Top Banner
Laporan kasaus ABSES SUBMANDIBULA OLEH : Tri Ayu Wulandari S, S.Ked G1A106043 KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN THT RSUD RADEN MATTAHER FAKULATAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JAMBI 1
36

Ujian SIP Bismillah Tanpa Follow Up

Jan 03, 2016

Download

Documents

Tri Ayu Wd
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Ujian SIP Bismillah Tanpa Follow Up

Laporan kasaus

ABSES SUBMANDIBULA

OLEH :

Tri Ayu Wulandari S, S.Ked

G1A106043

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

BAGIAN THT RSUD RADEN MATTAHER

FAKULATAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JAMBI

1

Page 2: Ujian SIP Bismillah Tanpa Follow Up

BAB I

PENDAHULUAN

Abses submandibula di defenisikan sebagai terbentuknya abses pada

ruang potensial di regio submandibula yang disertai dengan nyeri

tenggorok, demam dan terbatasnya gerakan membuka mulut.1

Abses submandibula merupakan bagian dari abses leher dalam. Abses

leher dalam terbentuk di ruang potensial di antara fasia leher dalam sebagai

akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut, tenggorok,

sinus paranasal, telinga tengah dan leher. Gejala dan tanda klinik biasanya berupa

nyeri dan pembengkakan di ruang leher dalam yang terlibat.

Kuman penyebab infeksi terbanyak adalah golongan Streptococcus,

Staphylococcus, kuman anaerob Bacteroides atau kuman campur. Abses leher

dalam yang lain dapat berupa abses peritonsil, abses retrofaring, abses parafaring

dan angina Ludovici (Ludwig’s angina). Ruang submandibula merupakan daerah

yang paling sering terlibat penyebaran infeksi dari gigi. Penyebab lain adalah

infeksi kelenjar ludah, infeksi saluran nafas atas, trauma, benda asing, dan 20%

tidak diketahui fokus infeksinya.

2

Page 3: Ujian SIP Bismillah Tanpa Follow Up

BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. Ms

Umur : 40 tahun

Jenis kelamin : perempuan

Alamat : jln dusun pulau batu rt 1 kab tebo

Agama : Islam

Pendidikan : Sd

II. ANAMNESIS

(Autoanamnesis dan alloanamnesis, Tgl : 8 April 2013)

Keluhan Utama

Bengkak pada pipi kanan yang bertambah besar

Riwayat Perjalanan Penyakit

Os datang melalui IGD RSUD Raden Mattaher dengan keluhan bengkak

pada pipi sebelah kanan sejak 16 hari yang lalu.

Awalnya, os mengeluh sakit gigi daerah geraham belakang bawah kanan

sejak 21 hari yang lalu. Kemudian os mencongkelnya dengan lidi. Sakit gigi

dirasakan semakin memberat, sakit dirasakan sampai ke telinga kanan. demam

(+), demam tinggi, demam dirasakan baik siang maupun malam, menggigil (-),

berkeringat (-). Awalnya, os hanya mendiamkannya saja, namun karena tidak

tahan terhadap sakit 2 hari kemudian os berobat ke puskesmas dan disuntik namun

os tidak tahu apa obatnya. Os mengaku setelah berobat, sakit yang dirasakan tidak

berkurang.

± 16 hari smrs, os mengeluh pipi sebelah kanan os membengkak, bengkak

awalnya kecil tapi lama kelamaan semakin membesar disertai rasa nyeri dan panas

dan memerah. Os mengaku sulit membuka mata sebelah kanan dan sulit untuk

membuka mulut, sehingga os sulit untuk makan maupun minum. Os mengaku

sesekali merasa ludahnya bercampur nanah dan bau. Nyeri dirasakan sampai ke

3

Page 4: Ujian SIP Bismillah Tanpa Follow Up

telinga kanan, telinga terasa bengap (+), berdenging (+), pendengaran hterasa ↓

(+), keluar air (-). sakit tenggorokan (+). Sakit kepala(+) sakit dirasa seperti

tertimpa benda berat.

