Top Banner
Welcome to Fawzul Arifin Blog's Senin, 30 Maret 2009 pengantar (sejarah pendidikan islam) BAB I PENDAHULUAN Sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa yang lampau atau peristiwa penting yang benar-benar terjadi (Poerwadarminto,1992:887). Definisi ini lebih menekankan pada materi peristiwa tanpa mengaitkan dengan aspek yang lainnya. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, sejarah adalah gambaran masa lalu tentang aktivitas kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang disusun berdasarkan fakta dan interpretasi terhadap objek peristiwa masa lampau (Gazalba,1981:2). Sejarah Islam adalah berbagai peristiwa atau kejadian yang benarbenar terjadi yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan Islam dalam berbagai aspek. Dalam kaitan ini, maka muncullah berbagai istilah yang biasanya digunakan untuk sejarah itu, di antaranya: Sejarah Islam, Sejarah Kebudayaan Islam, Sejarah Peradaban Islam dan Sejarah Pendidikan Islam (Abuddin Nata,2000:315).
69

Tugas Spi Pribadi

Jul 25, 2015

Download

Documents

Nur Asiiyah
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Tugas Spi Pribadi

Welcome to Fawzul Arifin Blog's

Senin, 30 Maret 2009

pengantar (sejarah pendidikan islam)

BAB I

PENDAHULUAN

Sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa yang

lampau atau peristiwa penting yang benar-benar terjadi (Poerwadarminto,1992:887).

Definisi ini lebih menekankan pada materi peristiwa tanpa mengaitkan dengan aspek

yang lainnya. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, sejarah adalah gambaran

masa lalu tentang aktivitas kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang disusun

berdasarkan fakta dan interpretasi terhadap objek peristiwa masa lampau

(Gazalba,1981:2).

Sejarah Islam adalah berbagai peristiwa atau kejadian yang benarbenar terjadi

yang berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan Islam dalam berbagai aspek.

Dalam kaitan ini, maka muncullah berbagai istilah yang biasanya digunakan untuk

sejarah itu, di antaranya: Sejarah Islam, Sejarah Kebudayaan Islam, Sejarah Peradaban

Islam dan Sejarah Pendidikan Islam (Abuddin Nata,2000:315).

Pendidikan adalah suatu proses pengubahan tingkah laku seseorang ataupun

kelompok orang dalam usaha ,mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan

peatihan (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Sedangkan menurut UU No. 20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan

secara sadar dan terencana dalam upaya mewujudkan suasana kegiatan belajar dan

Page 2: Tugas Spi Pribadi

pembelajaran sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan dirinya dalam

memperoleh nilai-nilai spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia

serta keterampilan-keterampilan yang sangat diperlukan bagi dirinya masyarakat, bangsa

dan Negara.

BAB II

PENGERTIAN, SEJARAH, OBJEK, MANFAAT, METODE,

DAN ILMU-ILMU YANG BERKAITAN DENGAN SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM

1. Pengertian Sejarah Pendidikan Islam

Kata sejarah dalam bahasa Arab di sebut Tarikh yang menurut bahasa berarti

ketentuan masa. Sedang menurut istilah berarti “ketetrangan yang telah terjadi di

kalangannya pada masa yang telah lampau atau pada masa yang masih ada. Dalam

bahasa Inggris disebut History yang berarti: pengalaman masa lampau daripada umat

manusia (the past experience of mankind). Sedangkan pengertian Sejarah Pendidikan

Islam (Tarihut Tarbiyah Islamiyah) sebagai berikut:

1. Catatan peristiwa tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam sejak

lahirnya hingga sekarang ini.

Page 3: Tugas Spi Pribadi

2. Satu cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan

perkembangan pendidikan islam, baik dari segi gagasan atau ide-ide, konsep, lembaga

maupun operasionalisasi sejak zaman Nabi Muhammad SAW hingga sekarang ini. 1

2. Objek Sejarah Pendidikan Islam

Objek Sejarah Pendidikan Islam mencakup fakta-fakta yang berhubungan dengan

pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam baik informal, formal, maupun non-

formal. Sejalan dengan peranan Agama Islam sebagai dakwah menyeru kebaikan dan

mencegah kemungkaran, menuju kehidupan yang sejahtera lahir dan bathin (material dan

spiritual), namun sebagai cabang ilmu pengetahuan, objek sejarah pendidikan islam

umumnya tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan dalam objek-objek sejarah

pendidikan, seperti mengenai sifat-sifat yang dimilikinya, dengan kata lain bersifat

menjadi “sejarah sebagai subjek”. 2

3. Metode Sejarah Pendidikan Islam

Mengenai metode yang dipergunakan dalam rangka penggalian maupun penulisan

Sejarah Pendidikan Islam itu sendiri ada beberapa macam, untuk penggalian sejarah

umumnya metode yang dipakai adalah:

1. Metode lisan; dengan metode ini pelacakan suatu objek sejarah dengan menggunakan

interview.

2. Metode Observasi; dalam hal ini objek sejarah diamati secara langsung.

3. Metode Dokumenter; dimana dengan metode ini berusaha mempelajarinya secara cermat

dan mendalam segala catatan atau dokumen tertulis.

Page 4: Tugas Spi Pribadi

Sedangkan dalam rangka penulisan Sejarah Pendidikan Islam metode yang biasa

digunakan adalah:

1. Metode deskriptif

Dengan metode ini ditunjukan untuk menggambarkan adanya pendidikan islam

tersebut, maksudnya ajaran islam sebagai agama samawi yang dibawa oleh Nabi

Muhammad SAW dalam kitab suci Al-Qur’an dan al-Hadits terutama yang

berhubungan dengan pengertian pendidikan yang harus diuraikan sebagai mana

adanya, dengan tujuan untuk memahami makna yang terkandung dalam sejarah

tersebut.

2. Metode komparatif

Metode ini berusaha membandingkan sebuah perkembangan pendidikan islam

dengan lembaga-lembaga islam lainya. Dengan metode ini dimaksudkan bahwa

ajaran-ajaran islam tersebut dikomparasikan dengan fakta-fakta yang terjadi dan

berkembang dalam waktu serta tempat-tempat tertentu untuk mengetahui adanya

persamaan dan perbedaan dalam suatu permasalahan tertentu, sehingga demikian

diketahui pula adanya garis-garis tertentu yang menghubungkan pendidikan islam

dengan pendidikan yang dibandingkan.

3. Metode analisis sintesis.

Yaitu dengan melihat sosok pendidikan islam secara lebih kritis, ada analisis dan

bahasan yang luas serta ada kesimpulan yang spesifik, dengan demikian akan tampak

kelebihan dan kekhasan pendidikan islam. Hal itu akan lebih jelas dengan adanya

pendekatan sintesis yang dimaksudkan untuk memperoleh kesimpulan yang diambil

guna memperoleh suatu keutuhan dan kelengkapan kerangka pencapaian tujuan serta

manfaat penulisan Sejarah Pendidikan Islam. 3

Page 5: Tugas Spi Pribadi

4. Manfaat mempelajari Sejarah Pendidikan Islam.

Ada dua manfaat dalam studi Sejarah Pendidikan Islam, yaitu:

1. Yang bersifat umum;

Sejarah Pendidikan Islam mempunyai kegunaan sebagai factor keteladanan,

kenyataan ini sejalan dengan apa yang tersurat dan tersirat pada firman Allah SWt,

yaitu:

1. Sesungguhnya pada diri Rasulullah itu ada teladan yang baik bagi kamu sekalian (QS.

Al-Ahzab : 21)

2. Katakana olehmu (Muhammad) jika kamu sekalian cinta kepada Allah, maka hendaklah

ikut akan daku, niscaya Allah cinta kepada kamu (QS. Ali Imran : 31)

3. Dan hendaklah kamu mengikuti akan di (Muhammad) supaya kamu mendapat petunjuk

(QS. Al-A’raf : 158)

Berdasarkan ayat Al-Qur’an diatas, kita umat islam dapat meneladani proses

pendidikan Islam sejak zaman Rasulullah Muhammad SAW hingga perkembangan

selanjutnya sampai sekarang.

2. Yang bersifat khusus (Akademis);

Kegunaan Sejarah Pendidikan Islam selain memberikan perbendaharaan

perkembangan ilmu pengetahuan (teori dan praktik), juga untuk menumbuhkan

perspektif baru dalam rangka mencari relevansi pendidikan Islam terhadap segala

bentuk perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, adapun

manfaat lainya yaitu:

1. Mengetahui dan memahami pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam, sejak

zaman lahirnya sampai masa sekarang.

Page 6: Tugas Spi Pribadi

2. Mengambil manfaat dari proses pendidikan Islam guna memecahkan problematika

pendidikan Islam pada masa kini.

3. Memiliki sikap positif terhadap perubahan-perubahan system pendidikan Islam.

Selain itu pendidikan Islam akan mempunyai kegunaan dalam rangka

pembangunan dan pengembangan pendidikan Islam dalam hal ini Sejarah Pendidikan

Islam akan memberikan arah kemajuan yang pernah dialami dan dinamisenya

sehingga pembangunan dan pengembangan itu tetap berada dalam kerangka

pandangan yang utuh dan mendasar. 4

5. Ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Sejarah Pendidikan Islam.

Sejarah Pendidikan Islam bukanlah ilmu yang berdiri sendiri, ia merupakan

bagian dari sejarah pendidikan secara umum. sejarah pendidikan menguraikan

perkembangan pendidikan dari dahulu hingga sekarang. Karena itu Sejarah Pendidikan

Islam erat kaitanya dengan ilmu-ilmu lain, seperti:

1. Sosiologi

Kita bisa menyaksikan bahwa interaksi yang terjadi, baik antar individu maupun

antar golongan, dimana dalam hal ini menimbulkan suatu dinamika. Dinamika dan

perubahan tersebut bermuara pada terjadinya mobilitas social, semua itu berpengaruh

pada system pendidikan Islam serta kebijaksanaan Pendidikan Islam yang dijalankan

pada suatu masa.

2. Ilmu Sejarah

Karena ia membahas tentang perkembangan peristiwa-peristiwa atau kejadian-

kejadian penting di masa lampau, dan juga di bahas sebagai ihwal “orang-orang

besar” dalam struktur kekuasaan dan politik, karena umumnya orang-orang besar

Page 7: Tugas Spi Pribadi

cukup dominan pengaruhnya dalam menentukan system, materi, tujuan pendidikan

yang berlaku pada masa itu.

3. Sejarah Kebudayaan

Sejarah pendidikan merupakan bagian sejarah kebudayaan umat manusia, karena

mendidik itu berarti pula suatu usaha untuk menyerahkan atau mewariskan

kebudayaan. Dalam hal ini pendidikan berarti pemindahan isi kebuayaan untuk

menyempunakan segala kecakapan anak didik guna menghadapi persoalan-persoalan

dan harapan-harapan kebudayaan.

Begitu juga dengan Sejarah Pendidikan Islam, kita mengetahui bahwa pendidikan

Islam adalah usaha mewariskan nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi

selanjutnya. Oleh karena itu mempelajari sejarah kebuadayaan dalam rangka

memahami sejarah Islam adalah sangat penting. 5

6. Periodisasi Sejarah Pendidikan Islam.

Sejarah Pendidikan Islam pada hakikatnya tidak terlepas dari sejarah Islam. Oleh

sebab itu periodisasi Sejarah Pendidikan Islam dapat berada dalam peride-periode sejarah

Islam itu sendiri. Secara garis besar Harun Nasution membagi sejarah Islam kedalam tiga

periode, yaitu periode klasik, pertengahan dan modern. Kemudian perincianya dapat

dibagi menjadi 5 masa, yaitu:

1. Masa hidupnya Nabi Muhammad SAW (571-632 M)

2. Masa khalifah yang empat (khulafaur Rasyidin; Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali; 632-

661)

3. Masa kekuasaan Umayah di Damaskus (661-750 M)

4. Masa kekuasaan Abbasiyah di Baghdad (750-1250 M)

5. Masa dari jatuhnya kekuasaan khalifah di Baghdad tahun 1250 M sampai sekarang.

Page 8: Tugas Spi Pribadi

Adapun periodisasi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Fase datangnya Islam ke Indonesia.

2. Fase pengembangan dengan melalui proses adaptasi

3. Fase berdirinya kerajaan-kerajaan Islam (proses politik)

4. Fase kedatangan orang Barat (zaman Penjajahan)

5. Fase penjajahan Jepang

6. Fase Indonesia merdeka

7. Fase pembangunan 6

BAB III

KESIMPULAN

Sejarah Pendidikan Islam (Tarihut Tarbiyah Islamiyah) adalah Catatan peristiwa

tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam sejak lahirnya hingga

sekarang ini atau Satu cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pertumbuhan

dan perkembangan pendidikan islam, baik dari segi gagasan atau ide-ide, konsep,

lembaga maupun operasionalisasi sejak zaman Nabi Muhammad SAW hingga sekarang

ini.

Manfaat Sejarah Pendidikan Islam adalah sebagai faktor keteladanan, Mengetahui

dan memahami pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam, sejak zaman lahirnya

sampai masa sekarang, Mengambil manfaat dari proses pendidikan Islam guna

memecahkan problematika pendidikan Islam pada masa kini, Memiliki sikap positif

terhadap perubahan-perubahan system pendidikan Islam.

Ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Sejarah Pendidikan Islam adalah Sosiollogi,

ilmu Sejarah dan Sejarah Kebudayaan.

Page 9: Tugas Spi Pribadi

DAFTAR PUSTAKA

Al-Arrasjy, mohd ‘athijah. Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam. Djakarta: Bulan Bintang.

1970.

Arief, Armai. Reformulasi Pendidikan Islam. Jakarta: CRSD Press. 2005.

Departemen Agama RI. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Depag RI. 1986.

Hasbullah. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia; lintasan sejarah pertumbuhan dan

perkembangan. Jakarta: Raja Grafindo persada. 1995.

Nata, Abudddin. Pendidikan dalam perspektif Al-Qur’an. Jakarta: UIN Jakarta Press. 2005

Zuhairini, dkk. Sejarah Pendidikan Islam (cet. V). Jakarta: Bumi Aksara. 1997.

1 Hasbullah. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia; lintasan sejarah pertumbuhan dan perkembangan. Jakarta: Raja Grafindo persada. 1995. Halaman 7 -8.

2 Zuhairini, dkk. Sejarah Pendidikan Islam (cet. V). Jakarta: Bumi Aksara. 1997. Halaman 2 - 3

3 Hasbullah. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia; lintasan sejarah pertumbuhan dan perkembangan. Jakarta: Raja Grafindo persada. 1995. Halaman 10 -11

4 Hasbullah. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia; lintasan sejarah pertumbuhan dan perkembangan. Jakarta: Raja Grafindo persada. 1995. Halaman 12 - 14

5 Hasbullah. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia; lintasan sejarah pertumbuhan dan perkembangan. Jakarta: Raja Grafindo persada. 1995. Halaman 11 - 12

6 Zuhairini, dkk. Sejarah Pendidikan Islam (cet. V). Jakarta: Bumi Aksara. 1997. Halaman 7 - 8

Page 10: Tugas Spi Pribadi

Makalah SPI (Sejarah Pendidikan Islam)

PEMBAHARUAN PENDIDIKAN ISLAM :

STUDI ATAS PEMIKIRAN FAZLUR

RAHMAN

Oleh : Anjar Nugroho, S.Ag

(Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Purwokerto)

ABSTRAK

Penelitian ini memfokuskan pada tema tentang pembaharuan pendidikan Islam, yang berupaya membawa suasana baru memperkenalkan kembali salah satu khasanah pemikiran keislaman abad modern di dunia Islam yaitu Fazlur Rahman.

Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah penelitian termasuk dalam jenis penelitian kepustakaan (library research), Sedangkan Penelitian ini bersifat diskriptif, yakni penyusun berusaha menggambarkan obyek penelitian, yaitu pemikiran Fazlur Rahman tentang pembaharuan pendidikan Islam. Dalam menyusun penelitian ini, pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan historis dan analisis data digunakan analisis isi (content analysis).

