Top Banner
PENDAHULUAN Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan yang dimaksudkan dengan luka adalah suatu keadan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat kekerasan. Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas kekerasan yang bersifat: (1) 1) Mekanik: Kekerasan oleh benda tajam Kekerasan oleh benda tumpul Tembakan senjata api 2) Fisika: Suhu Listrik dan petir Perubahan tekanan udara Akustik Radiasi 3) Kimia: Asam atau basa kuat Trauma listrik adalah kerusakan akibat listrik. Luka yang disebabkan arus listrik yang fatal pada umumnya bersifat kecelakaan, dimana jenis alur listrik bolak balik (AC) lebih sering sebagai penyebab kecelakaan, Visum et Repertum No. 04/VR/1999 Halaman 1 dari 36
34

ulfiani hidayah

Feb 11, 2016

Download

Documents

ulfiani

luka bakar listrik
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: ulfiani hidayah

PENDAHULUAN

Traumatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta

hubungannya dengan berbagai kekerasan (rudapaksa), sedangkan yang dimaksudkan

dengan luka adalah suatu keadan ketidaksinambungan jaringan tubuh akibat

kekerasan. Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas

kekerasan yang bersifat: (1)

1) Mekanik:

Kekerasan oleh benda tajam

Kekerasan oleh benda tumpul

Tembakan senjata api

2) Fisika:

Suhu

Listrik dan petir

Perubahan tekanan udara

Akustik

Radiasi

3) Kimia:

Asam atau basa kuat

Trauma listrik adalah kerusakan akibat listrik. Luka yang disebabkan arus

listrik yang fatal pada umumnya bersifat kecelakaan, dimana jenis alur listrik bolak

balik (AC) lebih sering sebagai penyebab kecelakaan, sedangkan kecelakaan karena

arus listrik searah (DC) lebih jarang.(4)

Bila seseorang terkena arus listrik, maka kelainan yang ditimbulkan akibat

arus listrik tersebut tergantung dari beberapa faktor, yaitu: jenis aliran listrik,

tegangan, tahanan, kuat arus, lamanya waktu kontak, aliran arus listrik, luas

permukaan kontak, hubungan dengan bumi, dan faktor-faktor lain.(1,2)

Visum et Repertum No. 04/VR/1999Halaman 1 dari 36

Page 2: ulfiani hidayah

PEMBAHASAN

DEFINISI

Trauma listrik adalah kerusakan akibat listrik pada struktur yang lebih dalam

tergantung pada resistensi jaringan dengan urutan struktur paling resisten adalah

berturut-turut tulang, lemak, tendon, kulit, otot, pembuluh darah, dan syaraf. (3)

Arus listrik ialah muatan listrik yang bergerak dari tempat yang berpotensial

tinggi ketempat yang berpotensial rendah. (2)

Arus listrik terdiri dari : (2)

1. Arus listrik searah (direct current = DC)

Arus Listrik Searah (DC) merupakan arus listrik yang mengalir secara terus

menerus kesatu arah. Arus DC dipakai dalam industri yang menggunakan proses

elektrolisa, misalnya pada pemurnian dan pelapisan atau penyepuhan logam. Juga

digunakan pada telepon (30 – 50 volt), dan kereta listrik (600 – 1500 volt). Sumber

arus DC misalnya : Battery dan Accu.

2. Arus listrik bolak-balik (alternating current = AC)

Arus listrik bolak-balik (AC) merupakan arus listrik yang mengalir bolak-balik.

Arus AC digunakan di rumah-rumah dan pabrik-pabrik, biasanya menggunakan

voltage 110 volt atau 220 volt. Arus AC jauh lebih berbahaya dari pada arus DC,

tubuh manusia 4 – 6 kali lebih sensitif terhadap arus AC dari pada arus DC. Sebagai

ilustrasi bahwa dari 212 kasus kematian karena listrik, hanya 8 kasus yang meninggal

akibat arus searah (DC).

Luka yang disebabkan arus listrik yang fatal pada umumnya bersifat

kecelakaan, dimana jenis arus listrik bolak-balik (AC) lebih sering sebagai penyebab

kecelakaan, sedangkan kecelakaan karena arus listrik searah (DC), lebih jarang dan

pada umumnya terjadi di pabrik-pabrik, seperti pabrik pemurnian logam dan

penyepuhan.(4)

Kematian akibat sengatan listrik sering terjadi, mengingat meluasnya

pemakaian listrik untuk tujuan rumah tangga dan industri, jumlah yang tepat dari

kerugian-kerugian tersebut belum dapat dipastikan. Sebelum arus listrik dapat

Visum et Repertum No. 04/VR/1999Halaman 2 dari 36

Page 3: ulfiani hidayah

mempengaruhi tubuh dan menyebabkan cedera atau kematian, harus terdapat kontak

atau lintasan yang menghubungkan tubuh dari satu titik ke titik lainnya.(5)

Manusia lebih sensitif, yaitu sekitar 4-6 kali terhadap arus listrik bolak-balik

bila dibandingkan dengan arus listrik yang searah. Bila seseorang terkena arus listrik

bolak-balik dengan intensitas 80 mA, ia dapat mati; akan tetapi dengan arus listrik

searah yang intensitasnya 250 mA tidak akan berakibat kematian. Pada eksperimen

didapat hasil sebagai berikut: Manusia yang terkena arus listrik (AC) dengan

intensitas dibawah 25 mA; atau arus listrik (DC), sekitar 25-80 mA, tidak akan

menimbulkan efek apa-apa. Bila terkena arus listrik (AC), dengan intensitas 25-80

mA atau arus listrik (DC) sebesar 80-300 mA; akan terjadi penurunan kesadaran dan

gangguan denyut jantung (fibrilasi ventrikel) Bila kekuatan arus listrik melebihi 3

Amper, maka akan terjadi penghentian denyut jantung (cardiac arrest).(4)

Faktor-faktor yang berperan didalam terjadinya luka akibat arus listrik:(1,2)

Bila seseorang terkena arus listrik, maka kelainan yang ditimbulkan akibat arus

listrik tersebut tergantung dari beberapa faktor, yaitu:

1. Jenis Aliran Listrik(2)

Bagi tubuh manusia arus AC lebih berbahaya dibanding dengan arus DC.