Karena keluhan dirasakan makin memberat akhirnya os berobat ke

RSUD melalui IGD dan dirawat di bangsal THT

Saat dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik tanggal 8-4-2013 abces

sudah pecah (tanggal 3-4-2013), yang ditemukan pada saat abces pecah, pus

berwarna keruh dan bercampur darah, bau (+) anyir, pus sebanyak ± ½ liter. Saat

ini pus (+) tidak aktif lagi , berwarna keruh, bau (+). Keluhan yang dirasa saat ini

adalah nyeri pada bekas luka abses, os mengeluh masih sulit untuk membuka

mulut namun os sudah dapat membuka mata kanannya. Os sudah mulai bisa

makan dan minum. Dan keluhan nyeri, bengap, berdenging dan pendengaran

berkurang tidak lagi dikeluhkan os saat ini.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat alergi obat-obatan (-), alergi makanan (-)

Riwayat hipertensi (-)

Riwayat asma (-)

Riwayat diabetes melitus (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit yang sama

dengan pasien

III. STATUS PRESEN

Sensorium : compos mentis

Pernapasan : 18 i/x

Suhu : 36,8 °C

Nadi : 80 i/x

Tekanan darah : 110/70 mmhg

KU/KP/KG : Baik

IV. HAL-HAL PENTING

4

Page 5: Ujian SIP Bismillah Tanpa Follow Up

HIDUNG

Kanan Kiri

Cairan - -

Darah - -

Nanah - -

Berbau - -

Tumpat - -

Penciuman + +

TELINGA

Kanan Kiri

Cairan - -

Darah - -

Nanah - -

Gatal - -

Dikorek - -

Sakit - -

Bengkak - -

Buka Mulut - -

Berdenging - -

Pendengaran + +

KERONGKONGAN

Hasil

Nyeri menelan -

Sangkut menelan -

Rasa mengganjal -

Gatal -

Lendir -

LARING

5

Page 6: Ujian SIP Bismillah Tanpa Follow Up

Hasil

Suara serak -

Sesak napas -

Batuk -

V. PEMERIKSAAN FISIK

a) Kepala dan Leher

Kanan Kiri

Regio Frontalis Dbn Dbn

Regio Maksilaris Dbn Dbn

Regio Mandibularis

Abces sudah pecah,

ulkus masih terdapat pus

tapi tidak aktif lagi,

Dbn

Regio Parotis Dbn Dbn

Regio Servikalis Dbn Dbn

b) Telinga

Daun Telinga Kanan Kiri

Anotia/mikrotia/makrotia - -

Keloid - -

Perikondritis - -

Kista - -

Fistel - -

Ott hematoma - -

Liang Telinga Kanan Kiri

Atresia - -

Serumen prop Minimal -

Epidermis prop - -

Korpus alineum - -

Jaringan granulasi - -

6

Page 7: Ujian SIP Bismillah Tanpa Follow Up

Exositosis - -

Osteoma - -

Furunkel - -

Membrana Timpani Kanan Kiri

Hiperemis - -

Retraksi - -

Bulging - -

Atropi - -

Perforasi - -

Bula - -

Sekret - -

Retro-aurikular Kanan Kiri

Fistel - -

Kista - -

Abses - -

Pre-aurikular Kanan Kiri

Fistel - -

Kista - -

Abses - -

Tuba Eustachii Kanan Kiri

Valsava test Tidak bisa dilakukanTidak bisa

dilakukan

c) Hidung

Rinoskopi Anterior Kanan Kiri

Vestibulum nasi Dbn Dbn

Kavum nasi Dbn Dbn

Selaput lender Dbn Dbn

Septum nasi Dbn Dbn

Lantai + dasar hidung Dbn Dbn

Konka inferior Dbn Dbn

7

Page 8: Ujian SIP Bismillah Tanpa Follow Up

Meatus nasi inferior Dbn Dbn

Konka media Dbn Dbn

Meatus nasi media Dbn Dbn

Polip - -

Korpus alineum - -

Massa tumor - -

Rinoskopi Posterior Kanan Kiri

Tidak dapat dilakukan

Transiluminasi Sinus Kanan Kiri

Tidak dilakukan

d) Mulut

Hasil

Selaput lendir mulut Normal

Bibir Mukosa sembab

Lidah Dbn

GigiKaries (+) di molar 3 bawah sebelah

kanan, kalkulus (+)

