Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latr Belakang Metode ABC (Activity Based Costing ) merupakan alternatif lain terhadap metode pembiayaan tradisional atas biaya overhead. Konsep ini muncul karena dianggap metode tradisional tidak tepat dalam mengalokasikan biaya overhead ke produksi hanya dengan mengandalkan dasar bahan langsung, upah langsung ataupun unit produksi saja. Menurut konsep ini pembebanan seperti itu tidak adil dan akan dapat memberikan informasi keliru dalam pemberian informasi mengenai biaya produksi, oleh karena itu ABC menawarkan agar pembebanan overhead ini juga didasarkan pada presentase proporsional kepada biaya lain atau kepada produk. Tetapi kepada kegiatan yang dilaksanakan untuk memproduksi barang itu, yang diperhatikan adalah unsur yang men “drive” biaya itu (cost driver) bukan produknya. Kalau konsep ini diterapkan maka keputusan yang diambil akan lebih tepat dan perusahaan tidak mengalami kerugian hanya karena kesalahan unit cost. Metode Manajemen Biaya yang canggih seperti ABC (Activity Based Costing) dan ABM (Activity Based Manajemen) banyak diterapkan pada perusahaan-perusahaan dunia. ABC membantu 1
52

Tugas Semester 4 Akuntansi Manajemen

Dec 23, 2015

Download

Documents

Tugas kampus
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Tugas Semester 4 Akuntansi Manajemen

BAB I PENDAHULUAN

A. Latr Belakang

Metode ABC (Activity Based Costing ) merupakan alternatif lain

terhadap metode pembiayaan tradisional atas biaya overhead. Konsep ini

muncul karena dianggap metode tradisional tidak tepat dalam

mengalokasikan biaya overhead ke produksi hanya dengan mengandalkan

dasar bahan langsung, upah langsung ataupun unit produksi saja. Menurut

konsep ini pembebanan seperti itu tidak adil dan akan dapat memberikan

informasi keliru dalam pemberian informasi mengenai biaya produksi,

oleh karena itu ABC menawarkan agar pembebanan overhead ini juga

didasarkan pada presentase proporsional kepada biaya lain atau kepada

produk. Tetapi kepada kegiatan yang dilaksanakan untuk memproduksi

barang itu, yang diperhatikan adalah unsur yang men “drive” biaya itu

(cost driver) bukan produknya. Kalau konsep ini diterapkan maka

keputusan yang diambil akan lebih tepat dan perusahaan tidak mengalami

kerugian hanya karena kesalahan unit cost.

Metode Manajemen Biaya yang canggih seperti ABC (Activity

Based Costing) dan ABM (Activity Based Manajemen) banyak diterapkan

pada perusahaan-perusahaan dunia. ABC membantu perusahaan

mengurang i distorsi yang disebabkan oleh sistem penentuan harga pokok

tradisional, sehingga dengan ABC dapat diperoleh biaya produk yang

lebih akurat. ABC memberikan pandangan yang jelas mengenai

bagaimana perusahaan membedakan produk, jasa dan aktivitas yang

memberikan kontribusi dalam jangka panjang.

Activity Based Manajemen (ABM) memfokuskan pada pengolahan

aktivitas untuk meningkatkan efesiensi dan efektifitas bisnis,

meningkatkan nilai yang diterima pelanggan, dan memberikan laba bagi

perusahaan.

ABC dan ABM berkaitan erat dengan manajemen biaya strtegik.

Para manajer meneria informasi yang bermaknamengenai dampak

1

Page 2: Tugas Semester 4 Akuntansi Manajemen

potensial terhadap penentuan harga jual dan keputusan tentang lini produk

jika perusahaan berubah dari sistem penentuan harga pookok tradisional

dengan Activity Based Costing dan penghematan potensial yang dapat

diperoleh jika perusahaan menggunakan ABM untuk mengidentifikasi dan

mengeliminasi aktivitas yang tidak bernilai tambahuntuk mencapai strategi

cost leadership.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep Activity Based Costing dan Activity based

Manajemen

2. Apa manfaat dan kekurang Activity Based Costing dan Activity Based

Manajemen

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep Activity Based Costing dan Activity Based

Manajemen

2. Untuk mengetahui manfaat dan kekurang Activity Based Costing dan

Activity Based Manajemen

2

Page 3: Tugas Semester 4 Akuntansi Manajemen

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Acitivity Based Costing

ABC atau penentuan harga pokok produk berbasis aktivitas

merupakan sistem informasi tentang pekerjaan (atau kegiatan) yang

mekonsumsi sumber daya dan menghasilkan nilai bagi konsumen. Definisi

lain ABC adalah suatu informasi yang dapat menyajikan dan tepat

mengenai pekerjaan(aktivitas) yang menkonsumsi sumber(biaya aktivitas)

untuk mencapai pekerjaan(produk dan pelanggan). ABC dirancang untuk

mengukur harga pokok produk melalui aktivitas-aktivitas. Biaya-biaya

akan diukur dari aktivitas ke produk berdasarkan permintaan tiap-tiap

produk terhadap aktivitas selama proses produksi, sehingga biaya-biaya

yang timbul masing-masing jenis produk akan terlihat lebih jelas. Sistem

tersebut menerapkan konsep-konsep akutansi aktivitas untuk

menghasilkan perhitungsn hsrgs pokok ysng lebih akurat. Hal ini dapt di

pahami dari definisi tersebut.

Activity Based Costing adalah sistem akumulasi alokasi biaya yang

menelusuri biaya-biaya ke produk menurut aktivitas-aktivitas yang

dilakukan terhadap produk, yang dimaksud untuk menghasilkan informasi

biaya bagi keputusan strategis, perancangan dan pengendalian opersional.

Beberapa pengertian sistem Activity based Costing menurut para ahli:

Mulayadi (1993)

"ABC merupakan metode penentuan HPP (product costing) yang

ditujukan untuk menyajikan informasi harga pokok secara cermat

bagi kepentingan manajemen, dengan mengikursecara cermat

konsumsi sumber daya alam setiap aktivitas yang digunakan untuk

menghasilkan produk.”

Tunggal(1992)

"Bahwa ABC Sistem tidak hanya memberikan kalkulasi biaya

produk yang lebih akurat, tetapi juga memberikan kalkulasi apa

3

Page 4: Tugas Semester 4 Akuntansi Manajemen

yang menimbulkan biaya dan bagaimana mengelolanya, sehingga

ABC System juga dikenal sebagai sistem manajemen yang

pertama."

Garrison dan norren (200)

"Metode costing yang dirancang untuk menyediakan informasi

biaya bagi manajer untuk keputusan strategik dan keputusan

lainnya yang mungkin akan mempengaruhi kapasitas dan juga

biaya tetap."

