Top Banner

of 17

tugas SMK 3 final ici siska dewi 120407032.docx

Jan 06, 2016

Download

Documents

Ichie Siska
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

Tugas Analisa Mengenai Dampak Lingkungan ( AMDAL) disusunolehICI SISKA DEWI120407032

TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS SUMATERA UTARADAFTAR ISIJUDUL..................................................................................................................................1DAFTAR ISI .......................................................................................................................2BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................31.1 Latar Belakang........................................................................................................31.2 Tujuan.......................................................................................................................31.3 Manfaat.....................................................................................................................3BAB II GAMBARAN UMUM PT. INALUM....................................................................42.1 Sejarah Singkat PT Inalum.....................................................................................42.2 Proses Produksi........................................................................................................5BAB III IMPLEMENTASI SMK3 DI PT. INALUM.......................................................93.1 Sistem Manajemen K3 PT Inalum.........................................................................93.2 Analisa Penerapan SMK3 di PT Inalum...............................................................9BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................................154.1. Kesimpulan.............................................................................................................154.2 Saran........................................................................................................................15DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................15LAMPIRAN...................................................................................................................16

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar Belakang Dalam dunia industri, perlindungan terhadap tenaga kerja adalah hal yang paling penting dan utama, karena apabila perlindungan kerja terhadap tenaga dilaksanakan sebaik mungkin maka zero accident yang terjadi dalam sebuah perusahaan akan terlaksana serta daya kerja dari para pekerja juga akan semakin meningkat mengingat telah dilakukannya jaminan atas keselamatan mereka.. Oleh karena hal tersebut maka perusahaan harus menerapkan sistem manajemen yang dapat melindungi tenaga kerja dari kecelakaan kerja dan menghindari kerugian yang besar terhadap perusahaannya. Salah satu sistem manajeman yang harus diterapkan adalah sistem manajeman keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3). (rini dan wahyu, 2013) PT.Inalum adalah satu satunya perusahaan di indonesia yang memproduksi aluminium batangan yang produknya digunakan 90% untuk memenuhi kebutuhan aluminium dalam negeri dan sisa 10% di ekspor keluar negeri . Produk yang dihasilkan oleh PT tersebut adalah produk yang berkualitas tinggi. Produk berkualitas tinggi yang dihasilkan tersebut tidak terlepas dari kualitas SDM dan faktor lingkungan kerja yang aman serta nyaman untuk para pekerja dalam bekerja, perusahaan memperhatikan tingkat kesejahteraan dan perlindungan kepada tenaga kerja agar produktivitas tenaga kerja meningkat. Perusahaan telah menerapkan sebuah sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja terdiri dari berbagai program untuk melindungi dan mensejahterakan pekerja. Berbagai macam program yang telah diterapakan terbukti dilaksanakan di PT inalum sehingga jaminan bagi keselamatan dan kesehatan para pekerja terlaksana dengan baik. ( PT. Inalum, 2015)B. Tujuan tujuan dalam kunjungan lapangan ini adalah sebagai berikut:1. Mengidentifikasi Bahaya dan Resiko yang terjadi di setiap unit proses produksi di PT. Inalum.2. Mengetahui pencapaian SMK3 yang telah diterapkan.

C. Manfaat Manfaat yang didapat dari kunjungan ini adalah mahasiswa dapat mengetahui bagaimana penrapan SMK 3 di setip unit proses produksi yang ada di PT. Inalum sehingga menambah wawasan bagi mahasiwa tentang pelaksanaan dan penerapan SMK3 yang baik oleh suatu perusahaan.

