Top Banner

of 22

UNIMED Undergraduate 22548 5. BAB II

Feb 20, 2018

Download

Documents

Soni Prayogi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7/24/2019 UNIMED Undergraduate 22548 5. BAB II

    1/22

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Mekanika Kuantum

    Mekanika Kuantum atau mekanika gelombang memberi pengertian

    semua teori yang didasarkan fenomena alam. Materi terdiri atas molekul dan atom

    yang masing-masing tersususn dari partikel yaitu proton, neutron, dan elektron.

    Mekanika kuantum harus secara penuh dapat menguraikan sifat-sifat dasar

    partikel. Bagi para peneliti dibidang kimia, elektron merupakan partikel yang

    sangat penting karena sifat dari suatu molekul atau senyawa sangat tergantung

    pada perilaku elektron yang terlibat dalam pembentukan senyawa tersebut.

    Mekanika kunatum merupakan sejumlah persamaan yang mengindikasikan

    kemungkinan kedudukan dan energi partikel dalam atom dan molekul. Persamaan

    ini kompleks dan sulit penyelesaiannya, kecuali untuk molekul yang paling

    sederhana. Penyusunan persamaan mudah dikerjakan pada kasus molekul yang

    lebih besar dengan menyederhanakan penalaran. Elektron dalam molekul dapat

    diperkirakan dihubungkan dengan cakupan orbital keseluruhan molekul yang

    diketahui sebagai teori orbital molekul.

    Teori orbital molekul dapat digunakan menghitung kemungkinan letak

    elektron dan energi. Energi ini dikaitkan dengan fungsi gelombang dari orbital

    molekul dengan persamaan schrdinger. Penggunaan komputer dapat digunakan

    secara baik untuk memperkirakan sifat molekul yang besar seperti senyawa

    kompleks. Perhitungan orbital molekul pada molekul obat dapat memberikan

    indikasi numeric yang menggambarkan struktur elektron. Perubahan tertentu dari

    indikasi numeric ini dapat menggambarkan perubahan struktur yang memberikan

    variasi aktivitas senyawa kompleks (Faijal, 2010).

    Kimia kuantum didasarkan pada postulat mekanika kuantum, dimana

    mekanika kuantum diperlukan untuk mempelajari partikel-partikel makroskopis

    seperti elektron, inti atom, dan molekul, dimana mekanika klasik tidak mampu

    menjelaskan kelakuan-kelakuan partikel tersebut (menguraikan sifat-sifat dasar

    partikel yang penting karena elektron terlibat dalam perubahan kimia).

  • 7/24/2019 UNIMED Undergraduate 22548 5. BAB II

    2/22

    Mekanika kuantum dalam prakteknya terbagi menjadi dua metode, yaitu

    ab initio dan semiempirik, Perhitungan mekanika kuantum semiempirik biasa

    dipilih untuk kajian dengan jumlah senyawa banyak. Beberapa metode ini antara

    lain adalah metode extended huckul, CNDO, INDO, MINDO3 (modified

    intermediate neglect differential 3), MNDO, dan PM3. Postulat mekanika

    kuantum menjadi dasar penghitungan dalam kimia kuantum, kimia kuantum

    dalam sistem digambarkan sebagai fungsi gelombang yang dapat diperoleh

    dengan menyelesaikan persamaan Schrdinger. Persamaan ini terkait dengan

    sistem dalam keadaan stasioner dan energi sistem dinyatakan dalam operator

    Hamiltonian. Operator Hamiltonian dapat dilihat sebagai aturan untuk

    mendapatkan energi terasosiasi dengan fungsi gelombang yang menggambarkan

    posisi dari inti atom dan elektron dalam sistem (Sudanti, 2006).

    Persamaan Schrdinger

    Persamaan Schrdinger dirumuskan pada tahun 1962 oleh Fisikawan

    Austria Erwin Schrdinger. Digunakan dalam fisika (khususnya mekanika

    kuantum), itu adalah persamaan yang menggambarkan bagaimana keadaan

    kuantum sebuah perubahan sistem dalam waktu, dalam mekanika klasik,

    persamaan gerak newton adalah hukum 2 dan formulasi setara persamaan Euler

    Lagrange dan persamaan Hamilton. Dalam semua formulasi ini, mereka

    digunakan untuk memecahkan gerakan dari sebuah sistem mekanis, dan

    matematis.

    Dalam mekanika kuantum, analog dari hukum Newton adalah persamaan

    Schrdinger untuk sistem kuantum, biasanya atom, molekul, dan partikel

    subatomic, bebas terkait dan lokal. Persamaan ini merupakan deferensial melalui

    fungsi gelombang dari sistem.

    Dalam interpertasi standar mekanika kuantum, fungsi gelombang adalah

    gambaran paling lengkap yang dapat diberikan pada sistem fisik. Solusi untuk

    persamaan Schrdinger menjelaskan tidak hanya molekul, sistem atom, dan

    subatomik, tetapi juga sistem makroskopik, bahkan mungkin seluruh alam. Seperti

    halnya hukum 2 Newton, persamaan Schrdinger dapat diubah menjadi formulasi

  • 7/24/2019 UNIMED Undergraduate 22548 5. BAB II

    3/22

    matematis lainnya seperti mekanika Werner Heseinberg, dan perumusan Richard

    Feynman.

    Schrdinger menyatakan bahwa perilaku elektron, termasuk tingkat-

    tingkat energi elektron yang diskrit dalam atom, mengikuti suatu persamaan

    diferensial untuk gelombang, yang kemudian dikenal sebagai persamaan

    schrdinger. Persamaan ini biasanya dibahas secara mendalam jika membicarakan

    masalah material, lebih-lebih pada buku ajar tingkat sarjana. Daniel D Pollock

    membahas hal ini lebih mendalam dalam bukunya, namun ada satu langkah yang

    dihilangkan dalam mengintroduksi operator momentum maupun energi.

    Jika gelombang dapat mewakili elektron maka energi gelombang dan

    energi partikel elektron yang di wakilinya haruslah sama. Sebagai partikel, satu

    elektron mempunyai energi total yang terdiri dari energi potensial (V) dan energi

    kinetik (T) (Sudaryanto, 2010).

