Top Banner

of 45

Tugas Pts Fadli z, s.pd Revisi1

Jul 17, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

LAPORANPENELITIAN TINDAKAN SEKOLAH MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU MELALUI OPTIMALISASI PELAKSANAAN SUVERVISI AKADEMIK

OLEH

Fadli z, s.pdNIP. 196309131985121002PESERTA PELATIHAN PENGUATAN KEMAMPUAN KEPALA SEKOLAH

TAHUN 2011

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadiran ALLAH yang telah menurunkan rahmat dan hidayahnya,sehingga proposal penelitian tindakan sekolah telah dapat diselaikan penulisannya Penulisan proposal penelitian tindakan sekolah ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam merencanakan dan melasanakan proses pembelajaran sehingga diharapkan tanaga pendidik di SMAN I Benai Khususnya menjadi guru yang profesional sesuai amanat Undang-Undang RI Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-undang RI Nomor 14/2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan guru adalah pendidik professional Dalam penulisan ini maish banyak terdapat kelemahan dan kekurangan, oleh karena itu kami mohon saran dan masukan demi kesempurnaan penelitian tindakan sekolah ini. Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu sepenuhnya sehingga proposal ini terselesaikan

i

DAFTAR ISI HalamanKATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Supervisi Akademik B. Pentingnya Pelaksanaan Supervisi Akademik C. Langkah-langkah Melakukan Supervisi Akademik BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek penelitian B. Lokasi dan Waktu Penelitian C. Prosedur penelitian D. TekhnikPengumpulan Data E. Tekhnik Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi awal B. Siklus I C. Siklus II D. Pembahasan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA ............................................... ............................................... ............................................... ............................................... ............................................... ............................................... ............................................... ............................................... ............................................... ............................................... ............................................... ............................................... ............................................... ............................................... ............................................... ............................................... ............................................... ............................................... ............................................... ............................................... ............................................... ............................................... ............................................... ............................................... ............................................... ...............................................

ii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang RI Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undangundang RI Nomor 14/2005 tentang Guru dan Dosen, dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan guru adalah pendidik profesional. Untuk itu, guru dipersyaratkan menguasai kompetensi sebagai agen pembelajaran. Salah satu kompetensi guru sebagai agen pembelajaran adalah kompetensi propesional. Guru dikatakan propesional apabila memiliki kemampuan dan memahami tugas pokok dan fungsi sebagai guru dan dapat melakukan inovasi-inovasi sehingga proses pembelajaran disekolah menyenangkan bagi pesrta didik. Namun, kenyataan disekolah yang saya pimpin menunjukkan bahwa masih banyak guru/tenaga pendidik yang belum memahami makna kepropesionalismeannya sebagi guru yang sesuai dengan undangundang dan peraturan pemerintah sebagaimana dijelaskan diatas, ketidak

profesionalismean itu terlihat dari sebagian besar guru belum mampu mengembangkan kemampuan mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan . Untuk mengatasi masalah tersebut diatas perlu dilaksanakan tindakan nyata oleh pimpinan sekolah dalam bentuk supervisi, hal ini sesuai dengan permendiknas nomor 13 Tahun 2007, bahwa salah satu kompetensi kepala sekolah adalah kompetensi supervisi. Dalam hal ini kepala sekolah harus dapat merencanakan, melaksanakan dan menindaklanjuti hasil supervisi akademik dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru yang pada gilirannya akan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Merencanakan bearti bahwa kepala sekolah harus menyusun program supervisi akademik agar suprvisi yang dilakukan menacapai tujuan dan sasarannya secara efektif dan efisien. Melaksanakan

supervisi berarti kepala skolah harus menggunakan pendekatan dan teknik supervisi dengan tepat. Menindaklanjuti berarti bahwa kepala sekolah dapat memanfaatkan hasil supervisi dalam rangka memperbaiki penyimpangan yang terjadi agar pelaksanaan tugas akan lebih baik. Pentingnya pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah karena semua kegiatan yang ada di sekolah merupakan tanggung jawab kepala sekolah. Guna mencapai tujuan institusi, kepala sekolah mendelegasikan tugas kepada guru dan staf. Oleh karena itu perlu dipastikan bahwa tugas yang didelegasikan telah dilaksanakan pada waktu dan cara yang tepat, sesuai dengan standar, dan jika perlu melakukan langkah-langkah perbaikan. Demikian juga dengan pembelajaran, kepala sekolah perlu memastikan bahwa proses belajar mengajar berjalan lancar sesuai dengan tuntutan kurikulum. Untuk itu kepala sekolah perlu melakukan supervisi akademik. Kepala sekolah dapat mempercayai semua guru melaksanakan tanggung jawabnya dalam pembelajaran. Bagi guru yang termotivasi secara positif, tanggung jawab itu kemungkinan besar akan dilaksanakan dengan baik. Namun tidak semua guru dapat melaksanakan tugas dengan baik, mungkin malas, memiliki masalah pribadi, lemah dan sebagainya. Mereka yang kurang baik ini akan dapat memper-baiki diri mereka melalui dorongan, simpati dan pemahaman dari kepala sekolah. Supervisi akademik dengan melakukan kunjungan ke ruang kelas seharusnya merupakan bagian dari kegiatan harian sebagai kepala sekolah. Selama kunjungan itu, kepala sekolah akan dapat mengamati indikator pembelajaran seperti hubungan guru dengan peserta didik, apakah suasana kelas terlihat sibuk belajar, atau apakah peserta didik telah termotivasi untuk mengikuti pembelajaran. Artinya perhatian terhadap proses belajar mengajar merupakan tugas utama bagi kepala sekolah.

B. Perumusan Masalah dan pemecahannya a. Rumusan Masalah i. Bagaimana mengoptimalkan supervisi untuk meningkatkan Propesionalisme guru ii. Apakah melalui Supervisi Akademik dapat meningkatkan kemampuan guru untuk menjadi guru yang profesional b. Pemecahan masalah i. Berdasarkan kajian awal diduga tindakan yang berupa suvervisi Akademik untuk meningkatkan profesionalisme guru dapat menyelesaikan masalah ii. Tindakan yang dilakukan melalui dua siklus, siklus 1 terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Berdasarkan reflesi siklus 1 disiapkan siklus II C. Tujuan Penelitian Adapun Tujuan Penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan guru dalam membuat perencanaan pembelajaran dan melaksanakan proses pembelajaran di kelas. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah a. Kepala sekolah, sebagai salah satu pedoman dalam melaksanakan supervisi akademik untuk meningkatkan profsionalisme guru dalam melaksanakan tugas proses belajar mengajar. b. Guru/tenaga pendidik, sebagai masukan untuk melakukan perbaikan-perbaikan dalam pelaksanaan proses pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Supervisi Akademik Supervisi akademik adalah supervisi yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran. Seperti dikemukakan oleh Adam dan Dickey (1959:2) bahwa supervisi akademik adalah program yang berencana untuk memperbaiki pengajaran. Hal ini berarti bahwa supervisi akademik berhubungan dengan kegiatan proses belajar mengajar yakni bagaimana guru mengajar dan bagaimana siswa belajar. Dengan adanya supervisi akan ditemukan kendala-kendala dalam proses belajar mengajar itu sehingga dapat dilakukan perbaikan-perbaikan. Sementara itu Hamalik (1992:22) berpendapat bahwa supervisi adalah semua usaha yang dilakukan oleh supervisor dalam bentuk pemberian bantuan, bimbingan, penggerakkan motivasi, nasihat dan pengarahan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam proses belajar mengajar. Pendapat ini menjelaskan bahwa untuk meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan tugas belajar mengajar perlu dilakukan supervisi. Adanya supervisi akan dapat membantu guru dalam mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi dalam pembelajaran. Hal ini

menandakan bahwa tugas guru bukanlah tugas yang ringan karena banyak persoalan yang harus dihadapi dalam pembelajaran tersebut. Supervisi menurut Piet Suhertian (2000:19) bahwa supervisi adalah usaha memberikan layanan kepada guru-guru baik secara individual maupun secara kelompok dalam usaha memperbaiki pengajaran. Harris (dalam Oliva) yang dikutip oleh Suhertian (2000:18) berpendapat bahwa supervisi adalah segala sesuatu yang dilakukan untuk memelihara atau mengubah apa yang dilakukan sekolah dengan cara yang langsung mempengaruhi proses belajar mengajar.

