Page 1
NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor
University of Indonesia Depok. 16424
pg. 1
DESAIN DAN MANAJEMEN JARINGAN
TUTORIAL
IP Addressing dan Konfigurasi Dasar Router
DASAR TEORI:
IP ADDRESSING
Setiap device pada jaringan pada dasarnya harus dapat di identifikasikan secara unik.
Dimana pengindentifikasian pada device berupa angka-angka yang menunjukkan lokasi spesifik
dari alat di dalam jaringan. Pemberian angka unik tersebut disebut dengan IP (Internet Protocol)
Addressing atau pengalamatan IP. Alamat IP adalah alamat logical bukan alamat hardware yang
terpatri pada Network Interface Card (NIC) dan digunakan untuk memungkinkan host di suatu
jaringan dapat berkomunikasi dengan host pada jaringan yang berbeda. Pada network layer,
alamat IP tersebut akan digunakan untuk mendefinisikan alamat pengirim dan tujuan pada
sebuah paket. Pada praktikum ini pengalamatan IP yang digunakan adalah IPv4 yang memiliki
panjang 32 bit (4 byte).
Ipv4 terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian network address dan node/host address
yang dapat diidentifikasi dengan bantuan network ataupun subnet mask. Alamat network atau
network address memberikan indetifikasi unik untuk setiap jaringan. Setiap mesin pada jaringan
yang sama menggunakan atau berbagi alamat network yang sama sebagai bagian dari
pengalamatan IP. Alamat node/host memberikan identifikasi unik pada setiap mesin di dalam
network. Berbeda dengan network address yang berupa grup, host address adalah alamat
individual dari setiap device.
Ipv4 terdiri dari 32 bit biner kemudian dibagi menjadi 4 oktet (1 oktet = 8 bit). Dengan
setiap oktetnya dikonversi kedalam bilangan desimal dan dipisahkan dengan titik(dot). Karena
itulah, sebuah ip address ditulis dalam format decimal dengan titik (contoh 172.16.81.100).
Nilai range tiap oktetnya adalah dari 0 ke 255 desimal, atau 00000000-11111111 biner.
Berikut cara mengkonversi dari biner ke desimal, dengan bagian paling kiri pada setiap
oktetnya adalah most significant bit (MSB), yaitu 27 dan paling kanan dari setiap oktetnya adalah
Least Significant Bit(LSB), yaitu 20 . Jadi, jika semua bit biner dalam satu oktet bernilai 1, maka
padanan desimalnya adalah 255. Seperti yang ditunjukkan dibawah :
1 1 1 1 1 1 1 1
128 64 32 16 8 4 2 1
(128+64+32+16+8+4+2+1=255)
Berikut adalah contoh konversi sebuah oktet ketika tidak semua bitnya bernilai 1:
0 1 0 0 0 0 0 1
0 64 0 0 0 0 0 1
Page 2
NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor
University of Indonesia Depok. 16424
pg. 2
(0+64+0+0+0+0+0+1=65)
Dan berikut adalah contoh IP address yang ditulis dalam biner dan desimal :
10. 1. 23. 19 Desimal
00001010 00000001 00010111 00010011 Biner
Contoh penggunaan IP Address
Ipv4 dibagi menjadi 5 kelas, yaitu kelas A, B, C, D dan E. Kelas A digunakan untuk jumlah
jaringan kecil yang memiliki host yang sangat banyak jumlahnya. Sedangkan kelas C sebaliknya,
kelas ini dicanangkan untuk jumlah jaringan yang banyak sekali namun memiliki host dengan
jumlah yang sedikit. Jaringan kelas B digunakan untuk jaringan yang berada di antara sangat
besar dan sangat kecil. Kelas D digunakan untuk multicasting, dan kelas E digunakan untuk
kepentingan riset.
Note: Kelas A, B, dan seterusnya digunakan disini untuk memudahkan dalam belajar ip
addressing dan subnetting. Pada kenyataanya, penggunaan ip addressing berdasarkan kelas-
kelas ini jarang digunakan di industri setelah CIDR diperkenalkan.
Pembagian alamat IP menjadi alamat network dan host ditentukan oleh kelas dari
jaringan tersebut. Berikut adalah alokasi bit untuk kelas A, B , dan C pada Ipv4:
8 bit 8 bit 8 bit 8 bit
Kelas A Network Host Host Host
Kelas B Network Network Host Host
Kelas c Network Network Network Host
Kelas D Multicast
Kelas E Research
Page 3
NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor
University of Indonesia Depok. 16424
pg. 3
IP Address range untuk masing-masing kelas:
Kelas IP Address Ip Address Netmask Default Oktet pertama
dimulai dengan
Kelas A 1.0.0.0-127.0.0.0 255.0.0.0 0
Kelas B 128.0.0.0-191.255.0.0 255.255.0.0 10
Kelas C 192.0.0.0-223.255.255.0 255.255.255.0 110
Kelas D 224.0.0.0-239.255.255.255 - 1110
Kelas E 240.0.0.0-255.255.255.254 - 1111
Pada Ipv4, IP addressing juga dapat dibagi sesuai tujuannya, yaitu Public address dan Private
address.
Public address adalah alamat IP yang biasa digunakan oleh jaringan secara umum.