Dikatakan bahwa tubuh manusia adalah 4 – 6 kali. Lebih peka terhadap arus AC

daripada DC. Banyak kematian terjadi akibat sengatan arus listrik AC dgn tegangan

220 volt, DC jarang. Arus AC dengan intensitas 70 – 80 mA sudah dapat

menyebabkan kematian, sedangkan arus DC dengan intensitas 250 mA masih dapat

ditolerir tanpa menimbulkan kerusakan.

2. Tegangan atau voltase (V)(2)

Dikenal ada 2 macam tegangan, yaitu tegangan rendah (low voltage) dan

tegangan tinggi (high voltage). Batasnya ditetapkan pada 1000 volt. Kontak dengan

arus tegangan rendah, 100 volt atau kurang dapat menimbulkan kematian, sedangkan

dengan 10.000 volt masih dapat hidup. Voltase yang rendah, yaitu sekitar 100 volt

lebih sering menyebabkan kematian bila dibandingkan voltase yang lebih tinggi,

misalnya 10.000 volt malah tidak mematikan. Peralatan rumah tangga yang memakai

Visum et Repertum No. 04/VR/1999Halaman 3 dari 36

Page 4: ulfiani hidayah

listrik sebagai sumber energi, aman bila voltase dari peralatan tersebut maksimal

sebesar 42 volt. Untuk penerangan di perumahan biasanya voltage yang dipakai

adalah sebesar 110 volt atau 220 volt. Tegangan listrik antara 20.000 – 1.000.000 volt

digunakan untuk rontgen terapi ( X-Ray terapi ).

Kematian orang yang terkena arus listrik yang bertegangan rendah berbeda

dengan mereka yang terkena arus listrik yang tegangannya tinggi, dimana pada yang

pertama kematian disebabkan karena terjadinya fibrilasi ventrikel, sedangkan pada

yang kedua kematian biasanya karena luka bakar/panas. Voltage terendah yang dapat

menimbulkan kematian manusia adalah sebesar 50 volt. Kurang lebih 60% dari

semua kematian akibat aliran listrik disebabkan oleh arus dengan tegangan 115 volt.

Kematian akibat arus tegangan rendah terutama oleh karena terjadinya fibrilasi

ventrikel, sementara itu pada tegangan tinggi disebabkan oleh karena trauma

elektrotermis.

3. Tahanan (R)(2)

Tahanan listrik adalah tahanan dari kolom air raksa dengan tinggi dan lebar

tertentu pada suhu tertentu. (satuan: Ohm). Tahanan tubuh manusia terhadap arus

listrik tergantung dari banyaknya kandungan air pada jaringan tersebut. Besarnya

tahanan pada manusia tergantung dari banyak sedikitnya air yang terdapat pada

bagian tubuh. Tahanan yang paling besar adalah kulit, kemudian tulang, lemak, saraf,

otot, darah dan yang paling rendah adalah cairan tubuh.

Tahanan yang terbesar yaitu pada kulit tubuh ± 500 - 10.000 Ohm. Kulit yang

kering mempuyai tahanan antara 2000 - 3000 Ohm, sedangkan kulit yang basah

mempunyai tahanan sekitar 500 Ohm.

4. Intensitas/Kuat Arus (I)(2)

Kuat arus adalah faktor terpenting dalam kematian listrik. Makin besar arus,

makin berbahaya bagi kelangsungan hidup. Kuat arus yang masih memungkinkan

untuk dilepaskan disebut let go current, berbeda tiap individu.

Visum et Repertum No. 04/VR/1999Halaman 4 dari 36

Page 5: ulfiani hidayah

Jumlah minimal kuat arus yang diterima manusia sebagai gelitik adalah 0,001

A. Arus sebesar 5 mA akan menyebabkan gemetarnya otot-otot dan arus akan

menyebabkan kekakuan otot-otot sehingga mencegah tubuh lepas dari kabel listrik. (4)

a. 10 mA dapat menimbulkan rasa tidak enak (unpleasant sensation).

b. 10 – 60 mA dapat menghilangkan kontrol otot-otot dan dapat menyebabkan

asfiksia.

c. Lebih dari 60 mA dan berlangsung lebih dari 1 detik dapat menimbulkan

fibrilasi ventrikel.

d. Arus 60 – 80 mA atau 200 – 250 mA pada DC adalah berbahaya bagi manusia.

Lobl O mengatakan bahwa kuat arus sebesar 30 mA adalah batas atas

ketahanan seseorang, pada 40 mA dapat menimbulkan hilangnya kesadaran.

Kematian akan terjadi pada kuat arus sebesar 100 mA atau lebih. Koeppen

mengolongkan akibat kecelakaan listrik dalam 4 kelompok antara lain :

a. Kuat arus < 25 mA AC (DC :25 – 80 mA ) dengan transitional resistance yang

tinggi, tidak memberikan efek yang membahayakan.

b. Kuat arus 25 – 80 mA AC (DC 80 – 300 mA) dengan transitional resistance

lebih rendah dari kelompok I, dpt menimbulkan hilangnya kesadaran, arrythmia

dan spasme pernapasan.

c. Kuat arus 80 – 100 mA arus AC ( untuk arus DC 300 mA – 3 A) transitional

resistance lebih rendah dari kelompok II. Bila waktu kontak antara 0,1- 0,3

detik, efek biologisnya sama dengan kelompok II. Bila lebih 0,3 detik maka

dapat terjadi fibrilasiventrikel yang irreversible.

d. Kuat arus lebih besar dari 3 A dapat menimbulkan Cardiac arrest.

