Top Banner
NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2 nd floor University of Indonesia Depok. 16424 pg. 1 DESAIN DAN MANAJEMEN JARINGAN TUTORIAL IP Addressing dan Konfigurasi Dasar Router DASAR TEORI: IP ADDRESSING Setiap device pada jaringan pada dasarnya harus dapat di identifikasikan secara unik. Dimana pengindentifikasian pada device berupa angka-angka yang menunjukkan lokasi spesifik dari alat di dalam jaringan. Pemberian angka unik tersebut disebut dengan IP (Internet Protocol) Addressing atau pengalamatan IP. Alamat IP adalah alamat logical bukan alamat hardware yang terpatri pada Network Interface Card (NIC) dan digunakan untuk memungkinkan host di suatu jaringan dapat berkomunikasi dengan host pada jaringan yang berbeda. Pada network layer, alamat IP tersebut akan digunakan untuk mendefinisikan alamat pengirim dan tujuan pada sebuah paket. Pada praktikum ini pengalamatan IP yang digunakan adalah IPv4 yang memiliki panjang 32 bit (4 byte). Ipv4 terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian network address dan node/host address yang dapat diidentifikasi dengan bantuan network ataupun subnet mask. Alamat network atau network address memberikan indetifikasi unik untuk setiap jaringan. Setiap mesin pada jaringan yang sama menggunakan atau berbagi alamat network yang sama sebagai bagian dari pengalamatan IP. Alamat node/host memberikan identifikasi unik pada setiap mesin di dalam network. Berbeda dengan network address yang berupa grup, host address adalah alamat individual dari setiap device. Ipv4 terdiri dari 32 bit biner kemudian dibagi menjadi 4 oktet (1 oktet = 8 bit). Dengan setiap oktetnya dikonversi kedalam bilangan desimal dan dipisahkan dengan titik(dot). Karena itulah, sebuah ip address ditulis dalam format decimal dengan titik (contoh 172.16.81.100). Nilai range tiap oktetnya adalah dari 0 ke 255 desimal, atau 00000000-11111111 biner. Berikut cara mengkonversi dari biner ke desimal, dengan bagian paling kiri pada setiap oktetnya adalah most significant bit (MSB), yaitu 2 7 dan paling kanan dari setiap oktetnya adalah Least Significant Bit(LSB), yaitu 2 0 . Jadi, jika semua bit biner dalam satu oktet bernilai 1, maka padanan desimalnya adalah 255. Seperti yang ditunjukkan dibawah : 1 1 1 1 1 1 1 1 128 64 32 16 8 4 2 1 (128+64+32+16+8+4+2+1=255) Berikut adalah contoh konversi sebuah oktet ketika tidak semua bitnya bernilai 1: 0 1 0 0 0 0 0 1 0 64 0 0 0 0 0 1
20

Tutorial Subnetting Dan Konfigurasi Router

Apr 25, 2015

Download

Documents

romidarmawan
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Tutorial Subnetting Dan Konfigurasi Router

NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor

University of Indonesia Depok. 16424

pg. 1

DESAIN DAN MANAJEMEN JARINGAN

TUTORIAL

IP Addressing dan Konfigurasi Dasar Router

DASAR TEORI:

IP ADDRESSING

Setiap device pada jaringan pada dasarnya harus dapat di identifikasikan secara unik.

Dimana pengindentifikasian pada device berupa angka-angka yang menunjukkan lokasi spesifik

dari alat di dalam jaringan. Pemberian angka unik tersebut disebut dengan IP (Internet Protocol)

Addressing atau pengalamatan IP. Alamat IP adalah alamat logical bukan alamat hardware yang

terpatri pada Network Interface Card (NIC) dan digunakan untuk memungkinkan host di suatu

jaringan dapat berkomunikasi dengan host pada jaringan yang berbeda. Pada network layer,

alamat IP tersebut akan digunakan untuk mendefinisikan alamat pengirim dan tujuan pada

sebuah paket. Pada praktikum ini pengalamatan IP yang digunakan adalah IPv4 yang memiliki

panjang 32 bit (4 byte).

Ipv4 terbagi menjadi 2 bagian, yaitu bagian network address dan node/host address

yang dapat diidentifikasi dengan bantuan network ataupun subnet mask. Alamat network atau

network address memberikan indetifikasi unik untuk setiap jaringan. Setiap mesin pada jaringan

yang sama menggunakan atau berbagi alamat network yang sama sebagai bagian dari

pengalamatan IP. Alamat node/host memberikan identifikasi unik pada setiap mesin di dalam

network. Berbeda dengan network address yang berupa grup, host address adalah alamat

individual dari setiap device.

Ipv4 terdiri dari 32 bit biner kemudian dibagi menjadi 4 oktet (1 oktet = 8 bit). Dengan

setiap oktetnya dikonversi kedalam bilangan desimal dan dipisahkan dengan titik(dot). Karena

itulah, sebuah ip address ditulis dalam format decimal dengan titik (contoh 172.16.81.100).

Nilai range tiap oktetnya adalah dari 0 ke 255 desimal, atau 00000000-11111111 biner.