Kesimpulan akhir dari penelitian ini adalah bahwa kemunculan gagasan Rahman dilatarbelakangi oleh pengamatanya terhadap perkembangan pendidikan Islam di era modern di beberapa negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam seperti Turki, Indonesia, Mesir dan Pakistan. Menurut Rahman Pendidikan islam di negara-negara tersebut masih dihadapkan kepada beberapa problema pendidikan yang antara laian berkaitan dengan; (1) Tujuan Pendidikan tidak diarahkan kepada tujuan yang positif. (2) Dikotomi sistem pendidikan (3) Rendahnya kualitas anak didik, munculnya pribadi-pribadi yang pecah dan tidak lahirnya anak didik yang memiliki komitmen spiritual dan intelektual yang mendalam terhadap Islam (4) Sulitnya menemukan pendidik yang berkualitas dan professional serta memiliki pikiran yang kreatif dan terpadu, dan (5) minimnya buku-buku yang tersedia di perpustakaan.

Page 11: Tugas Spi Pribadi

Kata Kunci : Pembaharuan, Pendidikan Islam, Fazlur Rahman

A. PENDAHULUAN

Ketika memasuki abad ke-18 terjadilah desakan yang begitu hebat oleh penetrasi Barat

terhadap dunia Islam, yang membuat umat Islam membuka mata dan menyadari betapa mundurnya

umat Islam itu jika dihadapkan dengan kemajuan Barat. Untuk mengobati kemunduran umat Islam

tersebut, maka pada abad ke-20 mulailah diadakan usaha-usaha pembaharuan dalam segala bidang

kehidupan manusia termasuk dalam bidang pendidikan.

Manurut Fazlur Rahman, meskipun telah dilakukan usaha-usaha pembaharuan Pendidikan Islam, namun dunia pendidikan Islam masih saja dihadapkan pada beberapa problema. Tujuan pendidikan Islam yang ada sekarang ini tidaklah benar-benar diarahkan pada tujuan yang positif. Tujuan pendidikan Islam hanya diorientasikan kepada kehidupan akherat semata dan cenderung bersifat defensif, yaitu untuk menyelamatkan umat Islam dan pencemaran dan pengrusakan yang ditimbulkan oleh dampak gagasan Barat yang dating melalui berbagai disiplin ilmu, terutama gagasan-gagasan yang mengancam standar-standar moralitas tradisional Islam. (Rahman, 1984 : 86)

Pada dasarnya ada tiga pendekatan pembaharuan pendidikan yang dilakukan pada waktu itu, yaitu

pengislaman pendidikan sekuler modern, menyederhanakan silabus-silabus tradisional dan

menggabungkan cabang-cabang ilmu pengetahuan lama dengan cabang-cabang ilmu pengetahuan

modern.

Pertama, mengislamkan pendidikan sekuler modern. Pendekatan ini dilakukan dengan cara menerima

pendidikan sekuler modern yang telah berkembang pada umumnya di Barat dan mencoba untuk

“mengislamkan”nya, yaitu mengisinya dengan konsep-konsep kunci tertentu dari Islam. Ada dua tujuan

dari mengislamkan pendidikan sekuler modern ini, yaitu ; (1) membentuk watak pelajar-pelajar atau

mahasiswa-mahasiswa dengan nilai-nilai Islam dalam kehidupan individu dan masyarakat, (2)

memungkinkan para ahli yang berpendidikan modern menangani bidang kajian masing-masing dengan

nilai-nilai Islam pada perangkat-perangkat yang lebih tinggi, menggunakan perspektif Islam untuk

mengubah kandungan maupun orientasi kajian-kajian mereka. (Rahman, 1984 : 131)

Kedua tujuan tersebut berkaitan erat antara yang satu dengan yang lainnya. Sehingga apabila

pembentukan watak dengan nilai-nilai Islam yang dilakukan pada pendidikan tingkat pertama ketika

pelajar-pelajar masih dalam usia muda dan mudah menerima kesan, tanpa sesuatu pun yang dilakukan

Page 12: Tugas Spi Pribadi

untuk mewarnai pendidikan tinggi dengan orientasi Islam, maka pandangan pelajar-pelajar yang telah

mencapai tingkat yang tinggi dalam pendidikannya akan tersekulerkan dan bahkan kemungkinan besar

mereka akan membuang orientasi Islam apapun yang pernah mereka miliki. Hal ini akan terjadi dalam

skala yang luas (Rahman, 1984 : 131).

Kedua, menyederhanakan silabus-silabus tradisional. Pendekatan ini diarahkan dalam kerangka

pendidikan tradisional itu sendiri. Pembaharuan ini cenderung menyederhanakan silabus-silabus

pendidikan tradisional yang sarat dengan materi-materi tambahan yang tidak perlu seprti : teologi

zaman pertengahan cabang-cabang filsafat tertentu (seperti logika), dan segudang karya tentang hukum

Islam> penyederhanaan ini berupa pengesampingan sebagian besar karya-karya dalam berbagai disiplin

zaman pertengahan dan menekankan pada bidang hadits, bahasa dan kesusastraan Arab serta prinsip-

prinsip tafsir al-Qur’an (Rahman, 1984 : 138).

Ketiga, menggabungkan cabang-cabang ilmu pengetahuan baru. Dalam kasus seperti ini, lama waktu

belajar diperpanjang dan disesuaikan dengan panjang lingkup kurikulum sekolah-sekolah dan akademi

modern. Di Indonesia pada tingkat akademi telah dimulai dilakukan upaya-upaya yang ditujukan untuk

menggabungkan ilmu-ilmu pengetahuan modern dengan ilmu-ilmu pengetahuan tradisional. (Rahman,

1984 : 138)

Akan tetapi menurut Fazlur Rahman, integrasi dan penggabungan yang seperti diuraikan di atas tidak ada, karena sifat pengajaran yang umumnya mekanis dan hanya menyandingkan ilmu pengetahuan yang lama dengan ilmu pengetahuan yang modern. Situasi ini diperburuk lagi dengan masih minimnya jumlah buku-buku yang tersedia di perpustakaan. Sehingga hal ini mengakibatkan, di satu pihak pengajaran akan tetap mandul sekalipun anak didik mempunyai bakat dan kemauan, di lain pihak guru-guru yang berkualitas dan professional serta memiliki pikiran-pikiran yang kreatif dan terpadu tidak akan dihasilkan dalam skala yang mencukupi (Rahman, 1984 : 139). Melihat kondisi yangh demikian ini, Rahman mencoba menawarkan solusinya.

Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana pemecahan problema pendidikan Islam tersebut, maka

studi gagasan Fazlur Rahman tentang solusi problema pendidikan Islam modern menjadi sangat penting.

1. Perumusan Masalah

Penelitian ini mengkaji pandangan seorang sarjana Muslim yang memiliki dua tradisi lingkungan pendidikan – lingkungan pendidikan Deoband, dan lingkungan pendidikan modern Barat – yakni

Page 13: Tugas Spi Pribadi

Fazlur Rahman, penggagas metodologi noemodernisme. Salah satu pemikirannya yang sangat urgen dibahas di sini adalah tentang sifat dari sistem pendidikan Islam.

Dari latar belakan masalah yang diuraikan di atas dapat diketahui bahwa pada masa modern ini, dunia

pendidikan Islam masih dihadapkan kepada beberapa problerm pendidikan.

Oleh karena itu yang menjadi masalah pokok dalam tulisan ini adalah

1. Bagaimana latar belakang munculnya gagasan pendidikan Islam Fazlur Rahman?

2. Bagaimana gagasan Fazlur Rahman tentang solusi atas berbagai problematika pendidikan Islam

modern itu ?

2. Tinjauan Pustaka

Beberapa konsep kunci yang perlu dielaborasi atau dijelaskan agar bisa lebih terfokus yang tidak

bias oleh beragam pengertian dan interpretasi dalam menelusuri gagasan genuine Fazlur Rahman

tentang pembaharuan pendidikan Islam, adalah sebagai berikut :

1. Pendidikan Islam

Istilah education dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa latin educere berarti memasukkan

sesuatu atau memasukkan ilmu ke dalam kepala seseorang. Dari pengertian istilah ini ada tiga

hal yang terlibat ; Yaitu imu, proses memasukkan dan kepala orang, kalaulah ilmu itu masuk di

kepala (Langgulung, 1992 : 4).

Dalam bahasa Arab ada beberapa istilah yang biasa dipergunakan dalam pengertian pendidikan,

yaitu ta’lim, tarbiyah dan ta’dib. Namun menurut beberapa ahli pendidikan, terdapat perbedaan

antara ketiga istilah itu. Ta’lim hanya berarti pengajaran, jadi lebih sempit dari pendidikan.

Sedangkan kata tarbiyah yang lebih sering dipergunakan di negara-negara berbahasa Arab

terlalu luas. Sebab kata tarbiyah juga digunakan untuk binatang, tumbuh-tumbuhan dengan

pengertian memelihara atau membela atau menternak. Sementara pendidikan yang diambilm dari

istilah education itu hanya untuk manusia saja (Langgulung, 1992 : 4-5).

Pemakaian ta’dib, menurut al-Atas, lebih tepat, sebab tidak terlalu sempit sekedar mengajar saja,

tetapi juga tidak luas meliputi makhluk makhluk selain manusia. Ta’dib sudah meliputi ta’lim

Page 14: Tugas Spi Pribadi

dan tarbiyah. Selain itu kata ta’dib erat hubunganya dengan kondisi ilmu dalam Islam yang

termasuk dalam isi pendidikan (al-Attas, 1992 : 5).

Dalam kamus kontemporer Bahasa Indonesia, pendidikan diartikan sebagai proses pengubahan

cara berfikir atau tingkah laku dengan cara pengajaran, penyuluhan, dan latihan proses mendidik

(Peter dan Penny, 1991 : 353).

Kata Islam dalam pendidikan Islam menunjukkan warna pendidikan tertentu yaitu pendidikan

yang berwarna Islam. Menurut Ahmad Tafsir pendidikan Islam adalah bimbingan terhadap

seseorang agar dia menjadi seorang Muslim yang semaksimal mungkin (Tafsir, 1992 : 32).

Sementara itu, Syahminan Zaini, mendefinisikan pendidikan Islam sebagai upaya

pengembangkan fitrah manusia dengan ajaran Islam agar terwujud kehidupan yang makmur dan

bahagia (Zaini, 1986 : 12).

Pendidikan Islam yang dimaksud dalam penelitian ini tidak jauh berbeda dengan rumusan yang

telah dikemukakan oleh para pakar pendidikan Islam di atas. Yang dimaksud pendidikan Islam

dalam penelitian ini adalah bimbingan yang diberikan kepada seseorang atau kelompok orang

kepada orang lain atau masyarakat agar orang lain atau masyarakat itu berkembang secara

maksimal sesuai dengan petunjuk ajaran Islam.

2. Modern

Istilah modern berasal dari bahasa Ingrris, “modern” yang berrti sejarah modern (Echols dan Shadily, 1990 : 384). Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia istilah modern diartikan sebagai yang terbaru atau mutakhir (Poerwadarminta, 1985 : 653) . Sedangkan menurut Harun Nasution, istilah modern berarti masa yang dimuali dari tahun 1800 M sampai seterusnya (Nasution, 1994 : 14). Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan istilah modern adalah seperti yang dikemukakan oleh Harun Nasution yaitu masa atau periode sejarah dunia yang dimuai sejak tahun 1800 M semapai sekarang ini.

Meskipun pendidikan Islam telah banyak dibahas oleh para ahli pendidikan, namun masih sedikit yang mengkaji pemikiran tokoh tentang pendidikan Islam.

Buku-buku yang membahas tentang pendidikan Islam antara lain : Asas-Asas Pendidikan Islam oleh

Hasan Langgulung, Konsep Pendidikan Islam oleh Naquib al-Attas, Sistem Pendidikan Islam oleh

Muhammad Quthb, dan Horison Pendidikan Islam oleh S. Ali Asyraf.

Page 15: Tugas Spi Pribadi

Khusus kajian terhadap Fazlur Rahman, kajian yang ada tekananya lebih banyak pada gagasannya

tentang hukum dan politik. Kajian-kajian tersebut antara lain The Islamic Concept of The State karya

John L. Esposito, Islam dan Tantangan Modernitas: Studi Atas Pemikiran Hukum Fazlur Rahman oleh

Taufiq Adnan Amal, dan Pandangan Kemasyarakatan Fazlur Rahman oleh Sudirman Tebba.

Namun sejauh pengamatan peneliti, meskipun gagasan Fazlur Rahman tentang pendidikan Islam

merupakan salah satu proyek sentralnya, namun penelitian tentang gagasan tentang solusi atas

problematika pendidikan Islam secara analitis, ilmiah, dan filosofis belum pernah dilakukan. Sehingga

pemikiran tentang gagasan solusi atas problematika pendidikan Islamnya Fazlur Rahman secara

memadai belum banyak dikenal oleh kalangan pemerhati Islam kontempoter di Indonesia. Kebanyakan

orang mengenal Fazlur Rahman pada bidang filsafat dan hukum Islam.

Semenatara untuk melihat pemikiran Fazlur Rahman tentang solusi problema pendidikan Islam secara

kongkret dan menyeluruh, maka penyusun mengupayakan pengumpulan semua karya-karya Fazlur

Rahman, baik dalam bentuk buku, artikel maupun makalah. Setelah itu dilakukan telaah dan klasifikasi,

mana yang membahas atau yang ada kaitannya dengan tema pendidikan Islam.

Dari survei kepustakaan tentang karya-karya Fazlur Rahman yangberkaitan dengan paradigma pemikiran

pendidikan Islam dan latar belakannya, sumber uatama yang digunakan antara lain : (1) Islam, (2) Islam

and Modernity : Transformation of Intellectual Tradition, (3) The Qur’anic Solution of Pakistan’s

Educational Problems, (4) Recommendation for Improvement of IAIN Curriculum and Instruction

Submitted to The minister of Religious Affair, His Excellence, Munawil Sjadzali dan (5) Revival and Reform

in Islam.

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian ini pada garis besarnya ada tiga, yaitu :

3. Mengungkap latar belakang munculnya gagasan pendidikan Islam Fazlur Rahman

4. Menjelaskan gagasan Fazlur Rahman tentang solusi atas berbagai problematika pendidikan

Islam modern itu

Page 16: Tugas Spi Pribadi

Sedangkan manfaat penelitian diarahkan pada dua hal berikut : Pertama mencari latar belakang

sosial, politik dan perkembangan pemikiran bagi perkembangan pemikiran Fazalur Rahman. Kedua,

Mengembangkan gagasan segar Fazlur Rahman berkaitan dengan teori-teori baru tentang Pendidikan

Islam. Diharapkan dari sini dapat dimulai proyek besar pembaharuan pendidikan di Indonesia yang lebih

menjamin terjadinya pencerahan.

B. METODE PENELITIAN

1. Pengumpulan data

Jenis penelitian yang dipergunakan dalam penyusunan penelitian ini adalah penelitian termasuk dalam

jenis penelitian kepustakaan (library research), yaitu menganalisis muatan isi dari literatur-literatur yang

terkait dengan penelitian.

Sedangkan penelitian ini bersifat diskriptif, yakni penyusun berusaha menggambarkan obyek penelitian,

yaitu pemikiran Fazlur Rahman tentang pembaharuan pendidikan Islam.Untuk memperoleh data

tentang pemikiran Fazlur Rahman tentang pembaharuan pendidikan Islam, penyusun menggunakan

sumber-sumber primer berupa buku-buku dan makalah-makalah yang ada relevansinya dengan

penyusunan penelitian ini, dan sumber-sumber sekunder berupa buku-buku, kitab-kitab, jurnal-jurnal

yang terkait.

