1
3
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangTumor otak merupakan penyebab kematian kedua
setelah stroke dalam kelompok penyakit neurologis.[endnoteRef:1]
Tumor otak dapat dibedakan menjadi tumor otak primer (70%) dan
tumor otak sekunder (30%). Sekitar 24.000 tumor otak primer
didiagnosa setiap tahunnya di Amerika Serikat dan 20% merupakan
tumor ganas pada usia < 15 tahun. Perkiraan insidensi adalah 8,2
hingga 18 per 100.000 penduduk. Walaupun insidennya rendah
dibandingkan tumor organ lainnya, mortalitas tumor otak cukup
tinggi baik pada dewasa maupun anak-anak. Sebelas ribu orang
meninggal akibat tumor otak primer setiap tahunnya di amerika
serikat.[endnoteRef:2]-[endnoteRef:3] [1: Mahyuddin H dan Setiawan
AB. Karakteristik Tumor Infratentorial dan Tatalaksana Operasi di
Departemen Bedah Saraf Fakultas Kedokteran UI/RSUPN Cipto
Mangunkusumo Tahun 2001-2005. Majalah Kedokteran Nusantara.2006
[online]; 39(4): 409-413. Diunduh dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/1234567
89/15638/1/mkn-des2006-%20(5).pdf] [2: Tascos N dan Karkavelas G.
Epidemiology, histologic classification and clinical course of
Brain Tumor with histological correlations. Springer-Verlag Berlin
Heidelberg. 2011. ] [3: Nasir S, Jamila B, Khaleeq S. A
Retrospective Study of Primary Brain Tumors in Children under 14
Years of Age at PIMS, Islamabad. Asian Pacific Journal of Cancer
Prevention. 2010[online]; 11 : 1225-1227. Diunduh dari
http://www.apocp.org/cancer
_download/Volume11_No5/c%201225-27%20Saima%20Nasir.pdf]
Tumor primer kira-kira 50% adalah glioma, 20% meningioma, 15%
adenoma dan 7% neurinoma. Pada orang dewasa 60% terletak
supratentorial. Tumor otak primer pada anak-anak umumnya terletak
di fossa kranial posterior dan sekitar 70% dari semua tumor
intrakranial pada anak-anak adalah infratentorial. Delapan puluh
delapan persen dari semua tumor merupakan salah satu dari 4
kategori yaitu astrocytoma, medulloblastoma, ependymoma dan
craniopharyngioma.3Tumor ganas (kanker) merupakan penyebab kematian
nontraumatik yang umum pada bayi, remaja dan dewasa muda, meskipun
jarang terjadi. Sekitar 12 000 anak dan remaja didiagnosis dengan
kanker setiap tahunnya di Amerika Serikat. Kanker pada anak yang
paling umum terdiri dari leukemia (30%), tumor otak (22%), limfoma
(11%), neuroblastoma (8%), sarkoma jaringan lunak (7%), tumor Wilms
(6%), tumor tulang (5%) dan lainnya (11%). Tumor otak memiliki
keunikan tersendiri karena struktur histopatologinya yang kompleks
dibandingkan tumor pada organ lainnya seperti paru, mammae dan
colon. Klasifikasi topografi dan histologi memudahkan pembelajaran
dan strategi tatalaksana tumor otak.2Pencitraan diagnostik
memainkan peran penting dalam membedakan lesi jinak dan ganas serta
dalam hal penentuan staging untuk merencanakan dan memantau terapi.
Pendekatan dasar untuk mengevaluasi tumor otak pada CT-scan atau
MRI memerlukan pertimbangan antara lain usia pasien dan lokasi
tumor. Selain itu, gambaran khas (seperti enhancement pattern,
komponen padat atau kistik, perdarahan dan kalsifikasi) dapat
membantu untuk mengarahkan diagnosis.[endnoteRef:4] Pendekatan yang
signifikan telah dilakukan dalam memahami tumor otak, termasuk
pendekatan biologi molekuler. Namun, penelitian lanjutan masih
dibutuhkan untuk meningkatkan pengetahuan mengenai etiologi dan
perjalanan alamiah penyakit.[endnoteRef:5] [4: Kim J, Cha S, Link
HED and Goldsby E. Pediatric tumors in Heike E, Charles A (eds.).
