BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari, proses ekstraksi telah banyak diketahui seperti contohnya jika kita menyeduh teh dengan air atau menyeduh kopi bubuk dengan air panas. Kedua contoh tersebut merupakan contoh ekstraksi sederhana yang tidak memerlukan metode tertentu atau pun alat-alat yang khusus. Ada pun jenis ekstraksi lain yang lebih kompleks seperti halnya dalam pembuatan minyak wangi atau memproduksi minyak dari bahan-bahan tertentu. Proses ekstraksi seperti ini memerlukan metode khusus dengan peralatan yang khusus pula, misalnya ekstraktor soxhlet. Untuk mengetahui hal-hal mengenai proses ekstraksi ini, maka percobaan ini penting untuk dilakukan agar praktikan mampu mempraktekkan proses ekstraksi serta mengetahui prinsip kerja dan metode- metode yang perlu diperhatikan dalam proses ekstraksi ini. 1.2 Tujuan Adapun tujuan dilakukannya percobaan mengenai ekstraksi soxhlet ini, antara lain untuk mempelajari
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, proses ekstraksi telah banyak diketahui
seperti contohnya jika kita menyeduh teh dengan air atau menyeduh kopi bubuk
dengan air panas. Kedua contoh tersebut merupakan contoh ekstraksi sederhana
yang tidak memerlukan metode tertentu atau pun alat-alat yang khusus.
Ada pun jenis ekstraksi lain yang lebih kompleks seperti halnya dalam
pembuatan minyak wangi atau memproduksi minyak dari bahan-bahan tertentu.
Proses ekstraksi seperti ini memerlukan metode khusus dengan peralatan yang
khusus pula, misalnya ekstraktor soxhlet. Untuk mengetahui hal-hal mengenai
proses ekstraksi ini, maka percobaan ini penting untuk dilakukan agar praktikan
mampu mempraktekkan proses ekstraksi serta mengetahui prinsip kerja dan
metode-metode yang perlu diperhatikan dalam proses ekstraksi ini.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya percobaan mengenai ekstraksi soxhlet ini,
antara lain untuk mempelajari prinsip kerja dari ekstraktor soxhlet serta
mempraktekkan metode ekstraksi cair-padat.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
Ekstraksi adalah istilah yang digunakan untuk operasi yang melibatkan
perpindahan suatu konstituen padat atau cair (solute) ke dalam cairan lain yaitu
solvent atau pelarut. Istilah ekstraksi padat-cair terbatas pada kondisi dimana
terdapat fasa padat dan mencakup operasi seperti leaching, lixiviation, dan
washing (Wassil,1995).
Proses pemisahan dengan metode ekstraksi didasarkan pada perbedaan
kelarutannya terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air
dan yang lainnya berupa pelarut organik. Tujuan dari ekstraksi ini yaitu untuk
menarik komponen kimia dalam suatu simplisia. Dalam proses ekstraksi, terjadi
perpindahan massa komponen zat padat ke dalam pelarut dimana perpindahan
terjadi pada lapisan antarmuka, kemudian berdifusi masuk ke dalam pelarut
(Clark, 1963).
Ekstraksi dibedakan atas dua macam, yaitu ekstraksi padat-cair dan
ekstraksi cair-cair. Pada ekstraksi padat-cair, satu atau beberapa komponen
yang dapat larut dipisahkan dari bahan padat dengan bantuan pelarut. Proses ini
digunakan secara teknis dalam skala besar terutama di bidang industri bahan
alami dan makanan, misalnya untuk memperoleh gula dari umbi, minyak dari
biji-bijian, kopi dari biji kopi, bahan-bahan aktif dari tumbuhan atau organ -
organ binatang untuk keperluan farmasi. Sedangkan pada ekstraksi cair-cair,
satu komponen bahan atau lebih suatu campuran dipisahkan dengan bantuan
pelarut. Proses ini digunakan dalam skala besar teknis. Misalnya untuk
memperoleh vitamin, anti-biotika, bahan-bahan penyedap, produk-produk
minyak bumi dan garam-garam logam. Ekstraksi cair-cair biasanya dilakukan
karena proses distilasi tidak bisa digunakan misalnya karena pembentukan
azzeotrop atau karena kepekaan akibat panas. Kedua jenis ektraksi tersebut
selalu terdiri atas sedikitnya dua tahap, yaitu pencampuran secara intensif
bahan ekstraksi dengan pelarut dan tahap dimana pemisah kedua fase cair itu
sempurna (Bernasconi, 1995).