    H = T + V

    Dimana : H = Energi Total

    T = Energi Kinetik

    V = Energi Potensial

    Pada peneyelesaian problema partikel yang bergerak dalam kotak 1-

    dimensi dibuat contoh fungsi gelombang yang paling sederhana, yaitu :

    Fungsi gelombang : = A sin x

    Konsekuensi dari pernyataan pada dinding partikel tidak bergerak dapat

    dinyatakan sebagai :

    x = 0 maka harga = 0 atau (0) = 0

    x = a maka harga = 0 atau (x) = 0

    kedua pernyataan matematis diatas disebut sebagai syarat.

    Persamaan Schrdinger merupakan operator energi total (operator hamilton) yang

    merupakan penjumlahan antara energi kinetik dan energi potensial. Hasil dari

    penyelesaian persamaan Schrdinger dapat dituliskan sebagi berikut :

  • 7/24/2019 UNIMED Undergraduate 22548 5. BAB II

    4/22

    =

    = + =

    2 +

    = 12 +

    = 2

    +

    Untuk sistem di dalam box V = 0, sehingga

    = 22 22 =

    22

    22 (A sin x ) = E ( A sinx )

    22

    (A cosx ) = E ( A sinx )

    22 2(A sinx ) = E ( A sinx )Hasil yang diperoleh dari penyelesaian persamaan Schrdinger merupakan harga

    eigen value yang merupakan harga energi dapat ditulis sebagi berikut :

    = 222

    = 228

    2

    Untuk menentukan harga digunakan syarat batas (0) = 0 dan (a) = 0 (0) = 0 dengan x = 0 maka = A sin = 0

    = A sin = 0 A 0

    (0) = 0 dengan x = a maka = A sin = 0 = A sin = 0

  • 7/24/2019 UNIMED Undergraduate 22548 5. BAB II

    5/22

    Harus ditentukan keadaan dimana A sin = 0, maka harga = A sin = 0A sin n= 0 dimana n = 1, 2, 3, ...Sehingga fungsi gelombang diperoleh: = sin nxa E = h22

    82 = 2

    82

    2

    =

    222822 = 22

    82Jadi harga eigen value yang merupakan harga energi untuk box-1dimensi

    dapat ditulis :

    = 2282

    (Nugraha, 2010)

    2.2.

    Simulasi Komputer

    Komputer yang semula dirancang untuk menghitung dan menulis, dalam

    perkembangan berikutnya ternyata dapat menembus berbagai aspek kehidupan

    manusia, serta dapat digunakan dalam berbagai keperluan. Hampir semua

    informasi dapat ditangani dan di proses dengan berbagai cara oleh komputer. Hal

    ini karena komputer mampu mengkode berbagai macam bentuk data kedalamdata bentuk digital biner (1 dan 0 atau on dan off). Banyak penggunaan komputer

    saat ini jauh dari kegiatan hitung-menghitung sebagaimana komputer pertama kali

    dibuat (Akhadi, 2001). Hal ini didasarkan oleh banyaknya program program atau

    software yang kini tidak hanya digunakan untuk perhitungan dan penulisan saja,

    tetapi dapat digunakan dalam melakukan penelitian seperti HyperChem,

    HyperNMR, NEWEHT, SPSS, Gaussian, dan Gammess serta NWChem.

  • 7/24/2019 UNIMED Undergraduate 22548 5. BAB II

    6/22

    Problem-problem kimia kuantum yang berkaitan dengan molekul

    umumnya diselesaikan dengan pendekatan matematis yang rumit karena

    menyangkut penyelesaian diferensial dan integral dari persamaan fungsi

    gelombang. Pada sistem monoatom dan dwiatom, problema ini dengan hati-hati

    dapat dihitung secara manual, namun pada sistem molekul yang lebih kompleks

    perhitungan manual menjadi lebih sulit, disamping probabilitas kesalahan

    perhitungan yang lebih tinggi, juga membutuhkan waktu yang lama sehingga

    problem ini menjadi tidak menarik untuk dipecahkan. Maka dengan adanaya

    berbagai program aplikasi kimia ini maka problem-problem itu dapat lebih mudah

    diatasi. Hal ini dapat juga menunjang munculnya penelitian kimia komputasi.

    Dan sampai saat ini, penggunaan program-program aplikasi kimia

    komputer sebagai instrument dalam penelitian kimia makin hari makin signifikan

    keberadaannya, mengingat ada beberapa keunggulan yang dapat diperoleh melalui

    pengunaan komputer dengan program ini seperti yang disebutkan diatas. Satu hal

    yang sangat penting untuk dipahami adalah hasil-hasil yang diperoleh dari

    perhitungan dengan program simulasi komputer hanya berupa nilai prediksi, yang

    dalam keadaan tertentu dapat menjadi terdeviasi jauh dari keadaan real dan fakta

    laboratorium. Namun dengan pesatnya perkembangan program ini telah

    memberikan berbagai pendekatan perhitungan terhadap sistem molekuler yang

    juga semakin berkembang sehingga perhitungannnya telah dibuat terstruktur serta

    dengan algoritme tertentu yang memungkinkan pembuatan softwarenya, maka

    nilai prediksi yang diberikan dari hasil perhitungan menjadi lebih dekat ke fakta

    eksprimen.

    Simulasi komputer dalam suatu penelitian berguna untuk mengetahui

    sifat-sifat elektronis dan optimasi geometris suatu molekul. Hal ini dilakukan

    hanya untuk mempermudah penelitian kimia, karena dalam menentukan sifat-sifat

    tersebut suatu molekul tidak lagi harus diamati melalui eksprimen di laboratorium

    (Arif dan Susilawati, 1998).