Essentials of Pediatric Radiology. Cambridge University Press.
2010.] [5: Newton HB dan Jolesz FA (eds.). Handbook of
Neuro-oncology Neuroimaging. 2007. Pp 3-7.]
.
BAB IITINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Anatomi OtakSistem saraf pusat (SSP) terdiri dari otak dan
sumsum tulang belakang. Otak adalah organ penting yang
mengendalikan pikiran, memori, emosi, sentuhan, keterampilan
motorik, visi, respirasi, suhu, rasa lapar dan setiap proses yang
mengatur tubuh. Otak terbagi menjadi cerebrum, batang otak dan
cerebellum seperti tertera pada gambar 2.1A. Hemisfer serebrum
berfungsi mengontrol perilaku yang telah dipelajari, pusat
kesadaran, kecerdasan, ingatan, keinsafan dan interpretasi kesan.
Batang otak terdiri dari mesensefalon, pons dan medula oblongata.
Mesensefalon berfungsi sebagai pusat pengatur gerak bola mata,
reflek pupil dan reflek akomodasi. Medula oblongata berfungsi
mengatur denyut jantung, tekanan darah, gerakan pernapasan, sekresi
ludah, menelan, gerak peristaltik, batuk dan bersin. Serebelum
merupakan pusat keseimbangan dan koordinasi motor atau gerakan.
[endnoteRef:6] [6: Snell RS. Anatomi klinik untuk Mahasiswa
Kedokteran edisi 6. Jakarta : EGC. 2006]
Gambar 2.1 B. Penampang coronal otak6Gambar 2.1 A. Anatomi
Otak6Pada gambar 2.1 B terlihat bahwa antara cerebrum dan
cerebellum dipisahkan oleh lipatan duramater yang disebut tentorium
cerebelli sehingga bagian atas disebut supratentorial dan bagian
bawah disebut infratentorial atau fossa posterior.
62.2.DefinisiTumor otak primer didefinisikan sekelompok sel
abnormal (massa) yang dapat berasal dari otak, dapat berasal dari
sel otak, meninges, serabut saraf maupun kelenjar. Tumor
infratentorial adalah tumor yang terbentuk pada bagian bawah otak
atau bagian bawah tentorium serebelli. Tentorium serebelli adalah
membran tebal yang memisahkan dua pertiga otak bagian atas dari
sepertiga otak bagian bawah. Supratentorial terletak di atas
tentorium meliputi belahan otak, ventrikel lateral dan ventrikel
ketiga. Infratentorial merupakan daerah dibawah tentorium. Daerah
ini, juga disebut fossa posterior, termasuk ventrikel keempat,
batang otak dan otak kecil (serebellum).[endnoteRef:7]
Medulloblastoma, astrocytoma cerebellar, glioma batang otak dan
ependymoma adalah tumor fossa posterior yang paling umum terjadi,
terhitung sekitar setengah dari semua tumor otak pada anak. Tumor
yang jarang terjadi antara lain atipikal teratoid tumor / rhabdoid,
hemangioblastoma, teratoma dan dermoid / epidermoid.2-3 [7:
American Brain Tumor Association. Ependymoma. 2012. Diunduh dari
http://www.abta.org/secure/ependymoma-brochure.pdf.]
2.3 Epidemiologi
Penelitian memperkirakan sekitar 14 per 100.000 orang akan
didiagnosa tumor otak primer tiap tahunnnya. Enam hingga delapan
per 100.000 merupakan neoplasma high grade. Insidensi meningkat
pada usia < 14 tahun dan > 70 tahun dan insidensi relatif
stabil pada usia 15-40 tahun. Peningkatan insidensi ini berkaitan
dengan kemajuan diagnostik seperti penggunaan Magnetic Resonance
Imaging (MRI), peningkatan kualifikasi dari ahli bedah sarah,
sehingga akses kesehatan anak-anak dan manula meningkat.5Lima puluh
persen tumorpada anak-anak usia diatas satu tahunadalah
tumorinfratentorial. Lima belas hingga 20 % dari semua tumor
intrakranial terjadi pada anak < 15 tahun dengan puncak insiden
pada usia 4-8 tahun. Insidensi tumor otak pada anak diperkirakan
2,5 per 100.000 individu pertahun. Mayoritas berupa tumor primer.