5. Lamanya waktu kontak dengan konduktor(1)

Semakin lama waktu kontak dengan konduktor, maka semakin banyak jumlah

arus yang melalui tubuh, akibatnya kerusakan tubuh akan bertambah besar dan luas.

Pada tegangan yang rendah, arus listrik dapat menimbulkan spasme otot-otot dan

menyebabkan korban malah menggenggam konduktor, sehingga arus listrik akan

mengalir dalam beberapa saat. Pada keadan ini dapat menjadikan korban akan jatuh

Visum et Repertum No. 04/VR/1999Halaman 5 dari 36

Page 6: ulfiani hidayah

dalam keadaan shock yg mematikan. Pada tegangan tinggi, seseorang mungkin dapat

segera terlempar / melepaskan konduktor atau sumber listrik yang tersentuh, oleh

karena akibat arus listrik dgn tegangan tinggi tersebut dapat menyebabkan timbulnya

kontraksi otot, termasuk otot yang tersentuh aliran listrik tersebut. Makin lama korban

kontak dengan arus listrik atau kabel yang beraliran listrik maka makin jelas current

mark-nya dan juga makin besar kemungkinan untuk timbulnya bahaya kematian.

6. Aliran arus listrik (path of current)(2)

Aliran arus listrik adalah tempat-tempat pada tubuh yang dilalui oleh arus listrik

sejak masuk sampai meninggalkan tubuh. Letak titik masuk arus listrik (point of

entry) dapat pada setiap titik dari tubuh korban, tetapi berhubung adanya titik keluar

yang juga dapat berbeda-beda, maka efek dari arus listrik tersebut bervariasi dari

yang ringan sampai berat. Jaffe (1928) mengatakan bahwa apabila arus listrik masuk

dari sebelah kiri bagian tubuh lebih berbahaya daripada apabila masuk dari sebelah

kanan. Schridde (1936) mendapatkan 88% kematian setelah adanya kontak antara

konduktor dengan tangan kiri. Bahaya terbesar bisa timbul apabila jantung atau otak

berada dalam posisi aliran dari arus listrik tersebut.

Manusia dapat mati bila terkena arus listrik bila aliran dari arus listrik tersebut

melintasi otak atau jantung, misalnya arah aliran dari kepala ke kaki atau dari lengan

ke lengan. Adanya kenyataan tersebut dimanfaatkan untuk pelaksanaan hukuman

mati di atas kursi listrik.

7. Luas Permukaan Kontak(1)

Suatu permukaan kontak seluas 50 cm persegi (kurang lebih selebar telapak

tangan) dapat mematikan tanpa menimbulkan jejas listrik, karena pada kuat arus letal

(100mA), kepadatan arus pada daerah selebar telapak tangan tersebut hanya 2 mA/cm

persegi, yang tidak cukup besar untuk menimbulkan jejas listrik.

8. Hubungan dengan bumi (earthing)(2)

Adanya hubungan antara konduktor ke bumi dengan melalui tubuh adalah

sangat berbahaya bagi keselamatan manusia tersebut. Orang yang berdiri pada tanah

Visum et Repertum No. 04/VR/1999Halaman 6 dari 36

Page 7: ulfiani hidayah

yang basah tanpa alas kaki, akan lebih berbahaya daripada orang yang berdiri dengan

sepatu beralas kering.

9. Faktor-faktor Lain(2)

Adanya penyakit-penyakit tertentu yang sudah ada pada korban sebelumnya

(penyakit jantung, kondisi mental yang menurun, dan sebagainya yang dapat

memperberat efek listrik pada tubuh manusia sampai timbulnya kematian. Antisipasi

terhadap suatu shock. Kelengahan atau kekurang hati-hatian, mengakibatkan

kecelakaan.

ETIOLOGI (2,6)

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, trauma listrik terjadi saat seseorang

menjadi bagian dari sebuah perputaran aliran listrik atau bisa disebabkan pada saat

berada dekat dengan sumber listrik. Klasifikasi yang paling sering untuk membagi

trauma karena listrik adalah karena petir, aliran listrik tegangan rendah arus bolak

balik (AC), aliran listrik tegangan tinggi arus bolak balik (AC) dan arus searah.

1. Petir (2,5)

Petir yang diketahui secara umum adalah pelepasan energi potensial atmosfir

diantara awan dan awan. Sedangkan serangan petir (lightning stroke) adalah

pelepasan energi potensial antara awan dan benda bumi. Ledakan petir dihasilkan jika

permukaan bawah awan petir melepaskan muatannya menuju tanah, karena

permukaan bawah dari awan biasanya bermuatan negatif, maka muatan listrik yang

dilepaskan umumnya negatif. Sekitar 5 % dari sambaran petir adalah muatan positif.

Hal ini sering terjadi di daerah pegunungan. Jika orang disambar langsung oleh petir,

kematian tidak bisa dihindarkan yang disebabkan karena luka bakar atau cedera yang

pada pusat pernafasan di otak. Kuat arus dalam hal ini mencapai bilangan kiloampere.

Petir dapat menimbulkan kejutan listrik dengan beberapa cara :

- Efek langsung: apabila korban terkena petir secara langsung maka korban tak

dapat dielakkan meninggal.

- Efek tidak langsung : apabila korban berada ditempat dimana aliran listrik petir

telah terpencar, korban dapat meninggal.

