Top Banner
UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH LAJU KOROSI DENGAN PENAMBAHAN TEH BUNGA ROSELLA SEBAGAI INHIBITOR ORGANIK PADA BAJA KARBON RENDAH DI LINGKUNGAN NaCl 3.5 % DENGAN METODE POLARISASI SKRIPSI ARRI PRASETYO 0706268303 FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL DEPOK JUNI 2011 Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011
93

U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

Oct 16, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGARUH LAJU KOROSI DENGAN PENAMBAHAN TEH

BUNGA ROSELLA SEBAGAI INHIBITOR ORGANIK PADA

BAJA KARBON RENDAH DI LINGKUNGAN NaCl 3.5 %

DENGAN METODE POLARISASI

SKRIPSI

ARRI PRASETYO

0706268303

FAKULTAS TEKNIK

DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL

DEPOK

JUNI 2011

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 2: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGARUH LAJU KOROSI DENGAN PENAMBAHAN TEH

BUNGA ROSELLA SEBAGAI INHIBITOR ORGANIK PADA

BAJA KARBON RENDAH DI LINGKUNGAN NaCl 3.5 %

DENGAN METODE POLARISASI

SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik

ARRI PRASETYO

0706268303

FAKULTAS TEKNIK

DEPARTEMEN METALURGI DAN MATERIAL

DEPOK

JUNI 2011

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 3: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan

semua sumber baik yang dikutip maupun

dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Arri Prasetyo

NPM : 0706268303

Tanda Tangan : …………………..

Tanggal : Juni 2011

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 4: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh : Prof. Dr. Ir. Johny Wahyuadi, DEA.

Nama : Arri Prasetyo

NPM : 0706268303

Program Studi : Teknik Metalurgi dan Material

Judul Skripsi : Pengaruh Laju Korosi Dengan Penambahan Teh

Bunga Rosella Sebagai Inhibitor Organik Pada Baja

Karbon Rendah Di Lingkungan NaCl 3.5 % Dengan

Metode Polarisasi

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Teknik pada Program Studi Teknik Metalurgi dan Material

Fakultas Teknik Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Johny Wahyuadi, DEA.

Penguji 1 : Dr. Ir. Muhammad Anis M.Met.

Penguji 2 : Deni Ferdian S.T., M.Sc.

Ditetapkan di : Depok

Tanggal : Juni 2011

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 5: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan

berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-

baiknya. Skripsi yang berjudul “Pengaruh Laju Korosi Dengan Penambahan Teh

Bunga Rosella Sebagai Inhibitor Organik Pada Baja Karbon Rendah Di

Lingkungan NaCl 3.5 % Dengan Metode Polarisasi” ini disusun untuk memenuhi

sebagian persyaratan akademis dalam meraih gelar Sarjana Teknik di Departemen

Metalurgi dan Material Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Saya menyadari

bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan

sampai penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan

skripsi ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Johny Wahyuadi Soedarsono, DEA, selaku dosen pembimbing

yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya

dalam penyusunan skripsi ini.

2. Prof. Dr-Ing. Ir. Bambang Suharno, selaku Kepala Departemen Teknik

Metalurgi dan Material FTUI.

3. Dr. Ir. Muhammad Anis M.Met, selaku Pembimbing Akademis penulis.

4. Orangtua dan keluarga saya, yang telah memberikan bantuan dukungan moral

dan material.

5. Sahabat, yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua

pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi

pengembangan ilmu metalurgi dan material ke depannya.

Depok, Juni 2011

Penulis

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 6: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

bawah ini :

Nama : Arri Prasetyo

NPM : 0706268303

Program Studi : Teknik Metalurgi dan Material

Departemen : Metalurgi dan Material

Fakultas : Teknik

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-

Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Pengaruh Laju Korosi Dengan Penambahan Teh Bunga Rosella Sebagai

Inhibitor Organik Pada Baja Karbon Rendah Di Lingkungan NaCl 3.5 %

Dengan Metode Polarisasi

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Nonekslusif ini, Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia atau

formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan

mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis atau pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok

Pada Tanggal : Juni 2011

Yang menyatakan

(,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,)

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 7: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

v Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Arri Prasetyo

NPM : 0706268303

Program Studi : Teknik Metalurgi dan Material

Judul Skripsi : Pengaruh Laju Korosi Dengan Penambahan Teh

Bunga Rosella Sebagai Inhibitor Organik Pada Baja

Karbon Rendah Di Lingkungan NaCl 3.5 % Dengan

Metode Polarisasi.

Perilaku inhibisi teh bunga rosella berdasarkan pengaruh perbedaan konsentrasi

yang ditambahkan (2 ml, 4 ml, 6 ml dan 8 ml) pada baja karbon rendah di

lingkungan NaCl 3.5 % telah diteliti dengan menggunakan metode polarisasi.

Ekstrak ubi ungu dipilih sebagai green corrosion inhibitor karena mengandung

senyawa antioksidan yang dapat menghambat laju korosi. Waktu pengujian

sampel baja SPCC untuk semua penambahan konsentrasi adalah sama. Hasil

penelitian menunjukkan teh bunga rosella merupakan inhibitor korosi yang

efektif untuk baja karbon rendah di lingkungan korosif, karena dapat menghambat

laju korosi dengan efisiensi sebesar 57.32 - 59.31 % dengan penambahan

konsentrasi 2 - 8 ml teh bunga rosella.

Kata kunci :

Baja karbon rendah; Teh bunga rosella; Inhibitor organik; Polarisasi; Pengaruh

konsentrasi

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 8: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

vi Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Arri Prasetyo

NPM : 0706268303

Major : Metallurgy and Material Engineering

Title : Effect of Corrosion Rate With the addition of

Rosella Tea For Organic Inhibitors on Low Carbon

Steel in 3.5% NaCl Environment With Polarization

Method.

Behavioral inhibition of rosella flower tea based on the effect of different

concentrations were added (2 ml, 4 ml, 6 ml and 8ml) on low carbon steel sample

in NaCl 3.5 % environment has been investigated using polarization method.

rosella flower tea is selected as green corrosion inhibitors because they contain

antioxidant compounds that can inhibit the corrosion rate. SPCC steel sample

immersion time for all the additional concentrations are equal, ie for 5 days.

Results showed rosella flower tea is effective corrosion inhibitor for low carbon

steel in corrosion environment, because it can inhibit the corrosion rate with an

efficiency of 57.32 - 59.31 % with the addition of rosella flower tea concentration

of 2-8 ml.

Keywords :

Low carbon steel; rosella flower tea; organic inhibitors; polarization method;

Effect of concentration

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 9: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

vii Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ....................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

KATA PENGANTAR ............................................................................................. iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................................................ v

ABSTRAK ............................................................................................................. vi

ABSTRACT ............................................................................................................ vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. x

DAFTAR TABEL ................................................................................................... xi

DAFTAR RUMUS ................................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv

1. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ........................................................................................... 1

1.2. Perumusan Masalah ................................................................................... 4

1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 5

1.4. Ruang Lingkup ........................................................................................... 6

1.5. Sistematika Penulisan ................................................................................ 6

2. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 8

2.1. Pengertian Korosi ....................................................................................... 8

2.1.1. Definisi Korosi .................................................................................. 8

2.2 Pengaruh pH Terhadap Korosi Aqueous Baja ........................................... 11

2.2.1. Reaksi Elektrokimia Korosi ............................................................ 11

2.2.2. Korosi Air ........................................................................................ 11

2.3. Pengaruh Kadar NaCL Terhadap Laju Korosi ......................................... 12

2.4. Pengaruh pH Tergadap Laju Korosi ......................................................... 13

2.5. Korosi pada Baja karbon Rendah ............................................................. 18

2.6. Pengaruh Oksigen Terlarut terhadap Korosi Aqueous Baja ..................... 19

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 10: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

viii Universitas Indonesia

2.7. Inhibitor .................................................................................................... 22

2.7.1. Jenis-jenis Inhibitor Korosi ............................................................. 23

2.8. Pengukuran Laju korosi dengan Metoda Polarisasi ................................. 26

3. METODOLOGI PENELITIAN .................................................................... 30

3.1. Diagram Alir Penelitian............................................................................ 31

3.2. Alat dan Bahan ......................................................................................... 31

3.2.1. Alat .................................................................................................. 31

3.2.2. Bahan .............................................................................................. 32

3.3. Prosedur Penelitian................................................................................... 32

3.3.1. Preparasi Sampel ............................................................................. 32

3.3.2. Persiapan Larutan Rendam ............................................................. 33

3.3.3. Persiapan Inhibitor .......................................................................... 34

3.3.4. Pengujian pH ................................................................................... 35

3.3.5. Pengujian Polarisasi ........................................................................ 35

3.3.6. Pengambilan data ............................................................................ 36

4. HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN ............................................... 37

4.1. Hasil Pengujian ........................................................................................ 37

4.1.1. Hasil Pengamatan Visual Baja Karbon Rendah (Baja SPCC) ........ 37

4.1.2. Hasil Pengujian Spectroscopy Sampel ............................................ 37

4.1.3. Hasil Pengukuran pH Larutan ......................................................... 37

4.1.4. Hasil Corrosion rate Sofware Gamry 5.06 ...................................... 38

4.2. Kurva Polarisasi ....................................................................................... 38

4.2.1. Kurva Polariasasi Baja karbon tanpa inhibitor................................ 38

4.2.2. Kurva Polariasasi dengan penambahan 0,67% inhibitor..................39

4.2.3. Kurva Poliasasi dengan penambahan 1,33% inhibitor .................... 40

4.2.4. Kurva Polariasasi dengan penambahan 2% inhibitor ...................... 41

4.2.5. Kurva Polariasasi dengan penambahan 2,67% inhibitor................. 42

4.2.6. Kurva Polarisasi Keseluruhan ......................................................... 43

4.3. Pembahasan ............................................................................................ 43

4.3.1. Pengujian Spectrocopy sampel ....................................................... 43

4.3.2. Pengamatan Visual tanpa dan dengan Penambahan Inhibitor ......... 44

4.3.3. Pengaruh pH Larutan Terhadap Laju Korosi .................................. 44

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 11: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

ix Universitas Indonesia

4.3.4. Penurunan Laju Korosi ................................................................... 45

4.3.5. Perbandingan Dengan Inhibitor yang Berbeda .............................. 47

4.3.6. Perbandingan Variabel Temperatur yang Berbeda ......................... 48

4.3.7. Mekanisme Pengahambatan Proses Korosi ................................... 51

4.3.8. Efisiensi inhibitor ............................................................................ 52

5. KESIMPULAN ................................................................................................ 54

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 55

LAMPIRAN .......................................................................................................... 58

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 12: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

x Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Pengaruh kadar ion Cl- terhadap laju korosi[5]

............................. 13

Gambar 2.2. Diagram pourbaix 25 C ................................................................ 14

Gambar 2.3 Pengaruh pH pada korosi aqueous baja, menggunakan HCl dan

NaOH untuk mengontrol pH di dalam air yang mengandung oksigen terlarut[21}

.17

Gambar 2.4. Pengaruh oksigen terlarut pada korosi baja karbon rendah di air

destilasi (temperatur 25oC dan perendaman 48 jam) yang mengandung 165 ppm

CaCl2[15]

………………………………………………………………………….20

Gambar 2.5 Oksigen sebagai depolarizer[20]

.................................................... 21

Gambar 2.6 Pembentukan Fe(OH)3 yang sukar larut[20]

.................................. 21

Gambar 2.7. Pengaruh Penambahan inhibitor anodik pada suatu material [19]

.. 25

Gambar 2.8 Pengaruh penambahan inhibitor katodik pada material [19]

.......... 28

Gambar 2.9. Kurva aplikasi mixed potencial dengan hubungan arus-potensial

dan transportmassa terkontrol pada rekasi katodik[26].

..........................................29

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian ................................................................ 30

Gambar 3.2. Sampel Polarisasi .......................................................................... 33

Gambar 3.3. Persiapan Larutan Uji Polarisasi ................................................... 34

Gambar 3.4. Ekstrak the rosella ......................................................................... 34

Gambar 3.5. Pengujuan pH pada larutan ........................................................... 35

Gambar 3.6. Uji Polarisasi ................................................................................. 36

Gambar 4.1. Sampel Polarisasi .......................................................................... 37

Gambar 4.2. Kurva Polarisasi tanpa inhibitor ................................................... 38

Gambar 4.3. Kurva Polarisasi dengan penambahan 0.67 % inhibitor ............... 39

Gambar 4.4. Kurva Polarisasi dengan penambahan 1.33 % inhibitor ............... 40

Gambar 4.5. Kurva Polarisasi dengan penambahan 2 % inhibitor .................... 41

Gambar 4.6. Kurva Polarisasi dengan penambahan 2.67 % inhibitor ............... 39

Gambar 4.8. Perubahan pH pada setiap penambahan inhibitor ......................... 43

Gambar 4.9. Grafik perubahan laju korosi dengan variabel inhibitor ............... 46

Gambar 4.10. Grafik perbandingan laju korosi ubi ungu dan rosella .................. 48

Gambar 4. 11. Grafik perubahan laju korosi pada temperatur yang berbeda ...... 50

Gambar 4.12. Ilustrasi terbentuknya lapisan pelindung24

................................... 51

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 13: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

xi Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Produk korosi pada baja..................................................................... 18

Tabel 4.1. Komposisi baja hasil pengujian spectroscopy ................................... 37

Tabel 4.2. hasil pengukuran pH .......................................................................... 37

Tabel 4.3 Data hasil pengukuran laju korosi ..................................................... 38

Tabel 4.4. Data tafel polarisasi tanpa inhibitor ................................................... 38

Tabel 4.5. Data tafel polarisasi dengan penambahan 0,67 % inhibitor .............. 39

Tabel 4.6. Data tafel polarisasi dengan penambhan 1,33 % inhibitor ................ 40

Tabel 4.7. Data tafel polarisasi dengan penambahan 2 % inhibitor ................... 41

Tabel 4.8. Data tafel polarisasi dengan penambahan 2,67 % inhibitor .............. 42

Tabel 4.9. laju korosi pada inhibitor wine pada NaCl 3.5 %..............................47

Tabel 4.10.Data hasil penambahan inhibitor teh bunga rossela pada lingkungan

NaCl 3.5% pada temperatur 40o C ........................................................................49

Tabel 4.11. Tabel efisiensi inhibitor.......................................................................52

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 14: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

xii Universitas Indonesia

DAFTAR RUMUS

1. Persamaan 2.1.2

Ket : ia = exchange current density awal anodik

io = exchange current density akhir anodik

β = Konstanta

ήc = Polarisasi

2. Persamaan 2.2.2

Ket :

io = exchange current density awal katodik

ic = exchange current density akhir katodik

β = Konstanta

ήc = Polarisasi

3. Persamaan 2.2.3

Ket : D = berat jenis (g/cm3)

icor = rapat arus korosi (μA/cm2)

M = berat ekivalen (g/mol.equ)

4. Persamaan 3.1

Efisiensi (%) = Laju korosi tanpa inhibitor – Laju korosi dengan inhibitor x 100%

Laju korosi tanpa inhibitor

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 15: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

xiii Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Data tafel 0 ml the rosella dalam excel ................................... 57

LAMPIRAN 2. Data tafel 2 ml the rosella dalam excel ................................... 60

LAMPIRAN 3. Data tafel 4 ml the rosella dalam excel ................................... 65

LAMPIRAN 4. Data tafel 6 ml the rosella dalam excel ................................... 70

LAMPIRAN 5. Data tafel 8 ml the rosella dalam excel ................................... 74

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 16: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Korosi merupakan suatu fenomena yang kerap dijumpai dalam kehidupan

sehari-hari, tidak terkecuali di bidang industri. Korosi merupakan masalah

yang sering dihadapi dan menimbulkan kerugian materi yang cukup besar,

terutama dalam segi biaya dan keselamatan. Secara langsung, korosi

mengharuskan biaya tinggi untuk penggantian alat-alat yang rusak karena

terkorosi. Secara tidak langsung, korosi menimbulkan pencitraan buruk

terhadap perusahaan yang beroperasi dan berdampak pada turunnya nilai

perusahaan di mata pasar.

Korosi adalah hasil reaksi kimia merusak antara paduan logam atau logam

dan lingkungannya[1]

. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang

merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia

dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi

adalah kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya.

Contohnya, bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk

senyawa besi oksidaatau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan

dihasilkan besi yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan.

Selama pemakaian, baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang

menyebabkan korosi (kembali menjadi senyawa besi oksida). Korosi atau

secara awam lebih dikenal dengan istilah pengkaratan merupakan

fenomena kimia padabahan-bahan logam di berbagai macam kondisi

lingkungan. Penyelidikan tentang sistem elektrokimia telah banyak

membantu menjelaskan mengenai korosi ini, yaitu reaksi kimia antara

logam dengan zat-zat yang ada di sekitarnya atau dengan partikel-partikel

lain yangada di dalam matrik logam itu sendiri. Jadi dilihat dari sudut

pandang kimia, korosi pada dasarnya merupakan reaksi logam menjadi ion

pada permukaan logam yang kontak langsung dengan lingkungan berair

dan oksigen.

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 17: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

2

Universitas Indonesia

Korosi terjadi karena tiga faktor. Pertama, lingkungan yang korosif

mendukung terjadinya korosi dimana akan terjadi reaksi kimia atau reaksi

korosi antara material dengan lingkungan korosif ataupun antara material

dengan material yang lain dalam lingkungan yang korosif. Contoh dari

lingkungan ini adalah lingkungan udara bebas, air laut, dan tanah. Kedua,

adanya katoda dan anoda juga mempengaruhi terjadinya korosi yang

menghasilkan reaksi elektrokimia, yakni oksidasi dan reduksi. Pengertian

anoda adalah suatu material yang mengalami reaksi oksidasi dan

mengalami kehilangan material (loss material) karena mempunyai

potensial yang lebih negatif jika diukur dengan dengan penghitungan

potensial. Katoda adalah suatu material yang mengalami reaksi reduksi

karena mempunyai potensial yang lebih positif jika diukur dengan

perhitungan potensial. Ketiga, adanya material sebagai penghantar

elektron yang rentan terhadap korosi.

Umumnya terdapat 4 metode dasar dalam pengendalian dan perlindungan

korosi secara umum, yaitu :

1. Proteksi katodik (cathodic protection)

Proteksi yang yang melindungi anodanya dengan memperlakukannya

sebagai katoda. Proteksi ini meliputi metode anoda korban dan

pemberian arus tanding.

2. Pelapisan (coating)

Proteksi dengan mengisolasi permukaan logam dari kontak langsung

dengan lingkungannya sehingga proses korosi dapat diminimalisir.

Proteksi ini umumnya akan melindungi bagian permukaan dari kontak

langsung.

3. Inhibitor

Inhibitor adalah proses pengendalian korosi dengan penambahan

sedikit zat kimia pada elektrolitnya sehingga akan mengubah

lingkungan kerja menjadi tidak korosif.

4. Pemilihan material dan desain (material selection and design)

Pengendalian dengan metode ini adalah dengan melakukan pemilihan

material yang tepat sesuai dengan kondisi lingkungan kerja sehingga

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 18: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

3

Universitas Indonesia

proses korosi dapat diminimalisir. Selain itu melalui desain – desain yang

tepat sesuai dengan aplikasi dilapangan.

Inhibitor korosi merupakan suatu zat kimia yang bila ditambahkan

kedalam suatu lingkungan tertentu, dapat menurunkan laju

penyerangan lingkungan itu terhadap suatu logam[2]

. Inhibitor

memiliki beberapa mekanisme kerja diantaranya adalah

1) Pembentukan lapisan tipis pada permukaan dengan ketebalan

beberapa molekul inhibitor pada permukaan logam karena

permukaan logam mengadsorbsi inhibitor

2) Melalui pengaruh lingkungan atau ph dari lingkungan

menyebabkan inhibitor mengendap pada permukaan logam dan

teradsorpsi sehingga membentuk lapisan yang melindungi dari

serangan korosi

3) Inhibitor melakukan korosi terlebih dahulu terhadap logam dan

menghasilkan suatu zat kimia dan mengalami proses adsorpsi pada

zat tersebut dan menghasilkan suatu lapisan pasif

4) Penghilangan konstituen yang agresif dari lingkungannya.

Bahan atau zat – zat kimia yang memiliki potensial untuk dikembangkan

sebagai inhibitor sangat banyak namun dari kalangan industri masih tetap

menggunakan dan mempercayai inhibitor sintetis. Inhibitor sintetis masih

dipercaya karena memiliki kemampuan untuk melindungi dari korosi yang

sangat baik serta mudah didapat namun dibalik kelebihan tersebut masih

terdapat kekurangan dimana jenis inhibitor ini memiliki bahaya keamanan

dan kesehatan dari penggunaan secara terus menerus.

Sudah saatnya kita “kembali ke alam”, itu merupakan istilah yang saat ini

hangat di dengar oleh masyarakat. Istilah ini dikampanyekan untuk

mengajak masyarakat menggunakan bahan – bahan dari alam untuk

berbagai bidang termasuk inhibitor. Inhibitor yang berasal langsung dari

alam disebut dengan inhibitor organik dimana aman untuk kesehatan dan

juga untuk lingkungan.

Inhibitor ekstrak bahan alam mengandung atom N, O, P, S, dan atom-atom

yang memiliki pasangan elektron bebas[3]

Atom ini akan berfungsi sebagai

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 19: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

4

Universitas Indonesia

ligan dalam pembentukan senyawa kompleks dimana senyawa kompleks

dapat membentuk lapisan untuk menghambat proses oksidasi[4]

. Dari

beberapa hasil penelitian seperti Fraunhofer (1996), ekstrak daun

tembakau, teh, dan kopi dapat efektif sebagai inhibitor pada sampel logam

besi, tembaga, dan alumunium dalam medium larutan garam. Keefektifan

ini diduga karena ekstrak daun tembakau, teh, dan kopi memiliki unsur

nitrogen yang berfungsi sebagai pendonor elektron terhadap logam Fe2+

untuk membentuk senyawa kompleks. Sudrajat dan Ilim (2006) juga

mengemukakan bahwa ekstrak daun tembakau, lidah buaya, daun pepaya,

daun teh, dan kopi dapat efektif menurunkan laju korosi mild steel dalam

medium air laut buatan yang jenuh CO2.