Berikut cara mengkonversi dari biner ke desimal, dengan bagian paling kiri pada setiap

oktetnya adalah most significant bit (MSB), yaitu 27 dan paling kanan dari setiap oktetnya adalah

Least Significant Bit(LSB), yaitu 20 . Jadi, jika semua bit biner dalam satu oktet bernilai 1, maka

padanan desimalnya adalah 255. Seperti yang ditunjukkan dibawah :

1 1 1 1 1 1 1 1

128 64 32 16 8 4 2 1

(128+64+32+16+8+4+2+1=255)

Berikut adalah contoh konversi sebuah oktet ketika tidak semua bitnya bernilai 1:

0 1 0 0 0 0 0 1

0 64 0 0 0 0 0 1

Page 2: Tutorial Subnetting Dan Konfigurasi Router

NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor

University of Indonesia Depok. 16424

pg. 2

(0+64+0+0+0+0+0+1=65)

Dan berikut adalah contoh IP address yang ditulis dalam biner dan desimal :

10. 1. 23. 19 Desimal

00001010 00000001 00010111 00010011 Biner

Contoh penggunaan IP Address

Ipv4 dibagi menjadi 5 kelas, yaitu kelas A, B, C, D dan E. Kelas A digunakan untuk jumlah

jaringan kecil yang memiliki host yang sangat banyak jumlahnya. Sedangkan kelas C sebaliknya,

kelas ini dicanangkan untuk jumlah jaringan yang banyak sekali namun memiliki host dengan

jumlah yang sedikit. Jaringan kelas B digunakan untuk jaringan yang berada di antara sangat

besar dan sangat kecil. Kelas D digunakan untuk multicasting, dan kelas E digunakan untuk

kepentingan riset.

Note: Kelas A, B, dan seterusnya digunakan disini untuk memudahkan dalam belajar ip

addressing dan subnetting. Pada kenyataanya, penggunaan ip addressing berdasarkan kelas-

kelas ini jarang digunakan di industri setelah CIDR diperkenalkan.

Pembagian alamat IP menjadi alamat network dan host ditentukan oleh kelas dari

jaringan tersebut. Berikut adalah alokasi bit untuk kelas A, B , dan C pada Ipv4:

8 bit 8 bit 8 bit 8 bit

Kelas A Network Host Host Host

Kelas B Network Network Host Host

Kelas c Network Network Network Host

Kelas D Multicast

Kelas E Research

Page 3: Tutorial Subnetting Dan Konfigurasi Router

NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor

University of Indonesia Depok. 16424

pg. 3

IP Address range untuk masing-masing kelas:

Kelas IP Address Ip Address Netmask Default Oktet pertama

dimulai dengan

Kelas A 1.0.0.0-127.0.0.0 255.0.0.0 0

Kelas B 128.0.0.0-191.255.0.0 255.255.0.0 10

Kelas C 192.0.0.0-223.255.255.0 255.255.255.0 110

Kelas D 224.0.0.0-239.255.255.255 - 1110

Kelas E 240.0.0.0-255.255.255.254 - 1111

Pada Ipv4, IP addressing juga dapat dibagi sesuai tujuannya, yaitu Public address dan Private

address.

Public address adalah alamat IP yang biasa digunakan oleh jaringan secara umum.

Private address adalah alamat IP yang digunakan di jaringan private. Dimana host yang tidak

memiliki akses ke jaringan tersebut tidak akan bisa masuk dan juga sebaliknya, tanpa

mekanisme khusus dengan NAT (Network Address Translation) host di jaringan ini tidak dapat

mengakses keluar dari jaringan. Private address terdiri dari alamat :

Kelas A = 10.0.0.0 to 10.255.255.255 (10.0.0.0 /8)

Kelas B = 172.16.0.0 to 172.31.255.255 (172.16.0.0 /12)

Kelas C = 192.168.0.0 to 192.168.255.255 (192.168.0.0 /16)

Page 4: Tutorial Subnetting Dan Konfigurasi Router

NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor

University of Indonesia Depok. 16424

pg. 4

Terdapat beberapa alamat yang digunakan untuk kepentingan khusus, dimana beberapa

alamat-alamat ini tidak dapat digunakan untuk host.

Berikut alamat-alamat tersebut dan fungsinya :

Alamat Fungsi

Alamat network semuanya 0 Diartikan “jaringan atau segmen ini”

Alamat network semuanya 1 Diartikan “semua jaringan”

Network 127.0.0.1 Dicadangkan untuk keperluan loopback test

Ditujukan untuk localhost dan memungkinkan host tersebut

mengirimkan paket tes ke dirinya sendiri tanpa menimbulkan

lalu lintas jaringan

Alamat host semuanya 0 Diartikan “alamat jaringan” atau semua host pada jaringan

spesifik

Alamat host semuanya 1 Diartikan “semua host” pada jaringan spesifik; contoh

128.2.255.255 artinya “semua host” pada jaringan 128.2

(alamat kelas B)

Seluruh alamat IP di set 0 Digunakan oleh router cisco untuk menunjukkan rute default.

Bisa juga berarti semua network.

Seluruh alamat IP di set 1

(Sama dengan

255.255.255.255)

Broadcast ke semua host pada current network (network yang

sedang aktif); terkadang disebut “all 1s broadcast” atau

broadcast terbatas.

Alamat 169.254.0.0 -

169.254.255.255

Local Link Address

Alamat 192.0.2.0 - 192.0.2.255

(192.0.2.0 /24)

TEST-NET Address

Network dan Subnet Mask

Network mask merupakan nilai sepanjang 32 bit (Ipv4) yang digunakan untuk

mengidentifikasi antara network address dengan host address. Sedangkan Subnet mask adalah

nilai 32 bit yang digunakan untuk mengidentifikasi antara network address pada sebuat subnet

dengan host addressnya. Perhitungan Network Mask maupun Subnet Mask pada dasarnya

sama, yang membedakan adalah nilai Network Address yang diwakili oleh Mask tersebut.

Network kelas A, B, dan C memiliki nilai mask default, atau lebih dikenal dengan natural mask,

seperti berikut:

Class A: 255.0.0.0

Class B: 255.255.0.0

Class C: 255.255.255.0

Sebuah IP address pada network kelas A yang belum di subnet akan memiliiki sebuah

address ataupun mask yang mirip dengan: 8.20.15.1 255.0.0.0. Berikut cara untuk

menggunakan NetMask dalam mengidentifikasi antara network dan host address, sebelumnya

ubah address dan mask ke dalam bilangan biner.