2. Pendekatan yang digunakan

Dalam menyusun penelitian ini, pendekatan yang dipergunakan adalah pendekatan historis.

Pendekatan historis untuk menelusuri latar belakang pemikiran Fazlur Rahman tentang pembaharuan

pendidikan Islam dengan mengurai faktor-faktor yang menjadi pemicu lahirnya pemikiran tersebut..

.

3. Metode analisis data

Page 17: Tugas Spi Pribadi

Dalam menganalisis data digunakan analisis isi (content analysis). Metode ini digunakan untuk

menganalisis makna yang terkandung dalam pemikiran Fazlur Rahman. Berdasarkan isi yang

terkandung dalam pemikiran Fazlur Rahman tersebut kemudian dilakukan pengelompokan

dengan tahapan identifikasi, klasifikasi, kategorisasi, baru dilakukan interpretasi.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Latar Belakang Pembaharuan Pemikiran

Fazlur Rahman

Penelitian sejarah Islam pada umumnya menggarisbawahi bahwa gerakan modernisme Islam timbul dari dampak penetrasi Barat, semenjak abad 17 M/12 H. Keunggulan militer dan sains Barat menyadarkan keterbelakangan masyarakat Islam lalu menumbuhkan semangat kebangkitan Islam.

Gambaran masyarakat Islam pada saat itu ibarat sebuah masyarakat yang semi-mati yang menerima pukulan-pukulan destruktif atau pengaruh-pengaruh Barat yang menekan. Sebetulnya krisis intelektual dan benturan kultural semacam ini pernah dihadapi oleh masyarakat muslim dari abad 2 H./8 M. Mereka, pada saat itu, dihadapkan dengan tantangan intelektual “Hellenis” (Pringgodigdo, 1977 : 402). Namun mereka berhasil mengatasi benturan dan tantangan tersebut dengan cara asimilasi-kreatif. Faktor keberhasilan tersebut adalah adanya dominasi politik Islam. Secara praktis Islam pada saat itu adalah penguasa politik terbesar dunia, faktor lainnya adalah kondisi dan situasi Islam saat itu belum terbebani oleh tradisi agama yang semi-mati, hal ini sangat berbeda dengan kondisi dan situasi Islam pada abad 17 M dan lebih khusus pada akhir abad 18 M.

Akibat kekalahan dan penyerahan politik, menjadikan umat Islam secara psikoligis tidak mampu merumuskan kembali warisannya secara konstruktif, sehingga upaya modernisasi yang berkembang terkesan sekedar meminjam dan mengimpor/mengoper kemajuan peradaban Barat. Bagaimanapun juga umat Islam yang baru bangun dan baru bangkit tersebut belum siap mengadakan modernisasi yang lebih besar dan mendasar. Untuk arah kesana diperlukan proses dan waktu yang panjang.

Kondisi obyektif masyarakat Islam yang mengalami kemacetan tidak hanya di bidang lahiriyah tetapi juga di bidang intelektual, maka dominasi politik dan teknologi penjajah Barat segera mendapat tanggapan dari tokoh-tokoh modernis, sehingga ide yang berkembang adalah modernisme intelektual dan modernisme politik. Untuk mengatasi kemacetan di bidang intelektual. Semua pembaharu klasik menekankan arti pentingnya rasio (pikiran) dan paham rasionalisme, sekalipun dalam tatanan yang berbeda-beda. Dimulai oleh Jamaluddin al-Afghani (1255-1315 H/1839-1897 M) yang menyerukan peningkatan standar moral dan intelektual untuk

Page 18: Tugas Spi Pribadi

menanggulangi bahaya ekspansionisme Barat. Walaupun ia sendiri tidak melakukan modernisasi intelektual, namun seruannya menggugah masyarakat Muslim untuk mengembangkan dan menyebarkan disiplin-disiplin filosofis, dan ia hanya mengadakan sedikit upaya pembaharuan pendidikan secara umum. Maka, selanjutnya menjadi tugas Muhammad ‘Abduh (1261-1323 H/1845-1905 M) di Mesir dan Sayyid Ahmad Khan (1232-1316 H/1817-1898 M) di India untuk membuktikan pernyataan al-Afghani bahwa akal dan ilmu pengetahuan tidak bertentangan dengan Islam. Keduanya, yakni Muhammad ‘Abduh dan Ahmad Khan, sama-sama lahir dari tradisi madrasah, sama-sama menekankan paham rasionalisme Islam dan free will, sama-sama mengadakan pengetahuan modern ke dalam kurikulum al-Azhar, sedang Ahmad Khan dengan mendirikan perguruan tinggi Aligarh yang sekuler (Abduh, 1970 : 107-119).

Upaya dan tokoh-tokoh pembaharu ini pada akhirnya melahirkan sejumlah murid yang meneruskan proses modernisme. Jadi inilah yang dimaksudkan oleh kutipan Rahman di atas,”bahwa pembaharuan modernisme klasik setidak-tidaknya telah berupaya mengadakan reformasi internal, yakni menanamkan rasionalisme sebagai solusi awal terhadap kemacetan dan kemerosotan intelektual.

Ide-ide kreatif yang dimunculkan oleh kebanyakan modernis kontemporer pada umumnya tidak jauh berbeda dengan kebijakan modernisme klasik. Mereka mencarikan konsep-konsep baru dalam bidang-bidang tertentu secara lebih sistematis. Adalah Ziauddin Sardar, pakar fisika Pakistan, bersama dengan Ali Syari’ati (1933-1977), intelektual sosial Iran, menampilkan ide membangun peradaban yang Islami, atau Islamisasi peradaban. Keduanyta menolak alih teknologi Barat dapat “mendongkrak” dunia Islam untuk maju.

Karena teknologi yang dipinjam dari Barat selalu tidak cocok dengan masyarakat Muslim (Sardar, 1991 : 59). Alih teknologi tidak hanya menyebabkan mapannya ketergantungan dunia Islam terhadap Barat, juga merusak kebudayaan dan lingkungan Muslim. Solusi yang disampaikan oleh Sardar adalah mengembangkan teknologi yang mencerminkan norma-norma budaya Islam, dalam aspek sejarah, ekonomi, pendidikan dan pemerintahan.

Bersama-sama dengan Hossein Nasr (Nasr, 1987 : 183), Sardar menilai bahwa peradaban Barat telah menghancurkan dan melepaskan nilai-nilai sakral dan spiritual alam. Kemajuan teknologi yang tidak terkendali telah menimbulkan kekhawatiran terhadap masa depan peradaban manusia, karena kehidupan modern Barat telah kehilangan visi transendental (Ilahiyah). Dalam hal ini Nasr memilih spiritualisme sebagai solusi alternatif upaya pembebasan manusia modern. Nasr sangat optimis dengan solusi sufistik ini. Menurut sufisme akan memuaskan manusia modern dalam mencari Tuhan (Nasr, 1976 : vi). Masyarakat Barat modern hampir-hampir bosan dengan tradisi ilmiah teknologis yang kering dan mereka tidak menemukan pemuasnya dalam ajaran Kristen dan Budha, maka upaya memperkenalkan sufisme Islam kian mendesak.

Dalam konteks Islam, menurutnya, spiritualitas mengandung beberapa dimensi seperti tercermin melalui istilah ruh dan sikap batin. Inilah yang membedakannya spiritual dalam pengertian Barat, yang dipahami sekadar fenomena psikologis. Menurut krisis peradaban Barat modern bersumber dari penolakan ruh dan pengingkaran ma’nawiah dalam kehidupan. Manusia Barat membebaskan diri dari Tuhan dan mereka menjadi tuan bagi kehidupan sehingga terputus

Page 19: Tugas Spi Pribadi

dari spiritualitasnya, maka terjadilah desakralisasi. Alam hanya difungsikan sebagai obyek dan sumber daya untuk diekspolitasi semaksimal mungkin (Ulumul Qur’an, 1993 : 108).

Fenomena inilah yang dianggap paling penting oleh Nasr untuk dicarikan solusinya melalui spiritualisme Islam. Solusi lainnya yang dikembangkan oleh sejumlah pemikir modernis, sehingga gemanya lebih terdengar dibanding dua solusi di atas, adalah Islamisasi sains (ilmu pengetahuan). Adalah Isma’il Raji al-Faruqi dan Naquib al-attas, dua tokoh modernis yang paling awal yang menyuarakan Islamisasi ilmu pengetahuan.

Dari dua konsep yang disampaikan dua tokoh tersebut tergambar adanya keinginan memberi warna atau nilai agamis pada pengetahuan. Gagasan Islamisasi pengetahuan sampai sekarang, walaupun telah menjadi tema sentral yang trendi di kalangan cendekiawan Muslim, masih merupakan gagasan dasar dan kontroversial yang memerlukan waktu lama untuk mencapai apa yang dikehendaki dengan “sains yang Islami”.

Ketiga solusi alternatif di atas masing-masing mengandung karakter yang berbeda. Rekayasa peradaban Islam cenderung eksklusifme. Spiritualisme Nasr dan islamisasi ilmu pengetahuan cenderung moderat dengan memadukan antara ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai Islam. Persamaan ketiga gagasan itu adalah posisinya yang menjadikan krisis peradaban modern sebagai orientasi nilai-nilai Islam. Dalam tata ilmu, ketiga gagasan tersebut berada pada tataran aksiologis.

Kembali ke pokok permasalahan, pemikiran Rahman tokoh modernis yang menjadi sentral penelitian ini tidak sebagaimana tokoh-tokoh pemikir kontemporer lainnya yang menjadikan fakta empirik kehidupan modern sebagai sentral obyek gagasan, sebagaimana telah disinggung di muka.

Rahman menjadikan al-Quran sebagai sentral penelitian (Yuyun, 1993) untuk membangun konsep-konsep metodologis dan rumusan metodis interpretasi al-Quran. “Pemahaman al-Quran dengan konteks kemoderenan” merupakan tujuan yang hendak disumbangkan oleh Rahman melalui usaha keras dalam membangun konsep dan merumuskan pemikirannya. Mengenai studi Rahman ini, Montgomery Watt berkomentar bahwa dua tokoh pemikir Islam kontemporer yang paling terkenal adalah Rahman bersama dengan Arkoun (Mouleman, 1993 : 93).

Program Rahman yang terbesar adalah keberhasilannya merancang metode baru dalam penafsiran Al-Qur’an. Jadi tataran pemikiran Rahman berada pada tingkat ontologi dan epistemologi, tidak pada tataran aksiologi. Agaknya Rahman menyadari bahwa masalah internal yang harus diselesaikan oleh modernisme kontemporer. Masalah tersebut, menurut Rahman tidak cukup diselesaikan melalui gerakan reformasi tetapi harus diselesaikan melalui upaya-upaya rekonstruksi pemikiran Islam.

Page 20: Tugas Spi Pribadi

2. Pemikiran Pembaharuan pendidikan

Islam

a. Tujuan Pendidikan

Dewasa ini pendidikan Islam sedang dohadapkan dengan tantangan yang jauh lebih berat dari masa permulaan penyebaran islam. Tantangan tersebut berupa timbulnya aspirasi dan idealisme umat manusia yang serba multi interest dan berdimensi nilai ganda dengan tuntutan hidup yang multi komplek pula .Ditanbah lagi dengan beban psikologis umat islam dalam menghadapi barat bekas saingan jika bukanya musus sepanjang sejarah . Kesulitan ini semakin menjadi akut karena faktor psikologis yang lain , yang timbul sebagai komplek pihak yang kalah , berbeda dengan kedudakan umat islam klasik pada waktu itu umat islam adalah pihak yang menang dan berkuas).

Fenomena tersebut, menurut Syed Sajjad Husain dan Syed Ali Ashraf, telah menyuburkan tumbuhnya golongan -golongan penekan .Golongan-golongan ini dengan cepat meraih kekuasaan dari orang -orang yang pikiranya lebih cenderung kepada agama.Akibatnya munculah suatu ketergantungan dan pertentangan antara golongan sekular dengan golongan agama.Pertentangan ini telah menampakan diri secara terang-terangan dibeberapa negara seperti Turki,Mesir,Pakistan dan Indonesia (Arifin, 1993 : 5).

Fenomina pada gilirannya mengakibatkan pendidikan islam tidak diarahkan kepada tujuan yang positip.Tujuan pendidikan islam cenderung berorientasi kepada kehidupan akhirat semata dan bersifat desentif. Hal ini sebagai mana yang dikemukakan oleh Rahman bahwa :

Strategi pendidikan islam yang ada sekarang ini tidaklah benar-benar diarahkan kepada tujuan yang positif,tetapi lebih cenderung bersifat defensif yaitu untuk menyelamatkan pikiran kaum Muslimin dari pencemaran atau kerusakan yang ditimbulkan oleh dampak gagasan-gagasan Barat yang datang melalui berbagai disiplin ilmu,terutama gagasan-gagasan yang akan meledakkan standar moralitas Islam (Nurcholish, 1992 : 455).

Dalam kondisi kepanikan spiritual itu,strategi pendidikan Islam yang dikembangkan diseluruh dunia Islam secara universal bersifat mekanis.Akibatnya munculah golongan yang menolak segala apa yang berbau Barat,bahkan adapula yang mengharamkan pengambil alihan ilmu dan teknologinya.Sehingga apabila kondisi ini terus berlanjut akan dapat menyebabkan kemunduran umat Islam.

Menurut Rahman, ada beberapa hal yang haruh dilakukan Pertama, tujuan pendidikanIslam yang bersifat desentif dan cenderung berorientasi hanya kepada kehidupan akhirat tersebut harus

Page 21: Tugas Spi Pribadi

segera diubah.Tujuan pendidikan islam harus berorientasi kepada klehidupan dunia dan akhirat sekaligus serta bersumber pada AL-Qur’an.Menurutnya bahwa :

Tujuan pendidikan dalam pandangan AL-Qur’an adalah untuk mengembangkan kemampuan inti manusia dengan cara yang sedemikian rupa sehingga ilmu pengetahuan yang diperolehnya akan menyatu dengan kepribadian kreatifnya (Ibid).

Kedua, beban psikologis umat Islam dalam menghadapi Barat harus segera dihilangkan.Untuk menghilangkan beban psikologis umat Islam tersebut,Rahman menganjurkan supaya dilakukan kajian Islam yang menyeluruh secara historis dan sistimatis mengenai perkembangan disiplin-disiplin ilmu Islam seperti teologi,hukum,etika,hadis ilmu-ilmu sosial,dan filsafat,dengan berpegang kepada AL-Qur’an sebagai penilai.Sebab disiplin ilmu-ilmu Islam yang telah berkembang dalam sejarah itulah yang memberikan kontiunitas kepada wujud intelektual dan spiritual masyarakat Muslim.Sehingga melalui upaya ini diharapkan dapat menghilangkan beban psikologis umat Islam dalam menghadapi Barat.

Ketiga, sikap negatif umat Islam terhadap ilmu pengetahuan juga harus dirubah. Sebab menurut

Rahmah, ilmu pengetahuan tidak ada yang salah, yang salah adalah penggunanya. Ilmu tentang

atom misalnya, telah ditemukan saintis Barat, namun sebelum mereka memanfaatkan tenaga

listrik dari penemuan itu (yang dimaksud memanfaatkan energi hasil reaksi inti yang dapat

ditransformasikan menjadi energi listrik) atau menggunakannya buat hal-hal yang berbguna,

mereka menciptakan bom atom. Kini pembuatan bom atom masih terus dilakukan bahkan

dijadikan sebagai ajang perlombaan. Para saintis kemudian dengan cemas mencari jalan untuk

menghentikan pembuatan senjata dahsyat itu.