Untuk mendapatkan tujuan dari penelitian ini, maka diadakan pengujian

dalam skala laboratorium dengan menggunakan material baja low carbon

dalam lingkungan NaCl 3.5 % dengan mengguanakan inhibitor ektrak

bunga rosella yang mengandung zat anti oksidan Antosianin yang

diasumsikan dapat menekan laju korosi.

1.2. Perumusan Masalah

Korosi merupakan masalah penting dan cukup besar pada berbagai bidang

terutama pada bidang industri minyak dan gas. Korosi yang terjadi pada

bidang perminyakan biasanya terjadi pada daerah laut. Air laut merupakan

lingkungan yang korosif yang dapat merusak atau menurunkan kuatias dari

material. Peralatan yang dapat rusak akibat aplikasi di air laut seperti pipa

elbow, suction pump, dll. Biasanya pada minyak mentah memiliki

kontaminasi yang ikut terbawa salah satunya air laut yang ikut masuk ke

pipa. Air laut ini dapat menyebabkan korosi pada pipa elbow ini yang

akhirnya dapat menyebabkan kebocoran dan mengganggu produksi.

Pencegahan yang dilakukan dari dalam pipa yaitu penggunaan

inhibitor kedalam pipa tersebut. Inhibitor adalah suatu zat kimia yang

dapat mengubah kondisi lingkungan kerja dan ditambahkan dalam jumlah

sedikit baik secara kontinyu maupun periodik.

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 20: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

5

Universitas Indonesia

Inhibitor yang banyak digunakan saat ini merupakan inhibitor anorganik

atau sintetis. Inhibitor sintetis memiliki mekanisme yang sama yaitu

membentuk senyawa kompleks seperti nitrit, kromat, fosfat, urea,

fenilalanin, inidazolin, dan senyawa amina. Namun bahan sintetis

merupakan berasal dari bahan kimia buatan yang memiliki efek samping

akan bahayanya. Selain itu dari faktor ekonomis, bahan – bahan inhibitor

sintetis harganya relatif mahal dan tidak ramah lingkungan. Inhibitor

anorganik jarang dipakai untuk sistem proses yang berhubungan langsung

dengan manusia seperti pengolahan air bersih, sistem pendingin, dll.

Pada percobaan pada kali ini digunakan air laut buatan dimana air laut

buatan ini memiliki agresifitas yang lebih besar dibandingkan dengan air

laut alami.Hal ini karena pada air laut alami masih terdapat ion Mg2+

dan

Ca2+

.Keberadaan ion ini bisa memperkecil laju korosi akibat

kemampuannya dalam membentuk lapisan CaCO3 dan Mg (OH)2

dipermukaan material hasil dari reaksi katodik oksigen dipermukaan

logam.

Pengujian korosi dengan inhibitor ini menggunakan teknik tahanan

polarisasi (Polarisation Resistance) dimaksudkan untuk melihat ketahanan

sampel terhadap oksidasi ketika diberi potensial luar. Tahanan polarisasi

merupakan metoda yang cepat untuk menentukan laju korosi tanpa

merusak logam dan hasil pengukuran lebih akurat dan inhibitor yang akan

diteliti adalah inhibitor ekstrak dari bunga rosella yang merupakan

tumbuhan yang kaya akan zat anti-oksidan. Pemilihan inhibitor teh bunga

rosella ini didasarkan karena penggunaannya yang aman, mudah didapat,

bersifat biodegradable, murah, dan ramah lingkungan.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh bunga rosella sebagai inhibitor organik pada

lingkungan air laut

2. Mengetahui efisiensi bunga rosella sebagai suatu inhibitor organik

terhadap variabel konsentrasi dari inhibitor.

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 21: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

6

Universitas Indonesia

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

1. Material yang digunakan adalah baja low carbon dengan kondisi

awal yang dianggap sama untuk variabel volume inhibitor uji yang

berbeda;

2. Perhitungan corrosion rate menggunakan metode polarisasi yaitu

dengan software CMS 100.

3. Luas permukaan sampel polarisasi adalah ± 1 cm2

sesuai dengan

standar ASTM G59

4. Inhibitor organik yang digunakan adalah ekstrak teh bunga rosella

dengan variasi volume 2 ml, 4 ml, 6 ml, dan 8ml.

5. Larutan yang digunakan adalah NaCl 3,5 % (kondisi air laut).

1.5. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan ini, sistematika penulisan disusun agar konsep

dalam penulisan skripsi menjadi berurutan sehingga akan didapat kerangka

alur pemikiran yang mudah dan praktis. Sistematika tersebut dapat

diartikan dalam bentuk banyak bab-bab yang saling berkaitan dengan yang

lain. Bab-bab tersebut diantaranya :

Bab 1 Pendahuluan

Membahas mengenai latar belakang penulisan, perumusan masalah, tujuan

penelitian, ruang lingkung penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab 2 Teori Penunjang

Membahas mengenai teori korosi secara umum baik pengertian dan jenis –

jenis korosi perlindungan terhadap korosi, polariasi, aspek dan teoritis

inhibitor, dan korosi pada lingkungan air laut

Bab 3 Metodologi Penelitian

Membahas mengenai diagram alir penelitian, alat dan bahan yang

diperlukan untuk penelitian, dan prosedur penelitian.

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 22: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

7

Universitas Indonesia

Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Membahas mengenai pengolahan data yang didapat dari penelitian serta

menganalisa hasil penelitian bai berupa angka, gambar, dan grafik, serta

membandingkan dengan teori dan literatur

Bab 5 Penutup

Membahas mengenai kesimpulan dari hasil penelitian yang telah

dilakukan serta saran-saran yang bisa dimanfaatkan berdasarkan hasil

penelitian.

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 23: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

8 Universitas Indonesia

BAB 2

TEORI PENUNJANG

2.1 Pengertian Korosi

2.1.1 Definisi Korosi

Korosi adalah hasil reaksi kimia merusak antara paduan logam atau logam

dan lingkungannya[1]

. Korosi dapat juga diartikan sebagai serangan yang

merusak logam karena logam bereaksi secara kimia atau elektrokimia

dengan lingkungan. Ada definisi lain yang mengatakan bahwa korosi adalah

kebalikan dari proses ekstraksi logam dari bijih mineralnya. Contohnya,

bijih mineral logam besi di alam bebas ada dalam bentuk senyawa besi

oksida atau besi sulfida, setelah diekstraksi dan diolah, akan dihasilkan besi

yang digunakan untuk pembuatan baja atau baja paduan. Selama pemakaian,

baja tersebut akan bereaksi dengan lingkungan yang menyebabkan korosi

(kembali menjadi senyawa besi oksida). Korosi atau secara awam lebih

dikenal dengan istilah pengkaratan merupakan fenomena kimia padabahan-

bahan logam di berbagai macam kondisi lingkungan. Penyelidikan tentang

sistem elektrokimia telah banyak membantu menjelaskan mengenai korosi

ini, yaitu reaksi kimia antara logam dengan zat-zat yang ada di sekitarnya

atau dengan partikel-partikel lain yang ada di dalam matrik logam itu

sendiri. Jadi dilihat dari sudut pandang kimia, korosi pada dasarnya

merupakan reaksi logam menjadi ion pada permukaan logam yang kontak

langsung dengan lingkungan berair dan oksigen

Jenis-jenis korosi dapat diklasifikasikan menurut mekanisme terjadinya

korosi, jenis-jenis tersebut antara lain[1]

:

1. Korosi Atmosferis

Korosi ini terjadi akibat proses elektrokimia antara dua logam yang

berbeda potensial dan langsung berhubungan dengan udara terbuka

2. Korosi Merata

Korosi ini adalah korosi yang terjadi secara merata dipermukaan. Bentuk

korosi ini mudah diprediksi karena kecepatan atau laju korosi di setiap

permukaan adalah sama.

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 24: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

9

Universitas Indonesia

Korosi ini adalah korosi yang terjadi secara merata dipermukaan. Bentuk

korosi ini mudah diprediksi karena kecepatan atau laju korosi di setiap

permukaan adalah sama.

1. Korosi Galvanis

Korosi ini terjadi akibat dua logam atau lebih yang memiliki potensial

reduksi berbeda dihubungkan atau terhubung. Menurut deret volta / deret

galvanik, material yang memiliki potensial reduksi yang lebih kecil akan

mengalami korosi.

2. Crevice corrosion

Korosi ini terjadi karena terdapat celah antara 2 logam sejenis yang

digabungkan. Sehingga terbentuk kadar oksigen yang berbeda diantara

area di dalam celah dan diluarnya, sehingga akan menyebabkan korosi.

3. Pitting Corrosion

Korosi yang terjadi akibat rusaknya lapisan pasif di satu titik karena

pengaruh dari lingkungan korosif. Contoh lingkungan korosif tersebut

seperti pada air laut. Air laut yang mengandung Ion Cl- akan menyerang

lapisan pasif dari logam. Ketika terjadi permulaan pitting pada satu titik

di permukaan lapisan pasif, maka ion Cl- akan terkonsentrasi menyerang

pada permukaan lapisan pasif yang terjadi pitting terlebih dahulu

sehingga pitting akan menjadi dalam. Pecahnya lapisan pasif

mengakibatkan gas hidrogen dan oksigen mudah masuk dan

mengkorosikan material tersebut.

4. Stress Corrosion Cracking (SCC)

Korosi terjadi karena adanya tegangan beban tarik pada suatu material di

lingkungan korosif. Logam pertama-tama akan terkena korosi pada suatu

titik, dan kemudian akan terbentuk retakan. Retakan ini akan menjalar

dan dapat menyebabkan kegagalan pada komponen tersebut. Sifat yang

khas dari korosi ini adalah crack yang berbentuk akar serabut.

5. Corrosion Fatigue Cracking (CFC)

Korosi terjadi karena adanya tegangan beban fatik pada suatu material di

lingkungan korosif. Hal ini sewaktu-waktu akan menyebabkan material

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 25: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

10

Universitas Indonesia

tersebut akan terkena korosi pada satu titik yang menyebabkan crack

yang menjalar berbentuk tidak serabut.

6. Korosi Erosi

Korosi yang terjadi karena adanya fluida korosif yang mengalir pada

permukaan material. Fluida tersebut dapat berupa fluida liquid maupun

gas dengan kecepatan tinggi. Karena kecepatan tinggi dari fluida korosif

yang mengalir, terjadi efek keausan mekanis atau abrasi. Lapisan pasif

atau pun coating pada permukaan material akan terkikis, sehingga

kemungkinan terjadinya korosi semakin besar.

7. Hydogen Induced Cracking (HIC)

Korosi terjadi karena adanya tegangan internal pada suatu material

karena adanya molekul-molekul gas hidrogen yang berdifusi ke dalam

struktur atom logam. Hidrogen dapat terbentuk akibat reduksi H2O

ataupun dari asam. Penetrasi hidrogen ini akan menyebabkan korosi

pada material, dan kemudian terjadi perpatahan getas.

8. Korosi batas butir

Korosi terjadi akibat chrome pada sekitar batas butir membentuk

presipitat chromium karbida di batas butir. Kemudian akan terjadi crack

yang menjalar sepanjang batas butir.

Dalam mekanisme korosi ada 4 komponen penting yang harus ada untuk

terjadinya korosi yaitu[5]

:

1. Anoda, merupakan bagian logam yang berfungsi sebagai elektroda,

dimana terjadi reaksi anodik. Reaksi anodik adalah reaksi yang

menghasilkan elektron.

M → M+n

+ ne-

( n adalah valensi logam )

2. Katoda, merupakan elektroda yang mengalami reaksi katodik yang

mengkonsumsi electron hasil dari reaksi anodik.

3. Penghantar listrik, dimana diantara katoda dan anoda harus terdapat

kontak listrik agar arus dalam sel korosi dapat mengalir.

4. Elektrolit, merupakan suatu media yang bersifat menghantarkan arus

listrik seperti air dan tanah.

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 26: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

11

Universitas Indonesia

2.2. Mekanisme Korosi Dalam Lingkungan Aqueous

2.2.1 Reaksi Elektrokimia Korosi

Pada reaksi korosi,reaksi elektrokimia memegang peranan yang sangat

penting,karena dengan reaksi ini bisa mengakibatkan adanya proses transfer

elektron yang membuat rekasi elektrokimia bisa terjadi. Reaksi elektrokimia

meliputi reaksi anodik dan reaksi katodik.Reaksi tersebut digambarkan

dibawah ini:

Reaksi Anodik : M Mn+

+ne- (1)

Reaksi Katodik : Mn+

+ ne-

M (2)

Reaksi oksidasi adalah reaksi yang menghasilkan pelepasan elektron dan

berakibat terbentuknya ion-ion positif. Logam yang mengalami reaksi ini

disebut sebagai anoda. Reaksi oksidasi pada logam M adalah[5]

:

M → M z+

+ ze-

(reaksi pembentukan ion-ion positif logam)

Reaksi reduksi adalah reaksi yang menghasilkan penangkapan elektron.

Logam yang mengalami reaksi ini disebut sebagai katoda. Reaksi reduksi yang

sering terjadi adalah[5]

:

2 H+ + 2e → H2 (reaksi pembentukan hidrogen)

O2 + 4H+ + 4e → 2 H2O (reaksi reduksi oksigen dalam larutan asam)

O2 + 2 H2O + 4e → 4 OH− (reaksi reduksi oksigen dalam larutan

basa/netral)

M3+

+ e → M2+

(reaksi reduksi logam)

M+ + e → M (deposisi logam)

2.2.2 Korosi Air

Korosi dalam air sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang utama di

antaranya: kadar dan jenis garam, tekanan (mempengaruhi kelarutan gas-gas

dalam air), kelarutan oksigen atau gas-gas reaktif, pergerakan/kecepatan

aliran, pH, dan temperatur. Beberapa komponen tersebut ada yang saling

menguatkan dan ada pula yang saling melemahkan. Proses korosi sangat

tergantung pada ada atau tidaknya elektrolit sebagai media penghantar arus

dan pertukaran ion antara daerah anodik dengan katodik [1]

.

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 27: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

12

Universitas Indonesia

Air dapat menjadi media elektrolit yang kuat/agresif, jika mengandung ion-ion

reduktan dan oksidan, namun dapat pula menjadi media elektrolit yang tidak

agresif. Sifat air sebagai pelarut universal menjadikan material ini mudah

untuk menjadi korosif jika terdapat partikel ionik ataupun gas yang terlarut di

dalamnya.

Korosi dalam air sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang utama di

antaranya: temperatur, kadar dan jenis garam, tekanan (mempengaruhi

kelarutan gas-gas dalam air), kelarutan oksigen atau gas-gas reaktif,

pergerakan/kecepatan aliran, dan PH. Beberapa komponen tersebut ada yang

saling menguatkan dan ada pula yang saling melemahkan[6]

.

2.3. Pengaruh Kadar NaCL Terhadap Laju Korosi

Garam dalam larutan akan terurai menjadi anion dan kation pembentuknya,

sehingga dalam larutan tersebut akan terbentuk ion-ion yang kekurangan dan

kelebihan elektron. Ion-ion tersebut yang menjadikan larutan menjadi mudah

untuk menghantarkan arus listrik[5]

. Oleh karena itu, nilai konduktifitas suatu

larutan akan berbanding lurus dengan nilai konsentrasi garam yang terlarut.

Proses korosi dalam satu sisi merupakan proses elektrokimia yang bergantung

kepada konduktifitas dari elektrolit tempat dia terjadi. Air demineral memiliki

konduktifitas larutan yang lebih rendah dibandingkan air laut[7]

, sehingga pada

umumnya laju korosi logam dalam air laut lebih tinggi daripada air demineral.

Sebagaimana disebutkan sebelumnya kelarutan oksigen dalam air

mempengaruhi proses korosi logam, namun dengan adanya ion-ion terlarut

lainnya dalam air tersebut, kelarutan oksigen akan semakin berkurang.

Sebagai contoh, semakin tinggi ion Cl- akan semakin rendah kelarutan

oksigen dalam fluida tersebut. Pada beberapa literatur disebutkan bahwa

kelarutan optimum oksigen dalam air untuk terjadinya proses korosi berada

pada konsentrasi ion Cl 3%. Kondisi tersebut ditunjukkan pada Gambar 2.3

dimana suatu percobaan membuktikan bahwa laju korosi optimum baja karbon

berada pada konsentrasi NaCl sebesar 3 – 3.5% berat.

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 28: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

13

Universitas Indonesia

Gambar 2.1. Pengaruh kadar ion Cl- terhadap laju korosi[5]

.

Pada beberapa jenis logam yang mengalami pembentukan lapisan pasif

oksida, ion Cl- dapat menyebabkan proses korosi lokal, seperti korosi sumuran

(pitting). Ion klorida dapat menyebabkan pitting pada baja karbon di atas pH

10 dan 25°C[8]

.

2.4. Pengaruh pH pada Terhadap Laju Korosi

Salah satu pengaruh lingkungan pada korosi baja yaitu pH. Perubahan pH

suatu larutan akan menimbulkan kecenderungan korosi yang berbeda-beda

pada potensial tertentu. Semakin kecil pH maka semakin korosif lingkungan,

sehingga logam akan lebih mudah terkorosi.

Menurut Kamus Inggris Compact Oxford, "p" adalah singkatan kata dari

bahasa Jerman untuk potenz, "kekuasaan", sehingga pH adalah singkatan

untuk "kekuatan hidrogen"[20]

. Sebuah pH lebih tinggi berarti ada lebih sedikit

ion hidrogen bebas, dan bahwa perubahan satu unit pH mencerminkan sepuluh

kali lipat perubahan konsentrasi ion hidrogen[9]

.

Kondisi pH rendah pada lingkungan asam jelas mempercepat korosi dengan

menyediakan pasokan berlimpah ion hidrogen bebas. Meskipun air bahkan

benar-benar murni mengandung beberapa ion hidrogen bebas, karbon dioksida

bebas dalam air dapat memperbanyak konsentrasi ion hidrogen berkali-kali.

Pengaruh pH pada proses korosi dapat dilihat pada Diagram Pourbaix (gambar

2.4) berikut[9]

:

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 29: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

14

Universitas Indonesia

Gambar 2.2. Diagram Pourbaix Fe pada 25˚C

Pada Diagram Pourbaix diatas, terdapat daerah-daerah yang terdiri dari tiga

bagian, yaitu :

Daerah imun yaitu daerah dimana logam tetap dalam keadaannya untuk

logam murni dan logam Fe tidak mengalami korosi (wilayah berwarna

abu-abu).

Daerah korosi (aktif) yaitu dimana logam Fe akan membentuk ion logam

yang larut dalam elektrolit (wilayah berwarna putih).

Daerah pasif yaitu daerah dimana logam Fe akan terkorosi secara lambat

karena pada permukaan logam Fe akan membentuk lapisan pasif yang

menghambat laju korosi (wilayah berwarna orange dan hitam).

Adapun sifat karakteristik logam Fe pada masing-masing kondisi

lingkungan dengan tingkat keasaman (pH) yang berbeda adalah sebagai

berikut :

Pada lingkungan pH rendah (asam), logam Fe akan berada pada

kondisi imun. Tetapi jika logam Fe berada pada nilai potensial

yang tinggi maka logam Fe memiliki kecenderungan untuk

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 30: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

15

Universitas Indonesia

terkorosi secara merata membentuk ion Fe2+

dan ion Fe3+

. Reaksi

yang terjadi adalah :

Reaksi Oksidasi (Anoda) : Fe Fe2+

+ 2e-

Reaksi Reduksi (Katoda) : 2H+ + 2e

- H2

Pada lingkungan pH tinggi (basa), logam Fe akan berada pada

daerah imun, yaitu terbentuk lapisan pasif berupa Fe2O3. Tetapi

terdapat pula daerah aktif terkorosi dimana akan terbentuk HFeO2-

Reaksi Oksidasi (Anoda) : Fe Fe2+

+ 2e-

Reaksi Reduksi (Katoda) : O2 + H2O + 2e- 2OH

-

Pada lingkungan pH Netral, Logam Fe akan berada dalam daerah

imun dan membentuk lapisan pasif berupa Fe2O3 dan berupa

Fe3O4. Tetapi pada daerah ini, kemungkinan logam Fe berada pada

daerah aktif terkorosi masih ada. Pada daerah pasif material

tersebut tetap terkorosi, tetapi laju korosinya sangat lambat akibat

adanya lapisan pasif.

Biasanya nilai pH pada air (elektrolit) dapat berbeda dengan pH aktual di

permukaan logam tergantung dari reaksi yang terjadi di permukaan. Reduksi

oksigen akan menghasilkan ion OH- yang dapat meningkatkan nilai pH,

namun di bawah deposit produk korosi, nilai pH dapat ditekan. Ketika pH air

(elektrolit) moderate (pH = 5), korosi uniform merupakan serangan dominan

yang akan semakin meningkat dengan penurunan pH. Pada pH 4 atau < 4,

maka lapisan oksida protektif, terlarut dan terekspos di permukaan metal.

Korosi akan semakin cepat terjadi karena kadar oksigen terlarut berkurang

pada permukaan logam di pH rendah. Kedua reaksi yaitu evolusi hidrogen dan

reduksi oksigen menjadi reaksi katodik. Pada peningkatan pH di atas 4, besi

oksida terpresipitasi dari larutan ke bentuk deposit. Korosi uniform secara

tiba-tiba menurun, namun di bawah deposit mulai terbentuk Fe2O3 di

permukaan metal. Reaksi anodiknya adalah sebagai berikut[12]

.

1. Fe + 3H2O Fe(OH)3 + 3H+

+ 3e-

2. Fe + 2H2O FeO(OH) + 3H+ +3e

-

3. Fe + 3/2H2O Fe2O3 + 3H+ + 3e

-

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 31: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

16

Universitas Indonesia

Deposit tersebut bersifat sebagai penahan difusi oksigen ke permukaan logam.

Pada peningkatan pH, deposit oksida besi berubah dari sedikit bersifat

adherent di pH 6 menjadi keras dan kuat pada pH > 8. Pada kondisi asam kuat

(pH < 4), besi atau baja karbon memperlihatkan ketergantungan kompleks laju

korosi terhadap pH. Pada pH rendah, mekanisme korosi tidak hanya

tergantung konsentrasi ion hidrogen, tetapi juga kehadiran ion-ion atau

komponen larutan lainnya (komponen yang ada dalam larutan)[12]

.