Page 5: Tutorial Subnetting Dan Konfigurasi Router

NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor

University of Indonesia Depok. 16424

pg. 5

8.20.15.1 = 00001000.00010100.00001111.00000001

255.0.0.0 = 11111111.00000000.00000000.00000000

Ketika address dan mask telah di konversi ke biner, maka akan sangat mudah untuk

melakukan identifikasi antara network dan host address. Semua bit address pada mask

ditunjukkan ke dalam angka 1 merupakan bit yang mewakili network id. Dan semua bit yang

memiliki nilai 0 mewakili host id.

8.20.15.1 = 00001000.00010100.00001111.00000001

255.0.0.0 = 11111111.00000000.00000000.00000000

8.20.15.1 = 00001000 00010100 00001111 00000001

255.0.0.0 = 11111111 00000000 00000000 00000000

Net ID Host ID

netid = 00001000 = 8

hostid = 00010100.00001111.00000001 = 20.15.1

SUBNETTING

Subnetting adalah suatu metode yang memungkinkan kita untuk mengambil sebuah

network yang lebih besar untuk kemudian dibagi menjadi sejumlah network yang lebih kecil (sub

network). Subnetting digunakan untuk membuat multiple logical network yang ada di dalam

sebuah network kelas A, B, ataupun C. Jika kita tidak melakukan subnetting, maka kita hanya

akan dapat menggunakan sebuah network pada network kelas A, B, ataupun C tersebut, dimana

hal itu kini sangat tidak realistis mengingat jumlah IP yang semakin sedikit tersedia.

Setiap jalur data pada sebuah network harus memiliki network ID yang unik. Dengan

setiap node (host) dijalur tersebut merupakan anggota dari network yang sama. Jika kita

memecah sebuah network besar (Kelas A, B, ataupun C) ke dalam subnetwork-subnetwork yang

lebih kecil, kemudian kita bisa membuat netwok dari subnetwork yang terkoneksi tersebut.

Setiap data link pada network ini kemudian akan memiliki network/subnetwork ID yang unik.

Pada prinsipnya, subnetting dilakukan dengan mengambil bit-bit dari bagian host sebuat

alamat IP dan menyimpannya sebagai subnet ID.

Fungsi dari subnetting :

1. Untuk mengurangi lalu-litas jaringan (mengurangi broadcast storm/memperkecil

broadcast domain)

2. Mengoptimalkan unjuk kerja jaringan (optimzed network performance)

3. Menyederhanakan pengelolaan (Memudahkan pengelolaan dan memudahkan

mengidentifikasi permasalahan pada jaringan)

4. Penghematan alamat IP

5. Membantu pengembangan jaringan ke jarak geografis yang jauh.

Contoh subnetting, diberikan sebuah network kelas C yaitu 204.17.5.0, dimana natural

masknya adalah 255.255.255.0, maka kita dapat membuat subnet dengan cara berikut :

Page 6: Tutorial Subnetting Dan Konfigurasi Router

NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor

University of Indonesia Depok. 16424

pg. 6

204.17.5.0 = 11001100 00010001 00000101 000 00000

255.255.255.224 = 11111111 11111111 11111111 111 00000

Net ID sub Host ID

Dengan meperlebar nilai mask menjadi 255.255.255.224, kita meminjam 3 bit (yang

ditunjukkan dengan sub) dari bagian host dan menggunakannya untuk membuat subnet.

Dengan 3 bit ini, kita dapat membuat 8 subnet. Dan bit sisa dari host (5 bit) menunjukkan

bahwa tiap subnet memiliki hingga 32 host address dengan 30 host merupakan usable address

yang dapat digunakan pada sebuah device. 2 host sisanya, host pertama dan terakhir tidak

dapat digunakan. Host dengan all zeros (host pertama dengan nilai pada bit biner host adalah 0)

digunakan sebagai network address pada subnet tersebut, dan host dengan all ones (host

terakhir dengan nilai pada bit biner host adalah 1) digunakan untuk local broadcast, yaitu

broadcast pada subnet tersebut.

Berikut hasil subnettingnya :

204.17.5.0 255.255.255.224 host address range 1 to 30

204.17.5.32 255.255.255.224 host address range 33 to 62

204.17.5.64 255.255.255.224 host address range 65 to 94

204.17.5.96 255.255.255.224 host address range 97 to 126

204.17.5.128 255.255.255.224 host address range 129 to 158

204.17.5.160 255.255.255.224 host address range 161 to 190

204.17.5.192 255.255.255.224 host address range 193 to 222

204.17.5.224 255.255.255.224 host address range 225 to 254

Contoh penerapannya

Dapat dilihat pada gambar bahwa setiap router terhubung dengan 4 buah subnet,

dengan 1 subnet yang dimiliki oleh kedua router. Dan setiap router memiliki ip address untuk

tiap-tiap subnet yang terhubung dengannya. Setiap subnet dapat memiliki hingga 30 host

address.

