Page 1
7/21/2019 UNIMED Undergraduate 22383 BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/unimed-undergraduate-22383-bab-ii 1/22
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kualitas Air Secara Fisika dan Kimia
2.1.1. Warna
Warna perairan dapat dipakai (tidak selamanya) sebagai parameter apakah
suatu perairan sudah tercemar atau belum. Air selokan dapat berubah dari bening
menjadi kelabu karena adanya proses dekomposisi. Warna perairan dapat pula
dipengaruhi oleh biota yang ada didalamnya, misalnya algae, plankton dan
tumbuhan air. Air sungai pada umumnya berwarna bening sampai kecoklatan, hal
ini karena dipengaruhi oleh adanya pencucian badan sungai itu sendiri dan
kadungan suspensi didalamnya.
2.1.2. Bau
Bau suatu perairan dapat disebabkan oleh adanya dekomposisi zat-zat
organik pada suatu perairan yang dapat menimbulkan gas-gas. Gas yang keluar
dari hasil dekomposisi bukan saja menimbulkan bau yang kurang sedap tetapi
adakalanya dapat mematikan biota yang ada di dalamnya, contohnya adanya
kasus ikan mati.
2.1.3. Rasa
Parameter ini erat hubungannya dengan pengujian parameter warna dan
bau sehingga seringkali pada pelaksanaannya digabungkan. Rasa suatu perairan
dalam kondisi air berasa hambar, bila suatu perairan sudah berwarna kurang baik
atau/dan bau yang kurang sedap secara otomatis akan mempunyai rasa yang
kurang enak.
2.1.4. Suhu
Suhu air di daerah estuaria biasanya memperlihatkan fluktuasi annual dan
diurnal yang lebih besar daripada laut, terutama apabila estuaria tersebut dangkal
dan air yang datang (pada saat pasang-naik) ke perairan estuaria tersebut kontak
Page 2
7/21/2019 UNIMED Undergraduate 22383 BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/unimed-undergraduate-22383-bab-ii 2/22
7
dengan daerah yang substratnya terekspos. Suhu dan salinitas merupakan
parameter-parameter fisika yang penting untuk kehidupan organisme di perairan
laut dan payau. Parameter ini sangat spesifik di perairan estuaria. Kenaikan suhu
di atas kisaran toleransi organisme dapat meningkatkan laju metabolisme, seperti
pertumbuhan, reproduksi dan aktifitas organisme. Kenaikan laju metabolisme dan
aktifitas ini berbeda untuk spesies, proses dan level atau kisaran suhu.
Secara umum suhu perairan nusantara mempunyai perubahan suhu baik
harian maupun tahunan, biasanya berkisar antara 27°C – 32ºC dan ini tidak
berpengaruh terhadap kegiatan budidaya. Kenaikan suhu mempercepat reaksi-
reaksi kimia, yang menurut hukum Van’t Hoff kenaikan suhu 10ºC akan melipat
gandakan kecepatan reaksi (Romimohtarto, 2003). Pada kondisi tertentu, suhu
permukaan perairan dapat mencapai 35 ºC atau lebih besar. Akan tetapi ikan
biasanya akan berenang menjauhi permukaan perairan (Boyd dan Lichtkoppler,
1982).
Perubahan suhu mempengaruhi tingkat kesesuaian perairan sebagai habitat
organisme akuatik, karena itu setiap organisme akuatik mempunyai batas kisaran
maksimum dan minimum (Efendi, 2003). Ikan merupakan hewan poikiloterm,
yang mana suhu tubuhnya naik turun sesuai dengan suhu lingkungan, sebab itu
semua proses fisiologis ikan dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Suhu perairan
berpengaruh terhadap respon tingkah laku ikan, proses metabolisme, reproduksi,
ekskresi ammonia dan resistensi terhadap penyakit (Nabib dan Pasaribu, 1989).
Boyd dan Lichtkoppler (1982) menyatakan bahwa suhu yang optimal bagi
pertumbuhan ikan tropis berkisar antara 25°C – 32ºC. Semakin tinggi suhu
semakin cepat perairan mengalami kejenuhan akan oksigen yang mendorong
terjadinya difusi oksigen dari air ke udara, sehingga konsentrasi oksigen terlarut
dalam perairan semakin menurun. Sejalan dengan itu, konsumsi oksigen pada ikan
menurun dan berakibat menurunnya metabolisme dan kebutuhan energi.
Peningkatan suhu perairan sebesar 10 ºC, menyebabkan terjadinya peningkatan
konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sebanyak dua sampai tiga kali lipat.
Perubahan suhu juga berakibat pada peningkatan dekomposisi bahan-bahan
organik oleh mikroba (Effendi, 2003).
Page 3
7/21/2019 UNIMED Undergraduate 22383 BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/unimed-undergraduate-22383-bab-ii 3/22
8
2.1.5. Intensitas Cahaya
Cahaya merupakan faktor penting bagi kehidupan ikan dalam
pemangsaan, tingkah laku reproduksi, mencari perlindungan, orientasi migrasi,
pola pertumbuhan (Bal and Rao, 1984 dalam Brotowidjoyo, 1995), dan fase
metabolisme ikan. Kemampuan sinar matahari pada kondisi cerah dapat
diabsorbsi sebanyak 1% pada kedalaman 100 meter dan untuk perairan yang
keruh hanya mencapai kedalaman 10-30 meter dan tiga meter pada perairan
estuari (Brotowidjoyo, 1995). Penetrasi cahaya menjadi rendah apabila tingginya
kandungan partikel tersuspensi di perairan dekat pantai, akibat aktivitas pasang
surut dan juga tingkat kedalaman (Hutabarat dan Evans, 1985 dalam Sastrawijaya,
2000).