Mekanisme korosi baja pada HCl yaitu laju korosi tinggi pada semua

konsentrasi asam di pH < 3. Adanya ion klorida berfungi mempercepat laju

korosi. Disamping itu, laju korosi meningkat dengan adanya konsentrasi ion

hidrogen (terjadi penurunan pH). Tinggi rendahnya laju korosi yang terjadi

berdasarkan variabel pH untuk baja yaitu, laju korosi meningkat pada pH yang

sangat rendah, laju korosi tidak tergantung pH pada range pH netral, laju

korosi menurun dengan peningkatan pH, dan akhirnya laju korosi meningkat

kembali pada pH yang sangat rendah[12]

. Pengaruh pH terhadap korosi pada

baja di lingkungan air teraerasi terlihat pada Gambar 2.2. Reaksi anodik pada

baja karbon yaitu :

Fe Fe2+

+ 2e–

Reaksi tersebut berlaku untuk semua pH. Namun, laju korosi bervariasi dan

cenderung berubah pada reaksi reduksi di katodik. Pada intermediate, range

pH 4-10, deposit besi oksida porous muncul di sekeliling permukaan dan

dipertahankan sekitar pH 9.5. Laju korosi mendekati konstan dan ditentukan

dengan difusi pelarutan oksigen uniform melewati deposit pada intermediate

range pH tersebut. Pada permukaan metal di bawah deposit, oksigen direduksi

secara katodik dengan reaksi di larutan asam sebagai berikut[1]

:

O2 + 2H2O + 4e- 4OH

-

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 32: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

17

Universitas Indonesia

Gambar 2.3 Pengaruh pH pada korosi aqueous baja, menggunakan HCl dan NaOH untuk

mengontrol pH di dalam air yang mengandung oksigen terlarut[21]

Difusi pelarutan oksigen, mengontrol laju korosi pada level konstan di range

pH 4-10. Dengan demikian, variabel metalurgi yang mempengaruhi reaksi

anodik baja karbon tidak memberikan dampak terhadap laju korosi. Hal ini

tidak berlaku untuk pH < 4, dimana reaksi katodik H+ berada di bawah kondisi

aktivasi. Fasa karbida memperlihatkan overvoltage yang rendah (laju korosi

lebih tinggi) untuk reduksi H+. Pada larutan yang lebih asam dengan pH < 4

(ada oksigen terlarut), oksida akan terlarut dan proses korosi akan meningkat,

mengarah pada reduksi H+, reaksinya sebagai berikut

[1] :

2H+ + 2e

- H2

Ketiadaan deposit di permukaan metal dapat meningkatkan akses pelarutan

oksigen, sehingga menyebabkan laju korosi baja meningkat. Pelarutan oksigen

merupakan reaksi reduksi katodik dalam asam dengan penambahan oksigen

terlarut berdasarkan reaksi yaitu[1]

:

O2 + 4H+ + 4e

- 2H2O

Sedangkan pada pH > 10, laju korosi rendah mengarah ke pembentukan film

besi oksida dengan adanya pelarutan oksigen. Sedangkan pada pH di atas 14

tanpa adanya oksigen yang terlarut, laju korosi kemungkinan meningkat

karena ion ferrite HFeO2- terbentuk

[1]. Pada range pH 4-10, laju korosi tidak

tergantung oleh pH yang dikontrol difusi oksigen. Pada pH < 4 evolusi

hidrogen merupakan faktor pengontrol laju korosi. Sedangkan pada pH > 10,

Evolusi H2 mulai

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 33: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

18

Universitas Indonesia

laju korosi menurun karena pasivasi di permukaan yang disebabkan oleh

adanya oksigen dan alkalis[13]

.

Poin penting bahwa pH berpengaruh terhadap korosi baja karbon pada pH

rendah bukan hal sederhana. Hal tersebut dikarenakan persamaan kinetik

berhubungan dengan laju korosi. Selain itu, misalnya adanya ion tambahan

seperti ion Cl- kemungkinan meningkatkan timbulnya localized attack

contohnya pitting, crevice corrosion, dan SCC (Stress Corrosion Cracking).

Jadi, pengaruh variabel pH terhadap proses korosi sangatlah kompleks[14]

.

2.5. Korosi pada Baja karbon Rendah

Baja karbon rendah adalah baja dengan kadar karbon sekitar 0,05-1%. Baja

karbon rendah memiliki elemen paduan lain, sekitar 2%, yang sebagian besar

meningkatkan sifat mekanisnya. Baja karbon rendah relatif murah, namun

kualitas kekuatan dan kekerasannya bisa didapatkan melalui variasi

kandungan karbon, unsur paduan, dan perlakuan panas yang diberikan.

Penambahan elemen paduan seperti Cu, Ni, Si, dan Cr pada baja karbon

rendah menunjukkan pengaruh terhadap korosi. Unsur-unsur tersebut dapat

meningkatkan ketahanan korosi[10]

. Sedangkan penambahan unsure Si, Ti, S,

Se, dan C akan menurunkan ketahanan korosi[10]

.

Tabel 2.1. Produk korosi pada baja[11]

Senyawa Warna Oksida Ket.

Fe2O3.H2O

Fe(OH)3

Merah kecoklatan Fe3+

Hematite

Fe3O4 Hitam Fe2+/3+

Magnetite/lodestone

Fe(OH)2 Biru/Hijau Fe2+

Dapat larut, warna dapat

berubah sesuai

tingkat keasaman (pH)

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 34: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

19

Universitas Indonesia

FeO Hitam Fe2+

Pyrophoric

2.6. Pengaruh Oksigen Terlarut terhadap Korosi Aqueous Baja

Efek oksigen terlarut terlihat pada Gambar 2.3, dimana laju korosi meningkat

dari tahap awal sampai ke tahapan tertentu, lalu turun. Penurunan laju korosi

tersebut mengarah kepada terbentuknya lapisan pasif di permukaan[20]

. Proses

korosi pada besi atau baja pada temperatur kamar membutuhkan oksigen

terlarut pada larutan netral dan alkali seperti yang terlihat pada Gambar 2.3.

Film protektif magnetite (a-Fe2O3) akan stabil tanpa kehadiran oksigen.

Adanya proses agitasi ataupun stirring, dapat meningkatkan transport

pelarutan oksigen dan meningkatkan laju korosi. Peningkatan temperatur

awalnya meningkatkan laju korosi mencapai dua kali lipat dengan kenaikan

temperatur setiap 30oC, namun pada temperatur > 80

o C, solubility dari

pelarutan oksigen dapat menurunkan laju korosi[15]

.

Perbedaan transport oksigen terlarut menghasilkan perbedaan sel differensiasi

aerasi, yang akan menghasilkan korosi terlokalisasi pada permukaan besi atau

baja pada temperatur kamar. Oksigen terlarut sering mempunyai variabel

access untuk tujuan berbeda pada permukaan yang lebih besar. pH yang lebih

rendah terdapat di daerah anoda (di bawah deposit karat oksida) sedangkan di

sekelilingnya merupakan daerah katoda (ber-pH tinggi) yang dihasilkan dari

reaksi reduksi oksigen terlarut[16]

. Apabila dibandingkan dengan logam non-

ferrous, seperti copper dan zinc, maka perilaku korosi pada baja karbon sedikit

sensitif terhadap kualitas air. Hal ini sesuai dengan fakta bahwa produk dari

reaksi anodik pada baja karbon bersifat tidak protektif. Laju korosi pada baja

dikontrol oleh proses katodik, yaitu suplai oksigen terlarut[10]

.

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 35: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

20

Universitas Indonesia

Gambar 2.4. Pengaruh oksigen terlarut pada korosi baja karbon rendah di air destilasi (temperatur

25oC dan perendaman 48 jam) yang mengandung 165 ppm CaCl2

[15]

Oksigen terlarut dapat merusak lapisan protektif hidrogen yang terbentuk pada

permukaan kebanyakan logam, dan mengoksidasi ion-ion terlarut ke bentuk

yang sukar larut. Oksigen dapat meningkatkan kecepatan korosi dengan 2

cara, yaitu[15]

:

a) Pertama oksigen bertindak sebagai depolarizer seperti diperlihatkan

Gambar 2.5. Artinya oksigen dengan mudah berikatan dengan atom

hidrogen pada katoda sehingga reaksi korosi terjadi dengan kecepatan

yang sama dengan kecepatan difusi oksigen ke permukaan katoda. Tanpa

oksigen, energi untuk terjadinya evolusi gas hidrogen menjadi penghambat

kecepatan korosi yang terjadi

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 36: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

21

Universitas Indonesia

Gambar 2.5 Oksigen sebagai depolarizer[20]

.

b) Kedua, oksigen mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ sehingga membentuk

Fe(OH)3 yang sukar larut (pada pH = 3).

Gambar 2.6 Pembentukan Fe(OH)3 yang sukar larut[20]

.

Pada suatu sistem yang memiliki perbedaan oksigen terlarut di permukaannya,

proses korosi (oksidasi) akan meningkat di daerah yang memiliki kelarutan

oksigen terendah. Sehingga padatan, kerak, atau produk sampingan korosi

yang dapat menurunkan konsentrasi oksigen menyebabkan korosi terlokalisir.

Oksigen terlarut dapat menyebabkan korosi yang cukup parah hanya pada

konsentrasi 40 ppb, sehingga pada umumnya pemakaian kelarutan oksigen

dibatasi hingga 20 – 30 ppb[15]

.

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 37: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

22

Universitas Indonesia

Laju korosi dapat meningkat dengan kenaikan kelarutan oksigen seperti

terlihat pada Gambar 2.7. Pada gambar tersebut menunjukkan peningkatan

temperatur akan meningkatkan laju korosi baja karbon akibat kinetika reaksi

yang lebih cepat[5]. Terlihat jelas walaupun pada kelarutan oksigen yang

sama, perbedaan temperatur menghasilkan laju korosi yang berbeda.

2.7. Inhibitor

Perlakuan kimia untuk perlindungan korosi pada bagian internal. Ditambahkan

dalam lingkungan dengan jumlah yang sedikit (ppm atau mg/liter), umumnya

10-100 ppm, sehingga dapat mengubah sedikit permukaan material. Inhibitor

berasal dari kata inhibisi, yang artinya menghambat. Jadi, inhibitor

ditambahkan untuk menghambat reaksi antarmuka antara material dengan

lingkungan. Adapun pembagian inhibitor sebagai berikut[17]

:

a) Interfasa inhibisi interaksi inhibitor dengan permukaan logam

membentuk lapisan tipis (presipitasi).

b) Interfasa inhibisi penurunan tingkat korosifitas lingkungan, misalnya :

pengurangan kadar oksigen, netralisasi gas yang bersifat asam, pengaturan

pH.

Adapun mekanisme kerja inhibitor secara umum dapat dibedakan sebagai

berikut[18]

:

1. Inhibitor teradsorpsi pada permukaan logam, dan membentuk suatu

lapisan tipis dengan ketebalan beberapa molekul inhibitor. Lapisan ini

tidak dapat dilihat oleh mata biasa, namun dapat menghambat

penyerangan lingkungan terhadap logamnya.

2. Melalui pengaruh lingkungan (misal pH) menyebabkan inhibitor dapat

mengendap dan selanjutnya teradsopsi pada permukaan logam serta

melidunginya terhadap korosi. Endapan yang terjadi cukup banyak,

sehingga lapisan yang terjadi dapat teramati oleh mata.

3. Inhibitor lebih dulu mengkorosi logamnya, dan menghasilkan suatu zat

kimia yang kemudian melalui peristiwa adsorpsi dari produk korosi

tersebut membentuk suatu lapisan pasif pada permukaan logam.

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 38: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

23

Universitas Indonesia

4. Inhibitor menghilangkan kontituen yang agresif dari lingkungannya.

Berdasarkan sifat korosi logam secara elektrokimia, inhibitor dapat

mempengaruhi polarisasi anodik dan katodik. Bila suatu sel korosi dapat

dianggap terdiri dari empat komponen yaitu: anoda, katoda, elektrolit dan

penghantar elektronik, maka inhibitor korosi memberikan kemungkinan

menaikkan polarisasi anodik, atau menaikkan polasisasi katodik atau

menaikkan tahanan listrik dari rangkaian melalui pembentukan endapan

tipis pada permukaan logam. Mekanisme ini dapat diamati melalui suatu

kurva polarisasi yang diperoleh secara eksperimentil.

2.7.1 Jenis-jenis Inhibitor Korosi

Secara garis besar jenis-jenis inhibitor korosi dibagi berdasarkan mekanisme

inhibisinya, yaitu sebagai berikut[19]

:

1. Inhibitor Anodik (passivasi)

Seperti namanya anodic inhibitor bekerja dengan menghambat terjadinya

reaksi anodik. Inhibitor jenis ini bekerja dengan mengubah sifat permukan

logam menjadi pasif. Terdapat dua jenis inhibitor anodik yaitu [19]

:

Oxidizing ion yang bisa membentuk perlindungan pada logam

tanpa membutuhkan oksigen, contoh inhibitor jenis ini adalah

inhibitor berbasis nitrat, kromat, dan nitrit.

Non-Oxidizing ion adalah jenis inhibitor anodik yang membentuk

lapisan pasif pada permukaan anoda dengan membutuhkan

kehadiran oskigen seperti oshphate, tungsten, molybdate.

Inhibitor jenis ini biasa digunakan pada aplikasi recirculation-cooling

systems, rectrifier dan cooling tower. Kelemahan dari jenis inhibitor ini

adalah jumlah inhibitor yang terkandung dalam larutan harus terjaga

dengan baik. Sebab jika kandungannya menurun dari batas akan membuat

korosi jadi semakin cepat terjadi, serta dapat membuat korosi sumuran

(pitting corrosion)

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 39: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

24

Universitas Indonesia

Gambar 2.7. Pengaruh Penambahan inhibitor anodik pada suatu material [19]

2. Inhibitor Katodik

Inhibitor jenis ini adalah inhibitor yang bekerja dengan cara

memperlambat laju korosi melalui penghambatan proses katodik. Salah

satunya adalah dengan cara presipitasi di permukaan material agar

menghasilkan tahanan dan impedansi dipermukaan katoda, atau dengan

cara memperkecil kemampuan difusi zat yang akan tereduksi. Inhibitor

katodik terbagi atas beberapa jenis berdasarkan mekanisme inhibisi-nya

yaitu[19]

:

Racun katodik (Cathodic Posions), yang dapat menghambat reaksi

evolusi hidrogen.

Katodik Presipitasi (Cathodic Precipitate) seperti Natrium,

Magnesium, Zinc yang membentuk lapisan presiptat oksida di

permukaan material.

Oxygen Scavenger yang menghambat laju korosi dengan cara

megurangi kadar oksigen dalam larutan yang bisa membuat efek

depolarisasi contoh dari jenis oxygen scavenger ini antara lain

hydrazine, DEHA, Natrium sulfit, dan ascorbic acid.

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 40: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

25

Universitas Indonesia

Gambar 2.8 Pengaruh penambahan inhibitor katodik pada material [19]

3. Inhibitor Organik

Inhibitor organik memiliki keunikan karena pada inhibitor jenis ini efek

katodik dan anodik juga sering muncul. Inhibitor jenis ini melindungi

logam dengan cara membentuk lapisan tipis (film) yang bersifat hidrofobik

sebagai hasil adsorpsi ion inhibitor oleh permukaan logam. Lapisan ini

akan memisahkan permukaan logam dengan elektrolitnya, sehingga reaksi

reduksi dan oksidasi pada proses korosi dapat terhambat. Contoh dari

inhibitor organik ini adalah gugus kimia yang bisa membentuk ikatan co-

ordinates dengan logam seperti amino (-NH2), carboxyl (-COOH), dan

phosphonate (-PO3H2)[2]

.

Reaksi adsopsi pada saat pembentukan lapisan dipengaruhi oleh panas dan

tekanan. Inhibitor organik akan terabsorbsi sesuai muatan ion-ion inhibitor

dan muatan permukaan. Kekuatan dari ikatan absorpsi merupakan faktor

penting bagi inhibitor dalam menghambat korosi.

4. Presipitasi

Inhibitor jenis ini adalah inhibitor yang memiliki sifat dapat membentuk

presipitat dipermukaan logam. Contoh dari inhibitor jenis ini adalah silica

dan fosfat. Contoh lain dari proses inhibitor presipitasi ini adalah pada

lingkungan hard water yaitu keadaan dimana banyak terkandung ion

kalsium dan magnesium yang bisa menghambat laju korosi akibat kalsium

yang mengendap membentuk presipitat dipermukaan logam[19]

. Inhibitor

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 41: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

26

Universitas Indonesia

jenis ini terkadang membutuhkan oksigen untuk mendapat reaksi inhibisi

yang baik.

5. Inhibitor mudah menguap (Vollatile Corrosion Inhibitors)

Inhibitor jenis ini bekerja pada ruangan tertutup dengan cara

meniupkannya dari tempat ia diuapkan menuju ke lingkungan yang

korosif. Inhibitor ini setelah menyentuh permukaan logam yang akan

dilindungi akan terkondensasi menjadi garamnya dan memberikan ion

yang bisa melindungi logam dari korosi. Kemampuan dan efektifitas dari

inhibitor jenis ini tergantung dari kemampuan menguap campuran

inhibitor tersebut. Untuk perlindungan yang cepat diperlukan inhibitor

yang kemampuan uapnya tinggi. Namun untuk perlindungan yang lebih

lambat namun untuk jangka panjang dibutuhkan inhibitor yang mampu

uapnya rendah[19]

.

2.8. Pengukuran Laju korosi dengan Metoda Polarisasi dengan bantuan

analisa Tafel.

Polarisasi Logam dalam larutan akan mencapai potensial kesetimbangan yang

tergantung pada pertukaran elektron oleh reaksi anodik dan katodik. Suatu

logam tidak berada dalam kesetimbangan dengan larutan yang mengandung

ion-ionnya, sehingga potensial elektroda akan berbeda dari potensial

korosinya, dan selisih keduanya disebut overpotensial atau polarisasi[1]

.

Polarisasi aktivasi terjadi saat aliran elektron dipengaruhi oleh suatu tahapan

dalam reaksi tersebut. Evolusi hidrogen pada permukaan logam misalnya,

terdiri dari 3 tahapan utama. Pertama, H+ bereaksi dengan sebuah elektron dari

dalam logam,

H+ + e

- Hads

untuk membentuk sebuah atom hidrogen teradsorbsi (Hads) pada permukaan.

Kedua, dua buah atom ini harus bereaksi membentuk molekul hidrogen[1]

,

Hads + Hads H2

Kemudian tahap ketiga membutuhkan sejumlah molekul untuk menyatu lalu

bernukleasi membentuk gelembung H2 pada permukaan logam. Hubungan

antara polarisasi/overpotensial dengan laju reaksi yang diwakilkan oleh rapat

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 42: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

27

Universitas Indonesia

arus, ia atau ic, adalah : (2.21) untuk polarisasi anodik, dan polarisasi

katodiknya adalah :

ή𝑎 = 𝛽 𝑙𝑜𝑔𝑖𝑎

𝑖𝑜 (2.21)

untuk polarisasi anodik, dan polarisasi katodiknya adalah :

ή𝑐 = 𝛽 𝑙𝑜𝑔𝑖𝑐

𝑖𝑜 (2.22)

dengan i0 adalah exchange current density, a dan c sebagai tetapan anoda dan

katoda Tafel. Persamaan 2.22 dapat diplot ke dalam kurva polarisasi terhadap

rapat arus secara teoritis, namun tidak akan sama dengan kurva hasil

pengujian. Oleh karena itu kurva hasil pengujian harus diekstrapolasikan pada

bagian linier sehingga dapat mendekati kurva Tafel teoritis[4]

. Pada Gambar

2.8 kecepatan korosi material dapat dikalkulasi dalam bentuk mpy (mils per

year; 1 mil = 0,001 inci = 0,0254 mm), dengan rumusan sebagai berikut[4]

:

𝑚𝑝𝑦 = 0.129𝑖𝑐𝑜𝑟𝑀

𝐷 (2.23)

di mana : D = berat jenis (g/cm3)

icor = rapat arus korosi (μA/cm2)

M = berat ekivalen (g/mol.equ)

Gambar 2.9. Kurva Tafel praktis yang diidealkan[21].

Gambar 2.9 menunjukan grafik Tafel praktis yang diidealkan. Polarisasi

konsentrasi terjadi akibat ketergantungan reaksi terhadap koefisien difusi ion

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 43: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

28

Universitas Indonesia

terlarut (Dz) dan konsentrasinya pada larutan (CB). Hal ini berakibat semakin

cepat reaksi yang melibatkan ion tersebut pada permukaan, konsentrasi ion

akan semakin menipis sehingga terjadi pembatasan kecepatan reaksi itu

sendiri. Hubungan yang terjadi antara koefisien difusi, konsentrasi larutan

dengan kecepatan reaksi yang diwakilkan oleh rapat arus batas (iL)

adalah[22]:

(2.24)

dengan adalah ketebalan gradien konsentrasi dalam larutan. Besaran iL

meningkat dengan peningkatan konsentrasi, temperatur, dan pergerakan

larutan yang lebih cepat. Jika diasumsikan sebuah elektroda tidak mengalami

polarisasi aktivasi, maka persamaan untuk polarisasi konsentrasi dapat

ditunjukkan sebagai persamaan 2.25.

(2.25)

di mana : R : konstanta gas (8,314 J/mol.K)

T : temperatur absolut (273 K)

Polarisasi konsentrasi terutama terjadi pada reaksi katodik dalam korosi,

karena pada reaksi anodik terdapat suplai atom logam yang tak terbatas pada

permukaannya[1]

. Adapun secara lebih lanjut dan khusus, iL pada alat uji

rotating cylinder electrode adalah sebagai berikut;

Dimana D adalah koefisien difusi untuk pereaksi (cm2/detik), v adalah

viskositas kinematic larutan (cm2/detik), dan r adalah jari-jari silinder (cm)

serta Ω adalah kecepatan putaran (rad/detik).

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 44: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

29

Universitas Indonesia

Gambar 2.9. Kurva aplikasi mixed potencial dengan hubungan arus-potensial dan transport massa

terkontrol pada rekasi katodik[26].

Dapat dilihat dari Gambar 2.11 bahwa dengan peningkatan kecepatan dari satu

sampai 4, laju korosi meningkat dari A sampai D. secara umum digunakan alat

uji simulasi rotating cylinder electrode untuk mensimulasikan aliran turbulen

pada sistem perpipaan, karena pola aliran sangat mudah tercapai, berbeda

dengan rotating disc electrode yang masih dapat memiliki bentuk pola alir

laminar walau pada kecepatan putaran yang tinggi.