Visum et Repertum No. 04/VR/1999Halaman 7 dari 36

Page 8: ulfiani hidayah

Faktor-faktor yg mempengaruhi gambaran serangan petir pada korban :

a) Efek langsung dari pelepasan energi listrik

Pada korban yang terkena petir akan ditemukan tanda korban meninggal akibat

listrik. Tegangan dan intensitas yang tinggi sekali dapat menimbulkan panas

mengakibatkan luka bakar. Pada kulit korban didapatkan gambaran pohon

gundul yang disebut “arborescent marking” sebagai akibat vasodilatasi

pembuluh darah perifer.

b) Efek mekanik

Terjadi oleh karena dorongan udara yang terdesak sekitar cahaya petir akibat

panas.

c) Efek kompresi

Perpindahan udara menyebabkan terjadinya suara ledakan. Korban dapat

terlempar, pakaian menjadi koyak dan kotor, mirip gelandangan. Luka yang

terjadi akibat persentuhan dengan benda tumpul seperti abrasio, contusio,

lacerasio dan avulsio, bahkan fraktur ekstremitas. Pada kepala dapat terjadi

fraktur tengkorak, epidural bleeding, subdural bleeding, contusio dan lacerasio

otak.

Ciri-ciri yang ditemukan yang terlihat setelah kematian:

a. “Fern patter” (bentuk paku). Mungkin ini akan pudar secara cepat dalam

beberapa jam dan harus dicari secara hati- hati pada bagian badan yang

terkena.

b. “Arborecent mark” artinya menyerupai pohon, karena adanya peredaran

vasodilatasi atau jejas jaringan oleh hemoglobin dari sel darah merah yang

polanya ditentukan oleh aliran arus listriknya.

Salah satu lesi yang dianggap sebagai tanda khas dari luka karena petir ialah

luka “menjalar” atau seperti gambaran pakis pada kulit. Lesi ini berupa daerah yang

ditandai eritema sementara yang muncul satu jam setelah tersambar petir, dan

berlangsung-angsur berkurang dalam 24 jam. Ten Duiset al berpendapat bahwa lesi

ini disebabkan muatan positif yang menyebar di kulit mereka membuat hipotesa

Visum et Repertum No. 04/VR/1999Halaman 8 dari 36

Page 9: ulfiani hidayah

bahwa lesi terjadi jika seseorang disambar petir yang bermuatan negatif. Lalu

kemudian dihantam lagi oleh petir yang bermuatan positif yang bersumber dari objek

di sekitar tanah. Kemungkinan lain menunjukkan titik/tempat masuk petir bermuatan

positif. kekuatan ledakan akan segera cepat meluas dalam bentuk memanasnya udara

sehingga bisa merobek pakaian. Benda-benda dari baja seperti anting-anting, kalung,

dan kancing mungkin bisa melebur, hal ini mengindikasikan bahwa suhu leburnya

mencapai titik yang lebih yang tinggi daripada titik lebur baja. Pada kasus lain benda-

benda baja seperti pisau dan lain-lain, yang berada dalam kantong bisa berubah

bentuk dan hal itu bisa menjadi kunci dari kejadian tersebut, dimana kadang-kadang

tidak ditemukan adanya saksi dari ditemukannya seseorang yang mati karena

sengatan kilat. (5)

2. Listrik tegangan Tinggi AC

Pada kasus ini tegangan listrik lebih dari 600 volt. Luka listrik karena tegangan

tinggi sering terjadi pada saat terdapat objek yang bersifat konduktif disentuh yang

tersambung dengan sumber listrik bertegangan tinggi.

3. Listrik tegangan rendah AC

Tegangan rendah adalah 600 volt atau kurang dari 600 volt. Secara umum, ada

2 tipe luka listrik tegangan rendah dengan arus bolak-balik yang memungkinkan :

Anak yang menggigit kawat listrik yang bisa menyebabkan luka berat pada bibir,

wajah, dan lidah, kemudian anak-anak atau orang dewasa yang terjatuh saat

menyentuh objek yang dialiri energi listrik.

4. Arus searah (DC)

Luka listrik karena arus searah biasanya terjadi saat laki-laki usia muda secara

tidak sengaja menyentuh rel kereta dari sebuah kereta listrik yang sedang berjalan.

Arus searah (DC) kurang berbahaya dibanding arus bolak-balik (AC); arus dari 50-80

mA AC dapat mematikan dalam hitungan detik, dimana 250 mA DC dalam waktu

yang sama sering dapat selamat. Arus bolak-balik adalah 4-6 kali menyebabkan

kematian, sebagian karena efek bertahan, yang merupakan hasill dari spasme otot

tetanoid dan mencegah korban lepas dari konduktor hidup.

Visum et Repertum No. 04/VR/1999Halaman 9 dari 36

Page 10: ulfiani hidayah

PATOFISIOLOGI (3,4,6)

Secara umum, energi listrik membutuhkan aliran energi (elektron-elektron)

dalam perjalanannya ke objek. Semua objek bisa bersifat konduktor (menghantarkan

listrik) atau resistor (menghambat arus listrik). Kulit berperan sebagai penghambat

arus listrik yang alami dari sebuah aliran listrik. Kulit yang kering memiliki resistensi

sebesar 40.000-100.000 ohm. Kulit yang basah memiliki resistensi sekitar 1000 ohm,

dan kulit yang tebal kira-kira sebesar 2.000.000 ohm. Anak dengan kulit yang tipis

dan kadar air tinggi akan menurunkun resistensi, dibandingkan orang dewasa.

Tahanan dari alat-alat tubuh bagian dalam diperkirakan sekitar 500-1000 ohm,

termasuk tulang, tendon, dan lemak memproduksi tahanan dari arus listrik. Pembuluh

darah, sel saraf, membran mukosa, dan otot adalah penghantar listrik yang baik.