Private address adalah alamat IP yang digunakan di jaringan private. Dimana host yang tidak
memiliki akses ke jaringan tersebut tidak akan bisa masuk dan juga sebaliknya, tanpa
mekanisme khusus dengan NAT (Network Address Translation) host di jaringan ini tidak dapat
mengakses keluar dari jaringan. Private address terdiri dari alamat :
Kelas A = 10.0.0.0 to 10.255.255.255 (10.0.0.0 /8)
Kelas B = 172.16.0.0 to 172.31.255.255 (172.16.0.0 /12)
Kelas C = 192.168.0.0 to 192.168.255.255 (192.168.0.0 /16)
Page 4
NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor
University of Indonesia Depok. 16424
pg. 4
Terdapat beberapa alamat yang digunakan untuk kepentingan khusus, dimana beberapa
alamat-alamat ini tidak dapat digunakan untuk host.
Berikut alamat-alamat tersebut dan fungsinya :
Alamat Fungsi
Alamat network semuanya 0 Diartikan “jaringan atau segmen ini”
Alamat network semuanya 1 Diartikan “semua jaringan”
Network 127.0.0.1 Dicadangkan untuk keperluan loopback test
Ditujukan untuk localhost dan memungkinkan host tersebut
mengirimkan paket tes ke dirinya sendiri tanpa menimbulkan
lalu lintas jaringan
Alamat host semuanya 0 Diartikan “alamat jaringan” atau semua host pada jaringan
spesifik
Alamat host semuanya 1 Diartikan “semua host” pada jaringan spesifik; contoh
128.2.255.255 artinya “semua host” pada jaringan 128.2
(alamat kelas B)
Seluruh alamat IP di set 0 Digunakan oleh router cisco untuk menunjukkan rute default.
Bisa juga berarti semua network.
Seluruh alamat IP di set 1
(Sama dengan
255.255.255.255)
Broadcast ke semua host pada current network (network yang
sedang aktif); terkadang disebut “all 1s broadcast” atau
broadcast terbatas.
Alamat 169.254.0.0 -
169.254.255.255
Local Link Address
Alamat 192.0.2.0 - 192.0.2.255
(192.0.2.0 /24)
TEST-NET Address
Network dan Subnet Mask
Network mask merupakan nilai sepanjang 32 bit (Ipv4) yang digunakan untuk
mengidentifikasi antara network address dengan host address. Sedangkan Subnet mask adalah
nilai 32 bit yang digunakan untuk mengidentifikasi antara network address pada sebuat subnet
dengan host addressnya. Perhitungan Network Mask maupun Subnet Mask pada dasarnya
sama, yang membedakan adalah nilai Network Address yang diwakili oleh Mask tersebut.
Network kelas A, B, dan C memiliki nilai mask default, atau lebih dikenal dengan natural mask,
seperti berikut:
Class A: 255.0.0.0
Class B: 255.255.0.0
Class C: 255.255.255.0
Sebuah IP address pada network kelas A yang belum di subnet akan memiliiki sebuah
address ataupun mask yang mirip dengan: 8.20.15.1 255.0.0.0. Berikut cara untuk
menggunakan NetMask dalam mengidentifikasi antara network dan host address, sebelumnya
ubah address dan mask ke dalam bilangan biner.
Page 5
NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor
University of Indonesia Depok. 16424
pg. 5
8.20.15.1 = 00001000.00010100.00001111.00000001
255.0.0.0 = 11111111.00000000.00000000.00000000
Ketika address dan mask telah di konversi ke biner, maka akan sangat mudah untuk
melakukan identifikasi antara network dan host address. Semua bit address pada mask
ditunjukkan ke dalam angka 1 merupakan bit yang mewakili network id. Dan semua bit yang
memiliki nilai 0 mewakili host id.
8.20.15.1 = 00001000.00010100.00001111.00000001
255.0.0.0 = 11111111.00000000.00000000.00000000
8.20.15.1 = 00001000 00010100 00001111 00000001
255.0.0.0 = 11111111 00000000 00000000 00000000
Net ID Host ID
netid = 00001000 = 8
hostid = 00010100.00001111.00000001 = 20.15.1
SUBNETTING
Subnetting adalah suatu metode yang memungkinkan kita untuk mengambil sebuah
network yang lebih besar untuk kemudian dibagi menjadi sejumlah network yang lebih kecil (sub
network). Subnetting digunakan untuk membuat multiple logical network yang ada di dalam
sebuah network kelas A, B, ataupun C. Jika kita tidak melakukan subnetting, maka kita hanya
akan dapat menggunakan sebuah network pada network kelas A, B, ataupun C tersebut, dimana
hal itu kini sangat tidak realistis mengingat jumlah IP yang semakin sedikit tersedia.
Setiap jalur data pada sebuah network harus memiliki network ID yang unik. Dengan
setiap node (host) dijalur tersebut merupakan anggota dari network yang sama. Jika kita
memecah sebuah network besar (Kelas A, B, ataupun C) ke dalam subnetwork-subnetwork yang
lebih kecil, kemudian kita bisa membuat netwok dari subnetwork yang terkoneksi tersebut.