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 45: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

30 Universitas Indonesia

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Diagram Alir Penelitian

Gambar 3.1 digram alir penelitian

Mulai

Pemotongan,

soldering, mounting,

amplas.

Preparasi

sampel

Pembuatan

larutan NaCl 3,5 %

Pembuatan

larutan inhibitor

Pengujian polarisasi dengan software CMS 100

Penambahan

inhibitor 4ml

Tanpa

penambahan

inhibitor

Penambahan

inhibitor 2ml

Penambahan

inhibitor 8ml

Penambahan

inhibitor 6ml

Pengambilan

data

Literatur Analisa data dan

pembahasan

Selesai

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 46: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

31

Universitas Indonesia

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan untuk penelitian, antara lain:

Alat pemotong sampel

Mesin gerinda

Amplas #120 dan #240

#400 #600

Timbangan digital

pH meter digital

Kabel tembaga

Multimeter

Solder

Jangka sorong

Software GAMRY 5.06

dan peralatan polarisasi

Elektroda standar KCl

Kapas

Jarum suntik

Kamera digital

Beaker glass

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 47: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

32

Universitas Indonesia

3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan untuk penelitian, antara lain:

Baja low carbon

o Dimensi: lingkaran dengan luas = ± 1 cm2

Garam NaCl teknis

Aquades

Ekstrak teh bunga rosella

Resin

Hardener

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Preparasi Sampel

Dalam preparasi sampel dilakukan beberapa hal, antara lain:

Pemotongan sampel

Material dipotong menjadi ukuran 1,5cm x 1,5cm. Kemudian

dilakukan gerinda sehingga menjadi lingkaran dengan ukuran luas ±

1cm2.Ukuran sampel polarisasi ini sesuai dengan standar ASTM

G59. Pemotongan sampel ini dilakukan dengan alat pemotong yang

terdapat di laboratorium TPB Departemen Teknik Metalurgi dan

Material FTUI. Untuk mendapatkan sampel berbentuk lingkaran,

maka terlebih dahulu sampel dipotong menjadi persegi. Kemudian

sampel digerinda sehingga tepinya membentuk lingkaran.

Penyolderan sampel

Untuk menyambungkan kawat tembaga pada sampel polarisasi,

maka perl dilakukan penyolderan dengan menggunakan timah

sebelum sampel di-mounting.

Mounting sampel

Sampel polarisasi yang telah disolder di-mounting agar

mempermudah pengamplasan permukaan sampel.

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 48: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

33

Universitas Indonesia

Gambar 3.2 sampel polarisasi

Pengamplasan sampel

Sampel diamplas untuk menghilangkan oksida, meratakan, dan

menghaluskan permukaan sampel. Pengamplasan dimulai dari

kertas amplas #120, #240, #400 dan #600.

Pengujian arus

Aliran arus pada sampel diuji dengan menggunakan

multimeter.

3.3.2 Persiapan Larutan

Larutan yang digunakan pada penelitian ini adalah NaCl 3,5

% (air laut). Larutan ini dibuat dari Aquades yang dicampur dengan

garam NaCl teknis. Misalkan untuk volume 1 liter aquades, maka

kita dapat menambahkan 35 gram NaCl teknis agar dihasilkan larutan

NaCl 3,5%.

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 49: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

34

Universitas Indonesia

Gambar 3.3 persiapan larutan pada uji polarisasi

3.3.3 Pembuatan Inhibitor

Inhibitor teh rosella di sedu dengan air panas dengan konsetrasi 1 mg

per 100 ml air aquades. Volume Inhibitor yang digunakan adalah 2

ml, 4ml, 6ml, dan 8ml untuk tiap pengujian polarisasi.

Gambar 3.4 ekstrak the rosella

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 50: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

35

Universitas Indonesia

3.3.4 pengujian pH

pengujian ini dilakukan pada saat inhibitor dimasukan ke dalam

lingkungan 300ml larutan NaCl 3.5 % dan dilakukan dengan

bantuan alat pH meter

Gambar 3.5 pengujian pH pada larutan

3.3.5 Pengujian Polarisasi

Pengujian polarisasi dilakukan dengan menggunakan software

Software GAMRY 5.06 dan peralatan polarisasi.

Kemudian kita akan mendapatkan kurva polarisasi dan laju korosi

sebagai hasil dari pengaruh inhibitor terhadap tingkat korosi pada

sampel tersebut.

Pada proses pengujian polarisasi, volume NaCl 3,5% di dalam

tabung adalah 300ml. Maka untuk penambahan volume inhibitor

wine no sugar selanjutnya adalah setara dengan :

Tabel 3.2. Volume penambahan inhibitor

Volume Inhibitor Konversi Dalam %

2ml 2ml/300ml = 0,67 %

4ml 4ml/300ml = 1,33 %

6ml 6ml/300ml = 2%

8ml 8ml/300ml = 2,67 %

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 51: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

36

Universitas Indonesia

Gambar 3.6 uji Polariasasi

3.3.6 Pengambilan Data

Data yang didapatkan dari pengujian polarisasi tersebut adalah

berupa kurva polarisasi serta laju korosi (corrosion rate). Dari data

tersebut kita bisa menhitung efisiensi inhibitor dengan cara

menghitungan dengan rumus:

Efisiensi (%) = Laju korosi tanpa inhibitor – Laju korosi dengan inhibitor x 100%

Laju korosi tanpa inhibitor

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 52: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

38

Universitas Indonesia

4.1.4 Hasil Corrosion Rate Software GAMRY 5.06 dan peralatan polarisasi

Tabel 4.3 Data hasil pengukuran laju korosi

Konsentrasi Inhibitor Corosion rate

0 mililiter 10.18 mpy

2 mililiter 4.329 mpy

4 mililiter 4.142 mpy

6 mililiter 4.344 mpy

8 mililiter 4.292 mpy

4.1. Kurva Polarisasi

4.2.1 Kurva Polarisasi Baja Karbon Rendah Tanpa Inhibitor

Gambar 4.2. Kurva polarisasi tanpa inhibitor

Tabel 4.4. Data tafel polarisasi tanpa inhibitor

Icorr 22,30e-6 A-cm2

Ecorr -406,0 mV

Corrosion Rate 10,18 mpy

-8,00E-01

-7,00E-01

-6,00E-01

-5,00E-01

-4,00E-01

-3,00E-01

-2,00E-01

-1,00E-01

0,00E+00

1,00E-07 1,00E-06 1,00E-05 1,00E-04 1,00E-03 1,00E-02 1,00E-011,00E+00

Po

ten

tial

(m

V)

Current density (i)

Grafik Polarisasi

Tanpa inhibitor

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 53: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

39

Universitas Indonesia

4.2.2. Kurva Polarisasi Dengan Penambahan 0,67 % Inhibitor

Gambar 4.3 Kurva polarisasi dengan penambahan 0,67 % inhibitor

Tabel 4.5. Data tafel polarisasi dengan penambahan 0,67 % inhibitor

Icorr 9,470e-6 A-cm2

Ecorr -528,0 mV

Corrosion Rate 4,329 mpy

-8,00E-01

-7,00E-01

-6,00E-01

-5,00E-01

-4,00E-01

-3,00E-01

-2,00E-01

-1,00E-01

0,00E+00

1,00E-07 1,00E-06 1,00E-05 1,00E-04 1,00E-03 1,00E-02 1,00E-01 1,00E+00P

ote

tial

(mV

)

Current Density (i)

Grafik Polarisasi

Inhibitor 2ml

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 54: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

40

Universitas Indonesia

4.2.3. Kurva Polarisasi Dengan Penambahan 1,33 % Inhibitor

Gambar 4.4. Kurva polarisasi dengan penambahan 1,33 % inhibitor

Tabel 4.6. Data tafel polarisasi dengan penambahan 1,33 % inhibitor

Icorr 9,070e-6 A-cm2

Ecorr -552,0 mV

Corrosion Rate 4,142 mpy

-1,00E+00

-9,00E-01

-8,00E-01

-7,00E-01

-6,00E-01

-5,00E-01

-4,00E-01

-3,00E-01

-2,00E-01

-1,00E-01

0,00E+00

1,00E-07 1,00E-05 1,00E-03 1,00E-01P

ote

tial

(m

V)

Current Density (i)

Grafik Polarisasi

Inhibitor 4ml

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 55: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

41

Universitas Indonesia

4.2.4. Kurva Polarisasi Dengan Penambahan 2 % Inhibitor

Gambar 4.5. Kurva polarisasi dengan penambahan 2 % inhibitor

Tabel 4.7. Data tafel polarisasi dengan penambahan 2 % inhibitor

Icorr 10,590e-6 A-cm2

Ecorr -618,0 mV

Corrosion Rate 4,344mpy

-9,00E-01

-8,00E-01

-7,00E-01

-6,00E-01

-5,00E-01

-4,00E-01

-3,00E-01

-2,00E-01

-1,00E-01

0,00E+00

1,00E-07 1,00E-06 1,00E-05 1,00E-04 1,00E-03 1,00E-02 1,00E-011,00E+00

Po

ten

tial

(m

V)

Current Density (i)

Grafik Polarisasi

Inhibitor 6ml

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 56: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

42

Universitas Indonesia

4.2.5. Kurva Polarisasi Dengan Penambahan 2,67 % Inhibitor

Gambar 4.6. Kurva polarisasi dengan penambahan 2,67 % inhibitor

Tabel 4.8. Data tafel polarisasi dengan penambahan 2,67 % inhibitor

Icorr 9,390e-6 A-cm2

Ecorr -703,0 mV

Corrosion Rate 4,292 mpy

-1,00E+00

-9,00E-01

-8,00E-01

-7,00E-01

-6,00E-01

-5,00E-01

-4,00E-01

-3,00E-01

-2,00E-01

-1,00E-01

0,00E+00

1,00E-08 1,00E-06 1,00E-04 1,00E-02 1,00E+00P

ote

nti

al (

mV

)

Current Density (i)

Grafik Polariasi

Inhibitor 8ml

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 57: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

43

Universitas Indonesia

4.2.6. Kurva Polarisasi Keseluruhan

Gambar 4.7. Kurva polarisasi dengan variable volume inhibitor

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pengujian Spectroscopy sampel

Berdasarkan data hasil pengujian spectroscopy (Tabel 4.1), dapat dilihat

bahwa unsur penyusun yang dominan dari baja SPCC adalah Fe (95%).

Unsur-unsur lain yang didapat adalah C sebesar 0.057%, Mn sebesar

0.160%, Cr sebesar 0.023%, P sebesar 0.007%, Mn sebesar 0.160%, Ni

sebesar 0.031%, Cr sebesar 0.023%, Mo kurang dari 0.005%, Ti kurang

dari 0.002%, Cu sebesar 0.121%, dan Nb kurang dari 0.002%. Dari hasil

pengujian, didapatkan kadar karbon pada baja SPCC sebesar 0.054%.

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa baja SPCC merupakan golongan baja

karbon rendah yang memiliki range kadar karbon sekitar 0,05-1%. Elemen

paduan seperti Cu, Ni, Si, dan Cr pada baja dapat meningkatkan ketahanan

korosi dari baja apabila diaplikasikan pada suatu lingkungan tertentu.

-1,00E+00

-9,00E-01

-8,00E-01

-7,00E-01

-6,00E-01

-5,00E-01

-4,00E-01

-3,00E-01

-2,00E-01

-1,00E-01

0,00E+00

1,00E-081,00E-071,00E-061,00E-051,00E-041,00E-031,00E-021,00E-011,00E+00P

ote

nti

al (

mV

)

Current Density (i)

Grafik Polariasi

2 ml

4ml

6ml

8 ml

0 ml

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 58: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

44

Universitas Indonesia

Tetapi, hasil pengujian ini menunjukan kandungan-kandungan unsur

paduan dalam baja nilainya sangat kecil. Sehingga, sampel baja secara

umum akan bersifat rentan terhadap korosi.

4.3.2 Pengamatan Visual tanpa dan dengan Penambahan inhibitor

Penambahan pemberian teh rosela sebanyak 2ml ke dalam larutan NaCl

300ml tidak menyebabkan perubahan warna pada larutan. Warna larutan

yang ditambahkan inhibitor sama dengan larutan yang tidak ditambahkan

inhibitor.

Bila dilihat kondisi awal sampel untuk larutan yang ditambahkan

ditambahkan inhibitor, masing-masing sampel diamplas dengan

menggunakan kertas amplas dimulai dari grit 80, 100, 150, dan 240. Hal

ini dilakukan untuk menghilangkan lapisan atau oksida yang ada

dipermukaan sampel.

4.3.3 Pengaruh pH Larutan Terhadap Laju Korosi

Gambar 4.8 perubahan pH pada setiap penambahan inhibitor

Semakin rendah pH( pH < 4), maka kemungkinan logam untuk terkorosi

semakin besar, karena daerah logam terurai menjadi ion logamnya[1]

. Laju

korosi pada baja di lingkungan air laut, merupakan laju korosi yang cukup

tinggi dengan adanya ion klorida yang dapat mempercepat laju korosinya.

0

1

2

3

4

5

6

7

8

0 2 4 6 8 10

pH

Volume inhibitor

Grafik perubahan pH

Grafik perubahan pH

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 59: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

45

Universitas Indonesia

Laju korosi meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi ion

hydrogen dan terjadi penurunan pH.

Dari tabel (Tabel 4.2) perubahan pH didapat setelah pemberian inhibitor

terjadi penurunan pH pada setiap pemberian inhibitornya, Perbedaan nilai

pH larutan ini dipengaruhi oleh penambahan inhibitor, teh rosela, yang

memiliki pH yang cukup rendah yaitu 3,4. Pada penambahan teh bunga

rosella 2 mililiter terjadi perubahan ph dari 7.1 pH awal menjadi 6.1.

Kemudian pada penambahan 4 mililiter the bunga rosella terjadi

perubahan pH kembali menjadi 5.9. Pada penambahan 6 mililiter the

bunga rosella ph berubah menjadi lebih asam menjadi 5.8, kemudian pada

penambahan terakhir inhibitor yaitu pada volume 8 mililiter pH kembali

menjadi lebih asam yaitu 5.7. Namun pH tersebut belum cukup untuk

mempercepat laju korosi karena pH yang didapatkan masi dalam standar

rang pH netral.

4.3.4 Penurunan Laju korosi

Dari data yang didapatkan dari hasil percobaan teh bunga rosella maka

benar bahwa teh ini merupakan inhibitor organik karena dengan

pencampuran dari teh bunga rosella ini pada lingkungan yang korosif

(NaCl 3.5%) menurunkan laju korosi daripada yang tidak dilakukan

pencampuran.

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 60: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

46

Universitas Indonesia

Gambar 4.9. Grafik perubahan laju korosi dengan variable volume inhibitor

Dari data hasil percobaan didapat pada lingkungan awal (NaCl) yang

belum diberikan inhibitor dihasilkan laju korosi sebesar 10.18 mpy, untuk

percobaan pertama, diberikan inhibitor the rosella sebesar 2 mililiter

terjadi penurunan laju korosi hingga akirnya laju korosi menjadi 4.329

mpy. Pada percobaan kedua diberikan 4 mililiter inhibitor pada lingkungan

yang sama pada percobaan pertama yaitu larutan NaCl 3.5% sebanyak 300

mililiter didapatkan laju korosi sebesar 4.142 mpy. Untuk percobaan

ketiga dipakai inhibitor sebesar 6 mililiter pada lingkungan yang sama dan

menghasilkan laju korosi sebesar 4.344 mpy. Pada percobaan terakhir

dipakai inhibitor sebesar 8 mililiter pada lingkungan yang sama dan

menghasilkan laju korosi sebesar 4.292 mpy. Dari data yang dipaparkan

diatas didapat volume paling efisien adalah pada inhibitor 2 mililiter.

0

2

4

6

8

10

12

0 2 4 6 8 10

Laju

Ko

rosi

(m

py)

Volume (ml)

Grafik Laju Korosi

Corrosion rate

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 61: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

47

Universitas Indonesia

4.3.5. Perbandingan Dengan Inhibitor yang Berbeda

Apabila data laju korosi inhibitor the rosella dibandingkan dengan

percobaan Adhi Nugroho dalam percobannya “studi pengaruh

penambahan inhibitor wine pada low carbon steel di lingkungan NaCl

3.5%” dengan variable volume inhibitor yang sama namun dengan

inhibitor berbeda.

Tabel 4.9. laju korosi pada penambahan inhibitor wine pada lingkungan NaCl 3.5 %

Volume inhibitor

wine (ml)

Laju korosi

(mpy)

0 10.18

2 4.697

4 3.465

6 2.099

8 2.423

Dari tabel diatas didapatkan pada penambahan inhibitor wine pada

lingkungan 300 mililiter larutan NaCl 3.5% dan tiap-tiap percobaan

dilakukan pada beaker glass yang berbeda-beda, pada percobaan pertama

dengan penambahan inhibitor wine 0 mililiter didapatkan laju korosi pada

lingkungan tersebut adalah sebesar 10.18 mpy. Pada percobaan kedua

dengan penambahan inhibitor 2 mililiter pada lingkungan yang sama

didapatkan penurunan laju korosi dari sebelumnya sehingga laju korosi

menjadi 4.697 mpy. Pada percobaan ketiga dengan penambahan inhibitor

4 mililiter didapatkan kembali penurunan laju korosi menjadi 3.465 mpy.

Pada percobaan keempat dengan penambahan inhibitor 6 mililiter

didapatkan laju korosi menjadi 2.099 mpy. Pada percobaan terakhir yang

itu pada penambahan inhibitor 8 mililiter pada larutan 300 mililiter NaCl

3.5 % didapatkan kenaikan laju korosi dari percobaan sebelumnya yaitu

dengan hasil 2.423 mpy. Dari percobaan saudara Adhi Nugroho dapat

disimpulkan penambahan inhibitor yang efisien adalah pada konsentrasi 6

mililiter dalam 300 mililiter larutan NaCl 3.5 %.

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 62: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

48

Universitas Indonesia

Apabila data tersebut di komparasi dengan data inhibitor rosella yang saya

lakukan dapat dilihat perbedaan yang jelas antara kedua inhibitor ini.

Gambar 4.10. Grafik perbandingan laju korosi ubi ungu dan rosella

Dari grafik dapat dilihat bahwa penurunan laju korosi dari inhibitor wine

saudara Adhi Nugroho lebih efisien dari pada inhibitor the rosella, pada

grafik tiap penambahan inhibitor rosella terjadi penurunan pada awal

penambahan namun setelahnya tiap penambahannya tidak merubah secara

signifikan laju korosinya dan relative konstan, sedangkan pada inhibitor

wine pada setiap penambahan wine nya terjadi penurunan yang signifikan

pada tiap penambahannya, hal ini yang mendukung teori bahwa inhibitor

wine ini lebih baik dalam menekan laju korosi dari pada inhibitor the

rosella.

4.3.6. Perbandingan Variabel Temperatur Berbeda

Apabila data laju korosi inhibitor the rosella dibandingkan dengan

percobaan lainnya Roni Saputra dalam percobannya “studi pengaruh

penambahan inhibitor rosella pada low carbon steel di lingkungan NaCl

3.5% dengan temperature 40o” dengan perbandingan variable volume

inhibitor yang sama namun dengan suhu yang berbeda didapatkan:

0

2

4

6

8

10

12

0 2 4 6 8 10

Grafik Laju Korosi

Corrosion Rate Wine

Corrosion Rate Rosella

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 63: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

49

Universitas Indonesia

Status

InhibitorK w (gr)

D

(gr/cm3)A (CM2)

T

(jam)

laju

korosi

(mpy)

rata - rata

(mpy)efisiensi

1 3450000 0.0243 8.654729 10.03856 72 13.40195

2 3450000 0.024 8.557221 9.934762 72 13.52719

3 3450000 0.0234 8.600261 9.741362 72 13.38354

1 3450000 0.0228 8.388653 10.62026 72 12.26292

2 3450000 0.0221 8.641935 9.830962 72 12.46441

3 3450000 0.0225 8.729977 10.03856 72 12.30225

1 3450000 0.0254 8.461445 10.32401 72 13.93244

2 3450000 0.0255 8.421301 10.14236 72 14.30568

3 3450000 0.0264 8.190974 10.20666 72 15.13113

1 3450000 0.0284 8.734437 10.24616 72 15.20578

2 3450000 0.0293 8.320896 10.29806 72 16.38433

3 3450000 0.0295 8.65983 10.10326 72 16.15614

13.43756

12.34319

14.45642

15.91542 -18.4397827

-7.582146456

8.14407955

0

Penambahan

4ml

DPenambahan

6ml

C

Kupon

ATanpa

Inhibitor

BPenambahan

2ml

Tabel 4.10. Data hasil penambahan inhibitor teh bunga rossela pada lingkungan NaCl

3.5% padatemperatur 40o C

Dari tabel diatas didapatkan pada penambahan inhibitor rosella pada

lingkungan 300 mililiter larutan NaCl 3.5% dan tiap-tiap percobaan

dilakukan pada beaker glass yang berbeda-bedadan pada suhu 400C. Pada

percobaan pertama dengan penambahan inhibitor Rosella 0 mililiter

didapatkan laju korosi pada lingkungan tersebut adalah sebesar 13.4375

mpy. Pada percobaan kedua dengan penambahan inhibitor 2 mililiter pada

lingkungan yang sama didapatkan penurunan laju korosi dari sebelumnya

sehingga laju korosi menjadi 12.34317 mpy. Pada percobaan ketiga

dengan penambahan inhibitor 4 mililiter didapatkan kenaikan laju korosi

menjadi 14.456 mpy.. Pada percobaan terakhir yang itu pada penambahan

inhibitor 6 mililiter pada larutan 300 mililiter NaCl 3.5 % didapatkan

kenaikan laju korosi dari percobaan sebelumnya yaitu dengan hasil

15.9154 mpy. Dari percobaan saudara Roni Saputra dapat disimpulkan

penambahan inhibitor yang efisien pada suhu tinggi adalah pada

konsentrasi 2 mililiter dalam 300 mililiter larutan NaCl 3.5 %.