Hanya 1-2 % terjadi pada anak < 2 tahun. Pada neonatus, tumor
otak jarang dijumpai kecuali tumor otak kongenital seperti
teratoma, embryonal tumor dan congenital glioblastoma multiforme.
Tumor pada neonatus memiliki perbedaan histologi dan distribusi
topografi. Pada remaja dan dewasa muda tumor lebih sering
berkembang pada daerah supratentorial daripada fossa posterior.
Pada anak usia 2-10 tahun, tumor otak primer umumnya jinak
dibandingkan pada neonatus. Tujuh belas persen tumor ini berkembang
di infratentorial. Tiga puluh persen tumor fossa posterior pada
anak anak adalah cerebellar astrocytoma (yang paling sering
pilocytic) 35 40 % adalah medulloblastoma (muncul 90% pada vermis
cerebellum) 25 % adalah glioma batang otak dan 10 15 % adalah
ependymoma dari ventrikel IV. 2 Pada anak usia < 3 tahun, 30%
dari tumor intracranial adalah ependymoma. Insiden tumor otak
primer meningkat terutama pada usia tua di negara berkembang selama
25 tahun terakhir. Insiden tumor ganas primer pada otak meningkat
40% pada populasi umum dan 100% pada usia tua (> 65 tahun) di
Amerika Serikat dan Canada. Pada dewasa, metastase dan
hemangioblastoma merupakan tumor tersering pada fossa posterior.2
Prognosis dan kualitas hidup pasien tumor otak tergolong buruk.
Walaupun merupakan kasus yang jarang, tumor otak termasuk 10
penyebab kematian utama di USA. Rata-rata kemampuan bertahan hidup
pada penderita glioblastoma multiforme diperkirakan 12-14 bulan.
Enam hingga 10 tahun pada penderita low grade astrositoma dan
oligodendroglioma. Tumor otak primer rata-rata terdiagnosa pada
usia 54-58 tahun.5
2.4 EtiologiEtiologi untuk sebagian besar tumor tidak diketahui.
Diketahui beberapa sindrom spesifik yang berhubungan dengan
peningkatan insiden tumors. Pasien yang memiliki neurofibromatosis
tipe 1 (NF-1) berisiko mengalami glioma grade rendah, termasuk
glioma jalur visual dan jenis lain dari tumor sistem saraf pusat.
Anak-anak yang mengalami tuberous sclerosis rentan terhadap
terjadinya giant cell astrocytoma dan mereka yang memiliki sindrom
Li-Fraumeni memiliki peningkatan predisposisi untuk mengalami
berbagai jenis tumor salah satunya glioma. Kondisi yang lebih
jarang, seperti autosomally dominant inherited nevoid basal cell
carcinoma syndrome (Gorlin syndrome) dan recessively inherited
turcots syndrome (germ line mutation of the adenomatosis polyposis
coli gene) berkaitan dengan peningkatan insiden
medulloblastoma.[endnoteRef:8] Faktor risiko terjadinya tumor otak
dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini. [8: Packer RJ, MacDonald
T, Vezina G. Central Nervous System Tumors. Hematol Oncol Clin N
Am. 2010 [online]; 24 : 87108. Diunduh dari http://pediatrics.evms.
edu/residency/resgoals/HEMEONC/HEMEONCResBrainTumorReview.pdf]
Tabel 2.1 Faktor risiko tumor otak5
2.5 Gambaran KlinisTumor otak menimbulkan gejala dan tanda baik
karena destruksi langsung jaringan otak, infiltrasi lokal maupun
efek sekunder dari peningkatan tekanan intrakranial. Gejala
tergantung pada lokasi anatomi tumor. Gejala negatif berupa
gangguan fungsi dan gejala positif berupa kejang dan nyeri kepala.