BAB IIGAMBARAN UMUM PT. INALUM2.1. SEJARAH SINGKAT PT. INALUM Gagasan untuk mengolah tenaga kerja air sungai Asahan sebagai pembangkit listrik telah dimulai sejak tahun 1908. Pada tahun 1919 pemerintah Hindia Belanda mengadakan studi kelayakan proyek dan pada tahun 1939 perusahaan Belanda, MEWA, memulai pembangunan PLTA Sigura-gura namun dengan pecahnya Perang Dunia ke II proyek ini tidak dapat diteruskan. Tahun 1962 pemerintah Indonesia dan Rusia (USSR) menandatangani perjanjian kerjasama untuk mengadakan studi kelayakan tentang pembangunan proyek Asahan, tetapi kondisi politik dan ekonomi tahun 1966 telah menyebabkan proyek ini gagal. Tahun 1968, Nippon Koei, perusahaan konsultan Jepang menyerahkan laporan kelayakan interim proyek aluminium asahan, disusul dengan laporan mengenai Power Development Project. Pada tahun 1970, dilanjutkan dengan penandatanganan perjanjian antara Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL) dengan Nippon Koei tentang perencanaan dan penelitian. Laporan akhir diserahkan tahun 1972 yang menyatakan bahwa PLTA Asahan layak dibangun dengan sebuah pabrik peleburan aluminium sebagai pemakai utama dari listrik yang dihasilkan. ( PT. Inalum, 2015) Pada tahun 1972, Pemerintah Indonesia menyelenggarakan pelelangan untuk membangun pabrik peleburan aluminium dan PLTA sebagai satu paket penanaman modal asing. Tetapi hingga pelelangan ditutup pada tahun 1973, tidak satupun yang menyerahkan penawarannyakarena proyek ini membutuhkan investasi yang sangat besar. Pada tanggal 7 Juli 1975 di Tokyo, setelah melalui perundinganperundingan yang panjang, pemerintah Republik Indonesia dan para penanam modal Jepang menandatangani Perjanjian Induk untuk membangun PLTA dan Pabrik Peleburan Aluminium Asahan. Dan bulan November 1975, dua belas perusahaan penanaman modal Jepang membentuk sebuah konsorsium di Tokyo dengan nama Nippon Asahan Aluminium Co. Ltd (NAA), 50 % saham perusahaan ini dimiliki lembaga keuangan pemerintah Jepang. Pada tanggal 6 Januari 1976 didirikanlah PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) di Jakarta untuk melaksanakan pembangunan dan pengoperasian kedua instalasi tersebut. Untuk menyelenggarakan pembinaan, perluasan dan pengawasan atas pelaksanaan pembangunan proyek, pemerintah RI mengeluarkan KEPPRES No. 5/1976 tentang Pembentukan Badan Pembina Proyek Asahan dan Otoritas Pembangunan Proyek Asahan. Tanggal 20 Januari 1982, Presiden Suharto yang datang bersama pejabatpejabat