  • 7/24/2019 UNIMED Undergraduate 22548 5. BAB II

    7/22

    NWChem

    NWChem adalah ab initio komputasi paket perangkat lunak yang juga

    mencakup kimia kuantum dan molekul fungsi dinamika. Hal ini dirancang untuk

    berjalan pada kinerja tinggi superkomputer paralel serta cluster workstation

    konvensional. Ini bertujuan untuk menjdi scalable baik dalam kemampuannya

    untuk mengatasi masalah besar secara efisien, dan dalam penggunaannya yang

    tersedia sumber daya komputasi paralel. NWChem telah dikembangkan oleh

    kelompok Perangkat Lunak Ilmu Pengetahuan Molekul dari program Teori,

    Pemodelan & Simulasi Molekuler Ilmu Lingkungan Laboratorium (EMSL) di

    Pacific Northwest Natoinal Laboratory (PNNL). Kemampuan dalam melakukan

    perhitungan energi elektronik molekul dan analisa menggunakan Hatree-fock

    selfconsisten field (SCF) theory, Gaussian density function theory (DFT), dan

    second-order perturbation theory. Pada semua metoda, optimasi geometri

    digunakan untuk mementukan energi minimum dan keadaan transisi. Kemampuan

    molekul dinamis klasik untuk melakukan simulasi makromolekul dan larutan

    termasuk didalamnya menentukan energi bebas menggunakan medan gaya yang

    bervariasi (Najib, 2010).

    Dalam perhitungan energi unsur, senyawa ligan dan senyawa kompleks

    dilakukan uji coba terhadap berbagai model perhitungan untuk menentukan model

    perhitungan yang paling optimal digunakan. Model perhitungan NWChem 6.2,

    adalah :

    1. Basis set standard untuk seluruh elektron dalam unsur dan senyawa yang

    diamati, diantaranya :

    a.

    Basis Set cc-pVDZ (number of atoms24)

    H He Li Be B C N O F Ne Na Mg Al Si Cl Ar Ga Ge As Se Br Kr

    b. Basis Set "WTBS" (number of atoms 84)

    He Li Be B C N O F Ne Na Mg Al Si P S Cl Ar K Ca Sc Ti V Cr Mn

    Fe Co Ni Cu Zn Ga Ge As Se Br Kr Rb Sr Y Zr Nb Mo Tc Ru Rh Pd

    Ag Cd In Sn Sb Te I Xe Cs Ba La Ce Pr Pm Sm Eu Gd Tb Dy Ho Er

    Tm Yb Lu Hf Ta W Re Os Ir Pt Au Hg Tl Pb Bi Po At Rn

  • 7/24/2019 UNIMED Undergraduate 22548 5. BAB II

    8/22

    2. Resolution of Identity (RI) fitting basis sets:

    Basis Set "Ahl r i chs Coul omb Fi t t i ng" (number of atoms

    70)

    H He Li Be B C N O F Ne Na Mg Al Si P S Cl Ar K Ca Sc Ti V Cr

    Mn Fe Co Ni Cu Zn Ga Ge As Se Br Kr Rb Sr Y Zr Nb Mo Tc Ru Rh

    Pd Ag Cd In Sn Sb Te I Xe Cs Ba Hf Ta W Re Os Ir Pt Au Hg Tl Pb

    Bi Po At

    3. Effective core potentials and their respective basis sets:

    a. Basis Set "Hay- Wadt MB ( n+1) ECP" (number of atoms 32)

    K Ca Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Rb Sr Y Zr Nb Mo Tc Ru Rh Pd Ag

    Cs Ba La Ta W Re Os Ir Pt Au

    c. ECP "Hay- Wadt MB ( n+1) ECP" (number of atoms 32)

    K Ca Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Rb Sr Y Zr Nb Mo Tc Ru Rh Pd Ag

    Cs Ba La Ta W Re Os Ir Pt Au

    d. Basis Set "Hay- Wadt VDZ ( n+1) ECP" (number of atoms 32)

    K Ca Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Rb Sr Y Zr Nb Mo Tc Ru Rh Pd Ag

    Cs Ba La Ta W Re Os Ir Pt Au

    e. Basis Set "LANL2DZ ECP" (number of atoms 67)

    H Li Be B C N O F Ne Na Mg Al Si P S Cl Ar K Ca Sc Ti V Cr Mn Fe

    Co Ni Cu Zn Ga Ge As Se Br Kr Rb Sr Y Zr Nb Mo Tc Ru Rh Pd Ag

    Cd In Sn Sb Te I Xe Cs Ba La Hf Ta W Re Os Ir Pt Au U Np Pu

    f. ECP "LANL2DZ ECP" (number of atoms 58)

    Na Mg Al Si P S Cl Ar K Ca Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Zn Ga Ge

    As Se Br Kr Rb Sr Y Zr Nb Mo Tc Ru Rh Pd Ag Cd In Sn Sb Te I Xe

    Cs Ba La Hf Ta W Re Os Ir Pt Au U Np Pu

    g. Basis Set "LANL2DZdp ECP" (number of atoms 19)

    H C N O F Si P S Cl Ge As Se Br Sn Sb Te I Pb Bi

    h. Basis Set "SBKJ C VDZ ECP" (number of atoms 73)

    H He Li Be B C N O F Ne Na Mg Al Si P S Cl Ar K Ca Sc Ti V Cr

    Mn Fe Co Ni Cu Zn Ga Ge As Se Br Kr Rb Sr Y Zr Nb Mo Tc Ru Rh

  • 7/24/2019 UNIMED Undergraduate 22548 5. BAB II

    9/22

    Pd Ag Cd In Sn Sb Te I Xe Cs Ba La Ce Hf Ta W Re Os Ir Pt Au Hg

    Tl Pb Bi Po At Rn

    i.

    ECP "SBKJ C VDZ ECP" (number of atoms 71)

    Li Be B C N O F Ne Na Mg Al Si P S Cl Ar K Ca Sc Ti V Cr Mn Fe

    Co Ni Cu Zn Ga Ge As Se Br Kr Rb Sr Y Zr Nb Mo Tc Ru Rh Pd Ag

    Cd In Sn Sb Te I Xe Cs Ba La Ce Hf Ta W Re Os Ir Pt Au Hg Tl Pb

    Bi Po At Rn

    j. Basis Set "CRENBL ECP" (number of atoms 116)

    H Li Be B C N O F Ne Na Mg Al Si P S Cl Ar K Ca Sc Ti V Cr Mn Fe

    Co Ni Cu Zn Ga Ge As Se Br Kr Rb Sr Y Zr Nb Mo Tc Ru Rh Pd Ag

    Cd In Sn Sb Te I Xe Cs Ba La Ce Pr Nd Pm Sm Eu Gd Tb Dy Ho Er

    Tm Yb Lu Hf Ta W Re Os Ir Pt Au Hg Pb Bi Po At Rn Fr Ra Ac Th

    Pa U Np Pu Am Cm Bk Cf Es Fm Md No Lr Rf Db Sg Bh Hs Mt Un

    Uu Ub Ut Uq Up Uh Us Uo

    k. ECP "CRENBL ECP" (number of atoms 115)