Dengan adanya luka listrik , pada sayatan melintang akan memperlihatkan kerusakan

jaringan.(3,4)

Elektron akan mengalir secara abnormal melewati tubuh yang menyebabkan

perlukaan ataupun kematian dengan cara depolarisasi otot dan saraf, menginisiasi

aliran listrik abnormal yang dapat menggangu irama jantung dan otak, atau produksi

energi listrik menyebabkan luka listrik dengan cara pemanasan yang menyebabkan

nekrosis dan membentuk porasi (membentuk lubang di membran sel).(6)

Aliran sel yang melewati otak, baik tegangan tinggi atau tegangan rendah, dapat

menyebabkan penurunan kesadaran dan secara langsung menyebabkan depolarisasi

sel-sel saraf otak. Arus bolak balik dapat menyebabkan fibrilasi ventrikel jika aliran

listrik melewati daerah dada. Hal ini dapat terjadi saat aliran listrik mengalir dari

tangan ke tangan, tangan ke kaki, atau dari kepala ke tangan/kaki. (3)

MEKANISME TRAUMA(5)

Pada trauma listrik umumnya menyebabkan luka bakar. Luka tumpul sekunder

juga dapat terjadi jika korban terjatuh dari ketinggian setelah tersengat arus listrik.

Secara umum, luka bakar listrik dapat diklasifikasikan menjadi 2 tipe yaitu:

a. Kontak langsung (direct contact)

Visum et Repertum No. 04/VR/1999Halaman 10 dari 36

Page 11: ulfiani hidayah

Trauma tipe ini, jika terjadi pada tegangan yang tinggi (Voltase di atas 1000 V)

dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang parah, nekrosis jaringan lunak dan

tulang, kerusakan otot, dan gagal ginjal.

Lesi yang muncul pada tubuh berupa Lesi Kontak, terjadi pada kulit yang

kontak atau bersentuhan dengan konduktor arus listrik. Kulit yang melepuh, biasanya

pada ujung-ujung jemari atau telapak tangan. Kadang-kadang daerah yang melepuh

ini dipenuhi dengan cairan atau gas dan setelah kematian, baik sebagian ataupun

keseluruhan akan mengempis. Terdapat sedikit atau tidak ada reaksi inflamasi dan

gambarannya menyerupai lepuh post mortem. Kesemua efek ini disebabkan karena

pengaruh panas oleh arus listrik terhadap keratin dengan sifat resisten tinggi.

b. Kontak tidak langsung (indirect contact)

Contohnya seperti karena kilasan (flash), lidah/nyala api (flame) dan bunga api

listrik (arc). Trauma tipe ini hanya menyebabkan luka bakar superfisial pada kulit,

wajah, dan tangan. Kontak yang sebentar atau sedikit akan menyebabkan percikan

atau loncatan antara kabel dengan kulit. Menyebabkan suatu lesi berupa nodul-nodul

kecil diatasnya terdapat keratin yang kaku dan berwarna kekuningan. Karena

meleburnya lapisan paling luar dari stratum korneum, yang kemudian mengeras.

Sekitar lesi: kulit yang mengeras karena kontraksi dari kapiler. Pada semua kasus

kematian karena listrik tegangan tinggi mendapat luka bakar di tubuhnya. Pada listrik

tegangan rendah, luka bakar umumnya terjadi pada titik masuk, titik keluar listrik

atau pada jarak tertentu antara keduanya jika arus memasuki areal yang luas dengan

hambatan minimal, mungkin tidak akan ditemukan luka bakar. Contoh terbaik dalam

hal ini ialah bunuh diri di bak mandi. Jika hanya terjadi kontak yang singkat dengan

kawat beratus, mungkin tidak terjadi suatu luka bakar. Orang dapat pingsan karena

fibriliasi ventrikel dan terlempar dari kabel. Jika kontak tetap berlangsung, akan

timbul luka bakar yang berat. Luka bakar disebabkan oleh panas yang dihasilkan oleh

listrik.

Visum et Repertum No. 04/VR/1999Halaman 11 dari 36

Page 12: ulfiani hidayah

GAMBARAN KLINIS (3,4,6)

Banyaknya penyebab dari kasus luka listrik, sehingga anamnesa yang

menunjang sangat diperlukan baik riwayat penyakit sebelumnya maupun hal-hal

spesifik yang berhubungan dengan kejadian saat seseorang terkena aliran listrik. Arah

aliran listrik penting untuk mengetahui munculnya luka listrik, arah vertikal dapat

menjadi lebih berbahaya daripada arah horizontal.(3)

Ada 3 derajat dari beratnya luka bakar pada luka akibat listrik :(3,6)

Luka Bakar Derajat I

a. Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (superficial)

b. Kulit kering, hiperemis berupa eritem

c. Tidak dijumpai bulla

d. Nyeri karena ujung-ujung saraf sensoris teriritasi

e. Sembuh spontan dalam 5-10 hari

Luka bakar derajat II

a. Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi

disertai proses eksudasi

b. Dijumpai bulla

c. Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi

d. Dasar luka berwarna merah atau pucat sering terletak lebih tinggi di atas kulit

normal

Dibedakan menjadi dua :

1. Derajat dua A (Superficial)

a. Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis

b. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat dan kelenjar

sebasea masih utuh

c. Penyembuhan secara spontan dalam 10-14 hari.

2. Derajat dua B (Deep)

a. Kerusakan hampir seluruh bagian dermis

Visum et Repertum No. 04/VR/1999Halaman 12 dari 36

Page 13: ulfiani hidayah

b. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea

masih ada

c. Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung dari biji epitel yang tersisa.