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 64: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

50

Universitas Indonesia

Gambar 4.11. Grafik perubahan laju korosi pada temperatur yang berbeda

Dari grafik dapat dilihat bahwa penurunan laju korosi dari inhibitor

Rosella penelitian saya lebih efisien dari pada inhibitor the rosella pada

suhu 40o C hasil penelitian Rony Saputra, pada grafik tiap penambahan

inhibitor rosella pada suhu 25o C terjadi penurunan pada awal penambahan

namun setelahnya tiap penambahannya tidak merubah secara signifikan

laju korosinya dan relative konstan, sedangkan pada inhibitor rosella pada

suhu 40o C, pada penambahan wine 2 mililiter terjadi penurunan yang

signifikan, namun setelah itu tiap penambahannya menaikan laju

korosinya hal ini kemungkinan zat inhibitor sudah terlalu jenuh untuk

menekan laju korosi. Kemudian apabila kita lihat pada grafik terjadi

perbedaan dalam laju korosi antara inhibitor roseela pada suhu 40o C dan

suhu ruang hal ini disebabkan karena pengaruh suhu tinggi, semakin tinggi

suhu pada suatu lingkungan maka semakin tinggi laju korosinya[1]

, hal ini

yang mendukung teori bahwa inhibitor rosella ini lebih baik dalam

menekan laju korosi dari pada suhu ruang.

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

0 2 4 6 8

Co

rro

tio

n R

ate

Volume Inhibitor

Grafik Corrosion Rate terhadap Konsentrasi

Corrosion Rate at 40 C

Corrosion Rate at 25 C

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 65: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

51

Universitas Indonesia

4.3.7 Mekanisme Penghambatan Proses Korosi

Teh rosela merah memiliki kandungan antioksidan yang tinggi.

Antioksidan adalah senyawa yang mempunyai struktur molekul yang

dapat memberikan elektronnya dengan cuma-cuma. Kandungan dari rosela

yang merupakan senyawa antioksidan adalah vitamin C (asam askorbat).

Kandungan vitamin C pada kelopak bunga rosela lebih tinggi dari

kandungan vitamin C pada jeruk, 3 kali lebih besar dari anggur hitam dan

9 kali lebih besar dari kandungan vitamin C pada jeruk citrus16

. Hasil

analisa terhadap kelopak bunga rosela kering per 100 gramnya

mengandung 1.9 protein, 0.1 gram lemak, 12.3 gram karbohidrat, 2.3 gram

serat, dan 14 miligram asam askorbat, 0.04 miligram vitamin B, serta

komponen pewarna alami[27].

Mekanisme penghambatan proses korosi oleh asam askorbat sebagai

inhibitor organik yaitu dengan teradsorpsi pada permukaan logam. Pada

permukaan logam tersebut akan terbentuk suatu lapisan yang sangat tipis.

Ilustrasi dari lapisan tersebut dapat dilihat pada gambar 4.16. DAA

merupakan senyawa yang teradsorpsi pada permukaan logam dan

berfungsi untuk menghambat proses korosi[24]

Gambar 4.12 Ilustrasi terbentuknya lapisan pelindung24

DAA terbentuk akibat proses dekomposisi dari asam askorbat yang

bersifat tidak stabil di dalam larutan.

Namun, DAA ini bersifat tidak stabil pada pH diatas 6 karena DAA akan

berdekomposisi lebih lanjut menjadi asam tartrat dan oksalat20

. DAA

yang berdekomposisi ini menyebabkan pH larutan mengalami penurunan

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 66: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

52

Universitas Indonesia

atau menjadi lebih asam. Hal ini terbukti bahwa pada saat pengujian,

larutan yang ditambahkan inhibitor pH awal dan akhirnya cenderung

sedikit lebih asam dibandingkan dengan larutan yang tidak ditambahkan

inhibitor. Selain menurunkan pH larutan, keberadaan DAA yang sudah

berdekomposisi menjadi senyawa lain membuat proses adsorpsi yang

terjadi tidak maksimal sehingga pengaruhnya dalam penghambatan proses

korosi tidak signifikan.

4.3.8 Efisiensi Inhibitor

Untuk menghitung efisiensi inhibitor maka digunakan perhitungan sebagai

berikut[25]

:

Efisiensi (%) = Laju korosi tanpa inhibitor – Laju korosi dengan inhibitor x 100%

Laju korosi tanpa inhibitor

Maka kemudian didapatkanlah nilai efisiensi dari penambahan inhibitor

adalah sebagai berikut :

Tabel 4.11. Tabel efisiensi inhibitor

Volume Inhibitor

(%)

Laju Korosi

(mpy)

Efisiensi Inhibitor

(%)

0 % 10,18 -

0,67 % 4.329 57.27544

1,33 % 4.142 59.31238

2 % 4.344 57.32809

2,67 % 4.292 57.8389

Berdasarkan nilai efisiensi tersebut, maka kita dapat melihat bahwa

efisiensi laju korosi akan cenderung meningkat seiring dengan

penambahan kadar volume inhibitor ke dalam larutan. Namun efisiensi

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 67: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

53

Universitas Indonesia

paling tinggi adalah pada saat penambahan 2 ml atau 0,67 % volume

inhibitor yaitu sebesar 57,27 %. Terjadi sedikit kenaikan nilai efisiensi

inhibitor pada penambahan 1,33 % volume inhibitor yaitu menjadi 59,31

%. Namun nilai efisiensi ini masih cukup tinggi sehingga kita dapat

menyatakan bahwa pada kadar penambahan volume inhibitor yang paling

efisien adalah sebesar 4 ml atau 1.33% volume inhibitor.

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 68: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

37 Universitas Indonesia

BAB 4

HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengujian

4.1.1. Hasil Pengamatan Visual Baja SPCC (Baja Karbon Rendah)

Gambar 4.1 Sampel Polarisasi

4.1.2. Hasil Pengujian Spectroscopy sampel

Pada penelitian ini, sampel baja SPCC dilakukan pengujian spectroscopy

di CMPFA (Center for Material Processing and Failure Analysis) untuk

mengetahui komposisi materialnya. Hasil pengujian menunjukan

komposisi baja SPCC adalah sebagai berikut sebagai berikut :

Tabel 4.1 Komposisi baja hasil pengujian spectroscopy

C (%) Si (%) S (%) P (%) Mn (%) Ni (%) Cr (%)

0.057 0.007 0.003 0.007 0.160 0.031 0.023

Mo (%) Ti (%) Cu (%) Nb (%) V (%) Pb (%) Fe (%)

<0.0052 <0.002

2 0.121 <0.002

2 <0.002

2 <0.025

2 Bal.

4.1.3. Hasil Pengukuran pH Larutan

Tabel 4.2 hasil pengukuran pH

Keadaan Inhibitor Keadaan Inhibitor

Selisih pH akhir pH Awal pH Akhir

0ml 7.1 7.1 0

2ml 6.1 6.1 0

4ml 5.9 5.9 0

6ml 5.8 5.8 0

8ml 5.7 5.7 0

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 69: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

54 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan terhadap baja karbon rendah (baja SPPC)

dengan penambahan ekstrak teh rosella sebagai green inhibitor dengan variasi

penambahan (tanpa penambahan, penambahan 2ml, 4ml, 6mldan 8 ml), maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Teh Rosella dapat dijadikan sebagai inhibitor organik untuk material baja

SPCC di lingkungan air laut.

2. Terjadinya penurunan laju korosi dari 10,18 mpy menjadi 4.329 mpy pada

penambahan 2 ml atau 0,67 % volume larutan inhibitor. Selanjutnya pada

penambahan inhibitor sebesar 4 ml atau 1,33 % volume larutan, menghasilkan

penurunan laju korosi kembali menjadi 4.142 mpy. Kemudian dengan

penambahan kadar inhibitor sebesar 6 ml atau 2 % volume larutan inhibitor,

maka nilai laju korosi yang dihasilkan semakin membesar yaitu menjadi 4.344

mpy. Pada penambahan 8 ml atau 2,67 % volume larutan inhibitor, maka

didapatkan nilai laju korosi sebesar 4.292 mpy, dimana terjadi sedikit

penurunan nilai laju korosi dibandingkan dengan penambahan sebesar 4 ml

atau 1.33 % volume larutan inhibitor.

3. Besar efisiensiyang didapat dalam percobaan kali ini:

pengujian dengan penambahan 2 ml teh rosella sebesar 57.2%

pengujian dengan penambahan 4 ml teh rosella sebesar 59.3%

pengujian dengan penambahan 6 ml teh rosella sebesar 57.3%

pengujian dengan penambahan 8 ml teh rosella sebesar 57.8%

4. Kadar optimal dan efektif dalam penggunaan inhibitor teh rosella adalah

sebesar 1.33 % volume larutan. Atau setara dengan 4 ml / 300 ml larutan.

5. Penggunaan inhibitor ekstrak teh bunga rosella lebih efektif digunakan pada

temperatur ruang (25oC) dibandingkan dengan temperatur 40

oC.

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 70: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

55

Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

1) Jones, Denny A., (1992), “Principle and Prevention of Corrosion”,

Macmillan Publishing Company, New York.

2) Dalimunthe, Indra Surya. Kimia dari Inhibitor Korosi. Program Studi

Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

3) http://www.centurycorrosion.com/products/mil-5.pdf, 5 mei 2011, 12.30

4) Hermawan, Beni. Ekstrak Bahan Alam sebagai Alternatif Inhibitor Korosi.

22 April 2007.

5) Iswahyudi. “Desain Sistem Proteksi Katodik Anoda Korban pada Jaringan

Pipa Pertamina UPms V” . Teknik Material dan Metalurgi FTI-ITS

6) Halimatuddahliana , “Pencegahan Korosi dan Scale pada Proses Produksi

Minyak Bumi . Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas

Sumatera Utara

7) Charles W. Keenan, Donald C. Kleinfelter, dan Jesse H. Wood, Ilmu

Kimia untuk Universitas, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1996.

8) J. Liu, Y. Lin, X. Yong, dan X. Li, Study of Cavitation Corrosion

Behaviors and Mechanism of Carbon Steel in Neutral Sodium Chloride

Aqueous Solution, NACE CORROSION Vol. 61, Paper No.11, 2005.

9) http://corrosion-doctors.org/Cooling-Water-Towers/ph.htm

10) ASM Handbook Volume 13B, Corrosion : Materials (USA : ASM

International, 2005)

11) http://corrosion-doctors.org/Experiments/iron-products.htm

12) ASM Handbook Volume 13A, Corrosion : Fundamentals, Testing, and

Protection.USA : ASM International, 2003

13) Elsevier Science & Technology Books, Principle of Corrosion

Engineering and Corrosion Control ( IChem Publisher, September 2006)

14) ASM Handbook Volume 13, Corrosion. USA : ASM International, 1997

15) Elsevier Science & Technology Books, Principle of Corrosion

Engineering and Corrosion Control ( IChem Publisher, September 2006)

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 71: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

56

Universitas Indonesia

16) Ismail N.Andijani and Mohammad Mobin, “Studies On The

Determination Of Maximum Chloride Level In Product Water Transmitted

Through Pipelines A, B And C1”, 2005

17) Chodijah, Siti.2008.Efektifitas Penggunaan Pelapis Epoksi Terhadap

Ketahanan Korosi Pipa Baja ASTM A53 DiDalam Tanah.Depok: Teknik

Metalurgi dan Material, Fakultas Teknik Universitas Indonesia

18) Dalimunthe, Indra Surya. Kimia dari Inhibitor Korosi. Program Studi

Teknik Kimia, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

19) Roberge,Pierre R. Handbook of Corrosion Engineering. Mc Graw-Hill

Book Company. New York ,1999

20) CONRAD, Corrosion Control in Pipelines Using Oxygen Stripping,

Oilsand Water Usage Workshop, Camphion Technologies, February 2004.

21) J. Chamberlain dan K.R. Trethewey, Korosi untuk Mahasiswa dan

Rekayasawan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1991.

22) Mars G. Fontana, “Corrosion Engineering”, 3rd eds., McGraw-Hill Book

Company, New York, 1987.

23) Baboian, Robert, ASTM International, “Corrosion Tests and Standards” ,

2nd edition, Baltimore, 2005.

24) Pratesa, Yudha. “Pengaruh Penambahan Inhibitor Natrium Sulfit

terhadap laju Korosi Baja UNS 10180 Pada Lingkungan Nacl 3,5%

Dengan Metode Polarisasi Menggunakan Alat Rotating Cylinder

Electrode (RCE) Pada Keadaan Fluida Statis (0 RPM) dan Fluida

Bergerak (1000 RPM)”. Skripsi, Program Sarjana Fakultas Teknik UI.

Depok. 2010

25) Soejono Tjitro, Juliana Anggono.” Pengaruh Lingkungan Terhadap

Efisiensi Inhibisi Asam Askorbat (Vitamin C) pada Laju Korosi Tembaga”

2oktober 1999.

26) Harvey M. Herro and Robert D. Port, The NALCO Guide to Cooling

Water Sistem s Failure Analysis,McGraw-Hill Inc., 1991.

27) laraswati.com/2011/05/13/teh-bunga-rosella/ 4 juni 2011, 20:30

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 72: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

57

LAMPIRAN 1. Data tafel 0 ml the rosella dalam excel

CURVE (35000ppm-3.dta) Fit 1 [Tafel] Fit 2 [ELogI]

1.43E-04 -7.42E-01 8.03E-05 -7.42E-01 7.44E-05 -7.42E-01

1.24E-04 -7.41E-01 7.99E-05 -7.41E-01 7.42E-05 -7.41E-01

1.12E-04 -7.40E-01 7.96E-05 -7.40E-01 7.39E-05 -7.40E-01

1.03E-04 -7.39E-01 7.93E-05 -7.39E-01 7.37E-05 -7.39E-01

9.68E-05 -7.38E-01 7.90E-05 -7.38E-01 7.35E-05 -7.38E-01

9.20E-05 -7.37E-01 7.87E-05 -7.37E-01 7.32E-05 -7.37E-01

8.85E-05 -7.36E-01 7.84E-05 -7.36E-01 7.30E-05 -7.36E-01

8.59E-05 -7.35E-01 7.81E-05 -7.35E-01 7.28E-05 -7.35E-01

8.36E-05 -7.34E-01 7.78E-05 -7.34E-01 7.26E-05 -7.34E-01

8.21E-05 -7.33E-01 7.75E-05 -7.33E-01 7.24E-05 -7.33E-01

8.08E-05 -7.32E-01 7.72E-05 -7.32E-01 7.21E-05 -7.32E-01

8.00E-05 -7.31E-01 7.69E-05 -7.31E-01 7.19E-05 -7.31E-01

7.91E-05 -7.30E-01 7.66E-05 -7.30E-01 7.17E-05 -7.30E-01

7.85E-05 -7.29E-01 7.63E-05 -7.29E-01 7.15E-05 -7.29E-01

7.75E-05 -7.28E-01 7.61E-05 -7.28E-01 7.12E-05 -7.28E-01

7.66E-05 -7.27E-01 7.58E-05 -7.27E-01 7.10E-05 -7.27E-01

7.57E-05 -7.26E-01 7.55E-05 -7.26E-01 7.08E-05 -7.26E-01

7.49E-05 -7.25E-01 7.52E-05 -7.25E-01 7.06E-05 -7.25E-01

7.46E-05 -7.23E-01 7.48E-05 -7.23E-01 7.03E-05 -7.23E-01

7.41E-05 -7.23E-01 7.46E-05 -7.23E-01 7.01E-05 -7.23E-01

7.35E-05 -7.22E-01 7.43E-05 -7.22E-01 6.99E-05 -7.22E-01

7.40E-05 -7.21E-01 7.40E-05 -7.21E-01 6.97E-05 -7.21E-01

7.27E-05 -7.20E-01 7.37E-05 -7.20E-01 6.95E-05 -7.20E-01

7.15E-05 -7.19E-01 7.35E-05 -7.19E-01 6.93E-05 -7.19E-01

7.04E-05 -7.18E-01 7.32E-05 -7.18E-01 6.90E-05 -7.18E-01

6.97E-05 -7.16E-01 7.29E-05 -7.16E-01 6.88E-05 -7.16E-01

6.91E-05 -7.16E-01 7.26E-05 -7.16E-01 6.86E-05 -7.16E-01

6.85E-05 -7.15E-01 7.24E-05 -7.15E-01 6.84E-05 -7.15E-01

6.79E-05 -7.14E-01 7.21E-05 -7.14E-01 6.82E-05 -7.14E-01

6.72E-05 -7.13E-01 7.18E-05 -7.13E-01 6.80E-05 -7.13E-01

6.68E-05 -7.12E-01 7.15E-05 -7.12E-01 6.78E-05 -7.12E-01

6.66E-05 -7.11E-01 7.12E-05 -7.11E-01 6.75E-05 -7.11E-01

6.62E-05 -7.10E-01 7.10E-05 -7.10E-01 6.74E-05 -7.10E-01

6.56E-05 -7.09E-01 7.07E-05 -7.09E-01 6.72E-05 -7.09E-01

6.54E-05 -7.08E-01 7.05E-05 -7.08E-01 6.69E-05 -7.08E-01

6.52E-05 -7.07E-01 7.02E-05 -7.07E-01 6.67E-05 -7.07E-01

6.50E-05 -7.06E-01 6.99E-05 -7.06E-01 6.65E-05 -7.06E-01

6.46E-05 -7.05E-01 6.96E-05 -7.05E-01 6.63E-05 -7.05E-01

6.43E-05 -7.04E-01 6.94E-05 -7.04E-01 6.61E-05 -7.04E-01

6.40E-05 -7.03E-01 6.91E-05 -7.03E-01 6.59E-05 -7.03E-01

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 73: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

58

6.38E-05 -7.02E-01 6.88E-05 -7.02E-01 6.57E-05 -7.02E-01

6.40E-05 -7.00E-01 6.85E-05 -7.00E-01 6.55E-05 -7.00E-01

6.37E-05 -7.00E-01 6.83E-05 -7.00E-01 6.53E-05 -7.00E-01

6.35E-05 -6.99E-01 6.81E-05 -6.99E-01 6.51E-05 -6.99E-01

6.31E-05 -6.98E-01 6.78E-05 -6.98E-01 6.49E-05 -6.98E-01

6.32E-05 -6.97E-01 6.75E-05 -6.97E-01 6.47E-05 -6.97E-01

6.32E-05 -6.96E-01 6.73E-05 -6.96E-01 6.45E-05 -6.96E-01

6.29E-05 -6.95E-01 6.70E-05 -6.95E-01 6.43E-05 -6.95E-01

6.25E-05 -6.94E-01 6.68E-05 -6.94E-01 6.41E-05 -6.94E-01

6.23E-05 -6.93E-01 6.65E-05 -6.93E-01 6.39E-05 -6.93E-01

6.21E-05 -6.92E-01 6.63E-05 -6.92E-01 6.37E-05 -6.92E-01

6.20E-05 -6.91E-01 6.60E-05 -6.91E-01 6.35E-05 -6.91E-01

6.19E-05 -6.90E-01 6.58E-05 -6.90E-01 6.33E-05 -6.90E-01

6.21E-05 -6.89E-01 6.55E-05 -6.89E-01 6.31E-05 -6.89E-01

6.19E-05 -6.88E-01 6.53E-05 -6.88E-01 6.29E-05 -6.88E-01

6.18E-05 -6.87E-01 6.50E-05 -6.87E-01 6.27E-05 -6.87E-01

6.18E-05 -6.86E-01 6.48E-05 -6.86E-01 6.25E-05 -6.86E-01

6.17E-05 -6.85E-01 6.45E-05 -6.85E-01 6.23E-05 -6.85E-01

6.17E-05 -6.84E-01 6.43E-05 -6.84E-01 6.21E-05 -6.84E-01

6.15E-05 -6.83E-01 6.40E-05 -6.83E-01 6.19E-05 -6.83E-01

6.15E-05 -6.82E-01 6.38E-05 -6.82E-01 6.17E-05 -6.82E-01

6.13E-05 -6.81E-01 6.35E-05 -6.81E-01 6.15E-05 -6.81E-01

6.12E-05 -6.80E-01 6.33E-05 -6.80E-01 6.14E-05 -6.80E-01

6.11E-05 -6.79E-01 6.31E-05 -6.79E-01 6.12E-05 -6.79E-01

6.10E-05 -6.78E-01 6.28E-05 -6.78E-01 6.10E-05 -6.78E-01

6.08E-05 -6.77E-01 6.26E-05 -6.77E-01 6.08E-05 -6.77E-01

6.08E-05 -6.76E-01 6.23E-05 -6.76E-01 6.06E-05 -6.76E-01

6.08E-05 -6.75E-01 6.21E-05 -6.75E-01 6.04E-05 -6.75E-01

6.06E-05 -6.74E-01 6.19E-05 -6.74E-01 6.02E-05 -6.74E-01

6.05E-05 -6.73E-01 6.16E-05 -6.73E-01 6.00E-05 -6.73E-01

6.05E-05 -6.72E-01 6.14E-05 -6.72E-01 5.98E-05 -6.72E-01

6.07E-05 -6.71E-01 6.12E-05 -6.71E-01 5.97E-05 -6.71E-01

6.06E-05 -6.70E-01 6.09E-05 -6.70E-01 5.95E-05 -6.70E-01

6.06E-05 -6.68E-01 6.07E-05 -6.68E-01 5.93E-05 -6.68E-01

6.04E-05 -6.68E-01 6.05E-05 -6.68E-01 5.91E-05 -6.68E-01

6.03E-05 -6.67E-01 6.02E-05 -6.67E-01 5.89E-05 -6.67E-01

6.01E-05 -6.66E-01 6.00E-05 -6.66E-01 5.88E-05 -6.66E-01

6.00E-05 -6.65E-01 5.98E-05 -6.65E-01 5.86E-05 -6.65E-01

5.97E-05 -6.64E-01 5.96E-05 -6.64E-01 5.84E-05 -6.64E-01

5.94E-05 -6.63E-01 5.93E-05 -6.63E-01 5.82E-05 -6.63E-01

5.92E-05 -6.62E-01 5.91E-05 -6.62E-01 5.80E-05 -6.62E-01

5.89E-05 -6.61E-01 5.89E-05 -6.61E-01 5.78E-05 -6.61E-01

5.88E-05 -6.60E-01 5.86E-05 -6.60E-01 5.77E-05 -6.60E-01

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 74: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