tinggi pemerintah lainnya, meresmikan operasi tahap pertama pabrik peleburan aluminium PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM), di Kuala Tanjung dan menyebut proyek ini sebagai impian yang menjadi kenyataan. Dan pada tanggal 14 Oktober 1982 dilakukan ekspor perdana produksi PT. Indonesia Asahan Aluminium (INALUM) dan Indonesia pun menjadi salah satu pengekspor aluminiumbatangan di dunia. Untuk pemasaran dalam negeri, pemerintah RI pada tahun 1984 telah menunjuk PT. PP Berdikari sebagai salah satu distributor nasional. ( PT. Inalum, 2015)

2.2 PROSES PRODUKSI PT. INALUM a. Charging Charging adalah proses pengisian metal ke dalam dapur (furnance), baik dapur pelebur (melting furnance) maupun dapur penampung (holding furnance), terdiri atas pengisian cold metal dan pengisian hot metal. Cold metal adalah metal (aluminium) yang telah membeku, tetapi bukan merupakan produk, cold metal terdiri atas : out product, ingot sisa, ingot spec out, recovery metal, scrapkutip, scraplempengan, scumaluminium ball dan scraplainnya. Sedangkan hot metal adalah aluminium cair yang diambil dari pot reduksi dan dibawa ke casting shop dengan Metal Transport Car(MTC) untuk dicetak menjadi batangan-batangan aluminium ingot. ( PT. Inalum, 2015)b. TreatmentTreatment adalah proses pengolahan (perlakuan) terhadap aluminium cair selama berada di dalam dapur, baik dapur pelebur (melting furnance) maupun dapur penampung (holding furnance), yang meliputi : 1. Flux treatmentProses ini mencakup operasi fluxing dan stirring, yaitu penaburan De-Inclusion fluxke atas permukaan aluminium cair yang disertai dengan pengadukan untuk penyempurnaan reaksi. Senyawa-senyawa yang terkandung dalam De-Inclusion flux antara lain : NaCl 45% ,KCl 30% ,NaF 15% ,Na2SiF610% 2. Holding time Adalah waktu yang dibutuhkan untuk mereaksikan De-Inclusion fluxdengan aluminium cair selama 2,5 jam pada temperatur 760C. 3. Skimming offAdalah operasi pengeluaran dross yang mengapung di permukaan aluminium cair yang dilakukan kira-kira 30 menit sebelum pencetakan. 4. Sampling TPM Yaitu pengambilan sampel Test Product metal(TPM) untuk dianalisa kadar Fe, Cu, Si yang terkandung didalam aluminium cair sebagai dasar penentuan apakah produksi sudah sesuai dengan rencana. Kalau sudah sesuai, pencetakan dapat dilakukan. Apabila kadar Fe, Cu, Si yang terkandung di dalam aluminium cair belum sesuai dengan grade-nya, ada beberapa cara penanggulangan yang dapat dilakukan :

