Page 1
UJI EFEK KOMBINASI ANTIBIOTIK AMOKSISILIN DENGAN
EKSTRAK METANOL DAUN SIRIH (Piper betle L.) TERHADAP
PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Gusti Ayu Vivin Fitriana
NIM : 148114088
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 2
i
UJI EFEK KOMBINASI ANTIBIOTIK AMOKSISILIN DENGAN
EKSTRAK METANOL DAUN SIRIH (Piper betle L.) TERHADAP
PERTUMBUHAN Staphylococcus aureus
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Gusti Ayu Vivin Fitriana
NIM : 148114088
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 3
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 4
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 5
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
”Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman
di antaramu dan orang-orang yang dikaruniai lmu
pengetahuan hingga beberapa derajat”
(Al-Mujadilah : 11)
Dengan ridho Allah SWT skripsi ini kupersembahkan untuk :
Papa, Mama dan adikku tercinta
Seluruh keluarga dan sahabatku
Teman-temanku
Serta Almamaterku Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 6
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 7
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 8
vii
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkat dan kasih-
Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Uji Efek Kombinasi
Antibiotik Amoksisilin dengan Ekstrak Metanol Daun Sirih (Piper betle L.)
Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus” dengan baik. Skripsi ini
disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
(S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan,
dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, Apt., selaku Ketua Program Studi Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, Apt., selaku Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan izin untuk penggunaan
segala fasilitas laboratorium selama penelitian.
4. Ibu Dr. Yustina Sri Hartini, Apt selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah
dengan sabar memberikan banyak kritik, saran, dan bimbingan selama
penelitian dan penyusunan skripsi.
5. Ibu Damiana Sapta Candrasari, S.Si., M.Sc., dan Ibu Dr. Erna Tri Wulandari,
Apt. selaku dosen penguji atas kritik dan saran selama penyusunan skripsi.
6. Mas Antonius Dwi Priyana dan Mas Sarwanto selaku Sekretariat S1 Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma yang memberikan informasi selama
perkuliahan dan ujian.
7. Segenap dosen dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang sudah mengajar dan membantu saya selama perkuliahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 9
viii
8. Keluarga terkasih, Papa Joko Sugiyarto, Mama Eriyani, dan Bagus Bima Ari
Sugiyarto yang telah menyemangati dan memberi dukungan selama proses
pengerjaan skripsi.
9. Sahabat-sahabat saya Fitri Nuzulia Hadiyati, Larasati Kirana Putri, Febriyanti
Abriana, Sindy Olifiana, Angelica Rivera Santoso, Ni Putu Gita Yanti yang
selalu mendukung dan menyemangati selama proses pengerjan skripsi.
10. Teman-teman Blessed leaf seperjuangan Livia Setiastuti, Lintang Sari,
Valentina Natalia, Angelica Rivera untuk waktu, usaha, cerita, dan pelajaran
selama pengerjaan skripsi.
11. Teman-teman B2 meja 3 (Lia, Chintya, Claudia, Sastira, Ayu, Livia, Billy) yang
sudah menemani perjalanan praktikum dari semester 1 sampai 7 dan teman
partner segala hal. See you on top guys!!
12. Teman-teman FSM B 2014 dan seluruh angkatan 2014 yang telah berdinamika,
baik panitia maupun perkuliahan.
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis yang telah
membantu selama proses penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak ada yang sempurna dan
dalam naskah skripsi ini masih terdapat kekurangan mengingat keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membantu demi kemajuan di masa
yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat
bagi mahasiswa, lingkungan akademis, masyarakat serta dapat memberikan
sumbangan kecil bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang
kefarmasiaan.
Yogyakarta, 12 Maret 2018
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 10
ix
ABSTRAK
Latar Belakang: Tingkat resistensi Staphyococcus aureus di Indonesia terhadap
antibakteri amoksisilin sebesar 93.75%. Maka perlu suatu usaha untuk mencegah
dan mengatasi munculnya resistensi bakteri, salah satu cara yaitu dengan
mengkombinasi senyawa antimikroba dengan tanaman. Telah lama diketahui
bawah kandungan bioaktif daun sirih mempunyai efek antibakteri. Terdapat
penelitian mengenai kombinasi antara ekstrak daun sirih dengan antibiotik pada
penelitian menunjukan adanya efek sinergi kombinasi kloramfenikol dengan
ekstrak etil asetat, aqueous, dichloromethane daun sirih dan efek sinergi kombinasi
streptomisin dengan ekstrak etanol daun sirih. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui perbedaan aktivitas antibakteri dalam ekstrak metanol daun sirih
(EMDS) tunggal, antibiotik amoksisilin tunggal dan kombinasi EMDS dengan
antibiotik amoksisilin terhadap Staphylococcus aureus.
Metode: Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode difusi sumuran dan untuk
menentukan nilai Fractional Inhibitory Concentration Index (FICIndex) digunakan
metode Checkerboard. Data diameter zona hambat yang diukur kemudian diuji
secara statistik dengan program R menggunakan Anova one-way dan uji post-hoc
Dunn Test untuk mengetahui perbedaannya.
Hasil: Diameter zona hambat EMDS, antibiotik amoksisilin tunggal, kombinasi
EMDS 25 mg/mL dengan antibiotik amoksisilin 16 µg/mL, kombinasi EMDS 50
mg/mL dengan antibiotik amoksisilin 16 µg/mL dan kombinasi EMDS 100 mg/mL
dengan antibiotik amoksisilin 16 µg/mL berturut-turut adalah, 4±0, 9,67±0,29,
7,33±0,58, 6,17±0,77, 7,83±0,29 (mm), dan didapatkan nilai FICIndex sebesar 4,25.
Kesimpulan: Kombinasi EMDS dan antibiotik amoksisilin memiliki zona hambat
yang lebih kecil dibandingkan dengan antibiotik amoksisilin tunggal dan lebih
besar dibandingkan dengan EMDS dan FICIndex 4,25 yang bermakna memiliki efek
antagonis.
Kata Kunci : Amoksisilin, Staphylococcus aureus, Daun Sirih, Checkerboard,
FICIndex.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 11
x
ABSTRACT
Background: The level of resistance of Staphyococcus aureus in Indonesia against
amoxicillin antibiotic is 93.75%. It takes effort to prevent and overcome the
incidence of bacterial resistance, one of them by combining antimicrobial
compounds with plants. It has long been known that the bioactive content of Piper
betle L. has an antibacterial effect. There was research about the combination of
Piper betel L. extract with antibiotics in this study showed the effect of synergic
combination of chloramphenicol with ethyl acetate extract, aqueous extract,
dichloromethane extraxt of Piper betle L. and synergy effect of combination of
streptomycin with ethanol extract of Piper betle L. This study was conducted to
determine differences in antibacterial activity in Piper betel L. methanol extract
(EMDS), single amoxicillin antibiotic and combination of EMDS with amoxicillin
antibiotics against Staphylococcus aureus.