Dikatakan oleh Ngalim Purwanto (2005:20) bahwa supervisi sebagai fungsi administrasi pendidikan berarti aktivitas-aktivitas untuk menentukan kondisikondisi/syarat-syarat yang esensial yang akan menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Jadi dalam hal ini fungsi supervisi yang terpenting adalah menentukan kondisi-kondisi/syarat-syarat apa yang diperlukan dan memenuhi/mengusahakan syarat-syarat yang diperlukan itu. Dari beberapa batasan dan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi akademik adalah kegiatan yang ditujukan untuk membina dan membantu guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran/bimbingan dan kualitas hasil belajar siswa. Artinya, supervisi akademik adalah fungsi supervisi yang berkenaan dengan aspek pembinaan dan pengembangan kemampuan profesional guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran dan bimbingan di sekolah. B. Pentingnya Pelaksanaan Supervisi Akademik Supervisi akademik sangat penting dilakukan seperti dikemukakan oleh (Daryanto,1998:187) bahwa pelaksanaan supervisi akademik bertujuan untuk memperbaiki kualitas belajar-mengajar. Kegiatan ini ditujukan kepada perbaikan caracara mengajar, penggunaan alat peraga, kerjasama murid dalam kelas, dan sebagainya. Melalui supervisi akan dapat menemukan keunggulan dan berbagai permasalahan yang dihadapi oleh guru. Selain itu dapat juga menemukan kesulitan-kesulitan siswa dalam pembelajaran. Berangkat dari temuan-temuan inilah supervisor berusaha mencari solusi untuk mengatasi masalah/hambatan yang dihadapi para guru dalam melaksanakan tugas. Mengingat pentingnya supervisi yang dilakukan untuk membantu para guru dalam proses belajar-mengajar, maka seyogyanya supervisi dilakukan secara efektif dan efisien. Dengan melakukan supervisi yang efektif dan efisien akan memberikan

kontribusi yang memadai terhadap pelaksanaan tugas guru, khususnya dalam proses belajar-mengajar. Dikemukakan oleh Oteng Sutisna (1989:265-266) bahwa peran supervisi merupakan bantuan profesional dan teknis kepada guru dengan maksud untuk meningkatkan kemampuan guru dan melalui itu meningkatkan kualitas pendidikan. Lebih lanjut dijelaskan bahwa fungsinya yang pokok adalah membantu guru-guru memperoleh arah diri dan belajar memecahkan sendiri masalah-masalah yang mereka hadapi dengan imajinatif dan kreatif. Sehubungan dengan peranan supervisi akademik yang ditujukan untuk memperbaiki kualitas belajar mengajar dan kualitas hasil belajar siswa, maka supervisi akademik sangat penting dilakukan baik oleh kepala sekolah maupun oleh pengawas sekolah. Artinya untuk memperoleh kualitas belajar mengajar yang tinggi dan kualitas hasil belajar siswa yang memadai mutlak dilakukan supervisi akademik. C. Langkah-langkah Melakukan Supervisi Akademik Pejabat fungsional yang berwenang untuk melakukan supervisi akademik pada pendidikan formal berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 dan 13 Tahun 2007 adalah pengawas satuan pendidikan dan kepala sekolah. Oleh karena itu pengawas sekolah dan kepala sekolah harus memahami langkah-langkah yang dilakukan dalam melaksanakan supervisi tersebut. Dalam melakukan supervisi menurut Azwar (1988:198), kepala sekolah dan pengawas sekolah harus memperhatikan beberapa hal seperti; objek supervisi, yaitu hal-hal yang harus disupervisi dari pelaksanaan suatu pekerjaan. Selain itu perlu juga diperhatikan metode supervisi, yaitu teknik atau cara melakukan supervisi terhadap objek supervisi yang telah ditetapkan. Selanjutnya menentukan langkah-langkah yang harus dilakukan (proses supervisi), sehingga supervisi dapat dilaksanakan.

Hadari Nawawi (1984:45) mengemukakan bahwa langkah-langkah dalam proses supervisi (pengawasan) sebagai berikut:: 1) Menentukan kriteria pengawasan, 2) Membandingkan hasil dengan perencanaan, 3) Pemilihan tindakan dengan tepat. Mengetahui apa yang diawasi merupakan proses yang lebih kritis ketimbang bagaimana mengukur. Karena itu, menentukan kriteria pengawasan terhadap apa yang harus diukur adalah lebih penting. Kesalahan menentukan kriteria akan berakibat negatif bagi organisasi secara keseluruhan. Demikian juga dengan membandingkan antara hasil yang telah dicapai dengan standar yang telah ditetapkan dalam perencanaan perlu dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk menentukan apakah hasil yang dicapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Kemampuan mewujudkan tindakan manajemen harus dilaksanakan dengan tepat. Terutama sekali seorang pimpinan diharapkan dapat memilih dan menentukan tindakan yang tepat dalam rangka memperbaiki maupun mengarahkan tindakan yang mengarah ke arah pencapaian tujuan. Untuk itu pengawas sekolah dan kepala sekolah harus melakukan kunjungan kelas (class-visit). Dalam melakukan kunjungan kelas ini pengawas sekolah dan kepala sekolah hendaknya bekerja melalui proses yang teratur dan terpogram. Proses itu hendaknya dimulai dari perencanaan yang dilakukan bersama-sama secara demokratis oleh pengawas sekolah atau kepala sekolah dengan guru yang akan dikunjungi. Untuk itu supervisi harus dilaksanakan berdasar pada kesulitan-kesulitan yang dialami guru, yang perlu diobservasi dan menetapkan waktu pelaksanaannya yang terbaik. Dalam pelaksanaan supervisi harus diperhatikan prestise guru dalam kelas, tidak menonjolkan diri, tidak banyak interupsi, dan hanya memberi koreksi jika diminta. Pelaksanaan supervisi dilakukan dengan menggunakan format observasi sesuai dengan objek yang telah ditetapkan. Penganalisisan dilakukan sesudah

pelaksanaan observasi. Hal ini berdasarkan catatan/data pada format observasi yang dilakukan. Kemudian supervisor membicarakannnya dengan guru yang disupervisi tersebut. Topik pembicaraan berkisar tentang keunggulan/kelebihan dan

kekurangannya. Proses berikutnya supervisor membuat kesimpulan dan penilaian terhadap hasil supervisi. Kegiatan ini harus dilakukan secara kooperatif, dengan didasari dan disetujui oleh guru bersangkutan. Berdasarkan kesimpulan bersama itu dicarikan solusi yakni cara-cara melakukan perbaikan. Supervisor dapat memberikan saran-saran untuk melakukan perbaikan tersebut. Agar pelaksanaan supervisi dapat mencapai hasil yang memuaskan, supervisor harus menguasai teknik-teknik supervisi. Menurut Gwyn dalam Suhertian (2000:52-55) bahwa teknik-teknik supervisi yang dapat dikembangkan dalam rangka membantu meningkatkan dan mengembangkan sumber daya guru dapat dilakukan dengan teknik yang bersifat induividual dan bersifat kelompok. Tegasnya fungsi supervisi adalah untuk memelihara program pengajaran dengan sebaik-baiknya. Teknik yang bersifat individual seperti: 1) Kunjungan kelas; yakni supervisor datang ke kelas untuk melihat cara guru mengajar. Tujuannya adalah untuk memperoleh data mengenai keadaan sebenarnya selama guru mengajar. 2) Observasi kelas; melalui kunjungan kelas supervisor dapat mengobservasi situasi belajarmengajar yang sebenarnya. Observasi kelas dibagi ke dalam dua jenis yaitu observasi langsung (direct observation) dan observasi tidak langsung (indirect observation). Observasi bertujuan untuk memperoleh data yang seobjektif mungkin sehingga dapat menganalisis kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru. Teknik yang bersifat kelompok adalah teknik melaksanakan supervisi yang dilaksanakan bersama-sama oleh supervisor dengan sejumlah guru dalam suatu

