Laporan kasaus ABSES SUBMANDIBULA OLEH : Tri Ayu Wulandari S, S.Ked G1A106043 KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN THT RSUD RADEN MATTAHER FAKULATAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JAMBI 1
Laporan kasaus
ABSES SUBMANDIBULA
OLEH :
Tri Ayu Wulandari S, S.Ked
G1A106043
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR
BAGIAN THT RSUD RADEN MATTAHER
FAKULATAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JAMBI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Abses submandibula di defenisikan sebagai terbentuknya abses pada
ruang potensial di regio submandibula yang disertai dengan nyeri
tenggorok, demam dan terbatasnya gerakan membuka mulut.1
Abses submandibula merupakan bagian dari abses leher dalam. Abses
leher dalam terbentuk di ruang potensial di antara fasia leher dalam sebagai
akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut, tenggorok,
sinus paranasal, telinga tengah dan leher. Gejala dan tanda klinik biasanya berupa
nyeri dan pembengkakan di ruang leher dalam yang terlibat.
Kuman penyebab infeksi terbanyak adalah golongan Streptococcus,
Staphylococcus, kuman anaerob Bacteroides atau kuman campur. Abses leher
dalam yang lain dapat berupa abses peritonsil, abses retrofaring, abses parafaring
dan angina Ludovici (Ludwig’s angina). Ruang submandibula merupakan daerah
yang paling sering terlibat penyebaran infeksi dari gigi. Penyebab lain adalah
infeksi kelenjar ludah, infeksi saluran nafas atas, trauma, benda asing, dan 20%
tidak diketahui fokus infeksinya.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Ms
Umur : 40 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Alamat : jln dusun pulau batu rt 1 kab tebo
Agama : Islam
Pendidikan : Sd
II. ANAMNESIS
(Autoanamnesis dan alloanamnesis, Tgl : 8 April 2013)
Keluhan Utama
Bengkak pada pipi kanan yang bertambah besar
Riwayat Perjalanan Penyakit
Os datang melalui IGD RSUD Raden Mattaher dengan keluhan bengkak
pada pipi sebelah kanan sejak 16 hari yang lalu.
Awalnya, os mengeluh sakit gigi daerah geraham belakang bawah kanan
sejak 21 hari yang lalu. Kemudian os mencongkelnya dengan lidi. Sakit gigi
dirasakan semakin memberat, sakit dirasakan sampai ke telinga kanan. demam
(+), demam tinggi, demam dirasakan baik siang maupun malam, menggigil (-),
berkeringat (-). Awalnya, os hanya mendiamkannya saja, namun karena tidak
tahan terhadap sakit 2 hari kemudian os berobat ke puskesmas dan disuntik namun
os tidak tahu apa obatnya. Os mengaku setelah berobat, sakit yang dirasakan tidak
berkurang.
± 16 hari smrs, os mengeluh pipi sebelah kanan os membengkak, bengkak
awalnya kecil tapi lama kelamaan semakin membesar disertai rasa nyeri dan panas
dan memerah. Os mengaku sulit membuka mata sebelah kanan dan sulit untuk
membuka mulut, sehingga os sulit untuk makan maupun minum. Os mengaku
sesekali merasa ludahnya bercampur nanah dan bau. Nyeri dirasakan sampai ke
3
telinga kanan, telinga terasa bengap (+), berdenging (+), pendengaran hterasa ↓
(+), keluar air (-). sakit tenggorokan (+). Sakit kepala(+) sakit dirasa seperti
tertimpa benda berat.