Kelenjar ludah Normal

e) Faring

Hasil

Uvula Tidak bisa dilakukan

Palatum mole Normal

Palatum durum Normal

Plika anterior Tidak bisa dilakukan

Tonsil

Tidak bisa dilakukan

Tidak bisa dilakukan

8

Page 9: Ujian SIP Bismillah Tanpa Follow Up

Plika posterior Tidak bisa dilakukan

Mukosa orofaring Tidak bisa dilakukan

f) Laring

Hasil

Tidak dapat dilakukan

g) Kelenjar Getah Bening Leher

Inspeksi : pembesaran KGB lnn. Submandibularis dekstra dan

sinistra (-)

Palpasi : pembesaran KGB lnn. Submandibularis dekstra dan

sinistra (-), nyeri tekan (-)

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a) Laboratorium (2-4-2013)

Hematologi

Hb : 13,2 g/dl

Trombosit : 444 H x 103 /mm3

Leukosit : 23,3x 103 /mm3

Eritrosit : 4,70 x 106 /mm3

Masa perdarahan : 3,5 menit

Masa pembekuan : 4,5 menit

Tes fungsi hati (3-4-2013)

SGOT : 30 µ/L

SGPT : 35 µ/L

Tes fungsi ginjal (3-4-2013)

Ureum : 68,3 mg/dl

Kreatinin : 1,8mg/dl

Gula darah :

- Gula darah sewaktu : 102 mg/dl

9

Page 10: Ujian SIP Bismillah Tanpa Follow Up

VII. PEMERIKSAAN AUDIOLOGI

Tes Pendengaran Kanan Kiri

Tes rinne + +

Tes weber Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi

Tes schwabach Sama dengan pemeriksaSama dengan

pemeriksa

Kesimpulan : normal

VIII.DIAGNOSIS BANDING

1. Ulkus region submandibula ec abces submandibula ec karies molar 3

kanan bawah

2. Ulkus region submandibula ec abces parafaring ec karies molar 3 kanan

bawah

IX. DIAGNOSIS KERJA

1. Ulkus region submandibula ec abces submandibula ec karies molar 3

kanan bawah

2. Surumen prop auricular dextra

X. PENATALAKSANAAN

Edukasi

1. Menjaga higienitas mulut, rajin menggosok gigi dan berkumur

2. Istirahat yang cukup

Medikamentosa

Ivfd Rl 20 gtt/ i

Katerolac iv 2 X 30 mg

Metrodinazole fls 3 X 1

10

Page 11: Ujian SIP Bismillah Tanpa Follow Up

XI. PROGNOSIS

Quo ad vitam : bonam

Quo ad functionam : bonam

Quo ad sanationam : dubia ad bonam

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi

Abses submandibula merupakan salah satu bentuk abses leher dalam. Nyeri

tenggorok dan demam yang disertai dengan terbatasnya gerakan membuka mulut

11

Page 12: Ujian SIP Bismillah Tanpa Follow Up

dan leher, harus dicurigai kemungkinan disebabkan oleh abses leher dalam.

Abses leher dalam terbentuk di dalam ruang potensial di antara fasia leher dalam

sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut,

tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah, dan leher. Gejala dan tanda klinik

biasanya berupa nyeri dan pembengkakan di ruang leher dalam yang terlibat.

Kebanyakan kuman penyebab adalah golongan Streptococcus, Staphylococcus,

kuman anaerob Bacteriodes atau kuman campuran. Abses leher dalam dapat

berupa abses peritonsil, abses retrofaring, abses submandibulla, dan ludovici

(Ludwig’s Angina).(1)

Abses submandibula adalah abses yang berlokasi pada ruang

submandibula.

Gambar 1. Abscess of the submandibular neck space are common in

children.

3.2 ANATOMI

Pengetahuan tentang ruang-ruang dileher dan hubunganya dengan fasia

penting untuk mendiagnosis dan mengobati infeksi pada leher. Ruang yang

dibentuk oleh berbagai fasia pada leher ini adalah merupakan area yang berpotensi

12

Page 13: Ujian SIP Bismillah Tanpa Follow Up

untuk terjadinya infeksi. Invasi dari bakteri akan menghasilkan selulitis atau

abses, dan menyebar melalui berbagai jalan termasuk melalui saluran limfe.(2)

Pembagian ruang ruang di leher berdasarkan Hollinshead (1954). (3)

1. Di bawah hyoid:

Carotid Sheath

Ruang Pretrakeal

Ruang Retroviseral

Ruang Viseral

Ruang prevertebral.