Nyeri kepala merupakan gejala pertama pada 35% pasien. Seiring
pertumbuhan tumor nyeri kepala dikeluhkan oleh 70% pasien, biasanya
berkaitan dengan mual-muntah, papiledema karena peningkatan tekanan
intrakranial.2Keluhan utama terbanyak pada tumor infratentorial
adalah muntah tanpa disertai sakit kepala, gangguan keseimbangan
(jalan sempoyongan), kesadaran menurun, sakit kepala dan muntah,
pandangan kabur. Terlihat bahwa sebagian besar pasien datang dengan
gejala klinis peningkatan tekanan intrakranial akibat hidrosephalus
yang merupakan gejala umum tumor infratentorial, sedangkan sisanya
datang dengan gejala klinis fokal berupa gangguan
keseimbangan.1Gejala klinis dari tiap jenis tumor infratentorial
dapat dilihat pada tabel 2.2 di bawah ini.
Tabel 2.2 Tumor fossa posterior pada anak6
2.6 KlasifikasiTumor fossa posterior yang paling umum terjadi
adalah Medulloblastoma, astrocytoma cerebellar, glioma batang otak
dan ependymoma seperti tertera pada tabel 2.2 dibawah ini.
2.6.1 Medulloblastoma Medulloblastoma adalah tumor fossa
posterior yang paling umum terjadi pada anak - anak dan sangat
ganas dengan kecenderungan untuk penyebaran leptomeningeal.
Medulloblastoma umumnya timbul dari vermis pada anak - anak.3 Tumor
ini didiagnosa pada anak usia < 5 tahun. Puncak pada usia 3-4
tahun kemudian pada usia 8-9 tahun. Tumor ini lebih sering
menyerang laki-laki. Tujuh puluh persen dari seluruh
medulloblastoma adalah tipe klasik atau undifferentiated, terdiri
dari sel-sel bergerombolan yang pekat, dengan nukleus
hiperkromatik, berbentuk bulat, oval atau seperti bentukan wortel.
7
Tabel 2.3 Frekuensi tumor otak pada anak-anak (di bawah usia 15
tahun)4
2.6.2 Astrocytoma cerebellarAstrositoma merupakan tumor yang
paling sering dan mencakup lebih dari 50% tumor ganas primer di
otak. Istilah astrositoma pertama kali diperkenalkan pada abad ke
19 oleh Virchow dan gambaran histopatologi tumor ini diperkenalkan
oleh Bailey dan Cushing pada tahun 1926. Astrositoma merupakan
tumor yang banyak terjadi pada dekade pertama kehidupan dengan
puncaknya antara usia 5-9 tahun. Insidens astrositoma difus
terbanyak dijumpai pada usia dewasa muda (30- 40 tahun) sebanyak
25% dari seluruh kasus. Sekitar 10 % terjadi pada usia kurang dari
20 tahun, 60% pada usia 20-45 tahun dan 30% di atas 45 tahun. Kasus
pada laki-laki didapatkan lebih banyak dari wanita dengan rasio
sebesar 1,18 : 1. Berdasarkan kecenderungannya untuk menjadi
anaplasia, WHO mengklasifikasi astrositoma menjadi pilocytic
astrocytoma (grade I), diffuse astrocytoma (grade II), anaplastic
astrocytoma (grade III) dan glioblastoma multiforme (grade IV).