Method: Test antibacterial activity by using well diffusion method and to know the
value of Fractional Concentration Index (FICIndex) using Checkerboard method.
The measured inhibitory zone diameter data was then tested statistically with the R
program using one-way Anova and a post-hoc Dunn Test test to determine the
difference.
Results: Inhibitory zone diameter of EMDS, single amoxicillin antibiotic,
combination of EMDS 25 mg/mL and amoxicillin 16 μg/mL, combination of
EMDS 50 mg/mL and amoxicillin 16 μg/mL, combination of EMDS 100 mg/mL
and amoxicillin 16 μg/mL were 4 ± 0, 9.67 ± 0.29, 7.33 ± 0.58, 6.17 ± 0.77, 7.83 ±
0.29 (mm), respectively, and FICIndex 4.25 .
Conclusion: Combination of EMDS and amoxicillin antibiotics has smaller
inhibitory zones compared to single antibiotics and amoxicillin that are larger than
EMDS and FICIndex 4.25 that knows antagonists effect.
Keywords : Amoxicillin, Staphylococcus aureus, Leaf Betel, Checkerboard,
FICIndex.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 12
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................. v
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................... vi
PRAKATA ............................................................................................................ vii
ABSTRAK ............................................................................................................. ix
ABSTRACT .............................................................................................................. x
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
METODE PENELITIAN ........................................................................................ 3
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 10
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17
LAMPIRAN .......................................................................................................... 20
BIOGRAFI PENULIS .......................................................................................... 27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 13
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Pengukuran Diameter Zona Hambat Kontrol Negatif, Kontrol
Positif, EMDS Tunggal dan Kombinasinya ....................................... 12
Tabel 2. Hasil Pengukuran Absorbansi Metode Chekerbord (Mean±SD) ........ 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 14
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Rancangan difusi sumuran ................................................................. 7
Gambar 2. Rancangan pengukuran dengan metode chekerboard........................ 7
Gambar 3. Penetapan kadar air daun sirih ......................................................... 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 15
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat determinasi tanaman (daun sirih).......................................... 20
Lampiran 2. Surat identifikasi bakteri Staphylococcus aureus ............................ 21
Lampiran 3. Hasil pengukuran dengan Difusi sumuran ....................................... 22
Lampiran 4. Bukti pengukuran dengan Microplate reader .................................. 24
Lampiran 5. Hasil pengukuran dengan Microplate reader .................................. 24
Lampiran 6. Hasil uji statistik metode Difusi sumuran ....................................... 24
Lampiran 7. Hasil uji statistik metode Checkerboard ........................................ 26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 16
1
PENDAHULUAN
Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan yang
berkontribusi menyebabkan mortalitas dan morbiditas di dunia. Penyebab penyakit
infeksi menurut World Health Organization (2001) dapat disebabkan oleh berbagai
mikroorganisme salah satunya yaitu bakteri. Pada tahun 2015, WHO juga mencatat
jumlah kematian di United State akibat infeksi pernafasan bawah (3,2 juta), diare
(1,4 juta), dan tuberkulosis (1,4 juta) (World Health Organization 2017). Penyakit
faringitis, pneumonia dan kulit disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus
(Dale & Federman 2003).
Antibakteri adalah suatu zat yang dapat menghambat atau bahkan
membunuh pertumbuhan bakteri dan relatif aman digunakan oleh manusia. Salah
satu antibiotik yang dapat digunakan untuk mengobati infeksi akibat bakteri adalah
golongan penisilin (Tjay & Raharja 2007). Amoksisilin merupakan antibiotik beta-
laktam yang melawan cocci gram positif, termasuk spesies streptococcal,
staphylococcal dan enterococcal (Castle 2007).
Menurut Europan Commission (2013) penggunaan antibiotik yang tidak
tepat menyebabkan antibiotik menjadi tidak efektif. Ketidak efektifan antibiotik
dapat menjadi salah satu penyebab masih banyaknya kematian dan kesakitan akibat
infeksi. Penelitian Denboba (2016) menunjukan bahwa 81,9% isolat kotoran
telinga dengan responden sebanyak 1225 pasien terbukti bahwa Staphylococcus
aureus telah resisten terhadap antibiotik amoksisilin. Chudlori (2012) melakukan
penelitian di Indonesia dengan mengambil 16 isolat pus (cairan nanah) dan
menyatakan bahwa Staphylococcus aureus resistensi amoksisilin sebesar 93,75% .
Menurut Wendakon, Calderon & Gagnon (2011), tren penggunaan obat
herbal dikalangan masyarakat khususnya Negara berkembang meningkat dan obat
herbal dipercaya dapat mengobati penyakit, salah satunya yaitu penyakit infeksi.
Salah satu tanaman memiliki potensi sebagai obat antibakteri yaitu daun sirih.
Penelitian oleh Khan & Kumar (2011), menyebutkan bahwa ekstrak metanol daun
sirih (EMDS) memiliki zona hambat terhadap S. aureus dengan diameter zona
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 17
2
hambat 25 mm yang lebih besar daripada ekstrak etanol daun Piper betle L. dengan
zona hambat sebesar 16 mm. Terdapat penelitian mengenai kombinasi antara
ekstrak daun Piper betle L. dengan antibiotik pada penelitian menunjukan adanya
efek sinergi kombinasi kloramfenikol dengan ekstrak etil asetat, aqueous,
dichloromethane Piper betle L. dan efek sinergi kombinasi streptomisin dengan
ekstrak etanol Piper betle L. (Taukoorah et al. 2016).