    Li Be B C N O F Ne Na Mg Al Si P S Cl Ar K Ca Sc Ti V Cr Mn Fe

    Co Ni Cu Zn Ga Ge As Se Br Kr Rb Sr Y Zr Nb Mo Tc Ru Rh Pd Ag

    Cd In Sn Sb Te I Xe Cs Ba La Ce Pr Nd Pm Sm Eu Gd Tb Dy Ho Er

    Tm Yb Lu Hf Ta W Re Os Ir Pt Au Hg Pb Bi Po At Rn Fr Ra Ac Th

    Pa U Np Pu Am Cm Bk Cf Es Fm Md No Lr Rf Db Sg Bh Hs Mt Un

    Uu Ub Ut Uq Up Uh Us Uo

    l. Basis Set "CRENBS ECP" (number of atoms 50)

    Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Zn Y Zr Nb Mo Tc Ru Rh Pd Ag Cd La

    Hf Ta W Re Os Ir Pt Au Hg Pb Bi Po At Rn Rf Db Sg Bh Hs Mt Un

    Uu Ub Ut Uq Up Uh Us Uo

    m. ECP "CRENBS ECP" (number of atoms 50)

    Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Zn Y Zr Nb Mo Tc Ru Rh Pd Ag Cd La

    Hf Ta W Re Os Ir Pt Au Hg Pb Bi Po At Rn Rf Db Sg Bh Hs Mt Un

    Uu Ub Ut Uq Up Uh Us Uo

    n. ECP "St ut t gar t RSC 1997 ECP" (number of atoms 64)

  • 7/24/2019 UNIMED Undergraduate 22548 5. BAB II

    10/22

    K Ca Sc Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Zn Rb Sr Y Zr Nb Mo Tc Ru Rh Pd

    Ag Cd Cs Ba Ce Pr Nd Pm Sm Eu Gd Tb Dy Ho Er Tm Yb Hf Ta W

    Re Os Ir Pt Au Hg Ac Th Pa U Np Pu Am Cm Bk Cf Es Fm Md No

    Lr Db

    Density Function Theory (DFT) merupakan teori fungsional kerapatan

    adalah metode pemodelan mekanika kuantum yang digunakan dalam fisika dan

    kimia untuk menyelidiki struktur elektronik (terutama group state) khususnya

    dalam atom, molekul, dan fase terkondensasi. Dengan teori ini, sifat-sifat dari

    sistem elektron dapat ditentukan dengan menggunakan fungsional, yang dalam halini adalah kerapatan elektron. Density Function Theory (DFT) adalah salah satu

    metode yang paling populer dan serbaguna seperti pada fisika material, fisika

    komputasi, dan kimia komputasi.

    Density Function Theory (DFT) telah populer untuk perhitungan dalam

    fisika solid-state sejak 1970-an. Namun, Density Function Theory (DFT) tidak

    dianggap cukup akurat untuk perhitungan dalam kimia kuantum sampai tahun

    1990-an, ketika pendekatan digunakan dalam teori ini sanagat disempurnkan

    untuk model yang lebih baik interaksi pertukaran dan korelasi. Dalam banyak

    kasus, hasil perhitungan Density Function Theory (DFT) untuk solid-state sistem

    cukup memuaskan dengan data eksprimen (Park, 1989).

    Pada saat ini penelitian tentang senyawa kompleks telah banyak

    dilakukan diantaranya sintesis, karakterisasi senyawa kompleks. Berbagai

    spektroskopi senyawa kompleks Co(Bpy)2+dan Co(Phen)2+ (Sukro, 2003). Selain

    itu, Bruckner (2004) telah meneliti kompleks dari perak (II) dan (III) Prophyrin,

    Corroles dan Carbaporphyrin serta Nuraini (2011) telah meneliti kompleks perak

    dengan berbagai ligan. Kajian teori tentang senyawa kompleks menggunakan

    simulasi komputer dilakukan oleh Male (2010). Nugraha (2005) tentang

    pemodelan atom dengan menggunakan semi Empiris AM 1 pada Struktur dan

    Aktivitas Feniletilamin Tersubsitusi. Nugraha dkk (2005) tentang kajian

    Mekanisme Reaksi Adisi Metileugenol dengan Asam Format Menghasilkan 1-

    (3,4-dimetoksi fenil-2- profil format) dalam upaya Pemanfaatan Minyak Cengkeh

  • 7/24/2019 UNIMED Undergraduate 22548 5. BAB II

    11/22

    menjadi Bahan baku Obat Hipertensi. Nugraha (2011) tentang kajian teoritis

    Senyawa kompleks Perak dan Platina dengan Beberapa ligan menggunakan

    program NWChem.

    2.3. Senyawa Kompleks

    Penemuan yang mendasar dalam kimia anorganik diperoleh dari

    penelitian SM Jorgensen (1937-1914) seorang ahli kimia dari Denmark dan

    Alferd Werner (1866-1919) seorang ahli kimia Swiss. Ketika mereka memulai

    penelitiannya, sifat senyawa koordinasi masih merupakan teka teki dimana

    gagasan yang mutahir mengenai valensi danstruktur tidak dapat diterima. Untuk

    menjawab berbagai permasalahan tentang senyawa kompleks Warner

    mengembangkan suatu konsep mengenai ligan di sekeliling ion logam pusat,

    suatu konsep kompleks koordinasi dan mededuksi struktur geometrinya. Secara

    lebih rinci teori tentang senyawa kompleks yang sekarang dikenala dengan teori

    koordinasi memilki tiga postulat sebagai berikut :

    a. Kebanyakan unsur memilki dua jenis valensi, yaitu :

    Valensi primer (.....) yang sekarang disebut elektronvalensi atau

    bilangan oksidasi

    Valensi skunder () yang sekarang disebut kovalensi atau

    bilangan koordinasi

    b.

