Top Banner
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis 2.1.1. Pengertian Belajar Pembelajaran dalam suatu definisi dipandang sebagai upaya mempengaruhi siswa agar belajar. Atau secara singkat dapat dikatakan bahwa pembelajaran sebagai upaya membelajarkan siswa. Akibat yang mungkin tampak dari tindakan pembelajaran adalah siswa akan belajar sesuatu yang mereka tidak akan pelajari tanpa adanya tindakan pembelajar, atau mempelajari sesuatu dengan cara yang lebih efisien. Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responsnya menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut: (1) kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons pebelajar, (2) respons si pebelajar, dan (3) konsekuensi yang bersifat menhuatkan respons tersebut. Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai ilustrasi, perilaku respons si pebelajar yang baik diberi hadiah. Sebaliknya, perilaku respons yang tidak baik diberi teguran dan hukuman (Dimyati & Mudjiono, 2006:9). Terhadap masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi, yaitu: (1) belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku; (2) belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi (Slameto, 2010:13). Definisi belajar secara lengkap dikemukakan oleh Slavin (dalam Trianto, 2011:16), yang mendefinisikan belajar sebagai: Learning is usually defined as a change in an individual caused by experience. Chages caused by development (such as growing taller) are not instances og learning. Neither are characteristics of individuals that are present at birth (such as reflexes and respons to hunger or pain). However, huans do so much learning from the day of their birth (and some say earlier) that learning and development are enseparably linked.
26

UNIMED Undergraduate 22258 5. BAB II

Nov 08, 2015

Download

Documents

Ocha Malawat

fax
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Kerangka Teoritis

    2.1.1. Pengertian Belajar

    Pembelajaran dalam suatu definisi dipandang sebagai upaya

    mempengaruhi siswa agar belajar. Atau secara singkat dapat dikatakan bahwa

    pembelajaran sebagai upaya membelajarkan siswa. Akibat yang mungkin tampak

    dari tindakan pembelajaran adalah siswa akan belajar sesuatu yang mereka tidak

    akan pelajari tanpa adanya tindakan pembelajar, atau mempelajari sesuatu dengan

    cara yang lebih efisien.

    Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat

    orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak

    belajar maka responsnya menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut:

    (1) kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons pebelajar, (2)

    respons si pebelajar, dan (3) konsekuensi yang bersifat menhuatkan respons

    tersebut. Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut.

    Sebagai ilustrasi, perilaku respons si pebelajar yang baik diberi hadiah.

    Sebaliknya, perilaku respons yang tidak baik diberi teguran dan hukuman

    (Dimyati & Mudjiono, 2006:9).

    Terhadap masalah belajar, Gagne memberikan dua definisi, yaitu: (1)

    belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan,

    keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku; (2) belajar adalah penguasaan

    pengetahuan atau keterampilan yang diperoleh dari instruksi (Slameto, 2010:13).

    Definisi belajar secara lengkap dikemukakan oleh Slavin (dalam Trianto,

    2011:16), yang mendefinisikan belajar sebagai:

    Learning is usually defined as a change in an individual caused by experience.

    Chages caused by development (such as growing taller) are not instances og

    learning. Neither are characteristics of individuals that are present at birth (such

    as reflexes and respons to hunger or pain). However, huans do so much learning

    from the day of their birth (and some say earlier) that learning and development

    are enseparably linked.

  • 8

    Belajar secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang

    terjadi memalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau perkembangan

    tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir. Manusia banyak belajar sejak

    lahir dan bahkan ada yang berpendapat sebelum lahir. Bahwa antara belajar dan

    perkembangan sangat erat kaitannya.

    Proses belajar terjadi melalui banyak cara baik disengaja maupun tidak

    disengaja dan berlangsung sepanjang waktu dan menuju pada suatu pperubahan

    pada diri pembelajar. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan perilaku tetap

    berupa pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kebiasaan yang baru

    diperoleh individu. Sedangkan penggalaman meruupakan interaksi antara individu

    dengan lingkungan sebagai sumber belajarnya. Jadi, belajar di sini diartikan

    sebagai proses perubahan perilaku tetap dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak

    paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi lebih terampil, dan

    kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan

    maupun individu itu sendiri (Trianto, 2011:16-17).

    Dari ketiga pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

    suatu proses perubahan dari yang tidak tahu menjadi tahu yang terjadi melalui

    pengalaman individu itu sendiri, sehingga terjadi perubahan pada diri seseorang

    baik berupa pengetahuan, sikap dan tingkah laku, keterampilan dan aspek lainnya

    yang ada pada diri seseorang.

    2.1.2. Hasil Belajar

    Setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Hasil belajar

    tiap siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Bahan mentah

    hasil belajar terwujud dalam lembar-lembar jawaban soal ulangan atau ujian, dan

    yang berwujud karya atau benda. Semua hasil belajar tersebut merupakan bahan

    yang berharga bagi guru dan siswa. Bagi guru, hasil belajar siswa di kelasnya

    berguna untuk melakukan perbaikan tindak mengajar dan evaluasi. Bagi siswa,

    hasil belajar tersebut berguna untuk memperbaiki cara-cara belajar lebih lanjut.

    Oleh karena itu, pada umumnya guru mengadakan analisis tentang hasil belajar

    siswa di kelasnya (Dimyati & Mudjiono, 2006 : 256 ).

  • 9

    Hasil belajar biasanya diacukan pada tercapainya tujuan belajar. Hasil

    belajar yang tampak dari kemampuan yang diperoleh siswa, menurut Gagne dapat

    dilihat dari lima kategori, yaitu keterampilan intelektual (intelectual skills),

    informasi verbal (verbal information), strategi kognitif (cognitive strategies),

    keterampilan motorik (motor skills), dan sikap (attitudes). Sementara itu, Bloom

    dalam taksonominya terhadap hasil belajar (Taksonomi Bloom) mengkategorikan

    hasil belajar pada tiga ranah atau kawasan, yaitu ranah kognitif (cognitive

    domain), ranah afektif (affective domain), ranah psikomotorik (motor skill

    domain) (Uno, 2011:210).