Tumor ini akan menyebabkan penekanan ke jaringan otak sekitarnya,
invasi dan destruksi terhadap parenkim otak. Fungsi parenkim akan
terganggu karena hipoksia arterial maupun vena, terjadi kompetisi
pengambilan nutrisi, pelepasan produk metabolisme, serta adanya
pengaruh pelepasan mediator radang sebagai akibat lanjut dari hal
tersebut diatas. Efek massa yang ditimbulkan dapat menyebabkan
gejala defisit neurologis fokal berupa kelemahan suatu sisi tubuh,
gangguan sensorik, parese nervus kranialis atau bahkan
kejang.[endnoteRef:9] [9: Japardi I. Astrositoma : Insidens dan
pengobatannya. J Kedokteran Trisakti. 2003 [online]: 22(3);
110-115. Diunduh dari http://www.univmed.org/wp-content/uploads
/2011/02/Japardi.pdf]
Sejumlah penelitian epidemiologi belum berhasil menentukan
faktor penyebab terjadinya tumor otak, terkecuali pemaparan
terhadap sinar-X. Anak-anak dengan leukemia limfositik akut yang
menerima radioterapi profilaksis pada susunan saraf pusat akan
meningkatkan risiko untuk menderita astrositoma, bahkan
glioblastoma.Tumor ini juga dihubungkan dengan makanan yang banyak
mengandung senyawa nitroso (seperti nitosurea, nitrosamine, dan
lain-lain). Saat ini penelitian yang menghubungkan tumor jenis ini
dengan kerentanan genetik tertentu terus dikembangkan. Tumor ini
sering dihubungkan dengan berbagai sindroma seperti Li-Fraumeni
Syndrome, mutasi Germline p53, Turcot Syndrome, dan
neurofibromatosis tipe 1 (NF-1).7Pada pemeriksaan CT scan, gambaran
low grade astrocytoma akan terlihat sebagai lesi dengan batas tidak
jelas, homogen, hipodens tanpa penyangatan kontras (Gambar 2.2).
Kadang - kadang dapat ditemukan kalsifikasi, perubahan kistik dan
sedikit penyangatan kontras.8
Gambar 2.2 CT scan low grade astrocytoma, kiri tanpa kontras,
kanan dengan kontras, tidak tampak penyangatan.
Pada astrocytoma anaplastic akan terlihat massa yang tidak
homogen, sebagian dengan gambaran lesi hipodens dan sebagian lagi
hiperdens. Umumnya disertai dengan penyangatan contrast. Pada
glioblastoma multiforme akan tampak gambaran yang tidak homogen,
sebagian massa hipodens, sebagian hiperdens dan terdapat gambaran
nekrosis sentral. Tampak penyangatan pada tepi lesi sehingga
memberikan gambaran seperti cincin dengan dinding yang tidak
teratur. Secara umum, astrositoma akan memberikan gambaran
isointens pada T1 dan hiperintens pada T2 (Gambar 2.3).8
Gambar 2.3 MRI (a) potongan coronal T-1 tampak massa hipointens,
(b) potongan axial T-2 tampak massa hiperintens
2.6.3 Glioma batang otakGlioma batang otak sebesar 10-15% dari
semua tumor otak pada anak-anak dan jarang pada orang dewasa.
Puncak insidensi pada usia 5-9 tahun. Brain stem gliomas (BMGs)
paling sering muncul pada pons. Manifestasi klinis BSGs berupa
defisit nervus kranialis, khususnya kelumpuhan nervus VI dan nervus
VII. 7
2.6.4 EpendymomaEpendymoma adalah tumor yang relatif jarang
terjadi sejumlah 2-3% dari semua tumor otak primer, namun tumor ini
sering terjadi pada anak-anak. Tiga puluh persen ependymoma
didiagnosis pada anak-anak lebih muda dari usia tiga tahun. Lokasi
ependymoma pada orang dewasa cenderung berbeda dari lokasi
ependymoma pada anak-anak. Pada orang dewasa, 60% dari tumor ini
ditemukan dalam tulang belakang. Pada anak-anak, 90% dari
ependymomas ditemukan di otak, dengan mayoritas terletak di fossa
posterior. Penyebab ependymoma, sama seperti tumor lainnya tidak
diketahui. Tidak pasti apakah virus (mis. SV40) memainkan peran