Semakin banyak jumlah host bit yang digunakan untuk subnet mask, maka semakin

banyak pula jumlah subnet yang tersedia. Namun, semakin banyak jumlah subnet yang tersedia,

maka jumlah host yang dapat tersedia pada tiap-tiap subnetnya pun semakin sedikit. Contohnya,

untuk sebuah network kelas C 201.17.5.0 dengan mask 255.255.255.224 (/27) membolehkan

kita untuk memiliki 8 subnet, dengan setiap subnetnya memiliki 32 host address. Namun, jika

kita menggunakan mask 255.255.255.240(/28) maka perhitungannya adalah:

Page 7: Tutorial Subnetting Dan Konfigurasi Router

NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor

University of Indonesia Depok. 16424

pg. 7

204.17.5.0 = 11001100 00010001 00000101 0000 0000

255.255.255.240 = 11111111 11111111 11111111 1111 0000

Net ID sub Host ID

Karena kita memiliki 4 bit host yang digunakan untuk subnet, bit host yang tersisa

adalah 4 bit. Jumlah subnet yang dapat dibentuk adalah 16 subnet, namun tiap-tiap subnetnya

hanya memiliki 16 host address saja (dengan 14 host yang usable).

Contoh lain, misalnya kita ingin melakukan subnetting pada network kelas B. Jika kita

memiliki alamat network 172.16.0.0, maka kita tahu bahwa natural masknya adalah

255.255.0.0 atau 172.16.0.0/16. Jika kita ingin menggunakan subnet mask

255.255.248.0(/21), maka berapa banyak subnet dan host persubnetnya yang tersedia?

172.16.0.0 = 10101100 00010000 00000 000 00000000

255.255.248.0 = 11111111 11111111 11111 000 00000000

Net ID Sub Host ID

Dapat dilihat bahwa, kita menggunakan 5 bit dari bit host untuk melakukan subnetting.

Sehingga jumlah subnet yang terbentuk adalah 32 subnet (25), dan host address yang tersedia

adalah 2048 (211), dengan 2046 host yang usable pada tiap-tiap subnetnya.

Note: Dulu terdapat pembatasan untuk menggunakan Subnet 0 (dengan semua bit subnet

bernilai 0) dan all ones subnets (dengan semua bit subnet bernilai 1). Beberapa device melarang

penggunaan dua subnet ini. Namun sekarang (setelah Cisco iOS 12.0 dirilis) secara default,

penggunaan kedua subnet tersebut telah dapat dilakukan pada device-device Cisco. (Untuk

devide cisco sebelum iOS 12.0 dapat menggunakan perintah ip subnet zero).

CONTOH

Contoh 1)

Diberikan dua buah host address dan prefix yang telah ditentukan. Tentukanlah subnet

dari kedua device tersebut.

DeviceA: 172.16.17.30/20

DeviceB: 172.16.28.15/20

Menentukan subnet untuk DeviceA:

172.16.17.30 = 10101100 00010000 0001 0001 00011110

255.255.240.0 = 11111111 11111111 1111 0000 00000000

Net ID Sub Host ID

subnet = 10101100.00010000.00010000.00000000 = 172.16.16.0

Dapat dilihat diatas bahwa untuk mendapatkan subnet dilakukan proses AND antara

address dan mask nya. Sehingga didapatkan nilai subnet pada DeviceA adalah 172.16.16.0

Page 8: Tutorial Subnetting Dan Konfigurasi Router

NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor

University of Indonesia Depok. 16424

pg. 8

Menentukan Subnet untuk DeviceB:

172.16.28.15 = 10101100 00010000 0001 1100 00001111

255.255.240.0 = 11111111 11111111 1111 0000 00000000

Net ID Sub Host ID

subnet = 10101100.00010000.00010000.00000000 = 172.16.16.0

Dari perhitungan diatas DeviceA dan DeviceB adalah address yang berasal dari subnet

yang sama.

Contoh 2)

Diberikan sebuah alamat network kelas C 204.15.5.0/24, lakukanlah subnetting sesuai

dengan gambar dibawah dengan jumlah host persubnet yang telah ditentukan.

Jawab

Dapat dilihat bahwa berdasarkan gambar diatas, dibutuhkan 5 subnet pada network

tersebut. Subnet terbesar harus memiliki minimal 28 host address. Apakah ini mungkin

dilakukan pada network kelas C? Jika ya, bagaimanakah caranya?

Jika kita telaah, dapat kilta lihat bahwa network tersebut adalah 5 subnet, untuk itu

dibutukan 3 bit (23=8) dari host bit kelas C. Karena jika digunakan 2 bit hanya akan tersedia 4

subnet saja (22).

Karena dibutuhkan 3 bit subnet, maka bit host yang tersisa adalah 5 bit. Sehingga host

yang tersedia adalah 55 = 32 (dengan 30 usable host). Perhitungan ini sesuai dengan yang

diharapkan, dimana minimal host address untuk netB adalah 28 host.

Dapat dilihat bahwa dengan network kelas C, kita dapat membentuk network sesuai

pada gambar yang diberikan. Salah satu bentuk hasil subnettingnya adalah :

netA: 204.15.5.0/27 host address range 1 to 30

netB: 204.15.5.32/27 host address range 33 to 62

netC: 204.15.5.64/27 host address range 65 to 94

netD: 204.15.5.96/27 host address range 97 to 126

netE: 204.15.5.128/27 host address range 129 to 158

Page 9: Tutorial Subnetting Dan Konfigurasi Router

NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor

University of Indonesia Depok. 16424

pg. 9

CIDR dan VLSM

CIDR (Classless Inter Domain Routing)

CIDR diperkenalkan pertama kali untuk membantu mengembangkan pemanfaatan space

address dan routing scalability di internet. CIDR dibutuhkan karena pertumbuhan internet yang

terus meningkat dan juga pertumbuhan IP routing table yang ada di internet router. CIDR

membuat penggunaan tradisional Kelas IP (Kelas A, B, C, dan seterusnya) mulai ditinggalkan.