    Menilai hasil belajar adalah unsur terakhir dalam proses perancangan

    pembelajaran. Harus ada hubungan langsung antara sasaran belajar dengan soal

    ujian. Dalam bidang pengujian dan pengukuran, hubungan ini merupakan

    petunjuk kesalahan soal ujian. Penyusunan Tujuan Pembelajaran (TP) atau

    Indikator Pencapaian Hasil Belajar (IPHB) didasarkan pada kompetensi Dasar

    (KD) dan indikator yang tercantum dalam kurikulum tentang suatu konsep materi.

    Menurut Sudirman N., dkk., dalam (Djamarah, 2005:247) tujuan penilaian dalam

    proses belajar mengajar adalah: (1) mengambil keputusan tentang hasil belajar,

    (2) memahami anak didik, (3) memperbaiki dan mengembangkan program

    pengajaran. Kemudian menurut Sudirman N. dkk., lagi, pengambilan keputusan

    tentang hasil belajar merupakan suatu keharusan bagi seorang guru agar dapat

    mengetahui berhasil tidaknya anak didik dalam proses belajar mengajar.

    Ketidakberhasilan proses belajar mengajar disebabkan antara lain oleh: (1)

    kemampuan anak didik yang rendah, (2) kualitas materi pelajaran tidak sesuai

    dengan tingkat usia anak, (3) jumlah bahan pelajaran terlalu banyak sehingga

    tidak sesuai dengan waktu yang diberikan, (4) komponen proses belajar mengajar

    yang kurang sesuai dengan tujuan.

    2.1.3. Pengertian Model Pembelajaran

    Model adalah sesuatu yang menggambarkan adanya pola berpikir.sebuah

    model biasanya menggambarkan keseluruhan konsep yang saling berkaitan.

    Model juga dapat dipandang sebagai upaya untuk mengkonkretkan sebuah teori

  • 10

    sekaligus juga merupakan sebuah analogi dan representasi dari variabel-variabel

    yang terdapat di dalam teori tersebut.

    Model-model pengajaran sebenarnya juga bisa dianggap sebagai model-

    model pembelajaran. Saat kita membantu siswa memperoleh informasi, gagasan,

    skill, nilai, cara berpikir, dan tujuan mengekspresikan diri mereka sendiri,

    sebenarnya tengah mengajari mereka untuk belajar. Pada hakikatnya, hasil

    instruksi jangka panjang yang paling penting adalah bagaimana siswa mampu

    meningkatkan kapabilitas mereka untuk dapat belajar lebih mudah dan lebih

    efektif pada masa yang akan datang, baik karena pengetahuan dan skill yang

    mereka peroleh maupun karena penugasan mereka tentang proses belajar yang

    lebih baik (Joyce, 2011:7).

    Arends dalam (Trianto, 2011:22) menyatakan, The term teaching model refers to a perticular approach to instruction that includes its goals, syntax, environment,

    and management system. Istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran

    tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem

    pengelolaannya. Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas

    daripada strategi, metode atau prosedur. Model pengajaran mempunyai empat ciri

    khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri ciri tersebut

    ialah : (1) rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau

    pengembangnya; (2) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar

    (tujuan pembelajaran yang akan dicapai); (3) tingkah laku mengajar yang

    diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil; dan (4)

    lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

    Dalam mengajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus dipilih

    model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Oleh

    karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki

    pertimbangan-pertimbangan. Misalnya, materi pelajaran, tingkat perkembangan

    kognitif siswa, dan sarana atau fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan

    pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.

  • 11

    Jadi, model pembelajaran merupakan desain sistem pembelajaran yang

    menggambarkan langkah-langkah yang perlu ditempuh untuk menciptakan

    aktivitas pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik.

    2.1.4. Model Pembelajaran Inkuiri

    Model Pembelajaran Inkuiri merupakan strategi pembelajaran yang

    menekankan kepada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak

    diberikan secara langsung. Peran siswa dalam strategi ini adalah mencari dan

    menemukan sendiri materi pelajaran; sedangkan guru berperan sebagai fasilitator

    dan pembimbing siswa untuk belajar.

    Strategi pembelajaran Inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran

    yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari

    dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Proses

    berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya jawab antara guru dan siswa.

    Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan strategi heuristic, yang berasal

    dari bahasa Yunani, yaitu heureskein yang berarti saya menemukan (Sanjaya,

    2006:196).

    Mengapa menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri? Dalam Jarret

    (http://educationnorthwest.org/webfm_send/748) Ada bukti bahwa inkuiri

    berbasis instruksi dapat meningkatkan kinerja dan sikap siswa tentang ilmu

    pengetahuan dan matematika. Di sekolah tingkat menengah, siswa yang

    berpartisipasi dalam Inkuiri berbasis program laboratorium dan keterampilan

    grafik berkembang lebih baik, dan belajar untuk menginterpretasikan data lebih

    efektif. Model pembelajaran Inkuiri dapat bermanfaat bagi siswa dalam

    menunjang beberapa aspek pembelajaran, yaitu sebagai berikut: (1) Improves

    student attitude and achievement (Meningkatkan sikap siswa dan prestasi), (2)

    Facilitates student understanding (Memfasilitasi pemahaman siswa), (3)

    Facilitates mathematical discovery (Memfasilitasi penemuan matematika)

  • 12

    Gambar 2.1. Cerminan proses inkuiri

    Model Inkuiri sebagai perancah untuk instruksi

    Model Inkuiri menyediakan konten dan struktur untuk instruksi

    menguraikan keterampilan dan strategi yang perlu diajarkan secara eksplisit

    dalam setiap tahapan proses.