Berkas cahaya yang jatuh ke permukaan air, sebagiannya akan dipantulkan
dan sebagian lagi akan diteruskan ke dalam air. Jumlah cahaya yang dipantulkan
tergantung pada sudut jatuh dari sinar dan keadaan perairan. Air yang senantiasa
bergerak menyebabkan pantulan sinar menyebar kesegala arah. Sinar yang
melewati media air sebagian di absorbsi dan sebagian di scatter (Sidjabat, 1976)
Kecerahan perairan yang di perbolehkan dalam budidaya perikanan
berkisar antara 5-10 meter (Bakosurtanal, 1996 dalam Wibisono, 2005). Pada
kedalaman tertentu, apabila kemampuan intensitas cahaya dapat melampauinya,
akan mempengaruhi produktifitas total dan tumbuhan yang dominan dalam
ekosistem. Dalam hubungannya dengan fotosintesa, intensitas dan panjang
gelombang sangat penting. Bentuk-bentuk yang hidup di laut cenderung menyukai
sinar-sinar dengan spektrum hijau dan biru (Romimohtarto, 2003). Keadaan ini
secara tidak langsung mempengaruhi daya dukung ekosistem perairan.
2.1.6. Konduktivitas
Pengukuran dasar yang digunakan untuk mempelajari gerak ion adalah
pengukuran tahanan listrik larutan. Konduktansi merupakan kebalikan dari
tahanan, semakin rendah tahanan larutan maka semakin tinggi konduktansinya.
Alat yang digunakan untuk mengukur konduktivitas larutan tersebut adalah
konduktivitimeter dengan satuan mikrompercentimeter atau milli Siemens
Page 4
7/21/2019 UNIMED Undergraduate 22383 BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/unimed-undergraduate-22383-bab-ii 4/22
9
percentimeter. Konduktivitas bertambah dengan bertambahnya salinitas. Secara
umum, factor yang paling dominant dalam perubahan konduktivitas air adalah
temperatur.
Hambatan berbanding terbalik dengan luas penampang dan sebanding
dengan panjang yang dinyatakan dengan persamaan :
R = ρl/A
Konstanta pembanding ρ disebut resistivitas sampel. Konduktivitas (K)
merupakan kebalikan dari resistivitas sehingga
R = (1/K) (1/A) atau K = 1/RA
Perhitungan konduktivitas secara langsung dari tahanan sampel dan dimensi sel l
dan A tidak dapat diandalakn karena distribusi arusnya rumit, sel dikalibrasikan
dengan sampel yang diketahui konduktivitasnya K* ( biasanya larutan Kalium
Klorida dalam air) dan konstanta sel C, ditentukan dari :
K* = C/R*
Dengan R* = tahanan standar
Jika sampel mempunyai tahanan R dalam sel yang sama, maka konduktivitasnya
adalah K = C/R
2.1.7. Dissolved Oxygen (DO)
Oksigen merupakan parameter yang sangat penting dalam air. Sebagian
besar makhluk hidup dalam air membutuhkan oksigen untuk mempertahankan
hidupnya, baik tanaman maupun hewan air, bergantung kepada oksigen yang
terlarut. Ikan merupakan makhluk air dengan kebutuhan oksigen tertinggi,
kemudian invertebrata, dan yang terkecil kebutuhan oksigennya adalah
Page 5
7/21/2019 UNIMED Undergraduate 22383 BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/unimed-undergraduate-22383-bab-ii 5/22
10
bakteri.Keseimbangan oksigen terlarut (OT) dalam air secara alamiah terjadi
secara bekesinambungan. Mikoorganisme sebagai makhluk terkecil dalam air,
untuk pertumbuhannya membutuhkan sumber energi yaitu unsur karbon (C) yang
dapat diperoleh dari bahan organik yang berasal dari tanaman, ganggang yang
mati, maupun oksigen dari udara.
Bahan organik tersebut oleh mikroorganisme akan duraikan menadi
karbon dioksida (CO2) dan air (H2O). CO2 selanjutnya dimanfaatkan oleh
tanaman dalam air untuk proses fotosintesis membentuk oksigen, dan seterusnya.
Oksigen yang dimanfaatkan untuk proses penguraian bahan organik tersebut akan
diganti oleh oksigen yang masuk dari udara maupun dari sumber lainnya secepat
habisnya oksigen terlarut yang digunakan oleh bakteri atau dengan kata lain
oksigen yang diambil oleh biota air selalu setimbang dengan oksigen yang masuk
dari udara maupun dari hasil fotosintesa tanaman air.
Apabila pada suatu saat bahan organik dalam air menjadi berlebih sebagai
akibat masuknya limbah aktivitas manusia (seperti limbah organik dari industri),
yang berarti suplai karbon (C) melimpah, menyebabkan kecepatan pertumbuhan
mikroorganisme akan berlipat ganda, yang berati juga meningkatnya kebutuhan
oksigen, sementara suplai oksigen dari udara jumlahnya tetap. Pada kondisi
seperti ini, kesetimbangan antara oksigen yang masuk ke air dengan yang
dimanfaatkan oleh biota air tidak setimbang, akibatnya terjadi defisit oksigen
terlarut dalam air. Bila penurunan oksigen terlarut tetap berlanjut hingga nol, biota
air yang membutuhkan oksigen (aerobik) akan mati, dan digantikan dengan
tumbuhnya mikroba yang tidak membutuhkan oksigen atau mikroba anerobik.
Sama halnya dengan mikroba aerobik, mikroba anaerobik juga akan memanfatkan
karbon dari bahan organik. Dari respirasi anaerobik ini terbentuk gas metana
(CH4) disamping terbentuk gas asam sulfida (H2S) yang berbau busuk.