Setiap data link pada network ini kemudian akan memiliki network/subnetwork ID yang unik.
Pada prinsipnya, subnetting dilakukan dengan mengambil bit-bit dari bagian host sebuat
alamat IP dan menyimpannya sebagai subnet ID.
Fungsi dari subnetting :
1. Untuk mengurangi lalu-litas jaringan (mengurangi broadcast storm/memperkecil
broadcast domain)
2. Mengoptimalkan unjuk kerja jaringan (optimzed network performance)
3. Menyederhanakan pengelolaan (Memudahkan pengelolaan dan memudahkan
mengidentifikasi permasalahan pada jaringan)
4. Penghematan alamat IP
5. Membantu pengembangan jaringan ke jarak geografis yang jauh.
Contoh subnetting, diberikan sebuah network kelas C yaitu 204.17.5.0, dimana natural
masknya adalah 255.255.255.0, maka kita dapat membuat subnet dengan cara berikut :
Page 6
NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor
University of Indonesia Depok. 16424
pg. 6
204.17.5.0 = 11001100 00010001 00000101 000 00000
255.255.255.224 = 11111111 11111111 11111111 111 00000
Net ID sub Host ID
Dengan meperlebar nilai mask menjadi 255.255.255.224, kita meminjam 3 bit (yang
ditunjukkan dengan sub) dari bagian host dan menggunakannya untuk membuat subnet.
Dengan 3 bit ini, kita dapat membuat 8 subnet. Dan bit sisa dari host (5 bit) menunjukkan
bahwa tiap subnet memiliki hingga 32 host address dengan 30 host merupakan usable address
yang dapat digunakan pada sebuah device. 2 host sisanya, host pertama dan terakhir tidak
dapat digunakan. Host dengan all zeros (host pertama dengan nilai pada bit biner host adalah 0)
digunakan sebagai network address pada subnet tersebut, dan host dengan all ones (host
terakhir dengan nilai pada bit biner host adalah 1) digunakan untuk local broadcast, yaitu
broadcast pada subnet tersebut.
Berikut hasil subnettingnya :
204.17.5.0 255.255.255.224 host address range 1 to 30
204.17.5.32 255.255.255.224 host address range 33 to 62
204.17.5.64 255.255.255.224 host address range 65 to 94
204.17.5.96 255.255.255.224 host address range 97 to 126
204.17.5.128 255.255.255.224 host address range 129 to 158
204.17.5.160 255.255.255.224 host address range 161 to 190
204.17.5.192 255.255.255.224 host address range 193 to 222
204.17.5.224 255.255.255.224 host address range 225 to 254
Contoh penerapannya
Dapat dilihat pada gambar bahwa setiap router terhubung dengan 4 buah subnet,
dengan 1 subnet yang dimiliki oleh kedua router. Dan setiap router memiliki ip address untuk
tiap-tiap subnet yang terhubung dengannya. Setiap subnet dapat memiliki hingga 30 host
address.
Semakin banyak jumlah host bit yang digunakan untuk subnet mask, maka semakin
banyak pula jumlah subnet yang tersedia. Namun, semakin banyak jumlah subnet yang tersedia,
maka jumlah host yang dapat tersedia pada tiap-tiap subnetnya pun semakin sedikit. Contohnya,
untuk sebuah network kelas C 201.17.5.0 dengan mask 255.255.255.224 (/27) membolehkan
kita untuk memiliki 8 subnet, dengan setiap subnetnya memiliki 32 host address. Namun, jika
kita menggunakan mask 255.255.255.240(/28) maka perhitungannya adalah:
Page 7
NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor
University of Indonesia Depok. 16424
pg. 7
204.17.5.0 = 11001100 00010001 00000101 0000 0000
255.255.255.240 = 11111111 11111111 11111111 1111 0000
Net ID sub Host ID
Karena kita memiliki 4 bit host yang digunakan untuk subnet, bit host yang tersisa
adalah 4 bit. Jumlah subnet yang dapat dibentuk adalah 16 subnet, namun tiap-tiap subnetnya
hanya memiliki 16 host address saja (dengan 14 host yang usable).
Contoh lain, misalnya kita ingin melakukan subnetting pada network kelas B. Jika kita
memiliki alamat network 172.16.0.0, maka kita tahu bahwa natural masknya adalah
255.255.0.0 atau 172.16.0.0/16. Jika kita ingin menggunakan subnet mask
255.255.248.0(/21), maka berapa banyak subnet dan host persubnetnya yang tersedia?
172.16.0.0 = 10101100 00010000 00000 000 00000000
255.255.248.0 = 11111111 11111111 11111 000 00000000
Net ID Sub Host ID
Dapat dilihat bahwa, kita menggunakan 5 bit dari bit host untuk melakukan subnetting.
Sehingga jumlah subnet yang terbentuk adalah 32 subnet (25), dan host address yang tersedia
adalah 2048 (211), dengan 2046 host yang usable pada tiap-tiap subnetnya.
Note: Dulu terdapat pembatasan untuk menggunakan Subnet 0 (dengan semua bit subnet
bernilai 0) dan all ones subnets (dengan semua bit subnet bernilai 1). Beberapa device melarang
penggunaan dua subnet ini. Namun sekarang (setelah Cisco iOS 12.0 dirilis) secara default,
penggunaan kedua subnet tersebut telah dapat dilakukan pada device-device Cisco. (Untuk
devide cisco sebelum iOS 12.0 dapat menggunakan perintah ip subnet zero).