Norse, Davis dan Hartgaves (1991)

Dalam bukunya Management Accounting memberikan definisi

mengenai Activity-Based Costing (ABC), sebagai sistem

pengalokasian dan pengalokasian kembali biaya keobjek biaya

dengan dasar aktivitas yang menyebabkan biaya.Sistem ABC ini

didasarkan pada pemikiran bahwa aktivitas penyebab biaya dan

biaya aktivitas harus dialokasikan keobjek biaya dengan dasar

aktivitas biaya tersebut dikonsumsikan.Sistem ABC ini menelusuri

biaya ke produk sebagai dasar aktivitas yang digunakan untuk

menghasilkan produk tersebut.

Dari beberapa pengertian dia atas dapat kami simpulkan bahwa Activity

Based Costing (ABC) ialah pembiayaan atau penetapan biaya berdasarkan

berdasarkan aktivitas.

Dalam ABC , proses identifikasi aktivitas merupakan salah satu

bagian penting dalam tahap pembebanan biaya overhead pabrik. Tahap

pertama pada identifikasi aktivitas, aktivitas yang luas dikelompoka ke

dalam empat kategori aktivitas yaitu:

1. Unit Level Activities

Ialah merupakan aktivitas atau kegiatan yang dialkukan sekali untuk

setiap unit sehingga biaya produksi yang berhubungan dengan aktivitas

dibebankan berdasarkan jumlah unit yang di produksi, misalnya jam

4

Page 5: Tugas Semester 4 Akuntansi Manajemen

tenaga kerja langsung. Semakin banyak jumlah unit yang diproduksi

semakin banyak juga jumlah tenanaga kerja yang di butuhkan.

2. Batch Level Activities

Sering disebut juga set-up releated activities, Ialah merupakan aktivitas

atau kegiatanyang dialkukan untuk mendukung produksi sejumlah

order tertentu(batch). Aktivitas ini dilakukan sekali untuk setiap batch

sehiangga biaya produksi yang berhubungan dengan aktivitas ini

dibebankan berdasarkan jumlah batch yang di produksi, Misalnya

biaya set-up mesin. Semakiin banyak jumlah produk yang diproduksi

tidak mempengaruhi biaya pada aktivitas set up, tetapi semakin sering

sering set up maka semakin besar pula biaya set up mesin.

3. Product Sustaningg Activities

Ialah meerupakan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan untuk

mempertahankan eksistensi suatu produk, pemeliharaan prodok,

pengembangan produk dan inovasi produk. Beban biaya yang terjadi

pada aktivitas ini dapat ditelusuri pada setiap jenis produk yang

dihasilkan, tetapi sumber daya yang dikonsumsi tidak tergantung pada

jumlah unit atau batch dari produk yang dihasilkan perusahaan.

Semakin banyak jenis produk yang dihasilkan semakin sering aktivitas

ini di lakukan sehinggan semakin besar biaya yang dibutuhkanya.

4. Facility Sustaning Activities

Ialah merupakan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan untuk

mempertahankan eksistensi perusahaan, seperti pemasaran,

sumberdaya manusia, pengembangan system, pemeliharaan fasilitas

dan lain-lain. Tetapi aktivitas ini tidak berhubungan dengan jumlah

produk, batch maupun jenis produk yang diproduksi.

B. Manfaat ABC

Manfaat bagi perusahaan yang menerapkan sistem ABC ini adalah:

1. Memperbaiki mutu pengambilan keputusan

5

Page 6: Tugas Semester 4 Akuntansi Manajemen

2. Memungkinkan manajemen melakukan perbaikan terus menerus

terhadap kegiatan untuk mengurangi overhead

3. Memberikan kemudahan dalam menentukan biaya relevan

a. Memperbaiki Mutu Pengambilan Keputusan

Kemampuan ABC menghasilkan biaya produksiyang lebih teliti dapat

mengurangi kemungkinan manajemen melakukan keputusan yang

salah. Informasi biaya produksi yang lebih teliti snagat penting artinya

bagi perusahaan yang mengahadapi persaingan yang sangat tajam.

b. Memungkinkan Manajemen Melakukan Perbaikan Terus-

menerus Terhadap Kegiatan Untuk Mengurangi Overhead

ABC mengidentifikasi overhead dengan kegiatan yang menimbulkan

biya tersebut. Dengan demikian informasi yang dihasilkan oleh ABC

dapat digunakan oleh manajemen untuk memantausecara terus-

menerus berbagi kegiatan yang digunakan oleh perusahaan untuk

menghasilkan produk dan melayani konsumen. Perbaikan berbagai

kegiatan untuk menghasilkan dan penghilangan kegiatanyang tidak

bernilai tambah bagi konsumen dapat dipertimbangkan oleh

manajemen berdasarkan informasi biaya yang disajikan dengan ABC.

c. Memberikan Kemudahan Dalam Menentukan Biaya Relevan

ABC menyediakan informasi biaya yang dihubungkan dengan

berbagai kegiatan untuk menghasilkan produk, sehingga manajemen

akan memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi yang

relevan dalam berbagai pengambilan keputusan yang menyangkut

berbagai kegiatan bisnis suatu perusahaan. Jika misalnya suatu

manajemen mempertimbangkan perbaikan dalam kegiatan set-up

fasilitas produksi, ABC mampu dengan cepan menyediakan informasi

batch releted activities cost sehingga memungkinkan manajemen

mempertimbangkan akibat keputusan mereka terhadap konsumsi

sumberdaya untuk kegiatan tersebut.

6

Page 7: Tugas Semester 4 Akuntansi Manajemen

C. Perbandingan ABC dengan Sistem Biaya Tradisional

Perbedaan antara Sisttem ABC dengan Sistem Kalkulasi Biaya Tradisional

ialah:

1. ABC menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemacu biaya untuk

menentukan berapa besar setiap overhead tidakk langsung dari setiap

produk yang digunakan oleh produk tersebut. Sedangkan Sistem

Tradisional mengalokasikan overhead secara arbirer berdasarkan satu

atau dua alokasi yang non reprensatif.

2. ABC mEngkonsumsi overhead yang dapat dibagi ke dalam kategori:

unit, batch, produk, dan penopan fasilitas. Sedangkan sistem

tradisional membagibiaya overhead ke dalam unit, dan biaya lainya.

3. Fokus ABC adalah pada biaya, mutu dan faktor waktu. Sedangkan

sistem trdisional mengfokuskan pada kinerja keuangan jangka pendek

seperti laba yang akurat. Untuk itu ABC memerlukan masukan dari

seluruh departemen yang ada. Harga pokok tradisional dalam

menetapkanya diletakkan begitu saja, sementara ABC menelusuri

biaya berdasarkan hubungan sebab akibat.