Salah satu cara untuk mengatasi resistensi adalah mengkombinasikan
antibiotik dengan ekstrak tanaman yang diharapkan dapat membunuh bakteri yang
sudah kebal/resisten terhadap antibiotik. Aiyegoro & Okoh (2009) memaparkan
bahwa suatu tanaman apabila dikombinasikan dengan antibiotik dapat
menimbulkan efek sinergis. Stefanovic et al. (2012) menyatakan bahwa sinergis
jika efek gabungan kedua senyawa lebih kuat daripada jumlah efek dari masing-
masing senyawa, indifferent jika efek gabungan ke dua senyawa hasilnya lebih baik
efek tunggal dari masing-masing senyawa, antagonis jika efek kombinasi dari ke
dua senyawa lebih lemah daripada efek dari masing-masing tunggalnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 18
3
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan antara lain : Alat-alat gelas (beker, tabung reaksi, pipet
volume, erlenmeyer, cawan petri, labu takar, labu alas bulat, batang pengaduk), rak
tabung reaksi, blender, oven, autoclave, shaker, rotary evaporator (Buchi),
pengayak, vortex, mikropipet, jarum ose, 96-well plate with Lid-Tissue Culture
Treated Polystyrene Flat Bottom (Iwaki), incubator (Hemmet), Biological Safety
Cabinet class II type A2 (ESCO), Nephelometer (PhoenixSpec), alat destilasi
(pendingin air balik, alat penampung, dan tabung penerima), pemanas listrik,
corong Buchner, timbangan analitik (OHAUS), kertas saring, microplate
reader,bunsen.
Bahan yang digunakan antara lain : Kultur murni bakteri Staphylococcus
aureus, media Nutrient Agar (Oxoid), Nutrient Broth (Oxoid), daun sirih yang
diperoleh dari daerah Sleman Yogyakarta, antibiotik amoksisilin 500 mg, metanol
teknis, larutan standar Mc Farland 0.5, Dimetilsulfoksida (DMSO) 1%,(Merck)
aquadest, Buffered Pepton Water (Oxoid), toluene P (Merck).
Penyiapan bahan uji dan deteriminasi tanaman sirih
Bahan yang digunakan berupa daun sirih diperoleh dari daerah Sleman,
Yogyakarta. Daun yang diambil adalah daun yang sehat (tidak berlubang, tidak
terdapat hama yang menempel, daun terlihat segar dan permukaan daun
mengkilap). Determinasi tanaman dilakukan di Fakultas Farmasi bidang Biologi
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Pembuatan simplisia daun sirih
Daun sirih yang sudah terkumpul dilakukan sortasi basah untuk
memisahkan kotoran dan bahan asing lainnya. Cara menghilangkan kotoran yang
melekat dilakukan pencucian dengan air mengalir hingga bersih. Daun yang sudah
bersih selanjutnya masuk ke dalam proses pengeringan dengan menjemur daun
selama 1 hari di sinar matahari, kemudian daun dipotong melintang. Daun
dikeringkan dalam oven pada suhu 30-45°C hingga kering, agar didapatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 19
4
simplisia yang tidak mudah rusak. Daun yang sudah kering selanjutnya dilakukan
sortasi kering. Daun yang sudah kering selanjutnya diserbuk menggunakan blender.
Serbuk disimpan dalam wadah tertutup rapat pada suhu ruangan dan terlindung dari
sinar matahari. (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2011;
Departemen Kesehatan RI, 1985).
Penetapan kadar air pada simplisia kering daun sirih
Penetapan kadar air dilakukan dengan menggunakan metode destilasi
toluen. Pereaksi toluen jenuh air dibuat terlebih dahulu dengan cara mengocok
toluen P dengan sedikit air kemudian dibiarkan terpisah dan lapisan air dibuang.
Simplisia daun sirih yang kering sebanyak 10 dan 200 ml toluen jenuh air
dimasukan dalam labu. Toluen jenuh air dimasukan ke tabung penerima melalui
pendingin sampai leher alat penampung dan labu dipanaskan hati-hati selama 15
menit. Setelah toluen mulai mendidih, penyulingan diatur dengan kecepatan lebih
kurang 2 tetes tiap detik, hingga sebagian besar air tersuling, kemudian kecepatan
penyulingan dinaikan hingga 4 tetes tiap detik. Penyulingan dilanjutkan selama 5
menit. Setelah selesai, tabung penerima didinginkan hingga suhu ruang dan
kemudian volume air dibaca setelah air dan toluen terpisah. kadar air dihitung
dengan:
% Kadar air =volume air (ml)
berat simplisia yang ditimbang (g) x 100%
(Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Kefarmasian dan Alat
Kesehatan RI, 2011).
Pembuatan ekstrak metanol daun sirih
Pembuatan ekstrak metanol dilakukan dengan menimbang 10 gram serbuk
simplisia dan pelarut metanol sebanyak 100 ml. Sebanyak 10 gram serbuk simplisia
daun sirih (10 bagian serbuk), dimasukan ke dalam Erlenmeyer, selanjutnya
dilarutkan dalam 75 ml pelarut metanol. Untuk mendapatkan hasil maserat pertama,
maserasi dilakukan selama 5 hari dengan bantuan shaker. Selanjutnya, hasil
meserat pertama yang diperoleh disaring dengan corong Buncher yang dilapisi
dengan kertas saring dengan menggunakan bantuan pompa vakum. Serbuk hasil
penyaringan dimaserasi dengan pelarut baru sebanyak 25 ml selama 1x24jam. Hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 20
5
maserat pertama dan kedua kemudian diuapkan menggunakan rotary evaporator
pada suhu 70°C untuk menguapkan pelarut pada eksrak. Ekstrak diletakan pada
cawan petri dan diuapkan kembali pada waterbath pada suhu 50-60°C untuk
menghilangkan pelarut yang mungkin masih ada dalam ekstrak. Ekstrak yang
didapat merupakan ekstrak kental dengan bobot tetap yang telah dipersyartakan (
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2010).
Rumus perhitungan rendemen : % rendemen =bobot ekstrak (g)
bobot simplisia yang dihitung (g)
(Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Kefarmasian dan Alat
Kesehatan RI, 2011).
Pembuatan larutan stok ekstrak metanol daun sirih (EMDS)
4 gram ekstrak kental ke dalam 10 ml DMSO 1% steril hingga diperoleh
konsentrasi larutan stok 400 mg/ml. Konsentrasi EMDS yang dibuat adalah 25, 50,
100, 200 mg/ml. Cara: larutan stok 400 mg/ml diambil 5 ml dan ditambahkan
DMSO 1% steril hingga 10 ml sehingga konsentrasi 200 mg/ml. Pengenceran
dilakukan dengan cara yang sama hingga didapat konsentrasi 25 mg/ml.
Pembuatan larutan stok dan variasi konsentrasi amoksisilin
Tablet amoksisilin 500 mg digerus dan dilarutkan dalam 5 ml aquadest steril
sehingga didapat konsentrasi 100 mg/ml. Dari larutan 100 mg/ml diambil 1 ml
kemudian ditambahkan aquadest steril hingga 10 ml sehingga didapat konsentrasi
larutan 10 mg/ml. Dari konsentrasi 10 mg/ml diambil 1 ml ditambahkan aquadest
steril hingga 10 ml untuk sehingga didapat larutan stok 1 mg/ml.