(1) Restirring, pengadukan ulang molten, agar molten dapat tercampur secara homogen. Setelah dilakukan pengadukan, dilakukan pengambilan sampel lalu dianalisa lagi. (2) Penambahan molten, ditambahkan molten yang berkadar Fe rendah ke molten yang memiliki kadar Fe tinggi. (3) Pencetakan 1/3 bagian molten, dari banyaknya moltenyang ada di dalam dapur. (4) Perubahan grade, diubah grade yang diinginkan menjadi grade di bawahnya. ( PT. Inalum, 2015)c. Pencetakan (Casting) Agar proses pencetakan molten menjadi aluminium ingot berjalan dengan baik, perlu dilakukan beberapa kegiatan pendahuluan, yaitu : 1. Memeriksa jumlah dari aluminium cair yang telah dituang ke dalam dapur, memeriksa temperatur aluminium cair dan juga nomor lot dari ingot yang akan dicetak. 2. Menghidupkan switch utama pada panel kontrol dan panel operasi. 3. Melakukan pemanasan awal dari saluran tuang (launder), alat penuang cetakan (pouring device) dan scum skimmer. 4. Mengatur kecepatan pencetakan (kecepatan konveyor). 5. Menyemprot bagian cetakan dengan minyak paraffin. 6. Menyalakan pompa-pompa penyuplai air industri. 7. Temperatur dapur diset > 720C dan kecepatan mesin pencetak (casting machine) 12 T/jam. Setelah proses pemanasan awal terhadap launder dan pouring deviceselesai, maka dapur dimiringkan dan molten akan keluar melalui tap hole yang mengalir melalui launder ke pouring device, disinilah diatur banyaknya penuangan molten ke mould(cetakan). Selama mould berjalan dengan alat conveyor casting machine operator mengambil dan menarik busa logam (scum) yang mengapung di permukaan Aluminium cair di dalam cetakan dengan alat penarik busa logam (scum skimmer). Pengeluaran busa logam ini dilakukan secara perlahan-lahan sehingga tidak terjadi bentuk-bentuk bergelembung pada permukaan ingot. Aluminium ingot yang telah tercetak secara mekanis diberi nomor lot oleh alat marking device yang seterusnya mould berjalan menuju hammering device. Hammering device berfungsi untuk melepaskan ingot dari cetakan pada ujung perputaran di casting machine. Di ujung perputaran casting machine ingot yang telah terlepas tadi akan membalik dan langsung ditahan oleh ingot retaining roller. Setelah melewati alat ini ingot tersebut akan ditahan kembali oleh ingot pusher yang sejalan dengan alat ingot retaining roller. Setelah ditahan dengan ingot pusher maka dari bawah ingot tadi ditampung oleh receiving arm yang secara mekanis akan membawa ingot ke stacking machine. ( PT. Inalum, 2015)d. Penyusunan Batangan-batangan ingot aluminium yang dikirim dari mesin pencetak ke konveyor didinginkan di cooling chamber. Kemudian ingot dibawa ke line up untuk disusun sambil diamati secara visual ketebalan masing-masing ingot dan apabila ingot tersebut tidak sesuai harus dikeluarkan melalui tombol pengeluar ingot gagal. Proses terakhir adalah penyusunan aluminium ingot secara mekanis oleh servo arm. Operasi servo arm ini dilakukan untuk menyusun setiap tingkatan ingot secara bergantian. Pertama sekali 4 atau 5 batang ingot yang disusun di atas meja penyusun lalu dijepit oleh servo arm, setelah itu diangkat dan dipindahkan dari sisi meja ke konveyor pengumpul, kemudian diputar menurut baris (hanyadari tingkat 2 hingga tingkat 8) dan diturunkan lalu dilepaskan dari tangan hidrolik di atas konveyor pengumpul tersebut Setelah disusun oleh operator dengan menggunakan servo arm, dimana satu tumpukan terdiri dari sembilan tingkatan, tumpukan ini digeser ke ujung stock conveyor secara mekanis sehingga nantinya tumpukan ini dapat diambil dengan forklif tuntuk ditimbang terlebih dahulu sebelum dibawa ke ingot cooling yard. ( PT. Inalum, 2015)e. Pengikatan (Bundling) Proses bundlingdimulai sejak aluminium ingot selesai ditumpuk pada stock conveyor. Operasi-operasi yang dilakukan yaitu : 1. Weighing (penimbangan) Tumpukan aluminium ingot yang baru dicetak, diangkut dengan forklift dari stock conveyorke timbangan 2 ton. Berat tumpukan ingot harus berada dalam batas yang diizinkan, yaitu : 970 kg 1030 kg per tumpuk. 2. Cooling downPada cooling yard zone tumpukan aluminium ingot yang masih panas didinginkan dengan memanfaatkan udara bebas selama kurang lebih 24 jam. 3. Marking dan Painting Sebelum tumpukan ingot diikat terlebih dahulu dilakukan operasi penulisan (marking) pada tumpukan (44 batang) ingot dan operasi pengecatan (painting), yang merupakan proses pengecatan khusus untuk grade S1-A dan S1-B saja dengan menggunakan cat semprot (spray paint) berwarna biru langit pada kedua ujung bundle. 4. Pengikatan (Strapping) Pengikatan ini dilakukan setelah aluminium ingot didinginkan di cooling Yard selama 24 jam, dan telah melalui operasi marking dan painting. Pengikatan (strapping) ini dilakukan di bundling house. Pengikatan ini menggunakan bahan strapping banddan seal yang terbuat dari baja, dan alatnya dinamakan Combination Strapping Tool (CS Tool), yang menggunakan tekanan udara 5,5 6,5 kg/cm. ( PT. Inalum, 2015)