Pada CIDR, sebuah IP ditunjukkan dengan sebuah prefix, dimana IP tersebut dituliskan dengan

panjang nilai masknya. Dengan panjang tersebut mewakiili nilai 1 pada mask address yang

dihitung dari kiri (Most contiguous mask bit). Jadi network 172.16.0.0 255.255.0.0 dapat

dituliskan menjadi 172.16.0.0/16. CIDR juga menggambarkan arsitektur internet secara

hierarki, dimana setiap domain akan mengambil ip address dari level yang lebih tinggi. Sehingga

summarization dari sebuah domain dapat dilakukan pada level yang lebih tinggi. Contoh, jika

sebuah ISP memiliki network 172.16.0.0/16, kemudia ISP tersebut dapat menawarkan network

172.16.1.0/24, 172.16.2.0/24, dan seterusnya kepada pelanggannya. Ketika dilihat oleh

provider/ISP lain, ISP tersebut hanya perlu untuk menunjukkan network 172.16.0.0/16.

Contoh lain CIDR, Terdapat 7 perusahaan dengan network yang berbeda-beda.

Perusahaan 1 misalnya, memiliki network 193.168.1.0/24 (kelas C), perusahan 2 memiliki

network 193.168.2.0/24, perusahan 3 memiliki network 193.168.3.0/24, perusahaan 4

memiliki network 193.168.4.0, dan seterusnya hingga perusahan 7 yang memiliki network

193.168.7.0 . Ketujuh perusahaan tersebut berlangganan pada 1 ISP yang sama, dimana ISP

tersebut memiliki network dari range 193.168.1.0/24 hingga 193.168.7.0/24. Di luar ISP

tersebut, ketujuh perusahaan tadi akan dianggap menjadi 1 network saja, yaitu menggunakan

network/Supernet dari ISP tersebut, yaitu network 193.168.0.0/21..

CIDR pada dasarnya adalah sebuah teknik ip addressing yang didukung dengan BGP4

(Border Gateway Protocol v4 Lebih lanjut dijelaskan di CCNP) dengan menggunakan route

aggregation. CIDR mengizinkan router untuk mengelompokkan router-router (melakukan

agregasi) untuk meminimalkan jumlah informasi routing yang dibawa oleh router inti. Misalnya,

pada 1 network besar, misalnya A, (yang kemudian akan di subnet), pada lingkungan network

tersebut di aplikasikan VLSM. Pada network tersebut, CIDR akan membuat mekanisme classless

routing protokol (lebih lanjut dipelajari di CCNA 2), dimana routing update di dalam network

tersebut akan melampirkan pula informasi subnet mask. Namun, ketika sebuah host di suatu

subnet, subnet 1 misalnya, ingin mengakses keluar dari network A, ketika dikirim keluar network,

CIDR akan membuat alamat host dari subnet 1 akan termasuk dalam network A, bukan lagi

menjadi bagian dari subnet 1.

CIDR sendiri bermula ketika pada tahun 1992 lembaga IETF (Internet Engineering Task

Force) memperkenalkan suatu konsep perhitungan IP Address yang dinamakan supernetting

atau classless inter domain routing (CIDR). Metode ini menggunakan notasi prefix dengan

panjang notasi tertentu sebagai network prefix. Panjang notasi prefix ini menentukan jumlah bit

sebelah kiri yang digunakan sebagai network ID. Metode CIDR dengan notasi prefix dapat

diterapkan pada semua kelas IP Address sehingga hal ini dapat memudahkan pengalamatan IP

dan lebih efektif. Dengan menggunakan metode CIDR kita dapat melakukan pembagian IP

Address yanng tidak berkelas sesukanya tergantung dari kebutuhan pemakai.

Page 10: Tutorial Subnetting Dan Konfigurasi Router

NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor

University of Indonesia Depok. 16424

pg. 10

Berikut merupakan daftar nilai subnet mask yang tersedia dan notasi garis miring (prefix)

yang ekivalen dengan subnet mask tersebut:

Subnet Mask Nilai prefix Subnet Mask Nilai prefix

255.128.0.0 /9 255.255.240.0 /20

255.192.0.0 /10 255.255.248.0 /21

255.224.0.0 /11 255.255.252.0 /22

255.240.0.0 /12 255.255.254.0 /23

255.248.0.0 /13 255.255.255.0 /24

255.252.0.0 /14 255.255.255.128 /25

255.254.0.0 /15 255.255.255.192 /26

255.255.0.0 /16 255.255.255.224 /27

255.255.128.0 /17 255.255.255.240 /28

255.255.192.0 /18 255.255.255.248 /29

255.255.224.0 /19 255.255.255.252 /30

*Dalam subnetting, perlu diperhatikan penggunaan oktat pada subnet mask, dimana:

- Untuk IP Address kelas C, subnetting dilakukan pada oktet terakhir karena IP Address

kelas C subnet mask defaultnya adalah 255.255.255.0

- Untuk IP Address kelas B, subnetting dilakukan pada 2 oktet terakhir karena IP Address

kelas B subnet mask defaultnya adalah 255.255.0.0

- Untuk IP Address kelas A, subnetting dilakukan pada 3 oktet terakhir karena IP Addres

kelas A subnet mask defaultnya adalah 255.0.0.0

*Materi lebih jauh untuk mengenal CIDR silahkan baca RFC 1518 dan RFC 1519 oleh IETF

VLSM (Variable Length Subnet Mask)

VLSM secara sederhana dapat diartikan sebagai subnetting. Sesuai namanya, VLSM

(Variable Length Subnet Mask) dapat mengizinkan penggunaan subner mask yang berbeda-beda

panjangnya (prefix). CIDR menggunakan VLSM untuk dapat menghemat ip adress dengan lebih

efisien. Sebelumnya, sebelum muncul CIDR, pembagian ip address (ip adressing) berdasar pada

Classful routing, dimana informasi dari subnet tidak disertakan pada routing update sehingga

penggunaan Subnet mask dengan prefix yang berbeda tidak dapat dilakukan. Namun dengan

Classless routing oleh CIDR, ip addressing tersebut dapat digunakan. VLSM memperbolehkan

satu network address memiliki lebih dari satu subnet mask. Dapat dilihat kemudian bahwa pada

VLSM nilai subnet mask pada 1 network address dapat berbeda-beda. VLSM pun melakukan

prinsip pembagian alamat berdasarkan host yang dibutuhkan setiap subnetnya. Namun,

sebenarnya, terdapat dua pembagian routing yang akan berkaitan dengan VLSM, yaitu classful

networking dan classless networking.