Rahman juga menyatakan bahwa di dalam Al-Qur’an kata al-ilm (ilmu pengetahuan) digunakan

untuk semua jenis ilmu pengetahuan. Contohnya, ketika Allah mengajarkan bagaimana Daud

membuat baju perang, itu juga al-’ilm. Bahkan sihir (sihr), sebagaimana yang pernah diajarkan

oleh Harut dan Marut kepada manusia, itu juga merupakan salah satu jenis al-’ilm meskipun

jelek dalam arti praktek dan pemakaiannya. Sebab banyak yang menyalahgunakan sihir itu untuk

memisahkan suami dari istrinya. Begitu pula hal-hal yang memberi wawasan baru pada akal

termasul al-’ilm (Rahman, 1992 : 69) .

b. Sistem Pendidikan

Persoalan dualisme dikotomi sistem pendidikan itu telah melanda seluruh negara Muslim atau negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Bahkan menurut Syed Sajjad Husain dan Syed Ali Ashraf, dikotomi sistem pendidikan itu bukan hanya menyangkut perbedaan dalam struktur luarnya saja tapi juga perbedaan yang lahir dari pendekatan mereka terhadap tujuan-tujuan pendidikan.

Page 22: Tugas Spi Pribadi

Sistem tradisional kuno dalam Islam didasarkan atas seperangkat nilai-nilai yang berasal dari Al-Qur’an. Di dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa tujuan-tujuan pendidikan yang sesungguhnya adalah menciptakan manusia yang taat kepada Tuhan dan akan selalu berusaha untuk patuh pada perintah-perintah-Nya sebagaimana yang dituliskan dalam kitab suci. Orang semacam ini akan berusaha untuk memahami seluruh fenomena di dalam dan di luar khazanah kekuasaan Tuhan. Di lain pihak sistem modern, yang tidak secara khusus mengesampingkan Tuhan, berusaha untuk tidak melibatkan-Nya dalam penjelasannya mengenai asal-usul alam raya atau fenomena dengan mana manusia selalu berhubungan setiap harinya.

Di tengah maraknya persoalan dikotomi sistem pendidikan Islam tersebut, Rahman berupaya untuk menawarkan solusinya. Menurutnya untuk menghilangkan dikotomi sistem pendidikan Islam tersebut adalah dengan cara mengintegrasikan antara ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum secara organis dan menyeluruh (Ibid). Sebab pada dasarnya ilmu pengetahuan itu terintegrasi dan tidak dapat dipisah-pisahkan (Nafis, 1995 : 251)

Dengan demikian di dalam kurikulum maupun silabus pendidikan Islam harus tercakup baik ilmu-ilmu umum seperti ilmu sosial, ilmu-ilmu alam dan sejarah dunia maupun ilmu-ilmu agama seperti fiqih, kalam, tafsir, Hadis. 28

Menurut hemat penyusun, metode integrasi seperti yang ditawarkan oleh Rahman itulah yang pernah diterapkan pada masa keemasan Islam. Pada masa itu ilmu dipelajari secara utuh dan seimbang antara ilmu-ilmu yang diperlukan untuk mencapai kesejahteraan di dunia (ilmu-ilmu umum) maupun ilmu-ilmu untuk mencapai kebahagiaan di akhirat (ilmu-ilmu agama).

Pendekatan integralistik seperti itu, yang melihat adanya hubungan fungsional antara ilmu-ilmu umum dan ilmu-ilmu agama, telah berhasil melahirkan ulama-ulama yang memiliki pikiran-pikiran yang kreatif dan terpadu serta memiliki pengetahuan luas dan mendalam pada masa klasik. Ibn Sina misalnya, selain ahli agama, juga seorang psikolog, ahli dalam ilmu kedokteran dan sebagainya. Demikian pula dengan Ibn Rusyd, ia di samping sebagai ahli hukum Islam, juga ahli dalam bidang matematika, fisika, astronomi, logika, filsafat dan ilmu pengobatan (Nata, 1993 : 31)

Adanya keseimbangan antara ilmu-ilmu umum (dunia) dengan ilmu-ilmu agama dalam suatu kurikulum pendidikan Islam, menurut Hasan Langgulung, oada gilirannya akan melahirkan spesialisasi pada bagian ilmu sesuai dengan periode perkembangan, sesuai dengan tingkat pendidikan, sesuai dengan spesilalisasi sempit pada tingkat pendidikan tinggi, di masjid-masjid dan rumah-rumah hikmah (universitas-universitas) kemudian hari sampai sekarang (Hutagalung, 1992 : 117-118)

Menurut Rahman bahwa ilmu pengetahuan itu pada prinsipnya adalah satu yaitu berasal dari Allah SWT.31 Hal ini sesuai degan apa yang dijelaskan di dalam Al-Qur’an. Menurut Al-Qur’an semua pengetahuan datangnya dari Allah. Sebagian diwahyukan kepada orang yang dipilih-Nya melalui ayat-ayat Qur’aniyah dan sebagian lagi melalui ayat-ayat kauniyah yang diperoleh manusia dengan menggunakan indera, akal dan hatinya. Pengetahuan yang diwahyukan mempunyai kebenaran yang absolut sedangkan pengetahuan yang diperoleh, kebenarannya tidak mutlak (Rahman, 1984: 72)

Page 23: Tugas Spi Pribadi

Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa ilmu Allah dapat diketahui dan dipelajari melalui dua jalur yaitu jalur ayat-ayat Qur’aniyah dan jalur ayat-ayat kauniyah.33 Untuk lebih jelasnya lihat skema di bawah ini :

c. Anak Didik (Peserta Didik)

Anak didik yang dihadapi oleh dunia pendidikan Islam di negara-negara Islam berkaitan erat dengan belum berhasilnya dikotomi antara ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum ditumbangkan di lembaga-lembaga pendidikan Islam.

Belum berhasilnya penghapusan dikotomi antara ilmu-ilmu agama dengan ilmu-ilmu umum mengakibatkan rendahnya kualitas intelektual anak didik dan munculnya pribadi-pribadi yang pecah (split personality) dari kaum Muslim. Misalnya seorang muslim yang saleh dan taat menjalankan ibadah, pada waktu yang sama ia dapat menjadi pemeras, penindas, koruptor, atau melakukan perbuatan tercela lainnya (Mujib, 1992 : 234). Bahkan yang lebih ironis lagi dikotomi sistem pendidikan tersebut mengakibatkna tidak lahirnya anak didik yang memiliki komitmen spiritual dan intelektual yang mendalam terhadap Islam dari lembaga-lembaga pendidikan Islam. (Ma’arif, 1991 : 20) Sebagian dari mereka lebih berperan sebagai pemain-pemain teknis dalam masalah-masalah agama. Sementara ruh agama itu sendiri jarang benar digumulinya secara intens dan akrab.

Menurut Rahman, beberapa usaha yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut di atas. Pertama, anak didik harus diberikan pelajaran Al-Qur’an melalui metode-metode yang memungkinkan kitab suci bukan hanya dijadikan sebagai sumber inspirasi moral tapi juga dapat dijadikan sebagai rujukan tertinggi untuk memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari yang semakin kompleks dan menantang (Rahman, Loc.cit). Dalam kaitan itu Rahman menawarkan metode sistematisnya dalam memahami dan menafsirkan Al Qur’an. Metode itu terdiri dari dua gerakan ganda yaitu dari situasi sekarang ke masa Al Qur’an diturunkan dan kembali lagi ke masa kini. Gerakan pertama mempunyai dua langkah.

1. Orang harus memahami arti atau makna dari suatu pernyataan dengan mengkaji situasi dan problem historis di mana pernyataan AL Qur’an tersebut merupakan jawaban. Sebelum mengkaji ayat-ayat spesifiknya, sutau kajian mengenai mengenai situasi makro dalam batasan-batasan masyarakat, agama, adat-istiadat, lembaga-lembaga dan mengenai kehidupan

Page 24: Tugas Spi Pribadi

secara menyeluruh di Arabia pada saat kehadiran Islam, khususnya di sekitar Mekkah harus dilakukan (Rahman, 1979 : 219-224).

2. Menggenerasikan jawaban-jawaban spesifik tersebut dan menyatakannya sebagai pernyataan-pernyataan yang memiliki tujuan moral dan sosial umum yang dapat disaring dari ayat-ayat spesifik dalam sinaran latar belakang sosio-historis yang sering dinyatakan. Selama proses ini, perhatian harus diberikan kepada arah ajaran Al-Qur’an sebagai suatu keseluruhan sehingga setiap arti tertentu yang difahami, setiap hukum yang dinyatakan dan setiap tujuan yang dirumuskan akan koheren dengan yang lainnya. Al Qur’an sebagai suatu keseluruhan memang menanamkan sikap yang pasti terhadap hidup dan memenuhi suatu pandangan dunia yang kongkrit (Rahman, 1984 : 6).

Jika dua momen gerakan ganda ini dapat dicapai, menurut Rahman, perintah-perintah Al-Qur’an akan hidup dan efektif kembali (Ibid) Metode penafsiran yang ditawarkan Rahman itulah yang disebutnya sebagai prosedur ijtihad. Dalam metode tersebut Rahman telah mengasimilasi dan mengkolaborasi secara sistematis pandangan yuridis Maliki dan Syathibi tentang betapa mendesaknya memahami Al-Qur’an sebagai suatu ajaran yang padu dan kohesif ke dalam gerakan pertama dari metodenya (Taufiq, 1990 : 103) Kedua, memberikan materi disiplin ilmu-ilmu Islam secara historis, kritis dan holistik. Disiplin ilmu-ilmu Islam itu meliputi: Teologi, hukum etika, ilmu-ilmu sosial dan filsafat (Rahman, op.cit : 20)

d. Pendidik (Mu’allim)

Untuk mendapatkan kualitas pendidik seperti itu di lembaga-lembaga pendidikan Islam dewasa ini sangat sulit sekali. Hal ini dibuktikan Rahman, melalui pengamatannya terhadap perkembangan pendidikan Islam di beberapa negara Islam. Ia melihat bahwa pendidik yang berkualitas dan profesional serta memiliki pikiran-pikiran yang kreatif dan terpadu yang mampu menafsirkan hal-hal yang lama dalam bahasa yang baru sejauh menyangkut substansi dan menjadikan hal-hal yang baru sebagai alat yang berguna untuk idealita masih sulit ditemukan pada masa modern (Rahman, Op.Cit. : 139). Masalah kelangkaan tenaga pendidik seperti ini telah melanda hampir semua negara Islam.

Dalam mengatasi kelangkaan tenaga pendidik seperti itu, Rahman menawarkan beberapa gagasan: Pertama, merekrut dan mempersiapkan anak didik yang memiliki bakat-bakat terbaik dan mempunyai komitmen yang tinggi terhadap lapangan agama (Islam). Anak didik seperti ini harus dibina dan diberikan insentif yang memadai untuk membantu memnuhi keperluannya dalam peningkatan karir intelektual mereka (Ibid). Apabila hal ini tidak segera dilakukan maka upaya untuk menciptakan pendidik yang berkualitas tidak akan terwujud. Sebab hampir sebagian besar pelajar yang memasuki lapangan pendidikan agama adalah mereka yang gagal memasuki karir-karir yang lebih basah.

Kedua, mengangkat lulusan mdrasah yang relatif cerdas atau menunjuk sarjana-sarjana modern yang telah memperoleh gelar doktor di universitas-universitas Barat dan telah berada di lembaga-lembaga keilmuan tinggi sebagai guru besar-guru besar bidang studi bahasa Arab, bahasa Persi, dan sejarah Islam. Ketiga, para pendidik harus dilatih di pusat-puast studi keislaman di luar negeri khususnya ke Barat (Rahman, Op.Cit. : 522). Hal ini pernah direalisasikan Rahman,

Page 25: Tugas Spi Pribadi

sewaktu ia menjabat direktur Institut Pusat Penelitian Islam (Rahman, Op.Cit : 123). Atas gagasan Rahman ini, Institut yang dipimpinnya berhasil menerbitkan jurnal berkala ilmiah yang berbobot yaitu Islamic Studies. Melalui jurnal inilah para anggota institut mulai menyumbangkan karya riset nereka yang bermutu, di samping beberapa buku dan suntingan-suntingan dari naskah-naskah klasik (Rahman, Loc.Cit). Kasus institut ini melukiskan telah lahirnya kesarjanaan yang kreatif dan bertujuan.

Gagasan Rahman itu juga pernah diterapkan di Indonesia melalui pengiriman pendidik atau tenaga pengajar IAIN yang potensial untuk melanjutkan studinya ke universitas di negeri Barat yang mempunyai pusat-pusat studi Islam. Awal dari dampak positif pengiriman pengiriman pendidik ke luar negeri itu memang mulai terasa antara lain seperti terlaksananya pembaruan sistem, metode dan teknik di bidang pengajaran dan penyempurnaan struktur kelembagaan serta susunan kurikulum.

Keempat, mengangkat beberapa lulusan madrasah yang memiliki pengetahuan bahasa Inggris dan mencoba melatih mereka dalam teknik riset modern dan sebaliknya menarik para lulusan universitas bidang filsafat dan ilmu-ilmu sosial dan memberi meeka pelajaran bahasa Arab dan disiplin-disiplin Islam klasik seperti Hadis, dan yiurisprudensi Islam (Ibid.). Di sini tampak Rahman ingin memberikan bekal ilmu pengetahuan secara terpadu baik kepada para lulusan madrasah maupun kepada mereka yang lulusan universitas. Sehingga melalui upayanya ini akan lahir pendidik-pendidik yang kreatif dan mempunyai komitmen yang kuat terhadap Islam.

Kelima, menggiatkan para pendidik untuk melahirkan karya-karya keislaman secara kreatif dan memiliki tujuan. Di samping menlulis karya-karya tentang sejarah, filsafat, seni, juga harus mengkonsentrasikannya kembali kepada pemikiran Islam (Ibid),. Di samping itu para pendidik juga harus bersunggguh-sungguh dalam mengadakan penelitian dan berusaha untu menerbitkan karyanya tersebut. Bagi mereka yang memiliki karya yang bagus harus diberi penghargaan antara lain dengan meningkatkan gajinya (Rahman, Loc.Cit. : 522)

D. KESIMPULAN

Berdasarkan data dan analisis terdahulu dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Kemunculan gagasan Rahman dilatarbelakangi oleh pengamatanya terhadap

perkembangan pendidikan Islam di era modern di beberapa negara yang mayoritas

penduduknya beragama Islam seperti Turki, Indonesia, Mesir dan Pakistan. Menurut

Rahman Pendidikan islam di negara-negara tersebut masih dihadapkan kepada beberapa

problema pendidikan yang antara laian berkaitan dengan; (1) Tujuan Pendidikan tidak

diarahkan kepada tujuan yang positif. (2) Dikotomi sistem pendidikan (3) Rendahnya

kualitas anak didik, munculnya pribadi-pribadi yang pecah dan tidak lahirnya anak didik

yang memiliki komitmen spiritual dan intelektual yang mendalam terhadap Islam (4)

Page 26: Tugas Spi Pribadi

Sulitnya menemukan pendidik yang berkualitas dan professional serta memiliki pikiran

yang kreatif dan terpadu, dan (5) minimnya buku-buku yang tersedia di perpustakaan.

2. Kontribusi terhadap upaya modernisasi pendidikan Islam meliputi lima bidang, yaitu (1)

tujuan pendidikan (2) dikotomi sistem pendidikan (3) anak didik (4) pendidik (mu’alim),

dan (5) peralatan pendidikan.

Beban psikologis umat Islam dalam menghadapi Barat telah menyebabkan tujuan

pendidikan Islam tidak diarahkan kepada tujuan yang positif. Tujuan pendidikan Islam

hanya berorientasi kepada kehidupan akherat semata dan bersifat defensif terhadap ilmu

pengetahuan. Untuk mengatasi ini menurut Rahman ada tiga usaha yang harus

dilakukan : (a) mengorientasikan tujuan Pendidikan Islam kepada kehidupan dunia dan

akherat sekaligus dan bersumber dari al-Qur’an. (b) menghilangkan beban psikologis

umat Islam dalam menghadapi Barat, dan (c) menghilangkan sikap negatif terhadap ilmu

pengetahuan.

