Top Banner
1 Proposal Penelitian Sosiologi Ruang (Studi Pemikiran Henri Levebfre mengenai Produksi Ruang Sosial) Disusun oleh : Itsnain Ginanjar Bagus Setiadi F1A010073 Diajukan untuk Menyusun Skripsi Pada Program Strata Satu (S1) Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN SOSIOLOGI PURWOKERTO 2016
32

Undergraduate Thesis Proposal

Apr 14, 2017

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Undergraduate Thesis Proposal

1

Proposal Penelitian

Sosiologi Ruang

(Studi Pemikiran Henri Levebfre mengenai Produksi Ruang Sosial)

Disusun oleh :

Itsnain Ginanjar Bagus Setiadi

F1A010073

Diajukan untuk Menyusun Skripsi Pada Program Strata Satu (S1)

Jurusan Sosiologi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN SOSIOLOGI

PURWOKERTO

2016

Page 2: Undergraduate Thesis Proposal

2

A. Judul Penelitian

Sosiologi Ruang (Studi Pemikiran Henri Levebfre mengenai Produksi Ruang

Sosial)

B. Ruang Lingkup

Sosiologi Ruang, Metateori

C. Latar Belakang

Manusia adalah mahluk sosial. Mahluk sosial yang berkeinginan

untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekelilingnya dan untuk menjadi

satu dengan suasana alam di sekelilingnya.1 Salah satu jalan untuk

mewujudkan keinginannya tersebut adalah melalui jalan interaksi sosial.

Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis,

menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok, maupun antara

individu dengan kelompok.2 Proses interaksi sosial berlangsung sepanjang

kehidupan manusia dan merupakan proses terpenting dari manusia sebagai

mahluk sosial. Terciptanya sebuah interaksi sosial harus memenuhi beberapa

syarat utama. Syarat tersebut yakni kontak sosial dan komunikasi. Selain itu,

interaksi sosial juga memiliki aturan tersendiri yang terbagi menjadi 2

dimensi. Dimensi waktu dan ruang.3 Interaksi sosial memang terbatas pada

sebuah waktu dan ruang. Waktu mengacu pada kapan dilakukannya interaksi,

sementara ruang mengacu pada dimana interaksi berlangsung. Maka dari itu,

waktu dan ruang menjadi aspek yang tidak dapat dilepaskan dari sebuah

interaksi. Pentingnya aspek waktu dan ruang membuat banyak kajian dan

pemikir yang mencoba memahami lebih dalam akan dua hal tersebut. Seperti

Rene Descartes, Immanuel Kant, Alfred Schutz, Martin Heideger, Pitrim

Sorokin, Robert K. Merton. Akan tetapi, dari waktu dan ruang tersebut.

Ruang mendapatkan perhatian yang lebih banyak.

Ruang memiliki berbagai macam definisi, tergantung perspektif

yang digunakan. Umumnya, pengertian yang banyak digunakan adalah dari

sudut pandang geografis, dimana ruang merupakan sebuah tempat dimana

1 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2008), 102-103. 2 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, 2008, 67. 3 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, 2008, 69-70.

Page 3: Undergraduate Thesis Proposal

3

manusia berada dan beraktifitas. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(KBBI) definisi ruang adalah sela-sela antara dua (deret) tiang atau sela-sela

antara empat tiang (di bawah kolong rumah); rongga yg berbatas atau

terlingkung oleh bidang.4 Mayoritas, manusia mengenal kata ruang adalah

sebuah bentuk fisik yang tercipta diantara dua buah batasan fisik (dinding,

tiang), seperti ruang kamar, ruang tamu, ruang kuliah, ruang keluarga, dan

ruang lainnya yang terbatas pada bentuk fisik.

Definisi ruang kemudian berkembang seiring perkembangan zaman

dan juga pemikiran manusia. Ruang kemudian tidak hanya terpaku pada

bentuk fisik saja. Perkembangan definisi tersebut mulai bermunculan ketika

era Renaisance, dengan pelopornya yakni Rene Descartes. Pada abad 17

hingga abad ke-20, secara umum pemahaman akan ruang dikelompokan

menjadi dua yaitu:

a. materialistik-objektif : Ruang sebagai materi dipandang sebagai

elemen terbatas yang menjadi bagian dan berada di dalam dunia yang

bersifat terbatas pula. Ruang dianggap sebagai wadah yang

mengandung realitas yang bersifat materi atau fisik (dapat dilihat,

diraba).

b. spiritualistik-subjektif: Pengertian ruang lebih ditekankan kepada

konteks kualitas (bukan materi). Ruang tidak harus mewujud secara

visual, namun ruang dapat hadir/ada melalui abstraksi, ide, bahkan

dapat berupa – spirit yang melekat pada wilayah tertentu. Bentuk

ruang ini meliputi persepsi (berupa sesuatu yang sifatnya mental) yang

ada di benak manusia.5

Proses pemahaman tentang ruang terus berlangsung hingga hari ini

dan dilakukan dari berbagai disiplin ilmu. Mulai dari filsafat, geografi,

arsitektur, antropologi, hingga ranah sosiologi. Banyak juga pemikir atau

teoritisi sosiologi yang fokus membedah dan memahami persoalan ruang.

4 Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1990). 5 Dhian Damajani, “Gejala Ruang Ketiga (Third Space) di Kota Bandung: Paradoks Dalam Ruang

Publik Urban Kontemporer,” (Doktoral Disertasi: Institut Teknologi Bandung, 2008), 34.

Page 4: Undergraduate Thesis Proposal

4

Karena menganggap ruang akan selalu melekat dalam masyarakat dan

menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan sosial. Dari pertama

kali lahir, manusia melakukan segala aktifitas di dalam sebuah ruang.

Berinteraksi dalam sebuah ruang.

Teoritisi sosiologi klasik hingga modern berupaya menganalisa

tentang ruang sosial. Meskipun berbeda – beda bahasa untuk menerjemahkan

ruang sosial ini. George Simmel dengan ruang formal, kemudian Michel

Foucault dengan other space, hingga Henri Lefebvre dengan social space –

nya.

Dari beberapa pemikir sosial yang berupaya membedah tentang

ruang, karya atau pemikiran dari Henri Lefebvre hingga kini dianggap

sebagai sebuah karya besar dan juga menjadi referensi yang sahih ketika

membahas mengenai ruang. Selain itu pemikiran Henri Lefebvre tentang

production of space juga menjadi inpirasi bagi pemikir – pemikir lain untuk

membahas dan membedah tentang ruang sosial. David Harvey,6 seorang

pemikir Marxian kontemporer juga menyatakan bahwa Lefebvre adalah salah

satu dari sedikit pemikir sekaligus aktivis Prancis terhebat di abad ke-20.

Henri Lefebvre merupakan filsuf dari Perancis yang lahir pada 16

Juni 1901 dan meninggal pada 29 Juni 1991. Lefebvre belajar ilmu filsafat di

Universitas Paris (Sourbourne) dan kemudian ia menjadi profesor sosiologi di

Universitas Strasbourg, Perancis. Lefebvre sangat terpengaruh pemikiran –

pemikiran dari G.W Hegel, Karl Marx, juga Friedrich Engels. Maka dari itu,

Lefevbre dikenal sebagai seorang Marxian. Hal tersebut sangat terlihat dari

karya – karya yang dihasilkan oleh Lefebvre.

Lefebvre berhasil menghasilkan banyak karya berupa buku, artikel,

maupun esay – esay. Akan tetapi, yang berhasil membawa nama Lefebvre

6 David Harvey,“After Words” in The Production Of Space (Oxford: Blackwell Publisher, 1993),

425.