Untuk lebih akuratnya ABC dalam mengklasidikasikan biaya

overhead yang ada, maka kaplan dan cooper membaginya sebagai

berikut:

a. Biaya variabel jangka pendek (shortterm variable cost)

b. Biaya variabel jangka panjang (long term variable cost)

c. Biaya tetap (fixed cost)

7

Page 8: Tugas Semester 4 Akuntansi Manajemen

OverheadBiaya langsung

Biaya

produksi

Tarif absorpsi

Berdasarkan

volume

Absorpsi pada labor / machine hours

Produk

Gambar 1.1 penentuan Biaya Overhead secara tradisional

Sejalan dengan perkembangan teknologi pada proses produksi, biaya overhead

juga semakin meningkat. Saat ini perusahaan-perusahaan beralih dari karyaa

menjadi padat modal. Tenaga kerja tidak lagi menjadi aktivitas penambah nilai

yangutama pada proses produksi, karena penggunaan tekhnologi ( mesin,

komputer, CNC dan lain-lain) akan mengambil alih tenaga manusia. Peraalihan

inilah yang mengakibatkan presentase biaya overhead produksi naik secara

signifikan.

8

Page 9: Tugas Semester 4 Akuntansi Manajemen

OverheadBiaya Langsung

Kelompok biaya

aktivitas

Tarif pemacu

biaya aktivitas

Biaya ditelusur ke konsunsi pemacu

Produk

Gambar 1.2 penentuan biaya Overhead Sistem ABC

Penggunaan sistem biaya tradisional dalam membebankan overhead

produksi menjadi tidak relevan lagi. Seperti kita ketahui bahwa sistem

biaya tradisional menggunakan satu atau dua sistem biaya yang berbasis

unit(unit bed cost driver) sebagai dasar pembebanan biaya.

Menggunakan satu atau dua sistem biaya berbasis unitproduk

untuk membebankan semua biaya overhead produksi akan menciptakan

biaya produk yang terdistorsi. Distorsi yang terjadi berupa subsidi silang

(cross subsidy) antar produk, satu produk mengalami kelebihan biaya

(overcosting) dan produk yang lain mengalami kekurangan biaya

(undercosting). Tingkat distorsi yang terjadi tergantung pada proporsi

biaya overhead produksi terhadap biaya produksi total. Semakin besar

9

Page 10: Tugas Semester 4 Akuntansi Manajemen

proporsinya semakin besar ditorsi yang terjadi. Demikian sebaliknya,

inilah yang melandasi dikembangkanya sistem ABC.

D. Pemacu Biaya (Cost driver)

Pemacu biaya adalahpenyebab terjadinya biaya, sedangkan

aktivitas adalah dampaknay. Dalam sistem ABC digunakan beberapa

macam pemacu biaya, sedangkan pada sistem biaya konvesional hanya

digunakan satu pimacu biaya tertentu sebagai basis, misalnya jam orang,

jam mesin, atau rupiah tenaga kerja.

Beberapa maacam pemacu biaya yang sering dipakai:

1. Kelompok tenaga kerja(labor group): rupiah tenaga kerja, jam tenaga

kerja, rupiah tenaga kerja langsung, jam tenga kerja langsung.

Kelompok ini dipakai pada aktivitas yang elemen biaya utamanya

adalah tenaga kerja atau pada aktivitas yang biaya aktivitasnya berubah

secara paralel dengan perubahan tenaga kerja. Rupiah tenaga kerja

sering dipakai sebagia pemacu biaya asuransi kompensasi tenag kerja.

Pada beberapa instansi, jam tenaga kerja dipakai sebagai konstribusi

pensiun. Jam tenaga kerja juga dapat memacu konsumsi utilitis.

2. Kelompok waktu operasi(operating time group): call time, line time,

machine time, cycle time.

Kelompok ini dipakai sebagai pemacu biaya pada satu grup operasai

pengerjaan yang merupakan operasi dari suatu peralatan tunggal atau

beberapa peralatan. Jenis pemacu biaya ini dapt dibagi menjadi dua

subgrup, yaitu machine hour/ cycle time dan line/cell time.

3. Kelompok troughput(troughput group): potong, galon, satu muatan

truk, satu muatan tanker,ton.

Kelompok ini dipakai sebagai pemacu biaya bila biaya utama pada

suatu aktivitas ditentukan oleh jumlah unit troughputnya. Sebagai

contoh, bahan kimia tertentu yang dihasilkan oleh suatu perusahaan

kimia selalu diukur dalam satuan batch. Satu batch bahan kiamia ini

lalu di packing dalam satuan tanker loads,drum 55 galon,dan karton

satu galon. Proses packing dapat dipisahkan menjadi tiga aktivitas

10

Page 11: Tugas Semester 4 Akuntansi Manajemen

dengan unit troughput(tanker loads, drum 55 galon, dan karton satu

galon) masing-masing sebagai pemacu biaya.

4. Kelompok pemilikan(occupancy group): ukuran pabrik, lokasi

peralatan, nilai peralatan.

Merupakan pemacu biaya yang dapat untuk mendistribusikan biaya

tetap (fixed cost) berdasarkan aktivitas atau aset. Sebagai contoh, pajak

bangunan, depresi bangunan, pemeliharaan eksterior atau pelayanan

keamanan, didistribusikan berdasarkan luas area per aktivitas.

Depresiasi peralatan atau biaya sewa guna didistribusikan pada

aktivitas yang terjadi di lokasi aset tersebut. Kelompok pemacu ini

jarang dipakai sebagai dasar untuk penetuan berapa biaya yang terjadi(

how much cost), tetapi sering dipakai untuk menentukakan dimana

biaya didistribusikan( where to distribution).

5. Permintaan(demand): perawatan mesin (maintenance)

Dipakai sebagai pemacu bila distribusi biaya pada aktivitas lain atau

pada tujuan biaya didasarkan pada permintaan akan aktivitas tersebut.

Contohnya adalah perawatan,biaya penawaran akan didistribusikan

pada aktivitas atau tujuan biaya yang memerluakan pelayanan

perawatan saja. Distribusi biaya yang akurat akan didapat berdasarkan

estimasi atau permintaan aktual perawatan. Sama seperti kelom

occupany, kelompok permintaan ini jarang dipakai untuk menetukan

berapa biaya yang terjadi, lebih senang dipakai untuk menentukan

dimana biaya harus didistribusikan.

6. Surrogate cost driver: pemasaran, akunting, pembelian.

Merupakan data atau ukuran yang sudah tersedia di lapangan dan

praktis untuk dipakai menditribusikan suatu biaya ke aktivitas lain atau

departemen lain, apabila pemacu biaya yang secara teroritis

benar(ideal) sulit diukur datanya. Ada beberapa aktivitas yang

biayanya sulit dan tidak praktis untuk diukur ataupun pemacu biayanya

sulit ditentukan dengan cepat. Contohnya adalah prodoctial control,

accounting, general management, dan marketing. Contoh biaya ini

11

Page 12: Tugas Semester 4 Akuntansi Manajemen

adalah biaya material (material cost) dan biaya konversi(conversi cost).