Adanya dikotomi sistem pendidikan Islam telah menyebabkan rendahnya kualitas anak

didik, munculnya pribadi-pribadi yang pecah dan tidak lahirnya anak didik yang

amemiliki komitmen spiritual dan intelektual yang mendalam terhadap Islam. Untuk

mengatasi masalah ini ada empat buah usaha yang harus dilakukan ; (a) memberikan

pelajaran al-Qur’an dan metode tafsir sistematis, sehingga memungkinkan al-Qur’an

tidak saja berfungsi sebagai sumber inspirasi moral tetapi juga tidak dijadikan sebagai

rujukan sentral bagi pemecahan persoalan yang muncul ke permukaan, (b) memberikan

materi disiplin ilmu-ilmu Islam secara historis, kritis, dan menyelurruh, sehingga melalui

upaya ini dapatmengintegrasikan pikiran-pikiran itu ke dalam konsep Islam yang utuh

dan terpadu, (c) mengintensifkan penguasaan bahasa asing seperti bahasa Arab dan

bahasa Inggris disamping bahasa nasional (d) menumbuhkan sikap toleran terhadap

perbedaan pendapat.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. Amin, 1995, Falsafah Kalam di Era Post Modernisme, Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Page 27: Tugas Spi Pribadi

Abdullah, Abdurrahman Shaleh, Educational Theory : A Qur’anic Outlook, terj. M. Arifin dan Zainuddin, 1990, Teori-teori Pndidikan Berdasarkan al-Qur’an, Jakarta : Rineka Cipta

Achmad, Amrullah, “Kerangka Dasar Masalah Paradigma Pendidikan Islam”, dalam Muslih Usa (ed.), 1991, Pendidikan Islam di Indonesia, Yogyakarta : Tiara Wacana Yogya

Adams, Charles C., 1968, Islam and Modernity in Egypt, New York : Russel

Amal, Taufiq Adnan, 1987, Islam Tantangan Modernitas : Studi Atas Pemikiran Hukum Fazlur Rahman, Bandung : Mizan

______, (ed), 1987, Motode dan Alternatif Neo Modernisme Islam, Bandung : Mizan

______, dan Fauzi, Ihsan Ali, Fazlur Rahman Sang Sarjana Sang Pemikir, Jakarta : LSAF, 1988

Anderson, Norman, 1976, Law Reform in The Muslim World, London : University of London

Anshari, Endang Saefuddin, “Dunia Islam Masa Lalu dan Kini Menyongsong Abad XV Hijrah”, dalam Rdan Iqbal Emsyarif Saimina (ed.), tt., Kebangkitan Islam dalam Pembaharuan, Jakarta : Bumi Aksara

Bawani, Imam, 1987, Segi-Segi Pendidikan Islam, Surabaya : Ihklas

B. Suryosubroto, 1983, Beberapa Aspek dasar Pendidikan, Jakarta : Bina Aksara

Bakker, Anton, 1994, Metode-Metode Filsafat, Jakarta : Ghalia Indonesia

Berkes, Niyazi, 1964, The Developments of Secularism in Turkey, Montreal : McGill university Press

Esposito, John L., 1984, Islam and Politics, New York : Syracuse University Press

Fahmi, Asma Hasan, 1979, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bulan Bintang.

Faruqi, Isla’il Raji, 1984, Islamisasi Pengetahuan, Bandung : Pustaka.

Harahap, Syahrin, Al-Qur;’an dan Sekularisasi : Kajian Kritis Terhadap Pemikiran Thaha Husein, Yogaykarta : Tiara Wacana Yogya.

Langgulung, Hasan, 1992, Asas-Asas Pendidikan Islam, Jakarta : Pustaka al-Husna

Page 28: Tugas Spi Pribadi

Ma’arif, Syafi’I, 1993, Peta Bumi Intelektualisme di Indonesia, Bandung : Mizan

Madjid, Nurcholish, 1992, Islam Doktrin Dan Peradaban, Jakarta : Yayasan Wakaf Paramadina.

Nasution, Harun, 1994, Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta : Bulan Bintang.

Rahman, Fazlur, 1968, Islam, New York : Anchor Book

________, 1982, Islam and Modernity ; Transformation An Intellectual Tradition, Chicago : University of Chicago Press

________, 1983, Major Themes of The Qur’an, ter. Mahyudin, Anas, Tema-Tema Pokok al-Qur’an, Bandung : Pustaka

Zuhairini dkk, 1986, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Proyek Pembinaan Sarana dan Prasarana Perguruan Tinggi IAIN

PERIODISASI SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM

Diposkan oleh Aby Farhan di 1/06/2012 0 komentar PENGERTIAN SEJARAH PENDIDIKAN ISLAMPengertian sejarah secara etimologi yaitu dari bahasa arab “syajara” yang berarti “terjadi”,atau “syajarah” berarti “pohon” atau “syajarah al nasab”yang berarti pohon silsilah. Dari bahasa latin dan Yunani sejarah beasal dari kata historia, yang berarti orang pandai.

Menurut Zuhairini kata sejarah dari bahasa Arab disebut tarikh, secara etimologi berarti ketentuan masa dan perhitungan tahun.

Yang dimaksud ilmu tarikh adalah suatu pengetahuan yang gunanya untuk mengetahui keadaan-keadaan atau kejadian-kejadian yang telah lampau maupun yang sedang terjadi dikalangan umat.Variabel sejarah ada 3 yaitu peristiwa atau fakta, tersimpan, terjadi dimasa lampau dan adanya efek dimasa sekarang.Definisi sejarah pendidikan islam adalah kata pendidikan. Pendidikan dalam arti luas adalah bimbingan yang dilakukan oleh seseorang terhadap dirinya sendiri, seseorang terhadap orang lain atau oleh lingkungan terhadap seseorang. Pendidikan dalam arti sempit adalah bimbingan yang

Page 29: Tugas Spi Pribadi

dilakukan seseorang yang kemudian disebut pendidik, terhadap orang lain yang kemudian disebut peseta didik.Sejarah pendidikan islam adalah proses pewarisan dan pengembangan budaya umat manusia dibawah sinar bimbingan ajaran islam, yaitu yang bersumber dan berpedomankan ajaran islam.

OBJEK DAN METODE MEMPELAJARI SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM1. Objek Sejarah Pendidikan IslamObjek sejarah pendidkan islam adalah fakta tentang tujuan pendidikan, materi pendidikan, metode pendidikan, pendidik, peserta didik, media pendidikan, evaluasi, lembaga pendidikan dan lingkungan pendidikan sejak proses pendidikan yang diselengggarakan  oleh nabi Muhammad Saw.2. Metode Mempelajari Sejarah Pendidikan IslamMetode mempelajari sejarah pendidikan islam ada 2 yaitu metode deskriptif, komparatif, analisis sintesis.Metode deskriptif dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata yang ditujukan untuk menggambarkan sifat suatu keadaan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu dan hanya mengukur apa adanya.Tujuan metode deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta , sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Metode komparatif untuk mengidentifikasi atau membedakan fakta yang satu dengan fakta yang lain, berusaha mengidentifikasi hubungan sebab akibat, dan membedakannya antara fakta yang satu dengan fakta yang lain dan kemudian berusaha mengobservasi pengaruh atau akibatnya terhadap atau beberapa fakta selanjutnya.Metode analisis berarti cara untuk mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen-elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa, atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada tidaknya kontradiksi.

KEGUNAAN SEJARAH PENDIDIKAN ISLAMSejarah pendidikan islam memiliki kegunaan sebagai faktor keteladanan. Dengan mempelajari sejarah pendidikan islam , umat islam dapat meneladani proses pendidikan semenjak zaman kerasulan Muhammad Saw, zaman Khulafaur Rasyidin, zaman ulama-ulama besar dan para pemuka pendidikan islam.Kegunaan studi sejarah pendidikan islam itu adlah untuk :1. Mengetahui dan memahami pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam sejak zaman lahirnya sampai masa sekarang2. Mengambil manfaat dari proses pendidikan islam, guna memecahkan prblematika pendidikan islam pada masa kini3. Memilki sikap positif terhadap perubahan-perubahan dan pembaharuan-pemabaharuan sistem pendidikan islam

PERIODISASI SEJARAH PENDIDIKAN ISLAMPeriodisasi pendidikan islam dibagi menjadi 5 periode, yaitu:1. Periode pembinaan pendidikan islam, yang berlangsung pada zaman nabi Muhammad Saw2. Periode pertumbuhan pendidikan islam, yang berlangsung sejak nabi Muhammad Saw wafat sampai akhir bani Umayyah, yang diwarnai dengan berkembangnya ilmu-ilmu haliyah

Page 30: Tugas Spi Pribadi

3. Periode kejayaan pendidikan islam, yang berlangsung sejak permulaan daulah Abbasiyah sampai dengan jatuhnya Baghdad, yang diwarnai oleh berkembangnya ilmu aqliyah dan timbulnya madrasah, serta memuncaknya perkembangan kebudayaan islam.4. Periode kemunduran pendidikan islam, yaitu sejak jatuhnya Baghdad sampai jatuhnya Mesir ketangan Napoleon, yang ditandai dengan runtuhnya sendi kebudayaan islam dan berpindah pusat pengembangan kebudayaan ke dunia barat5. Periode pembaharuan pendidikan islam, yang berlangsung sejak penduduk Mesir oleh Napoleon sampai masa kini, yang ditandai dengan gejala kebangkitan kembali umat dan kebudayaan islam.Apabila periodisasi sejarah pendidikan islam di Indonesia didasarkan pada periodisasi sejarah islam di Indonesia, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:1. Pendidikan islam di Indonesia pada awalnya masuknya islam ke Indonesia2. Pendidikan islam di Indonesia pada masa pengembangan islam di Indonesia3. Pendidikan islam di Indonesia pada masa berdirinya kerajaan-kerajaan islam4. Pendidikan islam di Indonesia pada masa penjajahan Portugis, Belanda dan Jepang5. Pendidikan islam di Indonesia pada masa kemerdekaan6. Pendidikan islam di Indonesia pada masa pengembangan7. Pendidikan islam di Indonesia pada masa reformasi

Baca Selengkapnya di : PERIODISASI SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM | AF Sahabat Artikel http://abyfarhan7.blogspot.com/2012/01/pengertian-sejarah-pendidikan-islam.html#ixzz207cEmHhR

SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM

Diposkan oleh Aby Farhan di 4/24/2011 4 komentar ULANGAN TENGAH SEMESTER1. Jelaskan pengertian, manfaat dan periodisasi Sejarah Pendidikan Islam?Jawab :

A. Pengertian Sejarah Pendidikan IslamPengertian SejarahKuntowijoyo menyatakan bahwa secara etimologis, sejarah berasal dari bahasa Arab "syajara", yang berarti "terjadi", atau "syajarah", yang berarti "pohon", atau "syajarah al-nasab", yang berarti pohonsilsilah. Dalam bahasa latin dan Yunani, sejarah berasal dari kata historia, yang berarti orang pandai.[1] Sedangkan menurut Zuhairini, kata sejarah dalam bahasa Arab disebut tarikh, secara etimologis berarti ketentuan masa dan perhitungan tahun. Sehingga yang dimaksud ilmu tarikh adalah suatu pengetahuan yang gunanya untuk mengetahui kejadian-kejadian yang sudah lampau maupun yang sedang terjadi saat ini.[2]Sementara dalam bahasa Inggris, kata ini disebut history, yang berarti pengalaman masa lampau daripada umat manusia (the past experience of mankind),

Page 31: Tugas Spi Pribadi

perkembangan segala sesuatu dalam suatu masa (the development of everything in time).[3]Secara terminologis, ada yang mengartikan sejarah sebagai keterangan yang telah terjadi dikalangan umat manusia pada masa yang telah lampau atau pada masa yang masih ada.[4]

Pengertian PendidikanSecara etimologis pendidikan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab "Tarbiyah" dengan kata kerjanya "Robba" yang berarti mengasuh, mendidik, memelihara. [5] Menurut pendapat ahli, Ki Hajar Dewantara pendidikan adalah tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, maksudnya pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. [6]pendidikan bukan hanya bersifat formal saja, tetapi mencakup juga non formal. Dengan demikian, pendidikan adalah :Aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadi rohani (pikir, rasa, karsa dan budi nurani) dengan jasmani (panca indera serta ketrampilan-keterampilan)Lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita (tujuan) pendidikan, isi, system dan organisasi pendidikan. Lembaga-lembaga ini meliputi: keluarga, sekolah, masyarakat dan negara[7]Pengertian Sejarah Pendidikan IslamPendidikan Islam menurut Zakiah Drajat merupakan pendidikan yang lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain yang bersifat teoritis dan praktis.[8]

Sejarah Pendidikan Islam adalah keterangan mengenai pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam dari satu waktu ke waktu lain sejak zaman lahirnya islam sampai sekarang.[9]Dapat dirumuskan bahwa sejarah pendidikan islam adalah proses pewarisan dan pengembangan budaya umat manusia dibawah sinar bimbingan ajaran islam, yaitu yang bersumber dan berpedomankan ajaran islam sebagaimana termaktub dalam al-Qur'an dan terjabar dalam sunnah Rasul dan bermula sejak Nabi Muhammad Saw menyampaikan (membudayakan) ajaran tersebut kepada umatnya.[10]B. Manfaat Sejarah Pendidikan IslamDengan mengkaji sejarah akan bisa memperoleh informasi tentang pelaksanaan pendidikan islam dari zaman Rosulullah sampai sekarang mulai dari pertumbuhan, perkembangan, kemajuan, kemunduran, dan kebangkitan kembali tentang pendidikan islam.Dari sejarah dapat diketahui segala sesuatu yang terjadi dalam penyelenggaraan pendidikan islam dengan segala ide, konsep, intitusi, sistem, dan operasionalisnya yang terjadi dari waktu ke waktu, jadi sejarah pada dasarnya tidak hanya sekedar memberikan romantisme tetapi lebih dari itu merupakan refleksi historis.Sebagai faktor keteladanan, cermin, pembanding, dan perbaikan keadaan. Sebagai faktor keteladanan dapat dimaklumi karena al-Qur'an sebagai sumber ajaran islam banyak mengandung nilai kesejarahan sebagai teladan.Umat islam dapat meneladani proses pendidikan islam semenjak zaman kerasulan Muhammad saw, Khulafaur Rasyidin, ulama-ulama besar dan para pemuka gerakan pendidikan islam.