Page 5: Undergraduate Thesis Proposal

5

diakui dan dikenal secara luas adalah dua karya utamanya, yakni The

Critique of Everyday Life (3 volume:1947,1961,1981) dan tentu saja The

Production of Space (1974) yang membawa namanya termasyhur. La

production de l'espace adalah judul asli dari The Production of Space, buku

ke-57 dari Henri Lefebvre. Proses penulisan buku ini memakan waktu sekitar

enam tahun, yakni dari tahun 1968 – 1974. Akan tetapi, nama Lefebvre tidak

langsung meroket ketika La production de l'espace diterbitkan. Baik di

Prancis sendiri maupun di belahan dunia lain. Bahkan versi terjemahan

Bahasa Inggris dari La production de l'espace baru pertama terbit tahun

1991, atau berjarak 17 tahun. Andy Merrefield,7 melihat hal tersebut terjadi

karena dua hal utama. Pertama karena buku ini salah dimengerti oleh para

intelektual Prancis pada waktu tersebut. Kedua, karena kemunculan Lefebvre

pada saat yang tidak tepat. Lefebvre muncul disaat dimana dunia intelektual

Prancis didominasi oleh Louis Althusser dengan Marxisme strukturalnya

yang mana hampir tidak ada yang menentangnya dan popular dimana –

mana. Karya Althusser For Marx yang terbit tahun 1965, bahkan hanya butuh

empat tahun untuk diterjemahkan ke Bahasa Inggris. Jauh bila dibandingkan

dengan Production of Space-nya Lefebvre.

Perhatian para intelektual mulai benar – benar tertuju kepada

Lefebvre dimulai ketika David Harvey mengeluarkan bukunya yang berjudul

Social Justice and City.8 Setelah itu, The Production of Space terus

menggema, terutama dalam bidang spasial, studi perkotaan, geografi,

arsitektur, hingga sosiologi. The Production of Space sendiri adalah usaha

Lefebvre untuk menanyakan dan berusaha menggali apakah (Social) space is

a (social) product.9 Dalam buku setebal 464 halaman ini Lefebvre membawa

begitu banyak pertanyaan dan juga banyak perspektif.

7 Andy Merrefield, Henri Lefebvre: A Critical Introduction (New York: Routledge, 2006), 101. 8 Andy Merrefield, Henri Lefebvre: A Critical Introduction,2006, 102. 9 Henri Lefebvre, The Production Of Space, trans. (Oxford: Blackwell, 1991), 18.

Page 6: Undergraduate Thesis Proposal

6

Lefebvre here draws upon his intimate knowledge of

philosophy, his reflections on Hegel, Marx, Nietzsche

and Freud, his experiential encounters with poetry,

art, song and carnival, his connections with the

surrealists and situationists, his intense involvement

in Marxism both as a current of thought and as a

political movement, his sociological enquiries into

urban and rural conditions of life, his particular

conception of totality and dialectical method. The

reader will find here not only innumerable lines of

thought to be followed up, but tacit or implicit

criticisms of structuralism, of critical theory and

deconstruction, of semiotics, of Foucault's views on

the body and power, and of Sartre's version of

existentialism…10

Kekayaan akan banyaknya perspektif inilah yang membuat buku ini begitu

lengkap sekaligus kompleks. Meskipun begitu, tidak sedikit pula yang begitu

tertarik bahkan terinspirasi dari buku ini. Hingga saat ini, terdapat dua

gelombang utama dari para intelektual yang secara khusus meminjam,

memahami, mengritik, dan juga menyempurnakan pemikiran Henri Lefebvre

ini.11 Gelombang pertama terdapat beberapa nama intelektual seperti David

Harvey, Edward Soja, Fredric Jameson, Mark Gottdiener, Derek Gregory,

Kristin Ross, Elenore Kofman, dan Elizabeth Lebas. Sementara gelombang

kedua seperti Rob Shields, Erik Swyngedouw, Stuart Elden, Stefan Kipfer,

dan Neil Brenner.

Banyaknya tokoh – tokoh intelektual yang meminjam, memahami,

dan menyempurnakan pemikiran Henri Lefebvre tentang produksi ruang

sosial, menandakan jika pemikiran dari Lefebvre merupakan pemikiran yang

komprehensif dalam menjelaskan permasalahan dalam ruang sosial. Selain

itu, hal ini juga menandakan jika ruang, dalam ranah sosial tidak dapat

dinafikan begitu saja dalam kehidupan sosial. Ruang tidak dapat dianggap

sebagai hal yang statis dan ada begitu saja. The Production of Space Henri

Lefebvre berhasil membuka cakrawala tersebut. Bahkan, pasca meledaknya

10 David Harvey, ,“After Words” in The Production Of Space, 1991, 431 11 Andy Marrefield, Henri Lefebvre: A Critical Introduction,2006, 103.

Page 7: Undergraduate Thesis Proposal

7

karya Lefevbre, sociology of space mulai diakui sebagai sub bidang yang

penting dalam disiplin sosiologi terutama di Eropa dan Amerika.

Di Indonesia sendiri pemikiran dari Henri Lefebvre dapat dikatakan

masih belum terlalu populer. Karya – karya dan pemikiran Lefebvre mulai

dijadikan rujukan di Indonesia baru sekitar pertengahan tahun 2000-an. Ini

pun masih didominasi oleh bidang arsitektur dan tata kota saja. Barulah

setelah satu dasawarsa bidang – bidang lain dalam ilmu sosial, dan juga kaum

Marxian12 mulai banyak melirik pemikiran Lefebvre sebagai alternatif alat

analisis dalam bidang kajian masing – masing. Keterlambatan mengenal

pemikiran dari Lefebvre di Indonesia terjadi karena beberapa faktor. Salah

satunya adalah sudah terlalu nyamannya intelektual Indonesia bersandar

kepada pemikir atau tokoh – tokoh klasik sebagai alat analisisnya. Selain itu,

keterlambatan ini juga disebabkan minimnya terjemahan karya Lefebvre

dalam bahasa Indonesia. Hingga tahun 2016, bahkan baru satu karya dari

Lefebvre yang diedarkan dalam bahasa Indonesia, yakni Marxisme yang

diterbitkan pada tahun 2015 oleh Penerbit Jalustra.

Dalam pencarian peneliti terhadap karya – karya atau naskah

akademik di Indonesia yang membahas Henri Lefebvre, peneliti menemukan

dua karya yang dirasa cukup sebagai pembanding terhadap penelitian ini.

Pertama, skripsi dengan judul “Ruang dan Representasi Sosial Malioboro”.

Penelitian ini dilakukan pada tahun 2013 oleh Galatia Puspa Sani, mahasiswa

sosiologi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Penelitian ini mencoba

melihat bagaimana ruang sosial di Malioboro, Yogyakarta dengan

menggunakan perspektif Henri Lefebvre. Selain itu, penelitian ini juga

berupaya untuk memberikan pandangan lain dan bahkan baru terkait

Malioboro melalui gagasan ruang sosial. Kedua, thesis Putri Nurul Probowati

“Reproduksi Masyarakat dan Implikasi Spasial dalam Proses Transformasi

12 Ulasan tentang pemikiran Lefebvre baru muncul di website Indoprogress pada Februari 2011.

Indoprogress adalah website yang menampung artikel – artikel ilmiah yang banyak berfokus pada

diseminasi wacana kiri. Selengkapnya tentang Indoprogress bisa dilihat di

www.indoprogress.com/tentang-kami

Page 8: Undergraduate Thesis Proposal

8

Kampung Laweyan” dari Pasca Sarjana Perumaham dan Pemukiman

Perkotaan Universitas Indonesia. Penelitian yang dilakukan tahun 2011 ini

bertujuan untuk menggambarkan bagaimana proses transformasi, reproduksi

masyarakat, dan implikasi spasial sebagai bagian dari proses transformasi di

Kampung Laweyan terutama karena imbas naik turunnya industri batik.