Page 6
7/21/2019 UNIMED Undergraduate 22383 BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/unimed-undergraduate-22383-bab-ii 6/22
11
Gambar 2.1. Ikan yang mati karena kekurangan oksigen
2.1.8. BOD dan COD
Untuk menentukan tingkat penurunan kualitas air dapat dilihat dari
penurunan kadar oksigen terlatut (OT) sebagai akibat masuknya bahan organik
dari luar, umumnya digunakan uji BOD dan atau COD. Biological Oxygen
Demand (BOD) atau kebutuhan oksigen biologis (KOB) menunjukkan jumlah
oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh mikroorganisme hidup untuk memecah atau
mengoksidasi bahan organik dalam air. Oleh karena itu, nilai BOD bukanlah
merupakan nilai yang menujukkan jumlah atau kadar bahan organik dalam air,
tetapi mengukur secara relative jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk mengoksidasi atau menguraikan bahan-bahan organik
tersebut. BOD tinggi menunjukkan bahwa jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk mengoksidasi bahan organik dalam air tersebut tinggi,
berarti dalam air sudah terjadi defisit oksigen. Banyaknya mikroorganisme yangtumbuh dalam air disebabkan banyaknya makanan yang tersedia (bahan organik),
oleh karena itu secara tidak langsung BOD selalu dikaitkan dengan kadar bahan
organik dalam air. BOD5 merupakan penentuan kadar BOD baku yaitu
pengukuran jumlah oksigen yang dihabiskan dalam waktu lima hari oleh
mikroorganisme pengurai secara aerobic dalam suatu volume air pada suhu 20
derajat Celcius.
Page 7
7/21/2019 UNIMED Undergraduate 22383 BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/unimed-undergraduate-22383-bab-ii 7/22
12
BOD5 500mg/liter (atau ppm) berarti 500 mgram oksigen akan dihabiskan
oleh mikroorganisme dalam satu liter contoh air selama waktu lima hari pada suhu
20 derajat Celcius. Beberapa dasar yang sering digunakan untuk menentukan
kualitas air dilihat dari kadar BOD adalah: Erat kaitannya dengan BOD adalah
COD. Dalam bahan buangan, tidak semua bahan kimia organik dapat diuraikan
oleh mikroorganisme secara cepat.
Bahan organik dalam air bersifat:
Dapat diuraikan oleh bakteri (biodegradasi) dalam waktu lima hari
Bahan organik yang tidak teruraikan oleh bakteri dalam waktu lima hari
Bahan organik yang tidak mengalami biodegradasi
Tabel 2.1. Klasifikasi derajat Pencemaran Bahan Organik
Derajat Tercemar DO (mg/l) BOD (mg/l)
Belum Tercemar > 6,5 < 3,0
Tercemar Ringan 4,5 – 6,5 3,0 – 4,9
Tercemar Sedang 2,0 – 4,4 5,0 – 15
Tercemar Berat < 2,0 > 15
Uji COD ini meliputi semua bahan organik di atas, baik yang dapat
diuraikan oleh mikroorganisme maupun yang tidak dapat diuraikan. Oleh karena
itu hasil uji COD akan lebih tinggi dari hasil uji BOD.
2.1.9. Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi ion yang terdapat diperairan. Salinitas
menggambarkan padatan total di air setelah semua karbonat dikonversi menjadi
oksida, semua bromida dan iodida digantikan dengan klorida dan semua bahan
organik telah dioksidasi (Effendi, 2003).
Salinitas perairan menggambarkan kandungan garam dalam suatu
perairan. Garam yang dimaksud adalah berbagai ion yang terlarut dalam air
termasuk garam dapur (NaCl). Pada umumnya salinitas disebabkan oleh 7 ion
Page 8
7/21/2019 UNIMED Undergraduate 22383 BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/unimed-undergraduate-22383-bab-ii 8/22
13
utama yaitu : natrium (Na), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), klorit
(Cl), sulfat (SO4) dan bikarbonat (HCO3). Salinitas dinyatakan dalam satuan
gram/kg atau promil (0/00) (Effendi, 2003). Salinitas air laut bebas mempunyai
kisaran 30-36 ppt, Sedangkan daerah pantai mempunyai variasi salinitas yang
lebih besar. Semua organisme dalam perairan dapat hidup pada perairan yang
mempunyai perubahan salinitas kecil (Hutabarat dan Evans, 1995). Toleransi
terhadap salinitas tergantung pada umur stadium ikan. Salinitas berpengaruh
terhadap reproduksi, distribusi, lama hidup serta orientasi migrasi. Variasi
salinitas pada perairan yang jauh dari pantai akan relatif kecil dibandingkan
dengan variasi salinitas di dekat pantai, terutama jika pemasukan air air sungai.
Perubahan salinitas tidak langsung berpengaruh terhadap perilaku ikan atau
distribusi ikan tetapi pada perubahan sifat kimia air laut.
Ikan air laut mengatasi kekurangan air dengan mengkonsumsi air laut
sehingga kadar garam dalam cairan tubuh bertambah. Dalam mencegah terjadinya
dehidrasi akibat proses ini kelebihan garam harus dibatasi dengan jalan
mengekskresi klorida lebih banyak lewat insang dan ekskresi lewat urine yang
isotonik (Hoar, 1979). Ikan mengatur ion plasmanya agar tekanan osmotic
didalam cairan tubuh sebanding dengan kapasitas regulasi.
2.1.10. Derajat Keasaman (pH)
Nilai derajat keasaman (pH) suatu perairan mencirikan keseimbangan
antara asam dan basa dalam air dan merupakan pengukuran konsentrasi ion
hidrogen dalam larutan. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan
pH dan menyukai nilai pH sekitar 7-8,5 (Effendi, 2003).