    Model Inkuiri sebagai ukuran untuk perasaan

    Proses inkuiri, seperti pengalaman belajar yang menuntut, membawa

    serta berbagai perasaan, termasuk antusiasme, ketakutan, frustrasi dan

    kegembiraan. Perasaan ini yang dialami pada pola tertentu dalam berbagai

    tahapan dari proses inkuiri. Dengan mengacu pada model di seluruh penyelidikan

    berdasarkan kegiatan pembelajaran, guru dapat mengantisipasi dan mengenali

    siswa ketika mengalami perasaan yang kuat dan dapat merancang sistem

    pendukung dan reflektif.

    Model Inkuiri sebagai bahasa umum untuk guru dan siswa

    Sebuah bahasa umum untuk para guru dan siswa, membantu siswa

    untuk menginternalisasi model dan berbicara tentang keterlibatan pembelajaran

    proses. Hal ini meningkatkan komunikasi yang efektif antara semua inquirers di

  • 13

    sekolah karena memberikan guru dan siswa kata-kata untuk berbicara tentang

    bagian-bagian dari proses. Posting model di ruang kelas dan di perpustakaan (atau

    tempat di sekolah mana pembelajaran inkuiri terjadi) mendorong siswa untuk

    mengenali setiap fase sebagai bagian dari keseluruhan proses

    Dalam Alberta Learning, Learning and Teaching Resources Branch

    (http://education.alberta.ca/media/313361/focusoninquiry.pdf) menjelaskan bahwa

    Model Pembelajaran Inkuiri berkaca pada proses adalah bagian integral dari

    semua fase dalam Permintaan Model-Perencanaan, Mengambil, Pengolahan,

    Menciptakan, Berbagi dan Mengevaluasi, dan mencakup baik afektif dan kognitif

    domain terkait dengan metakognisi.

    Gambar 2.2. Model pembelajaran inkuiri

  • 14

    Tahap Perencanaan

    Peserta didik harus memahami bahwa tujuan yang mendasari Inkuiri

    berbasis proyek-proyek pembelajaran adalah untuk mengembangkan mereka

    belajar untuk belajar keterampilan. Inkuiri berbasis pembelajaran dimulai dengan

    minat atau rasa ingin tahu peserta didik tentang suatu topik. Ini adalah teka-teki

    yang perlu dipecahkan. Pada tahap proses penyelidikan yang paling penting dari

    para penemu adalah proses keseluruhan yang sering mengalami rasa optimis

    tentang tugas-tugas ke depan.

    Tahap Pengambilan

    Para peserta didik selanjutnya berpikir tentang informasi yang mereka

    miliki dan informasi yang mereka inginkan. Para penenmu mungkin harus

    menghabiskan lama waktu tertentu untuk mengeksplorasi dan berpikir tentang

    informasi yang mereka telah temukan sebelum mereka fokus untuk

    penyelidikannya. Guru membantu siswa yang mengalami perasaan frustrasi

    dengan mengajar mereka bahwa perasaan ini adalah orang yang semua peserta

    didik alami saat melakukan penemuan, dan dengan mengajarkan keterampilan dan

    strategi untuk memilih informasi yang relevan dan untuk menyesuaikan dan

    memodifikasi pertanyaan.

    Tahap pengolahan

    Fase ini dimulai ketika peserta didik telah fokus untuk penyelidikan.

    Fokus adalah aspek dimana siswa atau peserta didik telah memutuskan untuk

    melakukan penyelidikan. Menuju fokus bisa sangat sulit untuk siswa, karena

    melibatkan topik yang dipersempit. Ini melibatkan pertanyaan yang otentik,

    perspektif pribadi dan menarik pernyataan penelitian. Meski begitu, memilih

    informasi terkait dari sumber daya sering menjadi tugas yang sulit, mungkin

    informasi yang terlalu sedikit atau terlalu banyak informasi, atau informasi

    mungkin terlalu dangkal atau terlalu mendalam untuk para peserta didik.

    Seringkali informasi yang ditemukan membingungkan dan kontradiktif, sehingga

    siswa dapat merasa kewalahan.

  • 15

    Tahap menciptakan

    Pengorganisasian informasi, menempatkan informasi ke dalam kata-kata

    sendiri dan membuat format presentasi adalah tugas berikutnya dalam proses.

    Siswa merasa lebih percaya diri pada tahap ini dan ingin memasukkan semua

    pembelajaran baru yang mereka alami dalam produk mereka sendiri, sehingga

    menghasilkan banyak informasi.

    Tahap berbagi

    Jika siswa telah diberikan cukup dukungan pada seluruh proses

    penyelidikan, mereka akan bangga dengan hasil belajar mereka sendiri dan ingin

    berbagi informasi yang telah mereka temukan, terlepas dari format atau orang

    lain. Mereka kemungkinan merasa sedikit gugup menyajikan sesuatu yang mereka

    dapatkan dari penelitian merek sendiri, dan mereka mungkin merasa cemas bahwa

    orang lain mungkin tidak memahami atau menghargai usaha mereka. Namun

    demikian, mereka akan merasa bahwa mereka telah melakukan yang terbaik.

    Tahap mengevaluasi

    Akhirnya, ketika sebuah proyek penelitian selesai, peneliti merasa lega

    dan senang. Mereka sangat antusias dengan keterampilan baru mereka dan

    pemahaman, dan mereka ingin merefleksikan evaluasi mereka terhadap produk

    dan proses penyelidikan mereka. Siswa harus mampu mengartikulasikan

    pentingnya bekerja untuk mengembangkan mereka belajar untuk belajar

    keterampilan, dan mereka harus dapat melihat hubungan antara kerja penyelidikan

    mereka dilakukan dalam sekolah dan pekerjaan mereka atau kegiatan yang

    dilakukan di luar sekolah. Mereka juga harus dapat merefleksikan bagaimana

    pengalaman mereka memiliki dipengaruhi Model Inkuiri pribadi mereka dan pada

    apa yang mereka miliki belajar tentang diri mereka sebagai Penemu.