kelompok. Teknik ini dapat berbentuk: 1) Pertemuan orientasi bagi guru-guru baru, yang bertujuan untuk mengantarkan guru-guru untuk memasuki suasana kerja yang baru. 2) Panitia penyelenggara, yang bertujuan menghimpun guru dalam kelompok untuk menyelesaikan sesuatu tugas yang diberikan sekolah. 3) Rapat guru, yakni memberikan pengarahan pada rapat-rapat guru yang dilaksanakan sekolah. Supervisi harus dilaksanakan secara kondusif, dimana terjalin hubungan yang harmonis antara supervisor dengan guru. Untuk itu supervisor harus mengetahui dengan jelas prinsip-prinsip dalam melaksankan supervisi tersebut. Menurut Suhertian (2000:20) prinsip supervisi dibagi ke dalam empat bagian yakni: 1) Prinsip ilmiah (scientific), 2) Prinsip demokratis, 3) Prinsip kerjasama, dan 4) Prinsip konstruktif dan kreatif. Prinsip ilmiah berarti bahwa supervisi harus dilaksanakan berdasarkan data yang objektif dari pelaksanaan proses belajar-mengajar. Tidak ada permasalahan yang disembunyikan atau sengaja ditutup-tutupi. Penyelesai masalah yang terjadi harus berangkat dari permasalahan yang terjadi dan diselesaikan berdasarkan keilmuan dan kejujuran ilmiah. Prinsip demokratis, yakni menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru. Supervisor harus memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada guru untuk memaparkan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam melaksanakan tugas. Supervisor sedianya harus merespon secara positif berbagai kesulitan yang dihadapi guru tersebut, artinya dalam hal ini supervisor tidak melimpahkan seluruh kesulitan itu akibat dari ketidakmampuan guru dalam melaksanakan tugas. Prinsip kerjasama adalah mengembangkan usaha bersama antara guru dan supervisor untuk meminimisasikan permasalahan yang terjadi dalam proses belajarmengajar. Usaha tersebut dapat berupa kegiatan-kegiatan memanfaatkan berbagai

potensi untuk meningkatkan profesionalisme guru seperti: mengaktifkan kegiatan kelompok kerja guru, mengadakan seminar dan lain sebagainya. Prinsip konstruktif dan kreatif, yakni memotivasi guru dalam

mengembangkan potensi kretaivitas. Supervisor harus jeli dalam melihat dan memanfaatkan potensi yang dimiliki guru. Potensi yang dimiliki guru harus dapat dibina sehingga dapat melahirkan suatu karya yang bernilai dan dapat dimanfaatkan bagi kepentinganpeningkatan kualitas belajar-mengajar. D. Kemampuan Profesional Guru Pemerintah melalui Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat 2 yang menyebutkan Pendidikmerupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Hal yang sangat menyangkut dengan kemampuan yang harus dimiliki guru dalam merencanakan pembelajaran adalah menyiapkan Silabus dan RPP. Dalam menyiapkan Silabus dan RPP termasuk pelaksanaan pembelajaran harus mengikuti aturan yang ditetapkan sebagai berikut:

Langkah-langkah Penyusunan Silabus Silabus merupakan salah satu bentuk penjabaran kurikulum, yang harus dapat menjawab tiga pertanyaan mendasar dalam pembelajaran, yakni (1) kompetensi apa yang hendak dikuasai peserta didik, (2) bagaimana memfasilitasi peserta didik untuk menguasai kompetensi itu, dan (3) bagaimana mengetahui tingkat pencapaian kompetensi oleh peserta didik. Dari sini jelas bahwa silabus memuat pokok-pokok kompetensi dan materi, pokok-pokok strategi pembelajaran dan pokok-pokok penilaian.

A. Mengkaji Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mengkaji SK dan KD mata pelajaran sebagaimana tercantum pada SI, dengan memperhatikan hal-hal berikut: 1. urutan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi, tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di SI dalam tingkat; 2. keterkaitan antara SK dan KD dalam mata pelajaran; 3. keterkaitan antar KD pada mata pelajaran; 4. keterkaitan antara SK dan KD antar mata pelajaran.

B. Mengidentifikasi Materi Pembelajaran Mengidentifikasi materi pembelajaran yang menunjang pencapaian KD dengan mempertimbangkan: 1. potensi peserta didik; 2. karakteristik mata pelajaran; 3. relevansi dengan karakteristik daerah; 4. tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial dan spritual peserta didik; 5. kebermanfaatan bagi peserta didik; 6. struktur keilmuan; 7. aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran; 8. relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan 9. alokasi waktu. C. Melakukan Pemetaan Kompetensi 1. mengidentifikasi SK, KD dan materi pembelajaran 2. Mengelompokkan SK, KD dan materi pembelajaran 3. Menyusun SK, KD sesuai dengan keterkaitan

D. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian KD. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah: 1. Disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik (guru), agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional. 2. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai KD. 3. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran. 4. Rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar peserta didik, yaitu kegiatan peserta didik dan materi. E. Merumuskan Indikator Pencapaian Kompetensi Indikator merupakan penanda pencapaian KD yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.

Kata Kerja Operasional (KKO) indikator dimulai dari tingkatan berpikir mudah ke sukar, sederhana ke kompleks, dekat ke jauh, dan dari konkret ke abstrak (bukan sebaliknya). Kata kerja operasional pada KD benar-benar terwakili dan teruji akurasinya pada deskripsi yang ada di kata kerja operasional indikator. F. Penentuan Jenis Penilaian Penilaian pencapaian KD peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. G. Menentukan Alokasi Waktu Penentuan alokasi waktu pada setiap KD didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah KD, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan KD. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan waktu rerata untuk menguasai KD yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. H. Menentukan Sumber Belajar Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya. Penulisan buku sumber harus sesuai kaidah yang berlaku dalam Bahasa Indonesia.