(biasanya lebih satu bulan)

Luka Bakar Derajat III

a. Kerusakan seluruh tebal dermis dan lapisan yang lebih dalam

b. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea

rusak

c. Tidak dijumpai bulla

d. Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat karena kering letaknya lebih

rendah dibanding kulit sekitar

e. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis.

Selain luka bakar, penemuan khas yang sering ditemukan akibat trauma listrik

sebagai berikut:(4)

1. Electric mark

Electric mark adalah kelainan yang dapat dijumpai pada tempat di mana arus

listrik masuk ke dalam tubuh, dengan tegangan listriknya rendah sampai sedang.

Electric mark berbentuk bundar atau oval, dengan bagian yang datar dan rendah

ditengah, yang dikelilingi oleh kulit yang menimbul. Bagian tengahnya tersebut

biasanya pucat dan kulit di luar electric mark akan menunjukkan pelebaran pembuluh

darah/hiperemis. Bentuk serta ukuran electric mark tergantung dari bentuk dan

ukuran dari benda yang berarus listrik yang mengenai tubuh.

2. Joule burn

Joule burn atau endogenous burn dapat terjadi bilamana kontak antara tubuh

dengan benda yang mengandung arus listrik cukup lama, dengan demikian bagian

tengah yang dangkal dan pucat pada electric mark dapat menjadi hitam hangus

terbakar.

Visum et Repertum No. 04/VR/1999Halaman 13 dari 36

Page 14: ulfiani hidayah

3. Exogenous Burn

Luka akibat arus listrik yang disebut exogenous burn, dapat terjadi bila tubuh

manusia terkena benda yang berarus listrik dengan tegangan tinggi, yang memang

sudah mengandung panas; misalnya pada tegangan 330 volt. Tubuh korban akan

hangus terbakar dengan kerusakan yang sangat berat, yang tidak jarang disertai

dengan patahnya tulang-tulang.

Dengan demikian dapat dibedakan apakah luka bakar pada korban yang terkena

arus listrik itu termasuk joule burn atau luka bakar tersebut terjadi karen panas dari

luar seperti pada exogenous burn.

Gambar 1. (dikutip dari kepustakaan 6)

Lesi pada kaki akibat trauma listrik tegangan rendah (low voltage)

Gambar 2. (dikutip dari kepustakaan 6) Electrical Burn pada tangan

Visum et Repertum No. 04/VR/1999Halaman 14 dari 36

Page 15: ulfiani hidayah

Gambar 3. (dikutip dari kepustakaan 6)

Electrical burn pada tegangan 120 V arus listrik AC

GAMBARAN MAKROSKOPIS (1)

Gambaran makroskopis jejas listrik pada daerah kontak berupa kerusakan

lapisan tanduk kulit sebagia luka bakar dengan tepi yang menonjol, di sekitarnya

terdapat daerah yang pucat dikelilingi oleh kulit yang hiperemi. Bentuknya sering

sesuai dengan benda penyebabnya. Metalisasi dapat juga ditemukan pada jejas listrik.

Sesuai dengan mekanisme terjadinya, gambaran serupa jejas listrik secara

makroskopik juga bisa timbul akibat persentuhan kulit dengan benda/logam panas

(membara). Walaupun demikian keduanya dapat dibedakan dengan pemeriksaan

mikroskopis. Jejas listrik bukanlah tanda intravital karena dapat juga ditimbulkan

pada kulit mayat/pasca mati (namun tanpa daerah hiperemi). Kematian dapat terjadi

karena fibrilasi ventrikel, kelumpuhan otot pernapasan dan kelumpuhan pusat

pernapasan.(1)

GAMBARAN MIKROSKOPIS (4)

Untuk pemeriksaan mikroskopis pada luka akibat listrik, perangai histologik

dari luka bakar akibat listrik tidaklah spesifik; dan keadaan yang sama dapat

ditimbulkan dengan meletakkan objek yang panas pada kulit. Kulit didaerah tersebut

dapat mengkerut epidermisnya, dan seringkali disertai pembentukan vakuolisasi pada

lapisan yang lebih dalam akibat panas dan dapat tampak hangus. Metalisasi dapat

terjadi dan partikel dari konduktor yang menempel pada tubuh korban dapat masuk

ke dalam kulit, hal ini dapat diindetifisir dengan pewarnaan khusus. Pasertti dan

Visum et Repertum No. 04/VR/1999Halaman 15 dari 36

Page 16: ulfiani hidayah

Viterbo (1965) menunjukkan adanya perubahan pada otot skelet tikus yang dialiri

listrik. Perubahan tersebut tidak terbatas pada otot akan tetapi sampai nukleus, yang

hanya tampak dengan mirkoskop elektron. (4)

PENYEBAB KEMATIAN KARENA LISTRIK (4,5,7)

Arus listrik dapat menyebabkan kematian melalui tiga mekanisme pokok: (4)

1. Fibrilasi ventrikel dan gagal jantung (cardiact arrest)

Fibrilasi Ventrikel adalah irama yang sangat kacau. Bentuk dan ukuran

gelombangnya sangat bervariasi, dan tidak terlihat gelombang P, QRS maupun T.