Adapun beberapa metode ekstraksi, antara lain adalah metode maserasi,
perkolasi, dan soxhletasi. Metode maserasi dilakukan dengan cara merendam
serbuk sampel dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur
kamar dan terlindung dari cahaya. Metode ini digunakan untuk menyari sampel
yang mengandung komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari.
Metode perkolasi dilakukan dengan cara mengalirkan penyari melalui serbuk
sampel yang telah dibasahi. Metode soxhletasi dilakukan dengan cara menyari
sampel secara berkesinambungan, dengan memanaskan penyari sehingga
menguap dan terkondensasi menjadi cairan penyari dan menyari sampel yang
ada (Purnomo, 1987).
Proses ekstraksi untuk skala laboratorium biasanya menggunakan alat
ekstraktor soxhlet. Dalam prosesnya, padatan halus sampel ditempatkan dalam
selonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa. Pelarut dipanaskan
dalam labu alas sehingga menguap dan dikondensasikan oleh kondensor menjadi
molekul-molekul cairan pelarut yang jatuh ke dalam selonsong dan melarutkan
zat aktif dalam sampel. Jika pelarut telah mencapai permukaan sifon, seluruh
cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler sehingga
terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan dalam selonsong tidak
lagi berwarna, atau sirkulasi telah mencapai lebih dari 20 kali (Bresnick, 2003).
Ekstraksi soxhlet memiliki beberapa keuntungan dan kerugian.
Keuntungan dari metode ekstraksi soxhlet ini antara lain yaitu dapat digunakan
untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan terhadap pemanasan
secara langsung. Selain itu, pelarut dapat didapatkan kembali setelah proses
ekstraksi selesai dilakukan. Hasil ekstraksi menggunakan soxhlet juga memiliki
tingkat kemurnian yang tinggi, sebab susunan alat membuat proses berjalan
efektif. Sedangkan kerugian dari metode ini yaitu penggunaannya hanya terbatas
pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran azeotropik dan tidak dapat
digunakan utnuk ekstraksi dengan campuran pelarut, misalnya campuran pelarut
heksan dan diklorometana, atau pelarut yang diasamkan atau dibasakan, karena
komposisinya saat berupa uap akan berbeda dengan komposisi saat berupa
pelarut cair dalam wadah (Purnomo, 1987).
Keterangan :
1. Batu didih (stirrer bar)
2. Labu alas bulat
3. Pipa penghubung
4. Thimble
5. Sampel padat
6. Pipa sifon inlet
7. Pipa sifon outlet
8. Penghubung
9. Kondensor
10. Pipa air dingin masuk
11. Pipa air dingin keluar
Gambar 1. Ekstraktor Soxhlet
Ada bermacam-macam jenis pelarut, baik yang polar maupun nonpolar.
Contoh pelarut polar yang sering digunakan adalah air dan alkohol, sedangkan
utnuk pelarut nonpolar digunakan heksana atau bensin. Ada beberapa kriteria
dalam memilih pelarut untuk ekstraksi selain sifatnya yang nonpolar, yaitu dapat
melarutkan sampel secara sempurna, mempunyai titik didih yang rendah dan
seragam, serta bersifat inert atau tidak bereaksi dengan zat dalam sampel yang
diekstrak. Pelarut juga harus memiliki volatilitas yang baik, tidak beracun, tidak
mudah terbakar dan tidak berbahaya. Pelarut sebaiknya tidak mudah membentuk
emulsi (Gould, 1955).