Penentuan sumber belajar didasarkan pada SK dan KD serta materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. Langkah-langkah penyusunan RPP PRINSIP-PRINSIP PENYUSUNAN RPP 1. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik. 2. Mendorong partisipasi aktif peserta didik Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar. 3. Mengembangkan budaya membaca dan menulis Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan. 4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. 5. Keterkaitan dan keterpaduan RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya. 6. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi

RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi. LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN RPP Langkah-langkah minimal dari penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dimulai dari mencantumkan Identitas RPP, Tujuan Pembelajaran, Materi

Pembelajaran, Metode Pembelajaran, Langkah-langkah Kegiatan pembelajaran, Sumber Belajar, dan Penilaian. Setiap komponen mempunyai arah pengembangan masing-masing, namun semua merupakan suatu kesatuan. Penjelasan tiap-tiap komponen adalah sebagai berikut. 1. Mencantumkan Identitas Terdiri dari: Nama sekolah, Mata Pelajaran, Kelas, Semester, Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, dan Alokasi Waktu. Hal yang perlu diperhatikan adalah : a. RPP boleh disusun untuk satu Kompetensi Dasar. b. Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator dikutip dari silabus. c. Indikator merupakan: ciri perilaku (bukti terukur) yang dapat memberikan gambaran bahwa peserta didik telah mencapai kompetensi dasar penanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, satuan pendidikan, dan potensi daerah. rumusannya menggunakan kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.

digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian. d. Alokasi waktu diperhitungkan untuk pencapaian satu kompetensi dasar, dinyata kan dalam jam pelajaran dan banyaknya pertemuan (contoh: 2x45 menit). Karena itu, waktu untuk mencapai suatu kompetensi dasar dapat diperhitungkan dalam satu atau beberapa kali pertemuan bergantung pada kompetensi

dasarnya. 2. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Output (hasil langsung) dari satu paket kegiatan pembelajaran. Misalnya: Kegiatan pembelajaran: Mendapat informasi tentang sistem peredaran darah pada manusia. Tujuan pembelajaran, boleh salah satu atau keseluruhan tujuan pembelajaran, misalnya peserta didik dapat: 1. mendeskripsikan mekanisme peredaran darah pada manusia. 2. menyebutkan bagian-bagian jantung. 3. merespon dengan baik pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh teman-teman sekelasnya. 4. mengulang kembali informasi tentang peredaran darah yang telah disampaikan oleh guru. Bila pembelajaran dilakukan lebih dari 1 (satu) pertemuan, ada baiknya tujuan pembelajaran juga dibedakan menurut waktu pertemuan, sehingga tiap pertemuan dapat memberikan hasil. 3. Menetukan Materi Pembelajaran Untuk memudahkan penetapan materi pembelajaran, dapat diacu dari indikator. Contoh:

Indikator: Peserta didik dapat menyebutkan ciri-ciri kehidupan. Materi pembelajaran: Ciri-Ciri Kehidupan: Nutrisi, bergerak, bereproduksi, transportasi, regulasi, iritabilitas, bernapas, dan ekskresi. 4. Menentukan Metode Pembelajaran Metode dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik pendekatan dan/atau strategi yang dipilih. Karena itu pada bagian ini cantumkan pendekatan pembelajaran dan metode yang diintegrasikan dalam satu kegiatan pembelajaran peserta didik: a. Pendekatan pembelajaran yang digunakan, misalnya: pendekatan proses, kontekstual, pembelajaran langsung, pemecahan masalah, dan sebagainya. b. Metode-metode yang digunakan, misalnya: ceramah, inkuiri, observasi, tanya jawab, e-learning dan sebagainya. 5. Menetapkan Kegiatan Pembelajaran a. Untuk mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-langkah kegiatan setiap pertemuan. Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan memuat unsur kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Langkah-langkah minimal yang harus dipenuhi pada setiap unsur kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan Pendahuluan Orientasi: memusatkan perhatian peserta didik pada materi yang akan dibelajarkan, dengan cara menunjukkan benda yang menarik, memberikan

illustrasi, membaca berita di surat kabar, menampilkan slide animasi dan sebagainya. Apersepsi: memberikan persepsi awal kepada peserta didik tentang materi yang akan diajarkan. Motivasi: Guru memberikan gambaran manfaat mempelajari gempa bumi, bidang-bidang pekerjaan berkaitan dengan gempa bumi, dsb. Pemberian Acuan: biasanya berkaitan dengan kajian ilmu yang akan dipelajari. Acuan dapat berupa penjelasan materi pokok dan uraian materi pelajaran secara garis besar. Pembagian kelompok belajar dan penjelasan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar (sesuai dengan rencana langkah-langkah pembelajaran). 2. Kegiatan Inti Berisi langkah-langkah sistematis yang dilalui peserta didik untuk dapat mengkonstruksi ilmu sesuai dengan skemata (frame work) masing-masing. Langkah-langkah tersebut disusun sedemikian rupa agar peserta didik dapat menunjukkan perubahan perilaku sebagaimana dituangkan pada tujuan pembelajaran dan indikator. Untuk memudahkan, biasanya kegiatan inti dilengkapi dengan Lembaran Kerja Siswa (LKS), baik yang berjenis cetak atau noncetak. Khusus untuk pembelajaran berbasis ICT yang online dengan koneksi internet, langkahlangkah kerja peserta didik harus dirumuskan detil mengenai waktu akses dan alamat website yang jelas. Termasuk alternatif yang harus ditempuh jika koneksi mengalami kegagalan. 3. Kegiatan penutup Guru mengarahkan peserta didik untuk membuat rangkuman/simpulan.

Guru memeriksa hasil belajar peserta didik. Dapat dengan memberikan tes tertulis atau tes lisan atau meminta peserta didik untuk mengulang kembali simpulan yang telah disusun atau dalam bentuk tanya jawab dengan mengambil 25% peserta didik sebagai sampelnya.

Memberikan arahan tindak lanjut pembelajaran, dapat berupa kegiatan di luar kelas, di rumah atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan.

b. Langkah-langkah pembelajaran dimungkinkan disusun dalam bentuk seluruh rangkaian kegiatan, sesuai dengan karakteristik model pembelajaran yang dipilih, menggunakan urutan sintaks sesuai dengan modelnya. Oleh karena itu, kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup tidak harus ada dalam setiap pertemuan. 6. Memilih Sumber Belajar Pemilihan sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus yang dikembangkan. Sumber belajar mencakup sumber rujukan, lingkungan, media,

narasumber, alat dan bahan. Sumber belajar dituliskan secara lebih operasional, dan bisa langsung dinyatakan bahan ajar apa yang digunakan. Misalnya, sumber belajar dalam silabus dituliskan buku referensi, dalam RPP harus dicantumkan bahan ajar yang sebenarnya. Jika menggunakan buku, maka harus ditulis judul buku teks tersebut, pengarang, dan halaman yang diacu. Jika menggunakan bahan ajar berbasis ICT, maka harus ditulis nama file, folder penyimpanan, dan bagian atau link file yang digunakan, atau alamat website yang digunakan sebagai acuan pembelajaran. 7. Menentukan Penilaian Penilaian dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen yang dipakai.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek penelitian Yang menjadi Subjek penelitian ini adalah Guru- Guru yang bertugas mengajar kelas XII mata pelajaran yang di uji nasionalkan di SMA Negeri 1 Benai yang berjumlah 13 orang dengan rincian guru sebagai berikut :No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Mata Pelajara Bahasa Indonesia Bahasa Inggris Matematika Fisika Kimia Biologi Ekonomi Geografi Sosiologi Jumlah Jumlah Guru 1 Orang 2 Orang 2 Orang 1 Orang 1 Orang 1 Orang 2 Orang 2 Orang 1 Orang 13 Orang

Sedangkan yang menjadi objek penelitian ini adalah kemampuan guru dalam membuat perencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran

B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri I Benai kabupaten kuatan singingi, pemilihan lokasi penelitian ini, karena sekolah tersebut merupakan sekolah yang saya pimpin, disamping itu dari hasil pengamatan masih banyak guru yang belum memahami tugas pokok dan fungsi sebagai guru Profesional. Penelitian ini dilakukan 3 bulan dari bulan Juli 2011 samapai dengan bulan September 2011 mulai dari persiapan sampai dengan pelaporan.

C. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, dimana kegiatan untuk masing-masing siklus terdiri adalah Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan/observasi, Evaluasi/Refleksi. Adapun tahap-tahap kegiatan penelitian setiap siklusnya adalah sebagai berikut: 1 . Perencanaan Sesuai dengan fokus tujuan di atas, kegiatan perencanaan yang dilakukan pada siklus 1 adalah sebagai berikut : 1) Peneliti menyiapkan materi berupa penjelasan singkat kepada guru untuk membuat persiapan mengajar yang meliputi pembuatan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) serta pelaksanaannya. 2) Mempersiapkan instrumen supervisi akademik, yang meliputi instrumen kemampuan guru dalam mengembangkan silabus (AK01), instrumen kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran (AK02) dan instrumen kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran (AK 03) 2. Pelaksanaan. Pada tahap pelaksanaan kegiatan yang dilakukan adalah:

1) Memberikan

bimbingan

secara

berkelompok

kepada

guru

tentang

pembuatan/penyusunan Silabus dan RPP serta pelaksanaannya yang ideal sesuai tuntutan seperti yang telah dijelaskan pada BAB II. 2) Guru secara berkelompok menyusunan Silabus dan RPP yang ideal sesuai dengan bimbingan. 3) Kepala sekolah sebagai peneliti mengamati atau memberikan penilaian persiapan mengajar (silabus dan RPP) yang dibuat oleh guru yang menjadi subyek penelitian untuk digunakan pada proses pembelajaran dikelas dengan menggunakan instrumen AK-01 dan instrumen AK-02. 4) Guru sebagai mitra peneliti adalah melaksanakan kegiatan pengajaran sesuai dengan rencana yang telah disusunnya. 5) Kepala sekolah sebagai peneliti melakukan supervisi kelas kegiatan pelaksanaan skenario pembelajaran yang telah disusun dengan menggunakan instrumen kemampuan guru dalam pelaksanaan pembelajaran (AK 03). 3. Pengamatan Pada tahap ini, kepala sekolah sebagai peneliti melakukan pemantauan selama terhadap Silabus dan RPP yang disusun oleh guru menggunakan instrument AK 01 dan AK 02 serta kegiatan proses belajar mengajar yang berlangsung dengan menggunakan instrumen AK - 03. Aktivitas itu meliputi aktifitas guru selama proses pembelajaran berlangsung sebagai berikut : 1) Kegiatan Awal meliputi: a. Mengerjakan tugas rutin kelas. b. Menyampaikan bahan pengait/apersepsi. c. Memotivasi siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan belajar mrngajar. 2) Kegiatan inti meliputi :

a. Menyampaikan bahan b. Menggunakan metode pembelajaran bervariasi sesuai dengan KD, materi, kemampuan siswa, situasi dan kondisi. c. Menggunakan alat bantu/media pembelajaran d. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam urutan yang logis e. Menggunakan waktu pembelajaran secara efektif dan efisien f. Penguasaan materi pembelajaran g. Pengorganisasian siswa h. Memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif i. Interaksi guru dengan siswa, siswa dengan guru j. Menunjukan sikap terbuka terhadap pendapat siswa k. Mengembangkan hubungan antar pribadi yang sehat dan serasi l. Menggunakan bahasa yang baik, benar dan efektif m. Melaksanakan penilaian selama proses berlangsung n. Melaksanakan penilaian pada akhir pembelajaran 3) Kegiatan Akhir, meliputi : a. Menyimpulkan pelajaran/ membuat rangkuman b. Melaksanakan tindak lanjut 3. Refleksi dan Evaluasi. Ada dua hal yang menjadi fokus evaluasi dan refleksi pada siklus ini, yakni 1) Apakah silabus dan RPP yang dibuat sudah mencerminkan kemampuan guru membuat perencanaan pembelajaran ; 2) Apakah pelaksanaan pembelajarannya juga sudah sesuai dengan perencanaan.

D. Tekhnik Pengumpulan Data

Pada dasarnya data yang menjadi bahan analisis adalah data primer yaitu dengan pengamatan langsung yang di peroleh dari responden dengan menggunakan Intrumen Pengamatan. Data-data tersebut adalah data kemampuan guru dalam menyusun Silabus, RPP, serta Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas. E. Tekhnik Analisis Data Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka metode analisis yang digunakan adalah secara kuantitatif dengan menggunakan bantuan statistik deskriptif, pendekatan antar disiplin adalah bagian yang tak terpisahkan dalam analisis, dengan demikian diharapkan dapat diketahui kesimpulannya. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Awal Salah satu tuntutan kepada guru adalah mampu membuat perencanaan dan melaksanakan pengajaran. Apa yang direncanakan dapat dilaksanakan dan menjadi pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran. Namun kenyataannya menunjukan bahwa masih banyak guru yang belum mampu membuat perencanaan maupun melaksanakan pembelajaran. Sebahagian dari mereka ada yang sudah mampu membuat perencanaan tetapi dalam pelaksanaan tidak sesuai dengan apa yang direncanakan, RPP yang disusun tidak menjadi panduan dalam pelaksanaan pembelajaran, akibatnya proses pembelajaran tidak terarah akibatnya pembelajaran menjadi tidak efektif. Berdasarkan kenyataan tersebut, maka upaya tindakan yang diberikan dalam penelitian ini, yang dilakukan dalam dua siklus dimaksudkan untuk membantu guru mencapai kondisi ideal pembelajaran. B. Siklus 1

Tujuan yang ingin dicapai dalam Penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan guru dalam membuat perencanaan pembelajaran dan melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Pelaksanaan siklus I adalah sebagai berikut: a. Pemberian bimbingan penyusunan Silabus dan RPP dilaksanakan pada tanggal 5 Juli 2011 hari Selasa selama 2 jam pelajaran (2 x 45 menit) terhadap 13 orang guru diruangan laboratorium IPA SMA Negeri 1 Benai. b. Setelah itu pada hari yang sama guru yang diberi bimbingan tersebut diminta menyusun silabus dan RPP bersama-sama di satu ruangan dengan waktu yang tidak dibatasi. Hal ini dimaksudkan agar peneliti dapat memberikan bimbingan secara perorangan/individu. c. Setelah Silabus dan RPP selesai Kepala Sekolah Mengamati untuk mengisi instrument AK-01 dan AK-02. Hasil yang diperoleh dari data pada AK-01 yaitu kemampuan guru dalam menyusun silabus ternyata sangat memuaskan. Nilai yang diperoleh guru hanya satu orang di bawah 90 yaitu 89,29. Selebihnya diatas nilai 90, ini membuktikan bahwa silabus yang dihasilkan guru sudah sesuai dengan panduan yang diberikan. Begitupun jika dilihat hasil nilai rata-rata setiap indicator penilaianya, semua nilai rata-rata adalah lebih besar atau sama dengan empat. Rekapitulasi nilai pada AK-01 dapat dilihat pada Table 1 dab Tabel 2 berikut: Tabel 1: Kemampuan Guru dalam Mengembangkan Silabus:

95 94 93 92 91 90 89 88 87 86 FD TS 90.71 92.86

94.29 93.57 92.14 93.57

94.29 93.57 93.57 92.86 92.14 91.43

89.29

WE

FZ

EM

RZ

HL

UD

ET

AN

DA

DF

SY

Nilai

Tabel 2: Kemampuan Guru dalam Mengembangkan Silabus menurut Indikator:5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 Nilai 5 4.85 5 5 4.92 5 4.85 4.85 4.85 4.77 4.77 4.69 4.69 4.69 4.62 4.54 4.54 4.54 4.46 4.46 4.46 4.31 4.23 4.31 4.23 4.23 4 4.85

Ket. :

1.

Kesesuaian dengan SK, KD dan Indikator

2. 3. 4. 5. 6.7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.