Dalam penelitian ini, ruang terutama dalam definisi Lefebvre menjadi alat

analisis utama. Selain itu, ruang juga menjadi objek analisis utama dalam

observasi penelitian ini.

Berdasarkan temuan naskah akademik ini, peneliti berkesimpulan jika

sudah ada (dan mungkin banyak) di Indonesia yang memanfaatkan pemikiran

Henri Lefebvre tentang ruang sebagai alat analisis atau landasan berpikir

dalam penelitiannya. Meskipun demikian, hal ini kemudian tidak membuat

studi untuk memahami pemikiran Lefebvre tidak diperlukan lagi. Justru ini

adalah momentum yang tepat, karena karya – karya Lefebvre mulai banyak

digandrungi oleh intelektual atau akademisi Indonesia. Selain itu, Galatia

Puspa Sani dalam penelitiannya mengungkapkan, salah satu kendala besar

dalam penelitiannya adalah kesulitan untuk mencari referensi ataupun acuan

mengenai bagaimana wacana-wacana ruang kota diterapkan.13 Karena kajian

– kajian mengenai ruang kota yang pernah dan sedang dikerjakan oleh

akademisi di Indonesia rata-rata berada pada tataran fisik, sedangkan wacana

atau tataran konseptual yang melingkupinya cenderung kurang diminati. Oleh

karena itu, penelitian mengenai pemikiran produksi ruang sosial menurut

Henri Lefebvre dirasa masih sangat layak untuk dilakukan. Selain itu,

pemikiran Lefebvre, terutama sumbangsihnya tentang space atau ruang masih

sangat relevan untuk menjelaskan situasi Indonesia hari ini.14 Baik secara

teoritis maupun praksis. Bahkan pemikiran Lefebvre dianggap memberikan

cara pandang baru terhadap studi akan ruang perkotaan di Indonesia. Dimana

13 Galatia Puspa Sani, “Ruang dan Representasi Sosial Malioboro” (Skripsi, Universitas Gadjah

Mada, 2013), 130. 14 Sudaryono, “Perencanaan Kota berbasis Kontradiksi: Relevansi pemikiran Henri Lefebvre

dalam Produksi Ruang Perkotaan saat ini,” Jurnal Perencaan wilayah dan Kota 19 (Universitas

Gajah Mada, 2008), 11.

Page 9: Undergraduate Thesis Proposal

9

studi atas ruang perkotaan ini mencakup banyak bidang keilmuan dan sangat

multidispliner, mulai dari arsitektur, geografi, politik, sosiologi, ekonomi, dll.

Pemikiran Lefebvre dianggap memunculkan optimisme dan bahkan mampu

menjadi solusi atas kompleksitas permasalahan perkotaan di Indonesia. Selain

itu, Henri Lefebvre yang merupakan seorang profesor dalam bidang sosiologi

di University of Strasbourg, dirasa patut mendapatkan ruang yang lebih

dalam disiplin keilmuan sosiologi. Terutama pemikirannya tentang produksi

ruang sosial. Sehingga dengan penelitian ini, diharapkan bukan hanya para

arsitek atau geografer saja yang memanfaatkan pemikiran Lefebvre, tetapi

para sosiolog – sosiolog juga mulai melirik pemikiran Lefebvre,.

D. Rumusan Masalah

Bagaimanakah pemikiran Henri Lefebvre mengenai produksi ruang sosial?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan pemahaman dan juga dapat

menjelaskan secara menyeluruh terkait produksi ruang sosial menurut Henri

Lefebvre.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat Teoritis :

Penelitian ini berfokus terhadap pemikiran Henri Lefebvre mengenai

produksi ruang sosial. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan

informasi dan masukan tetang ruang sosial yang bukan merupakan taken

for granted, melainkan sebuah hasil produksi secara terus menerus.

Sehingga bagi para pembaca diharapkan akan memahami hal tersebut

dalam kehidupan sehari – harinya.

Manfaat Praktis :

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi teoritik

tentang studi ruang,perkotaan atau masyarakat urban, kehidupan sehari -

Page 10: Undergraduate Thesis Proposal

10

hari dan teori sosiologi secara umum. Penelitian ini juga diharapkan

mampu memberikan wacana alternatif. Menjadi pelengkap penelitian-

penelitian sebelumnya, sehingga dapat memperoleh keragaman

pemahaman dan penafsiran dengan argumentasi yang berbeda.

G. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan menjelaskan pemikiran

Henri Lefebvre mengenai produksi ruang sosial. Oleh karena itu, dibutuhkan

konsep – konsep yang relevan. Konsep-konsep yang relevan tersebut

digunakan untuk membantu dan mempermudah dalam keberlangsungan

proses penelitian. Beberapa konsep yang relevan dalam penelitian ini yaitu,

konsep metateori, dan sociology of space. Tinjauan pustaka tersebut

diharapkan dapat memberikan arahan dan rujukan sekaligus menunjukan

orisinalitas penelitian tentang Sosiologi Ruang: Studi Pemikiran Henri

Lefebvre mengenai Produksi Ruang Sosial.

G.1. Landasan Teoritis dan Kerangka Pemikiran Penelitian

G.1.1. Metateori dalam Sosiologi

Ilmu sosial merupakan cabang dari ilmu pengetahuan yang diragukan

kesatuan paradigmanya. Ini adalah pandangan dari Thomas Kuhn.15 Karena

itu, bagi Kuhn, ilmu sosial lebih layak dikategorikan sebagai ilmu yang

belum menjadi sebuah paradigma yang utuh. Meskipun ungkapan dari Kuhn

tersebut banyak mendapatkan reaksi keras dari kalangan sosiolog, pandangan

Kuhn tentang ilmu sosial ini bukanlah sesuatu hal yang baru. Perdebatan

ontologis, epistemologis, dan metodologis merupakan bagian tak terpisahkan

dalam sejarah sosiologi sebagai bagian dari ilmu sosial.

Pendapat Kuhn kemudian berimplikasi kepada maraknya penggunaan

istilah paradigma dalam perkembangan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan.

15 Thomas Khun, The Structure of Scientific Revolutions (Chicago:The University of Chicago

Press, 1962) 23.

Page 11: Undergraduate Thesis Proposal

11

Ada dua intelektual yang kemudian sangat dikenal menggunakan dan

memanfaatkan paradigma menjadi penjabaran konseptual dalam bidang teori

sosiologi, yakni William Purdue, dan George Ritzer. William Purdue

mengategorikan teori – teori sosiologi menjadi tiga paradigma, yakni order,

prural, dan conflict. 16 Sementara Ritzer juga mengategorikannya kedalam

tiga paradigima dengan definisi yang lain, yakni paradigma fakta sosial,

definisi sosial, dan perilaku sosial. 17 Penggunaan istilah paradigma dalam

teori – teori sosiologi juga menyadarkan para teoritisi sosiologi bahwa

sosiologi merupakan ilmu yang plural. Masing – masing pendekatan

mempunyai kekhasan, keunikan, dan akurasinya sendiri. Walter L Wallace,

melihat perbedaan – perbedaan yang saling berceceran ini perlu

diterjemahkan ke dalam sebuah bahasa yang dapat memetakan itu semua.18

Sosiologi harus menyatukan pandangan – pandangan yang berbeda dalam

sosiologi itu sendiri, akan tetapi tanpa menghilangkan bahwa sosiologi adalah

ilmu yang plural. Dalam hal ini, menurut George Ritzer, sosiologi

memerlukan metateori.

Secara terminologi meta berasal dari Bahasa Yunani yang berarti after

atau beyond, yang kurang lebih apabila diterjemahkan dalam Bahasa

Indonesia adalah melewati, melebihi, atau melampaui. Maka metateori dapat

diartikan melewati, melebihi, atau melampaui sebuah teori itu sendiri.