Untuk proses ekstraksi, pelarut nonpolar baik digunakan karena tidak
akan bekerja lebih lama lagi. Hal ini disesabkan karena air tidak akan tercampur
larut dalam bahan yang akan diekstrak. Jika larutan polar yang digunakan, maka
air dalam bahan akan larut sehingga butuh proses pemisahan yang lebih
kompleks. Jenis pelarut nonpolar yang paling sering digunakan adalah heksana
(C6H14) meskipun tidak menutup kemungkinan juga bisa digunaka benzena
(C6H6), kloroform, heptana, dan lain-lain (Folley, dkk, 1991).
Setelah didapat hasil ekstraksi, maka pelarut dipisahkan dari minyak
menggunakan rotary evaporator. Prinsip kerja dari rotary evaporator adalah
memisahkan dua zat atau lebih dalam suatu campuran berdasarkan perbedaan
titik didihnya. Prosesnya yaitu zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan
menguap telebih dahulu. Uap air dari zat tersebut yang akan mengalami konden-
sasi dan menjadi cairan kembali. Cairan itulah nantinya yang akan ditampung.
Alat ini terdiri dari labu yang berputar yang ditahan dibawah tabung vakum.
Tabung yang berputar tersebut tercelup dalam suatu wadah berisi air yang
dipanaskan. Dalam proses rotary evaporator vakum, tekanan dalam labu berisi
campuran akan diturunkan, sehingga pelarut dapat menguap pada suhu dibawah
titik didihnya yang sesungguhnya (Bresnick, 2003).
2.2 Tinjauan Bahan
2.2.1 Bunga Mawar
Bunga mawar merupakan tanaman semak dari genus rosa
sekaligus nama bunga yang dihasilkan tanaman ini. Mawar kebanyakan
tumbuh di belahan bumi utara yang berudara sejuk. Warna dari bunga
mawar sangat beraneka ragam, mulai dari putih, merah, kuning, pink,
serta biru. Bunga mawar memiliki jumlah kelopak bunga yang banyak
dan tersusun berlapis-lapis. Mawar umumnya merupakan tanaman semak
yang berduri atau tanaman memanjat yang tingginya bisa mencapai 2
sampai 5 meter (Anonymous5, 2009).
2.2.2 Bunga Kenanga
Kenanga adalah tumbuhan yang mempunyai batang yang mudah
patah pada waktu mudanya. Bunga kenanga akan muncul pada batang
pohon bagian atas dengan susunan tertentu. Sebuah bunga kenanga
terdiri dari 6 helai kelopak bunga berwarna kuning serta dilengkapi 3
helai daun berwarna hijau. Bunga kenanga berbau harum dan khas,
mengandung minyak biang dan minyak kenanga yang berbau harum.
Kandungan kimia dalam bunga kenanga antara lain adalah benzoic
farnesol, geraniol, linaool, safrol. Bahan-bahan tersebut mudah menguap
dan sangat baik untuk aromaterapi (Anonymous1, 2009).
2.2.3 Kemiri
Kemiri adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan sebagai
sumber minyak dan rempah-rempah. Kemiri biasanya digunakan sebagai
bumbu dapurBiji kemiri yang sudah diolah menjadi minyak dapat
difugsikan sebagai alternatif bahan bakar. Biji kemiri memiliki lapisan
pelindung yang sangat keras dan mengandung banyak minyak
(Anonymous4, 2009).
2.2.4 Batang Serai
Serai adalah sejenis tumbuhan rumput-rumputan yang daunnya
panjang seperti ilalang. Bagian batangnya telah banyak dihunakan untuk
keperluan sehari-hari. Batang serai dipakai sebagai bumbu dapur untuk
mengharumkan makanan. Salah satu kegunaan lain dari serai adalah
baunya dapat digunakan untuk mengusir nyamuk, baik berupa tanaman
atau pun berupa minyaknya (Anonymous7, 2009)
2.2.5 Pelarut n-heksana
Pelarut n-heksana adalah suatu senyawa hidrokarbon alkana yang
merupakan sebuah rantai lurus dari 6 atom karbon. N-heksana sangat
tidak reaktif dan sering digunakan sebagai pelarut organik yang inert.