Karena keluhan dirasakan makin memberat akhirnya os berobat ke
RSUD melalui IGD dan dirawat di bangsal THT
Saat dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik tanggal 8-4-2013 abces
sudah pecah (tanggal 3-4-2013), yang ditemukan pada saat abces pecah, pus
berwarna keruh dan bercampur darah, bau (+) anyir, pus sebanyak ± ½ liter. Saat
ini pus (+) tidak aktif lagi , berwarna keruh, bau (+). Keluhan yang dirasa saat ini
adalah nyeri pada bekas luka abses, os mengeluh masih sulit untuk membuka
mulut namun os sudah dapat membuka mata kanannya. Os sudah mulai bisa
makan dan minum. Dan keluhan nyeri, bengap, berdenging dan pendengaran
berkurang tidak lagi dikeluhkan os saat ini.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat alergi obat-obatan (-), alergi makanan (-)
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat asma (-)
Riwayat diabetes melitus (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit yang sama
dengan pasien
III. STATUS PRESEN
Sensorium : compos mentis
Pernapasan : 18 i/x
Suhu : 36,8 °C
Nadi : 80 i/x
Tekanan darah : 110/70 mmhg
KU/KP/KG : Baik
IV. HAL-HAL PENTING
4
HIDUNG
Kanan Kiri
Cairan - -
Darah - -
Nanah - -
Berbau - -
Tumpat - -
Penciuman + +
TELINGA
Kanan Kiri
Cairan - -
Darah - -
Nanah - -
Gatal - -
Dikorek - -
Sakit - -
Bengkak - -
Buka Mulut - -
Berdenging - -
Pendengaran + +
KERONGKONGAN
Hasil
Nyeri menelan -
Sangkut menelan -
Rasa mengganjal -
Gatal -
Lendir -
LARING
5
Hasil
Suara serak -
Sesak napas -
Batuk -
V. PEMERIKSAAN FISIK
a) Kepala dan Leher
Kanan Kiri
Regio Frontalis Dbn Dbn
Regio Maksilaris Dbn Dbn
Regio Mandibularis
Abces sudah pecah,
ulkus masih terdapat pus
tapi tidak aktif lagi,
Dbn
Regio Parotis Dbn Dbn
Regio Servikalis Dbn Dbn
b) Telinga
Daun Telinga Kanan Kiri
Anotia/mikrotia/makrotia - -
Keloid - -
Perikondritis - -
Kista - -
Fistel - -
Ott hematoma - -
Liang Telinga Kanan Kiri
Atresia - -
Serumen prop Minimal -
Epidermis prop - -
Korpus alineum - -
Jaringan granulasi - -
6
Exositosis - -
Osteoma - -
Furunkel - -
Membrana Timpani Kanan Kiri
Hiperemis - -
Retraksi - -
Bulging - -
Atropi - -
Perforasi - -
Bula - -
Sekret - -
Retro-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -
Pre-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -
Tuba Eustachii Kanan Kiri
Valsava test Tidak bisa dilakukanTidak bisa
dilakukan
c) Hidung
Rinoskopi Anterior Kanan Kiri
Vestibulum nasi Dbn Dbn
Kavum nasi Dbn Dbn
Selaput lender Dbn Dbn
Septum nasi Dbn Dbn
Lantai + dasar hidung Dbn Dbn
Konka inferior Dbn Dbn
7
Meatus nasi inferior Dbn Dbn
Konka media Dbn Dbn
Meatus nasi media Dbn Dbn
Polip - -
Korpus alineum - -
Massa tumor - -
Rinoskopi Posterior Kanan Kiri
Tidak dapat dilakukan
Transiluminasi Sinus Kanan Kiri
Tidak dilakukan
d) Mulut
Hasil
Selaput lendir mulut Normal
Bibir Mukosa sembab
Lidah Dbn
GigiKaries (+) di molar 3 bawah sebelah
kanan, kalkulus (+)
Kelenjar ludah Normal
e) Faring
Hasil
Uvula Tidak bisa dilakukan
Palatum mole Normal
Palatum durum Normal
Plika anterior Tidak bisa dilakukan
Tonsil
Tidak bisa dilakukan
Tidak bisa dilakukan
8
Plika posterior Tidak bisa dilakukan
Mukosa orofaring Tidak bisa dilakukan
f) Laring
Hasil
Tidak dapat dilakukan
g) Kelenjar Getah Bening Leher