Tujuan dirumuskan dengan lengkap dan jelas Berpedoman pada materi pokok pembelajaran dalam silabus memilih dengan tepat materi ajar sesuai dengan karakteristik murid Menentukan materi ajar sesuai dengan taraf kemampuan berpikir peserta didik Memilih metode pembelajaran yang relevan dengan tujuan dan materi pembelajaran Menentukan metode pembelajaran yang bervariasi pengarahan tentang kegiatan belajar Apersepsi / panduan tes awal Menentukan cara-cara memotivasi siswa Menentukan jenis kegiatan Menyusun langka-langka belajar Menentukan alokasi waktu belajar mengajar Menentukan cara-cara pengorganisasian siswa agar dapat berpartisipasi dalam KBM Meninjau kembali penguasaan inti pelajaran Merancang tugas rumah Mempersiapkan pertanyaan Menentukan alat pengembangan alat pengajaran Menentukan media pengajaran Menentukan sumber belajar Menentukan prosedur dan jenis penilaian Membuat alat penilaian Kebersihan dan kerapian Kepraktisan pengunaan format Pengunaan bahasa tertulis

Sedangkan hasil pengumpulan data menggunakan intrumen AK-02 terdapat beberapa variasi data. Dari data nilai yang diperoleh masingmasing guru terendah adalah 70,4 dan tertinggi 86,4. Memang tidak ada yang mencapai nilai 90 atau lebih namun hasilnya tidaklah mengecewakan. Namun jika data dilihat per indicator memang terdapat beberapa indicator yang bermasalah bagi guru dalam menyusun RPP ini. Dari 25 indikator pada instrument ini terdapat enam indicator yang nilainya di bawah tiga. Hal ini yang akan menjadi focus perbaikan peneliti pada tahap beikutnya. Rekapitulasi data pada instrumrn AK-02 dapat dilihat pada Table 3 dan Table 4 berikut: Tabel 3: Kemampuan Guru dalam Menyusun RPP:

90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 75.2 72

86.4 72 72.8

85.6 79.2 70.4 73.6 72 72 71.2 72

Nilai

Tabel 4: Kemampuan Guru dalam Menyusun RPP menurut Indikator:5 5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 Nilai 3.38 3.31 3 2.69 2.62 2.54 2.38 2.38 1.69 4.54 4.23 4.23 4 5 4.69 4 3.85 3.38 4 5 5 4.46 4.31 4

Keterangan: 1. Kesesuaian dengan SK, KD dan Indikator

2. Tujuan dirumuskan dengan lengkap dan jelas 3. Berpedoman pada materi pokok pembelajaran dalam silabus 4. memilih dengan tepat materi ajar sesuai dengan karakteristik murid 5. Menentukan materi ajar sesuai dengan taraf kemampuan berpikir peserta didik 6. Memilih metode pembelajaran yang relevan dengan tujuan dan materi pembelajaran 7. Menentukan metode pembelajaran yang bervariasi 8. pengarahan tentang kegiatan belajar 9. Apersepsi / panduan tes awal 10. Menentukan cara-cara memotivasi siswa 11. Menentukan jenis kegiatan 12. Menyusun langka-langka belajar 13. Menentukan alokasi waktu belajar mengajar 14. Menentukan cara-cara pengorganisasian siswa agar dapat berpartisipasi dalam KBM 15. Meninjau kembali penguasaan inti pelajaran 16. Merancang tugas rumah 17. Mempersiapkan pertanyaan 18. Menentukan alat pengemabangan alat pengajaran 19. Menentukan media pengajaran 20. Menentukan sumber belajar 21. Menentukan prosedur dan jenis penilaian 22. Membuatalat penilaian

23. Kebersihan dan kerapian 24. Kepraktisan pengunaan format 25. Pengunaan bahasa tertulis

d. Kegiatan dilanjutkan dengan pelaksanaan pembelajaran dikelas oleh masing-masing guru sesuai dengan jadwal mengajar masing-masing. Kegiatan ini berlangsung dari tanggal 7 Juli 2011 sampai dengan 16 Juli 2011. Semua guru yang menjadi mitra dalam penelitian diamati oleh peneiliti menggunakan instrument AK-03. Data yang diperoleh dari intrumen ini menunjukkan terdapat beberapa orang guru bermasalah dalam pelaksanaan pembelajaran pada beberapa indicator. Hal ini dapat terlihat dari nilai rata-rata per indicator pelaksanaan pembelajaran. Dari 19 indikator yang ada terdapat empat indicator yang nilai rata-ratanya dibawah tiga. Rekap data pata instrument AK-03 dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6. Tabel 5: Kemampuan Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran:

90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 77.89 72.63

87.37 83.16 75.79 73.68 75.79 74.74 77.89 75.79 75.79 73.68 72.63

Nilai

Tabel 6: Kemampuan Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran menurut Indikator:5 5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Nilai 11 12 13 14 15 16 17 18 19 2.31 1.92 3.23 2.62 2.38 4.15 4.23 4.23 3.92 4.46 4 3.92 4.54 4.15 3.77 4 5 5

Keterangan: 1. Mengerjakan Tugas Rutin Kelas 2. Menyampaikan bahan pengait/Apersepsi 3. Memotivasi siswa untuk melibatkan diri dalam kegiatan belajar mengajar 4. Menyampaikan Bahan 5. Menggunakan metode pembelajaran bervarisasi sesuai dengan KD, materi, kemampuan siswa, situasi dan kondisi 6. Menggunkan alat bantu/media pembelajaran 7. Melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam urutan logis 8. Menggunakan waktu pembelajaran secara efesien dan efektif 9. Pengusaan materi pembelajran 10. Pengorganisasian Siswa 11. Memberi kesempatan kepada siswa untuk terlibat secara aktif 12. Interaksi guru dengan siswa, siswa dengan guru 13. Menunjukkan sikap terbuka terhadap pendapat siswa 14. Mengembangkan hubungan antar pribadi yang sehat dan serasi 15. Menggunakan bahasa yang baik benar dan efektif 16. Melaksanakan penilaian selama proses berlangsung 17. Melaksanakan penilaian pada aikhir pembelajaran 18. Menyimpulkan/rangkuman 19. Melaksanakan tindak lanjut

e.

Evaluasi dan Refleksi Berdasarkan informasi yang dipeoleh di atas dapat dinyatakan bahwa kemampuan

guru dalam menyusun silabus sudah dikatakan baik, namun pada penyusunan RPP dan

pelaksanaan pembelajaran masih dikategorikan kurang baik (yang dianggap bermasalah adalah pada indikator yang bernilai 3 kebawah). Kekurangan itu pada RPP dan akan menjadi fokus perbaikan pada siklus II, dan kekurang itu dominan terjadi pada : a. Memilih metode pembelajaran yang relevan dengan tujuan dan materi pembelajaran. Pada umumnya guru dalam merancang metode mengajar tidak memperhatikan tujuan dan karateristik materi pembelajaran. b. Menentukan metode pembelajaran yang bervariasi. Pada umumnya guru membuat metode pengajaran dengan tanya jawab dan kurang memperhatikan tujuan dan karakreristik materi pembelajaran. c. Menentukan cara cara memotivasi siswa. Guru tidak memberikan soal tantangan, atau menginformasikan penggunaan materi yang diajarkan dalam kehidupan sehari hari yang kesemuah itu merupan bentuk bentuk memotivasi siswa dalam pembelajaran. d. .Menyusun langkah langkah mengajar. Secara umum guru membuat langkah langkah mengajar tetapi kurang operasional dan tidak rinci. e. Menentukan cara cara pengorganisasian siswa agar dapat berpartisifasi aktif dalam KBM. Sebahagian besar Guru tidak merancang cara cara pengorganisasian siswa agara selalu berperan aktif dalam KBM. f. Menentukan prosedur dan jenis penilaian. Pada umumnya guru membuat soal untuk evaluasi tetapi tidak dilengkapi dengan kunci jawaban dan pedoman penskoran. Pada Pelaksanaan Pembelajaran Kelemahan yang menonjol dan akan menjadi fokus berbaikan pada siklus berikutnya adalah : 1 .Pada kegiatan awal, guru tidak melakukan motivasi terhadap siswa, seperti memberikan soal tantangan, menyampaikan tujuan pengajaran, akibatnya konsentrasi siswa pada awal awal pengajaran tidak fokus bahkan guru mengajar seakan tidak diperhatikan siswa. 2. Pada kegiatan inti ada beberapa kelemahan yang terjadi yaitu : a. Penggunaan metode pengajaran yang bervariasi. Dalam mengajar guru terfokus hanya pada penggunaan metode mengajar tanya jawab, tidak bervariasi, tidak memperhatikan karakteristik materi ajar dan kemampuan siswa. b. kelemahan guru dalam mengorganisasikan siswa dalam belajar. Secara umum mereka mengkondisikan siswa secara klasikal sehingga kurang memberikan hasil yang maksimal terhadap hasil pembelajaran.