CONTOH
Contoh 1)
Diberikan dua buah host address dan prefix yang telah ditentukan. Tentukanlah subnet
dari kedua device tersebut.
DeviceA: 172.16.17.30/20
DeviceB: 172.16.28.15/20
Menentukan subnet untuk DeviceA:
172.16.17.30 = 10101100 00010000 0001 0001 00011110
255.255.240.0 = 11111111 11111111 1111 0000 00000000
Net ID Sub Host ID
subnet = 10101100.00010000.00010000.00000000 = 172.16.16.0
Dapat dilihat diatas bahwa untuk mendapatkan subnet dilakukan proses AND antara
address dan mask nya. Sehingga didapatkan nilai subnet pada DeviceA adalah 172.16.16.0
Page 8
NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor
University of Indonesia Depok. 16424
pg. 8
Menentukan Subnet untuk DeviceB:
172.16.28.15 = 10101100 00010000 0001 1100 00001111
255.255.240.0 = 11111111 11111111 1111 0000 00000000
Net ID Sub Host ID
subnet = 10101100.00010000.00010000.00000000 = 172.16.16.0
Dari perhitungan diatas DeviceA dan DeviceB adalah address yang berasal dari subnet
yang sama.
Contoh 2)
Diberikan sebuah alamat network kelas C 204.15.5.0/24, lakukanlah subnetting sesuai
dengan gambar dibawah dengan jumlah host persubnet yang telah ditentukan.
Jawab
Dapat dilihat bahwa berdasarkan gambar diatas, dibutuhkan 5 subnet pada network
tersebut. Subnet terbesar harus memiliki minimal 28 host address. Apakah ini mungkin
dilakukan pada network kelas C? Jika ya, bagaimanakah caranya?
Jika kita telaah, dapat kilta lihat bahwa network tersebut adalah 5 subnet, untuk itu
dibutukan 3 bit (23=8) dari host bit kelas C. Karena jika digunakan 2 bit hanya akan tersedia 4
subnet saja (22).
Karena dibutuhkan 3 bit subnet, maka bit host yang tersisa adalah 5 bit. Sehingga host
yang tersedia adalah 55 = 32 (dengan 30 usable host). Perhitungan ini sesuai dengan yang
diharapkan, dimana minimal host address untuk netB adalah 28 host.
Dapat dilihat bahwa dengan network kelas C, kita dapat membentuk network sesuai
pada gambar yang diberikan. Salah satu bentuk hasil subnettingnya adalah :
netA: 204.15.5.0/27 host address range 1 to 30
netB: 204.15.5.32/27 host address range 33 to 62
netC: 204.15.5.64/27 host address range 65 to 94
netD: 204.15.5.96/27 host address range 97 to 126
netE: 204.15.5.128/27 host address range 129 to 158
Page 9
NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor
University of Indonesia Depok. 16424
pg. 9
CIDR dan VLSM
CIDR (Classless Inter Domain Routing)
CIDR diperkenalkan pertama kali untuk membantu mengembangkan pemanfaatan space
address dan routing scalability di internet. CIDR dibutuhkan karena pertumbuhan internet yang
terus meningkat dan juga pertumbuhan IP routing table yang ada di internet router. CIDR
membuat penggunaan tradisional Kelas IP (Kelas A, B, C, dan seterusnya) mulai ditinggalkan.
Pada CIDR, sebuah IP ditunjukkan dengan sebuah prefix, dimana IP tersebut dituliskan dengan
panjang nilai masknya. Dengan panjang tersebut mewakiili nilai 1 pada mask address yang
dihitung dari kiri (Most contiguous mask bit). Jadi network 172.16.0.0 255.255.0.0 dapat
dituliskan menjadi 172.16.0.0/16. CIDR juga menggambarkan arsitektur internet secara
hierarki, dimana setiap domain akan mengambil ip address dari level yang lebih tinggi. Sehingga
summarization dari sebuah domain dapat dilakukan pada level yang lebih tinggi. Contoh, jika
sebuah ISP memiliki network 172.16.0.0/16, kemudia ISP tersebut dapat menawarkan network
172.16.1.0/24, 172.16.2.0/24, dan seterusnya kepada pelanggannya. Ketika dilihat oleh
provider/ISP lain, ISP tersebut hanya perlu untuk menunjukkan network 172.16.0.0/16.
Contoh lain CIDR, Terdapat 7 perusahaan dengan network yang berbeda-beda.
Perusahaan 1 misalnya, memiliki network 193.168.1.0/24 (kelas C), perusahan 2 memiliki
network 193.168.2.0/24, perusahan 3 memiliki network 193.168.3.0/24, perusahaan 4
memiliki network 193.168.4.0, dan seterusnya hingga perusahan 7 yang memiliki network
193.168.7.0 . Ketujuh perusahaan tersebut berlangganan pada 1 ISP yang sama, dimana ISP
tersebut memiliki network dari range 193.168.1.0/24 hingga 193.168.7.0/24. Di luar ISP
tersebut, ketujuh perusahaan tadi akan dianggap menjadi 1 network saja, yaitu menggunakan
network/Supernet dari ISP tersebut, yaitu network 193.168.0.0/21..
