BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendahuluan Tumor otak merupakan lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti kanker paru, payudara, prostate, ginjal, dan lain-lain disebut tumor otak sekunder. 1-3 Berdasarkan gambaran histopatologi, klasifikasi tumor otak yang penting dari segi klinis yaitu : Tabel 3. Kasifikasi Tumor Otak 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan
Tumor otak merupakan lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang baik jinak
maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. Tumor otak adalah suatu lesi
ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna) membentuk massa dalam
ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis).
Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase.
Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer dan
bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti kanker paru, payudara, prostate, ginjal,
dan lain-lain disebut tumor otak sekunder.1-3
Berdasarkan gambaran histopatologi, klasifikasi tumor otak yang penting dari segi klinis
yaitu :
Tabel 3. Kasifikasi Tumor Otak1
Tabel 4. Prediksi dan Topografi Tumor Otak1
B. Definisi
Astrositoma merupakan neoplasma otak yang berasal dari salah satu bentuk sel glia,
yaitu sel berbentuk bintang yang disebut astrosit, dan paling sering dijumpai pada bagian
utama otak, yaitu serebrum. Astrositoma merupakan tumor otak yang paling banyak
dijumpai, dan mencakup lebih dari setengah tumor ganas di susunan saraf pusat (SSP).2,4,5
Lokasi yang paling sering pada fronto-temporo-parietal terletak pada cerebrum, dengan
predominan pada lobus frontalis (64%) yang diikuti lobus temporalis (29%).2,3
Astrositoma terjadi pada semua usia, Tetapi pada astrositoma derajat rendah, 25% kasus
berlaku pada orang dewasa pada usia 30-40 tahun, 10% astrositoma derajat rendah terjadi
pada orang berumur kurang dari 20 tahun, 60% astrositoma derajat rendah terjadi pada usia
20-45 tahun dan 30% pada astrositoma derajat rendah terjadi pada usia > 45 tahun. Rasio
pria dan wanita adalah 1,18 : 1.6,7
Gambar 3. Insidens jenis –jenis neoplasma2
Herniasi Otak
Adalah jaringan otak berpindah jauh dari posisi pada biasanya karena peningkatan tekanan
intrakranial. Biasanya merupakan komplikasi dari efek massa baik dari tumor, trauma atau
infeksi. Kondisi medis ini sangat berbahaya, dalam beberapa kasus herniasi otak dapat diobati,
tetapi dalam kasus lain akan menyebabkan koma dan kematian pada akhirnya.8
Ada 2 kelompok utama herniasi :8
1. Supratentorial :
- Cingulate (Subfalcine)
- Central (transtentorial)
- Uncal
- Transcalvarial
2. Infratentorial :
- Upward (upward cerebellar atau upward transtentorial)
- Tonsilar (downward cerebellar)
Gambar 4. Tipe herniasi8
a. Herniasi Subfalcine (Cingulate)
Definisi: gyrus cingulai mengalami herniasi ke bawah falx
Etiologi: lesi supratentorial lateral
Gambaran klinis:
o Biasanya asymptomatic, lakukan observasi baik secara patologis atau radiologis
o Waspadai terjadinya herniasi transtentorial, yang akan beresiko menekan arteri
serebri anterior
b. Herniasi Tentorial Central (Axial)
Definisi: Berpindahnya diencephalon dan mesencephalon melalui foramen trans tentorial
Etiologi: lesi supratentorial midline, pembengkakan cerebral yang difus, herniasi uncal
tahap lanjut
Gambaran klinis:
o deteriorasi mulai dari rostral ke caudal (kegagalan diencephalon sampai medulla
oblongata secara berurutan)
o penurunan tingkat kesadaran (penekanan mesencephalon)
o gangguan pergerakan bola mata à gangguan gerakan ke atas (“sunset eyes“)
o perdarahan batang otak (“Duret’s” terjadi akibat robekan vasa perforantes arteri
basilaris)
o diabetes insipidus (akibat penarikan tangkai hipofisis dan hypothalamus) –>
tanda stadium akhir
c. Herniasi Tentorial Lateral (Uncal)
Definisi: uncus lobus temporalis herniasi turun melalui foramen trans tentorial
Etiologi: lasi supratentorial lateral (seringkali akibat hematoma post trauma yang meluas
secara cepat)
Gambaran klinis:
o Dilatasi pupil ipsilateral, refleks negatif (tanda paling awal, dan paling
terpercaya), kelumpuhan gerak bola mata (penekanan pada N III)
o Penurunan tingkat kesadaran (penekanan mesencephalon)
o Hemiplegia kontralateral, ± respon telapak kaki kearah atas
o ± “Kernohan’s notch”: kompresi pedunculus serebri (mesencephali) karena
pergeseran otak –> hemiplegia ipsilateral (biasanya mengakibatkan salah dalam
penentuan letak lesi)
d. Herniasi Transcalvarial
Juga disebut herniasi eksternal, yang mungkin terjadi selama kraniotomi.