Dalam keadaan standar, senyawa ini merupakan cairan tidak berwarna
yang tidak larut dalam air. Heksana pada umumnya terdapat pada bensin,
lem sepatu, kulit, dan tekstil. Titik didih n-heksana cukup rendah, yaitu
9ºC (Anonymous3,2009).
2.3 Tinjauan Hasil
2.3.1 Minyak Mawar
Minyak mawar mengandung beberapa zat seperti geraniol dan
limonene yang berfungsi sebagi anti septik. Aromanya yang harum juga
sering digunakan sebagai aromaterapi. Minyak mawar memiliki densitas
sebesar 0,85 g/ml. Rendemen minyak mawar relatif rendah, yaitu 0,04%
(Anonymous5, 2009)
2.3.2 Minyak Kenanga
Minyak kenanga yang diperoleh dari proses ekstraksi memiliki
densitas sebesar 0,9% dan rendemennya yaitu 2,5%. Minyak kenanga
berwarna kuning muda bening dan berbau khas bunga kenanga. . Mnyak
kenanga merupakan salah satu jenis minyak atsiri. Dapat digunakan
untuk campuran masker dan lulur. (Anonymous6, 2009)
2.3.3 Minyak Kemiri
Minyak kemiri memiliki densitas yaitu 0,9 g/mL dan termasuk
larutan yang tidak terlarut dalam air. Rendemen minyak kemiri sebesar
51,34%. Minyak kemiri mempunyai sifat khusus dimana minyak ini
mudah mengering bila dibiarkan di udara terbuka (Anonymous4, 2009).
2.3.4 Minyak Serai
Minyak serai memiliki warna kuning pucat sampai kuning
kecoklatan yang bening. Rendemen minyak serai yaitu 0,77% - 1,6%
sedangkan densitasnya yaitu sebesar 0,8875 g/ml (Anonymous2,2009).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat
Pada percobaan ekstraksi soxhlet, alat yang digunakan diantaranya terdiri dari
satu set ekstraktor soxhlet padat-cair 250 ml, neraca analitik, erlenmeyer 100ml,
thimble, piknometer, serta evaporator vakum.
3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan diantaranya yaitu pelarut organik (n-heksana)
serta bahan-bahan yang mengandung minyak seperti bunga mawar, bunga kenanga,
kemiri dan batang serai.
3.3 Skema kerja
- Diiris-iris kecil
- Di timbang 50 gram dan dimasukkan dalam kertas saring
- Di masukkan dalam kertas saring
- Kertas saring yang berisi serbuk sampel dimasukkan dalam thimble
- 167 ml n-heksana dimasukkan ke soxhlet hingga turun ke labu alas bulat
- Labu alas bulat dan soxhlet dimasukkan di atas mantel pemanas
- Pada labu alas bulat di beri beberapa pecahan keramik
- Soxhlet dihubungkan ke selang dari pompa yang memompa air es
- Mantel pemanas dan pompa dinyalakan.