Konsentrasi amoksisilin yang dibuat adalah 8, 16, 32 μg/ml. Cara: larutan
stok 1 /ml diambil 8 ml dan ditambahkan aquadest steril hingga 10 ml hingga
didapat konsentrasi 800 μg/ml. Dari konsentrasi 800 μg/ml, diambil 5 ml dan
ditambahkan aquadest steril hingga 10 ml sehingga didapatkan konsentrasi
amoksisilin 400 μg/ml. Dari konsentrasi 400 μg/ml, diambil 5 ml dan ditambahkan
aquadest steril hingga 10 ml sehingga didapat konsentrasi 200 μg/ml. Dari
konsentrasi 200 μg/ml, diambil 5 ml dan ditambahkan aquadest steril hingga 10 ml
sehingga didapat konsentrasi 100 μg/ml. Dari konsentrasi 100 mg/ml, diambil 6,4
ml dan ditambahkan aquadest steril hingga 10 ml sehingga didapat konsentrasi 64
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 21
6
μg/ml. Dari konsentrasi 64 μg/ml, diambil 5 ml dan ditambahkan aquadest steril
hingga 10 ml sehingga didapat konsentrasi 32 μg/ml. Pengenceran dilakukan
dengan cara yang sama hingga didapat konsentrasi 8 μg/ml.
Penyiapan bakteri uji
Kultur bakteri Staphylococcus aureus diambil 1-2 ose ke Nutrient Broth
(NB) steril dan digores ke Nutrient Agar (NA) miring dan diinkubasi steril selama
24 jam pada suhu 37°C, sehingga didapatkan stok, stok bakteri diambil secukupnya
dan diencerkan dengan Buffered Pepton Water (BPW) dan disetarakan
kekeruhannya dengan larutan standar Mc Farland 0,5 dengan nephelometer.
Metode Difusi Sumuran
Metode difusi sumuran dilakukan untuk mempertegas hasil dari rancangan
Checkboard. Difusi sumuran dibuat dengan cara : menuang media Nutrient Agar
sebanyak 20 mL yang telah dicampur dengan suspenis bakteri sebanyak 1 mL 0,5
Mc Farland secara pour plate, kemudian dibuat lubang sumuran dengan diameter 9
mm. Perlakuan, dilakukan 3 replikasi tiap krlompok:
a. Kontrol positif yaitu Amoksisilin 16 µg/mL sebanyak 40 µL
b. Kontrol negatif yaitu DMSO 1%, aguadest steril, dan BPW masing-masing
sebanyak 10 µL
c. Ekstrak metanol daun sirih 25 mg/mL sebanyak 40 mg/ µL
d. Kombinasi amoksisilin 16 mg/ µL dan EMDS 25 mg/mL (20 µL : 20 µL)
e. Kombinasi amoksisilin 16 mg/ µL dan EMDS 50 mg/mL (20 µL : 20 µL)
f. Kombinasi amoksisilin 16 mg/ µL dan EMDS 100 mg/mL (20 µL : 20 µL)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 22
7
Gambar 1. Rancangan Difusi Sumuran (poin a-f masing-masing dilakukan
pada cawan petri yang berbeda).
Pengukuran efek dalam kombinasi ekstrak metanol daun sirih dan
amoksisilin.
Metode checkerboard yang digunakan mengacu pada penelitian Hsieh dkk.
(1993) dengan modifikasi yakni hanya digunakan 3 seri konsentrasi amoksisilin dan
EMDS dalam 96-well plate digunakan untuk menentukan Minimum Inhibitory
Concentration (MIC). Pertumbuhan bakteri dideteksi dari nilai Optical Density
(OD). Pengukuran dilakukan dengan Microplate Reader di Laboratorium
Parasitologi, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Kontrol
positif yang digunakan adalah amoksisilin yang tidak dikombinasi dengan ekstrak
metanol daun sirih. Tiap perlakuan dilakukan 3 kali replikasi.
EMDS (mg/ml)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A B1 25 50 100 25 50 100 25 50 100 K(-) KP
B 8 K(-) KP
C 16 K(-) KP
D 32
E
F 8 8 B2 B3 B4
G 16 16 B2 B3 B4 B1
H 32 32 B2 B3 B4 B1
Gambar 2. Rancangan Pengukuran dengan Metode Checkerboard
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 23
8
Keterangan :
Abu-abu B1 : blank media dan pelarut
Hijau tua : variasi konsentrasi EMDS tunggal
Orange tua : variasi konsentrasi amoksisilin tunggal
Biru tua : kombinasi EMDS dan amoksisilin
Biru muda B2 : blank EMDS 25 mg/mL
Biru muda B3 : blank EMDS 50 mg/mL
Biru muda B4 : blank EMDS 100 mg/mL
Orange muda : kontrol negatif
Hijau muda : kontrol pertumbuhan
Putih : well kosong
Perlakuan :
a. Blank media dan pelarut (B1) berisi 50 μl Nutrient Broth (NB) dan
pelarut aquadest, DMSO 1%, dan BPW dengan perbandingan 1:1.
b. Blank EMDS hanya berisikan variasi konsentrasi EMDS sebanyak 25
μl dibagi menjadi 3 yaitu: blank EMDS konsentrasi 25 mg/ml (B2),
konsentrasi 50 mg/ml (B3), konsentrasi 100 mg/ml (B4).
c. Konsentrasi amoksisilin yang diujikan adalah 8, 16, 32 µg/mL. Well
B1-D1, F1-H1, F2-H2 merupakan variasi konsentrasi amoksisilin
tunggal.
d. Konsentrasi EMDS yang diujikan adalah 25, 50, 100 mg/ml. Well A2-
A10 merupakan variasi konsentrasi EMDS tunggal.
e. Well berwarna biru tua adalah kombinasi ekstrak metanol daun sirih dan
amoksisilin dengan berbagai variasi konsentrasi.
f. Kontrol pertumbuhan bakteri: 50 μl NB dan 50 μl suspensi bakteri.
Kontrol negatif: 50 μl NB dan pelarut aquadest, DMSO 1%, dan BPW
(masing-masing 17 μl), 50 μl suspensi bakteri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 24
9
Pengukuran nilai Fractional Inhibitory Concentration Index (𝐅𝐈𝐂𝐈𝐧𝐝𝐞𝐱)
Metode checkerboard digunakan untuk menentukan nilai MIC ekstrak
metanol daun sirih dalam kombinasi dan MIC amoksisilin dalam kombinasi. MIC
merupakan konsentrasi terendah yang menunjukan tidak adanya pertumbuhan
bakteri yang diukur berdasarkan Optical Density pada panjang gelombang 600 nm
(Khan dan Kumar, 2011).