e. Herniasi ke atas (Upward)
Definisi: vermis cerebelli herniasi melalui incisura tentorii, dan menekan mesencephalon
Etiologi: massa yang besar di fossa posterior basis cranii sehingga menyebabkan herniasi
serebellum ke arah rostral, sering kali setelah VP (ventriculo-peritoneal) shunting
Gambaran klinis:
o Kompresi arteri cerebelli superior –> infark cerebelli
o Kompresi aqueductus cerebri (mesencephali) –> hydrocephalus
f. Herniasi Tonsil (“Coning”)
Definisi: tonsil cerebelli herniasi melalui foramen magnum (disebut juga herniasi
foramen magnum)
Etiology: lesi infra tentorial, atau terjadi setelah adanya herniasi tentorial central
Gambaran klinis:
o Kompresi pusat kardiovaskuler dan respirasi di medulla oblongata (fatal)
o Dapat diakibatkan oleh LP (lumbar punction) pada pasien dengan SOL (space
occupying lesion) (umumnya di fossa posterior basis cranii)
C. Klasifikasi Astrositoma
Secara umum, WHO membagi astrositoma dibagi didalam beberapa tipe dan grade:9-11
1. Astrositoma Pilositik (Grade I)
Tumbuh lambat dan jarang menyebar ke jaringan disekitarnya. Tumor ini biasa terjadi
pada anak-anak dan dewasa muda. Mereka dapat disembuhkan secara tuntas dan
memuaskan. Namun demikian, apabila mereka menyerang pada tempat yang sukar
dijangkau, masih dapat mengancam hidup.
2. Astrositoma Difusa (Grade II)
Tumbuh lambat, namun menyebar ke jaringan sekitarnya. Beberapa dapat berlanjut ke
tahap berikutnya. Kebanyakan terjadi pada dewasa muda.
3. Astrositoma Anaplastik (Grade III)
Sering disebut sebagai astrositoma maligna. Tumbuh dengan cepat dan menyebar ke
jaringan sekitarnya. Sel-sel tumornya terlihat berbeda dibanding dengan sel-sel yang
normal. Rata-rata pasien yang menderita tumor jenis ini berumur 41 tahun.
4. Gliobastoma multiforme (Grade IV)
Tumbuh dan menyebar secara agresif. Sel-selnya sangat berbeda dari yang normal.
Menyerang pada orang dewasa berumur antara 45 sampai 70 tahun.
D. Etiologi
Sejumlah penelitian epidemiologi belum berhasil menentukan faktor penyebab terjadinya
tumor otak, terkecuali pemaparan terhadap sinar- X. Anak-anak dengan leukemia limfositik
akut yang menerima radioterapi profilaksis pada susunan saraf pusat akan meningkatkan
resiko untuk menderita astrositoma, bahkan glioblastoma.1,5
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali pada
meningioma, astrocytoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-anggota
sekeluarga. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang kuat untuk
memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.3,4
Tumor ini juga dihubungkan dengan makanan yang banyak mengandung senyawa nitroso
(seperti nitosurea, nitrosamine, dan lain-lain). Saat ini penelitian yang menghubungkan tumor
jenis ini dengan kerentanan genetik tertentu terus dikembangkan. Tumor ini sering
dihubungkan dengan berbagai sindroma seperti Li-Fraumeni Syndrome, mutasi Germline p53,
Turcot Syndrome, dan neurofibromatosis tipe 1 (NF-1).6,8
E. Patofisiologi
Tumor otak terjadi karena adanya proliferasi atau pertumbuhan sel abnormal secara
sangat cepat pada daerah central nervous system (CNS). Sel tersebut mempunyai
deoxiribonukleat Acid (DNA) abnormal. DNA yang abnormal tidak dapat mengontrol
pembelahan sel sehingga terjadi pertumbuhan sel yang berlebihan. Sel ini akan terus
berkembang mendesak jaringan otak yang sehat di sekitarnya mengakibatkan terjadi
gangguan neurologis (gangguan fokal akibat tumor dan peningkatan tekanan intrakranial).