Classful networking mengacu pada prinsip bahwa nilai subnet mask tertentu oleh sebuah

router akan dianggap memiliki subnet mask yang sama. Karena pada routing protokol classful,

Page 11: Tutorial Subnetting Dan Konfigurasi Router

NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor

University of Indonesia Depok. 16424

pg. 11

seperti RIPv1 dan IGRP, tidak ada field untuk menyimpan informasi subnet sehingga informasi

tidak dikirimkan. Sehingga, jika kita memiliki panjang subnet mask yang berbeda pada sebuah

network yang menjalankan RIP atau IGRP, maka network tersebut tidak akan bekerja.

Sebaliknya, routing protokol classless mendukung pengiriman pemberitahuan (advertisement)

informasi subnet. Oleh karena itu, kita bisa menggunakan VLSM dengan RIPv2, EIGRP, atau

OSPF yang merupakan routing protokol classless.

Pada dasarnya, ip addressing dan subnetting, yaitu untuk mengatasi kekurangan IP

Address dan dilakukannya pemecahan network ID untuk mengatasi kekurangan IP Address

tersebut. Network address yang telah diberikan oleh lembaga IANA jumlahnya sangat terbatas,

bisasanya suatu perusahaan baik instansi pemerintah, swasta, maupun institusi pendidikan

yang terkoneksi ke jaringan internet hanya memiliki network ID tidak lebih dari 5-7 network ID (IP

Public).

CONTOH PENGGUNAAN VLSM

Pada contoh subnetting sebelumnya, dapat dilihat bahwa digunakan nilai subnet mask

yang sama pada semua subnetnya. Ini berarti setiap subnet memiliki jumlah host tersedia yang

sama. Untuk beberapa kasus, cara ini bisa saja digunakan, namun untuk kasus-kasus tertentu,

penggunaan subnet mask yang sama pada setiap subnet akan menyebabkan beberapa address

terbuang sia-sia. Pada contoh 2 diatas, sebuah network kelas C dibagi menjadi 8 subnet yang

sama ukurannya. Namun, setiap subnet tidak memanfaatkan semua alamat host yang

disediakan, yang kemudian menjadikan alamat host tersebut terbuang sia-sia. Gambar berikut

menunjukkan pemborosan alamat pada subnet.

Gambar diatas mengilustrasikan subnet-subnet yang digunakan, NetA, NetC, dan NetD memiliki

banyak host address yang tidak digunakan. Cara ini mungkin saja digunakan, namun dalam

Page 12: Tutorial Subnetting Dan Konfigurasi Router

NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor

University of Indonesia Depok. 16424

pg. 12

kondisi alamat ip yang semakin terbatas, cara ini membuang banyak ip address yang usable

karena penggunaan subnet mask yang sama untuk semua subnetnya.

VLSM membuat kita dapat menggunakan mask yang berbeda-beda untuk tiap-tiap subnetnya,

sehingga penggunaan address space dapat lebih efisien.

Perlu diperhatikan bahwa pembagian address harus dilakukan secara hirarki. Seperti contoh

pada gambar berikut.

Contoh, jika kita ingin melakukan subnetting untuk subnet 10.1.0.0/16, maka dilakukan

peminjaman 8 bit lagi untuk membuat 256 subnet dengan mask /24. Mask tersebut (/24)

memiliki 254 host address di tiap subnetnya, dengan nilai subnet range 10.1.0.0 / 24 ke

10.1.255.0 / 24

Page 13: Tutorial Subnetting Dan Konfigurasi Router

NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor

University of Indonesia Depok. 16424

pg. 13

Gambar diatas merupakan tabel untuk Subnet dan Host yang tersedia untuk tiap-tiap subnet mask

Contoh 3)

Diberikan network address 130.20.0.0/20.

Pertama-tama, kita dapat menghitung jumlah subnet terlebih dahulu berdasarkan prefixnya,

maka didapat :

Nilai subnet 11111111.11111111.11110000.00000000 = /20

Dimana terlihat bahwa jumlah digit angka binary 1 pada 2 oktet terakhir adalah 4, maka :

Jumlah subnet = 2n = 24 = 16 subnet.

Dengan demikian, blok tiap-tiap subnetnya :

- Blok subnet ke 1 = 130.20.0.0/20

- Blok subnet ke 2 = 130.20.16.0/20

- Blok subnet ke 3 = 130.20.32.0/20

- Dst...sampai dengan

- Blok subnet ke 16 = 130.20.240.0/20

Selanjutnya, kita ambil nilai blok ke 3 dari hasil perhitungan awal yaitu 130.20.32.0, kemudian :

- Kita pecah menjadi 16 blok subnet, dimana nilai 16 di ambil dari hasil perhitungan

subnet pertaman, yaitu /20 = (2n) = 24 = 16.