Derajat keasaman menunjukan aktifitas ion hidrogen dalam larutan
tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen (mol/l) pada suhu
tertentu atau pH = - log (H+). Konsentrasi pH mempengaruhi tingkat kesuburan
perairan karena mempengaruhi kehidupan jazad renik. Perairan yang asam
cenderung menyebabkan kematian pada ikan. Hal ini disebabkan konsentrasi
oksigen akan rendah sehingga, aktifitas pernapasan tinggi dan selera makan
berkurang (Ghufron dan Kordi, 2005).
Page 9
7/21/2019 UNIMED Undergraduate 22383 BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/unimed-undergraduate-22383-bab-ii 9/22
14
pH air laut umunya berkisar antara 7.6 – 8.3 (Brotowidjoyo, 1995) dan
berpengaruh terhadap ikan (Bal and Rao, 1984). pH air laut relatif konstan karena
adanya penyangga dari hasil keseimbangan karbon dioksida, asam karbonat,
karbonat dan bikarbonat yang disebut buffer (Black, 1986 dalam Shephered and
Bromage, 1998). Nilai pH, biasanya dipengaruhi oleh laju fotosintesa, buangan
industri serta limbah rumah tangga (Sastrawijaya, 2000).
Dalam suatu perairan nilai pH berada pada kondisi alami, namun
konsentrasi pH yang baik untuk ikan kakap putih berkisar antara 7.5- 8.5 (Deptan,
1992), untuk ikan salmonidae kisaran pH antara 6.4 - 8.4 (Shephered and
Bromage,1988), untuk kerang mutiara kisaran pH antara 7.9 - 8.2 (Winanto, 2004)
dan untuk budidaya ikan kerapu kisaran pH antara 7.8 - 8,3 (SNI, 2000).
Kisaran pH dalam perairan alami, sangat dipengaruhi oleh konsentrasi
karbon dioksida yang merupakan substansi asam. Fitoplankton dan vegetasi
perairan lainya menyerap karbon dioksida dari perairan selama proses fotosintesa
berlangsung sehingga pH cenderung meningkat pada siang hari dan menurun pada
malam hari. Tetapi menurunya pH oleh karbondioksida tidak lebih dari 4.5 (Boyd,
1982). Proses nitrifikasi oleh bakteri dapat mengurangi nilai pH perairan karena
adanya konsumsi karbonat dan pelepasan ion hidrogen selama proses berlangsung
(Soderberg, 1995).
Proses penguraian bahan organik menjadi garam mineral, seperti, amonia,
nitrat dan fosfat berguna bagi fitoplankton dan tumbuhan air. Proses akan lebih
cepat jika kisaran pH basa dan mantap (Afriyanto dan Liviawaty, 1991). Pada Ph
diatas 7, amonia dalam bentuk molekul NH3 akan lebih dominan dari ion NH4,
pada tingkatan tertentu dapat menembus membran sel atau juga menyebabkan
rusaknya jaringan insang hiperplasia branchia.
2.1.11. Oksigen Terlarut
Pada perairan yang terbuka, oksigen terlarut berada pada kondisi alami,
sehingga jarang dijumpai kondisi perairan terbuka yang miskin oksigen.
Walaupun pada kondisi terbuka, kandungan oksigen perairan tidak sama dan
bervariasi berdasarkan siklus, tempat dan musim. Kadar oksigen terlarut juga
Page 10
7/21/2019 UNIMED Undergraduate 22383 BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/unimed-undergraduate-22383-bab-ii 10/22
15
berfluktuasi secara harian, musiman, pencampuran masa air, pergerakan masa air,
aktifitas fotosintesa, respirasi dan limbah yang masuk ke badan air. Kebutuhan
oksigen pada ikan mempunyai dua kepentingan yaitu : kebutuhan lingkungan bagi
spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang tergantung pada metabolisme ikan
(Ghufron dan Kordi, 2005).
Penurunan kadar oksigen terlarut dalam air dapat menghambat aktivitas
ikan. Oksigen diperlukan untuk pembakaran dalam tubuh. Kebutuhan akan
oksigen antara tiap spesies tidak sama. Hal ini disebabkan adanya perbedaan
struktur molekul sel darah ikan yang mempunyai hubungan antara tekanan partial
oksigen dalam air dan dengan keseluruhan oksigen dalam sel darah (Brown and
Gratzek, 1980). Variasi oksigen terlarut dalam air biasanya sangat kecil sehingga
tidak menggangu kehidupan ikan. Keberadaan oksigen di perairan sangat penting
terkait dengan berbagai proses kimia biologi perairan. Oksigen diperlukan dalam
proses oksidasi berbagai senyawa kimia dan respirasi berbagai organisme perairan
(Dahuri, 2004).
Dalam situasi tertentu ikan akan berenang menjauhi air yang kadar
oksigennya rendah, terutama melampaui batas yang diinginkan. Pada prinsipnya
insang merupakan organ yang dipergunakan ikan untuk proses respirasi. Insang
berfungsi untuk mengekstrak sebagian oksigen dalam air. Kemampuan bertahan
terhadap perubahan oksigen untuk setiap spesies tidak sama. Beberapa jenis ikan
dapat bertahan pada kondisi oksigen yang sangat ekstrim. Hal ini disebabkan
beberapa ikan memiliki pernapasan tambahan yang mampu mengambil oksigen
langsung dari udara, misalnya, ikan lele (Clarias sp) memiliki arborescent organ,
atau jenis ikan blodok (Periopthalmus) yang dapat menggunakan kulitnya
(Fujaya, 2004).