Sementara, metateori menurut Ritzer adalah suatu studi intensif dan

sistematis terhadap struktur teori.19 Secara sederhana, apabila teori sosiologi

berupaya memahami atau menjelaskan dunia sosial, maka metateori di dalam

sosiologi berupaya untuk memahami teori sosiologi itu sendiri. Metateori

adalah satuan perspektif yang cakupannya lebih luas daripada teori itu sendiri.

Selain itu, dalam melakukan metateori juga harus menemukan batasan –

batasan yang mendasar diantara teori – teori sosiologi. Akan tetapi, metateori

16 William D Purdue, Sosiological Theory : Explanation, Paradigm, and Ideology (California:

Mayfield Publishing, 1986) 17 George Ritzer, Sosiologi : Ilmu Berparadigma Ganda, trans. (Jakarta: CV Rajawali, 1975) 18 Walter L Wallace, Principles of Scientific Sociology (New York: Aldine, 1983), 2-3. 19 George Ritzer, Metatheorizing in Sociology (Lexington:Lexington Books, 1991)

Page 12: Undergraduate Thesis Proposal

12

juga tidak berhenti hanya sebagai upaya untuk memetakan atau

mengategorikan teori – teori sosiologi saja. Lebih jauh, Ritzer membagi

metateori menjadi tiga jenis dengan tujuannya masing – masing, yakni : (1)

Metatheorizing as means of attaining a deeper understanding of theory (Mu),

yang berarti metateori untuk mendalami teori yang dikaji. Jenis Mu ini juga

memiliki empat subtipe lainnya, antara lain : Internal – Intelectual yang

memusatkan perhatian pada masalah intelektual atau kognitif, yang menjadi

bagian dalam sosiologi; Internal – social yang memusatkan perhatian pada

faktor sosial ketimbang faktor kognitif; External – intelectual yang

memusatkan perhatian pada gagasan, peralatan, konsep, dan teori dari bidang

ilmu lain yang dapat digunakan dalam menganalisis teori sosiologi; External-

Social yang fokusnya lebih makro untuk melihat masyarakat lebih luas

(lingkungan nasional, Sosio-cultural, dsb) dan melihat sifat pengaruhnya

terhadap teori sosiologi. (2) Metatheorizing as a Prelude to theory

development (Mp) yang berarti metateori untuk mengembangkan teori yang

dikaji. Contoh dari jenis ini adalah teori kapitalisme dari Marx yang

dikembangkanya berdasarkan hasil sistematis atas materialisme Ludwig

Feuerbach, dialektika Hegel dan gagasan lain seperti ekonomi Adam Smith,

dan (3) Metatheorizing as source of perspective that overarch sociological

theory (Mo) yang berarti metateori untuk mengintegrasikan teori – teori yang

telah ada. Contoh dari jenis ini seperti karya – karya George Ritzer, Anthony

Giddens, hingga Pierre Bourdieu.20 Metateori dalam sosiologi acapkali juga

disebut dengan metasosiologi. Metateori memang bukanlah dominasi dari

disiplin sosiologi saja. Hampir semua disiplin ilmu sosial pun sebenarnya

menerapkan metateori.

Penelitian dengan judul Sosiologi Ruang : Studi Pemikiran Henri

Lefebvre tentang Produksi Ruang Sosial ini dapat pula dikatakan sebagai

sebuah metateori. Merujuk kepada tipologi metateori yang diajukan Ritzer,

penelitian ini dapat dikategorikan ke dalam jenis metatheorizing as means of

attaining a deeper understanding of theory (Mu) dengan subtipe internal –

20 Geger Riyanto, Peter L Berger : Perspektif Metateori Pemikiran (Jakarta: LP3ES, 2009), 14.

Page 13: Undergraduate Thesis Proposal

13

intelectual. Oleh karenanya penelitian ini akan lebih condong menghasilkan

sebuah karya yang berusaha untuk memahami, menginterpretasikan, dan

menggali pemikiran Lefebvre terkait produksi ruang sosialnya. Akan tetapi,

tidak juga secara kaku akan mengikuti begitu saja apa yang telah dijelaskan

oleh Ritzer. Pengategorisasian ini hanya sebagai upaya untuk memperjelas

dan mempertegas saja kemana arah penelitian ini akan berujung nantinya.

G.1.2. Sociology of Space

Sociology of space atau sosiologi ruang merupakan sub bidang dalam

disiplin sosiologi. Sosiologi ruang dapat dikatakan sebagai bidang yang multi

atau interdispliner. Sosiologi ruang banyak meminjam dan menggabungkan

teori – teori seperti Marxisme, Feminisme, postkolonialisme, teknologi, juga

geografi. Jika menilik sejarah perkembangan sosiologi, munculnya sosiologi

ruang bermula dengan pemikiran Georg Simmel tentang The Sociological of

Space dalam buku Sociology: Investigations on The Forms of Sociation pada

tahun 1908. Dalam karya tersebut, Simmel tertarik dalam proses kemajuan

masyarakat yang mulai memisahkan ruang santai/rekreasi (leisure space)

dalam masyarakat ekonomi modern.21 Akan tetapi pada waktu tersebut

sosiologi ruang masih menjadi subjek kajian yang minor. Barulah pada tahun

1980-an mulai bangkit kembali, terutama dengan munculnya karya Henri

Lefebvre The Production of Space dan Michel Foucault Of Other Space

(1967).22

Dalam bidang sosiologi ruang terdapat aliran yang bermacam pula.

Terdapat dua aliran kuat dalam bidang ini, yakni aliran struktural dan

humanis.23 Aliran struktural banyak mengambil dari pemikiran Lefebvre yang

juga dipengaruhi oleh pemikiran Karl Marx yang menganggap ruang

merupakan konstruksi sosial yang mempengaruhi tindakan dan persepsi

subjek di dalamnya. Sementara aliran humanis diprakarsai oleh Martina Low,

21 David Jary, “Simmel and Since - Essays on Georg Simmel's Social Theory”, Reviewing

Sociology Journal vol.10 (Staffordshire: Staffordshire University,1997), 10. 22 Essay Michel Foucault dengan judul Des Espaces Autres keluar pada tahun 1967, dan baru

diterjemahkan ke bahasa Inggris pada tahun 1985. 23 Doreen Massey, “Spaces of Politics”, in Human Geography Today, ed. Doreen Massey, John

Allen, dan Philip Sarre ( Cambridge: Polity Press, 1997), 279-294.

Page 14: Undergraduate Thesis Proposal

14

yang menganggap ruang merupakan konstruksi subjektif yang dibentuk

melalui praktik keseharian dan kebiasaan.

Konsep dan aliran dalam bidang sosiologi ruang ini penting sebagai

bahan literasi dan pembanding dalam penelitian yang akan dilakukan. Secara

tidak langsung, dengan memilih Henri Lefebvre sebagai bahan dan materi

penelitian, peneliti juga akan menggunakan pendekatan Lefebvre dalam

menerjemahkan ruang, yakni secara struktural. Hal ini dilakukan agar dapat

memahami secara menyeluruh pemikiran Lefebvre tentang ruang. Selain itu,

hal ini juga dilakukan agar peneliti tidak terjebak pada perspektif atau

pendekatan lain dalam menerjemahkan ruang, sehingga menyebabkan

penelitian ini menjadi tidak fokus dan justru gagal memahami makna dari

produksi ruang menurut Lefebvre itu sendiri.

G.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu penting dilakukan dalam sebuah penelitian.