    Gulo dalam (Trianto, 2011:166), menyatakan strategi inkuiri berarti suatu

    rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan

    siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis,

    sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan percaya diri.

  • 16

    Sasaran utama kegiatan pembelajaran ikuiri adalah: (1) keterlibatan siswa secara

    maksimal dalam proses kegiatan belajar, (2) keterarahan kegiatan secara logis dan

    sistematis pada tujuan pembelajaran, (3) mengembangkan sikap percaya pada diri

    siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.

    Pada penelitian ini tahapan pembelajaran yang digunakan mengadaptasi

    dari tahapan pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Eggen & Kauchak

    (1996). Adapun tahapan pembelajaran inkuiri dapat dilihat pada tabel berikut :

    Tabel 2.1. Tahap pembelajaran inkuiri

    Fase Kegiatan Guru

    1. Menyajikan pertanyaan

    atau masalah

    Guru membimbing siswa mengidentifikasi masalah

    dan masalah dituliskan dipapan tulis. Guru

    membagi siswa dalam kelompok.

    2. Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk

    curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru

    membimbing siswa dalam menentukan hipotesis

    yang relevan dengan permasalahan dan

    memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi

    prioritaskan penyelidikan

    3. Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk

    menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan

    hipotesis yang akan dilakukan. Guru membimbing

    siswa mengurutkan langkah-langkah percobaan.

    4. Melakukan percobaan

    untuk memperoleh

    informasi

    Guru membimbing siswa mendapatkan informasi

    melalui percobaan

    5. Mengumpulkan dan

    menganalisis data

    Guru memberi kesempatan pada tiap kelompok

    untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang

    terkumpul

    6. Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat

    kesimpulan

    (Trianto, 2011 : 172)

  • 17

    2.1.5. Model Pembelajaran Inquiri Berbasis Pictorial Riddle

    Pendekatan dengan mengguanakan Pictorial Riddle adalah salah satu

    teknik atau metode untuk mengembangkan motivasi dan interest siswa di dalam

    diskusi kelompok kecil maupun besar. Gambar, peraga atau situasi sesungguhnya

    dapat digunakan untuk meningkatkan cara berpikir kritis dan kreatif siswa. Suatu

    riddle biasanya berupa gambar di papan tulis, papan poster atau diproyeksikan

    dari suatu transparansi, kemudian guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang

    berkaitan dengan riddle.

    Dalam membuat rancangan suatu riddle, guru harus mengikuti langkah-

    langkah sebagai berikut: (1) memilih beberapa konsep atau prinsip yang akan

    diajarkan atau didiskusikan, (2) melukis suatu gambar, menunjukkan suatu

    ilustrasi atau menggunakan potret (gambar) yang menunjukkan konsep, proses,

    atau situasi, (3) suatu prosedur bergantian adalah untuk menunjukkan sesuatu

    yang tidak sewajarnya, dan kemudian meminta siswa untuk mencari dan

    menemukan mana yang salah dengan riddle tersebut, (4) membuat pertanyaan-

    pertanyaan berbentuk divergent yang berorientasikan pada proses dan berkaitan

    dengan riddle (gambar dan sebagainya) yang akan membantu siswa memperoleh

    pengertian tentang konsep atau prinsip apakah yang terlibat di dalamnya (Amien,

    1987:150).

    2.1.6. Pembelajaran Konvensional

    Model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang biasa

    dipakai guru dalam pengajaran, yaitu yang menempatkan guru sebagai sumber

    segala informasi sedangkan siswa hanya mendengarkan saja. Hubungan siswa

    dengan guru sangat kaku, sebab guru dianggap sebagai tokoh yang harus ditiru

    dalam segalanya. Model pembelajaran konvensional mengarahkan siswa sesuai

    dengan interaksi yang diinginkan oleh guru. Model pembelajaran ini telah

    memberikan pengaruh yang kurang baik karena siswa berperan sebagai penerima

    informasi yang pasif. Sanjaya menyatakan bahwa:

    Dalam model pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif; siswa lebih banyak belajar

    dengan menerima, mencatat dan menghafal materi pelajaran; pembelajaran bersifat

  • 18

    teoritis dan abstrak; perilaku siswa didasarkan faktor dari luar dirinya misalnya

    takut hukuman dari guru; guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran.

    Ini berarti dalam model pembelajaran konvensional guru menjadi pusat

    pembelajaran dan sangat tidak memperhatikan perbedaan kemampuan individu

    yang dimiliki siswa. Peneliti menggunakan model pembelajaran konvensional

    yang biasa digunakan yakni ceramah dan tanya jawab dalam proses pembelajaran.

    Model ini dipakai sebagai bandingan dengan model pembelajaran Inquiri Berbasis

    Pictorial Riddle. Ceramah adalah penuturan lisan dari guru kapada siswanya.

    Ceramah juga merupakan suatu kegiatan memberikan informasi dengan kata-kata

    di depan orang banyak. Penyampaian informasi dengan kata sering mengaburkan

    dan kadang-kadang ditafsirkan salah. Ceramah dapat diartikan sebagai cara

    menyajikan pelajaran melalui penuturan lisan atau penjelasan langsung kepada

    sekelompok siswa.