- Volume n-heksana diamati bila sudah melebihi batas ruang
- Siklus dilakukan dan diamati hingga hasil ekstraksi berwarna bening
- Mantel pemanas dan pompa dimatikan
- Soxhlet dikeluarkan dari mantel dan cairan dibiarkan dingin
Bahan
Serbuk sampel
- Dipindahkan ke rotary evaporator vakum
- Dilakukan rotary evaporator hingga pelarut tidak menetes pada kondensor
- Dihitung volume dan berat minyak ekstrak
- Dihitung densitas dan rendemen
Minyak bercampur pelarut n-heksana
Ekstrak (minyak)
Hasil
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Hasil Percobaan
No Perlakuan Pengamatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Bunga mawar dipotong kecil-kecil
Kertas yang digunakan sebagai alas serbuk mawar ditimbang
Serbuk mawar diletakkan di atas kertas lalu ditimbang
Serbuk mawar dimasukkan dalam kertas saring sambil dipadatkan
Dimasukkan ke dalam timbel kemudian dimasukkan 167 mL n-heksana
Pendingin di pasang
Labu alas bulat dimasukkan dalam heating mantle dan dinyalakan
Diamati setiap sirkulasi dan dicatat waktu pada sirkulasi ke tiga sampai ke enam
Ekstraksi dihentikan dan alat ekstraksi dipindahkan dari pemanas
Terbentuk serbuk mawarMassa kertas = 4,50 gram
Massa kertas + serbuk mawar = 51,70 g
Massa serbuk mawar= 47,20 g
Terdapat sisa serbuk mawar sebanyak 21,15 gramDigunakan 26,05 gram mawar
n-heksana mengalir ke bawah melalui pipa hubung dan tak berwarna
Air pendingin mengaliri kondensor
n-heksana dalam labu alas bulat menguap, uap melalui kondenor dan terkondensasi menjadi molekul air dan turun mengekstrak serbuk mawar dan masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon (terjadi sirkulasi)
Warna cairan yang semula agak kuning berubah menjadi lebih bening di setiap sirkulasi. Waktu ke-3 4:41:22, waktu ke-4 4:20:04, ke-5 4:31:03,ke-6 6:24:15
Cairan dalam labu als bulat berangsur-angsur menjadi dingin.
10.
11.
12.
13
14.
Cairan dalam labu alas bulat dipindahkan ke rotary evaporator sampai tidak terjadi penguapan n-heksana lagi
Cairan minyak mawar yang diperoleh dipindah ke dalam gelas ukur
Cairan minyak mawar di timbang
Di hitung densitas minyak mawar yang diperoleh berdasarkan data percobaan
Di hitung rendemen minyak mawar yang diperoleh berdasarkan data percobaan
Cairan terpisah, minyak mawar hanya sedikit yang terapat dalam labu alas bulat
Volume minyak mawar 1,6 mL
Massa minyak mawar = 0,97 gram
Densitas = 0,61 gram/mL
Rendemen = 3,72 %
4.2 Data Hasil Pengamatan per Kelompok
No KELOMPOK DATA
1 KELOMPOK I
Bahan yang digunakan kemiri
Banyaknya sirkulasi 10x sirkulasi
Massa minyak kemiri 21,36 gram
Volume minyak kemiri 26 mL
Rendemen 46,74 %
Densitas 0,082 gram/mL
Warna kuning pucat bening
2 KELOMPOK II
Bahan yang digunakan kemiri
Banyaknya sirkulasi 12x sirkulasi
Massa minyak kemiri 22,27 gram
Volume minyak kemiri 27 mL
Rendemen 53,02 %
Densitas 0,82 gram/mL
Warna kuning bening
No KELOMPOK DATA
3 KELOMPOK III
Bahan yang digunakan mawar
Banyaknya sirkulasi 6x sirkulasi
Massa minyak mawar 0,52 gram
Volume minyak mawar 1 mL
Rendemen 1,58 %
Densitas 0,52 gram/mL
Warna kuning bening
4 KELOMPOK IV
Bahan yang digunakan mawar
Banyaknya sirkulasi 6x sirkulasi
Massa minyak mawar 0,97 gram
Volume minyak mawar 1,6 mL
Rendemen 3,72 %
Densitas 0,61 gram/mL
Warna kuning bening
5 KELOMPOK V
Bahan yang digunakan serai
Banyaknya sirkulasi 11 x sirkulasi
Massa minyak mawar gram
Volume minyak mawar mL
Rendemen %
Densitas gram/mL
Warna kuning bening
6 KELOMPOK VI
Bahan yang digunakan serai
Banyaknya sirkulasi 12 x sirkulasi
Massa minyak serai gram
Volume minyak serai mL
Rendemen %
Densitas gram/mL
Warna kuning bening
4.3 Pembahasan
4.3.1 Analisa Prosedur
4.3.1.1 Fungsi Alat
Pada percobaan ekstraksi soxhlet digunakan satu set ekstraktor
soxhlet berukuran 250 ml untuk ekstraksi padat-cair. Alat ini terdiri dari
beberapa bagian, yaitu labu alas bulat, thimble, kondensor, lengan sifon,
dan pipa penghubung. Labu alas bulat berfungsi sebagai wadah atau
tempat untuk menampung larutan ekstraksi. Thimble berfungsi sebagai
tempat untuk meletakkan sampel padat yang akan diekstrak. Kondensor
berfungsi untuk mengalirkan air es sehingga udara di sekitar ekstraktor
menjadi dingin. Ada dua lubang pada kondensor, lubang yang pertama
No KELOMPOK DATA
7 KELOMPOK VII
Bahan yang digunakan kenanga
Banyaknya sirkulasi 12x sirkulasi
Massa minyak kenanga 1,06 gram
Volume minyak kenanga 1,6 mL
Rendemen 2,56 %
Densitas 0,66 gram/mL
Warna kuning bening
8 KELOMPOK VIII
Bahan yang digunakan kenanga
Banyaknya sirkulasi 11x sirkulasi
Massa minyak kenanga 1,35 gram
Volume minyak kenanga 1,8 mL
Rendemen 3,5 %
Densitas 0,75 gram/mL
Warna kuning bening
adalah saluran masuk air dingin ke dalam kondensor, lubang yang kedua
adalah saluran keluarnya air dingin dari dalam kondensor. Lengan sifon
berfungsi untuk menandai tiap sirkulasi berlangsung. Bila cairan dalam
thimble telah mencapai tinggi lengan sifon, maka cairan akan turun
menuju labu alas bulat. Pipa penghubung adalah penghubung antara labu
alas bulat dengan thimble.
Selain perangkat diatas, juga digunakan mantel pemanas dan pompa.
Mantel pemanas berfungsi untuk memanaskan pelarut yang terdapat pada
labu alas bulat, sedangkan pompa berfungsi untuk memompa air es dari
dalam ember agar mengalir menuju kondensor melalui selang. Setelah
proses ektraksi dilakukan, digunakan rotary evaporator vakum untuk
memisahkan antara minyak dengan pelarut.
4.3.1.2 Fungsi Perlakuan
Pertama-tama, sampel diiris-iris kecil lalu ditimbang massanya.
Setelah itu disiapkan kertas saring dan dijahit menyerupai kantong dengan
ukuran yang sesuai dengan thimble. Kemudian dimasukkan sampel dalam
kertas saring setinggi lengan sifon pada ekstraktor soxhlet. Kertas saring
digunakan sebagai tempat sampel untuk mencegah sampel menyumbat
mulut sifon dan menghambat jalannya ekstraksi.
Setelah alat dirangkai, dituangkan pelarut n-heksan sebanyak 167 ml
ke dalam soxhlet sehingga pelarut tutun ke dalam labu alas bulat yang
telah diberi beberapa pecahan porselen sebagai batu didih sebelumnya.
Pelarut dituangkan dengan tujuan agar kertas saring yang berisi sampel
terbasahi oleh pelarut sehingga memudahkan untuk proses selanjutnya.
Setelah itu, perangkat soxhlet diletakkan diatas matel pemanas. Kondensor
juga dihubungkan dengan pompa (yang dicelupkan pada air es) melalui
selang penghubung. Mantel pemanas dan pompa dinyalakan, dan diamati
siklus yang terjadi. Pada satu kali sirkulasi terjadi penguapan, pendinginan
dan ekstraksi. Proses ektraksi dilakukan hingga cairan menjadi bening
kembali seperti semula.
Setelah proses soxhletasi selesai, cairan dalam labu alas bulat
dibiarkan dingin sebelum dipindahkan ke rotary evaporator vakum. Pada
saat didinginkan, sebaiknya mulut labu ditutup agar larutan ekstraksi tidak
menguap. Pada saat proses soxhletasi, mulut tabung kondensor bagian atas
dibiarkan terbuka untuk mempercepat proses pendinginan. Pada rotary
evaporator, pemanasan dilakukan dengan menggunakan air yang mendidih
sebagai media pemanas. Setelah labu dipasang, wadah berisi air medidih
dinaikkan hingga merendam labu alas bulat. Putarannya diatur yaitu 80
rpm dah suhu harus lebih rendah dari titik didih, yaitu 60°C. Setelah itu,
mesin vakum dinyalakan dan diamati sampai tidak asa lagi pelarut yang
menetes dalam kondensor. Setelah itu, alat dimatikan dan dihasilkan
minyak murni hasil ekstraksi.
Setelah didapat hasil yang berupa minyak ekstrak, maka kemudian
ditimbang massanya dan di ukur volumenya untuk selanjutnya dihitung
nilai rendemen dan desitasnya.
4.3.1.3 Fungsi Penambahan
Dalam percobaan, digunakan batu didih yang dimasukkan dlaam
labu alas bulat. Batu didih berupa beberapa pecahan porselen. Batu didih
ini berfungsi untuk meratakan panas, sehingga panas merata pada seluruh
bagian larutan. Batu didih ini juga berfungsi untuk menghindari titik didih
lewat dari batas yang seharusnya, karena pori-pori dalam batu didih akan
membantu penangkapan udara pada larutan dan melepaskannya ke
permukaan larutan. Tanpa batu didih, larutan akan menjadi terlalu panas
pada bagian tertentu dan dapat mengeluarkan uap panas yang daat
menimbulkan letupan.
Selain batu didih, dalam percobaan juga digunakan pelarut n-
heksana. Volume n-heksana yang dituangkan dalam soxhlet adalah 167
ml. Volume tersebut diperoleh dari perhitungan 2/3 dari volume labu. Hal
tersebut dlakukan dengan alasan untuk menghindari kelebihan pelarut
dalam labu, sehingga tekanan dalam labu tidak terlalu besar karena dapat
mengganggu proses ekstraksi dalam soxhlet. Namun jika pelarut yang
digunakan terlalu sedikit, proses juga tidak dapat berlangsung dengan
maksimal.
4.3.1.4 Prinsip Percobaan
Prinsip kerja dari seperangkat alat ekstraksi soxhlet yaitu
penguapan, peninginan dan tepengekstrakan, yaitu pemisahan komponen-
komponen dari suatu sistem campuran, dimana pelarut dipanaskan
sehingga menguap dan terkondensasi menjadi molekul-molekul air yang
menyaring ekstrak dalam kertas saring dan selanjutnya masuk kembali ke
dalam labu alas bulat setelah melewati pipa sifon. Campuran hasil ekstrak
dipisahkan dengan rotary evaporator vakum yang bekerja dengan prinsip
memutar, menguapkan dan mendinginkan.
Sedangkan prinsip dari percobaan ekstraksi soxhlet adalah
mempraktekkan metode ekstraksi padat-cair pada sampel dan diekstrak
dengan menggunakan pelarut n-heksana sehingga minyak terpisah dari
sistem campuran dengan metode soxhletasi dan diperoleh produk berupa
minyak mawar yang nantinya dapat dihitung nilai densitasnya dan
rendemennya.
4.3.2 Analisa Hasil
Pada percobaan, dihasilkan produk berupa minyak ekstrak. Karena
ada beberapa bahan yang digunakan untuk percobaan beberapa kelompok,
maka hasilnya berupa minyak mawar, minyak kemiri, minyak kenanga, dan
minyak serai.
Kelompok pertama dan kedua menggunakan sampel berupa biji
kemiri. Pada kelompok pertama, dihasilkan minyak kemiri dengan
rendemen 46,74% dan densitas sebesar 0,082 gram/ml. Sedangkan untuk
kelompok kedua, dihasilkan minyak kemiri dengan rendemen sebesar
53,02% dan densitasnya 0,82 gram/ml. Kedua kelompok menghasilkan minyak
kemiri yang berwarna kuning bening. Hasil percobaan dari dua kelompok
ini cukup sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa minyak kemiri
berwarna kuning bening dan mempunyai rendemen sekitar 51,34 % dengan
densitas sekitar 0,9 gram/ml.