dalam pengembangan ependymomas. Gejala ependymoma terkait dengan
lokasi dan ukuran tumor. Pada neonatus dan bayi, pembesaran kepala
mungkin salah satu gejala yang pertama. Irritable, rasa kantuk dan
muntah merupakan gejala yang muncul seiring pertumbuhan tumor.6
2.7 Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan neuroradiologis yang
dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi ada tidaknya kelainan
intra kranial adalah sebagai berikut: 1. Rontgen foto (X-ray)
kepala; lebih banyak sebagai screening test, jika ada tanda-tanda
peninggian tekanan intra kranial, akan memperkuat indikasi perlunya
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut. 2. Angiografi; suatu
pemeriksaan dengan menyuntikkan bahan kontras ke dalam pembuluh
darah leher agar dapat melihat gambaran peredaran darah
(vaskularisasi) otak.3. Computerized Tomography (CT-Scan kepala)
dapat memberikan informasi tentang lokasi tumor tetapi MRI telah
menjadi pilihan untuk kebanyakan karena gambaran jaringan lunak
yang lebih jelas.4. Magnetic Resonance Imaging (MRI), bisa membuat
diagosa yang lebih dini dan akurat serta lebih definitif. Gambar
otak tersebut dihasilkan ketika medan magnet berinteraksi dengan
jaringan pasien. Dibawah ini adalah gambaran MRI keempat tumor
infra tentorial tersering. 6
Gambar 2.1 (A) peningkatan kontras sagital T1 gambar garis
tengah sebuah medulloblastoma kistik. sebuah nodul terang padat
terlihat superior dalam vermis; komponen kistik (dengan enhancing
dinding tipis) lebih rendah. b.Sagittal kontras ditingkatkan T1
gambar garis tengah sebuah, campuran solid-kistik astrocytoma
pilocytic. Massa enhancing besar menempati setengah bagian atas
dari vermis. Tengah, nonenhancing kistik / elemements microcystic
yang jelas. Hidrosefalus parah disebabkan oleh kompresi dari
ventrikel keempat. (C) sagital kontras ditingkatkan T1 citra
ependymoma ventrikel keempat. Massa lobulated memperluas ventrikel
keempat dan menunjukkan peningkatan moderat tidak teratur. (D)
Axial T2 dari batang otak infiltratif (pontine) glioma. Sebuah
massa terang T2 intrinsik menggantikan sebagian besar pons dan
infiltrat kanan tengah pedunculus cerebellar6
2.8 PenatalaksanaanGulcocorticoid dapat diberikan untuk
meringankan gejala edema. Terapi radiasi jenis Whole Brain
Radiation Therapi merupakan terapi yang utama untuk tumor otak yang
malignant dengan 30-37.5 Gy dalam 10-15 fraction. Selain itu,
stereotaxic radiosurgery biasanya digunakan pada pasien dengan
kadar meatastasis yang lebih kurang. Terapi ini hanya memperlambat
kambuhnya tumor otak dan tidak memperpanjang survival. Pembedahan
juga merupakan pilihan terapi yang hanya dilakukan pada tumor yang
jinak. Pembedahan lebih sukar dilakukan pada tumor otak yang ganas
karena adanya metastase ke organ yang lain. Terapi radiasi juga
diberikan selepas pembedahan untuk hasil yang lebih baik.
Kemoterapi merupakan terapi yang diberikan pada tumor otak jenis
metastase dan pada tumor opak yang tidak dapat disembuhkan dangan
pembedahan. Pada tumor-tumor tertentu seperti meduloblastoma dan
astrositoma stadium tinggi yang meluas ke batang otak, kemoterapi
dapat membantu sebagai terapi paliatif. Jika terapi-terapi diatas
tidak membantu, terapi paliatif diberikan untuk memperingankan
gejala-gejala yang dialami oleh pasien.5,[endnoteRef:10] [10:
Lombardo MC. Tumor sistem saraf pusat dalam Price SA. Patofisiologi
: konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC. 2006. Pp.
1183-90.]