Page 32: Tugas Spi Pribadi

Manusia dapat mengambil pelajaran dari kejadian-kejadian masa lampau sehingga tarikh itu bagi masa menjadi cermindan dapat diambil manfaatnya khususnya bagi perkembangan pendidikan islam.Adapun kegunaan sejarah pendidikan islam yang bersifat akademis diharapkan dapat :Mengetahui dan memahami pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam, sejak zaman lahirnya sampai masa sekarang.Mengambil manfaat dari proses pendidikan islam, guna memecahkan problematika pendidikan islam pada masa kini.Memiliki sikap positif terhadap perubahan-perubahan dan pembaharuan- pembaharuan sistem pendidikan islam.[11]

C. Periodisasi Sejarah Pendidikan IslamPeriodisasi pendidikan islam terbagi menjadi 5 (lima):[12]Periode pembinaan pendidikan islam, yang berlangsung pada zaman Nabi Muhammad Sawmerupakan prototipe yang terus menerus dikembangkan umat islambelum sistematisdiartikan pembudayaan ajaran islam yaitu memasukkan ajaran-ajaran islam dan menjadikannya sebagai sebagai unsur budaya bangsa arab dan menyatu di dalamnya.Terbentuk sistem budaya islam[13]Periode pertumbuhan pendidikan islam, yang berlangsung sejak Nabi Muhammad Saw wafat sampai akhir Bani Umayyah.diwarnai dengan berkembangnya ilmu-ilmu naqliyahMengangkat dan menunjuk guru-guru di setiap daerah yang bertugas untuk mengajarkan alquran dan ajaran islamSahabat diperbolehkan meninggalkan madinah untuk mengajarkan ilmuPembudayaan ajaran agama islam ke dalam lingkungan budaya bangsa-bangsa secara luas[14]Periode kejayaan (puncak perkembangan) pendidikan islam, yang berlangsung sejak permulaan daulah Abbasiyah sampai dengan jatuhnya Baghdad.Diwarnai oleh berkembangnya ilmu aqliyah dan timbulnya madrasah, serta memuncaknya perkembangan kebudayaan islamBerkembang pesatnya kebudayaan islam secara mandiriIlmu pengetahuan dan kebudayaan islam berkembang secara pesatAwalnya perpaduan unsur-unsur budaya islam dengan budaya bangsa romawi, persia dll.Kemajuan bukan hanya di bidang ilmu agama islam tetapi juga ilmu pengatahuan secara umum[15]Periode kemunduran pendidikan islam, yaitu sejak jatuhnya Baghdad samapai jatuhnya Mesir ke tangan Napoleon.Yang ditandai dengan runtuhnya sendi-sendi kebudayaan islam dan berpindahnya pusat-pusat pengembangan kebudayaan ke dunia BaratTelah berlebihnya filsafatPara pemimpin melalaikan ilmu pengetahuanBanyak terjadi pemberontakan dean serangan dari luarMengalami stagnasi[16]Periode pembaharuan pendidikan islam, yang berlangsung sejak pendudukan Mesir oleh Napoleon sampai masa kini.Ditandai dengan gejala-gejala kebangkitan kembali umat dan kebudayaan islam

Page 33: Tugas Spi Pribadi

Awal di khalifah turki usmani, karena kekalahan kerajaan turki usmani dalam perang melawan eropaSultan ahmad III mengirimkan duta untuk mengamati keunggulan baratDipelopori oleh muhammad AliMadrasah didirikan sebagai respon terhadap dualisme sistem pendidikan islam tradisional dan pendidikan modern

2. Coba saudara jelaskan tentang model pengajaran dan kurikulum yang diterapkan pada masa Nabi Muhammad Saw dan Khalifah Umar bin Khattab ?Jawab :

Pelaksanaan pendidikan islam pada zaman Nabi dapat dibedakan menjadi dua tahap, baik dari segi waktu dan tempat penyelenggaraan, maupun dari segi isi dan materi pendidikannya, yaitu : (1) fase Mekkah, awal pembinaan pendidikan islam dan sebagai pusat kegiatannya, dan (2) fase Madinah, fase lanjutan (penyempurnaan) pendidikan islam dan sebagai pusat pendidikannya.[17]

Fase MekkahModel pengajaranMetode pendidikan tauhid, pelaksanaannya secara sembunyi-sembunyi selama 3 tahun dan terbuka setelah turunnya wahyuMetode pengajaran al-Qur'an, pertama kali dilakukan di rumah Arqam bin Abi Al-Arqam, membaca dan memahami isi kandungannya dengan jalan berudarasah dan bertadarusKurikulum, meliputi :

Pendidikan keagamaan Pendidikan aqliyah dan ilmiah Pendidikan akhlak jasmani (kesehatan) [18]

Fase MadinahModel pengajaranPendidikan al-Qur'an, dengan menghafal dan menuliskan ayat-ayat al-Qur'anPendidikan sosial politik dan kewarganegaraan, dengan memberikan contoh dan keteladanan yang nyata dalam kehidupan sehari-hariKurikulum, meliputi :

Pendidikan ukhuwah Pendidikan kesejahteraan sosial Pendidikan kesejahteraan keluarga Pendidikam hankam (pertahanan dan keamanan)  Dakwah islam[19]

Page 34: Tugas Spi Pribadi

Pada masa Umar bin Khattab, kondisi politik dalam keadaan stabil, dan mengalami perluasan wilayah kekuasaan. Meluasnya wilayah islam ini memberikan konsekuensi bahwa wilayah penyebaran ajaran islam pun semakin meluas. Oleh karena itu, kebijakan pendidikan islam yang tepat dituntut dari berbagai aspek. Berkaitan dengan masalah pendidikan, khalifah Umar bin Khattab merupakan seorang pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan di kota Madinah. Ia juga menerapkan pendidikan di masjid dan pasar-pasar, serta mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang ditaklukkan. Para guru itu bertugas mengajarkan isi al-Qur'an dan ajaran islam lainnya. Adapun model yang mereka pakai, guru duduk dihalaman dan anak murid melingkarinya. [20]

3. Apa faktor yang melatarbelakangi kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan pada masa keemasan islam (golden age)!Jawab :

Faktor-faktor yang melatarbelakangi kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan pada masa golden age antara lain, yaitu :

1. Terjadinya asimilasi antara bangsa arab dengan bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan, asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Pengaruh Persia sangat kuat dibidang pemerintahan, selain itu juga berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat dan sastra. Pengaruh India terlihat dalam bidang kedokteran, matematika, dan astronomi. Sedangkan pengaruh yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan dalam banyak bidang ilmu, terutama filsafat.

2. Gerakan terjemah yang berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama, pada masa khalifah Al-Mansyur hingga Harun Al-Rasyid, dalam menerjemah karya-karya di bidang astronomi dan mantiq. Fase kedua, berlangsung mulai masa khalifah Al-Ma'mun hingga tahun 300 H. buku-buku yang banyak diterjemahkan adalah dalam bidang filsafat dan kedokteran. Fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Bidang-bidang ilmu yang diterjemahkan semakin meluas.

3. Masa kejayaan ini ditandai dengan berkembang pesatnya kebudayaan Islam secara mandiri.Dengan berkembang luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam, madrasah-madrasah dan universitas-universitas yang merupakan pusat-pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam. Pada masa ini pendidikan Islam berkembang sebagai akibat dari hal tersebut dan merupakan jawaban terhadap tantangan yang diakibatkan oleh perkembangan dan kemajuan-kemajuan budaya Islam sendiri yang berlangsung sangat cepat. Tumbuh dan berkembangnya ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam dengan cepat, merupakan ciri pendidikan Islam masa ini. Pertumbuhan dan perkembangan pada tahap awalnya memang merupakan perpaduan antara unsur-unsur pembawaan ajaran Islam sendiri dengan unsur-unsur yang berasal dari luar, yaitu dari unsur budaya Persia, Yunani, Romawi, India dan sebagainya. Kemudian dalam perkembangannya potensi atau pembawaan Islam tidak merasa cukup hanya menerima saja unsur  budaya dari luar itu, kemudian mengembangkannya lebih jauh, sehingga kemudian warna dan unsur-unsur Islamnya nampak lebih dominan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Kemajuan-kemajuan dalam ilmu pengetahuan

Page 35: Tugas Spi Pribadi

keagamaan saja. Tetapi juga dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan pada umumnya. [21]

4. Metode berpikir yang digunakan oleh filosof Yunani memberikan motivasi bagi ilmuwan muslim untuk lebih banyak berkarya dalam kemajuan pendidikan Islam, sehingga muncul ilmuwan seperti Jabir ibn Hayyan, Al-Kindi, Al-Razi, Al-Khawarizmi, Al-Farabi, Ibnu Umar Khayyam, Ibnu Rusyd, dan sebagainya.[22] 

4. Menurut saudara mengapa perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani Abbasiyah berkembang begitu pesat? sebutkan faktor-faktor yang mendukung terjadinya perkembangan ilmu tersebut!Jawab :

Perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani Abbasiyah berkembang sangat pesat terutama pada masa khalifah Harun al-Rasyid (170-193 H/876-809 M), dengan alasan bahwa pada masa dinasti Abbasiyah berada pada masa puncak kejayaan Islam dan ilmu pengetahuan berkembang dengan pesatnya. Alasan kedua karena pada masa dinasti Abbasiyah khususnya pada masa khalifah Harun al-Rasyid pengembangan ilmu pengetahuan betul-betul diperhatikan, salah satu buktinya dengan didirikannya kuttab sebagai pendidikan dasar hingga Dar al-Hikmah.Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya pada zaman khalifah Harun al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya al-Ma'mun (813-833 M). Menurut as-Sayuti bahwa zaman pemerintahan Khalifah Harun al-Rasyid seluruhnya merupakan zaman yang penuh dengan kebaikan, semuanya indah seperti pengantin-pengantin baru.Kekayaan banyak dimanfaatkan oleh Harun al-Rasyid untuk keperluan sosial, rumah sakit, lembaga pendidikan dokter dan farmasi didirikan, disamping itu, pemandian-pemandian umum juga dibangun. Tingkat kemakmuran yang paling tinggi terwujud pada zaman khalifah ini. Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasannya. Al-ma'mun sebagai pengganti Harun al-Rasyid dikenal sebagai khalifah yang cinta ilmu pengetahuan, sehingga pada masa pemerintahannya penerjemahan buku-buku asing digalakkan. Beliau juga banyak mendirikan sekolah, salah satu karya besarnya yang terpenting adalah pembangunan bait al-Hikmah sebagai pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan yang terbesar. Pada masa al-Ma'mun inilah Bagdad menjadi pusat ilmu pengetahuan.[23]Faktor-faktor pendukung terjadinya perkembangan :

Dinasti Abbasiyah berada dalam puncak masa kejayaan islam, terutama pada saat khalifah Harun al-Rasyid menjabat sebagai khalifah

Pengembangan ilmu pengetahuan benar-benar diperhatikan  Adanya sarana dan prasarana pendidikan yang baik. Itu terbukti dengan adannya kuttab,

majelis, masjid hingga Dar al-Hikmah Aktivitas penterjemahan berbagai bidang ilmu. Ini dibuktikan dengan adanya bait al-

Hikmah yang didirikan oleh khalifah al-Ma'mun sebagai pusat penterjemahan Kestabilan politik dan keuangan dinasti Abbasiyah. Sebagian besar keuangan

dimanfaatkan untuk bidang pengetahuan. Dan kekayaan khalifah Harun al-Rasyid kebanyakan dipergunakan untuk keperluan sosial, rumah sakit juga lembaga pendidikan

Page 36: Tugas Spi Pribadi

5. Ada banyak pemikiran/gagasan yang ditawarkan para tokoh pendidikan, kaitannya dengan pengemban pendidikan. Coba saudara jelaskan tentang gagasan/pemikiran Ibnu Sina dan Ibnu Jamaah kaitannya dengan kurikulum, tujuan, waktu, metode pengajaran ? Nilai positif apa yang dapat diambil dari kedua tokoh tersebut terkait dengan pelaksanaan pendidikan Nasional?Jawab :

Gagasan pemikiran Ibnu SinaDalam sejarah pemikiran islam, Ibnu Sina di kenal sebagai intelektual muslim yang banyak mendapat gelar. Ia lahir pada tahun 370 H. bertepatan dengan tahun 980 M, di Afshana, suatu daerah yang terletak di dekat bukhara, di kawasan Asia Tengah.Menurut Ibnu Sina, pendidikan atau pembelajaran itu menyangkut seluruh aspek pada diri manusia, mulai dari fisik, mental maupun moral.Menurut Ibnu Sina "Pendidikan tidak boleh mengabaikan perkembangan fisik dan apapun yang memiliki pengaruh terhadap perkembangan fisik seperti olahraga, makanan, minuman, tidur, dan kebersihan,"

Kaitannya denganKurikulum PendidikanKonsep Ibnu Sina tentang kurikulum  didasarkan pada tingkat perkembangan usia anak didik. Untuk usia anak 3 sampai 5 tahun misalnya, menurut Ibnu Sina perlu diberikan mata pelajaran olahraga, budi pekerti, kebersihan, seni suara, dan kesenian.[24]Pelajaran olahraga tersebut diarahkan untuk membina kesempurnaan pertumbuhan fisik si anak dan berfungsinya organ tubuh secara optimal. Sedangkan pelajaran budi pekerti diarahkan untuk membekali si anak agar memiliki kebiasaan sopan santun dalam pergaulan hidup sehari-hari. Selanjutnya dengan pendidikan kebersihan diarahkan agar si anak memiliki kebiasaan mencintai kebersihan. Dan dengan pendidikan seni suara dan kesenian diarahkan agar si anak memiliki ketajaman perasaan dalam mencintai serta meningkatkan daya khayalnya sebagaimana telah disinggung di atas.Selanjutnya kurikulum untuk usia 6 sampai 14 tahun menurut Ibnu Sina adalah mencakup pelajaran membaca dan menghafal al-qur'an, pelajaran agama, pelajaran sya'ir dan pelajaran olah raga.Pelajaran membaca dan menghafal menurut Ibnu Sina berguna di samping untuk mendukung pelaksanaan ibadah yang memerlukan bacaan ayat-ayat al-Qur'an, juga untuk mendukung keberhasilan dalam mempelajari agama islam seperti pelajaran Tafsir Al-Qur'an, Fiqh, Tauhid, Akhlak dan pelajaran agama lainnya yang sumber utamanya Al-qur'an. Selain itu pelajara membaca dan menghafal Al-Qur'an juga mendukung keberhasilan dalam mempelajari bahasa arab, karena dengan menguasai Al-Qur'an berarti ia telah menguasai kosa kata bahasa arab atau bahasa Al-qur'an. Dengan demikian penetapan pelajaran membaca Al-qur'an tampak bersifat startegis dan mendasar, baik dilihat dari segi pembinaan sebagai pribadi muslim, maupun dari segi pembentukan ilmuwan muslim, sebagaimana yang diperlihatkan Ibnu Sina sendiri. Sudah menjadi alat kebiasaan umat islam mendahulukan pelajaran Al-Qur'an dari yang lain-lain.Selanjutnya kurikulum untuk usia 14 tahun ke atas menurut Ibnu Sina mata pelajaran yang diberikan amat banyak jumlahnya, namun pelajaran tersebut perlu dipilih sesuai dengan bakat dan minat si anak. Ini menunjukkan perlu adanya pertimbangan dengan kesiapan anak didik. Dengan cara demikian, si anak akan memiliki kesiapan untuk menerima pelajaran tersebut

Page 37: Tugas Spi Pribadi

dengan baik. Ibnu Sina menganjurkan kepada para pendidik agar memilihkan jenis pelajaran yang berkaitan dengan keahlian tertentu yang dapat dikembangkan lebih lanjut oleh muridnya.

Kaitannya dengan Tujuan PendidikanMenurut Ibnu Sina, bahwa tujuan pendidikan harus diarahkan pada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki seseorang ke arah perkembangannya yang sempurna, yaitu perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti. Selain itu tujuan pendidikan menurut Ibnu Sina harus diarahkan pada upaya mempersiapkan seseorang agar dapat hidup dimasyarakat secara bersama-sama dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang dipilihnya sesuai dengan bakat, kesiapan, kecendrungan dan potensi yang dilmilikinya.Khusus pendidikan yang bersifat jasmani, ibnu sina mengatakan hendaknya tujuan pendidikan tidak melupakan pembinaan fisik dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya seperti olah raga, makan, minum, tidur dan menjaga kebersihan. Ibnu Sina berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mencapai kebahagiaan (sa'adat).Melalui pendidikan jasmani olahraga, seorang anak diarahkan agar terbina pertumbuhan fisiknya dan cerdas otaknya. Sedangkan dengan pendidikan budi pekerti di harapkan seorang anak memiliki kebiasaan bersopan santun dalam pergaulan hidup sehari-hari. Dan dengan pendidikan kesenian seorang anak diharapkan dapat mempertajam perasaannya dan meningkat daya hayalnya.Selain itu tujuan pendidikan yang dikemukakan Ibnu Sina tersebut tampak didasarkan pada pandangannya tentang Insan Kamil  (manusia yang sempurna), yaitu manusia yang terbina seluruh potensi diinya secara seimbang dan menyeluruh. Selain harus mengenbangkan potensi dan bakat dirinya secara optimal dan menyeluruh, juga harus mampu menolong manusia agar eksis dalam melaksanakan fungsinya sebagai khalifah  di masyarakat.