    Tiap-tiap unsur berkehendak untuk menjenuhkan, baik valensi primernya

    maupun valensi skundernya.

    c. Valensi skunder diarahkan pada kedudukan tertentu didalam ruang

    (Cotton, 1989).

    Seperti telah dikemukakan bahwa bilangan koordinasi akan menentukan

    senyawa kompleks. Bilangan koordinasi dua bentuk geometrinya linier,

    contohnya adalah ion +1 dari Cu, Ag dan Au. Bilangan koordinasi tiga,

    geometrinya adalah planar dan piramidal, contohnya ion HgI3- planar; SnCl3

    -

    piramidal, AlCl3 dan PtCl2PR3. Bilangan koordinasi empat memberikan dua

    geometri yaitu tetrahedral dan bujursangkar, contohnya Pt2+, Cu2+, ReO4-.

  • 7/24/2019 UNIMED Undergraduate 22548 5. BAB II

    12/22

    Bilangan koordinasi lima, geometrinya bipiramidal trigonal dan pyramidal

    bujursangkar. Bilangan koordinasi enam, sangat penting karena hampir semua

    kation membentuk kompleks koordinasi 6, bentuk molekulnya octahedron

    (Thiofahmut, 2011).

    Bilangan koordinasi sangat penting berkaitan dengan bangun ruang

    senywa kompleks yang bersangkutan, maksudnya bangun yang dibentuk oleh

    ikatan antara atom-atom donor dengan ion pusat. Oleh karena itu, bilangan

    koordinasi menunjukkan pada banyaknya pasangan elektron disekeliling atom

    pusat. Maka tentu berlaku hukum tolakan minimum antara pasangan-pasangan

    elektron ini (sebagaimana teori Valance Shell Pair Repulsion (VSPER). Jadi

    untuk bilangan koordinasi tolakan minimum dicapai jika keduanya membentuk

    sudut 180 dengan atom pusat sehingga senyawa kompleks berbentuk garis lurus.

    Dalam senyawa kompleks terdapat atom yang berperan sebagai atom

    (atau ion) pusat dan gugus pengeliling yang dapat berupa molekul netral atau ion

    bermuatan. Gugus pengeliling ini disebut ligan, dan ternyata jumlahnya tertentu

    untuk setiap jenis enyawa kompleks. Jika total muatan ion pusat dan ligannya

    tidak netral (tidak nol) maka spesies ini merupakan ion kompleks, dan sisa ion

    lain yang berlawanan muatan ditulis secara terpisah, tentu saja numerik muatan

    ion kompleks harus sama dengan numerik muatan ion sisanya yang ditulis secara

    terpisah tersebut untuk memenuhi hukum kenetralan listrik.

    Kebanyakan ligan merupakan anion atau molekul yang merupakan donor

    elektron yang dapat menyumbang satu pasang elektron disebut monodentat

    seperti Cl-, Br-, F-,NH3, dan H2O. ligan yang dapat memberikan dua pasang

    elektron disebut bidentat seperti etilendiamin, difos, glim, karboksilat,

    dithiokarbamat, dan lainnya. Ligan polidentat adalah tri, kuadri, penta, dan

    heksadentat, contohnya dietilen triamin, terpiridil, EDTA dan lainnya. Setiap ligan

    (tepatnya atom donor dalam ligan) memiliki paling tidak sepasang elektron

    nonikatan atau tepatnya sepasang elektron menyendiri yang tentu saja terdapat

    dalam kulit terluar. Pasangan elektron ini dapat disumbangkan kepada atom lain

    (atom pusat) tetapi kemudian dimiliki secara bersama-sama dan dengan demikian

  • 7/24/2019 UNIMED Undergraduate 22548 5. BAB II

    13/22

    sifat ikatannnya merupakan ikatan kovalen koordinat atau ikatan koordinasi

    (Sugiyarto, 2003).

    2.3.1. Tingkat Energi

    Berbagai orbit yang diijinkan berkaitan dengan energi electron yang

    berbeda-beda. Energi elektron n E dinyatakan dalam jari-jari orbit n r diberikan

    pada persamaan berikut ini :

    =4

    8

    02

    2 1

    2 = 1

    2 dengan n = 1, 2, 3, .

    Energi yang ditentukan oleh persamaan diatas disebut tingkat energi.

    Tingkat energi semuanya bernilai negatif, hal ini menyatakan bahwa elektron

    tidak memiliki energi yang cukup untuk melarikan diri dari inti. Tingkat energi

    yang terendah E1disebut keadaan dasar (status dasar) dari atom itu dan tingkat

    energi yang lebih tinggi , , ,... E2E3 E4di sebut keadaan eksitasi (status eksitasi).

    Ketika bilangan kuantum n bertambah, energi n E yang bersesuaian mendekati

    nol; dalam limit n = , E= 0 dan elektronnya tidak lagi terikat pada inti untukmembentuk atom. Energi positif untuk kombinasi inti elektron berarti behwa

    elektronnya tidak terikat pada inti dan tidak ada syarat kuantum yang harus

    dipenuhinya kombinasi yang seperti itu tidak membentuk atom (Beiser, 1987).

    2.3.2. Konfigurasi Elektronik

    Profesor Henry Taube (Universitas Stanford) adalah orang pertama yang

    menghubungkan secara eksperimental antara sifat labil-inert suatu ion atau

    molekul dengan distribusi elektron dalam senyawa kompleks sebagaimana

    dilukiskan oleh teori ikatan valensi. Ion-ion logam transisi dengan bilangan

    koordinasi enam dalam senyawa kompleks yang bersangkutan, sebagaimana

    dilukiskan oleh teori ikatan valensi, terbagi dalam dua kategori (1) inner d

    orbitals (orbital-orbital d dalam) dan (2) outer d orbitals (orbital-orbital d

    luar). Pasangan-pasangan elektron ligan diakomodasi dalam orbital hibrida (n-

    1) d2nsnp

    3untuk tipe pertama dan dalam orbital nsnp

    3nd

    2untuk tipe ke dua.

  • 7/24/2019 UNIMED Undergraduate 22548 5. BAB II

    14/22

    Pada tipe pertama, pemisahan antara spesies inert dengan labil sangat

    tajam. Spesies dengan orbital dkosong bersifat labil, dan spesies dengan semua

    orbital disi bersifat inert. Ion logam yang mempunyai konfigurasi elektronik d4-

    d6, dengan ligan medan kuat membentuk senyawa kompleks inner-orbital yang

    bersifat inert, tetapi dengan ligan medan lemah membentuk senyawa kompleks

    outer-orbital yang bersifat labil.