    1. Kelebihan Pembelajaran Konvensional

    Adapun kelebihan dari pembelajaran konvensional ini adalah: (1)

    mempunyai keunggulan karena dapat berbagi informasi yang tidak mudah

    ditemukan di tempat lain, (2) menyampaikan informasi dengan cepat, (3)

    membangkitkan minat akan informasi. Mengajari peserta didik yang cara belajar

    terbaiknya dengan mendengarkan.

    2. Kelemahan Pembelajaran Konvensional

    Adapun kelemahan dari pembelajaran konvensional ini adalah : (1) tidak

    semua peserta didik memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan, (2)

    sering terjadi kesulitan pengajaran, (3) model ini cenderung tidak memerlukan

    pemikiran yang kritis serta mengasumsikan bahwa cara belajar peserta didik itu

    sama dan tidak bersifat pribadi, (4) kurang menekankan pada pemberian

    keterampilan proses (hands-on activities), (5) pemantauan melalui observasi dan

    intervensi sering tidak dilakukan oleh pendidik pada saat belajar kelompok sedang

    berlangsung, (6) para peserta didik tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar

    pada hari itu dan penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas (hasil), (7)

    daya serapnya rendah dan cepat hilang karena bersifat menghafal, (8) pendidik

  • 19

    jarang mengajar peserta didik untuk menganalisa secara mendalam tentang suatu

    konsep, (9) peserta didik hampir tidak pernah dituntut untuk mencoba strategi dan

    cara (alternatif) sendiri dalam memecahkan masalah.

    2.1.7. Materi

    2.1.7.1 Besaran dan Satuan

    a. Pengertian Besaran

    Besaran adalah segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan

    angka-angka. Besaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu besaran

    pokok dan besaran turunan.

    Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih

    dahulu dan tidak diturunkan dari besaran lain. Dalam Sistem Internasional (SI)

    ada 7 besaran pokok yang mempunyai satuan dan 2 besaran pokok yang tidak

    mempunyai satuan. Besaran Pokok yang mempunyai satuan diantaranya seperti

    tertera pada tabel dibawah ini

    Tabel 2.2. Besaran Pokok dan Satuannya

    No. Besaran pokok Satuan SI Singkatan

    1. Panjang Meter M

    2. Massa kilogram Kg

    3. Waktu Sekon S

    4. Suhu kelvin K

    5. Kuat arus ampere A

    6. Jumlah molekul Mole Mol

    7. Intensitas cahaya candela cd

  • 20

    Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari besaran pokok.

    Tabel 2.3. Besaran Turunan

    No. Besaran turunan Besaran pokok Satuan

    1. Luas panjang x lebar m2

    2. Volume panjang x lebar x tinggi m3

    3. Kecepatan Jarak / waktu m/s

    4. Massa jenis massa / panjang x lebar x tinggi kg/m3

    b. Pengertian Satuan

    Satuan didefinisikan sebagai pembanding dalam suatu pengukuran

    besaran. Setiap besaran mempunyai satuan masing-masing, tidak mungkin dalam

    2 besaran yang berbeda mempunyai satuan yang sama. Apa bila ada dua besaran

    berbeda kemudian mempunyai satuan sama maka besaran itu pada hakekatnya

    adalah sama. Sebagai contoh Gaya (F) mempunyai satuan newton dan berat (w)

    mempunyai satuan newton. Besaran ini kelihatannya berbeda tetapi sesungguhnya

    besaran ini sama yaitu besaran turunan gaya.

    c. Dimensi Besaran

    Dimensi dari suatu besaran dinyatakan dengan lambang huruf teretntu dan

    diberi kurung persegi ([ ]). Dalam soal biasanya kurung persegi dihilangkan.

    Tabel di bawah ini memberikan rumusan dimensi dari besaran-besaran pokok.

    Tabel 2.4. Dimensi Besaran Pokok

    Besaran Pokok Satuan Singkatan Dimensi

    Panjang

    Massa

    Waktu

    Temperatur

    Kuat Arus Listrik

    Intensitas Cahaya

    Jumlah Zat

    Meter

    kilogram

    sekon

    kelvin

    ampere

    candela

    mol

    m

    kg

    s

    K

    A

    cd

    mol

    [L]

    [M]

    [T]

    []

    [I]

    [J]

    [N]

  • 21

    Dimensi dari besaran turunan dapat disusun dari dimensi besaran-besaran

    pokok tersebut. Sebagai contoh, dimensi kecepatan merupakan hasil bagi antara

    dimensi panjang dan dimensi waktu.

    [daya] = [gaya] [kecepatan]

    = [MLT-2] [LT-1]

    = ML2T-3

    2.1.7.2. Instrumen Pengukuran

    a. Pengukuran Panjang

    Pengukuran besaran panjang dapat dilakukan dengan menggunakan

    berbagai alat ukur, misalnya mistar ukur, jangka sorong dan mikrometer sekrup.

    Mistar ukur

    Alat ukur panjang yang sering Anda gunakan adalah mistar atau

    penggaris. Pada umumnya, mistar memiliki skala terkecil 1 mm atau 0,1 cm.

    Mistar mempunyai ketelitian pengukuran 0,5 mm, yaitu sebesar setengah dari

    skala terkecil yang dimiliki oleh mistar. Pada saat melakukan pengukuran dengan

    menggunakan mistar, arah pandangan hendaknya tepat pada tempat yang diukur.

    Artinya, arah pandangan harus tegak lurus dengan skala pada mistar dan benda

    yang di ukur. Jika pandangan mata tertuju pada arah yang kurang tepat, maka

    akan menyebabkan nilai hasil pengukuran menjadi lebih besar atau lebih kecil.

    Kesalahan pengukuran semacam ini di sebut kesalahan paralaks.

    Gambar 2.3. Cara membaca yang tepat hasil pengukuran yang akurat

  • 22

    Jangka Sorong

    Jangka sorong terdiri atas dua bagian, yaitu rahang tetap dan rahang geser.