Kedua pemacu biaya ini sering dipakai pada perusahaan kecil dan

menengah,

Ada dua faktor yang harus dipertimbangakan dalam memilih pemacu

biaya yaitu:

a. Biaya pengukuran

Dalam sistem ABC, banyak alternatif biaaya yang dapat dipilih dan

digunakan. Tetapi lebih baik memilih pemacu biaya yang

menggunakan informasi yang telah tersedia. Pengadaan informasi

baru merupakan biaya tambahan bagi perusahaan. Sebagai conto,

biaya quality control dan set up memberikan pilihan untuk

penggunaan jam inspeksi atau jumlah production runs sebagai

pemacu biaya. Apabila jumlah konsumsi dari kedua pemacu biaya

tersebut telah tersedia dalam sistem infoemasi perusahaan, maka

yang dipilih adalah tidak penting. Apabila hanya production runs

yang tersedia informasinya, pemacu biaya inilah yang terpilih,

untuk menghindari biaya pengadaan tambahan.

b. Derajat korelasi(degree of correlation) antara pemacu biaya dan

overhead aktualnya.

Struktur infonnasi yang tersedia dapat dimanfaatkan dengan cara

lain untuk meminimalkaan biaya pengumpulan infonnasi konsumsi

pemacu biaya. Terdapat kemungkinan untuk menggantikan pemacu

biaya yang secara langsung mengukur konsumsi suatu aktivitas

dengan pemacu biaya tidak secara langsung mengukur konsumsi

tersebut(indirect cost driver atau surrogate cost driver). Misalnya,

jam inpeksi dapat diganti oleh jumlah inpeksi aktual taip produk,

angka ini tampak lebih diketahui. Penggantian ini berlaku apabila

jam yang digunakan per inpeksi per produk adalah cukup stabil.

Pemacu biaya yang secara tidak langsung mengukur konsumsi

suatu aktivitas biasanya mengukur jumlah transaksi yang

12

Page 13: Tugas Semester 4 Akuntansi Manajemen

berhubungan dengan aktivitas tersebut. Apabila jumlah aktivitas

yang dikonsumsi pertransaksi adalah stabil untuk setiap produk

maka kiata tidak akan kehilangan akurasi. Dalam kasus demikian,

pemacu biaya tidak langasung mempunyaikorelasi yang tinggi dan

dapat digunakan.

E. Kelompok Biaya(Cost pool)

Definisi kelompok biaya (cost pool) adalah sekelompok biaya yang

memiliki karakteristik sama. Karakteristik berkaitan dengan tolak ukur

aktivitas yang sama, untuk maksud pembebanan biaya produk. Dalam

studi kasus ini, biaya biaya utama dibagi menjadi kelompok-kelompok

biaya, agar pembebanan biayanya bisa dilakukan dengan lebih akurat.

F. Prosedur Biaya Tahap Sistem ABC

Sistem ABC merupakan suatau sistem yang pertama kali

menelusuri biaya ke aktivitas dan kemudian keproduk. Dalam sistem ABC

juga dikenal adanya prosedur pembebanan biaya dua tahap. Tahap pertama

adalah pembebanan biaya pemakaian sumberdaya kepada aktivitas-

aktivitas. Sedangkan tahap kedua pembebanan biaya aktivitas kepada

produk berdasarkan aktivitas yang dikonsumsi produk tersebut.

Dalam tahap kedua, biaya setiap kelompok biaya dibebankan ke produk.

Ini dilakukan dengan menggunakan tarif kelompok yang dihitung pada

tahap pertaama dikalikan dengan jumlah sumberdaya yang dikonsumsi

oleh setiap produk. Dangan demikian, overhead yang dibebankan setiap

kelompok biaya ke produk dihitung sebagai berikut:

Overhead yang dibebankan = tarif kelompok X jumlah pemacu

biaya yang di konsumsi

13

Page 14: Tugas Semester 4 Akuntansi Manajemen

G. Activity Based Manejemen

Activity–Based Management(ABM) adalah suatu pendekatan di seluruh

sistem dan terintegrasi, yang memfokuskan perhatian manajemen pada

berbagai aktivitas, dengan tujuan meningkatkan nilai untuk pelanggan dan

laba sebagai hasilnya (Hansen dan Mowen, 2006; 11).

Menurut Mulyadi (2007; 731), Activity-Based Management(ABM)

adalah pendekatan manajemen yang memusatkan pengelolaan pada

aktivitas dengan tujuan untuk melakukan improvementberkelanjutan

terhadap value yang dihasilkan bagi customer, dan laba yang dihasilkan

dari penyedia valuetersebut.

Sedangkan menurut Blocher (2007; 239), Activity Based

Management (ABM) analisis aktivitas yang digunakan untuk memperbaiki

nilai produk atau jasa bagi pelanggan dan meningkatkan keuntungan

perusahaan.

Berdasarkan definisi-definisi diatas, ABM mempunyai dua frasa penting,

yitu:

1. manajemen berbasis aktivitas berfokus pada pengelolaan aktivitas

untuk meningkatkan nilai yang diterima oleh konsumen

2. pemusatan pengelolaan pada aktivitas untuk menghasilkan laba dari

penyedia nilai tersebut.

H. Tujuan dan Manfan ABM(Activity Based Manejemen)

ABM merupakan pusat dari sistem manajemen biaya, dan oleh karena itu

untuk mengelola organisasi atau perusahaan dengan baik, harus

menekankan pada ABM. Tujuan penting dari ABM adalah untuk

mengidentifikasi dan menghilangkan aktivitas dan biaya tak bernilai

tambah. ABM bertujuan untuk meningkatkan nilai produk atau jasa yang

diterima oleh para konsumen, dan oleh karena itu dapat digunakan untuk

mencapai laba dengan menyediakan nilai tambah bagi konsumennya.

Manfaat yang diperoleh dengan menggunakan ABM adalah manajemen

dapat menentukan wilayah untuk melakukan perbaikan operasi,

14

Page 15: Tugas Semester 4 Akuntansi Manajemen

mengurangi biaya, atau meninggkatkan nilai bagi pelanggan. Dengan

mengidentifikasi sumber daya yang dipakai konsumen, produk, dan

aktivitas, ABM memperbaiki fokus manajemen atas faktor-faktor kunci

perusahaan dan meningkatkan keunggulan kompetitif (Blocher, 2007; 239)

Manfaat ABM menurut Supriyono (1999; 356) adalah:

1. Mengukur kinerja keuangan dan pengoperasian (nonkeuangan)

organisasi dan aktivitas-aktivitasnya.

2. Menentukan biaya-biaya dan profitabilitas yang benar untuk setiap tipe

produk dan jasa.

3. Mengidentifikasikan aktivitas-aktivitas dan mengendalikannya.

4. Mengelompokkan aktivitas-aktivitas bernilai tambah dan tidak bernilai

tambah.

5. Mengefisienkan aktivitas bernilai tambah dan mengeliminasi aktivitas-

aktivitas tidak bernilai tambah.

6. Menjamin bahwa pembuatan keputusan, perencanaan dan

pengendalian

7. didasarkan pada isu-isu bisnis yang keluar dan tidak semata berdasar

informasi keuangan.

8. Menilai penciptaan rangkaian nilai tambah (value-added chain)untuk

memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen.