    Senyawa kompleks outer-orbital tidak selalu bersifat labil, melainkan

    menjadi lebih bersifat inert dengan kenaikan muatan formal ion pusat dan tingkat

    kovalensi ikatan. Contoh untuk tipe ini bagi elektron p ditunjukkan oleh seri

    senyawa koordinasi [AlF6]3-, [SiF6]

    2-, [PF6]- dan SF6, yang secara berurutan

    berubah sifat dari labil ke inertdengan kenaikan tingkat oksidasi dari III ke VI.

    Sesungguhnya, dasar klasifikasi labil-inert suatu spesies adalah laju

    reaksi dan ini berkaitan dengan energi yang diperlukan untuk pembentukan unit

    kompleks reaktan dengan pemecahan ikatan-ikatan dan pembentukan kembali

    dalam spesies baru. Energi ini disebut energi aktivasi dan unit komlpleks reaktan

    disebut keadaan transisi. Reaksi lambat diartikan mempunyai energi aktivasi

    tinggi, dan reaksi cepat mempunyai energi aktivasi rendah. Energi aktivasi dalam

    klasifikasi labil-inert dapat dilihat pada Gambar 2.1. berikut ini :

    Gambar 2.1. Energi aktivasi dalam klasifikasi labil-inert

    (Sugiyarto, 2003)

    2.3.3. Perubaham Entalpi Pembentukan (Hf)

    Perubahan Entalpi pembentukan standar suatu senyawa adalahperubahan entalpi untuk pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsur dalam

    keadaan standarnya. Perubahan entalpi pembentukan standar sering disebut panas

    Energi keadaan transisi

    Energi aktivasi

    reaksi majuEnergi aktivasi

    reaksi balikEnergi reaktan dalam

    keadaan terpisah

    Energi produk

    E

  • 7/24/2019 UNIMED Undergraduate 22548 5. BAB II

    15/22

    pembentukan standar atau panas pembentukan saja. Dengan menggunakan

    defenisi maka perubahan entalpi pembentukan standar setiap unsur /molekul yang terdapat di alam dalam keadaan standar sama dengan nol (0). Pada298 K keadaan referensi nitrogen, oksigen dan klor masing-masing berbentuk

    molekul gas N2, O2dan Cl2. Karbon (C) padat berbentuk grafit, logam K, Ca, Al

    dan Ag berbentuk padat dan lainnya. Semua unsur tersebut dalam keadaan standar

    nilai = 0.Nilai-nilai tersebut dapat digunakan untuk menghitung H reaksi

    dari berbagai reaksi, misalkan entalpi reaksi penguraian, pembakaran, penetralan,pelarutan, penguapan dan sebagainya. Nilai dapat digunakan untukmenghitung perubahan entalpi reaksi standar (). Harga ditentukandengan menggunakan persamaan :

    0 =0 0 (Nugraha, 2010).

    Panas reaksi dapat dinyatakan sebagai perubahan energi produk danreaktan pada volume konstan (E) atau pada tekanan konstan (H). Sebagai

    contoh adalah rekasi pada volume konstan dan tekanan konstan :

    Reaktan (T)Produk (T)

    E = E (produk) E(reaktan)

    dan rekasi pada temperatur konstan dan tekanan konstan :

    H = H (produk) H(reaktan)

    Satuan Internasional (SI) untuk E atau H adalah Joule, yaitu satuan

    energi, tetapi satuan umum yang lain adalah kalori. Umumnya dinyatakan sebagai

    Joule mol-1(J mol-1) atau kJ mol-1pada temperatur konstan tertentu, biasanya 298

    K. Jika (E) atau (H) positif, reaksi dikatakan endotermis dan jika (E)

    atau (H) negatif, reaksi disebut eksotermis (Dogra, 1990).

    Hukum pertama Termodinamika mengarah tentang pengenalan Energi

    Dalam (U) yang merupakan fungsi keadaan yang memungkinkan kita mengkaji

    apakah suatu perubahan diperbolehkan : perubahan yang hanya bisa terjadi pada

  • 7/24/2019 UNIMED Undergraduate 22548 5. BAB II

    16/22

    energi dalam sistem terisolasinya tetap sama. Hukum yang memberi petunjuk

    tentang arah kespontanan reaksi kimia adalahHukum ke dua termodinamikayang

    dinyatakan dalam fungsi keadaan lain yaitu entropi (S). Hukum Termodinamika II

    :Entropi suatu sistem yang terisolasi bertambah selama ada perubahan spontan.

    Stot > 0. Dengan Stot menyatakan perubahan entropi total semua bagi sistem

    terisolasi.

    Pada suatu sistem benda dalam kesetimbangan termal dengan

    lingkungannya pada temperatur T. Ketaksamaan Clausius dibaca :

    dS dq / T > 0

    ketaksamaan ini dapat dikembangkan dengan dua cara :

    -

    Kalor berpindah pada volume tetap, sehingga dqv= dU dan dS dU / T > 0

    Ketaksamaan dapat tersusun ulang menjadi :

    T. dS > dU (V tetap dan tidak ada kerja selain pemuaian)

    -

    Jika kalor dipindahkan pada tekanan tetap dan tidak ada kerja selain

    pemuaian dapat dituliskan dqp= dH dan diperoleh dSH,P> 0 ; dHS,P< 0.

    Entropi sistem harus bertambah jika entalpinya tetap (karena tidak ada

    perubahan entropi lingkungan). Sebagai alternatif, entalpi harus berkurang jika

    entropi sisitem tetap sehingga entropi lingkungan harus mengalami kenaikan.