59

5.85E-05 -6.59E-01 5.84E-05 -6.59E-01 5.75E-05 -6.59E-01

5.84E-05 -6.58E-01 5.82E-05 -6.58E-01 5.73E-05 -6.58E-01

5.83E-05 -6.57E-01 5.80E-05 -6.57E-01 5.71E-05 -6.57E-01

5.81E-05 -6.56E-01 5.78E-05 -6.56E-01 5.70E-05 -6.56E-01

5.80E-05 -6.55E-01 5.75E-05 -6.55E-01 5.68E-05 -6.55E-01

5.78E-05 -6.54E-01 5.73E-05 -6.54E-01 5.66E-05 -6.54E-01

5.75E-05 -6.53E-01 5.71E-05 -6.53E-01 5.64E-05 -6.53E-01

5.73E-05 -6.52E-01 5.69E-05 -6.52E-01 5.63E-05 -6.52E-01

5.71E-05 -6.51E-01 5.67E-05 -6.51E-01 5.61E-05 -6.51E-01

5.69E-05 -6.50E-01 5.64E-05 -6.50E-01 5.59E-05 -6.50E-01

5.66E-05 -6.49E-01 5.62E-05 -6.49E-01 5.57E-05 -6.49E-01

5.64E-05 -6.48E-01 5.60E-05 -6.48E-01 5.56E-05 -6.48E-01

5.61E-05 -6.47E-01 5.58E-05 -6.47E-01 5.54E-05 -6.47E-01

5.60E-05 -6.46E-01 5.56E-05 -6.46E-01 5.52E-05 -6.46E-01

5.59E-05 -6.45E-01 5.54E-05 -6.45E-01 5.50E-05 -6.45E-01

5.59E-05 -6.44E-01 5.52E-05 -6.44E-01 5.49E-05 -6.44E-01

5.58E-05 -6.43E-01 5.50E-05 -6.43E-01 5.47E-05 -6.43E-01

5.58E-05 -6.42E-01 5.47E-05 -6.42E-01 5.45E-05 -6.42E-01

5.54E-05 -6.41E-01 5.45E-05 -6.41E-01 5.43E-05 -6.41E-01

5.50E-05 -6.40E-01 5.43E-05 -6.40E-01 5.42E-05 -6.40E-01

5.48E-05 -6.39E-01 5.41E-05 -6.39E-01 5.40E-05 -6.39E-01

5.49E-05 -6.38E-01 5.39E-05 -6.38E-01 5.39E-05 -6.38E-01

5.50E-05 -6.37E-01 5.37E-05 -6.37E-01 5.37E-05 -6.37E-01

5.49E-05 -6.36E-01 5.35E-05 -6.36E-01 5.35E-05 -6.36E-01

5.45E-05 -6.35E-01 5.33E-05 -6.35E-01 5.34E-05 -6.35E-01

5.44E-05 -6.34E-01 5.31E-05 -6.34E-01 5.32E-05 -6.34E-01

5.45E-05 -6.33E-01 5.29E-05 -6.33E-01 5.30E-05 -6.33E-01

5.48E-05 -6.32E-01 5.27E-05 -6.32E-01 5.29E-05 -6.32E-01

5.46E-05 -6.31E-01 5.25E-05 -6.31E-01 5.27E-05 -6.31E-01

5.42E-05 -6.30E-01 5.23E-05 -6.30E-01 5.25E-05 -6.30E-01

5.41E-05 -6.29E-01 5.21E-05 -6.29E-01 5.24E-05 -6.29E-01

5.42E-05 -6.28E-01 5.19E-05 -6.28E-01 5.22E-05 -6.28E-01

5.43E-05 -6.27E-01 5.17E-05 -6.27E-01 5.20E-05 -6.27E-01

5.40E-05 -6.26E-01 5.15E-05 -6.26E-01 5.19E-05 -6.26E-01

5.36E-05 -6.25E-01 5.13E-05 -6.25E-01 5.17E-05 -6.25E-01

5.38E-05 -6.24E-01 5.11E-05 -6.24E-01 5.16E-05 -6.24E-01

5.37E-05 -6.23E-01 5.09E-05 -6.23E-01 5.14E-05 -6.23E-01

5.32E-05 -6.22E-01 5.07E-05 -6.22E-01 5.12E-05 -6.22E-01

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 75: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

60

LAMPIRAN 2. Data tafel 2 ml the rosella dalam excel

CURVE (rossela 2ml.dta) Fit 1 [Tafel]

1.04E-04 -7.59E-01 5.44E-05 -7.59E-01 5.07E-05

7.92E-05 -7.57E-01 5.39E-05 -7.57E-01 5.03E-05

6.79E-05 -7.56E-01 5.31E-05 -7.56E-01 4.96E-05

6.11E-05 -7.53E-01 5.22E-05 -7.53E-01 4.89E-05

5.63E-05 -7.51E-01 5.14E-05 -7.51E-01 4.83E-05

5.30E-05 -7.49E-01 5.07E-05 -7.49E-01 4.76E-05

5.04E-05 -7.47E-01 4.99E-05 -7.47E-01 4.70E-05

4.81E-05 -7.45E-01 4.91E-05 -7.45E-01 4.64E-05

4.59E-05 -7.43E-01 4.84E-05 -7.43E-01 4.57E-05

4.44E-05 -7.41E-01 4.76E-05 -7.41E-01 4.51E-05

4.33E-05 -7.39E-01 4.69E-05 -7.39E-01 4.45E-05

4.22E-05 -7.37E-01 4.62E-05 -7.37E-01 4.39E-05

4.09E-05 -7.36E-01 4.55E-05 -7.36E-01 4.34E-05

4.02E-05 -7.34E-01 4.48E-05 -7.34E-01 4.28E-05

3.93E-05 -7.31E-01 4.41E-05 -7.31E-01 4.22E-05

3.84E-05 -7.29E-01 4.34E-05 -7.29E-01 4.16E-05

3.76E-05 -7.27E-01 4.27E-05 -7.27E-01 4.10E-05

3.70E-05 -7.25E-01 4.21E-05 -7.25E-01 4.05E-05

3.63E-05 -7.23E-01 4.14E-05 -7.23E-01 3.99E-05

3.58E-05 -7.21E-01 4.08E-05 -7.21E-01 3.94E-05

3.53E-05 -7.20E-01 4.02E-05 -7.20E-01 3.89E-05

3.49E-05 -7.17E-01 3.96E-05 -7.17E-01 3.83E-05

3.44E-05 -7.15E-01 3.90E-05 -7.15E-01 3.78E-05

3.39E-05 -7.13E-01 3.84E-05 -7.13E-01 3.73E-05

3.36E-05 -7.11E-01 3.78E-05 -7.11E-01 3.68E-05

3.33E-05 -7.09E-01 3.72E-05 -7.09E-01 3.63E-05

3.30E-05 -7.08E-01 3.66E-05 -7.08E-01 3.58E-05

3.27E-05 -7.05E-01 3.61E-05 -7.05E-01 3.53E-05

3.24E-05 -7.03E-01 3.55E-05 -7.03E-01 3.48E-05

3.24E-05 -7.01E-01 3.50E-05 -7.01E-01 3.44E-05

3.22E-05 -7.00E-01 3.44E-05 -7.00E-01 3.39E-05

3.22E-05 -6.97E-01 3.39E-05 -6.97E-01 3.34E-05

3.19E-05 -6.95E-01 3.34E-05 -6.95E-01 3.30E-05

3.16E-05 -6.94E-01 3.29E-05 -6.94E-01 3.25E-05

3.14E-05 -6.91E-01 3.23E-05 -6.91E-01 3.21E-05

3.13E-05 -6.90E-01 3.19E-05 -6.90E-01 3.16E-05

3.11E-05 -6.88E-01 3.14E-05 -6.88E-01 3.12E-05

3.08E-05 -6.86E-01 3.09E-05 -6.86E-01 3.08E-05

3.06E-05 -6.84E-01 3.04E-05 -6.84E-01 3.03E-05

3.04E-05 -6.82E-01 2.99E-05 -6.82E-01 2.99E-05

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 76: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

61

3.01E-05 -6.80E-01 2.95E-05 -6.80E-01 2.95E-05

2.99E-05 -6.78E-01 2.90E-05 -6.78E-01 2.91E-05

2.95E-05 -6.76E-01 2.86E-05 -6.76E-01 2.87E-05

2.92E-05 -6.74E-01 2.81E-05 -6.74E-01 2.83E-05

2.91E-05 -6.72E-01 2.77E-05 -6.72E-01 2.79E-05

2.88E-05 -6.70E-01 2.72E-05 -6.70E-01 2.75E-05

2.83E-05 -6.68E-01 2.68E-05 -6.68E-01 2.71E-05

2.82E-05 -6.66E-01 2.64E-05 -6.66E-01 2.67E-05

2.78E-05 -6.64E-01 2.60E-05 -6.64E-01 2.63E-05

2.75E-05 -6.62E-01 2.55E-05 -6.62E-01 2.60E-05

2.73E-05 -6.60E-01 2.51E-05 -6.60E-01 2.56E-05

2.68E-05 -6.58E-01 2.47E-05 -6.58E-01 2.52E-05

2.66E-05 -6.56E-01 2.43E-05 -6.56E-01 2.48E-05

2.64E-05 -6.54E-01 2.39E-05 -6.54E-01 2.45E-05

2.61E-05 -6.52E-01 2.35E-05 -6.52E-01 2.41E-05

2.59E-05 -6.50E-01 2.32E-05 -6.50E-01 2.37E-05

2.56E-05 -6.48E-01 2.28E-05 -6.48E-01 2.34E-05

2.52E-05 -6.46E-01 2.24E-05 -6.46E-01 2.30E-05

2.49E-05 -6.44E-01 2.20E-05 -6.44E-01 2.27E-05

2.45E-05 -6.42E-01 2.17E-05 -6.42E-01 2.23E-05

2.44E-05 -6.40E-01 2.13E-05 -6.40E-01 2.20E-05

2.39E-05 -6.38E-01 2.09E-05 -6.38E-01 2.16E-05

2.36E-05 -6.36E-01 2.06E-05 -6.36E-01 2.13E-05

2.34E-05 -6.34E-01 2.02E-05 -6.34E-01 2.10E-05

2.30E-05 -6.32E-01 1.99E-05 -6.32E-01 2.06E-05

2.27E-05 -6.30E-01 1.95E-05 -6.30E-01 2.03E-05

2.23E-05 -6.28E-01 1.92E-05 -6.28E-01 2.00E-05

2.19E-05 -6.26E-01 1.89E-05 -6.26E-01 1.96E-05

2.18E-05 -6.24E-01 1.85E-05 -6.24E-01 1.93E-05

2.13E-05 -6.22E-01 1.82E-05 -6.22E-01 1.90E-05

2.09E-05 -6.20E-01 1.79E-05 -6.20E-01 1.86E-05

2.05E-05 -6.18E-01 1.75E-05 -6.18E-01 1.83E-05

2.01E-05 -6.16E-01 1.72E-05 -6.16E-01 1.80E-05

2.01E-05 -6.14E-01 1.69E-05 -6.14E-01 1.77E-05

1.98E-05 -6.12E-01 1.66E-05 -6.12E-01 1.73E-05

1.95E-05 -6.10E-01 1.62E-05 -6.10E-01 1.70E-05

1.91E-05 -6.08E-01 1.59E-05 -6.08E-01 1.67E-05

1.85E-05 -6.06E-01 1.56E-05 -6.06E-01 1.64E-05

1.83E-05 -6.04E-01 1.53E-05 -6.04E-01 1.60E-05

1.80E-05 -6.02E-01 1.49E-05 -6.02E-01 1.57E-05

1.76E-05 -6.00E-01 1.46E-05 -6.00E-01 1.54E-05

1.72E-05 -5.98E-01 1.43E-05 -5.98E-01 1.50E-05

1.66E-05 -5.96E-01 1.40E-05 -5.96E-01 1.47E-05

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 77: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

62

1.61E-05 -5.94E-01 1.37E-05 -5.94E-01 1.44E-05

1.59E-05 -5.92E-01 1.33E-05 -5.92E-01 1.40E-05

1.55E-05 -5.90E-01 1.30E-05 -5.90E-01 1.37E-05

1.51E-05 -5.88E-01 1.27E-05 -5.88E-01 1.34E-05

1.45E-05 -5.86E-01 1.24E-05 -5.86E-01 1.30E-05

1.38E-05 -5.84E-01 1.20E-05 -5.84E-01 1.27E-05

1.37E-05 -5.82E-01 1.17E-05 -5.82E-01 1.23E-05

1.34E-05 -5.80E-01 1.14E-05 -5.80E-01 1.20E-05

1.30E-05 -5.78E-01 1.10E-05 -5.78E-01 1.16E-05

1.24E-05 -5.76E-01 1.07E-05 -5.76E-01 1.12E-05

1.18E-05 -5.74E-01 1.03E-05 -5.74E-01 1.09E-05

1.17E-05 -5.72E-01 9.99E-06 -5.72E-01 1.05E-05

1.12E-05 -5.70E-01 9.63E-06 -5.70E-01 1.01E-05

1.06E-05 -5.68E-01 9.27E-06 -5.68E-01 9.73E-06

1.02E-05 -5.66E-01 8.92E-06 -5.66E-01 9.36E-06

9.97E-06 -5.64E-01 8.53E-06 -5.64E-01 8.94E-06

9.32E-06 -5.62E-01 8.15E-06 -5.62E-01 8.54E-06

8.76E-06 -5.60E-01 7.76E-06 -5.60E-01 8.12E-06

8.03E-06 -5.58E-01 7.38E-06 -5.58E-01 7.72E-06

7.86E-06 -5.56E-01 6.96E-06 -5.56E-01 7.27E-06

7.65E-06 -5.54E-01 6.54E-06 -5.54E-01 6.83E-06

7.16E-06 -5.52E-01 6.16E-06 -5.52E-01 6.42E-06

6.44E-06 -5.50E-01 5.70E-06 -5.50E-01 5.93E-06

5.71E-06 -5.48E-01 5.23E-06 -5.48E-01 5.44E-06

5.44E-06 -5.46E-01 4.77E-06 -5.46E-01 4.95E-06

4.88E-06 -5.44E-01 4.30E-06 -5.44E-01 4.45E-06

4.23E-06 -5.42E-01 3.81E-06 -5.42E-01 3.94E-06

3.59E-06 -5.40E-01 3.33E-06 -5.40E-01 3.44E-06

3.15E-06 -5.38E-01 2.78E-06 -5.38E-01 2.87E-06

2.66E-06 -5.36E-01 2.24E-06 -5.36E-01 2.31E-06

1.99E-06 -5.34E-01 1.69E-06 -5.34E-01 1.73E-06

1.39E-06 -5.32E-01 1.14E-06 -5.32E-01 1.17E-06

6.01E-07 -5.30E-01 5.43E-07 -5.30E-01 5.54E-07

1.06E-07 -5.28E-01 7.59E-08 -5.28E-01 7.88E-08

6.51E-07 -5.26E-01 6.85E-07 -5.26E-01 6.99E-07

9.58E-07 -5.24E-01 1.39E-06 -5.24E-01 1.41E-06

1.62E-06 -5.22E-01 2.08E-06 -5.22E-01 2.11E-06

1.97E-06 -5.20E-01 2.80E-06 -5.20E-01 2.83E-06

2.61E-06 -5.18E-01 3.55E-06 -5.18E-01 3.58E-06

3.15E-06 -5.16E-01 4.33E-06 -5.16E-01 4.35E-06

3.99E-06 -5.14E-01 5.11E-06 -5.14E-01 5.12E-06

4.71E-06 -5.12E-01 5.95E-06 -5.12E-01 5.95E-06

5.56E-06 -5.10E-01 6.84E-06 -5.10E-01 6.81E-06

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 78: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

63

6.34E-06 -5.08E-01 7.76E-06 -5.08E-01 7.71E-06

7.13E-06 -5.06E-01 8.73E-06 -5.06E-01 8.64E-06

7.87E-06 -5.04E-01 9.74E-06 -5.04E-01 9.60E-06

8.94E-06 -5.02E-01 1.08E-05 -5.02E-01 1.06E-05

9.83E-06 -5.00E-01 1.19E-05 -5.00E-01 1.17E-05

1.08E-05 -4.98E-01 1.31E-05 -4.98E-01 1.27E-05

1.16E-05 -4.96E-01 1.43E-05 -4.96E-01 1.39E-05

1.25E-05 -4.94E-01 1.56E-05 -4.94E-01 1.51E-05

1.39E-05 -4.92E-01 1.69E-05 -4.92E-01 1.63E-05

1.55E-05 -4.90E-01 1.83E-05 -4.90E-01 1.76E-05

1.67E-05 -4.88E-01 1.97E-05 -4.88E-01 1.89E-05

1.82E-05 -4.86E-01 2.13E-05 -4.86E-01 2.03E-05

1.94E-05 -4.84E-01 2.29E-05 -4.84E-01 2.18E-05

2.10E-05 -4.82E-01 2.45E-05 -4.82E-01 2.32E-05

2.27E-05 -4.80E-01 2.63E-05 -4.80E-01 2.48E-05

2.45E-05 -4.78E-01 2.82E-05 -4.78E-01 2.64E-05

2.68E-05 -4.76E-01 3.01E-05 -4.76E-01 2.81E-05

2.89E-05 -4.74E-01 3.22E-05 -4.74E-01 2.99E-05

3.09E-05 -4.72E-01 3.43E-05 -4.72E-01 3.18E-05

3.30E-05 -4.70E-01 3.66E-05 -4.70E-01 3.37E-05

3.52E-05 -4.68E-01 3.90E-05 -4.68E-01 3.57E-05

3.82E-05 -4.66E-01 4.15E-05 -4.66E-01 3.78E-05

4.11E-05 -4.64E-01 4.41E-05 -4.64E-01 4.00E-05

4.38E-05 -4.62E-01 4.69E-05 -4.62E-01 4.23E-05

4.72E-05 -4.60E-01 4.96E-05 -4.60E-01 4.46E-05

5.14E-05 -4.58E-01 5.29E-05 -4.58E-01 4.73E-05

5.53E-05 -4.56E-01 5.59E-05 -4.56E-01 4.98E-05

5.95E-05 -4.54E-01 5.95E-05 -4.54E-01 5.26E-05

6.29E-05 -4.52E-01 6.28E-05 -4.52E-01 5.54E-05

6.76E-05 -4.50E-01 6.66E-05 -4.50E-01 5.84E-05

7.32E-05 -4.48E-01 7.07E-05 -4.48E-01 6.17E-05

7.91E-05 -4.46E-01 7.49E-05 -4.46E-01 6.49E-05

8.65E-05 -4.44E-01 7.93E-05 -4.44E-01 6.84E-05

9.36E-05 -4.42E-01 8.39E-05 -4.42E-01 7.19E-05

1.01E-04 -4.40E-01 8.87E-05 -4.40E-01 7.57E-05

1.10E-04 -4.38E-01 9.38E-05 -4.38E-01 7.96E-05

1.20E-04 -4.36E-01 9.92E-05 -4.36E-01 8.37E-05

1.30E-04 -4.34E-01 1.05E-04 -4.34E-01 8.78E-05

1.41E-04 -4.32E-01 1.11E-04 -4.32E-01 9.25E-05

1.53E-04 -4.30E-01 1.17E-04 -4.30E-01 9.72E-05

1.66E-04 -4.28E-01 1.24E-04 -4.28E-01 1.02E-04

1.80E-04 -4.26E-01 1.30E-04 -4.26E-01 1.07E-04

1.96E-04 -4.24E-01 1.38E-04 -4.24E-01 1.13E-04

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 79: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

64

2.13E-04 -4.22E-01 1.45E-04 -4.22E-01 1.18E-04

2.32E-04 -4.20E-01 1.54E-04 -4.20E-01 1.24E-04

2.51E-04 -4.18E-01 1.62E-04 -4.18E-01 1.30E-04

2.73E-04 -4.16E-01 1.71E-04 -4.16E-01 1.36E-04

2.98E-04 -4.14E-01 1.81E-04 -4.14E-01 1.43E-04

3.24E-04 -4.12E-01 1.91E-04 -4.12E-01 1.50E-04

3.53E-04 -4.10E-01 2.01E-04 -4.10E-01 1.57E-04

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 80: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

65

LAMPIRAN 3. Data tafel 4 ml the rosella dalam excel

CURVE (rossela 4ml.dta) Fit 1 [Tafel]

7.78E-05 -7.71E-01 3.55E-05 -7.71E-01 2.90E-05

5.85E-05 -7.69E-01 3.52E-05 -7.69E-01 2.88E-05

4.93E-05 -7.67E-01 3.48E-05 -7.67E-01 2.86E-05

4.41E-05 -7.65E-01 3.43E-05 -7.65E-01 2.84E-05

4.06E-05 -7.63E-01 3.38E-05 -7.63E-01 2.83E-05

3.80E-05 -7.61E-01 3.34E-05 -7.61E-01 2.81E-05

3.60E-05 -7.59E-01 3.30E-05 -7.59E-01 2.79E-05

3.43E-05 -7.57E-01 3.25E-05 -7.57E-01 2.77E-05

3.27E-05 -7.55E-01 3.21E-05 -7.55E-01 2.75E-05

3.13E-05 -7.53E-01 3.17E-05 -7.53E-01 2.73E-05

3.05E-05 -7.51E-01 3.13E-05 -7.51E-01 2.71E-05

2.95E-05 -7.49E-01 3.09E-05 -7.49E-01 2.69E-05

2.87E-05 -7.47E-01 3.05E-05 -7.47E-01 2.67E-05

2.78E-05 -7.45E-01 3.01E-05 -7.45E-01 2.65E-05

2.72E-05 -7.43E-01 2.97E-05 -7.43E-01 2.63E-05

2.64E-05 -7.41E-01 2.93E-05 -7.41E-01 2.61E-05

2.59E-05 -7.39E-01 2.89E-05 -7.39E-01 2.59E-05

2.53E-05 -7.37E-01 2.86E-05 -7.37E-01 2.57E-05

2.49E-05 -7.35E-01 2.82E-05 -7.35E-01 2.55E-05

2.44E-05 -7.33E-01 2.78E-05 -7.33E-01 2.53E-05

2.39E-05 -7.31E-01 2.74E-05 -7.31E-01 2.51E-05

2.36E-05 -7.29E-01 2.71E-05 -7.29E-01 2.49E-05

2.33E-05 -7.27E-01 2.67E-05 -7.27E-01 2.47E-05

2.31E-05 -7.25E-01 2.64E-05 -7.25E-01 2.45E-05

2.27E-05 -7.23E-01 2.60E-05 -7.23E-01 2.43E-05

2.25E-05 -7.21E-01 2.57E-05 -7.21E-01 2.41E-05

2.21E-05 -7.19E-01 2.53E-05 -7.19E-01 2.39E-05

2.21E-05 -7.17E-01 2.50E-05 -7.17E-01 2.37E-05

2.18E-05 -7.15E-01 2.46E-05 -7.15E-01 2.35E-05

2.16E-05 -7.13E-01 2.43E-05 -7.13E-01 2.33E-05

2.14E-05 -7.11E-01 2.39E-05 -7.11E-01 2.31E-05

2.12E-05 -7.09E-01 2.36E-05 -7.09E-01 2.29E-05

2.10E-05 -7.07E-01 2.33E-05 -7.07E-01 2.27E-05

2.08E-05 -7.05E-01 2.30E-05 -7.05E-01 2.25E-05

2.07E-05 -7.03E-01 2.26E-05 -7.03E-01 2.22E-05

2.04E-05 -7.01E-01 2.23E-05 -7.01E-01 2.20E-05

2.02E-05 -6.99E-01 2.20E-05 -6.99E-01 2.18E-05

2.03E-05 -6.97E-01 2.17E-05 -6.97E-01 2.16E-05

2.01E-05 -6.95E-01 2.14E-05 -6.95E-01 2.14E-05

2.00E-05 -6.93E-01 2.11E-05 -6.93E-01 2.12E-05

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 81: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