I. Dimensi Activity Based Manajemen

Activity–Based Managementmenekankan pada biaya berdasarkan

aktivitas atau Activity-Based Costing(ABC) dan analisis nilai proses. Jadi,

Activity–Based Managementmemiliki dua dimensi, yaitu dimensi biaya

dan dimensi proses (Hansen dan Mowen, 2006; 487).

1. Dimensi Biaya

Dimensi biaya adalah dimensi ABM yang memberikan informasi biaya

mengenai sumber, aktivitas, produk, dan pelanggan. Dimensi biaya ini

bertujuan untuk memperbaiki keakuratan pembebananbiaya.

Sebagaimana disebutkan pada gambar 2.1, yaitu sumber biaya

15

Page 16: Tugas Semester 4 Akuntansi Manajemen

ditelusuri pada aktivitas dan kemudian biayadibebankan pada produk

dan pelanggan.

Dimensi biaya atau dimensi Activity-Based Costing(ABC),

didasarkan pada ABC generasi kedua yang merupakan perkembangan

lebih lanjut dari ABC generasi pertama. ABC generasi pertama adalah

sistem penentuan biaya produk yang terdiri atas dua tahap yaitu:

(1) melacak biaya pada berbagai aktivitas, dan

(2) membebankan biaya pada produk.

ABC semula diakui sebagai metode untuk menyempurnakan

ketelitian biaya produk, namun ABC generasi kedua merupakan sistem

pengukuran kinerja yang bersifat komprehensif yang digunakansebagai

sumber informasi utama Activity-Based Management(ABM). ABC

generasi keduaadalah metodologi untuk mengukur dan menyediakan

informasi mengenai biaya sumber-sumber, aktivitas-aktivitas, dan

pembebanan biaya pada objek-objek biaya. Asumsi yang mendasari

adalah:

a. objek-objek biaya menciptakan perlunya aktivitas-aktivitas

b. aktivitas-aktivitas menciptakan perlunya sumber-sumber. ABC

juga merupakan sistem yang bermanfaat untuk mengorganisasi dan

mengkomunikasikan informasi.

2. Dimensi Proses

Dimensi proses atau analisis nilai proses adalah dimensi ABM

yang memberikan informasi tentang aktivitas apa yang dikerjakan,

mengapa dikerjakan dan seberapa baik dikerjakannya. Tujuan dimensi

proses adalah pengurangan biaya. Dimensi inilah yang memberikan

kemampuan untuk mengukur perbaikan berkelanjutan.

Dimensi proses adalah dimensi model ABM yang berisi informasi

kinerja mengenai pekerjaan yang dilaksanakan dalam organisasi

sehingga mencakup :

(a) analisis penyebab biaya,

16

Page 17: Tugas Semester 4 Akuntansi Manajemen

(b) analisis aktivitas-aktivitas, dan

(c) evaluasi kinerja dengan menggunakan informasi dari ABC.

Dimensi proses menyediakan informasi mengenai pekerjaan yang

dilakukan dalam suatu aktivitas dan hubungan antara pekerjaan

tersebut dengan aktivitas lainnya. Proses adalah serangkaian aktivitas

yang terkait untuk melaksanakan tujuan tertentu.

17

Page 18: Tugas Semester 4 Akuntansi Manajemen

J. Aktivitas

1. Devinisi Aktivitas

Aktivitas adalah perbuatan, tindakan atau pekerjaan spesifik yang

dilakukan dalam suatu organisasi Blocher (2007; 221). Menurut

Supriyono (2002; 77), aktivitas adalah kombinasi manusia, teknologi,

bahan mentah, metode dan lingkungan yang memproduksi produk atau

jasa tertentu. Aktivitas itu menunjukkan apa yang dilakukan oleh suatu

perusahaan atau organisasi, yaitu cara perusahaan atau organisasi

menggunakan waktu untuk melaksanakan proses untuk menghasilkan

keluaran atau output dari proses dan mencapai tujuan organisasi atau

perusahaan. Salah satu unsur organisasi adalah manusia, perubahan

organisasi mengakibatkan perubahan mengenai apa yang

dikerjakanmanusia, sehingga mengubah aktivitas.

Berkaitan dengan hal ini, dapat dikatakan pula bahwa aktivitas

merupakan suatu proses yang mengkonsumsi sumberdaya untuk

menghasilkan output. Pada intinya fungsi dari aktivitas adalah untuk

mengubah sumberdaya (material, tenaga kerja, teknologi) menjadi

output(barang atau jasa).

2. Klasifikasi Aktivitas

Akivitas dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu aktivitas bernilai

tambah dan aktivitas tidak bernilai tambah. Keduaaktivitas ini biasanya

terjadi pada perusahaan manufaktur ataupun perusahaan jasa.

a. Aktivitas Bernilai tambah

Aktivitas bernilai tambah adalah aktivitas-aktivitas yang

diharuskan untuk melaksanakan bisnis atau menciptakan nilai yang

dapat memuaskan bagi para konsumennya (Supriyono, 1999; 377).

Menurut Hansen dan Mowen (2006; 489),aktivitas bernilai tambah

adalah aktivitas-aktivitas yang diperlukan untuk dipertahankan

dalam bisnis. Aktivitas ini harus terus dipertahankan oleh

perusahaan, karena aktivitas inilah yang menjadikansuatu produk

atau jasa lebih kompetitif dipasar. Jika aktivitas bernilai tambah

18

Page 19: Tugas Semester 4 Akuntansi Manajemen

dieliminasi, akan mengurangi nilai yang akan didapat oleh

konsumen, sehingga konsumen tidak lagi membeli atau

mengkonsumsi produk atau jasa perusahaan tersebut. Dengan kata

lain, perusahaan tersebut akan mengalami kekalahan persaingan di

dalam pasar. Aktivitas bernilai tambah menimbulkan biaya

aktivitas bernilai tambah, yaitu biaya yang digunakan untuk

melaksanakan aktivitas-aktivitas bernilai tambah.

Aktivitas dapat dikelompokkan kedalam aktivitas bernilai

tambah apabila secara bersamaan memenuhi ketiga kondisi berikut

ini (Hansen dan Mowen, 2006; 489):

1. Aktivitas yang menghasilkan perubahan,

2. Perubahan tersebut tidak dapat dicapai oleh aktivitas yang

sebelumnya, dan

3. Aktivitas tersebut memungkinkan aktivitas lain untuk dilakukan.

b. Aktivitas Tidak Bernilai Tambah

Menurut Supriyono (2003; 377), aktivitas tidak bernilai

tambah adalah aktivitas-aktivitas yang tidak perlu atau aktivitas-

aktivitas yang perlu namun tidak efisien dan dapat disempurnakan.

Sedangkan menurut Hansen dan Mowen (2006; 490),

aktivitastidak bernilai tambah adalah semua aktivitas selain

aktivitas yang sangat penting untuk dipertahankan dalam bisnis,

sehingga dianggap sebagai aktivitas yang tidak diperlukan.