Penentuan nilai MIC dalam kombinasi digunakan dalam perhitungan nilai
FICIndex. Pengukuran nilai FICIndex bertujuan untuk melihat efek yang terjadi
dalam kombinasi. Adapun rumus perhitungan FICIndex menurut Hsieh dkk.(1993):
FICIndex =MIC EMDS dalam kombinasi
MIC EMDS tunggal+
MIC amoksisilin dalam kombinasi
MIC amoksisilin tunggal
Apabila nilai FICIndex ≤ 0.5, kombinasi menunjukan efek sinergis.
Apabila nilai FICIndex 0.5 – 4, kombinasi menunjukan indifferent
Apabila nilai FICIndex > 4, kombinasi menunjukan efek antagonis
( Blesson et al., 2015).
Analisis Data Penelitian
Analisis data pengukuran efek dalam kombinasi diukur secara statistik yang
diawali dengan menguji distribusi normalitas dengan uji Shapiro-Wilk. Uji
homogenitas dilakukan dengan uji Levene. Apabila didapati data terdistribusi
normal dan variansi data homogen, maka dilanjutkan dengan uji One Way
ANOVA. Apabila ditemukan perbedaan, maka dilanjutkan Post-Hoc Dunn Test.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 25
10
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tanaman yang digunakan untuk penelitian ini telah di deteriminasi di
Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada Yokyakarta, hal ini dilakukan untuk
identifikasi tanaman sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan tanaman.
Hasil identifikasi menunjukan bahwa tanaman yang diteliti adalah Piper betle L.
(Lampiran 1).
Ekstrak diuapkan hingga didapatkan bobot tetap. Menurut Direktorat
Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan (2011) bobot tetap diperoleh apabila
selisih dua kali penimbangan berturut-turut setelah dikeringkan selama 1 jam tidak
lebih dari 0,5 mg atau 0,25% dari penimbangan sebelumnya. Bobot ekstrak yang
diperoleh sebesar 11,3492 gram. Berat serbuk yang ditimbang adalah 59,9537 gram
sehingga didapatkan % rendeman adalah 18,9057 %. Hasil rendemen ekstrak
dihitung menggunakan rumus:
% rendemen = bobot ekstrakkental (gram)
berat simplisia yang dihitung (g) x 100%
Gambar 3. Penetapan Kadar Air
Pada penelitian ini dilakukan penetapan kadar air dengan metode destilasi
toluene. Menurut BPOM (2014) dikatakan bahwa kadar air yang dapat diterima
untuk kualitas simplisia yang baik adalah ˂10%. Perhitungan persen kadar air
dihitung dengan rumus, kadar air = volume air (mL)
bobot simplisia (g)x 100%. Kadar air untuk
simplisia duan sirih sebesar 4,0023 %, sehingga dapat disimpulkan bahwa kadar air
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 26
11
simplisia peneliti sudah sesuai dengan ketentuan. Rivai et al (2014) melakukan
penetapan kadar air dengan metode yang sama terhadap simplisia daun sirih dan di
dapatkan kadar air sebesar 6,9455 %.
Selanjutnya dilakukan proses subkultur dari kultur murni bakteri
Staphylococcus aureus. Bakteri yang digunakan sudah melalui uji identifikasi
bakteri (Lampiran 2) yang menunjukan bahwa bakteri uji yang digunakan adalah
Staphylococcus aureus. Tahap selanjutnya dilakukan pembuatan suspensi bakteri
uji yang kekeruhannya disetrakan dengan Mc Farland 0,5 setara dengan 1,5 x 108
CFU/mL. Tujuan penyetaraan kekeruhan adalah untuk memastikan jumlah bakteri
tiap perlakuan sama. Penyetaraan sendiri menggunakan nephelometer yang
digunakan untuk mengukur kekeruhan bakteri uji.
Uji kombinasi aktivitas antibakteri EMDS dan antibiotik amoksisilin
terhadap bakteri Staphylococcus aureus dilakukan dengan menggunakan metode
difusi sumuran dan Checkerboard. Kontrol media dibuat untuk memastikan bahwa
pembuatan media Nutrient Agar aseptis. Zona hambat diinterpretasikan dengan
adanya zona jernih yang muncul disekitar sumuran, pengukuran diukur
menggunakan mistar.
Kontrol pertumbuhan dibuat untuk mamsatikan bahwa bakteri
Staphylococcus aureus dapat tumbuh pada media. Kontrol negatif dibuat untuk
melihat ada atau tidaknya aktivitas pada pelarut. Sedangkan kontrol positif dibuat
sebagai kontrol metode yang bertujuan untuk memastikan metode yang dilakukan
sudah benar atau belum yang ditunjukkan dengan adanya zona hambat. Hasil
pengamatan menunjukan bahwa kontrol media terlihat jernih, tidak terdapat
bercak, sedangkan kontrol pertumbuhan menunjukan bakteri Staphylococcus
aureus dapat tumbuh dengan baik pada media NA. Kontrol negatif tidak
memberikan zona hambat, hal ini menunjukan bahwa DMSO 1%, aquadest, dan
BPW tidak memiliki aktivitas antibakteri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 27
12
Tabel 1. Diameter Zona Hambat Kontrol Negatif, Kontrol Positif, EMDS
Tunggal dan Kombinasinya.
Kelompok Rata-rata ±SD (mm)
Kontrol Negatif 0
Amoksisilin 16 µg/ml 9,67±0,29
EMDS 25 mg/ml tunggal 4±0
Kombinasi Amoksisilin 16 µg/ml dan EMDS 25 mg/ml 7,33±0,58
Kombinasi Amoksisilin 16 µg/ml dan EMDS 50 mg/ml 6,17±0,77
Kombinasi Amoksisilin 16 µg/ml dan EMDS 100 mg/ml 7,83±0,29
Pada penelitian ini konsentrasi antibiotik amoksisilin yang digunakan
adalah 16 µg/ml yang telah didasarkan pada orentasi sebelumnya dengan hasil
antibiotik amoksisilin dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Amoksisilin 16
µg/ml sebagai kontrol positif menunjukan rata-rata zona hambat sebesar 9,67 mm.