66

2.00E-05 -6.91E-01 2.08E-05 -6.91E-01 2.09E-05

1.97E-05 -6.89E-01 2.05E-05 -6.89E-01 2.07E-05

1.95E-05 -6.88E-01 2.02E-05 -6.88E-01 2.05E-05

1.93E-05 -6.85E-01 1.99E-05 -6.85E-01 2.03E-05

1.94E-05 -6.83E-01 1.96E-05 -6.83E-01 2.00E-05

1.93E-05 -6.81E-01 1.93E-05 -6.81E-01 1.98E-05

1.92E-05 -6.80E-01 1.90E-05 -6.80E-01 1.96E-05

1.91E-05 -6.77E-01 1.87E-05 -6.77E-01 1.94E-05

1.89E-05 -6.75E-01 1.84E-05 -6.75E-01 1.91E-05

1.88E-05 -6.74E-01 1.81E-05 -6.74E-01 1.89E-05

1.86E-05 -6.71E-01 1.78E-05 -6.71E-01 1.87E-05

1.85E-05 -6.69E-01 1.76E-05 -6.69E-01 1.84E-05

1.84E-05 -6.68E-01 1.73E-05 -6.68E-01 1.82E-05

1.83E-05 -6.66E-01 1.70E-05 -6.66E-01 1.79E-05

1.83E-05 -6.64E-01 1.67E-05 -6.64E-01 1.77E-05

1.81E-05 -6.62E-01 1.65E-05 -6.62E-01 1.75E-05

1.80E-05 -6.60E-01 1.62E-05 -6.60E-01 1.72E-05

1.76E-05 -6.57E-01 1.59E-05 -6.57E-01 1.70E-05

1.74E-05 -6.56E-01 1.56E-05 -6.56E-01 1.67E-05

1.71E-05 -6.53E-01 1.53E-05 -6.53E-01 1.65E-05

1.71E-05 -6.52E-01 1.51E-05 -6.52E-01 1.62E-05

1.68E-05 -6.49E-01 1.48E-05 -6.49E-01 1.59E-05

1.67E-05 -6.48E-01 1.45E-05 -6.48E-01 1.57E-05

1.65E-05 -6.46E-01 1.43E-05 -6.46E-01 1.54E-05

1.62E-05 -6.44E-01 1.40E-05 -6.44E-01 1.52E-05

1.61E-05 -6.42E-01 1.37E-05 -6.42E-01 1.49E-05

1.58E-05 -6.40E-01 1.35E-05 -6.40E-01 1.47E-05

1.56E-05 -6.38E-01 1.32E-05 -6.38E-01 1.44E-05

1.52E-05 -6.36E-01 1.29E-05 -6.36E-01 1.41E-05

1.51E-05 -6.34E-01 1.27E-05 -6.34E-01 1.39E-05

1.48E-05 -6.32E-01 1.24E-05 -6.32E-01 1.36E-05

1.45E-05 -6.30E-01 1.21E-05 -6.30E-01 1.33E-05

1.42E-05 -6.28E-01 1.19E-05 -6.28E-01 1.30E-05

1.38E-05 -6.26E-01 1.16E-05 -6.26E-01 1.27E-05

1.35E-05 -6.24E-01 1.13E-05 -6.24E-01 1.24E-05

1.34E-05 -6.22E-01 1.11E-05 -6.22E-01 1.22E-05

1.32E-05 -6.20E-01 1.08E-05 -6.20E-01 1.19E-05

1.30E-05 -6.18E-01 1.05E-05 -6.18E-01 1.16E-05

1.27E-05 -6.16E-01 1.02E-05 -6.16E-01 1.13E-05

1.23E-05 -6.14E-01 9.96E-06 -6.14E-01 1.10E-05

1.19E-05 -6.12E-01 9.68E-06 -6.12E-01 1.07E-05

1.16E-05 -6.10E-01 9.40E-06 -6.10E-01 1.04E-05

1.14E-05 -6.08E-01 9.12E-06 -6.08E-01 1.01E-05

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 82: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

67

1.11E-05 -6.06E-01 8.84E-06 -6.06E-01 9.75E-06

1.07E-05 -6.04E-01 8.56E-06 -6.04E-01 9.44E-06

1.04E-05 -6.02E-01 8.28E-06 -6.02E-01 9.12E-06

1.02E-05 -6.00E-01 7.99E-06 -6.00E-01 8.80E-06

9.91E-06 -5.98E-01 7.70E-06 -5.98E-01 8.48E-06

9.66E-06 -5.96E-01 7.41E-06 -5.96E-01 8.15E-06

9.20E-06 -5.94E-01 7.11E-06 -5.94E-01 7.82E-06

8.73E-06 -5.92E-01 6.81E-06 -5.92E-01 7.48E-06

8.29E-06 -5.90E-01 6.51E-06 -5.90E-01 7.15E-06

8.20E-06 -5.88E-01 6.21E-06 -5.88E-01 6.80E-06

7.67E-06 -5.86E-01 5.90E-06 -5.86E-01 6.46E-06

7.14E-06 -5.84E-01 5.59E-06 -5.84E-01 6.11E-06

6.88E-06 -5.82E-01 5.28E-06 -5.82E-01 5.76E-06

6.55E-06 -5.80E-01 4.96E-06 -5.80E-01 5.40E-06

6.15E-06 -5.78E-01 4.64E-06 -5.78E-01 5.04E-06

5.70E-06 -5.76E-01 4.31E-06 -5.76E-01 4.67E-06

5.25E-06 -5.74E-01 3.98E-06 -5.74E-01 4.31E-06

4.82E-06 -5.72E-01 3.62E-06 -5.72E-01 3.91E-06

4.37E-06 -5.70E-01 3.28E-06 -5.70E-01 3.54E-06

3.87E-06 -5.68E-01 2.95E-06 -5.68E-01 3.17E-06

3.39E-06 -5.66E-01 2.60E-06 -5.66E-01 2.79E-06

2.83E-06 -5.64E-01 2.24E-06 -5.64E-01 2.40E-06

2.36E-06 -5.62E-01 1.88E-06 -5.62E-01 2.00E-06

1.74E-06 -5.60E-01 1.51E-06 -5.60E-01 1.60E-06

1.29E-06 -5.58E-01 1.13E-06 -5.58E-01 1.20E-06

8.79E-07 -5.56E-01 7.46E-07 -5.56E-01 7.88E-07

4.11E-07 -5.54E-01 3.55E-07 -5.54E-01 3.74E-07

5.94E-08 -5.52E-01 4.33E-08 -5.52E-01 4.50E-08

3.01E-07 -5.50E-01 4.29E-07 -5.50E-01 4.48E-07

6.45E-07 -5.48E-01 8.43E-07 -5.48E-01 8.77E-07

1.21E-06 -5.46E-01 1.27E-06 -5.46E-01 1.31E-06

1.71E-06 -5.44E-01 1.72E-06 -5.44E-01 1.77E-06

2.01E-06 -5.42E-01 2.16E-06 -5.42E-01 2.22E-06

2.34E-06 -5.40E-01 2.61E-06 -5.40E-01 2.67E-06

2.80E-06 -5.38E-01 3.05E-06 -5.38E-01 3.10E-06

3.14E-06 -5.36E-01 3.51E-06 -5.36E-01 3.57E-06

3.59E-06 -5.34E-01 3.99E-06 -5.34E-01 4.03E-06

3.99E-06 -5.32E-01 4.49E-06 -5.32E-01 4.51E-06

4.43E-06 -5.30E-01 4.96E-06 -5.30E-01 4.96E-06

4.60E-06 -5.28E-01 5.48E-06 -5.28E-01 5.45E-06

4.96E-06 -5.26E-01 6.00E-06 -5.26E-01 5.94E-06

5.51E-06 -5.24E-01 6.57E-06 -5.24E-01 6.46E-06

5.90E-06 -5.22E-01 7.09E-06 -5.22E-01 6.94E-06

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 83: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

68

6.41E-06 -5.20E-01 7.71E-06 -5.20E-01 7.51E-06

6.88E-06 -5.18E-01 8.29E-06 -5.18E-01 8.02E-06

7.20E-06 -5.16E-01 8.89E-06 -5.16E-01 8.55E-06

7.34E-06 -5.14E-01 9.47E-06 -5.14E-01 9.05E-06

7.87E-06 -5.12E-01 1.01E-05 -5.12E-01 9.59E-06

8.23E-06 -5.10E-01 1.07E-05 -5.10E-01 1.01E-05

8.54E-06 -5.08E-01 1.14E-05 -5.08E-01 1.07E-05

9.10E-06 -5.06E-01 1.21E-05 -5.06E-01 1.13E-05

9.88E-06 -5.04E-01 1.28E-05 -5.04E-01 1.18E-05

1.05E-05 -5.02E-01 1.35E-05 -5.02E-01 1.24E-05

1.08E-05 -5.00E-01 1.42E-05 -5.00E-01 1.30E-05

1.16E-05 -4.98E-01 1.50E-05 -4.98E-01 1.36E-05

1.23E-05 -4.96E-01 1.57E-05 -4.96E-01 1.42E-05

1.31E-05 -4.94E-01 1.65E-05 -4.94E-01 1.48E-05

1.41E-05 -4.92E-01 1.73E-05 -4.92E-01 1.54E-05

1.48E-05 -4.90E-01 1.82E-05 -4.90E-01 1.60E-05

1.57E-05 -4.88E-01 1.90E-05 -4.88E-01 1.67E-05

1.67E-05 -4.86E-01 1.99E-05 -4.86E-01 1.73E-05

1.78E-05 -4.84E-01 2.08E-05 -4.84E-01 1.79E-05

1.89E-05 -4.82E-01 2.18E-05 -4.82E-01 1.86E-05

2.02E-05 -4.80E-01 2.27E-05 -4.80E-01 1.93E-05

2.17E-05 -4.78E-01 2.37E-05 -4.78E-01 1.99E-05

2.26E-05 -4.76E-01 2.47E-05 -4.76E-01 2.06E-05

2.42E-05 -4.74E-01 2.57E-05 -4.74E-01 2.13E-05

2.60E-05 -4.72E-01 2.68E-05 -4.72E-01 2.20E-05

2.73E-05 -4.70E-01 2.79E-05 -4.70E-01 2.27E-05

2.95E-05 -4.68E-01 2.91E-05 -4.68E-01 2.35E-05

3.16E-05 -4.66E-01 3.03E-05 -4.66E-01 2.42E-05

3.36E-05 -4.64E-01 3.14E-05 -4.64E-01 2.49E-05

3.62E-05 -4.62E-01 3.28E-05 -4.62E-01 2.57E-05

3.88E-05 -4.60E-01 3.40E-05 -4.60E-01 2.65E-05

4.12E-05 -4.58E-01 3.53E-05 -4.58E-01 2.72E-05

4.41E-05 -4.56E-01 3.67E-05 -4.56E-01 2.80E-05

4.74E-05 -4.54E-01 3.81E-05 -4.54E-01 2.88E-05

5.11E-05 -4.52E-01 3.94E-05 -4.52E-01 2.96E-05

5.49E-05 -4.50E-01 4.09E-05 -4.50E-01 3.04E-05

5.87E-05 -4.48E-01 4.25E-05 -4.48E-01 3.13E-05

6.28E-05 -4.46E-01 4.41E-05 -4.46E-01 3.22E-05

6.77E-05 -4.44E-01 4.58E-05 -4.44E-01 3.31E-05

7.29E-05 -4.42E-01 4.74E-05 -4.42E-01 3.39E-05

7.79E-05 -4.40E-01 4.92E-05 -4.40E-01 3.48E-05

8.34E-05 -4.38E-01 5.10E-05 -4.38E-01 3.57E-05

8.96E-05 -4.36E-01 5.29E-05 -4.36E-01 3.67E-05

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 84: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

69

9.60E-05 -4.34E-01 5.47E-05 -4.34E-01 3.75E-05

1.03E-04 -4.32E-01 5.67E-05 -4.32E-01 3.85E-05

1.11E-04 -4.30E-01 5.87E-05 -4.30E-01 3.94E-05

1.18E-04 -4.28E-01 6.08E-05 -4.28E-01 4.04E-05

1.27E-04 -4.26E-01 6.29E-05 -4.26E-01 4.14E-05

1.36E-04 -4.24E-01 6.51E-05 -4.24E-01 4.24E-05

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 85: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

70

LAMPIRAN 4. Data tafel 6 ml the rosella dalam excel

CURVE (rossela 6ml.dta) Fit 1 [Tafel]

7.60E-05 -8.28E-01 3.06E-05 -8.28E-01 3.10E-05

6.02E-05 -8.26E-01 3.05E-05 -8.26E-01 3.09E-05

5.20E-05 -8.24E-01 3.04E-05 -8.24E-01 3.08E-05

4.70E-05 -8.22E-01 3.03E-05 -8.22E-01 3.07E-05

4.35E-05 -8.20E-01 3.02E-05 -8.20E-01 3.06E-05

4.09E-05 -8.19E-01 3.01E-05 -8.19E-01 3.04E-05

3.89E-05 -8.16E-01 2.99E-05 -8.16E-01 3.03E-05

3.71E-05 -8.14E-01 2.98E-05 -8.14E-01 3.02E-05

3.55E-05 -8.12E-01 2.97E-05 -8.12E-01 3.01E-05

3.44E-05 -8.10E-01 2.96E-05 -8.10E-01 2.99E-05

3.35E-05 -8.09E-01 2.95E-05 -8.09E-01 2.98E-05

3.27E-05 -8.07E-01 2.94E-05 -8.07E-01 2.97E-05

3.18E-05 -8.04E-01 2.93E-05 -8.04E-01 2.96E-05

3.11E-05 -8.02E-01 2.91E-05 -8.02E-01 2.95E-05

3.04E-05 -8.00E-01 2.90E-05 -8.00E-01 2.93E-05

2.99E-05 -7.99E-01 2.89E-05 -7.99E-01 2.92E-05

2.94E-05 -7.97E-01 2.88E-05 -7.97E-01 2.91E-05

2.89E-05 -7.94E-01 2.87E-05 -7.94E-01 2.90E-05

2.85E-05 -7.93E-01 2.86E-05 -7.93E-01 2.88E-05

2.80E-05 -7.90E-01 2.84E-05 -7.90E-01 2.87E-05

2.77E-05 -7.89E-01 2.83E-05 -7.89E-01 2.86E-05

2.74E-05 -7.86E-01 2.82E-05 -7.86E-01 2.85E-05

2.71E-05 -7.84E-01 2.81E-05 -7.84E-01 2.83E-05

2.67E-05 -7.82E-01 2.80E-05 -7.82E-01 2.82E-05

2.64E-05 -7.80E-01 2.79E-05 -7.80E-01 2.81E-05

2.65E-05 -7.78E-01 2.77E-05 -7.78E-01 2.79E-05

2.62E-05 -7.76E-01 2.76E-05 -7.76E-01 2.78E-05

2.61E-05 -7.75E-01 2.75E-05 -7.75E-01 2.77E-05

2.57E-05 -7.73E-01 2.74E-05 -7.73E-01 2.76E-05

2.55E-05 -7.71E-01 2.73E-05 -7.71E-01 2.74E-05

2.52E-05 -7.68E-01 2.71E-05 -7.68E-01 2.73E-05

2.49E-05 -7.67E-01 2.70E-05 -7.67E-01 2.72E-05

2.47E-05 -7.65E-01 2.69E-05 -7.65E-01 2.71E-05

2.46E-05 -7.63E-01 2.68E-05 -7.63E-01 2.69E-05

2.43E-05 -7.61E-01 2.66E-05 -7.61E-01 2.68E-05

2.41E-05 -7.59E-01 2.65E-05 -7.59E-01 2.66E-05

2.38E-05 -7.56E-01 2.64E-05 -7.56E-01 2.65E-05

2.36E-05 -7.55E-01 2.62E-05 -7.55E-01 2.64E-05

2.35E-05 -7.52E-01 2.61E-05 -7.52E-01 2.62E-05

2.35E-05 -7.51E-01 2.60E-05 -7.51E-01 2.61E-05

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 86: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

71

2.33E-05 -7.49E-01 2.58E-05 -7.49E-01 2.59E-05

2.31E-05 -7.46E-01 2.57E-05 -7.46E-01 2.58E-05

2.28E-05 -7.45E-01 2.56E-05 -7.45E-01 2.57E-05

2.27E-05 -7.43E-01 2.54E-05 -7.43E-01 2.55E-05

2.25E-05 -7.41E-01 2.53E-05 -7.41E-01 2.54E-05

2.24E-05 -7.39E-01 2.51E-05 -7.39E-01 2.52E-05

2.22E-05 -7.37E-01 2.50E-05 -7.37E-01 2.51E-05

2.22E-05 -7.35E-01 2.48E-05 -7.35E-01 2.49E-05

2.21E-05 -7.33E-01 2.47E-05 -7.33E-01 2.47E-05

2.19E-05 -7.31E-01 2.45E-05 -7.31E-01 2.46E-05

2.19E-05 -7.29E-01 2.44E-05 -7.29E-01 2.44E-05

2.19E-05 -7.27E-01 2.42E-05 -7.27E-01 2.42E-05

2.19E-05 -7.25E-01 2.40E-05 -7.25E-01 2.41E-05

2.19E-05 -7.23E-01 2.39E-05 -7.23E-01 2.39E-05

2.20E-05 -7.21E-01 2.37E-05 -7.21E-01 2.37E-05

2.19E-05 -7.19E-01 2.35E-05 -7.19E-01 2.36E-05

2.20E-05 -7.17E-01 2.33E-05 -7.17E-01 2.34E-05

2.19E-05 -7.15E-01 2.32E-05 -7.15E-01 2.32E-05

2.16E-05 -7.13E-01 2.30E-05 -7.13E-01 2.30E-05

2.18E-05 -7.11E-01 2.28E-05 -7.11E-01 2.28E-05

2.16E-05 -7.09E-01 2.26E-05 -7.09E-01 2.26E-05

2.16E-05 -7.07E-01 2.24E-05 -7.07E-01 2.24E-05

2.15E-05 -7.05E-01 2.22E-05 -7.05E-01 2.22E-05

2.13E-05 -7.03E-01 2.19E-05 -7.03E-01 2.19E-05

2.12E-05 -7.01E-01 2.17E-05 -7.01E-01 2.17E-05

2.10E-05 -6.99E-01 2.15E-05 -6.99E-01 2.15E-05

2.09E-05 -6.97E-01 2.13E-05 -6.97E-01 2.13E-05

2.07E-05 -6.95E-01 2.10E-05 -6.95E-01 2.10E-05

2.04E-05 -6.93E-01 2.08E-05 -6.93E-01 2.08E-05

2.02E-05 -6.91E-01 2.05E-05 -6.91E-01 2.05E-05

1.99E-05 -6.89E-01 2.03E-05 -6.89E-01 2.02E-05

1.97E-05 -6.87E-01 2.00E-05 -6.87E-01 2.00E-05

1.95E-05 -6.85E-01 1.97E-05 -6.85E-01 1.97E-05

1.93E-05 -6.83E-01 1.94E-05 -6.83E-01 1.94E-05

1.91E-05 -6.81E-01 1.91E-05 -6.81E-01 1.91E-05

1.88E-05 -6.79E-01 1.88E-05 -6.79E-01 1.88E-05

1.85E-05 -6.77E-01 1.85E-05 -6.77E-01 1.85E-05

1.83E-05 -6.75E-01 1.82E-05 -6.75E-01 1.81E-05

1.80E-05 -6.73E-01 1.78E-05 -6.73E-01 1.78E-05

1.80E-05 -6.71E-01 1.75E-05 -6.71E-01 1.74E-05

1.75E-05 -6.69E-01 1.71E-05 -6.69E-01 1.70E-05

1.71E-05 -6.67E-01 1.67E-05 -6.67E-01 1.66E-05

1.67E-05 -6.65E-01 1.63E-05 -6.65E-01 1.62E-05

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 87: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