Kaitannya dengan Metode PengajaranKonsep metode yang ditawarkan Ibnu Sina antara lain terlihat pada setiap materi pelajaran. Dalam setiap pembahasan materi pelajaran Ibnu Sina selalu membicarakan tentang cara mengajarkan kepada anak didik. Berdasarkan pertimbangan psikologinya, Ibnu Sina berpendapat bahwa suatu materi pelajaran tertentu tidak akan dapat dijelaskan kepada bermacam-macam anak didik dengan satu cara saja, melainkan harus dicapai dengan berbagai cara sesuai dengan perkembangan psikologisnya.Metode pengajaran tersebut diatas terdapat empat ciri penting, yakni:uraian tentang berbagai metode tersebut memperlihatkan adanya keinginan yang besar dari ibnu sina terhadap keberhasilan pengajaran.setiap metode yang ditawarkannya selalu dilihat dalam presfektif kesesuaiannya dengan bidang studi yang diajarkannya serta tingkat usia peserta didik.metode pengajaran yang ditawarkan Ibnu Sina juga selalu memperhatikan minat dan bakat si anak didik.metode yang ditawarkan ibnu Sina telah mencakup pengajaran yang menyeluruh mulai dari tingkat taman kanak-kanak sampai dengan tingka perguruan tinggi.[25]

Gagasan Pemikiran Ibnu Jama'ahKonsep pendidikan yang dikemukakan Ibnu Jama'ah (639 -733 H) secara keseluruhan dituangkan dalam karyanya Tadzkirat as-Sami' wa al-Mutakallim fi Adab al-Alim wa al-Muta'allim. Dalam buku tersebut beliau mengemukakan tentang keutamaan ilmu pengetahuan

Page 38: Tugas Spi Pribadi

dan orang yang mencarinya. Keseluruhan konsep pendidikan Ibnu Jama'ah ini dapat dikemukakan sebagai berikut :

Materi Pelajaran / KurikulumMateri pelajaran yang dikemukakan Ibnu Jama'ah terkait dengan tujuan belajar, yaitu semata-mata menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT, dan tidak untuk kepentingan mencari dunia atau materi. Sejalan dengan tujuan tersebut diatas, maka materi pelajaran yang diajarkan harus dikaitkan dengan etika dan nilai-nilai spiritualitas. Ibnu Jama'ah lebih menitikberatkan pada kajian materi keagamaan. Hal ini antara lain terlihat pada pandangannya mengenai urutan matrei yang dikaji sangat menampakkan materi-materi keagamaan. Urutan mata pelajaran yang dikemukakan Ibnu Jama'ah adalah pelajaran Al-quran, tafsir, hadits, ulum al-hadits, ushul al-fiqh, nahwu dan shorof. Menurut Ibnu jama'ah, bahwa kurikulum yang penting dan mulia haruslah didahulukan dengan kurikulum lainnya. Ini artinya bahwa peserta didik dapat melakukan kajian terhadap kurikulum diatas secara sistematik.[26]Ibnu Jama'ah memprioritaskan kurikulum Al-Qur'an dari pada yang lainya. Mengedepankan kurikulum ini agaknya tepat. Karena sebagaimana pendapat Muhammad Faisal Ali Sa'ud, kurikulum Al-Qur'an merupakan ciri yang membedakan antara kurikulum pendidikan Islam dengan pendidikan lainya. Sudah seharusnya kurikulum pendidikan Islam disusun sesuai dengan Al-Qur'an Al-Karim, dan ditambah dengan Al-Hadits untuk melengkapinya.[27]

Metode PengajaranKonsep Ibnu Jama'ah tentang metode pengajaran banyak ditekankan pada hafalan ketimbang dengan metode lain. Metode hafalan memang kurang memberikan kesempatan pada akal untuk mendayagunakan secara maksimal proses berfikir, akan tetapi, hafalan sesungguhnya menantang kemampuan akal untuk selalu aktif dan konsentrasi dengan pengetahuan yang didapat. Selain metode ini, beliau juga menekankan tentang pentingnya menciptakan kondisi yang mendorong kreativitas para siswa, menurut beliau kegiatan belajar tidak digantungkan sepenuhnya kepada pendidik, untuk itu perlu diciptakan peluang-peluang yang memungkinkan dapat mengembangkan daya kreasi dan daya intelek peserta didik.

Nilai-nilai PositifMengajarkan kepada kita bahwa pendidikan itu harus memiliki konsep yang jelasSetiap gagasan dari kedua tokoh diatas mengenai kurikulum, tujuan, metode pengajaran masih relevan dengan tuntutan zaman sehingga masih cocok untuk diterapkan dalam pelaksanaan pendidikanMenjadi guru yang baik adalah yang berakal cerdas, beragama, mengetahui cara mendidik akhlak, cakap dalam mendidik anak, berpenampilan tenang, jauh dari berolok-olok dan main-main dihadapan muridnya, tidak bermuka masam, sopan santun, dan suci murni.Penjurusan-penjurusan dalam bidang-bidang tertentu sehingga peserta didik mempunyai keahlian tertentu

Referensi :[1] Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Bentang, 1995 hal.1[2] Zuhairini,dkk., Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta:1992 hal.1-2[3] Asrahah, Hanun, Sejarah Pendidkan Islam, Jakarta:Logos Wavana Ilmu,1999 hal.8

Page 39: Tugas Spi Pribadi

[4] Suhartini, Andewi, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Dirjen Pendidikan Islam Departemen Agama, 2009 hal.3[5] Drajat, Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara, 1996. hal 25[6] Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001, cet. 4. hal 4[7] Suhartini, Andewi, Sejarah Pendidikan Islam................ hal 5[8] Drajat, Zakiah. Ilmu Pendidikan……., hal 25[9] Mansur dan Mahfud Junaidi, Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam. 2005 hal 2[10] Zuhairini,dkk.,SPI, ............... hal.10&12[11] Scrib document. Manfaat sejarah Pendidikan Islam[12] Zuhairini,dkk.,SPI, ............... hal. 12-13[13] Mansur dan Mahfud Junaidi, Sejarah Pendidikan................. hal 22[14] Mansur dan Mahfud Junaidi, Sejarah Pendidikan................. hal 25[15] Mansur dan Mahfud Junaidi, Sejarah Pendidikan................. hal 27[16] Mansur dan Mahfud Junaidi, Sejarah Pendidikan................. hal 28[17] Zuhairini,dkk.,SPI, ............... hal. 18[18] Yunus, Mahmud, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Setia hal 5-6[19] Zuhairini,dkk.,SPI, ............... hal. 44-67[20] Karsidjo Djojosuwarno, Sejarah dan Filsafat Pendidka Islam, Jakarta: Bulan Bintang 1981 hal 387[21] Mansur, Rekonstruksi SPI diIndonesia: Depag RI Dirjend Kelembagaan Agama Islam, 2005, hal. 21-27[22] Nata, Abuddin, Prof. Dr. Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2004, cet-1, hal. 170[23] A. Syalabi, loc.cit, hal.98[24] Ibn Sina, Kitab As-Syiasah Fi attarbiyah, Mesir: majalah Al-Masyrik, 1906 hal.1076[25] http://dakir.wordpress.com/2009/07/30/konsep-pendidikan-ibnu-sina/[26] Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Jakarta (Raja Grafindo Persada , 2001)h.115-120[27] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994 hal. 65

Baca Selengkapnya di : SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM | AF Sahabat Artikel http://abyfarhan7.blogspot.com/2011/04/sejarah-pendidikan-islam.html#ixzz207cYcEGU

Page 40: Tugas Spi Pribadi

PENGERTIAN SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM DAN URGENSI MEMPELAJARINYA

PENGERTIAN SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM DAN URGENSI MEMPELAJARINYA

oleh: A. Rifqi Amin

PENDAHULUAN

Mempelajari sejarah, khususnya sejarah pendidikan islam bukan semata-mata kegiatan menghafal tanggal,

tahun, abad dan peristiwa-peristiwa dalam sejarah[1]. Kepercayaan, budaya, dan perilaku apa yang ada sekarang ini

merupakan kumpulan inspirasi dan reaksi dari peristiwa-peristiwa masa lalu (sejarah). Sejarah dipelajari dan diingat

bukan hanya sebagai bentuk romantisme kejayaan masa silam, atau bahkan meratapi keburukun leluhur masa silam.

Tetapi sejarah hadir dijadikan sebagai inspirasi.

Kajian tentang sejarah pendidikan islam telah banyak dilakukan, baik sejarah yang ditulis pada masa klasik

sampai pada masa kontemporer. Namun masih minim sekali referensi yang menjabarkan secara kritis dan mengakar

ketika mendalami perbedaan dari masa klasik hingga masa kontemporer. Terdapat perbedaan mendasar antar gaya,

struktur, dan metode penulisan ‘kitab’ sejarah pada zaman klasik dan zaman kontemporer. Zaman klasik lebih

cenderung memaparkan fakta-fakta sejarah yang telah ada secara saklek dan apa adanya tanpa ada tambahan

‘komentar’ dari penulis. Dengan kata lain, penulisan sejarah dilakukan dengan cara menceritkan kembali kejadian

yang sudah ada tanpa melakukan analisis ‘fenomena’ sejarah.

Berbeda dengan masa klasik, masa kontemporer tidak hanya menceritakan fakta sejarah tapi juga

memberikan analisis atau komentar dan argumen dari penulis. Pemberian analisis tambahan pada ‘kitab’ sejarah

dilakukan karena untuk memenuhi kepentingan manusia yang semakin haus dengan ‘alasan’ dan penasaran untuk

mengetehaui sesuatu dibalik dari peristiwa sejarah tersebut. Maka analisislah cara yang paling tepat untuk

memenuhi rasa ingin tahu manusia zaman sekarang ini.

Rumusan masalah makalah ini adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan sejarah pendidikan islam?

Page 41: Tugas Spi Pribadi

2. Bagaiman gaya penulisan sejarah pada masa klasik dan masa kontemporer?

3. Apa pentingnya mempelajari ilmu sejarah pendidikan islam?

Page 42: Tugas Spi Pribadi

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Sejarah Pendidikan Islam

Membahas pengertian dari kaliamat ‘sejarah pendidikan islam’ tidak dapat langsung dijabarkan begitu saja.

Memerlukan arti kata perkata. Dan menurut pemahaman penulis mengartikan pengertian kalimat tersebut secara

perkata perlu dilakukan. Karena kalimat ‘sejarah pendidikan islam’ terdiri dari kata-kata yang mengandung arti

sendiri-sendiri, selain karena memang ilmu ‘sejarah pendidikan islam’ merupakan kesaling keterkaitan antara tiga

ilmu yaitu antara ilmu sejarah, ilmu pendidikan, dan ilmu islam.

                                                              Pengertian sejarah

a.Secara Etimologi

Menurut Louis Ma’luf sebagaiman yang dikutip oleh Hasbullah, di dalam bahasa Arab, perkataan sejarah disebut

tarikh atau sirah yang berarti ketentuan masa atau waktu, dan ‘ilm tarikh yang berarti ilmu yang mengandung atau

membahas penyebutan peristiwa atau kejadian, masa atau terjadinya peristiwa, dan sebab-sebab terjadinya peristiwa

tersebut. Sedang dalam bahasa Inggris sejarah disebut history yang berarti uraian secara tertib tentang kejadian-

kejadian di masa lampau (orderly description of past event).

Sejarah sebagai cabang ilmu pengetahuan mengungkapkan peristiwa masa silam, baik peristiwa politik, sosial,

maupun ekonomi pada suatu bangsa atau negara, benua atau dunia.[2]

         b.Secara Terminologi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sejarah berarti silsilah, asal-usul (keturunan), kejadian dan peristiwa yang

benar-benar terjadi di masa lampau. Sedangkan ilmu sejarah adalah pengetahuan atau uraian tentang peristiwa-

peristiwa dan kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau. Sedangkan pengertian yang lain sejarah

juga mencakup perjalanan hidup manusia dalam mengisi perkembangan dunia dari masa ke masa karena sejarah

mempunyai arti dan bernilai sehingga manusia dapat membuat sejarah sendiri dan sejarah pun membentuk manusia.

[3]

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis dapat mengambil pemahaman bahwa sejarah merupakan nilai yang

sangat penting karena manusia sebagai pelaku sejarah bisa membuat sejarah, dan berbagai kumpulan sejarah bisa

membuat (menghasilkan) perilaku (budaya) baru bagi manusia.

                                                              Pengertian pendidikan islam

Pendidikan Islam secara etimologis pendidikan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab “Tarbiyah” dengan

kata kerjanya “Rabba” yang berarti menguasai urusan, merawat, memperindah, menjaga kelestarian, mengasuh,

Page 43: Tugas Spi Pribadi

mendidik, dan memelihara.[4] Pendidikan dalam wacana islam lebih populer dengan istilah tarbiyah, ta’lim

(pengajaran), ta’dib (adab), riyadhah (latihan), irsyad (bimbingan), dan tadris (belajar).[5]

Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Bab 1 pasal 1 ayat 1, pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[6]

Pendidikan adalah proses di mana suatu sistem mempersiapakan generasi penerusnya untuk menjalankan

kehidupan guna memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien.[7] Menurut Yusuf al-Qardhawi sebagaimana

dikutip oleh Ayzumardi Azra mengemukakan bahwa pendidikan islam adalah pendidikan manusia secara utuh, akal

dan hati, rohani dan jasmani, akhlak dan ketrampilannya. Karena pendidikan islam menyiapkan manusia untuk

hidup, baik dalam perang, dan menyiapkan untuk menghadapi masyarakat dengan segala kebaikan dan

kejahatannya, manis dan pahitnya.[8] Pendidikan islam yang dalam al qur’an ( QS. Ali imran 110) disebut sebagai

pembentukan karakter dalam pandangan-pandangan dunia islam, menuntut keluarga muslim untuk memperkenalkan

anak-anaknya dengan semua pengetahuan sebagai sarana untuk memahami parameter-parameter dalam al –quran

bagai hubungan kostrukstif dengan allah, sesama manusia, dan alam.[9]

Dengan demikian, menurut pemahaman penulis pendidikan Islam berarti proses bimbingan dari pendidik

terhadap perkembangan jasmani, rohani, dan akal peserta didik ke arah terbentuknya pribadi muslim yang baik agar

tercapai kebahagiaan dunia dan akhirat.

                                                              Pengertian sejarah pendidikan islam  

      Dari pengertian sejarah dan pendidikan islam maka dapat dirumuskan pengertian tentang sejarah pendidikan

isla dalam buku Zuhairini yaitu:

1. Keterangan mengenai pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam dari waktu ke waktu yang lain, sejak

zaman lahirnya islam sampai dengan masa sekarang.

            2. Cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam,

baik dari segi ide dan konsepsi maupun segi institusi dan operasionalisasi sejak zaman nabi Muhammad saw sampai

sekarang.[10]

Hasbullah merumuskan bahwa sejarah pendidikan islam yaitu:

1. Catatan peristiwa tentang pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam dari sejak lahirnya sampai sekarang.

Page 44: Tugas Spi Pribadi

2. Suatu cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam

baik dari segi gagasan atau ide-ide, konsep, lembaga maupun opersinalisasi sejak zaman nabi Muhammad hingga

saat ini.[11]

Dari dua sumber yang merumuskan sejarah pendidikan islam dapat disimpulkan bahwa kedua penjelasan memiliki

maksud yang sama yaitu Sejarah pendidikan islam adalah salah satu ilmu yang mempelajari tentang pertumbuhan

dan perkembangan pendidikan islam dari segi gagasan, kelembagaan, operasional, catatan, dan karya mulai dari

zaman nabi muhammad hingga sekarang.

B.     Subtansi dan Metode Kajian Sejarah Pendidikan Islam

Subtansi Sejarah Pendidikan Islam

a.    Obyek

          Obyek kajian sejarah pendidikan islam adalah fakta-fakta pendidikan islam berupa informasi tentang

pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam baik formal, informal dan non formal. Dengan demikian akan

diproleh apa yang disebut dengan sejarah serba objek hal ini sejalan dengan peranan agama islam sebagai agama

dakwah penyeru kebaikan, pencegah kemungkaran, menuju kehidupan yang sejahtera lahir bathin secara material

dan spiritual.[12] Sejarah pendidikan sangat erat kaitannya dengan beberapa ilmu antara lain: ilmu sosiologi, ilmu

sejarah, dan ilmu kebudayaan islam.[13]

b.    Sejarawan

           Mengenai metode sejarah pendidikan islam, walaupun terdapat hal-hal yang sifatnya khusus, berlaku kaidah-

kaidah yang ada dalam penulisan sejarah. Kebiasaan dari penelitian dan penulisan sejarah meliputi suatu perpaduan

khusus keterampilan intelektual. Sejarahwan harus menguasai alat-alat analisis untuk menilai kebenaran materi-

materi sebenarnya, dan perpaduan untuk mengumpulkan dan menafsirkan materi-materi tersebut kedalam kisah

yang penuh makna, sebagai seorang ahli, sejarahwan harus mempunyai sesuatu kerangka berpikir kritis baik dalam

mengkaji materi maupun dalam menggunakan sumber-sumbernya.[14]

           Dalam penggalian dan penulisan sejarah pendidikan islam ada beberapa metode yang dapat dipakai

antaranya:

1).  Metode Lisan dengan metode ini pelacakan suatu obyek sejarah dengan menggunakan interview.

2). Metode Observasi dalam hal ini obyek sejarah diamati secara langsung.

3). Metode Documenter dimana dengan metode ini berusaha mempelajari  secara cermat dan mendalam segala

catatan atau dokumen tertulis.[15]

Mengenai metode sejarah pendidikan islam, walaupun terdapat hal-hal yang sifatnya khusus, berlaku

kaidah-kaidah yang ada dalam penulisan sejarah. Kebiasaan dari penelitian dan penulisan sejarah meliputi suatu

perpaduan khusus keterampilan intelektual. Sejarahwan harus menguasai alat-alat analisis untuk menilai kebenaran

materi-materi sebenarnya, dan perpaduan untuk mengumpulkan dan menafsirkan materi-materi tersebut kedalam

Page 45: Tugas Spi Pribadi

kisah yang penuh makna, sebagai seorang ahli, sejarahwan harus mempunyai sesuatu kerangka berpikir kritis baik

dalam mengkaji materi maupun dalam menggunakan sumber-sumberny.[16]

Selain itu menurut penulis, seorang sejarawan harusnya adalah orang yang memang ahli di bidangnya,

mengambil sumber sejarah dari yang terpercaya, tidak memiliki muatan politik, seimbang dalam penjabaran sejarah

dan  (seperti lebih menonjolkan kelebihan tanpa menunjukkan kelemahan secara seimbang karena kelemahan

tersebut disembunyikan).

c.    Periode sejarah pendidikan islam

          Sejarah pendidikan islam pada hakikatnya tidak terlepas dari sejarah islam. Oleh karenanya, periodesasi

pendidikan islam berada dalam periode-periode sejarah islam itu sendiri Harun Nasution secara garis membagi

sejarah islam kedalam tiga periode yaitu periode klasik, pertengahan, dan modern.[17] Kemudian dalam buku

Zuhairini dijelaskan bahwa periode-periode tersebut di bagi menjadi lima masa, yaitu:

1. Masa hidupnya Nabi Muhammad SAW (571-632 M)

2. Masa Khalifaur Rasyidin di Madinah ( 632-661 M)

3. Masa kekuasaan Umawiyah di Damsyik (661-750 M)

4. Masa kekuasaan Abbasiyah di Baghdad ( 750-1250)

5.    Masa dari jatuhnya kekuasaan Khalifah di Bagdad tahun 1250 M s/d sekarang.[18]

Metode kajian sejarah pendidikan islam

Untuk memahami sejarah pendidikan islam diperlukan suatu pendekatan atau metode yang bisa ditempuh

adalah keterpaduan antara metode deskriptif, metode komparatif dan metode analisis sistensis.

Dengan metode deskriptif, ajaran-ajaran islam yang dibawa oleh Rosulullah saw, yang termaktub dalam Al-Qur’an

dijelaskan oleh As-sunnah , khususnya yang langsung berkaitan dengan pendidikan islam dapat dilukiskan dan

dijelaskan sebagaimana adanya. Pada saatnya dengan cara ini maka yang terkandung dalam ajaran islam dapat

dipahami.[19]

                        Metode komparatif mencoba membandingkan antara tujuan ajaran islam tentang pendidikan dan

tuntunan fakta-fakta pendidikan yang hidup dan berkembang pada masa dan tempat tertentu. Dengan metode ini

dapat diketahui persamaan dan perbedaan yang ada pada dua hal tersebut sehingga dapat diajukan pemecahan yang

mungkin keduanya apabila terjadi kesenjangan.[20]

            Metode analisis sinsesis digunakan untuk memberikan analisis terhadap istilah-istilah atau pengertian-

pengertian yang diberikan ajaran islam secara kritis, sehingga menunjukkan kelebihan dan kekhasan pendidikan

islam. Pada saatnya dengan metode sintesis dapat diperoleh kesimpulan-kesimpulan yang akurat dan cermat dari

pembahasan sejarah pendidikan islam. Metode ini dapat pula didayagunakan untuk kepentingan proses pewarisan

dan pengembangan budaya umat manusia yang islami.[21]

           

Page 46: Tugas Spi Pribadi

Untuk memahami sejarah pendidikan islam diperlukan suatu pendekatan atau metode yang bisa ditempuh

adalah keterpaduan antara metode deskriptif, metode komparatif dan metode analisis sistensis.[22]

Dengan metode deskriptif, ajaran-ajaran islam yang dibawa oleh Rosulullah saw, yang termaktub dalam Al-

Qur’an dijelaskan oleh As-sunnah , khususnya yang langsung berkaitan dengan pendidikan islam dapat dilukiskan

dan dijelaskan sebagaimana adanya. Pada saatnya dengan cara ini maka yang terkandung dalam ajaran islam dapat

dipahami.[23]

Metode komparatif mencoba membandingkan antara tujuan ajaran islam tentang pendidikan dan tuntunan

fakta-fakta pendidikan yang hidup dan berkembang pada masa dan tempat tertentu. Dengan metode ini dapat

diketahui persamaan dan perbedaan yang ada pada dua hal tersebut sehingga dapat diajukan pemecahan yang

mungkin keduanya apabila terjadi kesenjangan. Metode analisis sinsesis digunakan untuk memberikan analisis

terhadap istilah-istilah atau pengertian-pengertian yang diberikan ajaran islam secara kritis, sehingga menunjukkan

kelebihan dan kekhasan pendidikan islam. Pada saatnya dengan metode sintesis dapat diperoleh kesimpulan-

kesimpulan yang akurat dan cermat dari pembahasan sejarah pendidikan islam. Metode ini dapat pula

didayagunakan untuk kepentingan proses pewarisan dan pengembangan budaya umat manusia yang islami.[24]

C.    Urgensi Mempelajari Ilmu Sejarah Pendidikan Islam

                  Mempelajari sejarah pendidikan islam sangat penting, karena dengan pendidikan sebuah ‘sistem’ akan

bisa maju atau mundur. Dengan mempelajari sejarah pendidikan islam, dapat mengetahui sebab kemajuan islam,

mengetahui bagaimana pendidikan islam di masa kejayaannya. Dan mengetahui pola pendidika islam dikala

kemundurun islam di awal abad 15 Masehi.[25] Dengan mempelajari sejarah pendidikan islam, memiliki faedah

yaitu mengambil mana sesuat hal yang baik dan membuang mana sesuatu yang buruk.[26] Manfaat Sejarah

Pendidikan Islam jadi sejarah pada dasarnya tidak hanya sekedar memberikan romantisme tetapi lebih dari itu

merupakan refleksi historis.

                  Adapun kegunaan sejarah pendidikan islam yang bersifat akademis diharapkan dapat :

1. Mengetahui dan memahami pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam, sejak zaman lahirnya sampai

masa sekarang.

2. Mengambil manfaat dari proses pendidikan islam, guna memecahkan problematika pendidikan islam pada masa

kini.

3. Memiliki sikap positif terhadap perubahan-perubahan dan pembaharuan-pembaharuan sistem pendidikan islam.

Selain itu sejarah pendidikan islam akan mempunyai kegunaan dalam rangka pembangunan dan pengembangan

pendidikan islam. Dalam hal ini, sejarah pendidikan islam akan memberikan arah kemajuan yang pernah dialami

sehingga pembangunan dan pengembangan itu tetap berada dalam kerangka pandangan yang utuh dan mendasar.

[27]

                  Dengan mengkaji sejarah akan bisa memperoleh informasi tentang pelaksanaan pendidikan islam dari

zaman Rosulullah sampai sekarang mulai dari pertumbuhan, perkembangan, kemajuan, kemunduran, dan

kebangkitan kembali tentang pendidikan islam. Dari sejarah dapat diketahui segala sesuatu yang terjadi dalam

penyelenggaraan pendidikan islam dengan segala ide, konsep, intitusi, sistem, dan operasionalisnya yang terjadi dari

Page 47: Tugas Spi Pribadi

waktu ke waktu, jadi sejarah pada dasarnya tidak hanya sekedar memberikan romantisme tetapi lebih dari itu

merupakan refleksi historis. Dengan demikian belajar sejarah pendidikan islam dapat memberikan semangat (back

projecting theory) untuk membuka lembaran dan mengukir kejaya dan kemajuan pendidikan islam yang baru dan

lebih baik. Dengan demikian sejarah pendidikan islam sebagai study tentang masalah-masalah yang berhubungan

dengan sejarah pendidikan sudah barang tentu sangat bermanfaat terutama dalam rangka memberikan sumbangan

bagi pertumbuhan atau perkembangan pendidikan.[28]

Secara umum sejarah memegang peranan penting bagi kehidupan umat manusia. Hal ini karena sejarah

menyimpan atau mengandung kekuatan yang dapat menimbulkan dinamisme dan melahirkan nilai-nilai baru bagi

pertumbuhan serta perkembangan kehidupan umat manusia. Sumber utama ajaran Islam (Al-Qur’an) mengandung

cukup banyak nilai-nilai kesejarahan yang langsung dan tidak langsung mengandung makna benar, pelajaran yang

sangat tinggi dan pimpinan utama khususnya umat islam. Ilmu tarikh (sejarah) dalam islam menduduki arti penting

dan berguna dalam kajian dalam islam. Oleh karena itu kegunaan sejarah pendidikan meliputi dua aspek yaitu

kegunaan yang bersifat umum dan yang bersifat akademis.[29] Sejarah pendidikan islam memiliki kegunaan

tersendiri diantaranya sebagai faktor keteladanan, cermin, pembanding, dan perbaikan keadaan.

Sebagai faktor keteladanan dapat dimaklumi karena al-Qur’an sebagai sumber ajaran islam banyak

mengandung nilai kesejarahan sebagai teladan. Sebagai cermin ilmu sejarah berusaha menafsirkan pengalaman masa

lampau manusia dalam berbagai kegiatan. Akan tetapi sejalan dengan perkembangan bahwa tidak semua kagiatan

manusia berjalan mulus terkadang menemukan rintangan-rintangan tertentu sehingga dalam proses kegiatannya

mendapat sesuatu yang tidak diharapkan, maka kita perlu bercermin atau dengan kata lain mengambil pelajaran dari

kejadian-kejadian masa lampau sehingga tarikh itu bagi masa menjadi cermindan dapat diambil manfaatnya

khususnya bagi perkembangan pendidikan islam.[30]

Sebagai pembanding, suatu peristiwa yang berlangsung dari masa ke masa tentu memiliki kesamaan dan

kekhususan. Dengan demikian hasil proses pembanding antara masa silam, sekarang, dan yang akan datang

diharapkan dapat memberi andil bagi perkembangan pendidikan islam karena sesungguhnya tarikh itu menjadi

cermin perbandingan bagi masa yang baru. Sebagai perbaikan, setelah berusaha menafsirkan pengalaman masa

lampau manusia dalam berbagai kegiatan kita berusaha pula untuk memperbaiki keadaan yang sebelumnya kurang

konstruktif menjadi lebih konstruktif.[31]

Adapun kegunaan sejarah pendidikan islam yang bersifat akademis diharapkan dapat :

1.      Mengetahui dan memahami pertumbuhan dan perkembangan pendidikan islam, sejak zaman lahirnya sampai masa

sekarang.

2.      Mengambil manfaat dari proses pendidikan islam, guna memecahkan problematika pendidikan islam pada masa

kini.

3.      Memiliki sikap positif terhadap perubahan-perubahan dan pembaharuan-pembaharuan sistem pendidikan islam.

Selain itu sejarah pendidikan islam akan mempunyai kegunaan dalam rangka pembangunan dan

pengembangan pendidikan islam. Dalam hal ini, sejarah pendidikan islam akan memberikan arah kemajuan yang

pernah dialami sehingga pembangunan dan pengembangan itu tetap berada dalam kerangka pandangan yang utuh

dan mendasar.

Page 48: Tugas Spi Pribadi

BIBLIOGRAFI

Azra, Azyumardi. Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1998.

Departemen Agama. Rekontruksi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Departemen Agama RI, 2005.

Hasbullah. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: PT Raja Garfindo Persada, 1995.

Mujib, Abdul. Ilmu Pendidikan Islam.. Jakarta: Kencana, 2010.

Mustufa, A. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia.. Bandung: Pustaka Setia, 1999.

Rukiati, Enung  K.  Sejarah Pendidikan Islam di indonesia. Bandung: CV Pustaka Setia, 2006.

UU SISDIKNAS No. 20, 2003.

Y.N, Eva, ‘Enskopledia oxford dunia islam modern’, terjemahan the oxford     encyclopedia of the modern islamc world’.

Bandung: Mizan, 2001.

Yunus, Mahmud. Sejarah Pendidikan Islam.. Jakarta: Hidakarya Agung, 1992.

Zuhairini, dkk. Sejarah Pendidikan Islam.. Jakarta : Bumi Aksara, 1997.

[1] Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Hidakarya Agung, 1992), 3.[2]Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: PT Raja Garfindo Persada, 1995,1.

[3]Departemen Agama, Rekontruksi Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Departemen Agama RI, 2005, 1.[4]Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2010), 11.[5]Ibid.[6] (UU Sisdiknas No. 20, 2003)[7] Azyumardi Azra, Esei-Esei Intelektual Muslim Dan Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1998), vii.[8]Ibid.[9]Eva Y.N., ‘Enskiklopedi-oxford dunia islam modern’, terjemahan the oxford encyclopedia of the modern islamc world, (Bandung: Mizan, 2000), 321.[10]Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1997),  2.[11]Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Garfindo Persada, 1995), 8-9.[12]A. Mustafa, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1999), 14.[13]Hasbullah, Sejarah Penddikan Islam di Indonesia,( Jakarta: PT Raja Garfindo Persada, 1995), 11-12.[14]A. Mustafa, Sejarah Pendidikan Islam, 14.

[15]Hasbullah, Sejarah Pendidikan, 10.[16]A. Mustafa, Sejarah Pendidikan, 14.

[17]Enung K Rukiati, Sejarah Pendidikan, 17.[18]Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan, 5.[19]Enung K Rukiati,Sejarah Pendidikan , 14-15.[20]Ibid,.

Page 49: Tugas Spi Pribadi

[21]Enung K Rukiati,Sejarah Pendidikan , 14-15.

[22]Ibid,.[23]Ibid,.[24]Ibid,.[25]Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan, 3.[26]Ibid., 4.[27]Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan , 2.

[28]Departemen Agama, Rekontruksi Sejarah, 18.[29]A. Mustafa, Sejarah Pendidikan, 16.

[30]Enung K Rukiati, Sejarah Pendidikan, 17.[31]Ibid,.