Selain sebagai bahan komparasi dan referensi, penelitian terdahulu juga

bertujuan untuk memetakan posisi penelitian. Dalam mencari literatur untuk

mendapatkan bahan penelitian terdahulu ini, peneliti berfokus pada pencarian

literatur yang membahas tentang ruang (space, spatial). Literatur yang

membahas mengenai ruang ini berbeda dengan apa yang telah tercantum pada

latar belakang proposal penelitian ini. Jika pada latar belakang permasalahan,

peneliti berupaya menghadirkan penelitian lain mengenai ruang yang

menggunakan pemikiran Henri Lefebvre. Maka disini peneliti berfokus pada

literatur teoritis (baik naskah orisinil maupun metateori) mengenai ruang,

yang tidak berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan

Lefebvre. Dengan ketentuan ini, maka secara otomatis, peneliti tidak akan

mencantumkan literatur – literatur dari pemikir Lefebvrian baik gelombang

pertama, maupun kedua. Hal ini dilakukan guna melihat level urgensi serta

signifikansi dari penelitian yang akan dilakukan peneliti. Dengan melihat dan

menyandingkannya dengan karya – karya lain yang membahas mengenai

ruang, di luar dari pemikiran Lefebvre. Peneliti mencoba menghadirkan tiga

Page 15: Undergraduate Thesis Proposal

15

literatur sebagai pembanding. Terdapat tiga literatur atau penelitian yang

peneliti hadirkan.

Pertama, Of Other Space karya Michel Foucault. Literatur ini

merupakan diktat kuliah untuk French Architectur Research Institute di tahun

1967 dengan judul asli Des Espace Autres yang diterjemahkan kedalam

bahasa Inggris pada tahun 1984. Disini Foucault mencoba membagi space

atau ruang menjadi tiga jenis, yakni Utopia, Heterotopia, dan Dystopia.24

Jenis pertama, Utopia adalah ruang yang secara fisik tidak ada. Ruang

ini terwujud atas sebuah gagasan atau ide, dan lebih berasosiasi pada ranah

mental. Kemudian, Dystopia adalah ruang yang nyata hadir dalam sebuah

masyarakat. Sementara itu Heterotopia adalah semacam ruang percampuran

antara Utopia dan Dystopia. Ruang yang nyata tetapi juga dibekali dengan

sebuah gagasan atau ide – ide di dalamnya. Foucault menjelaskan heterotopia

ini seperti jika kita sedang bercermin. Cermin tersebut merefleksikan diri kita

di suatu ruang yang tidak huni, ruang yang tidak nyata, ruang yang secara

virtual ada di balik cermin tersebut (utopia). Akan tetapi cermin tersebut ada

keberadaannya di dunia nyata, dapat kita rasakan, itulah heterotopia, other

space, atau ruang ‘yang lain’.

Ketiga jenis ruang ini selalu berhubungan satu dengan yang lainnya.

Selain itu, ruang juga mempunyai hubungan dengan struktur kekuasaan.

Maka fokus Foucault dalam literatur ini adalah mencari ruang lain ini, ruang

antara nyata dan tidak nyata yang selama ini hadir dalam masyarakat, tetapi

tidak disadari dan tak diacuhkan. Dalam argumentasinya, Foucault

menemukan ruang ‘yang lain’ ini terdapat pada beberapa ‘ruang tak biasa’

dalam masyarakat. Seperti museum, kuburan, panti jompo, rumah sakit jiwa,

penjara, festival/karnaval, hingga lokalisasi.

Kedua, buku dari Doreen Massey yang berjudul Space, Place, and,

Gender. Dalam buku yang terbit pertama kali pada tahun 1994 ini, Massey

24 Michel Foucault,” Of Other Spaces: Utopias and Heterotopias" in Rethinking Architecture: A

Reader in Cultural Theory. Edited by Neil Leach. (New York: Routledge, 1997) 330-336.

Page 16: Undergraduate Thesis Proposal

16

mencoba melihat perubahan yang terjadi pasca masyarakat industri di Inggris.

Massey yang merupakan seorang sosial geografer ini juga berusaha

mendekati ruang dan hubungannya dengan tempat atau lokasi serta waktu.

Massey juga berpendapat jika ruang merupakan hasil dari konstruksi sosial.

Akan ada selalu unsur politik dalam konstruksi ruang dalam masyarakat. Ada

kekuasaan yang bermain disana. Selain itu, Massey juga meminjam

pemikiran Anthony Giddens yang menjelaskan bagaimana dunia modern

(lebih spesifik globalisasi) menghilangkan batasan – batasan spasial.

Masyarakat modern sudah tidak lagi ada batas – batas wilayah, ruang,

maupun tempat. Tak ada kesulitan melakukan mobilitas antar ruang dan

tempat. Akan tetapi, menurutnya kemudahan dalam mobilitas antar ruang

(space) tak semudah melakukan perpindahan antar tempat (place).25 Terutama

dalam konteks jender. Massey merepresentasikannya dengan ruang publik

dan privat untuk perempuan, ruang kerja, hingga rekreasi. Ruang pun

mempunyai batas – batas jender menurut Massey. Ada makna simbolis dalam

ruang – ruang hingga seolah ruang ruang tertentu memiliki jenis jendernya

sendiri - sendiri. Pemberian makna simbolis ini dipandang merupakan hasil

permainan politik, kekuasaan. Lebih rijid Massey melihat hal ini disebabkan

oleh budaya patriarki lama (sebelum modernitas) kemudian dilanggangkan

oleh sistem kapitalisme. Kesimpulan ini kemudian diasosiasikan jika

penguasa (patriarki, kapitalis) adalah seorang laki – laki, yang

melanggengkan budaya patriarki. Konstruksi ruang pun merupakan

konstruksi yang patriarkis. Pemikiran Massey ini, hingga kini banyak menjadi

rujukan jika ingin melihat bagaimana relasi antara spasial dengan jender.

Ketiga, tulisan John Urry dengan judul The Sociology of Space and

Place dalam buku The Blackwell Companion to Sociology. John Urry

mencoba mengungkapkan argumen tentang penting dan sentralnya posisi

ruang (dan lokasi) pada disiplin sosiologi. Dalam tulisannya, Urry melakukan

metateori dari para pemikir – pemikir sosiologi dari klasik hingga modern.

Menurut Urry, pemikiran mengenai ruang dalam bidang sosiologi sudah ada

25 Doreen Massey, Space, Place, and Gender (Minnesota: Minnesota Press, 2001) 185.

Page 17: Undergraduate Thesis Proposal

17

sejak pemikir klasik, akan tetapi hanya terlihat secara samar dan dibangun

tanpa jalan yang jelas.26 Urry mengawali langkah metateorinya kepada

pemikiran Karl Marx dalam Das Capital, dimana Marx menganalisis

bagaimana pengakumulasian modal dari kapitalis adalah dengan cara

‘penghancuran/penghilangan ruang’ oleh waktu dan bagaimana

konsekuensinya terasa langsung terhadap perubahan agrikultur, industri, dan

kependudukan melewati ruang dan waktu. Kemudian, Emile Durkheim juga

melihat proses yang hampir sama dengan Marx. Menurutnya, klasifikasi

Durkheim tentang solidaritas dalam masyarakat juga menyinggung soal

ruang. Dalam masyarakat organik, yang berdasar pada spesifikasi dan

kemampuan yang berbeda – beda, akhirnya menyebabkan interaksi antar

individu yang berbeda ruang.

Kemudian, Urry juga menyinggung soal social fact Durkheim.

Bagaimana fakta sosial dalam masyarakat dapat terbentuk, karena masyarakat

berbagi dan hidup dalam ruang yang sama. Dari beberapa pemikir sosiologi

klasik, Urry mengakui jika Georg Simmel lah yang paling komrehensif

membahas mengenai ruang. Dia melihat ada lima kualitas bentuk ruang yang

ditemukan dalam interaksi sosial, yang pada akhirnya mengubah ruang yang

kosong menjadi bermakna. Diantaranya, karakteristik dan keunikan dari

sebuah ruang, cara bagaimana sebuah ruang dipisahkan dalam aktivitas

spasial, derajat untuk interaksi sosial tertentu yang terkhususkan di ruang

tertentu dan derajat kedekatan atau jarak, kemudian mengenai kemungkinan

untuk berpindah lokasi atau ruang, serta konsekuensi akan hadirnya orang

asing dalam sebuah ruang. Pasca-Simmel, pembahasan mengenai ruang

sempat terhenti. Kemudian bangkitnya pemikir Marxian dalam rentang tahun

1970 hingga 1980-an mulai menaikkan posisi ruang dalam analisa teori

sosial. Diawali dengan Marxist-feminist Doreen Massey yang membicarakan

ruang yang terjenderkan, David Harvey dengan pemampatan ruang dan waktu

26 John Urry, “The Sociology of Space and Place” in The Blackwell Companion to Sociology

(Oxford: Blackwell, 2004) 7.