Penyebab tumor otak didapat dari faktor genetik, radiasi, virus, dan sarkoma sistemik.2,6
Pertumbuhan tumor menyebabkan bertambahnya massa karena tumor akan mendesak
ruangan yang relatif tetap dari ruang tengkorak yang kaku dan perubahan sirkulasi CSS,
karena penekanan pada otak sehingga menyebabkan penekanan vaskularisasi arteri dan vena
timbul hipoksia, ischemia, hipoksemia, nekrosis, dan pecahnya pembuluh vena serta arteri.
Timbullah peningkatan tekanan intra kranial otak dapat menyebabkan:7,9
a. Pergeseran kandungan intra kranial mengstimulasi hipotalamus untuk merangsang
nosiseptor, timbullah respon rasa nyeri
b. Pergeseran sistem batang otak menstimulasi medulla oblongata menyebabkan mual dan
muntah.
c. Penekanan kiasma optikum sehingga menimbulkan papil oedema.
d. Herniasi unkus sehingga girus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior menekan
mesenchaphalon, hilang kesadaran dari pasien.
Pasien mengalami hemiparesis jika terjadi destruksi syaraf motorik perifer, sel-sel kornu
anterior sehingga terjadi paralisis LMN dan UMN, otot flaksid dan reflek tendon menurun
yang menyebakan perubahan persepsi sensori. Selain itu kerusakan nervous VII
menyebabkan kerusakan pada hemisphere kiri kemudian akan timbul kelemahan pada otot
wajah lalu pasien akan mengalami aphasia sehingga mengalami kerusakan komunikasi
verbal. Persepsi sensori pengecapan akan mengalami kemunduran sehingga pasien
mengalami kesulitan dalam menelan.4,6
Dilatasi sel indolimf pada koklea mengakibatkan atrofi nervous VIII sehingga pasien
mengalami vertigo dan perubahan persepsi sensori. Lesi traktus spinotalamikus lateralis
kemudian berlanjutkan ke medulla spinalis, sistem kolumna dorsalis, medulla oblongata lalu
menuju lemniskus medialis, thalamus, korteks parietalis sehingga menyebabkan stereognosis
yang menimbulkan perubahan proses berpikir dan grafestesia yang dapat menimbulkan
resiko cidera.3,8
Tumor ini akan menyebabkan penekanan ke jaringan otak sekitarnya, invasi dan
destruksI terhadap parenkim otak. Fungsi parenkim akan terganggu karena hipoksia arterial
maupun vena terjadi kompetisi pengambilan nutrisi, pelepasan produk metabolisme, serta
adanya pengaruh pelepasan mediator radang sebagai akibat lanjut darI hal tersebut diatas.