    Skala panjang yang terdapat pada rahang tetap merupakan skala utama, sedangkan

    skala pendek yang terdapat pada rahang geser merupakan skala nonius atau

    vernier. Nama vernier diambilkan dari nama penemu jangka sorong, yaitu Pierre

    Vernier, seorang ahli teknik berkebangsaan Prancis.

    Skala utama pada jangka sorong memiliki skala dalam cm dan mm.

    Sedangkan skala nonius pada jangka sorong memiliki panjang 9 mm dan di bagi

    dalam 10 skala, sehingga beda satu skala nonius dengan satu skala pada skala

    utama adalah 0,1 mm atau 0,01 cm. Jadi, skala terkecil pada jangka sorong adalah

    0,1 mm atau 0,01 cm.

    Jangka sorong tepat digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter

    dalam, kedalaman tabung, dan panjang benda sampai nilai 10 cm. Untuk lebih

    memahami tentang tentang jangka sorong, perhatikan Gambar 2.2.

    Gambar 2.4 Jangka sorong dan bagian-bagiannya

    Mikrometer sekrup

    Mikrometer sekrup sering digunakan untuk mengukur tebal bendabenda

    tipis dan mengukur diameter benda-benda bulat yang kecil seperti tebal kertas dan

    diameter kawat. Mikrometer sekrup terdiri atas dua bagian, yaitu poros tetap dan

  • 23

    poros ulir. Skala panjang yang terdapat pada poros tetap merupakan skala utama,

    sedangkan skala panjang yang terdapat pada poros ulir merupakan skala nonius.

    Skala utama mikrometer sekrup mempunyai skala dalam mm, sedangkan skala

    noniusnya terbagi dalam 50 bagian. Satu bagian pada skala nonius mempunyai

    nilai 1/50 0,5 mm atau 0,01 mm. Jadi, mikrometer sekrup mempunyai tingkat

    ketelitian paling tinggi dari kedua alat yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu

    0,01 mm. Perhatikan gambar berikut!

    Gambar 2.5. Mikrometer sekrup dan bagian-bagiannya

    b. Pengukuran Massa

    Massa benda menyatakan banyaknya zat yang terdapat dalam suatu benda.

    Massa tiap benda selalu sama dimana pun benda tersebut berada. Satuan SI untuk

    massa adalah kilogram (kg).

    Alat untuk mengukur massa disebut neraca. Ada beberapa jenis neraca,

    antara lain, neraca ohauss, neraca lengan, neraca langkan, neraca pasar, neraca

    tekan, neraca badan, dan neraca elektronik. Setiap neraca memiliki spesifikasi

    penggunaan yang berbeda-beda. Jenis neraca yang umum ada di sekolah Anda

    adalah neraca tiga lengan dan empat lengan.

    Pada neraca tiga lengan, lengan paling depan memuat angka satuan dan

    sepersepuluhan, lengan tengah memuat angka puluhan, dan lengan paling

    belakang memuat angka ratusan. Cara menimbang dengan menggunakan neraca

    tiga lengan adalah sebagai berikut.

  • 24

    Posisikan skala neraca pada posisi nol dengan menggeser penunjuk pada

    lengan depan dan belakang ke sisi kiri dan lingkaran skala diarahkan pada

    angka nol!

    Periksa bahwa neraca pada posisi setimbang!

    Letakkan benda yang akan diukur di tempat yang tersedia pada neraca!

    Geser ketiga penunjuk diurutkan dari penunjuk yang terdapat pada ratusan,

    puluhan, dan satuan sehingga tercapai keadaan setimbang!

    Bacalah massa benda dengan menjumlah nilai yang ditunjukkan oleh

    penunjuk ratusan, puluhan, satuan, dan sepersepuluhan!

    Gambar 2.6. Neraca tiga lengan

    c. Pengukuran Waktu

    Standar satuan waktu adalah sekon atau detik (dalam buku ini akan

    digunakan sekon). Alat yang digunakan untuk mengukur waktu biasanya adalah

    jam atau arloji. Untuk megukur selang waktu yang pendek di gunakan stopwatch.

    Stopwatch memiliki tingkat ketelitian sampai 0,01 detik. Alat ukur yang paling

    tepat adalah jam atom. Jam ini hanya digunakan oleh para ilmuwan di

    laboratorium.

  • 25

    Gambar 2.7. Arloji dan bagian-bagiannya

    Arloji ada dua jenis, yaitu arloji mekanis dan arloji digital. Jarum arloji

    mekanis digerakkan oleh gerigi mekanis yang selalu berputar, sedangkan arloji

    digital berdasarkan banyaknya getaran yang dilakukan oleh sebuah kristal kuarsa

    yang sangat kecil. Arloji akan bekerja sepanjang sumber energinya masih ada.

    Ketelitian arloji adalah 1 sekon. Kelemahan arloji mekanis maupun digital adalah

    selalu bergerak sehingga sulit dibaca secara teliti.

    Waktu yang terbaca pada arloji mekanis ditunjukkan oleh kerja ketiga

    jarum, yaitu jarum jam, jarum menit, dan jarum detik. Jarum jam bergerak satu

    skala tiap satu jam, jarum menit bergerak satu skala tiap satu menit, jarum detik

    bergerak satu skala tiap satu detik. Cara membaca untuk arloji digital sangat

    mudah sebab angka yang ditampilkan pada arloji sudah menunjukkan waktunya.

    2.1.7.3. Angka Penting

    Angka penting adalah semua angka yang didapat dari hasil pengukuran

    dengan mempergunakan alat ukur. Angka penting terdiri atas angka-angka pasti

    dan angka taksiran pertama sesuai dengan tingkat ketelitian pengukuran dari suatu

    alat ukur yang dipergunakan. Cara menentukan angka penting adalah sebagai

    berikut.