Page 18: Undergraduate Thesis Proposal

18

dalam masyarakat kapitalis, hingga Anthony Giddens dengan teori ruang dan

waktunya yang berhubungan dengan globalisasi.

John Urry juga sedikit meyinggung persinggungan antara ilmu sosial

dan ilmu sains dalam perdebatan mengenai ruang ini. Dengan semakin

populer dan pentingnya ilmu sains, pandangan Newton akan ruang pun

diamini bersama dalam masyarakat, bahwa ruang adalah objektif, berjalan

linier, dan wujud yang absolut. Akan tetapi, bangkitnya perbincangan ruang

dalam ilmu sosial juga tidak lepas dari ilmu sains. Pada awal abad ke-21para

fisikawan mulai melihat bahwa waktu dan ruang tidak mungkin dipisahkan.

Kemudian masuknya teori chaos dan kompleksitas ke dalam sosiologi juga

ikut membangkitkan posisi ruang dan waktu dalam sosiologi. Urry,

bersepakat jika ruang merupakan konstruksi sosial. Urry meminjam

pemikiran Massey tentang ruang yang terjenderkan dan memperluaskannya

menjadi ruang teridentitaskan. Menurutnya bukan hanya persoalan jender

yang menjadi masalah dalam ruang, akan tetapi juga etnisitas,ras, agama, dll.

Urry menutup kesimpulannya dengan melakukan perlawanan terhadap ruang

yang teridentitaskan melalui jejaring dan mobilitas. Urry melihat jika

pemikiran Hommi Bhabha cukup representatif untuk melakukan perlawanan

ini. Baik tentang ambivalensi, mimikri, dan diaspora. Dengan penguatan antar

jaringan ‘yang tertindas’, membuat pemaknaan kembali, hingga melakukan

mobilitas, dan pada akhirnya mereka akan membentuk dan dapat

mengonstruksi ruang seperti apa yang mereka inginka. Contoh yang coba

dipaparkan Urry disini adalah tentang ‘kampung pecinan’ yang ada di seluruh

belahan dunia.

Berdasarkan penelitian terdahulu ini, sudah cukup banyak dan sangat

berkembang pemikiran mengenai ruang sosial dalam kajian sosiologi,

maupun disiplin lainnya. Karena bagaimana pun juga ruang atau spasial

adalah kajian lintas disiplin. Dengan membandingkan penelitian terdahulu ini,

peneliti berkesimpulan jika penelitian yang akan dilakukan peneliti dan

pemilihan atas pemikiran Henri Lefebvre sebagai objek penelitian masih

sangat perlu dilakukan. Meskipun sebenarnya ada kemiripan antara produksi

Page 19: Undergraduate Thesis Proposal

19

ruang sosial Lefebvre dengan Heterotopia Foucault. Akan tetapi, kegagalan

Foucault adalah melihat peran kekuasaan dalam sebuah ruang sangat terbatas,

hanya pada ruang – ruang tertentu saja. Lefebvre melihatnya dalam

kehidupan sehari – sehari. Kemudian, Lefebvre dan Massey juga sama – sama

seorang Marxian, akan tetapi, pandangan Massey bahwa kapitalis adalah

seorang laki – laki dan ruang dibentuk oleh laki – laki justru dikhawatirkan

mengandung unsur bias. Lefebvre menjelaskan kapitalis sebagai model dan

strategi produksi, bukan sebagai aktor yang berdiri sendiri. Kemudian John

Urry sudah memetakan pemikiran mengenai ruang dengan cukup

komprehensif. Akan tetapi peneliti melihat pemikiran postmodernis, dan juga

postcolonial dari Urry justru mengakibatkan perdebatan dan penyelesaian

persoalan ruang akan mengarah pada ranah yang tidak substantif. Ekonomi.

H. Metodologi Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan paradigma nonpositivisme,

khususnya konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme menjelaskan

substansi bentuk kehidupan di masyarakat tidak hanya dilihat dari penilaian

objektif saja, melainkan dilihat dari tindakan perorangan yang timbul dari

alasan-alasan subjektif.27 Paradigma konstruktivisme yang ditelusuri dari

pemikiran Max Weber menilai perilaku manusia secara fundamental berbeda

dengan perilaku alam, karena manusia bertindak sebagai agen yang

mengkonstruksi dalam realitas sosial mereka, baik itu melalui pemberian

makna ataupun pemahaman perilaku dikalangan mereka sendiri.28 Paradigma

penelitian ini merupakan perubahan dari fokus pada menjelaskan fenomena

khas di ilmu alam ke penekanan pada pemahaman, yang dianggap lebih tepat

untuk menyelidiki fenomena dalam ilmu manusia.29 Paradigma penelitian ini

memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap socially

27 Melissa Freeman, The Sage Encyclopedia of Qualitative Research Methods, editor Lisa M.

Given (London: SAGE Publications, 2008), 65. 28 Melissa Freeman, The Sage Encyclopedia of Qualitative Research Methods, 2008, 66. 29 Chris Barker, Cultural Studies: Teori dan Praktik, trans. (Yogyakarta: Kreasi Wacana,

2008), 276.

Page 20: Undergraduate Thesis Proposal

20

meaningful action melalui pengamatan terhadap pelaku sosial yang

bersangkutan menciptakan dan memelihara atau mengelola dunia sosial

mereka.30 Paradigma penelitian ini juga menempatkan posisi peneliti setara

dan sebisa mungkin masuk dengan subyek yang diteliti, dan berusaha

memahami dan mengonstruksikan sesuatu yang menjadi pemahaman si

subyek yang diteliti. Hal ini dapat dilakukan dengan cara meleburkan horizon

atau cakrawala dari peneliti dengan subjek yang akan diteliti. Sehingga akan

mendapatkan suatu makna dari suatu tindakan. Tindakan disini tidak terbatas

pada ranah praktik saja, tetapi juga teks pun termasuk suatu tindakan. George

Hans Gadamer mengatakan bahwa makna suatu tindakan (teks atau praktik)

bukanlah sesuatu yang ada pada tindakan itu sendiri, tetapi makna selalu

bermakna bagi seseorang sehingga bersifat relatif bagi penafsirnya. 31Makna

muncul dari hubungan antara suatu tindakan dengan mereka yang berusaha

memahami tindakan itu. Makna merupakan produk interaksi antara dua

subjek. Dengan demikian, makna perilaku orang lain atau produknya

bukanlah apa yang mereka pikirkan, namun apa yang kita atau sebagai

interpreter lain pikirkan tentang apa yang telah dilakukan orang lain tersebut.

Dalam konteks penelitian ini, untuk mencari pemahaman atau makna dari

pemikiran Henri Lefebvre tentang produksi ruang sosial, diperlukan interaksi

antara peneliti dengan tindakan Henri Lefebvre. Tindakan disini mengacu

kepada teks – teks Henri Lefebvre.