2.2. Pencemaran
Pencemaran perairan adalah suatu perubahan fisika, kimia dan biologi
yang tidak dikehendaki pada ekosistem perairan yang akan menimbulkan
kerugian pada sumber kehidupan, kondisi kehidupan dan proses industri (Odum,
1971).
Page 11
7/21/2019 UNIMED Undergraduate 22383 BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/unimed-undergraduate-22383-bab-ii 11/22
16
Pencemaran perairan pesisir didefinisikan sebagai dampak negatif,
pengaruh yang membahayakan terhadap kehidupan biota, sumberdaya dan
kenyamanan ekosistem perairan serta kesehatan manusia dan nilai guna lainnya
dari ekosistem perairan yang disebabkan secara langsung oleh pembuangan
bahan-bahan atau limbah ke dalam perairan yang berasal dari kegiatan manusia.
Secara garis besar sumber pencemaran perairan pesisir dan lautan dapat
dikelompokkan menjadi tujuh kelas yaitu limbah, industri, limbah cair
pemukiman ( sewage) , limbah cair perkotaan (urban storm water ), pertambangan,
pelayaran ( shipping ), pertanian dan perikanan budidaya. Sedangkan bahan
pencemar utama yang terkandung dalam buangan limbah dari ketujuh sumber
tersebut berupa sediment, unsur hara (nutrient ), logam beracun (toxic metal ),
pestisida, organisme eksotik, organisme pathogen, sampah dan oxygen depleting
substance (bahan yang menyebabkan oksigen terlarut dalam air berkurang)
(Dahuri,1998).
Pencemaran perairan merupakan masalah lingkungan hidup yang perlu
dipantau sumber dan dampaknya terhadap ekosistem. Dalam memantau
pencemaran air digunakan kombinasi komponen fisika, kimia dan
biologi.Penggunaan salah satu komponen saja sering tidak dapat menggambarkan
keadaan yang sebenarnya. Sastrawijaya (1991) menyatakan bahwa penggunaan
komponen fisika dan kimia saja hanya akan memberikan gambaran kualitas
lingkungan sesaat dan cenderung memberikan hasil dengan penafsiran dan kisaran
yang luas, oleh sebab itu penggunaan komponen biologi juga sangat diperlukan
karena fungsinya yang dapat mengantisipasi perubahan pada lingkungan kualitas
perairan.
Romimohtarto (1995) menyatakan bahwa setelah memasuki perairan
pesisir dan laut sifat bahan pencemar ditentukan oleh beberapa faktor atau
beberapa jalur dengan kemungkinan perjalanan bahan pencemar sebagai berikut :
1. Terencerkan dan tersebar oleh adukan turbulensi dan arus laut,
2. Dipekatkan melalui
Page 12
7/21/2019 UNIMED Undergraduate 22383 BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/unimed-undergraduate-22383-bab-ii 12/22
17
a. Proses biologis dengan cara diserap ikan, plankton nabati atau oleh
ganggang laut bentik biota ini pada gilirannya dimakan oleh
mangsanya,
b. Proses fisik dan kimiawi dengan cara absorpsi, pengendapan,
pertukaran ion dan kemudian bahan pencemar itu akan mengendap
di dasar perairan,
3. Terbawa langsung oleh arus dan biota (ikan).
Di sekitar perairan sungai kampar, banyak aktifitas industri, sehingga
terjadi pembuangan limbah ke perairan. Limbah industri berasal dari aktifitas
industri yang membuang hasil akhirnya ke lingkungan perairan dalam bentuk cair.
Jenis limbah industri dapat dikelompokkan menjadi 5 macam yaitu
1. Bahan-bahan organik yang terlarut, termasuk bahan-bahan yang beracun,
tahan urai (persistent) dan dapat diurai secara biologis,
2.
Bahan-bahan anorganik termasuk unsur-unsur hara,
3. Bahan-bahan organik yang tidak larut,
4. Bahan-bahan anorganik yang tidak larut,
5.
Bahan-bahan radioaktif.
2.2.1. Logam Berat
Logam adalah unsur alam yang dapat diperoleh dari laut, erosi batuan
tambang, vulkanisme dan sebagainya. Umumnya logam-logam di alam ditemukan
dalam bentuk persenyawaan dengan unsur lain, sangat jarang yang ditemukan
dalam elemen tunggal. Unsur ini dalam kondisi suhu kamar tidak selalu berbentuk
padat melainkan ada yang berbentuk cair, misalnya merkuri(Hg). Dalam badan
perairan, logam pada umumnya berada dalam bentuk ion-ion, baik sebagai
pasangan ion ataupun dalam bentuk ion-ion tunggal. Sedangkan pada lapisan
atmosfir, logam ditemukan dalam bentuk partikulat, dimana unsurunsur logam
tersebut ikut berterbangan dengan debu-debu yang ada di atmosfir.
Menurut Clark (2004) melihat bentuk dan kemampuannya setiap logam
haruslah memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
Page 13
7/21/2019 UNIMED Undergraduate 22383 BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/unimed-undergraduate-22383-bab-ii 13/22
18
a. Memiliki kemampuan yang baik sebagai penghantar daya listrik
(konduktor).
b. Memiliki kemampuan sebagai penghantar panas yang baik.
c. Memiliki rapatan yang tinggi.
d.
Dapat membentuk alloy dengan logam lainnya.
e. Untuk logam yang padat, dapat ditempa dan dibentuk.