Inspeksi : pembesaran KGB lnn. Submandibularis dekstra dan
sinistra (-)
Palpasi : pembesaran KGB lnn. Submandibularis dekstra dan
sinistra (-), nyeri tekan (-)
VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a) Laboratorium (2-4-2013)
Hematologi
Hb : 13,2 g/dl
Trombosit : 444 H x 103 /mm3
Leukosit : 23,3x 103 /mm3
Eritrosit : 4,70 x 106 /mm3
Masa perdarahan : 3,5 menit
Masa pembekuan : 4,5 menit
Tes fungsi hati (3-4-2013)
SGOT : 30 µ/L
SGPT : 35 µ/L
Tes fungsi ginjal (3-4-2013)
Ureum : 68,3 mg/dl
Kreatinin : 1,8mg/dl
Gula darah :
- Gula darah sewaktu : 102 mg/dl
9
VII. PEMERIKSAAN AUDIOLOGI
Tes Pendengaran Kanan Kiri
Tes rinne + +
Tes weber Tidak ada lateralisasi Tidak ada lateralisasi
Tes schwabach Sama dengan pemeriksaSama dengan
pemeriksa
Kesimpulan : normal
VIII.DIAGNOSIS BANDING
1. Ulkus region submandibula ec abces submandibula ec karies molar 3
kanan bawah
2. Ulkus region submandibula ec abces parafaring ec karies molar 3 kanan
bawah
IX. DIAGNOSIS KERJA
1. Ulkus region submandibula ec abces submandibula ec karies molar 3
kanan bawah
2. Surumen prop auricular dextra
X. PENATALAKSANAAN
Edukasi
1. Menjaga higienitas mulut, rajin menggosok gigi dan berkumur
2. Istirahat yang cukup
Medikamentosa
Ivfd Rl 20 gtt/ i
Katerolac iv 2 X 30 mg
Metrodinazole fls 3 X 1
10
XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Abses submandibula merupakan salah satu bentuk abses leher dalam. Nyeri
tenggorok dan demam yang disertai dengan terbatasnya gerakan membuka mulut
11
dan leher, harus dicurigai kemungkinan disebabkan oleh abses leher dalam.
Abses leher dalam terbentuk di dalam ruang potensial di antara fasia leher dalam
sebagai akibat penjalaran infeksi dari berbagai sumber, seperti gigi, mulut,
tenggorok, sinus paranasal, telinga tengah, dan leher. Gejala dan tanda klinik
biasanya berupa nyeri dan pembengkakan di ruang leher dalam yang terlibat.
Kebanyakan kuman penyebab adalah golongan Streptococcus, Staphylococcus,
kuman anaerob Bacteriodes atau kuman campuran. Abses leher dalam dapat
berupa abses peritonsil, abses retrofaring, abses submandibulla, dan ludovici
(Ludwig’s Angina).(1)
Abses submandibula adalah abses yang berlokasi pada ruang
submandibula.
Gambar 1. Abscess of the submandibular neck space are common in
children.
3.2 ANATOMI
Pengetahuan tentang ruang-ruang dileher dan hubunganya dengan fasia
penting untuk mendiagnosis dan mengobati infeksi pada leher. Ruang yang
dibentuk oleh berbagai fasia pada leher ini adalah merupakan area yang berpotensi
12
untuk terjadinya infeksi. Invasi dari bakteri akan menghasilkan selulitis atau
abses, dan menyebar melalui berbagai jalan termasuk melalui saluran limfe.(2)
Pembagian ruang ruang di leher berdasarkan Hollinshead (1954). (3)
1. Di bawah hyoid:
Carotid Sheath
Ruang Pretrakeal
Ruang Retroviseral
Ruang Viseral
Ruang prevertebral.
2. Di atas hyoid:
Ruang submandibula
Ruang submaxilla
Ruang masticator
Ruang parotid
3. Area perifaring:
Ruang retrofaring
Ruang parafaring (lateral Pharyngeal)
Ruang submandibula
4. Area intrafaring:
Ruang paratonsil
Abses paling sering mengenai ruang retrofaring, ruang parafaring (lateral
pharyngeal), dan ruang submandibula.(3)
13
Otot milohioid yang memisahkan ruang sublingual dan submental.
Gambar 2. Potongan vertical ruang submandibula.
Ruang submndibula terletak diantara mukosa dasar mulut (sebagai batas
superior) dan lapisan superficial pada fasia servikalis bagian dalam ( sebagai batas
inferior). Di bagian inferiornya dibentuk oleh otot digastrikus. Batas lateralnya
berupa kulit, otot platysma, dan korpus mandibula. Sedangkan dibagian
medialnya berbatasan dengan hyoglosus dan milohioid. Di bagian anteriornya,
14
ruang ini berbatasan dengan otot digastrikus anterior dan milohioid. Bagian
posteriornya berbatasan dengan ligamentum submandibula dan otot digastrikus
posteriornya. (2,3,4,5,6,7)
Ruang submandibula merupakan ruang di atas hyoid yang terdiri dari ruang
sublingual dan ruang submaksila. Ruang sublingual dipisahkan dari ruang
submaksila oleh otot milohioid. Ruang submaksila selanjutnya dibagi atas ruang
submental dan ruang submaksila (lateral) oleh otot digastrikus anterior tetapi
kedua ruang ini berhubungan secara bebas. Namun ada pembagian lain yang tidak
menyertakan ruang sublingual kedalam ruang submandibula, dan membagi ruang
submandibula atas ruang submental dan ruang submaksila saja.(1,4,6)
Gambar 3. Submandibular space
Ruang sublingual mengandung kelenjar sublingual, duktus Wharton, dan
saraf hipoglosal. Ruang ini terletak dia atas otot milohioid tetapi masih dianterior
lidah, dan dilateral otot intrinsic lidah (genioglosus dan geniohioid) dan superior
dan medial dengan otot milohioid. Dibagian anteriornya, berbatasan dengan
15
sepanjang genu mandibula dan bagian posteriornya berhubungan bebas dengan
ruang submaksila.(4,6,8)
Ruang submaksila berada di bawah otot milohioid, dan mengandung
kelenjar submandibula dan kelenjar getah bening. Ruang submksila ini
berhubungan bebas dengan ruang sublingual sepanjang tepi posterior otot
milohioid. Kelenjar submandibula terletak diantara kedua ruang tersebut.(2,4)
Ruang submental merupakan ruang yang terbentuk segitiga yang terletak di
garis tengah dibawah mandibula dimana batas superior dan lateralnya dibatasi
bagian anterior otot digastricus. Dasar pada ruangan ini adalah otot milohyoid
sedangkan atapnya adalah kulit, facia superficial, otot platysma. Ruang submental
mengandung beberapa nodus limfe dan jaringan lemak fibrous.(2)
3.3 ETIOLOGI
Kebanyakan abses disebabkan oleh banyak mikroba, sebagai contoh
mereka mengandung flora campuran, dan dalam studi didapatkan ada lebih dari 5
spesies yang dapat di isolasi dari satu kasus. (6)
Pada ruang submandibula, infeksi dapat bersumber dari gigi, dasar mulut,
faring, tonsil, sinus, dan kelenjar liur atau kelenjar limfe submandibula. Mungkin
juga sebagian kelanjutan infeksi ruang leher dalam lainnya. Kuman penyebab
biasanya campuran kuman aerob dan anaerob. (1,5)
Proliferasi bakteri dan invasi bakteri melalui organ enamel menyebabkan
nekrosis tulang di sekeliling akar gigi. Biasanya ini terjadi pasien yang sedang
menjalani pengobatan gigi dan drainase abses akar gigi. Jika absen akar gigi tidak
di drainase dan tidak diperiksa, infeksi dapat menyebar dengan abses ke bagian
leher dan mediastinum. Infeksi kebanyakan menyebar dari gigi mandibula. Dan di
beberapa kasus dari luka mukosa mulut. Abses dapat juga disebabkan oleh
trauma,tonsilitis lidah atau penyakit kelenjar ludah. Infeksi dapat menyebar
keruang leher dalam, ke ruang submandibula, ruang parafaring dan ruang
retrofaring. Ruang prevertebral dapat juga terlibat. Infeksi ruang leher dalam
dapat menyebabkan komplikasi berbeda yang dapat menganca nyawa seperti
16
obstruksi saluran nafas atas dan mediastinitis. Dan ketika ketiga ruang
submandibula (bilateral submandibula dan ruang sublingual) terinfeksi maka
disebut dengan Ludwig’s angina. (9)
3.4 PATOGENESA
Berawal dari etiologi diatas seperti infesi gigi. Nekrosis pulpa karena
karies dalam yang tidak terawat dan periodontal pocket dalam merupakan jalan
bakteri untuk mencapai jaringan periapikal. Karena jumlah bakteri yang banyak,
maka infeksi yang terjadi akan menyebar ke tulang spongiosa sampai tulang
cortical. Jika tulang ini tipis, maka infeksi akan menembus dan masuk ke jaringan
lunak. Penyebaran infeksi ini tergantung dari daya tahan jaringan dan tubuh.
Keterangan :
a. Abses submukosa.
b. Abses bukal
c. Abses submandibula
d. Abses perimandibula
e. Abses subkutan
f. Sinusitis maksilaris.
Infeksi odontogen dapat menyebar melalui jaringan ikat
(perikontinuitatum), pembuluh darah (hematogenous), dan pembuluh limfe
(limfogenous). Yang paling sering terjadi adalah penjalaran secara
perkontinuitatum karena adanya celah/ruang di antara jaringan berpotensi sebagai
tempat berkumpulnya pus. Penjalaran infeksi pada rahang atas dapat membentuk
abses palatal, abses submukosa, abses gingiva, cavernous sinus thrombosis, abses
labial, dan abses facial. Penjalaran infeksi pada rahang bawah dapat membentuk
abses subingual, abses submental, abses submandibular, abses submaseter, dan
angina ludwig. Ujung akar molar kedua dan ketiga terletak dibelakang bawah
linea mylohyoidea (tempat melekatnya m. Mylohyoideus) yang terletak di aspek
daam mandibula, sehingga jika molar kedua dan ketiga terinfeksi dan membentuk
abses, pus nya dapat menyebar ke ruang submandibula dan dapat meluas ke ruang
parafaringeal. Abses pada akar gigi menyebar ke ruang submandibula akan
17
menyebabkan sedikit ketidaknyamanan pada gigi, dan pembengkakan sekitar
wajah di daerah bawah. Setelah 3 hari pembengkakan akan terisi pus. Jika tidak
diberikan penanganan, maka pus akan keluar, menyebabkan terbentuknya fistel
pada kulit. Pus tersebut juga dapat menyebar ke jaringan lain sekitar tenggorokan,
dan ini dapat menyebabkan problem pernafasan. Jadi abses submandibular
merupakan kondisi yang serius. (2,10,11)
3.5 GEJALA KLINIS
Secara umum, gejala abses adalah :
Nyeri
Bengkak
Eritema pada jaringan
Trismus
Demam
Pembengkakan pada abses biasanya :
Terasa nyeri
Panas
Kurang dari 2 minggu
Berkembang sangat cepat
Disertai sakit gigi atau terlihat karies gigi (9)
Gejala klinis abses submandibula meliputi demam tinggi, nyeri leher
disertai pembengkakan di bawah mandibula dan atau di bawah lidah, mungkin
berfluktuasi. Dapat juga terjadi sakit pada dasr mulut, trismus, indurasi
submandibula dan kulit di bawah dagu eritema dan oedem. (1,9)
3.6 DIAGNOSIS
Diagnosis di tegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang .
a. Anamnesis
18
Sesuai etiologi yang paling sering mengakibatkan abses
submandibula, dari anamnesis di dapatkan adanya riwayat sakit gigi,
mengorek atau mencabut gigi atau adanya riwayat higiene gigi yang
buruk. Dari anamnesis juga didapatkan gejala berupa sakit pada dasar
mulut dan sukar membuka mulut. (1,5,9)
b. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan tanda vital biasa ditemukan demam. Selain itu
juga ditemukan adanya pembengkakan di bawah dagu. Bila di palpasi,
akan terasa kenyal dan terdapat pus. (1,9,10)
19
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dapat berupa CT scan. CT
scan merupakan pencitraan pilihan yang dipakai untuk infeksi leher dalam
karena dapat mengetahui lokalisasi kumpulan abses yang tidak dapat
diperiksa. CT scan menunjukkan lokasi, batas-batas, dan hubungan infeksi
ke struktur neurovascular sekitarnya. Pada CT scan abses terlihat sebagai
lesi densitas rendah, ataupun gambaran air fluid level. Selain itu foto
panoramik rahang juga dapat membantu untuk menentukan tempat fokal
infeksinya. (4,12)
Dapat juga dilakukan kultur darah bila terjadi sepsis dan kultur abses
untuk pengobatan yang tepat terhadap kuman penyebab. (4)
20
3.7 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan abses submandibula meliputi:
- Penatalaksanaan terhadap abses
- Penatalaksanaan terhadap penyebab(1,2)
Antibiotik dosis tinggi terhadap kuman aerob dan anaerob harus diberikan
secara parenteral. Abses submandibula sering disebabkan oleh infeksi gigi dan
paling sering menyebabkan trismus. Maka sesegera mungkin setelah trismus
hilang, sebaiknya pengobatan terhadap penyebab segera dilakukan.
21
Pola Kepekaan kuman anerob terhadap antibiotik
Evakuasi abses dapat dilakukan dalam anastesi lokal untuk abses yang
dangkal dan terlokalisasi atau eksplorasi dalam narkosis bila letak abses dalam
dan luas.
Insisi dibuat pada tempat yang paling berfluktuasi atau setinggi os hyoid,
tergantung letak dan luas abses.
Insisi dan drinase abses
Pasien dirawat inap sampai 1-2 hari gejala dan tanda infeksi reda.
22
3.8 KOMPLIKASI
Komplikasi yang sering terjadi adalah Ludwig’s angina. Ludwig’s angina
adalah infeksi berat yang melibatkan dasar mulut, ruang submental, dan ruang
submandibula. Penyebab dari Ludwig’s angina ini pun bisa karena infeksi lokal
dari mulut, karies gigi, terutama gigi molar dan premolar, tonsilitis, dan karena
trauma ekstraksi gigi. Dapat juga disebabkan oleh kuman aerob maupun anaerob.(5,13)
Ludwig’s angina merupakan peradangan selulitis atau flegmon dari bagian
superior ruang suprahioid. Ruang potensial ini berada antara otot-otot yang
melekatkan lidah pada tulang hioid dan otot milohioideus. Peradangan ruang ini
menyebabkan kekerasan yang berlebihan pada jaringan dasar mulut dan
mendorong lidah ke atas dan ke belakang. Dengan demikian dapat menyebabkan
obstruksi jalan nafas secara potensial.(14)
Gejalanya sangat cepat. Dapat menyebabkan trismus, disfagia, leher
membengkak secara bilateral berwarna kecoklatan. Dan pada perabaan akan
terasa keras. Yang paling berakibat fatal adalah Ludwig’s angina tersebut dapat
menyebabkan lidah terdorong ke atas dan belakang sehingga menimbulkan sesak
23
nafas dan asfiksia karena sumbatan jalan nafas yang kemudian dapat
menyebabkan kematian.(2,4,5,13,14)
3.9 PENCEGAHAN
Pencegahan dapat dilakukan dengan pemeriksaan gigi ke dokter secara