CIDR pada dasarnya adalah sebuah teknik ip addressing yang didukung dengan BGP4
(Border Gateway Protocol v4 Lebih lanjut dijelaskan di CCNP) dengan menggunakan route
aggregation. CIDR mengizinkan router untuk mengelompokkan router-router (melakukan
agregasi) untuk meminimalkan jumlah informasi routing yang dibawa oleh router inti. Misalnya,
pada 1 network besar, misalnya A, (yang kemudian akan di subnet), pada lingkungan network
tersebut di aplikasikan VLSM. Pada network tersebut, CIDR akan membuat mekanisme classless
routing protokol (lebih lanjut dipelajari di CCNA 2), dimana routing update di dalam network
tersebut akan melampirkan pula informasi subnet mask. Namun, ketika sebuah host di suatu
subnet, subnet 1 misalnya, ingin mengakses keluar dari network A, ketika dikirim keluar network,
CIDR akan membuat alamat host dari subnet 1 akan termasuk dalam network A, bukan lagi
menjadi bagian dari subnet 1.
CIDR sendiri bermula ketika pada tahun 1992 lembaga IETF (Internet Engineering Task
Force) memperkenalkan suatu konsep perhitungan IP Address yang dinamakan supernetting
atau classless inter domain routing (CIDR). Metode ini menggunakan notasi prefix dengan
panjang notasi tertentu sebagai network prefix. Panjang notasi prefix ini menentukan jumlah bit
sebelah kiri yang digunakan sebagai network ID. Metode CIDR dengan notasi prefix dapat
diterapkan pada semua kelas IP Address sehingga hal ini dapat memudahkan pengalamatan IP
dan lebih efektif. Dengan menggunakan metode CIDR kita dapat melakukan pembagian IP
Address yanng tidak berkelas sesukanya tergantung dari kebutuhan pemakai.
Page 10
NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor
University of Indonesia Depok. 16424
pg. 10
Berikut merupakan daftar nilai subnet mask yang tersedia dan notasi garis miring (prefix)
yang ekivalen dengan subnet mask tersebut:
Subnet Mask Nilai prefix Subnet Mask Nilai prefix
255.128.0.0 /9 255.255.240.0 /20
255.192.0.0 /10 255.255.248.0 /21
255.224.0.0 /11 255.255.252.0 /22
255.240.0.0 /12 255.255.254.0 /23
255.248.0.0 /13 255.255.255.0 /24
255.252.0.0 /14 255.255.255.128 /25
255.254.0.0 /15 255.255.255.192 /26
255.255.0.0 /16 255.255.255.224 /27
255.255.128.0 /17 255.255.255.240 /28
255.255.192.0 /18 255.255.255.248 /29
255.255.224.0 /19 255.255.255.252 /30
*Dalam subnetting, perlu diperhatikan penggunaan oktat pada subnet mask, dimana:
- Untuk IP Address kelas C, subnetting dilakukan pada oktet terakhir karena IP Address
kelas C subnet mask defaultnya adalah 255.255.255.0
- Untuk IP Address kelas B, subnetting dilakukan pada 2 oktet terakhir karena IP Address
kelas B subnet mask defaultnya adalah 255.255.0.0
- Untuk IP Address kelas A, subnetting dilakukan pada 3 oktet terakhir karena IP Addres
kelas A subnet mask defaultnya adalah 255.0.0.0
*Materi lebih jauh untuk mengenal CIDR silahkan baca RFC 1518 dan RFC 1519 oleh IETF
VLSM (Variable Length Subnet Mask)
VLSM secara sederhana dapat diartikan sebagai subnetting. Sesuai namanya, VLSM
(Variable Length Subnet Mask) dapat mengizinkan penggunaan subner mask yang berbeda-beda
panjangnya (prefix). CIDR menggunakan VLSM untuk dapat menghemat ip adress dengan lebih
efisien. Sebelumnya, sebelum muncul CIDR, pembagian ip address (ip adressing) berdasar pada
Classful routing, dimana informasi dari subnet tidak disertakan pada routing update sehingga
penggunaan Subnet mask dengan prefix yang berbeda tidak dapat dilakukan. Namun dengan
Classless routing oleh CIDR, ip addressing tersebut dapat digunakan. VLSM memperbolehkan
satu network address memiliki lebih dari satu subnet mask. Dapat dilihat kemudian bahwa pada
VLSM nilai subnet mask pada 1 network address dapat berbeda-beda. VLSM pun melakukan
prinsip pembagian alamat berdasarkan host yang dibutuhkan setiap subnetnya. Namun,
sebenarnya, terdapat dua pembagian routing yang akan berkaitan dengan VLSM, yaitu classful
networking dan classless networking.
Classful networking mengacu pada prinsip bahwa nilai subnet mask tertentu oleh sebuah
router akan dianggap memiliki subnet mask yang sama. Karena pada routing protokol classful,
Page 11
NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor
University of Indonesia Depok. 16424
pg. 11
seperti RIPv1 dan IGRP, tidak ada field untuk menyimpan informasi subnet sehingga informasi
tidak dikirimkan. Sehingga, jika kita memiliki panjang subnet mask yang berbeda pada sebuah
network yang menjalankan RIP atau IGRP, maka network tersebut tidak akan bekerja.