Berbeda dengan logam biasa, logam berat adalah istilah yang digunakan
secara umum untuk kelompok logam berat dan metaloid yang densitasnya lebih
besar dari 5 g/cm3 (Hutagalung, 1997). Dalam perairan, logam berat dapat
ditemukan dalam bentuk terlarut dan tidak terlarut. Logam berat terlarut adalah
logam yang membentuk komplek dengan senyawa organik dan anorganik,
sedangkan logam berat yang tidak terlarut merupakan partikel-partikel yang
berbentuk koloid dan senyawa kelompok metal yang teradsorbsi pada
partikelpartikel yang tersuspensi. Sifat logam berat sangat unik, tidak dapat
dihancurkan secara alami dan cenderung terakumulasi dalam rantai makanan
melalui proses biomagnifikasi. Pencemaran logam berat ini menimbulkan
berbagai permasalahan diantaranya:
1. Berhubungan dengan estetika (perubahan bau, warna dan rasa air),
2.
Berbahaya bagi kehidupan tanaman dan binatang,
3. Berbahaya bagi kesehatan manusia,
4. Menyebabkan kerusakan pada ekosistem.
Sebagian dari logam berat bersifat essensial bagi organisme air untuk
pertumbuhan dan perkembangan hidupnya, antara lain dalam pembentukan
haemosianin dalam sistem darah dan enzimatik pada biota. Akan tetapi bila
jumlah dari logam berat masuk ke dalam tubuh dengan jumlah berlebih, maka
akan berubah fungsi menjadi racun bagi tubuh. Sebagai contoh adalah raksa (Hg),
kadmium (Cd) dan timah hitam (Pb). Unsur-unsur logam berat tersebut biasanya
erat kaitannya dengan masalah pencemaran dan toksisitas. Pencemaran yang dapat
menghancurkan tatanan lingkungan hidup, biasanya berasal dari limbah-limbah
yang sangat berbahaya dalam arti memiliki daya racun (toksisitas) yang tinggi.
Page 14
7/21/2019 UNIMED Undergraduate 22383 BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/unimed-undergraduate-22383-bab-ii 14/22
19
Limbah industri merupakan salah satu sumber pencemaran logam berat yang
potensial bagi perairan. Pembuangan limbah industri secara terus menerus tidak
hanya mencemari lingkungan perairan tetapi menyebabkan terkumpulnya logam
berat dalam sedimen dan biota perairan.
Dalam lingkungan perairan ada tiga media yang dapat dipakai sebagai
indikator pencemaran logam berat, yaitu air, sedimen dan organisme hidup.
Pemakaian organisme laut sebagai indikator pencemaran didasarkan pada
kenyataan bahwa alam atau lingkungan yang tidak tercemar akan ditandai oleh
kondisi biologi yang seimbang dan mengandung kehidupan yang beranekaragam.
Terdapat beberapa pengaruh toksisitas logam pada ikan, pertama pengaruh
toksisitas logam pada insang. Insang selain sebagai alat pernafasan juga
digunakan sebagai alat pengaturan tekanan antara air dan dalam tubuh ikan
(osmoregulasi). Oleh sebab itu insang merupakan organ yang penting pada ikan
dan sangat peka terhadap pengaruh toksisitas logam.
2.2.2. Karakteristik logam berat
2.2.2.1. Kadmium (Cd)
Kadmium (Cd) adalah salah satu logam berat dengan penyebaran yang
sangat luas di alam, logam ini bernomor atom 48, berat atom 112,40 dengan titik
cair 321ºC dan titik didih 765ºC.
Gambar 2.2. Kadmium (Cd) dalam bentuk padatan
Di alam Cd bersenyawa dengan belerang (S) sebagai greennocckite (CdS)
yang ditemui bersamaan dengan senyawa spalerite (ZnS). Kadmium merupakan
Page 15
7/21/2019 UNIMED Undergraduate 22383 BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/unimed-undergraduate-22383-bab-ii 15/22
20
logam lunak (ductile) berwarna putih perak dan mudah teroksidasi oleh udara
bebas dan gas amonia (NH3). Di perairan Cd akan mengendap karena senyawa
sulfitnya sukar larut. Menurut Clark (1986) sumber kadmium yang masuk ke
perairan berasal dari:
1.
Uap, debu dan limbah dari pertambangan timah dan seng.
2. Air bilasan dari elektroplating.
3. Besi, tembaga dan industri logam non ferrous yang menghasilkan abu dan
uap serta air limbah dan endapan yang mengandung kadmium.
4. Seng yang digunakan untuk melapisi logam mengandung kira-kira 0, 2 %
Cd sebagai bahan ikutan (impurity); semua Cd ini akan masuk ke perairan
melalui proses korosi dalam kurun waktu 4-12 tahun.
5. Pupuk phosfat dan endapan sampah.
Penggunaan Cd yang paling utama adalah sebagai stabilizer
(penyeimbang) dan pewarna pada plastik dan elektroplating (penyepuh/pelapisan
logam). Selain itu digunakan pula pada penyolderan dan pencampuran logam
serta industri baterai. Akumulasinya dalam air tanah antara lain diakibatkan oleh
kegiatan elektroplating (pelapisan emas dan perak), pengerjaan bahan-bahan
dengan menggunakan pigmen/zat warna lainnya, tekstil dan industri kimia.
Logam kadmium atau Cd akan mengalami proses biotransformasi dan
bioakumulasi dalam organisme hidup (tumbuhan, hewan dan manusia). Dalam
biota perairan jumlah logam yang terakumulasi akan terus mengalami
peningkatan (biomagnifikasi) dan dalam rantai makanan biota yang tertinggi akan
mengalami akumulasi Cd yang lebih banyak. Keracunan kadmium bisa
menimbulkan rasa sakit, panas pada bagian dada, penyakit paru-paru akut dan
menimbulkan kematian. Salah satu contoh kasus keracunan akibat pencemaran Cd
adalah timbulnya penyakit itai-itai di Jepang.