- Selanjutnya nilai subnet di ubah tergantung pada kebutuhan dengan VLSM. Untuk

pembahasan ini kita gunakan /24, sehingga didapat subnet 130.20.32.0/24. Nilai

Page 14: Tutorial Subnetting Dan Konfigurasi Router

NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor

University of Indonesia Depok. 16424

pg. 14

subnet tersebut kemudian diperbanyak menjadi 16 blok lagi sehingga didapat 16 blok

baru, yaitu :

Blok subnet 1-1 = 130.20.32.0/24

Blok subnet 1-2 = 130.20.33.0/24, dst..hingga ke 16

- Selanjutnya, kita ambil kembali nilai ke 1 dari blok subnet 1-1, yaitu 130.20.32.0. Nilai

tersebut kemudian kita pecah menjadi (16:2) = 8 subnet lagi. Namun, oktet ke 4 pada

network ID yang kita ubah juga menjadi 8 blok keliapatan dari 32.

- Sehingga didapat :

Blok subnet 2-1 = 130.20.32.0/27

Blok subnet 2-2 = 130.20.32.32/27

Blok subnet 2-3 = 130.20.32.64/27

Blok subnet 2-4 = 130.20.32.96/27

Blok subnet 2-5 = 130.20.32.128/27

Blok subnet 2-6 = 130.20.32.160/27

Contoh 4)

Jika diberikan network dan kebutuhan yang sama dengan Contoh 2 (diatas), buatlah sebuah

skema subnetting dengan menggunakan VLSM, dengan :

netA: harus support 14 hosts

netB: harus support 28 hosts

netC: harus support 2 hosts

netD: harus support 7 hosts

netE: harus support 28 host

Tentukanlah mask yang dibutuhkan untuk tiap-tiap subnetnya berdasarkan kebutuhan hostnya:

netA: membutuhkan /28 (255.255.255.240) mask untuk support 14 hosts

netB: membutuhkan /27 (255.255.255.224) mask untuk support 28 hosts

netC: membutuhkan /30 (255.255.255.252) mask untuk support 2 hosts

netD*: membutuhkan /28 (255.255.255.240) mask untuk support 7 hosts

netE: membutuhkan /27 (255.255.255.224) mask untuk support 28 hosts

* /29 (255.255.255.248) hanya akan mengizinkan 6 usable host address, sehingga netD

membutuhkan /28 mask.

Cara paling mudah untuk menentukan subnet adalah dengan menentukan subnet dari yang

terbesar jumlah hostnya. Contohnya :

netB: 204.15.5.0/27 host address range 1 to 30

netE: 204.15.5.32/27 host address range 33 to 62

netA: 204.15.5.64/28 host address range 65 to 78

netD: 204.15.5.80/28 host address range 81 to 94

netC: 204.15.5.96/30 host address range 97 to 98

Berikut adalah ilustrasi penggunaan address dan subnetnya:

Page 15: Tutorial Subnetting Dan Konfigurasi Router

NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor

University of Indonesia Depok. 16424

pg. 15

Dapat dilihat bahwa VLSM membuat penggunaan ip address menjadi lebih hemat dan efisien.

*Contoh perhitungan broadcast address :

Coba hitung broadcast address dan network address untuk IP 192.168.1.4/29

Jawab

Lihat netmask , /29 berarti netmasknya adalah 255.255.255.248

IP Address : 192.168.1.4 11000000.10101000.00000001.00000100

Netmask : 255.255.255.248 11111111.11111111.11111111.11111000

Network Addr : 192.168.1.0 11000000.10101000.00000001.00000000

(AND IP addres dan netmask)

Broadcast Addr: 192.168.1.7 11000000.10101000.00000001.00000111

(fungsi XNOR antara netmask dan network address)

ROUTING

Routing adalah penetapan jalur yang akan dilewati oleh paket menuju tujuannya. Routing

diperlukan ketika sebuah paket perlu dikirim ke luar/ke dalam LAN. Peralatan yang

digunakan adalah intermediary device, seperti router, switch, bridge, yang dilengkapi dengan

network media (dengan/tanpa kabel).

Page 16: Tutorial Subnetting Dan Konfigurasi Router

NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor

University of Indonesia Depok. 16424

pg. 16

Dalam menentukan jalur terbaik, ada banyak algoritma yang bisa digunakan oleh router.

Diantaranya adalah:

o Distance vector algorithm (Bellman Ford)

o Link-state algorithm (Djikstra)

o Optimized link-state algorithm (untuk mobile ad-hoc network)

o Path vector algorithm

Skema dalam routing:

Unicast : pengiriman paket dari satu sumber ke satu tujuan.

Multicast : pengiriman paket dari satu sumber ke beberapa tujuan.

Broadcast : pengiriman paket dari stu sumber ke semua tujuan

Anycast : pengiriman paket dari satu tujuan ke beberapa tujuan, biasanya dipilih

yang terdekat dengan si pengirim.

Geocast : pengiriman paket dari satu tujuan ke beberapa tujuan yang berada pada

daerah geografis tertentu.

ROUTER

Router adalah devais jaringan yang meneruskan paket dari sebuah jaringan ke jaringn yang

lain. Router dapat menentukan bagaimana ia meneruskan tiap paket dengan berdasarkan

pada routing table yang sudah dikonfigurasi di dalamnya. Router sering kali disebut gateway.

Penempatan router:

Di antara beberapa LAN

Biasanya, router seperti ini memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Digunakan untuk memfilter traffic data dari satu LAN ke LAN lainnya

2. Mengatur dan menyeimbangkan traffic antar LAN

3. Mengharuskan adanya aturan pengamanan (seperti autentikasi)

4. Biasanya dilengkapi dengan firewall

Di ujung LAN ke internet

Cirri-ciriya:

1. Biasanya digunakan oleh sebuah perusahaan menengah maupun besar yang

memerlukan jaringan internal khusus.