2. Di atas hyoid:

Ruang submandibula

Ruang submaxilla

Ruang masticator

Ruang parotid

3. Area perifaring:

Ruang retrofaring

Ruang parafaring (lateral Pharyngeal)

Ruang submandibula

4. Area intrafaring:

Ruang paratonsil

Abses paling sering mengenai ruang retrofaring, ruang parafaring (lateral

pharyngeal), dan ruang submandibula.(3)

13

Page 14: Ujian SIP Bismillah Tanpa Follow Up

Otot milohioid yang memisahkan ruang sublingual dan submental.

Gambar 2. Potongan vertical ruang submandibula.

Ruang submndibula terletak diantara mukosa dasar mulut (sebagai batas

superior) dan lapisan superficial pada fasia servikalis bagian dalam ( sebagai batas

inferior). Di bagian inferiornya dibentuk oleh otot digastrikus. Batas lateralnya

berupa kulit, otot platysma, dan korpus mandibula. Sedangkan dibagian

medialnya berbatasan dengan hyoglosus dan milohioid. Di bagian anteriornya,

14

Page 15: Ujian SIP Bismillah Tanpa Follow Up

ruang ini berbatasan dengan otot digastrikus anterior dan milohioid. Bagian

posteriornya berbatasan dengan ligamentum submandibula dan otot digastrikus

posteriornya. (2,3,4,5,6,7)

Ruang submandibula merupakan ruang di atas hyoid yang terdiri dari ruang

sublingual dan ruang submaksila. Ruang sublingual dipisahkan dari ruang

submaksila oleh otot milohioid. Ruang submaksila selanjutnya dibagi atas ruang

submental dan ruang submaksila (lateral) oleh otot digastrikus anterior tetapi

kedua ruang ini berhubungan secara bebas. Namun ada pembagian lain yang tidak

menyertakan ruang sublingual kedalam ruang submandibula, dan membagi ruang

submandibula atas ruang submental dan ruang submaksila saja.(1,4,6)

Gambar 3. Submandibular space

Ruang sublingual mengandung kelenjar sublingual, duktus Wharton, dan

saraf hipoglosal. Ruang ini terletak dia atas otot milohioid tetapi masih dianterior

lidah, dan dilateral otot intrinsic lidah (genioglosus dan geniohioid) dan superior

dan medial dengan otot milohioid. Dibagian anteriornya, berbatasan dengan

15

Page 16: Ujian SIP Bismillah Tanpa Follow Up

sepanjang genu mandibula dan bagian posteriornya berhubungan bebas dengan

ruang submaksila.(4,6,8)

Ruang submaksila berada di bawah otot milohioid, dan mengandung

kelenjar submandibula dan kelenjar getah bening. Ruang submksila ini

berhubungan bebas dengan ruang sublingual sepanjang tepi posterior otot

milohioid. Kelenjar submandibula terletak diantara kedua ruang tersebut.(2,4)

Ruang submental merupakan ruang yang terbentuk segitiga yang terletak di

garis tengah dibawah mandibula dimana batas superior dan lateralnya dibatasi

bagian anterior otot digastricus. Dasar pada ruangan ini adalah otot milohyoid

sedangkan atapnya adalah kulit, facia superficial, otot platysma. Ruang submental

mengandung beberapa nodus limfe dan jaringan lemak fibrous.(2)

3.3 ETIOLOGI

Kebanyakan abses disebabkan oleh banyak mikroba, sebagai contoh

mereka mengandung flora campuran, dan dalam studi didapatkan ada lebih dari 5

spesies yang dapat di isolasi dari satu kasus. (6)

Pada ruang submandibula, infeksi dapat bersumber dari gigi, dasar mulut,

faring, tonsil, sinus, dan kelenjar liur atau kelenjar limfe submandibula. Mungkin

juga sebagian kelanjutan infeksi ruang leher dalam lainnya. Kuman penyebab

biasanya campuran kuman aerob dan anaerob. (1,5)

Proliferasi bakteri dan invasi bakteri melalui organ enamel menyebabkan

nekrosis tulang di sekeliling akar gigi. Biasanya ini terjadi pasien yang sedang

menjalani pengobatan gigi dan drainase abses akar gigi. Jika absen akar gigi tidak

di drainase dan tidak diperiksa, infeksi dapat menyebar dengan abses ke bagian

leher dan mediastinum. Infeksi kebanyakan menyebar dari gigi mandibula. Dan di

beberapa kasus dari luka mukosa mulut. Abses dapat juga disebabkan oleh

trauma,tonsilitis lidah atau penyakit kelenjar ludah. Infeksi dapat menyebar

keruang leher dalam, ke ruang submandibula, ruang parafaring dan ruang

retrofaring. Ruang prevertebral dapat juga terlibat. Infeksi ruang leher dalam

dapat menyebabkan komplikasi berbeda yang dapat menganca nyawa seperti

16

Page 17: Ujian SIP Bismillah Tanpa Follow Up

obstruksi saluran nafas atas dan mediastinitis. Dan ketika ketiga ruang

submandibula (bilateral submandibula dan ruang sublingual) terinfeksi maka

disebut dengan Ludwig’s angina. (9)

3.4 PATOGENESA

Berawal dari etiologi diatas seperti infesi gigi. Nekrosis pulpa karena

karies dalam yang tidak terawat dan periodontal pocket dalam merupakan jalan

bakteri untuk mencapai jaringan periapikal. Karena jumlah bakteri yang banyak,

maka infeksi yang terjadi akan menyebar ke tulang spongiosa sampai tulang

cortical. Jika tulang ini tipis, maka infeksi akan menembus dan masuk ke jaringan

lunak. Penyebaran infeksi ini tergantung dari daya tahan jaringan dan tubuh.

Keterangan :

a. Abses submukosa.

b. Abses bukal

c. Abses submandibula

d. Abses perimandibula

e. Abses subkutan

f. Sinusitis maksilaris.

Infeksi odontogen dapat menyebar melalui jaringan ikat

(perikontinuitatum), pembuluh darah (hematogenous), dan pembuluh limfe

(limfogenous). Yang paling sering terjadi adalah penjalaran secara

perkontinuitatum karena adanya celah/ruang di antara jaringan berpotensi sebagai

tempat berkumpulnya pus. Penjalaran infeksi pada rahang atas dapat membentuk

abses palatal, abses submukosa, abses gingiva, cavernous sinus thrombosis, abses

labial, dan abses facial. Penjalaran infeksi pada rahang bawah dapat membentuk

abses subingual, abses submental, abses submandibular, abses submaseter, dan

angina ludwig. Ujung akar molar kedua dan ketiga terletak dibelakang bawah

linea mylohyoidea (tempat melekatnya m. Mylohyoideus) yang terletak di aspek

daam mandibula, sehingga jika molar kedua dan ketiga terinfeksi dan membentuk

abses, pus nya dapat menyebar ke ruang submandibula dan dapat meluas ke ruang

parafaringeal. Abses pada akar gigi menyebar ke ruang submandibula akan

17

Page 18: Ujian SIP Bismillah Tanpa Follow Up

menyebabkan sedikit ketidaknyamanan pada gigi, dan pembengkakan sekitar

wajah di daerah bawah. Setelah 3 hari pembengkakan akan terisi pus. Jika tidak

diberikan penanganan, maka pus akan keluar, menyebabkan terbentuknya fistel

pada kulit. Pus tersebut juga dapat menyebar ke jaringan lain sekitar tenggorokan,

dan ini dapat menyebabkan problem pernafasan. Jadi abses submandibular

merupakan kondisi yang serius. (2,10,11)

3.5 GEJALA KLINIS

Secara umum, gejala abses adalah :

Nyeri

Bengkak

Eritema pada jaringan

Trismus

Demam

Pembengkakan pada abses biasanya :

Terasa nyeri

Panas

Kurang dari 2 minggu

Berkembang sangat cepat

Disertai sakit gigi atau terlihat karies gigi (9)

Gejala klinis abses submandibula meliputi demam tinggi, nyeri leher

disertai pembengkakan di bawah mandibula dan atau di bawah lidah, mungkin

berfluktuasi. Dapat juga terjadi sakit pada dasr mulut, trismus, indurasi

submandibula dan kulit di bawah dagu eritema dan oedem. (1,9)

3.6 DIAGNOSIS

Diagnosis di tegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang .

a. Anamnesis

18

Page 19: Ujian SIP Bismillah Tanpa Follow Up

Sesuai etiologi yang paling sering mengakibatkan abses

submandibula, dari anamnesis di dapatkan adanya riwayat sakit gigi,

mengorek atau mencabut gigi atau adanya riwayat higiene gigi yang

buruk. Dari anamnesis juga didapatkan gejala berupa sakit pada dasar

mulut dan sukar membuka mulut. (1,5,9)

b. Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan tanda vital biasa ditemukan demam. Selain itu

juga ditemukan adanya pembengkakan di bawah dagu. Bila di palpasi,

akan terasa kenyal dan terdapat pus. (1,9,10)

19

Page 20: Ujian SIP Bismillah Tanpa Follow Up

c. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dapat berupa CT scan. CT

scan merupakan pencitraan pilihan yang dipakai untuk infeksi leher dalam

karena dapat mengetahui lokalisasi kumpulan abses yang tidak dapat

diperiksa. CT scan menunjukkan lokasi, batas-batas, dan hubungan infeksi

ke struktur neurovascular sekitarnya. Pada CT scan abses terlihat sebagai

lesi densitas rendah, ataupun gambaran air fluid level. Selain itu foto

panoramik rahang juga dapat membantu untuk menentukan tempat fokal

infeksinya. (4,12)

Dapat juga dilakukan kultur darah bila terjadi sepsis dan kultur abses

untuk pengobatan yang tepat terhadap kuman penyebab. (4)

20

Page 21: Ujian SIP Bismillah Tanpa Follow Up

3.7 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan abses submandibula meliputi:

- Penatalaksanaan terhadap abses

- Penatalaksanaan terhadap penyebab(1,2)

Antibiotik dosis tinggi terhadap kuman aerob dan anaerob harus diberikan

secara parenteral. Abses submandibula sering disebabkan oleh infeksi gigi dan

paling sering menyebabkan trismus. Maka sesegera mungkin setelah trismus

hilang, sebaiknya pengobatan terhadap penyebab segera dilakukan.

21

Page 22: Ujian SIP Bismillah Tanpa Follow Up

Pola Kepekaan kuman anerob terhadap antibiotik

Evakuasi abses dapat dilakukan dalam anastesi lokal untuk abses yang

dangkal dan terlokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis bila letak abses dalam

dan luas.

Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi os hyoid,

tergantung letak dan luas abses.

Insisi dan drinase abses

Pasien dirawat inap sampai 1-2 hari gejala dan tanda infeksi reda.

22

Page 23: Ujian SIP Bismillah Tanpa Follow Up

3.8 KOMPLIKASI

Komplikasi yang sering terjadi adalah Ludwig’s angina. Ludwig’s angina

adalah infeksi berat yang melibatkan dasar mulut, ruang submental, dan ruang

submandibula. Penyebab dari Ludwig’s angina ini pun bisa karena infeksi lokal

dari mulut, karies gigi, terutama gigi molar dan premolar, tonsilitis, dan karena

trauma ekstraksi gigi. Dapat juga disebabkan oleh kuman aerob maupun anaerob.(5,13)

Ludwig’s angina merupakan peradangan selulitis atau flegmon dari bagian

superior ruang suprahioid. Ruang potensial ini berada antara otot-otot yang

melekatkan lidah pada tulang hioid dan otot milohioideus. Peradangan ruang ini

menyebabkan kekerasan yang berlebihan pada jaringan dasar mulut dan

mendorong lidah ke atas dan ke belakang. Dengan demikian dapat menyebabkan

obstruksi jalan nafas secara potensial.(14)

Gejalanya sangat cepat. Dapat menyebabkan trismus, disfagia, leher

membengkak secara bilateral berwarna kecoklatan. Dan pada perabaan akan

terasa keras. Yang paling berakibat fatal adalah Ludwig’s angina tersebut dapat

menyebabkan lidah terdorong ke atas dan belakang sehingga menimbulkan sesak

23

Page 24: Ujian SIP Bismillah Tanpa Follow Up

nafas dan asfiksia karena sumbatan jalan nafas yang kemudian dapat

menyebabkan kematian.(2,4,5,13,14)

3.9 PENCEGAHAN

Pencegahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan gigi ke dokter secara

rutin dan teratur, penanganan infeksi gigi dan mulut yang tepat dapat mencegah

kondisi yang akan meningkatkan terjadinya Ludwig’s angina.(2)