Sebaliknya, routing protokol classless mendukung pengiriman pemberitahuan (advertisement)
informasi subnet. Oleh karena itu, kita bisa menggunakan VLSM dengan RIPv2, EIGRP, atau
OSPF yang merupakan routing protokol classless.
Pada dasarnya, ip addressing dan subnetting, yaitu untuk mengatasi kekurangan IP
Address dan dilakukannya pemecahan network ID untuk mengatasi kekurangan IP Address
tersebut. Network address yang telah diberikan oleh lembaga IANA jumlahnya sangat terbatas,
bisasanya suatu perusahaan baik instansi pemerintah, swasta, maupun institusi pendidikan
yang terkoneksi ke jaringan internet hanya memiliki network ID tidak lebih dari 5-7 network ID (IP
Public).
CONTOH PENGGUNAAN VLSM
Pada contoh subnetting sebelumnya, dapat dilihat bahwa digunakan nilai subnet mask
yang sama pada semua subnetnya. Ini berarti setiap subnet memiliki jumlah host tersedia yang
sama. Untuk beberapa kasus, cara ini bisa saja digunakan, namun untuk kasus-kasus tertentu,
penggunaan subnet mask yang sama pada setiap subnet akan menyebabkan beberapa address
terbuang sia-sia. Pada contoh 2 diatas, sebuah network kelas C dibagi menjadi 8 subnet yang
sama ukurannya. Namun, setiap subnet tidak memanfaatkan semua alamat host yang
disediakan, yang kemudian menjadikan alamat host tersebut terbuang sia-sia. Gambar berikut
menunjukkan pemborosan alamat pada subnet.
Gambar diatas mengilustrasikan subnet-subnet yang digunakan, NetA, NetC, dan NetD memiliki
banyak host address yang tidak digunakan. Cara ini mungkin saja digunakan, namun dalam
Page 12
NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor
University of Indonesia Depok. 16424
pg. 12
kondisi alamat ip yang semakin terbatas, cara ini membuang banyak ip address yang usable
karena penggunaan subnet mask yang sama untuk semua subnetnya.
VLSM membuat kita dapat menggunakan mask yang berbeda-beda untuk tiap-tiap subnetnya,
sehingga penggunaan address space dapat lebih efisien.
Perlu diperhatikan bahwa pembagian address harus dilakukan secara hirarki. Seperti contoh
pada gambar berikut.
Contoh, jika kita ingin melakukan subnetting untuk subnet 10.1.0.0/16, maka dilakukan
peminjaman 8 bit lagi untuk membuat 256 subnet dengan mask /24. Mask tersebut (/24)
memiliki 254 host address di tiap subnetnya, dengan nilai subnet range 10.1.0.0 / 24 ke
10.1.255.0 / 24
Page 13
NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor
University of Indonesia Depok. 16424
pg. 13
Gambar diatas merupakan tabel untuk Subnet dan Host yang tersedia untuk tiap-tiap subnet mask
Contoh 3)
Diberikan network address 130.20.0.0/20.
Pertama-tama, kita dapat menghitung jumlah subnet terlebih dahulu berdasarkan prefixnya,
maka didapat :
Nilai subnet 11111111.11111111.11110000.00000000 = /20
Dimana terlihat bahwa jumlah digit angka binary 1 pada 2 oktet terakhir adalah 4, maka :
Jumlah subnet = 2n = 24 = 16 subnet.
Dengan demikian, blok tiap-tiap subnetnya :
- Blok subnet ke 1 = 130.20.0.0/20
- Blok subnet ke 2 = 130.20.16.0/20
- Blok subnet ke 3 = 130.20.32.0/20
- Dst...sampai dengan
- Blok subnet ke 16 = 130.20.240.0/20
Selanjutnya, kita ambil nilai blok ke 3 dari hasil perhitungan awal yaitu 130.20.32.0, kemudian :
- Kita pecah menjadi 16 blok subnet, dimana nilai 16 di ambil dari hasil perhitungan
subnet pertaman, yaitu /20 = (2n) = 24 = 16.
- Selanjutnya nilai subnet di ubah tergantung pada kebutuhan dengan VLSM. Untuk
pembahasan ini kita gunakan /24, sehingga didapat subnet 130.20.32.0/24. Nilai
Page 14
NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor
University of Indonesia Depok. 16424
pg. 14
subnet tersebut kemudian diperbanyak menjadi 16 blok lagi sehingga didapat 16 blok
baru, yaitu :
Blok subnet 1-1 = 130.20.32.0/24
Blok subnet 1-2 = 130.20.33.0/24, dst..hingga ke 16
- Selanjutnya, kita ambil kembali nilai ke 1 dari blok subnet 1-1, yaitu 130.20.32.0. Nilai
tersebut kemudian kita pecah menjadi (16:2) = 8 subnet lagi. Namun, oktet ke 4 pada
network ID yang kita ubah juga menjadi 8 blok keliapatan dari 32.