Dialektika menjadi metode dalam menggunakan perspektif ini.32

Perspektif filsafat sosial akan digunakan dalam penelitian ini untuk

menunjukan paham paham yang lebih bersifat filosofis dan konseptual

dengan memahami teks-teks dan hikayat kesejarahan yang juga tersirat dalam

makna-makna lain dengan melakukan perbandingan antara satu teks dengan

30 Dedy N. Hidayat, Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik Klasik (Jakarta:

Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia, 2003), 3. 31 Melissa Freeman, The Sage Encyclopedia of Qualitative Research Methods, 2008, 387. 32 George Ritzer, Teori Sosiologi: Dari Sosiologi KlasikSampai Perkembangan Terakhir

Postmodern,trans. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), 1038-1039.

Page 21: Undergraduate Thesis Proposal

21

yang lain dalam konteks pemikiran Henri Lefebvre tentang produksi ruang

sosial.

H.1. Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan menjelaskan produksi

ruang sosial menurut Henri Lefebvre. Untuk mendukung tercapainya tujuan

penelitian tersebut, maka diperlukan sebuah metode penelitian sesuai dengan

kebutuhan dan alat analisis penelitian ini. Oleh karena itu, metode penelitian

yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif.

Bogdan dan Taylor mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif deskriptif

menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis dan data lisan dari orang-

orang dan perilaku yang diamati.33

Penggunaan metode penelitian kualitatif dalam penelitian ini

ditunjukan untuk mendapatkan data-data yang lebih tajam, lengkap dan

mendalam. Hal tersebut juga dikatakan oleh Jane Riche bahwa penelitian

kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial dan perspektifnya di

dalam dunia, dari konsep, perilaku, persepsi dan persoalan tentang manusia

yang diteliti.34 Dalam hal ini, penelitian kualitatif deskriptif akan berguna

untuk menjelaskan bagaimana konsep produksi ruang sosial.

H.2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini akan banyak menggunakan interpretasi peneliti melihat

pemikiran Henri Lefebvre. Maka dari itu pendekatan yang dipakai dalam

penelitian ini adalah pendekatan hermeneutika. Dengan pendekatan

hermeneutika ini diharapkan menghilangkan anggapan bahwa penelitian

interpretatif adalah penelitian yang mencari kebenaran makna sesuai dengan

apa yang disukai oleh peneliti atau dengan kata lain penelitian yang sewenang

– wenang dan serampangan. Secara sederhana, pendekatan hermeneutika

adalah studi tentang teori dan praktek pemahaman dan interpretasi. George

Hans Gadamer menganggap hermeneutika bukanlah upaya untuk membuat

prosedur yang baku, melainkan memberikan jalan kepada pemahaman

33 Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif ( Bandung: Remadja Karya, 2005), 24. 34 Melissa Freeman, The Sage Encyclopedia of Qualitative Research Methods, 2008, 43.

Page 22: Undergraduate Thesis Proposal

22

terhadap suatu teks adalah tujuan utamanya. Jadi ketika metode interpretasi

ini diterapkan ke dalam analisis sebuah karya atau teks, maka tujuan

utamanya adalah memberikan jembatan, atau menjadi hermes, bagi

pemahaman arti dari sebuah karya atau teks tersebut, baik makna tersirat

maupun makna tersurat. ”is not to develop a procedure of understanding but

to clarify the conditions in which understanding can take place”.35

H.3. Materi Penelitian

Materi penelitian merupakan aspek penting untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam perumusan masalah. Sasaran

penelitian yang akan diteliti dalam penelitian pemikiran Henri Lefebvre

tentang produksi ruang sosial ini adalah buku – buku primer dari Henri

Lefebvre dan teks – teks yang berkaitan dengan judul penelitian.

H.4. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini, pencarian sumber data dilakukan dengan metode

studi pustaka. Penggunaan metode studi pustaka akan mencari karya – karya

bentuk pustaka yang menjadi fokus penelitian ini maupun pustaka lain yang

relevan dan berhubungan dengan masalah penelitian ini dengan pencarian

data yang mendukung. Bahan - bahan yang sudah terkumpul melalui teknik

studi pustaka, kemudian diklasifikasi oleh menjadi dua kategori; sumber

primer dan sumber sekunder. Dalam penelitian ini yang dikategorikan sebagai

sumber primer adalah buku The Production of Space karya Henri Lefebvre.

Sementara sumber sekunder dalam penelitian ini adalah berbagai studi yang

membahas tema yang sama. Selain itu untuk kebutuhan interpretasi data,

peneliti juga membutuhkan data - data historis Prancis pada masa teori

produksi ruang sosial lahir. Maka peneliti juga akan menghadirkan teks-teks

historis yang berkaitan dengan kontekstualisasi teori produksi ruang sosial.

35 Derek Gregory, Ideology, Science and Human Geography (London: Hutchison & Co. Ltd., 1979), 6.

Page 23: Undergraduate Thesis Proposal

23

H.4. Prosedur Pengumpulan Data

Berangkat dari kebutuhan sumber data penelitian, teknik pengumpulan

data yang cocok adalah studi pustaka. Teknik ini terdapat empat tahap di

dalamnya.36 Pertama, tahap orientasi yakni mengumpulkan data secara umum

yang berkaitan dengan masalah dan tujuan penelitian. Kedua, data yang telah

terkumpul diproses dan disistematisir berdasarkan klasifikasi permasalahan

yang telah ditentukan. Ketiga, melakukan analisis bertahap agar diperoleh

pemahaman dengan argumen yang valid. Keempat, tahap penyusunan

laporan.

H.5. Teknik Analisis Data

Penelitian ini berupa studi kepustakaan, karenanya mensyaratkan

proses interpretasi. Dalam hal ini, hermeneutika digunakan sebagai alat

analisa data. Secara sederhana hermeneutika adalah studi tentang teori dan

praktek pemahaman, interpretasi, dan penafsiran. Seorang penafsir bagi

George Hans Gadamer haruslah berangkat dari pemahaman tertentu atas

situasi hermeneutik, Gadamer menyebutnya dengan istilah preunderstanding

atau “pra-pemahaman” terhadap teks yang ditafsirkan. Prapemahaman (pra-

anggapan) yang merupakan posisi awal penafsir memang pasti dan harus ada

ketika kita membaca teks.37 Meskipun pra-anggapan pada teks menempati

posisi yang penting dalam proses penafsiran, pijakan akhir hermeneutika atas

objek tetap kembali pada kebenaran sejarah yang mempengaruhi kebenaran

teks tersebut. Penyaringan pra-anggapan penafsir dilakukan melalui analisa

data yang menghubungkan antara teks dan sejarah munculnya teks. Hasil

analisa tersebut, oleh Gadamer disebut “prasangka legitimate”. Kedua hal

tersebut memungkinkan untuk menghadirkan makna obyektif di dalam

memahami pesan-pesan yang disampaikan dalam teks tersebut. Oleh karena

itu, penafsir melakukan interpretasi terhadap makna teks, terlebih dahulu

penafsir membekali dirinya dengan pra-anggapan agar tidak terjebak dalam

36 Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2004), 16. 37 Hans-George Gadamer, Truth and Methode ( Kebenaran dan Metode), trans. , (Yogyakarta, Pustaka

Pelajar, 2010), 410

Page 24: Undergraduate Thesis Proposal

24

situasi yang “keliru”. Seperti yang dikatakan oleh Gadamer; “bagaimanapun

juga, interpretator dapat memainkan prasangka- prasangkannya sendiri dalam

usahanya untuk menilai klaim- klaim teks akan kebenaran, sehingga mulai

menggantikan titik pijak awalnya yang terisolir dan perhatiannya atas

individualitas pengarang”.38 Berikut bagan yang dapat menjelaskan uraian

tersebut:

Bagan tersebut menjelaskan proses hermeneutika Gadamer yang dapat

disimpulkan bahwa terdapat enam elemen penting dalam hermeneutika,

yakni: interpretator adalah subjek hermeneutika, teks interpretatif adalah

objek hermeneutika, historis teks adalah pendekatan metodologis

hermeneutika, prasangka interpretator adalah asumsi bebas interpretator atas

teks, analisa data adalah proses reduksi antara teks dan historis teks,

prasangka legitimate adalah prasangka yang sudah dibuktikan oleh

pembenaran historis atas teks.39 Hubungan antar elemen di atas seperti

hubungan biologis anatomi tubuh manusia, saling membutuhkan satu sama

lain, berjalan dalam sebuah sistem. Hal ini seperti apa yang dikatakan

38 Hans-George Gadamer, Truth and Methode ( Kebenaran dan Metode),2010, 169. 39 Salahudin, Anatomi Teori Filsafat Hermeneutika Hans Georg Gadamer: Dialogis Historikalitas

Dalam Memahami Teks. (Universitas Muhammadiyah Malang, 2011), 16

Interpretator

Historis Teks

Prasangka

Interpretator

Teks

Interpretatif

Hasil

Hermeneutik atas

teks/prasangka

legitimate

Analisis

Hermeneutik

Page 25: Undergraduate Thesis Proposal

25

Gadamer bahwa “hermeneutika tanpa penjelasan historis tidak akan

menemukan hasil objektivitas ilmiah”. Selain itu “hermeneutika akan

mengalami kematian teks tanpa ada prasangka interpretator dalam

mengembangkan cakrawala hermeneutika”. Begitulah kerja elemen

hermeneutika Gadamer.

Memahami teks adalah proses dialogis antara interpertator dengan

teks. Interpretator melakukan komunikasi intensif terhadap teks sebagai objek

interpretatif. Interpretator menyampaikan pertanyaan- pertanyaan penting

terhadap objek. Pertanyaan- pertanyaan itu menurut Gadamer harus mampu

mengeksplorasikan hakikat yang ada dibalik teks. Inilah tugas utama

interpretator dalam hermeneutika teks. Hubungan interaksi antara

interpretator dan objek interpretatif (teks) adalah hubungan dinamis dan

dialektis. Dalam hermeneutika, teks bukan lagi benda mati seperti yang kita

pahami, tapi jauh dari itu, ia menyampaikan argumen- argumen ilmiah

(ilmiah perspektif teks) untuk dipertahankan dan dipertanggung jawabkan

terhadap interpreator atau pembaca. Interpretator tentu memiliki peran yang

sama, yaitu mempertanyakan kebenaran teks dengan berbagai proposisi yang

komprehensif, yaitu proposisi historis, makna teks, prasangka legitimate, dan

beberapa proposisi lain yang dianggap dapat membongkar makna dibalik

teks. Singkatnya hubungan tersebut dapat digambarkan seperti berikut ini.

Text Penafsir

Dialogis

Dialektis

Page 26: Undergraduate Thesis Proposal

26

H.6. Keabsahan Data

Teknik validitas data yang digunakan ialah memakai relevansi

intelektual dari Ignas Kleden40. Relavansi intelektual yang dimaksud oleh

Ignas Kleden adalah sejauh mana sebuah gagasan memiliki koherensi internal

dan sejauh mana mampu mempertahankan asumsi-asumsi dasarnya Ignas

Kleden berpendapat pemikiran seseorang dapat dilihat melalui membaca

karya-karyanya secara keseluruhan. Pada penelitian ini data yang diajukan

untuk ditafsirkan dan diujikan berupa buku-buku dan sumber kepustakaan

lainnya yang menyangkut pemikiran Henri Lefebvre.

H.7. Jadwal Penelitian

No. Kegiatan Bulan ke

1 2 3 4 5 6

1 Penulisan proposal

2 Seminar proposal

3 Pengumpulan data

4 Pengolahan,dan

analisis data

5 Ujian Skripsi

40 Ignas Kleden, Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan ( Jakarta : LP3ES, 1987)

Page 27: Undergraduate Thesis Proposal

27

Daftar Pustaka

Barker, Chris. Cultural Studies: Teori dan Praktik, trans. Yogyakarta: Kreasi

Wacana, 2008.

Damajani, Dhian. “Gejala Ruang Ketiga (Third Space) di Kota Bandung:

Paradoks Dalam Ruang Publik Urban Kontemporer”. Bandung: ITB,

2008.

Freeman, Melissa. The Sage Encyclopedia of Qualitative Research Methods.

London: SAGE Publications, 2008.

Gadamer, Hans-George. Truth and Methode ( Kebenaran dan Metode), trans.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Gregory, Derek. Ideology, Science and Human Geography. London: Hutchison &

Co. Ltd., 1979.

Hidayat, Dedy N. Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik Klasik.

Depok: UI, 2003.

Jary, David. “Simmel and Since – Essay on Georg Simmel’s Social Theory”.

Reviewing Sociology Journal vol. 10. Staffordshire: Staffordshire

University, 1997.

Khun, Thomas. The Structure of Scientific Revolutions. Chicago:The University

of Chicago Press, 1962.

Kleden, Ignas, Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan. Jakarta: LP3ES, 1987.

Lefebvre, Henri. The Production Of Space, trans. Oxford: Blackwell, 1991.

Merrefield, Andy. Henri Lefebvre: A Critical Introduction. New York: Routledge,

2006.

Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: Remadja Karya, 2005.

Page 28: Undergraduate Thesis Proposal

28

Palmer, Richard E. Hermeneutika Teori Baru Mengenai Interoretasi, trans.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

Probowati, Putri Nurul. “Reproduksi Masyarakat dan Implikasi Spasial dalam

Proses Transformasi Kampung Laweyan”. Depok: UI, 2011.

Purdue, William D. Sosiological Theory : Explanation, Paradigm, and Ideology.

California: Mayfield Publishing, 1986.

Ritzer, George. Metatheorizing in Sociology. Lexington: Lexington Books, 1991.

Ritzer, George. Sosiologi : Ilmu Berparadigma Ganda, trans. Jakarta: CV

Rajawali, 1975.

Ritzer, George. Teori Sosiologi: Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan

Terakhir Postmodern,trans. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012.

Riyanto, Geger. Peter L Berger : Perspektif Metateori Pemikiran. Jakarta: LP3ES,

2009.

Salahudin. Anatomi Teori Filsafat Hermeneutika Hans Georg Gadamer: Dialogis

Historikalitas Dalam Memahami Teks. Malang: UMM, 2011.

Sani, Galatia Puspa. “Ruang dan Representasi Sosial Malioboro”. Yogyakarta:

UGM, 2013.

Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Pustaka Pelajar, 2008.

Sudaryono. “Perencanaan Kota berbasis Kontradiksi: Relevansi pemikiran Henri

Lefebvre dalam Produksi Ruang Perkotaan Saat ini”. Jurnal Perencaan

wilayah dan Kota 19. Yogyakarta: UGM, 2008.

Wallace, Walter L. Principles of Scientific Sociology. New York: Aldine, 1983.

Zed, Mestika. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

2004.

Page 29: Undergraduate Thesis Proposal

29

Page 30: Undergraduate Thesis Proposal

30

Lampiran 1

Format Kartu Catatan Penelitian

Kode :

Tanggal :

Judul Buku :

Pengarang :

Penerbit :

Tahun Terbit :

........................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

.............................. (halaman yang dicatat)

........................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

.............................. (halaman yang dicatat)

........................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

............................... (halaman yang dicatat)

Page 31: Undergraduate Thesis Proposal

31

Lampiran 2

Format Kartu Bibliografi

Kode :

Tanggal :

Pengarang :

Judul Buku :

Kota Penerbit :

Penerbit :

Tahun terbit :

Jmlh hlmn :

Catatan :

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

...................................................................................................................................

Page 32: Undergraduate Thesis Proposal

32

Lampiran 3

Format Catatan Harian Penelitian

Hari/Tanggal : .....................................................................

Temuan Informasi : .....................................................................

Ringkasan Harian :

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

....................................................................................................................................

........................................................