses oksidasi enzimatik oleh
kolesterol
oksidasi. H2 O2 bereaksi dengan 4-aminoantipyrine dan phenol
dengan
-
16
katalisator peroksidase membentuk quinonimine yang berwarna.
Absorbance
warna ini sebanding dengan kolesterol dalam sampel.
Penentuan konsentrasi kolesterol (Metode CHOD-PAP; Trinder,
1969).
Kedalam tabung reaksi dimasukkan 10 l sampel serum darah dan
1000 l
reagen. Semua bahan dicampur dengan baik lalu diinkubasi pada
suhu 37 0C
selama 10 menit. Serapan larutan dibaca pada panjang gelombang
500 nm
menggunakan Microlab 200. Sebagai blanko digunakan 1000 l
reagen.
Pengukuran suatu seri larutan standar kolesterol menggunakan 10
l larutan
kolesterol (berbagai konsentrasi) dan 1000 reagen.
Prosedur pengukuran kolesterol adalah sebagai berikut:
Metode : Kolorimetrik, titik akhir, reaksi meningkat,
CHOD-PAP
Panjang gelombang : 500 nm, 546 nm Hg
Suhu : 20-25 C 37 C
Sampel : Serum, heparinized atau EDTA-plasma
Linearitas : Sampai 800 mg / dl (Hitachi 911)
Sensitivitas : Batas bawah deteksi adalah 3 mg / dl
Standar ( harus dipesan secara terpisah)
Konsentrasi : 200 mg / dl
2.3.1. Komposisi reagen
Tabel 2.1. Komposisi Reagen kit Kolesterol
Komponen Konsentrasi Akhir
Buffer baik, pH 6,7 50 mmol/L
Phenol 5 mmol/L
4- aminoantippyrine 0,3 mmol/L
Cholesterol Esterase 200 U/L
Cholesterol Oxidase 50 U/L
Perokxidase 3 U/L
-
17
2.3.2. Prinsip pengujian
Kolesterol Ester + H2O CHE> kolesterol + asam lemak
Kolesterol + O2 CHE> Kolesterol -3-one + 4H2O
2H2O2 + Phenol + 4 aminoantippyrine POD> Quinonimine 4
H2O
*intensitas warrna pink / merah sebanding dengan konsentasi
kolesterol dalam
sampel kedalam kuvet dimasukkan
Tabel 2.2. Prinsip pengujian
Pipet ke tabung tes Blanko Std./Cal Sampel
Reagent 1000 l 1000 l 1000 l
Sampel, Std./Cal - 10 l 10 l
Air destilasi 10 l
Dicampur dengan baik kemudian diinkubasi selama 10 menit pada
370C
atau selama 20 menit pada 20-25 0C. Mengukur absorban dan
C.std./kal.
(Wagner, 2006)
2.4. Ciri-ciri Umum Mencit
Mencit adalah hewan pengerat (Rodensia) yang cepat berkembang
biak,
mudah dipelihara dalam jumlah banyak, sifat anatomis dan
fisiologisnya
terkarakterisasi dengan baik. Mencit (Mus musculus) hidup dalam
daerah yang
cukup luas. Penyebarannya mulai dari iklim dingin, sedang maupun
panas. Mencit
paling banyak digunakan di laboratorium untuk berbagai
penelitian (Mallole,M.,
1989).
Ukuran tubuh mencit demikian kecil, selain itu mencit
mempunyai
kecenderungan tidur dan istirahat di ujung kandang yang gelap.
Sifat anatomis
mencit antara lain : susunan gigi : seri 1/1, tidak ada taring,
tidak ada premolar,
gerahamnya 3/3. Terdapat 2 pasang mammae di bagian dada dan 2
pasang
mammae di daerah inguinal. Data biologis mencit (Mus musculus)
dapat dilihat
pada Tabel 2.3.
-
18
Tabel 2.3. Data biologis mencit (Mus musculus L.)
Kriteria Nilai
Berat badan dewasa
- jantan 20 40 g
- betina 25 45 g
Berat lahir 0,5 1,5 g
Temperatur tubuh 36,6 38 oC
Harapan hidup 1,5 3 tahun
Konsumsi makanan 15g/100g/hari
Konsumsi air minum 15ml/100g/hari
Mulai dikawinkan
- jantan 50 hari
- betina 50 60 hari
Siklus birahi 4 5 hari
Lama hamil 19 21 hari
Jumlah anak perkelahiran 10 12 ekor
Umur sapih 21 28 hari
Produksi anak 8/bulan
Penggunaan oksigen 1,63 2,17/g/jam
Detak jantung 325 780 / menit
Volume darah 76 80 ml/kg BB
Tekanan darah 113 147/81 106 mmHg
Butir darah merah 7,0 12,5 x 10m mm
3
Hematokrit 39 49 %
Hemaglobin 10,2 16,6 mg/dl
Glukosa dalam darah 62 175 mg/dl
Kolesterol serum 26,0 82,4 mg/100ml
Sumber : Pramono dan Malole (1989).
2.3.1. Klasifikasi Mencit (Mus musculus L.)
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Class : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Rusidae
Genus : Mus
Spesies : Mus musculus L.
-
19
2.4. Hipotesis
2.4.1. Hipotesis Penelitian
a. Hipotesis penelitian nihil (Ho) :
1. Tepung biji pepaya tidak dapat menurunkan kolesterol
darah
mencit.
b. Hipotesis alternatif (Ha) :
1. Tepung biji pepaya dapat menurunkan kolesterol darah
mencit.
2.4.2. Hipotesis Statistik
a) Hipotesis nihil (Ho)
X A0 = X A1
b) Hipotesis alternatif (Ha)
X A0 X A1