Terdapat penelitian mengenai amoksisilin dengan konsentrasi 25 µg/ml dengan
zona hambat sebesar 12 mm (Berhe et al 2017). EMDS 25 mg/ml memiliki rata-
rata zona hambat sebesar 4 mm, dari penelitian Chakraborty et al (2011)
menyebutkan bahwa EMDS pada konsentrasi 25 mg/ml memberikan
penghambatan sebesar 1,6 mm terhadap Staphylococcus aureus. Amoksisilin 16
µg/ml memiliki zona hambat yang lebih besar dibandingkan dengan EMDS 25
mg/mL, yang memiliki arti bahwa aktivitas amoksisilin sebagai antibakteri lebih
besar dibandingkan dengan EMDS.
Ekstrak daun sirih mengandung tanin, flavonoid, alkaloid, terpenoid,
saponin, glikosida, minyak atsiri. Alkaloid memiliki mekanisme menghambat
enzim dihidrofolat reduktase dan enzim topoisomerase 1 sehingga menghambat
sintesis DNA (Cushine et al. 2014). Eugenol memiliki mekanisme mengganggu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 28
13
membrane sitoplasma sehingga meningkatkan permeabilitas membran yang dapat
menyebabkan terjadinya lisis pada dinding sel (Gill and Holley 2006). Saponin
memiliki mekanisme yang dapat menyebabkan kebocoran protein dan enzim
tertentu pada sel (Madulluri et al. 2013). Flavonoid memiliki mekanisme
menghambat fosfodiesterase, aldoreduktase, monoamine oksidase, protein kinase,
DNApolymerase dan lipooksigenase. Mekanisme fenol sebagai agen antibakteri
berperan sebagai toksin dalam protoplasma, merusak dan menembus dinding serta
mengendapkan protein sel bakteri (Bollenbach 2015).
Zona hambat amoksisilin tunggal lebih besar dibandingkan dengan
kombinasinya, terdapat penelitian yang menyebutkan bahwa adanya perbedaan
daya kerja antibiotik amoksisilin dengan ekstrak daun sirih menyebabkan hasil
kombinasi lebih kecil dari tunggalnya (Bollenbach 2015). Antibiotik amoksisilin
merupakan golongan bakterisida (mematikan sel bakteri) (Kaur et al 2011).
Lutviandhitarani et al. (2015) dan Taukoorah et al. (2016) menyebutkan jika daun
sirih bersifat bakteriostatik (mencegah atau menghambat pertumbuhan bakteri).
Suatu kombinasi dapat menunjukan efek sinergi apabila bekerja pada target aksi
yang berbeda (Chung et al. 2011). Amoksisilin memiliki mekanisme menghambat
sintesis dinding sel bakteri dengan mengikat satu atau lebih penicillin-binding
protein (misalnya, karboksipeptidase, endopeptidase, transpeptidase) pada
membran sitoplasma (Castle 2007). Daun sirih memiliki senyawa aktif eugenol
dengan mekanisme mengganggu membran sitoplasma sehingga meningkatkan
permeabilitas membran yang dapat menyebabkan terjadinya lisis pada dinding sel
(Gill and Holley 2006).
Analisis data dengan uji Kruskal-wallis dengan taraf kepercayaan 95%
menunjukan terdapat perbedaan bermakna antar tiap kelompok perlakuan.
Kemudian dilanjutkan dengan uji Post Hoc Dunn Test untuk membandingkan
perbedaan nilai absorbansi dua kelompok antar perlakuan. Hasil uji Post Hoc Dunn
Test menunjukan berbeda bermakna antara antibiotik tunggal dengan ekstrak
tunggal, antibiotik tunggal dengan kontrol negatif, antibiotik tunggal dengan
kombinasi, kontrol negatif dengan kombinasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 29
14
Pada penelitian ini juga dilakukan pengujian aktivitas antibakteeri dengan
menggunakan metode Checkerboard. Minimum Inhibitory Concentration (MIC)
merupakan konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba
(Herrera et al. 2014). Pada uji aktivitas antibakteri ini media yang digunakan adalah
Nutrient Broth, yang telah didasarkan pada orentasi sebelumnya dengan hasil
bahwa bakteri dapat tumbuh pada media tersebut.
Pada metode ini juga dibuat kontrol negatif, kontrol positif, kontrol
pertumbuhan, blank pelarut dan blank ekstrak. Kontrol negatif dan kontrol positif
di sini memiliki fungsi yang sama seperti pada metode difusi. Kontrol pertumbuhan
disini untuk membandingkan jumlah absorbansi bakteri tanpa perlakuan dengan
perlakuan, sehingga akan diketahui ada atau tidaknya penurunan jumlah pada
perlakuan. Blank pelarutnya dibuat untuk mengenolkan serapan yang terdapat pada
pelarut. Dan blank ekstrak dibuat untuk mengenolkan serapan yang terdapat pada
pelarut ekstrak.
Dalam penelitian ini digunakan masing-masing 3 seri konsentrasi ekstrak
metanol daun sirih yaitu 25, 50, dan 100 mg/ml, dan seri konsentrasi amoksisilin
yaitu 8, 16, dan 32 µg/ml. Pada pembuatan seri konsentrasi ini dilakukan di luar
dari microplate yang bertujuan untuk meminimalisir kesalahan yang dapat terjadi
saat pembuatan seri konsentrasi. Uji kombinasi yang dilakukan menggunakan
perbandingan EMDS dan antibiotik Amoksisilin 1:1.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 30
15
Table 2. Hasil Pengukuran Absorbansi* dengan Metode Chekerbord
(Mean±SD)
EMDS 25
mg/mL
EMDS 50
mg/Ml
EMDS 100
mg/mL
Tunggal 0,113±0,011 0,042±0,005 0,132±0,012
Amoksisilin 8 µg/mL 0,228±0,008 0.211±0,018 0,092±0,092 0,122±0,022
Amoksisilin 16 µg/mL 0,216±0,015 0,211±0,021 0,056±0,003 0,108±0,004
Amoksisilin 32 µg/mL 0,215±0,004 0,229±0,013 0,068±0,006 0,112±0,003
Kontrol Negatif = 0,332±0,025
Kontrol Pertumbuhan = 0,284±1,732**
N = 3
*nilai absorbansi telah dikurangi dengan absorbansi blank pelarut dan absorbansi
ekstrak metanol daun sirih
** nilai absorbansi kontrol pertumbuhan digunakan sebagai pembanding untuk
kelompok perlakuan (tunggal dan kombinasi).