Efek massa yang ditimbulkan dapat menyebabkan gejala defisit neurologis fokal berupa
kelemahan suatu sisi tubuh, gangguan sensorik, parese nervus kranialis atau bahkan
kejang.1,2
F. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala yang umumnya terjadi pada tumor astrositoma ialah hasil dari
peningkatan tekanan intrakranium. Gejala-gejala tersebut antara lain sakit kepala, muntah,
dan perubahan status mental. Gejala lainnya, seperti mengantuk, lethargy, penurunan
konsentrasi, perubahan kepribadian, kelainan konduksi dan kemampuan mental yang
melemah terlihat pada awal-awal timbulnya gejala. Biasanya terdapat pada satu dari empat
penderita tumor otak maligna.2,5
Manifestasi utama lain yang seringkali dijumpai adalah kejang-kejang walaupun secara
retrospektif dapat djumpai gangguan-gangguan lain terlebih dahulu seperti kesulitan
berbicara, perubahan sensibilitas, gangguan penglihatan atau motorik. Pada tumor low grade
astrositoma kejang- kejang dijumpai pada 80% kasus dibandingkan high grade sebesar
30%.6,7
Jika dibandingkan dengan astrocytoma anaplastic, gejala awal berupa kejang lebih
jarang dijumpai. Gejala lainnya adalah meningginya tekanan intrakranial sebagai akibat
pertumbuhan tumor yang dapat menyebabkan edema vasogenik. Penderita mengalami
keluhan- keluhan sakit kepala yang progresif, nausea, muntah-muntah, mengantuk, dan
gangguan penglihatan (edema papil pada pemeriksaan funduskopi, atau diplopia akibat
kelumpuhan nervus abdusens). Gejala meningginya tekanan intrakranial lainnya adalah
terjadinya hidrosefalus.2
Semakin bertumbuhnya tumor gejala-gejala yang ditemukan sangat tergantung dari
lokasi tumor tersebut. Tumor supratentorial dapat menyebabkan gangguan motorik atau
sensitifitas, hemianopsia, afasia atau kombinasi gejala-gejala. Sedangkan tumor di fosa
posterior dapat menimbulkan kombinasi dari gejala- gejala kelumpuhan saraf kranial,
disfungsi serebeler dan gangguan kognitif.4,5
G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Computed Tomography Imaging (CT scan) dan Magnetic Resonance
Imaging (MRI) di daerah kepala dengan dan tanpa kontras, sangat membantu dalam
diagnosa, penentuan grading, dan evaluasi patofisiologi tumor ini. MRI dapat memberikan
gambaran yang lebih baik dari pada CT scan.12-14
CT scan
1. Astrositoma Tingkat Rendah
Dapat memperlihatkan gambaran lesi yang homogen, hipodens, tanpa
penyangatan kontras dengan bentuk yang ireguler, batas tidak jelas, tepinya bergerigi.
Astrositoma yang lain berbentuk bulat atau oval dengan tepi yang tegas yang dapat
disertai dengan kista. Kadang- kadang dapat ditemukan kalsifikasi, perubahan kistik dan
sedikit penyangatan kontras. Adanya tumor kistik akan lebih nyata bila ditemukan fluid
level di dalam lesi atau adanya kebocoran kontras media ke dalam tumornya. Kalsifikasi
tampak pada 81% dan efek masa tampak pada 50%. Enhancement terlihat pada 50%,
biasanya merata dan tidak tajam.
2. Astrositoma Anaplastik
CT polos, tampak sebagai gambaran hipodens atau densitas campuran yang
heterogen. Enhancement media kontras tampak pada 78%, dapat berupa gambaran lesi
yang homogen, noduler atau pola cincin yang kompleks.
3. Glioblastoma multiforme
Tampak gambaran yang tidak homogen, sebagian massa hipodens, sebagian
hiperdens dan terdapat gambaran nekrosis sentral. Tampak penyangatan pada tepi lesi
sehingga memberikan gambaran seperti cincin dengan dinding yang tidak teratur.
MRI
Pada MRI penampakan tumor pada potongan axial dan sagital ialah metode pilihan
pada kasus-kasus curiga astrositoma. MRI memberikan garis batas tumor lebih akurat
dibandingkan dengan CT Scan, dan MRI Scan yang teratur dapat dilakukan sebagai kontrol
pasca penatalaksanaan. Dengan CT Scan, Astrositoma biasanya terlihat sebagai daerah
dengan peningkatan densitas dan menunjukkan peningkatan setelah penginfusan dari bahan
kontras. Pergeseran struktur-struktur garis tengah dan penipisan daripada dinding ventrikel
lateralis di sisi tumor dapat terlihat
Histopatologi
Terdapat empat variasi gambaran histopatologi low grade astrocytoma antara lain,
astrositoma protoplasmik,umumnya terdapat pada bagian korteks dengan sel-sel yang
banyak mengandung sitoplasma. Bentuk ini mencakup 28% dari jenis astrositoma yang
menginfiltrasi ke parenkim sekitarnya, astrositoma gemistositik, sering ditemukan pada
hemisfer serebral orang dewasa terdiri dari sel bundar yang besar dengan sitoplasma
eosinofilik dan eksentrik. Bentuk ini mencakup 5-10% dari glioma hemisfer, astrositoma
fibrilar, merupakan bentuk yang paling sering ditemukan dan berasal dari massa putih
serebral dengan sel yang berdiferensiasi baik berbentuk oval dan kecil. Tumor ini ditandai
dengan jumlah sel yang meningkat dengan gambaran latar belakang yang fibriler. Untuk
melihat gambaran fibriller ini dapat digunakan glial fibrillary acidic protein (GFAP) dan
campuran.