2. Seringkali bekerja sama dengan operator ISP untuk mendapatkan akses ke internet.

Route

r

LAN

LAN

LAN

LAN

Route

r LAN

modem internet

Page 17: Tutorial Subnetting Dan Konfigurasi Router

NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor

University of Indonesia Depok. 16424

pg. 17

Di core-network

1. Bertugas untuk meneruskan paket di switching point utama

2. Biasa disebut dengan backbone router, dan spesifikasinya lebih canggih dari router

biasa.

3. Biasanya terhubung dengan koneksi T3, ATM, atau SONE links.

KONFIGURASI ROUTER CISCO

Router Cisco dilengkapi dengan IOS (seperti OS dalam komputer) untuk mengatur konfigurasi

router itu sendiri. IOS itu sendiri dilengkapi dengan fungsi routing & switching, security, dan

lain-lain. IOS disimpan dalam flash memory router.

Untuk bisa mengkonfigurasi router, pertama-tama router harus dihubungkan dengan

komputer terlebih dahulu dengan menggunakan kabel roll-over (dihubungkan pada port

console di router) dan konektor DB9 (dibuhungkan ke port RS232 pada komputer).

Konfigurasinya menggunakan Hyper Terminal (windows) atau minicom/Kermit (linux).

Route

r

Route

r

Route

r WAN WAN

WAN

Page 18: Tutorial Subnetting Dan Konfigurasi Router

NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor

University of Indonesia Depok. 16424

pg. 18

Arsitektur IOS

Basic Configuration

o Memasuki privileged EXEC mode

Router> Router>enable Router#

o Memberi nama + password pada router

Router# Router#configure terminal Router(config)# Router(config)#hostname KucingGarong KucingGarong(config)# KucingGarong(config)#enable password password KucingGarong(config)#enable secret password

Nama router yang sedang di konfigurasi

Untuk password dan secret, hanya bisa di set salah satu. Tapi apabila di set keduanya, maka router hanya akan menanyakan secret ketika akan masuk ke priviledge EXEC mode

Masuk global

config mode

Page 19: Tutorial Subnetting Dan Konfigurasi Router

NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor

University of Indonesia Depok. 16424

pg. 19

o Konfigurasi password untuk telnet

KucingGarong(config)#line vty 0 4 KucingGarong(config-line)#password password KucingGarong(config-line)#login

o Konfigurasi password untuk console

KucingGarong(config)#line console 0 KucingGarong(config-line)#password password KucingGarong(config-line)#login

o Membuat seluruh password ter-enkripsi

KucingGarong(config)#service password-encryption

o Memasang banner pada router

KucingGarong(config)#banner motd # pesan dan kesan #

o Menyimpan konfigurasi router

KucingGarong(config)#exit %SYS-5-CONFIG_I: Configured from console by console KucingGarong#copy running-configuration startup-configuration

o Beberapa perintah penting

KucingGarong#show running-config Melihat konfigurasi yang sedang

berjalan pada router

KucingGarong#show startup-config Melihat konfigurasi pada saat router

baru dinyalakan

KucingGarong#show ip interface brief Melihat interface network beserta IP

address dan kondisinya

KucingGarong#show ip route Melihat routing table yang sedang

berjalan

KucingGarong#show ip protocols Melihat routing protocol yang sedang

diaplikasikan pada router

KucingGarong#erase startup-config Menghapus konfigurasi startup yang

sudah disimpan

KucingGarong#copy running-config tftp Membuat backup konfigurasi ke

alamat tertentu yang terkoneksi

dengan router (memerlukan IP

address tujuan backup)

KucingGarong#reload Restart router

Static Routing

Static routing sebenarnya tidak bisa benar-benar disebut sebagai protocol karena

konfigurasinya benar-benar ditentukan oleh network administrator. Sebelum

memasukkan static routing, sebaiknya kita memasukkan IP address untuk tiap interface

yang akan berperan dalam static routing.

Banner hasur diawali dan diakhiri dengan tanda yang sama

Page 20: Tutorial Subnetting Dan Konfigurasi Router

NETWORK LABORATORY Electrical Engineering Department, 2nd floor

University of Indonesia Depok. 16424

pg. 20

o Konfigurasi IP address untuk interface Ethernet

Catatan: untuk mengetahui nomor Ethernet, sebaiknya di cek dulu lewat perintah

show ip interface brief pada priviledge EXEC mode

KucingGarong(config)#interface FastEthernet nomor-Ethernet

KucingGarong(config-if)#ip address ip-address subnet-mask

KucingGarong(config-if)#no shutdown

o Konfigurasi IP address untuk interface serial

Catatan: untuk mengetahui nomor serial, sebaiknya di cek dulu lewat perintah show

ip interface brief pada priviledge EXEC mode

KucingGarong(config)#interface serial nomor-Serial

KucingGarong(config-if)#ip address ip-address subnet-mask

KucingGarong(config-if)#clock rate 56000

KucingGarong(config-if)#no shutdown

o Konfigurasi static routing

Untuk static routing biasa

KucingGarong(config)#ip route destination-network-address

destination-subnet-mask forwarding-router-ip-address Untuk route-forwarding berupa ip address router tujuan yang terkoneksi langsung

dengan router KucingGarong.

Atau

KucingGarong(config)# ip route destination-network-address

destination-subnet-mask forwarding-interface

Untuk route-forwarding berupa interface yang terdapat dalam router KucingGarong.

Untuk routing ke default gateway

Default gateway adalah jalur keluar router apabila network tujuan tidak terdaftar

dalam routing table. Bila tidak ada default gateway, paket dengan tujuan yang tidak

terdaftar dalam routing table akan dibuang.

KucingGarong(config)# ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 forwarding-

interface/ip-address

Clock rate berkisar antara 1200 hingga

4.000.000. Besarnya clock rate tergantung

kebijakan network administrator

Untuk menyalakan interface