Minimum Inhibitory Concentration (MIC) merupakan konsentrasi terendah
dari bahan uji yang menghambat pertumbuhan mikroba (Herrera et al. 2014). MIC
dalam penelitian ini adalah konsentrasi terendah dari bahan uji yang menghambat
pertumbuhan mikroba, ditunjukan dengan nilai absorbansi yang lebih kecil atau
mendekati nilai absorbansi kontrol pertumbuhan. Dalam menentukan efek yang
terjadi pada kombinasi digunakan rumus, FICIndex = MIC EMDS dalam kombinasi
MIC EMDS tunggal +
MIC amoksisilin dalam kombinasi
MIC amoksisilin tunggal, sehingga dapat di dapat FICIndex adalah 4,25 yang berarti
kombinasi antibiotik amoksisilin dan kombinasi EMDS mempunyai efek antagonis.
Efek antagonis berarti antara antibiotik tunggal, EMDS tunggal , dan kombinasi
antibiotik amoksisilin dengan EMDS mempunyai efek yang menurunkan aktivitas
antimikroba.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 31
16
Dari hasil uji statistik dapat disimpulkan bahwa data tidak terdistribusi
secara normal karena nilai p >0,05. dapat dilihat juga homogenitas antara kelompok
dengan uji Levene test dan nilai F= 0,06807, yang makna bahwa data antara
kelompok tidak homogen. Selanjutnya dilakukan uji Kruskal waliks dengan taraf
kepercayaan 99% menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antara
tiap kelompok.
Pada penelitiani ini dengan metode Checkerboard, hasil tidak dapat
disimpulkan efek apa yang terjadi karena dalam penelitian ini terdapat beberapa
kekurangan. Salah satunya yang menyebabkan data tidak valid yaitu keterbatasan
alat, dimana pada penelitian ini tidak menggunakan microplate-shaker. Gibbs
(2010) menyebutkan apabila tidak dilakukan mixing atau pencampuran yang bail
maka pembacaan optical density bukan pembacaan sesungguhnya di dalam
microplate. Hal lainnya yaitu karena adanya lubang well yang terlewati. Hsieh et
al.(1993) menyebutkan bahwa secara teori well yang terlewati tidak boleh terjadi
karena bersebelahan atau berdekatan dengan well berisi konsentrasi yang bersifat
subinhibitory. Well yang terlewati memungkinkan terjadinya kesalahan teknis. Hal
ini dapat diatasi dengan tetap mengisi semua well yang kosong dengan pelarut.
Kesimpulan dan Saran
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa aktivitas penghambatan terhadap
bakteri Stahphylococcus aureus oleh kombinasi EMDS dan antibiotik amoksisilin,
hasilnya lebih rendah dibandingkan dengan antibiotik amoksisilin tunggalnya dan
hasilnya lebih besar dibandingkan dengan EMDS, didapatkan nilai FICIndex 4.25
yang bermakna bahwa kombinasi memiliki efek antagonis.
Saran, untuk mengetahui secara spesifik senyawa yang terdapat pada ekstrak
metanol daun sirih dapat dilakukan pengujian dengan metode kromatografi. Dan
perlu dilakukan optimasi konsentrasi, optimasi panjang gelombang agar data
absorbansi yang didapatkan maksimal dan tidak bias.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 32
17
DAFTAR PUSTAKA
Aiyegoro, O.A., Okoh, A.I., 2009. Use of bioactive plant products in combination
with standard antibiotics: Implications in antimicrobial chemotherapy.
Journal of Medicinal Plants Research, 3(13), 1147-1152.
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2014, Persyaratan Mutu Obat Tradisional,
Badan Pengawas Obat dan Makanan, Jakarta.
Berhe, S., Beyene, T., Jibat,T., Tadesse, W.F., 2017, Comparative Efficacy
Evaluation of Six Brands of Amoxicillin against S. aureus Isolated from
Subclinical MAstitic Milking Dairy Cown in Bishoftu, Advances in Dairy
Research, Vol 5, pp. 1-5
Blesson, J., Saji, C.V., Nivya, R.M., Kumar, R., 2015, Synergistic Antibacterial
Activity of Natural Plant Extracts and Antibiotiks Against Methicillin
Resistant Staphylococcus aureus (MRSA), World Journal Of Pharmacy
And Pharmaceutical Sciences, 4(3), 741-763.
Bollenbach, T., 2015, Antimicrobial interaction : mechanisms and implications for
drug discovery and resistance evalution, Current Opinion in Microbiology,
pp. 1-9
Castle, S.S., 2007. xPharm: The Comprehensive Pharmacology Reference.
Nethderland: Elsevier, 905-909.
Chakraborty, C., Shah, B., 2011, Antimicrobial, Anti-Oxidative and Anti-
Hemolytic Activity of Piper betle Leaf Extracts, International Journal of
Pharmacy an Pharmaceutical Scienes, vol 3, 192-199.
Chudlori, B., Kuswandi, M., Indrayudha, P., 2012, Pola Kuman dan Resistensinya
Terhadap Antibiotik Dari Spesimen Pus Di RSUD Dr. Moewardi Periode
2012, PHARMACON, 13(2).
Chung, P.Y, Navaratnam, P., Chung, L.Y., 2011. Synergistic antimicrobial activity
between pentacyclic triterpenoids and antibiotics against Staphylococcus
aureus strains. Annals of Clinical Microbiology and Antimicrobials, 10(25),
1-4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 33
18
Cushnie, T.P.T., Cushnie, B., Lamb, A.J., 2014, Alkaloid : An overview of their
antibacterial, antibiotic-enhancing and antivirulence activities,
International Journal of Antimicrobial Agents, pp. 1-10.
Dale, D., & Federman, D., 2003, WebMD Scientific American Medicine, New
York, Volume 2, pp. 1564.
Denboba, A.A., Abejew, A.A., & Mekonnen, A.G., 2016, Antibiotic-Resistant
Bacteria Are Major Threats of Otitis Media In Wollo Area, Northeastern
Ethiopia : A Ten-Year Retrospective Analysis, Hindawi Publishing
Corporation, Internasional Journal of Microbiology.
Departemen Kesehatan RI, 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI, 1-18.
Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Kefarmasian dan Alat Kesehatan RI, 2011.
Farmakope Herbal. Suplemen II. Edisi I, Jakarta: Kementerian Kesehatan
RI, 110-111.
Europan Commission, 2013, Antimicrobial resistence, Study report, European
Union.
Gill, A.O., Holley, R.A., 2006, disruption of Escherichia coli, Listeria
monocytogenes and Lactobacillus sakei cellular membranes by plant oil
aromatics, International Journal of Food Microbiology, pp. 1-9.