rutin dan teratur, penanganan infeksi gigi dan mulut yang tepat dapat mencegah
kondisi yang akan meningkatkan terjadinya Ludwig’s angina.(2)
3.10 PROGNOSIS
Pasien dengan infeksi leher dalam yang diobati dapat sembuh sempurna
bila infeksi ditangani dengan baik dan tepat waktu. Pasien yang mendapat
pengobatan yang terlambat dapat mengakibatkan terjadinya komplikasi dan
penyembuhan yang lama. Sekali infeksi leher dalam ditangani secara sempurna,
maka tidak ada kecenderungan untuk kambuh lagi.(4)
BAB IV
24
KESIMPULAN
Abses submandibula adalah abses yang berlokasi pada ruang
submandibula. Biasanya disebabkan oleh infeksi yang dapat bersumber dari gigi,
dasar mulut, faring, tonsil, sinus, dan kelenjar liur atau kelenjar limfa
submandibula. Mungkin juga sebagian kelanjutan infeksi ruang leher dalam
lainnya. Kuman penyebab biasanya campuran kuman aerob dan anaerob. Gejala
klinis abses submandibula meliputi demam tinggi, nyeri leher disertai
pembengkakan di bawah mandibula dan atau di bawah lidah, mungkin
berfluktuasi. Dapat juga terjadi sakit pada dasar mulut, trismus, indurasi
submandibula dan kulit di bawah dagu eritema dan oedem. Pada pengobatan dapat
diberikan antibiotik dosis tinggi dan dapat juga dilakukan insisi dan drainase
abses sesegera mungkin agar tidak terjadi komplikasi. Prognosis umumnya baik
bila ditangani secara tepat dan cepat.
DAFTAR PUSTAKA
25
1. Fachruddin, D. Abses Leher Dalam. In: Soepardi EA, Iskandar N,
Bashiruddin J eds. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan Kepala & Leher. Edisi ke-6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
2007. Hal 229
2. Ludwig’s Angina. Available in:
http:/dilamhealth.blogspot.com/2010/03/angina-ludwig.html
3. Hibbert J. Laryngology and Head and Neck Surgery. Oxford: Butterworth-
Heinemann. 1997. Page 5,16,17
4. Murray AD, Marcincuk MC. Deep Neck Infection. Available in:
http:/emedicine.medscape.com./article/837048-overview
5. Lee KJ. Essential Otolaryngology. Head and Neck Surgery. New York:
McGraw-Hill. 2003. Page 422-432
6. Bailey BJ, Johnson JT, Newlands SD. Head and Neck Surgery-
Otolaryngology. 4th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
2006. Page 668-680
7. Ruckenstein MJ. Comprehensive Review of Otolaryngology. Philadelphia:
Saunders. 2004. Page 178-179
8. Cummings CW, Robbins KT. Otolaryngology Head and Neck Surgery. 4th
Ed. Pennsylvania: Elsevier Mosby. 2005. Page 64-67
9. Anniko M, Sprekelsen Mb, Bonkowsky V, dkk. Otorhinology Head and
Neck Surgery. New York: Springer. Page 414-415. Available in:
http://books.google.co.id/books?
id=13fPEPZQqoQC&pg=PA414&dq=submandibular+space+abcess,
+otorhinolaryngology&hl=id&ei=I1ttTJ7FGou4vgOqvJC3DQ&sa=X&oi
=book_result&ctbook-
thumbnail&resnumb=1nfed=0CCjQ6wEwAA#v=onepage&q=submandib
ular%20space%20abscess%2c%20otorhinolaryngology&f=false
10. Mansjoer A, Trianti K, Savitri R, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Ed 3.
Jakarta: Penerbit Media Aesculapius. 2001. Page 149-150
11. Dental Health International Netherland. Available in:
http.//www.dhin.nl/boh_part4.htm
26
12. Treatment. Available in: http.//www.ebmedicine.net/topics.thp?
pactionshowtopicseg&topics_id=32&seg_id=577
13. Ballenger JJ. Disease of Nose, Throat and Ear. 12th Ed. Philadelphia: Lea
& Febiger; 1980. Page 280-290
14. Adams JL, Boies LR, Higler PA. Boeis Buku Ajar Penyakit THT. Ed 6.
Jakarta: EGC; 2007. Page 345-346
1.
27