c. Guru tidak melaksanakan penilaian selama proses berlansung, sehingga kesulitan belajar yang dialami siswa tidak diketahui dan tak bisa diatasi ketika proses pembelajaran berlansung. . B. Siklus II a. Pemberian bimbingan penyusunan RPP dilaksanakan pada tanggal 23 Juli 2011 hari Sabtu selama 3 jam pelajaran (3 x 45 menit) terhadap 13 orang guru diruangan laboratorium IPA SMA Negeri 1 Benai. Kegiatan ini merupakan penyusunan RPP yang terbimbing dengan memfokuskan perbaikan pada indicator-indikator yang menjadi masalah pada siklus I. Guru yang dianggap sudah baik dapat menjadi pembimbing guru lain yang belum baik. Kegiatan ini sudah menghasilkan RPP yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya. b. Setelah RPP selesai Kepala Sekolah mengamati untuk mengisi instrument AK-02. Data pada AK-02 menunjukkan peningkatan yang sangat berarti terhadap kemampuan guru dalam menyusun RPP. Pada sikuls II ini tinggal dua orang guru yang nilainya dibawah 90. Hal ini menunjukkan kemampuan yang sangat baik dalam menyusun RPP. Secara indikatorpun sudah menunjukkan nilai yang baik, terbukti tidak ada nilai rata-rata indicator yang dibawah angka 4. Namun demikian masih terdapat guru yang nilainya untuk beberapa indicator dibawah angka 4. Data tersebut dapat dilihat pada Table 7 dan Table 8 berikut:

Tabel 7: Kemampuan Guru dalam Menyusun RPP pada siklus II:96 96 95 94 93 92 91 90 89 88 87 86 FB TS WE FB EM RZ HM Nilai UD ET AN DA DF SY 89.6 89.6 93.6 92 91.2 93.6 92.8 92 91.2 93.6 95.2 94.4

Tabel 8: Kemampuan Guru dalam Menyusun RPP menurut Indikator Siklus II:5 5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 NilaiKeterangan: Indikator sama dengan indicator pada table 4

5

5 4.85 4.92 4.38 4

5

4.77

4.69 4.77 4.46 4.15

4.77 4.69 4.62 4.38 4.31 4

5

4.92 5 4.77 4.23 4.15

c.

Kegiatan dilanjutkan dengan pelaksanaan pembelajaran dikelas oleh masing-masing guru sesuai dengan jadwal mengajar masing-masing. Kegiatan ini berlangsung dari

tanggal 7 Juli 2011 sampai dengan 16 Juli 2011. Semua guru yang menjadi mitra dalam penelitian diamati oleh peneiliti menggunakan instrument AK-03. Data yang diperoleh dari intrumen ini menunjukkan terdapat peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran. Ini dibuktikan dengan nilai yang diperoleh semua guru mengalami peningkatan. Dari 13 guru, 12 diantaranya memperoleh nilai diatas 90. Dua orang guru sisanya pun sudah memperoleh nilai diatas angka 80. Secara indicator pun terlihat peningkatan yang nyata, dari 4 indikator yang rata-rata nilainya pada siklus I sudah tidak ada pada siklus II ini. Namun demikian masih ada guru yang pada indicator tertentu memperoleh nilai tiga yaitu dua orang guru. Indicator yang dimaksud adalah indicator ke 3, 5, 10, 12, dan 13. Rekap data pata instrument AK-03 dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6. Tabel 9: Kemampuan Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran pada Siklus II93.68 92.63 92.63 91.58 90.53 90.53 90.53 90.53 90.53 90.53 90.53

94 92 90 88

86.32 86 84 82 80 78 76 FB TS WE FZ EM RZ HM Nilai UD ET AN DA DF SY 83.16

Tabel 10: Kemampuan Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran menurut Indikator pada siklus II:

5 4.5 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0

5 4.92 4.08

5 4.08 4.15

4.92 4.85 4.85 4 4.08 4.31

5 4.62 4.31 4.31 4.15

5 4.15

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10 Nilai

11 12 13 14

15 16 17 18

19

Ket. Indikator sanma dengan table 6.

4. Evaluasi dan Refleksi Berdasarkan informasi yang dipeoleh di atas dapat dinyatakan bahwa kemampuan guru dalam menyusun RPP sudah dikatakan baik, dan sudah sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran. Memang masih terdapat satu orang guru yang memperoleh nilai tiga yaitu pada indicator 6, 10, dan 14. Demikian juga pada pelaksanaan pembelajaran, dapat dinyatakan bahwa kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran sudah dikatakan baik. Pada tahap inipun masih terdapat guru yang memperoleh nilai tiga yaitu dua orang. Satu guru pada indicator 3, 5, dan 10. Sedangkan satu guru lagi pada indicator ke 5 dan 17. Hal ini dapat dilanjutkan pembinaannya pada siklus berikutnya, namun pada penelitian ini tidak memungkinkan karena keterbatasan waktu.

D. Pembahasan Dari hal-hal yang menjadi permasalahan yang masih ditemukan pada siklus I yaitu : a. Pada RPP 1) Memilih metode pembelajaran yang relevan dengan tujuan dan materi pembelajaran.Guru kesulitan menentukan metode yang relevan dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Metode mengajar yang dirancang hanya metoda tanya jawab. 2) Menentukan metode pembelajaran yang bervariasi. Akibat dari ketidakmampuan guru memili metode mengajar yang relevan dengan tujuan dan karakteristik materi pembelajaran, maka metode mengajar yang dirancang tidak bervariasi. 3) Menentukan cara cara memotivasi siswa. Guru tidak memberikan soal tantangan, atau menginformasikan penggunaan materi yang diajarkan dalam kehidupan

sehari hari yang kesemuah itu merupan bentuk bentuk memotivasi siswa dalam pembelajaran. 4) Menyusun langkah langkah mengajar. Secara umum guru membuat langkah langkah mengajar tetapi kurang operasional dan tidak rinci. 5) Menentukan cara cara pengorganisasian siswa agar dapat berpartisifasi aktif dalam KBM. Sebahagian besar Guru tidak merancang cara cara pengorganisasian siswa agara selalu berperan aktif dalam KBM. 6) Menentukan prosedur dan jenis penilaian. Pada umumnya guru membuat soal untuk evaluasi tetapi tidak dilengkapi dengan penskoran. b. Pada Pelaksanaan Pembelajaran yaitu : 1) Pada kegiatan awal, guru tidak melakukan motivasi terhadap siswa, seperti memberikan soal tantangan, menyampaikan tujuan pengajaran, akibatnya konsentrasi siswa pada awal awal pengajaran tidak fokus bahkan guru mengajar seakan tidak diperhatikan siswa 2) Pada kegiatan inti ada beberapa kelemahan yang terjadi yaitu : a. Penggunaan metode pengajaran yang bervariasi. Dalam mengajar guru terfokus hanya pada penggunaan metode mengajar tanya jawab, tidak bervariasi, tidak memperhatikan karakteristik materi ajar dan kemampuan siswa. kunci jawaban dan pedoman