    Berdasarkan ketaksamaan-ketaksamaan diperolehlah bentuk dU-TdS < 0

    dan dH TdS < 0, ketaksamaan diatas dapat dinyatakan secara lebih sederhana

    dengan memperkenalkan dua fungsi termodinamika, yaitu fungsi Helmholtz (A)

    dan fungsi Gibbs (G) sebagai berikut :

    Fungsi Helmholtz : A = U T S ( V tetap )

    Fungsi Gibbs : G = H T S ( P tetap )

    Jika keadaan sistem berubah pada temperatur tetap, dA = dU T.dS dan

    dG = dH T.dS. Berdasarkan kedua hubungan diatas dapat dungkapkan kriteria

    perubahan spontan sebagai dAT,V < 0 dan dGT,P < 0. Fungsi Helmholtz dan Gibbs

    ( fungsi energi bebas) akan menentukan keberadaan reaksi kimia, yaitu :

    G < 0 spontan A < 0 spontan

    G = 0 kesetimbangan A = 0 kesetimbangan

    G > 0 tidsk spontan A > 0 tidak spontan (Nugraha, 2010)

  • 7/24/2019 UNIMED Undergraduate 22548 5. BAB II

    17/22

    2.4. Logam Platina

    Logam Platina (Pt) merupakan unsur yang memilki nomor atom 78, yang

    terdapat pada golongan 10, priode 6, dan blok d, logam Platina ini memiliki

    kepadatan nomor tiga setelah Iridium dan Osmium. Kira-kira 12% lebih padat

    dibanding emas untuk per 1 g/cm3, bentuk fisik logam platina dapat dilihat pada

    Gambar 2.2. (Vogel, 1990).

    Adapun sifat fisik logam Platina sebagai berikut :

    Massa atom : 195,084 (9) g/mol

    Konfigursi elektron : [Xe] 4f145d96s1

    Jumlah elektron tiap kulit : 2, 8, 18, 32, 17, 1

    Elektronegativitas : 2,28 (skala Pauling)

    Energi ionisasi pertama : 870 kJ/mol

    Energi ionisasi ke dua : 1791 kJ/mol

    Jari-jari atom : 135 pm

    Jari-jari atom (terhitung) : 177 pm

    Jari-jari kovalen : 128 pm

    Jari-jari Van der Waals : 175 pm

    Titik lebur : 2041,4 K (1768,3 0C, 3214,9 0F)

    Titik didih : 4098 K (3825 0C, 6917 0F)

    Kalor peleburan : 22,17 kJ/mol

    Kalor penguapan : 469 kJ/mol

    Kapasitas kalor : (25 0C) 25,86 J/(molK) (Anonnim, 2012)

    Gambar 2.2. Logam Platina

  • 7/24/2019 UNIMED Undergraduate 22548 5. BAB II

    18/22

    Energi ionisasi adalah energi yang dibutuhkan untuk melepaskan

    elektron dari atom pada fase gas. Dalam satuan elektron volt (eV) energi ionisasi

    dinyatakan dengan, 1 eV = 96,49 kJmol-1. Energi ionisasi pertama mengeluarkan

    elektron terluar merupakan energi ionisasi terendah. Energi ionisasi ke-2 dan ke-3

    mengionisasi lebih lanjut kation akan meningkat dengan cepat, hal inilah yang

    menyebabkan mengapa nilai energi ionisasi pertama lebih rendah dari energi

    ionisasi kedua. Konfigurasi elektron logam Platina dapat dilihat pada Gambar 2.3.

    78Pt = [ Xe ]4f14

    78Pt2+= [ Xe ]4f14

    78Pt4+= [ Xe ]4f

    14

    Gambar 2.3. Konfigurasi elektron dari Unsur Pt, Pt2+dan Pt4+

    (Hearts, 1976)

    Dalam pembentukan senyawa kompleks logam Platina harus

    menyediakan orbital kosong yang akan diisi oleh pasangan elektron yang berasal

    dari ligan, dalam pembahasan senyawa kompleks yang berasal dari unsur Platina

    sangat diperlukan untuk membahas struktur elektronis dari unsur Pt2+, dan ion

    Pt4+, dengan diketahuinya struktur elektronisnya maka dapat diprediksikan

    senyawa kompleks yang akan terbentuk (Anonim, 2008).

    Semua kompleks logam Platina adalah diagmagnetik (tidak dipengaruhi

    medan magnet). Sifat diagmagnetik ditimbulkan oleh gerak orbital elektron.

    Bahan dapat bersifat magnet apabila susunan atom dalam bahan tersebut

    mempunyai spin elektron yang tidak berpasanga, akibatnya bahan ini tidak

    menarik garis gaya. Kompleks-kompleks Platina (II) adalah segiempat atau

    terkoordinasi lima dengan rumus ML42+, ML5

    2+, ML3X+, cis- dan trans- adalah ion

    uninegatif. Platina (IV) membentuk banyak kompleks oktahedral yang inert secara

    5d

    s

    6p

    5d8

    s0

    6p0

    5d

    s

    6p

    Diisi oleh ligan

  • 7/24/2019 UNIMED Undergraduate 22548 5. BAB II

    19/22

    termal dan kinetik, dari yang kationik seperti [Pt(NH3)6Cl4] sampai anionik seperti

    K2(PtCl6). Asam kloroplatinat adalah suatu garam oksonium, (H3O)2PtCl6. Ia

    dibentuk sebagai kristal jingga bilamana larutan Pt dalam air raja atau dalam HCl

    jenuh dengan klor, diuapkan. Platina dapat menyerap gas hidrogen, tahan karat,

    tahan asam, kecuali oleh aqua-regia, dapat rusak oleh halogen, belerang, senyawa

    sisnida dan basa kuat (Anonim, 2012).

    Selain itu ditinjau dari faktor stabilitas kompleks logam platina berada

    pada golongan logam jenis B (transisi), dimana logam golongan jenis B ini

    memilki sifat yang lebih elektronegatif , yang akan membentuk kompleks yang

    lebih stabil dengan ligan yang donor elektronnya dari priode ketiga (P, S, Cl),

    Selain itu logam dari golongan B memilki sejumlah elektron d di luar inti gas

    mulianya yang dapat digunakan untuk membentuk ikatan dengan atom ligan,Adanya ikatan ini akan meningkatkan kestabilan kompleks (Suyanta, 2010).