2.9 PrognosisPrognosis dan kemampuan bertahan hidup penderita
tumor otak primer umumnya buruk. Walaupun merupakan neoplasma yang
jarang terjadi, tumor otak termasuk 10 kanker penyebab kematian di
Amerika Serikat dengan persentase 2,4 %. Rerata survival pasien
dengan glioblastoma multiforme sekitar 12 14 bulan. Pasien dengan
low grade astrocytoma atau oligodendroglioma, kemampuan bertahan
hidup sekitar 6-10 tahun.5 Prognosis penderita astrositoma
tergantung dari tiga faktor : i) usia, ii)status fungsional, dan
iii) grade histologis. Penderita usia 45 tahun mempunyai
kelangsungan hidup empat kali lebih besar dibandingkan penderita
berusia 65 tahun.Pada low grade astrocytoma, prognosis akan lebih
buruk jika disertai dengan peningkatan tekanan intrakranial,
gangguan kesadaran, perubahan perilaku, defisit nerologis yang
bermakna dan adanya penyangatan kontras pada pemeriksaan
radiologi.9
BAB IIIKESIMPULANTumor otak dapat dibedakan menjadi tumor otak
primer (70%) dan tumor otak sekunder (30%). Tumor otak primer pada
anak-anak umumnya terletak di fossa kranial posterior dan sekitar
70% dari semua tumor intrakranial pada anak-anak adalah
infratentorial. Delapan puluh delapan persen dari semua tumor
merupakan salah satu dari 4 kategori yaitu astrocytoma,
medulloblastoma, ependymoma dan brain stem glioma. Tumor otak
memiliki keunikan tersendiri karena struktur histopatologinya yang
kompleks dibandingkan tumor pada organ lainnya seperti paru, mammae
dan colon. Pencitraan diagnostik memainkan peran penting dalam
membedakan lesi jinak dan ganas serta dalam hal penentuan staging
untuk merencanakan dan memantau terapi. Pendekatan dasar untuk
mengevaluasi tumor otak anak pada CT-scan atau MRI memerlukan
pertimbangan antara lain usia pasien dan lokasi tumor. Selain itu,
gambaran khas (seperti enhancement pattern, komponen padat atau
kistik, perdarahan dan kalsifikasi) dapat membantu untuk
mengarahkan diagnosis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mahyuddin H dan Setiawan AB. Karakteristik Tumor
Infratentorial dan Tatalaksana Operasi di Departemen Bedah Saraf
Fakultas Kedokteran UI/RSUPN Cipto Mangunkusumo Tahun 2001-2005.
Majalah Kedokteran Nusantara.2006 [online]; 39(4): 409-413. Diunduh
dari http://repository.usu.
ac.id/bitstream/123456789/15638/1/mkn-des2006-%20(5).pdf
2. Tascos N dan Karkavelas G. Epidemiology, histologic
classification and clinical course of Brain Tumor with histological
correlations. Springer-Verlag Berlin Heidelberg. 2011. Pp 1-5.
3. Nasir S, Jamila B, Khaleeq S. A Retrospective Study of
Primary Brain Tumors in Children under 14 Years of Age at PIMS,
Islamabad. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention.
2010[online]; 11 : 1225-1227. Diunduh dari http://www.apo
cp.org/cancerdownload/Volume11_No5/c%201225-27%20Saima%20Nasir.pdf
4. Kim J, Cha S, Link HED and Goldsby E. Pediatric tumors in
Heike E, Charles A (eds.). Essentials of Pediatric Radiology.
Cambridge University Press. 2010. P 181.
5. Newton HB dan Jolesz FA (eds.). Handbook of Neuro-oncology
Neuroimaging. 2007. Pp 3-7
6. Snell RS. Anatomi klinik untuk Mahasiswa Kedokteran edisi 6.
Jakarta : EGC. 2006. Pp757-61.
7. American Brain Tumor Association. Ependymoma. 2012. Diunduh
dari http://www.abta.org/secure/ependymoma-brochure.pdf. P
3-12.
8. Packer RJ, MacDonald T, Vezina G. Central Nervous System
Tumors. Hematol Oncol Clin N Am. 2010 [online]; 24 : 87108. Diunduh
dari http://pediatric
s.evms.edu/residency/resgoals/HEMEONC/HEMEONCResBrainTumorReview.pdf
9. Japardi I. Astrositoma : Insidens dan pengobatannya. J
Kedokteran Trisakti. 2003 [online]: 22(3); 110-115. Diunduh dari
http://www.univmed.org/wp-content/uploads /2011/02/Japardi.pdf
10. Lombardo MC. Tumor sistem saraf pusat dalam Price SA.
Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta :
EGC. 2006. Pp. 1183-90.
1