Berdasarkan beberapa definisi aktivitas tidak bernilai

tambah tersebut, tentunya perusahaan akan berusaha untuk

mengeliminasi aktivitas tidak bernilai tambah, karena hanya

menambah biaya yang tidak berguna dan menghalangi kinerja

perusahaan.

Suatu aktivitas dikelompokkan kedalam aktivitas tidak

bernilai tambah apabila aktivitas tersebut tidak dapat memenuhi

salah satu dari ketiga kriteria aktivitas bernilai tambah yang telah

disebutkan sebelumnya.

19

Page 20: Tugas Semester 4 Akuntansi Manajemen

Perusahaan mengelompokkan aktivitas kedalam aktivitas

bernilai tambah dan kedalam aktivitas tidak bernilai tambah,

dengan tujuan untuk dapat meminimumkan biaya yang terjadi

akibat aktivitas tidak bernilai tambah, dengan cara mengeliminasi

aktivitas tersebut. Aktivitas tidak bernilai tambah yang tidak

dieliminasi akan menyebabkan meningkatnya biaya produksi

perusahaan. Aktivitas tidak bernilai tambah menimbulkan biaya

aktivitas tidakbernilai tambah, yaitu biaya yang timbul karena

adanya aktivitas yang tidak bernilai tambah.

K. Pengukuran Kinerja Aktivitas

Pengukuran kinerja aktivitas dirancang untuk melihat bagaimana

suatu aktivitas dan proses dilaksanakan, dan hasil yang diperolehnya.

Pengukuran kinerja kativitas juga dirancang untuk mengungkapkan apakah

dilaksanakan improvement berkelanjutan terhadap aktivitas untuk

menghasilkannilai bagi konsumen. Pengukuran kinerja aktivitas berpusat

pada tiga dimensi: efisiensi, kualitas dan waktu (Mulyadi dan Johny

Setyawan, 2001; 629). Efisiensi memfokuskan hubungan antara masukan

dengan keluaran aktivitas. Kualitas berkaitan dengan apakah sejak pertama

kali aktivitas telah dilaksanakan dengan benar. Waktu digunakan dalam

menjalankan aktivitas. Waktu ini sangat penting, karenasemakin lama

waktu yang diperlukan oleh suatu aktivitas, maka semakin banyak

sumberdaya yang dikonsumsi oleh aktivitas tersebut.

Pengukuran kinerja aktivitas dilaksanakan baik dalam bentuk

kinerja keuangan dan nonkeuangan. Ukuran kinerja keuangan harus dapat

menyediakan informasi mengenai dampak perubahan kinerja aktivitas

yang dinyatakan dalam satuan uang (Supriyono, 1999; 390). Oleh karena

itu, ukuran keuangan harus dapat menunjukkan pengurangan biaya yang

sesungguhnya dicapai. Untuk memungkinkan manajemen mengelola

aktivitas, biaya harus dipisahkan kedalam biaya bernilai tambah dan biaya

tidak bernilai tambah. Pemisahaan biaya ini diperlukan agar manajemen

(Mulyadi dan Johny Setyawan, 2001; 629):

20

Page 21: Tugas Semester 4 Akuntansi Manajemen

1. Dapat memusatkan perhatian mereka terhadap pengurangan dan

akhirnya penghilangan biaya tidak bernilai tambah.

2. Menyadari besarnya pemborosan yang sekarang sedang terjadi.

3. Memantau efektivitas program pengelolaan aktivitas dengan

menyajikan biaya-biaya tidak bernilai tambah kepadamanajemen

dalam bentuk perbandingan antarperiode.

Ukuran kinerja non-keuangan atau ukuran operasional adalah

ukuran-ukuran kinerja penting non-keuangan untuk meningkatkan

keterlibatan dan pemberdayaan karyawan (Supriyono, 1999; 404). Waktu

merupakan ukuran kinerja nonkeuangan. Dua karakteristik penting dalam

ukurankinerja waktu adalah (Supriyono, 1999; 404): (1) reliabilitas,

reliabilitas waktu adalah pengiriman keluaran aktivitas tepat waktu dan (2)

ketertanggapan, ketertanggapan adalah kemampuan perusahaan atau

kelompok aktivitas dalam merespon permintaan konsumennya. Ukuran-

ukuran ketertanggapan adalah waktu daur, kecepatan, dan Manufacturing

Cycle Efficiency (MCE).

L. Manufacturing Cycle Efficiency (MCE)

Fokus manajemen ditujukan untuk meminimumkan rasio hubungan

antara masukan dan keluaran. Semakin sedikit masukan yang dikonsumsi

untuk menghasilkan keluaran, maka semakin efisien aktivitas dalam

mengkonsumsi masukan. Dengan kata lain, semakin banyak keluaran yang

dapat dihasilkan dari konsumsi masukan tersebut semakin produktif

aktivitas yang dilakukan manajemen untuk menghasilkan keluaran yang

mempunyai nilai bagi konsumen.

Manufacturing Cycle Efficiency(MCE) adalah ukuran yang

menunjukkan seberapa besar nilai suatu aktivitas bagi pemenuhan

kebutuhan konsumen. MCE dihitung dengan menggunakan data

throughput time dan data processing time. Throughput timemerupakan

waktu sesungguhnya yang tersedia untuk mengerjakan suatu aktivitas.

Throughput timedibagi menjadi empat komponen, yaitu: waktu

21

Page 22: Tugas Semester 4 Akuntansi Manajemen

pengolahan, waktu gerakan, waktu inspeksi, dan waktu tunggu. Processing

timeatau waktu pengolahan termasuk kedalam aktivitas bernilai tambah,

sedangkan waktu gerakan, waktu inspeksi, dan waktu tunggu termasuk

kedalam aktivitas tidak bernilai tambah. Proses produksi yang ideal akan

menghasilkan throughput timeyang sama dengan processing time.

Manufacturing Cycle Efficiency(MCE) dapat dirumuskan sebagai

berikut (Supriyono, 2003; 505):

MCE= waktu pengolahan

(waktu pengolahan + waktu gerakan + waktu inspeksi + waktu tunggu)

Diperlukan dua langkah untuk dapat melakukan perhitungan MCE, yaitu:

1. Menentukan throughput time

Throughput timeMerupakan waktu sesungguhnya yang tersedia

untuk mengerjakan suatu aktivitas. Throughput timedapat dihitung

dengan menggunakan rumus: χx j x 19 x 3600 detik. Setelah

throughput timeditentukan, kemudian menentukan processing time,

untuk dapat melakukan perhitungan MCE.

2. Menentukan processing time

Processing timemerupakan waktu yang diakibatkan oleh aktivitas

bernilai tambah. Processing timedapat dihitung dengan mengalikan

waktu standar dengan pemicu biaya. Setelah processing timedan

throughput time dapat ditentukan, maka perhitungan MCE dapat

dilakukan.