    Logam golongan ini merupakan golongan logam terlangka yang bisa

    ditemukan di lapisan bumi. Sekitar 2-10 ton bijih besi diperlukan untuk

    mendapatkan 1 ounce Platinum murni. Dalam kondisi yang sangat halus, platinum

    merupakan katalis yang sempurna, yang banyak digunakan untuk menghasilkan

    asam sulfat. Juga digunakan sebagai katalis dalam pemecahan produk minyak

    bumi, berikut beberapa sifat platina yang menguntungkan :

    1. Platinum tidak mudah teroksidasi, atom platinum bersifat lebih kalalytic.

    Platinum, Jika sebuah lapisan platinum tergores (secara micro), atom-

    atomnya tidaklah benar benar hilang, namun cuma bergeser tempat.

    2.

    Platinum memiliki sifat mekanik, fisik dan elektrik yang sangat menarik.Platinum lebih keras namun juga lebih mudah untuk ditempa.

    3. Di bidang surface-science, untuk mengamati singe atom, lebih sering

    digunakan jarum yang terbuat dari platinum.

    4. Platinum bersifat hypoallergic.

    5. Platinum banyak digunakan dalam pembuatan hard disk saat ini, karena

    hard disk akan lebih tahan lama.

  • 7/24/2019 UNIMED Undergraduate 22548 5. BAB II

    20/22

    Platinum merupakan bahan non-organik yang dapat digunakan untuk

    terapi kanker. Cisplatin atau cisplatinum (cis-diammine dichlorido platinum(II),

    CDDP) merupakan kemoterapi yang berbasiskan platinum. Biasanya, Cisplatin

    digunakan dalam terapi kanker seperti , sarcoma, carcinoma (misalnya, kanker

    paru-paru dan kanker ovarium), lymphoma dan sel tumor (Anonim, 2008)

    2.5. Ligan

    Ligan dari bahasa latin ligare yang artinya mengikuti atau terjepit. Istilah

    ini pertama kali dipakai oleh Alferd Stock pada tahun 1916 dalam kaitan dengan

    kimia silikon.ligan lebih jauh berkarakteristik sebagai monodentat, bidentat,

    tridentat dan sebagainya. Konsep dentat dimaksudkan sebagai sudut gigitan.

    Kelat pertama kali digunakan pada tahun 1920 oleh Sir Gilbert T.

    Morgan dan HDK Drew yang menyatakan kelat berasal dari istilah sepit besar

    atau chela (chely-bahasa latin) dari lobster, dalam hal ini seperti jangka lengkung

    gugus-gugus yang berfungsi sebagai penggabung dua kesatuan dan pengikat ke

    atom pusat untuk menghasilkan cincin heterosiklik, Kompleks dapat non-ionik

    (netral), kationik atau anionik tergantung muatan yang dibawa ion logam pusat

    dan gugus (ligan) yang berkoordinasi. Angka total dari ligan-ligan yang terikat ke

    atom pusat dinyatakan sebagai bilangan koordinasi dan hal ini dapat bervariasi

    dari 2 sampai 12 tetapi biasanya 6(Suyanti, 2008).

    Kebanyakan ligan adalah anion atau molekul yang merupakan donor

    pasangan elektron. Beberapa jenis ligan yang umum adalah Cl-, Br- ,F-, CN-, NH3,

    dan H2O, jenis-jenis ligan ini dapat menyumbangkan satu pasangan elektron

    kepada atom pusat yang disebut sebagai ligan monodentat, contoh dari liganmonodentat dapat di lihat pada Tabel 2.1. berikut ini :

  • 7/24/2019 UNIMED Undergraduate 22548 5. BAB II

    21/22

    Tabel 2.1. Contoh Ligan Monodentat

    No Nama Ligan Sturuktur

    1 Klorida Cl-

    2 Pyridin

    3 Amina NH3

    4 Aquo H2O

    Ligan yang mengandung dua atau lebih atom masing-masing secara

    serempak membentuk dua ikatan donor-elektron kepada ion logam yang sama

    disebut bidentat. Contoh jenis ligan ini dapat kita lihat pada Tabel 2.2.

    Tabel 2.2. Contoh Ligan Bidentat

    No Nama Ligan Struktur

    1 Etilendiamin (en) NH2CH2CH2NH2

    2 Etilenpenioldifospin (difos) (C6H5)2PCH2CH2P(C6H5)2

    3 Dimetilglikol (glim) CH3OCH2OCH3

    4 Asetilasetonato (acac)

    5 Bipyridin (bpy)

    Ligan polidentat adalah ligan yang dapat menyumbangkan tiga, empat,

    lima dan enam secara serempak kepada atom pusat yaitu, tri, kuadri, penta, dan

    heksadentat. contoh ligan polidentat adalah dietilen triamin (dien), terpiridil (terpi)

    yang dapat dilihat pada Gambar 2.4. Struktur dien dan Gambar 2.5. Struktur terpi.

    N

    CH3

    H3C

    O O

    N N

  • 7/24/2019 UNIMED Undergraduate 22548 5. BAB II

    22/22

    Gambar 2.4. Struktur dien

    Gambar 2.5. Struktur terpi

    Berdasarkan pada jenis ikatan koordinasi yang dibentuk ligan dapat

    dikelompokkan sebagai berikut :

    Ligan yang tidak mempunyai elektron yang sesuai dengan ikatan danorbital kosong sehingga ikatan yang terbentuk hanya ikatan rseperti H

    +,

    NH3, SO3-, dan RNH2.

    Ligan yang mempunyai dua atau yoga pasang elektron bebas yang selain

    membentuk ikatan r juga dapat membentuk ikatan dengan ion logamseperti F-, Cl-, Br-, NH3, H2O dan lain-lain.

    Ligan yang memiliki orbital anti ikatan kosong dengan tingkat energi

    rendah yang dapat menerima elektron yang orientasinya sesuai, dari

    logam seperti CO, Pyr, acac, dan lain-lain.

    Ligan yang tidak ada pasnagn elektron bebnasnya tetapi memilki ikatan

    seperti alkena, alkuna, benzen dan anion siklopentandienil.

    Ligan yang dapat membentuk dua ikatan rdengan dua atom ligan yang

    terpisah dan kemudian membentuk jembatan, sebagai contoh OH-, NH2-,

    SO42-, dan O2

    -(Cotton dan wilkinson, 1989).

    NH2

    CH2 CH2

    NCH

    2 CH2

    NH2

    H

    l

    N

    N

    N