Foto polos dada
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis yang akan
memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi
pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak yang
besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi anatomi,
sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses infeksi (abses
cerebri).
Biopsi stereotaktik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk
memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
Angiografi Serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormalpada daerah yang ditempati tumor dan dapat
memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang
H. Penatalaksanaan
1. Konservatif 2,4,7
Biasanya, astrositoma anaplastik ditangani dengan operasi, radioterapi, dan
temozolomide adjuvan. Beberapa praktisi menambahkan temozolomide secara
bersamaan, meskipun tidak ada data dari percobaan terkontrol yang ada untuk
mendukung temozolomide bersamaan.
Astrositoma anaplastik biasanya lebih responsif terhadap kemoterapi dibandingkan
glioblastoma. Untuk astrositoma anaplastik berulang yang sebelumnya diobati dengan
nitrosoureas, temozolomide menunjukkan tingkat respons 35% dan dibandingkan dengan
terapi dengan tingkat respon yang lebih rendah, temozolomide memberikan peningkatan
harapan hidup 6-bulan ( 31% – 46%).
Pasien dengan astrositoma dan riwayat kejang harus menerima terapi antikonvulsan
dengan monitoring konsentrasi obat dalam aliran darah. Penggunaan antikonvulsan
profilaksis pada pasien astrositoma tanpa riwayat kejang telah dilaporkan tetapi masih
kontroversial.
Penggunaan kortikosteroid, seperti deksametason, dapat mempercepat pengurangan
efek massa tumor pada kebanyakan pasien sekunder. Profilaksis untuk ulkus
gastrointestinal pemberian resep harus bersamaan dengan kortikosteroid.
Antikonvulsan
Agen ini mencegah terulangnya kejang dan mengakhiri aktivitas kejang klinis.
Levetiracetam (Keppra)
Digunakan sebagai terapi tambahan untuk kejang parsial dan kejang mioklonik.
Juga diindikasikan untuk primer umum tonik-klonik. Mekanisme tindakan tidak
diketahui.
Phenytoin (Dilantoin)
Efektif dalam parsial dan umum tonik-klonik. Blok saluran natrium dan
mencegah penghambatan aksi potensial repetitif.
Carbamazepine (Tegretol)
Mirip dengan fenitoin. Efektif dalam parsial dan umum tonik-klonik. Blok saluran
natrium dan mencegah penghambatan aksi potensial repetitif.
Kortikosteroid
Obat ini mengurangi edema sekitar tumor, sering mengarah pada perbaikan gejala
8. Lee ML. Brain herniation Imaging. [online] 2013 Nov 1 [cited Apr 25];[about 5p] Available from URL: http://emedicine.medscape.com/article/337936-overview#showall
9. American Brain Tumor Association. Glioblastoma and Malignant Astrocytoma. p.1-18 Available from URL : http://www.abta.org/secure/ glioblastoma-brochure.pdf
10. Adam and Victors, Intracranial Neoplasms and Paraneoplastic Disorders in Manual of Neurology. ed.7. McGraw Hill, New York, 2002 : 258-263.
11. ML.Grunnet M.D. Cerebellar Astrocytoma. Synopsis.[online] 2007 [cited Apr 25] ; [about 7p] Available from URL: http://esynopsis.uchc.edu/eatlas/cns/ 1764.htm l
12. Sabiston C,David. 1994. Buku Ajar Bedah, ed.2. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC : 504.