f. Operasi Pengolahan Dross (Dross Processing) Pada saat skimming off diperoleh dross yang ditampung pada cawan penampung dross disebut crucible. Dross yang tertampung dalam crucible ini akan diolah lagi dengan alat pengolahan dross atau Dross Processing Equipment (DPE) untuk memisahkan metal cair yang terikat bersama dross ketika di skimming. Proses pengolahan dross ini terdiri dari beberapa tahap antara lain: Pemasukan Flux(fluxing) , Pengolahan DPE ,Penimbangan Recovery metal, Pedinginan pada dross cooling yard, Pengutipan scrapmetal . Output dari pengolahan dross ini adalah Recovery metal(RM), scrap kutip dan dross itu sendiri. ( PT. Inalum, 2015)

BAB IIIIMPLEMENTASI SMK3 DI PT. INALUM3.1. SISTEM MANAJEMEN DAN K3 DI PT. INALUM Kebijakan kebijakan mengenai sistem manajemen kesehatan dan keselamatan kerja yang telah diterapkan di PT. INALUM adalah :a) Komitmen dari manajemen puncak yang tertuang dalam kebijakan dan sasaran PT.INALUMb) Adanya seksi pengontrol Keselamatan Kerja dan Lingkungan yang dikenal dengan ISE( Inalum Safety and Environment)c) Adanya seksi Kesehatan Kerja yang dikenal dengan SOH ( Safety Occupational Health)d) Dibentuknya Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)e) Adanya Promotor di masing masing departemen / seksi. Kebijakan terkait Kesehatan dan Keselamatan Kerja PT. INALUMa) Peraturan perusahaan tentang K3 ( IIC-IM-00711) 3 Januari 2005b) Peraturan perusahaan tentang pemberian penghargaan dan sanksi K3 (No.SGA. 001/Reg/2006/0)c) Peraturan kantor tentang sanksi Pelanggaran ketentuan K3 bagi kontraktor dan rekanan ( No.ISE-001/2004/0)( PT. Inalum, 2015)3.2. ANALISA PENERAPAN SM3 DI PT.INALUM Potensi bahaya (hazard) adalah suatu keadaan pada suatu proses, alat, mesin, bahan atau cara kerja yang secara alami dapat menimbulkan luka, cedera bahkan kematian pada manusia serta menimbulkan kerusakan pada alat dan lingkungan. Tujuan identifikasi bahaya untuk mengetahui potensi bahaya dalam setiap pekerjaan dan proses kerja dan dilakukan bersama pengawas pekerjaan atau petugas K3. Sedangkan resiko merupakan kesempatan sesuatu terjadi yang akan berdampak pada tujuan dan diukur menurut kemungkinan dan konsekuensi (Susihono W & Akbar RF, 2013).Dalam hal ini teknik identifikasi bahaya yang digunakan adala metode HIRA (Hazard Identification and Risk Assesment) yang merupakan suatu metode untuk mengidentifikasi potensi bahaya kerja dengan mendefinisikan karakteristik bahaya yang mungkin terjadi dan mengevaluasi resiko yang terjadi melalui penilaian resiko dengan menggunakan matriks penilaian resiko. Berikut adalah Tabel matriks yang digunakan untuk penilaian resiko dengan menggunakan metode HIRA.

Tabel 1. Tingkat KeparahanTingkatanKriteriaPenjelasan

1Insignificant (tidak bermakna)Tidak ada cedera, kerugian materi sangat kecil

2Minor (kecil)Cedera ringan, memerlukan perawatan P3K, langsung dapat ditangani di lokasi kejadian, kerugian materi sedang

3Moderate (sedang)Hilang hari kerja, memerlukan perawatan medis, kerugian materi cukup besar

4Major (besar)Cedera mengakibatkan cacat atau hilang fungsi tubuh secara total, kerugian material besar

5Catastrophic (bencana)Menyebabkan kematian, kerugian materi sangat besar

( (Sumber: Susihono, 2012)Tabel 2. Kemungkinan atau Peluang TingkatKriteriaPenjelasan

AAlmost Certain (hampir pasti akan terjadi)Terjadi hampir pada semua keadaan, misalnya terjadi 1 kejadian dalam setiap hari

BLikely (cenderung untuk terjadi)Sangat mungkin terjadi pada semua keadaan, misalnya terjadi 1 kejadian dalam 1 minggu

CModerate (mungkin dapat terjadi)Dapat terjadi sewaktu-waktu, misalnya terjadi 1 kejadian dalam 1 bulan

DUnlikely (kecil kemungkinan terjadi)Mungkin terjadi sewaktu-waktu, misalnya terjadi 1 kejadian dalam 1 tahun

ERare (jarang sekali)Hanya dapat terjadi pada keadaan tertentu, misalnya terjadi 1 kejadian dalam lebih dari 1 tahun

( ((sumber : susihono,2012)Penentuan matriks penilaian resiko dengan cara menggabungkan hasil kategori tingkat keparahan dengan kategori kemungkinan atau peluang.

Tabel 3. Matriks Penilaian ResikoKemungkinan (peluang)Keparahan atau akibat

12345

AHHEEE

BMHHEE

CLMHEE

DLLMHH

ELLMHH

(Sumber: Susihono, 2012)Tabel 4. Keterangan Matriks ResikoTingkatanKeterangan

EExtreme Risk (resiko ekstrim), memerlukan penanggulangan segera atau penghentian kegiatan atau keterlibatan manajemen puncak. Perbaikan sesegera mungkin.

HHigh Risk (resiko tinggi) memerlukan pihak pelatihan oleh manajemen, penjadwalan tindakan perbaikan secepatnya.