- Sehingga didapat :
Blok subnet 2-1 = 130.20.32.0/27
Blok subnet 2-2 = 130.20.32.32/27
Blok subnet 2-3 = 130.20.32.64/27
Blok subnet 2-4 = 130.20.32.96/27
Blok subnet 2-5 = 130.20.32.128/27
Blok subnet 2-6 = 130.20.32.160/27
Contoh 4)
Jika diberikan network dan kebutuhan yang sama dengan Contoh 2 (diatas), buatlah sebuah
skema subnetting dengan menggunakan VLSM, dengan :
netA: harus support 14 hosts
netB: harus support 28 hosts
netC: harus support 2 hosts
netD: harus support 7 hosts
netE: harus support 28 host
Tentukanlah mask yang dibutuhkan untuk tiap-tiap subnetnya berdasarkan kebutuhan hostnya:
netA: membutuhkan /28 (255.255.255.240) mask untuk support 14 hosts
netB: membutuhkan /27 (255.255.255.224) mask untuk support 28 hosts
netC: membutuhkan /30 (255.255.255.252) mask untuk support 2 hosts
netD*: membutuhkan /28 (255.255.255.240) mask untuk support 7 hosts
netE: membutuhkan /27 (255.255.255.224) mask untuk support 28 hosts
* /29 (255.255.255.248) hanya akan mengizinkan 6 usable host address, sehingga netD
membutuhkan /28 mask.
Cara paling mudah untuk menentukan subnet adalah dengan menentukan subnet dari yang
terbesar jumlah hostnya. Contohnya :
netB: 204.15.5.0/27 host address range 1 to 30
netE: 204.15.5.32/27 host address range 33 to 62
netA: 204.15.5.64/28 host address range 65 to 78
netD: 204.15.5.80/28 host address range 81 to 94
netC: 204.15.5.96/30 host address range 97 to 98
Berikut adalah ilustrasi penggunaan address dan subnetnya:
Page 15
NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor
University of Indonesia Depok. 16424
pg. 15
Dapat dilihat bahwa VLSM membuat penggunaan ip address menjadi lebih hemat dan efisien.
*Contoh perhitungan broadcast address :
Coba hitung broadcast address dan network address untuk IP 192.168.1.4/29
Jawab
Lihat netmask , /29 berarti netmasknya adalah 255.255.255.248
IP Address : 192.168.1.4 11000000.10101000.00000001.00000100
Netmask : 255.255.255.248 11111111.11111111.11111111.11111000
Network Addr : 192.168.1.0 11000000.10101000.00000001.00000000
(AND IP addres dan netmask)
Broadcast Addr: 192.168.1.7 11000000.10101000.00000001.00000111
(fungsi XNOR antara netmask dan network address)
ROUTING
Routing adalah penetapan jalur yang akan dilewati oleh paket menuju tujuannya. Routing
diperlukan ketika sebuah paket perlu dikirim ke luar/ke dalam LAN. Peralatan yang
digunakan adalah intermediary device, seperti router, switch, bridge, yang dilengkapi dengan
network media (dengan/tanpa kabel).
Page 16
NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor
University of Indonesia Depok. 16424
pg. 16
Dalam menentukan jalur terbaik, ada banyak algoritma yang bisa digunakan oleh router.
Diantaranya adalah:
o Distance vector algorithm (Bellman Ford)
o Link-state algorithm (Djikstra)
o Optimized link-state algorithm (untuk mobile ad-hoc network)
o Path vector algorithm
Skema dalam routing:
Unicast : pengiriman paket dari satu sumber ke satu tujuan.
Multicast : pengiriman paket dari satu sumber ke beberapa tujuan.
Broadcast : pengiriman paket dari stu sumber ke semua tujuan
Anycast : pengiriman paket dari satu tujuan ke beberapa tujuan, biasanya dipilih
yang terdekat dengan si pengirim.
Geocast : pengiriman paket dari satu tujuan ke beberapa tujuan yang berada pada
daerah geografis tertentu.
ROUTER
Router adalah devais jaringan yang meneruskan paket dari sebuah jaringan ke jaringn yang
lain. Router dapat menentukan bagaimana ia meneruskan tiap paket dengan berdasarkan
pada routing table yang sudah dikonfigurasi di dalamnya. Router sering kali disebut gateway.
Penempatan router:
Di antara beberapa LAN
Biasanya, router seperti ini memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Digunakan untuk memfilter traffic data dari satu LAN ke LAN lainnya
2. Mengatur dan menyeimbangkan traffic antar LAN
3. Mengharuskan adanya aturan pengamanan (seperti autentikasi)
4. Biasanya dilengkapi dengan firewall
Di ujung LAN ke internet
Cirri-ciriya:
1. Biasanya digunakan oleh sebuah perusahaan menengah maupun besar yang
memerlukan jaringan internal khusus.
2. Seringkali bekerja sama dengan operator ISP untuk mendapatkan akses ke internet.
Route
r
LAN
LAN
LAN
LAN
Route
r LAN
modem internet
Page 17
NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor
University of Indonesia Depok. 16424
pg. 17
Di core-network
1. Bertugas untuk meneruskan paket di switching point utama
2. Biasa disebut dengan backbone router, dan spesifikasinya lebih canggih dari router
biasa.