72

1.64E-05 -6.63E-01 1.59E-05 -6.63E-01 1.58E-05

1.59E-05 -6.61E-01 1.54E-05 -6.61E-01 1.54E-05

1.55E-05 -6.59E-01 1.50E-05 -6.59E-01 1.49E-05

1.52E-05 -6.57E-01 1.45E-05 -6.57E-01 1.45E-05

1.47E-05 -6.55E-01 1.40E-05 -6.55E-01 1.40E-05

1.43E-05 -6.53E-01 1.35E-05 -6.53E-01 1.35E-05

1.37E-05 -6.51E-01 1.30E-05 -6.51E-01 1.29E-05

1.31E-05 -6.49E-01 1.24E-05 -6.49E-01 1.24E-05

1.24E-05 -6.47E-01 1.18E-05 -6.47E-01 1.18E-05

1.18E-05 -6.45E-01 1.12E-05 -6.45E-01 1.12E-05

1.12E-05 -6.43E-01 1.06E-05 -6.43E-01 1.06E-05

1.05E-05 -6.41E-01 9.96E-06 -6.41E-01 9.92E-06

9.91E-06 -6.39E-01 9.27E-06 -6.39E-01 9.24E-06

9.13E-06 -6.37E-01 8.56E-06 -6.37E-01 8.53E-06

8.31E-06 -6.35E-01 7.82E-06 -6.35E-01 7.79E-06

7.42E-06 -6.33E-01 7.04E-06 -6.33E-01 7.01E-06

6.47E-06 -6.31E-01 6.22E-06 -6.31E-01 6.20E-06

5.58E-06 -6.29E-01 5.42E-06 -6.29E-01 5.40E-06

4.67E-06 -6.27E-01 4.48E-06 -6.27E-01 4.47E-06

3.67E-06 -6.25E-01 3.55E-06 -6.25E-01 3.54E-06

2.79E-06 -6.23E-01 2.58E-06 -6.23E-01 2.57E-06

1.77E-06 -6.21E-01 1.62E-06 -6.21E-01 1.61E-06

6.24E-07 -6.19E-01 5.04E-07 -6.19E-01 5.02E-07

6.61E-07 -6.17E-01 5.52E-07 -6.17E-01 5.50E-07

1.82E-06 -6.15E-01 1.71E-06 -6.15E-01 1.71E-06

2.96E-06 -6.13E-01 2.87E-06 -6.13E-01 2.86E-06

4.49E-06 -6.11E-01 4.14E-06 -6.11E-01 4.12E-06

5.94E-06 -6.09E-01 5.47E-06 -6.09E-01 5.45E-06

7.52E-06 -6.07E-01 6.86E-06 -6.07E-01 6.83E-06

9.27E-06 -6.05E-01 8.39E-06 -6.05E-01 8.36E-06

1.08E-05 -6.03E-01 9.92E-06 -6.03E-01 9.89E-06

1.26E-05 -6.01E-01 1.15E-05 -6.01E-01 1.15E-05

1.44E-05 -5.99E-01 1.33E-05 -5.99E-01 1.32E-05

1.64E-05 -5.97E-01 1.50E-05 -5.97E-01 1.49E-05

1.84E-05 -5.95E-01 1.68E-05 -5.95E-01 1.68E-05

2.00E-05 -5.93E-01 1.87E-05 -5.93E-01 1.87E-05

2.22E-05 -5.91E-01 2.07E-05 -5.91E-01 2.06E-05

2.43E-05 -5.89E-01 2.29E-05 -5.89E-01 2.28E-05

2.66E-05 -5.87E-01 2.50E-05 -5.87E-01 2.49E-05

2.92E-05 -5.85E-01 2.73E-05 -5.85E-01 2.73E-05

3.18E-05 -5.83E-01 2.98E-05 -5.83E-01 2.97E-05

3.44E-05 -5.81E-01 3.23E-05 -5.81E-01 3.22E-05

3.73E-05 -5.79E-01 3.50E-05 -5.79E-01 3.49E-05

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 88: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

73

4.04E-05 -5.77E-01 3.78E-05 -5.77E-01 3.77E-05

4.34E-05 -5.75E-01 4.08E-05 -5.75E-01 4.07E-05

4.67E-05 -5.73E-01 4.39E-05 -5.73E-01 4.38E-05

4.99E-05 -5.71E-01 4.71E-05 -5.71E-01 4.70E-05

5.32E-05 -5.69E-01 5.05E-05 -5.69E-01 5.04E-05

5.65E-05 -5.67E-01 5.41E-05 -5.67E-01 5.40E-05

6.00E-05 -5.65E-01 5.78E-05 -5.65E-01 5.77E-05

6.36E-05 -5.63E-01 6.18E-05 -5.63E-01 6.17E-05

6.69E-05 -5.61E-01 6.59E-05 -5.61E-01 6.58E-05

7.09E-05 -5.59E-01 7.04E-05 -5.59E-01 7.03E-05

7.55E-05 -5.57E-01 7.50E-05 -5.57E-01 7.49E-05

7.98E-05 -5.55E-01 7.95E-05 -5.55E-01 7.94E-05

8.40E-05 -5.53E-01 8.45E-05 -5.53E-01 8.44E-05

8.84E-05 -5.51E-01 9.00E-05 -5.51E-01 9.00E-05

9.31E-05 -5.49E-01 9.55E-05 -5.49E-01 9.55E-05

9.79E-05 -5.47E-01 1.01E-04 -5.47E-01 1.01E-04

1.03E-04 -5.45E-01 1.07E-04 -5.45E-01 1.07E-04

1.09E-04 -5.43E-01 1.13E-04 -5.43E-01 1.14E-04

1.15E-04 -5.41E-01 1.20E-04 -5.41E-01 1.20E-04

1.21E-04 -5.39E-01 1.27E-04 -5.39E-01 1.27E-04

1.27E-04 -5.37E-01 1.35E-04 -5.37E-01 1.35E-04

1.34E-04 -5.35E-01 1.42E-04 -5.35E-01 1.42E-04

1.41E-04 -5.33E-01 1.50E-04 -5.33E-01 1.51E-04

1.49E-04 -5.31E-01 1.59E-04 -5.31E-01 1.59E-04

1.57E-04 -5.29E-01 1.68E-04 -5.29E-01 1.68E-04

1.66E-04 -5.27E-01 1.77E-04 -5.27E-01 1.77E-04

1.76E-04 -5.25E-01 1.87E-04 -5.25E-01 1.88E-04

1.86E-04 -5.23E-01 1.98E-04 -5.23E-01 1.98E-04

1.97E-04 -5.21E-01 2.08E-04 -5.21E-01 2.09E-04

2.09E-04 -5.19E-01 2.20E-04 -5.19E-01 2.20E-04

2.20E-04 -5.17E-01 2.31E-04 -5.17E-01 2.32E-04

2.33E-04 -5.15E-01 2.44E-04 -5.15E-01 2.45E-04

2.48E-04 -5.13E-01 2.57E-04 -5.13E-01 2.58E-04

2.63E-04 -5.11E-01 2.71E-04 -5.11E-01 2.72E-04

2.80E-04 -5.09E-01 2.85E-04 -5.09E-01 2.86E-04

2.97E-04 -5.07E-01 3.01E-04 -5.07E-01 3.02E-04

3.16E-04 -5.05E-01 3.17E-04 -5.05E-01 3.18E-04

3.36E-04 -5.03E-01 3.33E-04 -5.03E-01 3.35E-04

3.57E-04 -5.01E-01 3.51E-04 -5.01E-01 3.53E-04

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 89: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

74

LAMPIRAN 5. Data tafel 8 ml the rosella dalam excel

CURVE (rossela 8ml.dta) Fit 1 [Tafel]

1.49E-04 -9.32E-01 9.75E-05 -9.32E-01 1.08E-04

1.24E-04 -9.31E-01 9.65E-05 -9.31E-01 1.07E-04

1.10E-04 -9.29E-01 9.45E-05 -9.29E-01 1.04E-04

9.98E-05 -9.27E-01 9.26E-05 -9.27E-01 1.02E-04

9.24E-05 -9.25E-01 9.08E-05 -9.25E-01 9.97E-05

8.67E-05 -9.23E-01 8.89E-05 -9.23E-01 9.74E-05

8.22E-05 -9.21E-01 8.71E-05 -9.21E-01 9.52E-05

7.84E-05 -9.19E-01 8.53E-05 -9.19E-01 9.30E-05

7.52E-05 -9.17E-01 8.36E-05 -9.17E-01 9.09E-05

7.25E-05 -9.15E-01 8.19E-05 -9.15E-01 8.88E-05

7.02E-05 -9.13E-01 8.03E-05 -9.13E-01 8.68E-05

6.82E-05 -9.11E-01 7.86E-05 -9.11E-01 8.48E-05

6.64E-05 -9.09E-01 7.70E-05 -9.09E-01 8.29E-05

6.46E-05 -9.07E-01 7.55E-05 -9.07E-01 8.10E-05

6.32E-05 -9.05E-01 7.39E-05 -9.05E-01 7.91E-05

6.19E-05 -9.03E-01 7.24E-05 -9.03E-01 7.73E-05

6.10E-05 -9.01E-01 7.10E-05 -9.01E-01 7.55E-05

5.95E-05 -8.99E-01 6.95E-05 -8.99E-01 7.38E-05

5.85E-05 -8.97E-01 6.81E-05 -8.97E-01 7.21E-05

5.74E-05 -8.95E-01 6.67E-05 -8.95E-01 7.05E-05

5.65E-05 -8.93E-01 6.54E-05 -8.93E-01 6.89E-05

5.55E-05 -8.91E-01 6.41E-05 -8.91E-01 6.73E-05

5.48E-05 -8.89E-01 6.28E-05 -8.89E-01 6.58E-05

5.41E-05 -8.87E-01 6.15E-05 -8.87E-01 6.43E-05

5.34E-05 -8.85E-01 6.02E-05 -8.85E-01 6.28E-05

5.27E-05 -8.83E-01 5.90E-05 -8.83E-01 6.13E-05

5.21E-05 -8.81E-01 5.78E-05 -8.81E-01 6.00E-05

5.15E-05 -8.79E-01 5.66E-05 -8.79E-01 5.86E-05

5.07E-05 -8.77E-01 5.55E-05 -8.77E-01 5.73E-05

5.02E-05 -8.75E-01 5.44E-05 -8.75E-01 5.60E-05

4.97E-05 -8.73E-01 5.33E-05 -8.73E-01 5.47E-05

4.93E-05 -8.71E-01 5.22E-05 -8.71E-01 5.34E-05

4.88E-05 -8.69E-01 5.11E-05 -8.69E-01 5.22E-05

4.83E-05 -8.67E-01 5.01E-05 -8.67E-01 5.10E-05

4.78E-05 -8.65E-01 4.91E-05 -8.65E-01 4.98E-05

4.73E-05 -8.63E-01 4.81E-05 -8.63E-01 4.87E-05

4.69E-05 -8.61E-01 4.71E-05 -8.61E-01 4.76E-05

4.63E-05 -8.59E-01 4.61E-05 -8.59E-01 4.65E-05

4.58E-05 -8.57E-01 4.52E-05 -8.57E-01 4.54E-05

4.53E-05 -8.55E-01 4.43E-05 -8.55E-01 4.44E-05

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 90: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

75

4.48E-05 -8.53E-01 4.34E-05 -8.53E-01 4.34E-05

4.44E-05 -8.51E-01 4.25E-05 -8.51E-01 4.24E-05

4.39E-05 -8.49E-01 4.16E-05 -8.49E-01 4.14E-05

4.36E-05 -8.47E-01 4.08E-05 -8.47E-01 4.05E-05

4.33E-05 -8.45E-01 4.00E-05 -8.45E-01 3.96E-05

4.29E-05 -8.43E-01 3.91E-05 -8.43E-01 3.87E-05

4.25E-05 -8.41E-01 3.83E-05 -8.41E-01 3.78E-05

4.21E-05 -8.39E-01 3.76E-05 -8.39E-01 3.69E-05

4.19E-05 -8.37E-01 3.68E-05 -8.37E-01 3.61E-05

4.15E-05 -8.35E-01 3.61E-05 -8.35E-01 3.52E-05

4.10E-05 -8.33E-01 3.53E-05 -8.33E-01 3.44E-05

4.06E-05 -8.31E-01 3.46E-05 -8.31E-01 3.36E-05

4.03E-05 -8.29E-01 3.39E-05 -8.29E-01 3.29E-05

4.00E-05 -8.27E-01 3.32E-05 -8.27E-01 3.21E-05

3.96E-05 -8.25E-01 3.25E-05 -8.25E-01 3.14E-05

3.94E-05 -8.23E-01 3.19E-05 -8.23E-01 3.07E-05

3.91E-05 -8.21E-01 3.12E-05 -8.21E-01 3.00E-05

3.88E-05 -8.19E-01 3.06E-05 -8.19E-01 2.93E-05

3.86E-05 -8.17E-01 2.99E-05 -8.17E-01 2.86E-05

3.82E-05 -8.15E-01 2.93E-05 -8.15E-01 2.80E-05

3.79E-05 -8.13E-01 2.87E-05 -8.13E-01 2.73E-05

3.76E-05 -8.11E-01 2.81E-05 -8.11E-01 2.67E-05

3.74E-05 -8.09E-01 2.75E-05 -8.09E-01 2.61E-05

3.71E-05 -8.07E-01 2.70E-05 -8.07E-01 2.55E-05

3.68E-05 -8.05E-01 2.64E-05 -8.05E-01 2.49E-05

3.64E-05 -8.03E-01 2.59E-05 -8.03E-01 2.43E-05

3.61E-05 -8.01E-01 2.53E-05 -8.01E-01 2.37E-05

3.59E-05 -7.99E-01 2.48E-05 -7.99E-01 2.32E-05

3.56E-05 -7.97E-01 2.42E-05 -7.97E-01 2.27E-05

3.53E-05 -7.95E-01 2.37E-05 -7.95E-01 2.21E-05

3.51E-05 -7.93E-01 2.32E-05 -7.93E-01 2.16E-05

3.49E-05 -7.91E-01 2.27E-05 -7.91E-01 2.11E-05

3.47E-05 -7.89E-01 2.22E-05 -7.89E-01 2.06E-05

3.44E-05 -7.87E-01 2.18E-05 -7.87E-01 2.01E-05

3.40E-05 -7.85E-01 2.13E-05 -7.85E-01 1.96E-05

3.37E-05 -7.83E-01 2.08E-05 -7.83E-01 1.92E-05

3.33E-05 -7.81E-01 2.04E-05 -7.81E-01 1.87E-05

3.30E-05 -7.79E-01 1.99E-05 -7.79E-01 1.83E-05

3.26E-05 -7.77E-01 1.95E-05 -7.77E-01 1.78E-05

3.22E-05 -7.75E-01 1.90E-05 -7.75E-01 1.74E-05

3.19E-05 -7.73E-01 1.86E-05 -7.73E-01 1.70E-05

3.14E-05 -7.71E-01 1.81E-05 -7.71E-01 1.65E-05

3.11E-05 -7.69E-01 1.77E-05 -7.69E-01 1.61E-05

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 91: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

76

3.07E-05 -7.67E-01 1.73E-05 -7.67E-01 1.57E-05

3.06E-05 -7.65E-01 1.69E-05 -7.65E-01 1.53E-05

2.99E-05 -7.63E-01 1.64E-05 -7.63E-01 1.49E-05

2.94E-05 -7.61E-01 1.60E-05 -7.61E-01 1.45E-05

2.89E-05 -7.59E-01 1.56E-05 -7.59E-01 1.41E-05

2.84E-05 -7.57E-01 1.52E-05 -7.57E-01 1.38E-05

2.81E-05 -7.55E-01 1.47E-05 -7.55E-01 1.34E-05

2.76E-05 -7.53E-01 1.43E-05 -7.53E-01 1.30E-05

2.70E-05 -7.51E-01 1.39E-05 -7.51E-01 1.26E-05

2.64E-05 -7.49E-01 1.35E-05 -7.49E-01 1.22E-05

2.59E-05 -7.47E-01 1.30E-05 -7.47E-01 1.18E-05

2.53E-05 -7.45E-01 1.26E-05 -7.45E-01 1.14E-05

2.47E-05 -7.43E-01 1.22E-05 -7.43E-01 1.11E-05

2.41E-05 -7.41E-01 1.17E-05 -7.41E-01 1.07E-05

2.35E-05 -7.39E-01 1.13E-05 -7.39E-01 1.03E-05

2.28E-05 -7.37E-01 1.08E-05 -7.37E-01 9.85E-06

2.20E-05 -7.35E-01 1.03E-05 -7.35E-01 9.44E-06

2.11E-05 -7.33E-01 9.84E-06 -7.33E-01 9.01E-06

2.03E-05 -7.31E-01 9.37E-06 -7.31E-01 8.60E-06

1.93E-05 -7.29E-01 8.80E-06 -7.29E-01 8.10E-06

1.84E-05 -7.27E-01 8.30E-06 -7.27E-01 7.66E-06

1.75E-05 -7.25E-01 7.78E-06 -7.25E-01 7.20E-06

1.64E-05 -7.23E-01 7.21E-06 -7.23E-01 6.70E-06

1.53E-05 -7.21E-01 6.62E-06 -7.21E-01 6.17E-06

1.41E-05 -7.19E-01 5.97E-06 -7.19E-01 5.59E-06

1.27E-05 -7.17E-01 5.36E-06 -7.17E-01 5.04E-06

1.12E-05 -7.15E-01 4.69E-06 -7.15E-01 4.43E-06

9.75E-06 -7.13E-01 3.98E-06 -7.13E-01 3.78E-06

8.12E-06 -7.11E-01 3.23E-06 -7.11E-01 3.09E-06

6.32E-06 -7.09E-01 2.45E-06 -7.09E-01 2.35E-06

4.38E-06 -7.07E-01 1.62E-06 -7.07E-01 1.57E-06

2.10E-06 -7.05E-01 7.42E-07 -7.05E-01 7.24E-07

1.42E-07 -7.03E-01 2.37E-07 -7.03E-01 2.29E-07

8.11E-07 -7.11E-01 3.04E-06 -7.11E-01 2.91E-06

5.09E-06 -6.99E-01 2.18E-06 -6.99E-01 2.16E-06

7.90E-06 -6.97E-01 3.24E-06 -6.97E-01 3.23E-06

1.14E-05 -6.95E-01 4.55E-06 -6.95E-01 4.58E-06

1.49E-05 -6.93E-01 5.82E-06 -6.93E-01 5.92E-06

1.82E-05 -6.91E-01 7.19E-06 -6.91E-01 7.37E-06

2.20E-05 -6.89E-01 8.65E-06 -6.89E-01 8.95E-06

2.60E-05 -6.87E-01 1.02E-05 -6.87E-01 1.07E-05

3.00E-05 -6.85E-01 1.19E-05 -6.85E-01 1.26E-05

3.41E-05 -6.83E-01 1.37E-05 -6.83E-01 1.46E-05

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 92: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

77

3.85E-05 -6.81E-01 1.55E-05 -6.81E-01 1.67E-05

4.37E-05 -6.79E-01 1.77E-05 -6.79E-01 1.93E-05

4.90E-05 -6.77E-01 1.99E-05 -6.77E-01 2.19E-05

5.42E-05 -6.75E-01 2.23E-05 -6.75E-01 2.48E-05

5.97E-05 -6.73E-01 2.47E-05 -6.73E-01 2.78E-05

6.57E-05 -6.71E-01 2.75E-05 -6.71E-01 3.13E-05

7.18E-05 -6.69E-01 3.05E-05 -6.69E-01 3.52E-05

7.91E-05 -6.67E-01 3.41E-05 -6.67E-01 3.98E-05

8.58E-05 -6.65E-01 3.76E-05 -6.65E-01 4.45E-05

9.20E-05 -6.63E-01 4.14E-05 -6.63E-01 4.96E-05

9.87E-05 -6.61E-01 4.55E-05 -6.61E-01 5.53E-05

1.06E-04 -6.59E-01 4.98E-05 -6.59E-01 6.12E-05

1.14E-04 -6.57E-01 5.48E-05 -6.57E-01 6.83E-05

1.23E-04 -6.55E-01 6.00E-05 -6.55E-01 7.58E-05

1.32E-04 -6.53E-01 6.53E-05 -6.53E-01 8.36E-05

1.40E-04 -6.51E-01 7.14E-05 -6.51E-01 9.26E-05

1.49E-04 -6.49E-01 7.82E-05 -6.49E-01 1.03E-04

1.59E-04 -6.47E-01 8.50E-05 -6.47E-01 1.14E-04

1.69E-04 -6.45E-01 9.27E-05 -6.45E-01 1.26E-04

1.79E-04 -6.43E-01 1.01E-04 -6.43E-01 1.40E-04

1.90E-04 -6.41E-01 1.10E-04 -6.41E-01 1.53E-04

2.00E-04 -6.39E-01 1.20E-04 -6.39E-01 1.70E-04

2.08E-04 -6.37E-01 1.30E-04 -6.37E-01 1.87E-04

2.19E-04 -6.35E-01 1.42E-04 -6.35E-01 2.07E-04

2.31E-04 -6.33E-01 1.54E-04 -6.33E-01 2.28E-04

2.43E-04 -6.31E-01 1.67E-04 -6.31E-01 2.51E-04

2.54E-04 -6.29E-01 1.82E-04 -6.29E-01 2.77E-04

2.66E-04 -6.27E-01 1.97E-04 -6.27E-01 3.06E-04

2.79E-04 -6.25E-01 2.13E-04 -6.25E-01 3.36E-04

2.93E-04 -6.23E-01 2.33E-04 -6.23E-01 3.72E-04

3.06E-04 -6.21E-01 2.52E-04 -6.21E-01 4.08E-04

3.19E-04 -6.19E-01 2.73E-04 -6.19E-01 4.50E-04

3.32E-04 -6.17E-01 2.98E-04 -6.17E-01 4.99E-04

3.47E-04 -6.15E-01 3.23E-04 -6.15E-01 5.49E-04

3.62E-04 -6.13E-01 3.49E-04 -6.13E-01 6.03E-04

3.77E-04 -6.11E-01 3.80E-04 -6.11E-01 6.67E-04

3.93E-04 -6.09E-01 4.12E-04 -6.09E-01 7.36E-04

4.09E-04 -6.07E-01 4.45E-04 -6.07E-01 8.07E-04

4.25E-04 -6.05E-01 4.85E-04 -6.05E-01 8.93E-04

4.41E-04 -6.03E-01 5.24E-04 -6.03E-01 9.79E-04

4.56E-04 -6.01E-01 5.68E-04 -6.01E-01 1.08E-03

4.72E-04 -5.99E-01 6.18E-04 -5.99E-01 1.20E-03

4.89E-04 -5.97E-01 6.68E-04 -5.97E-01 1.31E-03

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011

Page 93: U N IV E R S IT A S IN D O N E S IA P E N G A R U H L A JU ...

78

5.08E-04 -5.95E-01 7.24E-04 -5.95E-01 1.44E-03

5.28E-04 -5.93E-01 7.85E-04 -5.93E-01 1.59E-03

5.47E-04 -5.91E-01 8.51E-04 -5.91E-01 1.75E-03

Pengaruh laju ..., Arri Prasetyo, FT UI, 2011