MModerate Risk (resiko menengah), penanganan oleh manajemen terkait

LLow Risk (resiko rendah), kendalikan dengan prosedur rutin

(Sumber: Susihono, 2012) Potensi bahaya kerja di PT INALUM teridentifikasi potensi bahaya di setiap bagian proses produksi yaitu pada bagian charging , yang menimbulkan potensi bahaya kerja adalah pada bagian furnance, ingot carger, forklift, metal transport car dan juga hoist crane dan nilai resiko yang terjadi pada potensi bahaya kerja adalah 5A Kategori resiko yang dominan dari nilai resiko pada potensi bahaya kerja adalah E (Extreme risk) yang artinya memerlukan penanggulangan segera atau penghentian kegiatan atau keterlibatan manajemen puncak,Perbaikan sesegera mungkin.Bahaya yang mungkin terjadi adalah kebakaran, dan tertimpa alat alat berat seperti forklift, metal transport car dan hoist crane, maka Pada bagian ini penerapan SMK3 dilakukan dengan menyediakan alat pelindung diri di masing masing bagian oleh PT. INALUM , alat pelindung diri meliputi Pelindung Kepala,Body Protector, Pakaian Kerja,Foot Cover, dan Sepatu Safety, harus dilengkapi alat pemadam kebakaran ringan( APAR) dan dilengkapi hydrant serta diberikan training dan pengarahan kepada operator alat berat Pada bagian treatment, potensi bahaya yang mungkin terjadi adalah pada proses fluxing, dan stirring, yaitu penaburan De-Inclusion fluxke atas permukaan aluminium cair yang disertai dengan pengadukan untuk penyempurnaan reaksi potensi bahaya yang mungkin terjadi pada proses ini meliputi terpapar nya zat kimia melalui penguapan gasnya dan juga melalui kulit pada saat penaburan de inclusion fluxs dan nilai resiko yang terjadi pada potensi bahaya kerja adalah 2B Kategori resiko yang dominan dari nilai resiko pada potensi bahaya kerja adalah H (High risk) yang artinya memerlukan pihak pelatihan oleh manajemen, penjadwalan tindakan perbaikan secepatnya. maka pada bagian ini pekerja dilengkapi alat pelindung diri yang terdiri atas Pelindung Kepala, Body Protector, Sarung Tangan Pengaman , Pakaian Kerja,Foot Cover, dan Sepatu Safety. Pada bagian pencetakan potensi bahaya yang mungkin terjadi adalah kebakaran dan iritasi akibat terpapar parafin dan pada saat pemanasan di suhu 720C dan nilai resiko yang terjadi pada potensi bahaya kerja adalah 4A dan 2D Kategori resiko yang dominan dari nilai resiko pada potensi bahaya kerja adalah E (Extreme risk) yang artinya memerlukan penanggulangan segera atau penghentian kegiatan atau keterlibatan manajemen puncak serta L (Low Risk) dikendalikan dengan prosedur rutin,dan Perbaikan sesegera mungkin maka pada bagian ini pekerja dilengkapi alat pelindung diri yang terdiri atas Pelindung Kepala, Pelindung Mata, Body Protector, Sarung Tangan Pengaman , Pakaian Kerja,Foot Cover, dan Sepatu Safety serta harus dilengkapi alat pemadam kebakaran ringan( APAR) dan dilengkapi hydrant Pada bagian penyusunan potensi bahaya yang mungkin terjadi adalah tertimpa forklift dan nilai resiko yang terjadi pada potensi bahaya kerja adalah 4B Kategori resiko yang dominan dari nilai resiko pada potensi bahaya kerja adalah E (Extreme risk) yang artinya memerlukan penanggulangan segera atau penghentian kegiatan atau keterlibatan manajemen puncak dan Perbaikan sesegera mungkin maka pada bagian ini pekerja dilengkapi alat pelindung diri yang terdiri atas Pelindung Kepala, Body Protector, Pakaian Kerja,Foot Cover, dan Sepatu Safety dan dilengkapi hydrant serta diberikan training dan pengarahan kepada operator alat berat Pada bagian pengikatan potensi bahaya yang mungkin terjadi adalah tertimpa forklift dan pengecatan dengan cat semprot dan nilai resiko yang terjadi pada potensi bahaya kerja adalah 4B dam 2D Kategori resiko yang dominan dari nilai resiko pada potensi bahaya kerja adalah E (Extreme risk) yang artinya memerlukan penanggulangan segera atau penghentian kegiatan atau keterlibatan manajemen puncak dan Perbaikan sesegera mungkin serta L (Low Risk) dikendalikan dengan prosedur rutin, maka pada bagian ini pekerja dilengkapi alat pelindung diri yang terdiri atas Pelindung Kepala, Pelindung Mata, Body Protector, Pakaian Kerja,Foot Cover, dan Sepatu Safety , serta diberikan training dan pengarahan kepada operator alat berat Pada bagian pengolahan potensi bahaya yang mungkin terjadi adalah iritasi kulit dari proses pemisahan metal cair serta tertimpa forklift 4B dan 2D Kategori resiko yang dominan dari nilai resiko pada potensi bahaya kerja adalah E (Extreme risk) yang artinya memerlukan penanggulangan segera atau penghentian kegiatan atau keterlibatan manajemen puncak dan Perbaikan sesegera mungkin serta L (Low Risk) dikendalikan dengan prosedur rutin, maka pada bagian ini pekerja dilengkapi alat pelindung diri yang terdiri atas Pelindung Kepala, Body Protector, Sarung Tangan Pengaman , Pakaian Kerja,Foot Cover, dan Sepatu Safety serta pengarahan kepada operator alat berat.Matriks penilaian resiko bahaya kerjaTahap PekerjaanBahayaResikoNilai ResikoKategori ResikoPengendalian