b. kelemahan guru dalam mengorganisasikan siswa dalam belajar. Secara umum mereka mengkondisikan siswa secara klasikal sehingga kurang memberikan hasil yang maksimal terhadap hasil pembelajaran. c. Guru tidak melaksanakan penilaian selama proses berlansung, sehingga kesulitan belajar yang dialami siswa tidak diketahui dan tak bisa diatasi ketika proses pembelajaran berlansung. Setelah dilakukan perlakuan/bimbingan kepada guru diperoleh hasil sebagai berikut: Pada RPP 1. Dalam memilih metode pembelajaran yang relevan dengan tujuan dan materi pembelajaran. pada siklus I kebanyakan guru terfokus pada penggunaan metode tanya jawab dan pada siklus II guru telah membuat metode yang relevan , sesuai dengan tujuan dan materi pembelajaran. Dari 9 orang yang bermasalah pada siklus I, pada siklus II tidak ditemukan lagi. 2. Menentukan metode yang bervariasi, pada siklus I kebanyakan guru terfokus pada penggunaan metode tanya jawab dan pada siklus II guru telah membuat metode yang bervariasi. Dari 9 orang yang bermasalah pada siklus I, pada siklus tinggal 2 orang. 3. Dalam menentukan cara cara memotivasi siswa, pada siklus I masih menjadi masalah oleh sebahagian besar guru, dan pada siklus II sudah mengalami perbaikan. Dari 11 orang yang bermasalah pada siklus I, tinggal 1 orang pada siklus II 4. Menyusun langkah langkah mengajar, pada siklus I langkah langkah mengajar dibuat tidak rinci, namun pada siklus II dibuat secara rinci dan mudah dipedomani. Dari 10 orang yang dianggap bermasalah pada siklus I, pada siklus II tidak ditemukan lagi. 5. Dalam pengorganisasian siswa yang dalam pembelajaran pada siklus I masih menjadi masalah bagi sebagian guru, dan pada siklus II sudah mengalami perbaikan. Dari 11 orang yang bermasalah pada siklus I tinggal 1 orang pada siklus II. 6. Menentukan prosedur dan jenis penilaian, pada siklus I sebahagian besar guru tidak membuat prosedur dan jenis penilaian. Pada siklus II guru telah membuat kunci jawaban dan pedoman penskoran untuk bidang studi eksak atau kriteria jawaban dan

pedoman penskoran untuk bidang studi sosial. Dari 10 orang yang bermasalah pada siklus I, pada siklus II semua guru telah membuat secara lengkap. Pada pelaksanaan pembelajaran 1. Guru tidak melakukan motivasi terhadap siswa, seperti memberikan soal tantangan, menyampaikan tujuan pengajaran dan lain lain. Pada siklus I hanya sebahagian kecil guru yang melakukannya, namun pada siklus II guru telah melakukan motivasi sebelum pembelajaran dimulai. Dari 11 orang yang bermasalah pada siklus I, tinggal 1 orang pada siklus II 2. Penggunaan metode pengajaran yang bervariasi. Pada siklus I semua guru melakukan pengajaran dengan menggunakan metode tanya jawab tanpa memperhatikan kemampuan siswa, tetapi pada siklus II guru telah memvariasikan metode mengajarnya sehingga PBM lebih menyenangkan. Dari 11 orang yang bermasalah pada siklius I, tinggal 2 orang pada siklus II. 3. Mengorganisasikan siswa dalam belajar. Pada siklus I sebahagian besar guru mengajar secara klasikal, tetapi pada siklus II seiring dengan variasi metode mengajar yang digunakan guru, siswa dikelompokan dalam kelompok kelompok kecil sehingga siswa terlihat bebas bertanya pada teman sejawat. Dari 10 orang yang bermasalah pada siklus I, tinggal 1 orang pada siklus II. 4. Guru tidak melaksanakan penilaian selama proses berlansung. Pada siklus I guru fokus memperhatikan siswa yang pandai kesulitan belajar yang dialami sebahagian besar siswa tidak diketahui karena guru tidak berkeliling memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Pada siklus II guru berkeliling memberikan bantuan seperlunya sehingga kesulitan belajar yang dialami siswa dapat diatasi. Pada siklus I ada 10 orang guru yang bermasalah, dan pada siklus II tinggal 1 orang.

Berdasarkan data tersebut dan pengamatan, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran yang dilakuakan oleh guru telah sesuai dengan ketentuan yang digariskan pemerintah yaitu sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat 2 yang menyebutkan Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan danmelaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan

pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Disisi lain peneliti dapat

menyimpulkan bahwa pelaksanaan supervisi telah berhasil yaitu meningkatnya kemampuan guru dalam membuat perencanaan dan pelaksanaan pengajaran serta sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Oteng Sutisna (1989:265-266) bahwa peran supervisi merupakan bantuan profesional dan teknis kepada guru dengan maksud untuk meningkatkan kemampuan guru dan melalui itu meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan adalah sebagai berikut:

1. Pemberian bimbingan di awal penyusunan Silabus, RPP, dan pelaksanaan Pembelajarandapat mengoptimalkan hasil supervisi yaitu meningkatkan Propesionalisme guru. Hal ini

dapat dilihat dari peningkatan kemampuan guru dari keadaan awal, siklus I, dan siklus II berdasarkan data yang diperoleh peneliti. 2. Supervisi Akademik dapat meningkatkan kemampuan guru untuk menjadi guru yang profesional. Dari 13 guru yang menjadi mitra peneliti kemampuan profesionalnya terlihat meningkat secara berarti. Dalam menyusun RPP pada siklus I dari 13 guru, seluruhnya (100%) memperoleh nilai dibawah 90. Namun pada siklus II nilai semua guru meningkat sehingga tinggal 1 orang guru yang nilainya dibawah 90 (7,69%). Demikian juga pada kemampuan pelaksanaan pembelajaran, pada siklus I hanya 2 orang guru yang nilainya di atas 80 (15%). Namun pada sikuls II nilai guru meningkat secara keseluruhan, tinggal 1 orang guru yang nilainya dibawah 90.

B. Saran Berdasarkan pengamatan peneliti selama melaksanakan penelitian peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Supervisi akademik oleh kepala sekolah perlu mengikuti aturannya secara lengkap yaitu dengan memberikan bimbingan di awal dan diakhir kegiatan. 2. Supervisi akademik perlu dilaksanakan secara rutin, karena hal ini dapat meningkatkan kemampuan profesionlnya.

DAFTAR PUSTAKA

Adam & Dickey, Basic Principles of Supervision, New York: American Book Company, 1959. Arikunto, Suharsimi, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi, Jakarta: Rineka Cipta,1993. Azwar, Azrul, Pengantar Administrasi, Jakarta: P.T. Bumi Aksara, 1988. Daryanto, H.M., Administrasi Pendidikan , Jakarta: Rineka Cipta, 1998. Engkoswara, Dasar-dasar Depdikbud,1998. Manajemen Pendidikan, Jakarta Dirjen Dikti

Halsey, George D., Bagaimana Memimpin dan Mengawasai Pegawai Anda, Jakarta: Rineka Cipta,1994. Nawawi, Hadari, Administrasi Pendidikan, Jakarta: Gunung Agung, 1984. Pidarta, Made, Manajemen Pendidikan Indonesia Jakarta; Bina Aksara, 1998. Purwanto, Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung:2005. Pusdiklat Pegawai Depdiknas, Manajamen Sekolah, Depok: Depdiknas, 2007. Suhertian, Piet, Konsep Dasar & Teknik Supervisi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2000. Sutisna, Oteng, Administrasi Pendidikan, Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional (Bandung: Angkasa, 1985