2.2.2.2. Plumbum-Timah hitam (Pb)
Logam Pb secara alami tersebar luas pada batu-batuan dan lapisan kerak
bumi (Clark, 1986). Logam ini termasuk ke dalam kelompok logam-logam
golongan IV-A dengan nomor atom 82 dan bobot 207,2. Penyebaran Pb di bumi
Page 16
7/21/2019 UNIMED Undergraduate 22383 BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/unimed-undergraduate-22383-bab-ii 16/22
21
sangat sedikit yaitu 0,0002 % dari seluruh lapisan bumi. Logam Pb terdapat di
perairan baik secara alamiah ataupun sebagai dampak dari aktifitas manusia.
Logam ini masuk ke perairan melalui pengkristalan Pb di udara dengan bantuan
air hujan. Di samping itu, proses korosifikasi dari batuan mineral akibat hempasan
gelombang dan angin, juga merupakan salah satu jalur sumber Pb yang akan
masuk ke dalam perairan.
Timbal dan persenyawaannya digunakan dalam industri baterai sebagai
bahan yang aktif dalam pengaliran arus elektron. Kemampuan timbal dalam
membentuk alloy dengan logam lain telah dimanfaatkan untuk meningkatkan sifat
metalurgi ini dalam penerapan yang sangat luas, contohnya digunakan untuk
kabel listrik, kontruksi pabrik-pabrik kimia, kontainer dan memiliki kemampuan
tinggi untuk tidak mengalami korosi. Selain itu, Pb dapat digunakan sebagai zat
tambahan bahan bakar dan pigmen timbal dalam cat yang merupakan penyebab
utama peningkatan kadar Pb di lingkunga. Hampir 10 % dari total produksi
tambang logam timbal digunakan untuk pembuatan tetraethyl lead atau TEL yang
dibutuhkan sebagai bahan penolong dalam proses produksi bahan bakar bensin
karena dapat mendongkrak (boosting ) nilai oktan bahan bakar sekaligus berfungsi
sebagai antiknocking untuk mencegah terjadinya ledakan saat berlangsungnya
pembakaran dalam mesin.
Gambar 2.3. Timbal (Pb) dalam bentuk padatan
Konsentrasi Pb yang mencapai 188 mg/l, dapat membunuh ikan.
Sedangkan krustase setelah 245 jam akan mengalami kematian, apabila pada
badan air konsentrasi Pb adalah 2,75 - 49 mg/l. Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan (POM) No. 03725/B/SK/VII/89 membatasi kandungan logam
Page 17
7/21/2019 UNIMED Undergraduate 22383 BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/unimed-undergraduate-22383-bab-ii 17/22
22
berat Pb maksimum pada sumberdaya ikan dan olahannya adalah adalah 2,0 ppm.
Untuk batas maksimum cemaran logam berat dalam makanan menurut Depkes RI
(1989) pada Tabel 2.
Tabel 2.2 Batas maksimum cemaran logam berat dalam makanan (DEPKES RI,
1989)
Parameter Satuan Batas Maksimum
Merkuri (Hg) μg/kg 500
Kadmium (Cd) μg/kg 1000
Timbal (Pb) μg/kg 2000
2.2.2.3. Arsen (As)
Arsen (As) merupakan unsur yang melimpah secara alami dengan nomor
atom 33, berat atom 74,92 g/mol, memiliki 2 bentuk padatan, yaitu kuning
kehitaman dan abu-abu, termasuk dalam golongan semi-logam, dan mudah patah.
Biasanya, bersama dengan unsur lain yaitu oksigen, klor, sulfur, karbon, hidrogen,
timbal, besi, emas. Berbagai senyawa As ditemukan dialam biasanya bersama
unsure lain, antara lain perak, kobalt, nikel, besi, antimony, atau sulfur. Arsen
(As) secara kimiawai memiliki karakteristik serupa fosfor. Apabila dipanaskan,
Arsen (As) akan cepat teroksidasi menjadi oksida arsenic (As2O3) yang
mempunyai bau seperti bawang putih.
Gambar 2.4. Arsen (As) dalam bentuk padatan
Page 18
7/21/2019 UNIMED Undergraduate 22383 BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/unimed-undergraduate-22383-bab-ii 18/22
Page 19
7/21/2019 UNIMED Undergraduate 22383 BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/unimed-undergraduate-22383-bab-ii 19/22
24
campuran pembuatan bahan gelas, logam, dan alat elektronik, serta sebagai bahan
pembuatan transistor.
2.2.2.4. Tembaga (Cu)
Tembaga adalah unsur kimia yang diberi lambang Cu (Latin: cuprum).
Logam ini merupakan penghantar listrik dan panas yang baik. Penggunaan
tembaga dapat dilacak sampai 10,000 tahun yang lalu. Sebelum tembaga,
diperkirakan hanya besi dan emas, logam yang terlebih dahulu digunakan
manusia. Menurut data tahun 2005, Chili merupakan penghasil tembaga terbesar
di dunia, disusul oleh AS dan Indonesia.
Gambar 2.5. Tembaga (Cu) dalam bentuk padatan
Tembaga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dari komponen listrik,
koin, alat rumah tangga, hingga komponen biomedik. Tembaga juga dapat dipadu
dengan logam lain hingga terbentuk logam paduan seperti perunggu atau monel.
Namun mesti pula berhati-hati akan sifat racun logam ini. Ini dapat terjadi ketika
tembaga menumpuk dalam tubuh akibat penggunaan alat masak tembaga. Unsur
Cu yang berlebih dapat merusak hati dan memacu sirosis.