Charging(pengisian metal ke furnance)1.Kebakaran2. tertimpa alat berat1. kerugian materil dan moril dan pencemaran2. cacat atau meninggal 5A

E1. harus dilengkapi alat pemadam kebakaran ringan( APAR) dan dilengkapi hydrant.2. memakai alat pelindung diri yang lengkap yaitu Pelindung Kepala,Body Protector, Pakaian Kerja,Foot Cover, dan Sepatu Safety,3. diberikan training dan pengarahan kepada operator alat berat

Treatment terpapar zat kimia berbahayaCacat, gangguan pernafasan, kerusakan jaringan kulit dan mata 2BHMemakai alat pelindung diri yang lengkap yaitu Pelindung Kepala, BodyProtector, SarungTangan Pengaman, PakaianKerja,Foot Cover, dan Sepatu Safety.

Pencetakan1. kebakaran2. iritasi mata dan Kulit1. kerugian materil dan moril serta pencemaran2. cacat,kerusakan jaringan mata dan kulit4A dan 2DE dan L1. harus dilengkapi alat pemadam kebakaran ringan ( APAR) dan dilengkapi hydrant.2. memakai alat pelindung diri yang lengkap yaiitu Pelindung Kepala, Pelindung Mata, Body Protector, Sarung Tangan Pengaman , Pakaian Kerja,Foot Cover, dan Sepatu Safety

Penyusunan tertimpa alat beratCacat atau meninggal4BEdiberikan training dan pengarahan kepada operator alat berat

Pengikatan (boundling)1. tertimpa alat berat2. iritasi mataCacat atau meninggal4B dan 2DE dan L1. memakai alat pelindung diri yang lengkap yaitu Pelindung Kepala, Body Protector, Pakaian Kerja,Foot Cover, dan Sepatu Safety 2. diberikan training dan pengarahan kepada operator alat berat

Operasi pengolahan dross)1. iritasi kulit2. tertimpa alat berat1. cacat dan kerusakan jaringan kulit2. cacat atau meninggal4B dan 2DE dan L1. memakai alat pelindung diri yang lengkap yaitu Pelindung Kepala, Body Protector, Sarung Tangan Pengaman , Pakaian Kerja,Foot Cover, dan Sepatu Safety2. diberikan training kepada operator alat berat

(analisa,2015)