Kelompok ketiga dan keempat menggunakan sampel berupa bunga
mawar. Pada kelompok ketiga, dihasilkan minyak mawar dengan rendemen
1,58% dan densitas sebesar 0,52 gram/ml. Sedangkan untuk kelompok
keempat, dihasilkan minyak mawar dengan rendemen sebesar 3,72% dan
densitasnya 0,61 gram/ml. Kedua kelompok menghasilkan minyak mawar yang
berwarna kuning bening. Hasil percobaan dari dua kelompok ini kurang
sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa minyak mawar berwarna
kuning bening dan mempunyai rendemen sekitar 0,04% dengan densitas
sekitar 0,85 gram/ml.
Kelompok ketujuh dan kedelapan menggunakan sampel berupa bunga
kenanga. Pada kelompok ketujuh, dihasilkan minyak kenanga dengan
rendemen 2,56% dan densitas sebesar 0,66 gram/ml. Sedangkan untuk
kelompok kedelapan, dihasilkan minyak serai dengan rendemen sebesar
3,5% dan densitasnya 0,75 gram/ml. Kedua kelompok menghasilkan minyak
kenanga yang berwarna kuning bening. Hasil percobaan dari dua kelompok
ini cukup sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa minyak serai
berwarna kuning bening dan mempunyai rendemen sekitar 0,9% dengan
densitas sekitar 2,5 gram/ml.
Perbedaan antara hasil percobaan dengan literatur disebabkan oleh
beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut antara lain
adalah suhu, kuantitas pelarut, jenis pelarut, serta wakto yang digunakan
untuk proses ekstraksi.
Suhu sangat berpengaruh terhadap hasil rendemen dan densitas yang
didapatkan, karena semakin rendah suhu, maka sirkulasi akan berjalan
semakin lambat, dan sebaliknya. Cepat lambatnya sirkulasi tersebut juga
akan mempengaruhi banyaknya hasil yang didapatkan, serta mempengaruhi
densitas dan rendemennya juga.
Faktor yang kedua yaitu kuantitas pelarut, banyaknya jumlah pelarut
yang digunakan sangat berpengaruh pada produk yang dihasilkan. Apabila
digunakan pelarut dengan kuantitas yang berbeda-beda, maka produk
ekstraksi yang dihasilkan akan memiliki nilai rendemen dan densitas yang
berbeda-beda pula jumlahnya. Jenis pelarut juga sangat berpengaruh pada
hasil, karena setiap pelarut memiliki kemampuan tersendiri untuk
mengekstrak bahan-bahan yang digunakan.
Faktor yang ketiga adalah lama waktu yang digunakan, atau
banyaknya sirkulasi yang dilakukan. Proses ekstraksi akan berjalan semakin
maksimal apabila waktu yang digunakan untuk proses lebih lama, dan
sirkulasi yang dilakukan lebiih banyak. Hal-hal tersebut juga dapat
mempengaruhi kualitas serta kemurnian hasil ekstraksi, yang dapat dilihat
pada nilai rendemen dan densitasnya.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Ekstraksi soxhlet memiliki prinsip kerja yaitu cairan pelarut awalnya
dipanaskan hingga menguap dan uap cairan tersebut terkondensi menjadi molekul
air oleh pendingin balik, kemudian turun mengekstrak sampel selanjutnya masuk
melalui sifon dan masuk kembali ke dalam labu alas bulat, sampai terjadi siklus
yang berkesinambungan. Campuran hasil ekstrak dipisahkan dengan rotary
evaporator vakum yang bekerja dengan prinsip memutar, menguapkan dan
mendinginkan.
Metode ekstraksi ini sangat tepat digunakan ekstraksi padat – cair, yaitu
proses pemisahan zat terlarut dari fasa padatnya dengan cara dikontakkan dengan
fasa cair (pelarut), dan dilakukan ekstraksi menggunaqkan soxhlet.
5.2 Saran
Saran dari saya agar jumlah praktikum dalam satu kelompok dikurangi
sehingga semua praktikum bisa mengerti dan selain itu asisten juga perlu
ditambah agar jalannya praktikum lancar dan tidak menyita waktu yang lama.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous1, 2009, BUNGA KENANGA, http :// lifestyle.com/2009/33/bunga-kenanga,