  • 26

    a. Aturan-Aturan Penulisan Angka Penting

    Dalam penulisan angka penting, terdapat lima aturan yang menyatakan apakah

    suatu angka termasuk angka penting atau bukan. Lima aturan tersebut adalah

    sebagai berikut:

    1. Semua angka bukan nol adalah angka penting.

    Contoh : 21,2 ( Mengandung 3 angka penting)

    12,34 (Mengandung 4 angka penting)

    2. Angka nol yang terletak diantara dua angka bukan nol termasuk angka

    penting.

    Contoh : 10,01 (Mengandung 4 angka penting)

    80,1 (Mengandung 3 angka penting)

    3. Semua angka nol yang terletak pada deretan akhir dari angka-angka yang

    ditulis dibelakang koma desimal termasuk angka penting.

    Contoh : 2,10 (Mengandung 3 angka penting)

    32,10 (Mengandung 4 angka penting)

    4. Angka-angka nol yang terletek di sebelah kiri dan sebelah kanan koma

    desimal adalah bukan angka penting.

    Contoh : 0,007 (Mengandung 1 angka penting)

    0,080 (Mengandung 2 angka penting)

    5. Bilangan-bilangan puluhan, ratusan, ribuan dan seterusnya yang memiliki

    angka-angka nol pada deretan akhir harus dituliskan dalam notasi ilmiah

    agar jelas apakah angka-angka nol tersebut termasuk angka penting atau

    bukan.

    Contoh : 450000 (Mengandung 4 angka penting)

    5,00 ( Mengandung 2 angka penting)

    Contoh :

    1. Dengan menggunakan jangka sorong hasil pengukuran ketebalan lembar

    kertas adalah 1,3 mm maka hasil pengukuran ini memiliki 2 angka penting.

    2. Hasil pengukuran sebuah penggaris terhadap pensil adalah 17,5 cm, dari

    hasil pengukuran ini menunjukkan 3 angka penting.

  • 27

    3. Dari gambar dibawah terlihat bahwa skala utamanya adalah 5,5 mm dan

    skala nonius yang segaris dengan skala utama adalah skala ke-25 (25 0,01

    mm = 0,25 mm). Sehingga hasil pengukuran tersebut adalah 5,5 mm + 0,25

    mm = 5,75 mm dimana hasil pengukuran ini memiliki 3 angka penting.

    Gambar 2.8. Banyak angka penting hasil pengukuran micrometer sekrup

    b. Operasi-Operasi Dalam Angka Penting

    Di dalam operasi penjumlahan atau pengurangan dalam angka penting dari

    operasi tersebut hanya boleh mengandung satu angka yang diragukan, angka

    kedua yang di ragukan tak perlu di tuliskan dan jika seluruh bilangan tidak di

    garis bawahi, angka yang terakhir adalah angka yang di ragukan atau angka

    tafsiran.

    Dalam operasi perkalian atau pembagian, banyaknya angka penting dari

    kedua macam operasi tersebut harus sama dengan angka penting yang paling

    sedikit. Misalnya deretan pertama memiliki lima angka penting dan deretan

    bilangan kedua hanya mempunyai dua angka penting, maka hasil operasi

    perkalian atau pembagian hanya memiliki dua angka penting.

    Aturan Penjumlahan dan Pengurangan Bilangan Penting

    Hasil penjumlahan dan pengurangan dua atau lebih bilangan penting yang

    berdimensi sama hanya boleh memiliki satu angka yang diragukan.

    Contoh : l1 = 6,48 m

    l2 = 18,2 m +

    (l1 + l2) = 24,68 m

  • 28

    Menurut aturan penjumlahan angka penting, penulisan (l1 + l2) adalah (l1 + l2) =

    24,7 m. Jadi terdapat satu angka yang diragukan, yakni angka 7. hal yang sama

    berlaku :

    Contoh :

    l2 = 18,2 m

    l1 = 6,48 m +

    (l2 l1) = 11,72 m

    Menurut aturan pengurangan antgka penting, penulisan (l2 l1) menjadi (l2 l1) =

    11,7 m.

    Perkalian dan Pembagian Bilangan Penting

    Perkalian dan pembagian bilangan penting harus menghasilkan suatu

    bilangan yang banyak angka pentingnya sama dengan bilangan awal yang angka

    pentingnya paling sedikit.

    Contoh :

    Tentukan luas bangun persegi panjang, jika hasil pengukuran panjang dan

    lebarnya adalah :

    Luas = p l

    = 3,22 cm x 2,1 cm = 6,8 cm2

    sebab 3,22

    2,1

    3,22

    6,44 +

    6,762 dibulatkan menjadi 6,8 (2 angka penting)

    c. Notasi Ilmiah

    Untuk memudahkan Anda mengetahui banyaknya angka penting suatu

    besaran, digunakan cara penulisan yang disebut notasi ilmiah. Cara penulisan ini

    juga sering membantu dalam operasi perhitungan Fisika.

    Penulisan hasil pengukuran 0,0124 m menjadi 1,24 x 10-2

    m dan 2.500 kg

    menjadi 2,5 x 103 kg disebut penulisan dengan cara notasi ilmiah. Penulisan ini

  • 29

    akan sangat menguntungkan seperti pada penulisan jarak Bumi ke Matahari, yaitu

    150.000.000 km dapat dituliskan menjadi 1,5 x 108 km. Demikian juga penulisan

    massa sebuah elektron, yaitu 9,11 x 10-31

    kg (setelah dibulatkan). Jika massa

    elektron ditulis, Anda akan membutuhkan tempat yang sangat panjang. Oleh

    karena itu, penulisan dengan notasi ilmiah menjadi sangat menguntungkan. Jadi,

    deretan angka nol yang terdapat di belakang atau di depan angka bukan nol, dapat

    diganti dengan bilangan sepuluh berpangkat yang disebut sebagai orde besaran.