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN4.1 KESIMPULAN 1. bahaya dan resiko yang terdapat dalam proses produksi di PT. INALUM adalah kebakaran, terpapar zat kimia dan logam berbahaya, tertimpa alat berat, iritasi mata serta gangguan pendengaran dari setiap proses produksi yang dijalankan. 2. penerapan SMK3 di PT. INALUM sudah sesuai dengan kebijakan kebijakan yang diterapkan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan kerja para karyawannya, kecelakaan kerja di PT. Inalum juga tidak ada ( zero accident), hal tersebut dibuktikan dengan penghargaan zero accident para pekerja yang diterima PT. INALUM karena PT. INALUM adalah perusahaan yang benar benar komitmen dalam menjaga kesehatan dan keselamatan para karyawannya. 4.2. SARAN Saran terhadap kunjungan ini adalah bahwa kebijakan SMK3 yang telah terintegrasi dengan baik di PT. INALUM harus terus tetap konsisten dijalankan karena meskipun PT. INALUM telah mendapatkan penghargaan zero accident namun PT. INALUM harus tetap melaksanakan dan menjaga setiap kebijakan terkait penerapan sistem kesehatan dan keselamatan kerja yang ada untuk kesejahteraan para pekerja.

DAFTAR PUSTAKAPT. INALUM, TBK.2015. Annual Report. Kuala Tanjung : PT. INALUM, TBKRini, Feni akbar dan Wahyu Susihono.2013.Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dan Identifikasi Potensi Bahaya Kerja. Vol.11 No. 2. Jogjakarta : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.Susihono W, 2012. Manajemen Bahaya Kerja I. Diktat Mata Kuliah Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Cilegon: FT UNTIRTA

FORMULIR LEMBAR KERJANOIDENTITASADATIDAK ADAREKOMENDASI

1.Dokumen SMK3- Manual (kebijakan & komitmen)- Prosedur- IK- Formulir (JSA, working permit dll)

Ada--

2.Safety briefingAda--

3.Rambu rambu K3Ada--

4.APARAda--

5.Sertifikasi Sarana Produksi, Alat Kerja dan kalibrasi alat uji dan alat ukur

Ada--

6.APARAda--

IDENTIFIKASI BAHAYA DAN RESIKOTahap PekerjaanBahayaResikoPengendalianTanggung Jawab

Charging(pengisian metal ke furnance)1.Kebakaran2. tertimpa alat berat1. kerugian materil dan moril dan pencemaran2. cacat atau meninggal1. harus dilengkapi alat pemadam kebakaran ringan ( APAR) dan dilengkapi hydrant.2. memakai alat pelindung diri yang lengkap3. diberikan training dan pengarahan kepada operator alat beratISE (InalumSafety and Environment)Dan SOH ( Safety Occupational Health)

Treatment terpapar zat kimia berbahayaCacat, gangguan pernafasan, kerusakan jaringan kulit dan mata Memakai alat pelindung diri yang lengkapISE (InalumSafety and Environment)Dan SOH ( Safety Occupational Health)

Pencetakan1. kebakaran2. iritasi mata dan Kulit1. kerugian materil dan moril serta pencemaran2. cacat,kerusakan jaringan mata dan kulit1. harus dilengkapi alat pemadam kebakaran ringan ( APAR) dan dilengkapi hydrant.2. memakai alat pelindung diri yang lengkap

ISE (InalumSafety and Environment)Dan SOH ( Safety Occupational Health)

Penyusunan tertimpa alat beratCacat atau meninggaldiberikan training dan pengarahan kepada operator alat beratISE (InalumSafety and Environment)Dan SOH ( Safety Occupational Health)

Pengikatan (boundling)1. tertimpa alat berat2. iritasi mataCacat atau meninggal1. memakai alat pelindung diri yang lengkap2. diberikan training dan pengarahan kepada operator alat beratISE (InalumSafety and Environment)Dan SOH ( Safety Occupational Health)

Operasi pengolahan dross)1. iritasi kulit2. tertimpa alat berat1. cacat dan kerusakan jaringan kulit2. cacat atau meninggal1. memakai alat pelindung diri yang lengkap2. diberikan training kepada operator alat beratISE (InalumSafety and Environment)Dan SOH ( Safety Occupational Health)

FOTO KUNJUNGAN LAPANGAN Gambar 1. Pembangkit listrik PT. INALUM Gambar 2. Pabrik kabron PT. INALUM

Gambar 3. Pelabuhan Gambar 4. Selfie diri sendiri 1