3.10 PROGNOSIS

Pasien dengan infeksi leher dalam yang diobati dapat sembuh sempurna

bila infeksi ditangani dengan baik dan tepat waktu. Pasien yang mendapat

pengobatan yang terlambat dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi dan

penyembuhan yang lama. Sekali infeksi leher dalam ditangani secara sempurna,

maka tidak ada kecenderungan untuk kambuh lagi.(4)

BAB IV

24

Page 25: Ujian SIP Bismillah Tanpa Follow Up

KESIMPULAN

Abses submandibula adalah abses yang berlokasi pada ruang

submandibula. Biasanya disebabkan oleh infeksi yang dapat bersumber dari gigi,

dasar mulut, faring, tonsil, sinus, dan kelenjar liur atau kelenjar limfa

submandibula. Mungkin juga sebagian kelanjutan infeksi ruang leher dalam

lainnya. Kuman penyebab biasanya campuran kuman aerob dan anaerob. Gejala

klinis abses submandibula meliputi demam tinggi, nyeri leher disertai

pembengkakan di bawah mandibula dan atau di bawah lidah, mungkin

berfluktuasi. Dapat juga terjadi sakit pada dasar mulut, trismus, indurasi

submandibula dan kulit di bawah dagu eritema dan oedem. Pada pengobatan dapat

diberikan antibiotik dosis tinggi dan dapat juga dilakukan insisi dan drainase

abses sesegera mungkin agar tidak terjadi komplikasi. Prognosis umumnya baik

bila ditangani secara tepat dan cepat.

DAFTAR PUSTAKA

25

Page 26: Ujian SIP Bismillah Tanpa Follow Up

1. Fachruddin, D. Abses Leher Dalam. In: Soepardi EA, Iskandar N,

Bashiruddin J eds. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung

Tenggorokan Kepala & Leher. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

2007. Hal 229

2. Ludwig’s Angina. Available in:

http:/dilamhealth.blogspot.com/2010/03/angina-ludwig.html

3. Hibbert J. Laryngology and Head and Neck Surgery. Oxford: Butterworth-

Heinemann. 1997. Page 5,16,17

4. Murray AD, Marcincuk MC. Deep Neck Infection. Available in:

http:/emedicine.medscape.com./article/837048-overview

5. Lee KJ. Essential Otolaryngology. Head and Neck Surgery. New York:

McGraw-Hill. 2003. Page 422-432

6. Bailey BJ, Johnson JT, Newlands SD. Head and Neck Surgery-

Otolaryngology. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

2006. Page 668-680

7. Ruckenstein MJ. Comprehensive Review of Otolaryngology. Philadelphia:

Saunders. 2004. Page 178-179

8. Cummings CW, Robbins KT. Otolaryngology Head and Neck Surgery. 4th

Ed. Pennsylvania: Elsevier Mosby. 2005. Page 64-67

9. Anniko M, Sprekelsen Mb, Bonkowsky V, dkk. Otorhinology Head and

Neck Surgery. New York: Springer. Page 414-415. Available in:

http://books.google.co.id/books?

id=13fPEPZQqoQC&pg=PA414&dq=submandibular+space+abcess,

+otorhinolaryngology&hl=id&ei=I1ttTJ7FGou4vgOqvJC3DQ&sa=X&oi

=book_result&ctbook-

thumbnail&resnumb=1nfed=0CCjQ6wEwAA#v=onepage&q=submandib

ular%20space%20abscess%2c%20otorhinolaryngology&f=false

10. Mansjoer A, Trianti K, Savitri R, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Ed 3.

Jakarta: Penerbit Media Aesculapius. 2001. Page 149-150

11. Dental Health International Netherland. Available in:

http.//www.dhin.nl/boh_part4.htm

26

Page 27: Ujian SIP Bismillah Tanpa Follow Up

12. Treatment. Available in: http.//www.ebmedicine.net/topics.thp?

pactionshowtopicseg&topics_id=32&seg_id=577

13. Ballenger JJ. Disease of Nose, Throat and Ear. 12th Ed. Philadelphia: Lea

& Febiger; 1980. Page 280-290

14. Adams JL, Boies LR, Higler PA. Boeis Buku Ajar Penyakit THT. Ed 6.

Jakarta: EGC; 2007. Page 345-346

1.

27