    2.1.7.4. Ketidakpastian Pengukuran

    Setiap pengukuran mengandung ketidakpastian. Adapun penyebab dari

    ketidakpastian adalah orang yang melakukan pengukuran dan alat ukur itu sendiri.

    Berikut ini adalah beberapa jenis sumber-sumber ketidakpastian yang sering di

    jumpai.

    a. Ketidakpastian Bersistem

    Ketidakpastian bersistem dapat disebut sebagai sumber kesalahan, karena

    bersumber dari alat ukur. Ketidakpastian ini meliputi :

    1. Kesalahan kalibrasi

    2. Kesalahan titik nol

    3. Kesalahan komponen alat

    4. Gesekan, biasanyaa pada alat-alat yang dapat bergerak

    5. Paralaks.

    b. Ketidakpastian Acak

    Ketidakpastian ini bersumber pada keadaan atau gangguan yang sifatnya acak.

    Penyebab ketidak pastian ini antara lain :

    1. Gerak brown molekul udara

    2. Fluktuasi tegangan listrik

    3. Landasan yang bergetar

    4. Bising

  • 30

    c. Adanya Nilai Skala Terkecil Alat Ukur

    Setiap alat ukur mempunyai sksla terkecil dari berbagai ukuran. Karena

    keterbatasan penglihatan dalam pembacaan, skala terkecil ini juga merupakan

    sumber kesalahan.

    a. Keterbatasan pengamatan.

    Biasanya di sebabkan karena kurang terampilnya pengamat menggunakan alat

    utamanya alat-alat canggih yang melibatkan banyak komponen yang harus diatur.

    2.1.7.5. Melaporkan Hasil Pengukuran

    a. Pengukuran Tunggal

    Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan satu kali saja. Adapun

    ketidakpastian pada pengukuran tunggal ditetapkan sama dengan setengah

    skala terkecil. Ketidakpastian pengukuran tunggal

    x = x skala terkecil

    b. Pengukuran berulang

    Pengukuran berulang adalah pengukuran yang dilakukan lebih dari satu kali.

    Misalnya, suatu besaran fisika diukur N kali pada kondisi yang sama, dan

    diperoleh hasil-hasil pengukuran x1, x2 x3,xN (disebut sebagai sampel). Nilai

    rata-rata sampel didefinisikan sebagai berikut.

    x = =

    Ketidak pastian pengukuran berulang dinyatakan oleh simpangan baku nilai

    rata-rata sampel.

    =

  • 31

    2.2. Kerangka Konseptual

    Inquiry merupakan perluasan proses discovery yang digunakan lebih

    mendalam. Inkuiri berasal dari bahasa Inggris yakni Inquiry, berarti, pertanyaan,

    atau pemeriksaan, penyelidikan. Pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak

    siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah dalam waktu yang relatif singkat.

    Dalam proses pembelajaran model inkuiri dapat menunjukkan adanya

    peningkatan pemahaman sains, produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa

    menjadi terampil dalam memperoleh dan menganalisis informasi.

    Model pembelajaran inkuiri berangkat dari asumsi bahwa sejak manusia

    lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri

    pengetahuannya. Rasa ingin tahu tentang keadaan alam si sekelilingnya

    merupakan kodrat manusia sejak ia lahir ke dunia. Hingga dewasa keingintahuan

    manusia secara terus menerus berkembang dengan menggunakan otak dan

    pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki manusia akan bermakna manakala

    didasari oleh keingintahuan itu. Dalam rangka itulah model pembelajaran inkuiri

    dikembangkan.

    Metode pictorial riddle merupakan salah satu metode yang termasuk ke

    dalam model inkuiri. Metode pictorial riddle adalah suatu metode atau teknik

    untuk mengembangkan aktifitas siswa dalam diskusi kelompok besar maupun

    kecil melalui penyajian masalah yang disajikan dalam bentuk ilustrasi. Suatu

    riddle biasanya berupa gambar, baik di papan tulis, papn poster, maupun

    diproyeksikan dari suatu transparansi, kemudian guru mengajukan pertanyaan

    yang berkaitan dengan riddle itu.

    Salah satu upaya untuk memecahkan masalah rendahnya aktivitas belajar

    siswa yang berakibat pada rendahnya hasil belajar siswa adalah dengan

    menerapkan model pembelajaran inkuiri berbasis pictorial riddle. Inkuiri

    merupakan pendekatan yang mengembangkan aktivitas belajar siswa secara

    optimal, sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa. Sedangkan pictorial

    riddle merupakan pendekatan yang mempresentasikan informasi ilmiah dalam

    bentuk gambar yang digunakan sebagai sumber diskusi. Dengan penerapan

    pembelajaran ini diharapkan siswa bisa lebih aktif dalam mengikuti proses belajar

  • 32

    mengajar Fisika dan memperoleh hasil belajar yang maksimal, sehingga dapat

    meningkatkan pemahaman konsep khususnya pada materi pokok pengukuran di

    Kelas X semester I SMA Swasta Methodist Lubuk Pakam.

    2.3. Hipotesis

    Hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

    Ho : Tidak terdapat perbedaan akibat pengaruh penggunaan model pembelajaran

    inkuiri berbasis pictorial riddle terhadap hasil belajar Fisika siswa pada

    materi pengukuran di kelas X semester I SMA Swasta Methodist Lubuk

    Pakam.

    Ha : Terdapat perbedaan akibat pengaruh penggunaan model pembelajaran

    inkuiri berbasis pictorial riddle terhadap hasil belajar Fisika siswa pada

    materi pengukuran di kelas X semester I SMA Swasta Methodist Lubuk

    Pakam.