Untuk dapat menentukan throughput time dan processing time,

ditentukan dahulu waktu rata-rata, waktu normal, waktu cadangan dan

waktu standar. Sebelum dapat menentukan waktu rata-rata, harus

mengambil sampel data waktu dengan menggunakan time study. Time

study adalah prosedur untuk menentukan lama waktu yang dibutuhkan

untuk setiap aktivitas yang melibatkan manusia, mesin atau kombinasi

aktivitas (Marvin E. Mundel (1994; 1). Peralatan yang digunakan

dalam melaksanakan time studyadalah stopwatch. Setelah

mendapatkan sampel data waktu, waktu rata-rata dapat dihitung. Untuk

22

Page 23: Tugas Semester 4 Akuntansi Manajemen

menghitung waktu normal, waktu rata-rata dikalikan dengan rating

performance. Rating performancedidapatkan dengan menggunakan

sistem penyesuaian westinghouse.

Jika dalam perhitungan MCE menghasilkan angka sebesar 1, maka

usaha unuk mengurangi waktu tidak bernilai tambah menjadi nol, telah

berhasil. Jadi, idealnya suatu perusahaan harus berusaha

mengeliminasi aktivitas tidak bernilai tambah dengan cara mengurangi

waktu tidak bernilai tambah menjadi nol. MCE yang sempurna atau

ideal adalah sebesar 1. MCE dapat sempurna hanya dengan cara

menurunkan aktivitas tidak bernilai tambahdan diikuti oleh

pengurangan biaya.

Sebagai contoh, suatu aktivitas denganMCE sebesar 0.70 berarti

aktivitas tersebut menyerap 70 % aktivitas bernilai tambah dan 30 %

masih mengkonsumsi aktivitas tidak bernilai tambah, ini dapat

dikatakan belum sempurna dan masih dapat ditingkatkan lagi.

M. Sistem Westinghouse

Sistem Westinghousepertama kali diterapkan dan dikembangkan

oleh Westinghouse Electric Corporationpada tahun 1940. Sistem

westinghousemerupakan cara untuk menentukan rating factoratau faktor

penyesuaian seorang operator (Blocher, 2007; 414). Penentuan rating

factor atau faktor penyesuaian diperlukan karena, selama pengukuran

berlangsung dapat saja terjadi ketidakwajaran, misalnya bekerja tanpa

sungguh-sungguh, bekerja sangat cepat seolah-olah diburu waktu, atau

kesulitan-kesulitan yang terjadi seperti kondisi kerja yang buruk. Jadi jika

pada waktu rata-rata diketahui diselesaikan dengan kecepatan tidak wajar

oleh operator, maka harga rata-rata tersebut harus dinormalkan dengan

melakukan penyesuaian atau menentukan faktor penyesuaian (rating

factor).

Sistem Westinghousemenentukan faktor penyesuaian berdasarkan

pada empat faktor (Sutalaksana, 2006; 160), yaituketrampilan, usaha,

kondisi kerja dankonsistensi.

23

Page 24: Tugas Semester 4 Akuntansi Manajemen

Pertama: ketrampilan. Ketrampilan dapat didefinisikan sebagai

kemampuan mengikuti cara kerja yang ditetapkan. Ketrampilan dibagi

menjadi enam kelas dengan masing-masing ciri-cirinya.

Tabel 2.1

Pembagian kelas-kelas dari faktor Ketrampilan

Kelas Ciri-ciri

1. Super skill a. Secara bawaan cocok sekali dengan

pekerjaannya.

b. Bekerja dengan sempurna.

c. Tampak seperti telah terlatih dengan

sangat baik.

d. Gerakan-gerakannya halus tapi sangat

cepat sehingga sulit untuk diikuti.

e. Kadang-kadang terkesan tidak berbeda

dengan gerakan-gerakan mesin.

f. Perpindahan dari satu elemen pekerjaan

ke elemennya lainnya tidak terlampau

terlihat karena lancar.

g. Tidak terkesan adanya gerakan-gerakan

berpikir dan merencanakan tentang apa yang

dikerjakan (sudah sangat otomatis).

h. Secara umum dapat dikatakan bahwa

pekerja yang bersangkutan adalah pekerja

terbaik.

2. Excellent

skill

a. Percaya pada diri sendiri.

b. Tampak cocok dengan pekerjaannya.

c. Terlihat telah terlatih baik.

d. Bekerjanya teliti dengan tidak banyak

melakukan pengukuran-pengukuran atau

24

Page 25: Tugas Semester 4 Akuntansi Manajemen

pemeriksaan-pemeriksaan.

e. Gerakan-gerakan kerjanya beserta

urutan-urutannya dijalankan tanpa

kesalahan.

f. Menggunakan peralatan dengan baik.

g. Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan

mutu.

h. Bekerjanya cepat tetapi halus.

i. Bekerjanya beriramadan terkoordinasi.

3. Good skill a. Kualitas hasil baik.

b. Bekerjanya tampak lebih baik daripada

kebanyakan pekerja umumnya.

c. Dapat memberi petunjuk-petunjuk pada

pekerja lain yang ketrampilannya lebih

rendah.

d. Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap.

e. Tidak memerlukan banyak pengawasan.

f. Tidak ada keragu-raguan.

g. Bekerjanya ”stabil”.

h. gerakan-gerakanya terkoordinasi dengan

baik

i. Gerakan-gerakannya cepat.

4. Average

skill

a. Tampak adanya kepercayaan pada diri

sendiri

b. Gerakan-gerakannya tidak cepat tetapi tidak

lambat.

c. Terlihat adanya pekerjaan perencanaan-

perencanaan

d. Tampak sebagai pekerja yang cakap.

e. Gerakan-gerakannya cukup menunjukkan

tidak adanya keragu-raguan.

25

Page 26: Tugas Semester 4 Akuntansi Manajemen

f. Mengkoordinasi tangan dan pikiran dengan

cukup baik.

g. Tampak cukup terlatih dan karenanya

mengetahui seluk beluk pekerjaannya.

h. Bekerjanya cukup teliti.

i. Secara keseluruhan cukup memuaskan.

5. Fair Skill a. Tampak terlatih tetapi belum cukup baik.

b. Mengenal peralatan dan lingkungan

secukupnya

c. Terlihat adanya perencanaan-perencanaan

sebelum melakukan gerakan.

d. Tidak mempunyai kepercayaan diri yang

cukup.

e. Tampaknya seperti tidak cocok dengan

pekerjaannya tetapi telah ditempatkan

diperkerjaan itu sejak lama.

f. Mengetahui apa yang dilakukan dan harus

dilakukan tetapi tampak tidak selalu yakin.

g. Sebagian waktu terbuang karena kesalahan-

kesalahan sendiri.

h. Jika tidak bekerja sungguh-sungguh output-

nya akan rendah.

i. Biasanya tidak ragu-ragu dalam menjalankan

gerakan-gerakannya.

6. Poor Skill a. Tidak bisa mengkoordinasikan tangan dan

pikiran.

b. Gerakan-gerakannya kaku.

c. Kelihatan ketidakyakinannya pada urutan

gerakan.

d. Seperti tidak terlatih untukpekerjaan yang

bersangkutan.