2.2.3. Kandungan Logam Berat Dalam Perairan
Air merupakan elemen penting bagi kehidupan organisme perairan. Untuk
menjaga kualitas perairan yang mendukung kehidupan berbagai organisme maka
diperlukan suatu pengontrolan dari berbagai aktifitas manusia yang memanfaatkan
Page 20
7/21/2019 UNIMED Undergraduate 22383 BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/unimed-undergraduate-22383-bab-ii 20/22
25
perairan baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu kegiatan
manusia yang memanfaatkan perairan adalah kegiatan industri. Sebagaimana
diketahui secara umum bahwa hasil buangan akhir dari sebuah pabrik atau
kegiatan industri bermuara ke perairan disekitarnya, meskipun perusahaan atau
pabrik tersebut telah memiliki IPAL (instalasi pengolahan air limbah). Air
buangan yang telah di olah tidak terlepas akan sisa atau residu yang mengandung
bahan berbahaya bagi kehidupan perairan baik dalam kadar yang banyak atau
sedikit.
Konsentrasi bahan pencemar yang masuk ke perairan bisa mempengaruhi
kehidupan organisme terutama yang menjadi topik disini adalah spesies ikan.
Salah satu jenis unsur kimia yang bisa menyebabkan terjadi kerusakan ekosistem
perairan adalah unsur logam berat. Sebagaimana diketahui unsur logam berat
yang masuk ke perairan berasal dari berbagai kegiatan indutsri selain bersumber
dari alam sendiri. Untuk itu sangat diperlukan suatu kajian yang melihat seberapa
besar pengaruh unsur-unsur logam berat tersebut bisa mempengaruhi ekosistem
perairan terutama yang berhubungan langsung dengan kualitas airnya.
Berdasarkan peraturan pemerintah kandungan logam berat yang boleh
masuk ke perairan laut mempunyai batasan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 2.3. Kriteria baku mutu air laut untuk biota laut (MENKLH, 2004)
Parameter Satuan Baku Mutu
Merkuri (Hg) Mg/l 0,01
Kadmium (Cd) Mg/l 0,001
Timbal (Pb) Mg/l 0,008
2.2.4. Kandungan Logam Berat Dalam Tubuh Ikan
Logam berat masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup melalui
beberapa jalan, yaitu: saluran pernafasan, pencernaan dan penetrasi melalui kulit.
Di dalam tubuh hewan logam diabsorpsi darah, berikatan dengan protein darah
yang kemudian didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Akumulasi logam yang
Page 21
7/21/2019 UNIMED Undergraduate 22383 BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/unimed-undergraduate-22383-bab-ii 21/22
26
tertinggi biasanya dalam detoksikasi (hati) dan ekskresi (ginjal). Akumulasi logam
berat dalam tubuh organisme tergantung pada konsentrasi logam berat dalam
air/lingkungan, suhu, keadaan spesies dan aktifitas fisiologis.
Bahan pencemar yang masuk ke dalam lingkungan perairan akan
mengalami tiga macam proses akumulasi yaitu fisik, kimia dan biologis. Buangan
limbah industri yang mengandung bahan berbahaya dengan toksisitas yang tinggi
dan kemampuan biota untuk menimbun logam bahan pencemar mengakibatkan
bahan pencemar langsung terakumulasi secara fisik dan kimia lalu mengendap di
dasar laut. Melalui rantai makanan terjadi metabolisme bahan berbahaya secara
biologis dan akhirnya akan mempengaruhi kesehatan manusia. Akumulasi melalui
proses biologis inilah yang diesbut dengan bioakumulasi (Hutagalung, 1984).
Bahan Pencemar (racun) masuk ke tubuh organisme atau ikan melalui
proses absorpsi. Absorpsi merupakan proses perpindahan racun dari tempat
pemejanan atau tempat absorpsinya ke dalam sirkulasi darah. Absorpsi, distribusi
dan ekskresi bahan pencemar tidak dapat terjadi tanpa transpor melintasi
membran. Proses transportasi dapat berlangsung dengan 2 cara : transpor pasif
(yaitu melalui proses difusi) dan transpor aktif (yaitu dengan sistem transport
khusus, dalam hal ini zat lazimnya terikat pada molekul pengemban). Bahan
pencemar dapat masuk ke dalam tubuh ikan melalui t iga cara yaitu melalui rantai
makanan, insang dan difusi permukaan kulit (Hutagalung, 1984).
Beberapa efek yang ditimbulkan oleh merkuri terhadap tubuh antara lain :
1. Semua senyawa merkuri adalah racun bagi tubuh, apabila berada dalam
jumlah yang cukup.
2.
Senyawa-senyawa merkuri yang berbeda, menunjukkan karakteristik yang
berbeda pula dalam daya racun yang dimilikinya, penyebarannya,
akumulasi dan waktu retensinya di dalam tubuh.
3. Biotransformasi tertentu yang terjadi dalam suatu tata linkungan dan atau
dalam tubuh organisme hidup yang telah kemasukan merkuri disebabkan
oleh perubahan bentuk atas senyawa-senyawa merkuri itu, dari satu tipe ke
tipe lainnya.
Page 22
7/21/2019 UNIMED Undergraduate 22383 BAB II
http://slidepdf.com/reader/full/unimed-undergraduate-22383-bab-ii 22/22
27
4. Pegaruh utama yang ditimbulkan oleh merkuri di dalam tubub adalah
menghalangi kerja enzim dan merusak selaput dinding (membran) sel.
Keadaan itu disebabkan karena kemampuan merkuri dalam membentuk
ikatan kuat dengan gugus yang mengandung belerang (sulfur) yang
terdapat dalam enzim atau dinding sel.
5. Kerusakan yang diakibatkan oleh logam merkuri dalam tubuh umumnya
bersifat permanen.