3. Biasanya terhubung dengan koneksi T3, ATM, atau SONE links.
KONFIGURASI ROUTER CISCO
Router Cisco dilengkapi dengan IOS (seperti OS dalam komputer) untuk mengatur konfigurasi
router itu sendiri. IOS itu sendiri dilengkapi dengan fungsi routing & switching, security, dan
lain-lain. IOS disimpan dalam flash memory router.
Untuk bisa mengkonfigurasi router, pertama-tama router harus dihubungkan dengan
komputer terlebih dahulu dengan menggunakan kabel roll-over (dihubungkan pada port
console di router) dan konektor DB9 (dibuhungkan ke port RS232 pada komputer).
Konfigurasinya menggunakan Hyper Terminal (windows) atau minicom/Kermit (linux).
Route
r
Route
r
Route
r WAN WAN
WAN
Page 18
NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor
University of Indonesia Depok. 16424
pg. 18
Arsitektur IOS
Basic Configuration
o Memasuki privileged EXEC mode
Router> Router>enable Router#
o Memberi nama + password pada router
Router# Router#configure terminal Router(config)# Router(config)#hostname KucingGarong KucingGarong(config)# KucingGarong(config)#enable password password KucingGarong(config)#enable secret password
Nama router yang sedang di konfigurasi
Untuk password dan secret, hanya bisa di set salah satu. Tapi apabila di set keduanya, maka router hanya akan menanyakan secret ketika akan masuk ke priviledge EXEC mode
Masuk global
config mode
Page 19
NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor
University of Indonesia Depok. 16424
pg. 19
o Konfigurasi password untuk telnet
KucingGarong(config)#line vty 0 4 KucingGarong(config-line)#password password KucingGarong(config-line)#login
o Konfigurasi password untuk console
KucingGarong(config)#line console 0 KucingGarong(config-line)#password password KucingGarong(config-line)#login
o Membuat seluruh password ter-enkripsi
KucingGarong(config)#service password-encryption
o Memasang banner pada router
KucingGarong(config)#banner motd # pesan dan kesan #
o Menyimpan konfigurasi router
KucingGarong(config)#exit %SYS-5-CONFIG_I: Configured from console by console KucingGarong#copy running-configuration startup-configuration
o Beberapa perintah penting
KucingGarong#show running-config Melihat konfigurasi yang sedang
berjalan pada router
KucingGarong#show startup-config Melihat konfigurasi pada saat router
baru dinyalakan
KucingGarong#show ip interface brief Melihat interface network beserta IP
address dan kondisinya
KucingGarong#show ip route Melihat routing table yang sedang
berjalan
KucingGarong#show ip protocols Melihat routing protocol yang sedang
diaplikasikan pada router
KucingGarong#erase startup-config Menghapus konfigurasi startup yang
sudah disimpan
KucingGarong#copy running-config tftp Membuat backup konfigurasi ke
alamat tertentu yang terkoneksi
dengan router (memerlukan IP
address tujuan backup)
KucingGarong#reload Restart router
Static Routing
Static routing sebenarnya tidak bisa benar-benar disebut sebagai protocol karena
konfigurasinya benar-benar ditentukan oleh network administrator. Sebelum
memasukkan static routing, sebaiknya kita memasukkan IP address untuk tiap interface
yang akan berperan dalam static routing.
Banner hasur diawali dan diakhiri dengan tanda yang sama
Page 20
NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor
University of Indonesia Depok. 16424
pg. 20
o Konfigurasi IP address untuk interface Ethernet
Catatan: untuk mengetahui nomor Ethernet, sebaiknya di cek dulu lewat perintah
show ip interface brief pada priviledge EXEC mode
KucingGarong(config)#interface FastEthernet nomor-Ethernet
KucingGarong(config-if)#ip address ip-address subnet-mask
KucingGarong(config-if)#no shutdown
o Konfigurasi IP address untuk interface serial
Catatan: untuk mengetahui nomor serial, sebaiknya di cek dulu lewat perintah show
ip interface brief pada priviledge EXEC mode
KucingGarong(config)#interface serial nomor-Serial
KucingGarong(config-if)#ip address ip-address subnet-mask
KucingGarong(config-if)#clock rate 56000
KucingGarong(config-if)#no shutdown
o Konfigurasi static routing
Untuk static routing biasa
KucingGarong(config)#ip route destination-network-address
destination-subnet-mask forwarding-router-ip-address Untuk route-forwarding berupa ip address router tujuan yang terkoneksi langsung
dengan router KucingGarong.
Atau
KucingGarong(config)# ip route destination-network-address
destination-subnet-mask forwarding-interface
Untuk route-forwarding berupa interface yang terdapat dalam router KucingGarong.
Untuk routing ke default gateway
Default gateway adalah jalur keluar router apabila network tujuan tidak terdaftar
dalam routing table. Bila tidak ada default gateway, paket dengan tujuan yang tidak
terdaftar dalam routing table akan dibuang.
KucingGarong(config)# ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 forwarding-
interface/ip-address
Clock rate berkisar antara 1200 hingga
4.000.000. Besarnya clock rate tergantung
kebijakan network administrator
Untuk menyalakan interface