Tidak ada depolarisasi ventrikel yang terorganisasi sehingga ventrikel tidak mampu

berkontraksi sebagai suatu kesatuan. Kenyataanya, ventrikel kelihatan seperti

bergetar tanpa menghasilkan curah jantung. Fibrilasi ventrikel merupakan penyebab

henti jantung yang paling sering dan biasanya disebabkan oleh iskemia akut atau

infark miokard. Bentuknya ada yang kasar (coarse) dan halus (fine) tergantung

besarnya amplitude gelombang fibrilasi. Pengobatan adalah dengan kardioversi (DC

Shock). Mula-mula diberikan 200 joules. Fibrilasi yang kasar biasanya baru terjadi

dan responsif terhadap kardioversi. Pada fibrilasi ventrikel yang halus perlu diberikan

obat-obat (adrenalin) sebelum dilakukan kardioversi. Selama tidak ada irama jantung

yang efektif (pulsasi di pembuluh nadi besar tidak teraba) terus menerus dilakukan

resusitasi jantung paru, sambil mengulangi kardioversi dengan dosis listrik yang lebih

besar (360-400 joules). Juga diberikan lidokain bolus intravena 1 mg/kgBB dan

diikuti rumat 2-4 mg/kgBB/menit. (7)

Fibrilasi ventrikel akan timbul akibat trauma listrik pada arus antara 75-100

MA. Arus listrik yang sangat tinggi (2A atau lebih) tidak menyebabkan fibrilasi

ventrikel, tetapi cenderung henti ventrikel. Ketika arus listrik memasuki tubuh

manusia, arus akan mengalir dari titik kontak menuju permukaan tanah, mengikuti

jalur terpendek. Hampir selalu jalurnya dari tangan menuju kaki. Lama arus mengalir

dalam tubuh menentukan kematian, tergantung dari mekanisme kematian dan kuat

arus. Kuat arus yang sangat lemah kematian disebabkan oleh paralysis otot-otot

pernapasan dengan asfiksia sekunder. Pada listrik rumah tangga, dimana kematian

Visum et Repertum No. 04/VR/1999Halaman 16 dari 36

Page 17: ulfiani hidayah

terjadi karena fibrilasi ventrikel, lama kontak sangat penting dalam menimbulkan

fibriliasi yang terbilang dalam hitungan detik atau sepersepuluh detik, tergantung

pada kuat arus. Hal ini tentu saja ditentukan oleh hambatan listrik. Contohnya pada

tegangan 110 V, dianggap hambatan 1000 Ω, arus yang masuk ke tubuh 110 MA.

Pada kasus ini kontak selama 5 detik akan menghasilkan fibrilasi ventrikel. Jika titik

kontak listrik adalah kulit yang lembab dan tipis, hambatannya mungkin hanya 100

Ω. Dalam hal ini harus yang memasuki tubuh sebesar 1100 MA dan fibrilasi ventrikel

dapat terjadi dalam 0,1 detik. Pada tegangan tinggi henti jantung dapat terjadi

seketika. Pada tegangan tinggi, dapat terjadi luka panas listrik yang berat/ireversibel.

Ketika jantung mulai kembali berdenyut setelah berhenti, pernafasan mungkin belum

kembali karena paralysis pusat pernafasan. Hal ini kemungkinan karena kelumpuhan

pusat pernapasan pada batang otak karena efek panas yang berlebihan (hipertemik)

dari arus listrik. Efektif hipertemik listrik tegangan tinggi dapat dilihat pada hukuman

mati dengan listrik dimana luka bakar derajat tiga timbul pada tempat kontak

elektroda dan kulit, seperti halnya pengamatan Werner bahwa setelah eksekusi, suhu

otak dapat mencapai 63°C. (5)

Keadan post mortem: tubuh yang pucat tanpa gambaran kongestif pada kulit atau

organ. (5)

2. Paralisis Pernapasan (Respiratory Paralysis)

Hal ini dapat terjadi bila aliran arus listrik di atas “let go” thres hold, akan tetapi

tetap di bawah kebutuhan yang dapat menimbulkan fibrilasi ventrikel. Pada

eksperimen kematian korban yang murni karena asfiksia oleh adanya spasme otot.

Jantung akan tetap berdenyut sampai terjadi kematian. Mekanisme tersebut agaknya

berkaitan dengan asfiksia traumatic, dan menimbulkan sianosis yang hebat, petechial

hemorrages sedikit tidak terlampau diffusa tau prominen, akan tetapi masih dapat

dilihat pada konjungtiva, palpebrae dan muka. (4)

Organ yang kongestif, juga pada kulit dan wajah, petechi pada pleura dan

perikardium. Juga dapat kegagalan pernapasan sentral: paralisis batang otak karena

Visum et Repertum No. 04/VR/1999Halaman 17 dari 36

Page 18: ulfiani hidayah

jalur arus listrik melalui kepala. Keadan ini terlihat jika kepala kontak dengan kabel

listrik pada saat kecelakaan. (5)

3. Paralisis Pusat Pernapasan

Paralisis atau kelumpuhan pada pusat pernapasan dapat terjadi bila arus listrik

melewati otak, dan paralisis ini akan menetap setelah arus listrik tersebut melemah

atau hilang. Jantung akan tetap berdenyut, sedangkan pernapasan artifisial yang

dilakukan dalam waktu yang cukup lama (sampai beberapa jam), dapat menolong

jiwa korban. Bentuk yang berlawanan dalam akibat yang ditimbulkan bila seseorang

terkena arus listrik yang melintas kepala, dapat dilihat pada para penderita penyakit

jiwa yang untuk mengatasi keluhan sering dilakukan “electro convulsive therapy”,

dimana si penderita akan tetap hidup. (4)

Arus bolak balik lebih berbahaya daripada arus searah. Selain itu tubuh manusia

4-6 kali lebih peka terhadap arus bolak-balik dibanding arus searah. Arus bolak-balik

dengan frekuensi 39-150 putaran perdetik adalah yang paling mematikan, karena

berhubungan dengan frekuensi fibrilasi otot jantung. Ketika sebuah tangan

memegang sebuah konduktor hidup, maka efek pegangan pada aliran arus listrik

menyebabkan otot tangan menjadi kejang, kemudian tangan terus menggenggam

konduktor tersebut sehingga tidak bisa dilepaskan. Arus listrik berjalan terus menerus

dalam satu jangka waktu tertentu meskipun dalam arus yang rendah berakibat fatal.

Frekuansi 50 putaran / detik sangat beresiko tinggi sedangkan 6 – 10 mA cukup

untuk menimbulkan efek gangguan ( tangan melekat pada benda yang dialiri arus

listrik ). (5)

PEMERIKSAAN KORBAN (2)

1. Pemeriksaan di Tempat Kejadian Perkara (TKP)

Pada pemeriksaan korban di TKP. Langka pertama kali adalah mematikan

aliran listrik atau menjauhkan kawat listrik dari dengan kayu kering. Pastikan korban

apakah masih hidup atau sudah meninggal. Bila lebam mayat (-), maka mungkin mati

suri dan perlu pertolongan segera sampai timbul tanda kematian pasti.

Visum et Repertum No. 04/VR/1999Halaman 18 dari 36

Page 19: ulfiani hidayah

2. Pemeriksaan Jenazah

Terbagi 3 yaitu:

Pemeriksaan Luar

a. Penting sekali karena justru kelainan yang menyolok adalah pada kulit korban

b. Cari tanda-tanda listrik atau current mark (electric mark = stroomerk van

jellinek = joule burn). Current mark adalah tanda untuk luka akibat listrik dan

merupakan tempat masuknya aliran listrik.

Gambaran current mark :

- Bentuk oval

- Berwarna kuning atau coklat keputihan atau coklat kehitaman atau abu-abu

kekuningan

- Dikelilingi daerah kemerahan dan edema sehingga menonjol dari jaringan

sekitarnya

Cara mencari current mark pada tubuh korban terutama adalah pada telapak

tangan dan telapak kaki dan sebelumnya harus dicuci terlebih dahulu dengan

sabun dan bila perlu disikat. Dapat terjadi metalisasi pada kulit yang

bersentuhan dengan kabel atau kawat yang berarus listrik. Metalisasi terjadi

akibat panas yang ditimbulkan sedemikian besar sehingga ion-ion asam

jaringan bereaksi dengan ion-ion logam dari kawat atau kabel membentuk

garam dan menyebar di jaringan.

Derajat current mark :

- Tanda listrik yg terkecil sebesar kepala jarum dengan warna kemerahan

- Tanda lain berupa gelembung berisi cairan

- Tanda yang lebih berat yaitu kulit menjadi hangus arang, rambut terbakar,

tulang dapat meleleh dengan pembentukan butir kapur

- Panas tinggi sehingga kawat listrik menguap dan mengkondensir dijaringan

tubuh = electric metalisasi.

Visum et Repertum No. 04/VR/1999Halaman 19 dari 36

Page 20: ulfiani hidayah

Pemeriksaan Dalam

Biasanya tidak ditemukan kelainan yang khas. Pada otak dapat terjadi

perdarahan kecil-kecil, terutama daerah ventrikel III dan IV. Pada pemeriksaan

jantung, terjadi fibrilasi bila dilalui aliran listrik dan berhenti pada fase diastole,

sehingga terjadi dilatasi jantung kanan. Pada paru didapatkan edema dan kongesti.

Pada pemeriksaan organ viscera terjadi kongesti yang merata. Peteki / perdarahan

mukosa Traktus Gastrointestinal ditemukan pada 1 dari 100 kasus fatal akibat listrik.

Pada hati didapat lesi yang tidak khas. Pada tulang, karena tulang mempunyai

tahanan listrik yang besar, maka bila ada aliran listrik akan terjadi panas sehingga

tulang menjadi leleh dan terbentuklah butiran-butiran calcium phosphat yang

menyerupai mutiara atau pearl like bodies.

Pemeriksaan Tambahan

Pemeriksaan PA pada current mark :

- Ada bagian sel yang memipih, pengecatan dengan metoxy lineosin akan

berwarna lebih gelap dari yang normal

- Sel-sel stratum corneum menggelembung dan vacuum

- Sel dan intinya dari stratum basalis menjadi lonjong dan tersusun secara

palisade

- Ada sel yg mengalami karbonisasi dan ada pula bagian sel-sel yang rusak dari

stratum corneum

Visum et Repertum No. 04/VR/1999Halaman 20 dari 36

Page 21: ulfiani hidayah

DAFTAR PUSTAKA1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S,dkk. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta:

Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.1997. H:

25 – 54.

2. Hoediyanto, H. Trauma Listrik, Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Universitas

Airlangga, Surabaya. [online]. 2010. [cited 2 Desember 2010]. Available from :

http://www.fk.uwks.ac.id/elib/Arsip/Departemen/Forensik/Tr.%20Listrik.pdf

3. Mansjoer, Arif, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 2. Fakultas

Kedokteran UI, Jakarta, 2000; H: 370-1

4. Idries,Abdul M. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik Edisi Pertama. Jakarta.

Binarupa Aksara. 1997. H: 108 – 117

5. Nelwan, Berti. Luka Akibat Arus Listrik & Luka Bakar. Bahan Kuliah Forensik.

Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, 2008.

6. Cushing, Tracy A. [online]. 2010. [cited 2 Desember 2010]. Available from :

http://emedicine.medscape.com/article/770179-overview

7. Rilantono, Ismudiati E, dkk. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta: Fakultas Kedokteran

UI. 2004. H:275-288

8. Isselbacher, Braunwald, Wilson. Harrison, Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam.

Jakarta. ECG. 2000. H.1065-1118

9. Price A. Sylvia, Wilson M. Lorraine. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit. Jakarta. ECG. 2006. 630-654

10. Robbins dan Kumar. Buku Ajar Patologi II. Edisi 4. Jakarta: EGC. 1995. H:29-33

Visum et Repertum No. 04/VR/1999Halaman 21 dari 36