26

Page 27: Tugas Semester 4 Akuntansi Manajemen

e. Tidak terlihat adanya kecocokkan dengan

pekerjaannya.

f. Ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-

gerakan kerja.

g. Sering melakukan kesalahan-kesalahan.

h. Tidak ada kepercayaan pada diri sendiri.

i. Tidak bisa mengambil inisiatif sendiri.

Kedua: usaha. Usaha adalah kesungguhan yang ditunjukkan atau diberikan

operator ketika melakukan pekerjaannya. Usaha dibagi menjadi enam

kelas dengan ciri-ciri masing-masing.

Tabel 2.2

Pembagian kelas-kelas dari faktor Usaha

1. Excessive

effort

a. Kecepatannya sangat berlebihan.

b. Usahanya sangat sungguh-sungguh tetapi

dapat membahayakan kesehatannya.

c. Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat

dipertahankan sepanjang hari kerja.

2. Excellent

effort

a. Jelas terlihat kecepatan kerjanya yang

tinggi.

b. Gerakan-gerakannya lebih ”ekonomis”

dari pada operator-operator biasa.

c. Penuh perhatian pada pekerjaannya.

d. Banyak memberi saran-saran.

e. Menerima saran-saran dan petunjuk-

petunjuk dengan senang.

f. Percaya kepda kebaikan maksud

pengukuran waktu.

g. Tidak dapat bertahan lebih dari beberapa

27

Page 28: Tugas Semester 4 Akuntansi Manajemen

hari.

h. Bangga atas kelebihannya.

i. Gerakan-gerakan yang salah sangat

jarang terjadi.

j. Bekerjanya sistematis.

k. Karena lancarnya, perpindahan dari

suatu elemen ke elemen lain tidak terlihat.

3. Good effort a. Bekerja berirama.

b. Saat-saat menganggur sangat sedikit,

bahkan kadang-kadang tidak ada.

c. Penuh perhatian pada pekerjaannya.

d. Senang pada pekerjaannya.

e. Kecepatannya baik dan dapat

dipertahankan sepanjang hari.

f. Percaya pada kebaikan maksud

pengukuran waktu.

g. Menerima saran-saran dan petunjuk-

petunjuk dengan senang.

h. Dapat memberi saran-saran untuk

perbaikkan kerja.

i. Tempat kerjanya diatur baik dan rapi.

j. Menggunakan alat-alat yang tepat

dengan baik.

k. Memelihara dengan baik kondisi

peralatan.

4. Average

effort

a. Tidak sebaik good efforttetapi lebih baik

dari poor effort.

b. Bekerja dengan stabil.

c. Menerima saran-saran tetapi tidak

melaksanakannya.

d. Set updilaksanakan dengan baik.

28

Page 29: Tugas Semester 4 Akuntansi Manajemen

e. Melakukan kegiatan-kegiatan

perencanaan.

5. Fair effort a. Saran-saran perbaikan diterima dengan

kesal.

b. Kadang-kadang perhatian tidak

ditujukan pada pekerjaannya.

c. Kurang sungguh-sungguh.

d. Tidak mengeluarkan tenaga dengan

secukupnya.

e. Terjadi sedikit penyimpangan dari cara

kerja baku.

f. Alat-alat yang dipakainya tidak selalu

yang terbaik.

g. Terlihat adanya kecenderungan kurang

perhatian pada pekerjaannya.

h. Terlampau hati-hati.

i. Sistematika kerjanya sedang-sedang saja.

j. Gerakan-gerakannya tidak terencana.

6. Poor effort a. Banyak membuang waktu.

b. Tidak memperlihatkan adanya minat

kerja.

c. Tidak mau menerima saran-saran.

d. Tampak malas dan bekerja lambat.

e. Melakukan gerakan-gerakan yang tidak

perlu untuk mengambil alat-alat dan bahan-

bahan.

f. Tempat kerjanya tidak diatur rapi.

g. Tidak peduli pada cocok ataubaik

tidaknya peralatan yang dipakai.

h. Mengubah-ubah tata letak tempat kerja

yang telah diatur.

29

Page 30: Tugas Semester 4 Akuntansi Manajemen

i. Set upkerjanya terlihat tidak baik.

Ketiga: kondisi kerja. Kondisi kerja yang dimaksud adalah kondisi fisik

lingkungan seperti pencahayaan, tempeatur dan kebisingan ruangan.

Kondisi kerja dibagi menjadi enam kelas, yaitu ideal, excellent, good,

average, fairdan poor. Kondisi yang ideal tidak selalu sama bagi setiap

pekerjaan. Pada dasarnya kondisi yang ideal adalah kondisi yang

memungkinkan kinerja maksimal dari pekerjaan dapat dicapai.

Keempat: konsistensi. Faktor ini perlu diperhatikan karena

kenyataannya bahwa setiap hasil pengukuran waktu menunjukkan hasil

yang berbeda-beda. Konsistensi juga dibagi kedalam enam kelas, yaitu

perfect, excellent, good, average, fairdan poor. Seorang operator dikatakan

perfectadalah yang dapat bekerja dengan waktu penyelesaian yang dapat

dikatakan tetap.

30

Page 31: Tugas Semester 4 Akuntansi Manajemen

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Metode manajemen biaya yang canggih seperti Activity Based Costing

(ABC) dan Activity Based Manajemen (ABM) banyak di terpkan di

prusahaan-perusahaan dunia. ABC membantu perusahaan mengurangi

distorsi yang disebabkan oleh sistem penentuan harga pokok

tradisional, sehingga dengan ABC dapat diperoleh biaya produk yang

lebih akurat. ABC menyediakan pandangan yang jelas mengenai

bagaimana perusahaan membedakan produk, jasa dan aktivitas yang

memberikan kontribusi dalam jangka panjang.

ABM memfokuskan pada pengelolaan aktivitas untuk meningkatkan

efesiensi dan efektivitas bisnis, meningkatkan nilai yang diterima

pelanggan, dan memberikan laba bagi perusahaan.

31

Page 32: Tugas Semester 4 Akuntansi Manajemen

DAFTAR PUSTAKA

Eti Rochaety dan Ratih Tresnati. 2005 Kamus Istilah Ekonomi, Jakarta: PT Bumi Aksara.

Kusnadi dkk. 2001. Akuntansi Manajemen (Komprehensif, Tradisional dan Kontemporer),Malang: Universitas Brawijaya

http://d-ekatnadi.blogspot.com/2010/11/makalah-paper-activity-based-costing.html http://www.aas-sv.com/2013/10/activity-based-costing-abc-dan-just-in.html

http://gakmesti.wordpress.com/2009/12/03/activity-based-costing/

http://www.slideshare.net/milatunnikmah/ak-28666360    

Sumber : Garison, mowen .2005.

http://naficenna.wordpress.com/2012/08/04/activity-based-management/

Mulyadi, 2007. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen, Edisi Ketiga. http://d2bnuhatama.blogspot.com/2012/06/activity-based-management-abm.html

32