Gibbs, J., 2001, Selecting the Detection System-Colorimetric, Fluorescent,
Luminescent Methods, Corning Life Sciences, (5), 1-14.
Herrera, A.H., Ospina, L.F., Fang, L., Caballero, A.D., 2014. Susceptibility of
Porphyromonas gingivalis and Streptococcus mutans to Antibacterial Effect
from Mammea americana. Advances in Pharmacological Sciences, 2014,
1-6.
Hsieh, M.H., Yu, C.M., Yu, V.L., Chow, J.W., 1993. Synergy Assessed by
Checkerboard. Diagn. Microbiol. Infect Dis., Vol. 16, 343-349.
Khan, J.A., & Kumar, N., 2011, Evaluation of Antibacterial Properties of Extracts
of Piper betle Leaf, JPBMS. 11(1), 1-3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 34
19
Kaur, S.P., Rao, R., Nanda, S., 2011, Amoxicillin : A Broad Spectrum Antibiotic,
International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 3(3), 33.
Lutviandhitarani, G., Harjanti, D., Wahyono,F., 2015, Green Antibiotic Daun sirih
(Piper betle L.) Sebagai Pengganti Antibiotik Komersial untuk Penanganan
Mastitis, Agripet, Vol 15(1), pp. 28-32
Madduluri, S., Rao, K.B., & Sitaram, B., 2013. In Vitro Evaluation Of Antibacterial
Activity of Five Indigenous Plants Extract Against Five Bacterial Pathogens
of Human. Int J Pharm Pharm Sci, 5(4), 679-684.
Rivai, H., Nanda, P.E., Fadhilah, H., 2014, Pembuatan dan Karakteristik Ekstrak
Kering Daun Sirih Hijau (Piper betle L.), Jurnal Farmasi Higea, Vol. 6(2),
p.138.
Stefanovic, O.D., Stanojevic, D.D., & Comic, I.R., 2012, Synergistic Antibacterial
Activity of Salvia officinalis And Cichorium intybus Extracts And
Antibiotic, Polish Pharmaceutical Sociaty, 69 (3).
Taukoorah, U., Lall, N., Mahomoodally, A., 2016. Piper betle L. (betel quid) shows
bacteriostatic, additive, and synergistic antimicrobial action when combined
with conventional antibiotiks. South African Journal of Botany, Vol. 105,
133–140.
Tjay, T. H., & Raharja K., 2007, Obat-obat Penting, Khasiat Penggunaan dan Efek-
efek Sampingnya, Jakarta : Elex Media Komputindo.
Wendakoon, C., Calderon, P., & Gagnon, D., 2011, Evaluation of Selected
Medicinal Plants Extracted in Different Concentration for Antibacterial
Activity against Phathogens, J. Med. Act. Plants, 1(2), 60-68.
World Health Organization (WHO), 2001, Infection and Infectious diseases: A
Manual for Nurses and Midwives in the WHO European Region, WHO
Regional Office for Europe, Geneva, pp.6
World Health Organization (WHO), 2017, The top 10 causes of death,
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs310/en/, diunduh 30 Maret
2017.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 35
20
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat determinasi tanaman (daun sirih)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 36
21
Lampiran 2. Surat identifikasi bakteri Staphylococcus aureus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 37
22
Lampiran 3. Hasil pengukuran dengan difusi sumuran
Gambar 1. Zona hambat antibiotik
amoksisilin 16 µg/ml.
Gambar 2. Zona hambat ekstrak
metanol daun sirih 100 mg/ml.
Gambar 3. Zona hambat ekstrak
metanol daun sirih 50 mg/ml.
Gambar 4. Zona hambat ekstrak
metanol daun sirih 25 mg/ml.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 38
23
Gambar 5. Zona hambat kombinasi
ekstrak metanol daun sirih 100 mg/ml
dengan antibiotik amoksisilin 16
µg/ml.
Gambar 6. Zona hambat kombinasi
ekstrak metanol daun sirih 50 mg/ml
dengan antibiotik amoksisilin 16
µg/ml.
Gambar 7. Zona hambat kombinasi
ekstrak metanol daun sirih 25 mg/ml
dengan antibiotik amoksisilin 16
µg/ml.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 39
24
Lampiran 4. Bukti pengukuran dengan Microplate reader
Lampiran 5. Hasil pengukuran dengan Microplate reader
Lampiran 6. Hasil uji statistik metode difusi sumuran
Uji Shapiro Wilk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 40
25
Uji Leven test
Uji Kruskal wallis dan Post hoc
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 41
26
Lampiran 7. Hasil uji statistic metode Checkerboard
Uji Shapiro Wilk
Uji Kruskal wallis dan Leven test
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Page 42
27
BIOGRAFI PENULIS
Penulis bernama Gusti Ayu Vivin Fitriana, lahir di
Klaten pada tanggal 24 Februari 1996. Penulis yang akrab
dipanggil Vivin ini merupakan anak pertama dari dua
bersaudara dari pasangan Joko Sugiyarto dan Eriyani.
Penulis menempuh pendidikannya di SDN 2 GOMBANG
Cawas (2002-2008), SMPN 2 CAWAS Klaten (2008-
2011), SMAN 1 CAWAS Klaten (2011-2014), dan pada
tahun 2014 melanjutkan pendidikan S1 di Program Studi
Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Selama berkuliah di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma
penulis aktif mengikuti berbagai kegiatan kemahasiswaan diantaraya menjadi
pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Farmasi (BEMF) 2017, menjadi
Komisaris Jaringan Mahasiswa Kesehatan Indonesia (JMKI) Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yokyakarta 2016/2017, menjadi panitia Dana dan
Usaha Seminar Nasional Herbal Medicine as Alternative and Complementary
Treatment for Patients 2015, menjadi panitia Dana dan Usaha dalam kegiatan
Pharmacy Performance 2014, menjadi panitia Dana dan Usaha dalam kegiatan
Pharmacy Road to School 2014, menjadi panitia Divisi Medis dalam kegiatan
longmarch Festival Sanata Dharma 2015, menjadi anggota aktif UKF Fistara
2015/2016, menjadi peserta Musyawarah Wilayah Jaringan Kesehatan Mahasiswa
Indonesia (JMKI) 2016, menjadi peserta dalam Latihan Kepemimpinan Managerial
Mahasiswa 1 dan 2 Jaringan Mahasiswa Kesehatan Indonesia 2015, menjadi peserta
Pra Kongres Mahsiswa Kesehatan Indonesia X Jaringan Mahasiswa Kesehatan
Indonesia (JMKI) dan Promkes Pencegahan Diabetes Melitus 2016.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI